Analisis Sistem Informasi Akuntansi Sikl
Analisis Sistem Informasi Akuntansi Sikl
SIKLUS PRODUKSI DI PT X
WIRABHAMA KIRANA
0806392464
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPOK
JULI 2013
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
WIRABHAMA KIRANA
0806392646
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPOK
JULI 2013
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-
Nya saya dapat menyelesaikan laporan magang ini. Penulisan laporan magang ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan
laporan magang ini, tentunya sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan magang
ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Mafrizal Happy, Ak. MBA selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan laporan akhir
magang ini;
2. Pihak PT. X dan seluruh rekan kerja yang telah banyak membantu dalam usaha
memperoleh data-data yang saya perlukan;
3. Orang tua, Ayahanda Hendra Kirana dan Ibunda Dwi Indrawati, serta kakak dan keluarga
saya yang telah banyak memberikan bantuan dukungan material dan moral serta
mendoakan saya selama ini;
4. Seluruh pihak-pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
banyak membantu saya dalam menyelesaikan laporan akhir magang ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga laporan magang ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu akuntasi.
Sistem informasi memegang peranan penting dalam menghasilkan informasi secara cepat,
efektif, dan efisien. Salah satu bentuk informasi yang memegang peranan penting adalah
informasi akuntansi, dimana informasi akuntansi dapat meningkatkan daya saing yang
dimiliki oleh perusahaan. PT X merupakan perusahaan yang telah berperan penting dalam
memajukan dunia otomotif nasional dengan memproduksi berbagai komponen otomotif.
Pentingnya Sistem Informasi Akuntansi (SIA) sebagai sistem informasi dasar dalam sebuah
perusahaan mendorong saya untuk menyoroti penerapan sistem informasi akuntasi yang ada
pada PT X. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan magang di PT. X adalah mendapatkan
gambaran sistem informasi akuntansi pada siklus produksi PT X yang telah berjalan saat ini,
serta mengidentifikasi kelebihan maupun kekurangan dari sistem yang sedang berjalan
tersebut. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa prosedur yang diterapkan oleh perusahaan
memiliki konsep yang baik, perusahaan menjalankan konsep pull manufacturing dengan
disiplin dan tegas, sehingga bisa menekan biaya yang terjadi di dalam perusahaan. Namun
demikian, masih terdapat kelemahan dari prosedur-prosedur yang dijalankan dalam siklus
produksi tersebut, yaitu kurangnya perhatian terhadap otomatisasi maupun teknologi
penunjangnya. Teknologi bar code yang menjadi aktor uzur dalam konsep otomatisasi siklus
produksi masih belum diimplementasikan ke dalam semua proses yang terjadi di dalam
siklus. Pengembangan dari bar code yaitu Radio Frequency Identification (RFID) yang
terbaru belum diimplementasikan oleh PT X. Perusahaan dalam hal ini beranggapan bahwa
teknologi dan konsep otomatisasi bagi sistem informasi akuntansi bukan merupakan prioritas
dalam perusahaan. Khusus mengenai proses akuntansi biaya yang dimiliki perusahaan, dapat
disimpulkan bahwa untuk saat ini perusahaan tidak perlu khawatir tentang sistem akuntansi
yang digunakan di PT X dalam hal inefisiensi. Namun untuk beberapa tahun kedepan dimana
otomatisasi telah menjangkau seluruh proses dan biaya tidak langsung meningkat, perusahaan
perlu melakukan perubahan yang berarti.
Kata kunci:
Informasi, akuntansi, otomatisasi, bar code, Radio Frequency Identification (RFID)
Keywords:
Information, accounting, automation, bar code, Radio Frequency Identification (RFID)
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ………………………….... ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………. iii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……………… v
ABSTRAK …………………………………………………………………… vi
ABSTRACT ………………………………………………………………….. vii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… viii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… x
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… xi
1. PENDAHULUAN ………………………………………………....... 1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………...... 1
1.2 Rumusan Permasalahan ……………………………………………… 2
1.3 Tujuan Penulisan Laporan Magang …………………………….......... 3
1.4 Ruang Lingkup Laporan Magang ……………………………………. 3
1.5 Manfaat Pelaksanaan Program Magang ……………………………… 3
1.6 Tempat dan Waktu Pelaksanan Magang ……………………………... 4
1.7 Pelaksanaan Program Magang ……………………………………….. 4
1.8 Metode Penulisan Laporan Magang …………………………………. 5
1.9 Sistematika Penulisan ………………………………………………… 5
2. LANDASAN TEORI ………………………………………………. 6
2.1 Sistem Informasi …………………………………………………...... 6
2.2 Sistem Informasi Akuntansi ………………………………………..... 6
2.3 Sistem Produksi …………………………………………………….... 9
2.3.1 Perancangan Produk …………………………………………. 12
2.3.2 Perencanaan dan Penjadwalan Produksi …………………….. 14
2.3.3 Proses Produksi …………………………………………….... 20
2.3.4 Sistem Akuntansi Biaya ……………………………………... 21
2.3.4.1 Metode Pengumpulan Data Biaya…………………. 22
2.3.4.2 Penentuan Sistem Biaya …………………………... 24
Nomor Halaman
2.1 Ilustrasi Master Production Schedule ……………………………… 19
2.2 Ilustrasi Order Produksi ……………………………………………. 20
2.3 Ilustrasi Material Requisition …………………………………….... 20
2.4 Perbedaan Job Order Costing dengan Process Costing …………… 32
3.1 Prosedur Perencanaan Produksi …………………………………… 59
3.2 Prosedur Penjadwalan Produksi …………………………………… 69
3.3 Prosedur Operasi Produksi ………………………………………… 73
3.4 Prosedur Pengendalian Biaya ………………………………………. 80
3.5 Prosedur Desain Produk ……………………………………………. 86
Nomor Halaman
2.1 Hubungan Sistem Produksi Dengan Sistem Lainnya ……………... 9
2.2 Aktivitas Dalam Sistem Produksi …………………………………. 11
2.3 Ilustrasi Pemodelan CAD …………………………………………. 13
2.4 Simulasi Proses dalam CAM ……………………………………… 14
2.5 Alur Biaya Job Costing …………………………………………… 28
2.6 Alur Biaya Process Costing ………………………………………. 31
2.7 Alur Alokasi Biaya Sistem Biaya ABC ………………………….. 33
3.1 Struktur Organisasi PT X …………………………………………. 43
3.2 Proses Bisnis PT X ……………………………………………….. 46
3.3 Proses Produksi PT X …………………………………………….. 47
3.4 Diagram Konteks Siklus Produksi PT.X …………………………. 50
3.5 DFD Level 0 ………………………………………………………. 51
3.6 DFD APQP Level 1 ………………………………………………. 58
3.7 Alur Proses kanban Perusahaan …………………………………... 65
3.8 Kartu Kanban PT X ……………………………………………….. 65
3.9 DFD Level 1 Penjadwalan Produksi ……………………………… 68
3.10 Level 1 Proses Produksi ….……………………………………….. 72
3.11 Laporan Man hour PT X ………………………………………….. 77
3.12 Laporan Efisiensi Produksi PT.X …………………………………. 77
3.13 Standard Manufacturing Cost Sheet ………………………………. 78
3.14 DFD Level 1 Pengendalian Biaya .................................................... 79
3.15 DFD APQP Phase 2 ......................................................................... 82
3.16 Level 3 Prosedur Desain Produksi ………………………………… 85
4.1 Bagian Bagan Alir Desain Produksi 1 …………………………….. 88
4.2 Bagian Bagan Alir Desain Produksi 2 …………………………….. 89
4.3 Bagian Bagan Alir Perencanaan Produksi 1 …………………………….. 92
4.4 Bagian Bagan Alir Perencanaan Produksi 2 ……………………… 93
4.5 Bagian Bagan Alir Perencanaan Produksi 3 ……………………… 94
4.6 Bagian Bagan Alir Penjadwalan Produksi ……………………….. 94
Kondisi dunia bisnis saat ini menjadikan persaingan yang semakin ketat antar perusahaan,
oleh karena itu perusahaan perlu memaksimalkan sumber daya yang mereka miliki. PT X
merupakan perusahaan yang telah berperan penting dalam memajukan dunia otomotif
nasional dengan memproduksi berbagai komponen otomotif. PT X memiliki bekal
pengalaman selama 35 tahun dan keahlian untuk memproduksi secara efisien dan efektif dan
tentunya bekerja sama dengan klien persahaan untuk menyusun rencana yang tepat dalam
menghadapi lingkungan yang senantiasa berubah.
Dewasa ini teknologi komunikasi dan informasi terus menerus berkembang dan
mempengaruhi bagaimana perusahaan dalam mengendalikan, mengelola, dan
mengembangkan bisnis yang mereka miliki. Teknologi ini dapat menjadi penentu
Salah satu bentuk informasi yang memegang peranan penting adalah informasi akuntansi
dimana informasi akuntansi dapat meningkatkan daya saing yang dimiliki oleh perusahaan.
Peningkatan tersebut dalam penelitian ini lebih berfokus pada kegunaan informasi akuntansi
dalam pengambilan keputusan, dimana dengan adanya informasi tersebut pembuat keputusan
dapat mengambil keputusan yang tepat dalam mengurangi biaya atau mengalokasikan biaya
dengan lebih tepat. Pentingnya peranan informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan
tersebut menuntut perusahaan untuk dapat mengembangkan sistem akuntansi yang
sophisticated dan sesuai dengan kebutuhan.
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) lebih khususnya SIA yang menangani akuntansi biaya
merupakan mata dan telinga bagi pengambil keputusan untuk melihat proses maupun siklus
akuntansi di perusahaan. Sistem inilah yang akan merekam data dari sistem operasional yang
diklasifikasikan ke dalam siklus atau jenis transaksi. Hal ini berdampak bahwa output yang
disajikan oleh SIA yang baik dan sejalan dengan itu keputusan yang tepat akan membantu
perusahaan untuk menekan dan mengatur biaya dengan efektif.
Pentingnya SIA sebagai sistem informasi dasar dalam sebuah perusahaan mendorong penulis
untuk menyoroti penerapan sistem informasi akuntasi yang ada pada PT X. Tanpa SIA siklus
produksi yang mumpuni perusahaan tidak akan bertahan di tengah derasnya persaingan usaha
di dalam industri tempat perusahan membuka bisnisnya. Oleh karena itu penulis merasa
tertantang untuk mengetahui bagaimana proses-proses yang terdapat dalam siklus informasi
akuntansi yang dimiliki oleh perusahaan, dan bagaimana kelebihan maupun kekurangan dari
sistem tersebut.
Bagi perusahaan tempat magang, manfaat yang didapat dengan menjadi tempat pelaksanaan
program magang, antara lain:
a) Mendapatkan manfaat dari sumber daya manusia secara temporer sesuai kebutuhan
perusahaan.
Dalam pelaksanaan magang, penulis mendapatkan arahan dan bimbingan dari Kepala
Departemen Akuntansi, Wakil Kepala Departemen Akuntansi, serta dari rekan kerja
sesama accounting staff. Kegiatan magang yang dijalani oleh penulis adalah
membantu para staff akuntansi dalam menjalankan proses akuntansi perusahaan
sehari-hari, dalam hal ini perusahaan menggunakan software akuntansi bernama
Finacct.
Setelah mempelajari cara kerja dari software akuntansi tersebut dan prosedur dalam
menggunakannya, penulis diberi tanggung jawab sesuai desk job yang diberikan oleh
Wakil Kepala Departemen Akuntansi. Berikut adalah rincian kegiatan yang penulis
lakukan selama dalam proses magang:
Laporan akhir magang ini dibuat dengan menggunakan metode studi pustaka untuk
teori-teori pendukung dan observasi langsung dalam praktik pencatatan dan metode
persediaaan yang dilakukan oleh PT. X.
LANDASAN TEORI
Informasi adalah produk yang dihasilkan dari sebuah sistem informasi. Informasi berbeda
dengan data, dimana data adalah fakta, angka yang menjadi masukan bagi sebuah sistem
informasi. Informasi terdiri dari data yang telah dirubah dan dibuat menjadi lebih bernilai
melalui sebuah proses. Informasi secara ideal seharusnya memberi pengetahuan yang berarti
dan berguna untuk mencapai sasaran.
Sistem adalah suatu kerangka kerja terpadu yang mempunyai satu tujuan atau lebih. Yang
dimana untuk mencapai tujuan tersebut akan mengkoordinasi sumberdaya yang dibutuhkan
untuk mengubah masukan-masukan menjadi keluaran. Sumberdaya yang dimaksud disini
dapat berupa mesin atau tenaga kerja, bergantung pada macam sistem yang dibicarakan.
Dengan kedua definisi diatas dapat disimpulkan sistem infromasi adalah suatu kerangka kerja
dimana sumberdaya (manusia, komputer) dikoordinasikan untuk mengubah masukan (data)
menjadi keluaran (informasi), guna mencapai sasaran-sasaran perusahaan (James Hall, 2001)
Hubungan ini membuat munculnya istilah sistem informasi akuntansi (SIA). Sistem informasi
akuntansi merupakan sistem informasi formal yang memiliki semua karakteristik seperti
tujuan (kegunaan), tahap, tugas, pengguna, dan sumber daya (Romney, 2012). Lebih daripada
itu, sistem informasi akuntansi suatu perusahaan mempunyai cakupan yang menyeluruh.
Sistem ini meluas ke seluruh kegiatan perusahaan dan menyediakan informasi bagi semua
pengguna perusahaan.
Sistem informasi akuntansi dapat dibagi menjadi tiga subsistem (James Hall, 2001) yaitu
Transaction Processing System (TPS), General Ledger/Financial Reporting System dan
Management Reporting System.
Peran TPS sebagai pusat bagi segala sistem informasi yang ada dalam perusahaan
dapat dilihat dari proes yang dilakukan pada subsistem ini yaitu:
a. Mengubah kejadian ekonomi menjadi transaksi keuangan
b. Mencatat transaksi keungan dalam catatan akuntansi
c. Mendistribusikan informasi keuangan kepada staf operasional untuk
mendukung kegiatan operasional.
Sistem Produksi adalah sebuah subsistem dari sistem informasi akuntansi yang berada di
dalam kategori transaction processing system (TPS). Sistem ini adalah sistem yang berisi
serangkaian aktivitas bisnis dan kegiatan pengolahan data yang mempunyai hubungan dengan
proses pembuatan suatu produk. Sistem ini tentunya berhubungan secara langsung dengan
sub-sistem yang lain seperti siklus pendapatan, siklus pengeluaran, siklsus buku besar dan
pelaporan. Selain subsystem-subsystem tersebut, sistem ini juga berhubungan dengan
Manajemen dan sistem manajemen SDM, hubungan antar semua sistem tersebut dapat dilihat
pada Gambar 2.1
Interaksi antara siklus produksi dengan siklus penjualan : Siklus pendapatan disini
mempunyai peran sebagai siklus yang memberikan informasi tentang produk yang
dipesan dan ramalan (forecast) tentang kuantitas penjualan, informasi ini digunakan oleh
bagian produksi sebagai masukan untuk menyusun rencana produksi dan jumlah dari
persediaan yang diinginkan (inventory level). Sebagai timbal balik, bagian produksi akan
memberi siklus pendapatan informasi-informasi tentang produk apa saja yang telah
selesai diproduksi maupun jumlah produk yang siap untuk dijual.
Interaksi antara siklus produksi dengan siklus pembelian : Bagian produksi berperan
mengirimkan informasi tentang bahan baku dimana informasi tersebut tertuang dalam
Sistem informasi akuntansi sebuah perusahaan memiliki peranan penting dalam sistem
produksi. Perusahaan ketika ingin membuat keputusan tentang komposisi produk, penentuan
harga jual produk, perencanaan dan alokasi sumber daya, dan manajemen biaya akan
membutuhkan informasi akuntansi biaya yang akurat dan tepat waktu sebagai masukan
(input)
Untuk membuat keputusan tersebut tentunya dibutuhkan informasi yang lebih rinci dan jelas
tentang biaya produksi dibanding informasi yang dibutuhkan untuk menyusun laporan
keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Maka dari itu, perancangan sistem
produksi seharusnya tidak hanya berfokus pada kebutuhan pelaporan eksternal, melainkan
juga untuk membuhi kebutuhan internal manajemen untuk membuat keputusan-keputusan
diatas (James Hall, 2001).
Aktivitas-aktivitas dalam sistem produksi meliputi : (a) perancangan produk (product design),
(b) perencanaan dan penjadwalan (planning & scheduling), (c) kegiatan produksi (production
Ada beberapa dokumen yang dihasilkan dari kegiatan ini, diantaranya adalah :
(1) Daftar Kebutuhan Bahan (Bill of Material), sebuah dokumen yang berisi rincian bahan
baku, baik spesifikasi, kode, nama, dan kauntitas setiap bahan baku yang akan digunakan
dalam produksi
(2) Daftar kegiatan (operation list/routing sheet) dokumen yang berisi ketetapan tenaga kerja
dan juga syarat mesin yang akan digunakan untuk membuat produk. Dokumen ini juga
menjabarkan secara jelas tahap-tahap yang diperlukan untuk membuat produk.
Dalam aktivitas ini akuntan harus memainkan peranan penting, karena 65% sampai dengan
80% dati total biaya produk ditentukan oleh tahap ini (Romney, 2012). Peran tersebut dalam
tahap ini adalah menyediakan atau mendapatkan taksiran biaya yang digunakan untuk
membuat setiap jenis rancangan agar mendapatkan kemampuan menghasilkan laba
(profitability) dari setiap rancangan tersebut.
(Sumber: AutoCAD)
CAM adalah software yang digunakan untuk merencanakan, mengatur dan mengontrol
operasi pada kegiatan manufaktur, seperti menentukan pahat (tools) yang akan digunakan,
menentukan ketinggian benda kerja (work piece), feed rate, stepdown, stepover dan
menentukan semua parameter yang akan digunakan pada saat proses pemesinan. Software
CAM juga dapat mensimulasikan proses pemesinan, waktu pemesinan dan akhirnya
mengirimkan data dari komputer (CAD/CAM) yang digunakan untuk mendesain ke mesin-
Tahap selanjutnya dari sistem produksi adalah untuk membuat rencana dan jadwal dari
aktivitas produksi . Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memastikan produksi dilakukan
untuk memenuhi pesanan yang ada menjadi efisien, dan memungkinkan untuk memenuhi
permintaan jangka pendek, tanpa menghasilkan jumlah produk yang berlebih. Terdapat 2
metode untuk membuat rencana produksi (Romney, 2012), yaitu :
JIT merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki implikasi penting dalam manajemen
biaya. Ide dasar JIT sangat sederhana, yaitu produksi hanya apabila ada permintaan (pull
sistem) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta dan hanya sebesar
kuantitas yang diminta. Filosofi JIT digunakan pertama kali oleh Toyota dan kemudian
diadopsi oleh banyak perusahaan manufaktur di Jepang .
Bila JIT merupakan suatu filosofi manajemen operasi yang berusaha untuk menghilangkan
pemborosan pada semua aspek dari kegiatan-kegiatan produksi perusahaan. Sasaran utama
JIT adalah meningkatkan produktivitas sistem produksi atau operasi dengan cara
menghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menambah nilai bagi suatu produk. Just in
Time (JIT) mendasarkan pada delapan kunci utama, yaitu :
menghasilkan produk yang sesuai dengan jadwal yang didasarkan pada permintaan.
memproduksi dengan jumlah kecil
menghilangkan pemborosan
memperbaiki aliran produksi
menyempurnakan kualitas produk
orang-orang yang tanggap
menghilangkan ketidakpastian
JIT memerlukan tambahan pelatihan yang lebih banyak bila dibandingkan dengan sistem
tradisional. Karyawan diberi pelatihan mengenai bagaimana menghadapi perubahan yang
dilakukan dari sistem tradisional. Bagaimana cara kerja JIT. Apa yang diharapkan oleh JIT
dan alat-alat statistik seharusnya diberikan. Tujuan JIT adalah untuk meningkatkan laba dan
posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha pengendalian biaya, peningkatan
kualitas, serta memperbaiki kerja pengiriman. Tetapi ada satu hal yang perlu selalu di ingat ‘
peningkatan daya saing tidak menjamin perusahaan akan survive, tetapi tidak memiliki daya
saing menjamin dengan pasti terjadinya bencana.
a. Organisasi Pabrik
Pabrik dengan sistem JIT berusaha untuk mengatur layout berdasarkan produk. Semua proses
yang diperlukan untuk membuat produk tertentu diletakkan dalam satu lokasi.
b. Pelatihan/Tim/keterampilan
JIT memerlukan tambahan pelatihan yang lebih banyak bila dibandingkan dengan sistem
tradisional. Karyawan diberi pelatihan mengenai bagaimana menghadapi perubahan yang
dilakukan dari sistem tradisional. Bagaimana cara kerja JIT. Apa yang diharapkan oleh JIT
dan alat-alat statistik seharusnya diberikan.
c. Membentuk Aliran/Penyederhanaan.
Idealnya suatu lini produksi yang baru dapat di setup sebagai batu ujian untuk membentuk
aliran produksi, menyeimbangkan aliran tersebut, dan memecahkan masalah awal.
f. Eliminasi Kemacetan
Untuk menghapus kemacetan, baik dalam fase setup maupun dalam masa produksi, perlu
dilakukan beberapa pendekatan yang melibatkan tim fungsi silang. Tim ini terdiri dari
berbagai departemen, seperti perekayasaan, manufaktur, keuangan dan departemen lainnya
yang relevan.
Ada beberapa strategi dalam mengimplementasikan JIT dalam perusahaan, antara lain:
JIT bukan hanya sekedar metode pengendalian persediaan, tetapi juga merupakan sistem
produksi sistem produksi yang saling berkaitan dengan semua fungsi dan aktivitas. Manfaat
JIT antara lain :
1 week 1 2 3 4 5 6 7 8
Quantity on hand 500 350 350 300 350 300 450 300
Forecasted sales 300 300 300 250 300 250 400 250
Not available 350 350 300 350 300 450 300 350
Untuk menentukan jumlah unit yang diproduksi, digunakan informasi tentang order
pelanggan, ramalan penjualan, dan jumlah persediaan. Meskipun dalam
perkembangannya jadwal produksi ini akan bersifat fleksibel untuk merespon perubahan
pasar, namun rencana produksi harus ditetapkan selambatnya 1 minggu sebelumnya agar
perusahaan memiliki kesempatan yang cukup untuk memperoleh bahan baku,
perlengkapan, dan tenaga kerja yang dibutuhkan. Jadwal produksi ini digunakan untuk
menetapkan jumlah unit yang akan diproduksi setiap hari dan juga digunakan untuk
menentukan kapan harus membeli bahan baku guna memenuhi jadwal produksi. Jumlah
ketubuhan bahan baku bila dibandingkan dengan persedian yang ada, bagian produksi
(minutes:seconds)
173 Timer 1
199 Screw 6
Tahap selanjutnya dalam sistem produksi adalah proses pembuatan produk. Aktivitas yang
terkait dalam proses produksi ini beragam, tergantung pada tingkat kerumitan suatu produk
yang dihasilkan dan penggunaaan teknologi dalam memproses produk tersebut. Penggunaan
Teknologi Informasi (TI) dalam proses produksi seperti robot dan mesin yang dikendalikan
oleh komputer mempunyai istilah computer integrated manufacturing (CIM).
Setiap perusahaan mempunyai cara-cara yang berbeda dalam melakukan produksi, namun
pada akhirnya meskipun cara memproduksinya berbeda, perusahaan harus dapat
mengumpulkan informasi penting yang berhubungan dengan produksi tersebut yaitu
Konsumsi bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead. Informasi-informasi ini dibutuhkan
oleh SIA untuk dapat mengolah data atau masukan tersebut, memprosesnya, dan
menghasilkan keluaran yang berupa laporan-laporan yang dibutuhkan.
Terdapat beberapa ancaman yang dapat mengganggu jalannya proses operasi produksi suatu
perusahaan, diantaranya adalah :
Sistem akuntansi biaya adalah tahap akhir dalam siklus produksi. Tahap ini mempunyai
beberapa tujuan, yaitu :
Yang harus dilakukan SIA untuk mencapai tujuan-tujuan diatas adalah dengan cara
mengumpulkan data biaya yang dikelompokkan ke berbagai kelompok, kemudian
membebankan biaya-biaya tersebut ke berbagai obyek biaya baik yang termasuk dalam unit
produksi maupun unit organisasi. Pengelompokan data ketika proses mengumpulkan data
harus dilakukan dengan hati-hati agar hasil data yang didapat menjadi akurat. Kesalahan
dalam mengelompokkan data seringkali terjadi karena terdapat 2 atau lebih data yang sama
namun masing-masing dialokasikan dengan cara yang berbeda.
Persediaan merupakan bagian yang signifikan dari aset lancar perusahaan karena
persentasenya cukup tinggi dari total aset lancar. Oleh karena itu, penentuan jumlah
biaya yang diakui sebagai aset menjadi salah satu isu penting dalam akuntansi persediaan.
Yang tidak kalah pentingnya, persediaan juga dapat mempengaruhi besarnya laba. Salah saji
nilai aset dalam laporan keuangan dapat
Sebagai contoh adalah nilai persediaan yang disajikan dalam laporan keuangan lebih
tinggi dari nilai yang seharusnya dilaporkan. Penyajian overstated ini dapat dideteksi dari
proses penyajian yang tercantum dalam laporan keuangan. Akibat kelebihan penyajian
tersebut, nilai harga pokok produksi menjadi lebih rendah dari nilai yang seharusnya
dilaporkan (understated). Harga pokok produksi yang terlalu rendah akan berakibat pada
penyajian laba yang lebih tinggi dari seharusnya untuk jumlah yang sama
Mengacu pada kerangka dasar penyajian laporan keuangan, penyajian laba yang lebih tinggi
berdampak pada penyajian informasi yang menyesatkan dan tidak andal sehingga merugikan
pengambil keputusan. Dengan demikian, saat ini salah satu hal yang difokuskan dalam akun
persediaan adalah bagaimanakah menentukan harga pokok penjualan yang dilaporkan dalam
laporan laba rugi komprehensif. Di sini metode penentuan biaya produksi memegang
peranan karena untuk menentukan harga pokok penjualan dibutuhkan data dari harga pokok
produksi.
Sistem costing bertujuan untuk melaporkan jumlah biaya yang merefleksikan cara
yang dipilih cost object (barang dan jasa) dalam menggunakan sumber daya yang dimiliki
organisasi (Hongren, et. al. 2009). Penentuan biaya produk (product costing) merupakan
proses pengakumulasian, pengklasifikasian dan pembebanan bahan langsung, tenaga
Beberapa istilah yang penting dan harus menjadi pertimbangan dalam pemilihan sistem biaya:
Cost object, yaitu objek yang akan diukur jumlah biayanya, misalnya produk berupa
barang dan jasa
Direct cost, yaitu biaya terkait objek tertentu yang dapat langsung dibebankan secara
ekonomis karena penambahan satu unit objek produksi mutlak harus mengeluarkan
tambahan biaya
Indirect cost, yaitu biaya terkait objek tertentu yang tidak bisa langsung dibebankan
secara ekonomis karena pengeluaran biaya tersebut bisa saja tidak hanya ditujukan
untuk produksi satu objek tertentu sehingga untuk membebankannya
menggunakan metode alokasi
Cost pool, yaitu pengelompokkan item-item biaya tidak langsung yang
dihubungkan menjadi dasar alokasi biaya tidak langsung.
Cost allocation base, yaitu cara sistematis untuk menghubungkan satu atau
kelompok-kelompok biaya tidak langsung dengan objek biaya. Biasanya
perusahaan menggunakan pemicu biaya (cost driver) sebagai dasar alokasi biaya
karena memiliki hubungan sebab-akibat dengan perubahan biaya tidak langsung
dalam jangka panjang.
Jenis-jenis akuntansi biaya yang umum digunakan oleh sebuah perusahaan ada 2, yaitu harga
pokok pesanan (job-order-costing) dan sistem penentuan harga pokok proses (process
costing).
Dalam sistem job order costing, objek biaya adalah satu atau beberapa unit produk
berbeda yang disebut job. Produk dan jasa bisa dihitung per unit, misalnya tipe mesin
khusus dibuat untuk pelanggan, dan dapat juga untuk beberapa produk yang sama-
sama memiliki karakteristik khusus. Setiap job ini biasanya membutuhkan jumlah
sumber daya yang berbeda. Karena setiap produk dan jasa yang dihasilkan unik dan
dapat dibedakan dengan jelas, biaya-biaya diakumulasikan secara terpisah pada setiap
produk. Pendekatan umum langkah-langkah job costing adalah sebagai berikut :
1. Identifikasikan job yang dipilih untuk menjadi objek biaya. Job tersebut
berdasarkan dokumen sumber yaitu catatan asli yang mendukung entri jurnal
dalam sistem akuntansi, salah satunya di antaranya adalah job cost record (job
cost sheet), yaitu catatan dan akumulasi biaya yang dibebankan ke job tertentu,
dimulai saat job tersebut mulai dikerjakan.
2. Identifikasikan biaya langsung dari job, yaitu:
Direct materials. Dokumen yang dibutuhkan untuk mengeluarkan material
yang dibutuhkan untuk produksi keluar dari gudang yaitu material-requisiton
record yang mengandung informasi biaya material langsung yang digunakan
untuk job tertentu dan di dalam departemen tertentu.
Direct manufacturing labor. Dokumen yang dibutuhkan adalah labor-time
record. Namun, tenaga kerja yang digunakan untuk maintenance mesin dan
kebersihan tidak dapat dihubungkan ke satu job tertentu. Oleh karena itu,
Process Costing
Dalam sistem ini, objek biaya adalah sekumpulan unit produksi dan jasa yang identik
dan diproduksi secara massal. Pada setiap periode, sistem process costing membagi
total keseluruhan biaya produksi dengan total unit barang atau jasa yang diproduksi
sehingga diperoleh biaya per unit. Dengan kata lain, biaya per unit adalah rata-rata
biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit barang atau jasa pada periode
tertentu. Dalam process costing muncul satu istilah yang harus dipahami yaitu
unitekuivalen. Unit ekuivalen adalah jumlah yang ditentukan atau diturunkan dari unit
output yang:
Mengambil kuantitas dari setiap input (faktor produksi) dari setiap unit yang
selesai diproduksi atau dalam unit yang belum selesai diproduksi dalam work in
process (WIP)
Mengkonversi jumlah input menjadi jumlah unit output yang dapat dibuat dengan
Hansen dan Mowen (2007) mendefinisikan lima langkah dalam sistem process
costing:
1. Membuat ringkasan arus unit fisik output. Tujuannya adalah untuk melacak unit
fisik produksi. Unit fisik adalah jumlah satuan unit yang berada dalam tiap tahap
produksi. Analisis dilakukan dengan membuat daftar arus fisik yang terdiri atas
unit yang masuk di awal dengan unit yang keluar menjadi barang akhir dan WIP
akhir.
2. Menghitung output dalam unit ekuivalen. Setelah mendapat informasi unit fisik
barang, unit ekuivalen dihitung dengan mengalikan unit fisik dengan persentase
penyelesaian tahap produksi di departemen tersebut. Perbedaan metode weighted
average dengan FIFO adalah unit ekuivalen WIP awal tidakdihitung sebagai
bagian dari total unit ekuivalen, hanya unit ekuivalen periode saat ini saja yang
dihitung. Sementara weighted average menghitung seluruh unit ekuivalen yang
masuk dalam tahap produksi karena menghitung kembali sisa unit ekuivalen dari
pekerjaan periode sebelumnya dimasukkan menjadi unit periode ini.
3. Menghitung total manufacturing cost. Seluruh biaya yang dikeluarkan pada
periode ini dalam rangka menghasilkan produk dihitung untuk selanjutnya dibagi
dengan total unit ekuivalen. Perlu diingat bahwa biaya yang dikeluarkan untuk
persediaan awal harus dikecualikan dari perhitungan manufacturing cost periode
ini.
4. Menghitung valuasi persediaan. Total manufacturing cost dibagi dengan masing-
masing unit ekuivalen dalam WIP dan barang jadi. Langkah ini akan memberi
informasi pada manajemen berapa biaya yang terkandung per unit ekuivalen
dalam tiap tahap produksi. Dengan mengalikan biaya per unit dengan total
manufacturing cost, manajemen dapat mengetahui nilai persediaan (WIP dan
barang jadi) awal, persediaan yang ditransfer ke gudang, dan persediaan akhir.
- Apabila strategi yang digunakan perusahaan adalah cost leadership dan biaya overhead
sangat kompleks, perusahaan sebaiknya menggunakan sistem biaya proses berdasarkan
aktivitas yang dapat memberikan informasi yang berguna bagi manajemen.
- Isu etik yang potensial pada sistem biaya proses karena keputusan perusahaan tentang (1)
Perbedaan antara sistem job order costing dan process costing dapat dilihat pada Tabel 2.5 di
bawah ini :
1. Pada satu periode, banyak job 1. Satu jenis produk diproduksi dengan
berbeda dikerjakan sekaligus, basis berkelanjutan atau pada
dengan setiap job-nya yang berbeda- periode yang memiliki kebutuhan
beda produkis yang panjang. Tiap unit
2. Akumulasi biaya berdasarkan identik.
masing-masing job 2. Akumulasi biaya berdasarkan
3. Job cost sheet adalah dokumen kunci masing-masing departemen.
untuk mengontrol akumulasi biaya 3. Department production report adalah
berdasarkan job. dokumentasi ringkasan jumlah unit
4. Biaya tiap unit dihitung tiap job di yang berpindah dari satu
job cost sheet departemen ke departemen yang
5. Biaya tiap unit dihitung per lain dan menunjukkan akumulasi
departemen laporan produksi dan pengeluaran biaya.
departemen.
“Suatu proses pengumpulan dan menelusuri biaya dan data performan terhadap suatu
aktivitas perusahaan dan memberikan umpan balik dari hasil aktual terhadap biaya yang
direncanakan untuk melakukan tindakan koreksi apabila diperlukan.”
Activity-Based Costing (ABC) adalah konsep perhitungan biaya dalam akuntansi manajemen
yang didasarkan pada aktivitas-aktivitas bisnis dalam organisasi yang dapat diterapkan untuk
menghitung biaya produk dengan lebih akurat. Produk merupakan hasil aktivitas-aktivitas
bisnis dan aktivitas-aktivitas tersebut memanfaatkan sumberdaya yang berarti menimbulkan
biaya.
Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi yang
mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan
informasi biaya produk secara akurat. Hal ini didorong oleh:
Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost effective
Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik
dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost.
Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy
Akuntansi biaya tradisional dirancang hanya menyajikan informasi biaya pada tahap
produksi.
Alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan pada jam tenaga kerja langsung atau
hanya dengan volume produksi.
Ada diversitas produk, dimana masing-masing produk mengkonsumsi biaya overhead
yang berbeda beda.
Penerapan ABC sistem akan relevan bila biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling
dominan dan multiproduk. Dalam merancang ABC sistem, aktivitas untuk membuat dan
menjual produk digolongkan dalam 4 kelompok, yaitu:
Laporan yang dihasilkan oleh sistem akuntansi biaya pada umumnya berupa laporan kontrol
dan laporan harga pokok produksi. Penjelasan dari kedua laporan tersebut bisa dilihat di
bawah ini :
Untuk membuat sistem informasi akuntasni siklus produksi, sebuah organisasi atau entitas
dapat memanfaatkan beberapa teknologi, diantaranya adalah teknologi bar code dan Radio
Frequency Identification (RFID).
Barcode merupakan sejenis kode yang mewakili data atau informasi tertentu. Kode berbentuk
batangan balok dan berwarna hitam putih ini, mengandung satu kumpulan kombinasi batang
yang berlainan ukuran yang disusun sedemikian rupa. Kode ini dicetak di atas stiker atau di
kotak bungkusan barang. Kode tersebut akan dibaca oleh Barcode Reader, yang akan
menterjemahkan kode ini kedalam data / informasi yang mempunyai arti. Di supermarket,
barcode reader ini biasanya digunakan oleh kasir dalam pencatatan transaksi oleh customer.
Tidak ada satu standard dari kode batang ini, justru terdapat bermacam-macam standard yang
digunakan untuk berbagai keperluan, industri, maupun berdasarkan tempat digunakannya.
Semenjak 1973, Uniform Product Code [UPC ] diatur oleh Uniform Code Council, sebuah
organisasi industri, yang menyediakan suatu standard bar code yang digunakan oleh toko-
toko ritel. Penemu sistem barcode ini adalah Joe Wodland.
Beberapa barcode standar telah dikembangkan selama beberapa tahun, yang biasa disebut
dengan Simbologi. Simbologi yang digunakan tentunya berbeda untuk aplikasi yang berbeda.
Semisal ketika kita menggunakan huruf miring ataupun tebal, dimaksudkan untuk
memperjelas makna tertentu pada teks. Simbologi yang berbeda, seperti “sandi berbentuk
batang”, digunakan untuk aplikasi yang berbeda pula. Ketika kita mencetak barcode, kita
akan bisa membaca makna sandinya, selama kita menggunakan sandi yang sama, dan dalam
spesifikasi yang diatur dalam standar barcode.
Teknologi RFID menjadi jawaban atas berbagai kelemahan yang dimiliki teknologi barcode
yaitu selain karena hanya bisa diidentifikasi dengan cara mendekatkan barcode tersebut ke
sebuah reader, juga karena mempunyai kapasitas penyimpanan data yang sangat terbatas dan
tidak bisa deprogram ulang sehingga menyulitkan untuk menyimpan dan memperbaharui data
dalam jumlah besar untuk sebuah item. Salah satu solusi menarik yang kemudian muncul
adalah menyimpan data tersebut pada suatu silikon chip, teknologi inilah yang dikenal dengan
RFID. Kontak antara RFID tag dengan reader tidak dilakukan secara kontak langsung atau
mekanik melainkan dengan pengiriman gelombang electromagnet. Berbeda dengan smart
card yang biasa dipakai di kartu telepon atau kartu bank yang juga menggunakan silikon chip,
kode-kode RFID tag bisa dibaca pada jarak yang cukup jauh.
RFID sudah banyak digunakan pada pabrik sangat bermanfaat untuk mendukung
rantai manajemen dan pengendalian persediaan. RFID dapat mengidentifikasi objek
secara otomatis, RFID dapat diprediksi akan mengganti barcode yang telah terlebih
dahulu dikenal, Menurut Weis “ One familiar optical barcode is the Universal
Produck Code (UPC) yang didesain pada tahun 1973 dan banyak di gunakan pada
banyak produk untuk konsumen. Kemajuan produksi dari silikon membuat RFID
berharga murah. Sistem RFID terdiri dari Tag frekuensi Radio atau Transponder dan
Tag reader atau receiver. Tag reader meminta isi yang dipancarkan oleh signal RF.
Menurut Arianto (-), teknologi RFID bergantung pada transmisi data nirkabel melalui
medan elektro magnetik. Jantung teknologi ini adalah perangkat yang dinamakan
RFID tag. RFID tag adalah sebuah label identifikasi berisi chip yang dapat diprogram,
PROFIL PERUSAHAAN
PT. X berdiri tahun 1978 yang didirikan oleh Hartawan Setjodiningrat dengan visi dan
optimisme untuk pengembangan produk baru dalam bidang Teknologi Poliuretan. Perusahaan
berstatus National Private Company (bersifat nasional ) yang memiliki arti ruang lingkup
kerjanya hanya melayani seluruh perusahaan di indonesia. Sejak tahun 1978 Perusahaan telah
terlibat dalam eksplorasi , penelitian dan pengembangan aplikasi otomotif dari plastik dan
poliuretan. Perusahaan adalah pemimpin industri dalam OEM (Original Equipment
Manufacturer / Pabrik Pembuatan Peralatan Asli) berusaha untuk memuaskan klien melalui
kebijakan cooperate (kerja sama) atas kualitas tinggi, dengan biaya rendah cepat dalam
pengiriman.
Secara umum produk yang dihasilkan oleh PT X adalah komponen otomotif berupa
komponen badan kendaraan (body part) kendaraan roda 4 yang berbahan plastik dan
poliuretan. Setiap produk yang dibuat oleh PT X mempunyai bentuk dan spesifikasi yang
berbeda yang disesuaikan dengan keinginan dari pelanggan, berikut adalah produk yang
sedang atau pernah diproduksi oleh PT X :
Budaya kerja perusahaan disebut budaya kerja 5S, budaya kerja ini adalah aktivitas yang
harus dilakukan oleh semua orang yang berada dalam suatu organisasi, untuk menciptakan
tempat kerja yang aman, nyaman, sehat, efektif, dan efisien. Adapun maksud budaya kerja di
atas adalah sebagai berikut :
1. Seiri ( Ringkas )
2. Seiton ( Rapi )
Barang yang hampir tidak pernah dipakai, disingkirkan dari area kerja atau
dibuang.
Barang yang dipakai sekali dalam jangka 1 jam sampai 1 minggu, simpan
sedekat mungkin dengan tempat kerja.
Barang yang dipakai sekali dalam jangka 1 sampai 6 bulan, simpan dekat
tempat kerja.
3. Seiso ( Resik )
Membersihkan tempat kerja, peralatan, dokumen, dan barang-barang berguna lainnya dari
sampah, kotoran, dan debu sehingga kondisinya menjadi bersih dan barang-barang yang
sudah tidak berguna disingkirkan atau dibuang sehingga tempat kerja menjadi bersih, tetapi
juga memeriksa kondisi barang yang dibersihkan, sehingga bila ada kelainan atau masalah
dapat diketahui dengan cepat.
4. Seiketsu ( Rawat )
5. Shitsuke ( Rajin )
Strategi yang digunakan adalah dengan terus meningkatkan produk komponen otomotif baik
secara kualitas maupun kuantitas yang tercermin dari Visi dan Misi dari Perusahaan, yaitu:
Visi PT X
Setiap perusahaan didalam usahanya selalu mempunyai tujuan. Tujuan tersebut bisa dicapai
dengan suatu kerjasama baik dari para anggotanya. Kerjasama yang baik dapat dicapai
dengan adanya pembagian tugas, wewenang, dan tangung jawab dari setiap anggota
perusahaan. Untuk mengetahui tugas dan wewenang seseorang dalam organisasi dan kepada
siapa seorangpejabat bertanggung jawab, diperlukan suatu struktur organisasi. Struktur
organisasi PT X adalah seperti dibawah ini :
Penjelasan fungsi dan definisi dari setiap departemen yang terdapat dalam PT X adalah
sebagai berikut :
- Procurement (PRC)
Departemen yang memiliki ruang lingkup tanggung jawab dalam aktivitas pembelian
(purchasing) yang dilakukan oleh perusahaan, baik itu berupa pembelian persediaan,
maupun pembelian peralatan dan aset tetap lainnya milik perusahaan.
- Warehouse (WHS)
- Finance (FIN)
Departemen yang bertanggung jawab dalam menjaga dan meningkatkan kemampuan
keuangan yang dimiliki oleh perusahaan.
- Accounting (ACT)
Departemen yang bertugas untuk menjalankan dan menjaga kualitas dari siklus akuntansi
milik perusahaan.
- Sales (SLS)
Departemen yang bertanggung jawab dalam mengelola penjualan dan pemasaran produk
yang diproduksi oleh perusahaan, termasuk mengelola hubungan dan menentukan harga
dengan pelanggan.
- Production (PRO)
Departemen yang memiliki tanggung jawab dalam hal proses produksi perusahaan, dan
bertugas mengelola lini produksi dan setiap stasiun kerja yang terdapat dalam lini
produksi tersebut.
- Kanban (KAI)
Departemen yang bertugas mengelola siklus kanban milik perusahaan dan memiliki
tanggung jawab dalam mengelola penjadwalan persediaan dan pemindahannya ke lantai
produksi.
Proses bisnis dari PT X dibagi berdasarkan tiga proses yang memiliki fungsi masing-masing,
yang pertama adalah proses manajemen yang membawahi divisi yang berhubungan langsung
dengan proses manajemen perusahaan, yang kedua adalah proses realisasi produk yang
membawahi divisi yang bertanggung jawab menjalankan proses dari perencanaan akan suatu
produk yang sesuai dengan kesepakatan dengan pelanggan hingga proses mewujudkan rencan
tersebut menjadi barang jadi. Yang terakhir adalah proses penyokong, yang berisi divisi yang
berhubungan dalam menyokong jalannya perusahaan baik dalam bidang teknologi, keuangan,
akuntansi, training, dan sebagainya. Proses bisnis PT X dapat terlihat sesuai gambar di bawah
ini.
PT X adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, untuk lebih memahami proses
bisnis perusahaan maka dapat melihat proses produksi salah satu produk yang dihasilkan PT
X di bawah ini :
3.9 Konsumen PT X
Konsumen dari PT X adalah perusahaan otomotif yang memiliki pabrik di indonesia untuk
merakit kendaraan roda empat. Perusahaan-perusahaan tersebut merakit (assembling)
kendaraan dimana sebagian komponennya dikirim dari negara asal produsen kendaraan roda
empat tersebut dan sebagian dibuat di indonesia. Empat pelanggan terbesar dari PT X adalah
sebagai berikut :
Meski kesemua faktor tersebut berpengaruh terhadap persaingan, dalam penulisan ini hanya
akan dibahas pengaruh harga jual yang dimana ditentukan stelah menentukan harga pokok
produksi. Alasan diambilnya faktor ini, adalah karena harga merupakan faktor utama dalam
memenangkan persaingan dalam industri apapun, termasuk industri komponen otomotif.
Tentunya perusahaan otomotif ingin memproduksi sebuah kendaraan dengan biaya yang
rendah, sehingga perusahaan otomotif tersebut ingin mendapatkan pemasok komponen untuk
memproduksi kendaraan dengan harga yang paling murah.
Dalam dunia bisnis di era modern ini sebuah perusahaan setidaknya harus mempunyai 3
syarat bila ingin terus bertahan dan memiliki keunggulan dalam iklim persaingan, yaitu :
kondisi keuangan yang tangguh, sistem kerja yang adaptif serta budaya kerja yang baik, dan
kepercayaan. PT X sebagai perusahaan penghasil komponen otomotif memiliki kiat-kiat agar
mampu bertahan, yaitu dengan cara :
Proses produksi menuju barang jadi terdiri dari banyak prosedur, namun yang relevan untuk
dibahas dalam penelitian ini adalah
Semua prosedur tersebut berhubungan satu dengan yang lainnya yang bertujuan untuk
menghasilkan barang jadi sesuai dengan kualitas, harga, dan waktu yang diinginkan oleh
perusahaan. Prosedur yang dilaksanakan oleh departemen penyokong juga merupakan
prosedur yang krusial bagi perusahaan dan berperan besar selama proses produksi
berlangsung. Prosedur yang memiliki pengaruh signifikan dalam proses produksi perusahaan
adalah prosedur departemen akuntansi dan sistem informasi.
Untuk memudahkan memahami sistem informasi akuntansi siklus produksi yang dilakukan
perusahaan, pembahasa prosedur diatas akan dikelompokkan sesuai dengan data flow
diagram yang berawal dari diagram konteks hingga diagram level 2 desain produk.
- Phase 1
Phase pertama adalah tahap dimana perusahaan membuat perencanaan ruang
lingkup dan waktu dari proyek mengerjakan sebuah produk, proses ini
berfokus dari pengesahan proyek oleh manajemen, asumsi dan perencanaan
desain dari produk tersebut, dan tercapainya komitmen dari tim yang terlibat
untuk menjalankan proyek.
- Phase 2
Tahap kedua dari APQP adalah tahap yang berkaitan dengan gambar
(drawing) dari produk yang akan dibuat dan penentuan dari spesifikasi yang
didapatkan dari gambar desain tersebut, di dalam tahap inilah prosedur
membuat desain produk dilaksanakan oleh perusahaan. Tahap kedua dari
APQP berakhir pada pengesahan dari desain produk yang telah dibuat.
- Phase 3
Tahap selanjutnya atau tahap ketiga dari APQP, adalah tahap dimana
perusahaan menentukan peralatan untuk memproduksi (tooling), melakukan
trial dan mengevaluasi hasil dari trial tersebut, mempersiapkan fasilitas dan
sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk proses produksi, menentukan
dampak lingkungan, dan memembuat rencana biaya produksi. Tujuan dari
APQP tahap ketiga ini adalah agar perusahaan siap untuk melakukan pre-
produksi.
- Project Approval
Dokumen yang berisi persetujuan dari manajemen mengenai proyek
pengerjaan produksi yang akan dilaksanakan.
- Surat Keputusan (SK Project Leader)
Surat Keputusan dari manajemen tentang penunjukkan ketua pelaksana proyek
yang bertanggung jawab terhadap jalannya proyek tersebut.
- Project Budget
Dokumen yang berisi jumlah budget yang ditentukan perusahaan dalam
menjalankan persiapan proyek.
- Data awal Proyek
Dokumen berisi data-data tentang awal yang berisi informasi mengenai
keadaan perusahaan dan kemampuan perusahaan dalam menjalankan proyek.
- Team Feasibility Commitment
Dokumen yang berisi pernyataan komitmen oleh tim pelaksana proyek untuk
melaksanakan proyek tersebut.
- Drawing Product
Dokumen yang berisi gambar rancangan produk yang dihasilkan dari prosedur
Penjabaran terhadap keempat tahap tersebut dapat terlihat dalam bagan alir yang terdapat
dalam Gambar 3.6. Deskripsi dari bagan alir yang tersedia dalam Tabel 3.1.
Setelah perusahaan dapat menentukan jadwal produksi bulanan, maka tahap selanjutnya
adalah menentukan jumlah material yang diperlukan untuk mencapai jadwal produksi yang
telah diinginkan, perencanaan material ini tertuang dalam dokumen Material Resource
Planning (MRP). Hasil dari MRP adalah perusahaan mengetahui berapa kebutuhan material
setiap bulannya sehingga perusahaan dapat merencanakan pembelian dan penggunaan dari
material tersebut. Perusahaan selanjutnya merencanakan pembelian dan penggunaan material
sesuai dengan MRP atau dengan kata lain merencanakan aliran dari material. Dalam
merencanakan aliran material tersebut perusahaan menggunakan sistem kanban.
Kanban adalah teknik yang bertujuan untuk membuat aliran material berlangsung secara
otomatis dengan menggunakan teknik-teknik penarikan (pull techniques), dan merupakan
komponen signifikan dalam filosofi just in time dan lean manufacturing. Kanban pertama kali
dikembangkan oleh Toyota pada dekade 1950-an sebagai cara dalam mengatur aliran material
di lini produksi. Selama tiga dekade berikutnya, kanban yang merupakan sistem produksi
yang sangan efektif dan efisien telah berkembang menjadi linkungan manufaktur optimum
yang dapat memberikan keunggulan pada perusahaan.
Kanban memiliki arti kan yang berarti kartu dan ban yang berarti sinyal. Esensi dari konsep
kanban adalah, pemasok, bagian gudang, dan lini produksi hanya mengirimkan komponen
ketika komponen tersebut dibutuhkan, sehingga tidak ada persediaan yang berlebih. Di dalam
sistem ini, stasiun kerja terletak di sepanjang lini produksi hanya mengirimkan atau
memproduksi komponen ketika mereka menerima kartu dan kontainer yang kosong, yang
mengindikasikan bahwa komponen lebih banyak dibutuhkan dalam produksi. Dalam kasus
gangguan lini produksi, setiap stasiun kerja hanya akan memproduksi komponen yang cukup
untuk memenuhi kontainer yang tersedia dan kemudian berhenti ketika kontainer tersebut
penuh.
Sebagai tambahan, kanban membatasi jumlah persediaan di dalam proses dengan bertindak
sebagai pemberi izin untuk memproduksi lebih banyak persediaan. Karena kanban adalah
proses berantai yang memerintahkan aliran dari satu proses menuju proses berikutnya,
Dalam sistem JIT, komponen yang dibutuhkan dalam proses produksi ditarik dalam batch-
batch kecil dari stasiun kerja pemasok kebagian ketika komponen tersebut dibutuhkan. Salah
satu metode yang populer digunakan untuk mengimplementasikan JIT adalah melalui
penggunaan kanban.
PT X setelah mengetahui jumlah produksi yang diinginkan melalui MPS dan jumlah material
yang dibutuhkan melalui MRP akan merencanakan dan menghitung jumlah kanban yang
dibutuhkan. Ketika pengiriman material kepada pelanggan akan segera dilakukan, daftar
komponen dan label kontainer kemudian diproduksi. Untuk setiap label kontainer staf bagian
gudang akan memilih kontainer yang terisi penuh dari gudang. Kemudian kanban produksi
dilepas dan baik kanban tersebut maupun kontainer akan dipindai. Hasil pemindaian ini akan
dibandingkan dan operator hanya diperbolehkan melanjutkan proses ketika hasil pemindaian
tersebut cocok. Kanban produksi kemudian diletakkan di dekat lini produksi sebagai otorisasi
untuk memproduksi kontainer komponen berikutnya. Ketika lini produksi telah selesai
memproduksi produk hingga memenuhi satu kontainer, kanban produksi kemudian akan
diletakkan kedalam kontainer tersebut dan dipindahkan ke bagian penyimpanan barang jadi.
Penjelasan proses kanban perusahaan dapat terlihat pada Gambar 3.7, sedangkan contoh kartu
kanban dapat dilihat pada Gambar 3.8.
- Sales forecast
Dokumen yang berisi ramalan akan jumlah produk yang akan dijual di masa yang
akan datang pada pelanggan yang telah me
- Production plan
Rencana produksi yang dibuat berdasarkan sales order yang telah diterima
perusahaan
- Loading vs capacity
Dokumen yang berisi data kapasitas lini produksi dan proses produksi yang
sedang berlangsung untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk memenuhi
sales order yang telah diterima.
- Jadwal produksi bulanan
Dokumen yang berisi jadwal produksi bulanan perusahaan
- Daftar min-max barang jadi
Operasi produksi yang dilakukan oleh PT X memiliki tujuan untuk menghasilkan proses
produksi yang sesuai dengan jadwal produksi atau kanban.Operasi ini bermula dari membuat
jadwal produksi dengan kanban sampai dengan menghasilkan produksi yang sesuai dengan
jadwal kanban dan menyimpan barang jadi kedalam line store.
Dokumen yang melengkapi proses produksi yang dijalankan oleh perusahaan berguna untuk
mengalirkan informasi yang dapat digunakan selama proses produksi atau sebagai pemberi
informasi bagi proses berikutnya. Dokumen-dokumen tersebut adalah sebagai berikut :
Penjabaran prosedur operasi PT X yang bermula dari penjadwalan kanban hingga produksi
terselesaikan sesuai jadwal kanban tersebut. Diagram alir data operasi produksi dapat dilihat
pada Gambar 3.10 dan penjelasan dari bagan alir tersebut terdapat pada Tabel 3.3.
CMA melaksanakan tugas mengendalikan dan memantau biaya perusahaan dengan terlibat
dalam proses yang dilaksanakan perusahaan selama siklus produksi berlangsung. Departemen
ini terlibat mulai dari melakukan peninjauan kontrak, perencanaan dan penjadwalan produksi,
dan operasi produksi seperti yang dijelaskan dibawah ini :
Untuk mengukur biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, CMA akan mengumpulkan
data mengenai berapa material yang digunakan, berapa man hour yang telah dikumpulkan
oleh pekerja, penggunaan dari mesin dan peralatan, dan overhead cost yang terjadi. Metode
untuk mengumpulkan data-data tersebut adalah sebagai berikut :
1) Penggunaan material
CMA mendapatkan informasi mengenai material yang telah digunakan dari data
hasil siklus kanban yang dijalankan oleh perusahaan, dari siklus tersebut CMA
dapat mengetahui berapa kontainer berisi material dan jumlah material dari setiap
kontainer yang telah berpindah dari posisi waiting ke posisi expended pada setiap
stasiun kerja di bagian produksi. Jumlah kontainer yang berpindah tersebut
merupakan jumlah material yang digunakan selama proses produksi. CMA
mengukur kontainer kanban menggunakan alat bantu bar code yang bisa dipindai
untuk memberi informasi jumlah material di setiap kontainer tersebut.
2) Direct labor cost
Dalam mengukur direct labor cost, staff CMA akan melakukan aktivitas time
keeping, yaitu mengawasi langsung pencatatan man hour yang berlangsung di
setiap stasiun kerja, hasil pengukuran dari time keeping ini akan dicatat dalam
laporan man hour (Gambar 3.11) pengukuran secara langsung ini hanya
dilaksanakan staf CMA sesuai jam kerja dari departemen tersebut yaitu pukul
08.00-17.00, diluar jam kerja tersebut staf CMA mengalihkan tanggung jawab
aktivitas time keeping kepada setiap kepala stasiun kerja dalam lini produksi.
3) Penggunaan mesin dan peralatan
Data mengenai penggunaan mesin dan peralatan didapatkan CMA berdasarkan
laporan efisiensi produksi (Gambar 3.12) yang dibuat oleh bagian produksi,
laporan ini berisi berapa lama mesin produksi bekerja (working time) dalam
satuan menit dan berapa lama mesin tersebut berhenti bekerja (stop time). Staff
bagian produksi mendapatkan data untuk membentuk laporan tersebut
berdasarkan sistem komputer yang terdapat dalam lini produksi yang terhubung
Diagram alir data pengendalian biaya dapat dilihat pada Gambar 3.14. Penjelasan dari bagan
alir tersebut terdapat pada Tabel 3.4.
3.11.16 Level 2 Advanced Product Quality Planning Phase 2 & Level 3 Prosedur Desain
Produksi
Level berikutnya dari Advanced Product Quality Planning (APQP) yaitu phase 2 berfokus
dalam membuat desain produk dan spesifikasi dari jig yang dibutuhkan perusahaan untuk
melaksanakan proses produksi. Penjabaran dari APQP phase 2 ini dapat dilihat pada gambar
3.15
Dalam memulai proses menentukan desain yang akan digunakan dalam produksi dibutuhkan
dokumen yang berisi informasi sebagai dasar untuk memulai proses pembuat desain,
dokumen tersebut diantaranya adalah:
Project Approval
Dokumen yang berisi persetujuan untuk memulai suatu proyek yang dikeluarkan
oleh departemen sales yang berarti bahwa PT X dan pelanggan telah menemukan
kesepakatan untuk memulai proyek tersebut.
APQP Project Scope & Timing Plan
Dokumen yang diterima dari tim APQP yang berisi ruang lingkup dari proyek
Prosedur dari desain produk yang dilakukan oleh perusahaan dalam bentuk bagan alir serta
penjelasan secara deskrpitif dapat dilihat pada Gambar 3.16 dan Tabel 3.4
Untuk memitigasi risiko tersebut dan memastikan bahwa software CAD yang
digunakan seragam antara PRE dan PPR diperlukan adanya pemeriksaan berkala
terhadap kondisi software masing-masing departemen dan penjadwalan pembaharuan
versi software yang digunakan secara bersamaan.
Dengan mengurangi dua proses dan menyatukannya dengan proses meninjau ulang
drawing produk maka perusahaan dapat mempercepat distribusi data yang diperlukan
dalam proses membuat desain produk.
Fungsi MPS selain menentukan tingkat produksi yang ideal bagi perusahaan juga
dapat menentukan kapan saat yang tepat untuk membeli dan berapa material yang
dibutuhkan dalam proses produksi. Dalam prosedur PT X fungsi penghitungan
kebutuhan material ini berada pada proses material requirement planning (MRP).
MRP yang efektif membutuhkan informasi mengenai jenis dan jumlah material yang
dibutuhkan dan juga informasi yang akurat mengenai jumlah stok persediaan material
yang saat ini dimiliki oleh perusahaan, PT X untuk memenuhi kebutuhan informasi
dalam membuat MRP menggunakan data-data sebagai berikut:
Data stok material, dan daftar Min-Max stock material memberikan keterangan
lengkap tentang tingkat persediaan material yang dimiliki perusahaan saat ini
1. Bill of Material, yang berisi informasi mengenai jenis-jenis material yang
dibutuhkan untuk proses produksi, BOM berguna dalam mengidentifikasi
jenis material yang membutuhkan penambahan.
2. Daftar stok barang jadi, Memberikan informasi jumlah material yang telah
terpakai oleh proses produksi
Dengan lengkapnya informasi baik dari sisi material yang dibutuhkan maupun dari
jumlah persediaan material yang dimiliki perusahaan maka MRP yang dilaksanakan
oleh PT X dirasa cukup baik untuk membantu perusahaan mengatur persediaan
material yang dimilikinya.
Kesimpulan lain yang bisa diambil mengenai proses perencanaan dan penjadwalan
serta dokumen yang dihasilkan oleh PT X adalah sebagai berikut :
1. Untuk mencapai tingkat persediaan material yang dibutuhkan, PT X membuat
dokumen material requisition dengan menerbitkan purchase requisition yang
didukung dengan dokumen purchase order, delivery note, dan work order.
Penerbitan purchase requisition dengan dokumen pendukungnya menandakan
Perusahaan telah menerapkan bar code bagi persediaan yang telah memasuki
siklus kanban, namun tidak memiliki sistem tersebut bagi persediaan yang
terdapat di gudang, dan semua persediaan baik yang berada dalam penyimpanan
maupun dalam siklus kanban belum dilengkapi dengan RFID.
Solusi yang bisa diambil untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan
menggunakan kartu identifikasi yang memiliki bar code, dimana para tenaga kerja
bisa memasukkan informasi mengenai jumlah man hour mereka ke dalam sistem
dengan melakukan pemindaian terhadap kartu identifikasi tersebut. Informasi
yang didapat dari kartu tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi kompensasi dan
data kinerja dari pemilik kartu sehingga menjadi insentif bagi mereka untuk selalu
memasukkan informasi melalui terminal yang telah disediakan. Penggunaan kartu
identifikasi berkode akan membuat pengumpulan data menjadi lebih cepat dan
akurat.
Salah satu solusi untuk mendapatkan informasi mengenai biaya overhead yang
lebih akurat adalah dengan menggunakan sistem activity based costing (ABC).
Sistem ABC dengan memperhitungkan faktor aktivitas akan dapat membuat
pengalokasian dari biaya overhead menjadi lebih terinci dan akurat, dan dengan
data yang lebih akurat tersebut perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat
untuk menentukan harga maupun mengurangi biaya overhead produksi.
Namun ada beberapa faktor yang menyulitkan dalam mengadopsi sistem ABC
dalam waktu dekat, yaitu :
1. Untuk melakasanakan sistem ABC dibutuhkan metode yang akurat dalam
menentukan pengaruh dari setiap aktivitas terhadap biaya produksi.
2. PT X belum memiliki RFID yang dapat digunakan untuk melacak bermacam-
macam bagian yang akan digunakan dalam setiap aktivitas dalam proses
produksi. Untuk memiliki RFID tersebut perusahaan harus mengeluarkan biaya
tambahan.
3. Sistem ABC membutuhkan adaptasi dari pegawai yang bertanggung jawab
dalam mengalokasikan biaya overhead dan adanya risiko kesalahan pencatatan
maupun pengumpulan data selama proses adaptasi tersebut.
Semua kesulitan yang terdapat di atas untuk saat ini tidak sebanding dengan manfaat
yang didapatkan dari mengadopsi sistem ABC, karena di PT X kecilnya proporsi
biaya overhead dari total keseluruhan biaya pokok produksi yaitu kurang dari 10%
saja. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem ABC belum tepat untuk
diimplementasikan oleh perusahaan.
Saran yang dapat diberikan bagi perusahaan adalah mempersiapkan diri secara
bertahap untuk mengimplementasikan sistem ABC tersebut di masa yang akan
datang, karena sistem ABC terbukti merupakan sistem yang lebih akurat untuk
mendapatkan informasi biaya overhead. Persiapan yang dilakukan bisa berupa
Biaya dalam menerapkan sistem RFID terbagi kedalam tiga klasifikasi yaitu biaya
perangkat keras, biaya middleware, dan biaya jasa. Biaya perangkat keras melingkupi
biaya element yang dapat dihitung dalam sebuah sistem RFID seperti tag dan reader.
Biaya perangkat keras seringkali diperhitungkan ketika dalam tahap perencanaan dan
penting untuk dicatat adalah model ekonomi juga harus mempertimbangkan kategori
biaya yang lain. Justifikasi dari sebuah biaya perangkat keras tidak cukup untuk
memutuskan mengimplementasi sebuah sistem RFID, meskipun vendor perangkat
keras mengatakan sebaliknya.
Biaya jasa atau service cost, seperti mendesain ulang proses bisnis dan biaya
konfigurasi ulang, memerlukan studi menyeluruh terhadap kebutuhan spesifik dari
Biaya middleware adalah biaya dari infrastruktur dan perangkat lunak yang dapat
menyederhanakan operasi RFID. Menentukan dan berinvestasi dalam arsitektur
perangkat lunak yang tepat menjadi krusial untuk membuat sistem RFID menjadi
optimal dan sebaliknya perangkat lunak yang kurang mumpuni dan tidak lengkap
akan membuat terjadinya bottleneck untuk mewujudkan manfaat dari sistem RFID.
Total biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan bergantung kepada tingkat
implementasi dari sistem yang akan dilakukan. Perusahaan yang
mengimplementasikan secara terbatas akan mengeluarkan biaya yang rendah,
sedangkan perusahaan yang mengimplementasikan sistem secara luas dan
menyeluruh dapat mengeluarkan biaya yang cukup besar. Terdapat tiga tingkat dalam
implementasi yang dinamakan 3C, yaitu :
- Compliance
Tingkat implementasi dimana sistem RFID hanya digunakan dalam konteks
memberi tag kepada material (slap) dan kemudian dikirimkan (ship).
- Conservative
Tingkat implementasi dimana sistem RFID memiliki kemampuan yang
terbatas dan memiliki ruang lingkup geografis yang sempit.
- Committed
Tingkat implementasi dimana sistem RFID diberlakukan di setiap pusat
distribusi milik perusahaan.
Manfaat yang didapat dari sistem RFID yang akan diimplementasikan oleh
perusahaan dapat dilihat pada pembahasan sebelumnya, namun dapat dilihat
penjabaran nilai manfaat secara kuantitatif sebagai berikut :
Kesimpulan yang didapat adalah ekspektasi manfaat yang diberikan oleh sistem RFID
lebih besar daripada ekspektasi biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk
mengadopsi sistem tersebut, bahkan dengan menggunakan angka ekspektasi yang
paling rendah. maka dari itu penulis berpendapat bahwa PT X untuk meningkatkan
efisiensi dan automatisasi dari proses siklus produksinya dapat menggunakan sistem
RFID dengan implementasi conservative.
Dari segi biaya berbanding manfaat sistem RFID memang merupakan sistem yang
layak dipilih oleh perusahaan, namun sistem ini juga memiliki resiko bila perusahaan
telah mengimplementasikannya, resiko-resiko yang harus diwaspadai oleh perusahaan
dalam implementasi sistem RFID adalah sebagai berikut:
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penilitian ditemukan bahwa ketika proses desain produk yang menjadi awal
dari siklus produksi perusahaan kurang memperhatikan tentang keseragaman dari
perangkat lunak yang digunakan ketika merancang desain, sehingga perusahaan
memiliki resiko akan gagalnya sebuah desain atau prototype karena kesalahan
perangkat lunak yang digunakan.
Kesimpulan yang bisa diambil terkait dengan diagram aliran data yang diterapkan
perusahaan dalam menjalankan siklus produksinya adalah terdapatnya beberapa
proses dalam aliran data tersebut yang dapat disempurnakan lebih lanjut dan kurang
terdapatnya data storage dalam beberapa bagian dari siklus produksi.
Teknologi Bar code yang menjadi aktor uzur dalam konsep otomatisasi siklus
produksi masih belum diimplementasikan ke dalam semua proses yang terjadi di
dalam siklus. Kemudian pengembangan dari bar code yaitu Radio Frequency
Identification (RFID) yang terbaru belum diimplementasikan oleh PT X, sehingga
dapat disimpulkan perusahaan memiliki konsep dan cara kerja siklus yang cukup
efisien namun masih belum memahami pentingnya teknologi otomatisasi dalm siklus
produksi. Perusahaan dalam hal ini beranggapan bahwa teknologi dan konsep
otomatisasi bagi sistem informasi akuntansi bukan merupakan prioritas dalam
perusahaan.
5.2 Saran
James Hall. Accounting Information System. 8th Edition. South Western Publishing
Co., 2001
Horngren, Walter T., et al. Cost Accounting : A managerial Emphasis. 13th Edition. .
Upper Saddle, NJ : Pearson Education Limited, 2007
< http://www.emblemsvag.com/abc.htm>