Minor
Minor
Kelompok 4 :
1. Denis Tirta Winadya (1503023)
2.
Abses kulit dapat terjadi di bagian tubuh manapun, tapi paling sering terjadi di aksila,
gluteus dan ekstremitas. Insisi dan drainase material infeksius dalam abses adalah terapi
utama untuk penanganan abses, karena terapi antibiotik saja sering tidak adekuat untuk
penyembuhan abses secara sempurna.
Diagnosis abses ditegakkan dari adanya gejala dan tanda kardinal radang yaitu benjolan
(tumor) dengan adanya warna kemerahan (rubor) pada kulit di sekitar abses, panas pada
perabaan (kalor), nyeri tekan (dolor) dan konsistensi kistik/ fluktuasi pada palpasi, serta
fungsio laesa.
Setelah diagnosis ditegakkan, hal penting berikutnya adalah menentukan apakah insisi dan
drainase dengan anestesi lokal dapat dilakukan. Abses kulit yang berukuran lebih dari 5 mm
di lokasi yang terjangkau merupakan indikasi insisi dan drainase.
b. Abses yang letaknya cukup dalam di area yang sulit untuk dilakukan anestesi lokal.
c. Terdapat selulitis.
- Sarung tangan
- Masker
- Gown/ apron
b. Untuk tindakan antiseptik dan anestesi :
- Larutan antiseptik
- Kapas steril
- Gunting
- Kapas steril
- Plester
3. PERSIAPAN
1. Lakukan informed consent dan mintalah persetujuan tertulis dari pasien/ orang
tua atau kerabat terdekat pasien.
2. Lakukan verifikasi atas identitas pasien.
7. Siapkan obat anestesi lokal dalam spuit dengan dosis sesuai berat badan pasien.
10. Lakukan antisepsis medan insisi dengan chlorhexidine atau povidone iodine 10%,
dimulai dari puncak abses, memutar ke arah luar sampai di luar medan insisi.
11. Lakukan anestesi infiltrasi intradermal. Terkadang diperlukan anestesi local field
block, pemberian analgetik supaya pasien tetap merasa nyaman atau sedative
bila pasien kurang kooperatif.
4. PROSEDUR INSISI DAN DRAINASE ABSES
1. Pegang skalpel di antara ibu jari dan telunjuk untuk membuat tusukan langsung di
puncak abses.
aksis panjang abses, kedalaman insisi sampai menembus kavitas abses. Ujung
skalpel jangan sampai menembus dinding posterior abses karena akan
mengakibatkan perdarahan yang terkadang sulit dikontrol.
3. Panjang insisi sedemikian rupa sehingga diperkirakan drainase isi abses cukup
adekuat, untuk mencegah kembali terbentuknya abses. Terkadang diperlukan
insisi sampai batas tepi abses. Hal ini juga diperlukan sebagai akses untuk
memasukkan material packing ke dalam kavitas abses.
4. Jika diperlukan pemeriksaan kultur, aspirasi material abses dengan spuit dan
lakukan swab dasar abses menggunakan lidi kapas steril yang dilembabkan
dengan NaCl steril. Masukkan lidi kapas ke dalam kontainer steril berisi sedikit
NaCl steril. Kirim spuit dan kontainer berisi lidi kapas secepatnya ke
laboratorium.
5. Biarkan pus mengalir secara spontan. Setelah tekanan intraabses berkurang,
berikan tekanan perlahan sehingga sisa pus di dalam abses keluar.
6. Lakukan diseksi tumpul menggunakan hemostat ujung lengkung untuk membuka
kavitas abses.
7. Insersikan hemostat ujung lengkung ke dalam kavitas abses sampai terasa
tahanan dari jaringan yang sehat, kemudian buka ujung hemostat dan lakukan
diseksi tumpul deng an gerakan sirkular untuk membuka kavitas abses secara
komplit.
Lakukan irigasi luka dengan normal saline menggunakan spuit tanpa jarum
sampai cairan irigasi jernih.
6. KOMPLIKASI INSISI
1. Selulitis, Limfangitis , Infeksi sistemik.
2. Rekurensi abses. Jika abses kembali terbentuk meski drainase sudah optimal,
lakukan assessment apakah terdapat faktor risiko yang mendasari seperti
kolonisasi stafilokokus, kelainan anatomis atau kondisi immunocompromis
B. Penutupan luka
a. Luka dapat ditautkan dengan jahitan sederhana atau matras; terputus atau
jelujur.
2) Jahitan matras dapat berupa matras vertikal, horizontal, terputus atau jelujur.
apabila ada pus (cairan), dapat dilepas satu atau dua jahitan dan
membiarkan yang lain.
6) Jahitan matras vertikal berguna untuk merapatkan tepi luka secara tepat
A B
Gambar 18. Macam jahitan jelujur. A. Jelujur, satu simpul di akhir,
B. Jahitan jelujur berkunci, C. Dua untai benang dengan
simpul di tiap ujung dan disimpulkan di tengah, D. Over-
and-over running stitch
A B C
b. Menjahit Kulit
Cara :
1) Gunakan pinset diseksi bergerigi halus, untuk sedikit mengangkat tepi luka.
2) Jarum lengkung jenis taper cut dengan benang nilon monofilamen nomor
3/0 dipasang pada needle holder. Pemasangan itu diletakkan antara 2/3
depan dan 1/3 belakang, lalu gagang needle holder dikunci (gambar 20).
3) Jahitan dimulai dari sisi luka yang letaknya paling jauh dari tubuh
operator, menuju ke arah operator.
4) Dengan pergelangan tangan pronasi penuh, siku membentuk sudut 900
dan bahu abduksi, jarum ditusukkan di kulit secara tegak lurus.
5) Tusukan jarum dilakukan 3 – 4 mm dari tepi luka, di dekat tempat yang dijepit
pinset. Jarak antar tusukan kurang lebih 0.5 – 1 cm. Untuk jahitan
di wajah, tusukan jarum dilakukan 2 – 3 mm dari tepi luka dengan
jarak antar tusukan 3 – 5 mm.
6) Kulit ditegakkan, dan dengan gerakan supinasi pergelangan serta adduksi
bahu yang serentak, jarum didorong maju dalam arah melengkung sesuai
dengan lengkungan jarum, tetapi jangan terlalu dangkal (akan terbentuk
dead space).
7) Setelah jarum muncul kembali di balik kulit, jarum dijepit dengan klem
pemegang jarum dan ditarik keluar (penjepitan ini tidak boleh pada
ujungnya, karena jarum dapat patah atau bengkok).
8) Benang ditarik terus sampai ujungnya tersisa 3-4 cm dari kulit.
9) Tusukkan lagi jarum di tepi luka yang lain dengan cara dan kedalaman yang
sama.
10) Setelah jarum muncul di kulit, ditarik lalu dibuat simpul ikatan 2 x 1 x 2
(Surgeon‟s Knot).
11) Luka dibersihkan dan dinilai ketatnya ikatan.
12) Simpul ditarik ke tepi ke arah pada ujung benang yang lebih pendek.
c. Menjahit Subkutis
Untuk menjahit lemak subkutis dilakukan jahitan terputus sederhana
dengan simpul terkubur. Cara :
1) Pada jahitan ini lintasan jarum dimulai dan diakhiri di dalam luka.
3) Infeksi
4) Pembentukan keloid
DAFTAR PUSTAKA
Fitch, M.T., Manthey, McGinnis, H.D., Nicks, B.A., Pariyadath, M, N Engl J Med
2007; 357: e20.