Anda di halaman 1dari 2

arar Objek Kajian Living Quran-Hadis Salah satu topik terpenting đalam menentukan sebuah ilmu adalah

masalah objek kajian. Sebuah bidang ilmu tidak akan dapat berwujud tanpa adanya objek kajian. Berikut
ini adalah uraian tentang objek kajian living Quran-hadis, yang diklasifikasikan menjadi dua kategori,
yaitu objek formal dan objek material. 1. Objek Material llmu Living Quran-Hadis Secara filosofis, setiap
disiplin ilmu haruslah memiliki objek yang dijadikan sebagai sasaran kajian dan keilmuan. Ada objek
material, dan ada pula objek non material atau formal. Dalam ilmu filsafat, objek material adalah segala
sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Baik itu yang tampak, maupun yang tidak tampak. Objek
material yang tampak adalah objek yang empiris, sedangkan objek material yang tidak tampak adalah
objek metafisis yang keberadaannya di alam pikiran dan "alam" kemungkinan. Alam empiris merupakan
objek yang dapat diukur dan biasanya terjadi secara berulang, Sedangkan objek metafisis yang meliputi
alam pemikiran dan kemungkinan merupakan objek yang rasional. Ada atau tidaknya, tidak dapat
dibuktikan secara empiris melalui uji laboratorium atau observatorium, melainkan melalui logika
berpikir yang sehat. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas lagi tentang apa itu objek material,
kita bisa memahaminya lewat beberapa contoh objek material keilmuan lain. Ilmu sosiologi memiliki
objek material berupa masyarakat. Ilmu antropologi memiliki objek material berupa praktik budaya.
Objek material ilmu Psikologi adalah gejala-gejala kejiwaan. Objek material ilmu Teologi adalah Tuhan
dan risalahNya. Objek material ilmu astronomi adalah benda-benda luar angkasa atau bintang.
Sedangkan objek material ilmu akidah adalah ekspresi keyakinan manusia. Objek ilmu sejarah adalah
kejadian-kejadian masa lalu. Objek material ilmu bahasa adalah kata, bunyi, dan simbol. 1sah 49

Mushaf. Sedangkan objek material ilmu hadis adalah tindak tutur Sementara itu, objek ilmu al-Quran
adalah Kalam Allah dan Nabi. Lalu, pertanyaannya adalah, jika Living Quran dan hadis adalah salah satu
cabang disiplin ilmu al-Quran dan hadis, maka apakah gerangan yang menjadi objek materialnya? Dari
sini dapat dijelaskan bahwa objek material ilmu living Quran-hadis adalah perwujudan al-Quran dan
hadis dalam bentuknya yang non-teks, Bisa berupa gambar, multimedia, atau karya budaya, maupun
berbentuk pemikiran yang kemudian berwujud lelaku dan perilaku manusia, Inilah perbedaannya
dengan ilmu al-Quran dan ilmu hadis yang konvensional-normatif. Jika kita baca berbagai literatur ilmu
al-Quran dan ilmu hadis, nyaris belum kita temukan salah satu fann atau naw'atau bab yang
menjelaskan tentang wujud firman Allah dan sabda Nabi dalam bentuk bukan teks (nashsh). Misalnya,
kaligrafi al-Quran dan hadis tidak termaktub dalam ilmu al-Quran dan hadis. Adanya jenis-jenis khat
untuk melukiskan ayat al-Quran misalnya, tidak diatur secara khusus dalam ilmu al- Quran, padahal ia
memiliki peran penting untuk menyampaikan pesan makna al-Quran dengan cara yang artistik.
Misalnya, khat Tsuluts, Diwani, Riq'ah, Naskhi, dan selainnya memiliki model dan karakter yang berbeda-
beda. Masing-masing memiliki nilai seni dan budaya untuk mengekspresikan pesan yang terkandung
dalam teks al-Quran dan hadis. Untuk lebih jelasnya, kita perhatikan beberapa contoh mushaf dan
kaligrafi berikut ini: yang Gb. (kaligrafi) Mushaf Madinah Gb. (kaligrafi) Mushaf Indonesia biasa, model
mushaf klasik di Indonesia

Sedangkan ilmu rasm sama sekali tidak mengatur tentang khatt Umu Living Quran-Hadis Gambar
Kaligrafi potongan ayat yang sama dengan di mushaf (Qs. al-Baqarah: 255, bagian awal ayat kursi) Dari
keempatgambar di atas, dapat kita kaji melalui ilmu living Ouran. Tentu ada perbedaan penggunaan dan
tujuan dari masing- masing model penulisan di atas. Dilihat dari perspektif penulisnya atau penerbitnya,
mushaf Indonesia tidak dimaksudkan sebagai mushaf hafalan yang memudahkan penghafal untuk
mengingat letak ayat al-Quran. Mushaf Indonesia biasa yang tradisional itu lebih dimaksudkan untuk
digunakan sebagai mushaf bacaan saja, bukan mushaf hafalan. Sedangkan Mushaf Madinah atau mushaf
Pojok/bahriyyah, memiliki maksud untuk hal tersebut. Sedangkan gambar keempat yang berupa kaligrafi
potongan ayat, tentu maksudnya adalah bukan untuk sekedar dibaca ataupun dihafalkan saja,
melainkan lebih dari itu, untuk diresapi kandungannya dan diamalkan serta untuk ditanamkan dalam
kepribadian para pembacanya. Belum lagi jika dilihat dari perspektif konsumen atau pengguna keempat
gambar kaligrafi tersebut. Baik kaligrafi al-Quran maupun kaligrafi hadis, memiliki kedudukan yang sama
dalam hal ini. Dengan demikian, semua unsur kaligrafi dalam ketiga gambar di atas, mulai dari sisi jenis
khatt-nya hingga tata letaknya, memiliki makna kultural yang penting. Demikianlah, kaligrafi dapat
menjadi objek material ilmu living Quran dan living hadis. Dalam ilmu al-Quran terdapat ilmu yang
dinamai dengan imu rasm, namun hal itu bukanlah bagian dari living Quran. Ilmu rasm lebih mengatur
kepada kaidah-kaidah normatif penulisan al- Quran sesuai dengan standar Usmani yang telah disepakati
oleh para ulama. Kaidah-kaidah tersebut kemudian dijadikan sebagai Ukuran untuk memudahkan
pengeditan naskah mushaf al-Quran. 51

Anda mungkin juga menyukai