Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(BAB 1)

IMAN KEPADA ALLAH MELALUI ASMAUL HUSNA

Disusun

ADIRA NUR FARSYA

X MIPA 3

NISN : 0068302916
Kata pengantar

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
karunia serta kasih sayang-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Beriman Kepada Allah Melalui Asmaul Husna”. Sholawat serta
salam semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir, dan penutup para nabi
sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa
pula saya mengucapkan terima kasih kepada Pak Saehu S.Pd.I selaku guru mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Dalam penulisan makalah ini, saya menyadari bahwa masih banyak terdapat
kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan
maupun dengan teknik pengetikan, dengan demikian inilah usaha maksimal
saya selaku penulis dan penyusun.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

[Makassar, 30 Agustus 2021]

1
Daftar Isi
KATA PENGANTAR……………………………………………….. i

DAFTAR ISI……………………………………………………………… ii

PENDAHULUAN…………………………………………………….. iii

PEMBAHASAN………………………………………………………… 1

A. IMAN KEPADA ALLAH………………………………. 1


1. Pengertian Iman kepada Allah Melalui Asma'ul Husna…… 2
2. Pengertian Asma'ul Husna……………………………………….3
3. Menghayati Makna Tujuh Asma'ul Husna…………………… 4
4. Perilaku yang Mencerminkan Keimanan terhadap Asmaul
Husna………………………5

PENUTUP…………………………………………………………6

A. Kesimpulan………………………………………..7

2
Pendahuluan
Artinya: Dan Allah memiliki Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik), maka
bermohonlah kepada-Nya dengan menyebutnya Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah
orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat
balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S. al-A’raf/7 : 180)

Allah memerintahkan kita untuk berdoa kepada-Nya dengan menyebut


nama-nama-Nya, sebelum kita utarakan permintaan kita. Allah SWT adalah Zat Yang
Mahasempurna, meliputi zat dan sifat-Nya, sifat-sifat Allah yang Mahasempurna
terdapat dalam Asmaul Husna yang tercantum dalam kitab suci Al-Quran.

Pembahasan
A. IMAN KEPADA ALLAH

1. Pengertian Iman kepada Allah Melalui Asma’ul Husna

Pengertian dari iman kepada Allah SWT melalui Asmaul Husna adalah kita
meyakini akan adanya Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Esa dengan segala
kesempurnaan-Nya. Rasa percaya/yakin ini dapat ditumbuhkan melalui berbagai

3
cara salah satunya yaitu dengan memahami nama-nama-Nya yang baik dan
indah dengan sebutan al-Asma’u al-Husna.

2. Pengertian Asma'ul Husna

Al-Asma’u Al-Husna terdiri atas dua kata, yaitu asma yang berarti nama-nama,
dan husna yang berarti baik atau indah. Jadi, al-Asma’u al-Husna dapat diartikan
sebagai nama-nama yang baik lagi indah yang hanya dimiliki oleh Allah Swt
sebagai bukti keagungan-Nya. Kata al-Asma’u al-Husna diambil dari ayat
Al-Qur’an Q.S Taha/20:8 yang artinya “Allah Swt tidak ada Tuhan melainkan Dia.
Dia memiliki al-Asma’u al-Husna (nama-nama baik).”

"Dan Allah memiliki Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik), maka


bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah
orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan
mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan."

(QS. Al-A'raf 7: Ayat 180)

Asmaul husna berjumlah 99. Jumlah ini bukan pembatasan terhadap sifat
kemahasempurnaan Allah, melainkan sebuah bilangan yang mempermudah kita
untuk menghafalkannya, kemudian menjaganya, dan mengamalkannya, maka
Allah akan menjamin kita masuk surga.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam hadis yang artinya: Diriwayatkan dari
Abu Hurairah r.a. bahwasanya Nabi Muhammad saw. bersabda, "Sesungguhnya
Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Barang
siapa yang menghitungnya(menjaganya), maka ia akan masuk surga." (H.R.
Al-Bukhari: 2531 dan Muslim: 4836).

4
3. Menghayati Makna Tujuh Asma'ul Husna

1. Al Karim (Mahamulia)

Secara bahasa, al-Karim mempunyai arti Yang Mahamulia, Yang Maha


Dermawan atau Yang Maha Pemurah. Secara istilah, al-Karim diartikan bahwa
Allah Swt. Yang Mahamulia lagi Maha Pemurah yang memberi anugerah atau
rezeki kepada semua makhluk-Nya. Dapat pula dimaknai sebagai Zat yang sangat
banyak memiliki kebaikan, Maha Pemurah, Pemberi Nikmat dan keutamaan,
baik ketika diminta maupun tidak.

5
Kemuliaan Allah terdapat dalam sifat-sifat kemahasempurnaan-Nya, seperti
Allah Maha Pengasih yang tak pernah pilih Kasih, Allah Mah Penyayang yang
rasa sayangnya tak terbilang, Allah Maha Pemberi Rezeki yang tak pernah
pamrih, dan lain sebagainya.

Al-Karim juga dimaknai Yang Maha Pemberi Maaf karena Allah Swt. memaafkan
dosa para hamba yang lalai dalam menunaikan kewajiban kepada Allah Swt.,
kemudian hamba itu mau bertaubat kepada Allah Swt. Bagi hamba yang berdosa,
Allah Swt. adalah Yang Maha Pengampun. Dia akan mengampuni seberapa pun
besar dosa hamba-Nya selama ia tidak meragukan kasih sayang dan
kemurahan-Nya.

Menurut imam al-Gazali, al-Karim adalah Dia yang apabila berjanji, menepati
janjinya, bila memberi, melampaui batas harapan, tidak peduli berapa dan
kepada siapa Dia memberi dan tidak rela bila ada kebutuhan dia memohon
kepada selain-Nya, meminta pada orang lain. Dia yang bila kecil hati menegur
tanpa berlebih, tidak mengabaikan siapa yang menuju dan berlindung

6
kepada-Nya, dan tidak membutuhkan sarana atau perantara.

Artinya: Maka Mahatinggi Allah, raja yang sebenarnya; tidak ada tuhan (yang
berhak disembah) selain Dia, Tuhan (yang memiliki) ‘Arsy yang mulia. (Q.S.
al-Mukminun/23: 116)

2. Al Mu'min (Maha Pemberi Aman)

Al-Mu’min secara bahasa berasal dari kata amina yang berarti pembenaran,
ketenangan hati, dan aman. Allah Swt. al-Mu’min artinya Dia Maha Pemberi rasa
aman kepada semua makhluk-Nya, terutama kepada manusia. Dengan begitu,
hati manusia menjadi tenang. Kehidupan ini penuh dengan berbagai
permasalahan, tantangan, dan cobaan. Jika bukan karena Allah Swt. yang
memberikan rasa aman dalam hati, niscaya kita akan senantiasa gelisah, takut,
dan cemas.

7
Ketika kita akan menyeru dan berdoa kepada Allah Swt. dengan nama-Nya
al-Mu’min, berarti kita memohon diberikan keamanan, dihindarkan dari fitnah,
bencana dan siksa. Karena Dialah Yang Maha Memberikan keamanan,

Artinya: Dialah Allah tidak ada tuhan selain Dia. Maharaja, Yang Mahasuci, Yang
Mahasejahtera, Yang Menjaga Keamanan, Pemelihara Keselamatan, Yang
Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan, Mahasuci
Allah dari apa yang mereka persekutukan. (Q.S. al-Hasyr/59:23)

3. Al Wakil (Maha Melindungi)

Kata “al-Wakil” mengandung arti Maha Mewakili atau Pemelihara. Al-Wakil


(Yang Maha Mewakili atau Pemelihara), yaitu Allah Swt. yang memelihara dan
mengurusi segala kebutuhan makhluk-Nya, baik itu dalam urusan dunia maupun
urusan akhirat. Dia menyelesaikan segala sesuatu yang diserahkan hambanya
tanpa membiarkan apa pun terbengkalai.

8
Menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah Swt. melahirkan sikap
tawakkal. Tawakkal bukan berarti mengabaikan sebab-sebab dari suatu
kejadian. Berdiam diri dan tidak peduli terhadap sebab itu dan akibatnya adalah
sikap malas. Ketawakkalan dapat diibaratkan dengan menyadari sebab-akibat.
Orang harus berusaha untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Rasulullah
saw. bersabda, “Ikatlah untamu dan bertawakkallah kepada Allah Swt.” Manusia
harus menyadari bahwa semua usahanya adalah sebuah doa yang aktif dan
harapan akan adanya pertolongan-Nya. Allah Swt. berfirman yang artinya,
“(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Swt. Tuhan kamu; tidak
ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka
sembahlah Dia dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.“ (Q.S. al-An’ām/6:102)

Allah memiliki sifat Maha Melindungi dari segala sesuatu yang tidak kita
inginkan. Allah adalah satu-satunya zat yang pantas dan harus kita jadikan
sandaran dalam hidup.

Artinya: (yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang ketika ada
orang-orang mengatakan kepadanya, Orang-orang (Quraisy) telah
mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada
mereka, “ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka
menjawab, “Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik

9
pelindung.” (Q.S. ali-‘Imran/3: 173)

4. Al Matin (Mahakukuh)

Al-Matin artinya Mahakukuh. Allah Swt. adalah Mahasempurna dalam kekuatan


dan kekukuhan-Nya. Kekukuhan dalam prinsip sifat-sifat-Nya. Allah Swt. juga
Mahakukuh dalam kekuatan-kekuatan-Nya. Oleh karena itu, sifat al-Matin adalah
kehebatan perbuatan yang sangat kokoh dari kekuatan yang tidak ada taranya.
Dengan begitu, kekukuhan Allah Swt. yang memiliki rahmat dan azab terbukti
ketika Allah Swt. memberikan rahmat kepada hamba-hamba-Nya. Tidak ada apa
pun yang dapat menghalangi rahmat ini untuk tiba kepada sasarannya.
Demikian juga tidak ada kekuatan yang dapat mencegahpembalasan-Nya.

Kekuatan Allah tidak ada tandingannya, tidak akan ada siapa pun yang mampu
mengalahkan-Nya dan kehendak-Nya tidak akan pernah tergoyahkan oleh
siapapun.

Artinya: Sungguh Allah, Dialah Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi
Sangat Kukuh. (Q.S. az-Zariyat/51: 58)

5. Al Jami' (Maha Mengumpulkan)

Al-Jāmi’ secara bahasa artinya Yang Maha Mengumpulkan/Menghimpun, yaitu


bahwa Allah Swt. Maha Mengumpulkan/Menghimpun segala sesuatu yang

10
tersebar atau terserak. Allah Swt. Maha Mengumpulkan apa yang
dikehendaki-Nya dan di mana pun Allah Swt. berkehendak. Allah Maha
Mengumpulkan segala sesuatu dengan sangat mudah, termasuk mengumpulkan
manusia kelak di Padang Mahsyar.

Artinya: Ya Tuhan kami, Engkaulah yang mengumpulkan manusia pada hari


yang tidak ada keraguan padanya. Sungguh, Allah tidak menyalahi janji. Allah
tidak menyalahi janji. (Q.S. Ali ‘Imran/3: 9)

6. Al ‘Adl (Mahaadil)

Al-‘Adl artinya Mahaadil. Keadilan Allah Swt. bersifat mutlak, tidak dipengaruhi
oleh apa pun dan oleh siapa pun. Keadilan Allah Swt. juga didasari dengan ilmu
Allah Swt. yang MahaLuas. Sehingga tidak mungkin keputusan-Nya itu salah.

11
Al-‘Adl berasal dari kata ‘adala yang berarti lurus dan sama. Orang yang adil
adalah orang yang berjalan lurus dan sikapnya selalu menggunakan ukuran
yang sama, bukan ukuran ganda. Persamaan inilah yang menunjukkan orang
yang adil tidak berpihak kepada salah seorang yang berselisih. Adil juga
dimaknai sebagai penempatan sesuatu pada tempat yang semestinya.

Allah Maha adil dalam memutuskan segala sesuatu. Tidak ada zat yang mampu
memengaruhi Allah untuk berbuat adil, termasuk dalam memberi balasan pada
hamba-Nya.

Artinya: Hanya kepada-Nya kamu semua akan kembali. Itu merupakan janji
Allah yang benar dan pasti. Sesungguhnya Dialah yang memulai penciptaan
makhluk kemudian mengulanginya (menghidupkannya kembali setelah
berbangkit), agar Dia memberi balasan kepada orang-orang yang beriman dan
mengerjakan kebijakan dengan adil. Sedangkan untuk orang-orang kafir
(disediakan) minuman air yang mendidih dan siksaan yang pedih karena
kekafiran mereka. (Q.S. Yunus/10: 4)

7. Al-Akhir (Mahaakhir)

Al-Ākhir artinya Yang Mahaakhir yang tidak ada sesuatu pun setelah Allah Swt.
Dia Mahakekal tatkala semua makhluk hancur, Mahakekal dengan
kekekalan-Nya. Adapun kekekalan makhluk-Nya adalah kekekalan yang terbatas,
seperti halnya kekekalan surga, neraka, dan apa yang ada di dalamnya. Surga

12
adalah makhluk yang Allah Swt. ciptakan dengan ketentuan, kehendak, dan
perintah-Nya.

Tidak ada zat yang tersisa di dunia ini, kecuali Allah. Dialah yang Mahaakhir,
tidak ada zat setelah Allah. Hal ini menunjukkan bahwa Allah Mahakekal dan
Abadi di saat semua makhluk ciptaannya hancur dan binasa.

Orang yang mengesakan al-Ākhir akan menjadikan Allah Swt. sebagai


satu-satunya tujuan hidup yang tiada tujuan hidup selain-Nya, tidak ada
permintaan kepada selain-Nya, dan segala kesudahan tertuju hanya kepada-Nya.
Oleh sebab itu, jadikanlah akhir kesudahan kita hanya kepada-Nya. Karena
sungguh akhir kesudahan hanya kepada Rabb kita, seluruh sebab dan tujuan
jalan akan berujung ke haribaan-Nya semata.

Artinya: Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir, dan Yang Batin; dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. al-Hadid/57: 3).

4. Perilaku yang Mencerminkan Keimanan terhadap Asmaul Husna

Setelah mempelajari keimanan kepada Allah Swt. melalui sifat-sifatnya dalam


al-Asmā’u al-Husnā, sebagai orang yang beriman, kita wajib merealisasikannya
agar memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

1. Keluhuran Budi

Orang yang yakin bahwa Allah adalah zat yang Mahamulia karena keluhuran
dan kesempurnaan sifat-sifat-Nya, ia akan senantiasa menunjukkan keluhuran
budi pekertinya dengan perilaku dan perbuatan yang terpuji dan mulia. Allah
tidak akan melihat diri manusia dari jasad atau fisik, tetapi semata karena
akhlak dan perbuatan kita yang terpuji dan mulia sebagai wujud dari
implementasi nilai takwa.

2. Kukuh Pendirian

Orang yang yakin Allah Mahakukuh, ia akan mempunyai sikap yang kukuh

13
dalam mempertahankan kebaikan dan kebenaran, tidak akan mudah
terpengaruh dengan kondisi dan keadaan lingkungan sekitar yang mengajaknya
melakukan hal yang tidak terpuji, dan akan tetap mempertahankan
pendiriannya sekukuh keimanannya kepada Allah.

3. Memiliki Rasa Aman

Orang yang yakin Allah al Mukmin, ia akan selalu bersikap dan berbuat yang
bisa memberikan rasa aman kepada siapa saja.

4. Selalu Tawakal

Orang yang yakin Allah Maha Melindungi, ia akan selalu berserah diri kepada
Allah. Sifat ini akan disertai sifat ikhtiar, yaitu berusaha dengan
sungguh-sungguh. Serta ketulusan dalam berdoa sehingga apapun hasil yang
diusahakannya akan selalu ia yakini sebagai hasil yang terbaik dari Allah.

5. Semangat dalam Kebaikan

Orang yang yakin bahwa tidak ada yang tersisa di hari kiamat nanti kecuali Allah
Yang Mahaakhir dan satu saat Allah Maha Mengumpulkan akan mengumpulkan
manusia di Padang Mahsyar, ia akan selalu punya jiwa semangat untuk
senantiasa berbuat kebaikan pada sesama.

6. Berkarakter pemimpin

Pewujudan meneladani sifat Allah Swt. al-Jāmi’ di antaranya seperti berikut.

a. Mempersatukan orang-orang yang sedang berselisih.

b. Rajin melaksanakan śalat berjamaah.

c. Hidup bermasyarakat agar dapat memberikan manfaat kepada orang lain.

7. Berlaku adil

Perwujudan meneladani sifat Allah Swt. al-‘Adl misalnya seperti berikut.

14
a. Tidak memihak atau membela orang yang bersalah, meskipun ia saudara atau
teman kita.

b. Menjaga diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar dari kezaliman.

8. Menjadi orang yang bertakwa

a. Selalu melaksanakan perintah Allah Swt. seperti: śalat lima waktu, patuh dan
hormat kepada orang tua dan guru, puasa, dan kewajiban lainnya.

b. Meninggalkan dan menjauhi semua larangan Allah Swt. seperti: mencuri,


minum-minuman keras, berjudi, pergaulan bebas, melawan orang tua, dan
larangan lainnya.

Penutup
A. Kesimpulan

Secara bahasa, Asma'ul Husna berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari "asma" yaitu
nama-nama, dan "al husna" yaitu baik, bagus, dan indah. Secara istilah, Asmaul Husna
adalah nama-nama Allah yang baik , bagus, dan indah.

Asmaul husna berjumlah 99. Jumlah ini bukan pembatasan terhadap sifat
kemahasempurnaan Allah, melainkan sebuah bilangan yang mempermudah kita untuk
menghafalkannya, kemudian menjaganya, dan mengamalkannya, maka Allah akan
menjamin kita masuk surga.

Al Karim artinya Mahamulia, Al Mu’min artinya Maha Pemberi Aman, Al Wakil artinya
Maha Melindungi, Al Matin artinya Maha Kukuh, Al Jami’ artinya Maha Mengumpulkan,
Al ‘Adl artinya Mahaadil, Al Akhir artinya Mahaakhir.

15

Anda mungkin juga menyukai