KEPERAWATAN MATERNITAS
Oleh :
NILA ALMIRA
NIM 1303065
PROGRAM STUDI SI
2014
PROM (PREMATURE RUPTURE OF MEMBRANE)
A. Pengertian PROM
Premature Rupture of Membrane atau Ketuban Pecah Dini atau Ketuban
Pecah Sebelum Waktunya adalah pecahnya selaput ketuban pada saat sebelum
permulaan persalinan tanpa memandang usia kehamilan.
B. Etiologi
Etiologi secara pasti belum diketahui, tetapi dihubungkan dengan
1. Abrupsio plasenta
a) Pengertian
Merupakan suatu perdarahan yang diakibatkan oleh pelepasan prematur
dari pelepasan letak normal yang terjadi setelah usia kehamilan 22
minggu. Abrupsio plasenta ini terbagi dalam 3 klasifikasi, yaitu:
abrupsio plasenta tingkat ringan, sedang, dan tingkat berat.
b) Etiologi
Etiologi perdarahan jenis ini tidak selalu jelas tapi sering kali berkaitan
dengan preeklamsia berat meskipun bukan hipertensi yang kronis.
Abrupsio dapat terjadi setelah penurunan ukuran uterus yang terjadi
secara tiba – tiba, misalnya setelah ketuban pecah atau setelah kelahiran
pertama dar kehamilan kembar. Abrupsia jarang terjadi akibat trauma
langsung pada abdomen tapi dapat menyebabkan letak plasenta berubah
c) Tanda dan gejala
1. Pada abrupsio plasenta yang paling ringan biasanya tidak
menimbulkaan nyeri atau ibu merasakan nyeri lokal yang ringan.
2. Adanya perdarahan yang dapat dilihat
3. Abrupsio yang lebih parah biasanya berhubungan dengan nyeri
abdomen
4. Ibu cenderung cemas karena nyeri yang dirasakannya.
5. Jika ibu mengalami syok, kulitnya akan pucat dan lembab.
6. Pada pemeriksaan klinis akan ditemukan adanya edema pada wajah,
jari, dan area pretibial dari eksteremitas bawah akibat preeklamsia.
7. Tekanan darah yang berada dalam batas normal normal, akan
meningkat sebelum terjadinya perdarahan.
8. Pernafasan dapat normal, atau meningkat dan penurunan oksigenasi
dapat mengakibatkan air hunger.
9. Suhu akan meningkat jika abrupsio plasenta disebabkan oleh infeksi.
2. Polihidramnion
a) Pengertian
Polihidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban berada
di atas batas normal. Dikatakan polihidramnion jika AFP atau AFI lebih
dari 8 cm, atau hasil perhitungan AFI lebih dari 24 cm.
b) Etiologi
Atresia esophagus
Defek tuba neuralis terbuka
Kehamilan kembar, terutama pada kasus kembar monozigot
DM maternal
Pada kasus yang jarang, berhubugan dengan isoimunisasi rhesus
Korioangioma, tumor yang jarang ditemukan pada plasenta
Pada banyak kasus, penyebabnya tidak diketahui.
c) Tanda dan gejala
Ibu biasanya mengeluh sesak dan rasa tidak nyaman.
Jika polihidramnion terjadi secara akut, maka akan menyebabkan
nyeri abdomen yang berat.
Edema dan varises vulva serta ektremitas bawah juga dapat terjadi.
Pada saat inspeksi, ukuran uterus terlihat lebih besar dari usia
getasi yang seharusnya.
Kulit abdomen tampak teregang dan mengilat, dengan striae
gravidarum dan pembuluh darah superficial yang terlihat jelas.
Saat palpasi, uterus teraba sangat keras dan sulit untuk merasakan
bagian janin.
Auskultasi denyut jantung janin mungkin akan sangat sulit
terdengar karena jumlah cairan kentuban yang terlalu banyak
Pemindaian dengan ultrasound dilakukan untuk menegakkan
diagnose terjadinya polihidramnion
3. Penyebab lain:
a) Kehamilan multiple
b) Persalinan pre term
c) Incompetent cervical
d) Trauma
e) Ketegangan rahim melebihi: kehamilan ganda, hydramnion
f) Kelainan letak janin dalam rahim: letak sungsang, letak sungsang.
g) Kemungkinan kesempitan panggul: Perut gantung, bagian terendah
belum masuk PAP, cepalopelvik disproporsi.
h) Kelainan bawaan dari selaput ketuban
i) Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput
katuban dalam bentuk proteolitik sehingga menyebabkan ketuban
pecah
j) Persalinan lama
k) Chorioannitis yang laten, yaitu infeksi selaput chorion yang sifatnya
tersembunyi dan tidak memberikan gejala yang nyata, kecuali
pecahnya ketuban.
C. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya PROM dibagi menjadi :
1. PROM Spontan; terjadi karena lemahnya selaput ketuban atau kurang
terlindungi karena cervix terbuka (incompetent cervical)
2. PROM dengan penyebab sebelumnya; dapat terjadi karena adanya trauma
jatuh, coitus, hidramnion, infeksi, dll.
D. Patifisiologi
Ketuban Pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi
uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah
tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior
rapuh,bukan kerana seluruh selaput ketuban rapuh.
Terdapat keseimbangan antar sintesis dan degradasi ekstraseluler matriks.
Perubahan struktur,jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas
kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.
Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang
dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. Aktivitas
degradasi preteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Selaput ketuban sangat
kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput ketuban mudah pecah.
Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran
uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi
perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan
aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur
disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar
dari vagina. Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada polihidramnion,
inkompeten serviks, solusio plasenta.
E. Pathway
PROM
Incompetent servical
Kurang Pengetahuan
G. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang tampak pada PROM adalah:
Keluar air ketuban warna putih, keruh, kuning, hijau, atau kecoklatan,
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak
Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
Janin mudah diraba
Konsistensi rahim lebih keras
Rahim lebih kecil jika dibandingkan dengan usia kehamilan
Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering.
Inspeksi : tampak air ketuban mengalir, selaput ketuban tidak ada, air
ketuban sudah kering.
H. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal.
Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada usia kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam
setelah ketuban pecah. Pada kehamilan 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24
jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
Infeksi
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi
korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia,pneumonia,omfalitis.
Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada Ketuban Pecah
Dini premature,infeksi lebih sering daripada aterm.Secara umum insiden infeksi
sekunder pada Ketuban Pecah Dini meningkat sebanding dengan lamanya periode
laten.
Hipoksia Dan Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat
hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat
janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban janin maka
semakin gawat.
Sindroma Deformitas Janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat,kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin serta
hipoplasi pulmonar.
I. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan labaratorium yang dapat dilakukan pada PROM adalah:
Test Lakmus (Nitrazin test)
Dilakukan untuk menentukan cairan ketuban, jumlah cairan ketuban, usia
kehamilan, dan kelainan janin
Test LEA (Leukosit Esterace)
Penting dilakukan untuk menentukan apakah terjadi infeksi atau tidak. Infeksi
dapat ditandai dengan peningkatan suhu tubuh ibu (>380C) air ketuban keruh dan
berbau dan test LEA menunjukkan leukosit darah >15.000/mm
Amniocentesis
Dilakukan dengan cara mengambil cairan amnion untuk mengetahui adanya
kelainan congenital pada janin, maturitas paru, dan hemolitik disease.
USG
Untuk menentukan usia kehamilan, indeks cairan amnion berkurang
J. Penatalaksanaan
Konservatif :
1. Rawat rumah sakit dengan tirah baring.
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.
3. Umur kehamilan kurang 37 minggu.
4. Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5
hari.
5. Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan
kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin.
6. Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda
persalinan.
7. Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau
gawat janin.
8. Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi
uterus maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air
berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan.
Aktif :
Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi. Bila
ditemukan tanda tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan
terminasi kehamilan.
1. Induksi atau akselerasi persalinan.
2. Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan
mengalami kegagalan.
3. Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat
ditemukan
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
Meliputi: nama ibu, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa,
alamat rumah, nama suami, agama, pekerjaan, suku/bangsa, alamat rumah
b. Sirkulasi
Hipertensi, edema patologis (tanda hipertensi karena kehamilan (HKK)
penyakit jantung sebelumnya)
c. Integritas Ego
Adanya ansietas sedang
d. Makanan atau cairan
Ketidakadekuatan atau pembuahan berat badan berlebihan.
e. Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi itermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit
selama paling sedikit 30 detik dalam 30-60 menit.
f. Keamanan
Infeksi mungkin ada (misal : infeksi saluran kemih (ISK) dan atau infeksi
vagina)
g. Interaksi Sosial
Mungkin tergolong kelas sosial ekonomi rendah.
h. Penyuluhan atau pembelajaran
Ketidakadekuatan atau tidak adanya perawatan prenatal mungkin dibawah
usia 18 atau lebih dari 40 tahun penggunaan alcohol atau obat lain,
penunjang pada dietilstibesterol (DES)
i. Pemeriksaan Leopold
Leopold I :
1) Pemeriksaan menghadap kearah muka ibu hamil
2) Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam uterus
3) Konsistensi uterus
Leopold II
1) Menentukan batas samping rahim kanan-kiri
2) Menentukan letak punggung janin
3) Pada letak lintang bawah tentukan dimana kepala janin
Leopold III
1) Menentukan bagian terbawah janin
2) Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk atau goyang
Leopold IV
1) Pemeriksaan menghadap ke arah kaki ibu hamil
2) Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh
sudah masuk pintu atas panggul
j. Pemeriksaan Diagnostik
a. Ultrasonografi : pengkajian gestasi (dengan berat badan janin 500
sampai 2499 g)
b. Tes Lakmus (tes Nitrazin) : jika kertas lakmus merah berubah
menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air
ketuban 7 – 7,5, darah dan infeksi vagina dapat mengahsilakan tes
yang positif palsu
c. Jumlah sel darah putih : peningkatan menandakan adanya infeksi
d. Urinalisis dan kultur : mengesampingkan ISK
e. Kultur Vaginal, reagen plasma cepat (RPC) : mengidentifikasikan
infeksi
f. Amniosenteusis : rasio lesitin terhadap sfingomeilin (L/S)
mendeteksi fosfatidigliserol (PG) untuk maturitasparu janin atau
amniotic
g. Pemantauan elektronik : menvalidasi aktivitas uterus atau status
janin
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan ketuban
pecah dini adalah :
a. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini
b. Risiko tinggi trauma maternal berhubungan dengan disfungsi persalinan
c. Cemas berhubungan dengan kehilangan kehamilan
d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontruksi uterus
e. Risiko tinggi untuk trauma fetal berhubungan dengan hypoxia
3. Perencanaan
a.Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.
Tujuan : memperlihatkan kemajuan tanpa terjadi komplikasi infeksi
Kriteria Hasil :
1) Cairan amnion ibu tidak menyengat
2) Hindari pemeriksaan pervagina
3) Observasi drainaseamnitik teradap warna jumlah dan baunya tiap 2
sampai 4 jam.
Intervensi:
1) Kaji Kondisi Ketuban
2) Pantau tanda-tanda infeksi
3) Dengarkan DJJ
4) Kolaborasi pemberian Antibiotik
Rasionalisasi :
1) Untuk mencegah terjadinya infeksi
2) Untuk mengetahui keadaan janin
3) Perihal pemberian antibiotik