Anemia Post Partum
Anemia Post Partum
ANEMIA POSTPARTUM
Makalah Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas
ELVA LINANDORI
1021993
ANEMIA POSTPARTUM
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masa postpartum merupakan tantangan bagi banyak ibu yang baru melahirkan.
Pemulihan dari proses melahirkan, belajar menjadi orang tua dan mengurus diri sendiri
membutuhkan banyak energy. Menderita anemia pada masa postpartum dapat membuat
proses ini menjadi lebih sulit. Anemia terjadi jika kadar hemoglobin dalam darah rendah.
Hemoglobin adalah zat pembawa oksigen dalam sel darah merah. Jika terjadi dalam system
transportasi oksigen (misalnya anemia) akan menyebabkan tubuh sulit untuk bekerja.
Anemia postpartum dapat didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 10 g/dl, hal ini
merupakan masalah yang umum dalam bidang obstetric. Meskipun wanita hamil dengan
kadar besi yang terjamin, konsentrasi hemoglobin biasanya berkisar 11-12 g/dl sebelum
melahirkan. Hal ini diperburuk dengan kehilangan darah pada saat melahirkan dan masa
nifas. Menurut analisa terbaru, kehilangan darah pada saat postpartum diatas 500 ml masih
merupakan suatu masalah meskipun pada obstetric modern.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Selesai melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan anemia postpartum, penulis
berharap mendapatkan gambaran umum,, menerapkan asuhan kebidanan dan mampu
mendeteksi sedini mungkin masalah atau kompilkasi yang mungkin terjadi pada ibu nifas
terutama terkait dengan masalah anemia postpartum dan pernulis berharap agar dapat
mengembangkan kemampuan berfikir dalam menemukan masalah dan mencari pemecahan
masalah tersebut.
Masa setelah melahirkan merupakan masa yang memiliki banyak tantangan bagi
kebanyakan ibu-ibu muda. Pemulihan dari melahirkan, belajar menjadi orang tua, dan
mengurus diri sendiri membutuhkan banyak tenaga. Menderita anemia setelah melahirkan
dapat memperburuk keadaan. Anemia menyebabkan kadar hemoglobin menurun.
Hemoglobin merupakan pembawa oksigen ke dalam sel darah merah, karena sel darah merah
bertanggung jawab untuk membawa oksigen ke sel2 alin di dalam tubuh, adana masalah
dengan pengantaran oksigen (yang terjadi bila menderita anemia) akan menyebabkan tubuh
tidak dapat bekerja dengan semestinya.
Zat besi merupakan komponen kunci dari hemoglobin, apabila tubuh kekurangan zat besi
akan menyebabkan system pengantaran oksigen dalam tubuh yang akan menyebabkan gejala-
gejala sulit bernafas dan kondisi kelelahan yang merupakan gejala klasik anemia.
2. Etiologi
Anemia defisiensi besi merupakan penyebab paling sering dari anemia postpartum yang
disebabkan oleh intake zat besi yang tidak cukup serta kehilangan darah selama kehamilan
dan persalinan. Anemia postpartum behubungan dengan lamanya perawatan dirumah sakit,
depresi, kecemasan, dan pertumbuhan janin terhambat.
Kehilanga darah adalah penyebab lain dari anemia. Kehilangan darah yang signifikan
setelah melahirkan dapat meningkatkan risiko terjadinya anemia postpartum. Banyaknya
cadangan hemoglobin dan besi selama persalinan dapat menurunkan risiko terjadinya anemia
berat dan mempercepat pemulihan.
5. Diagnosis
Besi merupakan salah satu komponen kunci dari hemoglobin, oleh karena itu tubuh yang
kekurangan besi akan berdampak pada system transformasi oksigen yang akan
mengakibatkan gejala sepert nafas pendek dan lemas yang merupakan dua gejala klasik dari
anemia.
Normal kadar hemoglobin pada hari keempat postpartum adalah lebih dari 10 g/dl dengan
kadar eritrosit paling sedikit 3,5 juta/ml. ketika kadar hemoglobin di bawah 10g/dl dan akadar
eritrosit kurang dari 3,5 juta/ml maka dapat didiagnosis anemia, jika kadar hemoglobin diatas
8 g/dl disebut anemia ringan dan jika berada pada level dibawahnya maka disebut anemia
berat.
6. Insiden
Survey yang dilakukan terhadap 1000 pasien di rumah sakit Henrontin, Cichago dimana
darah pasien diperiksa pada empat hari postpartum ditemukan 20% mengalami anemia. Pada
pasien tersebut, 15 pasien diantaranya mengalami anemia ringan dan 5% lagi mengalami
anemia berat.
Sekitar 21% wanita dengan kadar hemoglobin normal selama kehamilan trimester III
didapatkan mengalami anemia pada kunjungan postpartum yang pertama.
Telah diakui bahwa hidremia pada wanita hamil menetap sampai periode postpartum dini.
Meskipun penanda hilangnya hidremia yaitu 24 jam postpartum. Namun rata-rata darah
wanita normal yang tidak hamil baru muncul setelah tujuh hari.
Defisiensi besi postpartum dan anemia adalah masalah kesehatan utama dimasyarakat.
diAmerika, hamper 13% perempuan 0-6 bulan postpartum mengalami defisiensi besi dan
10% mengalami anemia. Untuk menurunkan morbiditas akibat anemia pada periode
postpartum, penting untuk melakukan skrining perempuan mana yang membutuhkan
pengobatan.
7. Pencegahan
Centre for Disease Control and Prevention merekomendasikan untuk melakukan skrining
anemia terhadap wanita 4-6 minggu postpartum, dengan perdarahan yang banyak sewaktu
melahirkan, dan pada kelahiran kembar.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian suplemen besi pada masa kehamilan
memberikan hasil kadar hemoglobin ibu lebih tinggi sampai dua bulan postpartum dan
konsentrasi serum feritin lebih tinggi sampai enam bulan postpartum. Level feritin
memberikan gambaran jumlah cadangan besi dalam tubuh.
Selama kehamilan, absorbs besi lebih efisien. Hal ini menguntungkan bagi wanita hamil yang
membutuhkan peningkatan kadar zat besi dalam tubuh. Mengingat kebutuhan kalori tidak
meningkat sebanyak itu ( hanya membutuhkan 500 tambahan kalori), untuk mendapatkan
kebutuhan zat besi diperlukan tambahan sebesar 3000 kalori sehari. Hal ini kemudian
menyebabkan suplemen besi lebih banyak dipilih. Besi bukan hanya satu-satunya yang
mampu mempertahankan kadar hemoglobin. Banyak dari perempuan yang mengalami
anemia tidak responsive hanya dengan pemberian preparat besi saja. Asam folat, B12, dan
protein semuanya mempunyai peran pada struktur hemoglobin. Vitamin A dan C juga
memberikan kontribusi dalam absorbs besi.
Prinsip pencegahan terjadinya anemia postpartum adalah perdarahan selama persalinan harus
dimaksimalkan dengan penatalaksanaan aktif pada kala tiga. Wanita dengan risiko tinggi
mengalami perdarahan harus dianjurkan untuk melahirkan di rumah sakit. Control yang ketat
terhadap wanita yang berobat dengan antikoagulan seperti low-molecular-heparin (LMWH)
akan meminimalisir kehilangan banyak darah.
Berdasarkan fakta yang didukung dengan berbagai hasil penelitian, menejemen aktif kala tiga
merupakan suatu metode yang terbukti untuk menurunkan jumlah kehilangan darah
postpartum. HB sebelum persalinan harus dioptimalkan untuk mencegah terjadinya anemia.
BAB III
TINJAUAN KASUS
h. Genitalia
1.Pengeluaran lochea : Rubra
2.Perinium : Tidak ada bekas jahitan
Pemeriksaan labor
Hb : 9% gr/dl
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.scribd.com/doc/46490832/Anemia-Postpartum
2. Brugnara C, Beris P. Iron therapy. The handbook 2009 Edition;2009;Available from:
http://www.anemia.org.com/
3. Bachnas MA, Siswishanto R, Akaff Z. Perbandingan Peningkatan Kadar Hemoglobin Antara
Pemberian Besi Sukrosa Intravena Dengan Besi Oral Pada Anemia Postpartum Bagian
Obstetri dan Ginekologi Yogyakarta Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada; 2009.
4. Caughan S. Postpartum anemia: Can Prenatal Suplements Prevent It ? 2009 [Cited 16th
November 2010]; Available from:
http://www.motherandchildhealt.com/Prenatal/prenatal.htm.
5. Wolf JR, Rosner MA. Postpartum anemia. Obstetrics and Gynecology. 1953
Poskan Komentar
Viewers
1886
Arsip Blog
► 2013 (1)
▼ 2012 (6)
o ▼ Juni (6)
LOTUS BIRTH
ANEMIA POSTPARTUM
PERDARAHAN POSTPARTUM
PERSALINAN
KEHAMILAN
TEKHNIK MENYUSUI YANG BENAR
Mengenai Saya
Elva Linandori
Lihat profil lengkapku