Anda di halaman 1dari 18

PROTISTA MIRIP HEWAN

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH


Keanekaragaman Makhluk Hidup
yang dibina oleh Ibu Susilowati

Oleh :
1. Andina Dewi (13035)
2. Annafi Romadhiana (13035)
3. Nurul Khomaril Yulizar (13035)
4. Sayidah Titis Setyaningrum (13035)
5. Siti Khoirun Ervin Novanti (130351603597)

Kelas/ Offering : A/ A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Oktober 2014
PROTISTA MIRIP HEWAN (PROTOZOA)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kingdom protista adalah kelompok organisme yang memiliki struktur sel eukariotik,
uniseluler maupun multiseluler, dan tidak memiliki jaringan yang sebenarnya. Anggota
protista berbeda antara satu dengan yang lainnya dalam hal morfologi maupun cara hidupnya.
Anggota protista ada yang menyerupai sifat hewan, jamur dan tumbuhan. Protista hidup di
hampir semua lingkungan yang mengandung air. Banyak protista, seperti algae, adalah
fotosintetik dan produsen primer vital dalam ekosistem, khususnya di laut sebagai bagian dari
plankton.
Protista merupakan organisme eukariotik yang hidup di habitat yang relatif basa dan
sebagian besar berukuran mikroskopis. Walaupun ukurannya sangat kecil, tetapi protista
memiliki pengaruh yang sangat besar bagi manusia dalam ekologi secara umum.
Pengguanaan sistem klasifikasi lima kingdom yang disusun oleh Whittaker menyebabkan
Protisita dibahas sebagai kingdom tersendiri. Misalnya Protista yang menyerupai hewan,
mencakup kelompok Protozoa yang sebelumnya digolongkan sebagai salah satu filum utama
pada kingdom Animalia (hewan), khusunya kelompok invertebrata (hewan tidak bertulang
belakang). (Aryulina, Diah dkk, 2007:87)
Oleh karenanya, diperlukan suatu pembahasan mengenai protista secara mendalam. Agar
nantinya dapat secara jelas mengetahui perbedaan antara protista mirip hewan dengan
kingdom Animalia (hewan) yang sebenarnya, ataupun dengan kelompok Protista lainnya.
Selain itu, agar nantinya juga dapat mengetahui peranan Protozoa dalam kehidupan manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah ciri-ciri dari protista mirip hewan?
2. Bagaimanakah cara hidup dan habitat protista mirip hewan?
3. Bagaimanakah cara reproduksi protista mirip hewan?
4. Bagaimanakah klasifikasi pada protista mirip hewan?
5. Bagaimanakah peranan protista mirip hewan dalam kehidupan manusia?
1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan ciri-ciri yang dimiliki protista mirip hewan
2. Mendeskripsikan cara hidup dan habitat protista mirip hewan
3. Mendeskripsikan cara reproduksi protista mirip hewan
4. Mendeskripsikan klasifikasi pada protista mirip hewan
5. Mendeskripsikan peranan protista mirip hewan dalam kehidupan manusia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ciri-Ciri yang dimiliki Protista Mirip Hewan

Kingdom Protista adalah kelompok organisme yang memiliki struktur sel eukariotik,
uniseluler maupun multiseluler, dan tidak memiliki jaringan yang sebenarnya. Anggota
Protista berbeda antara satu dengan lainnya dalam hal morfologi maupun cara hidupnya.
Anggota protista ada yang menyerupai hewan, tumbuhan, maupun jamur (Aryulina, Diah dkk,
2007:87)
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai protista mirip hewan. Sekitar 65 ribu jenis
Protista yang menyerupai hewan atau lebih dikenal dengan istilah Protozoatelah dikenali dan
dinamai. Istilah Protozoa berasal dari bahasa Yunani yaitu protos artinya pertama dan zoon
artinya hewan. Disebut Protista yang menyerupai hewan karena uniseluler, heterotrofik, dan
merupakan cikal bakal hewan yang lebih kompleks.
Ciri tubuh Protozoa meliputi ukuran dan bentuk, serta struktur dan fungsi tubuh.
Protozoa berukuran mikroskopis, yaitu sekitar 10 sampai 200 mikron (µm). Bentuk sel
Protozoa sangat bervariasi, ada yang tetap dan ada yang berubah-ubah. Umumnya dapat
bergerak aktif karena memiliki alat gerak berupa kaki semu (pseudopodia), bulu cambuk
(flagellum), bulu getar (cilia), namun ada juga yang tidak memiliki alat gerak.
Sel Protozoa umumnya terdiri dari membran sel, sitoplasma, vakuola makanan, vakuola
kontraktil (vakuola berdenyut), dan inti sel. Membran sel berfungsi sebagai pelindung serta
pengatur pertukaran makanan dan gas. Vakuola makanan adalah vakuola yang berfungsi
untuk mencerna makanan. Vakuola makanan terbentuk dari proses makan sel dengan cara
“menelan” oleh setiap bagian membran sel atau melalui sitotosma (mulut sel). Zat-zat
makanan hasil pecernaan dalam vakuola makanan masuk ke dalam sitoplasma secara difusi.
Sedangkan sisa makanan dikeluarkan dari vakuola ke luar sel melalui membran plasma.
Vakuola kontraktil adalah vakuola yang berfungsi untuk mengeluarkan sisa makanan
berbentuk cairan ke luar selmelalui membran sel serta mengatur kadar air dalam sel. Vakuola
kontraktil merupakan vakuola yang selalu mengembang dan mengempis. Inti sel berfungsi
mengatur aktivitas sel.
2.2 Cara Hidup dan Habitat Protista Mirip Hewan

Protozoa hidup bebas di air tawar dan air laut sebagai komponen biotik. Protozoa hidup
secara heterotrof dengan memangsa bakteri, Protista lain, dan sampah organisme. Sebagai
pemangsa bakteri, Protozoa berperan penting dalam mengontrol jumlah bakteri di alam.
Protozoa hidup soliter atau berkoloni pada habitat yang beragam. Sebagian besar Protozoa
hidup bebas di laut atau di air tawar, misalnya di selokan, kolam, atau sungai. Jenis lainnya
ada yang hidup di tanah. Beberapa jenis Protozoa hidup dalam tubuh hewan atau manusia
dengan cara bersimbiosis.

2.3 Cara Reproduksi Protista Mirip Hewan

Protozoa sebagian besar melakukan reproduksi secara aseksual dengan pembelahan


biner. Pembelahan diawali dengan pembelahan inti yang diikuti dengan pembelahan
sitoplasma. Sebagian Protozoa melakukan reproduksi seksual dengan penyatuan sel generatif
(gamet) atau dengan penyatuan inti sel vegetatif. Reproduksi seksual dengan penyatuan inti
vegetatif disebut konjugasi.
Dalam siklus hidupnya, beberapa protozoa menghasilkan sel tidak aktif yang disebut
kista. Kista diselubungi dengan kapsul polisakarida yang melindungi Protozoa dari
lingkungan yang tidak menguntungkan, misalnya kekeringan. Jika kondisi lingkungan
membaik, misalnya tersedia makanan dan air maka dinding kista akan pecah dan Protozoa
keluar untuk memulai hidupnya kembali.

2.4 Klasifikasi pada Protista Mirip Hewan

Protozoa yang sudah teridentifikasi berjumlah lebih dari 60 ribu spesies. Jenis Protozoa
yang sangat beragam tersebut dapat dibedakan menjadi empat kelas berdasarkan alat
geraknya, yaitu Rhizopoda, Ciliata, Flagelata, dan Sporozoa.

2.4.1 Rhizopoda ( Sarcodina)

Semua Protozoa yang tergolong kelas Rhizopoda (Yunani, rhizo = akar, podos = kaki)
atau Sarcodina ( Yunani, sarco = daging) bergerak dengan penjuluran sitoplasma slnya yang
membentuk pseudopodia (kaki semu). Bentuk pseudopodia beragam, ada yang tebal
membulat dan ada yang tipis meruncing. Pseudopodia berfungsi sebagai alat gerak dan
memangsa makanan. Rhizopoda ada yang bercangkang, contohnya Globigerina dan ada yang
telanjang, contohnya Amoeba proteus. Pada Rhizopoda yang bercangkang, pseudopodia
menjulur keluar dari cangkang. Cangkang tersusun dari silika atau kalsium karbonat.
Tubuh Rhizopoda bersel tunggal dan bentuk selnya dapat berubah-ubah saat diam dan
bergerak. Sitoplasmanya terdiri dari ektoplasma dan endoplasma. Ektoplasma adalah plasma
sel bagian luar yang berbatasan dengan membran plasma, umumnya bergranula. Endoplasma
adalah plasma sel pada bagian dalam sel. Ektoplasma bersifat lebih kental daripada
endoplasma. Aliran endoplasma dan ektoplasma tersebut berperan dalam proses penarikan
dan penjuluran pseudopodia. Pada proses makan, pseudopodia mengelilingi makanan dan
membentuk vakuola makanan. Di dalam vakuola makanan, makanan dicerna. Zat makanan
hasil pencernaan dalam vakuola makanan masuk ke dalam sitoplasma secara difusi.
Sedangkan sisa makanan dikeluarkan dari vakuola ke luar sel melalui membran plasma. Inti
sel (nukleus) berfungsi untuk mengatur seluruh kegiatan yang berlangsung di dalam sel.
Vakuola Kontraktil berfungsi sebagai organ eksresi sisa makanan. Vakuola kontraktil juga
menjaga agar tekanan osmosis sel selalu lebih tinggi dari tekanan osmosis di sekitarnya.
Rhizopda berkembangbiak secara aseksual dengan pembelahan biner. Pada kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan, misalnya kekeringan,Rhizopoda tertentu beradapatasi
untuk mempertahankan hidupnya dengan membentuk kista. Contoh Rhizopoda yang
membentuk kista adalah Amoeba. Dalam keadaan berupa kista,kegiatan hidup Amoeba
menjadi tidak aktif. Amoeba akan menjadi aktif kembali jika kondisi lingkungan sesuai.
Rhizopoda umumnya hidup bebas di tanah yang lembab dan lingkungan berair, baik
didarat maupu di laut. Rhizopoda bersifat heterotrof dengan memangsa alga uniseluler,
bakteri, atau protozoa lain. Rhizopoda yang hidup bebas di tanah lebab, contohnya Amoeba
proteus. Contoh rhizopoda yang hidup di air tawar adalah Difflugia. Kerangka tubuh Difflugia
dapat mengeluarkan selaput lendir sehingga benda-benda lain dapat melekat. Sedangkan
Rhizopoda yang hidup di laut adalah kelompok dari Foraminifera, antara lain Globigerina.
Rhizopoda ada pula yang hidup sebagai parasit di dalam tubuh hewan dan manusia. Contoh
Rhizopoda parasit anntara lain Entamoeba gingivalis dan Entamoeba histolytica. Entamoeba
gingivalis merupakan parasit pada gusi dan gigi manusia. Entamoeba histolytica merupakan
parasit dalam usus manusia dan menyebabkan penyakit disentri. Parasit masuk ke dalam
tubuh manusia melalui makan yang mengandung kista Entamoeba karena tercemar kotoran.
Salah satu hewan yang tergolong filum ini adalah Amoeba. Amoeba berarti hewan yang
memiliki bentuk tidak tetap. Struktur tubuh Amoeba tersusun atas plasmalema (membran sel)
dan sitoplasma. Terdapat juga contoh dari Rhizopoda lainnya seperti Arcella vulgaris yang
memiliki rangka luar yang tersusun dari zat kitin. Protozoa ini banyak terdapat di air tawar.
Berbentuk seperti piring, dengan satu permukaan cembung dan permukaan lainnya cekung
atau datar , yang ditengahnya terdapat lubang tempat keluarnya kaki semu. Radiolaria
yang merupakan organisme laut bertubuh bulat seperti bola dan memilki banyak duri yang
terbuat dari zat kitin dan stonsium sulfat. Radiolaria yang mati akan mengendap yang disebut
dengan lumpur radiolaria yang digunakan sebagai bahan alat penggosok serta bahan peledak.
Contoh genusnya : Achantometro dan Collosphaera.
Jenis Amoeba yang hidup di dalam tubuh manusia disebut Entamoeba, misalnya:
 Entamoeba dysentriae, penyebab penyakit disentri, karena menyerang dan
merusak jaringan usus, disebut juga Entamoeba histolitica.
 Entamoeba ginggivalis, hidup di rongga mulut.
 Entamoeba coli, hidup dalam kolon, sebenarnya bukan parasit, tetapi kadang-
kadang menyebabkan diare.

2.4.2 Ciliata (Ciliophora/ Infusoria)

Ciliata (Latin, cilia = rambut kecil) atau Ciliophora (Yunani, phora = gerakan) bergerak
dengan menggunakan silia (rambut getar). Ciliata juga disebut Infusoria (Latin, infus =
menuang) karena hewan ini ditemukan juga pada air buangan atau air cucuran. Silia terdapat
pada seluruh permukaan sel atau hanya pada bagian tertentu. Selain berfungsi untuk bergerak,
silia juga merupakan alat bantu untuk makan. Silia membantu pergerakan makanan ke
sitotosma. Makanan yang terkumpul di sitotosma akan dilanjutkan ke dalam sitofaring
(kerongkongan sel). Apabila telah penuh, makanan akan masuk ke sitoplasma dengan
membentuk vakuola makanan.
Ciliata disebut sebagai hewan sandal (bentuk sel seperti telapak kaki). Sel Ciliata
mempunyai dua macam inti, yaitu inti besar (makronukleus) dan inti kecil (mikronukleus).
Makronukeus berukuran lebih besar dibandingkan mikronukleus. Makronukleus memiliki
fungsi vegetatif, yaitu untuk pertumbuhan dan perkembang biakan. Mikronukleus memiliki
fungsi reproduktif, yaitu pada konjugasi. Ciliata juga memiliki trikokis yang fungsinya untuk
pertahanan diri dari musuh.
Ciliata hidup bebas di lingkungan berair, baik air tawar maupun laut. Ciliata juga hidup
di dalam tubuh hewan lain secara simbiosi maupun parasit. Ciliata yang hidup beas di alam
ontohnya adalah Paramecium caudatum, Didinium, Stentor, Bantidium, dan Vorticella. Jenis
lainnya hidup bersimbiosis dalam perut hewan pemakan rumput dan berfungsi membantu
hewan tersebut mencerba selulosa yang terdapat dalam rumput. Hanya sedikit jenis Ciliata
yang hidup sebagai parasit. Salah satunya adalah Balantidium coli. Ciliata ini hidup pada usus
besar ternak atau manusia yang dapat menyebabkan diare (balantidiosis).
Ciliata melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara aseksual,
yaitu dengan cara pembelahan biner membujur (transversal). Reproduksi seksual dilakukan
dengan konjugasi. Salah satu Ciliata yang melakukan proses konjugasi ialah Paramecium.
Paramecium bergerak dengan menggetarkan silianya. Mulut sel berfungsi untuk
memasukkan makanan ke dalam sel. Jika rambut getar di sekitar mulut sel digetarkan maka
terjadi aliran air keluar masuk mulut sel. Bersamaan dengan aliran air, makanan (sisa bahan
organik dan hewan uniseluler) masuk ke dalam mulut.
Cara perkembangbiakan Paramecium secara aseksual adalah dengan pembelahan biner.
Diawali dengan pembelahan mikronukleus lalu pembelahan makronukleus. Dan dihasilkan
anak yang identik. Sedangkan secara seksual yaitu dua sel saling mendekat dan menempel di
sekitar mulut, dan saling melakukan konjugasi. Kemudian terjadilah pertukaran
mikronukleus. Karena tidak berjenis kelamin, maka tidak dapat dibedakan antara laki-laki dan
perempuan.
Contoh lain dari Ciliata adalah :
 Stentor, bentuk seperti terompet dan hidupnya menetap di suatu tempat.
 Vorticella, bentuk seperti lonceng bertangkai panjang dengan bentuk lurus atau spiral
yang dilengkapi cilia di sekitar mulutnya.
 Didinium, predator pada ekosistem perairan, yaitu pemangsa Paramaecium.
 Stylonichia, bentuk seperti siput, cilianya berkelompok. Banyak ditemukan pada
permukaan daun yang terendam air.
 Balantidium coli, habitat pada kolon manusia dan dapat menimbulkan balantidiosis
(gangguan pada perut).

2.4.3 Flagellata (Mastigophora)

Flagellata (dalam bahasa Latin diambil dari kata “flagell” yang berarti cambuk) atau
Mastigophora (dari bahasa Yunani,”mastig” yang berarti cambuk, dan “phora” yang berarti
gerakan), dalam taksonomi kuno Flagellata merupakan salah satu kelas dalam filum protozoa
atau protista yang mirip hewan, namun dalam taksonomi modern menjadi superkelas yang
dibagi menjadi dua kelas, yaitu fitoflagelata dan zooflagelata.
Alat gerak Flagellata adalah flagellum atau cambuk getar, yang juga merupakan ciri
khasnya, sehingga disebut Flagellata (flagellum = cambuk). Letak flagel berada pada ujung
depan sel (anterior), sehingga saat bergerak seperti mendorong sel tubuhnya, namun ada juga
letak flagel di bagian belakang sel (posterior). Selain berfungsi sebagai alat gerak, flagela juga
dapat digunakan untuk mengetahui keadaan lingkungannya atau dapat juga digunakan sebagai
alat indera karena mengandung sel-sel reseptor di permukaan flagel dan alat bantu untuk
menangkap makanan.
Dilihat dari bentuknya, Flagellata dikelompokkan menjadi dua, yaitu berbentuk seperti
tumbuhan yang dinamakan Fitoflagellata, dan yang berbentuk seperti hewan yang dinamakan
Zooflagellata.
1. Fitoflagellata
Fitoflagelata adalah flagellata yang mirip dengan tumbuhan karena memiliki
kromotafora, sehingga dapat melakukan fotosintesis (fotosintetik). Fitoflagellata mencernakan
makananya dengan berbagai cara, menelan lalu mencernakan didalam tubuhnya (holozoik),
membuat sendiri makanannya (holofitrik), atau mencernakan organisme yang sudah mati
(saprofitik). Habitat fitoflagellata adalah diperairan bersih dan diperairan kotor. Fitoflagellata
bergerak menggunakan flagella. Fitoflagellata diklasifikasikan menjadi 3 kelas, yaitu:

a. Euglenoida
Tubuhnya menyerupai gelendong dan diselimuti oleh pelikel. Contoh dari kelas
Euglenoida yaitu Euglena viridis. Euglena viridis memiliki ciri – ciri, ukuran tubuhnya antara
35–60 mikron, ujung tubuhnya berbentuk meruncing dengan satu bulu cambuk di bagian
anterior sel. Euglena viridis memiliki stigma (bintik mata berwarna merah) yang berfungsi
untuk membedakan antara gelap dan terang. Menurut Lupita, Euglena viridis dapat bersifat
holofitrik dan holozoik. Bersifat holofitrik karena memiliki kloroplas yang mengandung
klorofil, sehingga dapat membuat makanannya sendiri dengan cara melakukan fotosintesis.
Bersifat holozoik yaitu dengan cara memasukkan makanannnya yang berupa organisme
berukuran lebih kecil melalui sitofaring menuju vakuola dan ditempat inilah makanan dicerna.

b. Noctiluca miliaris
Tubuhnya berukuran besar dan biasanya hidup di habitat air laut. Noctiluca miliaris
kebanyakan hidup di air laut dengan ciri – ciri memiliki satu pasang flagella yang berukuran
satu panjang dan satu pendek, dapat melakukan simbiosis dengan jenis ganggang tertentu.
Noctiluca miliaris dapat memancarkan sinar (bioluminense) apabila tubuhnya terkena
rangsangan mekanik.

c. Volvocida
Bentuk tubuh hewan ini pada umumnya berbentuk bulat dan berkoloni. Contoh dari
volvocida antara lain adalah Volvox globator. Ciri–ciri dari Volvox antara lain hidup secara
berkoloni, koloni Volvox dapat terdiri dari ribuan sel yang masing – masing sel memiliki dua
flagella. Setiap sel memiliki inti, vakuola kontraktil, stigma dan kloroplas. Sel-sel memiliki
eyespots, lebih maju dekat anterior, yang memungkinkan koloni untuk berenang menuju
cahaya. Ciri-ciri Volvox antara lain koloninya terdiri dari ribuan individu bersel satu yang
masing-masing memiliki dua flagela; setiap sel memiliki inti, vakuola kontraktil, stigma dan
kloroplas. Sel-sel dihubungkan dengan benang-benang protoplasma membentuk hubungan
fisiologis.

2. Zooflgellata
Zooflagellata adalah flagellata yang menyerupai hewan, tidak berkloroplas dan bersifat
heterotrof. Flagellata ini ada yang hidup bebas, bersimbiosis dengan organisme lain, namun
kebanyakan bersifat parasit pada organisme lain. Contoh zooflagelata antara lain yaitu
Trypanosoma gambiens, dan Leishmania. Makannya berupa zat organik yang diperoleh dari
lingkungannya. Beberapa jenis flagellata merupakan hewan holozoik. Beberapa jenis
flagellata memperoleh makanan dari tubuh inangnya. Zooflagelata berhabitat di laut dan air
tawar.
a. Trypanosoma
Flagellata ini bercirikan bentuk tubuh yang pipih dan panjang seperti daun ,
merupakan parasit dalam darah vertebrata , dan tidak membentuk kista. Jenis – jenis
Trypanosoma antara lain adalah:
 Trypanosoma gambiense dan Trypanosoma rhodosiense, penyebab penyakit tidur
pada manusia. Hospes perantaranya adalah lalat dari genus tse-tse, yaitu Jenis Glosina
palpalis dan Glosina mursitans. Trypanosoma hidup di dalam kelenjar getah bening
atau cairan serebro spinal manusia.
 Trichomonas vaginalis, parasit pada vagina saluran urine wanita.
 Leishmania tropica, penyebab penyakit kalaazar dengan tanda demam dan anemia.
 Leishmania tropica, penyebab penyakit kulit, disebut penyakit oriental.
 Trypanosoma evansi, penyebab penyakit sura (malas) pada ternak, hospes perantara
lalat tabanus.
b. Leishmania
Leishmania merupakan penyebab penyakit pada sel-sel endothelium pembuluh darah.
Jenis-jenis Leismania adalah :
 Leishmania donovani, penyebab penyakit kalazar yang ditandai dengan demam dan
anemia, hewan ini banyak terdapat di Mesir , sekitar laut tengah , dan india.
 Leishmania tropica, penyebab penyakit kulit , disebut penyakit oriental sore, terdapat
di Asia (daerah mediterania) dan sebagian Amerika selatan. Ada dua tipe “oriental
sore” yang disebabkan oleh strain yang berlainan, yaitu Leishmania kulit tipe kering
atau urban yang menyebabkan penyakit menahun, dan Leishmania kulit tipe basah
atau rural yang menyebabkan penyakit akut.
 Leishmania brasiliensis, juga penyebab penyakit kulit di Meksiko dan Amerika
Tengah serta Selatan.

Bentuk tubuh Flagellata sangat beragam, ada yang berbentuk lonjong, menyerupai bola,
memanjang, dan polimorfik (memiliki berbagai bentuk morfologi). Hidup secara soliter dan
ada yang berkoloni. Fitoflagellata mempunyai tubuh yang diselubungi oleh membrane
selulosa, misalnya Volvox. Ada pula yang memiliki lapisan pelikel, misalnya Euglena. Pelikel
adalah lapisan luar yang terbentuk dari selaput plasma yang mengandung protein.
Bentuk tubuh zooflagelata mirip dengan sel leher porifera. Zooflagelata mempunyai
flagel yang berfungsi untuk menghasilkan aliran air dengan menggoyangkan flagel. Selain itu,
flagella juga berfungsi sebagai alat gerak.
Koloni Volvox dapat terdiri dari ribuan sel dan diselubungi oleh membrane selulosa.
Salah satu spesies Fitoflagellata yang mudah ditemukan dan diamati morfologinya yaitu
Euglena viridis. Euglena viridis berbentuk seperti gelendong dengan bagian anterior tubuh
tumpul dan bagian posterior meruncing. Struktur tubuh Euglena viridis terlindungi oleh
pelikel dan dilengkapi dengan satu flagel yang terletak dibagian anterior. Flagel berfungsi
sebagai alat gerak untuk berpindah tempat dan berfungsi untuk mengumpulkan makanan.
Pada ujung anterior tubuh juga terdapat celah sempit yang memanjang ke arah posterior
dan melebar membentuk kantong cadangan atau reservoir. Pada Euglena terdapat bintik mata
atau stigma. Stigma merupakan kumpulan pigmen yang sangat peka terhadap cahaya,
sehingga berfungsi sebagai penentu arah gerak aktif yang berhubungan dengan intensitas
cahaya di lingkungan. Di dalam sitoplasma terdapat berbagai organel seperti plastida,
kloroplas, nukleus, vakuola kontraktil, dan vakuola nonkontraktil. Vakuola dapat berperan
sebagai pompa untuk mengeluarkan kelebihan air dari sel, atau untuk mengatur tekanan
osmosis.
Pada umumnya Flagellata membutuhkan suhu optimum antara 16-25°C, sedangkan pH
antara pH 6-8. Flagellata memperoleh nutrisi dengan beberapa cara yaitu bersifat holozoik
(heterotrof), apabila makanannya berupa organisme lain yang berukuran lebih kecil, bersifat
holofilik (autotrof), dapat mensintesis makanannya sendiri dari zat organic yang berasal dari
lingkungan karena memiliki kloroplas, bersifat saprofitik, yaitu menggunakan sisa bahan
organic dari organisme yang telah mati dan bersifat parasitik dengan cara menempel pada
inang untuk mendapat nutrisi.
Fitoflagellata bersifat aerobik fotosintetik, karena sebagian besar spesies ini memiliki
kloroplas, sehingga dapat menghasilkan makanannya sendiri melalui proses fotosintesis.
Euglena viridis dapat menghasilkan makanan sendiri (holofilik) dan mencerna organisme lain
(holozoik). Euglena dapat menghasilkan makanan sendiri karena pada lapisan entoplasma
terdapat kloroplas yang mengandung klorofil a dan b. Pada keadaan lingkungan cukup
cahaya, terjadi fotosintesis yang menghasilkan zat tepung (amilum). Amilum ini disimpan
didalam sitoplasma dalam bentuk butir-butir paramilum.
Air merupakan faktor penting keberaan Flagellata selain ketersediaan makanan, pH dan
suhu. Flagellata dapat ditemukan di lingkungan air tawar, di danau, sungai, kolam, atau
genangan air, misalnya Euglenoida dan Volvocida, maupun air laut, misalnya Dinoflagellata.
Spesies zooflagellata sebagian besar bersifat parasit, namun adapula yang bersimbiosis
dengan organisme lain, misalnya Myxotrica didalam usus rayap.
Reproduksi pada Flagellata ada 2 macam, yaitu vegetatif dan generatif. Reproduksi
vegetatif dengan cara pembelahan biner secara longitudinal, misalnya pada Euglena.
Reproduksi generatif terjadi karena persatuan antara ovum dan spermatozoid, misalnya pada
Volvox. Reproduksi secara generatif berfungsi untuk memperkaya variasi genetik, sehingga
menghasilkan individu mutan yang lebih tahan terhadap kondisi lingkungan. Pada Volvox
terdapat koloni jantan yang menghasilkan sperma dan koloni betina yang menghasilkan
ovum, namun ada juga koloni yang bersifat hermafrodit yang dapat menghasilkan sperma
serta ovum. Meskipun koloni yang bersifat hermafrodit dapat menghasilkan sperma dan ovum
dalam satu koloni, kematangan sperma dan ovum tidak pada saat yang bersamaan, sehingga
tidak dapat terjadi pembuahan diri. Ovum dihasilkan oleh oogonium, sedangkan Volvox jantan
menghasilkan spermatozoid oleh spermatogonium. Setelah terjadi fertilisasi akan
menghasilkan zigot, zigot akan menghasilkan empat spora, yang kemudian akan menjadi
individu baru.
Flagellata memiliki tahapan trofozoit dan kista. Pada tahapan trofozoit merupakan waktu
aktif untuk mencari makan dan tumbuh. Sedangkan dalam bentuk kista, Flagellata dapat
bertahan hidup kondisi yang sulit, seperti terpapar pada suhu yang ekstrem dan bahan kimia
berbahaya, atau waktu lama tanpa akses terhadap nutrisi, air, atau oksigen untuk jangka waktu
tertentu. Pada Zooflagellata, menjadi bentukan kista memungkinkan untuk bertahan hidup di
luar tubuh inang, dan memungkinkan terjadinya transmisi dari satu host ke host yang lain.
Proses dimana terjadi perubahan menjadi bentuk kista disebut encystation, sedangkan proses
mentransformasikan kembali ke trophozoite disebut excystation.

2.4.4 Sporozoa (Apicomplexa)

Sporozoa (yunani, spore = biji, zoa = hewan) adalah kelompok Protista uniseluler yang
pada salah satu tahapan dalam siklus hidupnya memiliki bentuk seperti spora. Sporozoa tidak
memiliki alat gerak. Seluruh jenis Sporozoa hidup sebagai parasit pada hewan atau manusia.
Tubuhnya berbentuk bulat atau bulat panjang. Perkembangbiakan/siklus hidupnya dapat
dibagi atas tiga stadium, yaitu :
a. Schizogonia : Terbentuk secara membelah dan terjadi setelah menginfeksi inang.
b. Sporogoni : Pembentukan spora di luar inang dan merupakan stadium efektif.
c. Gamogoni : Tahap pembentukan sel-sel gamet terjadi di dalam tubuh inang
perantara atau nyamuk
Secara umum, Sporozoa melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual. Pergiliran
reproduksi aseksual dan seksualnya kompleks dengan beberapa perubahan bentuk serta
membutuhkan dua atau lebih inang. Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembelahan biner.
Reproduksi sksual dilakukan dengan pembentukan gamet dan dilanjutkan dengan penyatuan
gamet jantan dan betina.
Contoh Sporozoa adalah Toxoplasma goondi yang menyebabkan penyakit
toksoplasmosis dan Plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria pada manusia.
Toxoplasma goondi masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan, misalnya daging yang
tercemar kista Toxoplasma dari kotoran kucing. Infeksi Toxoplasma terutam membahayakan
ibu hamil karena dapat membunuh embrio atau bayi yang dilahirkan menjadi cacat.
Plasmodium masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
Di dalam tubuh manusia, Plasmodium menyerang sel-sel hati dan sel-sel darah merah
(eritrosit). Ada empat jenis Plasmodium yang dapat menyebabkan penyakit malaria, yaitu
Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, dan Plasmodium falciparum.
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale menyebabkan penyakt malaria tertiana dengan
masa sporulasi 2 X 24 jam, Plasmodium malariae menyebabkan penyakit malaria kuartana
dengan masa sporulasi 3 X 24 jam, dan Plasmodium falciparum menyebabkan penyakit
malaria yang paling berbahaya, yaitu malaria tropikana dengan masa sporulasi 1 atau 2 X 24
jam.

 Fase Vegetatif : Terjadi pada tubuh manusia penderita Malaria. Manusia dipandang
sebagai hospes denifitif. Terdapatnya plasmodium di sepanjang saluran darah. Spora
aseksual berkembang biak pada waktu nyamuk anopheles menghisap darah. Siklus
hidupnya dimulai dari : Sporozoit – Tropozoit – Shyzoit – Merozoit.
 Fase Generatif :Terjadi di dalam tubuh nyamuk Anophels betina. Anopheles
dipandang sebagai hospes intermedier. Terdapatnya plasmodium disepanjang saluran
pencernaan dan saluran ludah. Siklus hidupnya dimulai dari Makrogametosit dan
Mikrogametosit – Zygot – Ookinet – Oosit – Sporosit – Sporozoit.
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale dapat tetap hidup, meskipun tidak aktif di
dalam sel hati penderita malaria selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Akibatnya, di
kemudian hari penyakit malaria dapat kambuh lagi. Pemberantasan penyakit malaria dapat
dilakukan dengan memotong siklus hidup Plasmodium, yaitu dengan cara mencegah adanya
genangan air atau menutup tepat penampungan air. Cara ini menyebabkan nyamuk tidak dapat
tubuh menjadi dewas. Cara lainnya adalah dengan memberi obat (misalnya obat kina) kepada
si penderita.

2.5 Peranan Protista Mirip Hewan dalam Kehidupan Manusia

Protozoa dapat menguntungkan dan merugikan manusia. Protozoa berperan penting


dalam mengontrol jumlah bakteri di alam karena Protozoa dalah pemangsa bakteri. Di
perairan, Protozoa juga merupakan zooplankton dan bentos. Zooplankton dan bentos adalah
sumber makanan hewan air termasuk udang, kepiting, dan ikan yang secara ekonomis
bermanfaat bagi manusia. Protozoa lain yang menguntungkan antara lain sebagai berikut :
 Foraminifera, cangkang atau kerangkanya merupakan petunjuk dalam pencairan
sumber daya minyak, gas alam, dan mineral.
 Radiolaria, kerangkanya jika mengendap di dasar laut menjadi tanahnradiolaria
yang dapat digunakan sebagai bahan gosok.
Protozoa yang merugikan bagi manusia, yaitu menyebabkan penyakit antara lain
sebagai berikut :
 Entamoeba dysentriae, penyebab penyakit disentri, karena menyerang dan merusak
jaringan usus, disebut juga Entamoeba histolitica.
 Entamoeba ginggivalis, merupakan parasit pada gusi dan gigi manusia.
 Entamoeba coli, hidup dalam kolon, sebenarnya bukan parasit, tetapi kadang-
kadang menyebabkan diare.
 Trypanosoma brucei (penyebab penyakit tidur pada manusia di Afrika),
 Trypanosoma evansi (penyebab penyakit surra pada hewan ternak),
 Trichomonas vaginalis (penyebab penyakit pada alat kelamin wanita dan saluran
kelamin pria),
 Leishmania (penyebab penyakit kala-azar yang merusak sel darah
manusia). Trypanosoma dan Leishmania dibawa oleh jenis lalat tertentu yang
mengisap darah manusia, contohnya lalat tse tse (Glossina moritans). Lalat ini
menularkan penyakit tidur. Penyakit ini merusak system saraf pusat dan pembuluh
darah sehingga penderita tidak dapat berbicara dan berjalan, tidur terus-menerus,
dan akhirnya mengakibatkan kematian.
 Plasmodium yang dapat menyerang sel-sel hati dan sel-sel darah merah
(eritrosit),penyebab penyakit malaria.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan
Protista mirip hewan atau juga disebut Protozoa adalah organisme uniseluler (bersel
satu ),eukariotik (memiliki inti sel yang terbungkus oleh membran), tidak memiliki dinding
sel, heterotrof, dan pada umumnya dapat bergerak (motif). Protozoa dapat bergerak dengan
menggunakan alat geraknya, yaitu pseudopodia (kaki semu), silia (rambut getar), atau flagela
(bulu cambuk).
Protozoa hidup bebas di air tawar dan air laut sebagai komponen biotik. Protozoa hidup
secara heterotrof dengan memangsa bakteri, Protista lain, dan sampah organisme. Sebagai
pemangsa bakteri, Protozoa berperan penting dalam mengontrol jumlah bakteri di alam.
Protozoa sebagian besar melakukan reproduksi secara aseksual dengan pembelahan
biner. Pembelahan diawali dengan pembelahan inti yang diikuti dengan pembelahan
sitoplasma. Sebagian Protozoa melakukan reproduksi seksual dengan penyatuan sel generatif
(gamet) atau dengan penyatuan inti sel vegetatif. Reproduksi seksual dengan penyatuan inti
vegetatif disebut konjugasi.
Klasifikasi Protozoa berdasarkan alat geraknya, yaitu:
1. Rhizopoda (Sarcodina), bergerak dengan menggunakan pseudopia (kaki semu).
Contohnya: Amoeba sp
2. Ciliata (Ciliophora/ Infusoria), bergerak dengan menggunakan silia (rambut getar).
Contohnya: Paramecium sp.
3. Flagelata (Mastigophora), bergerak dengan flagela (bulu cambuk). Contoh:
Trypanosoma sp
4. Sporozoa (Apicomplexa), tidak memiliki alat gerak. Contohnya : plasmodium sp.
Protozoa dapat menguntungkan dan merugikan manusia. Protozoa berperan penting dalam
mengontrol jumlah bakteri di alam karena Protozoa dalah pemangsa bakteri. Di perairan,
Protozoa juga merupakan sumber makanan hewan air. Akan tetapi di sisi lain Protozoa juga
dapat menyebabkan penyakit baik bagi manusia ataupun bagi hewan.

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
- Aryulina, Diah, dkk. 2007. Biologi 1 untuk kelas X SMA dan Ma. Jakarta
: Erlangga
 http://jadikecil.wordpress.com/about/karya-tulis-protista-mirip-
hewan-protozoa/feed/
 http://aslam02.wordpress.com/materi/biologi-kelas-
x/protista/protista-mirip-hewan/feed/
-

Anda mungkin juga menyukai