Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Fisika sebagai suatu teori yang menerangkan gejala-gejala alam
sesederhana mungkin dan berusaha menemukan hubungan antara kenyataan-
kenyataannya. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang paling mendasar, karena
berhubungan dengan perilaku dan stuktur benda. Selain itu juga, fisika adalah
ilmu yang menjadi dasar bagi ilmu sains lainya seperti astronomi, biologi, kimia,
dan geologi.
Menurut BNSP, tujuan pembelajaran fisika diantaranya menguasai
pengetahuan, konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri sehingga
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai bekal untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi oleh karena itu, pada
pembelajaran fisika diharapakan siswa tidak hanya diajarkan materi tetapi juga
diajarkan bereksprimen untuk membuktikan konsep-konsep yang telah dipelajari.
( Arvina, dkk. 2013 ).
Selain itu pada Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, menjelaskan bahwa kompetensi kelulusan
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ini menunjukkan bahwa
pembelajaran dan penilaian harus mengembangkan kompetensi peserta didik yang
berhubungan dengan ranah afektif (sikap), kognitif (pengetahuan), dan
psikomotor (keterampilan).
Menurut mengatakan pada dasarnya, fisika adalah ilmu dasar, seperti
halnya kimia, biologi, astrnomi, dan geologi. Ilmu-ilmu dasar diperlukan dalam
berbagai cabang ilmu pengetahuan terapan dan teknik. Tanpa landasan ilmu dasar
yang kuat, ilmu-ilmu terapan tidak dapat maju dengan pesat. Teori fisika tidak
hanya cukup dibaca, sebab teori tidak sekedar hafalan saja akan tetapi harus
dibaca dan dipahami serta dipraktekkan, sehingga siswa mampu menjelaskan
permasaahan yang ada.( Boisandi. Darmawan, H. 2017 ).
Pembelajaran fisika dipandang sebagai suatu proses untuk
mengembangkan kemampuan untuk memahami konsep, prinsip maupun hokum-
hukum fisika sehingga dalam proses pembelajarannya harus mempertimbangkan
strategi atau metode pembelajaran yang efektif dan efisien. Pembelajaran fisika
disekolah menengah pertama merupakan salah satu pelajaran IPA yang dapat
menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar.
Dalam pembelajaran fisika, pengalaman proses sains dan pemahaman produk
sains dalam bentuk pengalaman langsung akan sangat berarti dalam membentuk
konsep siswa. Hal ini juga sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa
yang masih berada pada fase transisi dari konkrit ke formal, akan sangat
memudahkan siswa jika pembelajaran sains mengajak anak untuk belajar
merumuskan konsep secara induktif berdasarkan fakta-fakta empiris di lapangan
dan juga membuat siswa paham akan materi yang di sampaikan yaitu pada materi
pengukuran dengan menggunakan jangka sorong.( Giancolli. 2011 ).
Menurut Sutrisno, Kresnadi dan Kartono, remediasi dapat diartikan
sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran
yang kurang berhasil. Yang dimaksud dengan kurang berhasil yaitu menurunnya
tingkat penguasaan kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran. Remediasi
akan efektif jika dapat memahami sifat-sifat kesulitan, mengetahui secara tepat
faktor-faktor penyebabnya serta menemukan berbagai cara mengatasi kesulitan
yang relevan dengan faktor penyebabnya. Remediasi yang dilakukan dalam
penelitian ini berbentuk pengajaran ulang dengan menggunakan pembelajaran
direct instruction.( Joko, Riyono. 2014 ).
Berdasarkan hasil observasi dan saat peneliti melakukan Praktek
Pengenalan Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Rasau Jaya tahun ajaran 2016-
2017, di temukan beberapa masalah dalam materi pengukuran menggunakan
jangka sorong. Pada saat peneliti melakukan wawancara kepada guru mata
pelajaran fisika beliau menerangkan bahwa ada beberapa kendala terkait pada
pengukuran dengan jangka sorong yaitu seperti kurang pahamnya siswa dalam
menentukan nilai dari hasil pengukuran yang di lakukan, kurang pahamnya
menggunakan alat ukur jangka sorong. Sedangkan hasil dari wawancara terhadap
beberapa siswa SMA Negeri 1 Rasau Jaya adalah sulitnya memahami alat ukur
jangka sorong ini di karenakan siswa tidak dibiasakan untuk melakukan
praktikum . Oleh karena itu masih banyak nilai siswa pada mata pelajaran fisika
pada materi pengukuran masih banyaknya terjadi kesalahan dalam menggunakan
alat ukur jangka sorong, salah satu penyebab nilai siswa tidak mencapai KKM
adalah ketidak mampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal fisika. Hal ini
menunjukan bahwa kesalahan siswa dalam menggunakan alat ukur jangka sorong
di SMA Negeri 1 masih tergolong tinggi. Salah satu faktor yang menyebabkan
tingginya kesalahan siswa dalam menggunakan alat ukur jangka sorong di sekolah
tersebut adalah kurang pahamnya siswa dalam menggunakan alat ukur dan
menentukan nilai hasil pengukuran yang di lakukan. Berdasarkan pengalaman
PPL di SMA Negeri 1 Rasau Jaya pada materi pengukuran dengan menggunakan
jangka sorong siswa banyak mengalami kesulitan dalam menggunakan alat ukur
jangka sorong untuk mengukur diameter dalam tabung reaksi, diameter luar
tabung reaksi, dan kedalaman tabung reaksi. Siwa banyak melakukan kesalahan
saat mengkalibrasi, meletakan objek yang akan di ukur dan membaca nilai hasil
ukur dari jangka sorong.
Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa kesalahan siswa dalam
menggunakan alat ukur jangka sorong pada materi pengukuran cukup tinggi maka
perlu di adakannya kegiatan remediasi kesalahan siswa dalam menggunakan alat
ukur jangka sorong untuk memperbaiki nilai siswa. Oleh karena itu kesalahan
yang dilakukan siswa pada saat melakukan pengukuran menggunakan jangka
sorong, dimana hasilnya nanti dapat menjadi acuan guru untuk memperbaiki dan
mencari metode pembelajaran yang tepat agar kesalahan-kesalahan dalam
melakukan pengukuran dengan jangka sorong tidak terulang kembali pada proses
pembelajaran berikutnya.
Ischak dan Warji dalam menyatakan bahwa kegiatan remediasi adalah
suatu kegiatan pembelajaran dengan mengulangi bahan yang sama untuk siswa
yang memerlukan bantuan disertai dengan cara yang berbeda, dan lebih
ditekankan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.( Restu, dkk. 2013 ).
Meski tidak ada sinonim dan resitasi yang berhubungan erat dengan Model
Pengajaran Langsung (MPL), tetapi istilah model pengajaran langsung sering
disebut juga pengajaran aktif (active teaching model), training model, mastery
teaching, dan implicit instruction (Arend,2001: 264;Kardi & Nur, 2000: 3) dalam.
Pengajaran langsung adalah suatu model pengajaran yang bersifat teacher
center. Menurut Arend dalam, model pengajaran langsung adalah salah satu
pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar
siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural
yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan kegiatan pola bertahap,
selangkah demi selangkah. Selain itu model pembelajaran langsung ditunjukan
pula untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh
informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah.(Rochim,Taufiq. 2006).
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai
seperseratus milimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak.
Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian
pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan
display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm
untuk jangka sorang dibawah 30cm dan 0.01 untuk yang di atas 30cm. Kegunaan
jangka sorong adalah: ( Restu, dkk. 2013 ).
• untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit;
• untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada
pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur;
• untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara
"menancapkan/menusukkan" bagian pengukur. Bagian pengukur tidak
terlihat pada gambar karena berada di sisi pemegang.
Metode pengukuran dilakukan secara langsung. Pada pengukuran diameter
dan panjang di gunakan micrometer sekrup dengan langkah langkah sebagai
berikut.
1. Pastikan pengunci dalam keadaan terbuka.
2. Lakukan pengecekan ketika apakah poros tetap dan poros geser bertemu
skala dan skala nonius utama menunjukkan angka nol.
3. Buka rahang dengan menggerakkan pemutar ke arah kiri sampai benda
dapat masuk ke dalam rahang.
4. Letakkan benda dintara poros tetap dan poros geser lalu tutup kembali
rahang hingga tepat menjepit benda.
5. Putarlah Pengunci agar pemutar tidak bias bergerak lagi. Dengarkan bunyi
“klik” yang muncul.
Pada pengukuran massa dilakukan menggunakan neraca dengan langkah-
langkah sebagai berikut.
a. Setiap lengan jangan lupa berada pada skala 0.
b. Kalibrasi terlebih dahulu, dengan cara memutar skrup knop pemutar
kalibrasi di bagian belakang, sampai seimbang atau jarum penunjuk
menunjukkan anka titik nol, hal ini dilakukan agar pengukrannya lebih
tepat.
c. Meletakakan benda yang diukur massanya. Menggeser skalanya mulai dari
lengan yang besar dan jangan sampai melebihi titik nol , baru skala yang
kecil sampai menunjukkan keseimbangan di titik nol ( dua garis sejajar).
Membaca hasil pengukuran dengan menjumlahkan setiap skala mulai dari
yang besar hingga yang kecil agar lebih mudah.
Mikrometer sekrup eksternal merupakan salah satu peralatan intrumentasi
yang berfungsi mengukur diameter luar suatu benda. Mikrometer sekrup eksternal
merupakan alat ukur panjang yang ketelitian pengukurannya sangat teliti karena
memiliki ketelitian 0,01 mm dan digunakan pada praktikum metrologi industri
Teknik Mesin Universitas Riau. Untuk mendapatkan hasil yang akurat dalam
pengukuran, maka alat-alat instrumentasi dalam hal ini mikrometer sekrup
eksternal perlu dikalibrasi secara berkala. ( Serwey, J. 2009 ).
Kalibrasi merupakan serangkaian kegiatan untuk menentukan kebenaran
konvensional nilai penunjukan alat ukur dan bahan ukur dengan cara
membandingkan terhadap standard ukurannya yang mampu telusur ke standard
nasional untuk satuan ukuran maupun internasional. ( Trianto. 2005 ).
Adapun tujuan dari tugas akhir ini antara lain adalah :
a. Melakukan metode kalibrasi pada mikrometer sekrup eksternal Fowler 0
sampai dengan 25 mm kecermatan 0,01 mm yang ada di Laboratorium
Pengukuran Teknik Mesin Universitas Riau.
b. Menentukan faktor koreksi alat ukur mikrometer sekrup eksternal Fowler 0
sampai dengan 25 mm kecermatan 0,01 mm yang ada di Laboratorium
Pengukuran Teknik Mesin Universitas Riau.
c. Membuat Standard Operating Procedure (SOP) kalibrasi mikrometer
sekrup eksternal Fowler 0 sampai dengan 25 mm kecermatan 0,01 mm untuk
referensi praktikum mata kuliah metrologi industri.
DAFTAR PUSTAKA

Arvina, dkk. 2013. Remediasi Kesulitan Siswa Menyelesaikan Soal-Soal Hukum


Newton Menggunakan Soal Open-Ended dan Umpan Balik. Jurnal FKIP
Universitas Tanjungpura.
Boisandi. Darmawan, H. 2017. Meta Analisis Pengaruh Penerapan Pembelajaran
Berbasis Konstruktivisme pada Materi Fisika di Kalimantan Barat. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 06 (2) (2017) 179-185. ISSN: 2503-
023X.
Giancolli. 2011. Fisika Edisi Kelima Jilid I. (Penterjemah : Yuhliza Hanum)
Jakarta : Erlangga.
Joko, Riyono. 2014. Evaluasi Nilai Variance untuk Menghitung Komponen
Ketidakpastian Pengukuran Dimensi Tipe B Dari Suatu Distribusi
Rectangular Dan Trapezoidal.
Rochim, Taufiq. 2006. Spesifikasi, Metrologi & Kontrol Kualitas Geometrik 2.
Bandung: ITB.
Restu, dkk. 2013. Remediasi Miskosepsi Siswa melalui Pembelajaran Problem
Possing pad Materi Gerak Prabola. Jurnal FKIP Universitas Tanjungpura.
Serwey, J. 2009. Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi 6. Jakarta: Salemba
Teknika.
Trianto. 2005. Mendesain model pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Prenada Media Grub.

Anda mungkin juga menyukai