Anda di halaman 1dari 26

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 6 No.

2, Agustus 2019

Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia:


Instrumentalisasi Kuasa Hingga Mekanisme Pasar1

Justito Adiprasetio2
Abstraksi

Jatuhnya Orde Baru pada tahun 1998, pada dasarnya memberikan berbagai harapan bagi Ilmu Sosial di
Indonesia. Namun, harapan ini cenderung tumpul dalam menghadapi Ilmu Komunikasi. Mengutip Rahardjo
(2012), komunikasi sering hanya dianggap sebagai studi teoritis yang organisasinya memiliki orientasi untuk
menghasilkan lulusan yang cepat terserap oleh pasar. Artikel ini adalah upaya untuk menemukan cara untuk
pengembangan Ilmu Komunikasi, dengan upaya untuk mengisi ketiadaan studi terkait dengan metamorfosis
Ilmu Komunikasi, sehingga artikel ini disusun untuk menunjukkan kontinuitas dan diskontinuitas wacana Ilmu
Komunikasi selama Orde Baru hingga Pasca Orde Baru. Beberapa temuan dalam penelitian ini diharapkan
berkontribusi pada gagasan pengembangan studi Ilmu Komunikasi itu sendiri. Artikel ini juga bertujuan untuk
melanjutkan proyek yang sebelumnya dilakukan oleh Dhakidae (2003), Heryanto (2004), Haryanto (2008),
Samuel (2010), untuk menunjukkan praktik kekuasaan dan pembentukan diskursif ilmu sosial di Indonesia.
Kata kunci: ilmu komunikasi, praktik kuasa, Orde Baru, pasca Orde Baru, praktik diskursif ilmu sosial
Abstract
The fall of the New Order in 1998, basically provided various hopes for the social sciences in Indonesia. However,
these hopes tend to be blunt in the face of Communication Science. Quoting Rahardjo's (2012), communication
is often only regarded as a theoretical study which its scientific organizers have the orientation to produce
graduates who are quickly absorbed by the market. This article is an attempt to find a way for the development
of Communication Science, with an effort to fill the absence of the study related to the metamorphosis of
Communication Science, so this article was arranged far to show continuity and discontinuity of Communication
Science discourse during the New Order to Post New Order. Some findings in this study are expected to contribute
to the idea of the development of the study of Communication Science itself. This article also aims to continue the
project that was previously carried out by Dhakidae (2003), Heryanto (2004), Haryanto (2008), Samuel (2010),
to show the power practices and discursive formation of social science in Indonesia.
Keywords: communication science, power practices, new order, post new order, social science discursive practices

A. Pengantar diselenggarakan oleh berbagai perguruan tinggi,


negeri maupun swasta. Menurut catatan Ikatan
Komunikasi adalah salah satu ilmu sosial
Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) sebelum tahun
yang dalam dua dasawarsa ini begitu meningkat
1998, terdapat 24 institusi penyelenggara program
popularitasnya di Indonesia. Indikasinya adalah
studi atau jurusan Ilmu Komunikasi yang berada di
makin banyaknya program-program pendidikan
bawah naungan perguruan tinggi (Sendjaja, 2006).
yang menawarkan Ilmu Komunikasi, termasuk
Pasca 1998, jumlah tersebut berlipat dengan sangat
kajian-kajian yang dianggap sebagai terapannya;
signifikan, berdasarkan data Evaluasi Program Studi
Jurnalisme; Komunikasi Massa, Hubungan
Berdasarkan Evaluasi Diri (EPSBED) November
Masyarakat, Manajemen Komunikasi dst,
Tahun 2009, berjumlah lebih dari 199 di berbagai

1Untuk kutipan atau sitasi artikel ini: Adiprasetio, Justito. 2019. “Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia:
Instrumentalisasi Kuasa dan Mekanisme Pasar.” Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol 6 (2): 124-149.
2Departemen Komunikasi Massa, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Kontak:
justito.adiprasetio@unpad.ac.id
124
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 6 No.2 2019
Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia: Instrumentalisasi Kuasa dan Mekanisme Pasar
Justito Adiprasetio

perguruan tinggi di Indonesia (Kuswarno, 2010). tenaga-tenaga kerja terampil sesuai dengan
Hingga tahun 2017, terdapat 218 program studi spesifikasi yang dibutuhkan oleh pasar (Rahardjo
Ilmu Komunikasi yang sudah terakreditasi (Badan dalam Budi, 2012: 12-13).
Akreditasi Nasional per 2017). Sayangnya,
Keseragaman dalam mengidentifikasi “apa
peningkatan jumlah penyelenggara pendidikan Ilmu
itu Ilmu Komunikasi?” tidak hanya terdapat di
Komunikasi dalam dua dasawarsa tersebut, ternyata
perguruan tinggi-tinggi yang baru
tidaklah selaras dengan perkembangan
menyelenggarakan program studi Ilmu Komunikasi,
epistemologi Ilmu Komunikasi itu sendiri. Ilmu
namun juga terjadi di institusi yang sudah berusia
Komunikasi yang diskursus epistemologinya
dan telah menjadi aparat otoritas Ilmu Komunikasi
pertamakali dikibarkan pada tahun 1974 masih
itu sendiri. Salah satunya adalah Fakultas Ilmu
terlihat, meminjam istilah Turnomo Rahadjo,
Komunikasi, Universitas Padjadjaran (Fikom
“seragam”. Rahardjo misalnya membandingkan
Unpad). Sebagai salah seorang pengajar-nya, saya
bidang-bidang yang menjadi konsentrasi Ilmu
bisa bercerita bahwa Fakultas Ilmu Komunikasi
Komunikasi di Indonesia dengan ranah sub disiplin
tertua di Indonesia (55 tahun - 2015), Fikom Unpad
komunikasi yang dibakukan oleh International
adalah salah satu tujuan favorit pembelajar Ilmu
Communication Association (ICA) dan National
Komunikasi di Indonesia. Bahkan, sebagian
Communication Association (NCA) (Rahardjo dalam
menyebut Fikom Unpad sebagai “kiblat-nya” Ilmu
Budi, 2012).
Komunikasi di Indonesia (Mulyana, 2010: 2). Fikom
Ilmu Komunikasi terlanjur identik dengan dalam posisi tersebut, tentu saja, mendapatkan
Jurnalistik, Hubungan Masyarakat, Periklanan, bentuk populerisme tersendiri di mata pemerhati
Penyiaran dan Manajemen Komunikasi, bidang- dan peneliti dalam bidang Ilmu Komunikasi. Namun,
bidang yang sifatnya terapan, dan cenderung kurang apabila Fikom Unpad benar-benar menjadi Mekkah-
mengakomodir kajian teoritik dalam posisinya nya Ilmu Komunikasi di Indonesia, barang tentu
sebagai sebuah disiplin ilmu, yang semestinya Ilmu Komunikasi di sana akan diletakkan sebagai
memiliki horizon yang luas, dan memiliki sebuah kajian epistemologi yang ketat. Sayangnya
keterkaitan dengan cabang epistemologi yang lain. tidak demikian adanya, pengkajian Ilmu Komunikasi
Dirjen Dikti sendiri dalam Lampiran Surat No. di Fikom Unpad disinyalir gagal memasukkan
1030/D.T/2010, menetapkan sebagai berikut: perspektif-perspektif revolusioner dalam
Bidang Ilmu Komunikasi, dengan Program Studi: (1) kurikulum kesarjanaannya. Indikasinya adalah
Ilmu Komunikasi, (2) Jurnalistik, (3) Hubungan absennya berbagai pendekatan ‘kritis’ dalam
Masyarakat, (4) Periklanan, (5) Televisi dan Film, pengkajian Ilmu Komunikasi. Sangat sedikit materi
(6) Manajemen Komunikasi dan Media. Perguruan yang membahas perspektif komunikasi dalam
Tinggi penyelenggara program studi Ilmu bingkai Marxisme, kajian Pascakolonial, Cultural
Komunikasi, cenderung hanya berposisi sebagai Studies, misalnya. Hal yang mudah saja kita deteksi
pabrik, yang memiliki tugas untuk menciptakan dari kurikulum yang berlaku di Fikom Unpad, juga

125
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 6 No.2 2019
Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia: Instrumentalisasi Kuasa dan Mekanisme Pasar
Justito Adiprasetio

buku-buku yang dijadikan sebagai buku pegangan Susanto, seorang sarjana awal Ilmu Komunikasi
dalam pengajaran. Indonesia, sepulangnya dari Jerman Barat, mesti
tunduk pada pragmatisme doktrin pembangunan
Gejala absennya kajian-kajian ‘kritis’ dalam
Orde Baru. Hal tersebut dapat dilihat dari sub-bab
Ilmu Komunikasi sendiri menyiratkan keberadaan
“Masalah Perencanaan Komunikasi: kasus
praktik kuasa. Dapat diidentifikasi terjadi pemilahan
Indonesia,” yang termuat dalam buku Komunikasi
mana fokus kajian yang dapat dan kemudian masuk
Kontemporer yang ditulis Astrid. Buku Astrid
dalam tema ‘normal’ dalam Ilmu Komunikasi, dan
tersebut terbit pada tahun 1977. Nafas
mana yang tidak. Haryanto (2008) misalnya
‘pembangunanisme’ yang diusung oleh Astrid
memberi catatan bahwa selama ini Ilmu Komunikasi
terasa pekat dengan membawa bagian pembahasan
di Indonesia sulit sekali mendapatkan corak kiri
di dalamnya yaitu; ‘Perencanaan Komunikasi di
dalam perspektif keilmuannya. Reproduksi
Indonesia’, ‘Perencana Pembangunan di Indonesia’,
pengetahuan yang dilakukan oleh aparatur-
‘Komunikasi Pembangunan’, ‘Pembangunan Media
aparatur pengetahuan Ilmu Komunikasi memiliki
Massa di Indonesia’, ’Merencanakan Komunikasi ke
tembok-tembok yang sulit ditembus oleh kajian
Atas’. Bagian yang menunjukkan bahwa pengaruh
dengan epistemologi kiri. Salah satu penyebabnya
Orde Baru dan ‘pembangunanisme’nya dalam iklim
ditengarai beberapa pihak disebabkan Ilmu
akademik Ilmu Komunikasi sangat kuat. Kajian
Komunikasi terlalu lama terjebak dalam rezim
dalam disiplin Ilmu Komunikasi yang dianggap
pengetahuan ‘pembangunanisme’ Orde Baru. Rezim
kontemporer dan dianggap mendesak pada saat itu
ekonomi yang menundukkan dunia intelektual di
adalah “Komunikasi Pembangunan”, komunikasi
Indonesia selama beberapa puluh tahun, di mana
yang menunjang proyek ‘pembangunanisme.’ Ilmu
Ilmu Komunikasi juga menjadi salah satu cabang
Komunikasi, pada saat itu, berada dalam jeruji yang
ilmu sosial yang terjajah, dan digunakan Orde Baru
sama, bersama ilmu-ilmu sosial lain, ia dipaksa
sebagai salah satu instrumen otoritasnya (Dhakidae,
untuk melayani program negara dan hanya
2003: 330-354).
menyisakan sedikit kritisisme belaka.
Pada masa Orde Baru kreativitas Ilmu
Puing-puing masa lalu tersebut yang
Komunikasi dibelenggu dan hanya dianggap sebagai
ternyata masih bertahan hingga saat ini, bahkan
roda kecil dari ‘lokomotif’ pembangunan. Kajian-
ketika Orde Baru dan ‘pembangunanisme’-nya coba
kajian Ilmu Komunikasi yang dikembangkan pada
dirubuhkan oleh reformasi 1998. Bertahannya mata
masa Orde Baru, serupa dengan ilmu sosial lainnya,
kuliah “Komunikasi Pembangunan” dan “Sistem
dibatasi hanya pada kajian yang dianggap berguna
Komunikasi Indonesia” di beberapa perguruan
untuk pembangunan. Ilmu Komunikasi menjadi
tinggi menunjukkan hal tersebut, mata kuliah yang
ilmu yang sangat instrumental (Sudibyo dalam
mengajarkan dan mengimajinasikan bahwa
Prajarto [ed], 2004: 69).
Indonesia memiliki satu sistem raksasa – Sistem
Bila kita melempar pandangan ke belakang, Komunikasi Indonesia –, dan seolah abai pada
kita dapat melihat pada medio 1970-an, Astrid S.
126
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 6 No.2 2019
Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia: Instrumentalisasi Kuasa dan Mekanisme Pasar
Justito Adiprasetio

multikulturalisme - pluralisme, dalam kurikulum dan penelitian (Heryanto dalam Dhakidae dan
pengajaran di banyak program studi Ilmu Hadiz, 2006: 73). Instrumentalisasi Ilmu
Komunikasi di Indonesia adalah wujud praktik Komunikasi sebagai bagian dari alat otoritas Orde
diskursif dari Ide yang ditelurkan oleh Astrid dalam Baru, dapat terlihat secara eksplisit dari judul-judul
karyanya. Hal yang pada awalnya adalah mata kuliah penelitian yang dilaksanakan oleh berbagai institusi,
‘pesanan’ Orde Baru, melalui kesepakatan dalam perguruan tinggi negeri maupun swasta maupun
rangka menanamkan pengetahuan tentang ‘nasion’ Lembaga Penelitian Indonesia (LIPI). Sumber biaya
ternyata masih tetap dipertahankan hingga saat ini, penelitian-penelitian Ilmu Komunikasi pada masa
belasan tahun setelah Orde Baru tersebut gulung Orde Baru sendiri sebagian besar berasal dari
tikar (Nugroho, 2006). kantung negara.

Ilmu Komunikasi sebagai bagian dari ilmu- Transisi politik pada tahun 1998,
ilmu sosial yang dikembangkan Orde Baru pada menunjukkan bahwa berakhirnya Orde Baru tidak
perkembangan praktiknya tak hanya menyokong lantas mengakhiri apa yang disebut teknokratisisme
pembangunanisme tetapi juga meneguhkan yang sebelumnya menjadi zeitgeist pemerintahan
teknokratisisme. Di mana akademisi berusaha Orde Baru. Perkembangan Ilmu Komunikasi yang
diolah untuk kemudian menjadi tenaga terlatih yang seharusnya bisa mengalami transisi dari ‘ilmu sosial
akan bekerja di bidang komunikasi. Pada masa Orde teknis’ menjadi ‘ilmu sosial kritis’ karena lenyapnya
baru, Ilmu Komunikasi - setelah berganti nama dari otoritas negara yang represif, namun ternyata
Ilmu Publisistik pada tahun 1982- menjadi pemasok peralihannya terasa sangat lamban. Perbedaannya,
utama pegawai-pegawai Departemen Penerangan sebelum dan sesudah era Orde Baru adalah apabila
dengan adanya jurusan “penerangan” di sana. dulu Orde Baru yang memiliki otoritas yang hampir
Sedangkan sisanya diarahkan guna melayani penuh terhadap kajian apa yang harus
kebutuhan tenaga kerja di industri media, juga di dikembangkan oleh institusi-institusi yang
bidang hubungan masyarakat yang sedang mengibarkan bendera keilmuan Ilmu Komunikasi,
menggeliat berbarengan dengan kemajuan industri kini kuasa tersebut dilimpahkan ke pasar. Pasar,
(Badjari, 2010: 14). Semangat dalam pengajaran yang kemudian menentukan spesifikasi macam apa
‘pembangunanisme’ (sebagai bentuk modernisme yang harus dimiliki oleh seorang sarjana Ilmu
hasil dari proyek pencerahan); universalitas, Komunikasi.
netralitas, objektivitas masih tetap dipertahankan
sebagai abstraksi dalam dunia ilmu dan
pengetahuan, tetapi dalam praktiknya, penelitian- B. Metodologi: Proposisi dan Usaha Merevisi

penelitian dalam kajian-kajian Ilmu Komunikasi Kajian perihal relasi ilmu sosial dan relasi
tetap dibatasi dan ditundukkan oleh kewajiban antara ilmu-ilmu sosial di Indonesia dengan
mengabdi pada kepentingan dan martabat pihak kekuasaan – atau lebih umum, antara ‘pengetahuan’
penguasa politik dan ekonomi sebagai sponsor ilmu dan kekuasaan, kuasa/pengetahuan (Foucault,

127
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 6 No.2 2019
Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia: Instrumentalisasi Kuasa dan Mekanisme Pasar
Justito Adiprasetio

1972) - bukanlah sesuatu yang sama sekali baru. Hal standing point serta thesis yang telah diformulasikan
yang sebelumnya pernah dibahas oleh tak sedikit dalam artikel tersebut. Ignatius menjelaskan bahwa
pemikir, sebut saja Haryanto (2008), Dhakidae Ilmu Komunikasi menjadi bagian dari “Ideologi
(2003), Heryanto (2004), Samuel (2010). Artikel ini Negara Orde Baru yang dikembangkan guna
memiliki tujuan untuk melanjutkan proyek-proyek menyukseskan program-program pemerintah
tersebut, yaitu menunjukkan praktik kuasa, dan untuk mendapatkan stabilitas ekonomi,
formasi diskursif yang menyusunnya, serta pengendalian jumlah penduduk lewat program
implikasinya terhadap pengkajian komunikasi itu Keluarga Berencana (KB), rekayasa sosial (social
sendiri, lebih jauh bagaimana keterkaitannya engineering) kepada masyarakat dengan berbagai
dengan kondisi sosial dan politik di mana ilmu atau program pembangunan.” Paparan Ignatius, sejalan
pengetahuan menjadi bagian dari episteme yang dengan penjelasan Ignas Kleden, seorang sosiolog UI
bekerja. yang memberikan gambaran perihal peran dan sifat
ilmu sosial pada masa Orde Baru hingga dekade
Praktik-praktik kuasa yang kemudian
1980-an. Bagi Kleden, ilmu sosial saat itu berperan
ditengarai menjadi penyebab Ilmu Komunikasi
sebagai alat rekayasa sosial – mulai dari sektor
hanya dianggap sebagai ilmu yang instrumental
politik, pendidikan, budaya, hukum hingga moralitas
belaka, serta terjadinya stagnasi serta menciptakan
(Kleden, 1986: 7-9). Namun dalam pembahasan
perspektif yang otoriter dalam pengkajian dan Ilmu
makalahnya, Ignatius, tidaklah gamblang dalam
Komunikasi Indonesia. Hal yang membuat
memberikan deskripsi perihal fakta kesejarahan,
minimnya (atau bahkan tidak) dimasukkannya
bagaimana relasi Ilmu Komunikasi dengan state,
teoritisasi dengan berbagai latar seperti pendekatan
sebagai mesin pengaturan dan keterkaitannya
Pascakolonial, Marxisme, Cultural Studies dll, dalam
dengan Departemen Penerangan. Departemen yang
berbagai kurikulum studi komunikasi. Praktik kuasa
kemudian berperan dalam pengembangan Ilmu
yang membuat penelitian yang berperspektif critical
Penerangan, sebelum kemudian diubah menjadi
history dalam membedah bagaimana asal usul
Ilmu Komunikasi. Selain itu. saya juga akan
kelahiran Ilmu Komunikasi dan lebih jauh, asal mula
mengritik argumentasi Ignatius perihal tidak
pengkajian dan Ilmu Komunikasi di Indonesia nyaris
masuknya Marxisme dalam kajian komunikasi yang
selalu absen dalam peta penelitian di Indonesia.
membuat perkembangannya menjadi mandul. Hal
Kekosongan yang ingin coba diisi oleh artikel ini.
yang didapatkan Ignatius dari paparan Hilmar Farid
Saat membaca uraian awal latar belakang dalam “Masalah Kelas dalam Ilmu Sosial di
tulisan sebelumnya, pemerhati dan peneliti di Indonesia” (Farid dalam Dhakidae dan Hadiz, 2006).
bidang komunikasi tentu akan teringat pada dua Namun terdapat pertanyaan yang dapat kita ajukan
karya. Pertama, adalah artikel Ignatius Haryanto ‘mengapa hanya Ilmu Komunikasi yang mengalami
yang berjudul Propaganda, Kuasa dan Pengetahuan gejala kemandulan yang kronis dalam hal dominasi
(2008). Artikel ini salah satunya bertujuan untuk perspektif?’ – dalam kecurigaan Ignatius adalah soal
melanjutkan sekaligus mengoreksi beberapa dominasi terhadap kajian positivisme, bagaimana
128
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 6 No.2 2019
Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia: Instrumentalisasi Kuasa dan Mekanisme Pasar
Justito Adiprasetio

Sosiologi maupun Antropologi yang saat ini Kedua, kita akan dengan mudah mengingat
setidaknya sudah mulai memasukkan berbagai karya berjudul Matinya Ilmu Komunikasi (2006)
perspektif Marxian dalam kurikulumnya juga yang ditulis oleh Sri Guntur Narwaya, buku yang
mengalami represi yang serupa pada masa Orde mengulas perihal berbahayanya dominasi
Baru. Hal ini menunjukkan bahwa bukan hanya paradigma dalam Ilmu Komunikasi. Narwaya tidak
dalam konteks represi Orde Baru titik tolok banyak membahas perihal data-data dan bagaimana
utamanya. Walaupun benar bahwa analisis kelas fakta kesejarahan, dalam konteks ini, paparan
kerap kali absen dalam kerangka analisis sosial – perihal formasi diskursif yang berada di belakang
juga komunikasi – karena para sarjana di zaman diskursus Ilmu Komunikasi. Narwaya terlalu
Orde Baru –termasuk sarjana Ilmu Komunikasi - bersemangat menuding positivisme sebagai
terlalu sibuk membahas perkembangan politik paradigma yang menjadi biang masalah stagnasi
parlemen, partai politik dan birokrasi pemerintah. perkembangan Ilmu Komunikasi, namun tidak
Buruh, petani, pengangguran, kelas menengah membeberkan perihal kondisi apa saja yang
perkotaan hingga pemilik kapital hanya sesekali memungkinkan positivisme yang terlampau naif
tampil dalam analisis sosial dan didefinisikan tersebut dapat tumbuh dengan subur. Kelemahan
sebagai ‘massa’ (Levine, 1969; Farid dalam karya Narwaya tersebut, juga akan coba digenapi
Dhakidae dan Hadiz, 2006: 187). Namun, dalam tulisan ini. Pada akhirnya tujuan mendasar
keseragaman - dalam istilah Rahardjo (2012) - atau yang hendak dielaborasi melalui tulisan ini adalah,
dominasi perspektif tersebut, muncul karena Untuk mengetahui kontinuitas dan diskontinuitas
peralihan dari otoritarianisme Orde Baru menuju praktik dominasi pengetahuan yang bekerja dalam
reformasi, dan sekarang post-reformasi tidak historisitas pengkajian dan Ilmu Komunikasi di
menampakkan hasil yang signifikan. Hal tersebut Indonesia.
saya curigai, karena apabila pada masa Orde Baru,
Ilmu Komunikasi (dan Ilmu Penerangan sebagai
pendahulu sekaligus berelasi inheren dengan Ilmu C. Teknokratisisme Orde Baru dan Ilmu
Komunikasi
Komunikasi) adalah pengabdi ‘pembangunanisme’
Insiden Gerakan Satu Oktober 1965 (Gestok)
Orde Baru, lebih spesifiknya, sebagai ilmu yang
merupakan penanda berdirinya rezim kuasa baru di
melayani Departemen Penerangan. Maka pasca-
Indonesia, Orde Baru. Terdapat berbagai macam
reformasi, yang terjadi adalah Ilmu Komunikasi
skenario terkait insiden yang terjadi di sekitar
tetap tidak mekar sebagai sebuah disiplin ilmu yang
tanggal 30 September hingga 1 Oktober tersebut.
memiliki kajian teoretik yang mumpuni dan horizon
Rezim Orde Baru yang berkuasa setelahnya,
yang luas, namun lebih menjadi mesin pelayan
menuding PKI adalah dalang utama terjadinya
pasar, di mana lulusan-lulusan Ilmu Komunikasi
peristiwa tersebut, dimulai dari penculikan dan
sesuai spesifikasinya akan berusaha dibentuk untuk
pembunuhan perwira-perwira tinggi militer, lalu
sekedar memenuhi slot-slot kebutuhan industri.
mayat mereka dimasukkan ke dalam lubang di

129
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 6 No.2 2019
Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia: Instrumentalisasi Kuasa dan Mekanisme Pasar
Justito Adiprasetio

Jakarta Timur, yang kemudian dikenal dengan nama mutu karyanya, eksplorasi, temuan barunya, namun
Lubang Buaya. Argumen resmi Orde Baru ditulis secara nepotis, karena kedekatan dan kesetiaan
oleh sejarawan Nugroho Notosusanto (1965) bahwa pada rezim. Dalam proses tersebut terbentuk
PKI adalah pelaku utama percobaan pengambil berbagai pasukan ilmuwan sosial yang terdidik
alihan kekuasaan. Namun beberapa versi lain, dengan baik, tidak ada celah selain mengikuti plot
menyebutkan insiden tersebut, hanyalah yang telah ditetapkan oleh negara-pemerintah
merupakan skenario Soeharto untuk mendapatkan (Dhakidae dan Hadiz: 2006: 8).
kekuasaan dan melengserkan Soekarno, presiden
Pemerintah merangkul kaum cerdik
pertama Indonesia (Herlambang, 2013).
cendekia di dunia kampus dan menjadikannya
Beberapa karya lain yang ditulis sebagai senjata utama penyebaran misi utamanya
Indonesianis menunjukkan apa yang terjadi pada yaitu pembangunan. Pemerintah menyuntikkan
tahun 1965 merupakan suatu bentuk jalin-jemalin dana yang tak sedikit dan jumlahnya berlipat bila
konflik politik yang kompleks. Indonesianis seperti dibandingkan dengan periode sebelumnya ke
Ben Anderson dan Ruth McVey (1971), WF. lembaga tersebut. Orde Baru mengembangkan
Wertheim (1970), Peter Dale Scott (1985), John suatu teknokrasi dan birokrasi pendidikan yang
Roosa (2000) dalam karya-karyanya menunjukkan pada dasarnya dibuat untuk mendukung politik
hal tersebut. Lepas dari berbagai berbagai versi yang pembangunan. Dalam konteks saat itu, kondisi
kemudian menjadi persengketaan, peristiwa tersebut bersifat dualistis. Pertama: Orde Baru
tersebut menjadi pintu masuk Indonesia membutuhkan tenaga ahli (buruh ahli) terpelajar
mengadopsi pendekatan teknokratisisme dengan dan rasional dari perguruan tinggi yang menguasai
logat militeristik Jawa dalam model kekuasaannya bidang-bidang tertentu. Kedua: Orde Baru tidak
(Heryanto, 2006) menginginkan keterpelajaran dan rasionalitas dari
calon-calon buruh tersebut kemudian menjadi
Aspek teknokratik kekuasaan Orde Baru
sumbu dari radikalisme, aktivisme. Kedua hal yang
dapat dengan mudah dideteksi dengan banyaknya
ambivalen tersebut coba diwujudkan oleh Orde
para “ahli” di berbagai bidang ilmu diangkat menjadi
Baru dengan praktik-praktik doktrinasi, hal yang
birokrat negara, apakah sebagai birokrat penasehat
membuat ide-ide “Wajib Belajar”, “Link and Match”
(Soedjatmoko, Soelaiman Soemardi, Harsja Bactiar,
kemudian beriringan dan memang harus
dll) atau pula sebagai birokrat tulen. Terjadi proses
bergandengan dengan pelajaran PSPB, Penataran
integrasi antara para akademisi dan dunia birokrasi.
P4, dan NKK/BKK. Penerapan rasionalitas yang
Hal yang membuat orientasi ilmu sosial menjadi
tidaklah utuh. Pejabat struktural perguruan tinggi
sangat terpengaruh oleh kebutuhan birokrasi.
diikutkan dalam kursus Lembaga Ketahanan
Keadaan ini tercermin pada perjalanan karir
Nasional (Lemhanas), dan sebagian dosen juga
sejumlah akademisi. Ilmuan sosial bisa duduk di
menjadi pengajarnya. Sebagaimana proses
puncak bidangnya dan menjadi figur yang tersohor
screening, substansi P4, yang secara logika dan
pada disiplin ilmunya bukan semata-mata karena

130
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 6 No.2 2019
Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia: Instrumentalisasi Kuasa dan Mekanisme Pasar
Justito Adiprasetio

filosofis kacau-balau, tidaklah penting, tetapi yang Pada posisinya dapat dilihat visi Astrid
penting kiranya adalah proses intimidasi (Oetomo, ketika membicarakan lingkup Komunikasi Sosial
2007: 179). salah satunya adalah relasi pers dengan negara dan
pemerintah. Bagaimana pers harus membicarakan
Tidak hanya pejabat dan pegawai yang
masalah atau isu-isu sosial yang tidak terjangkau
diwajibkan mengikuti program penataran P4, P4
oleh pemerintah. Namun, walaupun ia mencoba
juga masuk ke dalam kurikulum Ilmu Sosial secara
mendeskripsikan bahwa pemerintah selalu terbuka
vulgar. Buku “Komunikasi Sosial di Indonesia”
menerima kritik dari pers, selama pers melandaskan
(1980) yang ditulis oleh Astrid S. Susanto, yang salah
diri pada ‘kebenaran’, semua tulisan Astrid menjadi
satu bagiannya merupakan tulisan yang menjadi
sangat normatif mengingat pada periode yang tak
ceramah setahun sebelumnya, 1979 di Lembaga
jauh dari itu, tak sedikit pers yang dibreidel oleh
Pertahanan Nasional (Lemhanas) misalnya
pemerintah (Haryanto, 2006).
menjelaskan bahwa Komunikasi Sosial harus
dilandaskan pada Garis Besar Haluan Negara Ignas Kleden menuturkan, ilmu sosial
(GBHN) – 1978, “tentang Pola Umum Pelita Ke-tiga, selama Orde Baru berperan sebagai alat rekayasa
khususnya tentang Arah dan Kebijaksanaan sosial (Kleden 1986: 6-7). Apa yang menjadi
Pembangunan dalam bidang Politik, Aparatur kecenderungan utama yang berlangsung selama
Pemerintah, Hukum, Penerangan dan Pers, masa Orde Baru adalah pengembangan ilmu sosial
Hubungan Luar Negeri”. Astrid menuturkan dengan sebagai bagian integral dari agenda pembangunan
gamblang bahwa, “komunikasi sosial dimaksudkan Orde Baru mulai dari dekade 1970-an hinggal 1990-
untuk meningkatkan kesadaran kehidupan an. Dengan dukungan negara, para ilmuwan sosial-
berbangsa, dalam hal ini berdasarkan Pancasila. yang terdidik di luar – maupun di dalam –
Kegiatan-kegiatan Penataran 4 dapatlah diartikan menyelenggarakan berbagai seminar, lokakarya dan
dalam hal ini, yaitu meningkatkan komunikasi sosial berbagai bentuk kerjasama yang mencoba
antar para penyelenggara negara dari berbagai membangun tali relevansi antara ilmu sosial dengan
eselon dan berbagai instansi” (Susanto, 1980: 16). doktrin pembangunan.
Astrid menyitir ucapan Soeharto, bahwa terdapat
Pada bidang “penerangan” misalnya,
dua jenis kontrol sosial yaitu disiplin sosial dan
kerjasama antara LP3ES (Lembaga Penelitian,
disiplin nasional, “Dalam hubungan ini fungsi
Pendidikan dan penerangan Ekonomi dan Sosial)
kontrol sosial dari pers nasional kita sangat besar
dengan EWCI (West Communication Institute), atas
peranan dan pengaruhnya untuk menyoroti gejala-
sponsor Badan Koordinasi Keluarga Berencana
gejala kemerosotan kesadaran hidup berdisiplin
Nasional (BKKBN) pada tahun 1977 membuahkan
demi terpeliharanya ketertiban dan
buku “Asas-asas Komunikasi antar Manusia.” Buku
dilaksanakannya hukum secara konsekuen…”
tersebut merupakan terjemahan dan gubahan dari
(Susanto, 1980: 17).
buku Fundamental Human Communication,
karangan D. Lawrence Kincaid dan Wilbur Schramm

131
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 6 No.2 2019
Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia: Instrumentalisasi Kuasa dan Mekanisme Pasar
Justito Adiprasetio

(1975). Buku yang banyak membahas tentang 1. Kebijaksanaan penerangan/Komunikasi


kontrol kelahiran: contoh praktik di beberapa PELITA II. (Penelitian Komunikasi Pedesaan
negara tetangga seperti Filipina, landasan di Indonesia) Penelitian ini merupakan hasil
konseptual dan bagaimana kampanye terkait kerjasama antar Universitas (UI, Unhas,
program kontrol kelahiran dapat efektif dilakukan GAMA dan Unpad) dengan Bapenas, 1973.
ini menjadi rujukan dalam pokok bahasan Program 2. Persepsi Pemerintah dan Masyarakat
Kependudukan/Keluarga Berencana yang tentang Sesuatu Proyek Pembangunan.
diselenggarakan oleh BKKBN, dan menjadi Penelitian ini dibiayai melalui DIP-UI, 1974.
pegangan bagi pelaksana Program Nasional 3. Audience TVRI di Jakarta-Yogya-Medan.
Keluarga Berencana. Upaya kontrol penduduk Penelitian ini merupakan hasil kerjasama
merupakan salah satu program andalan Orde Baru, antara FIS-UI dengan Departemen
untuk menyiapkan kompabilitas masyarakat Penerangan RI, 1975.
terhadap berbagai program pembangunan lain yang 4. Pengembangan Pola-Pola Pemasaran Baru
diselenggarakan oleh pemerintah (Kincaid & Film Nasional. Penelitian ini merupakan
Schramm, 1975). hasil kerjasama antara FIS-UI dengan
Departemen Penerangan RI, 1976.
Morfit (1981) dalam artikel yang dimuat di
5. Pola Siaran TVRI. (Suatu Studi Sosial Budaya
dalam Prisma menjelaskan, bahwa pada dekade 80-
dan Bahasa di Jakarta, Tanggerang, Cirebon,
an, “hampir setiap departemen (kementerian)
Yogyakarta dan Surabaya). Penelitian ini
pemerintah mendirikan suatu seksi penelitian dan
merupakan hasil kerjasama antara FIS-UI
pengembangan untuk melaksanakan apa yang
dengan Departemen Penerangan RI, 1976.
dimaksudkan sebagai penelitian yang berorientasi
6. Pengaruh Bahan Bacaan Anak SD Sebagai
pada garis kebijaksanaan.” Tak terkecuali
Media Komunikasi Massa. (Pengukuran daya
Departemen Penerangan, yang memiliki fungsi
vibrasi dengan G.Transform pada momen
untuk menjaga agar pers dan sarana informasi
efektif komunikasi pada tahap pertama).
lainnya tak memiliki potensi untuk menjadi radikal,
Penelitian ini dlaksanakan oleh mahasiswa
serta memberikan penyuluhan perihal doktrin
Departemen Komunikasi Massa FIS-UI,
‘pembangunan’ yang menjadi doktrin Orde Baru.
1976.
Departemen Penerangan menjadi sponsor utama
7. Peranan Media Massa di Daerah Perbatasan.
penelitian-penelitian di kampus, yang memiliki
Penelitian ini merupakan hasil kerjasama
jurusan Ilmu Penerangan/Ilmu Publisistik/Ilmu
antara FIS-UI dengan Departemen
Komunikasi. Hal tersebut dapat dilihat dari daftar
Penerangan RI, 1977.
penelitian yang dilakukan oleh Departemen
8. Pengaruh Film di Pedesaan. Penelitian ini
Komunikasi Massa Universitas Indonesia (1970-
merupakan hasil kerjasama antara FIS-UI
1980). Judul-judul penelitian tersebut meliputi:
dengan Departemen Penerangan RI, 1977.

132
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 6 No.2 2019
Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia: Instrumentalisasi Kuasa dan Mekanisme Pasar
Justito Adiprasetio

9. Efektivitas RRI dan Radio Pemerintah Publisistik/Ilmu Komunikasi dengan Direktorat


Daerah Sebagai Transformer Informasi Jenderal Pariwisata tahun 1972.
Pembangunan. Penelitian ni dilakukan oleh
2. Strategi Komunikasi Pembangunan Untuk Pelita
mahasiswa tingkat III Departemen Ilmu
II. Penelitian ini merupakan hasil kerjasama
Komunikasi Massa, 1979.
antara Fakultas Publisistik/Ilmu Komunikasi
10. Penerangan Media Film dan TV dalam
dengan Departemen Penerangan, P&K serta
Pembangunan Desa. (Suatu studi pilot di
Bappenas, 1973.
Desa Kepala-Dua, Kabupaten Tanggerang).
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa 3. Efektivitas Komunikasi PATA Conference 1974.

tingkat III, Departemen Ilmu Komunikasi Penelitian ini merupakan hasil kerjasama antara

Massa 1979. Fakultas Publisistik/Ilmu Komunikasi dengan

11. Strategi Komunikasi Film untuk Ditjen Pariwisata 1974.

Pembangunan Desa (Suatu penedekatan 4. Sikap Masyarakat terhadap Masalah-Masalah


analisa jaringan komunikasi di Desa Nasional. Penelitian ini merupakan hasil
Ciengang, Kabupaten Sukabumi). Penelitian kerjasama antara Fakultas Publisistik dengan
ini dilakukan oleh mahasiswa tingkat III Departemen Penerangan, 1974.
Departemen Ilmu Komunikasi Massa.
5. Komunikasi Departemen Penerangan Internal-
12. Sistem penerangan terpadu pada tingkat
Eksternal (Inkulsif Bakohumas). Penelitian ini
Kabupaten/Kotamadya untuk menunjang
merupakan hasil kerjasama antara Fakultas
berfungsinya Puspenmas Secara efektif.
Publisistik/Ilmu Komunikasi dengan
Penelitian ini merupakan hasil kerjasama
Departemen Penerangan, 1981.
antara FIS-UI dengan Departemen
Penerangan RI, 1978. 6. Pendapat Khalayak Terhadap Radio, Televisi,
Film. Penelitian ini merupakan hasil kerjasama
Tak hanya di jurusan Komunikasi Massa di
antara Fakultas Publisistik/Ilmu Komunikasi
Universitas Indonesia, Departemen Penerangan juga
dengan Departemen Penerangan, 1981.
menitipkan pesanan penelitian yang berkaitan
dengan program pembangunan di satu-satunya Sementara itu di Universitas Diponegoro:
fakultas Ilmu Komunikasi yang tercatat di bawah
1. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan di
Perguruan Tinggi Negeri yaitu, Fakultas
Desa Tambaklorok Kotamadya Semarang dan
Publisistik/Ilmu Komunikasi, Universitas
Desa Gumalang Kabupaten Jepara.
Padjadjaran. Berikut ini beberapa penelitian yang
2. Penelitian ini merupakan hasil kerjasama
diselenggarakan oleh Fikom Unpad pada medio
Jurusan Komunikasi FISIP UNDIP dengan
1970-1980:
Lembaga Ekonomi dan Kebudayaan Nasional
1. Industri Pariwisata di Jawa Barat. Penelitian ini (LEKNAS – LIPI), 1984 – 1985.
merupakan hasil kerjasama antara Fakultas

133
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 6 No.2 2019
Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia: Instrumentalisasi Kuasa dan Mekanisme Pasar
Justito Adiprasetio

3. Profil Wanita Pekerja di Sektor Informal di 2. Pendapat Umum tentang PELITA di Sulawesi
Kotamadya Semarang. Penelitian ini merupakan Selatan (1972).
hasil kerjasama Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP 3. Kebijaksanaan Penerangan PELITA II (1973).
UNDIP dengan LEKNAS-LIPI, 1985. 4. Penetapan Pers Nasional yang Bebas dan
4. Pola Komunikasi dalam Birokrasi pada Bertanggungjawab di Kotamadya Ujung
Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Pandang (1974).
Tengah. Penelitian ini merupakan hasil 5. Sikap Masyarakat Sulawesi Selatan terhadap
kerjasama Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Keluarga Berencana (1975).
UNDIP dengan Pemerintah Daerah atas biaya 6. Pengaruh Siaran TVRI Ujung Pandang terhadap
P&K. Kegiatan Belajar Anak-anak Tingkat Sekolah
5. Dampak Koran Masuk Desa pada Masyarakat Dasar (1975).
Pesisir Kabupaten Semarang. Penelitian ini 7. Arus Informasi dan Pendapat Umum tentang
merupakan hasil kerjasama Jurusan Ilmu Hasil-hasil Industri dalam Negeri (1977).
Komunikasi FISIP UNDIP dengan pemerintah 8. Peranan Opinion Leaders dalam Komunikasi
Daerah atas Biaya P&K. Pembangunan Masyarakat Desa di Sulawesi
6. Demonstration Effect program Siaran TVRI pada Selatan (1978).
Anak-anak. Penelitian ini merupakan hasil 9. Sikap Masyarakat terhadap Masalah Nasional
kerjasama Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP (1978).
UNDIP dengan Pemerintah Daerah atas biaya 10. Efektivitas Radio sebagai Media Penerangan,
P&K. Pendidikan dan Hiburan (1979).
7. Strategi Komunikasi Pedesaan di Desa Mijet 11. Aspek Sosial Psikologis yang Memengaruhi
Kotamadya Semarang. Penerimaan Inovasi dalam Proses Komunikasi
8. Komunikasi Persuasif dalam Proses Komunikasi (1980).
Sosial pada Masyarakat Desa Gondoriyo 12. Apresiasi Masyarakat terhadap Kegiatan
Kotamadya Semarang. Penerangan melalui Berbagai Saluran (1980).
9. Analisis isi berita Kependudukan dan 13. Penyebaran dan Pengaruh Suratkabar di Daerah
Lingkunhan Hidup pada Surat Kabar di Pedesaan (1981) Tahap I.
Indonesia tahun 1980. 14. Penyebaran dan Pengaruh Suratkabar di Daerah
10. Peningkatan Kemampuan dan Pengembangan Pedesaan (1981) Tahap II.
Lembaga-Lembaga yang bergerak di Bidang 15. Pengembangan Hasil Penelitian Pengaruh dan
Usaha Kesejahteraan Sosial di Lima Propinsi Penyebaran Suratkabar di Pedesaan
(Jateng, Jatim, DKI Jakarta, Bengkulu, (1982/1983).
Kalimantan Tengah).

Sedangkan di Universitas Hasanuddin


Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Massa
1. Perkembangan pers di Ujung Pandang (1965). Surabaya (STIKOSA)

134
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 6 No.2 2019
Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia: Instrumentalisasi Kuasa dan Mekanisme Pasar
Justito Adiprasetio

1. Penelitian di Bidang Penerangan (membantu sering dicuplik dari ringkasan buku teks atau tulisan
Deppen). 1973-1974. rangkuman, tanpa memahami konsep dan
2. Penelitian tentang komposisi isi suratkabar keterbatasan konsep, serta konteks di mana dan
Daerah Jawa Timur, 1974. bagaimana teori-teori tersebut diformulasikan
3. Penelitian di bidang film, TV dan siaran (Dahlan dalam ISKI, 1987).
Pedesaan (kerjasama dengan Deppen) 1975.
Pada periode yang hampir bersamaan,
4. Penelitian tentang Pers Daerah oleh Deppen RI
terjadi upaya penyeragaman untuk menciptakan
(kerjasama) 1975.
kategori yang ketat atas “Ilmu Komunikasi”. Gagasan
5. Mengadakan studi perbandingan tentang isi,
tersebut pertama kali didiskusikan dan dibicarakan
muka dan lain-lain Suratkabar, 1976-1977.
dalam lingkup Fakultas Publisistik Universitas
6. Membantu penelitian Deppen dan UGM di
Padjadajaran pada tahun 1968, tetapi lembaga
bidang Pers, 1980.
pendidikan tinggi yang pertama menggunakan
7. Membantu penelitian Deppen di bidang
istilah komunikasi adalah Universitas Indonesia,
penerangan (Puspenmas – Pusat Penerangan
yaitu Departemen Komunikasi Massa yang
Masyarakat), 1981.
bernaung di bawah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Penelitian-penelitian pada kurun 1970- Politik. Penggunaan istilah Ilmu Komunikasi secara
1980-an diselenggarakan hanya sebagai syarat seragam dan menyeluruh baru dilakukan secara
untuk menunjukkan legitimasi keilmuan, tanpa resmi dengan keluarnya Peraturan Pemerintah
tujuan yang mendasar. Metodologi penelitian Republik Indonesia No. 27 tahun 1981 mengenai
komunikasi mengalami stagnasi, di mana umumnya penataan fakultas pada Universitas/Institut Negeri.
penelitian-penelitian hanya menggunakan metode
Bergesernya orientasi dari mazhab
survey sederhana, tanpa memerhatikan secara
Kontinental ke mazhab Anglosaxon adalah hal yang
spesifik masalah yang diteliti. Alat ukur, skala,
menyebabkan munculnya gagasan untuk
desain dan bahkan kuesioner, yang serupa
menggunakan istilah Ilmu Komunikasi sebagai
digunakan untuk meneliti masalah yang berbeda-
pengganti Ilmu Publisistik. Pada tahun 1974, Dekan
beda, tanpa perubahan dan pendalaman yang layak.
Fakultas Publisistik Universitas Padjadjaran, Dr.
Dahlan (ISKI, 1987: 162) bahkan menyebutkan
Astrid S. Susanto, dalam suatu lokakarya di Bandung
bahwa, banyak hasil penelitian pada saat itu
yang dihadiri oleh seluruh Ketua Jurusan Publisistik
mungkin tidak mencerminkan gejala yang diteliti.
seluruh Indonesia bertanya kepada seluruh peserta,
Pengembangan teori, apalagi paradigm, sangat
apakah akan diskusi dalam lokakarya tersebut akan
minim. Secara garis besar, terlihat keengganan para
tetap memakai istilah publisistik atau menggantinya
peneliti dan/atau sarjana Ilmu Komunikasi untuk
menjadi komunikasi. Astrid pada saat itu menyitir
mendalami teori. Teori-teori seringkali digunakan
perkataan Helmut Schelsk, bahwa komunikasi
secara serampangan, dan bahkan kurang relevan
memiliki cakupan lebih luas ketimbang publisistik,
dengan penelitian. Pengetahuan tentang suatu teori
karena publisistik hanya satu bentuk khusus dari

135
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 6 No.2 2019
Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia: Instrumentalisasi Kuasa dan Mekanisme Pasar
Justito Adiprasetio

komunikasi. Lokakarya tersebut dapat dianggap Terbuka lebar keran modal asing ke
sebagai salah satu totem, penanda terjadinya Indonesia pada saat itu menjadi alasan mengapa
epistemic turn di mana “Ilmu Komunikasi” mulai mulai bermunculan perusahaan-perusahaan asing
dibicarakan dalam ranah keilmuan di Indonesia, dan di Indonesia. Negara mengambil langkah-langkah
“publisistik” yang sebelumnya merupakan disiplin untuk membantu kaum kapitalis swasta untuk
ilmu tersendiri kemudian dianggap sebagai bagian mengerjakan tanggung jawab berbagai proyek-
dalam Ilmu Komunikasi (Antoni, 2012: 13-34). proyek vital. Perubahan dan aras kebijakan ekonomi
tersebut tercermin secara signifikan pada era akhir-
akhir Orde Baru. Terjadi peningkatan yang
D. Kapital dan Hubungan Masyarakat dalam signifikan izin investasi asing dari US$ 9 miliar
Diskursus Ilmu Komunikasi
menjadi US$ 39,9 miliar di dekade akhir Orde Baru,
Sejak tahun 1986 pada masa Orde Baru, para
di antara tahun 1990-1995. Uang dari Asia Timur
teknokrat Indonesia berhasil memperkenalkan
Lanjut secara signifikan membanjiri struktur kapital
sederetan reformasi kebijakan yang signifikan
di Indonesia. Menjelang tahun 1995, bank-bank
dengan maksud memacu kembali sektor
swasta domestik telah berjumlah sekitar 240 buah,
manufaktur yang diharapkan tumbuh, namun
memegang 53 persen dari outstanding bank dan
mengalami perlambatan yang signifikan,
47,7 persen kredit bank outstanding dibandingkan
serangkaian monopoli impor dicabut. Pelonggaran
37 persen dan 41,9 persen untuk bank-bank
syarat-syarat tersebut disebabkan meredupnya
pemerintah. Sedangkan peran negara sendiri dalam
boom minyak yang sebelumnya terjadi pada dekade
plot ekonomi, perlahan tapi pasti terus menciut dari
1970-an. Negara membutuhkan alternatif kebijakan
69 persen pada tahun 1979-1980 menjadi hanya 27
baru untuk menjamin masuknya kapital asing
persen saja pada tahun 1993-1994 (Hadiz, 2005:
sebagai modal dari rezim yang mencanangkan
122).
‘pembangunan’ sebagai doktrin utamanya.
Anjloknya harga minyak secara dramatis menggeser Meningkatnya kapital asing di Indonesia

pilihan-pilihan bagi pelaku ekonomi utama. Terjadi memberikan dampak yang signifikan pada industri

pergeseran dalam peta kapital Indonesia, mobilisasi media massa pada saat itu. Imperium-imperium

sumber-sumber dana investasi baru dari sektor media mulai tumbuh dengan subur, dan ranum

perminyakan menuju sektor swasta. Keran impor hingga mencapai puncaknya pada akhir dekade

dibuka sangat lebar dengan diberlakukannya 80an dan pada dekade 90-an. Kelompok Kompas-

pengurangan tarif masuk. Pinjaman-pinjaman bank Gramedia menjadi yang terdepan dan mendominasi

berjangka pendek telah menggantikan uang minyak industri percetakan pada kala-kala itu. Kelompok ini

sebagai mesin utama pertumbuhan dunia usaha kemudian menjadi satu dari empat puluh

pada dekade 1980-an (Hadiz, 2005: 121; Robison, konglomerat kelas kakap di Indonesia (Hill, 2011:

2013: 302-303). 99). Bermunculan juga grup-grup yang bergerak di


bidang media massa, seperti kelompok Sinar Kasih

136
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 6 No.2 2019
Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia: Instrumentalisasi Kuasa dan Mekanisme Pasar
Justito Adiprasetio

yang memayungi surat kabar Sinar Harapan, jurusan, selain Jurnalistik dan Penerangan yang
berturut-turut juga Jawa Pos group yang dipimpin merupakan produk warisan dari diskurus
oleh Dahlan Iskan, Kelompok Media Indonesia, Publisistik, Hubungan Masyarakat juga ambil bagian
Kelompok Tempo Grafiti. Pada saat itu televisi juga di dalamnya sebagai salah satu jurusan yang
mulai naik ke atas meja industri media, RCTI diputuskan masuk ke dalam taksonomi Ilmu
(Rajawali Citra Televisi Indonesia) diluncurkan pada Komunikasi.
24 Agustus 1989, menjadi televisi kompersial
Diskursus Hubungan Masyarakat,
pertama yang beroperasi di Indonesia. Setelah
sebenarnya tidaklah muncul pada saat itu secara
bersiarnya RCTI, berturut-turut mengudara stasiun-
tiba-tiba, walaupun pertumbuhan organisasi bisnis
stasiun telvisi lain seperti SCTV (Surya Citra Televisi
pada era 70-80-an mendorong peningkatan
Indonesia, TPI (Televisi Pendidikan Indonesia),
reproduksi diskusus Hubungan Masyarakat sebagai
ANTEVE (Andalas Televisi) dan Indosiar (Indosiar
bagian dari diskursus keilmuan, Ilmu Komunikasi.
Visuam Mandiri).
Diskursus Hubungan Masyarakat telah muncul
Peningkatan kapital asing di Indonesia pada sebelumnya. Sejarah permulaan menubuhnya
saat itu, berjalan selaras dengan perkembangan Hubungan Masyarakat dalam modul keorganisasian
industri media yang terus terpacu untuk tumbuh perusahaan atau institusi yang ada Indonesia secara
karena meningkatnya modal. Hal yang menciptakan pada tahun 1950-an. Kala itu berdiri organisasi
relasi yang saling menguntungkan di antara HUPMAS pertama kali di perusahaan perminyakan
keduanya. Situasi ini ikut mendorong peningkatan negara (Pertamina). Peranan divisi HUPMAS
kebutuhan terhadap jasa konsultasi, baik dalam (Hubungan Pemerintah dan Masyarakat) Pertamina
bidang hukum, periklanan, hubungan masyarakat di ini memiki tugas untuk menjalin hubungan
awal tahun 1970-an (Dahlan, 1994). Salah satu yang komunikasi timbal balik dengan pihak klien, relasi
menjadi efeknya adalah peningkatan kebutuhan bisnis, perusahaan swasta/BUMN/Asing dan
tenaga kerja yang bergiat di bidang public relations, masyarakat. Kemudian pada tahun 1954, secara
tenaga ahli yang menengahi hubungan antara resmi divisi yang mengatur persoalan Hubungan
industri dengan masyarakat. Kebutuhan akan Masyarakat diterapkan juga dalam jajaran
tenaga ahli memaksa kampus untuk memberikan kepolisian. Berangsur, pelembagaan Hubungan
respon. Beberapa kampus mengikutsertakan bidang Masyarakat dalam institusi pemerintah menjadi
keahlian public relations sebagai bagian dari Ilmu standar, diskursusnya menjadi epistemik, di mana
Komunikasi, melalui mekanisme penjurusan. hampir semua institusi pemerintah membakukan
Universitas Padjadjaran misalnya, berdasarkan bagian tersebut. Secara resmi pembentukan HUMAS
Surat Keputusan, Menteri Pendidikan dan di Indonesia lahir melalui Presidium Kabinet PM
Kebudayaan RI No. 133/0/1983 tanggal 5 Maret Juanda, yang menginstruksikan agar setiap instansi
1983 tentang organisasi dan tata kerja Unpad pemerintah harus membentuk bagian/divisi
memutuskan, bahwa Ilmu Komunikasi memayungi 3 HUMAS. Menurut Dahlan (1978), hingga akhir tahun

137
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 6 No.2 2019
Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia: Instrumentalisasi Kuasa dan Mekanisme Pasar
Justito Adiprasetio

1960-an, hampir semua departemen pemerintah E. Anti-Komunisme dan Absennya Marxisme


dalam kajian Ilmu Komunikasi
memiliki divisi yang mengurus sektor Hubungan
Masyarakat, yang berada di berbagai tingkatan. Pasca Gerakan Satu Oktober 1965 (Gestok

tetapi dengan penempatan yang sangat bervariasi. 1965) terjadi pembantaian jutaan orang secara

Banyak diantaranya berada di bawah bagian sistematis oleh Orde yang berkuasa. “Komunis”

pemasaran, sementara yang lainnya berada dijadikan musuh bersama, dianggap bersebrangan

bersama dengan bagian hukum (Dahlan, 1978; dengan Pancasila, lawan dari pembangunan.

Putra, 1996; Putra, 2008). Herlembang (2013) dalam disertasinya yang


kemudian dibukukan, mencatat berbagai cara Orde
Diskursus Hubungan Masyarakat, serta
Baru menancapkan legitimasi anti-komunisme-nya
teknik pelembagaannya tidak dapat dilepaskan dari
dalam berbagai produk-produk budaya. Terdapat
terpacunya Indonesia untuk menjadi negara
kepercayaan karena efek yang bekerja dari theatre
industrial. Sebagai bagian dari NIES (Newly
of mind di masyarakat, bahwa ‘seandainya orang-
Industrializing Economics) bersama Thailand,
orang komunis tidak dibunuh, maka mereka yang
Malaysia dan Philipina, Indonesia, Indonesia
membunuh itu pasti akan menjadi korban komunis.’
berusaha mengatasi krisis pasca surutnya boom
Tak sedikit yang menyakini dan mengkhawatirkan
minyak dengan membuka keran-keran impor
bahwa pasca Gestok, pihak komunis akan membalas
selebar-lebarnya. Terbukanya kanal tersebut
dendam (Siegel, 2000: 7).
memberikan implikasi pada meledaknya industri
media, serta kebutuhan akan profesionalisme dalam Terjadi depolitisasi dalam ruang-ruang

dunia perputaran informasi-komunikasi. Hill (2011) publik, hanya Pancasila yang boleh tersebutkan, dan

mengungkapkan pada tahun 1970-an terjadi tidak yang lain. Hal tersebut berefek pada ketakutan

peningkatan jumlah iklan (bilangan, maupun masyarakat luas, dan sangat berpengaruh pada

kapital) di Indonesia. Hal yang kemudian membuat diskursus kebahasaan. Saya Sasaki Siraishi (2009:

pubic relations, yang sebelumnya pada tahun 1950- 237) mencatat terjadi perubahan dalam diskursus

60-an telah memulai masa kanak-kanaknya terus tuturan di ruang kota besar, Indonesia, seperti kata

tumbuh, hingga pada tahun 1970 dan 1980-an “pemuda” yang melekat dengan corak revolusioner,

mengalami pendewasaan, karena tuntutan untuk diganti dengan kata “remaja”. “Revolusi” yang

melayani industri yang juga sedang ranum pada saat biasanya digaungkan oleh Soekarno pada periode

itu. Hubungan Masyarakat, pelembagaannya serta sebelumnya, digantikan oleh kata-kata

masuknya ke lapangan diskursus keilmuan (dengan “pembangunan” oleh Soeharto. Perubahan tuturan

tujuan untuk meningkatkan sarjana-sarjana yang berkait dengan doktrin anti-komunisme,

terampil dalam Hubungan Masyarakat) selalu terminologi yang biasanya melekat pada masa-masa

melekat dengan aras laju kapital. Orde Lama, seperti “bung” lenyap dan terganti
dengan sapaan-sapaan yang memiliki corak lebih
halus. Operasi kekuasaan melalui praktik
komunikasi sebagai bagian dari agenda de-edukasi
138
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 6 No.2 2019
Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia: Instrumentalisasi Kuasa dan Mekanisme Pasar
Justito Adiprasetio

juga dilakukan dengan melakukan penggantian Lucien Pye, Gabriel Almond dan Sidney Verba
terhadap istilah-istilah sosial lainnya. (Politik), Clyde Kluckhon (Antropologi), Neil J.
Smelser (Sosiologi), dan David McCleland
Selain melalui karya-karya seni,
(Psikologi). Dalam periode itu, saat Indonesia
pengendapan doktrin anti komunisme dilakukan
cenderung mementingkan pembangunan ekonomi
dengan proses penyeleksian ilmu pengetahuan di
dan stabilitas politik. Dalam konteks speerti itu,
universitas. Orde Baru menginginkan ilmu
muncul beberapa intelektual yang menjadi
pengetahuan netral dari politik. Dalam dunia
penyokong kebijakan Orde Baru, seperti Widjojo
akademis, agenda de-edukasi ini secara otomatis
Nitisastro, Mohammad Sadli, Emil Salim, Ali
mengakibatkan tersingkirnya para intelektual kritis
Wardhana. Para sarjana di luar bidang ekonomi,
dari arena akademis. Debat akademis pun
beberapa nama kita kenal, di antaranyta
menghilang karena represi yang dilancarkan Orde
Kentjaraningrat (Antropologi), Harsya Bachtir dan
Baru dalam kehidupan akademis. Farid (2004)
Selo Sumardjan (Sosiologi), Fuad Hasan (Psikologi),
mengungkapkan bahwa banyak sarjana, pengajar,
Alwi Dahlan dan Astrid S. Susanto (Ilmu
peneliti, dan mahasiswa ilmu sosial yang dibunuh,
Penerangan/Publisistik/Komunikasi), dan banyak
ditahan, dan diasingkan atau dihilangpaksakan sejak
lagi ilmuan yang ada di barisan itu (Tirtosudarmo,
Oktober 1965. Universitas, dalam hal ini birokrasi
2007). Astrid S.Susanto sendiri adalah seorang
bersikap sangat tunduk terhadap Orde Baru pada
sarjana Ilmu Komunikasi, yang mengenyam
saat itu. Hal tersebut membuat, selama Orde Baru
pendidikan di Jerman. Bila menilik dari buku-
berkuasa, ilmu-ilmu sosial di Indonesia sangatlah
bukunya yang ia tulis, seperti buku Komunikasi
polos dan tidak memiliki corak perspektif kritis.
Kontemporer yang mempromosikan Komunikasi
Buku-buku kiri dan literatur-literatur yang condong
Pembangunan serta turut sertanya Astrid dalam
ke arah kiri, dengan kata lain bernafaskan Marxisme
proyek Departemen Penerangan, tidak dapat dilihat
bersama variannya (marxisme klasik, neo-
jejak filsafat kritis di sana. Astrid, par excellence
marxisme, frankfurt school dst) disensor dan
adalah ilmuan yang turut serta mempromosikan,
cenderung dijauhi untuk digunakan dalam berbagai
serta menjadi bagian dari elit cendekia yang
analisis di dunia pendidikan universitas (Farid,
otoritatif merumuskan proyek pembangunan-isme
2004).
Orde Baru.
Indonesia sendiri pada era 1970-80a
Salah satu konsekuensi atas pemisahan
memasuki periode politik yang mengedepankan
antara pengetahuan dengan politik, serta
pragmatisme dan pembangunan ekonomi.
keberpihakan yang terlalu signifikan pada teori-
Paradigma Ilmu Sosial yang berkembang saat itu
teori modernisasi, karena kecenderungan Ilmu
lebih didominasi oleh teori modernisasi yang
Sosial untuk menjadi makelar mimpi, negara
dikembangkan para ahli positivistik dengan tokoh-
pembangunan, atau dalam istilah Mac Dougal
tokoh yang menonjol, di antaranya WW. Rostow
(1986), sebagai technoratic state, dalam istilah Feith
(ekonom), Samuel Huntington, Myron Weiner,

139
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 6 No.2 2019
Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia: Instrumentalisasi Kuasa dan Mekanisme Pasar
Justito Adiprasetio

(1979), repressive-developmentalist regime atau Antropologi, Ilmu Komunikasi cenderung resisten


dalam tuturan Botth dan McCawley (1981), malign terhadap kajian-kajian berperspektif Marxist. Ilmu
invetventionist. Hal yang membuat terjadinya Komunikasi yang bila pada masa Orde Baru menjadi
pengabaian terhadap analisis kelas-struktural pelayan rezim, maka pasca reformasi, keberpihakan
dalam kajian-kajian ilmu sosial Indonesia. Analisis Ilmu Komunikasi cenderung memihak atau tunduk
kelas dianggap cenderung ke-kiri-kiri-an, mengingat di depan pasar.
basisnya adalah kritik atas kontradiksi kelas, satu
dan yang lainnya, serta analisis kelas tidaklah
dianggap produktif dalam kajian ilmu sosial, yang F. Ilmu Komunikasi Pasca-Orde Baru

pada saat itu memiliki orientasi utama sebagai Terjadi kemelut politik yang signifikan pada
pelayanan dari doktrin rezim pembangunanisme medio dekade 90-an di Indonesia. Orde Baru
(Farid, 2004). Ilmu Sosial sendiri hanya didudukkan dirongrong oleh protes ekstra-parlementer yang
sebagai penyokong teknis kebijakan Orde Baru. bak bola salju, terus membesar dari awal tahun 90-
Selain itu, kualitas penelitian yang dihasilkan pada an hingga 98. Buruh, mahasiswa dan simpatisan
masa Orde Baru pun dapat dikatakan rendah karena partai politik PDI dan PPP (oposisi biner rezim
hanya berorientasi pada proyek dan tidak politik Orde Baru) yang jengah pada tindakan
memberikan sumbangan yang berarti dalam hal represif Orde Baru menjadi basis masa, aksi protes
kritik terhadap teori. Hal ini disebabkan karena tersebut (Lane, 2014: 276). Pers semakin meradang,
pada masa Orde Baru, banyaknya penelitian dengan dibreidelnya 3 media besar pada tahun
(tentunya yang sesuai dengan doktrin 1994, Tempo, Detik dan Editor. Momen yang
pembangunanisme Orde Baru) adalah lebih penting memunculkan kelahiran Aliansi Jurnalistik
daripada isi penelitian itu sendiri. Debat akademis Indonesia (AJI) melalui Deklarasi Sinargalih (Utami.
pun menghilang, karena represi yang dilancarkan dkk, 1994: iii). Hal tersebut diperparah dengan
Orde Baru dalam kehidupan akademis. Intelektual- terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997, krisis
intelektual yang kritis terhadap pemerintah, tersebut menjadi bensin, yang menyuplai api krisis
tersingkirkan, entah dengan sanksi birokratis politik, dan ketidakpercayaan pada kewibawaan
maupun dengan praktik pengucilan oleh kolega- kepemimpinan orde baru (Heryanto, 2004: 13).
koleganya. Puncaknya, pada tahun 1998 terjadi demonstrasi

Momen pecahnya reformasi, pada tahun besar yang berlanjut pada chaos dan memaksa

1998 sebenarnya memberikan angin segar pada Suharto turun dari kursi presiden. Tahun 1998

harapan pada dimasukkannya kajian Marxisme, menjadi penanda awal berakhirnya Orde Baru, orde

maupun analisis-analisis kelas dalam ilmu sosial yang sangat represif, digantikan dengan orde

pada umumnya, maupun Ilmu Komunikasi reformasi. Pergantian orde memberikan pengaruh

khususnya. Namun, jauh panggang dari api, berbeda yang signifikan terhadap berbagai diskursus politik

dengan ilmu lainnya, seperti Sosiologi dan di Indonesia. Departemen Penerangan yang
merupakan aparatus propagandis Orde Baru
140
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 6 No.2 2019
Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia: Instrumentalisasi Kuasa dan Mekanisme Pasar
Justito Adiprasetio

sekaligus menara panoptik yang mengawasi bagian dari Ilmu Komunikasi pada saat itu. Pada
berbagai alur komunikasi di tubuh masyarakat, tahun 1996, Seluruh jurusan Ilmu Penerangan
dalam berbagai sendinya, mikro maupun makro, mengganti namanya menjadi jurusan Manajemen
dibubarkan. Pembubaran Departemen Penerangan Komunikasi (disingkat Jurusan Mankom).
terjadi pada era Abdurrachman Wahid (Gusdur) Penetapan nama Manajemen Komunikasi
menjadi Presiden RI pada tahun 1999. didasarkan pada hasil pertemuan antar Perguruan
Tinggi di Bandung dan Jakarta yang memilki Jurusan
Pembubaran Departemen Penerangan
Ilmu Penerangan. Perubahan nama tersebut, dan
tersebut menjadi totem penanda terbukanya
menghilangnya istilah “Ilmu Penerangan” menjadi
gerbang kebebasan informasi, selain itu dia
penanda, bergesernya orientasi Ilmu Komunikasi
mengakhiri “penerangan” dalam diskursus
dari yang semula sangat lekat dengan diskursus
kekuasaan negara. Sebelum pembubaran
pengaturan negara (governmentality) Departemen
Departemen Penerangan, diskursus “penerangan”
Penerangan, menjadi cenderung lebih liberal dan
sendiri telah terkikis terlebih dahulu, dengan
berorientasi pasar.
lenyapnya “Ilmu Penerangan” di universitas-
universitas, hal tersebut terjadi bersamaan dengan Perubahan orientasi Ilmu Komunikasi dari
merenggangnya hubungan antara universitas dan sebelumnya, sebagai instrumen mesin politik
pemerintah. Pada momen kemelut menjelang 1998, negara, mendapatkan angin segar dengan
terjadi polarisasi antara universitas dengan dimulainya orde reformasi pada tahun 1998. Sejak
pemerintah. Bila pada tahun 1980-an hubungan tahun 1998, media massa tumbuh dengan subur di
antara pemerintah (negara) dengan universitas Indonesia. Bila sebelumnya kontrol terhadap media
sangat instrumentalis, di mana universitas beserta massa benar-benar ada di tangan pemerintah,
ilmu-ilmu yang terdapat di dalamnya menjadi alat semenjak dicabutnya berbagai peraturan yang
pertahanan kekuasaan negara, hal tersebut berbalik memengaruhi regulasi media massa secara represif,
pada dekade 1990-an. Universitas-universitas media massa beralih ke tangan pasar. Peralihan
menjadi kendaraan politik perlawanan mahasiswa. orientasi media massa dari tangan negara menuju
Basis masa yang bernaung di kampus, membuat mekanisme pasar membuat lapangan kerja, yang
hubungan universitas dan negara tidak lagi berkaitan dengan media massa menjadi sangat
harmonis. Hubungan yang renggang serta berbagai berlipat. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh
gonjang-ganjing politik, serta ketidakpercayaan perkembangan teknologi yang sangat signifikan
pada negara membuat relasi instrumentalis antara pada media 2000-an, di mana teknologi
negara dan universitas kandas. Hal tersebut mempengaruhi kultur masyarakat mengonsumsi
memengaruhi berbagai hal dalam konteks pengaruh media. Medio 2000-an awal menjadi saksi
negara dalam tubuh universitas, sepaket dengan bermunculannya berbagai jenis media, mulai dari
ilmu-ilmu yang dikaji dan diajarkan di dalamnya, tak media cetak, seperti suratkabar, majalah, tabloid,
terkecuali Ilmu Penerangan yang dianggap menjadi media elektronik yang menggunakan gelombang

141
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 6 No.2 2019
Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia: Instrumentalisasi Kuasa dan Mekanisme Pasar
Justito Adiprasetio

sebagai basis persebarannya, stasiun-stasiun radio periklanan yang menjadi sumber penghasilan
bermunculan dan banyak stasiun televisi daerah terbesar media, baik cetak maupun elektronik. Biro
yang mencatatkan namanya, hingga media-media iklan misalnya membutuhkan pekerja dengan
berbasis online yang perkembangannya berjalan kapasitas tertentu untuk beberapa pekerjaan
selaras dengan kemajuan teknologi internet. Secara seperti penulis naskah iklan (script writer), account
kuantitatif, jumlah media massa pasca reformasi executive, creative staff. Sedangkan jurusan
jauh berlipat ketimbang pada masa Orde Baru, hal Hubungan Masyarakat, akan mengisi slot-slot
tersebut mempengaruhi jumlah total pendapatan industri komunikasi yang memiliki basis aktivitas
iklan nasional. Pada tahun 2002 misalnya, tercatat untuk mengembangkan reputasi organisasi, hal ini
13,41 triliun sebagai jumlah total pendapatan iklan tentu saja berkait erat dengan industri periklanan
nasional, 60,3 %nya diraih media televisi (Sudibyo, dan media massa pada umumnya.
2004: 33). Besarnya kue iklan dan banyaknya
Orientasi Ilmu Komunikasi yang cenderung
jumlah media massa berlipat memberikan lapangan
pada penyediaan tenaga-tenaga terlatih untuk
kerja pada berbagai lulusan Ilmu Komunikasi. Ilmu
mengisi lapangan kerja dalam industri media dan
Komunikasi yang pada saat itu terdiri dari beberapa
informasi pada umumnya, menjadi pisau yang
jurusan: Jurnalistik, Hubungan Masyarakat, dan
bermata dua. Secara kuantitatif, Ilmu Komunikasi
Manajemen Komunikasi dianggap sebagai ilmu yang
berkembang dan kebutuhan industri akan lulusan
dapat menciptakan tenaga terlatih pengisi
Ilmu Komunikasi tampak jelas dari peningkatan
kekosongan tenaga kerja yang berkaitan dengan
jumlah perguruan tinggi yang membuka program
media massa, langsung maupun tidak langsung. Hal
Ilmu Komunikasi. Namun, orientasi Ilmu
tersebut membuat universitas-universitas yang
Komunikasi yang menjadi penyedia tenaga-tenaga
memiliki jurusan Ilmu Komunikasi benar-benar
pekerja terlatih dalam industri media tersebut
diarahkan pada konsentrasi-konsentrasi yang
memberikan implikasi negatif terhadap Ilmu
diarahkan untuk media massa.
Komunikasi itu sendiri. Ilmu Komunikasi menjadi
Perkembangan industri media, media cetak sangat identik dengan istilah: Jurnalistik, Hubungan
maupun online misalnya, memacu kebutuhan akan Masyarakat, Periklanan, Penyiaran dan Manajemen
tenaga pekerja seperti wartawan, editor, penyunting Komunikasi, istilah yang sifatnya sangat aplikatif
gambar, staf redaksi. Slot-slot yang akan dipenuhi (terapan). Ilmu Komunikasi tidak didudukkan
oleh lulusan Ilmu Komunikasi, dari jurusan sebagai sebuah kajian teoretik yang
Jurnalistik. Untuk jurusan Manajemen Komunikasi, epistemologinya dapat terus berkembang, tetapi
mereka akan menjadi pengisi slot-slot pekerjaan sebagai sebuah kajian terapan yang berimplikasi
yang terdapat di industri media, maupun pihak- pada keseragaman dalam konteks pengkajian Ilmu
pihak yang terkait dengan industri media. Seperti Komunikasi.
Industri rumah produksi yang menyuplai berbagai
Teori-teori kiri (marxist) dieliminir dalam
program acara TV swasta, maupun perusahaan
berbagai kajian Ilmu Komunikasi, termasuk analisis

142
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 6 No.2 2019
Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia: Instrumentalisasi Kuasa dan Mekanisme Pasar
Justito Adiprasetio

kelas, analisis historis, anak-anak teori tersebut New Left Review, sebagai ikhtiar untuk menganalisis
yang kemudian dianggap berada di luar domain dari berbagai permasalahan sosial. Dalam kajian Ilmu
Ilmu Komunikasi, seperti teori pasca-kolonial yang Komunikasi sendiri kita mengenal nama-nama,
belum pernah dimasukkan sebagai bagian dari seperti Raymond Williams, yang bukunya digunakan
kurikulum mata kuliah Komunikasi Antar-Budaya, sebagai salah satu buku wajib kajian televisi, dan
di jenjang kesarjanaan maupun pasca-sarjana Stuart Hall yang namanya kerapkali dikutip oleh
berbagai universitas. Padahal Indonesia, adalah banyak ahli Ilmu Komunikasi dalam teori-teorinya,
entitas yang mengalami gejalap-gejala pasca- seperti: representasi; identitas; encoding-decoding,
kolonial, seperti keberadaan subjek ambivalen, dst. Mekarnya Cultural Studies di Indonesia ditandai
hibriditas, bila menilik dari berbagai analisis, dari dengan terbitnya Jurnal Kalam (pertamakali terbit
dalam maupun Indonesianis asing yang dapat tahun 1994). Kemunculan Kalam menjadi pembeda
ditemukan di paper-paper ilmiah Cultural Studies dari jurnal-jurnal yang muncul pada saat itu, seperti
dan Media Studies yang menjadikan Indonesia Prisma, jurnal-jurnal ilmu-ilmu sosial, ekonomi dan
sebagai fokus bahasan politik yang sangat berpengaruh di kalangan
intelektual Indonesia pada dekade 70-an dan 80-an.
Cultural Studies sendiri, diskursusnya mulai
Nama-nama seperti Adorno, Horkheimer, Benjamin,
dikenal di Indonesia pada dekade tahun 90-an.
Habermas dari Frankfurt School, intelektual-
Pengaruh dari mazhab Birmingham School, yang
intelektual seperti Foucault, Derrida, Deleuze, Lacan
menggunakan teori-teori dari berbagai horizon
dst menjadi nama-nama yang ramai dibicarakan
ilmu, dengan nafas Frankfurt School dan Filsafat
dalam diskursus pengkajian ilmu sosial pada saat itu
Prancis mendapatkan angin segar, dan berjalan
sebagai efek dari mulai mekarnya Cultural Studies,
dengan sinergi dengan kondisi politik pergerakan
selain tokoh-tokoh Birmingham School sendiri.
pada saat itu. Cultural Studies di Birmingham School
Pasca terbitnya Kalam, bermunculan berbagai
yang induk semangnya adalah CCCS (Centre for
lembaga yang membidani dan memberikan fokus
Contemporary Cultural Studies), pada taun 1950-an
pada Cultural Studies tersebut, yaitu munculnya
dianggap sebagai pendobrak karena melakukan
Lembaga Peneliti Kebudayaan Realino, yang
analisis politik pada berbagai gejala sosial yang
terintegrasi dengan Universitas Sanatha Dharma.
menempatkan sebagian dari anggota masyarakat
Pada tahun 1999, di Yogyakarta berdiri Kunci
sebagai golongan yang tersubordinasi. Nama-nama
Cultural Studies, kemudian berdiri Pusat Studi
seperti Raymond Williams, E.P. Thompson, Perry
Kebudayaan (PSK) UGM yang dikomandoi oleh
Anderson, Tom Nairn, dan Terry Eagleton adalah
Faruk H.T, Heru Nugroho dan Ariel Heryanto. Selain
nama yang menjadi bagian pemrakarsa CCCS. Para
lembaga penelitian, juga berturut-turut muncul
pakar ini mempelopori pembahasan atas karya-
beberapa buku yang bertema Cultural studies dan
karya Marx Muda dan Hegel yang menganalisis
diterbitkan oleh penerbit yang mengkhususkan diri
politik, masyarakat, dan kebudayaan populer.
pada Cultural Studies seperti Jalasutra, Kreasi
Mereka menerbitkan jurnal pemikiran kiri baru,
Diskursus, Pustaka Pelajar, dan penerbit lainnya
143
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 6 No.2 2019
Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia: Instrumentalisasi Kuasa dan Mekanisme Pasar
Justito Adiprasetio

yang mayoritas berdomisili di Yogyakarta. Namun jelas-jelas menjadikan karya-karya Karl Marx
dalam perkembangannya, berbeda dengan Sosiologi sebagai catatan kaki, tanpa usaha memahami Marx.
maupun Antropologi, Ilmu Komunikasi belum Tidak hanya itu, pengaruh Cultural Studies yang
pernah benar-benar mengakomodir Cultural memberikan jejak pada berbagai penelitian Ilmu
Studies, sebagai sebuah tema utama dalam bahasan. Komunikasi di Indonesia di berbagai level
kesarjanaan, tidak menampak dalam pebincangan
Pada perkembangannya, pengkajian Ilmu
terkait kurikulum Ilmu Komunikasi yang
Komunikasi di Indonesia memang mendapatkan
diprakarsai oleh Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu
pengaruh dari tren Cultural Studies dan pengkajian
Komunikasi (ASPIKOM), Communication Review
ekonomi-politik di Indonesia, namun pengaruh
(2012). Teori-teori tersebut hanya menjadi
tersebut tidaklah menjadikan kajian-kajian itu
sampingan, dari orientasi Ilmu Komunikasi yang
bersinergi dengan kurikulum Ilmu Komunikasi di
utama, yaitu menghasilkan lulusan yang “dengat
Indonesia pada umumnya. Salah satu buktinya
cepat” dapat diserap oleh pasar dan dengan begitu
adalah dengan dibukanya Program Studi Kajian
mengikuti kebutuhan pasar. Orientasi yang
Budaya dan Media (KBM) d yang bernaung di bawah
membuat Ilmu Komunikasi sebagai ilmu, dan
Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
sebagai kajian menjadi mandeg (Rahardjo, 2013:
KBM, walaupun dalam tulisan Budi HH (2013: 39)
13).
dikategorikan sebagai salah satu program
pascasarjana Ilmu Komunikasi, namun dalam Dalam perkembangannya, kemandegan
praktiknya, KBM lebih sering dianggap sebagai dalam kajian-kajian Ilmu Komunikasi bersilangan
program studi yang mengakomodir, kajian-kajian dengan perkembangan industri media-massa yang
yang tak bisa ditampung, atau dianggap liyan dari tidak sehat. Bila pada awalnya 1998, dianggap
kajian-kajian Ilmu Komunikasi pada umumnya. sebagai angin segar pembuka pintu represi terhadap
media, ternyata seiring perkembangannya, harapan
Pengaruh tren Cultural Studies juga
tersebut jauh panggang dari api. 1998 adalah
memberikan pengaruh terhadap produk penelitian.
pembuka terjadinya praktik oligopoli dalam industri
Berbagai analisis, seperti Semiotika, Analisis
media massa. Data dan analisis yang dipaparkan
Diskursus, Analisis Diskursus Kritis, Analisis
oleh Nugroho (2012) dan Lym (2012) menunjukkan
Ekonomi Politik memang dikenal sebagai metode-
adanya oligarki dalam industri media massa di
metode yang digunakan untuk menyelesaikan
Indonesia. Terdapat pemusatan dalam peta kapital
skripsi di tingkat kesarjanaan. Namun di level
dan kepemilikan media-media di Indonesia. Jebolan-
pengkajiannya, ia tidak masuk ke dalam kurikulum.
jebolan Ilmu Komunikasi, mau tak mau harus
Sarjana-sarjana Ilmu Komunikasi, memang
melayani perkembangan industri media yang tidak
kerapkali mengutip buku Vincent Mosco yang
sehat tersebut. Lemahnya kajian-kajian ekonomi-
berjudul The Political of Communication (2009).
politik (yang menggunakan analisis kelas) media
Namun, terasa naif dan hanya menjadi main-main
yang berbasis di universitas memperparah kondisi
belaka, ketika membicarakan buku Mosco yang

144
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 6 No.2 2019
Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia: Instrumentalisasi Kuasa dan Mekanisme Pasar
Justito Adiprasetio

tersebut. Pekerja-pekerja media tidak mendapatkan G. Kesimpulan


cukup bekal untuk memproblematisir kondisi yang
Tumbangnya Orde Baru, pada dasarnya
mereka alami sendiri, karena minimnya
memberikan berbagai harapan terhadap ilmu-ilmu
pengetahuan mereka tentang analisis kelas. Jebolan
sosial yang ada di Indonesia. Namun, harapan
Ilmu Komunikasi yang kemudian bekerja di media
tersebut cenderung tumpul di hadapan Ilmu
massa, hanya menjadi skrup-skrup pengisi laju
Komunikasi. Mengutip tuturan Rahardjo (2012),
kapitalisme industri media massa.
komunikasi kerapkali hanya dianggap sebagai
Walaupun, begitu, masih terdapat noktah sebuah kajian teoretik yang penyelenggara
resistensi dalam perkembangan pengkajian keilmuannya memiliki orientasi menghasilkan
dan/atau Ilmu Komunikasi di Indonesia. Bahwa lulusan yang cepat diserap oleh pasar. Ilmu
tidak semua hal benar-benar mandeg, terdapat Komunikasi condong memihak pada pasar dan
perkembangan yang dapat ditelisik dalam beberapa menjadi pelayan industri media massa dan
hal. Seperti, dibukanya Program Pascasarjana Ilmu informasi yang popularitasnya meledak pasca
Komunikasi FISIP UI yang memiliki konsentrasi atau tumbangnya Orde Baru, ketimbang berposisi
peminatan “baru” yaitu manajemen komunikasi sebagai ilmu sosial yang memiliki kajian
politik. Ilmu Komunikasi, FISIP UI memang cukup epistemologi yang ketat. Ilmu Komunikasi menjadi
populer dalam peta percaturan kajian Komunikasi penyedia calon-calon buruh terlatih dalam berbagai
Politik di Indonesia. Juga masuknya mata kuliah, bidang informasi dan industri media massa, seperti
ekonomi-politik dalam peta kurikulum Ilmu tenaga Hubungan Masyarakat, Marketing
Komunikasi, yang di-pioneer-kan oleh Universitas Communication, Jurnalis, Praktisi Periklanan dsb.
Gadjah Mada. Hal yang saya tengarai diskursusnya
Artikel ini adalah sebuah usaha untuk
dimulai bersamaan dengan munculnya beberapa
menemukan jalan bagi perkembangan Ilmu
paparan tentang tulisan-tulisan tentang filsafat
Komunikasi. Dengan ikhtiar untuk mengisi
kritis dari Dedy N. Hidayat seorang sarjana Ilmu
kosongnya horizon studi terkait metamorfosa Ilmu
Komunikasi dari Universitas Indonesia, pada
Komunikasi, maka artikel ini disusun merentang
penghujung dekade 90-an dan awal 2000-an, dan
jauh untuk menunjukkan kontinuitas dan
kritik dari Agus Sudibyo (2004), walaupun masih
diskontinuitas wacana pada masa Orde Baru hingga
belum bisa mengejar ketertinggalannya, pengajaran,
Pasca Orde Baru. Beberapa temuan dalam studi ini
juga pengkajian ekonomi-politik setidaknya, telah
diharapkan dapat memberikan sumbangan
diretas dengan masuknya kajian tersebut ke dalam
terhadap ide-ide dari perkembangan pengkajian
kurikulum. Ekonomi-politik telah diperhitungkan
maupun ilmu komunikasi itu sendiri. Misalnya,
dalam diskursus Ilmu Komunikasi di Indonesia.
paparan bahwa Hubungan Masyarakat sebagai
Beberapa kampus, seperti Universitas Padjadjaran
sebuah diskursus melaju bersama dengan aras
misalnya, turut serta memasukkannya ke dalam
kapital, maka selayaknya dipikirkan untuk
kurikulum kesarjanannya.
mengadopsi berbagai varian baru dari teori-teori

145
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 6 No.2 2019
Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia: Instrumentalisasi Kuasa dan Mekanisme Pasar
Justito Adiprasetio

Hubungan Masyarakat yang cenderung bersifat memeriksa diskursus komunikasi, sebagai sebuah
emansipatoris, seperti berbagai konsep Critical kajian dan ilmu, dan tentu saja relasinya dan sifatnya
Public Relations, yang sudah cukup lama diujicoba di yang inheren dengan kekuasaan. Tujuannya, tentu
Eropa (L’Etang & Pieczka, 1997; L’Etang, 2005; saja untuk terus mendekati utopia emansipasi
Daymon & Demetrious, 2016). Begitupun, dengan dalam diskursus keilmuan komunikasi itu sendiri.
paparan bahwa Ilmu Komunikasi selalu identik
dengan kajian yang sifatnya terapan, maka
diperlukan langkah untuk memulai kajian Daftar Pustaka

epistemologis komunikasi dari berbagai perspektif Alatas, Syed Farid. 2006. Alternative Discourses in
dan varian teori dengan sistematis. Tak terkecuali Asian Social Sciences: Responses to
varian teori yang sebelumnya dianggap janggal Eurocentrism. Sage: India.

berada dalam kajian Ilmu Komunikasi, seperti Antoni. 2004. Riuhnya Persimpangan Itu: Profil dan
Marxisme maupun kajian-kajian Pasca-Kolonial, Pemikiran Para Penggagas Kajian Ilmu
Komunikasi. Solo: Tiga Serangkai.
atau bahkan meretas pendekatan Ilmu Komunikasi,
Ayish, M. I. 2003. “Beyond Western-Oriented
yang memiliki corak alternatif, dengan
Communication Theories A Normative
mempertimbangkan konteks di mana ia dibesarkan. ArabIslamic Perspective.” Journal of the
Seperti yang sebelumnya telah dimulai oleh Wimal European Institute for Communication and
Dissanayake (1983; 1986; 2003) saat Culture, 10(2): 79-92.

menghadirkan perspektif Asiatic pada Ilmu Badjari, Atwar. 2010. 50 tahun dedikasi bagi negeri:
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas
Komunikasi, dan coba terus dipantik oleh akademisi
Padjadjaran. Bandung: Fikom Unpad.
lain, seperti Ayish (2003) dan Gunaratne (2009).
Booth, Ann dan peter McCawley, 1981. “Indonesia
Dissanayake dalam beberapa tulisannya
Economy since the Mid-Sixties” dalam buku
menonjolkan bahwa praktik komunikasi di Asia Ann Botth dan Peter McCawley, The
memiliki ciri yang plural, sehingga diperlukan teori Indonesian Economy during the Soeharto Era.
Kuala Lumpur; Oxford University Press.
dan model khusus untuk menjelaskannya, dan
tentunya tidak bisa semena-mena mencangkok dari Dahlan, M. A., 1978, “The State of Public Relations in
Indonesia.” Warta Perhumas, Mei: 7-8.
teori atau model komunikasi yang berlaku di
Amerika maupun Eropa. Pada posisi Dissanayake, Dahlan, M. A., 1994, Profesi Humas Pemerintah
Menghadapi Globalisasi. Makalah
tersebut, maka paparan Alatas (2006) menjadi
disampaikan pada Konvensi Nasional
relevan, dan dapat menjadi salah satu pegangan, Humas Surabaya, 24-26 September.
bahwa diperlukan diskursus alternatif terkait ilmu
Dale Scott, P, 1985. “The United States and the
sosial Asia. Overthrow of Sukarno, 1965-1967”, Pacific
Affair, Vol. 58 (2).
Menyadari berbagai kekurangan data yang
Daymon, C., & In Demetrious, K. 2016. Gender and
terdapat dalam paparan artikel ini, saya berharap
Public Relations: Critical Perspectives on
masih akan ada studi lanjutan yang jauh lebih serius Voice, Image and Identity. London:
Routledge.
146
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 6 No.2 2019
Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia: Instrumentalisasi Kuasa dan Mekanisme Pasar
Justito Adiprasetio

Dhakidae, Daniel. 2003. Cendekiawan dan Hill, David. T. 2011. Pers di Masa Orde baru. Jakarta:
Kekuasaan dalam Negara Orde Baru. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Gramedia Pustaka Utama.
Herlambang, Wijaya. 2013. Kekerasan Budaya Pasca
Dhakidae, Daniel. Hadiz, Vedi R. (ed.). 2006. Ilmu 1965: Bagaimana Orde Baru Melegitimasi
Sosial dan Kekuasaan di Indonesia. Jakarta: Anti-Komunisme Melalui Sastra dan Film.
Equinox Publishing Indonesia dan Ford Jakarta: Marjin Kiri.
Foundation.
Heryanto, Ariel. 2004. “Intelektual Publik, Media,
Dissanayake, W. 1986. “The Need for the Study of dan Demokratisasi: Politik Budaya Kelas-
Asian Approaches to Communication”. Menengah Indonesia” dalam Ariel Heryanto
Media Asia Vol 13(1): 6-13. dan Sumit. K. Mandal (Eds), Menggugat
Otoriterisme di Asia Tenggara: Perbandingan
Dissayanake, W. 1988.” The Need for Asian
dan Pertautan antara Indonesia dan
Approaches to Communication.” In W.
Malaysia. Jakarta: KPG.
Dissayanake (Ed.), Communication Theory:
The Asian Perspective. Singapore: AMIC. Heryanto, Ariel. 2006. “Kiblat dan Beban Ideologis
Ilmu Sosial Indonesia” dalam Vedy Hadiz
Dissanayake, W. 2003. “Asian Approaches to Human
dan Daniel Dhakidae (Eds), Ilmu Sosial dan
Communication: Retrospect and Prospect:.
Kekuasaan di Indonesia. Jakarta-Singapore:
Intercultural Communication Studies, Vol
Equinox Publishing.
12(4): 17-38.
ISKI Semarang. 1987. Perkembangan Ilmu
Farid, Hilmar. 2004. “Masalah Kelas dalam Ilmu
Komunikasi di Indonesia dalam Kurun Waktu
Sosial di Indonesia” dalam Vedy Hadiz dan
1965-1985. Kerjasama Lembaga Ilmu
Daniel Dhakidae (Eds), Ilmu Sosial dan
Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan Ikatan
Kekuasaan di Indonesia. Jakarta-Singapore:
Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Cabang
Equinox Publishing.
Semarang.
Feith, Herbert. 1979. Repressive Developmentalist
Kincaid, D. Lawrence & Schramm, Wilburr. 1977.
Regime in Asia: Old Strength New
Asas-asas Komunikasi Antar Manusia.
Vulnerabilities. Artikel disampaikan dalam
Jakarta: LP3ES.
New York Conference of the World Order
Model Project. Kleden, Ignas. 1986. Sikap Ilmiah dan Kritik
Kebudayaan. Jakarta: LP3ES.
Foucault, M. & , Sheridan, A. 1972. The Archaeology
of Knowledge. New York: Pantheon Books. Kuswarno, Engkus. 2009. Perkembangan Pendidikan
Tinggi Ilmu Komunikasi. Disampaikan dalam
Gunaratne, S. A. 2009. “Asian Communication
Lokakarya Pengembangan Program Studi
Theory” in S. W. Littlejohn & K. Foss (Ed),
Ilmu Komunikasi dan Desain Kompetensi
Encyclopedia of Communication Theory.
DIKTI-ASPIKOM, Surakarta 2-3 Desember
California: Sage Publications.
2009.
Hadiz, Vedi. R. 2005. Dinamika Kekuasaan: Ekonomi
Lane, M. 2014. Ingatan Revolusi, Aksi Massa, dan
Politik Pasca-Soeharto. Jakarta: LP3S.
Sejarah Indonesia: Unfinished nation.
Haryanto, Ignatius. 2006. Indonesia Raya Dibredel. Yogyakarta: Penerbit Djaman Baroe.
Yogyakarta: LKiS.
L'Etang, J., & Pieczka, M. 1997. Critical Perspectives in
Haryanto, Ignatius. 2008. Propaganda, Kuasa, dan Public Relations. Boston: International
Pengetahuan: Genealogi Ilmu Komunikasi di Thomson Business Press.
Indonesia, (Suatu Penelusuran Awal).
147
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 6 No.2 2019
Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia: Instrumentalisasi Kuasa dan Mekanisme Pasar
Justito Adiprasetio

L'Etang, J. 2005. “Critical Public Relations: Some Wardaya(Ed), Menelusuri Akar


Reflections.” Public Relations Review Vol. 31 Otoritarinisme Indonesia,. Jakarta: Elsam.
(4): 521-526.
Putra, I G. N., 1996, Public Relations Practice in
Levine, David. 1969. “History and Social Structure in Indonesia: A Case Study of a Commercial
The Study of Contemporary Indonesia”. Television Station and a State University.
Indonesia, 9. Thesis MA tidak diterbitkan, University of
Canberra, Australia.
Lim, Merlyna. 2012. “The Leuge of Thriteen: Media
Concenctration in Indonesia”. Journal of Rahardjo, Turnomo. 2012. “Keseragaman Atau
Communication 62 (2). Keberagaman: Gagasan Alternatif untuk
Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi di
MacDougal, John James. 1986. “The Technocratic
Indonesia” dalam Setio Budi (Ed),
Model of Modernization: The Case of
Communicaton Review: Catatan Tentang
Indonesia’s New Order”, Asian Society Vol 16
Pendidikan Komunikasi di Indonesia, Jerman
(II): 66-83.
dan Australia,. Yogyakarta: Buku Litera.
McVey, Ruth dan Anderson, Benedict, 1971. A
Robison, Richard. 2013. Soeharto dan Bangkitnya
Preliminary Analysis of the October 1, 1965
Kapitalisme Indonesia. Jakarta: Komunitas
Coup in Indonesia. Ithaca: Modern Project
Bambu.
Cornell University.
Roosa, J. 2008. Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan
Mulyana, Deddy. 2010. 50 Tahun Fikom-Kilas Balik,
30 September dan Kudeta Suharto. Jakarta:
Kekinian dan Impian: Pidato pada Dies
Institut Sejarah Sosial Indonesia.
Natalis ke-50 Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Padjadjaran. Bandung: Fikom Samuel, Henneman. 2010. Genealogi Kekuasaan Ilmu
Unpad. Sosial Indonesia: Dari Kolonialisme Belanda
hingga Modernisme Amerika. Jakarta: Kepik
Morfit, Michael. 1981. “Sistem Penelitian Ilmu
Ungu.
Sosial”, Majalah Prisma, 10.
Shirasihi, Saya Sasaki. 2009. Pahlawan-Pahlawan
Mosco, V. 2009. The Political Economy of
Belia, Keluarga Indonesia dalam Politik.
Communication. Los Angeles: Sage
Jakarta: Nalar.
Publications.
Siegel, James T. 2000. Penjahat Gaya (Orde) Baru:
Narwaya, Tri Guntur. 2006. Matinya Ilmu
Eksplorasi Politik dan Kejahatan.
Komunikasi. Yogyakarta: Resist Book.
Yogyakarta: LKIS.
Nugroho, Heru. 2006. “Ekonomi Politik Pendidikan
Sudibyo, Agus. 2004. “Absennya Pendekatan
Tinggi: Universitas Sebagai Arena Perebutan
Ekonomi Politik untuk Studi Media” dalam
Kekuasaan” dalam Vedy Hadiz dan Daniel
Nunung Prajarto (Ed), Komunikasi, Negara
Dhakidae (Eds), Ilmu Sosial dan Kekuasaan di
dan Masyarakat. Yogyakarta: FISIPOL UGM.
Indonesia. Jakarta-Singapore: Equinox
Publishing. Susanto, S. Astrid. 1974. Komunikasi dalam Teori dan
Praktek jilid II: Komunikasi Pembangunan
Nugroho, Yanuar. Putri, Dinita Andriani. Laksmi,
dan Masalahnya. Bandung: Binacipta.
Shita. 2012. Mapping the Landscape of the
Media Industry in Contemporary Indonesia, Susanto, S. Astrid. 1976. Filsafat Komunikasi.
Jakarta: Ford Foundation. Bandung: Binacipta.

Oetomo, Dede. 2007. “Militer(Isme), Intelektual dan Susanto, S. Astrid. 1977. Komunikasi Kontemporer.
bahasa Politik Indonesia” dalam Baskara. T. Bandung: Binacipta.
148
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 6 No.2 2019
Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia: Instrumentalisasi Kuasa dan Mekanisme Pasar
Justito Adiprasetio

Susanto, S. Astrid. 1980. Komunikasi Sosial di


Indonesia. Bandung: Binacipta.

Susanto, S. Astrid. 1984. Sosiologi Pembangunan.


Bandung: Binacipta.

Sendjaja, Djuarsa S. 2006. Ilmu Komunikasi di


Indonesia. Makalah disampaikan dalam
rangka Pembukaan Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Tarumanagara
Jakarta Juli. 2006.

Tirtosudarmo, Riwanto. 2007. Perkembangan Ilmu-


Ilmu Sosial: Sebuah catatan perjalanan
dalam Mencari Indonesia Demografi-Politik
Pasca-Soeharto. Jakarta: LIPI&YOI.

Utami, Ayu. Hasibuan. Imran, Santoso. Siregar,


Liston, P (Eds). Bredel 1994: Kumpulan
Tulisan Tentang Pembredelan Tempo, Detik,
Editor. Jakarta: Aliansi Jurnalistik Indonesia.

Wertheim, W.F, 1970. “Suharto and the Untung Coup


– the Missing Link”, Journal of Contemporary
Asia 1(2).

149

Anda mungkin juga menyukai