Anda di halaman 1dari 4

1.

Filsafat merupakan awal dari ilmu pengetahuan, filsafat disebut juga sebagai
“Mother of Science”. Anda dipersilakan untuk mencari bentuk pemikiran filsafat
dan mencari istilah-istilah yang semakna dengan filsafat, kemudian melaporkannya
secara tertulis sebagai tugas individual.

 Idealisme
Istilah idealisme yang menunjukkan suatu pandangan dalam filsafat belum
lama dipergunakan orang. Namun, pemikiran tentang ide atau idea telah dikemukakan
oleh Plato sekitar 2400 tahun yang lalu. Anda tentu masih ingat bahwa menurut Plato
realitas yang fundamental ialah ide atau idea, sedangkan realitas yang tampak oleh
indra manusia adalah bayangan dari ide atau idea tersebut. Ini berarti bahwa di
belakang alam empiris atau alam fenomena yang kita hayati terdapat alam ideal atau
alam esensi.
 Humanisme
Sejak zaman kuno hingga pertengahan abad ke-4, pendidikan di Yunani dan
Romawi, mempunyai tujuan yang jelas yakni membentuk manusia menjadi warga
negara yang baik dan berguna bagi negara dan bangsa. Mulai abad ke-5 hingga abad
ke-14, yang dalam sejarah Eropa; disebut sebagai abad pertengahan, tujuan
pendidikan dimaksudkan untuk mencapai kebahagiaan hidup abadi dan mengatasi
kebutuhan duniawi.
 Rasionalisme
Para penganut rasionalisme berpandangan bahwa satu-satunya sumber
pengetahuan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal) seseorang. Perkembangan
pengetahuan mulai pesat pada abad ke-18. Orang yang dianggap sebagai bapak
rasionalisme adalah Rene Descartes (15961650) yang juga dinyatakan sebagai bapak
filsafat modern. Semboyannya yang terkenal adalah cogito ergo sum (saya berpikir,
jadi saya ada). Tokoh-tokoh lainnya adalah John Locke (16321704) Jean Jecques
Rousseau (17121778) dan Johann Bernhard Basedow (17241790).
 Empirisme
Asal kata empirisme adalah empira yang berarti kepercayaan terhadap
pengalaman. Bahan yang diperoleh dari pengalaman diolah oleh akal, karena
pengalamanlah yang memberikan kepastian yang diambil dari dunia fakta. Empirisme
berpandangan bahwa pernyataan yang dapat dibuktikan melalui pengalaman adalah
tidak berarti atau tanpa arti. Ilmu harus dapat melalui pengalaman. Dengan demikian,
kebenaran yang diperoleh bersifat a posteriori yang berarti setelah pengalaman post to
experience
 Kritisisme
Filsafat pada zaman pencerahan atau pada abad ke-18 disempurnakan oleh
Emmanuel Kant (17241804). Ia menjembatani kedua pandangan, yaitu rasionalisme
dan empirisme dan disebut kritisisme. Empirisme menghasilkan keputusan-keputusan
yang bersifat sintetis yang tidak bersifat mutlak, sedangkan rasionalisme memberikan
keputusan yang bersifat analitis. Berpikir merupakan proses penyusunan keputusan
yang terdiri dari subjek dan predikat. Sebagai contoh, pernyataan anak itu cantik
merupakan penyataan sintetis yang diperoleh secara a posteriori karena hubungan
antara keduanya dilaksanakan berdasarkan pengalaman indrawi. Tidak semua anak
adalah cantik karena predikat cantik dinyatakan setelah diadakan penelitian bahwa
anak tersebut memang betul cantik. Sebaliknya, pernyataan lingkaran itu bulat
merupakan pernyataan analitis yang diperoleh secara apriori. Dalam hal ini, predikat
bulat tidak menambah sesuatu yang baru pada lingkaran karena semua lingkaran
adalah bulat.

 Konstruktivisme
Dewasa ini konstruktivisme dianggap merupakan pandangan baru dalam
pendidikan meskipun sebenarnya konstruktivisme merupakan pandangan dalam
filsafat. Pandangan ini dikemukakan oleh Giambattista Vico pada tahun 1710 yang
intinya adalah bahwa pengetahuan seseorang itu merupakan hasil konstruksi individu,
melalui interaksinya dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungannya. Jean
Piaget, antara lain mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif
oleh seseorang; baik melalui indra maupun melalui komunikasi. Pengetahuan
dibangun secara aktif oleh individu sendiri. Tokoh lain, yakni E. Von Galsersfeld dari
University of Massachusetts mengemukakan bahwa pengetahuan seseorang dibentuk
oleh individu tersebut sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. The Liang Gie
(1987) mengemukakan bahwa pengetahuan adalah keseluruhan keterangan dan ide
yang terkandung dalam pernyataan-pernyataan yang dibuat mengenai suatu gejala
atau peristiwa.

2. Anda diharapkan untuk menanya tentang proses terbentuknya prinsip-prinsip dalam


sila-sila Pancasila itu dalam kehidupan sebagai mahasiswa melalui diskusi dengan
sesama mahasiswa. Misalnya, apakah Anda dapat menerima jika teman anda minta
izin untuk melaksanakan ibadah sesuai agamanya di saat sedang ada kegiatan
bersama. Diskusikan dengan teman-teman kelompok Anda dan laporkan secara
tertulis.

Sebagai negara Pancasila, keberagaman bukanlah penghalang untuk bisa


bekerjasama dalam mewujudkan Indonesia yang lebih baik. Sebaliknya, jadikan
keberagaman menjadi momentum untuk persatuan. Sesama masyarakat Indonesia bisa
saling membantu satu sama lainnya tanpa memandang suku,agama, ras dan antar
golongan.
Sikap saling menghormati dan menghargai dalam interaksi sosial penting
dilakukan supaya tidak ada perpecahan di masyarakat, dan menyelesaikan masalah
dengan musyawarah untuk mencapai mufakat.
Pada dasarnya hidup rukun dan toleran diantara pemeluk agama yang berbeda-
beda tidak berarti bahwa ajaran agama yang satu dan ajaran agama yang lain
dicampur adukkan. Akan tetapi dengan dasar hidup rukun dan toleransi dalam
kehidupan berkelompok dan bermasyarakat, tradisi-tradisi keagamaan yang dimiliki
oleh individu menjadi bersifat kumulatif dan kohesif yang menyatukan
keanekaragaman interpertasi dan sistem-sistem keyakinan keagamaan.
Nilai-nilai agama yang ditanamkan sejak dini terhadap seseorang dapat
merupakan bagian dari unsur-unsur kepribadiannya, yang dapat cepat bertindak
menjadi pengendali dalam kehidupannya.
Karena itu keyakinan terhadap agama yang menjadi bagian dari kepribadian itu,
akan mengatur sikap dan tingkah laku seseorang secara otomatis dari dalam, ia tidak akan
mengambil milik orang lain, melakukan tindakan kriminal, bukan karena tidak ada
kesempatan untuk itu, akan tetapi ia takut kepada yang diyakininya yang senantiasa
melihatnya.

3. Anda dipersilakan untuk mendiskusikan tentang implementasi nilai gotong-royong


dalam kehidupan masyarakat dengan berbagai tantangannya, kemudian
melaporkannya secara tertulis.

Penelitian ini membahas tentang implementasi nilai gotong royong di masyarakat


yang Implementasi nilai gotong royong dilaksanakan pada masyarakat tersebut bisa dilihat
dari beberapa indikator. Adapun indikator yang digunakan yaitu: 1) mau berkerjasama
dengan baik; 2) berprinsip bahwa tujuan akan lebih mudah dan cepat tercapai jika dikerjakan
bersama-sama; dan 3) tidak memperhitungkan tenaga untuk saling berbagi dengan sesama.
Berdasarkan hasil penelitian yang didasari indikator gotong royong ditemukan
beberapa bukti. Bukti yang terkait dengan indikator pertama mau bekerjasama dengan baik
yaitu ketika menjadi seorang pelayan yang mampu bekerjasama dengan baik dalam kegiatan
Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Adapun kendala yang muncul yaitu
kurangnya kesadaran dari masyarakat itu sendiri. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi
kendala tersebut yaitu memberikan pemahaman tentang pentingnya gotong royong.
Bukti yang terkait dengan indikator kedua berprinsip bahwa tujuan akan lebih mudah
dan cepat tercapai jika dikerjakan bersama-sama yaitu melalui kerjabakti. Kerja bakti tersebut
berupa pengecatan jalan dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik
Indonesia yang dilaksanakan secara bersama-sama.Adapun kendala yang muncul yaitu
kurangnya partisipasi dari masyarakat. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala
tersebut yaitu dengan membuat peraturan, dan mengadakan sosialisasi agar masyarakat
memiliki kesadaran bergotong royong.
Bukti yang terkait indikator ketiga tidak memperhitungkan tenaga untuk saling
berbagi dengan sesama yaitu melalui kegiatan ronda malam. Ronda malam tersebut dilakukan
warga secara sukarela dan tanpa pamrih. Kendala yang muncul Lanjutan 6 yaitu kurangnya
kesadaran dari warga masyarakat sendiri. Adapun upaya yang dilakukan untuk mengatasi
kendala tersebut yaitu dengan membuat peraturan dan mengadakan sosialisasi terhadap
masyarakat agar sadar pentingnya ronda malam.
Penelitian ini sejalan dengan kajian yang dilakukan Sayoko (2015), membuktikan
bahwa tradisi malam pasian yang dilaksanakan secara gotongroyong sebagai sarana untuk
memperkuat solidaritas antara sesama warga. Berdasarkan hal tersebut secara tidak langsung
tercipta suatu kegiatan yang positif. Kegiatan itu berupa aktivitas bekerja sama, saling tolong
menolong, dan rela berkorban untuk orang lain. Penelitian ini memperkuat kajian Prabowo
(2014), membuktikan bahwa tradisi Gumbregan adalah tradisi yang mencerminkan nilai
gotong royong sebagai sarana untuk memperkuat kerja sama antara warga. Tradisi ini
dilakukan secara bersama-sama. Waktu pelaksanaan tradisi ini hanya dilakukan pada hari-
hari tertentu saja. Implementasi gotong royong yang pertama pada tradisi Gumbregan yaitu
warga bersama-sama mempersiapkan seserahan yang berupa umbi-umbian, ketela pohon,
grmbili, tebu, kimpul, ubi jalar, ketupat, dan pisang. Kedua pada saat anak sesepuh desa
menerima seserahan ke rumah sesepuh desa. Ketiga pada saat anak sesepuh desa menerima
seserahan yang dibawa, lantas dibantu warga membagikan kembali secara adil. Keempat
pada saat alim ulama setempat bersama warga yang datang melakukan doa sebagai wujud
terima kasih kepada nikmat dan rejeki dari Tuhan Yang Maha Esa. Kelima pada saat warga
melanjutkan tradisi ini untuk menyebar seserahan di sawah. Keenam warga melanjutkan
tradisi ini untuk menyebar seserahan di kandang ternak.
Kendala pengimplementasian nilai gotong royong di masyarakat, yaitu terletak pada
kurangnya kesadaran warga mengenai kerjabakti dan kerjasama antara warga.
Pengimplementasian nilai gotong royong di Dusun Sidomulyo dirasa masih kurang dalam
menjalani kehidupan bermasyarakat. Hambatan lain yaitu peratutan-peraturan yang kurang
tegas diterapkan oleh pihat setempat, sehingga warga tidak mentaati peraturan tersebut.
Kendala-kendala tersebut membuat masyarakat kesulitan dalam menanamkan nilai gotong
royong.
Solusi dari kendala yang dihadapi implementasi nilai gotong royong di masyarakat
,pertama yaitu peraturan-peraturan yang ada harus disertai dengan sangsi, agar masyarakat
berpartisipasi bergotong royong. Kedua harus ada kesadaran dari masyarakat sendiri, karena
dengan kesadaran dari masing-masing warga akan tercipta solidaritas dan kerjasama yang
baik. Ketiga dibuatnya tempat sampah disetiap halaman rumah, agar masyarakat Dusun
Sidomulyo tidak membuang sampah sembarangan, sehingga pengimplementasian nilai
gotong royong dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai