Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

20 September – 3 Oktober 2021

Oleh:
Muhammad Hafiz, S.Kep
NIM. 2130913310005

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL

20 September – 3 Oktober 2021

Oleh:
Muhammad Hafiz, S.Kep
NIM. 2130913310005

Banjarbaru, September 2021


Mengetahui,

Koodinator Stase Jiwa Clinical Teacher

Dhian Ririn Lestari, S.Kep.,Ns.,M.Kep M. Akbar Nugraha, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp,Kep.J


NIP. 19801215 200812 2 003
ISOLASI SOSIAL

A. Definisi
Isolasi sosial adalah suatu sikap individu menghindari diri dari
interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa klien kehilangan
hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi
perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan (Yosep, 2011)
B. Etiologi
1. Faktor predisposisi
a. Faktor Perkembangan
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari
ibu / pengasuh kepada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang
dapat menghambat terbentuknya rasa percaya.
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku. Sikap bermusuhan /
hostilitas. Sikap mengancam dan menjelek – jelekkan anak. Ekspresi
emosi yang tinggi. Orang tua atau anggota keluarga sering berteriak,
marah untuk persoalan kecil / spele, sering menggunakan kekerasan
fisik untuk mengatasi masalah, selalu mengkritik, mengkhayalkan,
anak tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya
tidak memberi pujian atas keberhasilan anak.
c. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Contoh : Individu
yang berpenyakit kronis, terminal, menyandang cacat atau lanjut
usia. Demikianlah kebudayaan yang mengizinkan seseorang untuk
tidak keluar ruman (pingit) dapat menyebabkan isolasi sosial.
d. Faktor biologi
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa,
insiden tertinggi skizofrenia di temukan pada keluarganya yang
anggota keluarga menderita skizofrenia.
2. Faktor presipitasi
a. Dimensi fisik
Halusianasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu
yang lama.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusianasi itu terjadi, isi dari halusinasi
dapat berupa peritah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup
lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut
klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c. Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan penurunan fungsi ego seseorang
yang pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego itu sendiri
untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal
yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien
d. Dimensi sosial
Dalam dimensi sosial ini klien mengalami gangguan interaksi sosial
dan menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahayakan. Klien asyik dengan dengan halusinasinya, seolah-
olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi
sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia
nyata.
e. Dimensi spiritual
Secara spiritual klien dengan halusinasi dimulai dengan kehampaan
hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya keinginan untuk
beribadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan
diri.
. Tanda dan Gejala
1. Menyendiri diruangan
2. Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata.
3. Sedih, efek datar
4. Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan
usianya.
5. Berpikir menyryt pikirannya sendiri, tindakan berulang dan tidak
bermakna.
6. Mengekspresikan penolakan atau kesepian pada oaring lain itu.
7. Tidak ada asosiasi antara ide satu dengan lainnya.
8. Menggunakan kata-kata simbolik
9. Menggunakan kata yang tidak berarti
10. Kontak mata kurang/ tidak mau menatap lawan bicara
11. Pasien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka
melamun, berdiam diri (Eko Prabowo, 2014).

D. Rentang Respon Isolasi Sosial


Berikut rentang respon halusinasi (Eko Prabowo, 2014).

Respon adaftif Transisi Respon Maladatif

1) Solitut 1) Kesepian 1) Manipulasi


2) Otonomi 2) Menarik diri 2) Impulsive
3) Kebersamaan 3) Ketergantungan 3) Narkisme
4) Interdependen

E. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas klien.
b. Keluhan utama/ alasan masuk.
c. Faktor predisposisi.
d. Faktor presipitasi.
e. Aspek fisik/ biologis.
f. Aspek psikososial.
g. Status mental.
h. Kebutuhan persiapan pulang.
i. Mekanisme koping.
j. Masalah psikososial dan lingkungan.
k. Pengetahuan.
l. Aspek medik

2. Pohon Masalah
Perubahan Sensori Perserpsi : Halusinasi (Effect)

Isolasi social : Menarik diri (Core Problem)

Gangguan konsep diri: harga diri rendah (Cause)

3. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
b. Isolasi Sosial : Menarik Diri
c. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

4. Rencana Tindakan Keperawatan

Sp pasien Sp Keluarga
Strategi Pelaksanaan 1 Strategi Pelaksanaan 1
1. Mengidentikasi penyebab isolasi pasien : siapa 1. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga
yang serumah, siapa yang dekat, yang tidak dekat, dalam merawat pasien
dan apa sebabnya. 2. Jelaskan pengertian isolasi sosial, tanda dan gejala
2. Mendiskusikan dengan pasien tentang keuntungan serta proses terjadinya isolasi sosial (gunakan
punya teman dan bercakap-cakap booklet)
3. Mendiskusikan dengan pasien tentang kerugian 3. Jelaskan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap. 4. Latih dua cara merawat : cara berkenalan,
4. Latih cara berkenalan dengan pasien dan perawat berbicara saat melakukan kegiatan harian.
atau tamu. 5. Ajurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
5. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan memberikan pujian saat besuk.
berkenalan.
Strategi Pelaksanaan 2 Strategi Pelaksanaan 2
1. Evaluasi kegiatan berkenalan (berapa orang beri 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat /
pujian melatih pasien berkenalan dan berbicara saat
2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan melakukan kegiatan harian. Beri pujian
harian (latih 2 kegiatan) 2. Jelaskan kegiatan rumah tangga yang dapat
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan melibatkan pasien berbicara (makan, sholat
berkenalan 2-3 orang pasien, perawat dan tamu, bersama) di rumah
berbicara saat melakukan kegiatan harian. 3. Latih cara membimbing pasien berbicara dan
memberi pujian
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal saat
besuk
Strategi Pelaksanaan 3 Strategi Pelaksanaan 3
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (berapa 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat /
orang) dan bicara saat melakukan dua kegiatan melatih berkenalan, berbicara pasien saat
harian. Beri pujian. melakukan kegiatan harian. Beri pujian.
2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan 2. Jelaskan cara melatih pasien melakukan termasuk
harian (2 kegiatan baru) minum obat ( discharge planning)
3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan 3. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
berkenalan 4-5 orang, berbicara saat melakukan 4
kegiatan harian.
Strategi Pelaksanaan 4 Strategi Pelaksanaan 4
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, bicara saat 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat /
melakukan empat kegiatan harian. Beri pujian melatih pasien berkenalan, berbicara saat
2. Latih cara bicara sosial : meminta sesuatu, melakukan kegiatan harian / RT, berbelanja. Beri
menjawab pertanyaan. pujian.
3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan 2. Jelaskan follow up ke RSJ/ PKM, tanda kambuh
berkenalan >5 oang, orang baru, berbicara saat dan rujukan.
melakukan kegiatan harian dan sosialisasi. 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal kegiatan
dan memberikan pujian.
Strategi Pelaksanaan 5 Strategi Pelaksanaan 5
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, bicara saat 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat /
melakukan kegiatan harian dan sosialisasi. Beri melatih pasien berkenalan, berbicara saat
pujian melakukan kegiatan harian. RT, berbelanja dan
2. Latih kegiatan harian kegiatan lan dan follow up. Beri pujian.
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri 2. Nilai kemampuan keluarga merawat pasien
4. Nilai apakah isolasi sosial teratasi. 3. Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke
RSJ / PKM
DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Medical
Book.
Yosep Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai