Anda di halaman 1dari 12

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA UNTUK MATERI GERAK

PARABOLA BERBASIS ONLINE PhET SIMULATION – PROJECTILE


MOTION DAN OFFLINE AIR KERAN

1)
Sudarti, 2)Yushardi, 3)Anava Bayu Nusantara
Dosen Pendidikan Fisika, FKIP,Universitas Jember,Jember
Dosen Pendidikan Fisika, FKIP,Universitas Jember,Jember
Mahasiswa Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Jember, Jember
E-mail: sudarti.fkip@unej.ac.id

Abstrak
Pada perkuliahan tentang gerak parabola, pembelajaran yang komprehensif dan
mengatasi keterbatasan waktu tatap muka dan penggunaan peralatan laboratorium
di era Revolusi Industri 4.0 ini dapat dilakukan dengan simulasi PhET “Projectile
Motion” dan panduannya agar peserta didik dapat belajar dengan terarah dan
mandiri. Dalam penelitian ini, modul praktikum mandiri tentang gerak parabola
menggunakan simulasi PhET “Projectile Motion” yang telah dibuat pada
penelitian sebelumnya diterapkan dalam kelas Fisika Dasar. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis gerak parabola dan mengetahui tentang prinsip kerja
gerak parabola yang disimulasikan melalui online yaitu PhET Simulation maupun
offline yaitu menggunakan selang yang dihubungkan langsung dengan keran.

Kata kunci : Simulasi PhET, gerak parabola, mengukur Hmaks dan Tmaks air,
prinsip parabola, gerak proyektil

Abstract
In lectures on parabolic motion, comprehensive learning and overcoming the
limitations of face-to-face time and the use of laboratory equipment in the era of
the Industrial Revolution 4.0 can be done with a phET simulation "Projectile
Motion" and its guidance so that learners can learn purposefully and
independently. In this study, a self-contained practicum module on parabolic
motion using a PhET simulation of "Projectile Motion" that had been created in
previous research applied in the Basic Physics class. This research aims to analyze
parabolic motion and find out about the working principle of parabolic motion
simulated through online, namely PhET Simulation and offline, namely using
hoses that are directly connected to the tap.
Keywords : PhET simulation, parabolic motion, measuring Hmaks and Tmaks
water, parabolic principles, projectile motion
I. PENDAHULUAN
Fisika adalah salah satu ilmu pengetahuan yang membantu manusia dalam
memahami cara kerja dunia. Di dalam fisika banyak ditemukan rumus – rumus
yang menjelaskan bagaimana sesuatu bisa terjadi. Dengan fisika kita bisa belajar
banyak tentunya bukan hanya tentang angka dan symbol. Hal ini sejalan dengan
pendapat (Patriot, 2019:34) yaitu “Fisika adalah ilmu pengetahuan eksperimental
dimana fisikawan harus mengamati fenomena alam untuk menemukan pola dan
prinsip yang menghubungkan fenomena–fenomena yang terjadi. Fisika juga
merupakan salah satu cabang pendidikan bidang sains yang diadakan dalam
rangka mengembangkan kemampuan berfikir secara analitis untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan lingkungan sekitar baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.”
“Perkembangan teknologi dan informasi abad 21 terjadi sangat pesat. Hal
ini ditandai dengan pe-kerjaan manusia yang manual digantikan oleh mesin atau
komputer. Perubahan ini memberikan pengaruh pada kemajuan sains dan
teknologi. Peningkatan ilmu pengetahuan didukung oleh peranan media dan tek-
nologi digital. Pentingnya teknologi dalam dunia pendidikan untuk menjamin
lahirnya generasi yang mampu berinovasi serta terampil dalam mengguna-kan
teknologi dan media informasi” (Cici Putri et al., 2019:61).
Kesulitan siswa dalam belajar fisika yaitu kesulitan dalam memahami
konsep. Pemahaman konsep oleh siswa sangat penting dalam pembelajaran fisika
(Irwansyah et al., 2018:1). Dengan pemahaman yang benar dan matang maka
siswa dapat memecahkan masalah dan mampu mengaplikasikan pembelajaran
tersebut dalam dunia nyata (Komariyah, Afifah & Resbiantoro, 2018). Oleh sebab
itu, pemahaman konsep fisika haruslah menjadi perhatian bagi guru, hal ini
dikarenakan konsep yang salah dapat berdampak pada hasil belajar siswa yang
rendah (Yuliati, 2017:50).
Konsep yang dipahami oleh siswa, jika tidak sesuai dengan konsep para
ahli disebut dengan istilah miskonsepsi. Miskonsepsi merupakan hal yang wajar
dalam proses pembentukkan pengetahuan oleh seseorang yang sedang belajar.
Siswa memiliki konsepsi awal yang mungkin saja berbeda dengan konsepsi para
ahli dan mengkonstruksi sendiri pengetahuannya maka mungkin saja akan terjadi
miskonsepsi. Kekeliruan siswa terhadap konsep bukan suatu bencana yang sangat
besar, melainkan dapat menjadi awal perkembangan penelitian. Terutama dengan
tuntutan kurikulum saat ini yang meminta pembelajaran berpusat pada siswa dan
guru hanya sebagai fasilitator dalam pembelajaran (Suparno, 2013:8).
Berdasarkan pendapat – pendapat di atas maka diperlukan pengaplikasian secara
tepat dan efektif. Dalam praktikum ini dilaksanakan pengaplikasian lewat website
PhET Simulation karena sangat efektif untuk pembelajaran para mahasiswa.
Banyak modul praktikum yang sudah menggunakan teknologi ini. Hal ini
didukung dengan pendapat (Dinavalentine et al., 2016) yang dikutip dari (Matius
Umbu Laga, 2019) bahwa “Dari beberapa penelitian pembuatan modul
pembelajaran mandiri yang pernah dilakukan didapatkan bahwa modul praktikum
mandiri menggunakan simulasi PhET efektif dalam membantu siswa untuk
memahami konsep fisika, misalnya penelitian tentang Desain Modul Praktikum
Mandiri Pembiasan Cahaya Menggunakan Simulasi PhET Bleding Light dapat
membantu mahasiswa melakukan percobaan secara mandiri”.
Melalui proses visual dalam praktikum, mahasiswa dapat memahami
konsep dengan lebih baik dikarenakan metode belajar dengan visual sudah
menjadi metode paling umum dan mudah dimengerti bagi banyak orang. Hal ini
didukung oleh pendapat (Wilantika et al., 2018) yang dikutip dari (Retno et al.,
2021:323) yaitu “Salah satu metode yang bisa digunakan untuk mengetahui
kesulitan dan kesalahan konsep pada siswa ialah dengan menggunakan instrumen
two tier diagnostik test. Tes diagnostik dapat menganalisis kesalahan konsep
siswa lebih dalam dan memberikan gambaran akurat mengenai salah konsep
berdasarkan informasi kesalahannya”.

II. METODE
Waktu Dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada bulan Septermber 2021 selama 2 hari
bertempat di Dusun Bambang, Desa Siraman, Kecamatan Kesamben, Kabupaten
Blitar. Pelaksanaan eksperimen dilakukan tanggal 22 dan 27 September 2021.
Untuk praktikum pertama atau simulasi PhET sendiri dilaksanakan pada tanggal
22 September 2021 dan untuk praktikum kedua atau offline dilaksanakan pada
tanggal 27 September 2021.

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pertama adalah PhET
simulation – Projectile Motion untuk mensimulasikan pergerakan benda yang
ditembakkan dengan sudut, kecepatan, massa, dan ketinggian yang berbeda – beda
serta seperangkat komputer. Sedangkan, untuk praktikum kedua alat dan bahan
yang digunakan adalah meter ukur, busur, selang, lakban bening, lakban hitam,
sedotan, stopwatch serta air.

Prosedur Praktikum
Metode yang digunakan adalah metode eksperimen atau percobaan
melalui praktikum. Percobaan dimulai dengan membuka link PhET simulation –
Projectile Motion di perangkat komputer. Lalu melakukan simulasi dengan
mengukur hasil dari 4 perbedaan, yaitu :
a. Massa, dengan perbedaannya adalah 1 kg, 2 kg, 3 kg, 4 kg, dan 5 kg.
b. Kecepatan, dengan perbedaannya adalah 10 m/s, 15 m/s, 20 m/s, 25 m/s,
dan 30 m/s.
c. Ketinggian, dengan perbedaannya adalah 2 m, 4 m, 6 m, 8 m, dan 10 m.
d. Sudut, dengan perbedaannya adalah 25, 35, 45, 55, dan 65.
Gambar 1. Praktikum Gerak Parabola Simulasi Phet

Hasil dari simulasi dari masing – masing perbedaan yaitu massa,


kecepatan, ketinggian, dan sudut dilakukan sebanyak 5 kali. Hasil pengukuran
kemudian dihitung Vy dan Vx.

Metode praktikum kedua langkah pertamanya yaitu menghubungkan


selang dengan saluran air atau keran dengan rapat agar air tidak menjalar kemana
– mana. Langkah kedua yaitu menyambungkan keran dengan sedotan
menggunakan lakban bening. Langkah ketiga mengukur sudut di tembok dengan
sudut yang sudah ditentukan yaitu 30, 45 dan 60 menggunakan busur lalu
menempelkan lakban hitam ke tembok tersebut. Langkah keempat menghadapkan
selang ke arah yang sejajar dengan garis lakban di tembok. Langkah kelima
adalah menghidupkan keran dan menghitung tinggi serta waktu air saat keluar dari
selang hingga menyentuh tanah.

Gambar 2. Praktikum Gerak Parabola Air

Hasil pengukuran ketinggian dan waktu air dari masing – masing sudut
dilakukan sebanyak 3 kali. Hasil pengukuran kemudian dihitung rata – rata dan
standar deviasi/simpangan baku untuk penghitungan kesalahan mutlak, kesalahan
relatif, maupun keseksamaan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
a. Hasil Simulasi Phet Analisis Pengaruh Massa Terhadap Xmaks Dan
Hmaks
No. Massa Hmaks tmaks Vy Xmaks tmaks Vx
(kg) (m) (s) (m/s) (m) (s) (m/s)
1. I kg 5,09 m 1,02 s 0,19 m/s 35,19 m 2,04 s 17,3 m/s
2. 2 kg 5,09 m 1,02 s 0,19 m/s 35,19 m 2,04 s 17,3 m/s
3. 3 kg 5,09 m 1,02 s 0,19 m/s 35,19 m 2,04 s 17,3 m/s
4. 4 kg 5,09 m 1,02 s 0,19 m/s 35,19 m 2,04 s 17,3 m/s
5. 5 kg 5,1 m 1,02 s 0,19 m/s 35,19 m 2,04 s 17,3 m/s
Tabel 1. Hasil Percobaan Perbedaan Massa

Vy = (V0 sin ) - g.t


= (20 sin 30) - 9,81 x 1
= (20.½) - 9,81
= 0,19 m/s

Vx = V0 cos 
= 20 cos 30
= 20.½ √3
= 10√3 m/s
Berdasarkan Tabel 1, tampak bahwa tidak ada pengaruh antara massa
terhadap Xmax dan Hmax, karena Xmax dan Hmax hanya terpengaruhi oleh
kecepatam awal, sudut, dan kecepatan gravitasi. Hal ini sejalan dengan
kesimpulan (Sudjito, 2019:5) bahwa “massa benda (𝒎) tidak mempengaruhi jarak
terjauh (𝒙𝒋), titik tertinggi (𝒚𝒕), dan waktu jatuh (𝒕) benda yang bergerak
parabola”.

b. Hasil Simulasi Phet Analisis pengaruh V0 terhadap Xmaks dan Ymaks


No. V0 (m/s) Hmaks tmaks Vy Xmaks tmaks Vx
(m) (s) (m/s) (m) (s) (m/s)
1. 10 m/s 1,27 m 0,51 s 0,1 m/s 8,83 m 1,02 s 8,66 m/s
2. 15 m/s 2,87 m 0,76 s 0,05 m/s 19,86 m 1,53 s 12,9 m/s
3. 20 m/s 5,10 m 1,02 s 0,19 m/s 35,31 m 2,04 s 17,2 m/s
4. 25 m/s 7,96 m 1,27 s 0,1 m/s 55,17 m 2,55 s 21,5 m/s
5. 30 m/s 11,47 m 1,53 s 0,3 m/s 79,45 m 3,06 s 25,8 m/s
Tabel 2. Hasil Percobaan Perbedaan Kecepatan

1) Vy = (V0 sin 𝜃) – g.t


= (10 sin 30) – 9,81 x 0,51
= 5 – 4,9
= 0,1 m/s

Vx = V0 cos 𝜃
= 10 cos 30
= 8,66 m/s

2) Vy = (V0 sin 𝜃) – g x t
= (15 sin 30) – 9,81 x 0,76
= 7,5-7,45
= 0,05 m/s

Vx = V0 cos 𝜃
= 15 cos 30
= 7,5√3 m/s

3) Vy = (V0 sin 𝜃) – g x t
= (20 sin 30) – 9,81 x 1
= 10 – 9,81
= 0,19 m/s

Vx = V0 cos 𝜃
= 20 cos 30
= 17,2 m/s

4) Vy = (V0 sin 𝜃) – g x t
= (25 sin 30) – 9,81 x 1,27
= 12,5 – 12,4
= 0,1 m/s

Vx = V0 cos 30
= 25 cos 30
= 12,5√3 m/s

5) Vy = (V0 sin 𝜃) – g x t
= (30 sin 30) – 9,81 x 1,5
= 15 – 14,7
= 0,3 m/s

Vx = 30 cos 30
= 25,9 m/s
Berdasarkan tabel 2, tampak bahwa pengaruh V0 terhadap Xmaks dan
Ymaks sebanding karena jika V0 nya semakin besar, maka akan menghasilkan
Xmaks yang besar pula dan berlaku pula pada Ymaks. Seperti halnya pendapat
(Sudjito, 2019:7) yaitu “Semakin besar kecepatan awal benda (𝒗𝟎), semakin besar
jarak terjauh (𝒙𝒋), titik tertinggi (𝒚𝒕), dan waktu jatuh (𝒕) benda yang bergerak
parabola”.
c. Hasil Simulasi Phet Analisis Pengaruh Perubahan Ketinggian Awal (Y0)
Penembak Dengan Xmaks Dan Ymaks
No. Hmaks tmaks Vy Xmaks tmaks Vx
Y0 (m)
(m) (s) (m/s) (m) (s) (m/s)
1. 2m 7,10 m 1,02 s 0,19 m/s 38,55 m 2,22 s 17,3 m/s
2. 4m 9,10 m 1,02 s 0,19 m/s 41,25 m 2,38 s 17,3 m/s
3. 6m ll,10m 1,02 s 0,19 m/s 43,95 m 2,52 s 17,3 m/s
4. 8m 13,10m 1,02 s 0,19 m/s 46,31 m 2, 65 s 17,3 m/s
5. 10 m 15,10m 1,02 s 0,19 m/s 48,18 m 2,77 s 17,3 m/s
Tabel 3. Hasil Percobaan Perbedaan Ketinggian Awal

Vy = (V0 sin 𝜃) – g x t
= (20 sin 30) – 9,81 x 1,
= 10 – 9,81
= 0,19 m/s

Vx = V0 cos 𝜃
= 20 cos 30
= 10√3 m/s

Berdasarkan tabel 3, tampak bahwa pengaruh Y0 terhadap Xmaks dan


Ymaks sebanding karena jika Y0 nya semakin besar, maka akan menghasilkan
Xmaks yang besar pula dan berlaku pula pada Ymaks. Hal ini berkaitan dengan
(Sudjito, 2019:10) yang mengatakan bahwa “Semakin besar posisi awal benda
(𝑦0), semakin besar jarak terjauh (𝒙𝒋), titik tertinggi (𝒚𝒕), dan waktu jatuh (𝒕)
benda yang bergerak parabola”.

d. Hasil Simulasi Phet Analisis Pengaruh Perubahan Sudut Terhadap Xmaks


Dan Ymaks
No. Hmaks tmaks Vy Xmaks tmaks Vx
Θ
(m) (s) (m/s) (m) (s) (m/s)
(ᵒ)
1. 25° 3,64 m 0,86 s 0,61 m/s 31,24 m 1,72 s 18,12 m/s
2. 35° 6,71 m 1,17 s 0,71 m/s 38,32 m 2,34 s 16,38 m/s
3. 45° 10,19 m 1,44 s 0,4 m/s 40,77 m 2,88 s 14,1 m/s
4. 55° 13,68 m 1,67 s 0,78 m/s 38,32 m 3,34 s 11,47 m/s
5. 65° 16,75 m 1,85 s 0,52 m/s 31,24 m 3,7 s 8,45 m/s
Tabel 4. Hasil Percobaan Perbedaan Sudut

Berdasarkan tabel 4, tampak bahwa pengaruh sudut terhadap Xmaks dan


Ymaks tergantung seberapa besar sudut tersebut. Semakin besar sudut maka
semakin panjang Xmaks yang diperoleh tetapi pada saat melewati sudut 45
Xmaks mengalami penurunan.
e. Hasil Simulasi Offline Air Keran
No Sudut Hmax Tmax Rata-rata
1. 30 0,57 m 0,80 s Rata – rata Hmax = 0,61 m
0,67 m 0,98 s Rata – rata Tmax = 0,87 s
0,60 m 0,84 s
2. 45 1,03 m 1,51 s Rata – rata Hmax = 1,63 m
1,10 m 1,60 s Rata – rata Tmax = 1,53 s
1,06 m 1,55 s
3. 60 1,46 m 1,82 s Rata – rata Hmax = 1,48 m
1,51 m 1,90 s Rata – rata Tmax = 1,85 s
1,49 m 1,85 s

Ralat berulang untuk Hmax sudut 30


No. H (h - ̅ ) (h - ̅ )2
1 0,57 -0,043333333 0,001877778
2 0,67 0,056666667 0,003211111
3 0,60 -0,013333333 0,000177778
∑h = 1,84 ∑(h - ̅ )2=
0,005266667
- ̅= = = 0,613333333
( ̅)
- Δh = √ = 0,003511111
( )
- Kesalahan relative (I)
I = ̅  100%
= 0,005724638 %
- Keseksamaan (K)
100% - 0,005724638% = 99,99427536%

Ralat berulang untuk Hmax sudut 45


No. H (h - ̅ ) (h - ̅ )2
1 1,03 -0,033333333 0,001111111
2 1,10 0,036666667 0,001344444
3 1,06 -0,003333333 1,11111E-05
∑h = 3,19 ∑(h - ̅ )2=
0,002466667
- ̅= = = 1,063333333
( ̅)
- Δh = √ = 0,001644444
( )
- Kesalahan relative (I)
I = ̅  100%
= 0,001546499%
Ralat berulang untuk Hmax sudut 60
No. H (h - ̅ ) (h - ̅ )2
1 1,46 -0,026666667 0,000711111
2 1,51 0,023333333 0,000544444
3 1,49 0,003333333 1,11111E-05
∑h = 4,46 ∑(h - ̅ )2=
0,001266667
- ̅= = = 1,486666667
( ̅)
- Δh = √ = 0,000844444
( )
- Kesalahan relative (I)
I = ̅  100%
= 0,000568012%

Ralat berulang untuk Tmax sudut 30


No. T (t - ̅ ) (t - ̅ )2
1 0,80 -0,073333333 0,005377778
2 0,98 0,106666667 0,011377778
3 0,84 -0,033333333 0,001111111
∑t = 2,62 ∑(t - ̅)2= 0,017866667
- ̅ = = 0,873333333
( ̅)
- Δt = √ = 0,011911111
( )
- Kesalahan relative (I)
I = ̅  100%
= 0,013638677%

Ralat berulang untuk Tmax sudut 45


No. T (t - ̅ ) (t - ̅ )2
1 1,51 1,006666667 1,013377778
2 1,60 1,096666667 1,202677778
3 1,55 1,046666667 1,095511111
∑t = 4,66 ∑(t - ̅)2= 3,311566667
- ̅ = = 0,503333333
( ̅)
- Δt = √ = 0,011911111
( )
- Kesalahan relative (I)
I = ̅  100%
= 0,013638677%

Ralat berulang untuk Tmax sudut 60


No. T (t - ̅ ) (t - ̅ )2
1 1,82 -0,036666667 0,001344444
2 1,90 0,043333333 0,001877778
3 1,85 -0,006666667 4,44444E-05
∑t = 5,57 ∑(t - ̅)2= 0,003266667
- ̅ = = 1,856666667
( ̅)
- Δt = √ = 0,002177778
( )
- Kesalahan relative (I)
I = ̅  100%
= 0,00117295%

Pembahasan
Prinsip gerak parabola dipengaruhi oleh massa, gravitasi, arah angin, gaya
yang diberikan, kecepatan, luas/ukuran benda, dan sudut. Gerak parabola
disebabkan oleh gravitasi bumi yang menyebabkan seberapa kuat kita melempar
pasti akan jatuh ke bumi. Jika kita menggunakan teknologi yang cukup kuat untuk
melempar benda atau sesuatu ke angkasa, benda tersebut akan jatuh mengitari
bumi selama – lamanya. Benda tersebut akan berada di GEO atau Geostationary
Earth Orbit, biasanya benda yang berada di orbit tersebut adalah satelit.
Gerak parabola pada simulasi PhET tidak menggunakan arah angin, hanya
menggunakan ketentuan yang ada di modul yaitu massa 1 kg, bola memakai
golfball, kecepatan 20 m/s, diameter 0,15 m, sudut 30 derajat dan gravitasi 9,81
m/s kuadrat. Pada percobaan pertama tampak bahwa tidak ada pengaruh antara
massa terhadap Xmax dan Hmax, karena Xmax dan Hmax hanya terpengaruhi
oleh kecepatam awal, sudut, dan kecepatan gravitasi. Pada percobaan kedua
tampak bahwa pengaruh V0 terhadap Xmaks dan Ymaks sebanding karena jika V0
nya semakin besar, maka akan menghasilkan Xmaks yang besar pula dan berlaku
pula pada Ymaks. Pada percobaan ketiga tampak bahwa pengaruh Y0 terhadap
Xmaks dan Ymaks sebanding karena jika Y0 nya semakin besar, maka akan
menghasilkan Xmaks yang besar pula dan berlaku pula pada Ymaks. Pada
percobaan keempat tampak bahwa pengaruh sudut terhadap Xmaks dan Ymaks
tergantung seberapa besar sudut tersebut. Semakin besar sudut maka semakin
panjang Xmaks yang diperoleh tetapi pada saat melewati sudut 45 Xmaks
mengalami penurunan.
Pada gerak parabola offline yaitu menggunakan air keran hasilnya tidak
terlalu akurat dikarenakan air tidak fokus ke satu titik melainkan menyebar dan
sebarannya terlalu lebar untuk diukur. Bisa jadi ketinggian maksimal tidak
terhitung karna percikan air tidak terlalu terlihat di udara. Dan untuk mengukur
waktu akan kurang akurat dikarenakan susah untuk melihat air yang jernih karna
semuanya sama – sama jernih.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Modul praktikum mandiri tentang gerak parabola menggunakan simulasi
PhET “Projectile Motion” dapat dikatakan efektif digunakan untuk membantu
siswa memahami gerak parabola melalui pembelajaran mandiri. Nilai kesalahan
relatif sangat kecil yaitu kurang dari 1 persen, sehingga dapat mendukung laporan
dalam artikel ini.

Saran
Pada praktikum ini tidak dijelaskan di modul bagaimana cara mengukur
ketinggian air keran ketika di udara padahal itu penting untuk pengukuran
kesalahan relatif. Sebaiknya dijelaskan caranya agar bisa mengukur dengan baik
dan benar dikarenakan semprotan air tidak fokus ke satu titik. Begitu pula untuk
mengukur waktu agar lebih akurat seharusnya diberi penjelasan secara mendetail.

DAFTAR RUJUKAN
Cici Putri, A. (2019). Pengembangan Tool Pemodelan Gerak Melingkar Beraturan
Dengan Pengontrolan Laju Motor DC Berbantukan Analis Video Tracker.
Pillar of Physics, 61.
Dinavalentine, M., Noviandini, D., & Sudjito, D. N. (2016). Desain Modul
Praktikum Mandiri tentang Pembiasan Cahaya Menggunakan Simulasi
PhET “Bending Light” untuk Mahasiswa. Prosiding Seminar Nasional
Quantum 2016, 91–104.
Komariyah, S., Afifah, D. S. N., & Resbiantoro, G. (2018). Analisis Pemahaman
Konsep Dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau Dari Minat
Belajar Siswa. Sosiohumaniora, 4(1), 1–8.
Irwansyah, S. H. (2018). Analysis Profile of Student Misconceptions on the
Concept of Fluid Based Instrument Three-Tier Test. Journal of Physics :
Conference Series, 1-7.
Matius Umbu Laga, D. N. (2019). Desain Modul Pembelajaran Mandiri Tentang
Gerak Parabola Pada Bidang Datar Dengan Memperhitungkan Gesekan
Udara. Jurnal Sains dan Edukasi Sains, 43.
Patriot, E. A. (2019). Analisis Level Pemahaman Siswa Pada Konsep Usaha dan
Energi Melalui Penerapan Pembelajaran Konseptual Interaktif Dengan
Pendekatan Multirepresentasi. Jurnal Ilmu Fisika dan Pembelajarannya,
34.
Retno Sari Widowati, M. D. (2021). Analisis Kesulitan Siswa Kelas X dalam
Memahami Konsep Gerak Parabola. Jurnal Pendidikan : Riset dan
Konseptual, 323
Sudjito, D. N. (2019). Penggunaan Modul Praktikum Mandiri Berbasis Simulasi
PhET Dalam Pembelajaran Fisika Tentang Gerak Parabola Pada Bidang
Datar. 5-10.
Wilantika, N., Khoiri, N., & Hidayat, S. (2018). Pengembangan Penyusunan
Instrumen Four-Tier Diagnostic Test Untuk Mengungkap Miskonsepsi
Materi Sistem Ekskresi di SMA Negeri 1 Mayong Jepara. Phenomenon,
8(2), 200–214.
Yuliati, Y. (2017). Miskonsepsi Siswa Pada Pembelajaran IPA Serta
Remediasinya. Jurnal Bio Educatio, 2(2), 50-58.

Anda mungkin juga menyukai