Dasar Dasar Ilmu Pendidikan
Dasar Dasar Ilmu Pendidikan
i
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NO 19 TAHUN 2002
TENTANG HAK CIPTA
PASAL 72
KETENTUAN PIDANA SANGSI PELANGGARAN
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpahak mengumumkan atau memperbanyak suatu
Ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
(satu) bulan dan denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun da denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima
milyar rupiah)
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kesempatan
untuk menyelesaikan Buku Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan ini dengan tepat waktu. Buku ini
ditulis sebagai salah satu fasilitas untuk menghasilkan mahasiswa yang berilmu
pendidikan.
Penyusunan buku ini dilakukan dengan bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti, diharapkan semua yang membacanya dapat memahami tentang materi tersebut.
Sebagaimana upaya peningkatan kualitas yang tak akan pernah selesai, demikian pula buku
ajar ini memerlukan revisi berdasarkan masukan dari pembaca. Oleh karena itu setiap
pengguna buku ini diharapkan dapat memberikan balikan, yang pada gilirannya akan
dimanfatkan sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan buku ini. Atas perhatian dan
waktunya penulis mengucapkan terima kasih.
Defindo Efendi
NIM. 15067039
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB VIII FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERKEMBANGNYA
PERMASALAHAN PENDIDIKAN………………………………………... 80
A. PERKEMBANGAN IPTEK DAN SENI………………………………….. 81
B. LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK…………………………………... 83
C. ASPIRASI MASYARAKAT…………………………………………….... 86
D. KETERBELAKANGAN BUDAYA DAN SARANA…………………..... 87
BAB IX UPAYA-UPAYA PENANGGULANGAN MASALAH PENDIDIKAN….. 92
A. PERUBAHAN KURIKULUM…………………………………………..... 93
B. PENGELOLAAN PENDIDIKAN…………………………………..…….. 93
C. INOVASI DALAM PENDIDIKAN……………………………………..... 95
D. PENGEMBANGAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH…………………105
BAB X PENDIDIKAN DI ERA TEKNOLOI, INFORMASI DAN
KOMUNIKASI...................................................................................................108
A. PENGERTIAN ERA GLOBALISASI…………..………………………...108
B. CIRI-CIRI ERA GLOBALISASI…………………………..……………...109
C. PENDIDIKAN BERBASIS TIK……………………………..…….………111
D. KEUNGGULAN DAN MANFAAT TIK………………………...………..112
E. KELEMAHAN TIK DAN SOLUSINYA…………………………...……..112
v
BAB I
HAKEKAT MANUSIA DAN
HAKEKAT ILMU PENDIDIKAN
Pendahuluan
Pada dasar nya hakikat pendidikan sangatlah luas. Hakikat pendidikan bukanlah
hanya sekedar pengertian serta definisi pendidikan semata. Didalam hakikat pendidikan
banyak hal menarik untuk dipelajari contohnya saja seperti konsep ilmu pendidikan
sebagai ilmu. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk menulis
dan membahas tentang hakikat manusia dan hakikat ilmu pendidikan.
Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali
melalui peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan bagi suatu
bangsa, bagaimanapun mesti diprioritaskan. Sebab kualitas pendidikan sangat penting
artinya, karena hanya manusia yang berkualitas saja yang bisa bertahan hidup di masa
depan. Manusia yang dapat bergumul dalam masa dimana dunia semakin sengit tingkat
kompetensinya adalah manusia yang berkualitas. Manusia demikianlah yang
diharapkan dapat bersama-sama manusia yang lain turut bepartisipasi dalam percaturan
dunia yang senantiasa berubah dan penuh teka-teki. Sebagai mahasiswa jurusan
keguruan dan ilmu pendidikan sudah selayaknya kita mengetahui tentang pendidikan itu
sendiri
Ilmu Pendidikan adalah dua kata yang dipadukan, yakni Ilmu dan Pendidikan
yang masing-masing memiliki arti dan makna tersendiri. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka disebutkan, bahwa Ilmu adalah
Pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut
metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di
bidang (pengetahuan) itu.
Senada dengan Nur Ubiyati yang mengemukakan, bahwa Ilmu ialah suatu
kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan mempunyai metode-
metode tertentu yang bersifat ilmiah. Ada lagi yang mengemukakan, bahwa Ilmu
adalah suatu uraian yang tersusun dengan lengkap tentang salah satu dari
keberadaan. Uraian tersebut adalah tentang segi-segi dari keberadaan tertentu.
Segi-segi ini saling berkait, mempunyai hubungan sebab akibat, tersusun logis dan
diperoleh melalui cara atau metode tertentu.
Endang Saifuddin Anshari, mengatakan bahwa Ilmu berasal dari kata bahasa
Arab “‘Alima” yang memiliki pengertian “Tahu”. Dan dalam bahasa Inggris dan
Perancis disebut dengan “Science”, dalam bahasa Jerman “Wissenscaft” dan dalam
bahasa Belanda “Wetenschap”. Yang kesemuanya sama memiliki arti “tahu”.
“Science” berasal “scio, scire (bahasa Latin) yang berarti “tahu”. Jadi, baik “ilmu”
maupun “science” secara etimologis berarti “pengetahuan”. Namun, secara
terminologis “ilmu” dan “science” itu semacan pengetahuan yang mempunyai ciri-
Kesimpulan
Daftar Pustaka
http://habiebiemustofa.blogspot.com/2013/09/pengertian-pendidikan-dan-ilmu.html
http://blogsedukasi.blogspot.com/2012/05/pendiidkan-sebagai-ilmu.html
http://wanipintar.blogspot.com/2009/10/pengertian-ilmu-pendidikan.html
https://fandhy20.wordpress.com/2012/11/11/manusia-sebagai-makhluk-individu-dan-
makhluk-sosial/
http://patriciaselanno.blogspot.com/2011/12/makalah-isbd-manusia-sebagai-
makhluk.html
http://rafki.staincurup.ac.id/pengertian-pendidikan-dan-ilmu-pendidikan/
http://www.apapengertianahli.com/2015/01/pengertian-pendidikan-pendapat-ahli-
pendidikan.html
Pendahuluan
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sestematik-sistemika selalu bertolak dari
sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah landasan serta mengindahkan
sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena
pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat
suatu bangsa tertentu.
Beberapa diantara landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofi,
sosiologis, dan cultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan
tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong
pendidikan itu menjemput masa depan. Kajian berbagai landasan landasan pendidikan
itu akan membentuk wawasan yang tepat tentang pendidikan. Dengan wawasan dan
pendidikan yang tepat , serta dengan menerapkan asas-asas pendidikan yang tepat pula,
akan dapat member peluang yang lebih besar dalam merancang dan menyelenggarakan
program pendidikan yang tepat wawasan itu akan memberikan perspektif yang lebih
luas terhadap pendidikan, baik dalam aspek konseptual maupun operasional.
A. Landasan Pendidikan
Secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena itu landasan
merupakan tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Titik tolak atau dasar
pijakan ini dapat bersifat material (contoh: landasan pesawat terbang); dapat pula
bersifat koseptual (contoh: landasan pendidikan). Landasan bersifat konseptual identik
dengan asumsi, adapun asusmsi dapat dibedakan menjadi tiga mcam asumsi, yaitu
aksioma, postulat dan premis tersembunyi.
Pendidikan antara lain dapat dibedakan dari dua sudut pandang, pertama dari sudut
praktek sehingga kita mengenal istilah praktek pendidikan, dan kedua dari sudut studi
sehingga kita kenal istilah studi pendidikan.
Praktek pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang atau
lembaga dalam membantu individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan
pendidikan. Kegiatan bantuan dalam praktek pendidikan (makro maupun mikro), dan
dapat berupa kegiatan pendidikan (bimbingan, pengajaran dan latihan).
Studi pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang dalam rangka
memahami pendidikan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa landasan pendidikan adalah
asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik tolak dalam rangka praktek
pendidikan atau studi pendidikan.
b. Realisme
1) Konsep Filsafat Umum
Jika filsuf Idealisme menekankan pikiran, jiwa/spirit/roh sebagai hakikat
realitas, sebaliknya para filssuf Realisme bahwa dunia terbuat dari sesuatu
yang nyata, substansial dan material yang hadir dengan sendirinya (entity).
2) Implikasi terhadap Pendidikan
Tujuan pendidikan. Pendidikan bertujuan agar para siswa dapat bertahan
hidup di dunia yang bersifat alamiah, memperoleh keamanan dan hidup
bahagia.
5. Landasan Kultural
B. Azas-Azas Pendidikan
Sebagai azas pertama, Tut Wuri Handayani merupakan inti dari sitem Among
perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian
dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan
lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas
yaitu:
Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)
Azas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari
sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang
dapat meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu
dimensi vertikal dan horisontal.
Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan
antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa
depan.
Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
Guru di daerah Sumatera Barat dan guru-guru penutur bahasa Melayu pada
umumnya akan langsung mengerti makna pepatah tersebut. Di Ranah Minang
ungkapan tersebut sangat komunikatif. Sementara itu, mereka yang tidak mengerti
bahasa Melayu dan bahasa Minang, hanya bisa mengira dan mendiskusikan
pengertiannya kepada teman sejawat. Namun mereka tidak akan banyak menemui
kesulitan untuk itu. Lagi pula konsep alam takambang jadi guru sangat praktis dan
universal. Cakupannya meliputi semua dimensi. Pepatah AlamTakambang jadi
guru ini sangat dipahami oleh setiap orang yang berasal dari Sumatra Barat.
Pewarisannya secara oral. Pepatah ini diajarkan turun temurun. Dewasa ini
penyebarannya selain secara lisan juga melalui berbagai karya tulis, termasuk di
dalamnya karya sastra. Pepatah atau ungkapan ini bermakna ‘agar kita belajar pada
alam yang menyajikan berbagai fenomena. Alam terbentang luas senantiasa
mengabarkan sebuah kearifan’. Sejatinya pepatah atau ungkapan filosofi ini
mengandung makna, pertama menunjukan sikap seseorang terhadap tanggung
jawab yang seharusnya ia dilaksanakan dalam rangka pengembangan diri. Kedua
ungkapan ini bermakna menunjukan kepada kita apa sesungguhnya sumber dari
pengetahuan dan teknologi atau keterampilan.
Alam Takambang yakni menujukan sumber belajar yang sesungguhnya, yakni
sumber belajar yang sungguh-sungguh dapat memenuhi “kebutuhan kita semua”
yang sifatnya selalu ada sepanjang zaman.Alam diciptakan Allah untuk
Sebagaimana telah dibicarakan dalam bahasan terdahulu ada dua asas-azas utama
yang menjadi acuan pelaksanaan pendidikan, yakni:
a. Azas Belajar Sepanjang Hayat
b. Azas Tut Wuri Handayani
c. Azas Kemandirian dalam Belajar
d. Untuk memberi gambaran bagaimana penerapan asas-asas tersebut di atas
berturut-turut akan dibicarakan:
Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, dan hasilnya tidak segera tampak.
Diperlukan satu generasi untuk melihat suatu akhir dari pendidikan itu. Oleh karena itu
apabila terjadi suatu kekeliruan yang berakibat kegagalan, pada umumnya sudah
terlambat untuk memperbaikinya. Kenyataan ini menuntut agar pendidikan itu
dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin dengan memperhatikan sejumlah
landasan dan asas pendidikan.
Latihan
Daftar Pustaka
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta
Abu Hanifah. 1950. Rintisan Filsafat, Filsafat Barat Ditilik dengan Jiwa Timur, Jilid I.
Jakarta: Balai Pustaaka.
Conny Seniawan, et. al. 1951. Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana
Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta: Gramedia.
Prof. Dr. Umar Tirtarahardja, dkk. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya.
Pendahuluan
Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen terjadi
sebagai hasil dari pengalaman. Seorang manusia dapat melihat perubahan terjadi tetapi
tidak pembelajaran itu sendiri. Konsep tersebut adalah teoritis, dan dengan demikian
tidak secara lansung dapat diobservasi.
Kita telah melihat individu mengalami pembelajaran, melihat individu berperilaku
dalam cara tertentu sebagai hasil dari pembelajaran, dan kita semua telah belajar dalam
suatu tahap dalam hidup kita. Dengan perkataan lain, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran telah terjadi ketika seorang individu berperilaku, bereaksi, dan merespon
sebagai hasil dari pengalaman dengan satu cara yang berbeda dari caranya berperilaku
sebelumnya. Hal-hal inilah yang akan mendidik seorang untuk menjadi orang yang
terdidik.
Di dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa tujuan kita membentuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia diantaranya adalah untuk mencerdasakan kehidupan bangsa.
Bangsa yang cerdas adalah bangsa yang dapat bangkit di dalam menghadapi berbagai
kesulitan. Kenyataanya dewasa ini bangsa Indonesia sedang dilanda dan masih berada
di tengah-tengah krisis yang menyeluruh, termasuk di dalam bidnag pendidikan.
Sesungguhnya semenjak jaman perjuangan kemerdekaan dahulu, para pejuang serta
perintis kemerdekaan telah menyadari bahwa pendidikan merupakan faktor yang sangat
vital dalam usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali
melalui peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan bagi suatu
bangsa, bagaimanapun mesti diprioritaskan. Sebab kualitas pendidikan sangat penting
artinya, karena hanya manusia yang berkualitas saja yang bisa bertahan hidup dimasa
depan.
Dari latar belakang diatas, melalui buku ini penulis bermaksud membahas lebih
jelas mengenai pembelajaran sebagai lima pilar pendidikan tersebut.
Pilar merupakan sebuah penopang atau penyangga, dalam sebuah bangunan pilar
yang dapat membuat bangunan berdiri tegak dan kokoh. Dalam sistem pendidikan juga
demikian terdapat pilar yang menjadi penyangga sehingga sebuah sistem pendidikan
dapat berdiri untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pada saat ini telah ada rumusan mengenai pilar tersebut yang paling terkenal adalah
4 (empat) pilar pendidikan yang dirumuskan oleh Unesco. Namun pilar yang
diungkapkan Unesco ini tidak mengakomodasi tujuan dari sistem pendidikan nasional
Konsep learning to know ini menyiratkan makna bahwa pendidik harus mampu
berperan sebagai berikut:
Guru berperan sebagai sumber belajar
Peran ini berkaitan penting dengan penguasaan materi pembelajaran.
Dikatakan guru yang baik apabila ia dapat menguasai materi pembelajaran
dengan baik, sehingga benar-benar berperan sebagi sumber belajar bagi anak
didiknya
Guru sebagai Fasilitator
Guru berperan memberikan pelayanan memudahkan siswa dalam kegiatan
proses pembelajaran.
Guru sebagai pengelola
Guru berperan menciptakan iklim blajar yang memungkinkan siswa dapat
belajar secara nyaman
5. Learning to believe and convince the almighty God (Belajar untuk Beriman
dan Bertakwa kepada tuhan YME)
Dari pilar inilah Negara Indonesia akan mewujudkan cita-cita bangsanya yang
termaktub dalam UUD 1945 Alinea ke-4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa
dengan berdasarkan kepada ketuhanan yang maha Esa.
1. Learning to know
Guru adalah orang yang identik dengan pihak yang memiliki tugas dan
tanggung jawab membentuk karakter generasi bangsa. Di tangan gurulah tunas-
tunas bangsa ini terbentuk sikap dan moralitasnya, sehingga mampu memberikan
yang terbaik untuk anak negeri ini di masa yang akan datang.
Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas
dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus
memikirkan dan membuat perencanaan secara saksama dalam meningkatkan
kemampuan belajar bagi siswanya, dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal
ini menuntut perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan
metode mengajar, strategi belajar-mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru
dalam mengelola proses belajar-mengajar. Guru bisa dikatakan unggul dan
profesional bila mampu mengembangkan kompetensi individunya dan tidak
banyak bergantung pada orang lain.
3. Learning to be
Konsep learning to be perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk melatih
siswa agar memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kepercayaan merupakan modal
utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat. Penguasaan pengetahuan dan
keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be)
(Atika, 2010). Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap
kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang
berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya
merupakan proses pencapain aktualisasi diri.
Apabila pendidikan dipandang sebagai suatu system, lalu apakah yang dimaksud
dengan sistem itu? Secara sederhana dapat dikatakan bahwa system adalah suatu
totalitas yang terbentuk dari elemen-elemen yang mempunyai hubungan fungsional
dalam mengubah masukan menjadi hasil yang diharapkan. Hubungan fungsional dari
setiap elemen menyebabkan setiap system berjalan serta bersifat adaptif terhadap
lingkngannya sesuai dengan arah yang jelas dan berkesinambungan yang disebut supra
system.
Jika demikian, apakah yang dimaksud dengan pendidikan sebagai suatu system?
Pendidikan sebagai suatu sisitem adalah suatu keseluruhan kerja manusia yang
terbentuk dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam membantu
terjadinya proses transformasi atau perubahan tingkah laku seseorang dalam
keseluruhan kehidupan bangsa.
Semua aspek dari kehidupan bangsa, merupakan lingkungan kehidupan dan supra
system dari system pendidikan yang bekerja bersama-sama dengan system lainnya
seperti; ekonomi, politik, hokum, agama, dan sebagainya dalam rangka mencaapai
tujuan nasional.
E. Komponen Pendidikan
1. Tujuan
2. Pendidik
3. Peserta Didik
Peserta didik ialah manusia yang memiiliki potensi yang selalu mengalami
perkembangan sejak terciptanya sampai meninggal dunia dan perubahan-perubahan
terjadi secara bertahap, tetapi secara wajar.
Prayitno (2000) berpendapat bahwa, “Hak anak ialah memperoleh pendidikan yang
layak memperkembangkan segenap potensi yang dikaruniai Allah SWT kepadanya
secara optimal.”
Untuk itu harus diuupayakn agar anak :
a. Memperoleh kesempatan, fasilitas, dan pelayanan pendidikan dari orang tua
maupun pendidik Negara
b. Terhindar dari pemaksaan kehendak dari orang tua atau pihak lain yang
mengganggu penyelenggraan pendidikan anak
c. Terhindar dari hambatan yang mengterhidarhalangi penyelenggaraan
pendidikan anak
d. Terhindar dari perlakuan yang merugikan penyelenggaraan penddik
e. Terhindar dari peraturan dan atau kebijakan yang memaksakn kehendak,
menghalangi dan atau merugikan pendidikn anak
4. Materi
a. Metode
Metode adalah cara yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Beberapa factor dalam menetapkan suatu metode tepat atau kurang tepat
digunakan:
Tujuan yang ingin dicapai; kalau tujuan yang ingin dicapai adalah
supaya murid dapat melakukan sesuatu, dapat menggunakan metode
demonstrasi, simulasi atau bermain peran.
Factor murid. Pada kelaas yang muridnya aktif dapat menggunakan
metode diskusi. Pada kelas yang umumnya muridnya pasif, metode
tersebut kurang berhasil.
Factor guru. Ada metode yang berhasil pada seorang guru namun kurang
berhasil digunakan oleh guru lain.
b. Media
Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk
menyampaikan informasi atau pesan untuk memudahkan pembelajaran dalam
pendidikan.
c. Alat Pendidikan
Alat pendidikan adalah suatu upaya atau tindakan atau perbuatan atau situasi
atau benda/alat yang dengan sengaja digunakan untuk mencapai suatu tujuan
dalamm proses pendidikan. Dua macam pengertian alat pendidikan, yaitu:
Alat pendidikan yang bersifat tindakan
Yaitu berupa upaya dan siasat dalam kaitan dengan kewibaawaan. Alat
ini berfungsi preventif (pencegahan) mencakup teladan, anjuran,
suruhan, pengarahan, dan pembinaa. Sedaangkan yang berfungsi represif
(reaksi setelah aada perbuatan) mencakup syrat, pujian, hadiah/ganjaran,
teguran dan hukuman.
Alat pendidikan yang berupa benda
Yaitu berupa kebendaan sebagai alat bantu yang lazim disebut sarana
pengajaran seperti alat pengajaran
6. Lingkungan Pendidikan
Pengertian lingkungan pada hakekatnya merupakan sesuatu yang ada di luar diri
individu, walaupun ada juga yang mengatakan bahwa ada lingkungan yang terdapat
dalam diri individu.
b. Lingkungan Sosial
Yang termasuk lingkungan sosial adalah semua manusia yang beraada di luar
diri seseorang yang dapat mempengaruhi diri orang tersebut, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
b. Sekolah
Sekolah disebut lingkungan pendidikan yang kedua, yang bertanggung
jawab melaksanakan pendidikan di lembaga ini adalah guru.
c. Masyarakat
Pendidikan yang diberikan biasanya tergantung kepada kebiasaan yang
terjadi di lingkungan itu. Oleh sebab itu hasil pendidikannya akan dipengaruhi
oleh lingkungan masyarakat tersebut. Alam sekitar member pengaruh tertentu
kepada pendidikan anak dengan segala sifat dan kondisi tempat tinggalnya.
Karena setiap masyarakat itu lingkungannya sangat bervariasi, makaa
pengaruh yang dihasilkannya pun berbeda terhadap proses pendidikan anak.
Kesimpulan
Hakikat pendidikan sesungguhnya adalah belajar. UNESCO mulai tahun 1997
sudah mulai menggali kembali dan memperkenalkan The Five Pillars of Education.
Kelima pilar ini masing-masing mempunyai tujuan yang berbeda namun saling
keterkaitan. Learning to Know mengajarkan seseorang untuk tidak mengetahui saja
materi ataupun ilmu yang mereka dapat, tetapi mereka juga harus tau makna yang
terkandung didalamnya. Learning to Do mengajarkan seseorang untuk lebih banyak
melakukan tindakan daripada bicara. Sedangkan Learning to Be mengajarkan Belajar
untuk dapat mandiri, menjadi orang yang bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan
bersama. Learning to Live Together menuntun seseorang untuk hidup bermasyarakat
dan menjadi “educated person yang bermanfaat baik bagi diri dan masyarakatnya,
maupun bagi seluruh ummat manusia sebagai amalan agamanya. Learning to believe in
God mengajarkan seseorang untuk belajar kebaikan dan mempertanggung jawabkannya
kepada Tuhan.
Latihan
http://fahmiapurna.blogspot.co.id/2014/06/makalah-4-pilar-pendidikan_23.html
http://ludisahendriza.blogspot.com/2013/12/pilar-pilar-pendidikan.html
http://oyikyu.blogspot.com/2013/03/makalah-4-pilar-pendidikan-24.html
http://rian-priyadi.blogspot.co.id/2012/09/pendidikan-sebagai-suatu-sistem.html
http://rahayukusumapratiwi.blogspot.com/2013/01/makalah-sistem-pendidikan-
nasional.html
Pendahuluan
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat serta dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional.
Sistem pendidikan Indonesia yang telah dibangun dari dulu sampai sekarang ini,
ternyata masih belum mampu sepenuhnya menjawab kebutuhan dan tantangan global
untuk masa yang akan datang. Program pemerataan dan peningkatan kualitas
pendidikan yang selama ini menjadi fokus pembinaan masih menonjol dalam dunia
pendidikan di Indonesia ini.
Sementara itu jumlah penduduk usia pendidikan dasar yang berada di luar sistem
pendidikan nasional ini masih sangatlah banyak jumlahnya, dunia pendidikan kita
masih berhadapan dengan berbagai masalah internal yang mendasar yang bersifat
komplek, selain itu pula bangsa Indonesia ini masih menghadapi sejumlah problematika
yang sifatnya berantai sejak jenjang pendidikan mendasar sampai pendidikan tinggi.
Kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan, menurut hasil
penelitian The Political and Economic Risk Consultacy (PERC) sistem pendidikan di
Indonesia ini berada di urutan 12 dari 12 negara di Asia, bahkan lebih rendah dari
Vietnam.
Dari latar belakang diatas, melalui buku ini penulis bermaksud membahas lebih
jelas mengenai penyelenggaraan sistem pendidikan nasional.
Sehubungan dengan pendidikan nasional Sunarya W. (1963) merumuskan:
“Pendidikan Nasional adalah suatu sistem pendidikan yang berlandaskan dan dijiwai
oleh suatu falsafah hidup suatu bangsa dan bertujuan mengabdikan pada kepentingan
dan cita-cita nasional bangsa tersebut ini berarti bahwa Pendidikan Nasional suatu
bangsa dlam pelaksanaan pendidikannya berdasarkan pda filsafat budaya bangsa demi
kelangsungan kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara baik jangka pendek maupun
jangka panjang.”
Pendidikan nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk membangun manusia
seutuhnya. Oleh sebab itu arah dan fungsi utama sistem pendidikan nasional itu adalah
mengembangkan manusia, masyarakat dan lingkungannya. Dengan demikian
pendidikan nasional mempunyai fungsi sebagai alat yang bertujuan untuk
mengembangkan pribadi, pengembangan masyarakat, pengembangan kebudayaan dan
pengembangan bangsa Indonesia. Untuk meningkatkan kehidupan dan martabatnya
sehingga tercapai kebahagiaan batiniah dan lahiriah seperti tertuang dalam UUSPN No.
20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yang bertujuan sebagai berikut: “Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemauan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, betujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi negara yang demokratis serta bertanggungjawab.”
Dalam ketentuan umum UUSPN Bab I Pasal 3, juga dicantumkan bahwa sistem
pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling tekait secara
terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dapat diidentifikasi konsep-konsep
tentang pendidikan Nasional Indonesia sebagai berikut :
1) Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang
2) Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa
Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
3) Sistem pendidikkan nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua
satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk
mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional
1. Jalur Jenjang
a. Pendidikan formal
Pendidikan formal terdiri atas:
pendidikan dasar
pendidikan menengah
dan pendidikan tinggi
b. Pendidikan Nonformal
Pendidikan Nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah,
dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi
peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan
keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
profesional.
Pendidikan nonformal meliputi:
pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini,
pendidikan kepemudaan,
pendidikan pemberdayaan perempuan,
pendidikan keaksaraan,
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,
pendidikan kesetaraan,
pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik.
c. Pendidikan Informal
Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan
informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta
didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Pendidikan Anak
Usia Dini, Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang
pendidikan dasar.
Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan
formal, nonformal, dan/atau informal.
Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk: Taman
Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk
pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
2. Jenis Pendidikan
1) Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan
kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang
diperlukan untuk hidup dalam masyarakat dan mempersiapkan peserta
didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah.
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi
jenjang pendidikan menengah. Setiap warga negara yang berusia 7-12
tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pemerintah dan Pemerintah
Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar bagi setiap warga negara,
dinyatakan dalam UUPS ayat (1) “Warga Negara yang berumur 6 (enam)
tahun berhak mengikuti pendidikan dasar.” Pendidikan dasar berbentuk:
Sekolanah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain
yang sederajat.
3) Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang
diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau professional
yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu
pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian. Pendidikan tinggi
diselenggarakan dengan sisitem terbuka yang mencakup program
pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan doctor yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi, dapat berbentuk akademik,
politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas.
Akademi merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan terapan dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu
pengetahuan, teknologi, atau kesenian tertentu.
Politeknik merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan terapan dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus.
Sekolah tinggi merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan akademik dan/atau profesional dalam satu disiplin ilmu
tertentu.
Institut merupakan perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah
fakultas yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau
profesional dalam sekelompok disiplin ilmu yang sejenis.
Unversitas merupakan perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah
fakultas yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau
profesional dalam sejumlah disiplin ilmu tertentu.
b. Pendidikan Khusus
Pendidikan khusus berfungsi secara khusus menyiapkan pendidikan
yang sesuai dengan tujuan masing-masing program tersebut. Dapat berbentuk
Pendidikan Luar Biasa, Pendidikan Kedinasan, Pendidikan Teknis, dan
Pendidikan Keagamaan.
2) Pendidikan Kedinasan
3) Pendidikan Keagamaan
4) Pendidikan Teknis
2. Standar Isi
Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal
untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Standar isi tersebut memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban
belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan.
3. Standar Proses
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Selain itu, dalam proses pembelajaran pendidik
memberikan keteladanan. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan
pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang
efektif dan efisien.
Kesimpulan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajararan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara
Sistem pendidikan nasional adalah suatu sistem dalam suatu negara yang
mengatur pendidikan yang ada di negaranya agar dapat mencerdaskan kehidupan
bangsa, agar tercipta kesejahteraan umum dalam masyarakat.
Penyelenggaraan sistem pendidikan nasional disusun sedemikian rupa, meskipun
secara garis besar ada persamaan dengan sistem pendidikan nasional bangsa-bangsa
lain, sehingga sesuai dengan kebutuhan akan pendidikan dari bangsa itu sendiri yang
secara geografis, demokratis, historis, dan kultural berciri khas.
Sistem pendidikan nasional adalah suatu sistem dalam suatu negara yang mengatur
pendidikan yang ada di negaranya agar dapat mencerdaskan kehidupan bangsa, agar
tercipta kesejahteraan umum dalam masyarakat. Penyelenggaraan sistem pendidikan
nasional disusun sedemikian rupa,meskipun secara garis besar ada persamaan dengan
sistem pendidikan nasional bangsa-bangsa lain, sehingga sesuai dengan kebutuhan akan
pendidikan dari bangsa itu sendiri yang secara geografis, demokrafis, histories, dan
kultural berciri khas.
Jenjang pendidikan diawali dari jenjang pendidikan dasar yang memberikan dasar
yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat dan berupa prasyarat untuk mengikuti
pendidikan menengah. yang diselenggarakan di SLTA. Pendidikan menengah berfungsi
memperluas pendidikan dasar. Dan mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan ke
jenjang pendidikan tinggi.
Daftar Pustaka
Zelhendri Zen, Syafril, dkk. 2012. Pengantar Pendidikan. Sukabina Press: Padang
http://diporifaldo.blogspot.co.id/2014/01/penyelenggaraan-sistem-pendidikan.html
http://guruidaman.blogspot.co.id/2012/11/sistem-pendidikan-nasional.html
http://nur-afifah-nugraheni.blogspot.co.id/2013/06/makalah-sistem-pendidikan-
nasional.html
http://makalahsistempendidikanasional.blogspot.co.id/
Pendahuluan
Gagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan dinamika
manusia dan masyarakat. Sejak dulu, kini, maupun di masa depan pendidikan itu selalu
mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial-budaya dan
perkembangan iptek. Pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan pendidikan itu
disebut aliran-aliran pendidikan.
Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap
kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang
memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya. Di dalam berbagai
kepustakaan aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah
dimulai dari zaman Yunani kuno sampai kini.
Pemikiran-pemikiran tentang pendidikan yang telah dimulai zaman Yunani kuno,
berkembang pesat di Eropa dan Amerika. Aliran-aliran klasik maupun gerakan-gerakan
baru dalam pendidikan pada umumnya berasal dari dua kawasan ini. Pemikiran-
pemikiran itu tersebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, dengan berbagai cara
seperti dibawa oleh bangsa penjajah ke daerah jajahanya, melalui bacaan buku dan di
bawa oleh orang yang pergi belajar ke Eropa atau Amerika dan sebagainya. Penyebaran
itu menyebabkan pemikiran-pemikiran dari kedua kawasan ini pada umumnya menjadi
acuan dalam penerapan kebijakan di bidang pendidikan di berbagai negara.
1. Aliran Empirisme
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan
stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa
perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak
dipentingkan. Pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari
didapat dari dunia sekitanya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal
dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program
pendidikan. Tokoh perintis pandangan ini adalah seorang filsuf Inggris bernama
John Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabulasi Rasa”, yakni akan
lahir didunia bagaikan kertas putih yang bersih. Pengalaman empirik yang
diperoleh dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan
perkembangan anak. Menurut pandangan empirisme pendidik memegang peranan
yang sangat penting sebab pendidik dapat menyediakan lingkungan pendidikan
kebaypada anak dan akan diterima oleh anak sebagai pengalaman-pengalaman.
Aliran empirisme dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan
peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar
yang di bawa anak sejak lahir dianggap tidak menetukan, menurut kenyataan dalam
kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena berbakat, meskipun
lingkungan sekitanya tidak mendukung. Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya
kemampuan yang berasal dari dalam diri yang berupa kecerdasan atau kemauan
keras, anak berusaha mendepatkan lingkungan yang dapat mengembangkan bakat
atau kemampuan yang telah ada dalam dirinya.
2. Aliran Nativisme
Aliran nativisme bertolak dari Leibnitzian Tradition yang menekankan
kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor
pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil
perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak
kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan
anak. Hasil pendidikan tergantung pada pembawaan. Schopenhauer (filsuf Jerman
1788-1860) berpendapat bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan
pembawaan buruk. Oleh karena itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh
pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir. Berdasarkan pandangan ini maka
keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Diteekankan
bahwa”yang jahat akan menjadi jahat, dan yang baik akan menjadi baik”
Meskipun dalam kenyataannya sehari-hari sering ditemukan anak mirip
orang tuanya (secara fisik) dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada
orang tuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang
menentukan perkembangan.
4. Aliran Konvergensi
Perintis aliran ini adalah William Stern (1871-1939), seorang ahli pendidikan
bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah
disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Penganut aliran ini
berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan
maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting.
Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembangan dengan baik tanpa
adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu.
Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak
yang optimal kalau memang pada diri anak tidak terdapat bakat yang diperlukan
untuk mengembangkan itu. Sebagai contoh, hakikat kemampuan anak manusia
berbahasa dengan kata-kata, adalah juga hasil konvergensi. Pada anak manusia ada
pembawaan untuk berbicara melalui situasi lingkungannya, anak belajar berbicara
dalam bahasa tertentu. Lingkungan pun mempengaruhi anak didik dalam
mengembangkan pembawaan bahasanya.
Karena itu teori W. Stern disebut teori konvergensi (konvergen arinya
memuasat kesatu titik). Jadi menurut teori konvergensi :
1) Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan
2) Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada
anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah
berkembangnya potensi yang kurang baik.
3) Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.
a. Dengan pengajaran alam sekitar itu guru dapat meragakan secara langsung.
Betapa pentingnya pengajaran dengan meragakan atau mewujudkan itu sesuai
dengan sifat-sifat atau dasar-dasar orang pengajaran.
b. Pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya agar
anak aktif atau giat tidak hanya duduk, dengan , dan catat saja
c. Pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan pengajaran
totalitas, yaitu suatu bentuk pengajaran dengan ciri-ciri dalam garis besarnya
sebagai berikut :
Suatu pengajaran yang tidak mengenai pembagian mata pengajaran dalam
daftar pengajaran, tetapi guru memahami tujuan pengajaran dan
mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuan.
Suatu pengajaran yang menarik minat , karena segala sesuatu dipusatkan
atas suatu bahan pengajaran yang menarik perhatian anak dan diambilkan
dari alam sekitarnya.
Suatu pengajaran yang memungkinkan segala bahan pengajaran itu
berhubung-hubungan satu sama lain seerat-eratnya secara teratur.
d. Pengajaran alam sekitar memberi kepada anak bahan apersepsi intelektual
yang kukuh dan tidak verbalistis. Yang dimaksud dengan apersepsi intelektual
ialah segala sesuatu yang baru dan masuk di dalam intelek anak, harus dapat
luluh menjadi satu dengan kekayaan pengetahuan yang sudah dimiliki anak.
Harus terjadi proses asimilasi antara pengethuan lama dengan pengetahuan
baru.
e. Pengajaran alam sekitar memberikan apersepsi emosional, karena alam sekiat
mempunyai ikatan emosional dengan anak.
3. Sekolah Kerja
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari
pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam
pendidikan. J. A. Comenius (1592-1670) menekankan agar pendidikan
mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan (ketermapilan, kerja tangan).
Perlu dikemukakan bahwa sekolah kerja itu bertolak dari pandangan bahwa
pendidikan tidak hanya demi kepentingan individu tetapi juga demik kepentingan
masyarakat. Dengan kata lain, sekolah berkewajiban menyiapkan warga negara
yang baik, yaitu :
Tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan jabatan.
Tiap orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan negara
Dalam menunaikan kedua tugas tersebut haruslah selalu diusahakan
kesempurnaannya,
agar dengan jalan itu tiap warga negara ikut membantu mempertinggi dan
menyempurnakan kesusilaan dan keselamatan negara. Berdasarkan hak itu, maka
menurut G. Kerschensteiner tujuan sekolah adalah:
1) Menambah pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang di dapat dari buku atau
orang lain, dan yang didapat dari pengalaman sendiri.
2) Agar anak dapat memiliki kemampuan dan kemahiran tertentu.
3) Agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai persiapan jabatan dalam
mengabdi negara.
4. Pengajaran Proyek
Dasar filosofis dan pedagogis dari pengajaran-pengajaran proyek diletakkan
oleh John Dewey (1859-1952), namun pelaksanaannya dilakukan oleh
pengikutnya, utamanya W. H. Kilpatrick. Dewey menegaskan bahwa sekolah
haruslah sebagai mikrokosmos dari masyarakat (becomes microcosm of society);
oleh karena itu, pendidikan adalah suatu proses kehidupan itu sendiri dan bukannya
penyiapan untuk kehidupan di masa depan. Perlu dikemukakan bahwa Dewey
merupakan peletak dasar dari falsafah pragmatisme dan penganut behaviorisme.
Khususnya dalam bidang pengajaran, Dewey menegaskan pengajaran proyek
anak bebas menentukan pilihannya (terhadap pekerjaan), merancang, serta
5. Home Schooling
Sedangkan pengertian Homeschooling (HS) sendiri adalah model alternatif
belajar selain di sekolah. Tak ada sebuah definisi tunggal mengenai
homeschooling. Selain homeschooling, ada istilah “home education”, atau “home-
based learning” yang digunakan untuk maksud yang kurang lebih sama.Dalam
bahasa Indonesia, ada yang menggunakan istilah “sekolah rumah”. Ada juga
orangtua yang secara pribadi lebih suka mengartikan homeschooling dengan istilah
“sekolah mandiri”. Tapi nama bukanlah sebuah isu. Disebut apapun, yang
terpenting adalah esensinya.
6. Sekolah Alam
Sekolah Alam adalah sebuah sekolah di Indonesia yang berberapa kota
memiliki sekolah alam dengan nama sendiri. Salah satu yang terkenal adalah
Sekolah Alam Indonesia dari Jakarta. Biasanya tingkat sekolah di sekolah jenis ini
adalah SD. Namun dalam perkembangannya telah melebar ke beberapa jenjang,
mulai dari tingkat KB (Kelompok Bermain) hingga tingkat menengah.
Pemikiran tentang pendidikan sejak dulu, kini, dan masa yang akan datang terus
berkembang. Hasil-hasil dari pemikiran itu disebut aliran-aliran atau gerakan baru
dalam pendidikan. Aliran/gerakan tersebut mempengaruhi pendidikan di seluruh dunia,
termasuk pendidikan di Indonesia. Dari sisi lain, di Indonesia juga muncul gagasan-
gagasan tentang pendidikan, yang dapat dikategorikan sebagai aliran pendidikan, yaitu
Taman Siswa dan INS Kayu Tanam.
Kajian tentang berbagai aliran atau gerak pendidikan itu akan memberikan
pengetahuan dan wawasan historis kepada tenaga kependidikan. Hal itu sangat penting,
agar para pendidik dapat memahami, dan pada gilirannya kelak dapat memberi
kontribusi terhadap dinamika pendidikan itu. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah
bahwa dengan pengetahuan dan wawasan historis tersebut, setiap tenaga kependidikan
diharapkan memiliki bekal yang memadai dalam meninjau berbagai masalah yang
dihadapi, serta pertimbangan yang tepat dalam menetapkan kebijakan dan atau tindakan
sehari-hari.
Dari aliran-aliran pendidikan di atas kita tidak bisa mengatakan bahwa salah satu
adalah yang paling baik. Sebab pengguaannya disesuaikan dengan tingkat kebutuhan,
situasi dan kondisinya pada saat itu, karena setiap aliran memiliki dasar-dasar
pemikiran sendiri. Aliran-aliran pendidikan baru yang berkembang sebenarnya adalah
pengembangan dari keempat aliran-aliran klasik yang ada yaitu, (1) aliran empirisme,
(2) aliran Nativisme, (3) aliran naturalisme, dan (4) aliran konvergensi. Pada dasarnya
aliran-aliran pendidikan kritis mempunyai suatu kesamaan ialah pemberdayaan
individu. Inilah inti dari masyarakat pedagogik. Inilah inti dari masyarakat pedagogik.
Sudah tentu aliran-aliran pedagogik di atas mempunyai keterbatasan.
Pemikiran baru tentang pendidikan juga terdiri dari beberapa macam, yaitu :
pengajaran alam sekitar, pengajaran pusat perhatian, sekolah kerja, pengajaran proyek,
home schooling, sekolah alam, pendidikan berasrama.
Adapun saran-saran yang dapat disampaikan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
a. Setiap tenaga kependidikan seharusnya memiliki bekal yang memadai dalam
menghadapi permasalahan (dinamika) pendidikan yang akan terjadi di masa yang
akan datang.
b. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, sebaiknya guru (tenga
pendidik) harus mempunyai wawasan dan pengetahuan yang mendukung dari
setiap pembelajaran yang akan dibawakan dalam penyampaian materi kepada
murid-muridnya.
c. Tenaga pendidik seharusnya tidak hanya menyampaikan materi saja kepada
muridnya, melainkan setiap guru juga harus tahu bagaiman mempraktekkannya
atau menerapkan dari apa yang disampaikan kepada muridnya itu dalam kehidupan
sehari-hari.
Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan Pemikiran Klasik tentang Pendidikan?
2. Apa yang dimaksud dengan Pemikiran Baru dalam Pendidikan?
3. Sebutkan beberapa prinsip gerakan Heimatkunde!
4. Apa yang dimaksud dengan Metode Global dan Centre d’internet?
5. Apa perbedaan Sekolah Alam dengan Boarding School?
Daftar Pustaka
Tirtarahardja,Umar & La Sulo, S, L. 1984. “Pengantar Pendidikan” Bandung : CV.
Pustaka Jaya
Bloom, B. S. 1971. “Taxonomy of Educational Objectives.
Drijarkara. 1970. Percikan Filsafat. Yogyakarta : Kanisius.
Hasan, Fuad. 1985. Manusia dan Citranya. Surabaya : Express
Mardiatmadja, B. S. 1984. Tantangan Dunia Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius.
Purwanto, Ngalim, Drs. M., 1972, Ilmu Pendidikan, Paket Pengajaran pada Proyek
Kerjasama PT Stanvac-Indonesia, Pendopo, dengan IKIP Jakarta (Di akses pada
hari Rabu, tanggal 26 September 2012)
http://diporifaldo.blogspot.co.id/2014/01/beberapa-pemikiran-tentang-pendidikan.html
Syafril, Zelhendri Zen, dkk. 2012. Pengantar Pendidikan. Padang. UNP
http://arafah127.blogspot.co.id/p/aliran-aliran-pendidikan.html
Pendahuluan
Gagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan dinamika
manusia dan masyarakat, Sejak dulu, kini, maupun di masa depan pendidikan itu selalu
mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial-budaya dan
perkembangan iptek.
Dunia pendidikan di Indonesia selama ini kekurangan tokoh, terkait dalam dunia
pendidikan. Pendidikan di Indonesia lebih condong hanya mendewakan tokoh-tokoh
pendidikan luar negeri. Orang Indonesia akan lebih paham dengan tokoh pendidikan
asal Brasil, Paolo Freire atau seorang Ivan Illich dibandingkan dengan tokoh-tokoh
pendidikan lokal. Selain kurangnya sosialisasi, kekurangsadaran orang Indonesia untuk
mencoba mengkaji tokoh-tokoh pendidikan lokal masih sangat minim. Tokoh
pendidikan luar dipandang lebih mempunyai pemikiran pemikiran yang lebih genuin
dibandingkan dengan tokoh pendidikan lokal. Padahal dalam kenyataannya, pemikiran
lokal tidak kalah saing dengan tokoh pendidikan luar, sebagai contoh Ki Hajar
Dewantara, Mohammad Syafei, Kiyai H. Ahmad Dahlan.
Disamping kurangnya tokoh pendidikan lokal, Indonesia juga tidak punya tokoh
pendidikan perempuan, selain figur seorang Kartini, yang terkenal dengan kata-katanya,
yaitu “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Selain seorang Kartini orang-orang Indonesia
pasti akan sangat kebingungan jika ditanya tokoh pendidikan perempuan Indonesia
selain Kartini. Padahal selain Kartini, Indonesia masih punya Rahmah El Yunusiah.
Dari latar belakang diatas, melalui makalah ini penulis bermaksud mengkaji
tokoh-tokoh pendidikan dari luar negeri dan tokoh-tokoh pendidikan di Indonesia agar
pengetahuan orang Indonesia akan tokoh pendidikan Indonesia tidak minim lagi, serta
untuk mengkaji tentang tokoh-tokoh pendidikan Indonesia yang juga terdiri dari tokoh
perempuan yang tidak kalah berpengaruhnya terhadap pengembangan pendidikan di
Indonesia.
1. Ki Hajar Dewantara
Suwardi Suryaningrat, demikian nama kecil Ki Hajar Dewantara adalah
putera kedua dari KPH Suryaningrat (cucu Paku Alam III), lahir di Yogyakarta
2. Mohamad Syafei
Mohamad Syafei mendirikan sekolah INS (Indonesisch Nederlandse School)
di Sumatra Barat pada tahun 1926. Sekolah ini lebih dikenal dengan nama Sekolah
Kayutanam, sebab sekolah ini didirikan di Kayutanam. Maksud utama Syafei
adalah mendidik anak-anak agar dapat berdiri sendiri atas usaha sendiri dengan
jiwa yang merdeka.
Dengan berdirinya sekolah ini berarti Ia menentang sekolah-sekolah Hindia
Belanda yang hanya menyiapkan anak-anak untuk menjadi pegawai-pegawai
mereka saja.
Tujuan pendidikan INS adalah sebagai berikut :
a. Mendidik anak-anak kearah hidup yang merdeka, melalui pendidikan hidup
mandiri.
b. Menanamkan kepercayaan kepada diri sendiri, membina kemauan keras, dan
membiasakan berani bertanggung jawab.
c. Membiayai diri sendiri dengan semboyan cari sendiri dan kerjakan sendiri.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka model sekolahnya diatur sebagai berikut:
a. Sekolah itu berbentuk asrama, anak-anak hidup bersama-sama melalui bekerja
nyata atau belajar melalui bekerja.
b. Belajarnya diatur menjadi sebagian belajar teori dan sebagian lagi belajar
praktek.
c. Ada bermacam-macam perlengkapan belajar, seperti tanah dan alat-alat tukang
kayu, alat bercocok tanam, alat-alat menganyam, alat-alat mengolah karet,
koperasi, lapangan olahraga, dan tempat pentas seni.
d. Disamping bekerja anak-anak juga berupaya mencari uang sendiri dengan cara
antara lain: menjual barang-barang hasil karya sendiri, berkoperasi,
mengadakan pentas seni berkeliling.
Organisasi pendidikannya mencakup ruang bawah dan ruang atas, keduanya terdiri
dari sekolah dasar, sekolah menengah, dan kemasyarakatan.
a. Ruang bawah sama dengan SD yang lama belajarnya 7 tahun. Disini teori
dipelajari 75% dan praktek 25%, dipilih sesuai dengan kemampuan anak-anak
tingkat SD.\
b. Ruang atas, mempelajari teori 50% dan praktek 50%. Ruang atas berlangsung
selama 6 tahun, yang terdiri dari : ruang antara 1 tahun, ruang remaja 4 tahun,
ruang masyarakat 1 tahun.
Dan fungsi lembaga pendidikan ciptaan Ahmad Dahlan adalah sebagai berikut :
a. Sebagai alat dakwah, baik kedalam maupun keluar anggota organisasi
Muhammadyah.
b. Tempat pembibitan dan pembinaan kader, yang dilaksanakan secara sistematis
dan selektif sesuai dengan kebutuhan.
c. Merupakan wahana untuk melaksanakan amal para anggota organisasi.
d. Mensyukuri nikmat Tuhan, artinya apa pun kemampuan anak-anak, pendidik
harus memberi kesempatan berkembang, menjaga, dan merawatnya dengan
sebaik-baiknya.
4. Rahmah El Yunusiyyah
Rahmah El Yunusiyyah (lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, 20
Desember 1900 –meninggal di Padang Panjang, 26 Februari 1969 pada umur 68
tahun) adalah seorang tokoh pembaharu pendidikan Islam di Indonesia.[1] Dia
merupakan pendiri sekolah Diniyyah Puteri di Padang Panjang, Sumatera Barat.
Rahmah merupakan adik dari Zainuddin Labay El-Yunusy, yang juga merupakan
seorang pembaharu pendidikan Islam di Indonesia.
Rahmah lahir dari pasangan Moh. Yunus dan Rafiah dari suku Minang.
Ayahnya merupakan seorang ulama besar yang menjabat sebagai kadi di Pandai
Sikek, Tanah Datar. Kakeknya Imanuddin merupakan seorang ahli ilmu falak dan
pemimpin Tarekat Naqsyabandiyah.
Sejak kecil Rahmah sudah ditinggal ayahnya. Ia dibesarkan dan diasuh oleh
ibu dan kakak-kakaknya. Lingkungannya yang taat kepada ajaran agama, telah
membentuk kepribadiannya untuk menjadi seorang yang sabar dan berpendirian
teguh.
Rahmah adalah seorang otodidak. Dia belajar dari kakak-kakaknya Zainuddin
Labay dan M. Rasyad. Ketika Zainuddin mendirikan Diniyyah School, Rahmah
ikut pula belajar di sana. Dia belajar agama kepada Abdul Karim Amrullah,
Tuanku Mudo, dan Abdul Hamid. Di samping belajar agama, antara tahun 1931-
1935 Rahmah mengikuti kursus ilmu kebidanan di Rumah Sakit Umum
Kayutanam.
5. Willem Iskander
Willem Iskander adalah salah satu diantara orang Indonesia pertama yang
telah berhasil membuktikan kemampuannya memimpin lembaga pendidikan yang
penting. Liku-liku perjuangan Willem Iskander mengangkat martabat bangsa
melalui jalur pendidikan memang penuh tantangan dan tanggung jawab.
7. RA.Kartini
Raden Ajeng (RA) Kartini lahir di Mayong (Jepara), pada tanggal 21 April
1879. Hari kelahiranya ini sampai sekarang terus diperingati sebagai Hari Kartini.
Beliau terkenal sebagai seorang tokoh yang dengan gigih memperjuangkan
emansipasi wanita, yakni suatu upaya memperjuangkan hak-hak wanita agar dapat
sejajar dengan kaum pria.
Pada dasarnya apa yang dicita-citakan dan dilakukan oleh Kartini hanyalah
sebagai perintis jalan, yang nantinya harus diserahkan oleh Kartini-kartini baru.
Pada awalnya, pergerakan wanita dilakukan secara perseorangan, dan R.A. Kartini
(1879-1904) adalah pelopornya. Setamat dari E.L.S. pada usia 12 tahun terus
dipingit dan tidak melanjutkan sekolah karena adat istiadat yang berlaku pada masa
itu.
Meskipun demikian tidak memadamkan semangatnya untuk maju. Ia banyak
belajar dari membaca buku dan surat menyurat dengan teman dan kenalanya. Atas
bantuan ikhtiyar teman dan kenalanya seperti Ovink Soer dan lain-lainya, pingitan
menjadi longgar.
Kartini berhasrat menjadi guru untuk anak-anak perempuan para bupati yang
diusulkan oleh Abendanon, tetapi gagal karena gagasan sekolah tersebut ditolak
pemerintah kolonial Belanda, berdasarkan penolakan dari para bupati. Beasiswa
belajar di negeri Belanda yang berhasil diajukan oleh van Kol untuk Kartini dan
Rukmini, adiknya, juga tidak dapat dilaksanakan. Meskipun banyak mengalami
kekecewaan. Kartini berhasil membuka Sekolah wanita yang pertama di Indonesia.
R.A. Kartini meninggal dalam usia cukup muda yaitu empat hari setelah
melahirkan, tepatnya tanggal 17 September 1904.
9. Rohana Kudus
Rohana Kudus dilahirkan pada tanggal 20 Desember 1884 di Kota Gedang,
Sumatera Barat. Beliau adalah seorang wanita Islam yang sangat taat menjalankan
ajaran agamanya, dengan giat sekali mempelopori emansipasi wanita. Ia seorang
pendidik wanita yang berusaha untuk memperbaiki nasib kaum wanita Indonesia,
a. Ki Hajar Dewantara
pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan bangsa secara
keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat,
kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus
didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi.
Hari lahirnya, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya yang
terkenal ialah tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya
mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa
sungtulada (di depan memberi teladan).
b. Mohammad Syafei
Pemikiran Syafei diatas menyarankan kesempurnaan lahir dan batin yang
harus selalu diperbaharui.Hal ini terungkap dalam pemikiran G. Revesz seperti
yang dikutip oleh Syafei :bahwa lapangan pendidikan mesti berubah menurut
zamannya,seandainya orang masih beranggapan,bahwa susunan pendidikan
dan pengajaran yang berlaku adalah sebaik-baiknya dan tidak akan berubah
lagi,maka orang atau lembaga yang berpendirian dan berpikir demikian telah
jauh menyimpang dari kebenaran. Demikianlah,tujuan pendidikan berupa
kesempurnaan lahir dan batin,harus selalu terus disempurnakan sesuai dengan
tuntutan perubahan zaman. Dan kesempurnaan yang cocok untuk bangsa
Indonesia ? Syafei mengajukan pemikiran yang masih relevan untuk zaman
kita ini.
Manusia yang sempurna lahir dan batin atau aktif kreatif itu,apa saja
unsur-unsur atau aspek-aspeknya? Ia menyatakan bahwa yaitu jiwa dan hati
yang terlatih dan otak yang berisi pengetahuan (Thalib Ibarahim,1978;20 ).
Orang yang jiwa dan hatinya terlatih itu tekun,teliti,rajin,giat,berperhatian,dan
d. Rahmah El Yunusiah
Bentuk realisasi dari pemikiran pendidikan Rahmah el-Yunusiyah adalah
berupa pendirian sekolah–sekolah bagi perempuan. Hal ini merupakan
tanggapan dari situasi pada masa itu dan sejalan pula dengan teorinya Arnold
J. Toynbee yaitu : “Challenge and Respons”. Sedangkan tujuan pendidikannya
untuk mencerdaskan kaum perempuan agar pendidikan pada masa itu tidak
berpusat pada laki–laki, dengan demikian hal ini sejalan dengan teori
Feminisme, yaitu teori poststrukturalis dan postmodernisme.
Beberapa hambatan pada kaum perempuan Indonesia. Pendidikan yang
belum berpihak pada kaum perempuan dapat pula ditemui dalam bidang lain.
Misalnya dalam bidang kesehatan dan pekerjaan. Perusahaan masih banyak
yang belum memberi lapangan kerja pada perempuan. Angka perempuan
menganggur lebih tinggi dapat ditemui dimana-mana dibanding laki-laki.
Kalaupun perempuan banyak ditemui bekerja disektor informal (pabrik) itu
bukan berarti hilangnya diskriminasi. Angka kaum perempuan upahnya tidak
dibayar oleh perusahaan mencapai 41,3% lebih tinggi dibanding laki-laki yang
hanya 10% menjadi bukti beban yang diterima perempuan diluar rumah.
Latihan
Basyral Hamidy Harahap, Saheta dkk ,Solusi jitu menghadapi ulangan BI,untuk Sd
kelas 5,,Jakarta,Grasindo,2010
http://ipie3.wordpress.com/2008/12/20/sati-nasution-willem-iskander-1840-1876-
pelopor-pendidikan-dari-sumatera-utara-
http://equatoronline.blogspot.com/2013/03/mohammad-syafei-tokoh-pendidikan-
asal.html
http://wikipedia.com/2011/11/11. tokoh sejarah pendidikan indonesia zaman
kemerdekaan
http://mardanes.blogspot.co.id/2013/03/makalah-pengantar-ilmu-pendidikan.html
http://diporifaldo.blogspot.co.id/2014/01/beberapa-pemikiran-tentang-pendidikan.html
Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia di
muka bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi
apapun manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan. Pendidikan
diambil dari kata dasar didik, yang ditambah imbuhan menjadi mendidik. Mendidik
berarti memelihara atau memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dari
pengertian ini didapat beberapa hal yang berhubungan dengan pendidikan.
Sistem pendidikan menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
sosial budaya dan masyarakat. Pembangunan sistem pendidikan tidak mempunyai arti
apa-apa jika tidak sinkron dengan pembangunan nasional. Permasalahan intern sistem
pendidikan itu sangat kompleks. Artinya, suatu permasalahan intern dalam sistem
pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah-masalah diluar sistem pendidikan itu
sendiri. Misalnya masalah mutu hasil belajar suatu sekolah tidak dapat dilepaskan dari
sosial budaya dan ekonomi masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan kenyataan tersebut
maka penaggulangan masalah pendidikan juga sangat kompleks, menyangkut banyak
komponen, dan melibatkan banyak pihak.
A. Pemerataan Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata pemerataan berasal dari
kata dasar rata, yang berarti: 1) meliputi seluruh bagian, 2) tersebar kesegala penjuru,
dan 3) sama-sama memperoleh jumlah yang sama. Sedangkan kata pemerataan berarti
proses, cara, dan perbutan melakukan pemerataan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pemerataan pendidikan adalah suatu proses, cara dan perbuatan melakukan pemerataan
terhadap pelaksanaan pendidikan, sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat
merasakan pelaksanaan pendidikan.
B. Kuantitas
Kuantitas yaitu masalah yang menyangkut banyak murid yang harus ditampung di
dalam sistem pendidikan atau sekolah. Masalah ini timbul karena calon murid yang
tidak tertampung di suatu sekolah, karena terbatasnya daya tampung. Kesempatan
C. Kualitas
Kualitas sama halnya dengan memiliki mutu dan bobot. Jadi pendidikan yang
bermutu yaitu pelaksanaan pendidikan yang dapat menghasilkan tenaga profesional
sesuai dengan kebutuhan negara dan bangsa pada saat ini.
Seiring perkembangan zaman yang sangat cepat dan modern membuat dunia
pendidikan semakin penuh dengan dinamika, Di Indonesia sendiri dinamika itu tampak
dari tidak henti-hentinya sejumlah masalah yang melingkupi dunia pendidikan.
Permasalahan-permasalahn yang melingkupi dunia pendidikan kita saat ini menurut
Suryati Sidharto (Dirto Hadisusanto, Suryati Sidharto, dan Dwi Siswoyo, 1995),
problem yang dihadapi bangsa Indonesia mencakup lima pokok problem, yaitu:
Pemerataan Pendidikan, Daya Tampung Pendidikan, Relevansi Pendidikan,
Kualitas/Mutu Pendidikan, dan Efisiensi & Efektifitas Pendidikan (Memahami
Pendidikan & Ilmu Pendidikan, Arif Rohman, Hal: 245)
Dalam Masalah mutu pendidikan ini tampaknya dari sejak kita merdeka hingga
kini memasuki era millennium belum juga dapat terselesaikan dengan baik. Masalah
mutu pendidikan di Indonesia memang sangat komplek dan rumit, ini tidak semudah
membalikkan kedua telapak tangan kita. Menurut penulis sendiri mutu pendidikan
merupakan cerminan dari mutu sebuah bangsa. Manakala mutu pendidikannya bagus,
maka bagus pula kualitas peradaban bangsa tersebut. Untuk itu seyogyanya masalah
mutu pendidikan harus menjadi perhatian serius Pemerintah sebagai pembuat kebijakan.
Tentu dalam pengimplementasian-nya upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi
tanggungjawab kita bersama, dan bukan hanya Pemerintah.
D. Efiesensi
Efisiensi adalah apabila sasaran dalam bidang pendidikan dapat dicapai secara
efisien atau berdaya guna. Artinya pendidikan akan dapat memberikan hasil yang baik
dengan tidak menghamburkan sumberdaya yang ada, seperti uang, waktu, tenaga dan
sebagainya.
E. Efektifitas
Pendidikan yang efektif adalah pelaksanaan pendidikan dimana hasil yang dicapai
sesuai dengan rencana / program yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika rencana
belajar yang telah dibuat oleh dosen dan guru tidak terlaksana dengan sempurna, maka
pelaksanaan pendidikan tersebut tidak efektif.
Berbicara masalah efisiensi dan efektifitas pendidikan, jika kita kaitkan dengan
kondisi pendidikan di Negara kita Indonesia, layak kita lemparkan sebuah pertanyaan,
sudah efektifkah pendidikan di Indonesia? Dari pandangan pemakalah, jawabanya
adalah relatif tergantung dari sudut pandang (main of view) mana, kita melihatnya.
Jika kita melihatnya dari sudut pandang persekolah, maka secara khusus, pendidikan
di Indonesia sudah dapat dikatakan efektif, hal ini bisa kita lihat sudah ada bebrapa
lembaga pendidikan (sekolah) yang bisa dikatakan berkualitas, waaupun jumlahnya
masih relative sedikit. Hal ini bisa kita amati dari hasil prestasi belajar siswa yang
selalu meningkat setiap tahunnya.
Akan tetapi, ketika kita melihatnya dari sudut pandang secara luas, pada
umumnya pendidikan di Negara kita belum bisa dikatakan efektif dan juga efisien. Hal
ini bisa kita amati dari kualitas pendidikan di Negara kita. Jika kita bandingkan dengan
Negara-negara lain, kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah. Hal ini dapat
dibuktikan bahwa saat ini Indonesia menempati peringkat 69 dari 127 negara di dunia.
F. Relevansi
Misalnya:
Relevan berarti bersangkut paut, kait mangait, dan berguna secara langsung.
Rendahnya relevansi pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor terpenting
yang mempengaruhi adalah mutu proses pembelajaran yang belum mampu
menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas. Hasil-hasil pendidikan juga belum
didukung oleh sistem pengujian dan penilaian yang melembaga dan independen,
sehingga mutu pendidikan tidak dapat dimonitor secara ojektif dan teratur. Uji banding
antara mutu pendidikan suatu daerah dengan daerah lain belum dapat dilakukan sesuai
dengan yang diharapkan. Sehingga hasil-hasil penilaian pendidikan belum berfungsi
unutk penyempurnaan proses dan hasil pendidikan.
Selain itu, kurikulum sekolah yang terstruktur dan sarat dengan beban menjadikan
proses belajar menjadi kaku dan tidak menarik. Pelaksanaan pendidikan seperti ini tidak
mampu memupuk kreatifitas siswa unutk belajar secara efektif. Sistem yang berlaku
pada saat sekarang ini juga tidak mampu membawa guru dan dosen untuk melakukan
pembelajaran serta pengelolaan belajar menjadi lebih inovatif.
1. Pendidik bukan berasal dari lulusan yang sesuai. Maksudnya terkadang terdapat
tenaga pendidik yang mengajar tidak sesuai dengan jurusannya. Contoh, pendidik
yang merupakan lulusan metematika mengajar bahasa Indonesia. Hal ini secara
tidak langsung akan menjadi masalah pendidikan di Indonesia.
2. Padahal dalam PP NO.19 tahun 2005 tentang standar pendidik dan tenaga
kependidikan pasal 28 ayat 2, dijelaskan bahwa pendidik harus sesuai dengan
ijazah dan sertivikat keahlian yang relevan dengan perundang-undangan yang
berlaku.
Pendidik kurang menguasai dari 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik
maupun tenaga kependidikan sehingga hal ini menyebabkan adanya masalah
kualitas pendidik dan tenaga kependidikan yang kurang baik.
Dalam UU RI no.14 Tahun 2005 pasal 8 ayat dijelaskan bahwa guru wajib
memiliki kualifikasi yang salah satu diantaranya kompetensi , dan diperjelas dalam
pasal 10 ayat 1 yang berbunyi “ kompetensi guru sebagai mana dalam pasal 8
meliputi kopetensi pedagogic, kepribadian, social dan professional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi.
Selain itu juga dijelaskan dalam PP No.19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 3 mengenai
kometensi yang harus dimiliki oleh pendidik.
3. Pendidik terkadang menjadikan mengajar hanya untuk menggugurkan kewajiban
sebagai pendidik, sehingga dia mengajar secara tidak maksimal.
Hal ini tidak sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 3 yang seharusnya
pendidik memiliki kompetensi professional, yang mengharuskan pendidik wajib
bertanggung jawab dengan tugas dan pembinaan terhadap peserta didik.
4. pendidik belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Fenomena itu
ditandai dari rendahnya mutu lulusan, penyelesaian masalah pendidikan yang tidak
tuntas, bahkan lebih berorintasi proyek. Akibatnya, seringkali hasil pendidikan
mengecewakan masyarakat. Mereka terus mempertanyakan relevansi pendidikan
dengan kebutuhan masyarakat dalam dinamika kehidupan ekonomi, politik , sosial,
dan budaya.
5. Pendidik mengajar tidak sesuai dengan silabus sehingga target dari tujuan
pembelajaran tidak sepenuhnya tercapai. Hal ini tidak sesuai dengan kompetensi
pedagogic yang harus dimiliki oleh guru sesuai dengan PP No.19 Tahun 2005 Pasal
28 (3) yang berbunyi “Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
Kompetensi pedagogic, Kompetensi kepribadian, Kompetensi professional dan
Kompetensi sosial.
Kesimpulan
Latihan
Daftar Pustaka
Mudyahardjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan : Sebuah Studi Awal tentang Dasar-
Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta : Raja
Grafindo.
Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia di
muka bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi
apapun manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan. Pendidikan
diambil dari kata dasar didik, yang ditambah imbuhan menjadi mendidik. Mendidik
berarti memelihara atau memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dari
pengertian ini didapat beberapa hal yang berhubungan dengan pendidikan.
Sistem pendidikan menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
sosial budaya dan masyarakat. Pembangunan sistem pendidikan tidak mempunyai arti
apa-apa jika tidak sinkron dengan pembangunan nasional. Permasalahan intern sistem
pendidikan itu sangat kompleks. Artinya, suatu permasalahan intern dalam sistem
pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah-masalah diluar sistem pendidikan itu
sendiri. Misalnya masalah mutu hasil belajar suatu sekolah tidak dapat dilepaskan dari
sosial budaya dan ekonomi masyarakat di sekitarnya.
Untuk tetap mewujudkan sistem pendidikan yang baik, maka kesemua pokok
pendidikan haruslah dipahami bersamaan dengan faktor-faktor penyebabnya. Sehingga
oleh berbagai pihak yang terkait dapat mengupayakan pemecahan atau penanggulangan
yang terbaik agar pendidikan di Indonesia tetap bisa berjalan dengan baik dan mencapai
tujuannya. Berdasarkan kenyataan tersebut maka penanggulangan masalah pendidikan
juga sangat kompleks, menyangkut banyak komponen, dan melibatkan banyak pihak.
1. IPTEK
Terdapat hubungan yang erat antara pendidikan dengan iptek (ilmu
pengetahuan dan teknologi).
IP (Ilmu Pengetahuan)
Ilmu pengetahuan merupakan hasil eksplorasi secara sistem dan
terorganisir mengenai alam semesta. Berkembangnya IP (Science), apakah
bidang sosial, ekonomi, hukum, pertanian dan sebagainya jelas akan
membawa masalah dalam bidang pendidikan misalnya saja, materi/bahan ajar
yang terdapat dalam kurikulum sudah harus diubah/disesuaikan. Hal ini
disinggung dalam butir 3 masalah efisiensi pendidikan tentang perubahan
kurikulum. Selain itu, penyalahgunaan pengetahuan bagi orang-orang tertentu
untuk melakukan tindak kriminal. Kita tahu bahwa kemajuan di badang
pendidikan juga mencetak generasi yang berepngetahuan tinggi tetapi
mempunyai moral yang rendah. Contohnya dengan ilmu komputer yang
tinggi maka orang akan berusaha menerobos sistem perbangkan dan lain-lain.
Cybercrime adalah kejahatan yang di lakukan seseorang dengan sarana
internet di dunia maya yang bersifat melintasi batas negara, perbuatan
dilakukan secara illegal, kerugian sangat besar, dan sulit pembuktian secara
hukum.
TEK (Teknologi)
Teknologi adalah penerapan yang direncanakan dari ilmu pengetahuan
untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Perkembangan teknologi,
misalnya teknologi baru yang digunakan dalam suatu proses produksi akan
menimbulkan kondisi ekonomi sosial baru lantaran perubahan persyaratan
kerja, dan mungkin juga penguraian jumlah tenaga kerja atau jam kerja,
sistem pelayanan baru, kebutuhan bahan-bahan baru, berkembangnya gaya
hidup baru, kondisi tersebut minimal dapat mempengaruhi perubahan isi
pendidikan dan metodenya, bahkan mungkin rumusan baru tunjangan
pendidikan, otomatis juga sarana penunjangnya seperti sarana laboratorium
dan ketenangan. Semua tersebut tentu membawa masalah dalam skala
nasional yang tidak sedikit memakan biaya.. Perkembangan seperti ini akan
menimbulkan masalah dalam sistem pendidikan. Sistem yang ada mungkin
tidak sesuai lagi dengan tuntutan perkembangan, oleh karenanya perlu
ditanggulangi.
Selain itu dampak negatif teknologi terhadap dunia pendidikaan adalah
sebagai berikut:
a. Semakin dimanjakan dengan teknologi. Karena tanpa disadari kita
berada dalam pola konsumtif yang selalu dimanjakan dengan
kecanggihan teknologi, misalnya seorang pelajar yang hanya menyalin
2. Perkembangan Seni
Kesenian merupakan aktivitas berkreasi manusia, secara individual ataupun
kelompok yang menghasilkan sesuatu yang indah. Manusia juga membutuhkan
seni.
Dilihat dari segi tujuan pendidikan yaitu terbentuknya manusia seutuhnya,
aktivitas kesenian mempunyai andil yang cukup besar karena dapat
mengembangkan domain/aspek afektif dari peserta didik. Melalui kesenian
manusia dapat menyalurkan dorongan berkreasi (mencipta) yang bersifat orisinil
(bukan tiruan) dan dorongan spontanitas dalam menemukan keindahan. Dilihat dari
segi lapangan kerja, dewasa ni duna seni dengan segenap cabangnya telah
mengalami perkembangan pesat dan semakin mendapat tempat dalam kehidupan
masyara
Dengan memperhatikan alasan-alasan diatas maka dapat kita lihat pula di
jaman sekarang ini kesenian sudah banyak disalurkan melalui media televisi, radio,
internet, buku komik, maupun majalah. Permasalahannya adalah dengan adanya
seni peran, musik, tari, dan sulap yang disiarkan lewat televisi, radio, atau internet
malah membuat para penikmat seni dari kalangan anak-anak hingga dewasa,
khususnya bagi pelajar generasi bangsa yang terus menikmatinya tanpa mengenal
waktu sehingga lupa/lalai akan kewajiban dan tugas-tugas yang harus
dilakukannya. Contohnya, karena terlalu asyik menonton tv, atau bermain game,
atau membaca komik, maupun membaca majalah tentang fashion terkini, seorang
pelajar lupa/lalai dengan kewajibannya beribadah, belajar, mengerjakan tugas
sekolah/kuliah, membantu orang tua, bahkan terlambat bangun pagi karena
begadang menonton tv dan terlambat juga berangkat ke sekolah/ ke kampus. Ada
pula kasus dimana seorang pelajar asyik menggambar disaaat gurunya memberikan
pelajaran di depan kelas, akibatnya pelajar tersebut tidak berkonsentrasi dalam
belajar dan tidak dapat memahami materi pelajaran tersebut.
Untuk itu, diperlukan penanganan bagi permasalahan dalam pendidikan yang
sedang merajalela akibat dari perkembangan seni ini, bukan berarti perkembangan
seni harus dihambat apalagi dihentikan karena bagaimanapun juga Indonesia
terkenal dengan beragam kesenian yang ada di dalamnya.
2. Penyebaran Penduduk
Akan tetapi meskipun jumlah penduduk dalam tahun ke tahun semakin pesat,
namun persebaran penduduk Indonesia tidak merata ke seluruh wilayah Indonesia
yang terdiri dari 33 provinsi. Ada daerah yang padat penduduk, terutama dikota-
kota besar dan daerah yang penduduknya jarang yaitu didaerah pedalaman
khususnya di daerah terpencil yang berlokasi di pegunungan dan pulau-pulau.
Sebaran penduduk seperti digambarkan itu menimbulkan kesulitan dalam hal
penyediaan dan penempatan guru maupun bagaimana merencanakan dan
menyediakan sarana pendidikan lainnya yang dapat melayani daerah padat (kota)
dan daerah terisolir yang anak usia sekolahnya tidak seberapa orang (jarang).
Disamping sebaran penduduk seperti digambarkan itu dengan pols yang static (di
kota padat, di desa jarang) juga adanya arus perpindahan penduduk dari desa ke
kota (urbanisasi) yang terus-menerus terjadi. Peristiwa ini menimbulkan pola yang
dinamis dan labil yang lebih menyulitkan perencanaan penyediaan sarana
pendidikan. Pola yang labil ini juga merusak pola pasaran kerja yang seharunya
menjadi acuan dalam pengadaan acuan dalam pengadaan tenaga kerja.
Setelah kita melihat gambar diagram diatas kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa meskipun pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang selalu meningkat
terus, akan tetapi tidak dibarengi dengan upaya persebaran penduduk secara
merata. Terlihat bahwa pulau Jawa merupakan wilayah yang memiliki populasi
penduduk Indonesia paling banyak. Dan populasi penduduk yang paling sedikit
yaitu berada di wilayah timur Indonesia yakni Maluku dan Papua.
Jadi, laju pertumbuhan penduduk yang pesat, akan menyebabkan
perkembangan masalah pendidikan, misalnya masalah pemerataan. Dengan
pertumbuhan penduduk yang pesat maka jumlah anak usia sekolah akan semakin
besar/banyak. Jika daya tampung sekolah tidak bertambah maka sebagian dari
mereka terpaksa antri atau tidak sekolah. Jika ditampung juga (misalnya karena
wajib belajar) maka rasio guru siswa akan semakin besar. Hal ini menyebabkan
munculnya masalah lain seperti masalah mutu.
C. Aspirasi Masyarakat
Aspirasi merupakan harapan, cita-cita yang akan dicapai di masa depan. Aspirasi
bangsa Indonesia dalam dunia pendidikan telah di tegaskan dalam UU No.20 Th. 2003
bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dan bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap
dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Kecenderungan aspirasi masyarakat dalam berbagai hal semakin meningkat dari
tahun ke tahun sudah terlihat, khususnya aspirasi terhadap pendidikan, hidup yang
sehat, aspirasi terhadap pekerjaan, kesemuanya ini mempengaruhi peningkatan aspirasi
terhadap pendidikan. Masyarakat sudah melihat bahwa pendidikan akan lebih
menjamin bagi peningkatan taraf hidup dan meningkatkan status sosial mereka seperti
1. Keterbelakang Budaya
Keterbelakang budaya adalah suatu istilah yang diberikan oleh sekelompok
masyarakat (yang menganggap dirinya sudah maju) kepada masyarakat lain
pendukung suatu budaya, kebudayaanya dipadang sebagai sesuatu yang bernilai
dan baik. Terlepas dari kenyataan apakah kebudayaannya tersebut tradisional atau
sudah ketinggalan zaman. Oleh karena itu penilaian dari masyarakat luar itu
dianggap subjektif.
Semestinya masyarakat luar bukan menilainya hanya karena melihat
bagaimana kesesuaian kebudayaan tersebut dengan tuntutan zaman. Dan bukankah
pendidikan mempunyai misi sebagai transformasi budaya (dalam hal ini adalah
kebudayaan nasional). Sebab sebagai system pendidikan yang tangguh adalah yang
bertumpu pada intinya sehingga tidak pernah ketinggalan zaman. Jika system
pendidikan dapat menggapai masyarakat terbelakang kebudayaannya berarti
melibatkan mereka untuk berperan serta dalam pembangunan.
Kesimpulan
Misi Pendidikan adalah menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan,
karena itu pendidikan selalu menghadapi masalah. Itulah sebabnya, karena
pembangunan sendiri selalu mengikuti tuntutan zaman yang selalu berubah. Masalah
yang dihadapi dunia pendidikan sangat luas dan kompleks seperti pengaruh IPTEK dan
Seni, laju pertumbuhan penduduk, aspirasi masyarakat, dan keterbeelakangan budaya
dan sarana kehidupan.
Pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan pembangunan. Pendidikan
berperan untuk menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Karena
pembangunan sealu berubah mengikuti tuntutan zaman, maka pendidikan pun juga
harus bisa mengimbangi. Sebagai akibatnya, permasalahan yang dihadapi oleh dunia
pendidikan pun semakin luas. Hal ini dikarenakan sasaran pendidikan adalah manusia
yang merupakan pelaku dalam kegiatan pembangunan serta usaha pendidikan yang
mempunyai orientasi ke depan dan harus dapat dijangkau oleh pemikiran manusia.
Permasalahan-permasalahan tersebut tentu membutuhkan upaya-upaya untuk
penanggulangannya sehingga tujuan pendidikan itu tercapai.
Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan Faktor yang mempengaruhi berkembangnya
permasalahan pendidikan?
2. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan permasalahn pendidikan!
3. Apa yang dimaksud dengan IPTEK?
4. Sebutkan 5 dampak negatif dari Teknologi!
5. Jelaskan pengertian laju pertumbuhan penduduk!
Daftar Pustaka
Amadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2007. Ilmu Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta
Faturrahman, Drs, dkk. 2012. Pengantar Pendidikan. Prestasi Pustaka Publisher:
Jakarta
Tilaar, H.A.R, Prof. 2004. Manajemen Pendidikan Nasional. PT Remaja Resdakarya:
Bandung
Tirtarahardja, Umar dan La Sula. 2000. Pengantar Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta
Zelhendri Zen, Syafril, dkk. 2012. Pengantar Pendidikan. Sukabina Press: Padang
https://dwiseptianingsih498.wordpress.com/2013/04/20/dampak-penyalahgunaan-
ipteks- terhadap-pendidikan-anak-bangsa/
http://ukiparner.blogspot.co.id/2012/03/dampak-negatif-teknologi-di-bidang.html
http://technoupdate27.blogspot.co.id/2015/02/data-jumlah-penduduk-indonesia-
terbaru.html
http://www.academia.edu/13176634/Anak_anak
http://ipsgampang.blogspot.co.id/2014/08/jumlah-dan-pertumbuhan-penduduk.html
http://medanbisnisdaily.com/news/read/2013/10/24/58003/tingginya_jumlah_anak_putu
sekolah
Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia di
muka bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi
apapun manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan. Pendidikan
diambil dari kata dasar didik, yang ditambah imbuhan menjadi mendidik. Mendidik
berarti memelihara atau memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dari
pengertian ini didapat beberapa hal yang berhubungan dengan pendidikan.
Sistem pendidikan menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
sosial budaya dan masyarakat. Pembangunan sistem pendidikan tidak mempunyai arti
apa-apa jika tidak sinkron dengan pembangunan nasional. Permasalahan intern sistem
pendidikan itu sangat kompleks. Artinya, suatu permasalahan intern dalam sistem
pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah-masalah diluar sistem pendidikan itu
sendiri. Misalnya masalah mutu hasil belajar suatu sekolah tidak dapat dilepaskan dari
sosial budaya dan ekonomi masyarakat di sekitarnya.
Untuk tetap mewujudkan sistem pendidikan yang baik, maka kesemua pokok
pendidikan haruslah dipahami bersamaan dengan faktor-faktor penyebabnya. Sehingga
oleh berbagai pihak yang terkait dapat mengupayakan pemecahan atau penanggulangan
yang terbaik agar pendidikan di Indonesia tetap bisa berjalan dengan baik dan mencapai
tujuannya. Berdasarkan kenyataan tersebut maka penanggulangan masalah pendidikan
juga sangat kompleks, menyangkut banyak komponen, dan melibatkan banyak pihak.
Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membuat sebuah makalah yang
berjudul “Upaya-upaya Penanggulangan Masalah Pendidikan” dengan membahas lebih
lanjut mengenai upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan
pendidikan.
B. Pengelolaan Pendidikan
Kegiatan dalam sistem pendidikan nasional secara umum meliputi dua jenis yaitu
pengelolaan pendidikan dan kegiatan pendidikan. Pengelolaan pendidikan berasal dari
kata manajemen, sedangkan istilah manajemen sama artinya dengan administrasi
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu
hasil yang diinginkan. Pembatasan yang terakhir merumuskan perencanaan
merupakan penetapan pada tindakan apa yang harus dilakukan? Apakah sebab
tindakan itu harus dikerjakan? Dimanakah tindakan itu harus dikerjakan?
Kapankah tindakan itu harus dikerjakan? Siapakah yang akan mengerjakan
tindakan itu? Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu?
2. Pengorganisasian (Organizing)
Oganisasi adalah dua orang atau lebih yang bekerjasama dalam cara yang
terstruktur untuk mencapai sasaran specific atau sejumlah sasaran. Dalam sebuah
organisasi membutuhkan seorang pemimpin, pekerjaan pemimpin meliputi
beberapa kegiatan yaitu mengambil keputusan, mengadakan komunikasi agar ada
saling pengertian antara atsan dan bawahan, memberi semangat, inspirasi dan
dorongan kepada bawahan agar supaya mereka melaksanakan apa yang
diperintahkan.
3. Pengarahan (Directing )
Pengarahan adalah fungsi pengelolaan yang berhubungan dengan usaha
memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam
melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik
dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.
4. Pengawasan
Pengawasan adalah fungsi pengelolaan yang berhubungan dengan usaha
pemantauan kinerja agar supaya kinerja tersebut terarah dan tidak melenceng dari
aturan yang sudah ditetapkan dan pemantauan berfungsi sebagai media agar kinerja
tersebut terarah dan tersampaikan secara tepat.
1. SD Kecil
a. Pengertian
SD Kecil adalah sekolah dasar yang pada umunya terdapat di daerah
terpencil dengan sistem pendidian yang berbeda dengan SD Konvensional.
Jumlah siswa maksimal 60 orang kelas I sampai dengan kelas IV dengan dua
orang guru kelas dan satu kepalaa sekolah, proses belajar mengajar di
selenggarakan dengan menggunakan modul.
Murid yang pintar dijadikan tutor untuk mengajar murid-murid yang
lain. Sisitem guru pamong System guru kunjung dilaksanakan juga untuk
daerah terpencil dimana guru mengunjungi SD induk yang sudah ditetapkan
Kurikulum sama dengan SD biasa Dibina oleh guru biasa yang disajikan SD
induk, mengunjungi SD yang telah ditetapkan. Jumlah 3 sampai 10 orang
System belajar klasikal, kelompok, dan belajar mandiri dengan menggunakan
modus.
Didirikan untuk memberikan tempat belajar bagi siswa yang tidak bisa
sekolah di SD reguler karena jaraknya terlalu jauh. SDK biasanya didirikan di
daerah terpencil jauh dari perkotaan dengan kondisi jalan terjal, becek, atau
berbatuan. SDK menampung anak-anak warga dengan kondisi ekonomi yang
sangat miskin. Siswa belajar tanpa sepatu, seragam, dan tanpa biaya apapun.
SD kecil realisasi dari Undang-Undang Wajib belanja dan pemerataan
pendidikan bagi anak-anak 7-12 tahun, terutama bagi daerah-daerah terpencil.
SD kecil mempunyai ciri-ciri yaitu :
c. Ciri-ciri SD kecil
Kelas yang ada lebih seddikit dari SD biasa (tiga kelas)\
Jumlah murid lebih kecil (20/30 orang)
Jumlah guru lebih sedikit dari guru SD biasa(tiga orang termasuk kepala
sekolah)
Pendekatan belajar meliputi belajar sendiri,yaitu mempelajari modul,
belajar kelompok,klasikal.
Murid yang pandai dijadikan tutor untuk mengajar murid-murid lain.
e. Kurikulkum
Untuk kurikulum yang digunakan biasanya sama dengan kurikulum SD
Regular umumnya. Namun, biasanya yang banyak diajarkan adalah materi
pelajaran Ujian Nasional seperti Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS.
Setelah kelas VI, siswa yang akan mengikuti UN/UNAS harus bergabung
dengan SD reguler terdekat, karena SDK tidak mengadakan UN/UNAS
sendiri. Bahkan tidak sedikit siswa yang baru kela V bisa diikutkan
UN/UNAS, bila mana siswa dianggap mampu mengikuti UN/UNAS. Jadi
SDK seperti sekolah akselari di kota-kota besar.
g. Tenaga pendidik
2. SD Pamong
a. Pengertian
SD Pamong adalah lembaga pendidikan yang di selenggarakan oleh
masyarakat, orang tua, dan guru untuk memberikan pelayanan bagi anak putus
sekolah, atau anak yang tidak dapat dengan secara teratur belajar di sekolah.
Banyak anak-anak di desa-desa Asia Tenggara ternyata putus sekolah.
Bukan karena mereka bodoh, tapi karena mereka tidak bisa bersekolah seperti
biasa. Mereka harus membantu orang tuanya justru ketika kam sekolah, maka
lahirlah di indonesia sistem sekolah SD Pamong, di terapkan di Kebak Kramat
sejak 1974, dan di Gianyar sejak 1977.
b. Tujuan
Membantu anak-anak yang tidak sepenuhnya dapat mengikuti pendidikan
sekolah atau membantu siswa yang drop-out.
Membantu anak-anak yang tidak mau trikat oleh tempat dan waktu dalam
belajar. Oleh karena itu belajar bisa sambil menggembalakan ternak,
waktu istirahat, dll.
Mengurangi penggunaan tenaga guru sehingga rasio guru terhadap murid
dapat menjadi 1:200. Pada SD biasa 1:40 atau 1:50
Meningkatkan pemerataan kesempatan belajar, dengan pembiayaan yang
sedikit dapat di tampung sebanyak mungkin siswa
Dengan demikian, tujuan proyek pamong untuk menentukan alternatif
sistem penyampaian pendidikan dasar yang bersifat efektif, ekonomis, dan
merata yang sesuai dengan kondisi kebanyakan daerah di indoneia.
c. Ciri-ciri SD Pamong
Pada umunya Guru dan Pengelola Lembaga pencari murid, berbeda
dengan SD reguler yang muridnya telah tersedia.
Pembelajaran di tentukan oleh kemauan siswa. Misalnya, dia bisa belajar
malam hari, maka guru pamong harus mengajarnya pada malam tersebut.
Biasanya pengelolaan kelasnya terbatas, misalnya hanya untuk kelas IV,
V, dan VI saja
Kegiatan belajarnya di tentukan dalam setiap minggunya, misalnya belajar
hanya di laksanakan selama 2 hari, selanjutnya hanya di beri tugas sesuai
dengan modul.
b. Tujuan
Perintisan SMU terbuka dilakukan dengan tujuan memberikan
kesempatan belajar bagi lulusan SLTP/MTS yang karena berbagai kendala
sosial ekonomi,geograsis,waktu dan lainnya maka tidak dapat menikuti
pendidikan pada tingkat SLTA.Pada tahun 2001 dilakukan pemnatapan
perintisan SMU terbuka dengan melibatkan unsur pemerintah daerah dan unsur
dinas pendidikan kabupaten/kota.
Perintisan SMU terbuka dilandasi oleh kerangka konseptual yang cukup
matang bagi dari segi teori,filsafat,pola,pembelajaran,pola
kelembagaan,maupun sisitem jaminan kualitasnya (quality assuranrea)uji coba
SMU terbuka telah dilakukan pada tahun 2002/2003 di 7 lokasi.
c. Ciri-ciri SMA terbuka
SMA terbuka merupakan pola pendidikan yang menerapkan sistem
belajar jarak jauh pada jenjang pendidikan menengah yang kegiatan
pembelajarannya dilaksanakan sevcara fleksibel melalui penerapan prinsi-
prinsip belajar mandiri.pada hakekatnya sma terbuka sama dan sederajat
dengan SMA reguler/konvensional.
Perbedaanya hanya terletak pada aspek pembelajarannya dimana para
peserta didik SMA terbuka belajar secara perseorangan maupun dalam
kelompok kecil,(pustekom-depdiknas 2000)karakteristik pendidikan SMA
terbuka dapat dilihat dari aspek tujan,peserta didik,bahan belajar,stategi
pembelajaran ,evaluasi dan sertifikasi.
e. Kurikulum
Umumnya sam dengan kurikulum SMA biasa .namun terdapat
perbedaan dalam hal waktu belajar.SMU terbuka tidak dituntut untuk datang
setiap hari ke SMU reguler yang ditentukan tetapi mereka hanya datang belajar
setiap sore(pukul 14.00 s/d 17.00)selama 5 hari setiap minggunya di TKB di
bawah supervisi guru pamong. Pada umumnya untuk setiap mata pelajaran
minimal mendapat alokasi tutorial selama 2x45 menit perbulan.sedangkan
untuk mata pelajaran yang sukar seperti bahasa inggris ,matematika, fisika ,dan
mata pelajaran yang penting seperti bahasa indonesia,dalam sebulan minimal
mendapat alokasi waktu tutorial 3x45 menit perbulan namun apabila SMU
terbuka tertentu menganut pola tutorial dua hari seminggu.maka jumlah alokasi
waktu tutorial untuk mata pelajaran yang sulit/penting minimal 4x45 menit
dalam sebulan.
Evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan di SMU terbuka yang setara
dengan yang dilaksanakan di SMU reguler adalah :
1) tes akhir modul (TAM) setara dengan tes tformatif atau ulangan harian
pada SMU reguler.
2) Tes akhir unit setara dengan tes tengah semester (mid semester test) pada
SMU reguler.
3) Tes akhir semester yang dilaksanakan pada setiap akhir semester adalah
sama dengan ulangan umum pada SMU reguler.Tujuannya adalah untuk
mengukur tingkat keberhasilan peserta didik setelah mempelajari sejumlah
modul selama satu semester.
4) Ujian akhir merupakan ujian yang diselenggarakan untuk peserta didik
SMU terbuka kelas III pada akhirtahun ajaran yang pelaksanaanya
mengikuti ketentuan yang berlaku di SMU penyelenggara.
Sertifikasi yang diterima oleh para peserta didik SMU reguler yang telah
berhasil menyelesaikan pendidikannya di SMU adalah sama dengan yang
diberikan kepada peserta didik SMU terbuka.
g. Tenaga pendidik
Salah satu prinsipnya adalah mengoptimalkan pendayagunaan berbagai
sumber daya yang ada di masyarakat termasuk tenaga gurunya,guru mata
pelajaran yang terdapat d SMU reguler yang dijadikan sebagai sekolah induk
SMU terbuka dengan memberikan konorarium tambahan
1. Program Paket A
Program Paket A adalah program pendidikan dasar pada jalur pendidikan
nonformal setara SD/MI bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau
berminat dan memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan.
Pemegang ijazah Program Paket A memiliki hak eligibilitas yang sama dengan
pemegang ijazah SD/MI.
2. Program Paket B
Program Paket B adalah program pendidikan dasar pada jalur pendidikan
nonformal setara SMP/MTs bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal
atau berminat dan memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan
dasar. Pemegang ijazah Program Paket B memiliki hak eligibilitas yang sama
dengan pemegang ijazah SMP/MTs.
3. Program Paket C
Program Paket C adalah program pendidikan menengah pada jalur
pendidikan nonformal setara SMA/MA bagi siapapun yang terkendala ke
pendidikan formal atau berminat dan memilih pendidikan kesetaraan untuk
ketuntasan pendidikan menengah. Pemegang ijazah Program Paket C memiliki hak
eligibilitas yang sama dengan pemegang ijazah SMA/MA.
4. Kursus
Kursus adalah lembaga pelatihan yang termasuk ke dalam jenis pendidikan
nonformal. Kursus merupakan suatu kegiatan belajar-mengajar seperti halnya
sekolah. Perbedaanya adalah bahwa kursus biasanya diselenggarakan dalam waktu
pendek dan hanya untuk mempelajari satu keterampilan tertentu. Misalnya, kursus
bahasa Inggris tiga bulan atau 50 jam, kursus montir, kursus memasak, menjahit,
musik dan lain sebagainya. Peserta yang telah mengikuti kursus dengan baik dapat
5. Diklat
Diklat adalah singkatan dari kata pendidikan dan pelatihan. Istilah
pendidikan dan pelatihan apabila disingkat yaitu menjadi Diklat. Akronim Diklat
(pendidikan dan pelatihan) merupakan singkatan/akronim resmi dalam Bahasa
Indonesia.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
http://susksesseluruhtest.blogspot.com/2014/07/makalah-pengantar-
pendidikan.html?m=1
https://id.wikipedia.org/wiki/Kursus
http://www.kejarpaket.com/paket-a-setara-sd/
http://www.kejarpaket.com/paket-b-setara-smp/
https://arifsulistyo.wordpress.com/jurusan-pls/kejar-paket-c/
http://fithriazni.blogspot.co.id/2011/06/pendidikan-luar-sekolah.html
http://pakdirman.blogspot.co.id/2008/03/perkembangan-sma-terbuka.html
Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia
di muka bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam
kondisi apapun manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan.
Pendidikan diambil dari kata dasar didik, yang ditambah imbuhan menjadi mendidik.
Mendidik berarti memelihara atau memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan
pikiran. Dari pengertian ini didapat beberapa hal yang berhubungan dengan pendidikan.
1. Keunggulan TIK
2. Manfaat TIK
1. Kelemahan TIK
2. Solusinnya
Agar penggunaan TIK lebih optimal dan di jalankan dengan baik dan benar,
berikut ada beberapa metode pemecahan masalah agar dampak negatif dari TIK
dapat tertanggulangi.
Jadi solusinya adalah kita jangan sampai mengatakan tidak pada teknologi
(say no to technology) karena jika kita berbuat demikian, maka kita akan
ketinggalan banyak informasi yang sekarang ini informasi-informasi tersebut
paling banyak ada di internet. Kita harus mempertimbangkan kebutuhan kita
terhadap teknologi, mempertimbangkan baik-buruknya teknologi tersebut dan tetap
menggunakan etika, juga tidak lupa jangan terlalu berlebihan agar kita tidak
kecanduan denagn teknologi.
Kesimpulan
Latihan
Daftar Bacaan
Dr. Deni Darmawan, S,Pd., M.Si. Teknologi pembelajaran, Cet Pertama, Agustus-2011
PT. Remaja Rosdakarya, Bandug.
Drs. Rudi Susilana, M.Pd, Media Pembelajaran, Cetakan 2009, CV. Wahana Prima,
Bandung.
http://www.seputarpengetahuan.com/2015/05/pengertian-dan-ciri-ciri-globalisasi-i.html
http://seribubukit.com/berita-tujuan-manfaat-dan-keuntungan-pemanfaatan-
tik.html#ixzz3shPdRjvT