Sosiologi Bab1-3
Sosiologi Bab1-3
DAFTAR ISI
Topik 1.
Pengertian Sosiologi Kesehatan ..……....................................................................... 3
Latihan ………….……………………………………....................................................................... 14
Ringkasan ……...………………………………….......................................................................... 14
Tes 1 ……………………………………..……................................................................................ 15
Topik 2.
Pandangan Sosiologi Mengenai Kesehatan dan Penyakit ........................................ 17
Latihan ……………………………………..............................................……............................... 31
Ringkasan ..…………………………………................................................................................. 31
Tes 2 ……………………….…………………..……......................................................................... 33
GLOSARIUM ............................................................................................................ 34
PETUNJUK JAWABAN TES ........................................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 36
BAB II: PENGARUH ASPEK SOSIAL EKONOMI, AGAMA, BUDAYA, SUKU BANGSA
DAN GENDER TERHADAP KESEHATAN 37
Topik 1.
Konsep Sosial Ekonomi dan Kesehatan ................................................................... 38
Ringkasan …..…………………………………........................................................................... 43
Latihan ……….………………………………………....................................................................... 45
Topik 2.
Agama dan Kesehatan …………………………………………………………….……..………………….. 47
Latihan ……………………………………..............................................……............................... 54
Ringkasan ………………………………….................................................................................. 55
Tes 2 ……………………….…………………..……......................................................................... 56
Topik 3.
Budaya, Suku Bangsa, dan Kesehatan ………………………………………….……..………………. 57
Latihan ……………………………………..............................................……............................... 65
Ringkasan ………………………………….................................................................................. 65
Tes 3 ……………………….…………………..……......................................................................... 66
iii
Sosiologi Kesehatan
Topik 4.
Gender dan Kesehatan ………………………………………….……………………………..………………. 68
Latihan ……………………………………..............................................……............................... 74
Ringkasan ………………………………….................................................................................. 74
Tes 4 ……………………….…………………..……......................................................................... 75
GLOSARIUM ……………………...................................................................................... 76
PETUNJUK JAWABAN TES ........................................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 78
Topik 1.
Negara, Politik, dan Kesehatan ............................................................................... 81
Latihan 1 …………………………………………........................................................................... 85
Ringkasan ………………………………….................................................................................. 85
Tes 1 ……………………….…………………..……......................................................................... 86
Latihan 2 …………………………………………............................................................................ 87
Topik 2.
Perubahan Sosial dan Kebudayaan ......................................................................... 88
Latihan 1 …………………………………..............................................……............................... 98
Ringkasan ………………………………….................................................................................. 98
Tes 2 ……………………….…………………..……......................................................................... 101
Latihan 2 …………………………………………............................................................................ 102
iv
Sosiologi Kesehatan
BAB I
KONSEP DASAR SOSIOLOGI KESEHATAN
PENDAHULUAN
Saudara mahasiswa, sosiologi kesehatan merupakan cabang ilmu yang masih relatif
baru dalam sosiologi. Perlu saudara ketahui awalnya cabang ilmu ini dikenal salah satunya
dengan nama sosiologi medis, dimana sosiologi medis berkembang pertama kali di Amerika
Serikat melalui beberapa tahap sejak tahun 1920-an.
Robert Straus mengklasifikasikan sosiologi medis menjadi dua, yaitu sosiologi
mengenai bidang medis dan sosiologi dalam bidang medis. Sosiologi mengenai bidang medis
menyajikan kajian sosiologis terhadap faktor bidang medis. Para sosiolog melakukan kajian
ini dengan tujuan pengembangan ilmu dan teori sosiologi. Posisi para sosiolog dalam hal ini
ada di luar bidang medis. Sedangkan sosiologi dalam bidang medis menurut Robert
merupakan penerapan keahlian sosiolog maupun ahli sosial lain di dalam bidang medis.
Sejak hampir seabad yang lalu di bidang kedokteran timbul kebutuhan untuk mencoba
memahami faktor-faktor sosial yang berhubungan dengan pola penyebaran penyakit
(epidemiologi) dalam kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Maka dikembangkanlah
sosiologi kedokteran yang mencakup studi tentang faktor-faktor sosial dalam etiologi,
prevalensi, tentang profesi kedokteran itu sendiri serta hubungan dokter dengan masyarakat
umum. Dalam perkembangan selanjutnya terbukti bahwa upaya penanggulangan penyakit
masyarakat tidaklah hanya merupakan tanggung jawab profesi kedokteran saja, melainkan
tanggungjawab bersama para petugas kesehatan. Selain itu pendekatan terhadap masalah
kesehatan masyarakat pun diperluas, yaitu dengan mengubah titik pusat perhatiannya, dari
penyakit menjadi kesehatan. Selain dengan perkembangan tersebut maka timbul pula
sosiologi kesehatan yang lebih luas daripada sosiologi kedokteran
Sosiolog kesehatan juga membedakan antara sosiologi mengenai kesehatan dan
sosiologi dalam kesehatan. Sosiologi mengenai kesehatan adalah pengamatan dan analisis
dengan motif masalah sosiologi, sedangkan sosiologi dalam kesehatan merupakan penelitian
dan pengajaran yang dimotivasi oleh adanya masalah kesehatan. Masalah kesehatan selain
dipelajari oleh ilmu sosiologi juga dipelajari oleh ilmu lain seperti antropologi (antropologi
medis) dan ilmu ekonomi (ekonomi kesehatan).
Saudara mahasiswa, Bab I dalam modul ini dibagi dalam dua topik. Topik satu akan
menghantarkan anda pada penjelasan tentang konsep dasar sosiologi kesehatan kemudian
dilanjutkan dengan topik dua tentang penjelasan pandangan sosiologi mengenai kesehatan
dan penyakit.
1
Sosiologi Kesehatan
Saudara mahasiswa, dengan mempelajari bab satu ini, secara umum Saudara
diharapkan dapat menjelaskan konsep dasar sosiologi kesehatan dan pandangan sosiologi
mengenai kesehatan dan penyakit. Secara lebih rinci, saudara diharapkan dapat
menjelaskan:
a. Pengertian sosiologi kesehatan
b. Sejarah sosiologi
c. Ruang lingkup sosiologi kesehatan
d. Pendekatan dalam sosiologi
e. Teori-teori sosiologi
f. Kesehatan
g. Perilaku kesehatan
h. Penyakit
i. Perilaku sakit
j. Hubungan dokter-pasien
2
Sosiologi Kesehatan
Topik 1
Pengertian Sosiologi Kesehatan
Saudara mahasiswa, secara tidak sadar saudara telah mengetahui sedikit tentang
sosiologi. Saudara telah menjadi anggota masyarakat bukan? Dan saudara sudah mempunyai
pengalaman-pengalaman dalam hubungan sosial atau hubungan antar manusia. Sejak lahir
di dunia saudara sudah berhubungan dengan orang tua, dan dengan semakin meningkatnya
usia bertambah pulalah pergaulan saudara dengan manusia lain di dalam masyarakat.
Saudara juga pasti menyadari bahwa kebudayaan dan peradaban dewasa ini merupakan
hasil perkembangan masa-masa yang silam. Di dalam berbagai hal saudara mempunyai
persamaan-persamaan dengan orang-orang lain, sedangkan dalam hal-hal lain mereka
mempunyai sifat-sifat yang khas berlaku bagi dirinya sendiri sehingga berbeda dengan orang
lain. Semuanya merupakan pengetahuan yang bersifat sosiologis karena ikut sertanya
saudara di dalam hubungan-hubungan sosial dalam membentuk kebudayaan masyarakat.
Kesadaran akan adanya persamaan dan perbedaan dengan orang-orang lain memberikan
gambaran tentang objek yang saudara pelajari yaitu sosiologi (Soekanto, 2014).
Sosiologi berasal dari bahasa Latin, Socius yang berarti kawan/teman dan Logos yang
berarti kata atau berbicara, jadi Ilmu Sosiologi adalah berbicara mengenai masyarakat.
Parsudi Suparlan mengatakan bahwa sosiologi merupakan “ilmu pengetahuan yang secara
sistematik mempelajari kelakuan sosial manusia, yaitu yang berkenaan dengan pola-pola dan
proses-proses interaksi di antara individu dan kelompok, bentuk-bentuk kelompok sosial,
hubungan-hubungan di antara berbagai kelompok sosial, dan pengaruh kelompok sosial
terhadap kelakuan individu”.
Pitirim Sorokin mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari
hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya
antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi,
gerak masyarakat dengan politik dan sebagainya); hubungan dan pengaruh timbal balik
antara gejala sosial dengan gejala-gejala nonsosial ( misalnya gejala geografis, biologis, dan
sebagainya); ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial (Dadang Supardan, 2009: 69)
Sosiologi telah mencapai perkembangan sedemikian rupa sehingga menurut Harsja
Bachtiar dapat diuraikan dalam berbagai bidang keahlian khusus (sub-disiplin), antara lain
(Widjaja, 1986:58-60): 1. Sosiobiologi 2. Sosiologi kesehatan dan sakit (sosiologi kedokteran,
sosiologi klinik, sosiologi perawatan) 3. Demografl 4. Sosiologi keluarga dan kekerabatan
5. Sosiologi anak 6. Sosiologi remaja 7. Sosiologi orang tua 8. Sosiologi komuniti dan wilayah
(sosiologi pedesaan, sosiologi perkotaan), dan masih banyak sub-disiplin sosiologi lainnya.
Objek dari sosiologi adalah masyarakat yang berhubungan dan juga proses yang
dihasilkan dari hubungan tersebut. Sedangkan tujuan dari ilmu sosiologi adalah untuk
meningkatkan kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan
lingkungan sosialnya.
3
Sosiologi Kesehatan
Nah, saudara mahasiswa apakah saudara sudah mengerti apa yang dimaksud dengan
ilmu sosiologi dan sosiologi kesehatan? Jadi, sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari
masyarakat, perilaku masyarakat, hubungan dan pengaruh timbal balik antara individu
dengan kelompok (dari keluarga – masyarakat ) struktur sosial dan proses sosial (perubahan
sosial). Sedangkan sosiologi kesehatan merupakan subdisiplin ilmu dari bidang sosiologi.
4
Sosiologi Kesehatan
Prinsip dasar disiplin sosiologi kesehatan adalah penerapan konsep dan metode disiplin
sosiologi dalam mendeskripsikan, menganalisis, dan memecahkan masalah kesehatan.
Dengan kata lain sosiologi kesehatan merupakan penerapan ilmu sosial dalam mengkaji
masalah kesehatan.
A. SEJARAH SOSIOLOGI
Istilah sosiologi sebagai cabang ilmu sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan
Prancis yang bernama August Comte tahun 1842 dan kemudian dikenal sebagai Bapak
Sosiologi.
Istilah sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang masyarakat lahir di Eropa
karena ilmuwan Eropa pada abad ke-19 mulai menyadari perlunya secara khusus
mempelajari kondisi perubahan sosial. Comte membedakan antara sosiologi statis, dimana
perhatian dipusatkan pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat dan
sosiologi dinamis, dimana perhatian dipusatkan tentang perkembangan masyarakat dalam
arti pembangunan.
Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari
munculnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert Spencer
(Inggris), Karl Marx (Jerman), Vilfredo Pareto (Italia) Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies,
Georg Simmel, Max Weber (Jerman) dan Pitirim Sorokin (Rusia). Masing-masing berjasa
besar menyumbangkan beragam pendekatan dalam mempelajari masyarakat yang berguna
untuk perkembangan Sosiologi.
Tahun 1876 di Inggris Herbert Spencer mempublikasikan sosiologi dan
memperkenalkan pendekatan analogi organik yang memahami masyarakat seperti tubuh
manusia sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama
lain. Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis yang menganggap
konflik antar kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat. Max
Weber memperkenalkan pendekatan versthen (pemahaman) yang berupaya menelusuri
nilai, kepercayaan, tujuan dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia.
5
Sosiologi Kesehatan
Sosiologi kesehatan merupakan cabang sosiologi yang relatif baru. Di masa lalu dalam
sosiologi telah lama dikenal cabang sosiologi, sosiologi medis, yang merupakan pendahulu
sosiologi kesehatan dan terkait erat dengannya. Pertumbuhan sosiologi medis berlangsung
melalui enam tahap (Sunarto, 2014:1.3-1.4):
1. Tahun 1920-an dan 1930-an tumbuh kajian medika sosial, yaitu kajian bersama antara
ilmuwan sosial dan medis terhadap masalah yang menjadi perhatian bersama mereka;
2. Tahun 1940-an dan 1950-an berkembang kajian-kajian terhadap masalah epidemiologi
sosial;
3. Sosiolog mulai ditempatkan pada berbagai lembaga pendidikan medis dan
keperawatan;
4. Berbagai lembaga donor swasta mulai menyediakan dana penelitian dan pelatihan;
5. Pada tahun 1959 terbentuk seksi sosiologi medis dalam Ikatan Sosiologi Amerika
(American Sociological Association);
6. Jurnal dan buletin sosiologi medis diterbitkan.
Mechanic berpendapat tugas medis hanya dapat dilaksanakan secara efektif manakala
yang dipertimbangkan baik faktor biologis maupun faktor sosial dan psikologis. Mulai
dikajinya peran faktor sosial-budaya dalam keberhasilan pelaksanaan tugas medis menjadi
dasar bagi tumbuh dan berkembangnya sosiologi medis.
Straus membedakan antara sosiologi mengenai bidang medis dan sosiologi dalam
bidang medis. Menurutnya sosiologi mengenai bidang medis terdiri atas kajian sosiologis
terhadap faktor di bidang medis yang dilaksanakan oleh ahli sosiologi yang menempati posisi
mandiri di luar bidang medis dan bertujuan mengembangkan sosiologi serta untuk menguji
prinsip dan teori sosiologi.
Menurut Kendall dan Reader, sosiologi mengenai bidang medis mengulas masalah
yang menjadi perhatian sosiologi profesi dan sosiologi organisasi. Menurut Straus sosiologi
dalam bidang medis merupakan penelitian dan pengajaran bersama yang sering melibatkan
pengintegrasian konsep, teknik dan personalia dari berbagai disiplin, dimana sosiologi
digunakan sebagai pelengkap bidang medis. Dalam perkembangan selanjutnya perhatian
sosiologi medis meluas ke berbagai masalah kesehatan di luar bidang medis. Dengan
demikian, berkembanglah bidang sosiologi kesehatan.
Para ahli pun membedakan antara sosiologi mengenai kesehatan dan sosiologi dalam
kesehatan. Menurut Wilson (dalam Sunarto, 2014:1.12) sosiologi mengenai kesehatan terdiri
atas pengamatan dan analisis dengan mengambil jarak, yang terutama dimotivasi oleh suatu
masalah sosiologis (detached observation, and analysis, motivated primarily by a sense of
sociological problem) sedangkan sosiologi dalam kesehatan mempelajari penelitian dan
pengajaran yang lebih bercirikan keintiman, terapan dan kebersamaan yang terutama
didorong oleh adanya masalah kesehatan (more intimate, applied ang conjoint research and
teaching, motivated primarily by a sense of health problem). Artinya rumusan sosiologi
6
Sosiologi Kesehatan
mengenai kesehatan oleh Wilson mengacu pada kepentingan para sosiolog dalam
pengembangan teori dan konsep sosiologi, sedangkan rumusan mengenai sosiologi dalam
kesehatan jelas mengacu pada kepentingan bidang kesehatan.
Sunarto (2014) memberikan contoh perbedaan antara sosiologi mengenai kesehatan
dan sosiologi dalam kesehatan sebagai berikut: Apabila dalam rangka upaya
penanggulangan HIV/AIDS Departemen Kesehatan RI menugaskan sosiolog dan ahli ilmu
sosial lain (seperti antropolog, psikolog dan ahli kesehatan masyarakat) untuk melakukan
suatu telaah cepat (rapid assessment) di tempat-tempat prostitusi dimana telah ditemukan
sejumlah kasus HIV/AIDS untuk mengetahui faktor sosial-budaya yang mendorong
penyebarluasan HIV/AIDS. Agar temuannya dapat dijadikan masukan bagi kebijakan
pemerintah maka kegiatan ini termasuk dalam bidang sosiologi dalam kesehatan. Namun,
bilamana penelitian terhadap orang yang berperilaku berisiko tinggi terhadap penularan
HIV/AIDS serta jaringan sosial yang terjalin antara mereka dengan berbagai pihak yang
terlibat di dunia prostitusi tersebut dilakukan dengan tujuan memberikan sumbangan bagi
pengembangan konsep dan teori sosiologi mengenai organisasi sosial atau mobilitas sosial
maka kegiatan ini merupakan kegiatan sosiologi mengenai kesehatan.
Setelah mempelajari 90 makalah sosiologi kesehatan yang diterbitkan dalam jurnal
sosiologi kesehatan di Amerika Serikat (antara 1975 dan 1977) serta buku-buku sosiologi
kesehatan yang diterbitkan di sana dalam periode yang sama, Wolinsky (1980: 43-46) sampai
pada kesimpulan bahwa orientasi para sosiolog kesehatan lebih tertuju pada masalah
kesehatan, bukan pada masalah sosiologi sehingga sosiologi kesehatan cenderung miskin
teori.
Twaddle(1982) merinci tujuh dimensi yang membedakan sosiologi kesehatan dengan
sosiologi medis, yaitu:
7
Sosiologi Kesehatan
Dalam upaya memahami suatu gejala sosial dalam masyarakat maka studi-studi dalam
sosiologi dilakukan dengan menggunakan dua macam pendekatan (Sarwono, 1993) yaitu:
• Pendekatan Emik: yaitu menguraikan suatu gejala sosial sesuai dengan pandangan si
pelaku sendiri, memahami perilaku individu/masyarakat dari sudut pandang si pelaku
sendiri (individu tersebut atau anggota masyarakat yang bersangkutan). Misalnya: ada
orang yang menggunakan pengobatan alternatif dengan menggunakan cara metafisika.
Maka makna pengobatan dan keakurasian model pengobatan tersebut bukan menurut
peneliti, melainkan harus diungkap menurut pengguna atau pelaku layanan pengobatan
tradisional.
• Pendekatan Etik: yaitu upaya menguraikan suatu gejala sosial atau interaksi sosial dari
sudut pandang orang luar/sudut pandang observer (menganalisa perilaku atau gejala
sosial dari pandangan orang luar serta membandingkannya dengan budaya lain). Jika
seseorang sedang melakukan pengamatan ilmiah, maka pengalaman dan pengetahuan
ilmiah yang dimiliki dijadikan sebagai alat ukur atau standar dalam menjelaskan masalah
interaksi sosial.
Dengan demikian maka pendekatan etik bersifat lebih objektif, dapat diukur dengan
ukuran dan indikator tertentu, sedangkan pendekatan emik relatif lebih subjektif dan banyak
menggunakan kata-kata/bahasa dalam menggambarkan perasaan individu yang menjadi
objek studi.
Studi emik bersifat lebih unik, sukar untuk digeneralisasikan secara luas (Pelto, 1970).
Ditambahkan oleh Foster (dalam Sarwono, 1993) bahwa pendekatan emik mencakup upaya
untuk mengkomunikasikan keadaan diri-dalam (inner psychological states) dan perasaan
8
Sosiologi Kesehatan
individu yang berkaitan dengan suatu perilaku. Asumsi dari pendekatan emik ini adalah
bahwa pelaku/aktor suatu tindakan itu lebih tahu tentang proses-proses yang terjadi dalam
dirinya, daripada orang lain. Dan pengetahuan tentang proses mental ini diperlukan untuk
memahami mengapa seseorang melakukan suatu tindakan atau mengapa dia menolak untuk
melakukan tindakan tersebut. Sebaliknya ada pandangan yang justru mengatakan bahwa
pelaku/aktor biasanya tidak dapat mengamati dengan baik proses-proses yang terjadi di
dalam dirinya. Oleh karena itu diperlukan orang lain yang dapat meneropong perasaan dan
pikiran bawah sadar seseorang yang sebetulnya melandasi perilakunya. Peneropongan ini
tidak perlu melalui psikoanalisa, melainkan menggunakan indikator nyata berupa hal-hal
yang dapat diamati dari perilaku individu. Apakah hasil pengamatan itu cocok dengan
perasaan atau penghayatan si pelaku, hal ini tidaklah penting dalam pendekatan etik. Yang
lebih penting adalah jika hasil pengamatan/indikator antara beberapa orang itu ternyata
sama, walaupun studi mereka dilaksanakan secara terpisah. Dengan demikian pendekatan
etik memberikan gambaran umum/generalisasi dan ramalan tentang perilaku masyarakat
dalam situasi tertentu.
Kedua pendekatan ini dapat digunakan untuk studi antar budaya, hanya etik
memberikan perbandingan dan generalisasi sedangkan emik menggambarkan keunikan
penghayatan masing-masing individu/kelompok. Studi-studi sosiologi biasanya
menggunakan kedua pendekatan ini guna memperoleh gambaran yang lebih lengkap
tentang gejala yang diselidiki. Jika studi ini menggunakan informan untuk memperoleh
informasi, maka informan itu dapat memberikan informasi yang bersifat etik (misalnya siapa
saja yang datang dalam gotong royong), maupun emik (misalnya apa makna upacara kremasi
bagi penganut agama Hindu-Bali).
Oleh karena itu dalam mengembangkan sosiologi kesehatan ini, seorang dokter atau
tenaga kesehatan dapat mengembangkan sikap verstehen yaitu kemampuan untuk
menyelami apa yang dirasakan oleh pasien atau masyarakat itu sendiri. Setelah memahami
apa yang dialami oleh pasien baru pada tahap selanjutnya dianalisis berdasarkan ilmu
kesehatan yang sudah dimilikinya. Dengan demikian penerapan ilmu sosiologi kesehatan
dapat disebut sebagai satu upaya membangun pendekatan terpadu antara etik dan emik,
sehingga layanan kesehatan lebih bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya.
D. TEORI-TEORI SOSIOLOGI
9
Sosiologi Kesehatan
d. Suatu teori akan sangat berguna dalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta,
membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan definisi-definisi
yang penting untuk penelitian
e. Pengetahuan teoretis memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk
mengadakan proyeksi sosial, yaitu usaha untuk dapat mengetahui ke arah mana
masyarakat akan berkembang atas dasar fakta yang diketahui pada masa yang
lampau dan pada dewasa ini.
2. Teori-teori dalam sosiologi
Beberapa Teori dalam sosiologi umum yang sering digunakan untuk menganalisa gejala
sosial dan juga dapat dipakai untuk menganalisa perilaku kesehatan individu maupun
suatu kelompok masyarakat:
a. Teori Aksi
Dikenal juga sebagai teori bertindak.
Menurut Max Weber, individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas
pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsirannya atas suatu objek
stimulus atau situasi tertentu
Menurut Talcott Parsons, tindakan individu dan kelompok dipengaruhi oleh
tiga sistem, yaitu sistem sosial, sistem budaya, dan sistem kepribadian.
Contohnya: Keputusan seseorang untuk ikut serta atau menolak program KB
tidak hanya tergantung dari kedudukannya dalam komunitas itu (seorang
guru atau seorang petani), atau apakah metode kontrasepsi (pencegah
kehamilan) itu sesuai atau tidak dengan agama yang dianutnya, melainkan
juga dari kepatuhannya atau keberaniannya untuk menolak KB sekalipun akan
menimbulkan rasa tidak enek terhadap tetangga dan tokoh masyarakat
Secara skematis teori aksi ini dapat digambarkan sebagai berikut (Teori
Weber):
INDIVIDU
Pengalaman
STIMULUS Persepsi TINDAKAN
Pemahaman
penafsiran
10
Sosiologi Kesehatan
SUPRA SISTEM
SUB-SISTEM
SUB-SISTEM
SUB-SISTEM
Parsons memandang teori yang diprakarsai oleh Bertalanffy ini sebagai teori yang
dapat dikembangkan lebih luas guna diterapkan dalam sosiologi. Parsons melihat
suatu analog! antara masyarakat dan suatu organisme yang hidup, yaitu bahwa
keduanya merupakan sistem yang terbuka, yang berinteraksi dan saling
mempengaruhi dengan lingkungan-nya. Sistem kehidupan ini dapat dianalisa
melalui dua dimensi, yaitu melalui inter-relasi antara bagian-bagian/elemen-
elemen yang membentuk sistem tersebut, dan interaksi/pertukaran antara
sistem itu dengan lingkungannya.
Dalam teorinya yang dinamakan teori sistem umum (grand theory)Parsons
berpendapat bahwa ada empat unsur utama yang tercakup dalam segala sistem
kehidupan, yaitu: latent pattern-maintenance (L) atau cara mempertahankan
kesinambungan tindakan di dalam suatu sistem yang mengikuti norma atau
aturan tertentu; integration (I), adalah mengkoordinasi dan menyatukan bagian-
bagian dari satu sistem menjadi suatu kesatuan fungsi; goal attainment (G) yang
merupakan upaya menentukan prioritas dari beberapa tujuan sistem serta
mencapai tujuan tersebut; dan adaptation (A), yaitu kemampuan sistem untuk
menyerap apa-apa yang dibutuhkannya dari lingkungannya serta
membagikannya kepada seluruh bagian sistem. Keempat fungsi atau unsur
utama ini harus dipenuhi oleh setiap sistem demi kelestarian kehidupannya dan
membentuk inter-relasi seperti digambarkan dalam skema di bawah ini:
11
Sosiologi Kesehatan
c. Teori Fungsionalisme
Masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian bagian-bagian
yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan
Setiap struktur dalam sistem sosial adalah fungsional terhadap yang lain
Konsep-konsep
konsep utamanya adalah: fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi
manifest dan keseimbangan (equilibrium).
d. Teori Konflik
Masyarakat senantiasa dalam proses perubahan yang ditandai oleh
pertentangan yang terus menerus di antara unsur
unsur-unsurnya
unsurnya
Setiap elemen memberikan sumbangan terhadap disintegrasi sosial
Keteraturan dalam masyarakat hanyalah disebabkan karena adanya tekanan
atau pemaksaan kekuasaan dari atas oleh golongan yang berkuasa
Konflik memimpin ke arah perubahan dan pembangunan.
e. Teorii Perilaku Pertukaran
Dalam upaya menjelaskan fenomena sosial, seorang ahli lain, George Homans
mengembangkan teori pertukaran berdasarkan prinsip prinsip-prinsip transaksi
ekonomi, yaitu manusia menawarkan jasa/barang tertentu dengan harapan
memperoleh imbalan ja jasa/barang
sa/barang lain. Interaksi sosial pun menggunakan prinsip
resiprositas seperti dalam transaksi ekonomi. Artinya, individu melakukan suatu
tindakan demi mendapat imbalan atau justru untuk menghindari hukuman.
Perilaku individu diarahkan oleh norma sosial dan konformitas terhadap norma
kelompok akan diberi imbalan/hadiah, sedangkan penyelewengan apalagi
pemberontakan terhadap norma kelompok akan dihukum. Teori Homans ini
dinamakan teori perilaku pertukaran. Inti teori ini adalah bahwa setiap perilaku
akan ditentukan
ntukan oleh imbalan (reward). Bentuk imbalan bisa berwujud materi
dan juga bukan materi.
12
Sosiologi Kesehatan
Bagi Homans tujuan perilaku manusia adalah tujuan ekonomis, yaitu untuk
memperbesar keuntungan atau imbalan dan seluruh fenomena sosial dapat
dianalisa sebagai bentuk-bentuk pertukaran. Homans menggunakan teori
behaviourism dari ahli psikologi Skinner dalam usahanya menjelaskan proses
pertukaran dalam perilaku individu dan kelompok. Dia meminjam istilah-istilah
yang digunakan oleh Skinner sehubungan dengan perubahan perilaku, yaitu
sukses, stimulus, nilai, kekurangan versus kejenuhan, dan persetujuan/approval
versus agresi, dan dibuatnya proposisi sebagai berikut
a. Proposisi Sukses: makin sering suatu tindakan menghasilkan
imbalan/hadiah, makin kuat kecenderungan individu untuk melakukan
tindakan tersebut.
b. Proposisi Stimulus: jika di masa lau tindakan individu sebagai tanggapan
dari suatu stimulus tertentu ternyata mendapat imbalan yang positif, maka
jika stimulus serupa timbul lagi, individu cenderung untuk mengulangi
tindakan yang sama.
c. Proposisi Nilai : makin tinggi harga/nilai suatu hasil tindakan bagi individu,
makin besar kemungkinannya bahwa individu itu akan melakukan tindakan
tersebut.
d. Proposisi Kekurangan-Kejenuhan : makin sering individu menerima imbalan
tertentu, makin kecil makna imbalan tersebut baginya.
e. Proposisi Persetujuan-Agresi : bila seseorang tidak menerima imbalan yang
diharapkan, atau jika dia menerima hukuman diluar harapannya, dia
cenderung untuk bertindak agresif. Sedangkan jika tindakan individu diberi
imbalan seperti yang diharapkan, maka dia akan setuju untuk melakukan
tindakan tersebut.
Proposisi yang diajukan oleh Homans tersebut di atas saling berkaitan dan
merupakan suatu kesatuan. Artinya, setiap individu menentukan tindakannya
dengan mempertimbangkan semua faktor yang dikemukakan dalam proposisi
tersebut. Hubungan dan kedudukan manusia dalam masyarakat harus terjalin
secara adil, kata Homans. Dalam proses interaksi sosial orang mengharapkan
untuk memperoleh imbalan yang sesuai dengan pengorbanan atau biaya yang
telah dikeluarkannya. Pada umumnya orang cenderung untuk membandingkan
dirinya dengan orang lain yang dirasakan mirip dengannya, dan bukan
membandingkan dirt dengan orang yang sangat berbeda dengannya. Juga dia
membandingkan dirinya dengan orang yang terlibat dalam proses pertukaran
dengannya. Perbandingan inilah yang dijadikan landasan untuk menilai keadilan
suatu transaksi. Meskipun kepuasan individu dalam transaksi itu bersifat relatif,
namun jika dirasakan bahwa imbalan yang diterima tidak sesuai dengan
pengorbanan/biayanya, maka akan timbul masalah ketidakadilan dalam
distribusi imbalan. Misalnya, kader kesehatan yang sama sekali tidak menerima
13
Sosiologi Kesehatan
Latihan
Ringkasan
Sosiologi merupakan ilmu sosial yang objeknya adalah masyarakat. Sosiologi kesehatan
merupakan subdisiplin ilmu dari bidang sosiologi. Prinsip dasar disiplin sosiologi kesehatan
adalah penerapan konsep dan metode disiplin sosiologi dalam mendeskripsikan,
menganalisis, dan memecahkan masalah kesehatan. Dengan kata lain sosiologi kesehatan
merupakan penerapan ilmu sosial dalam mengkaji masalah kesehatan.
Sosiologi kesehatan dikatakan sebagai ilmu karena memiliki sifat-sifat keilmuan diantaranya:
a. Bersifat empiris artinya sosiologi kesehatan mempelajari apa yang benar-benar terjadi
di masyarakat dan apa yang dipelajari dapat dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari.
14
Sosiologi Kesehatan
Dalam upaya memahami suatu gejala sosial dalam masyarakat maka studi-studi dalam
sosiologi dilakukan dengan menggunakan dua macam pendekatan (Sarwono, 1993) yaitu:
1. Pendekatan Emik: yaitu menguraikan suatu gejala sosial sesuai dengan pandangan si
pelaku sendiri, memahami perilaku individu/masyarakat dari sudut pandang si pelaku
sendiri (individu tersebut atau anggota masyarakat yang bersangkutan).
2. Pendekatan Etik: yaitu upaya menguraikan suatu gejala sosial atau interaksi sosial dari
sudut pandang orang luar/sudut pandang observer (menganalisa perilaku atau gejala
sosial dari pandangan orang luar serta membandingkannya dengan budaya lain).
Tes 1
3) August Comte yang dikenal sebagai bapak sosiologi membagi sosiologi menjadi...
A. Sosiologi Empiris dan Sosiologi Teoretis
B. Sosiologi Statis dan Sosiologi Dinamis
C. Sosiologi Kedokteran dan Sosiologi Kesehatan
D. Sosiologi Etik dan Sosiologi Emik
15
Sosiologi Kesehatan
4) Menganalisa perilaku atau gejala sosial dari pandangan orang luar serta
membandingkannya dengan budaya lain merupakan pendekatan...
A. Sosiologi
B. Kebudayaan
C. Etik
D. Emik
5) Mempelajari/meneliti perilaku masyarakat Suku Anak Dalam (Suku Kubu) yang tinggal
di daerah pedalaman Jambi hanya bisa dilakukan dengan pendekatan...
A. Sosiologi
B. Kebudayaan
C. Etik
D. Emik
16
Sosiologi Kesehatan
Topik 2
Pandangan Sosiologi Mengenai Kesehatan dan Penyakit
Saudara mahasiswa, anda tentu pernah merasakan sakit, seperti flu, sakit kepala atau
sakit lainnya, dimana anda merasa adanya ketidaknyamanan, tidak mengenakkan dan anda
tidak dapat melakukan pekerjaan sehari-hari. Selain itu, anda tentu juga pernah merasakan
sehat, dimana semuanya terasa sehat secara fisik maupun mental. Anda merasa sehat
dimana anda merasa tidak mempunyai keluhan dengan keadaan fisik dan mental. Anda
merasa keadaan yang enak, nyaman dan bahagia, dan dapat melakukan pekerjaan sehari-
hari dalam kondisi prima. Penting untuk Saudara catat, bahwa konsep sehat dan sakit dalam
sosiologi berbeda dengan konsep sehat dan sakit dalam pandangan para akademisi dan
praktisi ilmu-ilmu kesehatan.
A. KESEHATAN
1. Definisi Biomedis
Wolinsky (dalam Sunarto, 2014) menjelaskan bahwa bagi dokter, simtom (symptom)
dan tanda (sign) penyakit merupakan bukti adanya gangguan biologis pada tubuh manusia
yang memerlukan penanganan medis, kesehatan adalah ketiadaan simton dan tanda
penyakit yang membuktikan ketiadaan penyakit atau malfungsi faaliah.
Wolinsky mengemukakan beberapa keberatan terhadap definisi kesehatan menurut
kalangan medis. Pertama, tanda penyakit memang dianggap sebagai bukti objektif mengenai
ada tidaknya suatu penyakit karena dapat diamati oleh petugas kesehatan, namun simtom
penyakit tidak selalu dapat dianggap sebagai bukti objektif karena sering tidak dapat diamati
petugas kesehatan melainkan didasarkan pada laporan pasien. Wolinsky berpendapat bahwa
laporan pasien tidak dapat dianggap sebagai bukti objektif karena hasil penelitian
menunjukkan bahwa laporan pasien diwarnai pandangan hidup dan warisan budayanya.
Dalam suatu kebudayaan tertentu pasien cenderung mengecilkan arti simtom penyakitnya,
sedangkan pasien dari kebudayaan lain justru cenderung membesar-besarkan simtom
penyakit yang dirasakannya. Penelitian pun mengungkapkan bahwa dalam berbagai
kebudayaan pasien cenderung menyeleksi gejala mana yang akan dilaporkan kepada dokter
dan gejala mana yang tidak. Dengan demikian, keobjektifan simtom penyakit yang direkam
dokter berdasarkan laporan pasien itu patut diragukan.
Kedua dalam definisi kesehatan dari sudut medis ialah bahwa seseorang yang secara
medis dianggap sehat mungkin secara sosial dan psikologis tidak sehat.
2. Definisi WHO
Ruang lingkup definisi WHO lebih luas daripada definisi medis karena mencakup baik
kesejahteraan fisik, mental maupun sosial dan tidak semata-mata terbatas pada
kesejahteraan fisik, mental maupun sosial dan tidak semata-mata terbatas pada ketiadaan
penyakit ataupun kelesuan(a state of complete physical mental and social wellbeing).
Menurut Mechanic (dalam Sunarto, 2014) ruang lingkup definisi WHO terlalu luas sehingga
sulit dioperasionalisasikan untuk membedakan orang sehat dan orang sakit.
17
Sosiologi Kesehatan
4. Definisi Psikologi
Menurut Weiss dan Lonquist (1996: 107), kesehatan dapat pula dipandang dari segi
psikologi, mereka berpendapat kesehatan psikologis mencakup tiga unsur a) keterlibatan
yang menyenangkan (seperti rasa senang karena telah berprestasi ataupun dipuji),
b) kepuasan jangka panjang (seperti kebahagiaan karena situasi keluarga yang positif), dan
c) ketiadaan dampak negatif (seperti kesunyian atau ketidakbahagiaan).
5. Definisi Blum
Kesehatan manusia terdiri atas tiga unsur yang saling berinteraksi dan saling terkait
secara hierarkis, yaitu apa yang dinamakannya kesehatan somatik yang ditandai
berlangsungnya fungsi fisiologi dan integrasi anatomi, kesehatan psikis yang mengacu pada
berbagai kemampuan, seperti kemampuan mengetahui, mengamati, menyadari, dan
menanggapi keadaan kesehatan somatiknya sendiri, dan kesehatan sosial yang mengacu
pada kesesuaian perilaku individu dengan anggota lain dalam keluarganya, dengan
keluarganya dan dengan sistem yang lebih luas.
6. Definisi sosiologi
Parsons berpendapat seseorang dianggap sehat manakala ia mempunyai kapasitas
optimum untuk melaksanakan peran dan tugas yang telah dipelajarinya melalui proses
sosialisasi, terlepas dari apakah secara ilmu kesehatan ia sehat atau tidak. Menurut Parsons
pula kesehatan sosiologis seseorang bersifat relatif karena tergantung pada peran yang
dijalankannya dalam masyarakat. Secara sosiologis seorang dokter dianggap sehat apabila
mampu berperan sebagai dokter, sedangkan ukuran kesehatan tukang sapu ialah
kemampuannya untuk berperan sebagai tukang sapu.
Nah, Saudara mahasiswa sudah tahu kan, bahwa para ahli kesehatan mendefinisikan
kesehatan sebagai ketiadaan simtom dan tanda penyakit, Parsons mengaitkan kesehatan
dengan peran dalam masyarakat, sedangkan WHO dan Undang-undang kesehatan negara
kita merumuskan kesehatan dalam kaitannya dengan kesejahteraan.
18
Sosiologi Kesehatan
B. PERILAKU KESEHATAN
Kesehatan terkait erat dengan perilaku. Ada perilaku yang cenderung menunjang
kesehatan dan ada pula perilaku yang cenderung membahayakan kesehatan. Perilaku yang
dimaksudkan dapat berupa perilaku perorangan maupun kelompok. Menurut Glanz dan
Maddock (dalam Sunarto 2014) “perilaku kesehatan merujuk pada tindakan individu,
kelompok, dan organisasi termasuk pula hal-hal yang menyebabkan, berkorelasi dengan, dan
diakibatkan oleh tindakan tersebut-yang mencakup perubahan sosial, perkembangan dan
penerapan kebijakan, peningkatan kemampuan penanggulangan, dan peningkatan kualitas
hidup” (the action of individuals, groups, and organizations, as well as the determinants,
correlates, and consequences, of these action-which include social change, policy
development and implementation, improved caping skills, and enhanced quality of life).
Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan seseorang yang merasa dirinya sehat,
dan bertujuan memelihara, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan.
3 tujuan yang ingin dicapai dalam perilaku sehat ini adalah :
• Perilaku preventive
• Protective
• Promotive
Solita Sarwono mengatakan perilaku kesehatan adalah segala bentuk pengalaman dan
interaksi individu dengan lingkungannya khususnya menyangkut pengetahuan & sikap
tentang kesehatan serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan & penyakit.
Bloom mengatakan bahwa perilaku merupakan salah satu aspek yang menentukan
derajat kesehatan masyarakat.
19
Sosiologi Kesehatan
Keturun
an
Lingkunga
Fasilitas Status n
Kesehata Fisik &
n Kesehatan Sosbud
Perilaku
Gambar 6. Faktor
Faktor-faktor
faktor yang mempengaruhi Kesehatan (FL.Dunn)
Kasl dan Cobb, dalam Sunarto 2014, membedakan tiga jenis perilaku kesehatan, yaitu
perilaku kesehatan preventif ((preventive health behavior, perilaku sakit (illnes
illnes behavior),
behavior dan
perilaku peran sakit (sick-role
role behavior
behavior).
Perilaku kesehatan preventif mencakup perilaku melindungi diri (self-protective
(
behavior) atau perilaku hati--hati
hati yaitu setiap kegiatan yang dilakukan oleh individu yang
percaya bahwa mereka sehat, dengan maksud mencegah dan mendeteksi penyakit dalam
keadaan asimtomatis. Contohnya antara lain penggunaa
penggunaann helm oleh pengendara sepeda
motor atau sabuk pengaman oleh pengendara mobil.
20
Sosiologi Kesehatan
Glanz dan Maddock dalam Sunarto, 2014 membedakan perilaku kesehatan yang
dilakukan sekali dan yang dilakukan secara berkala. Misalnya imunisasi dasar lengkap pada
bayi, yaitu BCG, campak, DPT, Hepatitis B, dan polio yang semua itu dilakukan satu kali,
sedangkan pemeriksaan tekanan darah atau pemeriksaan laboratorium terhadap misalnya
fungsi ginjal atau fungsi hati biasanya dilakukan secara berkala. Mereka juga membedakan
pula antara perilaku kesehatan yang dilakukan seseorang untuk dirinya sendiri, dan yang
mempengaruhi orang lain. Misalnya tindakan pengolesan lotion anti nyamuk di kulit untuk
mencegah gigitan nyamuk dilakukan untuk kepentingan diri sendiri, sedangkan tindakan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) Aedes aegypti, antara lain berupa pengasapan
(fogging) dan pembubuhan abate di tempat penampungan air di rumah dan halaman kita
untuk mencegah penyakit demam berdarah (dengue) merupakan perilaku kesehatan yang
berpengaruh pula bagi penghuni lain.
Klasifikasi lain yang disebutkan Glanz dan Maddock adalah perilaku yang berkaitan
dengan kesehatan (health-related behavior) dan perilaku yang dituntun oleh kesehatan
(health-directed behavior). Tipe pertama, merujuk pada tindakan yang ada kaitannya dengan
kesehatan tetapi belum tentu berhubungan langsung dengan upaya untuk memulihkan,
mempertahankan atau meningkatkan kesehatan seseorang, misalnya mengurus surat
keterangan berbadan sehat dari dokter untuk memperoleh surat izin mengemudi kendaraan
bermotor atau untuk memenuhi persyaratan lamaran pekerjaan. Tipe kedua, merujuk pada
tindakan yang memang dilakukan dengan maksud untuk memulihkan, mempertahankan
atau meningkatkan kesehatan seseorang, seperti berobat ke dokter di kala kesehatan
terganggu atau minum obat anti malaria sebelum berkunjung ke suatu daerah endemis
malaria.
Kategori-kategori lain yang kemudian diperkenalkan Glanz dan Maddock ialah perilaku
merawat diri (self-care behavior), yaitu tindakan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan diri misalnya menggosok gigi dengan teratur, mengonsumsi obat bebas atau
mengobati dan membalut luka sendiri; perilaku pemanfaatan perawatan kesehatan(health
care utilization behavior) misalnya pemanfaatan puskesmas, klinik, rumah sakit atau praktik
dokter untuk menanggulangi gangguan kesehatan; perilaku makan (dietary behavior), yaitu
pola makan atau pola konsumsi yang terkait dengan makan yang dilakukan seseorang,
misalnya memasak daging ayam sampai 80o C selama sekurang-kurangnya 1 menit untuk
mencegah tertular flu burung; perilaku penggunaan zat (substance-use behavior), yaitu
perilaku penggunaan berbagai jenis zat, seperti minuman keras secara berlebihan termasuk
penyalahgunaan obat resep seperti golongan narkotika; perilaku seks (sexual behavior) baik
yang melibatkan hubungan seks atau tidak, seperti berganti-ganti pasangan seks tanpa
menggunakan kondom; perilaku nekat (reckless behavior), yaitu penempatan diri dalam
keadaan yang meningkatkan risiko terhadap gangguan kesehatan, cedera atau ancaman
terhadap jiwa, seperti membersihkan kaca gedung bertingkat tanpa dilengkapi dengan
perlengkapan pengaman yang memadai atau kontak langsung dengan unggas yang sudah
diduga terinfeksi flu burung.
21
Sosiologi Kesehatan
Glanz dan Maddock juga menyebutkan adanya perilaku kesehatan yang dilakukan
dalam jangka waktu panjang. Pola perilaku kompleks berkesinambungan mereka namakan
perilaku ‘gaya hidup’ (lifestyle behavior). Bilamana himpunan perilaku berkesinambungan
tersebut berkaitan dengan kesehatan, mereka menamakannya dengan ‘gaya hidup sehat’
(healthty lifestyle).
Dari berbagai contoh tersebut tampak bahwa perilaku kesehatan tidak selalu
menunjang kesehatan, ada pula perilaku kesehatan yang membahayakan kesehatan, seperti
penyalahgunaan narkotika atau makan makanan cepat saji yang berkadar lemak tinggi.
Ditinjau dari segi medis perilaku kesehatan pun tidak selalu efektif, sebagaimana pernah
terungkap dalam berbagai survei, upaya pekerja seks untuk mencegah HIV/AIDS dengan
memperoleh suntikan secara berkala atau upaya warga di daerah endemi malaria untuk
mencegah malaria dengan menghindari makan nasi Padang merupakan perilaku kesehatan
yang ditinjau dari segi medis tidak efektif.
22
Sosiologi Kesehatan
sebagai daerah endemi flu burung. Padahal flu burung merupakan suatu penyakit yang
sebagian besar penderitanya meninggal dunia dalam waktu singkat dan pada tahun 2008
telah merenggut lebih dari 100 jiwa manusia di Indonesia (persepsi mengenai kerentanan
terhadap ancaman). Oleh karena itu setiap hari merawat sendiri ayam yang dipeliharanya, ia
menyadari bahwa kedekatannya dan bahkan kontak langsung dengan ayam, telur, dan
kotoran ayam menjadikannya sangat rentan terhadap ancaman maut dari penyakit tersebut
(persepsi mengenai gawatnya ancaman). Ia menyadari bahwa ia tidak beternak ayam lagi
maka risiko tertular flu burung pun akan jauh berkurang (persepsi mengenai manfaat).
Namun, ia menyadari pula bahwa beternak ayam merupakan sumber utama penghasilannya
(persepsi mengenai hambatan). Sementara itu, sejumlah ayam mendadak sakit dan mati
(isyarat untuk bertindak), dan beredar berita bahwa dalam waktu dekat pihak kecamatan
akan melaksanakan pemusnahan unggas atau depopulasi di keluarannya (variabel lain).
Setelah dengan masak mempertimbangkan untung-ruginya ia memutuskan untuk
mengutamakan kesehatan pribadi dan keluarganya dan mengupayakan modal untuk
memulai suatu usaha di bidang lain yang dinilainya cukup prospektif, misalnya usaha
budidaya ikan hias (efektivitas diri).
Akan tetapi dengan sendirinya kenyataan dalam masyarakat kita sering tidak sejalan
dengan apa yang dicontohkan ini. Meskipun sosialisasi mengenai bahaya flu burung
terhadap jiwa manusia telah banyak dilakukan melalui penyuluhan maupun media massa,
namun hingga kini banyak peternak unggas yang tidak atau kurang mempunyai informasi
yang benar mengenai flu burung. Mereka yang mempunyai informasi pun belum tentu
merasa bahwa kesehatannya terancam. Mereka yang telah sadar bahwa kesehatannya
terancam pun belum tentu menyadari bahwa ancaman flu burung dapat dikurangi dengan
vaksinasi unggas, penerapan biosekuriti (biosecurity) dan keamanan makanan (food security)
atau dengan pemusnahan unggasnya (depopulasi). Mereka yang telah menyadari adanya
berbagai upaya pencegahan pun dapat memutuskan bahwa mereka tidak mampu
menerapkan karena pertimbangan biaya hidup sehingga mereka tidak melakukan upaya
pencegahan apapun, dan seterusnya. Oleh sebab itu para ahli mengkaji cara-cara
mempengaruhi berbagai variabel dalam HBM tersebut agar perilaku seseorang dapat terpicu
untuk berubah ke arah perilaku yang lebih sehat.
Model perilaku kesehatan yag lain adalah model perilaku kesehatan menurut Nico S.
Kalangie:
23
Sosiologi Kesehatan
Tidak Sadar/
Sadar/Tahu
Tidak Tahu
(S)
(TS)
Menguntungkan Potensi
1 4
(U) (Stimulan)
Merugikan
2 3 Kendala
(R)
• Kotak 1: Menunjukkan kegiatan manusia yang secara sengaja dilakukan untuk menjaga,
meningkatkan kesehatan & menyembuhkan diri dari penyakit & gangguan kesehatan.
Kegiatan ini berupa tindakan2 preventif, kuratif, promotiv baik yang dilakukan secara
tradisional maupun modern
• Kotak 2: Perilaku yang berakibat merugikan atau merusak kesehatan , menyebabkan
kematian, namun secara sadar atau disengaja dilakukan, (merokok, alkolic, workolic)
• Kotak 3: Mencakup semua tindakan yang baik secara tidak disadari dapat mengganggu
kesehatan (penggunaan jarum suntik yang berulang, rumah tanpa jamban, memakai alat
tidak steril untuk sunat & potong tali pusar bayi).
• Kotak 4: kegiatan yang tidak secara tidak disadari atau disengaja dapat meningkatkan
kesehatan (menimba air di sumur, ke kampus jalan kaki)
D. PENYAKIT
Bagi Conrad dan Kern, 1994 disease merupakan gejala biofisiologi yang mempengaruhi
tubuh, sedangkan ilness adalah gejala sosial yang menyertai atau mengelilingi disease.
Menurut Field, 1995 disease adalah konsep medis mengenai keadaan tubuh tidak normal
yang menurut para ahli dapat diketahui dari mana simtom tertentu, sedangkan illness adalah
perasaan pribadi seseorang yang merasa kesehatannya terganggu. Arthur Kleinman, seorang
psikiater sosial, antropolog budaya dan antropolog medis berpendapat bahwa disease
adalah masalah yang dikonsepsualisasikan dari sudut pandang dokter, sedangkan illness
adalah perspektif unik pasien dan keluarganya manakala mereka mendeskripsikan
masalahnya dan berupaya menanggulanginya dalam rentang hidup mereka (dikutip dalam
Sunarto, 2014).
Sarwono (1993) merumuskan disease sebagai gangguan fungsi fisiologis organisme
sebagai akibat infeksi atau tekanan lingkungan dan illness sebagai penilaian individu
terhadap pengalaman menderita penyakit. Menurut Sarwono disease bersifat objektif,
sedangkan illness adalah fenomena yang bersifat subjektif.
24
Sosiologi Kesehatan
E. PERILAKU SAKIT
Perilaku sakit menurut Sarwono (1993) segala tindakan yang dilakukan individu yang
sedang sakit agar memperoleh kesembuhan. Perilaku Sakit adalah cara seseorang bereaksi
terhadap gejala-gejala penyakit yang dipengaruhi oleh keyakinan-keyakinannya terhadap
apa yang harus diperbuat untuk menghadapinya (Fauzi Muzaham). Perilaku sakit mencakup
segala jenis upaya yang berkenaan dengan penyakit, muai dari pengobatan diri sendiri
sampai ke pencarian bantuan medis.
Perilaku sakit itu sendiri (alternative perilaku):
Mencari pertolongan medis dari berbagai sumber atau pemberi layanan.
Fragmentasi perawatan medis.
Menunda upaya mencari pertolongan sesuai dengan gejala atau keadaan yang dirasakan.
Melakukan pengobatan sendiri.
Membatalkan atau menghentikan pengobatan.
25
Sosiologi Kesehatan
c. Apakah tanda atau simtom kelainan mengganggu keluarga, pekerjaan, dan kegiatan
sosial lain. Perilaku agresif seorang penyalah guna zat adiktif yang mengganggu
lingkungan sosialnya akan lebih mendorong orang lain untuk bertindak terhadapnya
daripada apabila ia bersikap pasif. Seseorang akan cepat bertindak apabila mengalami
simtom yang dianggapnya mengganggu interaksi sosial, seperti luka, kejang otot, diare
akut atau sakit gigi, daripada simtom kelainan yang tidak dirasakan meskipun dari segi
medis mungkin sudah tergolong kasus gawat darurat (seperti perdarahan otak yang
mungkin dirasakan sebagai sakit kepala biasa)
d. Apakah tanda atau simtom kelainan itu sering muncul, bertahan, sering kembali atau
tidak. Orang lain akan lebih cenderung bertindak manakala suatu simtom tertentu
seperti depresi mental karena penyalahgunaan zat adiktif sering terulang daripada
apabila seseorang baru pertama kali mengisap ganja.
e. Ambang toleransi orang yang teterpa dan menilai tanda dari simtom kelainan. Di suatu
kalangan sosial dan budaya tertentu warga masyarakat cenderung lebih toleran
terhadap simtom kelainan daripada dalam lingkungan sosial atau budaya lain. Dalam
kalangan sosial tertentu, simtom penyakit menular seksual mungkin akan
disembunyikan selama mungkin karena dianggap memalukan, sedangkan dalam
kalangan sosial lain simtom awal penyakit menular seksual sudah cukup alasan untuk
segera mencari bantuan medis. Setiap individu pun mempunyai ambang toleransi yang
berlainan, ada orang yang tidak tahan terhadap rasa sakit dan menanggapinya dengan
berbagai perilaku, seperti mengeluh, mengerang, meronta-ronta dan menangis,
sedangkan orang lain mungkin mampu tenang dan menahan rasa sakit meskipun
mengalami rasa nyeri yang setara atau bahkan lebih besar.
f. Informasi, pengetahuan, anggapan budaya, serta pemahaman yang dipunyai orang
yang membuat penilaian terhadap tanda dan simtom kelainan. Orang yang mempunyai
lebih banyak informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai makna simtom
kelainan, seperti tekanan darah rendah, tekanan darah tinggi atau diabetes, akan
berperilaku lain daripada orang yang sama sekali tidak memiliki informasi demikian.
g. Keperluan psikologis yang mempengaruhi proses psikologis. Orang secara psikologis
sering tidak dapat atau sukar menerima kenyataan bahwa orang lain yang dicintainya
(isteri, anak, suami, orang tua, saudara kandung, teman) sedang menderita penyakit
yang tidak dapat disembuhkan dan cepat atau lambat akan mengakibatkan kematian si
penderita. Penyangkalan terhadap kenyataan medis ini dapat mempengaruhi upaya
kesehatan yang ditempuh oleh teman dan kerabat. Keadaan psikologis individu yang
menderita sakit pun mempengaruhi upaya kesehatan yang ditempuhnya. Rasa cemas
dan takut terhadap suatu penyakit menular atau penyakit kronik tertentu beserta
berbagai dampaknya dapat saja mempercepat upaya kesehatan, tetapi dapat pula
menundanya.
h. Keperluan yang bersaing dengan tanggapan terhadap penyakit. Orang tua mungkin
menunda upaya kesehatan bagi anaknya yang sakit manakala mereka merasa bahwa
mereka terpaksa masih harus memprioritaskan pemenuhan keperluan pokok sehari-
26
Sosiologi Kesehatan
hari. Seseorang dapat mempertaruhkan kesehatan dan bahkan jiwanya demi hal lain
yang dianggapnya lebih penting, seperti keberhasilan pelaksanaan tugas di tempat
kerja.
i. Persaingan dalam penafsiran makna tanda dan simtom yang ditemukenali. Apa yang
dianggap oleh kalangan medis sebagai tanda atau simtom penyakit mungkin diberi
penafsiran lain oleh para teman atau kerabat seseorang yang disangka sakit, misalnya
masih dianggap sebagai gejala normal. Pandangan seperti ini dapat mempengaruhi
jenis dan kecepatan upaya kesehatan yang ditempuh. Dari sudut pandang perorangan,
simtom kelainan pun dapat dipandang sebagai hal yang normal. Orang yang dalam
pekerjaannya sehari-hari melakukan kegiatan fisik berat dapat mengabaikan simtom
kelainan karena menafsirkannya sebagai gejala normal yang berkaitan dengan beban
kerja fisiknya.
j. Ada tidaknya sarana untuk perawatan, kedekatan fisik, dan biaya fisik serta dana untuk
dapat dilakukannya suatu upaya kesehatan. Mereka yang tempat tinggalnya dekat
dengan sarana kesehatan akan berpeluang lebih besar untuk memanfaatkan sarana
tersebut daripada mereka bertempat tinggal jauh; mereka yang secara ekonomis
mampu menanggung biaya kesehatan akan lebih cenderung memanfaatkan sarana
kesehatan daripada mereka yang tergolong dalam kelompok ekonomi lemah.
2. Klasifikasi Scambler
a. Keanekaragaman budaya. Faktor budaya mempengaruhi penafsiran simtom.
b. Fenomenologi simtom dan pengetahuan mengenai penyakit. Simtom yang
tampak mencolok lebih cenderung ditafsirkan sebagai penyakit yang harus
segera ditangani daripada simtom yang kurang menonjol meskipun secara medis
sudah dianggap gawat.
c. Pemicu (triggers). Meskipun simtom penyakit telah ditemukenali namun
keputusan apakah suatu tindakan akan diambil atau tidak, bentuk tindakan yang
akan diambil dan saat dilakukannya tindakan tergantung pada sejumlah faktor
pemicu tertentu. Scambler menyebutkan lima jenis pemicu, yaitu sebagai
berikut:
1) Terjadinya suatu krisis antarpribadi. Keputusan seorang pengidap penyakit
untuk segera mencari bantuan medis dapat terpicu oleh peristiwa
meninggalnya seorang kerabat yang menderita penyakit sama dengan yang
kini sedang diidapnya.
2) Keterkaitan dengan hubungan pribadi atau sosial. Seorang pemuda yang
semula membiarkan adanya jerawat di wajahnya, misalnya mungkin saja
memutuskan untuk segera mencari bantuan medis setelah mulai menjalin
hubungan cinta dengan seorang gadis.
3) Tekanan dari pihak lain untuk mencari bantuan medis (sanctioning).
Seseorang yang merasakan simtom penyakit, tetapi berkali-kali menunda
upaya kesehatan mungkin memutuskan untuk mencari bantuan medis
setelah didesak keluarganya.
27
Sosiologi Kesehatan
28
Sosiologi Kesehatan
Parsons sebagai seorang sosiolog memandang masalah kesehatan dari sudut pandang
kesinambungan sistem sosial. Dari susut pandang ini tingkat kesehatan terlalu rendah atau
tingkat penyakit terlalu tinggi pada anggota masyarakat merupakan suatu hal yang
mengganggu berfungsinya sistem sosial karena gangguan kesehatan menghalangi
kemampuan anggota masyarakat untuk dapat melaksanakan peran sosialnya. Seperti contoh
seorang anggota keluarga diidap suatu penyakit tertentu seperti ayah, ibu, atau anak akan
mengurangi kemampuannya untuk dapat melaksanakan tugas sehari-hari sehingga
berfungsinya seluruh keluarga pun akan mengalami gangguan.
Selain mengganggu berfungsinya manusia sebagai suatu sistem biologis, penyakit pun
mengganggu penyesuaian pribadi dan sosial seseorang. Kita tentu dapat membayangkan
atau bahkan mungkin pernah merasakan sendiri berbagai jenis perasaan, seperti rasa kesal,
malu, rendah diri, menurunnya harga diri ataupun stigma yang menyertai suatu penyakit.
Masyarakat berkepentingan terhadap pengendalian mortalitas dan morbiditas.
Menurut Parsons ini tidak hanya disebabkan karena penyakit mengganggu berfungsinya
seorang sebagai anggota masyarakat, tetapi juga karena penyakit, apalagi kematian dini,
merugikan kepentingan masyarakat yang telah mengeluarkan biaya besar bagi kelahiran,
pengasuhan dan sosialisasi anggota masyarakat.
29
Sosiologi Kesehatan
Peran Dokter:
Terpusat pada tanggung jawabnya terhadap kesejahteraan pasien, yaitu mendorong
penyembuhan penyakit dalam batas kemampuannya.
Untuk melaksanakan tanggung jawabnya dokter diharapkan menguasai dan
menggunakan kompetensi teknis tinggi dalam ilmu kedokteran.
Keadaan Sifat
Model Peran dokter Peran pasien
klinis hubungan
Proses penyembuhan penyakit tidak hanya ditangani oleh dokter. Dengan makin
meningkatnya variasi penyakit dan kerumitan teknologi kedokteran, diperlukan bantuan
tenaga lain, seperti perawat, bidan, penata rontgen, ahli gizi, ahli sanitasi, dan sebagainya,
yang kesemuanya bergabung menjadi “tim petugas kesehatan”. Ruang lingkup pelayanan
dan pemeliharaan kesehatan pun meluas. Bukan hanya penyembuhan dan perawatan,
30
Sosiologi Kesehatan
melainkan juga promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan rehabilitasi. Yang dilayani tidak
saja individu pasien, melainkan juga keluarga si sakit dan masyarakat luas. Dengan demikian
pendekatan petugas kesehatan tidak lagi terbatas pada pendekatan individual saja,
melainkan juga pendekatan kelompok.
Latihan
1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan perilaku sehat dan perilaku sakit
2) Jelaskan macam-macam pola hubungan dokter dengan pasien
Ringkasan
Dari sudut pandang medis, kesehatan ialah ketiadaan simtom dan tanda penyakit.
Wolinsky selanjutnya mengemukakan keberatan terhadap definisi kesehatan menurut
kalangan medis ini. Definisi medis lebih sempit daripada definisi WHO, yang mencakup baik
kesejahteraan fisik, mental maupun sosial dan tidak semata-mata terbatas pada ketiadaan
penyakit ataupun kelesuan. Namun menurut Mechanic definisi WHO ini sulit
dioperasionalisasikan untuk membedakan orang sehat dan orang sakit. Konsep kesehatan
dengan cakupan luas kita jumpai pula dalam pandangan Blum. Blum mengemukakan bahwa
kesehatan manusia terdiri atas tiga unsur, yaitu kesehatan somatik, kesehatan psikis, dan
kesehatan sosial. Definisi yang menyerupai definisi WHO kita jumpai dalam UU No. 23 Tahun
1992 tentang Kesehatan. Parsons menyatakan seseorang yang dianggap sehat manakala ia
mempunyai kapasitas optimum untuk melaksanakan peran dan tugas yang telah
dipelajarinya melalui proses sosialisasi, terlepas dari persoalan apakah secara ilmu kesehatan
ia sehat atau tidak.
Kesehatan terkait erat dengan perilaku. Hubungan antara perilaku dengan kesehatan
inilah yang dikaji para ilmuwan kesehatan untuk mengetahui sampai sejauh mana perilaku
kesehatan berperan dalam kesehatan perorangan maupun masyarakat. Untuk dapat
mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku kesehatan para ilmuwan
kesehatan mengembangkan berbagai model perilaku kesehatan. Salah satunya adalah Model
Kepercayaan kesehatan.
Penyakit memiliki makna yang berbeda menurut ilmu kesehatan dan ilmu sosial, ilmu
kesehatan selalu melihat bahwa seseorang dinyatakan mengidap suatu penyakit jika pada
31
Sosiologi Kesehatan
dirinya ditemukan tanda atau simtom dari suatu penyakit, sedangkan ilmu sosial melihat
bahwa penyakit merupakan suatu fenomena subjektif yang berasal dari pengalaman
subjektif pula, artinya setiap individu akan memiliki pengalaman yang berbeda-beda tentang
suatu penyakit sehingga dijumpai perbedaan dalam penafsiran mengenai penyakit.
Anggota masyarakat yang merasakan penyakit akan menampilkan perilaku sakit.
Menurut Mechanic perilaku sakit merupakan perilaku yang ada kaitannya dengan penyakit.
Tanggapan seseorang terhadap suatu penyakit ditentukan oleh berbagai faktor. Mechanic
menyebutkan sepuluh faktor atau variabel yang mempengaruhi tanggapan baik si penderita
sakit sendiri maupun orang lain terhadap situasi sakit seseorang. Scambler menawarkan
suatu klasifikasi yang lebih singkat, yang terdiri atas enam kategori.
Kajian awal terhadap hubungan dokter-pasien dalam sosiologi dipelopori Henderson.
Di antara berbagai tema sosiologi yang dikajinya kita jumpai tema konsep sistem dan sistem
sosial serta tema sosiologi medis. Pemikiran Henderson kemudian dikembangkan lebih lanjut
oleh Talcott Parsons, antara lain dalam tulisannya mengenai praktik medis modern. Salah
satu tulisan Parsons yang sangat berpengaruh dalam sosiologi kesehatan dimuatnya dalam
buku The Social System. Baginya praktik medis merupakan mekanisme dalam sistem sosial
untuk menanggulangi penyakit para anggota masyarakat.
Menurut Parsons peran dokter terpusat pada tanggung jawabnya terhadap
kesejahteraan pasien, yaitu mendorong penyembuhan penyakitnya dalam batas
kemampuannya. Untuk melaksanakan tanggung jawabnya ini dokter diharapkan untuk
menguasai dan menggunakan kompetensi teknis tinggi dalam ilmu kedokteran dan teknik-
teknik yang didasarkan kepadanya.
Dalam melakukan perannya sebagai seseorang yang memiliki kompetensi untuk
mengobati orang yang sakit, dokter melaksanakan lima fungsi utama;
1. Menerapkan peraturan umum atau khusus yang harus ditaati oleh pasien (kriteria
universal versus khusus)
2. Membina interaksi dengan pasien secara luas dan membaur, atau terbatas pada
fungsinya sebagai dokter ( membaur versus spesifik)
3. Melibatkan emosi/perasaannya atau bersikap netral dalam hubungannya dengan sang
pasien (afektif versus netral)
4. Mengutamakan kepentingan diri sendiri atau kepentingan bersama (orientasi diri
versus orientasi kelompok)
5. Memandang manusia berdasarkan kualitasnya atau prestasinya (kualitas versus
prestasi)
32
Sosiologi Kesehatan
Tes 2
3) Ani adalah remaja berumur 15 tahun. Saat sakit gigi Ani ditemani oleh ibu pergi
berobat ke poli gigi puskesmas. Perilaku Ani dan Ibu disebut...
A. Perilaku sakit
B. Perilaku sehat
C. Perilaku protective
D. Perilaku preventive
4) Seorang ibu berumur 29 tahun menderita karies gigi kronis pada gigi M1 rahang
bawah. Saat sakit giginya kambuh ibu tersebut selalu berobat ke dokter gigi. Model
hubungan “dokter-pasien” dari keadaan klinis ibu tersebut disebut...
A. Hubungan aktif-pasif
B. Hubungan pemimpin-pengikut
C. Hubungan setara
D. Hubungan orang tua-anak
5) Model hubungan “dokter-pasien” dari keadaan klinis seorang pasien yang sedang
koma di ruang ICU disebut...
A. Hubungan aktif-pasif
B. Hubungan pemimpin-pengikut
C. Hubungan setara
D. Hubungan orang tua-anak
33
Sosiologi Kesehatan
Glosarium
Etiologi : Penyebab
Demografi : ilmu kependudukan
Statis : Tetap
Dinamis : Berubah
Reward : Imbalan
Istilah : Arti istilah tersebut
Illness : Sakit
Illness behaviour : perilaku sakit
Preventive : Pencegahan
Protective : Perlindungan
Promotive : Promosi
34
Sosiologi Kesehatan
Tes 1
1. D
2. C
3. B
4. C
5. D
Tes 2
1. B
2. C
3. A
4. C
5. B
35
Sosiologi Kesehatan
Daftar Pustaka
Sunarto, Kamanto, 2014. Materi Pokok: Sosiologi Kesehatan. Jakarta: Universitas Terbuka
Supardan, D. 2009. Pengantar Ilmu Sosial sebuah kajian Pendekatan struktural. Jakarta: Bumi
Aksara
White, K. 2011. Pengantar Sosiologi Kesehatan dan Penyakit. Jakarta: Rajagarafindo Persada
Widjaja, A.W. 1986. Manusia Indonesia : Individu, Keluarga dan Masyarakat, topic-topik
kumpulan bahan bacaan mata kuliah Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Akademika Presindo
,CV
http://www.infofisioterapi.com/hubungan-antara-ilmu-perilaku-dengan-
kesehatan.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatanhttp://www.yayasanhak.minihu
b.org/direito/txt/2003/22/10_direito.html
36
Sosiologi Kesehatan
BAB II
PENGARUH ASPEK SOSIAL EKONOMI, AGAMA, BUDAYA,
SUKU BANGSA DAN GENDER TERHADAP KESEHATAN
Yustina Sriani, SKM, MPH & Dewi Rosmalia, SKM, M.Kes
PENDAHULUAN
Secara sosiologis telah terbukti adanya perbedaan perilaku individu yang menjadi
anggota kelompok yang berlainan di masyarakat. Serta adanya keterkaitan antara
keanggotaan dalam kelompok dengan berbagai faktor sosial. Bendix dan Lipset (1965) telah
menghantarkan kita ke berbagai hasil penelitian yang memaparkan adanya keterkaitan
ketidaksamaan kedudukan dalam stratifikasi dengan berbagai gejala sosial, seperti kestabilan
keluarga, keanggotaan dalam kelompok, kebersamaan, gaya berbusana, sikap politik dan hal
yang ada sangkut-pautnya dengan kesehatan, seperti fertilitas, harapan hidup, dan
kesehatan jiwa.
Kaitan faktor sosial dengan kesehatan ini telah lama diamati. Rechelle dan Kern (1994)
berpendapat perhatian terhadap hubungan antara kesehatan dan faktor sosial, seperti
kemiskinan, faktor ekonomi dan pekerjaan telah berkembang di Eropa semenjak masa kajian
medika sosial selama abad XIX. Scambler (1993) juga mengisahkan bahwa di Inggris abad XIX
telah ada kajian yang memaparkan adanya hubungan antara kelas sosial dan mortalitas,
yaitu angka kematian di kalangan profesional lebih rendah daripada di kalangan tukang,
karyawan, dan buruh beserta keluarganya. Kesemuanya ini menunjukkan bahwa penyakit
tidak terdistribusi secara merata di kalangan penduduk. Dalam kaitannya dengan
epidemiologi sosial Cockerham mengemukakan bahwa menurut hasil penelitian para
epidemiolog terdapat empat variabel yang terkait dengan kesehatan dan harapan hidup,
yaitu usia, gender, ras dan kelas sosial atau status sosio ekonomi (dalam Sunarto, 2014).
Bab 2 dalam modul ini menjelaskan tentang konsep ekonomi, agama, budaya, suku
bangsa dan gender, serta bagaimana pengaruh aspeksosial ekonomi, agama, budaya, suku
bangsa dan gender terhadap kesehatan.
Setelah mempelajari modul ini, secara umum diharapkan saudara mampu memahami
dan menganalisis pengaruh faktor-faktor sosial terhadap kesehatan. Materi dalam bab 2 ini
mencakup:
1. Sosial ekonomi dan kesehatan
2. Agama dan kesehatan
3. Budaya, Suku Bangsa dan kesehatan
4. Gender dan kesehatan
37
Sosiologi Kesehatan
Topik 1
Konsep Sosial Ekonomi dan Kesehatan
38
Sosiologi Kesehatan
Ekonomi kesehatan merupakan disiplin ilmu ekonomi yang diterapkan pada topik
kesehatan, sehingga para ekonom mencoba mengubah pola fikir dalam memberi penjelasan
kepada para dokter, tenaga medis, medis selain dokter, pasien, politisi dan pengambil
keputusan bidang kesehatan.
Pentingnya ilmu ekonomi dalam bidang kesehatan, misalnya dalam pelayanan
kesehatan cendrung menggunakan teknologi canggih yang mahal, sehingga terjadi
ketimpangan antara ability to pay dan willingness to pay pada masyarakat yang akan
menggunakannnya. Perdebatan tentang persoalan ekonomi pelayanan kesehatan adalah
peranan harga dan balas jasa kepada tenaga medis dan sebagainya.
Ekonomi dan kesehatan saling terkait berupa analisis terhadap input perawatan
kesehatan, seperti pembelanjaan dan tenaga kerja, memperkirakan dampak pada hasil akhir
yang diinginkan yaitu kesehatan masyarakat. Tujuan ilmu ekonomi kesehatan adalah
menggeneralisasikan aneka informasi mengenai biaya dan keuntungan dari cara cara
alternatif mencapai kesehatan dan tujuan kesehatan.
Bidang kesehatan dan ekonomi saling mempengaruhi satu sama lain, contohnya:
kesehatan seseorang yang buruk akan menyebabkan pengeluaran biaya yang lebih besar dan
pendapatannya berkurang akibat menurunnya kemampuan untuk menikmati hidup,
memperoleh panghasilan, atau bekerja secara efektif. Kesehatan yang lebih baik akan
memungkinkan seseorang mendapatkan hidup yang lebih produktif, sedangkan kesehatan
buruk memberikan dampak dan ancaman bagi orang lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan antara lain, tersedianya sarana
kesehatan, keadaan lingkungan yang memadai dan mutu makanan yang dikonsumsi.
Penanganan faktor tersebut harus dilakukan terarah dan terpadu dengan memperhatikan
kondisi sosial ekonomi yang berkaitan. Keadaan faktor sosial ekonomi juga bepengaruh
dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia.
Pada tingkat mikro ekonomi menjelaskan bahwa kondisi kesehatan dan pendidikan
yang rendah mengalami tantangan dalam mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan jika
39
Sosiologi Kesehatan
dibandingkan dengan kesehatan dan pendidikan yang tinggi. Angka harapan hidup yang
tinggi dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Kesehatan hanya memiliki value in use
dan bukan value in exchange. pada umumnya konsumen dalam hal ini adalah pasien, hanya
dapat ditunjukkan oleh suatu utility tertentu, misalnya perubahan dari status kesehatannya.
Pelayanan kesehatanlah yang berfungsi sebagai komoditi.
Terminologi ekonomi memperkenalkan hubungan antara kesehatan dan pelayanan
kesehatan, yang menjabarkan lebih lanjut konsep velue ekonomi. Teori expected utility
menguraikan prinsip dasar dalam landasan pokok ilmu ekonomi neoclassic. Pokok
pembahasan ilmu ekonomi akan selalu mengarah kepada demand, supply dan distribusi
komoditi, komoditi adalah pelayanan kesehatan, bukan kesehatan itu sendiri. Kesehatan
tidak dapat diperjualbelikan, kesehatan hanya berupa salah satu ciri komoditi.
Terdapat hubungan yang sangat kompleks antara keinginan sehat dan permintaan
akan pelayanan kesehatan, penyebab utamanya adalah karena kesenjangan informasi
berupa status kesehatan saat ini, status kesehatan yang membaik, informasi tentang macam
perawatan yang tersedia, efektivitas pelayanan, dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena
permintaan pelayanan kesehatan mengandung masalah ketidakpastian, sehingga persoalan
informasi tidak hanya dalam hal pelayanan saja, menjadi penting untuk mengeliminir
keadaan yang tidak pasti tadi. Arrow menjelaskan pelayanan kesehatan dengan segala
kelebihan dan kekurangan yang disebarluaskan kepada masyarakat, kemudian hal itulah
yang menjadi pengaruh atas permintaan atau penggunaan.
Konsumsi pelayanan kesehatan pada saat yang genting mungkin bisa digolongkan
sebagai kemampuan untuk melepaskan persoalan pengambilan keputusan kepada dokter,
40
Sosiologi Kesehatan
persoalan informasi dan pengambilan keputusan merupakan masalah pokok dalam teori
relationship. Pada teori relationship dokterlah yang melakukan keputusan bagi kebutuhan
pesiennya.
Karakteristik pelayanan kesehatan berbeda dengan barang dan pelayanan ekonomi
lainnya. Perlu dicatat bahwa pada saat kita membahas persoalan ciri komoditi kesehatan
akan kita lihat sebenarnya konsumen komoditi pelayanan kesehatan tidak mempunyai cukup
pengetahuan tentang komoditi yang akan dikonsumsinya. Pelayanan kesehatan atau
pelayanan medis sangat heterogen, terdiri atas banyak sekali barang dan pelayanan yang
bertujuan memelihara, memperbaiki, memulihkan kesehatan fisik dan jiwa seseorang.
Karena sifat yang sangat heterogen, pelayanan kesehatan sulit diukur secara kuantitatif.
Beberapa karakteristik khusus pelayanan kesehatan sebagai berikut:
1. Intangibility. Pelayanan kesehatan tidak bisa dinilai oleh panca indera. Konsumen
(pasien) tidak bisa melihat, mendengar, membau, merasakan, mengecap pelayanan
kesehatan.
2. Inseparability. Produksi dan konsumsi pelayanan kesehatan terjadi secara simultan
(bersama). Tindakan operatif yang dilakukan dokter bedah pada saat yang sama
digunakan oleh pasien.
3. Inventory. Pelayanan kesehatan tidak bisa disimpan untuk digunakan pada saat
dibutuhkan oleh pasien nantinya.
4. Inkonsistensi. Komposisi dan kualitas pelayanan kesehatan yang diterima pasien dari
seorang dokter dari waktu ke waktu, maupun pelayanan kesehatan yang digunakan
antar pasien bervariasi.
Informasi dari dokter kepada pasien khusus mengenai status kesehatan pasien, jenis
pelayanan beserta efektivitasnya akan menempatkan posisi dokter sebagai supplier, dan
41
Sosiologi Kesehatan
pengaruhnya akan langsung kepada utility konsumen. Informasi yang berkaitan dengan
kesehatan dapat diberikan oleh dokter dan para medis, tetapi tidak selamanya informasi ini
menjadi pengetahuan bagi pasien, pada beberapa hal terkadang pemberian informasi malah
akan memberi beban pada pasien.
Sifat komoditi pelayanan kesehatan terdiri dari dua sisi pasar, yaitu permintaan dan
penawaran yang mencerminkan apa yang diminta (kesehatan) dan apa yang disediakan
(pelayanan kesehatan). Dari sudut permintaan penawaran mempunyai kecenderungan
muncul secara bersamaan yang dimanifestasikan melalui permintaan (relationship).
Karakteristik komoditi antara lain ialah ketidaksempurnaan informasi, ketidakpastian
permintaan, monopoli penawaran, komoditi tidak pernah homogen. Dalam hal ini
pemerintah bertindak mengatur pasar, terutama untuk menghindari konsumen dari
pemilihan pelayanan yang salah.
Persoalan meningkatnya penggunaan asuransi kesehatan, dampak negatif ini sering
disebut moral hazard, yang memiliki dua bentuk yaitu 1) konsumen yang merasa tidak ada
beban biaya apapun pada saat melakukan konsumsi komoditi pelayanan kesehatan,
2) produsen mengetahui bahwa konsumennya dilindungi oleh asuransi kesehatan sehingga
melakukan pelayanan yang tidak diperlukan yang akan menimbulkan ketidakefisienan.
Ekonomi kesehatan dari pelayanan kesehatan Need, Demand dan Want
1. Need (kebutuhan) adalah kuantitas barang atau pelayanan yang secara objektif
dipandang terbaik untuk digunakan memperbaiki kondisi kesehatan pasien. Need
biasanya ditentukan oleh dokter, tetapi kualitas pertimbangan dokter tergantung
pendidikan, peralatan dan kompetensi dokter.
2. Demand (permintaan) adalah barang atau pelayanan yang sesungguhnya dibeli oleh
pasien, dipengaruhi oleh pendapat medis dari dokter dan harga obat.
3. Want (keinginan) adalah barang atau pelayanan yang diinginkan pasien karena
dianggap terbaik bagi mereka, misalnya, obat yang bekerja cepat.
Persoalan need di bidang kesehatan mencatat beberapa ide pokok, antara lain
1. Terdapat banyak kekaburan dan pemikiran yang tidak logis tentang konsep need
tersebut
2. Need tidak selalu harus dijelaskan dengan tanpa mempertimbangkan apakah hasil
akhir yang ingin dicari serta jenis pelayanan kesehatan manakah yang dijadikan
instrumennya
3. Pengabaian kemungkinan pertukaran dalam rangka memenuhi suatu need tampaknya
akan merupakan persoalan awal dari timbulnya masalah ketidakefisienan.
4. Need hampir selalu timbul usaha baik bagi pihak ketiga yang terlibat dalam persoalan
penilaian
5. Need harus diranking dan dihitung.
42
Sosiologi Kesehatan
Ringkasan
Batasan ilmu ekonomi tentang bagaimana manusia dan masyarakat melakukan pilihan
dengan atau tanpa menggunakan sarana uang untuk memanfaatkan sumber daya yang ada
dalam menghasilkan berbagai barang dan jasa serta mendistribusikan untuk keperluan saat
ini atau masa mendatang bagi individu dan kelompok masyarakat, analisis biaya dan manfaat
dari alokasi sumber daya yang ada.
Ekonomi dan kesehatan saling terkait berupa analisis input perawatan kesehatan,
dampak hasil akhir berupa kesehatan masyarakat, tujuan menggeneralisasikan informasi
mengenai biaya dan keuntungan dari alternatif kesehatan dan tujuan kesehatan, saling
mempengaruhi satu sama lain, contohnya: kesehatan yang buruk menyebabkan pengeluaran
biaya yang lebih besar, pendapatan berkurang, menurunnya kemampuan untuk menikmati
hidup, Kesehatan yang baik memungkinkan hidup lebih produktif, kesehatan buruk
memberikan ancaman bagi orang lain.
43
Sosiologi Kesehatan
Hubungan antara kesehatan dan ekonomi berdasarkan tingkat, yaitu: tingkat mikro
(individual dan keluarga) adalah dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk
mendapatkan pendidikan. Tenaga kerja yang sehat secara fisik dan mental akan lebih
produktif dan mendapatkan penghasilan yang tinggi. tingkat makro (penduduk) berupa input
penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi
jangka panjang.
Angka harapan hidup yang tinggi dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi.
Kesehatan hanya memiliki value in use dan bukan value in exchange. Ilmu ekonomi
mengarah kepada demand, supply dan distribusi komoditi, komoditi adalah pelayanan
kesehatan, kesehatan tidak dapat diperjualbelikan.
Aspek ekonomi kesehatan adalah aspek produksi (Supply) berupa aspek pembiayaan
secara keseluruhan, aspek konsumsi (Demand) berupa penggunaan pelayanan kesehatan
dan keinginan memperbaiki status kesehatan yang lebih tinggi,
Pelayanan kesehatan bersifat heterogen, bertujuan memelihara, memperbaiki,
memulihkan kesehatan fisik dan jiwa seseorang. Pelayanan kesehatan sulit diukur secara
kuantitatif. Beberapa karakteristik khusus pelayanan kesehatan:
1. Intangibility. Pelayanan kesehatan tidak bisa dinilai oleh panca indera.
2. Inseparability. Pelayanan kesehatan terjadi secara simultan (bersama).
3. Inventory. Pelayanan kesehatan tidak bisa disimpan untuk digunakan pada saat
dibutuhkan oleh pasien nantinya.
4. Inkonsistensi. Komposisi dan kualitas pelayanan kesehatan bervariasi.
5. Perencanaan kesehatan harus berdasarkan kepada pandangan yang realistis terhadap
tersedianya sumber daya.
44
Sosiologi Kesehatan
Latihan
45
Sosiologi Kesehatan
46
Sosiologi Kesehatan
Topik 2
Agama dan Kesehatan
Saudara mahasiswa, Saudara tentu setuju bahwa agama sangat penting perannya bagi
kehidupan manusia. Saudara bisa membayangkan tidak, kalau seandainya dalam kehidupan
ini kita tidak memiliki pedoman atau petunjuk tentang hal yang benar dan yang salah. Bisa-
bisa kita akan kembali ke zaman jahiliah seperti dahulu. Dalam menjalani kehidupan, kita
sebagai manusia memerlukan pedoman dalam membimbing dan mengarahkan kehidupan
agar selalu berada di jalan yang benar, yaitu dengan mengajak kepada kebaikan dan
menjauhi kejahatan serta kemungkaran. Pedoman tersebut dinamakan agama, yang
diturunkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, tidak lain dan tidak bukan untuk kebaikan kita
umat manusia. Dengan agama, manusia dalam kehidupannya memperoleh rambu-rambu
yang jelas, bagaimana cara yang sebenarnya untuk dapat menjalin hubungan dengan
Tuhannya, hubungan dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam
sekitarnya.
Agama pada hakikatnya bertujuan membina dan mengembangkan kehidupan yang
sejahtera di dunia dan di akhirat. Secara universal agama memberi tuntutan kepada manusia
melakukan yang baik dan menghindari hal-hal yang dilarang oleh agama termasuk masalah
kesehatan. Kita sering mendengar bahwa masyarakat Indonesia dikatakan sebagai
masyarakat religious karena setiap warga masyarakat menganut suatu agama atau
kepercayaan dan menjalankan ajarannya sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya itu. Sifat yang demikian telah dinyatakan dalam sila pertama Pancasila yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Semua aktivitas manusia yang berkaitan dengan agama berdasarkan pada getaran
jiwa, yang biasa disebut emosi keagamaan atau religious emotion. Agama merupakan salah
satu prinsip yang harus dimiliki oleh setiap manusia untuk mempercayai Tuhan dalam
kehidupan mereka. Tidak hanya itu agama secara individu dapat digunakan untuk menuntun
kehidupan manusia dalam mengarungi kehidupannya sehari-hari.
Agama dalam masyarakat berfungsi dan berperan dalam mengatasi persoalan yang
terjadi di masyarakat, yang pada umumnya tidak dapat dipecahkan secara empiris karena
adanya keterbatasan kemampuan manusia. Oleh sebab itu agama diharapkan berperan
dalam kehidupan masyarakat sehingga mereka akan merasa sejahtera, aman, dan stabil.
A. PENGERTIAN AGAMA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah
yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata
"agama" berasal dari bahasa Sanskerta, agama yang berarti "tradisi". Kata lain untuk
menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada
kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang
mengikat dirinya kepada Tuhan.
47
Sosiologi Kesehatan
Agama menurut Alwi (2007) adalah sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Tafsir (2000)
mengungkapkan bahwa adalah peraturan tentang cara hidup, lahir dan batin. Selanjutnya
definisi agama menurut Durkheim (2003) adalah suatu sistem kepercayaan dan praktik yang
telah dipersatukan, yang berkaitan dengan hal-hal yang kudus, kepercayaan, dan praktik
yang kemudian bersatu menjadi komunitas moral yang tunggal. Menurut Hendropuspito
(1983) agama adalah sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dan alam semesta yang
berkaitan dengan keyakinan. Selanjutnya, Kobong (2008) mengungkapkan bahwa agama
adalah sumber hidup manusia dalam relasi tiga dimensi, yaitu relasi dengan Allah SWT
sebagai pencipta, dengan sesama manusia dan dengan seluruh ciptaan lainnya (dalam
Sunaryo, 2014)
Nah, saudara mahasiswa dari beberapa definisi yang sudah dijelaskan, dapat
disimpulkan bahwa nilai-nilai agama sudah ada dalam diri tiap manusia, dan nilai-nilai
tersebut sangat mempengaruhi nilai hidup manusianya. Akibatnya, manusia memiliki
kesadaran bahwa di luar dirinya ada sesuatu yang lebih tinggi dan lebih suci dari dirinya.
Sebagaimana kita ketahui bersama, manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang
paling sempurna dibanding makhluk lain yang ada di muka bumi ini. Akan tetapi,
kesempurnaan tersebut masih banyak memiliki keterbatasan dalam berbagai hal, seperti
keterbatasan dalam pengetahuan, baik mengenai sesuatu yang konkret maupun yang
abstrak atau gaib. Manusia juga memiliki keterbatasan dalam memprediksi apa yang akan
terjadi pada dirinya dan orang lain. Karena keterbatasan tersebut manusia memerlukan
pedoman dalam membimbing dan mengarahkan kehidupannya agar selalu berada di jalan
yang benar. Pedoman tersebut dinamakan agama yang dapat membantu dan memberikan
pencerahan spiritual pada dirinya.
Manusia membutuhkan agama, tidak hanya kebaikan dirinya dihadapan Tuhan, tetapi
juga untuk membantu dirinya dalam menghadapi berbagai persoalan hidup, yang terkadang
tidak dapat dipahami dan dipecahkan. Di samping itu, agama juga memberi isyarat kepada
manusia bahwa sebenarnya di luar diri manusia ada zat yang lebih sempurna dan lebih dari
segalanya sehingga manusia perlu bersandar dan berpasrah diri (tawakal) kepada-Nya
melalui perantaraan agama. Manusia perlu bersandar dan berpasrah diri (tawakal) kepada-
Nya melalui perantara agama karena agama menjadi tempat untuk mengadu dan
berkomunikasi dengan Tuhan. Kepasrahan kepada Tuhan berdasarkan pada ajaran bahwa
manusia hanya dapat berusaha, namun Tuhan-lah yang menentukan. Di samping itu dalam
kehidupan sosial, agama diperlukan untuk menjadi dasar dalam menata kehidupan, baik
ekonomi, politik, sosial, budaya maupun aspek lainnya sehingga kehidupannya tercermin
dalam perilaku yang sesuai dengan ajaran agamanya.
48
Sosiologi Kesehatan
Durkhem (dalam Sunaryo, 2014) mengungkapkan bahwa secara garis besar ruang
lingkup agama mencakup tiga hal:
1. Hubungan manusia dengan Tuhannya, yang disebut ibadah; tujuan dari ibadah tidak
lain untuk mendekatkan diri manusia kepada Tuhannya.
2. Hubungan manusia dengan manusia. Agama memiliki konsep dasar mengenai
kekeluargaan dan kemasyarakatan. Konsep dasar tersebut memberikan gambaran
mengenai ajaran agama terkait hubungan manusia dengan manusia, atau disebut pula
sebagai ajaran kemasyarakatan. Misalnya setiap ajaran agama mengajarkan tolong-
menolong terhadap sesama manusia.
3. Hubungan manusia dengan makhluk lainnya atau lingkungannya. Sebagaimana kita
ketahui bahwa setiap agama mengajarkan manusia untuk selalu menjaga
keharmonisan antara makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya agar manusia dapat
melanjutkan kehidupannya.
1. Fungsi Edukatif
Artinya, ajaran agama secara hukum berfungsi menyuruh dan mengajak pada hal-hal
yang harus dipatuhi untuk dilaksanakan, serta melarang pada hal-hal yang tidak boleh
dilaksanakan. Oleh sebab itu, ajaran agama harus dipatuhi agar pribadi penganutnya menjadi
baik dan benar, dan terbiasa dengan hal-hal yang baik dan benar sesuai ajaran agama yang
dianutnya. Ajaran agama juga memberikan bimbingan dan pengajaran dengan perantara,
seperti nabi, kiai, pendeta, imam, sayaman, dukun, dan guru agama, baik dalam upacara
(perayaan) keagamaan, khotbah, renungan (meditasi) dan pendalaman rohani).
2. Fungsi Penyelamat
Berarti bahwa setiap manusia menginginkan keselamatan baik di dunia maupun di
akhirat. Mereka meyakini bahwa jaminan keselamatan ini hanya bisa mereka temukan dalam
agama. Agama membantu manusia dalam mengenal sesuatu yang sakral dan zat yang Maha
tinggi, dan juga membantu dalam berkomunikasi dengan Tuhan-Nya. Dengan demikian
dalam hubungan ini manusia percaya dapat memperoleh apa yang ia inginkan. Agama
sanggup mendamaikan kembali manusia yang salah kepada Tuhan dengan jalan
pengampunan dan penyucian batin.
49
Sosiologi Kesehatan
3. Fungsi Perdamaian
Melalui tuntutan agama yang dianutnya, seorang atau sekelompok orang yang
bersalah atau berdosa akan mencapai kedamaian batin, yaitu perdamaian dengan dirinya
sendiri, sesama manusia, semesta alam, dan Tuhan. Untuk mencapai kedamaian, dia harus
bertaubat dan mengubah cara hidup yang lama dengan cara hidup yang baru dengan lebih
baik dan benar.
6. Fungsi Pembaruan
Artinya, ajaran agama dapat mengubah kehidupan individu atau kelompok menjadi
kehidupan baru yang lebih baik, dan berguna bagi orang lain. Dengan fungsi ini agama
diharapkan akan terus-menerus menjadi agen perubahan, terutama nilai dan moral bagi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
7. Fungsi Kreatif
Fungsi untuk mendorong dan menopang fungsi pembaruan. Caranya adalah dengan
mengajak umat beragama agar bekerja dengan produktif dan inovatif, yang nantinya
bermanfaat bagi kepentingan diri sendiri dan orang lain.
8. Fungsi Sublimatif
Fungsi sublimatif disebut juga dengan perubahan emosi. Artinya ajaran agama
menyucikan segala usaha manusia, tidak hanya yang bersifat agamawi, tetapi juga yang
bersifat duniawi. Usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma agama, bila
dilakukan atas niat yang tulus, karena untuk Allah SWT, bersifat ibadah.
O’Dea & Thomas,1996 (dalam Sunaryo, 2014) menyebutkan bahwa fungsi agama
dalam masyarakat adalah sebagai pendukung, pelipur lara, dan perekonsiliasi, sarana
hubungan transendental melalui pemujaan dan upacara ibadah, penguat norma dan nilai
yang sudah ada, pengoreksi fungsi yang sudah ada, pemberian identitas diri serta
pendewasaan agama.
50
Sosiologi Kesehatan
Saudara mahasiswa, saudara tentu tahu bahwa negara Indonesia merupakan negara
dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Di samping itu, ada agama minoritas yang diakui
pemerintah, dan hidup berdampingan dengan damai. Sebagai negara yang masyarakatnya
beragama, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang religius, bermoral, dan beradab.
Namun demikian, apakah predikat tersebut hanya sekadar lapisan luarnya saja yang
membungkus keadaan masyarakat kita yang sebenarnya? Bagaimana peran agama, dan
mengapa seolah-olah agama tidak berdaya untuk mengendalikan segala kerusakan yang ada
di sekitar masyarakat? Atau mungkin ajaran agama telah dimanipulasi untuk menjadi
pembenar tindakan yang merusak?
Apabila mengamati kondisi saat ini, lingkungan menjadi semakin tidak nyaman, baik
secara jasmaniah maupun rohaniah. Berbagai kerusakan dapat terjadi setiap hari dan terus
bertambah banyak, seiring dengan perjalanan waktu. Seperti berita yang dimuat di media
sosial dan elektronik, berita kekerasan di berbagai institusi terjadi seperti kekerasan dalam
keluarga, penyalahgunaan wewenang dalam institusi pemerintah. Tindakan korupsi juga
seolah-olah sudah mengakar dan mendarah daging, baik di institusi pemerintah maupun
swasta. Di samping itu remaja sudah biasa melakukan pergaulan bebas, seks bebas, aborsi,
tindakan asusila, dan perusakan lingkungan. Dampaknya adalah terjadinya kerusakan moral
individu yang kemudian akan menjadi kerusakan moral masyarakat.
51
Sosiologi Kesehatan
Manusia berperan dan berpengaruh dalam masyarakat. Ada empat kelompok peran
manusia yang terkait dengan agama, (Sunaryo, 2014) yaitu:
52
Sosiologi Kesehatan
53
Sosiologi Kesehatan
Latihan
54
Sosiologi Kesehatan
Ringkasan
Agama adalah sumber hidup manusia dalam relasi tiga dimensi, yaitu relasi dengan
Allah SWT sebagai pencipta, dengan sesama manusia dan dengan seluruh ciptaan lainnya.
Nilai-nilai agama sudah ada dalam diri tiap manusia, dan nilai-nilai tersebut sangat
mempengaruhi nilai hidup manusianya. Akibatnya, manusia memiliki kesadaran bahwa di
luar dirinya ada sesuatu yang lebih tinggi dan lebih suci dari dirinya.
Agama pada hakikatnya bertujuan membina dan mengembangkan kehidupan yang
sejahtera di dunia dan di akhirat, badan sehat sebagai cerminan dari sehat jasmani, hati yang
tenang dan damai sebagai cerminan dari sehat rohani.
Manfaat agama dalam kesehatan:
1. Sumber Moral. Agama memiliki fungsi yang strategis untuk menjadi sumber kekuatan
moral baik bagi pasien dalam proses penyembuhan maupun tenaga kesehatan. Bagi
orang beragama, mereka memegang keyakinan bahwa perlakuan Tuhan sesuai dengan
persangkaan manusia kepada-Nya.
2. Sumber Keilmuan. Sejalan dengan agama sebagai sumber moral, agama pun dapat
berperan sebagai sumber keilmuan bagi bidang kesehatan. Konseptualisasi dan
pengembangan ilmu kesehatan atau kedokteran yang bersumber dari agama, dapat
kita sebut kesehatan profetik. Agama pun menjadi sumber informasi untuk
pengembangan ilmu kesehatan gizi (nutrisi) atau farmakoterapi herbal. Praktik-praktik
keagamaan menjadi bagian dari sumber ilmu dalam mengembangkan terapi
kesehatan. Tidak bisa dipungkiri, yoga, meditasi, dan tenaga prana adalah beberapa
ilmu agama yang dikonversikan menjadi bagian dari terapi kesehatan.
3. Amal agama sebagai amal kesehatan. Seiring dengan pemikiran yang dikemukakan
sebelumnya, bahwa pola pikir yang dianut dalam wacana ini adalah all for health, yaitu
sebuah pemikiran bahwa berbagai hal yang dilakukan individu mulai dari bangun tidur,
mandi pagi, makan, kerja, rehat sore hari, sampai tidur lagi, bahkan selama tidur pun
memiliki implikasi dan kontribusi nyata terhadap kesehatan.
55
Sosiologi Kesehatan
Tes 2
1) Agama adalah peraturan tentang cara hidup, lahir dan batin. Definisi agama tersebut
dikemukakan oleh...
A. Kobong
B. Durkheim
C. Tafsir
D. Hendropuspito
3) Menurut Jalaluddin (2007), agama memiliki tujuh fungsi, salah satunya bahwa ajaran
agama secara hukum berfungsi menyuruh dan mengajak hal-hal yang harus dipatuhi
untuk dilaksanakan serta melarang hal-hal yang tidak boleh dilaksanakan, yang disebut
fungsi...
A. edukatif
B. perdamaian
C. penyelamat
D. pemupuk rasa solidaritas
4) Ikut bertanggung jawab terhadap norma sosial sehingga menyeleksi kaidah sosial yang
ada, mengukuhkan kaidah yang baik dan menolak kaidah yang buruk agar selanjutnya
ditinggalkan dan dianggap sebagai larangan, merupakan fungsi agama...
A. edukatif
B. pengawasan sosial
C. perdamaian
D. penyelamat
5) Agama dan kesehatan mempunyai beberapa pola hubungan. Peranan agama sebagai
pengkoreksi atas praktik kesehatan atau sebaliknya, merupakan pola hubungan...
A. Saling berlawanan
B. Saling mendukung
C. Saling melengkapi
D. Saling ketergantungan
56
Sosiologi Kesehatan
Topik 3
Budaya, Suku Bangsa dan Kesehatan
Saudara mahasiswa, sebagai makhluk yang memiliki kelebihan akal kita manusia
memiliki kemampuan untuk mengolah potensi diri (akal pikiran), interaksi dan mengolah
lingkungan. Dalam mengolah diri manusia melahirkan ilmu dan keyakinan diri. Berinteraksi
melahirkan tata aturan dan norma. Sedangkan mengolah lingkungan, selain melahirkan
organisasi juga melahirkan alat dan teknologi. Keseluruhan dari kemampuan pengolahan
manusia, baik secara individual maupun kolektif, disebut budaya. Dengan kata lain dimana
ada manusia, disana ada masyarakat, dan dimana ada masyarakat di sana ada kebudayaan.
Oleh karena itu, manusia adalah makhluk budaya.
A. PENGERTIAN BUDAYA
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga
sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
"kultur" dalam bahasa Indonesia. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat
(Soekanto, 2014)
Defenisi budaya menurut Schaefer 2012 (dalam Sunaryo, 2014) adalah keseluruhan
dari adat-istiadat, pengetahuan, objek materi, dan perilaku yang dipelajari dan
ditransmisikan secara sosial. Dalam konsep sosiologi, kata budaya tidak hanya mengacu pada
karya seni atau selera intelektual, tetapi juga mengacu pada seluruh objek, ide dalam
masyarakat, bahasa dan musik.
• Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,
yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.
• Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu
yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
• Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat.
• Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama secara sosial oleh
para anggota masyarakat. Menurut antropologi kebudayaan adalah seluruh sistem
gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat.
57
Sosiologi Kesehatan
Nah, saudara mahasiswa dari berbagai definisi tersebut, dapat kita peroleh pengertian
mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu
bersifat abstrak.
B. ELEMEN BUDAYA
Elemen budaya membentuk suatu cara bagaimana sebuah masyarakat itu hidup.
Elemen budaya tersebut meliputi empat hal (Sunaryo,2014):
1. Bahasa: Bahasa sangat penting dalam sebuah masyarakat karena bahasa merupakan
alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi
atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, maupun gerakan (bahasa isyarat).
2. Norma: dalam kehidupan bermasyarakat, banyak hal tentang apa yang boleh dilakukan
dan apa yang tidak boleh dilakukan. Sebagai contoh, seseorang tidak diperbolehkan
mengambil barang orang lain, tanpa seizin yang punya. Seseorang boleh minta sesuatu
kepada orang lain selama diizinkan. Norma tidak lain adalah peraturan sosial yang
mengatur tingkah laku individu, baik hal yang boleh dilakukan maupun hal yang tidak
boleh dilakukan. Dengan norma yang berlaku di masyarakat, seseorang terikat oleh
hal-hal yang boleh atau harus dilakukan dan apa yang tidak boleh atau tidak harus
dilakukan.
3. Nilai: Nilai mempengaruhi tingkah laku manusia, dan digunakan sebagai tolak ukur
guna menilai tingkah laku orang lain. Nilai adalah sesuatu yang dianggap penting,
diharapkan, dan perlu dicapai guna mengatur kehidupan bermasyarakat yang lebih
baik. Nilai juga merupakan sistem norma masyarakat, yang memiliki kriteria untuk
menilai tingkah laku yang boleh dilakukan dan ditolak oleh masyarakat. Akan tetapi,
nilai tidak dapat menentukan tingkah laku seseorang, namun normalah yang dapat
menentukan tingkah laku seseorang.
4. Kontrol: Kontrol dapat berupa pujian dan denda atau hukuman terhadap seseorang.
Misalnya, seorang mahasiswa memiliki prestasi akademik yang sangat memuaskan, ia
akan mendapat pujian dari bagian pendidikan dan teman-temannya. Sementara itu,
seorang mahasiswa yang melanggar peraturan lalu lintas, akan ditilang dan dikenakan
denda.
58
Sosiologi Kesehatan
C. UNSUR-UNSUR BUDAYA
Unsur budaya universal dapat dikelompokkan ke dalam unsur-unsur yang lebih kecil
yang disebut kegiatan kebudayaan (cultural activity). Misalnya unsur budaya universal suatu
masyarakat adalah pencaharian hidup dan ekonomi., kegiatan kebudayaannya adalah
pertanian, peternakan, sistem produksi, dan sistem distribusi. Jika unsur budaya universal
suatu masyarakat adalah kesenian, kegiatan kebudayaannya adalah seni tari, seni rupa, dan
seni suara.
Kegiatan tersebut dapat dirinci menjadi kegiatan yang lebih kecil lagi, yang disebut
kompleks ciri (trait complex). Misalnya dalam kegiatan kebudayaan bertani dengan cara
menetap, terdapat kompleks ciri, seperti sistem irigasi, sistem mengolah tanah dan bajak,
sistem pemilikan tanah, dan sebagainya.
59
Sosiologi Kesehatan
Kompleks ciri dapat dipecah lagi menjadi unsur yang lebih kecil, yang disebut ciri
(trait). Misalnya kompleks ciri adalah mengolah tanah dengan bajak, cirinya adalah hewan
yang menarik bajak, dan teknik mengendalikan bajak. Selanjutnya ciri dapat dikelompokkan
menjadi unsur kebudayaan terkecil yang disebut item. Misalnya, cirinya adalah bajak,
itemnya adalah mata bajak, tali pengikat kerbau/sapi, kayu pembuat bajak.
D. WUJUD KEBUDAYAAN
2. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri
dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul
dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan
didokumentasikan. Contoh: Sebagai aplikasi dari gagasan yang dikemukakan, manifestasi
pelaksanaanya dilakukan kegiatan pabrik tekstil, penjahit, toko pakaian, peragaan busana,
mencuci pakaian dan sebagainya
3. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan
karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat
diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud
kebudayaan. Contoh: Benda hasil budayanya berupa baju seragam, baju olahraga, baju pesta
dan sebagainya.
60
Sosiologi Kesehatan
E. KOMPONEN BUDAYA
1) Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan manusia atau masyarakat yang
nyata atau konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang
dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk, tanah liat, perhiasan, senjata, dan
seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat
terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
2) Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi
ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
61
Sosiologi Kesehatan
1. Care giver
Sebagai pelaku atau pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan
pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang meliputi: melakukan pengkajian dalam upaya
mengumpulkan data dan evaluasi yang benar, menegakkan diagnosis keperawatan
berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya
mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah atau cara pemecahan masalah,
melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada, dan melakukan
evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukannya.
2. Client advocate
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antar klien dengan tim
kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan
membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim
kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional. Selain itu, perawat juga
harus dapat mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, antara lain :
a. Hak atas informasi ; pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit/ sarana pelayanan kesehatan tempat klien
menjalani perawatan
b. Hak mendapat informasi yang meliputi antara lain; penyakit yang dideritanya, tindakan
medic apa yang hendak dilakukan, alternative lain beserta risikonya, dll
3. Counsellor
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap
keadaan sehat sakitnya. Adanya pula interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan
metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya. Memberikan konseling/ bimbingan
kepada klien, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai prioritas
4. Educator
Sebagai pendidik klien perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya melalui
pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medic yang
diterima sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang
diketahuinya.
62
Sosiologi Kesehatan
5. Collaborator
Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam menentukan
rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan guna memenuhi kebutuhan kesehatan
klien.
6. Coordinator
Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada, baik materi
maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang
terlewatkan maupun tumpang tindih. Dalam menjalankan peran sebagai coordinator
perawat dapat melakukan hal-hal berikut:
a. Mengoordinasi seluruh pelayanan keperawatan
b. Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas
c. Mengembangkan system pelayanan keperawatan
d. Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan keperawatan
pada sarana kesehatan
7. Change agent
Sebagai pembaru, perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir, bersikap,
bertingkah laku, dan meningkatkan keterampilan klien/keluarga agar menjadi sehat. Elemen
ini mencakup perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dalam berhubungan
dengan klien dan cara memberikan keperawatan kepada klien
8. Consultant
Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien terhadap
informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini dapat dikatakan
perawat adalah sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik lain.
Nilai budaya tidak selalu tampak kecuali jika mereka berbagi secara sosial dengan
orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Saudara mahasiswa, sebagai tenaga kesehatan saudara tentu akan berhadapan dengan
banyak orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda-beda. Saudara akan
dituntut untuk memahami nilai budaya yang ada pada mereka supaya program-program
kesehatan yang saudara kenalkan akan diterima oleh mereka dengan mudah. Nilai budaya
memiliki fungsi, fungsi nilai budaya tersebut adalah dengan memahami nilai budaya seorang
tenaga kesehatan dapat berusaha keras untuk menunjukkan perilakunya supaya sesuai
dengan nilai yang berlaku di masyarakat. Misalnya kalau seorang tenaga medis ditugaskan di
masyarakat yang taat beragama, maka dia harus berusaha untuk menunjukkan penghargaan
terhadap nilai agama yang berlaku, baik dalam tutur kata, pakaian, maupun praktik
pelayanan kesehatan itu sendiri.
Sebagai seorang perawat saudara juga harus memahami etika perawatan dalam
menghadapi masyarakat. Etika keperawatan adalah nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang
63
Sosiologi Kesehatan
diyakini oleh profesi keperawatan dalam melaksanakan tugasnya yang berhubungan dengan
pasien, dengan masyarakat, hubungan perawat dengan teman sejawat maupun dengan
organisasi profesi. Prinsip-prinsip etika ini oleh profesi keperawatan secara formal
dituangkan dalam suatu kode etik yang merupakan komitmen profesi keperawatan akan
tanggung jawab dan kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat;
a. Seorang perawat tidak membeda-bedakan pasien
b. Mendapatkan persetujuan melakukan tindakan
c. Mengakui otonomi pasien
d. Mendahulukan tindakan sesuai prioritas masalah
e. Melakukan tindakan untuk kebaikan
64
Sosiologi Kesehatan
Latihan
Ringkasan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga
sebagai mengolah tanah atau bertani.Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
"kultur" dalam bahasa Indonesia. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.
Berdasarkan wujudnya, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:
1. Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan manusia atau masyarakat yang
nyata atau konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang
dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk, tanah liat, perhiasan, senjata, dan
seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat
terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
2. Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi
ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
Ruang lingkup kebudayaan mencakup berbagai aspek kehidupan, yang seluruhnya
merupakan ungkapan masalah kemanusiaan. Budaya yang dapat didekati dengan
menggunakan pengetahuan budaya akan membentuk beraneka ragam kebudayaan yang
masing-masing sesuai dengan zaman dan tempatnya. Dalam ilmu sosial budaya dasar,
manusia menempati posisi sentral karena manusia menjadi subjek dan sekaligus menjadi
objek pengkajian. Kajiannya meliputi bagaimana hubungan manusia dengan alam, sesama
manusia, dirinya sendiri, nilai-nilai manusia, dan bagaimana hubungan manusia dengan
Tuhannya.
65
Sosiologi Kesehatan
Tes 3
1) Seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam
kehidupan bermasyarakat disebut...
A. Sosiologi
B. Kebudayaan
C. Etik
D. Emik
66
Sosiologi Kesehatan
4) Dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional termasuk ke dalam...
A. Kebudayaan Material
B. Kebudayaan Non Material
C. Unsur kebudayaan
D. Inovasi kebudayaan
67
Sosiologi Kesehatan
Topik 4
Gender dan Kesehatan
Saudara mahasiswa, saudara tentu tahu bahwa terdapat banyak perbedaan antara
laki-laki dan perempuan, baik dalam bentuk biologis maupun dalam bentuk peran. Sosiolog
secara tradisional membedakan antara istilah “jenis kelamin” yang secara biologis digunakan
untuk menyebut laki-laki dan perempuan, dan “gender” yang merupakan peranan sosial
yang dipelajari sehingga disebut menjadi maskulin dan feminim (White K., 2011).
Menurut Hillier (1991) jenis kelamin adalah (sex) mengacu pada perbedaan biologis
antara laki-laki dan perempuan. Gejala yang hanya dapat dialami kaum perempuan seperti
menstruasi, kehamilan, melahirkan, abortus, dan menopause dapat kita masukkan dalam
kategori ini. Istilah gender di lain pihak mengacu pada makna sosial yang diberikan pada
perbedaan jenis kelamin. Gambaran mengenai kaum perempuan sebagai makhluk lebih
lemah yang lebih rentan terhadap berbagai penyakit daripada laki-laki sehingga peran yang
dapat diberikan kepada perempuan jauh lebih terbatas daripada peran laki-laki, misalnya
merupakan perbedaan gender. Menurut Waldron faktor sosial (dalam Sunarto, 2014).
Nah, saudara mahasiswa, anda sudah bisa membedakan antara jenis kelamin dan
gender bukan? Jadi, jenis kelamin terberi sebagai substratum biologis laki-laki dan
perempuan, sedangkan gender adalah karakteristik yang dipelajari secara sosial yang selaras
dengan maskulinitas dan feminitas, yakni menjadi laki-laki atau perempuan.
Di bidang kesehatan kita jumpai bahwa adanya perbedaan antara distribusi morbiditas
dan mortalitas antara laki-laki dan perempuan. Cockerham mengatakan bahwa penyebab
kaum laki-laki memiliki harapan hidup lebih pendek dari kaum perempuan salah satunya
disebabkan karena sebagai organisme biologis kaum laki-laki memiliki lebih banyak
kelemahan daripada kaum perempuan yang menjadikan laki-laki lebih rentan terhadap
penyakit dan kelainan sejak masih berada dalam kandungan. Sebagai dampak adanya
kelemahan faaliah pada kaum laki-laki inilah maka pada laki-laki dijumpai angka kematian
sekitar 12% lebih tinggi pada janin sebelum lahir (prenatal) dan sekitar 130% pada bayi baru
lahir (neonatal).
Data Badan Pusat Statistik Indonesia tentang angka kematian bayi berdasarkan Sensus
Penduduk tahun 2000 memperlihatkan bahwa di tiap provinsi angka kematian bayi laki-laki
lebih tinggi daripada angka kematian bayi perempuan. Sedangkan data Badan Pusat Statistik
Indonesia mengenai angka harapan hidup berdasarkan Sensus Penduduk 2003
memperlihatkan bahwa angka harapan hidup laki-laki di tiap provinsi lebih rendah daripada
angka harapan hidup perempuan (lihat Badan Pusat statistik Indonesia, 2008).
Meskipun angka kematian janin dan bayi baru lahir lebih tinggi pada laki-laki, namun
menurut Cockerham di lain pihak ditemukan pula bahwa morbiditas lebih banyak dijumpai
68
Sosiologi Kesehatan
di kalangan perempuan sehingga demikian kaum perempuan lebih sering sakit daripada laki-
laki, tetapi kaum laki-laki lebih cepat meninggal dunia. Di samping itu, kaum perempuan
menderita penyakit kronis yang sama dengan laki-laki, tetapi kaum perempuan mulai
menderita penyakit tersebut pada usia lanjut. Menurut Waldron faktor sosial yang
menyebabkan perbedaan mortalitas laki-laki dan perempuan bervariasi sesuai dengan
kebudayaan masyarakat yang bersangkutan (faktor lintas budaya). Selain itu, suatu faktor
sosial dalam suatu masyarakat tertentu juga dapat bervariasi dari waktu ke waktu (faktor
sejarah), (dalam Sunarto, 2014).
Suatu faktor sosial penting yang menyumbang pada perbedaan mortalitas laki-laki dan
perempuan adalah perbedaan sosialisasi peran. Misalnya dalam banyak masyarakat
perempuan disosialisasikan untuk lebih mengutamakan peran sebagai ibu rumah tangga
daripada partisipasi dalam angkatan kerja. Laki-laki, di lain pihak cenderung disosialisasikan
untuk menjadi pencari nafkah bagi keluarga. Oleh karena jumlah laki-laki yang berpartisipasi
dalam angkatan kerja melebihi jumlah perempuan maka laki-laki pun menghadapi risiko
lebih besar untuk berada dalam tempat kerja yang menghadapi berada dalam tempat kerja
yang menghadapkan mereka pada situasi yang membahayakan kesehatan, seperti terpaan
udara lembab, udara tercemar, gas-gsa beracun, dan zat berbahaya (seperti zat penyebab
penyakit kanker).
Perbedaan mortalitas laki-laki dan perempuan juga ditemukan dalam jumlah korban
kecelakaan lalu lintas. Pertama, jumlah laki-laki yang setiap hari berada di jalan raya baik
sebagai pengemudi maupun pengendara kendaraan bermotor pada umumnya lebih besar
daripada perempuan sehingga peluang bagi laki-laki untuk terlibat dalam kecelakaan lalu
lintas lebih besar. Kedua, laki-laki cenderung untuk mengemudi lebih cepat, kurang
memperhatikan faktor keamanan dan lebih sering melanggar peraturan lalu lintas daripada
perempuan sehingga menghadapi risiko lebih tinggi.
Kebiasaan merokok juga merupakan suatu kebiasaan yang dalam banyak masyarakat
lebih banyak dilakukan oleh kaum laki-laki daripada kaum perempuan, dan perempuan yang
merokok pun menghabiskan lebih sedikit rokok daripada laki-laki. Menurut data Waldron
(dalam Sunarto, 2014) orang yang berkebiasaan merokok lebih rentan terhadap berbagai
penyakit tertentu, seperti penyakit infeksi saluran pernafasan atas, kanker ganas, dan
penyakit jantung daripada mereka yang tidak merokok. Selain faktor budaya yang
menganggap bahwa laki-laki lebih pantas merokok daripada perempuan, lebih tingginya
frekuensi merokok pada kaum laki-laki terkait pula dengan dihadapinya berbagai masalah di
tempat kerja yang mendorongnya ke kebiasaan merokok.
Pendekatan gender dalam kesehatan mengenali bahwa faktor sosial budaya, serta
hubungan kekuasaan antar laki-laki dan perempuan, merupakan faktor penting yang
berperan dalam mendukung atau mengancam kesehatan seseorang. Hal ini dinyatakan
dengan jelas oleh WHO dalam konferensi perempuan sedunia ke IV di Beijing pada tahun
1995.
69
Sosiologi Kesehatan
Pola kesehatan dan penyakit pada laki-laki dan perempuan menunjukkan perbedaan
yang nyata. Perempuan sebagai kelompok cenderung mempunyai angka harapan hidup yang
lebih panjang dari pada laki-laki, yang secara umum dianggap sebagai faktor biologis. Namun
dalam kehidupannya perempuan lebih banyak mengalami kesakitan dan tekanan dari pada
laki-laki. Walaupun faktor yang melatarbelakanginya berbeda-beda pada berbagai kelompok
sosial, hal tersebut menggambarkan bahwa dalam menjalani kehidupannya perempuan
kurang sehat dibandingkan laki-laki. Penjelasan terhadap paradoks ini berakar pada
hubungan yang kompleks antara faktor biologis jenis kelamin dan sosial (gender) yang
berpengaruh terhadap kesehatan.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa berbagai penyakit menyerang laki-laki dan
perempuan pada usia yang berbeda, misalnya penyakit kardiovaskuler ditemukan pada usia
yang lebih tua pada perempuan dibandingkan laki-laki. Beberapa penyakit, misalnya animea,
gangguan makak dan gangguan pada otot serta tulang lebih banyak ditemukan pada
perempuan daripada laki-laki.
Berbagai penyakit atau gangguan hanya menyerang perempuan, misalnya gangguan
yang berkaitan dengan kehamilan dan kanker serviks, sementara itu hanya laki-laki yang
terkena kanker prostat. Kapasitas perempuan untuk hamil dan melahirkan menunjukkan
bahwa mereka memerlukan pelayanan kesehatan reproduksi yang berbeda, baik dalam
keadaan sakit maupun sehat. Perempuan memerlukan kemampuan untuk mengendalikan
fertilitas dan melahirkan dengan selamat, sehingga akses terhadap pelayanan kesehatan
reproduksi yang berkualitas sepanjang siklus hidupnya sangat menentukan kesejahteraan
dirinya.
Kombinasi antara faktor jenis kelamin dan peran gender dalam kehidupan sosial,
ekonomi dan budaya seseorang dapat meningkatkan risiko terhadap terjadinya beberapa
penyakit, sementara di sisi lain memberikan perlindungan terhadap penyakit lainnya.
Perbedaan yang timbul dapat berupa keadaan sebagai berikut :
1) Perjalanan penyakit pada laki-laki dan perempuan.
2) Sikap laki-laki dan perempuan dalam menghadapi suatu penyakit
3) Sikap masyarakat terhadap laki-laki dan perempuan yang sakit.
4) Sikap laki-laki dan perempuan terhadap pengobatan dan akses pelayanan kesehatan.
5) Sikap petugas kesehatan dalam memperlakukan laki-laki dan perempuan.
Sebagai contoh, respons terhadap epidemi HIV/AIDS dimulai dengan pemberian fokus
pada kelompok risiko tinggi, termasuk pekerja seks komersial. Laki-laki dianjurkan untuk
menjauhi pekerja seks komersial atau memakai kondom. Secara bertahap, fokus beralih
pada perilaku risiko tinggi, yang kemudian menekankan pentingnya laki-laki menggunakan
kondom. Hal ini menghindari isu gender dalam hubungan seksual, karena perempuan tidak
menggunakan kondom tetapi bernegosiasi untuk penggunaanya oleh laki-laki. Dimensi
gender tersebut tidak dibahas, sampai pada saat jumlah ibu rumah tangga biasa yang
tertular penyakit menjadi banyak. Dewasa ini, kerapuhan perempuan untuk tertular
70
Sosiologi Kesehatan
HIV/AIDS dianggap sebagai akibat dari ketidaktahuan dan kurangnya akses terhadap
informasi. Ketergantungan ekonomi dan hubungan seksual yang dilakukan atas dasar
pemaksaan. Tejadinya tindak kekerasan pada umumnya berkaitan dengan gender. Secara
umum pelaku kekerasan biasanya laki-laki, yang merefleksikan keinginan untuk
menunjukkan maskulinitas, dominasi, serta memaksakan kekuasaan dan kendalinya
terhadap perempuan, seperti terlihat pada kekerasan dalam rumah tangga (domestik).
Karena itu kekerasan terhadap perempuan sering disebut sebagai “kekerasan berbasis
gender”.
Sehubungan dengan peran gender, laki-laki tidak terlalu tertarik untuk mempelajari
kesehatan seksual dan reproduksinya. Sehingga pengetahuan mereka cenderung terbatas.
Hal ini menyebabkan laki-laki kurang berminat mencari informasi dan pengobatan terhadap
penyakit, misalnya : Infeksi Menular Seksual (IMS).
Menikah pada usia muda bagi perempuan berdampak negatif terhadap kesehatannya.
Namun menikah di usia muda kebanyakan bukanlah keputusan mereka, melainkan karena
ketidakberdayaannya (isu gender). Di beberapa tempat di Indonesia, kawin muda dianggap
sebagai takdir yang tidak bisa ditolak. Perempuan tidak berdaya untuk memutuskan kawin
dan dengan siapa mereka akan menikah. Keputusan pada umumnya ada di tangan laki-laki;
ayah ataupun keluarga laki-laki lainnya.
Salah satu kasus yang terkait dengan masalah gender yaitu : Seorang gadis umur 17
tahun, mengalami perdarahan. Setelah dirawat di sebuah rumah sakit selama dua jam, dia
meninggal dunia. Gadis tersebut merupakan korban aborsi yang dilakukan oleh seorang
dukun. Usaha lain sebelum melakukan aborsi adalah minum jamu peluntur, pil kina, dan pil
lainnya yang dibeli di apotek. Kemudian dia datang ke seorang dokter kandungan. Dokter
menolak melakukan aborsi karena terikat sumpah dan hukum yang mengkriminalisasi aborsi.
Si gadis minta tolong dukun paraji untuk menggugurkannya. Rupa-rupanya tidak berhasil,
malah terjadi perdarahan. Ia masih sempat menyembunyikan ini semua kepada kedua orang
tuanya, selama 4 hari berdiam di kamar dengan alasan sedang datang bulan. Ia tidak berani
bercerita pada siapa-siapa apalagi pada ibu dan bapaknya. Cerita itu berakhir dengan amat
tragis, gadis itu tidak tertolong. Kasus tersebut menggambarkan ketidakberdayaan si gadis.
Ia memilih mekanisme defensif dan menganggapnya sebagai permasalahan dirinya sendiri. Ia
menyembunyikan keadaannya karena malu dan merasa bersalah. Masyarakat akan
menyalahkan karena dia tidak mengikuti apa yang disebut moral atau aturan sehingga ia
memilih mati meskipun tidak sengaja.
Aborsi merupakan dilema bagi perempuan, apa pun latar belakang penyebab
kehamilannya dan apa pun status ekonominya. Untuk menuntut hak reproduksinya dia harus
mendapat dukungan seperti bantuan dari komunitasnya atau dukungan emosional dan
tanggung jawab bersama dari orang yang paling dekat (pacarnya). Dalam konteks ini, maka
jelas bahwa persoalan hak reproduksi pada akhirnya adalah persoalan relasi antara laki-laki
yang berbasis gender serta masyarakat dan negara sebagai perumus, penentu, dan penjaga
nilai bagi realisasi hak reproduksi perempuan.
71
Sosiologi Kesehatan
Pada contoh kasus tersebut merupakan bentuk kekerasan yang berbasis gender yang
memiliki alasan bermacam-macam seperti politik, keyakinan, agama, dan ideologi gender.
Salah satu sumber kekerasan yang diyakini penyebab pada kasus tersebut adalah kekerasan
dari laki-laki terhadap perempuan adalah ideologi gender, misalnya perempuan dikenal
lemah lembut, emosional, cantik, dan keibuan.
Sementara laki-laki dianggap lebih kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Bentuk
kekerasan ini merupakan dilanggarnya hak reproduksi akibat perbedaan gender. Perbedaan
gender antara laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang.
Perbedaan ini dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikonstruksikan secara sosial dan
budaya. Pada akhirnya perbedaan ini dianggap sebagai ketentuan Tuhan yang tidak bisa
diubah dan dianggap sebagai perempuan.
Kekerasan rumah tangga dalam berbagai bentuk sering terus berlangsung meskipun
perempuan tersebut sedang mengandung. Konsekuensi paling merugikan bagi perempuan
yang menjadi korban kekerasan adalah dampak terhadap kondisi kesehatan mentalnya.
Dampak ini terutama menonjol pada perempuan korban kekerasan seksual. Dalam tindak
perkosaan, misalnya, yang diserang memang tubuh perempuan. Namun, yang dihancurkan
adalah seluruh jati diri perempuan yaitu kesehatan fisik, mental psikologi, dan sosialnya.
Kekerasan domestik biasanya merupakan kejadian yang kronis dalam kehidupan
rumah tangga seorang perempuan. Cedera fisik dapat sembuh setelah diobati, tetapi cedera
psikis mental (seperti insomnia, depresi, berbagai bentuk psikosomatik sakit perut yang
kronis sampai dengan keinginan bunuh diri) akan selalu dapat terbuka kembali setiap saat.
Dampak psikologis yang paling sulit dipulihkan adalah hilangnya kepercayaan kepada diri
sendiri dan orang lain.
Selain itu juga ada kecenderungan masyarakat untuk selalu menyalahkan korbannya.
Hal ini dipengaruhi oleh nilai masyarakat yang selalu ingin tampak harmonis. Bahkan,
walaupun kejadian dilaporkan, usaha untuk melindungi korban dan menghukum para pelaku
kekerasan sering mengalami kegagalan. Kondisi tersebut terjadi karena kekerasan dalam
rumah tangga, khususnya terhadap perempuan, tidak pernah dianggap sebagai masalah
pelanggaran hak asasi manusia.
1. Sebagian besar masyarakat banyak menganut kepercayaan yang salah tentang apa arti
menjadi seorang wanita, dengan akibat yang berbahaya bagi kesehatan wanita.
2. Setiap masyarakat mengharapkan pria dan wanita untuk berpikir, berperasaan, dan
bertindak dengan pola-pola tertentu, dengan alasan hanya karena mereka dilahirkan
sebagai wanita atau pria, contohnya wanita diharapkan untuk menyiapkan masakan,
membawa air dan kayu bakar, merawat anak-anak dan suami, sedangkan pria
diharapkan untuk bekerja di luar rumah untuk memberikan kesejahteraan bagi
keluarga di masa tua dan untuk melindungi keluarga dari ancaman (bahaya).
3. Gender yang di hubungkan dengan jenis kelaminnya tersebut, semuanya adalah hasil
rekayasa masyarakat.
72
Sosiologi Kesehatan
4. Kegiatan lain tidak sama dari satu daerah ke daerah lain di seluruh dunia, tergantung
pada kebiasaan, hukum dan agama yang dianut oleh masyarakat tersebut.
5. Peran jenis kelamin bahkan tidak sama di dalam suatu masyarakat, tergantung pada
tingkat pendidikan, suku dan umurnya.
6. Peran gender di ajarkan secara turun temurun dari orang tua ke anak-anaknya. Sejak
anak-anak berusia sangat muda, orang tua memperlakukan anak wanita dan pria
secara berbeda, meskipun kadang-kadang tanpa mereka sadari.
73
Sosiologi Kesehatan
Latihan
Ringkasan
Gender adalah pandangan masyarakat tentang perbedaan peran, fungsi dan tanggung
jawab antara perempuan dan atau laki–laki yang merupakan hasil konstruksi social budaya
dan dapat berubah dan atau diubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Pada prinsipnya konsep gender memfokuskan perbedaan peranan antara pria dengan
wanita, yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan norma sosial dan nilai sosial budaya
masyarakat yang bersangkutan. Gender merujuk kepada perilaku-perilaku yang membatasi
individu-individu sebagai laki-laki atau perempuan dalam konteks sosial budaya tertentu.
Terdapat perbedaan distribusi morbiditas dan mortalitas antara laki-laki dan
perempuan. Salah satu faktor sosial yang menyumbang pada perbedaan mortalitas laki-laki
dan perempuan adalah perbedaan sosialisasi peran. Misalnya dalam banyak masyarakat
perempuan disosialisasikan untuk lebih mengutamakan peran sebagai ibu rumah tangga
daripada partisipasi dalam angkatan kerja. Laki-laki, di lain pihak cenderung disosialisasikan
untuk menjadi pencari nafkah bagi keluarga. Oleh karena jumlah laki-laki yang berpartisipasi
dalam angkatan kerja melebihi jumlah perempuan maka laki-laki pun menghadapi risiko
lebih besar untuk berada dalam tempat kerja yang menghadapi berada dalam tempat kerja
yang menghadapkan mereka pada situasi yang membahayakan kesehatan, seperti terpaan
udara lembab, udara tercemar, gas-gas beracun, dan zat berbahaya (seperti zat penyebab
penyakit kanker.)
74
Sosiologi Kesehatan
Tes 4
75
Sosiologi Kesehatan
Glosarium
76
Sosiologi Kesehatan
Tes 1
1. A
2. B
3. C
4. D
5. A
6. B
Tes 2
1. C
2. D
3. A
4. C
5. B
Tes 3
1. B
2. A
3. D
4. B
5. A
Tes 4
1. A
2. B
3. A
77
Sosiologi Kesehatan
Daftar Pustaka
Ritzer G, Goodman JD. 2010. Teori Sosiologi Modern, Edisi ke-6. Jakarta; Kencana
Soekanto S. 2014. Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi revisi; cetakan ke-6. Jakarta: RajawaliPers
https://ridwanhamid.wordpress.com/2014/04/22/agama-dan-kesehatan/
http://www. scribd.com/doc/55938723/Agama-Dan-Kesehatan
http://id.wikipedia.org/wiki/Agama
Effendy, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan Praktik Dalam
Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika
Setiadi, Elly M, dkk. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Kencana
http://leksi-ndolu.blogspot.com/
Fakih, Mansour, DR.1997. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Ibrahim, Idi Subandy dan Hanif Suranto, (ed).1998. Wanita dan Media. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Mosse, Julia Cleves.2012. Gender dan Pembangunan. Yogyakarta: Rifka Annisa Women’s
Crisis Center dan Pustaka Pelajar
78
Sosiologi Kesehatan
BAB III
NEGARA, POLITIK, KESEHATAN DAN
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
Dewi Rosmalia SKM M.Kes
PENDAHULUAN
Saudara mahasiswa, saya yakin saudara mengetahui bahwa negara dan politik
merupakan dua hal yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan, tetapi bagaimana
perubahan sosial budaya dapat mempengaruhi kesehatan? Apakah menurut saudara semua
hal itu saling terkait? Untuk membantu saudara memahami tentang hal tersebut, maka
saudara akan dihantarkan dengan materi negara, politik, perubahan sosial dan kesehatan.
Pada prinsipnya negara dan politik tidak dapat dilepaskan dari perubahan sosial dan
masalah kesehatan, karena negara dengan unsur politik memiliki kekuasaan untuk
mengubah masyarakatnya ke arah yang lebih baik untuk tujuan bersama. Politik ini akan
berpengaruh terhadap sosial budaya masyarakat setempat yang akan mempengaruhi
kesehatan masyarakat tersebut. Sosiologi disini akan menjelaskan realitas sosial termasuk
kehidupan bernegara, berpolitik dan masalah kesehatan itu sendiri yang mengacu pada
keragaman konsep.
Saudara mahasiswa tentu mengetahui bahwa setiap manusia selama hidup pasti
mengalami perubahan, perubahan dapat terjadi pada nilai sosial, norma sosial, pola perilaku
organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan
wewenang, interaksi sosial dan sebagainya. Setiap perubahan dalam suatu lembaga
kemasyarakatan akan mengalami perubahan pula pada lembaga kemasyarakatan lainnya
secara timbal balik. Bentuk perubahan ada yang tidak menarik, perubahan yang
pengaruhnya terbatas maupun yang luas, perubahan yang lambat sekali dan perubahan yang
berjalan dengan cepat. Klasifikasi perubahan yang ada pada masyarakat dapat bersifat statis
dan dapat bersifat dinamis, masyarakat yang statis dimaksudkan masyarakat yang sedikit
sekali mengalami perubahan dan berjalan lambat. Masyarakat dinamis adalah masyarakat
yang mengalami perubahan yang cepat, jadi setiap masyarakat pada suatu masa dapat
dianggap sebagai masyarakat yang statis, sementara pada masyarakat lainnya dianggap
sebagai masyarakat yang dinamis. Perubahan bukanlah semata mata berarti suatu kemajuan
(progress) namun dapat pula berarti kemunduran dari bidang tertentu.
Perubahan hanya akan ditemukan oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan
kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan
dan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu lampau, misalnya seseorang yang tidak
sempat menelaah susunan dan kehidupan masyarakat desa akan berpendapat bahwa
masyarakat desa bersifat statis, tidak maju dan tidak berubah. Pernyataan demikian
didasarkan pada pandangan sepintas yang kurang mendalam dan kurang teliti karena tidak
ada suatu masyarakat yang terhenti pada suatu titik tertentu sepanjang masa.
79
Sosiologi Kesehatan
Perubahan bukanlah semata mata berarti suatu kemajuan (progress) namun dapat
pula berarti kemunduran dari bidang tertentu. Perubahan yang terjadi pada masyarakat
dewasa ini merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya dapat menjalar ke dunia lain berkat
adanya komunikasi moderen. Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman
dahulu, namun perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepatnya sehingga
membingungkan manusia yang menghadapinya yang sering berjalan secara konstan, tetapi
karena sifatnya yang berantai, perubahan terlihat berlangsung terus, walau diselingi keadaan
dimana masyarakat mengadakan reorganisasi unsur-unsur struktur masyarakat yang terkena
perubahan.
Perubahan sosial pada lembaga kemasyarakatan dapat mempengaruhi sistem sosial,
termasuk nilai, sikap dan pola perilaku diantara kelompok pada masyarakat. Di mana
perubahan ini terkait dengan negara sebagai pembuat kebijakan dalam bentuk suatu politik,
khususnya masalah kesehatan. Untuk membantu mahasiswa memahami materi ini, maka
pada modul ini menjelaskan tentang:
1. Negara, politik dan kesehatan
a. Konsep negara
b. Konsep politik
c. Fungsi politik dalam ekonomi kesehatan
2. Perubahan sosial dan kebudayaan
a. Perubahan sosial
b. Bentuk perubahan sosial dan kebudayaan
c. Faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan
d. Proses Perubahan Sosial Kebudayaan
e. Arah perubahan
80
Sosiologi Kesehatan
Topik 1
Negara, Politik, dan Kesehatan
A. NEGARA
Saudara mahasiswa, apa yang saudara ketahui tentang negara? Apa fungsi negara,
bagaimana politik mempengaruhi kesehatan masyarakat Indonesia? Negara merupakan
salah satu konsep dalam sosiologi yang paling sentral karena negara menjalankan banyak
fungsi dan mengatur hampir seluruh aspek hidup manusia, peran sentralnya membuat
negara sulit untuk dipahami secara tepat dan seberapa luas cakupannya, fungsi khusus
negara adalah memelihara ketentraman dan mengatur hubungan eksternal masyarakat.
Menurut Weber sebuah negara menuntut monopoli, diperbolehkannya penggunaan
kekuasaan fisik dalam wilayah teritorial yang memerlukan pengawasan secara efektif.
Legitimasi diperoleh dari tradisi atau kepemimpinan yang kharismatis. Kedisiplinan dan
tingkat penguasaan birokrasi menjadi alat yang efisien untuk mengatur dan mengendalikan
negara. Martin Albrow dan Zigmunt Bauman menyatakan negara berbangsa tunggal berada
dalam puncak kemunduran seiring munculnya masyarakat global.
Dalam arti formal negara diartikan sebagai organisasi kekuasaan pemerintah pusat
dengan karakteristik kewenangan menjalankan paksa fisik secara syah. Dalam arti material
negara adalah sebagai kelompok masyarakat atau persekutuan hidup. Konsep politik negara
dapat berwujud jika memenuhi unsur wilayah, penduduk, pemerintah dan kedaulatan.
Negara adalah alat masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan
manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala kekuasaan.
Sifat negara antara lain
a. Memaksa, agar peraturan yang berlaku ditaati demi terciptanya ketertiban
masyarakat
b. Monopoli, negara memonopoli dalam menetapkan tujuan bersama, negara memiliki
wewenang untuk melarang hidup dan menyebarluaskan aliran kepercayaan atau aliran
politik yang mengganggu ketertiban umum dan bertentangan dengan tujuan
masyarakat
c. Peraturan perundangan, berlaku untuk semua orang tanpa kecuali.
81
Sosiologi Kesehatan
Sosiologi tidak memandang kekuasaan sebagai suatu yang baik atau buruk, namun
sosiologi mengakui kekuasaan sebagai unsur yang penting dalam kehidupan masyarakat.
Kekuasaan tergantung dari hubungan antara yang berkuasa dan yang dikuasai atau dengan
perkataan lain antara pihak yang memiliki kemampuan untuk melancarkan pengaruh dan
pihak lain yang menerima pengaruh itu dengan rela maupun terpaksa. Apabila kekuasaan
dijelmakan pada diri seseorang, biasanya orang ini dinamakan pemimpin. Kekuasaan yang
ada pada seseorang atau sekelompok orang yang mendapatkan pengakuan masyarakat
disebut dengan wewenang.
B. POLITIK
Bahasa politik sudah tidak asing lagi kita dengar, apakah menurut saudara politik
berarti berbagai macam kegiatan yang terjadi dalam suatu negara yang berkaitan dengan
proses menetapkan tujuan dan bagaimana mencapai tujuan itu? Apakah sistim politik adalah
berbagai macam kegiatan dan proses dari struktur dan fungsi politik bekerja dalam suatu
unit kesatuan? Benar.
Nah. Berdasarkan hal itu maka dapat diuraikan ciri- ciri sistem politik, yaitu
a. Setiap sistem politik memiliki struktur politik
b. Setiap sistem politik menjalankan fungsi politik yang sama, meski kadarnya berbeda
c. Semua struktur politik melaksanakan banyak fungsi
d. Semua sistem politik adalah sistem campuran.
Setelah setiap struktur melaksanakan fungsi politiknya, sistem politik akan berproses
mengikuti arah jarum jam, proses politik dapat di mulai dari mana saja, misalnya aktivitas
dimulai dari usulan masyarakat berupa input ke supra struktural, dalam menanggapi usulan
ini supra struktural dapat memilih satu di antara masukan, atau mengkonversi semua
masukan, atau cari alternatif lain. Setelah masukan diolah, supra struktur mengeluarkan
output berupa kebijakan/peraturan/UU untuk didistribusikan kepada masyarakat, ada
82
Sosiologi Kesehatan
masyarakat yang menanggapi setuju dengan aturan, jika setuju mereka akan memberi feed
back berupa dukungan dan mungkin masukan berupa tuntutan yang lain. Jika masyarakat
kurang atau tidak setuju, mereka akan memberikan masukan berupa peningkatan tuntutan.
Proses ini akan berlangsung terus. Jika kelompok yang kurang setuju diabaikan, suatu saat
mereka akan menjadi apatis dan tidak mau memberi masukan apapun. Jika ini terjadi sangat
berbahaya bagi kelangsungan suatu sistem, jika tidak ada masukan dari infrastruktur, maka
sistem politik tidak dapat menjalankan fungsinya, sehingga sistem politik dalam keadaan
disfuncion, dan ini harus dihindari.
Sistem politik tidak lain adalah negara dengan segala aktivitasnya, meliputi
berfungsinya struktur politik dan berlangsungnya proses politik. Jika memang itu adalah
negara, mengapa kita harus menggunakan konsep sistem politik? Karena konsep negara
mengandung pengertian statis yang terdiri dari empat unsur, yaitu wilayah, penduduk,
pemerintahan dan kedaulatan.
83
Sosiologi Kesehatan
Perspektif ini sejalan dengan pendapat Renaud bahwa kebutuhan kesehatan dipenuhi
oleh kedokteran sedemikian rupa sesuai dengan organisasi ekonomi kapitalis, dimana
pendekatan rekayasa dominan mengenai kedokteran ilmiah kontemporer menyetarakan
pengobatan dengan konsumsi, yakni dalam konteks yang lebih umum, kebutuhan kesehatan
dan bentuk komoditas dari pemenuhannya, sehingga melegitimasi dan memfasilitasi
pertumbuhan ekonomi kapitalis meskipun terdapat konsekwensi negatif terhadap
kesehatan.
Dari perspektif tersebut, industri pemeliharaan kesehatan memiliki empat fungsi
ekonomi yang saling berkaitan dalam masyarakat kapitalis, yaitu akumulasi modal,
penyediaan kesempatan investasi, penyerapan tenaga kerja surplus, dan pemeliharaan
angkatan kerja.
Selain itu, pengorganisasian pemeliharaan kesehatan memiliki tiga fungsi ideologi,
yaitu
a. Dengan penyediaan pelayanan kesehatan, organisasi mempertahankan status quo,
bertindak sebagai agen kontrol sosial yang melimpahkan apa yang secara mendasar
merupakan masalah sosial ke tingkat individu.
b. Organisasi pelayanan kesehatan dalam rumusannya tentang pelayanan rumah sakit
dan konsumsi obat-obatan sebagai pelayanan kesehatan, organisasi ini memproduksi
mode produksi kapitalis.
c. Organisasi pelayanan kesehatan mereproduksi struktur kelas kapitalis baik dalam
pengorganisasian pekerja kesehatan maupun dalam pola konsumsi yang dihasilkannya.
Ringkas kata, cara memandang kesehatan dan penyakit ini sejalan dengan lingkungan
kapitalis yang lebih besar karena pandangan ini memodifikasi kebutuhan kesehatan dan
melegitimasi modifikasi ini. Pandangan ini mentransformasi masalah sosial dengan potensi
eksploratif, yakni penyakit dan kematian menjadi komoditas yang dipilah dan dapat diisolasi
dan diintegrasikan ke dalam organisasi ekonomi kapitalis dengan cara yang sama dengan
komoditas lainnya di pasar ekonomi. Dengan kekuatan yang mengejutkan pandangan ini
berhasil memberikan solusi yang bernilai budaya bagi masalah yang ditimbulkan dari
pertumbuhan ekonomi, bahkan membuat solusi pada batas tertentu menguntungkan bagi
akumulasi modal demi pertumbuhan ekonomi yang lebih besar.
Kelas dominan mendukung konsepsi sakit sebagai gejala individu dan menolak arti
penting struktur sosial dan produksi kesehatan yang buruk. Hal ini disejajarkan dalam ranah
konsumsi pemeliharaan kesehatan, dimana etiologi individualistis mendorong peningkatan
terapi kuratif yang berbasis teknologi yang tidak lain adalah berbasis modal intensif dan
rumah sakit. Dari perspektif ini organisasi pelayanan kesehatan kapitalis yang kontemporer,
secara sistematik mengabaikan produksi kesehatan dan penyakit yang dipengaruhi oleh
lingkungan, pekerjaan dan sosial.
Sebagai contoh, saya rasa saudara sudah mengetahui bahwa pada masa lalu, terdapat
jaminan kesehatan hanya pada kelompok masyarakat tertentu saja, seperti pegawai negeri
dengan program askes (asuransi kesehatan), pegawai swasta dengan program jamsostek
84
Sosiologi Kesehatan
(jaminan kesehatan tenaga kerja), dengan adanya politik berupa kebijakan negara, sehingga
sekarang jaminan kesehatan tidak hanya pada golongan tertentu saja, tetapi jaminan
kesehatan sudah berlaku untuk semua masyarakat Indonesia. Artinya dengan adanya
kebijakan politik yang dikeluarkan negara, sehingga biaya yang dikeluarkan masyarakat
sewaktu sakit menjadi lebih kecil. Walaupun hal ini sudah terlaksana, tetapi konsep kapitalis
dalam dunia kesehatan masih tetap berjalan. Walaupun demikian negara yang memiliki
kekuasaan politik tetap melayani masyarakat yang memiliki masalah kesehatan, sehingga
pelayanan kesehatan tidak hanya untuk golongan tertentu, tetapi untuk seluruh
masyarakat.
Latihan 1
Ringkasan
Untuk lebih mengingat kembali materi yang telah di uraikan di atas, maka di sini dapat
kita simpulkan bahwa
1. Negara adalah alat masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan
manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala kekuasaan. Negara dapat
berwujud jika memenuhi unsur wilayah, penduduk, pemerintah dan kedaulatan..
Sifat negara adalah memaksa; monopoli, peraturan berlaku untuk semua. Fungsi
Negara untuk perlindungan, penertiban, kesejahteraan dan kemakmuran, pertahanan,
menegakkan keadilan, negara tidak dapat dipisahkan dengan kekuasaan
2. Politik berarti berbagai macam kegiatan dalam suatu negara yang berkaitan dengan
proses menetapkan tujuan dan bagaimana mencapai tujuan itu, politik bekerja dalam
suatu unit kesatuan.
Ciri-ciri sistem politik memiliki struktur, menjalankan fungsi yang sama, melaksanakan
banyak fungsi dan politik adalah sistem campuran.
85
Sosiologi Kesehatan
3. Fungsi politik dan ekonomi kesehatan. Masyarakat kapitalis maju berorientasi pada
pengobatan melalui penerapan obat-obatan yang canggih dan teknologi berbiaya
tinggi, penyebab utama mortalitas dan morbilitas di negara maju bukan akibat proses
endogen tubuh, melainkan karena kondisi sosial.
Bentuk teknologi pengobatan dikaitkan dengan biaya yang tinggi yang efektivitasnya
meragukan, tidak rasional jika dipandang dari kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan,
sangat rasional jika dipandang dari kebutuhan sistem kapitalis, karena sistem ini mendukung
ekspansi monopoli modal dan upaya meraih keuntungan pribadi dari sektor pemeliharaan
kesehatan.
Tes 1
86
Sosiologi Kesehatan
Latihan 2
87
Sosiologi Kesehatan
Topik 2
Perubahan Sosial Dan Kebudayaan
A. PERUBAHAN SOSIAL
Saudara mahasiswa, perubahan sosial sudah tidak asing terjadi dalam kehidupan kita,
bagaimana kita memandang perubahan sosial? Tentu hal ini tergantung pada individunya.
Apakah individu memandang perubahan sosial sebagai yang positif atau sebagai hal yang
negatif. Tentu tergantung dari faktor yang mempengaruhinya. Untuk memahami hal ini kita
akan membahas pada pertemuan kali ini. Untuk mengarahkan anda memahami tentang hal
ini, perhatikan perubahan sosial yang terjadi di sekelilingmu!
Perubahan sosial diartikan sebagai perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
masyarakat, ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur kebudayaan, material maupun
inmaterial. Perubahan sosial ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan
material terhadap unsur inmaterial.
Perubahan sosial sebagai suatu variasi dan cara hidup yang telah diterima, baik karena
perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun
karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Secara singkat
perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola kehidupan
manusia yang terjadi karena sebab interen maupun sebab ekstern. Perubahan yang
mempengaruhi sistem sosial adalah nilai, sikap, pola perilaku antar kelompok dalam
masyarakat, hal ini berupa himpunan pokok manusia yang akan mempengaruhi segi-segi
struktur lainnya.
Saudara mahasiswa, setujukah saudara dengan pernyataan bahwa terdapat hubungan
antara perubahan sosial dan perubahan masyarakat? Apakah dapat dipisahkan kedua hal
ini? Bagaimana ciri perubahan sosial? Nah kita akan uraikan tentang hal ini.
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan dalam
kebudayaan mencakup semua bagian, yaitu kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat
dan lainnya, bahkan perubahan dalam bentuk serta aturan organisasi sosial, sebagai contoh
dikemukakannya perubahan pada logat bahasa Aria setelah terpisah dari induknya, akan
tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Perubahan
tersebut lebih merupakan perubahan kebudayaan dari pada perubahan sosial.
Unsur kebudayaan dapat dipisahkan dari masyarakat, tetapi perubahan dalam
kebudayaan tidak perlu mempengaruhi sistem sosial, artinya perubahan kebudayaan bertitik
tolak dan timbul dari organisasi sosial serta mempengaruhinya. Kebudayaan mencakup
segenap cara pikir dan tingkah laku yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif
seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolis dan bukan karena warisan yang
berdasarkan keturunan. Jadi kebudayaan adalah suatu kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum dan adat istiadat, dan setiap
kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, perubahan kebudayaan
merupakan perubahan dari unsur-unsur tersebut.
88
Sosiologi Kesehatan
Nah. Di sini di ketahui bahwa tidak mudah memisahkan antara perubahan sosial dalam
kehidupan sehari hari dengan kebudayaan, hal ini disebabkan tidak ada masyarakat yang
tidak memiliki kebudayaan yang tidak terjelma dalam suatu masyarakat. Sehingga untuk
kedua hal ini dapat ditemukan hubungan timbal balik sebagai sebab akibat.
89
Sosiologi Kesehatan
90
Sosiologi Kesehatan
Perubahan yang dikehendaki merupakan suatu teknik sosial yang ditafsirkan sebagai
suatu proses berupa perintah dan larangan, artinya menetralisirkan suatu keadaan krisis
dengan akomodasi untuk melegakan hilangnya keadaan yang tidak dikehendaki atau
berkembangnya suatu keadaan yang dikehendaki, legalisasi tersebut dilaksanakan dengan
tindakan fisik yang bersifat arbitratif.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan. Di sini
saudara akan mendapatkan materi tentang sumber perubahan dalam masyarakat, faktor
pendorong perubahan masyarakat oleh individu serta pola penemuan hal baru.
Untuk mempelajari perubahan masyarakat, perlu diketahui sebab-sebab yang melatari
terjadinya perubahan itu. Sebab terjadinya perubahan mungkin dikarenakan oleh sesuatu
yang tidak lagi memuaskan, faktor baru yang lebih memuaskan, menyesuaikan suatu faktor
dengan faktor lain yang sudah mengalami perubahan terlebih dahulu. Sumber-sumber
perubahan tersebut dapat berasal dari dalam masyarakat itu sendiri dan ada yang dari luar
masyarakat itu sendiri. Sebab sumber perubahan dalam masyarakat adalah:
2. Penemuan-penemuan baru
Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar, terjadi dalam waktu yang tidak terlalu
lama disebut inovasi, proses tersebut meliputi penemuan baru, jalannya unsur kebudayaan
baru yang tersebar ke lain bagian masyarakat dan cara unsur kebudayaan baru tidak
diterima, dipelajari dan akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan.
Keinginan dan kualitas juga merupakan pendorong bagi terciptanya penemuan baru,
keinginan untuk mempertinggi kualitas suatu karya merupakan pendorong. Penemuan baru
dalam kebudayaan rohaniah juga dapat menyebabkan perubahan.
91
Sosiologi Kesehatan
Penemuan baru seperti pemancar radio akan berpengaruh ke berbagai arah dan
menyebabkan perubahan pada lembaga kemasyarakatan dan adat istiadat.
1 1 2 3
Gambar 2. Pola Penemuan Baru
1 3
1
Gambar 3. Pola Penemuan Baru
92
Sosiologi Kesehatan
93
Sosiologi Kesehatan
b. Sistem pendidikan formal yang maju memberikan pikiran kepada manusia untuk
berpikir secara ilmiah dan objektif serta menilai apakah kebudayaan masyarakat
akan dapat memenuhi kebutuhan zaman atau tidak
c. Keinginan untuk maju dan menghargai hasil karya orang lain
d. Toleransi terhadap perbuatan yang menyimpang yang bukan delik
e. Sistem terbuka pada lapisan masyarakat memungkinkan adanya gerak sosial
vertikal yang luas, sehingga memberikan kesempatan pada individu untuk maju
atas dasar kemampuan sendiri
f. Penduduk yang heterogen
g. Ketidakpuasan masyarakat pada bidang kehidupan tertentu
h. Orientasi pada masa depan
i. Nilai bahwa manusia harus berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya
2. Faktor penghambat
a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain, karena terasing menyebabkan
masyarakat terkukung pola pemikiran oleh tradisi yang ada
b. Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat karena terasing dan tertutup atau
karena lama dijajah
c. Sikap masyarakat yang sangat tradisional dan dikuasai oleh golongan konservatif
d. Adanya kepentingan yang telah tertanam dengan kuat
e. Rasa takut akan kegoyahan pada integrasi kebudayaan
f. Sikap tertutup/prasangka terhadap hal baru
g. Hambatan yang bersifat ideologis
h. Kebiasaan
i. Nilai pasrah.
94
Sosiologi Kesehatan
hubungan antar lembaga kemasyarakatan yang memiliki pola tertentu dan keserasian
tertentu, artinya saluran tersebut berfungsi agar suatu perubahan dikenal, diterima,
diakui, serta digunakan oleh khalayak ramai atau dengan singkat mengalami proses
institutionalization (pelembagaan).
3. Disorganisasi dan reorganisasi
a. Organisasi merupakan artikulasi dari bagian yang merupakan suatu kesatuan
fungsional. Tubuh manusia misalnya, terdiri dari bagian-bagian yang masing-
masing mempunyai fungsi dalam rangka hidupnya seluruh tubuh manusia
sebagai suatu kesatuan. Apabila seseorang sedang sakit, bisa dikatakan salah
satu bagian tubuhnya tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, jadi secara
keseluruhan bagian-bagian tubuh manusia merupakan keserasian yang
fungsional.
b. Suatu keadaan dimana tidak ada keserasian pada bagian-bagian dari suatu
kebulatan, misalnya dalam masyarakat agar berfungsi sebagai organisasi harus
ada keserasian antar bagian. Ketidakserasian di sini disebut disorganisasi.
Kriteria disorganisasi terletak pada persoalan apakah organisasi tersebut
berfungsi secara semestinya atau tidak baik. Disorganisasi dalam masyarakat
dihubungkan dengan moral, yaitu anggapan tentang apa yang baik dan apa yang
buruk.
c. Sistem sosial dalam pertumbuhannya mempengaruhi diri sendiri, sehingga yang
terjadi bukanlah perubahan-perubahan inti tetapi mempengaruhi suasana
masyarakat yang melingkunginya, lingkungan sekitar dapat mempercepat atau
memperlambat pertumbuhan sistem sosial, bahkan dapat menghancurkan
sebagian atau seluruhnya, tetapi tidak mungkin akan berhasil mengubah
sifatnya yang pokok.
Tahap reorganisasi dilaksanakan jika norma dan nilai yang baru telah melembaga
dalam diri warga masyarakat, reorganisasi adalah proses pembentukan norma-norma
dan nilai yang baru agar sesuai dengan lembaga kemasyarakatan yang mengalami
perubahan. Reorganisasi dilaksanakan apabila norma dan nilai-nilai yang baru telah
melembaga dalam diri warga.
Gambaran disorganisasi dan reorganisasi berupa pengaruh dari suatu masyarakat yang
tradisional dan masyarakat yang modern terhadap jiwa para anggota, watak atau jiwa
seseorang merupakan pencerminan kebudayaan masyarakat. Pada masyarakat
tradisional aktivitas seseorang sepenuhnya berada di bawah kepentingan masyarakat,
segala sesuatu didasarkan pada tradisi dari setiap usaha untuk mengubah satu unsur
saja, struktur dianggap sebagai sesuatu yang suci, tidak dapat diubah dengan drastis
dan berjalan dengan lambat sekali. Perubahan masyarakat tradisional menjadi
masyarakat modern akan mengakibatkan pola perubahan dalam jiwa setiap anggota
masyarakat.
Ketidakserasian perubahan dan ketinggalan budaya berupa unsur kebudayaan
kebendaan lebih mudah berubah dari pada unsur kebudayaan rohaniah, apabila
95
Sosiologi Kesehatan
terdapat unsur yang tidak memiliki hubungan yang erat, tidak ada persoalan mengenai
tidak adanya keseimbangan lajunya perubahan. Ketertinggalan terjadi apabila laju
perubahan dari dua unsur masyarakat atau kebudayaan yang mempunyai korelasi
tidak sebanding, sehingga unsur yang satu tertinggal dari unsur lainnya. Ketertinggalan
yang mencolok adalah tertinggalnya alam pikiran dengan perkembangan teknologi
yang sangat pesat, dijumpai terutama pada masyarakat yang sedang berkembang.
Untuk mengubah alam pikiran manusia harus mengalami perubahan terlebih dahulu,
yaitu dari alam pikiran tradisional ke alam pikiran modern yang ditandai dengan sifat
terbuka terhadap pengalaman baru serta terbuka untuk perubahan dan pembaharuan,
tekanan bukanlah pada keahlian dan kemampuan jasmaniah belaka, tetapi pada suatu
jiwa yang terbuka. Pendidikan memperoleh posisi semakin terdidik seseorang semakin
terbuka dan semakin luas daya pikirannya. Alam pikiran modern lebih berorientasi
pada keadaan sekarang dan mendatang daripada keadaan masa lalu, dan itu harus ada
planning untuk hari depan.
Seseorang dengan alam pikiran modern yakin bahwa manusia dapat belajar untuk
memaafkan dan menguasai alam sekitarnya dari pada pasrah atau pasif, yakin bahwa
keadaan dapat diperhitungkan, artinya orang lain atau lembaga lain dapat diandalkan
dalam memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya, artinya tidak setuju dengan
pendapat bahwa sesuatu ditentukan oleh nasib atau watak dari sifat yang khusus dari
orang tertentu, sehubungan dengan itu timbul kesadaran akan harga diri seseorang,
lebih percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga menimbulkan keyakinan
bahwa penghargaan sebagai balas jasa diberikan kepada orang yang benar-benar telah
berjasa dan tidak atas dasar kekuasaan yang dimiliki, semua akan dicapai jika
seseorang memiliki pendidikan supaya dapat berpikir secara ilmiah, dan ini harus
melembaga dalam diri manusia, terutama masyarakat yang sedang berkembang agar
terhindar ketinggalan budaya (Cultural log) ketinggalan budaya merupakan ketidak-
serasian dalam perubahan unsur masyarakat dan kebudayaan.
Setiap manusia tentu mengharapkan perubahan, perubahan di sini tentu ke arah yang
lebih baik, tetapi bagaimana menurut saudara cara untuk memperoleh perubahan yang lebih
baik? Apa syarat untuk terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik? Untuk menjawab
pertanyaan ini kita akan bahas materi di bawah ini.
Perubahan dapat menjadi sesuatu yang baru, mungkin ke arah sesuatu yang ada dalam
waktu lampau, keinginan yang kuat untuk mendapat pendidikan sekular lebih kuat pada
generasi muda, pendidikan di Indonesia dianggap sebagai alat utama untuk mengadakan
perbaikan. Dahulu pusat perhatian adalah kebahagiaan dunia akhirat, tetapi sekarang lebih
ditujukan pada kehidupan dunia, pendidikan keagamaan disesuaikan dengan aspirasi
generasi muda, sikap dan pikiran keduniaan menyebabkan perubahan pada sikap serta
keluarga, dewasa ini anak bebas memilih lapangan pekerjaan yang disukainya, demikian pula
dengan agama dan pasangan hidupnya.
96
Sosiologi Kesehatan
97
Sosiologi Kesehatan
Latihan 1
Ringkasan
Untuk lebih mengingat kembali materi yang telah di uraikan di atas, maka di sini dapat
kita simpulkan bahwa
1. Perubahan sosial dapat terjadi karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan
material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi atau penemuan-
penemuan baru dalam masyarakat. Perubahan sosial menunjuk pada modifikasi yang
terjadi dalam pola kehidupan manusia yang terjadi karena faktor intern maupun
ekstern.
Perubahan pada lembaga kemasyarakatan dapat mempengaruhi sistem sosial,
termasuk nilai-nilai, sikap dan pola perilaku antarkelompok dalam masyarakat
terutama mempengaruhi struktur masyarakat lainnya.
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan yang mencakup
aspek kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan perubahan aturan organisasi
sosial. Dalam kehidupan sehari hari tidak mudah menentukan garis pemisah antara
perubahan sosial dan kebudayaan, hal ini disebabkan tidak ada masyarakat yang tidak
memiliki kebudayaan, dan sebaliknya tidak mungkin kebudayaan tidak menjelma
dalam suatu masyarakat, karena dalam kehidupan terdapat hubungan timbal balik
sebagai sebab akibat.
98
Sosiologi Kesehatan
99
Sosiologi Kesehatan
100
Sosiologi Kesehatan
Tes 2
2. Dalam kehidupan sehari hari tidak mudah menentukan garis pemisah antara
perubahan sosial dan kebudayaan, hal ini disebabkan karena:
A. Masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan, tidak mungkin kebudayaan yang
tidak menjelma dalam suatu masyarakat, sebenarnya dalam kehidupan terdapat
hubungan timbal balik sebagai sebab akibat
B. Terdapat hubungan timbal balik sebagai sebab akibat
C. Tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan
D. Tidak mungkin kebudayaan yang tidak menjelma dalam suatu masyarakat
6. Dalam proses modernisasi tercakup suatu transformasi total dari kehidupan bersama
yang tradisional, yang tidak termasuk syarat modernisasi
A. Sistem pengumpulan data yang baik dan teratur
B. Cara berpikir yang praktis
C. Sistem administrasi negara yang baik
D. Penciptaan iklim yang favorit dari masyarakat
101
Sosiologi Kesehatan
Latihan 2
Berikan contoh kasus masalah kesehatan dari hal berikut di bawah ini:
1. Bentuk perubahan sosial dan kebudayaan
2. Faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan
3. Proses perubahan sosial dan kebudayaan
4. Arah perubahan dan modernisasi
102
Sosiologi Kesehatan
Tes 1
1. A
2. B
3. c
4. D
5. A
Tes 2
1. A
2. B
3. C
4. D
5. A
6. B
103
Sosiologi Kesehatan
Daftar Pustaka
Phipipus Ng, Aini N. 2004. Sosiologi dan politik. Jakarta; PT Raja Grafindo Persada
Ritzer G, Goodman JD. 2010. Teori Sosiologi Modern, Edisi ke-6. Jakarta; Kencana
Soekanto S. 2014. Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi revisi; cetakan ke-6. Jakarta: Rajawali Pers
White K. 2011. Sosiologi Kesehatan dan Penyakit, Edisi ke-3. Jakarta: Rajawali Pers
104