com
http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii
DOI: 10.15294/jpii.v5i2.7676
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan secara kooperatif menggunakan
konteks pembelajaran yang berbeda. Quasy eksperimen postest only control group design dipilih sebagai desain eksperimen
dengan menggunakan dua kelas yang setara sebagai sampel. Kelas pertama (15 MIA 5, n = 30) diajar dengan menggunakan isu-
isu socioscientific (SSI) sebagai konteks pembelajaran dan kelas kedua (15 MIA 6, n = 30) tidak. Instrumen penelitian berupa tes
yang terdiri dari 16 butir soal pilihan ganda yang dikembangkan berdasarkan indikator berpikir kritis Ennis. Instrumen ini telah
divalidasi dan reliabilitasnya disetujui dengan r = 0,765. Nilai post-test siswa dianalisis menggunakan t-test dengan SPSS 16 for
Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik kemampuan berpikir kritis siswa antara dua kelas berbeda nyata
(Asym. Sig = 0,037). Siswa yang diajar menggunakan SSI memiliki skor lebih tinggi (73,96) daripada yang tidak (66,04). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan socioscientific issues (SSI) sebagai konteks pembelajaran berpengaruh signifikan
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMA.
(1) saling ketergantungan positif (positive Sampel yang digunakan dalam penelitian
interdependence); (2) interaksi langsung/muka (promotive ini adalah dua kelas X di salah satu SMA di
interaction); (3) tanggung jawab individu (individual Malang dan dipilih dengan teknik convenience
accountability); (4) efektivitas proses kelompok (group sampling. Berdasarkan hasil uji normalitas dan
processing); dan (5) keterampilan interaksi antar individu homogenitas, kelas kedua merupakan kelas
dan kelompok (social skills). Dengan terlibat aktif dalam dengan kemampuan siswa berdistribusi normal
diskusi selama pembelajaran kooperatif berlangsung, dan juga kelas homogen. Selain itu, kedua kelas
siswa dapat berinteraksi untuk menghadirkan strategi memiliki kemampuan awal yang sama dilihat
pemecahan masalah yang efektif pada masalah-masalah dari nilai mata pelajaran Kimia pada materi
sosio-ilmiah yang disajikan dengan semua aspek yang sebelumnya. Kedua kelas diterapkan untuk
terlibat di dalamnya. Dengan demikian, kemampuan memiliki model pembelajaran kooperatif. Satu
berpikir kritis siswa dapat berkembang. Beberapa kelas (15 MIA 5, n = 30) dipilih sebagai kelas
penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif eksperimen yang dibelajarkan dengan konteks
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa, SSI dan kelas lainnya (15 MIA 6, n = 30) tanpa
seperti penelitian yang dilakukan oleh KlimovienĖ dkk. ( penerapan konteks SSI. Hipotesis penelitian
2006), Nezami dkk. (2013), dan Valdezet al (2015). berikut menyatakan bahwa tidak terdapat
Salah satu materi pembelajaran kimia perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa baik
di kelas XI yang erat kaitannya dengan kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
kehidupan sehari-hari dan banyak Berdasarkan rancangan penelitian, variabel-
mengandung masalah sosio-ilmiah adalah variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
laju reaksi. Beberapa topik yang diangkat di variabel bebas, variabel kontrol, dan variabel terikat.
SSI antara lain pembelajaran tentang Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan
pemanfaatan tenaga nuklir sebagai sumber konteks pembelajaran isu socioscientific. Pembelajaran
energi listrik, dampak penggunaan kalsium tanpa konteks diharapkan dapat menghasilkan
karbida dalam pematangan buah, kontroversi keterampilan berpikir kritis yang berbeda dengan
minuman beralkohol, dan industri rokok di konteks. Variabel terikat dalam penelitian berikut adalah
Indonesia. Melalui kegiatan kooperatif, siswa keterampilan berpikir kritis, sedangkan variabel
berdiskusi untuk memberikan umpan balik kontrolnya adalah luas dan kedalaman materi
terhadap masalah dan mengambil solusi yang pembelajaran yaitu kecepatan reaksi, durasi pembelajaran
paling efektif untuk masalah yang akan dan strategi pembelajaran kooperatif.
muncul sebagai akibat dari keputusan Instrumen pengukuran menggunakan tes
tersebut. Dengan membahas isu-isu sosio- berpikir kritis yang terdiri dari 16 item soal pilihan
ilmiah tersebut, diharapkan kemampuan ganda yang dikembangkan berdasarkan indikator
berpikir kritis siswa akan terlatih. Karena itu, berpikir kritis Ennis (2011). Delapan indikator dari
Ennis yang dikembangkan menjadi instrumen butir tes
METODE meliputi (1) mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan menggunakan definisi kriteria
Penelitian berikut menggunakan metode eksperimen, yang sesuai; (2) bertanya dan menjawab pertanyaan
yaitu quasi-experimental design dengan posttest only group yang memerlukan penjelasan; (3) pertanyaan terfokus;
design (Creswell, 2012: 310) dengan skema seperti yang (4) untuk berinteraksi dengan orang lain; (5) induksi;
digambarkan pada Tabel 1 di bawah ini. (6) mengamati dan mempertimbangkan hasil
pengamatan; (7) menunjukkan atau membuat asumsi;
Tabel 1. Desain Studi dan (8) menyimpulkan dan menilai hasil deduksi.
Perlakuan Prates Posttest Indikator-indikator tersebut dipilih berdasarkan
kesesuaian dengan materi dan kegiatan pembelajaran
Eksperimental
- x HAI
1
yang memungkinkan adanya pelatihan keterampilan
kelas
berpikir kritis di dalam kelas. Instrumen tes telah
Kelas kontrol - HAI
2 divalidasi dan diuji sehingga diperoleh tingkat
Informasi: reliabilitas instrumen sebesar 0,765. Hasil pengujian
X: Pembelajaran Kooperatif konteks SSI pada dianalisis menggunakan uji-t dua kelas dengan SPSS
topik laju reaksi 16 for Windows. Hasil analisis kuantitatif digunakan
O :1 posttest kelas eksperimen yang dibelajarkan secara untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan
kooperatif dengan konteks SSI menjelaskan perbedaan kemampuan berpikir kritis
O 2: kelas kontrol posttest yang dibelajarkan secara siswa kedua kelas pada materi laju reaksi.
kooperatif tanpa konteks SSI Pembelajaran topik tentang laju reaksi dilakukan
dalam satu pertemuan dengan satu kali tes. Keduanya
YN Pratiwi, S. Rahayu, F. Fajaroh / JPII 5 (2) (2016) 164-170 167
kelas mempelajari materi pelajaran laju reaksi secara mempelajari hukum dan orde laju reaksi pada
kooperatif dengan tingkat keluasan dan kedalaman pertemuan keenam, para siswa membahas
yang sama. Masing-masing siswa di kedua kelas artikel kontroversial tentang aturan distribusi
memperoleh lembar kerja siswa (LKS) yang berisi minuman beralkohol. Dalam artikel ini
diskusi dan pertanyaan untuk memandu pemahaman dibahas alasan larangan konsumsi minuman
mereka tentang materi. Inti dari setiap pertanyaan beralkohol ditinjau dari ilmu pengetahuan
pada LKS untuk setiap kelas bertujuan untuk yang melibatkan reaksi orde nol dan reaksi
membantu siswa dalam mengkonstruksi orde satu. Oleh karena itu, setelah
pengetahuan. Selain untuk memenuhi tujuan tersebut, mempelajari konsep hukum dan orde laju
soal-soal pada kelas eksperimen dirancang untuk reaksi, siswa lebih mampu memahami artikel
melatih kemampuan berpikir kritis pada siswa secara tersebut. Dari sisi sosial, mahasiswa diminta
eksplisit. Hal ini berbeda dengan kelas kontrol yang menyampaikan pendapatnya tentang
hanya melakukan kegiatan kooperatif untuk melatih dampak pelonggaran aturan edar minuman
kemampuan berpikir kritis siswa. Gambar 1 di bawah beralkohol. Siswa juga diminta untuk
ini adalah contoh LKS dari masing-masing kelas. menjawab pertanyaan berpikir kritis terkait
Selain itu, kelas eksperimen yang dengan artikel yang disajikan. Dengan
melibatkan SSI sebagai konteks pembelajaran demikian, kemampuan berpikir kritis siswa
mengarahkan siswa untuk tidak hanya berdiskusi meningkat secara eksplisit.
tentang konsep yang berkaitan dengan laju reaksi
dan masalah yang terkait dengan konsep ini, tetapi HASIL DAN DISKUSI
juga melakukan kegiatan. Mereka juga terlibat aktif
dalam diskusi tentang empat kasus terkait laju Nilai rata-rata tes kemampuan berpikir kritis pada
reaksi, yaitu (1) Kontroversi PTLN di Indonesia; kedua kelas dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.
(2) Karbida, akselerator Pematangan Buah; (3) Gambar 3 menunjukkan bahwa rata-rata nilai siswa yang
Kontroversi minuman beralkohol; dan dibelajarkan dalam konteks SSI (MIA kelas 5) lebih tinggi
(4) Dilema Industri Rokok di Indonesia. Isu-isu tersebut daripada siswa yang belajar tanpa konteks SSI (MIA kelas
masing-masing dipresentasikan pada pertemuan 6). Nilai dari kedua kelas tersebut kemudian dianalisis
pertama, keempat, keenam, dan ketujuh sesuai secara kuantitatif menggunakan uji t dengan bantuan
dengan laju reaksi yang dipelajari. Misalnya, setelah SPSS 16 for Windows. Hasil dari
Meja 2. Hasil analisis uji-t pada tingkat kemampuan berpikir kritis dengan SPSS 16 for Windows.
kesempatan yang sama untuk berdiskusi dan serta kurangnya polusi menghasilkan keuntungan
mengkonstruksi pengetahuan laju reaksi. Selama dari pembangunan pabrik. Namun, tingkat
proses berlangsung, kemampuan berpikir kritis siswa kecemasan masyarakat terhadap kebocoran nuklir
diasah melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan yang akan datang seperti yang telah banyak
ke lembar kerja siswa. Namun pada kelas eksperimen diberitakan di media sosial mengenai kendala
yang dibelajarkan dalam konteks SSI, LKS tersebut PLTN. Selain itu, besarnya dana yang dibutuhkan
memuat empat pasal yang sesuai dengan konsep laju untuk pembangunan instalasi awal PLTN juga
reaksi antara lain: (1) Kontroversi PTLN di Indonesia; menjadi masalah yang perlu diperhatikan. Untuk
(2) Karbida, akselerator Pematangan Buah; (3) merumuskan solusi dari permasalahan tersebut,
Kontroversi Aturan Penjualan Minuman Beralkohol; siswa tidak hanya memperoleh keuntungan dari
dan (4) Dilema Industri Rokok di Indonesia. Pemilihan segi sains, tetapi aspek sosial juga perlu
isu tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa isu diperhatikan. Pemecahan masalah yang tidak
tersebut sudah umum berkembang di masyarakat, spesifik dan bersifat multisolusi akan melatih siswa
namun menimbulkan dilema dalam pengambilan berpikir kritis.
keputusan terkait isu tersebut. Dengan adanya artikel-
artikel ini, diharapkan mahasiswa memiliki lebih KESIMPULAN
banyak kesempatan untuk bertukar pikiran, baik
melalui diskusi kelompok maupun melalui diskusi Penerapan socioscientific issues (SSI)
kelas. Hal ini mengarah pada peningkatan sebagai konteks pembelajaran berpengaruh
kemampuan berpikir kritis siswa. signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis
Berdasarkan beberapa penelitian, siswa SMA. Dalam aplikasi pembelajaran ini,
pengintegrasian SSI dalam pembelajaran dapat muncul isu-isu kontroversial sebagai karakteristik
meningkatkan kemampuan berpikir kritis, diantaranya SSI yang mendorong siswa untuk lebih aktif
penelitian yang dilakukan oleh Tal & Kedmi (2006) dan berdiskusi dan berdebat untuk melatih
Eggert dkk. (2012). Menurut Ratcliffe & Grace (2003), kemampuan berpikir kritis mereka.
penggunaan SSI sebagai konteks pembelajaran dapat
melatih kemampuan berpikir kritis siswa melalui tiga REFERENSI
aspek penting, yaitu (1) siswa perlu memahami dan
mendeskripsikan situasi masalah yang melibatkan SSI; Chang, R. & Overby, J. 2011. Kimia Umum
(2) siswa merumuskan sejumlah solusi pemecahan Konsep Esensial Edisi Keenam. New York: Mc-
masalah yang memungkinkan pada situasi yang telah Graw-Hill.
Creswell, JW 2012. Penelitian Pendidikan: Perencanaan,
dpelajari; dan (3) siswa perlu mengevaluasi kembali
Melaksanakan, dan Mengevaluasi Penelitian
keputusan yang telah mereka buat sebelum keputusan
Kuantitatif dan Kualitatif Edisi Keempat.
tersebut dikomunikasikan dalam forum. Proses tersebut Boston:Pearson Education, Inc.
melatih siswa untuk berpikir lebih cermat dan lebih Departemen Pendidikan Nasional. 2009.rencana
reflektif dalam mengambil keputusan. Siswa tidak hanya Strategi Pendidikan Nasional 2005-2009.
menggunakan satu sumber untuk pertimbangan, tetapi (Online), (https://
memperhatikan sumber lain sebelum keputusan akhir akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/06/
diambil. Karena SSI melibatkan isu sains dan sosial, maka restra-depdiknas.pdf), diakses 6 April 2015.
mahasiswa perlu memperhatikan dampak yang akan Domènech, AM & Márquez, C.2013. Mempromosikan
Berpikir Kritis Siswa Melalui Desain
muncul dari kedua belah pihak. Misalnya tentang isu SSI
Penelitian Ilmiah Terkait SSI: Kasus ADHD.
pertama tentang pemanfaatan tenaga nuklir sebagai
Prosiding Konferensi ESERA.
pembangkit listrik di Indonesia. Menurut sains,
penggunaan pembangkit listrik tenaga nuklir akan Eggert, S., Ostermeyer, F., Hasselhorn, M., & Böge-
menguntungkan. Selain reaksinya yang cepat, energi holz, S. 2012. Pengambilan Keputusan
tinggi yang bisa dimanfaatkan Sosioscientific di Kelas IPA: Pengaruh
170 YN Pratiwi, S. Rahayu, F. Fajaroh / JPII 5 (2) (2016) 164-170
Petunjuk Metakognitif Tertanam pada Hasil menuntut. Pendidikan sains, 90 (4): 632-655.
Belajar Siswa. Artikel Penelitian Pendidikan Lederman, NG, Lederman, JS, & Antink, A.
Penelitian Internasional, http://dx.doi. org/ 2013. Hakikat Sains dan Inkuiri Ilmiah sebagai
10.1155/2013/309894. Konteks Pembelajaran Sains dan Pencapaian
Ennis, RH 1993. Penilaian Berpikir Kritis. NS- Literasi Ilmiah. Jurnal Pendidikan Internasional
ory ke dalam Praktek, (32) 3: 179-186. dalam Matematika, Sains dan Teknologi, 1(3):
Ennis, RH 2011. Sifat Berpikir Kritis: An 138-147.
Garis Besar Disposisi dan Kemampuan Berpikir Lee, HS, Liu, OL, Pallant, A., Roohr, KC, Pry-
Kritis. (Online), (http://www.criticathinking.net/ putniewicz, S., & Buck, ZE 2014. Penilaian
TheNatureofCriticalThinking_51711_000.pdf), Argumentasi Ilmiah yang Diresapi
diakses pada 6 Februari 2015. Ketidakpastian. Jurnal Penelitian dalam
Facione, PA 2013. Berpikir Kritis: Apa Itu dan Pengajaran Sains, 51(5): 581–605.
Mengapa Itu Penting?. California: Alasan Terukur Mahdi, JG 2014. Sikap Mahasiswa Terhadap Kimia
dan The California Academic Press. istry: Pemeriksaan Pilihan dan Preferensi.
Felder, RM & Brent, R. 2007. Pembelajaran Kooperatif Jurnal Penelitian Pendidikan Amerika, 2 (6):
ing, Pembelajaran Aktif: Model dari Ilmu 351-356.
Analitik, PA Mabrouk (ed), ACS Symposium Dewan Riset Nasional. 1996.Pendidikan Sains Nasional
Series 970 Bab 4 halaman 34–53. Standar kation. Washington: Pers Akademi
Washington: Masyarakat Kimia Amerika. Nasional.
Friedman, T.2007. Dunia Itu Datar: Sejarah Singkat Nezami, NR, Asgari, M., & Dinarvand, H. 2013.
Abad Kedua Puluh Satu. New York: Farrar, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif
Strauss, dan Giroux. Terhadap Berpikir Kritis Siswa SMA.
Johnson, DW, Johnson, RT, & Stanne, ME 2000. Jurnal Teknis Teknik dan Ilmu Terapan, 3
Metode Pembelajaran Kooperatif: Sebuah meta-analisis. (19): 2508-2514.
(On line), (http://www.cooperation.org/pages/ Norris, SP, & Phillips, LM 2003. Bagaimana Literasi di
clmethods.html), diakes 8 Februari 2015. Rasa Fundamentalnya Adalah Pusat Literasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013.Per- Ilmiah. Pendidikan sains, 87 (2): 224-240.
peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan-
Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi ment (OECD). 2015.Basis Data OECD. (On line).
Pendidikan Dasar dan Menengah. (Online), (http:// (http://www.oecd.org/pisa/pisaproduct/),
sdm.data.kemdikbud.go.id/SNP/ dokumen/Per- diakses 18 Maret 2015.
mendikbud%20No%2064%20Tahun%202013. Rahayu, S. 2014.Inovasi Pembelajaran Kimia Abad 21
pdf), diakses 4 Februari 2015. dan Perkembangan Riset Kimia.Menuju Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013.Sa- Berliterasi Sains: Harapan dan Tantangan Kurikulum
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 2013. Malang, 6 September 2014.
Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 tentang Ratcliffe, M. & Grace, M. 2003. Pendidikan Sains untuk
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Kewarganegaraan: Mengajarkan Isu-Isu Sosial-Ilmiah.
Menengah Atas/Madrasah Aliyah. (Online), (http:// Philadelphia: Pers Universitas Terbuka.
adpend.upi.edu/ Sadler, TD & Zeidler, DL 2004. Moralitas
lopen/wpcontent/files/03_Permendikbud_ Sosioscientific Issues: Construal dan
Nomor_69_Tahun_2013_tentang_Kerangka_Dasar_dan_Struktur_Kurikulum_SMA-
Penyelesaian Dilema Rekayasa Genetika.
MA_-_Biro_Hukor.pdf), diakses 4 Februari Pendidikan sains. 88 (1): 4-27.
Tal, T. & Kedmi, Y. 2006. Pengajaran sosioscientific
3015. masalah: budaya kelas dan penampilan
Klimovienė, G., Urbonienė, J., & Barzdžiukienė, R. siswa. Pendidikan Ilmu Budaya. DOI
2006. Mengembangkan Berpikir Kritis melalui 10.1007/s11422-006-9026-9.
Pembelajaran Kooperatif.Studi tentang Bahasa, 9: Valdez, AV, Lomoljo, A., Dumrang, SP, & Dida-
77-85. tar, MM 2015. Mengembangkan Berpikir Kritis
Kolstø, SD, Bungum, B., Arnesen, E., Isnes, A., Kris- Melalui Pendekatan Activity-Based and
tensen, T., Mathiassen, K., Mestad, I., Quale, Cooperative Learning dalam Pengajaran Kimia
A., Tonning, ASV, & Ulvik, M. 2006. Ujian SMA.Jurnal Internasional Ilmu Sosial dan
Kritis Mahasiswa IPA Informasi Ilmiah Kemanusiaan.5(1) : 139-141.
Terkait Sosioscientific Is-