Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH BIOETIKA

ISSUE-ISSUE BIOETIKA DALAM DUNIA MEDIS

KELOMPOK 5

JANNAH KHOFTIAH 18032010

VIRDA SEPTIANINGSIH 18032146

DOSEN PEMBIMBING :

Dr. IRDAWATI S. Si M. Si

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata'ala, berkat izin dan
karunia-Nyalah sehingga penulis memiliki kesempatan menyelesaikkan makalah Mikrobiologi
Tanah tentang “Issue-issue bioetika dalam dunia medis” sesuai dengan waktu yang telah
diberikan meski banyak kekurangannya. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak
mendapat pengetahuan tambahan. Karena itu kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Dosen dan Pembimbing pada Mata kuliah Mikrobiologi Tanah.

Makalah ini di susun untuk memenuhi syarat menyelesaikan studi kami,Penulis


menyadari bahwa dalam pnyusunan makalah ini banyak hal-hal yang perlu disempurnakan dan
diperbaiki, oleh karenanya kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan
kesempurnaan makalah ini, agar dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Padang, 6 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................….i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................iii

1.1 Latar Belakang................................................................................................................iii

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................iv

1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………..iv

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................................3

A. Bioetik…….……………………………….…… ………………………………………...7
B. Transplantasi Organ dan Jaringan Tubuh…………………………… ………………..….8
C. Bayi Tabung……………………………………………………………………………..12
BAB III PENUTUP..................................................................................................................15

Kesimpulan...........................................................................................................................16

Saran....................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan zaman dan Perkembangan pendidikan saat ini merupakan
sebagai konsekwensi dari logis globalisasi. Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang
sedemikian cepat dalam segala bidang serta meningkatnya pengetahuan masyarakat
berpengaruh pula terhadap meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan
kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Hal ini merupakan tantangan bagi profesi
keperawatan dalam mengembangkan profesionalisme selama member pelayanan yang
berkualitas. Kualitas pelayanan yang tinggi memerlukan landasan komitmen yang kuat
dengan basis pada etik dan moral yang tinggi. Sebagai tenaga yang professional,dalam
melaksanakan tugasnya diperlukan suatu sikap yang menjamin terlaksananya tugas tersebut
dengan baik dan bertanggung jawab secara moral.
Dalam memberikan asuhun keperawatan perawatan mengacu pada etika keperawatan
mengacu pada bioetik yang merupakan cabang etik dan mengkaji masalah etika dalam dunia
kesehatan. Issue bioetik keperawatan mencakup banyak hal, sesuai dengan kewenangan
perawat, sesuai dengan bidang kerjanya, diantaranya keperawatan anak, gerontik, bedah,
maternitas, komunitas, keluarga dan lain-lain. Salah satu contoh kasus issue bioetik adalah
Transplantasi Organ.
Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik yang sangat
bermanfaat bagi pasien dengan ganguan fungsi organ tubuh yang berat. Ini adalah terapi
pengganti (alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk menolong pasien dengan
kegagalan organnya,karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan dan hingga dewasa ini
terus berkembang dalam dunia kedokteran,namun tindakan medik ini tidak dapat dilakukan
begitu saja,karena masih harus dipertimbangkan dari segi non medik,yaitu dari segi
agama,hokum,budaya,etika dan moral.kendala lain yang dihadapi Indonesia dewasa ini
dalam menetapkan terap transplatasi,adalah terbatasnya jumlah donor keluarga (Living
Related Donor,LRD)dan donasi organ jenazah.karena itu diperlukan kerjasama yang saling
mendukung antara para pakar terkait(hulum,kedokteran,sosiologi,pemuka agama,pemuka
masyarakat),pemerintah dan swasta.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana issue-issue bioetika dalam dunia medis?


2. Apakah konflik nilai dan pemecahannya terkait dengan teknologi reproduksi dan
transplantasi organ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui issue-issue bioetika dalam dunia medis
2. Untuk mengetahui konflik nilai dan pemecahannya terkait dengan teknologi reproduksi
dan transplantasi organ
BAB II
PEMBAHASAN

A. BIOETIK
1. Pengertian Bioetik
Bioetik adalah cabang etika yang mengkaji masalah etika dalam dunia kesehatan
atau etika yang berkaitan dengan pendekatan terhadap asuhan kesehatan. Bioetik
merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik,
menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Bioetik mulai berkembang pada awal
tahun 1960-an karena saat itu banyak bermunculan teknologi medis sebagai upaya
untuk memperpanjang atau meningkatkan kualitas hidup manusia.
Lebih lanjut, bioetik difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang
hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan
theology. Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etik pada
moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada
manusia. Pada lingkup yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan
moral yang mungkin membantu atau bahkan membahayakan kemampuan organisme
terhadap perasaan takut dan nyeri, yang meliputi semua tindakan yang berhubungan
dengan pengobatan dan biologi.
2. Pendekatan Bioetik
Dalam pelaksanannya, etika keperawatan mengacu pada bioetik yang terdiri dari
tiga pendekatan yaitu pendekatan teleologik, pendekatan deontologik, dan pendekatan
intiutionism.
a. Pendekatan teleologik
Pendekatan teleologik adalah suatu doktrin yang menjelaskan fenomena
dan akibatnya, dimana seseorang yang melakukan pendekatan terhadap etika
dihadapkan pada konsekuensi dan keputusan-keputusan etis. Secara singkat,
pendekatan tersebut mengemukakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan the
end justifies the means (pada akhirnya, membenarkan secara hukum tindakan atau
keputusan yang diambil untuk kepentingan medis). Penggunaan istilah teleologik
dan intiutionism kadang-kadang dipertukarkan walaupun keduanya dianggap
sebagai bagian dari teleologi dan mempunyai pemikiran yang sama tentang the
end justifies the means and the greatest good for the greatest number (keputusan
moral yang dibuat berdasarkan konsekuensi tindakan dan bukan kebenaran
tindakan). Pada umumnya, pelaksanaan riset medis mendukung dilakukannya
pendekatan ini dalam menghadapi masalahmasalah medis.
Contoh:
1) Dalam situasi dan kondisi dimana seseorang pasien harus segera dioperasi,
sedangkan tidak ada ahli bedah yeng berpengalaman dalam bidang tersebut,
dokter ahli bedah yang belum berpengalaman sekalipun tetap dibenarkan
untuk melakukan tindakan pembedahan sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya. Hal ini dilakukan demi keselamatan klien.
2) Seorang perawat yang harus menghadapi kasus kebidanan karena tidak ada
bidan dan jarak untuk rujukan terlalu jauh, dapat memberikan pertolongan
sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya demi
keselamatan klien.
b. Pendekatan deontologik
Pendekatan deontologi merupakan suatu teori atau studi tentang kewajiban
moral. Simplifikasi dari pendekatan deontologi adalah moralitas dari suatu
keputusan etis yang sepenuhnya terpisah dari konsekuensinya.
Contoh:
Seorang perawat yang berkeyakinan bahwa menyampaikan suatu kebenaran
merupakan hal yang sangat penting dan tetap harus disampaikan, tanpa peduli
apakah hal tersebut mengakibatkan orang lain tersinggung atau bahkan syok.
Perbedaan dari kedua pendekatan diatas dapat dilihat penerapannya dalam
kasus-kasus etis, misalnya pada kasus aborsi seperti dibawah ini:
1) Seseorang yang menggunakan pendekatan teleologik, terhadap issue etis
aborsi, mungkin mempertimbangkan bahwa tujuan menyelamatkan kehidupan
ibu merupakan hal yang dibenarkan untuk dilakukannya aborsi.
2) Seseorang yang menggunakan pendekatan deontologik, terhadap aborsi,
mungkin akan mempertimbangkan bahwa secara moral terminasi kehidupan
merupakan hal yang buruk untuk dilakukan. Oleh karena itu, orang tersebut
tidak akan mencelakakan janin yang ada dalam kandungan tanpa
mempertimbangkan konsekuensinya bagi si ibu. Pendekatan tersebut dapat
dilakukan tanpa menentukan keputusan.
c. Pendekatan intuitionism
Pendekatan ini menyatakan pandangan atau sifat manusia dalam
mengetahui hal yang benar dan salah. Hal tersebut terlepas dari pemikiran
rasional atau irasionalnya suatu keadaan.
Contoh:
Seorang perawat sudah tentu mengetahui bahwa menyakiti pasien meripakan
tindakan yang tidak benar. Hal tersebut tidak perlu diajarkan lagi kepada perawat
karena sudah mengacu pada etika dari seorang perawat yang diyakini dapat
membedakan mana yang gaik dan mana yang buruk untuk dilakukan.
3. Issue Bioetik
Issue bioetik melibatkan perawat dalam pelaksanaan praktik keperawatan dan
berhubungan dengan profesi lain. Hal ini muncul hampir disemua bidang praktik
keperawatan. Issue dalam bioetik antara lain peningkatan mutu genetik, etika
lingkungan, pemberian pelayanan kesehatan. Dapat disimpulkan bahwa issue bioetik
lebih berfokus pada dilema yang menyangkut perawatan kesehatan modern, aplikasi
teori etik dan prinsip etik terhadap masalah-masalah pelayanan kesehatan.
Adanya perkembangan dan perubahan yang terjadi pada ruang lingkup praktik
keperawatan dan bidang teknologi medis akan mengakibatkan terjadinya peningkatan
konflik antara nilai-nilai pribadi yang dimiliki perawat dengan pelaksanaan praktik
keperawatan yang dilakukan setiap hari. Selain itu, pihak atasan membutuhkan
bantuan dari perawat untuk melaksanakan tugas pelayanan keperawatan tertentu dan
dilain pihak, perawat mempunyai hak untuk menerima atau menolak tugas tersebut
sesuai dengan nilai-nilai pribadi mereka. Salah satu issue bioetik adalah euthanasia
yang merupakan suatu dilema yang dihadapkan pada kontradiksi antara etika, moral
dan hukum.
B. TRANSPLANTASI ORGAN DAN JARINGAN TUBUH
1. DEFENISI
Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan alat dan
atau jaringan organ tubuh manusia yang berasal dari tubuh sendiri atau tubuh orang
lain dalam rangka pengobatan untuk menggantikan alat atau jaringan organ tubuh
yang tidak berfungsi dengan baik dan hingga dewasa ini terus berkembang dalam
dunia kedokteran,namun tindakan medik ini tidak dapat dilakukan begitu saja,karena
masih harus dipertimbangkan dari segi non medik,yaitu dari segi
agama,hokum,budaya,etika dan moral.kendala lain yang dihadapi Indonesia dewasa
ini dalam menetapkan terapi transplatasi,adalah terbatasnya jumlah donor keluarga
(Living Related Donor,LRD)dan donasi organ jenazah.karena itu diperlukan
kerjasama yang saling mendukung antara para pakar terkait
(hukum,kedokteran,sosiologi,pemukaagama,pemuka masyarakat),pemerintah dan
swata.
2. JENIS –JENIS TRANSPLANTASI
Kini telah dikenal beberapa jenis transplantasi atau pencangkokan ,baik berupa
cel,jaringan maupun organ tubuh yaitu sebagai berikut:
a. Transplantasi Autologus
Yaitu perpindahan dari satu tempat ketempat lain dalam tubuh itu sendiri,yang
dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi,
b. Transplantasi Alogenik
Yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang sama spesiesnya,baik dengan
hubungan keluarga atau tanpa hubungan keluarga,
c. Transplantasi Singenik
Yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang identik,misalnya pada
gambar identik,
d. Transplantasi Xenograft
Yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang tidak sama spesiesnya
Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari donor yang
hidup atau dari jenazah orang yang baru meninggal dimana meninggal sendiri
didefinisikan kematian batang otak,
- Organ-organ yang diambil dari donor hidup seperti : kulit ginjal
sumsum tulang dan darah (transfusi darah).
- Organ-organ yang diambil dari jenazah adalah
jantung,hati,ginjal,kornea,pancreas,paru-paru dan sel otak.
Dalam 2 dasawarsa terakhir telah dikembangkan tehnik transplantasi seperti
transplantasi arteria mamaria interna dalam operasi lintas koroner oleh George E. Green.
dan Parkinson
a. Sel Induk
Berasal dari bahasa inggris (stem cell) merupakan sel yang belum berdeferensiasi dan
mempunyai potensi untuk dapat berdeferensiasi menjadi jenis sel lain.kemampuan
tersebut memungkinkan sel induk mrnjadi sistem perbaikan tubuh dengan
menyediakan sel-sel baruselama organisne bersangkutan hidup. Peneliti medis
meyakini bahwa penelitian sel induk berpotensi untuk mengubah keadan penyakit
manusia deangan cara digunakan perbaikan jaringan atau organ tubuh tertentu,hal ii
tampaknya belum benar-benar diwujudkan
dewasa ini.
Penelitian sel induk dapat dikatakan dimulai pada tahun 1960_an setelah
dilakukannya penelitian oleh ilmuan kanada,Ernest A.McCulloch dan James E.Till.
b. Macam-Macam Sel Induk
Berdasarkan potensi :
 Sel induk ber-totipotensi (toti=total)
 Sel induk ber-multipotensi
 Sel induk ber-unipotensi (uni-tunggal)
Berdasarkan asalnya :
 Sel induk embrio (embrio stem cell)
 o Sel induk dewasa (adult stem cell)
Menurut sumbernya transplantasi sel induk dapat dibagi menjadi :
 Transplantasi sel induk dari sumsum tulang (bone marrow transplantation)
Sumsun tulang adalah jaringan spond yang terdapat dalam tulang-tulang
besar seperti tulang pinggang,tulang dada,tulang punggung dan tulang
rusuk.
Sumsum tulang merupakan sumber yang kaya akan sel induk hematopoetik.
 Transplantasi sel induk darah tepi (peripheral blood stem cell
transplantation) Peredaran tepi merupakan sumber sel induk walaupun
jumlah sel induk yang terkandung tidak sebanyak pd sumsum tulang.untuk
jumlah sel induk mencukupi suatu transplantasi. biasanya pada donor
diberikan granulocy tecolony stimulating factor (G-CSF). Transplantasi
dilakukan dengan proses yang disebut Aferesis.
 Transplantasi sel induk darah tali pusat Darah tali pusat mengandung sejulah
sel induk yang bermakna dan memiliki keunggulan diatas transplantasi sel
induk dari sumsum tulangatau dari darah tepi bagi pasien-pasien
tertentu.Transplantasi sel induk dari darah tali pusat telah mengubah bahan
sisa dari proses kelahiran menjadi sebuah sumber yang dapat
menyelamatkan jiwa.
3. ASPEK HUKUM TRANSPLANTASI
Dari segi hukum ,transplantasi organ,jaringan dan sel tubuh dipandang sebagai suatu
hal yang mulia dalam upaya menyehatkan dan mensejahterakan manusia,walaupun
ini adalah suatu perbuatan yang melawan hukum pidana yaitu tindak pidana
penganiayaan.tetapi mendapat pengecualian hukuman,maka perbuatan tersebut tidak
lagi diancam pidana,dan dapat dibenarkan. Dalam PP No.18 tahun 1981 tentana
bedah mayat klinis, beda mayat anatomis dan transplantasi alat serta jaringan tubuh
manusia tercantum pasal tentang transplantasi sebagai berikut:
a. Pasal 1.
1. Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringa tubuh yang dibentuk oleh
beberapa jenis sel dan mempunyai bentuk serta faal (fungsi) tertentu untuk tubuh
tersebut.
2. Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mmempunyai bentuk dan faal (fungsi)yang
sama dan tertentu.
3. Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan dan atau
jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain dalam rangka pengobatan
untuk menggantikan alat dan atau jaringan tubuh ynag tidak berfungsi dengan baik.
4. Donor adalah orang yang menyumbangkan alat atau jaringan tubuhnya kepada
orang lain untuk keperluan kesehatan.
5. Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang
berwenang bahwa fungsi otak,pernafasan,dan atau denyut jantung seseorang telah
berhenti.

Ayat 5 mengenai definisi meninggal dunia kurang jelas,maka IDI dalam seminar
nasionalnya mencetuskan fatwa tentang masalah mati yaitu bahwa seseorang
dikatakan mati bila fungsi spontan
pernafasan dan jantung telah berhenti secara pasti atau irreversible,atau terbukti telah
terjadi kematian batang otak.
b. Pasal 10.
Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia dilakukan dengan
memperhatikan ketentuan yaitu persetujuan harus tertulis penderita atau keluarga
terdekat setelah penderita meninggal dunia.
c. Pasal 11
1) Transplantasi organ dan jaringan tubuh hanya boleh dilakukan oleh dokter yang
ditunjukolehmentri kesehatan
2) Transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia tidak boleh dilakukan oleh dokter
yang merawat atau mengobati donor yang bersangkutan
d. Pasal 12
Penentuan saat mati ditentukan oleh 2 orang dokter yang tudak ada sangkut paut
medik dengan dokter yang melakukan transplantasi.
e. Pasal 13
Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksudkan yaitu dibuat diatas kertas materai
dengan 2(dua) orang saksi.
f. Pasal 14
Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau
bank mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia,dilakukan dengan
persetujuan tertulis dengan keluarga terdekat.
g. Pasal 15
1) Senbelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia
diberikan oleh donor hidup,calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu diberitahu
oleh dokter yang merawatnya,termasuk dokter konsultan mengenai operasi,akibat-
akibatya,dan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.
2) Dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus yakin benar ,bahwa calon
donor yang bersangkutan telah meyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut.
h. Pasal 16
Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak dalam kompensasi
material apapun sebagai imbalan transplantasi.
i. Pasal 17
Dilarang memperjual belikan alat atau jaringan tubuh manusia
j. Pasal 18
Dilarang mengirim dan menerima alat dan jaringan tubuh manusia dan semua bentuk
ke dan dari luar negeri. Selanjutnya dalam UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
dicantumkan beberapa
oasal tentang transplantasi sebagai berikut:
a. Pasal 33.
1) Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan transplantasi
organ dan jaringan tubuh,transfuse darah ,imflan obat dan alat kesehatan,serta bedah
plastic dan rekontruksi.
2) Transplantasi organ dan jaringan serta transfuse darah sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan kemanusiaan yang dilarang untuk
tujjuan komersial.
b. Pasal 34
1) Transplantasi organ dan jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan disaran kesehatan
tertentu.
2) Pengambilan organ dan jaringan tubuh dari seorang donor harus memperhatikan
kesehatan donor yang bersangkutan dan ada persetujuan ahli waris atau keluarganya.
3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi sebagaimana
yang dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
4. ASPEK ETIK TRANSPLANTASI
Transplantasi merupakan upaya terakhir untuk menolong seorang pasien dengan
kegagalan fungsi salah satu organ tubuhnya.dari segi etik kedokteran tindakan ini wajib
dilakukan jika ada indikasi,berlandaskan dalam KODEKI,yaitu:
a. Pasal 2.
Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi.
b. Pasal 10.
Setiap dokter harus senantiasa mengingat dan kewajibannya melindungi hidup insani.
c. Pasal 11.
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
keterampilannya untuk kepentingan penderita.
Pasal-pasal tentang transplantasi dalam PP No. 18 tahun 1981,pada hakekatnya telah
mencakup aspek etik,mengenai larangan memperjual belikan alat atu jaringan tubuh
untuk tujuan transplantasi atau meminta kompensasi material. Yang perlu
diperhatikan dalam tindakan transplantasi adalah penentuan saat mati seseorang akan
diambil organnya,yang dilakukan oleh (2) orang doter yang tidak ada sangkut paut
medik dengan dokter yang melakukan transplantasi, ini erat kaitannya dengan
keberhasilan transplantasi, karena bertambah segar organ tersebut bertambah baik
hasilnya. tetapi jangan sampai terjadi penyimpangan karena pasien yang akan diambil
organnya harus benar-benar meninggal dan penentuan saat meninggal dilakukan
dengan pemeriksaan elektroensefalografi dan dinyatakan meninggal jika terdapat
kematian batang otak dan sudah pasti tidak terjadi pernafasan dan denyut jantung
secara spontan.pemeriksaan dilakukan oleh para dokter lain bukan dokter
transplantasi agar hasilnya lebih objektif.

Transplantasi menurut hukum Islam Pada dasarnya, ada beberapa persoalan yang
terjadi dalam transplantasi, sehingga memerlukan dasar hukumnya, di antaranya:
1. Transplantasi organ tubuh dalam keadaan hidup
Apabila transplantasi organ tubuh diambil dari orang yang masih dalam
keadaan hidup sehat, maka hukumnya haram dengan alasan sebagaimana
firman Allah Surat alBaqarah 195, berbunyi:
"Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik."
Ayat tersebut menjelaskan bahwa kita jangan gegabah dan ceroboh dalam
melakukan sesuatu, tetapi harus memperhatikan akibatnya, yang
memungkinkan bisa berakibat fatal bagi diri donor.
Menurut Zuhdi, ada beberapa dalil yang dinilai sebagai dasar pengharaman
transplantasi organ tubuh ketika pendonor dalam keadaan hidup.11
Misalnya, Q.S. alBaqarah: 195 dan hadits Rasulullah Saw:
‫ال ضرر وال ضرار‬
Tidak diperbolehkan adanya bahaya pada diri sendiri dan tidak boleh
membayakan diri orang lain. (HR. Ibnū Majah).
Sedangkan dilihat dari kaidah hukumnya terhadap pendonor yang masih
hidup, yaitu:
‫درء المفاسد مقدم على جلب المصالح‬
“Menolak kerusakan lebih didahulukan dari pada meraih kemaslahatan”
‫الضرر ال يزال بالضرر‬
Bahaya tidak boleh dihilangkan dengan bahaya lainnya.”
Kaidah di atas menegaskan bahwa dalam Islam tidak dibenarkan
penanggulangan suatu bahaya dengan menimbulkan bahaya yang lain.
Sedangkan orang yang mendonorkan organ tubuhnya dalam keadaan hidup
sehat dalam rangka membantu dan menyelamatkan orang lain adalah dinilai
upaya menghilangkan bahaya dengan konsekuensi timbulnya bahaya yang
lain. Seseorang harus lebih mengutamakan menjaga dirinya dari kebinasaan,
daripada menolong orang lain dengan cara mengorbankan diri sendiri dan
berakibat fatal, akhirnya ia tidak mampu melaksanakan tugas dan
kewajibannya, terutama tugas kewajibannya dalam melaksanakan ibadah.
Transplantasi seseorang harus lebih mengutamakan memelihara dirinya dari
kebinasaan dari pada menolong orang lain dengan cara mengorbankan diri
sendiri, akhirnya ia tidak dapat melaksanakan tugasnya dan kewajibannya
terutama tugas kewajibannya dalam melaksanakan ibadah
Sementara dilihat dari pandangan ulama mengenai hal ini, di antaranya:
Qardhawi, membolehkan transplantasi organ hidup. Beliau berpendapat
bahwa walaupun tubuh ini merupakan titipan Allah, namun manusia diberi
wewenang untuk mempergunakan dan memanfaatkannya, sebagaimana boleh
mendermakan harta.13 Pada hakikatnya harta adalah milik Allah, tapi
manusia diberi wewenang untuk memiliki dan membelanjakannya.
Sebagaimana firman Allah surat an-Nūr 33: Dan berikanlah kepada mereka
sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu.
2. Transplantasi organ tubuh  dari donor yang telah meninggal

Transplantasi dapat dilakukan dengan syarat si pendonor telah mewariskan


sebelum ia meninggal atau dari ahli warisnya (jika sudah wafat). Menurut
jumhur ulama kebolehan transplantasi donor yang telah meninggal alasannya
bahwa transplantasi merupakan salah satu jenis pengobatan sedangkan
pengobatan merupakan hal yang disuruh dan disyariatkan dalam Islam
terdapat dua hal yang muarat dalam masalah ini yaitu antar memotong bagian
tubuh yang suci dan dijaga dan antara menyelamatkan kehidupan yang
membutuhkan kepada organ tubuh mayat tersebut.Namun kemudharatan yang
terbesar adalah kemudharatan untuk menyelamatkan kehidupan manusia.

3. Transplantasi organ tubuh  dalam keadaan darurat


Jumhur ulama Fiqh yang terdiri dari sebagian ulama Mahab anaf, Malik,
Syafi' dan anbali, berpendapat bahwa memanfaatkan organ tubuh manusia
sebagai pengobatan dibolehkan dalam keadaan darurat. Dan selaras juga
dengan qaidah fiqhiyyah: "Darurat akan membolehkan yang diharamkan."
Selanjutnya, dalam  qaidah fiqhiyah yang lain disebutkan: "Bahaya harus
dihilangkan.
Dalam keadaan darurat seperti ini maka apapun yang kita dapati menjadi
halal. Hal ini bisa dikatakan darurat apabila sudah tidak ada pilihan lagi selain
harus memilih itu, sekalipun pilihan yang kita pilih adalah haram. Yang dalam
hal ini apabila kita tidak melakukannya dapat membahayakan nyawa.

Seperti contohnya, apabila sedang naik gunung dan ketika hendak pulang
ternyata tersesat atau lupa jalan pulang sedangkan persediaan makanan sudah
menipis dan hampir habis, menahan lapar dengan harapan menemukan jalan
keluar untuk pulang dan ternyata makin berjalan makin tersesat jauh sehingga
menjadikan perutnya sangat lapar dan apabila tidak makan dapat membuat
kehilangan nyawa.

Allah SWT berfirman :

"Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagi kalian bangkai, darah,


daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah.
Tetapi barangsiapa dalam keadaaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa
atasnya." (Q.S. Al Baqarah : 173)

Dan dalam keadaan seperti ini apabila didapatinya bangkai maka menjadi
halal bangkai itu, yang dalam hukum aslinya bangkai merupakan salah satu
makanan yang diharamkan tetapi dalam hal ini diperbolehkan karena tidak ada
pilihan lagi selain itu guna mempertahankan hidup.

C. BAYI TABUNG
Bayi tabung, atau yang biasa disebut dengan fertilisasi in vitro, adalah solusi
medis yang sering digunakan oleh pasangan suami istri yang sulit mendapatka keturunan.
Bayi tabung telah membawa dampak yang besar kepada dunia reproduksi manusia.
Keberhasilan dari metode yang juga disebut sebagai fertilisasi in vitro ini telah membawa
harapan baru bagi pasangan suami istri yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan
keturunan dan telah terbukti dengan jutaan pelaksanaan klinis yang berhasil.
Tahapan dari pelaksanaan klinis fertilisasi in vitro dimulai dari stimulasi ovarium.
Stimulasi ovarium dilanjutkan dengan pengambilan oosit, yang kemudian baru
dilaksanakanlah fertilisasi in vitro. Fertilisasi in vitro, atau yang biasa disingkat IVF,
dapat dilakukan melalui tahapan injeksi sperma intrasitoplasmik ataupun secara spontan.
Setelah tahapan IVF, embrio kemudian dimasukkan ke dalam rongga rahim.
Bayi tabung atau IVF tidak jarang menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat.
Meskipun terlihat membawa harapan baru bagi pasangan infertilitas, ternyata ada
pendapat lain yang harus dipertimbangkan. IVF dipandang oleh beberapa orang sebagai
metode yang menyimpang dari nilai-nilai agama, etika, dan juga moral.
Hal ini tidak lain didasari oleh metode bayi tabung yang menyebabkan
terpisahnya hubungan antara tubuh manusia dan juga tubuh itu sendiri dari tahapan
reproduksi. Banyak juga yang mengkhawatirkan hal-hal lain seperti kerahasiaan dari
donor sperma, keamanan sperma yang disumbangkan, serta hak dari sang anak untuk
mengetahui asal usulnya. Tak hanya itu, embrio-embrio sisa yang masih berada tahap
awal perkembangan dan tidak ikut digunakan untuk metode bayi tabung ini masih
dipertanyakan status moral dan hukumnya. Hal ini tanpa terkecuali juga berlaku bagi
embrio beku.
Namun, kekhawatiran etis dari tahun ke tahun sudah tidak lagi menjadi fokus
utama. Hal yang menjadi pertimbangan sekarang adalah bagaimana di tahun-tahun ke
depan metode bayi tabung ini bisa disalahgunakan, mengingat embrio dapat bertahan jika
ditempatkan di laboratorium untuk kemudian dianalisis. Analisis ini dapat
disalahgunakan untuk memanipulasi embrio tersebut.
Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah tingkat kesuksesan dari metode bayi
tabung ini. Metode ini memang menggunakan peralatan yang sangat maju dan canggih.
Namun, hal ini tidak menjamin keberhasilannya. Embrio bisa cacat, dan tidak ditutup
kemungkinannya embrio tersebut gagal ditanamkan di dalam rahim.
Selain menuai pro dan kontra, terdapat juga beberapa mitos yang ternyata salah
mengenai bayi tabung atau bayi tabung ini. Mitos pertama yang akan dibahas adalah
bahwa metode bayi tabung ini dikabarkan hanya berlaku bagi pasangan muda saja. Hal
ini tidak sepenuhnya benar, dikarenakan telur lebih mudah digunakan pada usia yang
lebih tua. Namun, yang perlu diingat adalah tingkat kehamilan kelompok usia muda yang
lebih tinggi dari kelompok usia tua.
Menurut penelitian oleh Dovey (2008), tingkat kehamilan kumulatif lebih dari 3
hingga 9 bulan adalah sekitar 1,8% setelah wanita berusia lebih dari 42 tahun. Pasangan
dengan wanita yang lebih tua direkomendasikan menggunakan metode bayi tabung.
Rekomendasi ini sangat cocok untuk wanita usia lebih dari 40 tahun.
Mitos kedua yang sering didengar di kalangan masyarakat adalah kepercayaan
akan tingkat keberhasilan 100% dari metode bayi tabung ini. Ini tidak benar, mengingat
ada beberapa faktor yang memengaruhi kesuksesan metode ini, seperti kondisi hormonal,
penyebab infertilitas dari masing-masing individu, serta usia.
Selain itu, lingkungan dan kondisi dari laboratorium embriologi adalah salah satu
faktor yang penting dalam keberhasilan metode IVF ini. Hal ini disebabkan karena pada
umumnya embrio tahap pembelahan sel enam sampai delapan diperoleh 3 hari setelah
aspirasi. Embrio ini akan dinilai untuk transfer potensial berdasarkan tingkat fragmentasi
embrio, morfologi, dan sistem blastomer. Jadi, banyak faktor yang akan memengaruhi
keberhasilan dari IVF ini.
Mitos ketiga adalah bahwa metode ini tidak aman. Berdasarkan penelitian, tingkat
kelahiran hidup berkisar dari 40,1% pada wanita dengan usia kurang dari 35 tahun hingga
4,5% pada usia lebih dari 42 tahun.
Ketika sejumlah besar siklus telah dipelajari dari waktu ke waktu, hasilnya
membuktikan peluang optimis kehamilan setelah enam siklus IVF adalah 72%. Metode
ini aman, meskipun ada peluang yang sangat kecil akan terjadinya ovarian
hyperstimulation syndrome. Ovarian hyperstimulation syndrome terjadi pada mereka
yang mengalami sindrom ovarium polikistik dan pasien normo-ovulasi dengan cadangan
ovarium yang cukup tinggi.
Didalam islam apabila inseminasi buatan atau bayi tabung dilakukan saat masih
berada dalam ikatan suami istri, maka metode tersebut diperbolehkan oleh kebanyakan
ulama kontemporer sekarang ini.
Namun, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yakni:
- Dilaksanakan atas ridho suami dan istri.
- Inseminasi akan dilaksanakan saat masih berada dalam status suami istri.
- Dilaksanakan sebab keadaan yang darurat supaya bisa hamil.
- Perkiraan dari dokter yang kemungkinan besar akan memberikan hasil dengan cara
memakai metode tersebut.
- Aurat wanita hanya diperkenankan dibuka saat keadaan darurat dan tidak lebih dari
keadaan darurat.
- Yang melakukan metode adalah dokter wanita atau muslimah apabila memungkinkan.
Namun jika tidak, maka dilakukan oleh dokter wanita non muslim. Cara lain adalah
dilakukan oleh dokter pria muslim yang sudah bisa dipercaya dan jika tidak ada pilihan
lain maka dilakukan oleh dokter non muslim pria.
Program bayi tabung bisa menjadi haram jika ada keterlibatan pihak ketiga dalam
prosesnya. Seperti melibatkan donor sperma, sel telur atau donor embrio selain pasangan
suami istri dalam prosesnya.
Nadwah Al Injab fi Dhouil Islam yang merupakan sebuah musyawarah para
ulama di Kuwait 11 sya’ban 1403 H (23 Maret tahun 1983) sudah berdiskusi mengenai
bayi tabung ini dan menghasilkan keputusan. Keputusannya yaitu bayi tabung
diperbolehkan secara syar’i apabila dilakukan antara suami dan istri, masih mempunyai
ikatan suami istri dan bisa dipastikan jika tidak terdapat campur tangan nasab lainnya.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) sendiri sudah mengeluarkan fatwa soal Bayi
Tabung. Dalam fatwa dinyatakan jika bayi tabung berasal dari sperma dan sel telur
pasangan suami istri sah menurut hukum, maka mubah atau diperbolehkan. Hal ini bisa
terjadi karena masuk ke dalam ikhtiar yang didasari kaidah agama. Akan tetapi, para
ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami istri yang
menggunakan rahim perempuan lain sebagai sarana dan ini adalah haram hukumnya.

Dalil Syar’i Dasar Hukum Mengharamkan Bayi Tabung

Ada beberapa dalil syar’i yang menjadi landasan hukum utama sehingga
menyatakan haram pada proses bayi tabung dan juga inseminasi buatan dengan cara
donor

1. Surat Al-Isra ayat 70

“Dan sesungguhnya telah Kami meliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka
di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan”.
2. Surat At-Tin ayat 4

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-


baiknya”.

Hadits Nabi Mengenai Bayi Tabung

“Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada Allah dan hari akhir
menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (vagina istri orang lain)’’.
[riwayat Abu Daud, Al-Tirmidzi, dan Hadits ini dipandang sahih oleh Ibnu Hibban]
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan alat dan atau
jaringan organ tubuh manusia yang berasal dari tubuh sendiri atau tubuh orang lain
dalam rangka pengobatan untuk menggantikan alat atau jaringan organ tubuh yang
tidak berfungsi dengan baik dan hingga dewasa ini terus berkembang dalam dunia
kedokteran.
2. Kini telah dikenal beberapa jenis transplantasi atau pencangkokan ,baik berupa
sel,jaringan maupun organ tubuh yaitu sebagai berikut:
a. Transplantasi Autologus
Yaitu perpindahan dari satu tempat ketempat lain dalam tubuh itu sendiri,yang
dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi,
b. Transplantasi Alogenik
Yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang sama spesiesnya,baik dengan
hubungan keluarga atau tanpa hubungan keluarga,
c. Transplantasi Singenik
Yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang identik,misalnya pada
gambar identik,
d. Transplantasi Xenograft
Yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang tidak sama spesiesnya
Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari donor yang
hidup atau dari jenazah orang yang baru meninggal dimana meninggal sendiri
didefinisikan kematian batang otak
3. Bayi tabung, atau yang biasa disebut dengan fertilisasi in vitro, adalah solusi medis
yang sering digunakan oleh pasangan suami istri yang sulit mendapatka keturunan.
Bayi tabung telah membawa dampak yang besar kepada dunia reproduksi manusia.
Keberhasilan dari metode yang juga disebut sebagai fertilisasi in vitro ini telah
membawa harapan baru bagi pasangan suami istri yang mengalami kesulitan untuk
mendapatkan keturunan dan telah terbukti dengan jutaan pelaksanaan klinis yang
berhasil.
4. Didalam islam apabila inseminasi buatan atau bayi tabung dilakukan saat masih
berada dalam ikatan suami istri, maka metode tersebut diperbolehkan oleh
kebanyakan ulama kontemporer sekarang ini. Program bayi tabung bisa menjadi
haram jika ada keterlibatan pihak ketiga dalam prosesnya. Seperti melibatkan donor
sperma, sel telur atau donor embrio selain pasangan suami istri dalam prosesnya.

B. Saran
Demikianlah makalah tentang makalah “Issue-issue bioetika dalam dunia media”
sebagaimana yang telah diuraikan di atas, semoga dapat bermanfaat sebagaimana
mestinya. Selain itu kami juga berharap adanya perbaikan atas segala kekurangan yang
terdapat didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, Chrisdiono.M. 2006. Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran dalam Tantangan
Zaman. Jakarta : EGC.
Broekmans FJ, Fauser BC. Female infertility: evaluation and management. Endocrinology: adult
and pediatric, 4th ed. 132: 2260-74.
Choi J, Lobo RA. In vitro fertilization. Comprehensive gynecology. 43: 924-36
Hanafiah, M.Jusuf. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta : EGC.
http://httpyasirblogspotcom.blogspot.com/2009/05/transplantasi-organ-dan-jaringantubuhu.html
\http://id.m.wikipedia.org/wiki/transplantasi_organ

Ismani, Nila. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika.

Qadim Zallum, Beberapa Problem Kontemporer dalam Pandangan Hukum Islam, judul asli
Hukmu asy Syar'i  f al- Istinsakh, Naqlul A'adl,  al-Ijhadi,  Athfalul Anabib, Ajhizatul
In'asy Ath ibbiyah, al-ayah wal Maut,  (Beirut: 1997), hal. 9.

Ratna Suprapti Samil, Etika Kedokteran Indonesia, Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo,


2001, hlm. 101.

Suhaemi Mimin Emi, Dra. MPd. 2003. Etika Keperawatan. Jakarta : EGC
Wymelenberg S. I. New technologies: the ethical and social issues [Internet]. 1990. [cited 16
August 2019]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK235272

Anda mungkin juga menyukai