SKRIPSI
FAKULTAS FISIOTERAPI
UNIVERSITAS BINAWAN
JAKARTA, 2019
i
LEMBAR PENGESAHAN
TIM PEMBAHAS
Pembimbing 1 : (.................................)
Pembimbing 2 : (.................................)
Pembahas 1 : (.................................)
Pembahas 2 : (.................................)
Mengetahui,
Ketua Program Studi Fisioterapi
Universitas Binawan Jakarta
Dibuat di : Jakarta
Pada Tanggal : 18 Januari 2019
Yang Menyatakan
PERNYATAAN ORISINALITAS
NIM :021721020
Prodi : Fisioterapi
Adalah benar-benar hasil karya sendiri dan bukan merupakan plagiat dari
skripsi orang lain. Apabila pada kemudian hari pernyataan saya tidak benar, maka
saya bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut predikat kelulusan
dan gelar).
Pembuat Pernyataan
ABSTRAK
ABSTRACT
Aim: The aim of this study was to know about condition elderly’s insomnia after
elderly exercise intervention on the Elderly 60-72 years old in Barengkok Village
2017
Method: The study used quasi experimental study with pre and post designs in the
elderly group aged 60 -72 years with a total of 17 samples corresponding to
inclusion and exclusion criteria to see condition elderly’s insomnia after elderly
exercise intervention.
Results: The results of this study showed that there was a change in the mean
score insomnia before (1152,41±812,61) and after (984,43±598,98) performed a
elderly exercise intervention of elderly. This is not statistically significant with the
value of p= 0.54 (p>0.05)
DAFTAR ISI
LAMPIRAN………………………………………………………………………….. 64
DAFTAR SKEMA
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di seluruh negara, proporsi orang yang berusia di atas 60 tahun tumbuh
berkembang lebihpesat dari kelompok usia lainnya, World Health
Organization (WHO) menyatakan bahwa batas ambang untuk usia lansia
adalah lebih dari 60 tahun untuk merujuk pada populasi lansia. Menurut
Undang Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia,
Lanjut Usia (lansia) adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.
Zizza, Ellison, & Wernette, 2009, berpendapat bahwa lansia dibagi kedalam
tiga pengelompokan sesuai dengan umur yaitu: young old (65 – 74), middle
old (75 – 84) dan oldest old (85 keatas). Berdasarkan hasil Susenas tahun
2014, Indonesia termasuk negara berstruktur tua dan jumlah lansia di
Indonesia mencapai 20,24 juta orang atau sekitar 8,03% dari seluruh jumlah
penduduk Indonesia. Proporsi penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2012
sebesar 7,59%, jika ditelaah dari data WHO lansia laki-laki (8.538.832 jiwa
atau 46%) jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan lansia perempuan
(10.046.073 jiwa atau 54%). Pada tahun 2000 – 2005 Usia Harapan Hidup di
Indonesia mencapai usia 68,1% tahun, sedikit lebih tinggi dari UHH rata-rata
dunia. Studi yang dilakukan oleh WHO pada tahun 2002, menyatakan bahwa
proporsi lansia di Indonesia pada tahun 2020 diprediksikan mencapai 11,34%
dari total populasi atau 28,8 juta orang, sementara jumlah balita akan menurun
menjadi 6,9%. Hal ini tentunya membuat indonesia berada di peringkat ke
sepuluh dunia untuk memiliki populasi lansia terbanyak.
1
2
2015, persentase lansia adalah 8,5% tetapi persentase ini diperkirakan sekitar
11,8% pada tahun 2025.
Menurut National Sleep Foundation tahun 2010 sekitar 67% dari 1.508
lansia di Amerika usia 65 tahun keatas melaporkan mengalami insomnia dan
sebanyak 7,3% lansia mengeluhkan gangguan memulai dan mempertahankan
tidur atau insomnia. Kebanyakan lansia beresiko mengalami insomnia yang
disebabkan oleh berbagai faktor seperti pensiunan, kematian pasangan atau
teman dekat, peningkatan obat-obatan, dan penyakit yang dialami. Sebuah
penelitian sebelumnya yang dilakukan di Korea Selatan menemukan bahwa
29,2% warga negara >65 tahun mengalami insomnia (Kim, et al. 2013).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Allah, et al., 2015; Tsou, 2013, di Mesir
menyatakan bahwa persentase lansia yang mengalami insomnia adalah 33,6%
sedangkan di Taiwan prevalensi insomnia di kalangan lansia adalah 41%.
Sebuah penelitian di Malaysia menunjukkan bahwa 53% lansia mengalami
insomnia (Shahar, Hassan, Sundar, Kong, Ping, et al., 2011).
2012). Penelitian yang dilakukan oleh Dewi, Ardani, 2014, di Bali telah
menemukan prevalensi insomnia yang tinggi (40%).
Sebuah studi systematic review yang dilakukan oleh Paso, et al., 2014
hasilnya adalah latihan olah raga efektif untuk mengurangi keluhan tidur dan
insomnia. Latihan aerobik lebih banyak diteliti, dan efeknya mirip dengan
yang diamati setelah penggunaan obat hipnotik. Ada bukti didokumentasikan
tambahan pada efek anti-depresan dan anti-kecemasan pada latihan. Olahraga
efektif untuk mengurangi keluhan tidur dan mengobati insomnia kronis.
Latihan diberikan hasilnya sama bila dibandingkan dengan hipnotik.
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang masuk kedalam
10 besar jumlah lansia terbanyak tahun 2015 dengan presentase jumlah lansia
sebesar 8,5% (Pusat Data Dan Informasi, 2016). Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik Kabupaten Bogor tahun 2016, Kecamatan Leuwiliang
merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor sebelah barat yang
kondisi geografisnya berbukit – bukit dan memiliki luas wilayah sekitar 63
km2. Dengan jumlah penduduk 121,597 jiwa dengan kepadatan penduduk
sebesar 27,547 km2. Kecamatan Leuwiliang memiliki 11 desa, yaitu: Karacak,
Karyasari, Cibeber I, Cibeber II, Purasari, Puraseda, Pabangbon, Leuwimekar,
Leuwiliang, Barengkok, dan Karehkel. Wilayah desa yang menjadi tempat
melakukan penelitian ini adalah Desa Barengkok dan Desa Puraseda. Desa
Barengkok terdiri dari 11 RW, dan 48 RT dengan kepadatan 2766 orang per
km2, sedangkan Desa Puraseda terdiri dari 13 RW dan 31 RT dengan
2. Pertanyaan Penelitian
Untuk mengetahui perubahan kondisi insomnia pada lansia usia
≥60 tahun dengan dilakukannya intervensi senam lansia yang akan di uji
dengan pertanyaan “Apakah ada perubahan kondisi insomnia pada lansia
setelah diberikan intervensi senam lansia tanpa terdiagnosa selama 5
minggu dengan 10 kali intervensi menggunakan questionnaire Pittsburg
Insomnia Rating Scale di Desa Barengkok Kecamatan Lewiliang
Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Tahun 2017?.”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengkaji
dan menganalisa kondisi insomnia pada lansia setelah diberikan intervensi
D. Manfaat Penelitian
1. Akademik / Ilmu Fisioterapi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang
berguna dan referensi dalam mengembangkan ilmu fisioterapi di Indonesia
khususnya dan ilmu kesehatan pada umumnya. Selain itu hasil penelitian
ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam rangka pengembangan
konsep-konsep, teori-teori, dan model-model pemcahan masalah ataupun
pembuatan program pelayanan sosial terhadap orang yang lanjut usia.
KAJIAN PUSTAKA
A. Lansia
1. Proses Penuaan
Rohmah, Purwaningsih dan Bariyah, 2012, mengatakan bahwa
proses penuaan merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dicegah
dan merupakan hal yang wajar dialami oleh orang yang diberi karunia
umur panjang, dimana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan
tenang, damai, serta menikmati masa pensiun bersama anak dan cucu
tercinta dengan penuh kasih sayang, Tidak semua lanjut usia dapat
mengecap kondisi idaman ini. Proses menua tetap menimbulkan
permasalahan baik secara fisik, biologis, mental maupun sosial ekonomi.
Sementara itu, menurut Tosato, Zamboni, Ferrini dan Cesari, 2007,
penuaan umumnya didefinisikan sebagai akumulasi dari berbagai
perubahan yang merusak serta terjadi dalam sel dan jaringan dengan
bertambahnya umur yang bertanggung jawab untuk peningkatan risiko
penyakit dan kematian .
7
8
Penuaan adalah proses fisiologis yang dimulai saat lahir. Proses biologis
yang tak terelakkan ini berkaitan dengan kesehatan, sosial, budaya, dan
ekonomi.
Masalah tidur kronis sangat umum pada lansia. Waktu tidur total
yang cukup serta tidur yang tidak sinkron dengan ritme sirkadian individu
diperlukan untuk tidur yang menyegarkan. Neubauer, 1999, menyatakan
bahwa lebih dari setengahlansia memiliki setidaknya satu masalah tidur
kronis. Beberapa peneltian yang dilakukan oleh Neubauer, 1999; Fragoso,
Ketika kantuk di siang hari atau masalah tidur hadir pada orang
yang lebih tua, penting untuk menilai apakah durasi tidur, kualitas, dan
waktu sudah memadai. Gangguan hipersomnia seperti narkolepsi dan
idiopatik hipersomnia, yang merupakan kondisi yang ditandai oleh
gangguan sistem gairah, biasanya muncul pada subjek yang lebih muda
dan jarang terjadi pada subjek yang lebih tua.
B. Insomnia
Menurut American Academy of Sleep Medicine, 2005, insomnia
didefinisikan sebagai kesulitan memulai tidur, kesulitan mempertahankan
tidur, bangun pagi, atau tidur yang kronis tidak restoratif atau buruk dalam
kualitas yang terkait dengan gangguan siang hari seperti kelelahan, gangguan
memori, disfungsi sosial atau kejuruan, atau gangguan suasana hati. Studi
Jatuh dan patah tulang pada lansia adalah masalah signifikan yang
mempengaruhi kualitas hidup mereka. Studi dari Stone et al., 2008,
menyelidiki risiko jatuh pada 2978 wanita yang tinggal di komunitas 70 tahun
dan lebih tua menggunakan actigraphy. Para penulis menunjukkan bahwa
durasi tidur malam pendek (<5 jam; rasio odds, 1,52; 95% CI, 1,03-2,24) dan
peningkatan fragmentasi tidur meningkatkan risiko jatuh (rasio odds, 1,36;
95% CI, 1,07-174) pada wanita yang lebih tua, independen terhadap
penggunaan benzodiazepine, dan faktor risiko lain untuk jatuh. Studi yang
dilakukan oleh Phillips, Mannino, 2005, Morimoto et al., 2012, meskipun
dengan hasil yang masih kontrrovesial menunjukkan bahwa SAS obstruktif,
sentral, dan campuran dikaitkan dengan peningkatan risiko mortalitas terkait
kardiovaskular dan semua penyebab. Perlis, Smith, Lyness, et al., 2006,
menyatakan bahwa lansia dengan insomnia persisten juga telah dilaporkan
memiliki peningkatan risiko untuk mengembangkan depresi. Meskipun fakta
bahwa tidur menjadi semakin terfragmentasi dengan umur, penelitian yang
dilakukan oleh Gooneratne, Vitiello, 2014, telah menunjukkan bahwa orang
yang lebih tua cenderung mengeluh masalah tidur daripada orang yang lebih
muda, mungkin karena usia terkait penyesuaian status tidur pada orang
dewasa yang lebih tua atau karena orang dewasa yang lebih tua cenderung
lebih toleran terhadap kurang tidur.
1. Fisiologi Tidur
Menurut Montgomery, 2002, apakah lansia membutuhkan lebih
sedikit tidur atau tidak bisa mendapatkan tidur yang mereka butuhkan,
memerlukan penelitian yang sedang berlangsung. Rajput, Bromley, 1999,
menyatakan bahwa kebutuhan tidur dan pola berubah sepanjang hidup,
tetapi masalah tidur pada lansia bukan bagian normal dari
penuaan.Menurut Neubauer, 1999, ada dua faktor utama mengontrol
kebutuhan fisiologis untuk tidur: jumlah total tidur (rata-rata 8 jam tidur
setiap periode 24 jam) dan ritme sirkadian harian dari kantuk dan
kewaspadaan.
McCall, 2004, berpendapat bahwa saat ini tidak ada standar emas
untuk berapa banyak tidur normal pada lansiatetapi didasarkan pada
persepsi pasien dan dampak pada status fungsional. National Institutes of
Health, 2005, baru-baru ini memberikan pernyataan mengenai diagnosis,
risiko, konsekuensi, dan pengobatan insomnia kronis pada orang dewasa.
Akademi Kedokteran Tidur Amerika juga telah menerbitkan beberapa
panduan praktik untuk evaluasi dan manajemen insomnia
2. Arsitektur Tidur
Feinsilver, 2003, memberikan pendapat bahwa perkembangan tidur
di malam hari disebut arsitektur tidur, dan itu ditampilkan sebagai
histogram tidur atau hypnogram . Arsitektur tidur terdiri dari 3 segmen.
Segmen pertama termasuk tidur ringan (tahap 1 dan 2), dan segmen kedua
termasuk tidur nyenyak (tahap 3 dan 4). Secara bersama-sama, tahap 3 dan
4 disebut sebagai tidur delta atau slow wave sleep (SWS). SWS diyakini
sebagai bagian yang paling memulihkan tidur. Tahapan 1 sampai 4
merupakan gerakan mata nonrapid (non-REM). Segmen tidur ketiga
meliputi periode tidur REM. Tahapan 3 dan 4 umumnya diamati selama
paruh pertama periode tidur, dan tidur REM paling sering terjadi selama
paruh kedua. Biasanya, subjek melakukan siklus melalui tahapan tidur
non-REM dan REM dengan periode 90 hingga 120 menit.
awal dan bangun lebih awal. Menurut Neubauer, 1999; Feinsilver, 2003;
Dement, Richardson, Prinz, et al., 1985, faktor-faktor ini dapat
berkontribusi pada penurunan kualitas tidur dan berkurangnya tidur total
.Dengan penuaan, durasi tidur REM cenderung agar lebih awet (Neubauer,
1999), tetapi menurut Feinsilver, 2003, latensi tidur menurun secara
signifikan, menunjukkan bahwa lansia lebih tenang daripada populasi
yang lebih muda.
0= excellent
1= good
2= fair
3= poor
2. Senam Lansia
Senam lansia adalah olahraga yang di terapkan pada lanjut usia
bersifat latihan aerobic dengan intensitas sedang, ringan dan mudah
dilakukan, tidak memberatkan lansia. Latihan olahraga aerobic ini akan
membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang
tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan membantu
menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh (disebutkan
Cahyono, 2014 yang dikutip datri Widianti dan Proverawati, 2010). Jadi
senam lansia adalah sekumpulan gerakan yang bernada, teratur dan
terarah, berupa latihan yang di lakukan 3 tahap: pemanasan, inti dan
pendinginan. Yang dikemas dalam bentuk senam lansia, serta di lakukan
secara masal oleh para lanjut usia untuk encapai tujuan tersebut. Senam
lansia di lakukan dengan kapasitas sedang dan bersifat latihan aerobik
dengan intensitas sedang (60-70% MaxHR).
A. Kerangka Konsep
Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini
akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
Proses penuaan akan menimbulkan permasalahan baik secara fisik, biologis,
psikologis, mental maupun sosial ekonomi. Pertumbuhan pada populasi lansia
telah menyebabkan peningkatan penyakit terkait dengan usia, terutama
gangguan tidur yang mempengaruhi kualitas hidup. Gangguan tidur sangat
umum pada lansia, dengan insomnia menjadi gangguan tidur yang paling
umum. Insomnia didefinisikan sebagai "gangguan tidur kronis atau akut
ditandai dengan keluhan kesulitan memulai, dan / atau mempertahankan tidur,
dan / atau keluhan subjektif kualitas tidur yang buruk yang mengakibatkan
gangguan siang hari dan laporan gangguan tidur subjektif gangguan.
Insomnia pada lansia dipengaruhi oleh berbagai macam gangguan,
yaitu: kognitif, depresi, kecemasan, atensi, resiko jatuh. Namun, insomnia
pada lansia dapat dicegah salah satunya dengan intervensi senam lansia.
Senam adalah bentuk aktifitas fisik yang dilakukan sebagai cabang olahraga
maupun sebagai program latihan tubuh yang disusun secara sitematis dan
dilakukan secara sadar, dan dalam gerakannya terdapat unsur keindahan,
kekuatan, kecepatan, kelentukandan keseimbangan dengan tujuan tertentu
diantaranya untuk meningkatkan kesegaran jasmani, kesehatan, pendidikan
dan prestasi. Senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan
terarah sertaterencana yang dilakukan secara individu atau berkelompok
dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga. Namun belum
banyak penelitian yang membutikan hal ini. Oleh karena itu, dapat dilakukan
pencegahan dengan intervensi senam lansia.
27
28
Senam
lansia
Pre Skor
Post Skor
Insomnia
Insomnia
Jenis Kelamin
Usia
Depresi
Kecemasan
Stress
Kognitif
Variabel Yang
Diteliti
Variabel Yang
Tidak Diteliti
B. Definisi Operasional
Dari 46 pertanyaan, 2
pertanyaan diizinkan
untuk missing. Jadi,
rumus scoringnya
adalah sebagai
berikut:
(sum1/missing1)*46.
Dapat dikategorikan
sebagai berikut :
0= tidak mengganggu
>138= sangat
mengganggu
2. item penilaian
parameter tidur
(W47-W56). Setiap
pertanyaan
mendapatkan skor 0-
3.
Penilaian untuk
nomor 47-50 adalah:
0= kurang dari 1/2
jam
Penilaian untuk
nomor 51-52 adalah:
0= lebih dari 7 jam
1= antara 4 sampai 7
jam
2= antara 2 sampai 4
jam
3= kurang dari 2 jam
atau saya tidak tidur
Penilaian untuk
nomor 53-54 adalah:
0= tak satu pun atau 1
malam
1= pada 2 atau 3
malam
2= pada 4 atau 5
malam
3= pada 6 atau semua
malam
Penilaian untuk
nomor 55-56 adalah:
0= tak satu pun atau 1
pagi
1= pada 2 atau 3 pagi
2= pada 4 atau 5 pagi
3= pada 6 atau semua
pagi
Dari 10 pertanyaan, 1
diijinkan untuk
missing. Jadi, rumus
skoringnya adalah
sebagai berikut:
(sum 2/missing2)*10.
Dapat dikategorikan
sebagai berikut :
0= tidur yang baik
>30= tidur yang
terganggu.
3. item penilaian
kualitas hidup (W57-
W65). Setiap
pertanyaan
mendapatkan skor 0-
3.
0= excellent
1= good
2= fair
3= poor
Dari 9 pertanyaan, 1
diijinkan untuk
missing. Jadi, rumus
skoringnya adalah
sebagai berikut:
(sum 3/missing3)*9.
Dapat dikategorikan
sebagai berikut :
0= excellent
>27= poor
Kemudian, ke 3 ietm
tersebut dapat dijumlah
secara
keseluruhan.Total
skoringnya adalah
sebagai berikut:
(sum1+sum2+sum3)/(m
issing1+missing2+miss
ing3)*65
Dapat dikategorikan
sebagai berikut :
0= bagus
>195= buruk
2. Senam Senam lansia adalah Senam lansia dilakukan, Nominal Ya/Tidak
Lansia serangkaian gerak dengan dosis berikut :
nada yang teratur intensitas 60-70% dari
dan terarah serta DNM ( denyut nadi
terencana yang maksimal) dengan
diikuti oleh orang durasi 30-45 menit
lanjut usia yang dalam satu sesi latihan
dilakukan dengan 2x dalam seminggu
maksud selama 5 minggu
meningkatkan
kemampuan
fungsional raga
untuk mencapai
tujuan tersebut
C. Hipotesa
Penelitian ini menguji beberapa hipotesa yang disusun berdasarkan
tinjauan teori yang telah dikupas sebelumnya. Hipotesa tersebut adalah
sebagai berikut:
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini analisis lanjut dari “Pengaruh Pemberian Intervensi
Senam Lansia dan Terapi Komplementer Terhadap Kesehatan Fisik Dan
Mental Pada Lansia” pada kelompok intervensi senam lansia.
Keterangan :
n = Besarnya sampel
33
34
α= β= (μ1-μ2)2
0,05 0,20
b. Kriteria ekslusi
Dari desa Barengkok total lansia dari ketiga rw tersebut adalah 269
lansia. Setelah itu lansia yang rumahnya dekat dengan balai desa akan
dilakukan senam lansia dan yang rumahnya jauh dari balai desa akan
diberikan herbal dari semua kelompok frame sampel diatas akan dilakukan
teknik random sampling dengan cara diundi sehingga akan mencapai 40
sampel untuk desa Barengkok dengan masing-masing kelompok C=
Senam Lansia 20 sampel dan D= Herbal 20 sampel.
C. Analisis Lanjut
1. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan skor PIRS sebelum diberikan terapi senam lansiadi
Desa Barengkok Kecamatan Lewiliang Kabupaten Bogor tahun 2017.
b. Mendeskripsikan skor PIRS setelah diberikan terapi senam lansiadi
Desa Barengkok Kecamatan Lewiliang Kabupaten Bogor tahun 2017.
c. Mengkaji dan menganalisa perubahan skor PIRS sebelum dan sesudah
pemberian intervensi senam lansia di Desa Barengkok Kecamatan
Lewiliang Kabupaten Bogor tahun 2017
2. Variabel Data
Penilaian variabel depresi dengan menggunakan kuisioner GDS
dilakukan dengan melihat data sheet sebagai berikut:
a. Senam Lansia dengan kode 1 yang terdapat pada blok B karakteristik
individu (Responden) denga rincian pada point “C”.
b.Kuisioner PIRS dengan kode W.
3. Pemilihan Dan Jumlah Sampel
Sampel adalah populasi yang memenuhi kriteria inklusi, dimana
jumlah sampel yang ditergetkan didapatkan dengan rumus dibawah ini :
a. Sampel Intervensi
𝛼 2
2𝜎 2 [𝑧1 − 2 + 𝑧1 − 𝛽]
𝑛=
(𝜇1 − 𝜇2)2
Keterangan :
Z1-α/2 = Derajat kemaknaan sebesar 5%
Z1-ß = Derajat kekuatan uji sebesar 80%
μ1= rata-rata skor setelah intervensi (Jurnal 1 = Sun., et al,
2010).
μ2= rata-rata skor setelah intervensi (Jurnal 2 = Fragoso., et al,
2015).
2
,(25 − 1)4,012 + (799 − 1)5,02 -
2
𝑠𝑝 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝜎 =
(25 − 1) + (799 − 1)
[(24)4,012 :(798)5,0]
= (24):(798)
,385,9224 + 19950-
=
823
,20335,92-
=
823
= 24,7095
Lalu dapat dicari nilai n nya seperti:
2𝑥24,7095*1,96 + 0,84+2
𝑛=
(15,72 − 5,5)2
387,445
𝑛=
104,4484
0= excellent
1= good
2= fair
3= poor
H0 = 𝑋̅1= 𝑋̅2
Tidak ada perubahan antara senam lansia sebelum dan sesudah
terhadap skorPIRS.
Ha = 𝑋̅1≠ 𝑋̅2
Ada pengaruh atau perbedaan antara senam lansia sebelum dan
sesudah terhadap skor PIRS.
D. Etika Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan wawancara dan intervensi karena
penelitian ini merupakan bagian dari penelitian induk “Pengaruh Intervensi
Senam Lansia dan Terapi Komplementer terhatap Kesehatan Fisik dan
Mental Pada Lansia Di Desa Puraseda Dan Barengkok, Kecamatan
Leuwiliang, Kabupaten Bogor”. Sehingga persetujuan etik (ethical
approval) penelitian ini dengan judul “Kondisi Insomnia Pada Lansia
Setelah Diberikan Intervensi Senam Lansia Di Desa Barengkok, Kecamatan
Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Tahun 2017 (Analisa Lanjut)”
mengikuti penelitian induk tersebut dengan nomer SK No.
005/EP/KE/STIKES-BIN/IV/2017.
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Penelitian
Secara geogafis Desa Barengkok terletak di 106.63935 Bujur Timur
dan 6.581691 Lintang Selatan. Desa Barengkok secara administrasi
memiliki luas wilayah 450,000 Ha, terbagi atas 16 Kampung (Kampung
Barengkok 1, Kampung Barengkok 2, Kampung Dahu, Kampung Warung
Salak, Kampung Cibatak, Kampung Citeureup1, Kampung Citeureup 2,
Kampung Kandang Sapi, Kampung Bukit Sakinah, Kampung Geledug,
Kampung Jadir,Kampung Geleduh Munara, Kampung Sawah Baru,
Kampung Saninten, Kampung Cikopeah dan Kampung Bantar Endah).
Sebagaian besar luas wilayah Desa Barengkok terdiri dari persawahan.
Secara administratif Desa Barengkok termasuk dalam Kecamatan
Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat, dengan batas-batas
administratif Desa barengkok adalah :
44
45
Tabel 5.1: Rata-Rata, Standar Deviasi, Minimal, Maksimal, Confidence Interval Usia, Usia
Berdasarkan Jenis Kelamin, Skor Insomnia Sebelum Dan Sesudah Intervensi
Senam Lansia.
Karakteristik Subjek Rata-Rata ±SD Min Max CI 95%
Usia 64,41±3,78 60 72 62,47 – 66,35
Laki-laki 67,00±2,83 65 71 62,50-71,50
Perempuan 63,62±3,75 60 72 61,35-65,88
Skor Insomnia
Sebelum Intervensi 1152,41±812,,61 0 2795 734,61-1570,22
Sesudah Intervensi 984,43±598,98 0 1950 676,46-1292,40
Tabel 5.2: Rata- Rata, Standar Deviasi, Minimal, Maksimal, Confidence Interval Komponen
PIRS Sebelum Dan Sesudah Intervensi Senam Lansia.
Karakteristik Subjek Rata-Rata ±SD Min Max CI 95%
Distress
Sebelum Intervensi 218,27±469,50 0 1564 -23,12-459,67
Sesudah Intervensi 285,47±460,79 0 1081 48,55-522,39
Parameter Tidur
Sebelum Intervensi 37,94±34,78 0 120 20,06-55,82
Sesudah Intervensi 15,88±27,63 0 90 1,68-30,09
Kualitas Hidup
Sebelum Intervensi 51,62±39,14 0 108,00 31,49-71,74
Sesudah Intervensi 50,82±31,81 0 90 34,47-67,18
Dari data di atas, sebelum dilakukannya intervensi senam lansia,
komponen pertama PIRS, yaitu distress, memiliki rata-rata 218, 27 dengan
standar deviasi 469,50. Setelah dilakukannya intervensi distress mengalami
kenaikan rata-rata.
Tabel 5.4: Normalitas Rerata Sebelum Dan Sesudah Intervensi Subjek Penelitia (n=17)
Skor Insomnia Hasil Uji Normalitas Keterangan
Sebelum Intervensi 0,08 Distribusi normal
Sesudah Intervensi 0,39 Distribusi normal
Pada tabel diatas nilai signifikan sebelum intervensi 0, 08, p >0,05
yang berarti data sebelum intervensi diatas berdistribusi normal dan sesudah
intervensi 0,39, p> 0,05 yang berarti distribusi normal. Karna dalam uji
normalitas skor insomnia didapatkan hasil normal dan normal maka
digunakan uji T paired test.
Tabel 5.6: Distribusi Frekuensi Sebelum Dan Sesudah Dilakukannya Intervensi Senam
Lansia
Insomnia
Tidak Insomnia Insomnia
N % N %
Sebelum 1 5,9 16 94,1
Sesudah 2 11,8 15 88,2
Distress
Tidak Terganggu Sangat Terganggu
Sebelum 13 76,5 4 23,5
Sesudah 12 70,6 5 29,4
Parameter Tidur
Tidur Bagus Tidur Terganggu
Sebelum 6 35,3 11 64,7
Sesudah 12 70,6 5 29,4
Kualitas Hidup
Bagus Rendah
Sebelum 5 29,4 12 70,6
Sesudah 3 17,6 14 82,4
Dari bagan tabel diatas dapat dilihat bahwa subjek yang mengalami
insomnia sebelum dilakukannya senam lansia sebanyak 16 orang (94,1%).
Setelah dilakukannya senam lansia subjek yang mengalami insomnia
sebanyak 15 orang (88,2%).
Dari bagan tabel diatas juga dapat dilihat untuk hasil komponen
pertama PIRS, yaitu distress, bahwa subjek yang distressnya sangat
terganggu sebelum dilakukannya senam lansia sebanyak 4 orang (23,5%).
Setelah dilakukannya senam lansia subjek yang distressnya sangat terganggu
sebanyak 5 orang (29,4%).
Dari bagan tabel diatas juga dapat dilihat untuk hasil komponen kedua
PIRS, yaitu parameter tidur, bahwa subjek yang parameter tidurnya
terganggu sebelum dilakukannya senam lansia sebanyak 11 orang (23,5%).
Setelah dilakukannya senam lansia subjek yang distressnya sangat terganggu
sebanyak 5 orang (29,4%).
Dari bagan tabel diatas juga dapat dilihat untuk hasil komponen
ketiga PIRS, yaitu kualitas hidup, bahwa subjek yang kualitas hidupnya
rendah sebelum dilakukannya senam lansia sebanyak 12 orang (70,6%).
Setelah dilakukannya senam lansia subjek yang kualitas hidupnya rendah
sebanyak 14 orang (82,4%).
PEMBAHASAN
49
50
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasa,
et al., 2014, menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara senam
latihan dan insomnia pada lansia (p = 0,000). Mengacu pada frekuensi latihan
senam, hubungan yang signifikan antara latihan senam dan insomnia pada
lansia juga ditemukan (p = 0,040).
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan sebuah studi systematic review
yang dilakukan oleh Paso, et al., 2014 hasilnya adalah latihan olah raga
efektif untuk mengurangi keluhan tidur dan insomnia. Latihan aerobik lebih
banyak diteliti, dan efeknya mirip dengan yang diamati setelah penggunaan
obat hipnotik. Ada bukti didokumentasikan tambahan pada efek antidepresan
dan anti-kecemasan pada latihan. Olahraga efektif untuk mengurangi keluhan
tidur dan mengobati insomnia kronis. Latihan diberikan hasilnya sama bila
dibandingkan dengan hipnotik.
Tabel 6.1: Perbandingan Kecemasan Pada Subjek Yang Sama Setelah Di Intervensi
Senam Lansia (N=17)
Variabel Kecemasan
Jumlah sample 17
Distribusi Frekuensi Pre 13 subjek = Normal
4 subjek = Kecemasan Ringan
0 subjek =Kecemasan Sedang
Distribusi Frekuensi Post 16 subjek = Normal
0 subjek = Kecemasan Ringan
1 subjek = Kecemasan Sedang
CI 95% Pre = 1,32-3,97
Post =0,36-2,13
Mean±SD Pre = 2,65±3,572
Post =0,88±2,41
Wilcoxon (Kecemasan) 3 subjek mengalami penurunan
1 subjek mengalami peningkatan
13 subjek tetap
Tabel 6.2: Perbandingan Kognitif Pada Subjek Yang Sama Setelah Di Intervensi Senam
Lansia (N=17).
Variabel Kognitif
Jumlah sample 17
Distribusi Frekuensi Pre 5 subjek = Kognitif baik
5 subjek = Gangguan Kognitif Ringan
7 subjek =Gangguan Kognitif Buruk
Distribusi Frekuensi Post 11 subjek = Kognitif baik
5 subjek = Gangguan Kognitif Ringan
1 subjek =Gangguan Kognitif Buruk
CI 95% Pre = 18,91-25,09
Post = 24,53-28,53
Mean±SD Pre = 22,00±6,01
Post =26,53±68,3
Wilcoxon (Kognitif) 2 subjek mengalami penurunan
14 subjek mengalami peningkatan
1 subjek tetap
Dapat disimpulkan berdasarkan asumsi peneliti bahwa penurunan skor
kognitif berkorelasi dengan penurunan insomnia pada lansia. Jika dilihat dari
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan yang mempengaruhi hasil
penelitian. Diantaranya, tidak menganalisis aktifitas fisik pada lansia, rentang
jenis kelamin sampel yang tidak merata dikarenakan terbatas dan lebih
banyaknya jumlah sampel perempuan daripada laki-laki. Juga tidak menindak
lanjuti pengendalian insomnia, depresi, stress, kecemasan, nyeri, faktor
lingkungan.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada desa barengkok dapat disimpulkan
sebagai berikut ada perubahan kondisi insomnia sebelum dan sesudah
intervensi senam lansia. Sebelum dilakukannya intervensi skor rata-rata
insomnia lansia adalah 1152,41 dan setelah dilakukannya intervensi senam
lansia skor rata-rata insomnia lansia mengalami penurunan menjadi 984,43.
Hasil pengukuran skor insomnia berdasarkan hasil Paired T-Test terdapat
pengaruh intervensi senam lansia terhadap skor insomnia dan terjadi
perubahan skor insomnia tetapi secara statistic tidak bermakna.
B. Saran
Disarankan untuk menghindari hal-hal yang membuat banyak pikiran
yang akan menimbulkan depresi, stress, kecemasan yang akan
mengakibatkan perubahan peningkatan skor insomnia pada lansia. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat
khususnya keluarga yang memiliki lansia untuk lebih memperhatikan lansia
sehingga menghambat meningkatnya skor insomnia pada lansia.
54
55
DAFTAR PUSTAKA
Dağlar, G., Pınar, Ş. E., Sabancıoğulları, S., & Kav, S. (2012). Sleep quality in the
elderly either living at home or in a nursing home. Australian Journal Of
Advanced Nursing, 31(4), 6–13.
Dam, T.T., Ewing, S., Ancoli-Israel, S., et al. (2008). Association between sleep
and physical function in older men: the osteoporotic fractures in men sleep
study. J Am Geriatr Soc. 56:1665–73.
De Freitas, M.C., Queiroz, T.A., & De Sousa, J.A.V. (2010). The meaning of old
age and the aging experience of in the elderly. Revista Da Escola De
(http://www.pusdatin.kemkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-
pusdatin-info-datin.html).
Irwin, M. R., Olmstead, R., Motivala, S. J. (2008). Improving sleep quality in
older adults with moderate sleep complaints: a randomized controlled trial
of Tai Chi Chih. Sleep. 31(7):1001–8.
John, M. W. (1991). A new method for measuring daytime sleepiness: the
Epworth sleepiness scale. Sleep.14:540-545.
Joshi, K., Kumar, R., & Avasthi, A. (2003). Morbidity Profile and Its Relationship
with Disability and Psychological Distress among Elderly People in
Northern India. International Journal Epidemiology; 32, 978-987.
http://dx.doi.org/10.1093/ije/dyg204.
Kaur, J., Sharma, C. (2011). Exercise in Sleep Disorders. Delhi Psychiatry
Journal, 14(1), 133–137.
Kim, W. H., Kim, B. S., Kim, S. K., Chang, S. M., Lee, D. W., Choet, M. J., et al.
(2013). Prevalence of insomnia and associated factors in a community
sample of elderly individuals in South Korea. Int Psychogeriatrics.
25(10):1729–37.
Kimura, K., Hozumi, N. (2012). Investigating the acute effect of an aerobic dance
exercise program on neuro-cognitive function in the elderly. Psychol Sport
Exerc. 13(5):623-629. doi:10.1016/j.psychsport.2012.04.001.
King, A. C., Pruitt, L. A., Woo, S., Castro, C. M., Ahn, D. K., Vitiello, M. V., et
al. (2008). Effects of moderate-intensity exercise on polysomnographic
and subjective sleep quality in older adults with mild to moderate sleep
complaints. J Gerontol Ser A Biol Med Sci.;63(9):997–1004.
Kurniawan, Tommy. (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Tidur
(Insomnia) Pada Lansia Di Panti Tresna Werdha Kabupaten Magetan. KTI
tidak diterbitkan.
Lande, R.G. (2012). Troublesome triad: Trauma, insomnia, and alcohol. J Addict
Dis. 31:376-81.
Lande, R.G., Gragani, C. (2013). Efficacy of cranial stimulation for the treatment
of insomnia: A randomised pilot study. Complement Ther Med. 21:8-13.
Lande, R.G., Gragnani, C. (2013). Sleep trends of active duty service members
referred for psychiatric case: A descriptive study. J Am Osteopath Assoc
.113:144-50.
Leger, D. & Bayon, V. (2010). Societal costs of insomnia. Sleep Medicine
Reviews. 14: 379-389. PMid:20359916
http://dx.doi.org/10.1016/j.smrv.2010.01.003
Livingston, G., Blizard, B., & Mann, A. (1993). Does Sleep Disturbance Predict
Depression in Elderly people? A Study in Inner London. British Journal of
General Practice, 43 (376), 445-448.
Lundh, L-G., (2000). An integrative model for the analysis and treatment of
insomnia. Scandinavian Journal of Behaviour Therapy, 29, 118-126.
Mahendra, A. (2000).Senam. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Depdiknas.
McCall, W. V. (2004). Sleep in the elderly: burden, diagnosis and treatment. Prim
Care Companion J Clin Psychiatry. 6:9-20.
McElroy, S.L., Winstaley, E.L., Martens, B., Patel, N.C., Mori, N., Moeller, D.
(2011). A randomised, placebo controlled study of adjunctive Ramelteon
in ambulatory bipolar I disorded with manic symptoms and sleep
disturbance. Int Clin Psychopharmocol. 26:49-53.
Montgomery, P. (2002). Treatments for sleep problems in elderly people. Br Med
J. 325:1049.
Morimoto, S., Takahashi, T., Okaishi, K., et al. (2012). Sleep apnoea syndrome as
a risk for mortality in elderly inpatients. J Int Med Res. 40:601–11.
Moul, D.E., Pilkonis, P.A., Miewald, J.M., Carey, T.J., Buysee, D.J. (2002).
Preliminary study of the test retest reliability and concurrent validities of
the Pittsburgh Insomnia Rating Scale (PIRS). Sleep Abstract Supplement.
25: 246-247.
Murwani, A. (2011). Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi I.
Yogyakarta.
Nasa, N.S., Gondodiputro, S., Rahmiati, L. (2018). Relationship between
Gymnastics Exercise and Insomnia in Elderly. International Journal of
Integrated Health Sciences. 6 (1): 30-5.
National Institutes of Health state-of-the-science conference statement on
manifestations and management of chronic insomnia in adults. June 13-15,
2005; Final Statement August 18,1005. Available at:
http://consensus.nih.gov/2005/2005insomniaS0S026html.htm. Accessed
August 26, 2005.
Neubauer, D. N. (1999). “Sleep problems in the elderly,” American Family
Physician, vol. 59, no. 9, pp. 2551-2558.
Neubauer, D. N. (2008). A review of ramelteon in the treatment of sleep
disorders. Neuropsychiatr Dis Treat. 4:69–79.
NIH. (2011). National Institutes of Health sleep disorders research plan.
Nugroho. (2008). Keperawatan Gerontik edisi 2 EGC. Jakarta.
Ohayon, M.M., Carskadon, M.A., Guilleminault, C., Vitiello, M.V. (2004). Meta-
analysis of quantitative sleep parameters from childhood to old age in
healthy individuals: developing normative sleep values across the human
lifespan. Sleep. 27:1255–73.
Passos, G.S., Poyares, D.L., Santana, M.G., Tufik, S., Mello, M.T. (2012). Is
exercise an alternative treatment for chronic insomnia? Clinics. 67(6):653-
659. DOI:10.6061/clinics/2012(06)17
Passos, G.S., Poyares, D., Santana, M.G., D’Aurea, C.V.R., Youngstedt, S.D.,
Tufik, S., et al. (2012). The effects of moderate aerobic exercise training
on chronic primary insomnia. Sleep Med. 12(10):1018-27,
http://dx.doi.org/ 10.1016/j.sleep.2011.02.007.
Perlis, M. L, Giles, D. E., Mendelson, W. B., Bootzin, R. R., & Wyatt, J. K.
(1997). Psychophysiological insomnia: The behavioural model and a
neurocognitive perspective. Journal of Sleep Research, 6, 179-188.
Perlis, M.L., Smith, L.J., Lyness, J.M., et al. (2006). Insomnia as a risk factor for
onset of depression in the elderly. Behav Sleep Med. 4:104–13.
Phillips, B., Mannino, D. M. (2005). Correlates of sleep complaints in adults: the
ARIC study. J Clin Sleep Med. 1:277–83.
Phillips, B., Mannino, D. M. (2005). Does insomnia kill? Sleep. 2005;28:965–71.
Rahmania, S. (2017). Pengaruh Intervensi Senam Lansia Terhadap Tingkat
Kecemasan Di Desa Barengkok Kecamatan Lewiliang Kabupaten Bogor
Jawa Barat 2017. Stikes Binawan.
Rajput, V., Bromley, S. M. (1999). Chronic insomnia: a practical review. Am Fam
Physician. 1999;60:1431-1438.
Reid, K. J., Baron, K. G., Lu, B., Naylor, E., Wolfe, L., Zee, P. C. (2010). Aerobic
exercise improves self-reported sleep and quality of life in older adults
with insomnia. Sleep Med.;11(9):934–40.
Reeve, K. & Bailes, B. (2010). Insomnia in Adults: Etiology and Management.
The Journal for Nurse Practitioners. 6(1): 53-60.
http://dx.doi.org/10.1016/j.nurpra.2009.09.013
Roberts, S. B., & Rosenberg, I. (2006). Nutrition and Aging: Changes in the
Regulation of Energy Metabolism with Aging of Energy Intake. Physiol
rev, 86(34), 651-667. https://doi.org/10.1152/physerv.00019.2005.
Roepke, S.K. & Ancoli-Israel, S. (2010). Sleep disorders in the elderly. Indian J
Med Res. 31: 302-310.
Rohmah, A. I. N., Purwaningsih, & Bariyah, K. (2012). Kualitas Hidup Lanjut
Usia. Jurnal Keperawatan; 2, 120–132.
Trya, S. (2017). Pengaruh Intervensi Senam Lanjut Usia Terhadap Status Kognitif
Pada Lanjut Usia Di Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten
Bogor Jawa Barat 2017. Stikes Binawan.
Tsou, M. T. (2013). Prevalence and risk factors for insomnia in community-
dwelling elderly in northern Taiwan. J Clin Gerontol Geriatr. 4(3):75–9.
Unruh, M. L., Redline, S., An, M. W., et al. (2008). Subjective and objective sleep
quality and aging in the sleep heart health study. J Am Geriatr Soc.
56:1218–27.
Van Leuven, K.A. (2012). Population Aging: Implications for Nurse Practitioners.
Journal for Nurse Practitioners. 8(7): 554-559.
http://dx.doi.org/10.1016/j.nurpra.2012.02.006.
Varrasse, M., Li, J., Gooneratne, N.( 2015). Exercise and sleep in community-
dwelling older adults. Curr Sleep Med Rep.;1(4):232–40.
Vernon, M.K., Dugar, A., Revicki, D., Treglia M., Buysse, D. (2010).
Measurement of non restorative sleep in insomnia: A review of the
literature. Sleep Med Rev. 14:205-12.
Vgontzas, A. N., Kales, A. (1999). Sleep and its disorders. Annu Rev Med.
50:387-400
Voinescu, B., Vesa, S., Coogan, A. (2011). Self reported diurnal preference and
sleep disturbance in type 2 diabetes mellitus. Acta Endocrinol (Buc). 2:69-
82.
Walsh, J. K. (2004). Clinical and socioeconomic correlates of insomnia. Journal
of Clinical Psychiatry, 65(Suppl. 8), 13–19.
Woodward, M. (1999). Insomnia in the elderly. Aust Fam Physician. 28: 653-658.
World Health Organization (2002) World Health Report: Reducing Risk,
Promoting Health Life: Geneva.
World Health Organization. “Definition of an older or elderly person”. 29 April
2016. (http://www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefnolder/en/).
Zizza, C.A., Ellison, K.J., & Wernette, C.M. (2009). Total Water Intakes of
Community Living Middle-Old and Oldest-Old Adults. J Gerontol A Biol
Sci Med Sci, 64(4), 481–486.
Zucconi, M., Ferri, R. (2014). Assessment of sleep disorders and diagnostic
procedures. European Sleep Research Society. 5: 95-109.
15.
Kurniawan, Tommy. (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan
Tidur (Insomnia) Pada Lansia Di Panti Tresna Werdha Kabupaten Magetan.
KTI tidak diterbitkan.
16.
Dewi PA, Ardani IGAI. Angka kejadian serta faktor-faktor yang
mempengaruhi gangguan tidur (insomnia) pada lansia di Panti Sosial Tresna
Werda Wana Seraya Denpasar Bali Tahun 2013. E J Medika Udayana.
2014;3(10):1–13.
17.
Fitriani, D.W.(2014). Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Derajat Insomnia
Pada Lansia Di Dusun Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. Universitas
MuhammadiyahYogyakarta
18.
Passos GS, Poyares D, Santana MG, D’Aurea CVR, Youngstedt SD, Tufik S,
et al. (2012). The effects of moderate aerobic exercise training on chronic
primary insomnia. Sleep Med.;12(10):1018-27, http://dx.doi.org/
10.1016/j.sleep.2011.02.007.
19.
Reid KJ, Baron KG, Lu B, Naylor E, Wolfe L, Zee PC. Aerobic exercise
improves self-reported sleep and quality of life in older adults with insomnia.
Sleep Med. 2010;11(9):934–40.
20.
Baron KG, Reid KJ, Zee PC. Exercise to improve sleep in insomnia:
exploration of the bidirectional effects. J Clin Sleep Med JCSM Off Publ Am
Acad Sleep Med. 2013;9(8):819–24. This study suggests a day-to-day
relationship between sleep and next-day exercise; sleep influences next-
day exercise rather than exercise influencing sleep.
21.
King AC, Pruitt LA, Woo S, Castro CM, Ahn DK, Vitiello MV, et al. Effects
of moderate-intensity exercise on polysomnographic and subjective sleep
quality in older adults with mild to moderate sleep complaints. J Gerontol Ser
A Biol Med Sci. 2008;63(9):997–1004.
22.
Buman MP, Hekler EB, Bliwise DL, King AC. Exercise effects on night-to-
night fluctuations in self-rated sleep among older adults with sleep complaints.
J Sleep Res. 2011;20(1 Pt 1):28–37.
23.
Irwin MR, Olmstead R, Motivala SJ. Improving sleep quality in older adults
with moderate sleep complaints: a randomized controlled trial of Tai Chi Chih.
Sleep. 2008;31(7):1001–8.
24.
Chen KM, Chen MH, Chao HC, Hung HM, Lin HS, Li CH. Sleep quality,
depressionstate, and health status of older adults after silver yoga exercises:
cluster randomized trial. Int J Nurs Stud. 2009;46(2):154–63.
25.
Chen MC, Liu HE, Huang HY, Chiou AF. The effect of a simple traditional
exercise programme (Baduanjin exercise) on sleep quality of older adults: a
randomized controlled trial. Int J Nurs Stud. 2012;49(3):265–73. Qigong
traditional Chinese exercise (simple, slow, relaxing movements) resulted
in significant improvements in sleep quality in this study.
26.
Dzierzewski JM, Buman MP, Giacobbi Jr PR, Roberts BL, AikenMorgan AT,
Marsiske M, et al. Exercise and sleep in community dwelling older adults:
evidence for a reciprocal relationship. J Sleep Res. 2014;23(1):61–8. This
study suggests a reciprocal relationship between within person exercise
and sleep quality in older adults.
27.
Passos, G.S., Poyares, D.L., Santana, M.G., Tufik, S., Mello, M.T. (2012). Is
exercise an alternative treatment for chronic insomnia? Clinics. 67(6):653-
659. DOI:10.6061/clinics/2012(06)17.
28.
Nasa, N.S., Gondodiputro, S., Rahmiati, L. (2018). Relationship between
Gymnastics Exercise and Insomnia in Elderly. International Journal of
Integrated Health Sciences. 6 (1): 30-5.
29.
Moul, D.E., Pilkonis, P.A., Miewald, J.M., Carey, T.J., Buysee, D.J. (2002).
Preliminary study of the test retest reliability and concurrent validities of the
Pittsburgh Insomnia Rating Scale (PIRS). Sleep Abstract Supplement. 25: 246-
247.
30.
Lande, G.R., Gragnani, C. (2013). Sleep trends of active duty service
members referred for psychiatric case: A descriptive study. J Am Osteopath
Assoc .113:144-50.
31.
Frey, N.B., Haber, E., Mendes, G.C., Steiner, M., Soares, C.N. (2013). Effects
of quetiapine extended release on sleep and quality of life in midlife women
with major depressive disorder. Arch Womens Ment Health. 16:83-5.
32.
Lande, R.G. (2012). Troublesome triad: Trauma, insomnia, and alcohol. J
Addict Dis. 31:376-81.
33.
Lande, R.G., Gragani, C. (2013). Efficacy of cranial stimulation for the
treatment of insomnia: A randomised pilot study. Complement Ther Med.
21:8-13.
34.
Voinescu, B., Vesa, S., Coogan, A. (2011). Self reported diurnal preference
and sleep disturbance in type 2 diabetes mellitus. Acta Endocrinol (Buc). 2:69-
82.
35.
McElroy, S.L., Winstaley, E.L., Martens, B., Patel, N.C., Mori, N., Moeller, D.
(2011) . A randomised, placebo controlled study of adjunctive Ramelteon in
ambulatory bipolar I disorded with manic symptoms and sleep disturbance. Int
Clin Psychopharmocol. 26:49-53.
36.
Roth, T., Zammit, G., Lankford, A., Mayleben, D., Stern, T., Pitman, V.
(2010). Nonretorative sleep as a distinct component of insomnia. Sleep.
33:449-58.
37.
Vernon, M.K., Dugar, A., Revicki, D., Treglia M., Buysse, D. (2010)
Measurement of non restorative sleep in insomnia: A review of the literature.
Sleep Med Rev. 14:205-12.
38.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. (2016). “Statistik Daerah Kecamatan
Leuwiliang
39.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. (2016). “Kecamatan Leuwiliang
Dalam Angka.
40.
Rohmah, A. I. N., Purwaningsih, & Bariyah, K. (2012). Kualitas Hidup Lanjut
Usia. Jurnal Keperawatan; 2, 120–132.
41.
Tosato, M., Zamboni, V., Ferrini, A., & Cesari, M. (2007). The aging process
and potential interventions to extend life expectancy. Clinical Interventions in
Aging; 2(3), 401–412.
42.
Nugroho. (2008). Keperawatan Gerontik edisi 2 EGC. Jakarta.
43.
Van Leuven, K.A. (2012). Population Aging: Implications for Nurse
Practitioners. Journal for Nurse Practitioners. 8(7): 554-559.
http://dx.doi.org/10.1016/j.nurpra.2012.02.006.
44.
Roberts, S. B., & Rosenberg, I. (2006). Nutrition and Aging: Changes in the
Regulation of Energy Metabolism with Aging of Energy Intake. Physiol rev,
86(34), 651-667. https://doi.org/10.1152/physerv.00019.2005.
45.
Downs, S., Marquez J., & Chiarelli, P. 2014. Normative Score on te Berg
Balance Scale Decline After age 70 years in Hearlthy community-dwelling
people: A systematic review. Journal of physiotherapy, 60 (2), 85-89.
https://doi.org/10.1016/j.jphys.2014.01.002.
46.
Livingston, G., Blizard, B., & Mann, A. 1993. Does Sleep Disturbance Predict
Depression in Elderly people? A Study in Inner London. British Journal of
General Practice, 43 (376), 445-448.
47.
Gerber, A.M., Botes, R., Mostert, A., Vorster, A., & Buskens, E. 2016. A
Cohort Study of Elderly People in Bloemfotein, South Africa, to determine
health-related quality of life and fucntional abilities. South Africa Medical
Journal, 106 (3), 298-301. https://doi.org/10.70196/SAMJ.vl06i3.10171.
48.
De Freitas, M.C., Queiroz, T.A., & De Sousa, J.A.V. (2010). The meaning of
old age and the aging experience of in the elderly. Revista Da Escola De
Enfermagem Da USP; 44(2), 407–412. https://doi.org/10.1590/S0080-
62342010000200024.
49.
Murwani, Arita. 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi I.
Yogyakarta.
50.
Joshi, K., Kumar, R., & Avasthi, A. (2003). Morbidity Profile and Its
Relationship with Disability and Psychological Distress among Elderly People
in Northern India. International Journal Epidemiology; 32, 978-987.
http://dx.doi.org/10.1093/ije/dyg204.
51.
Dağlar, G., Pınar, Ş. E., Sabancıoğulları, S., & Kav, S. (2012). Sleep quality in
the elderly either living at home or in a nursing home. Australian Journal Of
Advanced Nursing, 31(4), 6–13.
52.
Crowley, K. Sleep and sleep disorders in older adults. Neuropsychology
Review. 2011; 21: 41-53. PMid:21225347 http://dx.doi.org/10.1007/s11065-
010-9154-6
53.
Townsend-Roccichelli, J., Sanford, J.T. & VandeWaa, E. Managing sleep
disorders in the elderly. The Nurse Practitioner. 2010; 35(5): 31-37.
PMid:20395765 http://dx.doi.org/10.1097/01.NPR.0000371296.98371.7e
54.
Bawden, F.C., Oliveira, C.A., & Caramelli, P. Impact of obstructive sleep
apnea on cognitive performance. Arquivos de Neuro-Psiquiatria. 2011; 69:
585-589. PMid:21877024 http://dx.doi.org/10.1590/S0004-
282X2011000500003
55.
Go´mez-Esteban, J.C., Tijero, B., Somme, J., Ciordia, R., Berganzo, K., Rouco,
I., et al. Impact of psychiatric symptoms and sleep disorders on the quality of
life of patients with Parkinson’s disease. Journal of Neurology. 2011; 258: 494-
499. PMid:20957384 http://dx.doi.org/10.1007/s00415-010-5786-y
56.
Neubauer, D. N. “Sleep problems in the elderly,” American Family Physician,
vol. 59, no. 9, pp. 2551-2558, 1999.
57.
Fragoso, C. A. V and T. M. Gill, “Sleep complaints in community-living older
persons: a multifactorial geriatric syndrome, ” Journal of the American
Geriatrics Society, vol. 55, no. 11, pp. 1853–1866, 2007.
58.
Gureje, O., B. D. Oladeji, T. Abiona, V. Makanjuola, and O. Esan, “The
natural history of insomnia in the Ibadan study of ageing,” Sleep, vol. 34, no.
7, pp. 965–973, 2011.
59.
Altena, E., Vrenken, H., VanDerWerf, Y.D., vandenHeuvel, O.A., &
VanSomeren, J.W. Reduced Orbitofrontal and Parietal Gray Matter in Chronic
Insomnia: A Voxel-Based Morphometric Study. Biology Psychiatry. 2010; 67:
182-185. PMid:19782344 http://dx.doi.org/10.1016/j.biopsych.2009.08.003
60.
Tel, H. Sleep quality and quality of life among the elderly people. Neurology,
Psychiatry and Brain Research. 2012; 19(1): 48-52.
http://dx.doi.org/10.1016/j.npbr.2012.10.002
61.
Leger, D. & Bayon, V. Societal costs of insomnia. Sleep Medicine Reviews.
2010; 14: 379-389. PMid:20359916
http://dx.doi.org/10.1016/j.smrv.2010.01.003
62.
Gooneratne NS, Gehrman PR, Nkwuo JE, et al. Consequences of comorbid
insomnia symptoms and sleep-related breathing disorder in elderly subjects.
Arch Intern Med. 2006;166:1732–8.
63.
Roepke, S.K. & Ancoli-Israel, S. Sleep disorders in the elderly. Indian J Med
Res. 2010; 31: 302-310.
64.
Neubauer DN. A review of ramelteon in the treatment of sleep disorders.
Neuropsychiatr Dis Treat. 2008;4:69–79.
65.
Benarroch EE. Suprachiasmatic nucleus and melatonin: reciprocal interactions
and clinical correlations. Neurology. 2008;71:594–8.
66.
Suzuki K, Miyamoto M, Miyamoto T, Sakuta H, Hirata K. The impact of sleep
disturbances on neuroendocrine and autonomic functions. Nihon Rinsho.
2012;70:1169–76.
67.
Guadiola-Lemaitre B, Quera-Salva MA. Melatonin and the regulation of sleep
and circadian rhythms. In: Kryger MH, Roth T, Dement WC, editors.
Principles and practice of sleep medicine, 5th ed. St. Louis: Saunders, 2011; p.
420–30.
68.
Beersma DG, Gordijn MC. Circadian control of the sleep-wake cycle. Physiol
Behav. 2007;90:190–5.
69.
Ancoli-Israel S, Shochat T. Insomnia in older adults. In: Principles and
practice of sleep medicine, 5th ed. Kryger M, Roth T, Dement W, editors.
Philadelphia: Saunders, 2010, p. 1544–50.
70.
Gooneratne NS, Vitiello MV. Sleep in older adults: normative changes, sleep
disorders, and treatment options. Clin Geriatr Med. 2014;30:591–627.
71.
Ohayon MM, Carskadon MA, Guilleminault C, Vitiello MV. Meta-analysis of
quantitative sleep parameters from childhood to old age in healthy individuals:
developing normative sleep values across the human lifespan. Sleep.
2004;27:1255–73.
72.
American Academy of Sleep Medicine. International classification of sleep
disorders: diagnostic and coding manual, 2nd ed. Westchester, IL: American
Academy of Sleep Medicine; 2005.
73.
Bélanger, L., LeBlanc, M., & Morin, C.H. Cognitive Behavioral Therapy for
Insomnia in Older Adults, Cognitive and Behavioral Practice. 2012; 19(1):
101-115. http://dx.doi.org/10.1016/j.cbpra.2010.10.003
74.
Saber, A.D.M. Insomnia among elderly in Alexandria. Master thesis, High
Institute of Public Health, Alexandria University, Egypt; 2013.
75.
Bakr, I.M., Abd Elaziz, K.M., Abou El Ezz, N.F., & Fahim, H.I. Insomnia in
institutionalized older people in Cairo, Egypt: Prevalence and risk factors
associated. European Geriatric Medicine. 2012; 3(2): 92-96.
http://dx.doi.org/10.1016/j.eurger.2012.02.002
76.
Suzuki K, Miyamoto M, Hirata K. Neurological common diseases in the
super-elder society. Topics: V. Dizziness, faintness, numbness and insomnia:
3. Characteristics and treatment of sleep disorders in the elderly. Nihon Naika
Gakkai Zasshi. 2014;103:1885–95.
77.
Unruh ML, Redline S, An MW, et al. Subjective and objective sleep quality
and aging in the sleep heart health study. J Am Geriatr Soc. 2008;56:1218–27.
78.
Phillips B, Mannino D. Correlates of sleep complaints in adults: the ARIC
study. J Clin Sleep Med. 2005;1:277–83.
79.
Dam TT, Ewing S, Ancoli-Israel S, et al. Association between sleep and
physical function in older men: the osteoporotic fractures in men sleep study. J
Am Geriatr Soc. 2008;56:1665–73.
80.
Stone KL, Ancoli-Israel S, Blackwell T, et al. Actigraphy-measured sleep
characteristics and risk of falls in older women. Arch Intern Med.
2008;168:1768–75.
81.
Phillips B, Mannino DM. Does insomnia kill? Sleep. 2005;28:965–71.
82.
Morimoto S, Takahashi T, Okaishi K, et al. Sleep apnoea syndrome as a risk
for mortality in elderly inpatients. J Int Med Res. 2012;40:601–11.
83.
Perlis ML, Smith LJ, Lyness JM, et al. Insomnia as a risk factor for onset of
depression in the elderly. Behav Sleep Med. 2006;4:104–13.
84.
The Gallup Organization. Sleep and Healthy Aging Survey. Princeton, NJ:
October 2005.
85.
Woodward M. Insomnia in the elderly. Aust Fam Physician. 1999;28: 653-
658.
86.
Foley DJ, Monjan A, Simonsick EM, et al. Incidence and remission of
insomnia among elderly adults: an epidemiologic study of 6,800 persons over
three years. Sleep. 1999;22(S2):S366-S372.
87.
Rajput V, Bromley SM. Chronic insomnia: a practical review. Am Fam
Physician. 1999;60:1431-1438.
88.
Reeve, K. & Bailes, B. Insomnia in Adults: Etiology and Management. The
Journal for Nurse Practitioners. 2010; 6(1): 53-60.
http://dx.doi.org/10.1016/j.nurpra.2009.09.013
89.
Vgontzas AN, Kales A. Sleep and its disorders. Annu Rev Med. 1999;50:387-
400
90.
Montgomery P. Treatments for sleep problems in elderly people. Br Med J.
2002;325:1049.
91.
McCall WV. Sleep in the elderly: burden, diagnosis and treatment. Prim Care
Companion J Clin Psychiatry. 2004;6:9-20.
92.
National Institutes of Health state-of-the-science conference statement on
manifestations and management of chronic insomnia in adults. June 13-15,
2005; Final Statement August 18,1005. Available at:
http://consensus.nih.gov/2005/2005insomniaS0S026html.htm. Accessed
August 26, 2005.
93.
Feinsilver SH. Sleep in the elderly. What is normal? Clin Geriatr Med.
2003;19:177-188.
94.
John MW. (1991). A new method for measuring daytime sleepiness: the
Epworth sleepiness scale. Sleep.14:540-545.
95.
Dement W, Richardson G, Prinz P, et al. Changes of sleep and wakefulness
with age. In: Finch C, Schneider EL, Eds. Handbook of the Biology of Aging.
2nd edition. New York: Van Nostrand Reinhold; 1985:692–717.
96.
Mahendra, Agus. (2000). Senam. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Depdiknas.
97.
Anandita, F.P. (2010). Mengenal Senam. Bogor: Quadra.
98.
Evan ,V.P., Xiaoyang, D., Mahdi, H. (2017). Resistance Training For Activity
Limitations In Older Adults With Skeletal Muscle Function Deficits: A
Systematic Review. Clinical Interventions.
99.
Hong, S.Y., Hughes, S., Prohaska, T. (2008). Factors Affecting Exercise
Attendance And ComPletion In Sedentary Older Adults: A Meta-Analytic
Approach. J. Phys. Act. Health; 5 (3), 385–397 (05).
100.
Elizabeth, Weening, Dijksterhuis, Mathieu, H.G., de Greef, Wim, Krijnen.
(2014). Group Exercise Has Little Effect On ADL, Physical Fitness, And Care
Dependency In Frail Instituionalized Elderly People: A Randomized
Controlled Trial. The Netherlands : Publisher Betsy Weening-Dijksterhuis,
Groningen, chapter 4.
101.
Benavent-Caballer, V., Rosado-Calatayud, P., Segura-Ortí, E., Amer-Cuenca,
J.J., Lisón, J.F. (2014). Effects of three different low-intensity exercise
interventions on physical performance, muscle CSA and activities of daily
living: A randomized controlled trial. Experimental Gerontology.vol.58.159-
165.
102.
Kaur, J., Sharma, C. (2011). Exercise in Sleep Disorders. Delhi Psychiatry
Journal, 14(1), 133–137.
103.
Varrasse, M., Li, J., Gooneratne, N.( 2015). Exercise and sleep in community-
dwelling older adults. Curr Sleep Med Rep.;1(4):232–40.
104.
Sun, J., Sung, M.., Huang, M., Cheng, G., Lin, C. (2010). Effectiveness of
acupressure for residents of long-term care facilities with insomnia: A
randomized controlled trial. International Journal of Nursing Studies. 47.
798–805. doi:10.1016/j.ijnurstu.2009.12.003.
105.
Fragoso, C.A.V., Miller, M.E., King, A.C., Kritchevsky, S.B., Liu, C.K.,
Myers, V.H.,Nadkarni,N.K., Pahor, M., Spring, B.J., Gill, T.M. (2015). Effect
Of Structured Physical Activity On Sleep-Wake Behaviors In Sedentary Elders
penelitian ini. Bila bapak/ibu telah memutuskan untuk ikut, bapak/ibu juga
berhak untuk mundur setiap saat. Apabila ada hal – hal yang kurang jelas atau
ada keluhan, bapak/ibu dapat menghubungi tim peneliti koordinator lapangan
yang bernama Aloysius Ferre Tue, atau dapat menghubungi ke nomor
085773028930. Dan apabila memerlukan penjelasan dan hal yang diperlukan,
bapak/ibu dapat menghubungi:
Lampiran 5:Kuesioner
1. Sebelum
a. Intervensi
2. Sesudah
1. Senam lansia
2. Refleksologi
b. Jenis Intervensi
3. Refleksologi+Senam lansia
4. Herbal
6 Tidur terjadi pada waktu yang tidak diinginkan (tidak diprediksi) atau tidak sama
sekali
7 Mimpi yang mengganggu
13 Kecemasan atau kekhawatiran tentang sesuatu hal yang dapat terjadi selama tidur
14 Gelisah dan stres
28 Orang lain memberi tahu Anda bahwa Anda terlihat lelah atau letih
34 Merasa terganggu dengan orang lain bahkan ketika orang lain bersikap sopan
pada Anda
35 Kesulitan mengendalikan emosi
38 Tidur yang buruk dapat mengganggu hubungan Anda terhadap orang lain
39 Merasa ngantuk
40 Tidak mampu untuk tidur
46 Memikirkan makanan yang ingin dimakan sebelum tidur sehingga Anda bisa
tidur lebih baik
Penilaian untuk nomor 47-50
0= kurang dari 1/2 jam 2= antara 1 sampai 3 jam
1= antara 1/2 sampai 1 jam 3= lebih dari 3 jam atau saya tidak tidur
47 Saat Anda mencoba untuk pergi tidur, berapa lama waktu yang diperlukan untuk
tertidur pada malam terburuk?
48 Saat Anda mencoba tertidur, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk tertidur
pada sebagian besar (rata-rata) pada waktu malam?
49 Jika Anda bangun pada malam hari, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
tertidur kembali di malam terburuk?
50 Jika Anda bangun pada malam hari, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
tertidur kembali pada sebagian besar pada malam hari?
Penilaian untuk nomor 51 dan 52
0= lebih dari 7 jam 2= antara 2 sampai 4 jam
1= antara 4 sampai 7 jam 3= kurang dari 2 jam atau saya tidak tidur
51 Selain waktu ketika Anda terjaga di tempat tidur, berapa banyak jam tidur yang
sebenarnya Anda dapatkan selama malam terburuk?
52 Selain waktu ketika Anda terjaga di tempat tidur, berapa banyak jam tidur yang
sebenarnya Anda dapatkan pada sebagian besar (rata-rata) pada malam hari?
Penilaian untuk nomor 53 dan 54
0= tak satu pun atau 1 malam 2= pada 4 atau 5 malam
1= pada 2 atau 3 malam 3= pada 6 atau semua malam
53 Sudah berapa malam Anda merasa membutuhkan waktu lebih dari 30 menit
untuk Anda tertidur ?
54 Sudah berapa malam Anda bangun dan mempunyai masalah untuk tertidur lagi ?
sepenuhnya ?
56 Sudah berapa hari Anda sulit mengatasi masalah karena kurang tidur ?
Total :
e. Menghadap ke Kanan
q. Goyangkan dada
3. Sesak Nafas
a. Berikan ruang yang terbuka untuk korban menghirup nafas.
b. Berikan korban bantuan oxycan atau oksigen tabung, bila diperlukan.
c. Longgarkan pakaiannya. Supaya ia tidak merasa sesak. Kemudian
pijitlah daerah syaraf paru-paru yang terletak di atas jempol kaki
(tepatnya 3-5 cm diatas ruas ibu jari).
d. Berikan korban air minum dan lebih baik diberikan air hangat bila ad.
e. Periksa denyut nadi korban.
f. Bawa ke rumah sakit terdekat bila korban sudah tidak sadarkan diri.
4. Terjatuh Dan Terluka
a. Bila korban terjatuh pada saat intervensi senam, maka bantu korban
untuk bangun dan bawa ke tempat yg cukup ruang.
b. Lihat di seluruh bagian tubuh aapakah ada luka atau memar.
c. Bila ada luka bersihkan luka tersebut dengan alcohol dan kapas,
setelah dibersihkan beri betadine dan plester, supaya luka tersebut
aman dari bakteri dan kotoran luar.
5. Pingsan Tiba - Tiba
a. Bila ada korban pingsan maka bawa dan topang korban ke tempat
terbuka dan cukup ruang.
b. Percikan air sedikit ke arah korban
c. Survey lokasi korban pingsan, cek sekitar apakah korban pingsan
karena gigitan hewan beracun atau dari bau – bau yang tidak sedap.
d. Cek denyut jantung korban dan nafas korban.
e. Saat korban sadar berikan air putih atau air putih hangat bila ada.
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Usia 17 100.0% 0 0.0% 17 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 64.41 .916
95% Confidence Interval for Lower Bound 62.47
Mean Upper Bound 66.35
5% Trimmed Mean 64.24
Median 63.00
Variance 14.257
Usia Std. Deviation 3.776
Minimum 60
Maximum 72
Range 12
Interquartile Range 5
Skewness .853 .550
Kurtosis -.373 1.063
Explore
2. Jenis Kelamin
Case Processing Summary
2. Jenis Kelamin Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Laki-laki 4 100.0% 0 0.0% 4 100.0%
Usia
Perempuan 13 100.0% 0 0.0% 13 100.0%
Descriptives
2. Jenis Kelamin Statistic Std. Error
Mean 67.00 1.414
95% Confidence Interval for Lower Bound 62.50
Mean Upper Bound 71.50
5% Trimmed Mean 66.89
Median 66.00
Usia Laki-laki
Variance 8.000
Std. Deviation 2.828
Minimum 65
Maximum 71
Range 6
Interquartile Range 5
Skewness 1.414 1.014
Kurtosis 1.500 2.619
Mean 63.62 1.041
95% Confidence Interval for Lower Bound 61.35
Mean Upper Bound 65.88
5% Trimmed Mean 63.35
Median 62.00
Variance 14.090
Perempuan Std. Deviation 3.754
Minimum 60
Maximum 72
Range 12
Interquartile Range 4
Skewness 1.406 .616
Kurtosis 1.044 1.191
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
T_INSOMNIA 17 100.0% 0 0.0% 17 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 1152.4118 197.08657
95% Confidence Interval for Lower Bound 734.6069
Mean Upper Bound 1570.2166
5% Trimmed Mean 1125.1797
Median 1014.0000
Variance 660332.956
T_INSOMNIA Std. Deviation 812.60873
Minimum .00
Maximum 2795.00
Range 2795.00
Interquartile Range 1054.63
Skewness .891 .550
Kurtosis -.006 1.063
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
T_INSOMNIA .237 17 .012 .905 17 .084
Explore
Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 984.4314 145.27422
95% Confidence Interval for Lower Bound 676.4638
Mean Upper Bound 1292.3990
5% Trimmed Mean 985.4793
Median 942.5000
Variance 358778.163
A_T_INSOMNI
Std. Deviation 598.98094
A
Minimum .00
Maximum 1950.00
Range 1950.00
Interquartile Range 958.75
Skewness .011 .550
Kurtosis -.736 1.063
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
A_T_INSOMNI *
.153 17 .200 .946 17 .394
A
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
TOTAL1 17 100.0% 0 0.0% 17 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 218.2745 113.87099
95% Confidence Interval for Lower Bound -23.1212
Mean Upper Bound 459.6702
TOTAL1
5% Trimmed Mean 155.6383
Median .0000
Variance 220432.225
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
TOTAL1 .444 17 .000 .541 17 .000
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
A_TOTAL1 17 100.0% 0 0.0% 17 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 285.4706 111.75900
95% Confidence Interval for Lower Bound 48.5521
Mean Upper Bound 522.3891
5% Trimmed Mean 257.1340
Median .0000
Variance 212331.265
A_TOTAL1 Std. Deviation 460.79417
Minimum .00
Maximum 1081.00
Range 1081.00
Interquartile Range 874.00
Skewness 1.061 .550
Kurtosis -.915 1.063
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
A_TOTAL1 .438 17 .000 .609 17 .000
Explore
Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 37.9412 8.43508
95% Confidence Interval for Lower Bound 20.0596
Mean Upper Bound 55.8227
5% Trimmed Mean 35.4902
Median 45.0000
Variance 1209.559
TOTAL2 Std. Deviation 34.77871
Minimum .00
Maximum 120.00
Range 120.00
Interquartile Range 55.00
Skewness .589 .550
Kurtosis .220 1.063
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
TOTAL2 .215 17 .035 .880 17 .031
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
A_TOTAL2 17 100.0% 0 0.0% 17 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 15.8824 6.70046
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.6780
Mean Upper Bound 30.0867
5% Trimmed Mean 12.6471
Median .0000
A_TOTAL2 Variance 763.235
Std. Deviation 27.62671
Minimum .00
Maximum 90.00
Range 90.00
Interquartile Range 40.00
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
A_TOTAL2 .423 17 .000 .642 17 .000
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
TOTAL3 17 100.0% 0 0.0% 17 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 51.6176 9.49211
95% Confidence Interval for Lower Bound 31.4953
Mean Upper Bound 71.7400
5% Trimmed Mean 51.3529
Median 58.5000
Variance 1531.704
TOTAL3 Std. Deviation 39.13699
Minimum .00
Maximum 108.00
Range 108.00
Interquartile Range 81.00
Skewness -.307 .550
Kurtosis -1.484 1.063
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
TOTAL3 .201 17 .068 .869 17 .021
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
A_TOTAL3 17 100.0% 0 0.0% 17 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 50.8235 7.71517
95% Confidence Interval for Lower Bound 34.4681
Mean Upper Bound 67.1790
5% Trimmed Mean 51.4706
Median 54.0000
Variance 1011.904
A_TOTAL3 Std. Deviation 31.81045
Minimum .00
Maximum 90.00
Range 90.00
Interquartile Range 49.50
Skewness -.391 .550
Kurtosis -1.103 1.063
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
A_TOTAL3 .182 17 .139 .893 17 .052
Frequencies
Statistics
2. Jenis DISTRESS_ SLEEP_ QOL_ INSOMNIA A_DISTRESS_
Kelamin K K K K
Valid 17 17 17 17 17 17
N
Missing 0 0 0 0 0 0
Statistics
A_SLEEP_K A_QOL_K A_INSOMNIA
Valid 17 17 17
N
Missing 0 0 0
Frequency Table
2. Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Laki-laki 4 23.5 23.5 23.5
Valid Perempuan 13 76.5 76.5 100.0
Total 17 100.0 100.0
DISTRESS_K
SANGAT
4 23.5 23.5 100.0
TERGANGGU
Total 17 100.0 100.0
SLEEP_K
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
TIDUR BAGUS 6 35.3 35.3 35.3
Valid TIDUR TERGANGGU 11 64.7 64.7 100.0
Total 17 100.0 100.0
QOL_K
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
BAGUS 5 29.4 29.4 29.4
Valid RENDAH 12 70.6 70.6 100.0
Total 17 100.0 100.0
INSOMNIA
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
TIDAK
1 5.9 5.9 5.9
INSOMNIA
Valid
INSOMNIA 16 94.1 94.1 100.0
Total 17 100.0 100.0
A_DISTRESS_K
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
1.00 12 70.6 70.6 70.6
Valid 2.00 5 29.4 29.4 100.0
Total 17 100.0 100.0
A_SLEEP_K
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
TIDUR BAGUS 12 70.6 70.6 70.6
Valid TIDUR TERGANGGU 5 29.4 29.4 100.0
Total 17 100.0 100.0
A_QOL_K
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
BAGUS 3 17.6 17.6 17.6
Valid RENDAH 14 82.4 82.4 100.0
Total 17 100.0 100.0
A_INSOMNIA
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
TIDAK
2 11.8 11.8 11.8
INSOMNIA
Valid
INSOMNIA 15 88.2 88.2 100.0
Total 17 100.0 100.0
T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
T_INSOMNIA 1152.4118 17 812.60873 197.08657
Pair 1 A_T_INSOMNI
984.4314 17 598.98094 145.27422
A
BIODATA