Anda di halaman 1dari 9

1.

Judul
Kebiasaan Hidup Sehat mencegah Demam Tifoid

Latar belakang

Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi usus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dan
Salmonella parathypi. Demam tifoid biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala yang
umum yaitu gejala demam yang dapat mencapai waktu lebih dari 1 minggu. WHO memperkirakan
jumlah kasus demam tifoid di seluruh dunia mencapai 17 juta kasus. Penyakit demam tifoid bersifat
endemik dan merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di sebagian besar negara
berkembang termasuk Indonesia dan menjadi masalah yang sangat penting. Data surveilans saat ini
memperkirakan di Indonesia ada 600.000 – 1,3 Juta kasus demam thypoid tiap tahunnya dengan
lebih dari 20.000 kematian. Rata- rata di Indonesia, orang yang berusia 3-19 tahun memberikan
angka sebesar 91% terhadap kasus demam tifoid. Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia,
kasus demam tifoid masuk ke dalam daftar 10 besar kasus terbanyak pada pasien rawat inap di
rumah sakit dengan Case Fatality Rate tertinggi sebesar 0,67%.
Demam tifoid menurut karakteristik penderitanya tersebar merata di semua usia dengan prevalensi
demam tifoid terbanyak ditemukan pada umur 5–14 th dan prevalensi terendah ada pada bayi.
Prevalensi demam tifoid menurut tempat tinggal paling banyak ada pada pedesaan dibandingkan
perkotaaan, dengan pendidikan rendah dan dengan jumlah pengeluaran rumah tangga rendah.
Faktor - faktor yang sangat erat hubungannya dengan kejadian demam tifoid adalah hygiene
perorangan yang rendah meliputi kebiasaan cuci tangan, hygiene makanan dan minuman, sumber
air bersih,riwayat tifoid anggota keluarga, serta jamban yang tidak memenuhi syarat.
Kasus demam tifoid banyak ditemukan di wilayah Puskesmas Balowerti . Sanitasi lingkungan dapat
menjadi salah satu faktor risiko mendasar terjadinya banyak kasus demam tifoid. Rendahnya
kepemilikan sarana sanitasi dasar pada beberapa desa yang meliputi kepemilikan jamban sehat,
kepemilikan tempat sampah, dan kepemilikan pengelolaan air limbah berpengaruh sangat besar
dalam terjadinya kasus demam tifoid. Hal ini berkaitan erat juga dengan pengetahuan masyarakat
tentang demam tifoid yang tidak dikaji kebenarannya. Oleh karena itu penyuluhan mengenai demam
tifoid penting untuk dilakukan dalam rangka menambah pengetahuan masyarakat dan menyadarkan
masyarakat pentingnya menjaga sanitasi lingkungan untuk menghindari berbagai macam penyakit
menular.

Permasalahan
Permasalahan yang ditemukan yaitu :
1.Rendahnya kepemilikan masyarakat terhadap sarana sanitasi dasar, terutama jamban sehat.
2.Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai cara penularan demam tifoid.
3.Kurangnya sikap dan perilaku masyarakat dalam memahami dan mendukung tersedianya sanitasi
dasar dalam rangka pencegahan demam tifoid.

Perencanaan
Kegiatan penyuluhan dema tifoid dilaksanakan pada 7 Januari 2021, di Puskesmas Balowerti dengan
pelaksana dr. Nining Rahma Primahayu, dokter Internsip di Puskesmas Balowerti November 2020 –
Februari 2021. Pada kegiatan ini dilakukan pemberian informasi dalam bentuk penyuluhan dan tanya
jawab mengenai demam tifoid. Sasaran kegiatan adalah para kader Puskesmas Balowerti . Metode
yang digunakan pelaksana adalah ceramah dan tanya jawab.

Pelaksanaan
Nama Peserta : dr. Nining Rahma Primahayu
Nama Pendamping : dr Hendry Mulyono
Nama Wahana : Puskesmas Balowerti
Tema Kegiatan : Penyuluhan tentang Demam Tifoid
Tujuan Kegiatan : Tujuan umum dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan sikap dan
perilaku masyarakat dalam memahami dan mendukung ketersediaan sarana sanitasi dasar dalam
rangka pencegahan dema tifoid. Tujuan khusus dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan
pengetahuan para kader tentang seluk beluk demam tifoid, terutama cara penularannya, sehingga
informasi ini dapat disebarluaskan kepada masyarakat, serta menyadarkan pentingnya
membersihkan lingkungan untuk meminimalisir persebaran kasus demam tifoid di wilayah
Puskesmas Balowerti.

Waktu : pukul 10.00 – 11.00


Tempat : Puskesmas Balowerti
Jumlah Peserta : 13 orang

Monitoring
Demikian kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai upaya kesehatan lingkungan.

2.
Judul
Pengaruh paparan asap rokok terhadap kesehatan lingkungan

Latarbelakang

Merokok bagi sebagian orang sudah merupakan kebiasaan yang sulit untuk dihilangkan, karena
dilakukan hampir setiap hari dan setiap saat. Beberapa orang bahkan menganggap kalau mereka
tidak merokok dalam menjalani kehidupan sehari hari, mereka menganggap ada sesuatu yang
kurang lengkap dalam dirinya. Adiktif ? Pasti, Rokok merupakan zat adiktif yang menyebabkan
syndrome withdrawl atau ketagihan baik secara psikologis maupun fisiologis yang menyebabkan
penurunan mental dan kualitas seseorang (Kurniati, Udiyono dan Saraswati, 2012)

Indonesia merupakan negara dengan populasi terbesar ke 4 di dunia. Dalam hal tembakau,
Indonesia merupakan negara kelima terbesar produsen tembakau di dunia, dengan konsumen rokok
paling tinggi nomer 4 di dunia. Dengan peringkat nomer 3 total penduduk lokal laki-laki yang
merokok terbanyak, dan peringkat 17 untuk penduduk lokal wanita yang merokok di
dunia (GATS, 2011). Dari penelitian yang dilakukan oleh Global Adult Tobacco Surveys yang dilakukan
pada tahun 2011, lebih dari 61 juta penduduk Indonesia merupakan perokok aktif. Jumlah tersebut
sama dengan 36% dari jumlah total penduduk di Indonesia. Dari 36% total perokok di Indonesia, 67%
diantaranya adalah pria dewasa, 4,5% adalah wanita, dan sisanya merupakan anak muda
permasalahan
1. Masyarakat belum paham mengenai zat kandungan yang ada di dalam rokok
2. Masyarakat belum paham mengenai pengaruh rokok terhadap kesehatan
3. Masyarakat belum paham mengenai pengaruh rokok terhadap lingkungan sekitarnya
4. Masalah peran serta dari nakes dan kader desa dalam hal paparan asap rokok terhadap kesehatan
lingkungan

Perencanaan
Pemberian materi serta penyuluhan tentang pengaruh paparan asap rokok terhadap kesehatan
lingkungan dilakukan di area rawat jalan Puskesmas Balowerti oleh dr.Nining Rahma Primahayu ,
Dokter Internsip Puskesmas Balowerti. Kegiatan penyuluhan ini ditujukan para pasien yang berobat
di rawat jalan agar memberikan informasi kepada diri sendiri, sanak saudara yang setiap harinya
terkena paparan asap rokok baik yang aktif maupun pasien. Pada penyuluhan ini menggunakan
metode oral presentasi tentang pengaruh paparan asap rokok terhadap kesehatan lingkungan

Pelaksanaan
Nama Peserta : dr. Nining Rahma Primahayu
Nama Pendamping : dr. Hendry Mulyono
Tema Penyuluhan : Stunting serta dampaknya untuk perkembangan balita

Tujuan Penyuluhan :
1. Agar masyarakat mengetahui mengenai zat kandungan yang ada di dalam rokok
2. Agar masyarakat mengetahui pengaruh rokok terhadap kesehatan
3. Agar masyarakat mengetahui pengaruh rokok terhadap lingkungan sekitarnya
4. Agar mengetahui bagaimana peran serta dari nakes dan kader desa dalam hal paparan asap rokok
terhadap kesehatan lingkungan

Hari/Tanggal : Kamis, 9 Desember 2020


Waktu : 08.00-Selesai
Tempat : Rawat Jalan Puskesmas Balowerti
Jumlah Peserta 22 orang

Monitoring
Demikian kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai upaya untuk menjelaskan tentang kandungan zat
rokok, dampaknya terhadap kesehatan dan lingkungan sekitar.

3.
Judul
Ayo ber-PHBS

Latar belakang

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dilakukan seseorang untuk selalu
memperhatikan kebersihan, kesehatan, dan berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan
sejak tahun 1996 oleh Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat yang saat ini disebut Pusat Promosi
Kesehatan. Program PHBS dilaksanakan dalam berbagai tatanan, seperti tatanan rumah tangga,
tatanan pasar dan sebagainya. Provinsi Jawa Tengah memfokuskan pada tiga tatanan, yaitu tatanan
rumah tangga, tatanan tempat ibadah dan institusi pendidikan. Alasan pemilihan pada tiga jenis
tatanan tersebut karena ketiganya mempunyai daya ungkit yang besar dalam pencapaian derajat
kesehatan (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2006). Upaya peningkatan perilaku sehat di
masyarakat belum menunjukkan hasil optimal. Data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)
tahun 2014 menunjukkan bahwa di Indonesia sebanyak 38,5% masyarakat masih merokok di dalam
rumah ketika bersama anggota keluarga yang lain. Perokok laki-laki lebih tinggi dari perempuan (72%
dibanding 28%). Selanjutnya 77,3% penduduk usia 15 tahun ke atas kurang melakukan aktivitas fisik,
dengan katagori (82%) kurang bergerak dan (11%) tidak terbiasa melakukan aktivitas fisik.
Berdasarkan hasil pendataan untuk PHBS tatanan rumah tangga provinsi Jawa Tengah sebanyak 68%
keluarga belum menjadi peserta dana 2 sehat dan sebesar 72% keluarga belum bebas asap rokok
(Badan Pusat Statistik, 2015).

Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, di Indonesia memang telah terjadi penurunan angka period
prevalence diare dari 9,0% tahun 2007 menjadi 3,4% pada tahun 2014. Kelompok umur balita
merupakan kelompok yang paling tinggi menderita diare. Karakteristik diare balita tertinggi terjadi
pada kelompok umur 12-23 bulan (7,4%), laki-laki (5,4%), tinggal di daerah pedesaan (5,8%), dan
kelompok kuintil indeks kepemilikan akses terhadap air bersih dan jamban sehat terbawah (6,4%).
Selanjutnya insiden malaria penduduk Indonesia tahun 2007 sebesar 3,1% dan tahun 2014 menjadi
1,8%.

Permasalahan
1. Masyarakat belum paham mengenai pengertian PHBS
2. Masyarakat belum paham mengenai apa saja yang termasuk PHBS
3. Masyarakat belum paham mengenai manfaat PHBS
4. Masalah peran serta dari nakes dan kader desa dalam hal PHBS

Perencanaan
Pemberian materi serta penyuluhan tentang Ayo ber-PHBS dilakukan di halaman Puskesmas
Balowerti, oleh dr. Nining Rahma Primahayu, Dokter Internsip Puskesmas Balowerti. Kegiatan
penyuluhan ini ditujukan pada masyarakat yang sedang berobat di Puskesmas Balowerti. Pada
penyuluhan ini menggunakan metode oral presentasi beserta leaflet tentang Ayo ber-PHBS.

Pelaksanaan
Nama Peserta : dr. Nining Rahma Primahayu
Nama Pendamping : dr. Hendry Mulyono
Tema Penyuluhan : Ayo ber-PHBS
Tujuan Penyuluhan :
1. Agar masyarakat paham mengenai pengertian PHBS
2. Agar masyarakat paham mengenai apa saja yang termasuk PHBS
3. Agar masyarakat paham mengenai manfaat PHBS
4. Agar Masalah peran serta dari nakes dan kader desa dalam hal PHBS dapat terselesaikan
Waktu : 09.00-Selesai
Tempat : Halaman Puskesmas Balowerti
Jumlah Peserta 20

Monitoring –

4.
Judul
PENYULUHAN DHF DI LINGKUNGAN PUSKESMAS BALOWERTI

Latar belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegeptyyang tersebar luas di rumah-rumah dan
tempat umum diseluruh wilayah Indonesia. Penyakit ini terutama menyerang anak yang ditandai
dengan panas tinggi, perdarahan dan, dapat mengakibatkan kematian serta menimbulkan wabah.
Setiap tahunnya berdasarkan data Depkes RI, angka kejadian DBD selalu mengalami peningkatan,
bahkan dapat menimbulkan suatu kejadian luar biasa (KLB).
Peningkatan jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan karena semakin
baiknya transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap
pembersihan sarang nyamuk, terdapatnya vector nyamuk hampir diseluruh pelosok tanah air serta
adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun. Faktor yang mempengaruhi kejadian
penyakit demam berdarah dengue antara lain faktor host, lingkungan, perilaku hidup bersih dan
sehat serta faktor virusnya sendiri. Faktor host yaitu kerentanan dan respon imun; faktor lingkungan
yaitu kondisi geografi (ketinggian dari permukaan laut, curah hujan, angin, kelembapan, musim);
kondisi demografi (kepadatan, mobilitas, perilaku, adat istiadat).
Selama ini upaya yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan (penyakit DBD),
masih banyak berorientasi pada penyembuhan penyakit. Dalam arti apa yang dilakukan masyarakat
dalam bidang kesehatan hanya untuk mengatasi penyakit yang telah terjadi atau menimpanya, di
mana hal ini dirasa kurang efektif karena banyaknya pengeluaran. Upaya yang lebih efektif dalam
mengatasi masalah kesehatan sebenarnya adalah dengan memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah penyakit dengan berperilaku hidup sehat, namun hal ini ternyata belum disadari
dan dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat.
Masih tingginya kejadian DBD khususnya di Lingkungan Puskesmas Balowerti dapat dipengaruhi oleh
faktor internal maupun ekstrenal seperti pengetahuan, sikap, perilaku masyarakat dalam memahami
dan melakukan kegiatan kebersihan lingkungan rumah dalam pencegahan kejadian DBD terulang
kembali.Dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang masalah kesehatan, diperlukan
suatu upaya nyata seperti dengan memberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan seperti
dengan ceramah adalah salah satu contoh dari metode pendidikan kesehatan yang ada. Pendidikan
kesehatan seperti ceramah merupakan metode konvensional yang umumnya dilakukan karena
mudah dan murah. Metode ini juga memilki keunggulan yaitu praktis, relatif murah, mudah
dilakukan dan disesuaikan untuk berbagai kondisi. Oleh karena itu, penyuluhan mengenai demam
berdarah dengue perlu dilakukan di wilayah kecamatan Jatirejo untuk menyadarkan masyarakat
pentingnya meminimalisir penularan dengan pendekatan kesehatan lingkungan sekitar.
Permaslahan

Permasalahan yang ditemukan yaitu :


1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai cara penularan dan dampak DBD.
2. Kurangnya sikap dan perilaku masyarakat dalam memahami dan melakukan kegiatan kebersihan
lingkungan rumah dalam rangka pencegahan DBD.

Perencanaan

Kegiatan penyuluhan DBD dilaksanakan pada hari 14 Desember 2020 di Puskesmas Balowerti dengan
pelaksana dr. Nining Rahma Primahayu, dokter Internsip di Puskesmas Balowerti Novemeber 2020 -
Februari 2021. Pada kegiatan ini dilakukan pemberian informasi dalam bentuk penyuluhan dan tanya
jawab mengenai DBD. Sasaran kegiatan adalah para kaderPuskesmas Balowerti. Metode yang
digunakan pelaksana adalah ceramah dan tanya jawab.

Pelaksanaan

Nama Peserta : dr. Nining Rahma Primahayu


Nama Pendamping: dr . Henry Mulyono
Nama Wahana : Puskesmas Balowerti
Tema Kegiatan : Penyuluhan tentang DBD
Tujuan Kegiatan : Tujuan umum dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan sikap dan
perilaku masyarakat dalam memahami dan melakukan kegiatan kebersihan lingkungan rumah dalam
rangka pencegahan DBD. Tujuan khusus dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
para kader tentang seluk beluk DBD, terutama cara penularan dan dampaknya, sehingga informasi
ini dapat disebarluaskan kepada masyarakat, menyadarkan pentingnya membersihkan lingkungan
untuk meminimalisir persebaran kasus DBD di wilayah Lingkungan Puskesmas Balowerti.

Waktu : pukul 10.00 – 11.00


Tempat : Puskesmas Balowerti
Jumlah Peserta : 14 orang

Monitoring
Demikian kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai upaya kesehatan lingkungan.

5.
Judul kegiatan
Penyuluhan tentang Pentingnya Menggunakan Jamban Sehat

Latar belakang
Jamban merupakan fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai
penularan penyakit. Penggunaan jamban tidak hanya nyaman melainkan juga turut melindungi dan
meningkatkan kesehatan keluarga dan masyarakat. Dengan bertambahnya jumlah penduduk yang
tidak sebanding dengan area pemukiman yang ada, masalah mengenai pembuangan kotoran
manusia menjadi meningkat, dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran
manusia merupakan masalah pokok untuk sedini mungkin diatasi. Pada masa sekarang ini pemilihan
jamban cemplung masih menjadi masalah, mengingat jamban cemplung merupakan jenis jamban
yang kurang memenuhi syarat kesehatan.
Untuk mencegah kontaminasi terhadap lingkungan, maka pembuangan tinja manusia harus dikelola
dengan baik, yaitu jamban. Jamban sehat adalah jamban yang memenuhi kriteria yaitu tidak
mengotori permukaan tanah di sekelilingnya, tidak mengotori air permukaan tanah disekitarnya,
tidak mengotori air tanah disekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak menimbulkan bau,
mudah di gunakan dan di pelihara, sederhana desainnya dan murah. Umumnya masyarakat
pedesaan menggunakan jamban langsung dan permukaan tanah sebagai tempat pembuangan tinja.
Hal ini disebabkan karena faktor pendidikan yang masih rendah pada masyarakat desa. Faktor
pendidikan yang rendah tentunya akan mempengaruhi faktor pengetahuan, dengan pendidikan
rendah maka faktor pengetahuan juga akan ikut rendah. Selain itu penyebabnya adalah faktor
ekonomi yang kurang pada masyarakat tersebut, jamban leher angsa memerlukan biaya yang mahal
untuk membuatnya. Masyarakat juga mengatakan banyaknya warga yang menggunakan jamban
cemplung sehingga mempengaruhi pembuatan selanjutnya yaitu dengan ikut-ikutan membuat
jamban cemplung.
Di Indonesia prosentase keluarga yang menggunakan jamban yang memenuhi syarat baru sekitar
60% dan yang yang lainnya tidak menggunakan jamban dan lebih suka buang air besar (BAB) di
sungai dan tempat-tempat lainya. Sementara di Jawa Timur penduduk yang mempunyai jamban
hanya sebesar 69,04%. Masyarakat di kecamatan Jatirejo pun juga masih banyak yang belum
memiliki jamban yang memenuhi syarat. Dari berbagai masalah yang terjadi, langkah awal yang
dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan tentang
jamban sehat.

Permasalahan
Jamban merupakan fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai
penularan penyakit. Penggunaan jamban tidak hanya nyaman melainkan juga turut melindungi dan
meningkatkan kesehatan keluarga dan masyarakat. Dengan bertambahnya jumlah penduduk yang
tidak sebanding dengan area pemukiman yang ada, masalah mengenai pembuangan kotoran
manusia menjadi meningkat, dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran
manusia merupakan masalah pokok untuk sedini mungkin diatasi. Pada masa sekarang ini pemilihan
jamban cemplung masih menjadi masalah, mengingat jamban cemplung merupakan jenis jamban
yang kurang memenuhi syarat kesehatan.
Untuk mencegah kontaminasi terhadap lingkungan, maka pembuangan tinja manusia harus dikelola
dengan baik, yaitu jamban. Jamban sehat adalah jamban yang memenuhi kriteria yaitu tidak
mengotori permukaan tanah di sekelilingnya, tidak mengotori air permukaan tanah disekitarnya,
tidak mengotori air tanah disekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak menimbulkan bau,
mudah di gunakan dan di pelihara, sederhana desainnya dan murah. Umumnya masyarakat
pedesaan menggunakan jamban langsung dan permukaan tanah sebagai tempat pembuangan tinja.
Hal ini disebabkan karena faktor pendidikan yang masih rendah pada masyarakat desa. Faktor
pendidikan yang rendah tentunya akan mempengaruhi faktor pengetahuan, dengan pendidikan
rendah maka faktor pengetahuan juga akan ikut rendah. Selain itu penyebabnya adalah faktor
ekonomi yang kurang pada masyarakat tersebut, jamban leher angsa memerlukan biaya yang mahal
untuk membuatnya. Masyarakat juga mengatakan banyaknya warga yang menggunakan jamban
cemplung sehingga mempengaruhi pembuatan selanjutnya yaitu dengan ikut-ikutan membuat
jamban cemplung.
Di Indonesia prosentase keluarga yang menggunakan jamban yang memenuhi syarat baru sekitar
60% dan yang yang lainnya tidak menggunakan jamban dan lebih suka buang air besar (BAB) di
sungai dan tempat-tempat lainya. Sementara di Jawa Timur penduduk yang mempunyai jamban
hanya sebesar 69,04%. Masyarakat di kecamatan Jatirejo pun juga masih banyak yang belum
memiliki jamban yang memenuhi syarat. Dari berbagai masalah yang terjadi, langkah awal yang
dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan tentang
jamban sehat.

Permasalahan
Permasalahan yang ditemukan yaitu :
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kriteria jamban sehat.
2. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan lingkungan melalui
penggunaan jamban sehat.
3. Banyaknya kejadian diare yang ditemukan di masyarakat.
4. Masyarakat sulit untuk mengubah kebiasaan BAB di sungai.

Perencanaan dan intervensi


Kegiatan penyuluhan mengenai pentingnya penggunaan jamban sehat dilaksanakan pada hari 18
Januari 2021, di Halaman Puskesmas Balowerti dengan pelaksana dr.Nining Rahma Primahayu,
dokter Internsip di Puskesmas Baloweri November 2020- Februari 2021. Pada kegiatan ini dilakukan
emberian informasi dalam bentuk penyuluhan dan tanya jawab mengenai jamban sehat. Sasaran
kegiatan adalah Masyarakat Lingkungan Puskesmas Balowerti . Metode yang digunakan pelaksana
adalah ceramah dan tanya jawab

Pelaksanaan
Nama Peserta : dr. Nining Rhama Primahayu
Nama Pendamping : dr. Henry Mulyono
Nama Wahana : Puskesmas Balowerti
Tema Kegiatan : Penyuluhan mengenai Pentingnya Penggunaan Jamban Sehat

Tujuan Kegiatan

Tujuan umum dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan sikap dan perilaku masyarakat dalam
memahami pentingnya kepemilikan dan penggunaan jamban sehat dalam rangka menciptakan
lingkungan yang bersih. Tujuan khusus dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
warga mengenai jamban sehat, meminimalisir penularan diare pada masyarakat, warga bersedia
untuk membuat atau menggunakan jamban sehat.

Waktu : pukul 09.00 – 10.00


Tempat : Halaman Puskesmas Balowerti
Jumlah Peserta : 16 orang
Monitoring
Demikian kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai upaya kesehatan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai