Makalah Biologi Tentang Lumut
Makalah Biologi Tentang Lumut
OLEH :
NAMA : 1. DESI MAWARNI
2. DEVY MUNDRIKAH
3. CAKRA ILUNAN
4. DELLA VANESA
5. DWI NOVELIA
6. DEDEK SAPHIRA
7. DWI APRILIANY
8. DENI IRAWAN
9. FEBRIANSYAH
KELAS : X IMS 3
Dalam penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah kami alami. Oleh karena itu,
terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan kami semata-mata, namun
berkat dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait. Sehubungan dengan hal tersebut,
perlu kiranya kami dengan ketulusan hati mengucapkan terima kasih kepada Ibu Pengajar
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini. Kami juga berterima kasih
kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa pengetahuan dan pengalaman
kami masih sangat terbatas. Oleh karena itu, kami mohon maaf jika ada kesalahan yang
sengaja maupun tidak disengaja yang telah kami lakukan. Dan kami juga sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar makalah ini lebih baik dan
bermanfaat. Terima Kasih.
LUMUT (Bryophyta)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kingdom Plantae (Dunia Tumbuhan) meliputi organisme multiseluler yang sel-selnya
telah terdefensiasi, bersifat eukariotik, dan memiliki dinding sel. Hampir seluruh anggota
tumbuhan memiliki klorofi dalam selnya sehingga bersifat autotrof atau dapat menyusun
makanan sendiri. Dunia tumbuhan dikelompokkan menjadi tumbuhan berpembuluh atau
Tracheophyta dan tumbuhan tidak berpembuluh atau non-Tracheophyta. Kelompok
Tracheophya adalah tumbuhan paku-pakuan dan tumbuhan berbiji, sedangkan kelompok non-
Tracheophya adalah tumbuhan lumut.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah biologi ini adalah untuk menambah wawasan
tentang makhluk hidup dan untuk mengetahui dan lebih mengenal tentang tumbuhan lumut.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat menentukan habitat tumbuhan
lumut, dapat mendeskripsikan proses pertumbuhan lumut, dapat menganalisis masalh yang
terjadi pada proses pertuumbuhan, serta dapat memahami keanekaragaman hayati dan
mengembangkan potensi tumbuhan lumut.
BAB II
PEMBAHASAN
Sel-sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa.
Pada semua tumbuhan yang tergolong lumut, terdapat persamaan bentuk susunan
gametangiumnya (anteridium maupun arkegonium), terutama susunan arkegoniumnya
mempunyai susunan khas yang juga kita jumpai pada tumbuhan paku. Oleh sebab itu,
lumut dan paku disebut pula arkegoniata.
Batang dan daun pasa tumbuhan lumut tegak yang memiliki susunan berbeda-beda.
Jika batangnya dilihat secara melintang, tampak bagian-bagian seperti berikut.
a) Selapis sel kulit, beberapa sel diantaranya memangjang membentuk rizoid-rizoid
epidermis.
b) Lapisan kulit dalam, tersusun atas beberapa lapisan sel yang dinamakan korteks.
c) Silinder pusat, terdiri dari sel-sel parenkimatik yang memanjang dan berguna
untuk mengangkut air dan garam-garam mineral (makanan). Pada lumut belum
terdapat floem dan xylem.
Daun lumut umumnya setebal satu lapisan sel, kecuali ibu tulang daun, lebih dari satu
lapis sel. Sel-sel daunnya kecil, sempit, panjang, dan mengandung kloroplas yang
tersusun seperti jala. Di antaranya terdapat sel-sel mati dengan penebalan dinding
dalam berbentuk spiral. Sel-sel mati ini berguna sebagai tempat persediaan air dan
cadangan makanan.
Pada lumut, hanya terdapat pertumbuhan memanjang dan tidak ada pertumbuhan
membesar. Pada ujung batang, terdapat titik tumbuh dengan sebuah sel pemula di
puncaknya. Sel pemula itu biasanya berbentuk bidang empat (tetrader = kerucut
terbalik) dan membentuk sel-sel baru ke tiga arah sisinya. Ukuran lumut yang terbatas
mungkin disebabkan tidak ada sel berdinding sekunder yang berfungsi sebagai
jaringan penyokong seperti pada tumbuhan berpembuluh.
Rizoid tampak seperti benang-benag berfungsi sebagai akar untuk melekat pada
tempat tumbuhnya dan menyerap air serta garam-garam mineral (makanan). Rizoid
terdiri dari satu seret sel yang memanjang, kadang-kadang dengan sekat yang tidak
sempurna.
Lumut memiliki klorofi sehingga dapat berfotosintesis. Sebagian besar lumut merupakan
tumbuhna terrestrial atau hidup di daratan. Lumut mudah ditemukan, terutama di tempat
lembab (higrofit), di tanah, tembok, bebeatuan lapuk, dan menempel (epifit) di kulit pohon.
Namun, ada pula lumut yang hidup di air (hidrofit), misalnya Ricciocarpus natans. Di tempat
yang lembab dan teduh, lumut tumbuh subur dan tampak sebagai hamparan hija. Contohnya
lumut gambut (Sphagnum) yang tumbuh di bioma tundra di daerah kutub utara.
Vaginula, yaitu kaki yang
diselubungi sisa dinding
arkegonium.
Seta, yaitu sebagai tangkai dari
tumbuhan lumut.
Apofisis, yaitu ujung seta yang
agak melebar yang merupakan
peralihan antara seta dengan
kotak spora.
Kaliptra atau tudung, berasal
dari dinding arkegonium sebelah
atas menjadi tudung kotak spora.
Kolumela, jaringan yang tidak ikut ambil bagian dalam pembentukan spora.
Rizoid, berfungsi sebagai akar untuk melekat pada tempat tumbuhnya dan menyerap
air serta garam-garam mineral (makanan).
Stolon, batang tumbuhan lumut yang merayap membentuk keset.
1) Spora berkromosom haploid (n) yang jatuh di habitat yang cocok akan berkecambah,
sel-selnya membelah secara mitosis, dan tumbuh menjadi protonema yang haploid
(n).
2) Protonema akan tumbuh menjadi gametofit (tumbuhan lumut) jantan dan betina yang
haploid (n).
3) Tumbuhan lumut yang sudah dewasa akan membentuk alat kelamin jantan
(anteridium) dan alat kelamin betina (arkegonium).
4) Anteridium menghasilkan spermatozoid berflagel yang berkromosom haploid (n).
Arkegoniumyang berkromoson haploid (n). Ovum memproduksi zat guladan protein
yang merangsang pergerakan spermatozoid menuju ovum. Pergerakan spermatozoid
disebut kemotaksis.
5) Fertilisasi ovum oleh spermatozoid menghasilkan zigot yang berkromosom diploid
(2n)
6) Zigot mengalami pembelahan secara mitosis dan tumbuh menjadi embrio (2n).
7) Embrio akan tumbuh menjadi sporofit yang diploid (2n).
8) Sporofit akan membentuk sporangium (2n) yang memiliki kotak spora (sporangium).
9) Di dalam kotak spora terdapat sel induk spora diploid (2n) yang akan membelah
secara meiosis dan menghasilkan spora-spora yang haploid (n)
Lumut hati merupakan tumbuhan talus dengan berbentuk lembaran, pipih, dan
berlobus. Pada umumnya lumut hati tidak berdaun, misalnya Marchantia dan Lanularia.
Namun ada lumut hati yang berdaun, misalnya Jungermannia. Lumut hati tumbuh
mendatar dan melekat pada substrat dengan menggunakan rhizoidnya. Lumut hati
banyak ditemukan di tanah lembab, terutama di hutan hujan tropis. Ada juga yang
tumbuh di permukaan air, misalnya Ricciocarpus natans.
Pada beberapa jenis lumut hati, misalnya Marchantia dan Lanularia, gametofit
memiliki stuktur khas berbentuk seperti mangkok yang disebut gemmae cup (piala
tunas), Gammae cup berfungsi sebagai alat reproduksi secara vegetatif karena di
dalamnya terdapat gammae atau tumbuhan lumut kecil yang bila terlepas dan
terpelanting oleh air hujan akan tumbuh menjadi lumut baru. Selain dengan gemmae cup,
reproduksi vegetative lumut hati juga dapat dilakukan dengan cara fragmentasi
(pemutusan sebagian tubuhnya).
Pada umumnya, lumut hati berumah dua, misalnya Marchantia sp. Namun, ada pula
yang berumah satu. Pada lumut hati yang berumah, gametofit betina membentuk
arkegoniofor yang ada di bagian ujung tangkainya terdapat struktur berbentuk cakram
atau payung denagn tepi berlekuk ke dalam seperti jejari. Di bagian bawah cakram
terdapat arkegonium. Arkegonium membentuk sel kelamin betina (ovum). Sementara itu,
sel kelamin jantan membentuk anteridiofor y6ang di bagian ujung tangkainya terdapat
strukturberbentuk cawan dengan tepi berlekuk tidak dalam. Di bagian atas cawan
terdapat anteridium yang dapat menghasilkan sel kelamin jantan (spermatozoid)
berflagel dua. Bila spermatozoid membuahi ovum, maka akan terbentuk zigot yang akan
tumbuh menjadi sporofit. Sporofit terletak tersembunyi di bagian bawah cakram
arkegoniofor. Sporofit (2n) akan membentuk sporogonium yang akan menghasilkan
spora (n).
Terdapat sekitar 6.500 spesies lumut hati, antara lain Marchantia polymorpha,
Ricciocarpus natans, Reboulia hemisphaerica, Pellia calycina, dan Riccardia indica.
Tubuh lumut daun berbentuk seperti tumbuhan kecil yang tumuh tegak. Pada
umumnya tinggi lumut ini kurang dari 10 cm, namu ada pula yang mencapai 40 cm,
misalnya Polytrichum commune. Bila diperhatikan dengan cermat, tubuh lumut daun
merupakan kormus yang memiliki bagian akar yang sederhana (rhizoid), batang, dan
daun. Rhizoid tersusun dari banayk sel (multiseluler) dan bercabang. Batang lumut daun
ada yang bercabang-cabang, tetapi ada pula yang tidak bercabang. Daun berukuran kecil
dan berkedudukan tersebar di sekeliling batang.
Terdapat sekitar 10.000 spesies lumut daun, antara lain Polytrichum commune,
Polytrichum hyperboreum, Sphagnum squarrosum, Sphagnum palustre, Dichodontium,
dan Campylopus.
Beberapa jenis lumut bermanfaat bagi manusia, antara lain Marchantia Polymorpha
sebagai obat hepatitis dan Sphagnum untuk bahan pembalut dan bahan bakar. Meskipun
ukurannya kecil, namun lumut mampu tumbuh dan menutupi areal yang luas sehingga
berfungsi untuk menahan erosi, menyerap air, dan menyediakan sumber air pada saat musim
kemarau. Lumut melakukan fotosintesis sehingga berperan untuk menyediakan oksigen bagi
lingkungannya. Lumut dapat tumbuh di habitat di mana tumbuhan lain tidak dapat tumbuh,
maka dari itu lumut termasuk vegetasi perintis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan