Oleh :
Kelas 1B
1. Deni Wahyu W (0903000047)
2. Eka Yudhi (0903000056)
3. Ismi Indah Ummi (0903000065)
4. Nuralita Dwi R (0903000076)
5. Siti Sundariawati (0903000096)
6. Yasira Nur Aulia (09030000104)
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN GIZI
Mei 2010
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah serta inayahNYA kepada penyusun sehingga
dapat menyelesaikan laporan ilmu bahan makanan lanjut mengenai “Ekstraksi Klorofil pada
Daun Pepaya “ dengan baik dan lancar.
Penyelesaian makalah ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah membantu dan
mendukung. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini tepat waktu.
2. Bapak Agus Heri Santoso, selaku dosen mata kuliah IBM lanjut yang telah
memberikan bimbingan kepada kami.
3. Kedua Orang Tua, yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil.
4. Teman- teman, yang telah membantu penyempurnaan penyusunan makalah ini.
5. Dan semua orang yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang ikut membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.
Disadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, kritik dan saran
yang membangun dari pembaca diharapkan untuk penyempurnaan makalah kami. Semoga
apa yang telah disusun dapat bermanfaat, bagi kemajuan IPTEk pada khususnya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tanaman papaya ( Carica Papaya L. ) adalah tanaman yang tumbuh di daerah
tropis Indonesia yang bisa dimanfaatkan dari buah dan daunnya. Pada daun papaya yang
berwarna hijau mengandung klorofil. Kandung klorofil pada tumbuh-tumbuhan memiliki
jumlah yang banyak yaitu rata-rata 1 % berat kering, sehimgga dapat berpotensi
dikembangkan sebagai suplemen pangan atau kegunaan lainnya.
Klorofil diistilahkan sebagai pewarna hijau alami yang ada pada berbagai macam
tumbuhan, susunannya terdapat dikloroplas. Klorofil adalah senyawa ester dan larut
didalam solvent organic. Kandungan klorofil bersifat tidak stabil dan lebih mudah rusak
bila terkena sinar, panas, asam, dan basa.
Ekstraksi klorofil adalah pengambilan klorofil pada daun papaya dengan
menggunakan pelarut organic polar, khususnya acetone dan alkohol
( sumber : Abdul Rozak M, Unggul Hartanto, jurusan tekhnik kimia, Undip )
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk ekstraksi klorofil pada
daun pepaya
2. Untuk mengetahui langkah- langkah ekstraksi klorofil pada daun pepaya
3. Untuk mengetahui prinsip kerja ekstraksi klorofil pada daun papaya
4. Untuk mengetahui kadar total klorofil
BAB II
METODE PENELITIAN
Prinsip kerja ekstraksi klorofil adalah molekul klorofil sangat besar dan terdiri
dari empat cincin pirol yang dihubungkan satu sama lainnya oleh gugus metena (-
CH=) membentuk sebuah molekul pipih. Pada karbon ke-7 terdapat residu propionate
yang teresterifikasi dengan fitol dan rantai cabang ini bersifat larut dalam lipid.
Klorofil dalam daun yang masih hidup terikat pada protein. Dalam proses pemanasan
proteinnya terdenaturasi dan klorofil dilepaskan.
Skema Kerja :
1- Butanol 1:4
Analisa kadar klorofil
aquadest
Na2CO3
Ekstraktor
Rafinat
Inkubasi pada suhu kamar
selama 60 menit Filtrasi
Inkubator
Rafinat
Filtrasi
Ekstrak
4.1 Kesimpulan
Ektraksi klorofil menggunakan berbagai macam alat yang sudah umum digunakan
dalam praktikum kimia. Beserta bahan utamanya yang mudah didapat, yaitu daun papaya
yang agak tua. Diperlakukan sesuai skema yang tertera di atas.
Adapun prinsip kerjanya yaitu proses pemanasan proteinnya terdenaturasi dan klorofil
dilepaskan.
Berdasarkan hasil praktikum, berat awal (10 gr) menjadi 7 gr pada saat diblansir,
sedang berat akhir sesudah perlakuan semakin ringan yaitu sebesar gr. Hal ini
disebabkan oleh perlakuan yang dilakukan.
4.2 Saran
Agar mendapatkan kadar total klorofil yang lebih baik sebaiknya proses ekstraksi
dilakukan di tempat yang redup atau tidak banyak cahaya, hal ini bertujuan untuk
meminimalkan kerusakan klorofil, sehingga klorofil yang terekstrak akan lebih banyak.
Untuk penelitian lebih lanjut, dapat juga dilakukan dengan menggunakan variabel waktu
inkubasi.