Kalau bicara keamanan dan kenyamanan di suatu tempat tentu kita akan mengaitkan petugas keamanan
atau security. Seperti halnya di bandara, terminal, hotel, mall, pasar, perkantoran dan perumahaan, ini
tentu akan berbeda petugas security-nya di masing-masing lokasi.
Lain halnya security bandara. Dalam pelaksanaan kerjanya mereka harus berpedoman kepada regulasi
Internasional, aturan tersebut adalah harga mati, dikaitkan dengan keselamatan penerbangan.
Konon, Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menjadi seorang Security Bandara yang dikelola oleh
Angkasa Pura II (AP II) harus memiliki sertifikat terlebih dahulu, soalnya kompetensi di lapangan secara
tehnik akan dan harus berhadapan terhadap segala permasalahan. Ini sudah barang tentu banyak
menimbulkan konflik tempat mereka bertugas, karena itu mereka dibekali aspek-aspek yang bersifat
melayani (service) yang baik dan ada ketentuan suka atau tidak suka yang harus ditaati oleh pemakai
jasa di seputar bandara.
Bekal pendidikan Service Excellent menjadi penting karena disini dituntut harus tegas tetapi harus dengan
perilaku santun. Dan yang cukup berat bagi seorang security bandara, ia harus memahami berbagai
macam karakter pengguna jasa di bandara .
“Yang paling berat bagi security Bandara Soekarno-Hatta di sini adalah bagaimana mereka mengelola
konflik dan menyelesaikan konflik dan juga para pengguna jasa yang kurang mentaati ketentuan-
ketentuan yang ada,” papar Andang Santoso, PLT Public Relation Manager.
Andang menambahkan lagi, peristiwa yang pernah terjadi, semisal adanya konflik, itu menjadi pelajaran
untuk ke depan dengan cara melakukan pendekatan yang lebih baik dan bisa diterima oleh para
pengguna jasa.
Bagi seorang security bandara yang memiliki sertifikat aviation security, tentunya berbeda. Untuk
mendapatkan sertifikat tersebut ada pendidikan khusus tentang security kebandar udaraan dan tanpa itu
tidak bisa ditugaskan diarea khusus. Untuk Security yang belum memiliki sertifikat tersebut mereka
biasanya bertugas di public area.
Walaupun mereka sudah diberikan pengetahuan secara umum kebandar udaraan, mereka juga
mendapatkan pendidikan aspek kepolisian. Dalam pendidikan pun tidak boleh mengganggu rutinitas
operasional, maksimal dalam satu kelas tidak lebih dari 30 orang.
Faktor kesulitan yang mereka hadapi sehari-hari biasanya adalah saat melakukan penertiban bagi
pengguna jasa di seputar bandara yang belum memahami ketentuan, peraturan dasar yang berlaku di
keselamatan penerbangan.
”Contoh, ada kejadian seperti pengantar dapat masuk bandara, dengan mudahnya karena uang tips Rp.
50 ribu ke security bandara. Nah, ini kan perbuatan yang tidak mencerminkan seorang security bandara
yang baik, tapi kalau disalahkan saya katakan kedua belah pihak yang salah. Karena ini sama saja
memberikan peluang. Tanpa disadari, siapa tahu teroris atau penyelundup yang menyusup, kan
perbuatannya itu bisa mengacaukan bandar udara,” tukas Andang Santoso.
Pengalaman yang boleh dibilang cukup berat saat paska kejadian bom JW Mariot tempo hari di Mega
Kuningan. Dampaknya, pengamanan di seputar bandara menjadi super ketat dan harus melakukan
beberapa langkah, diantaranya, security sandara akan memeriksa lebih ketat dan teliti apa dan siapa
saja yang memasuki daerah terbatas (security trafic area) dari daerah steril termasuk semua barang
bawaan dan tidak peduli siapapun, terkecuali RI-1 dan R -2. Dan tentunya, saat ada pejabat pemerintah
pusat, pemerintah daerah, anggota dewan, tokoh mau diperiksa, security Bandara harus memberikan
salam permohonan maafnya terlebih dahulu.
Kemudian, memeriksa dan mencocokkan tiket dengan identitas seperti KTP atau surat izin masuk bagi
calon penumpang dan petugas awak pesawat. Untuk di area control, security bandara wajib melaksakan
pemeriksaan secara teliti terhadap kendaraan penumpang dan muatan yang akan memasukinya, juga
dengan mitra kerja diharapkan turut mengawasi untuk melakukan pengamatan tempat vital.
Dalam pidatonya, saat meresmikan gedung baru Garuda Indonesia di kawasan Bandara Soekarno-Hatta,
Cengkareng, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berpesan bahwa jangan karena ada ancaman
terorisme yang mengemuka, baru kita sibuk sepanjang masa harus ada langkah-langkah kongkrit di
dalam menjalankan SOP (standar operational prosedur) dan juga langkah-langkah pencegahan.
“Semua, bukan saya saja yang akan lewat, tetapi juga lorong karyawan, tempat catering dan lainnya,
mesti dicheck , diawasi dan di yakini semua sudah steril. Saya sering mengkritik, kadang-kadang
dianggap sudah kenal karyawan disitu tidak curiga, lantas tidak diperiksa dengan seksama,” papar SBY.
Sukanya, kata Ilham, paling senang kalau semua pemakai jasa mentaati peraturan yang ada di bandara,
contohnya di daerah area pemeriksaan lewat x-ray, bagi yang mentaati peraturan tanpa disuruh sudah
melakukan apa yang harus dilakukan. Begitu pun di arena parkir yang taat peraturan otomatis sudah tahu
tempat parkir yang diperbolehkan.
Sementara syarat-syarat menjadi seorang security bandara tidaklah begitu sulit, yang penting mempunyai
pengetahuan lulusan minimal SLTA, berbadan sehat, tinggi tidak kurang dari 165 cm, dan tidak terlibat
urusan kepolisian, tidak mengkonsumsi narkoba, surat izin dari orang tua dan begitu juga surat kelakuan
baik yang dikeluarkan oleh kepolisian.
Untuk pelatihan khusus di sini ada Diklat Wajib diantaranya, Basic AVSEC (Aviation Security), Junior
AVSEC, Senior AVSEC, dan ada Diklat tambahan yaitu Advance AVSEC, di antaranya Crisis
Management, Negotiation, Exercise, dan ada Special AVSEC yaitu Auditor/Inspector, Instructor.
Junior AVSEC, lama Diklat hanya sekitar dua minggu, materi yang diberikan antara lain peralatan
security, pemeriksaan dengan alat security yaitu WTMD, HHMD, X-ray, Explosive detector. Kewenangan
(rating) yaitu Operator X-ray, operator Explosive detector.
Basic AVSEC (Aviation Security) for Airlines & Ground Handling mengacu kepada Surat Keputusan
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/252/XII/2005 tentang program nasional pendidikan
dan pelatihan pengamanan penerbangan sipil dan SKEP 293/IX/1999 tentang sertifikat petugas
penanganan bahan dan atau barang berbahaya dengan pesawat udara Syllabus diklat tersebut terdiri dari
syllabus Diklat AVSEC, meliputi Basic AVSEC, Junior AVSEC dan Senior AVSEC serta Syllabus
Dangerous Goods A dan B. “Lama pendidikan hanya 10 hari denga biaya Rp 2,9 juta,” jelas Djasman
Karimin, Direktur Das Aviation Training Centre (DATC) penyelenggara pendidikan Aviation Security
kepada Aviasi.