Anda di halaman 1dari 70

PROSIDING

SEMINAR REGIONAL RADIOLOGI I


Yogyakarta, 27 Januari 2018

Diterbitkan Oleh :

D-III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI


STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA
Jl. Ring Road Utara, Condong-Catur, Depok, Sleman 55281, Telp (0274)4477701, 4477703,
fax (0274) 4477702, email:d3trr.gunabangsayogyakarta@gmail.com
Website: www.gunabangsa.ac.id
YOGYAKARTA-INDONESIA
EDITOR/PENILAI
LPPM STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA

Dian Wuri Astuti S.Si., M.Sc

REVIEWER

M.Radifar M.Biotech

Darmawati S.T., M.Si (FM)

PRODI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

Alpha Olivia Hidayati S.Si., M.P.H

Muhammad Sofyan S.ST., M.Kes

Siti Arifah M.Kes

Efita Pratiwi Adi S.Pd., M.Sc

Muflihatun S.Si., M.Sc

PROSIDING

Ayu Wita Sari S.Si., M.Sc

Anita Nur Mayani S.Tr. Rad

Devy Novita Ikadari S.Tr. Rad

Alamat Institusi

Jl. Ring Road Utara Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta,

Telp.0274-4477701, 4477703, fax 0274-4477702

Email:d3trr.gunabangsayogyakarta@gmail.com

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas petunjuk
dan Karunia-Nya sehingga dapat diterbitkan Prosiding Seminar Regional Radiologi I
dengan mengambil Tema “Implementasi Msct Dan Mri Dalam Screening,
Diagnosis Dan Teraphy Planning Pada Pasien Kanker”. Penerbitan prosiding ini
merupakan dokumentasi karya ilmiah para peneliti dari berbagai disiplin ilmu yang
berkaitan dengan kesehatan dan telah dipresentasikan pada tanggal 27 Januari 2018 di
Hotel Grand Serela Yogyakarta.
Seminar dan presentasi ilmiah ini diselenggarakan yang ke I dan akan menjadi
kegiatan rutin tahunan di program studi diploma tiga teknik radiodiagnostik dan
radioterapi STIKES Guna Bangsa Yogyakarta dengan tujuan untuk mengetahui
perkembangan aktivitas penelitian yang telah dicapai oleh para peneliti di bidang
kesehatan. Pembukaan kegiatan seminar regional radiologi dan presentasi ilmiah
dilakukan oleh Ketua STIKES Guna Bangsa Yogyakarta dr., R. Soerjo Hadijono,
SpOG(k), DTRM&B(Ch) dan dilanjutkan dengan ceramah umum I dengan judul
INTERPRETASI MRI ONCOLOGY DARI SEGI SCREENING,DIAGNOSIS DAN
THERAPHY PLANNING oleh Dr. Elia Aditya B.K., Sp.Onk.Rad, ceramah umum II
oleh Franky Jacobus Dimpudus, M.MagRes. Tech dengan judul MRI ONCOLOGY
DALAM SCREENING, DIAGNOSIS DAN THERAPHY PLANNING, ceramah
umum III oleh Wahyu Widhianto S.Si dengan judul PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI MRI DALAM SCREENING, DIAGNOSIS DAN THERAPHY
PLANNING.
Di dalam buku prosiding ini berisi karya tulis ilmiah yang telah
dipresentasikan dalam seminar regional radiologi I sebanyak 10 makalah yang
disampaikan dalam siding oral dan parallel. Karya tulis ilmiah tersebut berasal dari
STIKES Guna Bangsa (3), UNDIP (3), STIKES Jendral A.Yani (1), UII (1), UNAIR
(1), RS. Kasih Ibu Bali (1). Prosiding ini telah melalui proses penilaian dan editing
oelh dewan editor serta dilengkapi dengan diskusi dan tanya jawab pada saat seminar
berlangsung.
Semoga penerbitan prosiding ini dapat bermanfaat sebagai bahan acuan untuk
lebih memacu dan mengembangkan penelitian yang akan datang. Kepada semua
pihak yang telah ikut membantu penerbitan prosiding ini kami ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, Maret 2018

Editor

iii
SAMBUTAN
KETUA PROGRAM STUDI D3
TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami


sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tim Editor dan semua pihak
yang terlibat dalam penyelesaian dan penerbitan prosiding ini. Prosiding ini
merupakan dokumentasi karya ilmiah para penulis yang telah dipresentasikan pada
seminar regional radiologi I pada tanggal 27 Januari 2018 di Hotel Grand Serela
Yogyakarta dengan tema “Implementasi Msct Dan Mri Dalam Screening,
Diagnosis Dan Teraphy Planning Pada Pasien Kanker”.
Prosiding ini ditulis oleh para peneliti dari berbagai disiplin ilmu yang
berkaitan dengan ilmu kesehatan. Di dalam prosiding ini diungkap beberapa
permasalahan yang mencakup kemajuan dan perkembangan litbang ilmu pengetahuan
di bidang kesehatan. Laporan hasil penelitian dalam prosiding ini diharapkan dapat
menjadi bahan referensi ilmiah dalam meningkatkan penelitian dan pengembangan
iptek bidang kesehatan di masa mendatang guna mendukung pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan yang lebih luas.
Akhirnya kami berharap, semoga prosiding ini menjadi acuan yang
bermanfaat bagi berbagai pihak untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang
kesehatan diseluruh Indonesia.

Yogyakarta, Maret 2018

Alpha Olivia Hidayati S.Si., M.P.H

iv
ISSN 2620-8040

DAFTAR ISI

Halaman Cover i
Editor ii
Pengantar Editor iii
Sambutan Kepala Prodi D3 Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi iv
Daftar isi v-vi
PENGARUH PENERAPAN METODE DISCHARGE PLANNING TERHADAP 1-7
KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN STROKE
Jennifa, Agus Santoso
Prodi Magister Keperawatan Universitas Diponegoro

SUPERVISI KLINIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DOKUMENTASI 8-13


ASUHAN KEPERAWATAN
Regista Trigantara
Prodi Magister Keperawatan Universitas Diponegoro

UPAYA DALAM MENGURANGI ABSENTEEISME TENAGA PERAWAT 14-19


PADA ORGANISASI KERJA
Amalia Mastuty
Prodi Magister Keperawatan Universitas Diponegoro

MOTIVASI MEMBERIKAN ASI DAN PERILAKU MENYUSUI DI BANTUL 20-27


YOGYAKARTA
Reni Merta Kusuma, Ristiana Eka Ariningtyas
STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

HUBUNGAN KESEIMBANGAN TUBUH DENGAN FREKUENSI JATUH 28-37


PADA LANSIA DI BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA
ABIYOSO YOGYAKARTA
Siti Arifah
STIKES Guna Bangsa Yogyakarta

HUBUNGAN PEMBERIAN SUPLEMEN ANTIOKSIDAN VITAMIN A, C DAN 38-43


E TERHADAP PENANGANAN KNEE OSTEOARTHRITIS : RADIOGRAPHIC
PROGRESSION KNEE OSTEOARTHRITIS
Alpha Olivia Hidayati
STIKES Guna Bangsa Yogyakarta

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN HIV/AIDS DI INDONESIA 44-50


MENGGUNAKAN ANALISIS CLUSTER HIERARKI PADA TRIWULAN 1 TAHUN
2016
Defi Istiyani, Ginanjar Zakiah, Moh Khuailid Yusuf, Annisa Selma Timur Patria, Ika
Fatati Noviara, Edy Widodo
Universitas Islam Indonesia-Yogyakarta

v
ISSN 2620-8040

PENGUJIAN KINERJA PESAWAT MAGNETIC RESONANCE IMAGING DI 51-59


PROVINSI BALI
Gusti Bagus Yudhi Jaya Putra Atmaja
RS.Kasih Ibu Tabanan Bali

PENGUKURAN LAJU PAPARAN RADIASI DAN KEBOCORAN PESAWAT 60-64


SINAR-X DI LABORATORIUM RADIOLOGI STIKES GUNA BANGSA
YOGYAKARTA MENGGUNAKAN SURVEYMETER RANGER
Ayu Wita Sari
STIKES Guna Bangsa Yogyakarta

vi
PROSIDING
SEMINAR REGIONAL RADIOLOGI I
Yogyakarta, 27 Januari 2018

SYSTEMATIC REVIEW PENGARUH PENERAPAN METODE DISCHARGE


PLANNING TERHADAP KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN
STROKE

Jennifa, S.Kep., Ns, Agus Santoso, S.Kp., M.Kep


Program Studi Magister Keperawatan Universitas Diponegoro
jejenni09@gmail.com

ABSTRAKS

SYSTEMATIC REVIEW PENGARUH PENERAPAN METODE DISCHARGE PLANNING


TERHADAP KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN STROKE. Stroke saat ini
merupakan penyebab kematian kedua terbanyak di seluruh dunia setelah penyakit jantung dan
menempati urutan pertama dalam hal penyebab kecacatan fisik. Terdapat lebih dari 5 juta pasien
stroke hidup, 50% sampai 70% pasien dapat kembali seperti kondisi semula dan sebanyak 30%
mengalami cacat permanen. Sebagian besar pasien stroke tersebut dirawat oleh anggota keluarganya
dirumah. Pemberian informasi yang adekuat melalui program discharge planning dapat
meminimalkan kejadian yang tidak diinginkan, sehingga pendidikan kesehatan yang diberikan oleh
perawat kepada pasien dan keluarga sangat dibutuhkan untuk merencanakan kesiapan pemulangan
pasien. Systematic review bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode discharge
planning terhadap kesiapan keluarga dalam merawat pasien stroke. Systematic review ini
dilaksanakan dengan melakukan penelusuran artikel publikasi pada Ebsco, Pubmed, dan Google
Scholar. Artikel yang sesuai kemudian dilakukan penilaian kualitas studi dengan menggunakan
Critical Appraisal Skills Programe (CASP). Artikel yang direview sebanyak 3 artikel dengan kualitas
tinggi. Discharge planning yang dilakukan menggunakan berbagai metode pendekatan yang berbeda
meliputi penggunaan Audio Visual Aids, pendekatan Family-centered approach model, dan
pendekatan family centered nursing. Penerapan discharge planning berpengaruh terhadap kesiapan
keluarga merawat pasien stroke. Dischare planning dengan pendekatan Family Centered Nursing
merupakan metode yang signifikan meningkatkan kesiapan keluarga dalam merawat pasien stroke.

Kata Kunci : Discharge Planning, Family Readiness, dan Stroke Patient

PENDAHULUAN
Stroke adalah suatu keadaan yang fisik (Apriwanto, 2008). Orang Amerika
timbul karena terjadi gangguan peredaran yang mengalami stroke baru dan stroke
darah di otak yang menyebabkan berulang setiap tahunnya diperkirakan
terjadinya kematian jaringan otak mencapai sekitar 780.000 orang. Terdapat
sehingga penderita menderita kelumpuhan lebih dari 5 juta pasien stroke hidup, 50%
atau kematian [6]. Stroke saat ini sampai 70% pasien dapat kembali seperti
merupakan penyebab kematian kedua kondisi semula dan sebanyak 30%
terbanyak di seluruh dunia setelah mengalami cacat permanen. Sebagian
penyakit jantung dan menempati urutan besar pasien stroke tersebut dirawat oleh
pertama dalam hal penyebab kecacatan anggota keluarganya dirumah. Rata-rata

Jennifa, dkk PISSN 2620-8040 Page 1


SYSTEMATIC REVIEW PENGARUH PENERAPAN METODE DISCHARGE PLANNING
TERHADAP KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN STROKE

waktu bertahan setelah stroke pertama terdekat pasien. Mereka harus benar-benar
bagi individu usia 60-69 tahun adalah 6,8 siap dengan segala sesuatu yang harus
tahun untuk pria dan 7,4 tahun untuk mereka lakukan nanti ketika pasien
wanita. Pasien yang berusia lebih tua dari dipulangkan dari rumah sakit [6].
usia 80 tahun rata-rata waktu bertahan 1,8 Peran keluarga sangat penting
tahun untuk pria dan 3,1 tahun untuk dalam tahap-tahap perawatan kesehatan,
wanita [5]. Menurut WHO (2013), mulai dari tahapan peningkatan kesehatan,
Indonesia telah menempati peringkat ke- pencegahan, pengobatan, sampai dengan
97 dunia untuk jumlah penderita stroke rehabilitasi. Dukungan sosial dan
terbanyak dengan jumlah angka kematian psikologis sangat diperlukan oleh setiap
mencapai 138.268 orang atau 9,70% dari individu di dalam setiap siklus kehidupan,
total kematian yang terjadi pada tahun dukungan sosial akan semakin dibutuhkan
2013. pada saat seseorang sedang menghadapi
Jumlah penderita penyakit stroke di masalah atau sakit, disinilah peran anggota
Indonesia tahun 2013 berdasarkan keluarga diperlukan untuk menjalani
diagnosis tenaga kesehatan (Nakes) masa-masa sulit dengan cepat [2]. Salah
diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang satu dukungan keluarga yang dapat di
(7,0%), sedangkan berdasarkan diagnosis berikan yakni dengan melalui perhatian
Nakes/gejala diperkirakan sebanyak secara emosi, diekspresikan melalui kasih
2.137.941 orang (12,1%). Berdasarkan sayang dan motivasi anggota keluarga
diagnosis Nakes maupun diagnosis/ yang sakit agar terus berusaha mencapai
gejala, Provinsi Jawa Barat memiliki kesembuhan [8].
estimasi jumlah penderita terbanyak yaitu Perawat mempunyai peranan yang
sebanyak 238.001 orang (7,4%) dan sangat besar dalam memberikan dukungan
533.895 orang (16,6%), sedangkan dan asuhan keperawatan pada pasien
Provinsi Papua Barat memiliki jumlah stroke dan keluarganya. Peranan perawat
penderita paling sedikit yaitu sebanyak dimulai dari tahap akut hingga tahap
2.007 orang (3,6%) dan 2.955 orang rehabilitasi serta pencegahan terjadinya
(5,3%). komplikasi pada pasien stroke, sedangkan
Stroke adalah penyakit yang peran utama perawat terhadap keluarga
membutuhkan perawatan jangka panjang pasien adalah meningkatkan koping
(long-term support). Hal ini dikarenakan keluarga melalui penyuluhan kesehatan.
adanya tingkat ketergantungan yang tinggi Dalam menigkatkan kesiapan
pada pasien stroke yang disebabkan oleh keluarga dalam melakukan perawatan bagi
kecacatan mereka. Oleh karena itu pasien post stroke, sangat bergantung pada
perawatan jangka panjang perlu diberikan kualitas penatalaksanaan dan asuhan yang
untuk memperbaiki kualitas hidup pasien, diberikan. Sehingga dibutuhkan peran
baik setelah pasien dipulangkan atau serta tenaga kesehatan dalam hal ini
dipindahkan ke fasilitas kesehatan yang adalah perawat. Perawat melibatkan
lainnya. Orang yang paling berperan keluarga agar memiliki pemahaman
penting dalam pelaksanaan perawatan tentang proses penyakitnya, mengetahui
jangka panjang adalah keluarga atau orang cara penanganan serta kontinuitas
2| PISSN 2620-8040 Jennifa, dkk
SYSTEMATIC REVIEW PENGARUH PENERAPAN METODE DISCHARGE PLANNING
TERHADAP KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN STROKE

perawatan pada fase rehabilitasi dan intervensi) adalah discharge planning


adaptasi yang disusun dalam suatu dengan pendekatan khusus. C
discharge planning (Almborg el al, 2009). (Pembanding) adalah kelompok kontrol
Discharge planning adalah dengan sesuai standar RS. O (Tipe
mempersiapkan pasien untuk outcome) adalah kesiapan keluarga.
mendapatkan kontinuitas perawatan baik b. Kriteria ekslusi yaitu artikel tentang
dalam proses penyembuhan maupun discharge planning pada keluarga
dalam mempertahankan derajat pasien selain penyakit stroke.
kesehatannya sampai pasien merasa siap
Strategi Pencarian Literatur
untuk kembali ke lingkungannya dan
harus di mulai sejak awal pasien datang ke Artikel penelitian yang akan
pelayanan kesehatan (Cawthorn, 2005). dilakukan review dicari melalui Ebsco,
Discharge planning yang belum Pubmed, dan Google Scholar. Pencarian
berjalan optimal dapat mengakibatkan melalui Ebsco dan Pubmed dilakukan
kegagalan dalam program perencanaan menggunakan advance search dengan kata
perawatan pasien di rumah dan akan kunci Discharge Planning, Family
mempengaruhi tingkat ketergantungan Readiness, dan Stroke Patient. Setelah
pasien, dan tingkat keparahan pasien saat dilakukan pencarian ditemukan artikel 21
di rumah. Perencanaan pulang bertujuan pada Ebsco dan 77 artikel pada Pubmed.
untuk membantu pasien dan keluarga Langkah selanjutnya adalah dengan
dapat memahami permasalahan dan upaya melakukan screening untuk mendapatkan
pencegahan yang harus di tempuh artikel yang full-text dalam bentuk pdf dari
sehingga dapat mengurangi resiko tahun 2006-2016. Pada langkah ini
kekambuhan. Tujuan Penelitian ini yaitu ditemukan 6 artikel pada Ebsco dan 48
mengetahui pengaruh penerapan artikel pada Pubmed. Pencarian melalui
discharge planning terhadap kesiapan google scholar ditemukan 86 artikel.
keluarga dalam merawat pasien stroke. Setelah dilakukan screening maka
ditemukan 62 artikel yang dianggap
METODE PENELITIAN
memenuhi kriteria peneliti.
Design Semua judul artikel yang dianggap
Metode yang digunakan yaitu sesuai dengan tujuan penelitian kemudian
dengan systematic review, dengan mencari dijadikan satu dan dilakukan screening
artikel penelitian dengan beberapa kriteria apakah judul artikel tersebut sama atau
pencarian dan kata kunci, kemudian tidak. Setelah dilakukan screening
dilakukan review dari semua artikel terdapat 5 artikel yang judulnya sama.
tersebut. kemudian 5 artikel ini di screening
berdasarkan eligibility sesuai dengan
Kriteria Inklusi dan Ekslusi
kriteria inklusi dan ekslusi. Berdasarkan
a. Kriteria inklusi dari artikel yang dicari, kriteria inklusi dan ekslusi didapatkan 3
yaitu dengan konsep PICO berikut ini: artikel yang kemudian dilakukan review.
P (Tipe participant/responden) adalah Strategi pencarian literatur dalam
keluarga dari pasien stroke. I (Tipe
3| PISSN 2620-8040 Jennifa, dkk
SYSTEMATIC REVIEW PENGARUH PENERAPAN METODE DISCHARGE PLANNING
TERHADAP KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN STROKE

systematic review ini ditunjukkan dalam Desain penelitian dari 3 artikel yang
tabel 1. dilakukan review adalah 2 artikel dengan
Tabel 1. Strategi Pencarian Literatur
desain RCT (Randomized Control Trial)
Mesin pencari Ebsco Pubmed Google dan 1 artikel dengan desain Quasi
Host Scholar Eksperiment. Tahun publikasi yaitu 2
Hasil penelusuran 21 77 86
artikel di publikasi tahun 2006 dan 1
Fulltext,pdf,2006-2016 6 48 62
Judul yang sama 2 2 1 artikel di publikasi tahun 2015.
Eligible sesuai kriteria 1 1 1 Karakteristik studi ditampilkan dalam
inklusi dan ekslusi
tabel 2.
Result 3
Tabel 2. Karakteristik Studi
Metode Pengkajian Kualitas Studi Author Participants Intervensi Outcome
Dalam melakukan pengkajian Utama Kontrol
(Discharge
kualitas studi dari artikel yang di review, planning)
penulis menggunakan TOOLS yang Giosa Intervensi (n Menggunakan Media p < 0,020
et al = 23) media audio visual (sangat
dikembangkan oleh Critical Appraisal
(2006) Kontrol(n= visual aids aids signifika
Skills Programme (CASP) yang diakses 22) n)
dari www.casp-uk.net . Hasil kualitas Keluarga dari
pasien stroke
studi ini tidak akan mempengaruhi hasil Lutz BJ Intervensi (n Family- Dischar p < 0,001
sistematic review, pengkajian kualitas (2006) = 20) centered ge (sangat
studi hanya digunakan untuk melihat Kontrol(n= approach plannin signifika
20) model g sesuai n)
seberapa jauh tingkat atau kualitas artikel Keluarga dari standar
yang digunakan. pasien stroke. RS.
Damaw Intervensi (n Family Dischar p < 0,009
Cara Ekstraksi Data iyah = 14) Centered ge (Sangat
(2015) Kontro(n= Nursing plannin signifika
Ekstraksi data dilakukan oleh 14) g sesuai n)
mahasiswa Program Studi Magister Keluarga dari standar
pasien stroke. RS.
Keperawatan Universitas Diponegoro
angkatan 2016. Data diekstraksi dengan
Metode Penerapan Discharge Planning
melihat isi artikel. Ekstraksi ini
menganalisa data berdasarkan 4 tema Metode penerapan discharge
yaitu Author, Participan, Intervention, dan planning yang digunakan pada masing-
Outcome. masing artikel memiliki perbedaan.
Sintesis Data Pengaruh discharge planning yang
Data-data ditampilkan secara dilakukan dengan media audio visual aids
naratif. Penyajian data meliputi [4]. Discharge planning dengan
karakteristik artikel, intervensi discharge pendekatan Family-centered approach
planning, dan kesiapan keluarga setelah di model dengan tahapan melakukan
lakukan discharge planning. pengkajian dan analisa kemampuan
keluarga dalam melakukan perawatan
HASIL
pada pasien stroke [7]. Lalu melakukan
Karakteristik studi
discharge planning sesuai dengan hasil
4| PISSN 2620-8040 Jennifa, dkk
SYSTEMATIC REVIEW PENGARUH PENERAPAN METODE DISCHARGE PLANNING
TERHADAP KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN STROKE

analisa tentang kebutuhan keluarga dalam terkait perawatan pasien stroke di rumah.
melakukan perawatan pada pasien stroke. Video yang diberikan rata-rata berdurasi
Penelitian dengan melakukan discharge 10-15 menit untuk setiap materi yang
planning menggunakan pendekatan disampaikan. Kekurangan metode
Family Centered Nursing yaitu keluarga discharge planning yang menggunakan
difasilitasi untuk dapat menjadi pusat audio visual aids adalah apabila keluarga
keperawatan yang dapat memberikan yang merawat pasien stroke sudah berusia
perawatan kepada anggota keluarga yang lanjut dan telah memiliki gangguan pada
sakit [1]. Hal ini didasarkan dari sistem persepsi sensori [4].
perspektif bahwa keluarga adalah unit Pada penelitian discharge planning
dasar dari perawatan individu dalam dengan pendekatan Family-centered
keluarga. approach model juga menunjukkan
pengaruh yang signifikan. Penerapan tidak
Hasil Penerapan Discharge Planning
memerlukan alat khusus untuk
Dari ketiga artikel yang telah di melakukannya. Intervensi dilakukan
review, didapatkan hasil bahwa penerapan dengan melakukan pengkajian dan analisa
discharge planning berpengaruh dalam kemampuan keluarga dalam melakukan
meningkatkan kesiapan keluarga dalam perawatan pada pasien stroke [7]. Lalu
merawat pasien stroke, dengan nilai p melakukan discharge planning sesuai
sangat signifikan. dengan hasil analisa tentang kebutuhan
PEMBAHASAN keluarga. Family-centered approach
model hanya terbatas terhadap hasil
Kelebihan dan Kekurangan Artikel pengkajian dan analisa kemampuan
Kelebihan artikel penelitian yang di keluarga yang diperoleh perawat
review adalah keseluruhan artikel sebelumnya. Peran keluarga dalam
menunjukkan bahwa penerapan discharge melakukan perawatan langsung terhadap
planning menunjukkan hasil yang pasien selama di rumah sakit kurang
signifikan terhadap kesiapan keluarga difasilitasi.
dalam merawat pasien stroke. Intervensi dengan pendekatan
Intervensi discharge planning yang Family Centered Nursing, dilakukan
dilakukan dengan menggunakan media dengan memfasilitasi keluarga untuk dapat
audio visual aids menunjukkan hasil yang menjadi pusat keperawatan yang dapat
signifikan terhadap kesiapan keluarga. memberikan perawatan kepada anggota
Penggunaan audio visual aids efektif keluarga yang sakit. Keluarga diberikan
sebesar 86% untuk dalam meningkatkan informasi kesehatan tidak hanya saat
pemahaman keluarga saat diberikan pasien akan pulang. Tetapi sejak awal
informasi kesehatan tentang perawatan perawatan pasien. Keluarga juga di
pasien stroke [4]. Pada metode ini libatkan selama proses perawatan pasien
discharge planning diberikan dengan di rumah sakit. Sehingga tingkat
media audio-visual, menggunakan sebuah kemandirian keluarga dalam perawatan
video yang berisi tentang segala informasi pasien dirumah meningkat [1].

5| PISSN 2620-8040 Jennifa, dkk


SYSTEMATIC REVIEW PENGARUH PENERAPAN METODE DISCHARGE PLANNING
TERHADAP KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN STROKE

Kelebihan dan Kekurangan Review yang ada dengan baik sehingga tahap
kemandirian keluarga yang tertinggi
Kelebihan dari review ini adalah
dalam melakukan perawatan pada pasien
keanekaragaman metode pendekatan yang
dapat tercapai.
yang digunakan dalam penerapan
discharge planning dapat dipilih untuk DAFTAR PUSTAKA
dapat diimplementasikan di pelayanan
[1] Damawiyah. 2015. Pengaruh
kesehatan. Artikel penelitian yang
Penerapan Discharge Planning
dilakukan review dilaksanakan di
Dengan Pendekatan Family Centered
beberapa negara yang berbeda yaitu
Nursing Terhadap Motivasi dan
Amerika, Canada, dan Indonesia.
Kesiapan Keluarga Dalam Merawat
Sehingga diharapkan penerapan discharge
Pasien Stroke Pasca Akut di RS.
planning dapat dengan mudah untuk
Islam Surabaya. Tesis. Magister
diimplementasikan di pelayanan kesehatan
Keperawatan. Universitas Indonesia.
yang ada di Indonesia. Kekurangan dari
[2] Effendi, F & Mahfudi. Keperawatan
proses review ini adalah hanya melakukan
Kesehatan Komunitas Cetakan
review pada 3 artikel penelitian saja. 2
Pertama. Jakarta : Salemba Medika.
artikel penelitian RCT dan 1 artikel
2009.
penelitian quasi experiment. Bisa yang
[3] Febrie. Gambaran Fungsi Kognitif
dapat terjadi yaitu tingkat subjektifitas
Pada Pasien Stroke Post Opname di
dalam review ini. Karena review hanya
Poliklinik.
dilakukan oleh satu reviewer saja,
http://www.Academia.edu.2013.
sehingga tidak ada proses diskusi.
Diakses tanggal 03 Desember 2016.
[4] Giosa et al. 2006. An Examination of
KESIMPULAN
Family Caregiver Experiences
Penerapan discharge planning dapat during Care Transitions of Stroke
meningkatkan kesiapan pasien dan Patient.
keluarga secara fisik, psikologis, dan [5] Haugh. Long-term Care for The
sosial ; meningkatkan kemandirian klien Stroke Patient in Family Home Care.
dan keluarga ; meningkatkan perawatan http://www.annalsoflongtermcare.co
yang berkelanjutan pada pasien ; m/article/9026.2018. Diakses tanggal
membantu pasien dan keluarga memiliki 03 Desember 2014.
pengetahuan dan keterampilan serta sikap [6] Lanny. All About Stroke Hidup
dalam memperbaiki serta Sebelum dan Pasca Stroke. Jakarta :
mempertahankan status kesehatan pasien. PT. Elex Media Komputindo. 2013.
Berbagai metode dapat digunakan dalam [7] Lutz BJ et al. 2006. Improving Stroke
penerapan discharge planning pada Caregiver Readiness for Transition
keluarga dengan pasien stroke. Salah satu From Inpatient Rehabilitation to
metode yang paling efektif adalah Family Home.
Centered Nursing. Diharapkan penerapan [8] Ratna,W. Sosiologi dan Antropologi
discharge planning dapat dilakukan Dalam Perspektif Ilmu Keperawatan.
dengan menerapkan metode - metode Yogyakarta : Pustaka Rihana.2010.
6| PISSN 2620-8040 Jennifa, dkk
SYSTEMATIC REVIEW PENGARUH PENERAPAN METODE DISCHARGE PLANNING
TERHADAP KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN STROKE

Shanti Retno wulansari


TANYA JAWAB Seberapa besar peran keluarga dalam
Siti Arifah merawat pasien stroke di rumah?
Apakah metode discharge planning sudah
diterapkan secara baik untuk setiap rumah Jennifa
sakit? Bisa membantu ADL (activity day living),
Jennifa mengontrol konsumsi obat secara rutin
Ada yang sudah menerapkan dan dan melatih pergerakkan otot, serta
sebagian belum menerapkan memotivasi pasien.

7| PISSN 2620-8040 Jennifa, dkk


PROSIDING
SEMINAR REGIONAL RADIOLOGI I
Yogyakarta, 27 Januari 2018

SUPERVISI KLINIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DOKUMENTASI


ASUHAN KEPERAWATAN

Regista Trigantara
Program Studi Magister Keperawatan Universitas Diponegoro
nurse1regista@gmail.com

ABSTRAKS
SUPERVISI KLINIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DOKUMENTASI ASUHAN
KEPERAWATAN. Pendampingan/supervisi dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan
dapat dilakukan supaya seluruh anggota ruangan memiliki kesempatan yang sama memperoleh
pendampingan. Supervisi adalah proses pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan untuk
memastikan apakah kegiatan tersebut berjalan sesuai tujuan organisasi dan standar yang telah
ditetapkan. Supervisi dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan yang cakap dalam bidang yang
disupervisi. Supervisi biasanya dilakukan oleh atasan terhadap bawahan atau konsultan terhadap
pelaksana. Manajer keperawatan atau kepala ruang memiliki tanggung jawab dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan yang efektif serta aman kepada sejumlah pasien dan memberikan kesejahteraan
fisik, emosional dan kedudukan bagi perawat. Sistematik review ini dilaksanakan dengan melakukan
penelusuran artikel publikasi pada CINAHL, MEDLINE, dan Google Scholar dengan kata kunci:
Clinical Supervision dan Nursing Care Documentation Quality . Sedangkan untuk penelusuran dengan
Google Scholar menggunakan kalimat Clinical Supervision for improved nursing care documentation
quality. Penelusuran dibatasi terbitan 2006-2016, dapat diakses fulltext dalam format pdf dengan
desain penelitian kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan pada mahasiswa keperawatan. Artikel yang
sesuai kemudian dilakukan penilaian kualitas studi menggunakan TOOLS dari CASP. Artikel yang
direview sebanyak 3 buah artikel dengan kualitas tinggi. Supervisi klinis Model Proctor yaitu fungsi
formatif, normatif, dan restoratif untuk meningkatkan kemampuan supervisor ruangan melaksanakan
supervisi klinis Model Proctor terhadap peningkatan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan
Kata Kunci: Clinical Supervision, and Nursing Care Documentation Quality

PENDAHULUAN
Setiap pelaksanaan proses dapat diandalkan sebagai catatan tentang
keperawatan, perawat akan selalu melakukan bukti bagi individu yang berwenang.
pencatatan atau sering disebut Dokumentasi yang baik mencerminkan tidak
pendokumentasian, mulai dari pengkajian, hanya kualitas perawatan tetapi juga
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan membuktikan pertanggunggugatan setiap
evaluasi. Dokumentasi merupakan aspek anggota tim perawat dalam memberikan
penting dari praktik keperawatan karena perawatan (Potter & Perry, 2005).
berisi catatan-catatan yang berguna untuk
Dokumentasi yang akurat adalah salah
komunikasi, tagihan finansial, edukasi,
satu pertahanan diri yang terbaik terhadap
pengkajian, riset, audit dan dokemenatasi
tuntutan yang berkaitan dengan asuhan
legal. Dokumentasi didifinisikan sebagai
keperawatan.
segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang

Regista Trigantara PISSN 2620-8040 8


Supervisi Klinis Untuk Meningkatkan Kualitas Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan dapat saja berjalan Supervisi klinis mencakup beberapa


dengan sangat baik, namun asuhan aspek yaitu pengarahan, observasi, pemberian
keperawatan yang tidak didokumetasikan motivasi dan evaluasi. Supervisi klinis
berarti asuhan yang tidak dilakukan dalam dikonseptualisasi mempunyai 4 tujuan yaitu
peradilan hukum (Perry & Potter, 2005). membantu supervisee tumbuh dan
Penelitian yang berhubungan dengan berkembang, melindungi dari
pendokumentasian asuhan keperawatan ketidaksejahteraan klien, memonitor
dilakukan oleh Pribadi (2009) yang didapatkan penampilan supervisee dan sebagai sebuah
hasil bahwa pelaksanaan dokumentasi asuhan penjagaan profesi. Supervisi klinis berperan
keperawatan di RSUD Kelet Jepara dalam untuk mendorong supervisee melakukan
kategori baik 58,1% dan kategori tidak baik evaluasi sendiri dan mencapai tujuan sebagai
41,9%. Selain itu menurut Mastini, 2013 sebuah profesional yang mandiri. (Butterworth
temuan di salah satu rumah sakit yang berada & Faugier, 2013; Corey, 2013; Lynch et al.,
di Bali menunjukkan formulir dokumentasi 2009).
keperawatan yang telah disiapkan tidak tuntas Supervisi klinis dapat membantu
atau tidak terisi lengkap. Ditemukan rata-rata perawat mengeksplorasi kontribusi
perbulan rekam medis yang tidak lengkap perkembangan praktik keperawatan dan
antara 5 sampai 10 rekam medis setelah pasien implementasi dalam praktik keperawatan
pulang rawat inap di IRNA. (Butterworth & Faugier, 2013). Supervisi
Perawat dalam melaksanakan tugas klinis juga terbukti mampu membuat seorang
sehari-hari dipimpin oleh seorang kepala perawat bekerja dengan profesional, kompeten
ruang. Kaitannya dengan dokumentasi asuhan dan tanggung jawab. Supervisi klinis efektif
keperawatan tersebut, kepala ruangan untuk mengembangkan potensi individu baik
memiliki tugas untuk memberikan pengetahuan, skill dan sikap dan kompetensi
pendampingan /supervisi terhadap anggota dalam perawatan pasien.(Bormann &
ruangannya karena sebagian besar hasil dari Abrahamson, 2014; Casillas et al., 2014; Scott
audit dokumentasi masih kurang dari nilai 75 Tilley, 2008). Tujuan dari penelitian ini adalah
(Keliat, 2012). Pendampingan / supervisi untuk mengetahui seberapa efektif supervisi
dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan klinis dalam peningkatan kualitas dokumentasi
keperawatan dapat dilakukan supaya seluruh asuhan keperawatan.
anggota ruangan memiliki kesempatan yang METODE
sama memperoleh pendampingan. Menurut Design
Keliat (2012) supervisi adalah proses Metode yang digunakan yaitu dengan
pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan sistematik review, dimana artikel penelitian
untuk memastikan apakah kegiatan tersebut dicari dengan beberapa criteria pencarian dan
berjalan sesuai tujuan organisasi dan standar kata kunci, kemudian dilakukan review dari
yang telah ditetapkan. semua artikel tersebut.
Supervisi klinis diperlukan untuk Kriteria Inklusi dan Eksklusi
mendapatkan sebuah praktik profesional Kriteria Inklusi dari artikel yang
sebagai bagian dari sistem pelayanan dicari yaitu : tipe participant/responden (P)
kesehatan yang dapat membuat seseorang adalah perawat pelaksana. Tipe intervensi (I)
merefleksikan praktik dengan dukungan dari yaitu supervisi klinis dan tidak menggunakan
supervisor. Dalam sebuah proses refleksi dapat intervensi pembanding (C). Tipe outcame (O)
dikembangkan skill, pengetahuan dan yang diukur yaitu kualitas dokumentasi asuhan
pemahaman dari praktik yang dijalankan (Care keperawatan.
et al., 2013; Jones, 2006).
9| PISSN 2620-8040 Regista Trigantara
Supervisi Klinis Untuk Meningkatkan Kualitas Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Tipe Studi adalah Randomized Control Trials Metode Pengkajian Kualitas Studi
(RCT). Kriteria Eksklusi yaitu: artikel yang TOOLS yang dikembangkan oleh
tidak menggunakan bahasa inggris. Critical Appraisal Skills Programme
(CASP)digunakan penulis untuk mengkaji
Strategi Pencarian Literatur kualitas studi di akses dari www.casp-uk.net.
Artikel pencarian dicari melalui Critical Appraisal dilakukan oleh satu orang
CINAHL, MEDLINE, dan Google Scholar. yang sedang menjalani studi S2 Keperawatan
Pencarian melalui CINAHL, dan MEDLINE semester 3 di Universitas Diponegoro
dilakukan menggunakan advanced search angkatan 2016. Hasil kualitas studi ini tidak
dengan kata kunci Clinical Supervision dan akan mempengaruhi sistematik review,
Nursing Care Documentation Quality. Setelah pengkajian kualitas studi hanya digunakan
dilakukan pencarian ditemukan 48 artikel pada untuk melihat sejauh mana tingkat atau
CINAHL, dan 13 artikel pada MEDLINE. kualitas artikel yang digunakan.
Langkah selanjutnya adalah dengan
melakukan screening untuk mendapatkan Sintesis Data
artikel yang full text dalam bentuk pdf dari Data-data akan ditampilkan secara
tahun 2005-2017. naratif. Penyajian data meliputi karakteristik
Pada langkah ini ditemukan 20 artikel artikel, metode supervisi yang digunakan dan
pada CINAHL, dan 6 artikel pada MEDLINE. hasil setelah dilakukan supervisi.
Pencarian melalui google scholar dengan
menggunakan kalimat Clinical Supervision for Tabel 1. Strategi pencarian Literature
improved nursing care documentation quality Mesin Pencari CINAHL MEDLI Google
dan ditemukan ada 1460 artikel. Karena NE Scholar

keterbatasan waktu analisis peneliti maka Hasil penelusuran 48 13 16.000


artikel yang diidentifikasi judulnya hanya
Fulltext, pdf, 2006- 20 6 1460
sampai pada page 20. Setelah diidentifikasi
2016
judulnya maka ditemukan 21 artikel yang Judul yang sama 15 5 21
dianggap memenuhi criteria peneliti. Semua
Eligible sesuai 1 1 1
judul artikel yang dianggap sesuai dengan
dengan criteria
tujuan penelitian inklusi dan eksklusi
kemudian dijadikan satu dan RESULT 3
dilakukan screening apakah judul pada artikel
tersebut ada yang sama atau tidak. Setelah
dilakukan screening didapatkan ada 41 artikel
yang memiliki judul yang sama. Ke- 41 artikel
ini kemudian di screening berdasarkan
eligibility sesuai dengan criteria inklusi dan
eksklusi. Berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi di dapatkan 3 artikel untuk
selanjutnya dilakukan review. Adapun strategi
pencarian literature tadi dapat dilihat pada
tabel 1.

10 | PISSN 2620-8040 Regista Trigantara


Supervisi Klinis Untuk Meningkatkan Kualitas Dokumentasi Asuhan Keperawatan

HASIL 1) proses evaluasi yang ideal dari rencana


Hasil Penerapan Metode Supervisi Klinis kegiatan yang sudah dilakukan; 2) konsistensi;
Secara umum banyak manfaat dari 3) saranan brainstroming atau diskusi yang
implementasi supervisi klinis Model Proctor, baik; 4) peningkatan kualitas pelayanan; 5)
penelitian White et al dalam Lynch et al mempermudah pelaksanaan tindakan nyata
menjelaskan manfaatnya diantaranya adalah: terkait isi terbaru.
1) proses evaluasi yang ideal dari rencana Fungsi formatif berfokus pada
kegiatan yang sudah dilakukan; 2) konsistensi; pengembangan pengetahuan dan ketrampilan
3) saranan brainstroming atau diskusi yang staf sehingga terjadi integrasi antara teori dan
baik; 4) peningkatan kualitas pelayanan; 5) kegiatan praktik.
mempermudah pelaksanaan tindakan nyata Fungsi restoratif adalah fungsi saling
terkait isi terbaru. Lynch, et al., (2008) memberi dukungan atau motivasi, diperlukan
menjelaskan kelebihan model Proctor hubungan yang baik antara supervisor dan staf
dibanding yang lain diantaranya adalah proses juga didukung iklim kerja yang baik sehingga
evaluasi yang ideal dari rencana kegiatan yang timbul saling menerima, dihargai, memberikan
sudah dilakukan, konsistensi, sarana rasa aman, mencegah konflik sehingga tujuan
branstorming atau diskusi yang baik, supervisi akan tercapai. Pitman, Allen dan
peningkatan kualitas pelayanan, dan Armoel; Brunero dan Punbury; Zakiyah
meningkatkan pelaksanakan kegiatan menyatakan, proses dari kegiatan supervisi
diruangan. Penelitian Carney menyatakan klinis Model Proctor yaitu sebagai berikut:
supervisi model Proctor dapat di terima oleh Fungsi Normatif
sebagian besar perawat sehingga layak untuk Komponen ini dapat dicapai oleh
di terapkan dalam pelayanan keperawatan supervisor yang memiliki persepsi positif
(Carney, 2005). untuk staf yang disupervisi, dihubungkan
PEMBAHASAN dengan kemampuan supervisor untuk
Supervisi klinis Model Proctor mempertahankan kinerja staf yang baik
dikembangkan oleh Brigid Proctor, merupakan dengan cara menciptakan lingkungan kerja
model supervisi klinis paling populer di yang kondusif, membuat suatu perencanaan,
Inggris dan hampir semua pelatihan supervisi mengidentifikasi kebutuhan dan
klinis menggunakan model ini. Pelaksanaan permasalahan yang diperlukan untuk
pelatihan ini menggunakan Model Proctor memberikan dukungan lebih lanjut.
karena model ini relatif lebih lengkap dan Fungsi Formatif
merangkum beberapa ciri dari model yang ada Komponen ini berfokus pada
serta berbagai penelitian. pengembangan pengetahuan dan
Tiga fungsi supervisi klinis Model ketrampilan staf sehingga menunjukkan staf
Proctor yaitu fungsi formatif, normatif, dan bekerja sesuai dengan standar yang berlaku
restoratif untuk meningkatkan kemampuan sebagai aspek tanggung jawab dalam
supervisor ruangan melaksanakan supervisi melakukan praktik. Kondisi ini dapat
klinis Model Proctor terhadap peningkatan dicapai melalui refleksi pada praktik yang
kualitas dokumentasi asuhan keperawatan. sudah dilakukan dengan dukungan dan
Secara umum banyak manfaat dari menciptakan lingkungan yang kondusif. Hal
implementasi supervisi klinis Model Proctor, ini merupakan tanggung jawab bersama dari
penelitian White et al dalam Lynch et al supervisor dan staf yang disupervisi.
menjelaskan manfaatnya diantaranya adalah:

11 | PISSN 2620-8040 Regista Trigantara


Supervisi Klinis Untuk Meningkatkan Kualitas Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Adapun tugas dari supervisor Sehingga perawat dapat termotivasi


adalah; 1) mengkaji kinerja staf yang untuk melaksanakan kegiatan kepada pasien
melakukan kegiatan; 2) memonitor yang sesuai standar. Aplikasi fungsi normatif
kepatuhan terhadap kode etik dan standar dalam supervisi model Proctor dapat dicapai
yang berlaku; 3) memberikan tantangan oleh supervisor yang memiliki persepsi positif
dalam praktik apabila diperlukan; 4) untuk staf yang disupervisi, dihubungkan
memberikan kritik yang konstruktif; 5) dengan kemampuan supervisor untuk
memberikan umpan balik yang jujur; mempertahankan kinerja staf yang baik
6)mengidentifikasi pencapaian staf yang dengan cara menciptakan lingkungan kerja
melakukan tindakan; 7) memberikan solusi; yang kondusif, menyusun dan
8) menjadi role model; 9) mengidentifikasi mensosialisasikan suatu perencanaan,
pemecahan masalah atau rencana tindak mengidentifikasi kebutuhan dan permasalah
lanjut yang diperlukan; 10) yang diperlukan untuk memberikan dukungan
mendokumemtasikan supervisi secara lebih lanjut, mempertahankan standar yang
teratur dan mengevaluasi efektivitas ada, dan memberikan kepercayaan pada staf
kegiatan supervisi. sehingga hal tersebut dapat meningkatkan
Fungsi Restoratif profesionalisme dan menciptakan kualitas
Komponen ini berhubungan dengan pelayanan yang bermutu.
kemampuan memberikan rasa aman bagi Aplikasi fungsi formatif berfokus
staf untuk terbuka dalam mengungkapkan pada perkembangan pengetahuan dan
perasaan dan permasalahan yang dihadapi, keterampilan staf sehingga memungkinkan
pengalaman dalam praktek dan staf bekerja sesuai dengan standar yang
pembelajaran, mencegah stress, mengatasi berlaku sebagai aspek tanggung jawab dalam
konflik, pemberian dukungan. Supervisi melakukan praktek. Kondisi ini dapat dicapai
Proctor merupakan model supervisi yang melalui refleksi pada praktek yang sudah
paling direkomendasikan dalam pelatihan dilakukan. Hal ini merupakan tanggung jawab
supervisi. Supervisi model Proctor dapat bersama dari supervisor dan staf yang
meningkatkan pelayanan klinis yang dapat disupervisi. Fungsi restoratif berfokus pada
memberikan dukungan yang adekuat pada pemberian dukungan. Supervisor harus
pelayanan klinis dan mengembangkan memastikan kesiapan staf dapat menerima
profesionalisme supervisor keperawatan dukungan atau motivasi yang diberikan.
(Lynch, et al., 2008). Supervisi model Proctor
memiliki beberapa fungsi dalam melakukan KESIMPULAN
pengarahan pada perawat yang disupervisi
Kesimpulan dari review artikel ini
yaitu fungsi normatif, formatif dan restoratif
adalah bahwa supervisi klinis model Proctor
yang efektif diterapkan dalam pelayanan
dapat meningkatkan kualitas dokumentasi
keperawatan.
asuhan keperawatan. Rumah sakit perlu
Menurut peneliti, aplikasi fungsi
meningkatkan kualitas dokumentasi asuhan
normatif bermanfaat untuk mengembangkan
keperawatan salah satunya melalui dukungan
perawatan pasien berkaitan dengan praktik
kebijakan untuk pelaksanaan supervisi kepala
keperawatan yang professional, fungsi
ruang model Proctor dengan melaksanakan
formatif meningkatkan kesadaran diri melalui
pada seluruh ruangan pelayanan keperawatan.
peran edukatif dapat melaksanakan kegiatan
pelayanan dengan memperhatikan keselamatan DAFTAR PUSTAKA
pasien melalui pemberian dukungan dan
[1] Keliat, BA., Akemat, (2012), Model
komunikasi efektif.
12 | PISSN 2620-8040 Regista Trigantara
Supervisi Klinis Untuk Meningkatkan Kualitas Dokumentasi Asuhan Keperawatan

praktik keperawatan profesional jiwa, [8] Brunero, S., & Purbury, J.S. (2006).
EGC, Jakarta. The effectiveness of clinical
[2] Potter P.A., & Perry, A.G., (2005), supervision in nursing: an evidenced
Buku saku: ketrampilan & prosedur based literature review. Australian
dasar. Edisi 5. Jakarta: EGC Journal of Advanced Nursing, 25 (3),
[3] Pribadi, A., (2009), Analisis faktor 86–94.
pengetahuan, motivasi dan [9] Lynch, L., Hancox, K., Happel, B., &
pengetahuan persepsi perawat tentang Parker, J. (2008). Clinical supervision
supervisi kepala ruang terhadap for nurse: Model for clinical
pelaksanaan dokumentasi asuhan supervision. United Kingdom: Willey-
keperawat di ruang rawat inap RSUD Blackwell
Kelet Provinsi Jawa Tengah di Jepara, [10] Carney, A.S. (2005). Clinical
Tesis Magister Ilmu Kesehatan supervision in a challenging behaviour
Masyarakat Konsentras Administrasi unit. Nursing Times, 101 (47), 32-34.
Rumah Sakit. Diperoleh dari http://
[4] Butterworth, T., & Faugier, J. (2013). www.nursingtimes.net
Clinical Supervision and Mentorship in
Nursing. Springer. Retrieved from
https://books.google.com/books?id=j1
H2BwAAQBAJ&pgis=1
[5] Care, P., New, H., Local, E., Health,
R., Hunter, J., & Lambton, N. (2013).
Finding a way forward: A literature
review on the current debates around
clinical supervision, 45(1), 22–32.
[6] Carryer, J., Gardner, G., Dunn, S., &
Gardner, A. (2007). The core role of
the nurse practitioner : practice ,
professionalism and clinical leadership.
doi:10.1111/j.1365-2702.2006.01823.x
[7] Bormann, L., & Abrahamson, K.
(2014). Do staff nurse perceptions of
nurse leadership behaviors influence
staff nurse job satisfaction? The case of
a hospital applying for Magnet®
designation. The Journal of Nursing
Administration, 44(4), 219–25.
doi:10.1097/NNA.0000000000000053

13 | PISSN 2620-8040 Regista Trigantara


PROSIDING
SEMINAR REGIONAL RADIOLOGI I
Yogyakarta, 27 Januari 2018

UPAYA DALAM MENGURANGI ABSENTEEISME TENAGA PERAWAT PADA


ORGANISASI KERJA

Amalia Mastuty
Program Studi Magister Keperawatan Universitas Diponegoro
mastutyamalia@gmail.com

ABSTRAKS
UPAYA DALAM MENGURANGI ABSENTEEISME TENAGA PERAWAT PADA
ORGANISASI KERJA. Ketidakhadiran atau absenteeisme tenaga perawat mengakibatkan hilangnya
waktu kerja untuk menyelesaikan tugas sehingga pekerjaan yang harusnya bisa diselesaikan dalam
jangka waktu tertentu menjadi terbengkalai. Hal ini secara tidak langsung akan menimbulkan
kerugian bagi tenaga perawat dan bagi Rumah Sakit baik dari segi materi maupun terhadap system
yang berlaku. Pada umumnya abseenteisme dan waktu kerja yang hilang di Rumah Sakit di Amerika
12% tidak hadir, di Indonesia berkisar antara 3%-10% diantaranya Puskemas di Papua 30,7% tidak
hadir,di Rumah Sakit Bekasi 93,20 % datang terlambat, di Rumah Sakit Semarang 4,3% perawat tidak
hadir. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi indentifikasi intervensi efektif yang membantu
manajemen dalam mengurangi absenteeisme tenaga perawat dan meningkatkan produktivitas kerja.
Metode yang digunakan adalah pencarian literatur mulai dari tahun 2009-2017 yang menggunakan
kata kunci reduce absenteeism / mengurangi absenteeisme dan Nursi / Tenaga Perawat. Penelusuran
dilakukan di situs Ebscohost, Elsevier dan Google Sholar. Hasil yang diperoleh yaitu kajian dari
ketiga belas literatur yang digunakan dalam artikel ini ditemukan 9 upaya untuk mengurangi
absenteeisme tenaga perawat adalah diantaranya terangkum dalam : pemberian dukungan sosial,
melaksanakan 6 strategi pengorganisasian karyawan, pendekatan kepemimpinan serta peningkatan
motivasi ekstrinsik dalam organisasi kerja.

Kata Kunci : Mengurangi absenteeisme, tenaga perawat, organisasi kerja

PENDAHULUAN
Ketidakhadiran atau absenteeisme Ketidakhadiran perawat disebabkan
adalah keadaan tidak hadir untuk pekerjaan oleh beberapa faktor diantaranya pendidikan
yan dijadwalkan. Karyawan tidak hadir karena dan beban kerja, moralitas, fleksibilitas jadwal
sejumlah alasan. Perbedaan sering dibuat kerja, shift kerja, presenteeisme / hadir namun
antara absenteeisme putih, abu-abu dan hitam. bekerja tidak maksimal, umur, jenis kelamin,
Dalam kasus absensi putih, sangat jelas bahwa tempat tinggal karyawan dapat mempengaruhi
karyawan tersebut sakit. Ketidakhadiran ketidakhadiran kerja.2,3. Ketidakpuasan
disebut abu-abu jika penyakitnya bersifat terhadap pekerjaannya juga menjadi faktor
psikologis atau psikosomatik seperti sakit ketidakhadiran, hal ini diungkapkan dengan
kepala dan kelelahan. Ketidakhadiran disebut berbagai cara diantaranya dengan
hitam jika seseorang yang tidak sakit meninggalkan pekerjaannya, mengeluh,
melaporkan dirinya sebagai orang sakit. Ini membangkang, mencuri milik organisasi,
juga dikenal sebagai absensi illegal.1 menghindari sebagian tanggung jawab dari
pekerjaan mereka.2. Kemudian beberapa faktor

Amalia Mastuty PISSN 2620-8040 14


UPAYA DALAM MENGURANGI ABSENTEEISME TENAGA PERAWAT PADA
ORGANISASI KERJA

lain disebabkan oleh dukungan supervisor selalu hadir di unit dimana mereka ditugaskan
rendah, tuntutan fisik pada pekerjaan, kontrol agar sistem berfungsi dengan baik dalam
rendah dari atasan.4 menyediakan pelayanan kesehatan dan
Sejauh ini manajemen organisasi kerja mencapai tujuan pembangunan. Hal ini perlu
dalam hal ini Rumah Sakit telah melaksanakan mendapat perhatian karena menimbulkan
beberapa upaya guna meminimalkan kejadian kerugian, baik dari segi fisik, materi maupun
absenteeisme tenaga perawat diantaranya terhadap sistem yang berlaku di perusahaan
pengadaan absensi kehadiran namun pihak diantaranya berpengaruh terhadap rekan kerja
manajemen rumah sakit kurang dan atasan yang harus berurusan dengan
memperhatikan prosedur pengisian absensi volume bisnis yang lebih besar, tetapi juga
dan monitoring yang dilaksanakan secara keuntungan perusahaan dengan demikian,
profesional dan baik, dengan adanya terjadi penurunan kepuasan dan moral
pengawasan dan kontol secara memusat, karyawan dan produktivitas mereka, Selain itu,
melaksanakan supervisi oleh kepala bidang juga telah ditemukan bahwa penyakit jiwa dan
namun belum menetapkan kontinuitas stres dalam beberapa tahun terakhir akibat
pelaksanaan supervisi berkala baik secara penundaan kerja sehingga terjadi peningkatan
langsung pada perawat pelaksana yang ada jumlah hari yang luar biasa. Hal ini harus
dalam ruangan perawatan, dari sistem reward diwaspadai secara dini 4.
dan sistem promosi yang ada dirasakan kurang
adil3 dan sanksi disiplin bagi petugas METODE PENELITIAN
kesehatan yang bekerja dengan tidak baik6. Metode penelitian menggunakan
Dengan beberapa upaya yang telah metode penelusuran jurnal dengan sistem
dilakukan tersebut diatas masih didapatkan literature review dengan menggunakan kata
perolehan data empiris yang menegaskan kunci mengurangi absenteeism / reducing
bahwa masalah absenteeisme tenaga perawat absenteeism, tenaga perawat / nurse,
masih menjadi fokus penelitian yang harus organisasi kerja/work organization. Pencarian
ditanggapi segera ditemuka solusi kemudian artikel dilakukan pada website Ebscohost,
ditangani. Pada RSUP. Dr. Kariadi Semarang Elsevier, dan Google Scholar. Artikel yang
pada tahun 2012 sebesar 4,3%, sedangkan mempunyai kesamaan diambil salah satunya.
pada tahun 2013 tingkat ketidakhadiran Pencarian literatur dilakukan pada artikel yang
perawat karena sakit menurun menjadi 1,8%, terpublikasi pada tahun 2009-2017.
rekap absensi perawat di Ruang Rawat Inap
RSUD Kabupaten Bekasi datang terlambat HASIL DAN PEMBAHASAN
bulan Agustus 2011, sebanyak 91,20%. Sintesis dari delapan jurnal didapatkan
Perawat, dan Rata-rata ketidakhadiran petugas bahwa ada beberapa intervensi yang efektif
kesehatan puskesmas di 4 kabupaten di untuk mengurangi absenteeisme tenaga
Provinsi papua : 30.7% dikategorikan dengan perawat diantaranya :
tingkat ketidakhadiran tinggi dan sebanyak Dukungan Sosial
20% dari Perawat beralih kerja dan 12% Dari hasil penelitian oleh Ambarwati
meninggalkan pekerjaan (keperawatan) didapatkan bahwa intervensi untuk
karena luka-luka di tempat kerja di Virginia mengurangi absenteeisme tenaga perawat
Barat, Amerika. 3,4,6. dengan cara pemberian dukungan sosial
Persentase ketidakhadiran yang tinggi diberikan kepada perawat sehingga dapat
merupakan tantangan yang luar biasa di sektor mengurangi atau menekan tingkat stress.
kesehatan yang pada hakikatnya tenaga Dukungan sosial adalah bantuan yang
kesehatan dalam hal ini perawat seharusnya diperoleh individu melalui hubungan
15 | PISSN 2620-8040 Amalia Mastuty
UPAYA DALAM MENGURANGI ABSENTEEISME TENAGA PERAWAT PADA
ORGANISASI KERJA

interpersonal dengan orang-orang di sekitar kekuatan koersif untuk mengurangi


individu yang memiliki arti bagi individu ketidakhadiran. Kekuatan pengahargaan atau
tersebut dalam menghadapi masalahnya. imbalan didefinisikan sebagai kemampuan
Adapun sumber-sumber dukungan sosial dapat seseorang untuk menghargai perilaku orang
diperoleh dari : Rekan kerja dapat berupa lain. Kekuatan koersif didefinisikan sebagai
persahabatan, menciptakan situasi tolong- kemampuan untuk menghukum
menolong, dan kerja sama yang ketidakpatuhan para pengikut. Program
menyenangkan. Atasan dapat berupa mau kontrol absensi positif adalah intervensi yang
mendengarkan masalah yang dialami dengan menawarkan penghargaan atau motivasi
penuh perhatian baik masalah pribadi maupun positif untuk kehadiran yang baik. Ini
pekerjaan, toleransi terhadap kesalahan yang termasuk: pengakuan pribadi, membeli
dibuat dan memberikan kepercayaan pada kembali cuti sakit yang tidak terpakai, dan
pekerja bahwa dirinya mampu, sehingga pembayaran bonus untuk kehadiran teladan.
kondisi kerja yang menekan dapat terkurangi. Program lainnya adalah program
Pasangan hidup / Keluarga dapat berupa kontrol disipliner yang mencakup intervensi
dukungan emosi yang berbentuk dorongan yang memberikan konsekuensi yang tidak
membesarkan hati, memberikan ungkapan menyenangkan terhadap kehadiran yang
penghargaan, dukungan material serta buruk. Ini termasuk: tindakan disipliner,
memberikan informasi yang dapat kesalahan kinerja bebas, dan ulasan akhir
memberikan sebuah solusi atas masalah yang tahun. Kombinasi penghargaan dan program
dihadapi. 7. Upaya ini cenderung jarang dipilih kedisiplinan berpotensi menimbulkan dampak
untuk diaplikasikan karena faktor dukungan terbesar dalam mengurangi ketidakhadiran.
sosial yang dimiliki perawat sudah dianggap Melibatkan karyawan dalam membangun dan
cukup sehingga dirasakan kurang berpengaruh memantau program ini akan membantu
dalam pengurangan tingkat absentesi perawat. perawat menyesuaikan diri dengan kebijakan
Strategi Pengorganisasian Karyawan ini dan memikul tanggung jawab pribadi.
Ketidakhadiran adalah fluktuasi Tingkat absensi dapat diatasi dengan
tenaga kerja yang merupakan parameter menggunakan langkah-langkah berikut:
terpenting yang perlu dipantau. Berikut stategi Manajer harus menetapkan besaran dan pola
pengorganisasian karyawan oleh manajer 8. ketidakhadiran. Mereka harus memastikan
Kebijakan Tidak Hadir / Cuti Sakit bahwa setiap orang mengetahui hak dan
Manajemen membuat kebijakan tanggung jawab mereka terkait cuti dan
menggabungkan berbagai program insentif konsekuensi melanggar peraturan ini.
yang dirancang untuk meningkatkan kehadiran Manajer harus mengatasi masalah
staf dengan memberi imbalan pada perawat secara keseluruhan dan berurusan dengan
yang bisa jaga diluar jadwal piket akibat individu dalam setiap kasus di mana satu
ketidakhadiran temannya, penghargaan dari orang berulang kali absen dari pekerjaan.
kehadiran yang tidak terputus Program Pemantauan bulanan yang berkelanjutan akan
Monitoring Absensi. Pengorganisasian membantu manajer untuk mengetahui apakah
pertama ini salah satunya dengan membuat tingkat absensi ditangani dengan cukup dan
kebijakan tentang program kontrol absensi durasi kerja lembur yang diperbolehkan untuk
yang dinilai memiliki dampak terbesar dalam perawat harus ditentukan sesuai dengan
mengurangi ketidakhadiran. Dalam program manajemen sehubungan dengan beban kerja
kontrol absensi ini, pimpinan perawat dapat dan perawatan kesehatan dari perawat itu
menggunakan pengahargaan atau imbalan dan sendiri. 6

16 | PISSN 2620-8040 Amalia Mastuty


UPAYA DALAM MENGURANGI ABSENTEEISME TENAGA PERAWAT PADA
ORGANISASI KERJA

Pengelolaan Sektor Kepegawaian tenaga kesehatan dengan pengadaan mitra


Pengelolaan institusi perawatan kesehatan aktif. Beberapa rumah sakit
kesehatan harus menentukan jumlah petugas menggunakan mitra kesehatan aktif.
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah Karyawan melaporkan sakit dengan
kondisi kekurangan tenaga kerja terjadi karena memanggil perawat dari apa yang disebut
kekurangan memiliki pengaruh negatif sebagai mitra kesehatan aktif. Perawat
terhadap kinerja pekerja dan pada akhirnya mendapat panggilan dari sejawat. Idenya
menyebabkan absennya atau penghentian adalah untuk meminta penelepon secara rinci
pekerjaan. tentang penyakit mereka untuk memberi tahu
Monitoring sistem yang efektif mereka langkah-langkah apa yang harus
Sanksi sistem pemantauan harus mereka lakukan seperti tinggal di tempat tidur
cukup kuat untuk membatasi marjin atau pergi ke dokter. Melihat sebuah solusi
kebijaksanaan kegiatan dan jadwal waktu staf untuk ketidakhadiran sebagai menawarkan
perawat seperti halnya pengambilan cuti konseling terus menerus terhadap sejawat di
dengan alasan tepat. Penguatan control dan tempat kerja, itu bisa membantu perawat
mekanisme hukuman harus diterapkan untuk mengurangi ketegangan mengalihkan
ketidakhadiran petugas perawatan kesehatan perhatian mereka dari masalah di rumah dan
yang kurang informasi. Demikian pula, manajerial mengusahakan pengadaan fasilitas
pekerja terbaik harus diberi penghargaan atas penitipan anak di tempat kerja. 10 Upaya ini
kinerjanya berdasarkan kinerja dan kehadiran dinilai sangat aplikatif dalam mengurangi
mereka. absensi perawat karena sub variabel
Peningkatan Sistem Informasi didalamnya sudah meliputi beberapa aspek
Database yang tepat harus dipelihara pendukung yang berpengaruh dan di luar
di mana catatan kehadiran staf, informasi negeri juga pernah dilakukan dengan hasil
mereka dan informasi yang kurang informasi bahwa 6 stategi pengorganisasian karyawan
dipertahankan. Sistem informasi dapat bernilai signifikan terhadap absenteeisme
digunakan untuk mengamati pola absensi di namun diindonesia sendiri strategi ini masih
petugas layanan kesehatan dan dapat belum maksimal bisa dilakukan oleh
dimanfaatkan dalam perancangan program manajemen.
manajemen yang efektif. Catatan harus Pendekatan Kepemimpinan
dievaluasi secara rutin oleh otoritas pelaporan Pada saat manajer mengetahui
staf perawatan kesehatan dan berdasarkan ketidakhadiran abu-abu maupun keterlambatan
evaluasi, insentif, dan promosi dan penurunan terjadi hendaknya ditangani segera. Perlu
pangkat dari nilai ini harus didasarkan. dilakukannya mediasi untuk mencapai kondisi
Kebijakan Pelayanan Kesehatan kelembagaan yang lebih baik dan
Pengadaan staff perawat, strategi meningkatkan hubungan pribadi dan
promosi, dan rekrutmen pegawai baru harus profesional. Untuk pendekatan yang
digabungkan oleh manajemen. digunakan dengan beberapa pilihan gaya
Koordinasi Antar Tenaga Kesehatan kepemimpinan diantaranya gaya
Koordinasi diantara staf perawat juga kepemimpinan transformasional. Beberapa
mempengaruhi kualitas layanan perawatan juga memberi jawaban yang menunjukkan sisi
pasien yang diberikan oleh institusi perawatan yang lebih transaksional juga. Terakhir
kesehatan. Peningkatan koordinasi memiliki cara yang lebih ketat untuk
memudahkan dalam mengurangi tekanan dan memimpin dengan menggunakan penghargaan
tekanan dalam kasus beban kerja yang tinggi. 9 dan hukuman. Hal ini dilakukan dengan
Salah satu wujud dorongan koordinasi antar
17 | PISSN 2620-8040 Amalia Mastuty
UPAYA DALAM MENGURANGI ABSENTEEISME TENAGA PERAWAT PADA
ORGANISASI KERJA

"budaya menakut-nakuti", yang menurut motivasi ekstrinsik yang perlu ditingkatkan


mereka bisa mencegah ketidakhadiran staff. dalam organisasi terkait absenteeisme
Para manajer yang mengambil diantaranya :
pendekatan transformasional memiliki tingkat Pemberian Insentif/ imbalan
pertimbangan yang tinggi bagi individu. Berupa gaji dan upah memang
Mereka lebih fokus pada kepercayaan, merupakan salah satu motivator yang kuat
dukungan dan menjadi pemain tim. Mereka bagi seseorang untuk berprestasi karena
tidak menyebutkan lebih banyak kursus dan dengan kenaikan insentif akan membuat
pendidikan bagi karyawan sebagai sarana seseorang terdorong untuk melakukan yang
untuk meningkatkan motivasi di antara terbaik dalam pekerjaannya dan sebaliknya
karyawan sampai pada tingkat yang jika insentif tidak sesuai dengan yang
ditentukan. Mereka lebih fokus untuk diharapkan akan menyebabkan motivasi
mendapatkan lingkungan kerja yang lebih baik seseorang menurun.
dengan mengambil berbagai inisiatif seperti Pemantapan Kondisi Kerja
memberikan informasi yang memadai. Para Lingkungan yang bersih dan rapi
manajer transformasional menunjukkan akan membuat para perawat nyaman dan
kualitas visioner dan kreatif yang membantu semangat dalam hadir untuk bekerja tanpa ada
mereka menginspirasi karyawan untuk beban yang disebabkan ruangan kerja yang
menindaklanjuti perubahan dan untuk kotor. Sementara dengan perlengkapan dan
mencegah ketidakhadiran penyakit dan peralatan yang memadai sudah tentu akan
meningkatkan pengetahuan tentang proses memudahkan dalam meningkatkan kinerja
perubahan. 12,13,7,14. melayani pasien. Namun tanpa jaminan
Kekurangan dari upaya ini yang keamanan, para perawat akan tidak tenang
sering terjadi adalah kurangnya kemampuan dalam melakukan aktivitas. Kondisi kerja yang
dan motivasi dari seorang manajer untuk baik tersebut dapat mendukung pelaksanaan
mengembangkan pendekatan kepemimpinan kerja sehingga perawat memiliki semangat
dengan mengadopsi gaya kepemimpinan yang bekerja dan meningkatkan kinerja perawat.
ada untuk disesuaikan pada masalah yang Untuk dapat memunculkan motivasi prestasi
terjadi dilapangan sehingga manajer atau kerja yang tinggi dalam suatu organisasi
pimpinan cenderung menggunakan gaya seorang Manajer harus memperhatikan
kepemimpinan situasional tidak meningkatkan fenomena tersebut.
kemampuannya dalam mengekplore Pengadaan Promosi Kerja
keterbaruan atas keilmuan dan Promosi memberikan peran penting
mengaplikasikannya. Gaya kepemimpinan bagi karyawan bahkan menjadi idaman yang
yang digunakan akan berhubungan dengan selalu dinantikan. Karena hal itu berarti ada
perilaku disiplin tenaga perawat yang ada. kepercayaan dan pengakuan mengenai
Peningkatkan Motivasi Ekstrinsik kemampuan serta kecakapan karyawan
Motivasi ekstrinsik adalah pendorong bersangkutan untuk menduduki suatu jabatan
pekerja yang bersumber dari luar diri pekerja yang tinggi. Seseoarang akan termotivasi
sebagai individu, berupa suatu kondisi yang untuk hadir dan bekerja dengan disipilin dan
mengharuskan melaksanakan pekerjaan secara giat dan berprestasi karena adanya kesempatan
maksimal. Jika organisasi tidak mencukupi yang diberikan oleh pimpinan sehingga dia
faktor pendorong tersebut maka ia akan akan lebih memacu diri bekerja sebaik-
mendapat kesulitan dalam menarik karyawan baiknya dan meraih prestasi yang gemilang. 8.
yang baik dan perputaran dan kemangkiran Upaya ini merupakan upaya yang paling
akan meningkat. Berikut ini beberapa bentuk berpengaruh secara langsung terhadap
18 | PISSN 2620-8040 Amalia Mastuty
UPAYA DALAM MENGURANGI ABSENTEEISME TENAGA PERAWAT PADA
ORGANISASI KERJA

pengurangan absensi perawat karena [3] Asmaningrum. 2007. Hubungan Antara


manfaatnya dapat dirasakan secara langsung Ketidakhadiran dan Kepuasan Kerja
dan memotivasi kerja perawat untuk Perawat Paviliun di RSUD Jombang
berproduktivitas tinggi namun biasanya [4] Davey et al. 2009. Predictors of Nurse
fungsinya hanya jangka pendek. Absenteeism in Hospitals: Journal of
Nursing Management
KESIMPULAN [5] Kanwal et al. 2017. Identify The Causes
Ditemukan beberapa intervensi efektif Of Absenteeism In Nurses Mayo Hospital
yang dapat diterapkan oleh manajemen dalam Lahore Pakistan
mengurangi absenteeisme tenaga perawat [6] USAID From American People. 2016.
mengingat kerugian yang ditimbulkannya Survey Tenaga Kesehatan Di Papua
diantaranya :dukungan sosial oleh rekan, [7] Ambarwati, Diah. 2014. Pengaruh beban
atasan, dan pasangan hidup / keluarga yang kerja terhadap stres perawat igd dengan
dapat memberikan pengaruh yang positif bagi dukungan sosial sebagai variabel
tenaga perawat, 6 strategi pengorganisasian moderating (studi pada RSUP Dr.
karyawan oleh manajerial dengan 1) kebijakan Kariadi Semarang)
tidak hadir / cuti sakit 2) pengelolaan sektor [8] Agus, M Haerul. 2013. Hubungan
kepegawaian 3) monitoring sistem yang efektif Motivasi Kerja Dengan Kinerja Perawat
4) peningkatan sistem informasi 5) Kebijakan Di RSUD Sinjai.
pelayanan kesehatan 6) mendorong koordinasi [9] Pinnock, Cordelia. 2012. Reducing
antar tenaga kesehatan, kemudian dengan Sickness And Absence: The Effectiveness
melakukan pendekatan kepemimpinan dengan Of Managers
mengaplikasikan gaya kepemimpinan yang [10] Madibana. 2010. Factors Influencing
sesuai serta peningkatkan motivasi ekstrinsik Absebteeism Amongst Professional
meliputi pemberian insentif/imbalan, Nurses In London
pemantapan kondisi kerja, pengadaan promosi [11] Lee, doohee. 2011 . Transformational
kerja. Leadership And Workplace Injury And
Absenteeism: Analysis Of A National
DAFTAR PUSTAKA Nursing Assistant Survey
[1] Wang. 2012. Nurse Absenteeism And [12] Hakull et al. 2015. Leaders Approach To
Staffing Strategies For Hospital Sickness Absence
Inpatient Units [13] Kurcgant et al. 2015. Absenteeism of
[2] Alfriyanti dkk. 2012. Faktor Yang Nursing Staff: Decisions and Actions of
Berhubungan Dengan Absenteisme Pada Nurse Managers 2015 Paulina. Journal
Tenaga Perawat Di Badan Rumah Sakit of school of Nursing
Daerah Luwuk Kabupaten Banggai
Provinsi Sulawesi Tengah

19 | PISSN 2620-8040 Amalia Mastuty


PROSIDING
SEMINAR REGIONAL RADIOLOGI I
Yogyakarta, 27 Januari 2018

MOTIVASI MEMBERIKAN ASI DAN PERILAKU MENYUSUI


DI BANTUL YOGYAKARTA

Reni Merta Kusuma, Ristiana Eka Ariningtyas


Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Join.reni@gmail.com

ABSTRAKS
MOTIVASI MEMBERIKAN ASI DAN PERILAKU MENYUSUI DI BANTUL YOGYAKARTA.
Makanan terbaik bagi bayi baru lahir sampai 6 bulan kehidupannya adalah air susu ibu (ASI).
Kementerian Kesehatan menghimbau agar pemberian ASI dilanjutkan sampai usia anak 2 tahun.
Asupan ASI yang cukup dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui motivasi ibu dalam memberikan ASI kepada anaknya dan perilaku ibu
saat menyusui. Selain itu juga untuk mengetahui hubungan antara motivasi dan perilaku ibu dalam
memberikan ASI kepada anaknya. Rancangan penelitian ini adalah penelitian retrospektif dengan
pendekatan cross-sectional menggunakan metode survei untuk menguji hubungan-hubungan yang
terkait antara motivasi memberikan ASI dan perilaku ibu saat menyusui. Sampel sejumlah 202 ibu
menyusui yang memiliki anak berusia 6-12 bulan dengan teknik sampling Cluster Random Sampling.
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Uji analisis yang digunakan adalah analisis deskripsi dan
analisis korelasi Chi Square (X2). Hasil penelitian yang telah dilakukan di wilayah Bantul menyatakan
bahwa analisis korelasi antara motivasi dengan perilaku didapatkan hasil nilai r=0,172 dan p=0,014
artinya ada hubungan bermakna antara motivasi memberikan ASI dengan perilaku pemberian ASI
dengan cara menyusui. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan bermakna antara
motivasi ibu memberikan ASI dengan perilaku ibu saat menyusui.

Kata Kunci : Motivasi dan prilaku menyusui

PENDAHULUAN
Ibu yang sehat baik secara fisik sampai dengan 6 bulan bayi cukup diberi ASI
maupun psikologi memiliki kemampuan untuk saja. Bayi yang hanya diberi ASI saja selama 6
mengeluarkan air susu. Air Susu Ibu (ASI) bulan memiliki kekebalan tubuh lebih baik
merupakan makanan terbaik bagi bayi. ASI sehingga dapat terhindar dari kesakitan dan
mengandung zat gizi lengkap yang dibutuhkan kematian.2 World Health Organization (WHO)
oleh bayi. ASI matur yang disekresi hari ke-10 merekomendasikan pemberian ASI eksklusif
dan selanjutnya mengandung antibody selama 6 bulan pertama kehidupan bayi dan
terhadap bakteri dan virus, sel (fagosit dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun3.
granulosit dan makrofag serta limfosit tipe T), Pemberian ASI ekskluasif tidak hanya berada
enzim (lisozim, laktoperoksidase, lipase, dalam skala nasional bahkan WHO sudah
katalase, fosfatase, amylase, fosfodiesterase, rekomendasikannya. Pemerintah Republik
alkalinfosfatase), protein (laktoferin, B12 Indonesia melalu Kementerian Kesehatan juga
binding protein), resistance factor terhadap sepakat dan berkomitme dalam menyukseskan
stafilokokus, komplemen, interferon producing program ASI eksklusif di Indonesia.
cell, dan hormon-hormon.1 Pemerintah berupaya untuk
ASI memiliki Kandungan yang lengkap menyukseskan program ASI eksklusif, salah
dan sesuai dengan kebutuhan bayi, sehingga satunya dengan mengeluarkan Peraturan

Renni, dkk PISSN 2620-8040 20


MOTIVASI MEMBERIKAN ASI DAN PERILAKU MENYUSUI DI BANTUL YOGYAKARTA

Pemerintah Republik Indonesia No. 33 Tahun (praktik menyusu) sangat bermanfaat dalam
2012 berisi tentang Pemberian ASI Eksklusif. meningkatkan pengetahuan ibu tentang ASI
Peraturan ini dibuat untuk menjamin pada responden yang berpendidikan rendah,
pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan tidak bekerja (sebagai ibu rumah tangga saja),
sumber makanan terbaik sejak dilahirkan dan mendapatkan inisiasi menyusu dini.7
sampai berusia 6 bulan, kebijakan ini juga Sebanyak 75% bayi cukup bulan yang
melindungi ibu dalam memberikan ASI dilakukan IMD di RS St. Carolus telah
eksklusif kepada bayinya.4 Pemberian ASI berhasil menjalankan ASI eksklusif.
menguntungkan banyak pihak di antaranya ibu Keberhasilan ASI eksklusif yang tersebut juga
dan bayi. Bayi yang mendapatkan ASI, apalagi dipengaruhi keyakinan ibu terhadap produksi
mendapatkan ASI saja selama 6 bulan, akan ASI, dukungan keluarga, pengetahuan ibu
memiliki ketahanan hidup lebih tinggi tentang ASI eksklusif, dan konseling ASI dari
dibandingkan yang tidak mendapat ASI. Hasil petugas kesehatan.8 Hasil penelitian lain juga
penelitian menyatakan bahwa bayi yang diberi menyatakan inisiasi menyusu dini, dukungan
ASI lebih dari 6 bulan memiliki ketahanan tenaga kesehatan, dan dukungan suami
hidup sebesar 33,3 kali dibandingkan yang berhubungan dengan keberhasilan pemberian
diberi ASI kurang dari 4 bulan.5 ASI eksklusif. Dukungan tenaga kesehatan
Dinas Kesehatan Daerah Istimewa merupakan factor paling berpengaruh terhadap
Yogyakarta (DIY) tahun 2015 mencatat keberhasilan pemberian ASI eksklusif di
jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif wilayah kerja Puskesmas Cilandak Jakarta.9
sebanyak 73,7%. Jumlah tersebut tidak jauh Banyak faktor yang memengaruhi
beda dengan Kabupaten Bantul. Jumlah bayi keberhasilan seorang ibu dalam memberikan
yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar ASI eksklusif. Cakupan ASI tidak hanya
74,7%.6 Capaian ASI eksklusif di Indonesia tergantung pada faktor ekstrinsik seperti
belum mencapai angka yang diharapkan yaitu dukungan keluarga, dukungan tenang
sebesar 80%. Dinas Kesehatan (DIY) tahun kesehatan, atau fasilitas yang tersedia, tetapi
2015 mencatat pada tahun 2013 jumlah bayi faktor intrinsik juga memegang peranan
yang mendapatkan ASI eksklusif sebanyak penting. Faktor intrinsic di antaranya motivasi
62,05%. Pemberian ASI eksklusif meningkat diri dan tekad untuk mampu memberikan ASI
pada tahun 2014 menjadi 71,55% dan pada secara eksklusif pada bayinya. Pengalaman
tahun 2015 meningkat menjadi 74,73%.6 Data menyusui dan informasi tentang ASI eksklusif
tersebut menguatkan semua pihak untuk terus yang menjadi pengetahuan dapat
giat meningkatkan cakupan pemberian ASI memengaruhi motivasi ibu dalam memberikan
eksklusif karena dengan pemberian ASI ASI.10 Motivasi dari seorang ibu untuk
eksklusif banyak sekali keuntungan baik bagi memberikan ASI kepada bayinya sangat
ibu maupun kepada bayi. penting karena jika ibu tersebut memiliki
Peningkatan prosentase pemberian ASI motivasi rendah untuk menyusui bayinya,
eksklusif menjadi tanggung jawab semua besar kemungkinan pelaksanaan pemberian
pihak dan segala upaya dilakukan agar ASI juga menjadi rendah. Perilaku menyusui
pemberian ASI eksklusif meningkatkan. yang tidak benar juga dapat menyebabkan
Banyak upaya meningkatkan pemberian ASI pendeknya waktu pemberian ASI. Bayi
eksklusif di antaranya dengan pelaksanaan memiliki hak untuk mendapatkan ASI mulai
inisiasi menyusu dini dan program kelompok lahir sampai 2 tahun kehidupannya. Kegagalan
pendukung ibu dalam pemberian ASI pemberian ASI eksklusif diperparah dengan
eksklusif. Kelompok pendukung ibu untuk ketidakyakinan dan ketidaksanggupan ibu
menyukseskan pemberian ASI eksklusif menyusi bayinya. Perilaku memberikan ASI
21 | PISSN 2620-8040 Renni, dkk
MOTIVASI MEMBERIKAN ASI DAN PERILAKU MENYUSUI DI BANTUL YOGYAKARTA

eksklusif salah satunya dipengaruhi oleh menyusui). Uji analisis yang digunakan adalah
motivasi ibu menyusui dalam memberikan analisis deskripsi dan analisis korelasi Chi
ASI eksklusif. Hasil penelitian menyatakan Square (X2).
bahwa pengetahuan dan motivasi berpengaruh
terhadap perilaku seseorang.11 Berdasarkan HASIL
uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk Tabel 1 menyajikan data karakteristik
mencari hubungan antara motivasi responden yang terdiri dari usia, pendidikan,
memberikan ASI eksklusif dengan perilaku dan pekerjaan. Responden terbanyak berusia
ibu saat menyusui. Pemberian ASI dilakukan 21-30 tahun sebanyak 60,9%. Responden
secara langsung maupun secara tidak langsung terbanyak berpendidikan SLTA sebanyak
dengan ASI perah. Pemberian ASI perah pada 70,8%. Responden lebih banyak yang bekerja
umumnya dilakukan oleh ibu menyusui yang (PNS, pegawai swasta, dan buruh) sebesar
bekerja atau ibu yang tidak selalu berada di 56,4%.
dekat bayinya. Penelitian ini lebih fokus pada Tabel 1. Karakteristik responden
motivasi memberikan ASI dan perilaku Jenis Kriteria Jumlah Prosentase
menyusui yang tergambar selama menyusui/ Usia 15-20 tahun 2 1%
teknik menyusui. 21-30 tahun 123 60,9%
31-40 tahun 74 36,6%
METODE PENELITIAN >40 tahun 3 1,5%
Jenis penelitian ini adalah analistik
Pendidikan SD 9 4,5%
korelasi dengan pendekatan cross-sectional. SLTP 39 19,3%
Penelitian ini menggunakan metode survei SLTA 143 70,8%
untuk menguji hubungan-hubungan yang PT 11 5,4%
terkait antara motivasi memberikan ASI dan
Pekerjaan Bekerja 114 56,4%
perilaku ibu saat menyusui. Penelitian Tidak bekerja 88 43,6%
dilakukan di Desa Bantul, Desa Guwosari,
Desa Bangunjiwo, dan Desa Pleret. Sumber Tabel 2. Analisis Deskripsi Motivasi
data berasal dari ibu menyusui yang memiliki Memberikan ASI dan Perilaku Ibu Saat
bayi berusia 6-12 bulan sebagai responden Menyusui
N Min Max Mean S.Dev
karena tidak semua ibu yang melahirkan bayi
Motivasi
hidup mau menyusui bayinya. Alat ukur MemberikanASI
berupa kuesiner. 1. Waktu Pemberian 202 33,33 100 91,91 16,81
ASI (%)
Populasi penelitian ini adalah semua ibu
2. Manajemen 202 0 100 93,81 17,95
menyusui di Kabupaten Bantul Yogyakarta Laktasi (%)
yang berjumlah 2.176 orang. Sampel 3. Simpang Siur 202 60 100 93,56 9,98
4. ASI (%)
penelitian ini adalah ibu menyusui di Perilaku Ibu
Kabupaten Bantul Yogyakarta yang memiliki Saat Menyusui
bayi berusia 6-12 bulan dan tidak memiliki Perilaku Menyusui 202 50 100 81,83 9,60
(%)
riwayat penyakit yang menghalangi ibu untuk Tabel 2 menyajikan data deskripsi motivasi
menyusui berjumlah 202 ibu. Teknik (waktu pemberian ASI, manajemen laktasi,
pengambilan sampel dilakukan secara cluster dan simpang siur ASI) dan perilaku saat
random sampling. Analisis yang dilakukan menyusui. Analisis deskripsi pada variabel
adalah analisis univariat dan bivariat. Analisis motivasi memberikan ASI memperlihatkan
data bertujuan untuk mencari deskripsi tiap nilai mean yang tidak terlalu jauh berbeda
variabel dan hubungan antar variabel (motivasi pada ketiga sub pokok materi. Nilai Mean
memberikan ASI dan perilaku ibu saat yang tertinggi adalah sub pokok materi
22 | PISSN 2620-8040 Renni, dkk
MOTIVASI MEMBERIKAN ASI DAN PERILAKU MENYUSUI DI BANTUL YOGYAKARTA

Manajemen Laktasi sebesar 93,81 dengan Tabel 1 memperlihatkan jumlah


Standar Deviasi 17,95. Analisis deskripsi pada responden paling banyak berusia 21-30 tahun
variabel perilaku ibu saat menyusui diperoleh (60,9%). Rentang usia 21-30 tahun merupakan
nilai Mean 81,83 dengan Standar Deviasi 9,6 usia produktif dan usia reproduksi sehat bagi
tanpa ada sub pokok materi lain. perempuan. Usia reproduksi sehat yang
Tabel 3. Deskripsi Faktor Agregat Sub Faktor dimaksud adalah sehat untuk mampu melalui
masa kehamilan, persalinan, nifas, dan
N Min Max Mean S.Dev
menjadi akseptor kontrasepsi. Rentang usia
Faktor 202 55.56 100 93.10 8.70 tersebut termasuk masa dewasa muda
Motivasi
Ibu (%)
merupakan rentang usia dengan pertumbuhan
Faktor 202 50.00 100 81.83 9.60 fungsi tubuh dalam tahap yang optimal.12,13
Perilaku Responden yang berusia kurang dari
Menyus
ui (%) 20 tahun berjumlah 1% sedang 99% lainnya
Tabel 3 menyajikan deskripsi faktor agregat berusia lebih dari 20 tahun. Data ini
sub faktor motivasi dan perilaku menyusui. memperlihatkan bahwa masyarakat semakin
Sub faktor motivasi memiliki nilai Mean 93,10 sadar bahwa usia reproduksi sehat adalah lebih
yang artinya motivasi memberikan ASI masuk dari 20 tahun. Semakin tingginya tingkat
dalam kategori sangat baik. Sub faktor kesadaran masyarakat terkait usia reproduksi
perilaku memiliki nilai Mean 81,83 yang sehat, maka besar kemungkinan pengendalian
artinya perilaku ibu saat menyusui masuk angka kematian ibu dan anak. Data ini sejalan
dalam kategori baik. dengan hasil penelitian di RS Cipto
Mangunkusumo Jakarta yang menemukan
Tabel 4. Korelasi Motivasi Memberikan ASI
bahwa proporsi ASI eksklusif lebih tinggi
dan Perilaku Ibu Saat Menyusui
Faktor
pada kelompok ibu yang berusia lebih dari 25
Faktor tahun. Kematangan usia juga dipengaruhi oleh
Perilaku
Motivasi
Menyusui faktor psikis. Faktor psikis yang positif seperti
Ibu (%)
(%)
Faktor Pearson 1 .172* percaya diri yang kuat, merasa yakin akan
Motivasi Ibu Correlation kecukupan ASI, tidak stres dan sikap positif
(%)
Sig. (2- .014 terhadap perilaku menyusui berperan
tailed) mendukung keberhasilan ASI eksklusif.8
N 202 202
Semakin matangnya usia pasangan
Perilaku Pearson .172* 1
Menyusui Correlation suami istri dalam menjalani kehidupan rumah
(%)
Sig. (2- .014 tangga, maka kesadaran mengenai keluarga
tailed) berkualitas juga semakin tinggi. Salah satunya
N 202 202 dengan kesadaran memberikan makanan
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). terbaik bagi bayi untuk mendukung tumbuh
Tabel 4 menyajikan korelasi motivasi dan kembang. Komposisi ASI yan terdiri dari zat
perilaku ibu menyusui. Analisis korelasi antara gizi yang dibutuhkan bagi bayi dan untuk
motivasi dengan perilaku didapatkan hasil mendapatkan ASI, keluarga tidak perlu
nilai r=0,172 dan p=0,014 artinya ada mengeluarkan biaya sehingga dapat membantu
hubungan bermakna antara motivasi pengaturan pengeluaran anggaran rumah
memberikan ASI dengan perilaku ibu saat tangga. ASI mengandung kolostrum yang kaya
menyusui. akan antibodi karena mengandung protein
untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman
PEMBAHASAN
dalam jumlah tinggi sehingga pemberian ASI
eksklusif dapat mengurangi risiko kematian
23 | PISSN 2620-8040 Renni, dkk
MOTIVASI MEMBERIKAN ASI DAN PERILAKU MENYUSUI DI BANTUL YOGYAKARTA

pada bayi. ASI mengandung immunoglobulin, sebaya yang mempunyai pengalamandan


protein, dan laktosa lebih sedikit dibandingkan situasi lingkungan yang sama.7
kolostrum tetapi lemak dan kalori lebih tinggi Tabel 1 memperlihatkan 56,4% ibu
dengan warna susu lebih putih. Selain yang menjadi responden merupakan ibu
mengandung zat-zat makanan, ASI juga bekerja (PNS, pegawai swasta, dan buruh). Ibu
mengandung zat penyerap berupa enzim yang bekerja dituntut untuk mempu mengatur
tersendiri yang tidak akan menganggu enzim antara pemberian ASI dan pekerjaan tidak
di usus.1,7,14,15 saling mengganggu. Pengaturan waktu untuk
Tabel 1 memperlihatkan responden hal-hal tersebut tidak dapat dianggap mudah.
berpendidikan SLTA dan PT berjumlah Hal ini terlihat dari hasil penelitian di antara
76,2%. Prosentase tersebut memperlihatkan 27 informan yang bekerja sebagai buruh hanya
bahwa perempuan yang memasuki usia 2 informan yang berhasil memberikan ASI
reproduksi tahap menyusui mempunyai eksklusif. Kegagalan tersebut disebabkan
pendidikan lanjut. Tingkat pendidikan sering beberapa hal. Pengetahuan tentang
dikaitkan dengan kemampuan seseorang menyimpang ASI dan tata laksana pemberian
menerima, melakukan, dan mengembangkan ASI di tempat kerja, ketersediaan fasilitas dan
informasi agar kehidupannya lebih berkualitas. sarana ASI, serta dukungan atasan kerja dan
Dalam hal ini kemampuan seorang ibu untuk tenaga kesehatan merupakan sejumlah faktor
memberikan makanan terbaik bagi bayinya (predisposing, enabling, dan reinforcing) yang
berupa ASI saja selama 6 bulan dan berperan dalam keberhasilan pemberian ASI
dilanjutkan sampai usia anak 2 tahun.12 Salah eksklusif di tempat kerja buruh industri tekstil
satu penelitian menemukan ibu dengan di Jakarta.14
pendidikan menengah ke atas mampu mencari Suatu hasil penelitian determinan
pengetahuan dan wawasan mengenai ASI perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu
melalui situs internet, komunitas jejaring bekerja memperlihatkan bahwa 62,5%
sosial. Komunitas sosial tersebut menjadi responden memberikan ASI eksklusif. Alasan
salah satu wahana bagi ibu untuk berbagi responden berhenti menyusui eksklusif bukan
informasi mengenai ASI dan berdiskusi karena bekerja melainkan karena ASI sedikit.
mengenai masalah ataupun kesulitan selama Hasil analisis multivariat ditemukan bahwa
menyusui.8 variabel umur, sikap, dukungan pengasuh, dan
Komunitas pendukung ibu dalam ketersediaan fasilitas berhubungan dengan
memberikan ASI juga merupakan salah satu perilaku pemberian ASI eksklusif.16
solusi jika selama menyusui ditemukan Pernyataan sedikitnya ASI yang
masalah. Kelompok Pendukung Ibu (KP-Ibu) diproduksi tidak lepas dari sikap ibu. Rasa
merupakan peer-support (kelompok sebaya), percaya diri seorang ibu mampu memberikan
bukan kelas edukasi/penyuluhan. KP-Ibu ASI eksklusif merupakan modal penting dalam
muncul karena penyuluhan telah banyak keberhasilan proses menyusui. Sikap yang
dilakukan tetapi tidak dapat meningkatkan ASI muncul juga dipengaruhi oleh motivasi. Hasil
eksklusif. Pengetahuan tidak cukup mengubah penelitian menyatakan bahwa ibu yang
perilaku dalam memberikan ASI, sehingga ibu menyusui eksklusif memiliki motivasi
membutuhkan keterampilan dan dukungan intrinsik dan ekstrinsik yang tinggi
(kepercayaan, penerimaan, pengakuan, dan dibandingkan ibu yang tidak menyusui
penghargaan) terhadap perasaan-perasaan ibu eksklusif. Motivasi instrinsik terdiri dari
menyusui. Suasana saling memberi dukungan tanggung jawab, harapan masa depan, menjadi
lebih mudah terbangun dalam kelompok contoh, pengakuan dari orang lain, dan
memperluas pergaulan. Motivasi ekstrinsik
24 | PISSN 2620-8040 Renni, dkk
MOTIVASI MEMBERIKAN ASI DAN PERILAKU MENYUSUI DI BANTUL YOGYAKARTA

terdiri dari kebijakan atau program, fasilitas, motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik
anjuran dukungan, dan tenaga kesehatan ahli yang lebih tinggi. Motivasi yang tinggi juga
dan ramah.13,16 didukung oleh lain di antaranya tenaga
Deskripsi motivasi dalam penelitian kesehatan.13
ini tercantum pada tabel 2. Nilai mean dari Hasil temuan dalam penelitian ini
ketiga sub pokok motivasi menyusui tidak berbeda dengan penelitian di wilayah
jauh berbeda. Semua bernilai di atas 90 Puskesmas Cilandak Jakarta. Penelitian di
dengan maksud motivasi dalam menyusui wilayah Puskesmas Cilandak Jakarta
terkategori tinggi. Tingginya motivasi ini menemukan bahwa tidak ada hubungan
dapat menjadi daya dorong seorang ibu bermakna antara motivasi diri dengan
memiliki perilaku untuk menyusui bayinya. keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Tidak
Terlaksananya perilaku menyusui maka besar ada hubungan keduanya karena responden
kemungkinan pemberian ASI dapat penelitian di wilayah Puskesmas Cilandak
berkesinambungan sampai anak berusia 2 Jakarta masih beranggapan bahwa ASI mereka
tahun. Tabel 3 menyajikan data bahwa nilai masih kurang untuk kebutuhan bayi dan
motivasi dan perilaku berkategori tinggi. Data kebiasaan memberikan makanan selain ASI
tersebut menjadi komponen pendukung untuk pada usia kurang dari 6 bulan telah dilakukan
analisis korelasi motivasi dan perilaku. turun menurun. Pemahaman tersebut
Hasilnya ada hubungan antara motivasi diperberat dengan menyatakan bahwa
memberikan ASI dengan perilaku menyusui pemberian makanan selain ASI pada usia
(tabel 4). Kedua variabel tersebut saling terkait kurang dari 6 bulan tidak pernah timbul
dari motivasi akan terlihat perilaku. masalah selama ini.9
Motivasi yang muncul diharapkan Anggapan tersebut banyak dialami
muncul dan mendukung terbentuknya perilaku oleh ibu menyusui dan menjadi pekerjaan
untuk mampu menyusui anaknya. Jika besar bagi tenaga kesehatan agar konsep yang
seseorang tidak memiliki motivasi untuk tertanam dapat berubah menjadi konsep baru
menyusui bayinya maka orang tersebut juga bahwa hanya ASI saja makanan terbaik baik
tidak ingin memiliki perilaku menyusui bagi bayi yang berusia kurang dari 6 bulan dan
bayinya, meskipun di dalam penelitian ini pemberian ASI dilanjutkan sampai anak usia 2
hasil analisis menyatakan bahwa tidak ada tahun dengan ditambah makanan pendamping
kaitannya antara motivasi dengan perilaku. ASI.
Motivasi diri memengaruhi perilaku Dukungan bagi ibu menyusui sangat
seseorang. Motivasi menjadi pendorongan atau penting agar keberlanjutan sehingga anak
usaha yang disadari memengaruhi tingkah laku disusui sampai usia 2 tahun. Dukungan
seseorang agar hatinya tergerak bertindak keluarga terutama suami berupa dukungan
melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil emotional (rasa empati, cinta, kepercayaan,
atau tujuan tertentu.17 dan motivasi), dukungan informational
Hasil penelitian lain menemukan (wacana pengetahuan pemberian ASI
bahwa motivasi instrinsik dan ekstrinsik ibu eksklusif), dukungan indtrumental
menyusui secara eksklusif lebih tinggi (ketersediaan sarana dan dana memudahkan
daripada ibu yang tidak menyusui secara ibu memberikan ASI eksklusif), dan dukungan
eksklusif. Penelitian tersebut memisahkan 2 appraisal (penghargaan atas usaha yang
kelompok ibu yang dapat memberikan ASI dilakukan ibu untuk memberikan ASI
eksklusif dan yang tidak eksklusif. Kedua eksklusif).9 Dukungan dari tenaga kesehatan
kelompok tersebut setelah diteliti lebih dalam juga dapat meningkatkan motivasi ibu untuk
ibu yang menyusui eksklusif memiliki memberian ASI eksklusif (motivasi eksternal).
25 | PISSN 2620-8040 Renni, dkk
MOTIVASI MEMBERIKAN ASI DAN PERILAKU MENYUSUI DI BANTUL YOGYAKARTA

Salah satu hasil penelitian menemukan bahwa [2] World Health Organization, 2009, Infant
kedudukan tenaga kesehatan sangat penting. and Young Child Feefing (IYCT) Model
Hal ini bisa jadi karena pengaruh pemahaman Chapter for Textbook for Medical
Students and Alied Health Professionals,
warga terhadap kedudukan tenaga kesehatan.
World Health Organization, Switzerland
Tingginya kedudukan tenaga kesehatan dalam [3] Setegn, T., Belachew, T., Gerbaba, M.,
pemahaman warga dapat dioptimalkan agar Deribe, K., Deribrew, A., Biadgilign, S.,
program ASI eksklusif dapat sukses. 2012. Factors Associated with Exclusive
Dukungan dari tempat kerja juga berperan Breasfeeding Practices Among Mothers in
dalam memotivasi ibu untuk memberikan ASI Goba District, South East Ethiopia: A
eksklusif. Ketersediaan ruangan, wastafel, dan Cross-Sectional Study, International
Breastfeeding Journal, No. 17, Vol. 7, 1-8
peralatan untuk memerah serta penyimpan ASI
[4] Kementerian Kesehatan Republik
(pompa ASI, botol ASI, kulkas, alat steril Indonesia, 2013, Laporan Hasil Riset
botol, cooler bag).14 Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan
Motivasi dan perilaku seseorang juga Pengembangan Kesehatan, Kementerian
bisa muncul dari pergaulan seseorang dengan Kesehatan, R.I., Jakarta.
orang lain, terlebih lagi motivasi dapat muncul [5] Nurmiati, Besral, 2008, Pengaruh Durasi
dari sekelompok orang yang memiliki niat Pemberian ASI terhadap Ketahanan
Hidup Bayi di Indonesia, Makara
untuk mendukung ibu menyusui memberikan
Kesehatan, No. 2, Vol. 12, 47-52
ASI sebagai makanan bergizi bagi bayinya [6] Dinas Kesehatan Daerah Istimewa
sampai bayi berusia 24 bulan. Kelompok Yogyakarta, 2015, Profil Kesehatan
tersebut disebut dengan Kelompok Pendukung Daerah Istimewa Yogyakarta 2015, Dinas
ASI (KP-ASI) atau KP-Ibu. KP-ASI Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta,
merupakan kumpulan beberapa orang yang Yogyakarta
[7] Susilo, J., Kurdanti, W., Siswati, T., 2012,
mengalami situasi yang sama atau memiliki
Hubungan Program Kelompok
tujuan yang sama, yang bertemu secara rutin Pendukung Ibu Terhadap Pengetahuan
untuk saling menceritakan kesulitan, dan Praktik Pemberian ASI Eksklusif,
keberhasilan, informasi dan ide berkaitan Gizi Indon, No. 1, Vol. 35, 30-40
dengan situasi yang dihadapi atau upaya [8] Fahriani, R., Rohsiswatmo, R., Hendarto,
mencapai tujuan yang diinginkan.7,18 A., 2014, Faktor yang Memengaruhi
Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi
Cukup Bulan yang Dilakukan Inisiasi
KESIMPULAN
Menyusu Dini, Sari Pediatri, No. 6, Vol.
Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa 15, 394-402.
ada hubungan bermakna antara motivasi ibu [9] Azriani, D., Wasnidar, 2014, Keberhasilan
memberikan ASI dengan perilaku ibu saat Pemberian ASI Eksklusif, Jurnal Health
menyusui. Konstinuitas ibu memberikan ASI Quality, No. 2, Vol. 4, 77-83.
kepada bayinya membutuhkan dukungan dari [10] Racine, E. F., Friock, K. D., Strobino, D.,
pihak lain. Dukungan dari keluarga, tenaga Laura M., Carpenter, L. M., Milligan, R.,
Pugh, L. C., 2011, How Motivation
kesehatan, dan tempat bekerja jika ibu
Influences Breastfeeding Duration Among
menyusui berstatus bekerja sangat dibutuhkan Low Income Women. J Hum Lact, No. 2,
untuk ibu menyusui guna menyukseskan Vol. 25, 173-181
program ASI eksklusif. [11] Suharti, S., 2010, Hubungan Pengetahuan
dan Sikap dengan Perilaku Kepala
DAFTAR PUSTAKA Keluarga dalam Pemberantasan Sarang
Nyamuk Demam Berdarah (di Wilayah
[1] Suraatmaja, S., 1997, ASI Petunjuk untuk Kerja Puskesmas Loa Ipuh Kabupaten
Tenaga Kesehatan, Editor: Soetjiningsih,
EGC, Jakarta
26 | PISSN 2620-8040 Renni, dkk
MOTIVASI MEMBERIKAN ASI DAN PERILAKU MENYUSUI DI BANTUL YOGYAKARTA

Kutai Kartanegara), Laporan Penelitian [15] Kementerian Kesehatan Republik


Tugas Akhir Indonesia, 2015, Profil Kesehatan
[12] Kusuma, R., Ariningtyas, R., 2015, Indonesia 2015, Kementerian Kesehatan
Hubungan Pengetahuan tentang ASI Republik Indonesia, Jakarta.
dengan Perilaku Ibu Saat Menyusui di [16] Abdullah, G. I., Ayubi, D., 2013.
Kabupaten Bantul, Media Ilmu Determinan Perilaku Pemberian Air Susu
Kesehatan, No. 3, Vol. 4, 7-14 Ibu Eksklusif pada Ibu Bekerja. Jurnal
[13] Armini, N. W., Somoyani, N. K., Budiani, Kesehatan Masyarakat Nasional, No. 7,
N. N., 2015, Perbedaan Motivasi Vol. 7, 298-303
Instriksik dan Motivasi Ekstrinsik dalam [17] Purwanto, M. N., 2007, Psikologi
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) oleh Ibu Pendidikan, Remaja Rosdakarya,
Menyusui Eksklusif dengan Ibu Menyusui Bandung.
Tidak Eksklusif, Jurnal Skala Husada, [18] Tim, 2015, Gelar Kelompok Pendukung
No. 1, Vol. 12, 8-14 ASI,.http://www.tubankab.go.id/public/c_
[14] Rizkianti, A., Prasodjo, R., Novianti, news/news_detail/356.shtml tertanggal 15
Saptarini, I., 2014, Analisis Faktor Juni 2015 diunduh 30 Oktober 2015
Keberhasilan Praktik Pemberian ASI
Eksklusif di Tempat Kerja pada Buruh
Insdustri Tekstil di Jakarta, Bul. Penelit.
Kesehat, No. 4, Vol. 42, 237-248

27 | PISSN 2620-8040 Renni, dkk


PROSIDING
SEMINAR REGIONAL RADIOLOGI I
Yogyakarta, 27 Januari 2018

HUBUNGAN KESEIMBANGAN TUBUH DENGAN FREKUENSI JATUH


PADA LANSIA DI BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA
ABIYOSO YOGYAKARTA

Siti Arifah S.Kep. Ns, M.Kes


Prodi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi STIKES Guna Bangsa Yogyakarta
sitiarifah9090@gmail.com

ABSTRAKS

HUBUNGAN KESEIMBANGAN TUBUH DENGAN FREKUENSI JATUH PADA LANSIA DI


BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA ABIYOSO YOGYAKARTA. Memasuki usia tua
akan mengalami kondisi kemunduran fisik, salah satu masalah fisik yang dapat mengakibatkan
kecacatan atau kematian. Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan proyeksi pusat
tubuh pada landasan penunjang baik saat berdiri, duduk, transit dan berjalan Jatuh adalah kejadian
tiba-tiba dan tidak disengaja yang mengakibatkan seseorang terbaring atau terduduk di lantai.
Kejadian jatuh sebagai dampak langsung dari gangguan keseimbangan. Metode yang telah
dikembangkan untuk menilai gangguan keseimbangan dan cara berjalan adalah Berg Balance Scale
(BBS). Tujuan Mengetahui hubungan keseimbangan tubuh dengan frekuensi jatuh pada lansia di Balai
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Abiyoso Yogyakarta. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
Observasional analitikdengan rancangan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah 44 orang
yang memenuhi kriteria inklusi yang diambil dari Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdah Abiyoso
Yogyakarta. Pengambilan sampel menggunakan Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel
dengan pertimbangan tertentu. Data yang di kumpulkan kemudian di analisis menggunakan uji
statistik Kendall’s tau. Instrumen yang di gunakan pada penelitian adalah lembar observasi yang di
dapat dari adobsi dari penelitian sebelumnya.Berdasarkan 44 subjek penelitian menunjukkan
mayoritas lansia usia 75-90 tahun sebanyak 22 (50,0%), berjenis kelamin perempuan sebanyak 30
(68,2%), sedangkan sebagian besar responden memiliki keseimbangan tubuh resiko jatuh rendah yaitu
34 responden (77,3%), dan sebagian besar responden memiliki frekuensi jatuh sedang yaitu sebanyak
20 responden (45,5%), Sedangkan dari hasil uji statistik Kendall-Tau diperoleh p-value 0,013
(p<0,05) yaitu Ada hubungan yang signifikan antara keseimbangan tubuhdengan frekuensi jatuh.

Kata kunci: Lanjut usia, Resiko jatuh, Keseimbangan tubuh, Frekuensi jatuh.

PENDAHULUAN
Menua atau menjadi tua adalah Menurut Undang-Undang Republik
suatu keadaan yang terjadi secara alami di Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang
dalam kehidupan manusia. Menurut World kesejahteraan lanjut usia, yang dimasuk
Health Organization (WHO) dalam dengan lanjut usia (lansia) adalah
Health in South East-Asia tahun 2010 [1]. seseorang yang telah mencapai usia 60

Siti Arifah PISSN 2620-8040 28


HUBUNGAN KESEIMBANGAN TUBUH DENGAN FREKUENSI JATUH PADA LANSIA DI
BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA ABIYOSO YOGYAKARTA

tahun ke atas. Jumlah penduduk Indonesia aktifitas sehari-hari [5]. Salah satu
pada tahun 2015 sebanyak ± 255.461.686 masalah fisik yang dapat mengakibatkan
jiwa, dengan jumlah penduduk yang kecacatan atau kematian yang sering
tinggal di pedesaan sebanyak ± terjadi pada lansia yang harus dicegah dan
119.018.460 jiwa (46,6%) dan yang perlu mendapatkan perhatian dari
tinggal di perkotaan sebanyak masyarakat keperawatan adalah jatuh,
136.443.226 jiwa. Indonesia adalah sebab kecelakaan dan jatuh merupakan
termasuk negara memasuki era penduduk masalah yang sering menyebabkan
berstruktur lanjut usia (aging structured kecacatan, cidera, depresi, dan cidera fisik
population) karena jumlah penduduk yang terhadap lansia, karena bertambahnya usia
berusia 60 tahun keatas sekitar 7,18% [2]. kondisi fisik, mental, dan fungsi tubuh
Yogyakarta menempati posisi tertinggi pun menurun [6].
dengan persentasi jumlah lansia di atas Kejadian jatuh sebagai dampak
rata-rata nasional pada tahun 2010 jumlah langsung dari gangguan keseimbangan
lansia di Yogyakarta tersebut 12,48%. dapat diminimalisasi dengan mengenal
Pada tahun 2014 jumlah lansia di faktor risiko gangguan keseimbangan.
Yogyakarta mencapai 15% secara nasional Faktor tersebut terdiri dari faktor internal
dengan usia harapan hidup sebesar 75,5 dan eksternal. Faktor internal yang
tahun. berhubungan dengan gangguan
Usia harapan hidup menempati keseimbangan adalah usia, jenis kelamin,
perngkat tertinggi di Indonesia [3]. Lanjut pekerjaan, gangguan afektif dan
usia adalah seseorang yang karena usianya psikologis, penyakit kardiovaskuler,
yang lanjut yang mengalami perubahan gangguan metabolik, gangguan
biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. muskuloskeletal, gangguan neurologis,
Perubahan ini akan memberikan pengaruh abnormalitas sensori, aktivitas fisik,
pada seluruh aspek kehidupan, termasuk penggunaan medikasi tertentu berjumlah 4
kehidupannya [4]. Memasuki usia tua jenis atau lebih seperti antiaritmia,
akan mengalami kondisi kemunduran fisik diuretik, digoxin, narkotik, antikonvulsan,
yang ditandai dengan kulit mengendur, psikotropik, antidepresan [6].
rambut memutih, gigi ompong,
Berdasarkan survei di masyarakat
pendengaran kurang jelas, penglihatan
Indonesia terdapat sekitar 30% lansia
semakin memburuk, gerakan lambat, dan
berumur lebih dari 65 tahun jatuh setiap
gerakan tubuhyang tidak proporsional.
tahunnya. Separuh dari angka tersebut
Selain itu lansia juga akan mengalami
mengalami jatuh berulang, lima persen
kemunduran kemampuan kognitif, serta
dari penderita jatuh ini mengalami patah
psikologis, artinya lansia mengalami
tulang atau memerlukan perawatan di
perkembangan dalam bentuk perubahan-
rumah sakit [5].
perubahan yang mengarah pada perubahan
yang negatif. Akibatnya perubahan fisik Berdasarkan hasil studi
lansia akan mengalami gangguan pendahuluan yang dilakukan peneliti di
mobilitas fisik yang akan membatasi Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha
kemandirian lansia dalam memenuhi Abiyoso yogyakarta bahwasannya belum
29 | PISSN 2620-8040 Siti Arifah
HUBUNGAN KESEIMBANGAN TUBUH DENGAN FREKUENSI JATUH PADA LANSIA DI
BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA ABIYOSO YOGYAKARTA

pernah dilakukan penelitian tentang


hubungan keseimbangan tubuh dengan
frekuensi jatuh pada lansia. Maka dari
hasil studi pendahuluan diatas peneliti Karakteristik F (%) Responden
tertarik untuk meneliti tentang hubungan Karakteristik Frekuensi Presentase
keseimbangan tubuh dengan frekuensi Responden
jatuh pada lansia. 60-70 21 47,7%
METODE PENELITIAN Usia 75 -90 22 50,0%

Jenis penelitian ini merupakan >90 1 2,3


penelitian observasional analitik dengan Jenis Laki-Laki 14 31,8
rancangan cross sectional. Populasi dalam Kelamin
penelitian ini adalah seluruh lansia berusia Perempuan 30 68,2
60 tahun ke atas yang tinggal di Balai Total 44 100
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Abiyoso
Yogyakarta yang memenuhi kriteria Sumber: Data Primer Tahun 2017
inklusi dan eksklusi. Sebanyak 100 orang Berdasarkan Tabel 1 diatas
lansia. Pengambilan sampel dalam menunjukkan bahwa sebagian besar
penelitian ini menggunakan purposive responden berusia 75-90 tahun yaitu
sampling dan menggunakan rumus besar sebanyak 22 responden (50,0%).
sampel slovin, didapatkan 44 responden. Sedangkan pada Karakteristik jenis
Analisa data menggunakan analisis kelamin perempuan lebih banyak
univariat dan bivariat dengan Kendall’s dibandingkan dengan laki-laki yaitu
Tau. Variabel independen penelitian ini sebesar 30 responden (68,2%). Hal ini di
yaitu keseimbangan tubuh, sedangkan karenakan semakin bertambahnya usia
dependent yaitu perilaku frekuensi jatuh. maka akan semakin berkurangnya fungsi
Instrumen dalam penelitian ini tubuh. Penelitian ini didukung oleh
menggunakan lembar lembar observasi penelitian dari Valentine Meril “Pengaruh
dan kuesioner. senam lansia terhadap keseimbangan
HASIL tubuh pada lansia di lingkungan dajan
Responden dalam penelitian ini bingin sading” yang menyatakan bahwa
adalah lansia yang tinggal menetap di sebagian besar responden 60-64 tahun
lingkungan Balai Pelayanan Sosial Tresna yang berjumlah 10 orang (37%) dari 27
Werdha Abiyoso Yogyakarta, yang responden yang diteliti. Hal tersebut
memenuhi standar krikteria. Secara terjadi karena adanya akumulasi radikal
lengkap karakteristik responden akan bebas dalam tubuh yang semakin
disajikan dalam tabel 1. menumpuk seiring dengan meningkatnya
usia, sehingga menyebabkan degenerasi
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan sel dan kerusakan jaringan yang
Karakteristik Responden di Balai mempengaruhi kemampuan fungsional
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Unit tubuh, salah satunya penurunan kekuatan
Abiyoso Yogyakarta. otot penopang tubuh yang berfungsi
30 | PISSN 2620-8040 Siti Arifah
HUBUNGAN KESEIMBANGAN TUBUH DENGAN FREKUENSI JATUH PADA LANSIA DI
BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA ABIYOSO YOGYAKARTA

sebagai efektor dan berperan dalam hal ini karena usia harapan hidup
pengaturan mekanisme keseimbangan perempuan lebih tinggi dari laki-laki.
tubuh melalui ankle strategy, hip strategy, Secara fisik keadaan dan ketahanan tubuh
dan stepping strateg). Untuk laki-laki dan perempuan berbeda
mempertahankan kekuatan otot agar tetap disebabkan oleh struktur hormon yang
optimal dapat dilakukan melalui olahraga berbeda. Hormon estrogen memperkuat
teratur dan memadukan gerak dengan sistem kekebalan tubuh, membuat
latihan kekuatan otot dan kelenturan perempuan lebih tahan terhadap infeksi.
seperti senam lansia. Gerakan-gerakan Hal ini yang membuat usia harapan hidup
senam lansia akan memicu kontraksi otot, lebih tinggi, sehingga jumlah perempuan
sehingga sintesis protein kontraktil otot lebih banyak dari pada laki-laki [1].
berlangsung lebih cepat dari
Penelitian ini didukung oleh
penghancurannya. Hal ini meningkatkan
penelitian dari Achmanagara Andriyani
filamen aktin dan miosin di dalam
Ayu yaitu Persentase lansia perempuan
miofibril sehingga massa otot bertambah.
lebih banyak dari pada laki-laki. Dimana
Peningkatan ini disertai dengan
gangguan keseimbangan lebih banyak
peningkatan komponen metabolisme otot
ditemukan pada lansia perempuan
yaitu ATP yang berdampak pada
dibanding laki-laki. Lansia laki-laki
peningkatan kekuatan otot.
sebagian besar bekerja di luar rumah
Kekuatan otot optimal akan sedangkan perempuan lebih banyak di
membantu lansia mempertahankan rumah atau sebagai ibu rumah tangga
keseimbangan tubuhnya melalui strategi sehingga dapat mengikuti aktivitas
postural [7]. Usia berhubungan dengan posyandu lansia di Desa Pamijen. Kader
keseimbangan karena terjadi perubahan posyandu lansia di Desa Pamijen
fungsi tubuh yang menyebabkan mengatakan bahwa lansia perempuan
keseimbangan menurun. Banyak lansia lebih sering datang ke posyandu lansia
yang tidak tahu mengenai perubahan yang untuk mengikuti kegiatannya dibanding
terjadi pada tubuhnya dan hanya lansia laki-laki. Secara hormonal, lansia
membiarkannya saja atau pasrah. Lansia wanita mengalami menopouse dimana
hendaknya dapat mencegah kondisi terjadi penurunan hormon estrogen yang
tubuhnya menjadi lebih menurun dan dapat mengakibatkan tulang kehilangan
mepertahankan fungsi tubuhnya dengan kalsium sehingga mempengaruhi
baik. Oleh karena itu, lansia perlu keseimbangan. Lansia wanita juga lebih
diberikan edukasi mengenai perubahan mengalami berkurangnya kekuatan otot,
pada tubuhnya yang dapat mempengaruhi kekuatan genggaman tangan, kelemahan
keseimbangan sehingga lansia dapat otot ekstremitas bawah, dan berkurangnya
mencegah kejadian jatuh [7]. Hasil kemampuan dalam mengembalikan
Kemenkes R.I Tahun 2014, didapatkan stabilitas tubuh sehingga mengurangi
bahwa jumlah dimungkinkan karena usia keseimbangan. Lansia wanita memiliki
harapan hidup lansia perempuan lebih sedikit kontrol muskular dan langkah yang
banyak dibandingkan dengan laki - laki, sempit sedangkan lansia laki-laki berjalan

31 | PISSN 2620-8040 Siti Arifah


HUBUNGAN KESEIMBANGAN TUBUH DENGAN FREKUENSI JATUH PADA LANSIA DI
BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA ABIYOSO YOGYAKARTA

dengan sedikit ayunan lengan, penurunan mempengaruhi keseimbangan tubuh


tinggi langkah, langkah yang pendek, dan sehingga akan mengurangi resiko jatuh.
posisi kepala dengan tubuh menjadi lebih Hasil penelitian ini didukung oleh
fleksi. Perubahan tersebut dapat penelitian dari Valentine Meril yang
mempengaruhi keseimbangan dan menyatakan bahwa sebagian besar
meningkatkan risiko jatuh. Masalah responden memiliki keseimbangan baik
keseimbangan sering terjadi pada lansia dengan skor 41 - 56 sebanyak 14
wanita juga karena dihubungkan dengan responden (51,9%) dari 27 responden
perubahan gaya hidup, metabolik istirahat, yang diteliti [7]. Keseimbangan adalah
dan lemak tubuh yang terjadi pada lansia kemampuan untuk mempertahankan
wanita. Lansia wanita biasanya lebih proyeksi pusat tubuh pada landasan
memilih aktivitas di dalam rumah penunjang baik saat berdiri, duduk, transit
daripada laki-laki yang bekerja di luar dan berjalan [9].
rumah dimana aktivitas di luar rumah
Kejadian jatuh sebagai dampak
seperti bekerja intensitasnya lebih banyak.
langsung dari gangguan keseimbangan
Lemak tubuh dapat mempersulit posisi
dapat diminimalisasi dengan mengenal
pada landasan penunjang yang dapat
faktor risiko gangguan keseimbangan.
menjaga keseimbangan [8].
Faktor tersebut terdiri dari faktor internal
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden dan eksternal. Faktor internal yang
Berdasarkan Keseimbangan Tubuh di berhubungan dengan gangguan
Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha keseimbangan adalah usia, jenis kelamin,
Unit Abiyoso Yogyakarta. pekerjaan, gangguan afektif psikologis,
penyakit kardiovaskuler, gangguan
Keseimbangan Frekuensi Presentase
Tubuh metabolik, gangguan muskuloskeletal,
Resiko jatuh 3 6,8 gangguan neurologis, abnormalitas
tinggi sensori, aktivitas fisik, penggunaan
Resiko jatuh 7 15,9 medikasi tertentu berjumlah 4 jenis atau
sedang lebih seperti antiaritmia, diuretik, digoxin,
Resiko Jatuh 34 77,3 narkotik, antikonvulsan, psikotropik,
Rendah antidepresan [6]. Faktor eksternal adalah
Total 44 100 lingkungan dan penggunaan alat bantu
Sumber: Data Primer Tahun 2017 jalan, Lingkungan merupakan faktor yang
Berdasarkan tabel 2 hasil analisis dapat mempengaruhi keseimbangan dan
uji statistik didapatkan distribusi frekuensi berkontribusi pada risiko jatuh. Kejadian
keseimbangan tubuh pada lansia jatuh di dalam ruangan lebih sering terjadi
menunjukan bahwa sebagian besar di kamar mandi, kamar tidur dan dapur.
responden yang memiliki keseimbangan Sekitar 10% kejadian jatuh terjadi di
tubuh resiko jatuh rendah yaitu 34 tangga terutama saat turun karena lebih
responden (77,3%). Ini menunjukkan berbahaya dari pada saat naik tangga [10].
bahwa lansia sudah mengenal dan Penggunaan alat bantu jalan dalam jangka
memahami dari faktor-faktor yang waktu lama dapat mempengaruhi

32 | PISSN 2620-8040 Siti Arifah


HUBUNGAN KESEIMBANGAN TUBUH DENGAN FREKUENSI JATUH PADA LANSIA DI
BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA ABIYOSO YOGYAKARTA

keseimbangan sehingga dapat kondisi lansia yang memiliki risiko jatuh.


menyebabkan jatuh. ukuran, tipe dan cara Latihan keseimbangan membuat jumlah
menggunakan alat bantu jalan seperti lansia di PSTW Yogyakarta Unit Budhi
walker, tongkat kursi roda dan kruk Luhur yang memiliki risiko jatuh juga
berkontribusi menyebabkan gangguan menurun dibandingkan dengan jumlah
keseimbangan dan jatuh [11]. lansia yang memiliki risiko jatuh sebelum
dilakukan intervensi. Dari hasil penelitian
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden
didapatkan pula tanggapan dari lansia
Berdasarkan Frekuens jatuh di Balai
yang diberikan intervensi. Responden
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Abiyoso
mengatakan bahwa setelah berlatih latihan
Yogyakarta.
keseimbangan, mereka juga mempraktikan
Frekuensi Frekuensi Presentase latihan keseimbangan dikamar secara
Jatuh mandiri. Para lansia juga mengatakan
Tinggi 14 31,8
perasaan nyaman dengan otot-otot yang
Sedang 10 45,5
sudah tidak kaku lagi membuat mereka
Rendah 20 27,7
Total 44 100
lebih rilek, nyaman, dan tidak takut
melakukan aktivitas sehari-hari berjalan,
Sumber: Data Primer Tahun 2017
menyapu lantai, menjemur pakaian dan
Berdasarkan tabel 3 diatas Hasil lain-lain.
Analisis Uji statistik didapatkan distribusi
frekuensi jatuh pada lansia sebagian besar Selain itu, keseimbangan tubuh
lansia dirasakan lebih baik sehingga jika
responden memiliki frekuensi jatuh
berjalan risiko jatuh bisa diminimalisir.
sedang yaitu sebanyak 20 responden
(45,5%). Ini di karenakan lansia lebih Kejadian jatuh pada lansia setelah
diberikan perlakuan latihan keseimbangan
sering melakukan latihan keseimbangan di
selama tiga minggu tidak dilaporkan lagi.
Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha
Lansia selalu bersemangat menanti waktu
Abiyoso Yogyakarta sehingga akan
mengurangi resiko untuk jatuh. Hasil tiap adanya jadwal latihan keseimbangan
[6]. Hasil penelitian ini juga oleh
penelitian ini di dukung oleh penelitian
dari Nurkuncoro Danar Irawan yang di penelitian dari Waras Mulkin yang
menunjukkan bahwa besar lansia yang
mana setelah dilakukan pemeriksaan atau
postest kembali pada lansia yang berjenis kelamin perempuan memiliki
mengalami risiko jatuh, menunjukan resik jatuh rendah sebanyak 42 responden
lansia yang tidak lagi mengalami risiko (49,4%) [12]. Ini di karenakan lansia yang
berjenis kelamin perempuan lebih banyak
jatuh berjumlah 18 lansia (90%)
melakukan aktifitas sehari-hari seperti
sedangkan 2 lansia (10%) masih
bertani, berdagang, mengikuti kegiatan
mengalami risiko jatuh. Kondisi tersebut
mengindikasikan bahwa terdapat untuk lansia danlain sebagainya dari pada
perubahan atau penurunan jumlah lansia lansia yang berjenis kelamin laki-laki.
Jatuh dapat mengakibatkan cedera dan
yang memiliki risiko jatuh, sehingga dapat
lain sebagainya [13]. Menurut Jusminar
dijelaskan bahwa perlakuan latihan
keseimbangan berpengaruh terhadap penyebab jatuh diakibatkan karena

33 | PISSN 2620-8040 Siti Arifah


HUBUNGAN KESEIMBANGAN TUBUH DENGAN FREKUENSI JATUH PADA LANSIA DI
BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA ABIYOSO YOGYAKARTA

beberapa faktor yaitu sistem sensorik, yaitu sebanyak 16 responden (36,4%), Hal
sistem syaraf pusat, kognitif, dan sistem ini karena yang ada di Balai Pelayanan
musculoskeletal dan jatuh merupakan Sosial Tresna Werdha Abiyoso
suatu kejadian yang dialami seseorang Yogyakarta lebih memperhatikan gaya
dikarenakan oleh faktor usia [14]. berjalan dan keseimbangan tubuh
sehingga dapat meminimalisir untuk tidak
Menurut Kurniawan faktor-faktor
terjadinya jatuh. Hasil penelitian ini di
yang mempengaruhi resiko jatuh pada
dukung oleh penelitian dari Nurkuncoro
lansia ada dua yaitu intrinsik dan
Danar Irawan yang di mana pengaruh
eksterinsik, intrinsik antara lain penyakit
latihan keseimbangan terhadap risiko jatuh
jantung, gangguan sistem anggota gerak,
yang menyatakan bahwa latihan atau
kelemahan otot-otot dan lain sebagainya,
terapi fisik yang dilaksanakan secara
sedangkan ekstrinsik antara lain
bertahap dan teratur akan mengurangi
cahaya,ruangan yang licin, dan ruangan
risiko jatuh dengan meningkatkan
yang gelap [15].
kekuatan tungkai dan tangan,
Tabel 4 Crosstabulation Hubungan memperbaiki keseimbangan, koordinasi,
keseimbangan tubuh dengan frekuensi dan meningkatkan reaksi terhadap bahaya
jatuh pada lansia di Balai Pelayanan Sosial lingkungan [6]. Pada usia lanjut sering
Tresna Werdha Abiyoso Yogyakarta. kali terjadi penurunan mobilitas fisik.
Frekuensi Jatuh P- Gangguan mobilitas fisik biasanya
Value
ditandai dengan gangguan motorik halus
T S R
F % F % F % dan motorik kasar, ketidakstabilan
Resi 2 4,5 1 2,3 3 6,8 0,013
ko
postural, perubahan gaya berjalan,
Jatu pergerakan melambat, untuk mencegah
Kesei h
mban Ting hal tersebut dapat dilakukan latihan fisik
gan gi untuk meningkatkan secara signifikan
Tubuh Resi 4 9,1 3 6,8 7 15,
ko 9 keseimbangan dan mobilitas fisik lansia
Jatu jika dibandingkan dengan kontrol. Hal
h
Seda tersebut dikarenakan adanya interaksi
ng
Resi 8 18, 1 36, 3 77,
yang kompleks antara sistem
ko 2 6 4 4 3 muskuloskeletal dengan sistem syaraf
Jatu
h [16].
Ren
dah Hasil analisis data dengan
Total 1 31, 2 45, 4 10 menggunakan uji kolerasi Kendall’s Tau
4 8 0 5 4 0
Sumber: Data Primer Tahun 2017 didapatkan nilai p-Value 0,013, sehingga
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
Berdasarkan Tabel 4 di atas hasil keseimbangan tubuh dengan frekuensi
uji statistik terhadap 44 responden, jatuh pada lansia di Balai Pelayanan Sosial
didapatkan sebagian besar responden yang Tresna Werdha Abiyoso Yogyakarta. Hal
memiliki keseimbangan tubuh resiko jatuh ini dikarenakan lansia yang dengan
rendah dengan frekuensi jatuh sedang keseimbangan tubuh yang kurang akan

34 | PISSN 2620-8040 Siti Arifah


HUBUNGAN KESEIMBANGAN TUBUH DENGAN FREKUENSI JATUH PADA LANSIA DI
BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA ABIYOSO YOGYAKARTA

sangat mempengaruhi terjadinya resiko 75-90 tahun sebanyak 22 responden


untuk jatuh. Hasil penelitian ini didukung (50,0%).
oleh penelitian yang dilakukan oleh
2. Sebagian besar responden yang tinggal
Astriyana Sevy dengan Uji Paired Sample
di Balai Pelayanan Sosial Tresna
T-Test, menunjukkan bahwa ada pengaruh
Werdha Abiyoso Yogyakarta berjenis
latihan keseimbangan terhadap risiko jatuh
kelamin perempuan sebanyak 30
di Posyandu lansia Ngadisono Kadipiro
responden (68,2%).
Surakarta dengan p-value (0,001) (17).
Hasil penelitian ini juga didukung oleh 3. Sebagian besar responden yang tinggal
Farabi Aristo yaitu Hubungan Tes “Timed di Balai Pelayanan Sosial Tresna
Up And Go” Dengan Frekuensi Jatuh Werdha Abiyoso Yogyakarta
Pasien Lanjut Usia dengan hasil setelah memilikikeseimbangan tubuh resiko
dilakukan uji korelasi Spearman jatuh rendah yaitu 34 responden
menunjukkan ada hubungan yang (77,3%).
bermakna antara waktu tes-TUG dengan 4. Sebagian besar responden yang tinggal
frekuensi jatuh dengan nilai korelasi di Balai Pelayanan Sosial Tresna
(r=0,677) [5]. Jatuh terjadi ketika sistem Werdha Abiyoso Yogyakarta memiliki
kontrol postural tubuh gagal mendeteksi frekuensi jatuh sedang yaitu sebanyak
pergeseran dan tidak mereposisi pusat 20 responden (45,5%).
gravitasi terhadap landasan penopang pada
waktu yang tepat untuk menghindari 5. Ada hubungan yang signifikan antara
hilangnya keseimbangan. Keseimbangan keseimbangan tubuhdengan frekuensi
dapat pula terganggu oleh karena adanya jatuh pada lansia yang ditunjukan
penyakit dan obat-obatan. Semua dengan hasil uji statistik Kendall- Tau
perubahan tersebut dapat berperan untuk diperoleh p-value 0,013 (p<0,05).
terjadinya jatuh, terutama pada DAFTAR PUSTAKA
kemampuan untuk mencegah terjadinya
1]. Kementrian Kesehatan Republik
jatuh manakala terpeleset atau
Indonesia. Situasi dan Analisis Lanjut
menghadapi situasi lingkungan yang
Usia; 2014.
membahayakan [5]. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keseimbangan antara lain 2]. Badan Pusat Statistik. Kebutuhan
pusat gravitasi, garis gravitasi, bidang Data Ketenagakerjaan untuk
tumpu[18]. Pembangunan Berkelanjutan; 2015.
3]. Kementrian Sosial Republik
KESIMPULAN
Indonesia. Kajian Tentang Kota
Kesimpulan dari penelitian ini, Ramah Lanjut Usia; 2015.
antara lain:
4]. Murwani, A dan Priyantari W.
1. Sebagian besar responden yang tinggal “Gerontik Konsep Dasar dan
di Balai Pelayanan Sosial Tresna Asuhan Keperawatan Home Care
Werdha Abiyoso Yogyakarta berusia dan Komunitas”.Fitramaya :
Yogyakarta. 2011.
35 | PISSN 2620-8040 Siti Arifah
HUBUNGAN KESEIMBANGAN TUBUH DENGAN FREKUENSI JATUH PADA LANSIA DI
BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA ABIYOSO YOGYAKARTA

5]. Farabi, A. “Hubungan Tes “Timed Sudbury: Janes and Barlett


Up and Go” dengan Frekuensi Publisher; 2010.
Jatuh Pasien Lanjut Usia”. Karya 11].Safe Saskatchewan and the
Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Seniors’ Falls Provincial Steering
Deponegoro Semarang; 2007. Committee. A fiveyear strategic
6]. Nurkuncoro, I, D. “Pengaruh framework (2010-2015): Towards
Latihan Keseimbangan terhadap a vision of seniors living fall free
Resiko Jatuh pada Lansia di Panti lives. Regina: Safe Saskatchewan;
Sosial Tresna Werdha Yogyakarta 2010.
Unit Budhi Luhur Kasongan 12].Mulkin ,W. Gambaran Tingkat
Bantul”. Naskah Publikasi. Resiko Jatuh Pada Lansia Di
Program Studi Ilmu Keperawatan Puskesmas Sedayu II Kecamatan
Sekolah Tinggi Kesehatan Sedayu Bantul Yogyakarta.
Aisyiyah Yogyakarta; 2015. Program Studi Ners Fakultas Ilmu-
7]. Valentine, M. Pengaruh Senam Ilmu Kesehatan Universitas Alma
Lansia Terhadap Keseimbangan Ata Yogyakarta; 2016.
Tubuh Pada Lansia Di Lingkungan 13].Suhartati, C. “Perbedaan Resiko
Dajan Bingin Sading. Karya Jatuh pada Lanjut Usia yang
TulisIlmiah. Program Studi Ilmu Mengikuti Senam dengan yang
Keperawatan Fakultas Kedokteran Tidak Mengikuti Senam di PSTW
Universitas Udayana; 2011. Budhi Luhur Yogyakarta”. Naskah
8]. Achmanagara, A.A. Hubungan Publikasi. Program Studi Ilmu
Faktor Internal Dan Eksternal Keperawatan Sekolah Tinggi
Dengan Keseimbangan Lansia Di Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta;
Desa Pamijen Sokaraja Banyumas. 2014.
Fakultas Ilmu Keperawatan 14].Jusminar. “Analisis Praktik Klinik
Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Kesehatan
Keperawatan Peminatan Masyarakat Perkotaan pada Nenek
Keperawatan Komunitas Depok; G dengan Masalah Resiko Jatuh di
2012. Wisma Bungur Sasana Tresna
9]. Howe, TE., Rochester, L., Jackson, Werdha Karya Bakti”. Karya
A., Banks, PMH., & Blair, VA. Ilmiah Akhir Ners. Depok.
Exercise for improving balance in Fakultas Ilmu Keperawatan
older people. Glasgow: John Wiley Universitas Indonesia; 2013.
& Sons; 2008. 15].Kurniawan, A, B. “Hubungan
10].Mauk, K.L. Gerontologicalnursing Pengetahuan dan Perilaku
competencies for care (2nd ed.). Keluarga dengan Resiko Jatuh
Lansia di Desa Pondok
36 | PISSN 2620-8040 Siti Arifah
HUBUNGAN KESEIMBANGAN TUBUH DENGAN FREKUENSI JATUH PADA LANSIA DI
BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA ABIYOSO YOGYAKARTA

Karanganom Klaten”. Naskah Penurunan Risiko Jatuh Pada


Publikasi. Program Studi Ilmu Lansia” Naskah publikasi.
Keperawatan Fakultas Kedokteran Program Studi D IV Fisioterapi
dan Ilmu Kesehatan universitas Fakultas Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Yogyakarta; Universitas Muhamadiyah
2014. Surakarta; 2012.
16].Rahayu, P. “Hubungan Fungsi 18]Syafarina Putri B,A. “Pengaruh
Kognitif dengan Risiko Jatuh pada Senam Kesegaran Jasmani (Skj)
Lanjut Usia di PSTW Unit Budhi Terhadap Keseimbangan Anak
Luhur Yogyakarta. Naskah pada Usia 8-9 Tahun”.Program
Publikasi”. Program Studi Ilmu Studi Diploma IV Transfer
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Fisioterapi Politeknik Kesehatan
Kesehata Aisyiyah Yogyakarta; Surakarta; 2013.
2014.
17].Astriyana, S. “ Pengaruh Latihan
Keseimbangan Terhadap

37 | PISSN 2620-8040 Siti Arifah


PROSIDING
SEMINAR REGIONAL RADIOLOGI I
Yogyakarta, 27 Januari 2018

HUBUNGAN PEMBERIAN SUPLEMEN ANTIOKSIDAN VITAMIN A, C DAN E


TERHADAP PENANGANAN KNEE OSTEOARTHRITIS : RADIOGRAPHIC
PROGRESSION KNEE OSTEOARTHRITIS

Alpha Olivia Hidayati S.Si., M.P.H


Program Studi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi STIKES Guna Bangsa Yogyakarta
alphaoliviahidayati@gmail.com

ABSTRAKS

HUBUNGAN PEMBERIAN SUPLEMEN ANTIOKSIDAN VITAMIN A, C DAN E TERHADAP


PENANGANAN KNEE OSTEOARTHRITIS : RADIOGRAPHIC PROGRESSION KNEE
OSTEOARTHRITIS. Osteoarthritis adalah penyakit degeneratif yang menyerang persendian.
Penyakit ini ditandai dengan rasa sakit dan kaku pada bagian persendian yang diakibatkan terkikisnya
jaringan kartilago. Sendi yang paling sering mengalami kondisi ini meliputi tangan, lutut (knee joint),
pinggul (hip joint), dan punggung. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi
timbulnya gejala serta menekan perkembangan knee osteoarthritis adalah dengan mengkonsumsi
suplemen antioksidan, seperti vitamin A, C dan E serta asam askorbat. Namun demikian beberapa
penelitian berdasarkan pemeriksaan radiografi menunjukan penggunaan antioksidan vitamin A, C
dan E mempunyai hubungan yang signifikan negatif terhadap hilangnya jaringan kartilago.
Berdasarkan hasil penelitian vitamin A, C dan E memberikan efek protektif pada perkembangan knee
osteoarthritis.

Kata Kunci : knee osteoarthritis, radiografi, vitamin A, vitamin C, vitamin E

PENDAHULUAN
OA dan 80% nya mengalami keterbatasan
Osteoarthritis (OA) merupakan
gerak.
penyakit sendi yang paling sering
dijumpai di dunia (60%) dibandingkan
Sendi yang paling sering mengalami
dengan penyakit arthritis lainnya seperti
kondisi ini meliputi tangan, lutut (knee
Gout Arthritis dan Rheumatoid Arthritis.
joint), pinggul (hip joint), dan tulang
Berdasarkan hasil RISKESDAS 2013
punggung serta pergelangan kaki. Tetapi
pada lansia didapatkan bahwa penyakit
tidak menutup kemungkinan bahwa sendi-
sendi berada pada urutan ketiga penyakit
sendi yang lain juga bisa terserang. Dalam
tidak menular yaitu sebesar (24,7%)
kasus OA, kartilago mengalami kerusakan
setelah stroke (57,9%) dan hipertensi
secara perlahan. Kartilago sendiri
(36,8%). WHO memperkirakan 40%
merupakan jaringan ikat padat yang
lansia diatas umur 70 tahun mengalami
kenyal, licin, serta elastis. Jaringan ini

Alpha Olivia Hidayati PISSN 2620-8040 38


HUBUNGAN PEMBERIAN SUPLEMEN ANTIOKSIDAN VITAMIN A, C DAN E TERHADAP
PENANGANAN KNEE OSTEOARTHRITIS : RADIOGRAPHIC PROGRESSION KNEE
OSTEOARTHRITIS.

menyelubungi ujung tulang pada menyerang molekul di sekitarnya dengan


persendian untuk melindunginya dari mengambil elektron sehingga diperoleh
gesekan saat ada pergerakan. Saat konfigurasi yang lebih stabil. Dalam tubuh
kartilago mengalami kerusakan, manusia, sumber utama radikal bebas
teksturnya yang licin akan menjadi kasar. adalah oksigen, yang berbentuk
Seiring waktu, sendi akan rusak dan superoksida (O2-), hidrogen peroksida
tulang yang satu dengan yang lain akan (H2O2) dan radikal hidroksil (OH-) [1].
bergesekan sehingga menimbulkan nyeri
Radikal bebas di dalam tubuh
sendi [3].
berfungsi sebagai messenger kedua
dengan mengaktifkan fungsi sel,
OA merupakan penyakit degeneratif
pergantian matriks ekstraseluler dan
yang hampir pasti menyerang semua
pengaturan ekspresi gen. Namun
orang. terutama orang yang memiliki
demikian, jika jumlahnya berlebihan
faktor resiko antara lain usia, jenis
dalam jaringan akan menimbulkan
kelamin, cedera pada sendi, obesitas,
kerusakan molekul ekstraseluler dan
faktor keturunan, menderita kondisi
intraseluler serta aktivasi berlebihan
arthritis, penyakit penyerta dan aktivitas
proses seluler. Keadaan yang
fisik [4]. Terdapat dugaan bahwa radikal
mengakibatkan terjadinya penumpukan
bebas berperan dalam patogenesis
radikal bebas dalam suatu jaringan disebut
berbagai penyakit degeneratif sendi dan
stres oksidatif [1].
stres oksidatif dapat merupakan aspek
penting dalam mekanisme terjadinya Untuk mengendalikan kerusakan
gangguan sendi. Salah satu usaha untuk jaringan akibat akumulasi radikal bebas,
megendalikan perkembangan OA adalah tubuh membentuk enzim dismutase
melalui konsumsi suplemen antioksidan, superoksida, katalase dan peroksidase
yaitu Vitamin A, C dan E. yang berfungsi merubah radikal bebas
yang reaktif menjadi molekul yang kurang
METODE PENELITIAN
aktif. Selain enzim yang terdapat di dalam
Metode yang digunakan yaitu tubuh, pada kondisi ketidakseimbangan
dengan systematic review, dengan mencari antara pembentukan dan pembersihan
artikel penelitian dengan beberapa kriteria radikal bebas, tubuh memerlukan
pencarian dan kata kunci, kemudian antioksidan antara lain glutation,
dilakukan review dari semua artikel tokoferol, dan askorbat yang dapat
tersebut. diperoleh dari luar tubuh seperti sayuran,
buah – buahan dan suplemen [9].
HASIL DAN PEMBAHASAN
Radikal Bebas Pembentukan Radikal Bebas Pada
Radikal bebas merupakan atom, ion, Sendi Lutut (Knee Joint)
atau molekul yang secara bebas
mempunyai satu atau lebih elektron yang Stres mekanik karena adanya tekanan
tidak berpasangan di orbit luarnya. pada sendi dapat menyebabkan
Radikal bebas bersifat sangat aktif, ia akan terbentuknya reactive oxygen spesies
39 | PISSN 2620-8040 Alpha Olivia Hidayati
HUBUNGAN PEMBERIAN SUPLEMEN ANTIOKSIDAN VITAMIN A, C DAN E TERHADAP
PENANGANAN KNEE OSTEOARTHRITIS : RADIOGRAPHIC PROGRESSION KNEE
OSTEOARTHRITIS.

(ROS) atau radikal bebas. ROS interleukin-1 (IL-1) dan tumor necrosis-
menyebabkan viskositas cairan sinovial alpha dan produksi protein MMP-13 dan
tereduksi melalui depolimerisasi dan atau aktivitas enzim pada manusia
konfigurasi molekuler asam hialuronik chondrocytes [13].
(HA). Selain itu, ROS juga mereduksi Penelitian sebelumnya juga telah
lubrikasi permukaan sendi karena dilaksanakan oleh McAlindon TE et al.
memburuknya permukaan lapisan (1996) terhadap subjek berjumlah 977
fosfolipid aktif (SAPL) yang merupakan orang partisipan di Framingham dengan
pelumas dan pelindung sendi. ROS juga studi kohort. Dilakukan pencatatan nutrisi
menyebabkan terurainya kolagen dan melalui FFQ (Food Frequency
proteoglikan serta meningkatkan enzim – Questionnaire) dan pemeriksaan radiologi.
enzim degradasi kartilago [10]. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa
tidak terdapat hubungan yang signifikan
Hubungan Pemberian Vitamin A
antara kejadian OA dengan konsumsi
Terhadap Perkembangan Knee
antioksidan. Konsumsi suplemen Vitamin
Osteoarthritis
A berhubungan dengan pengurangan
Penelitian yang membandingkan resiko sakit pada lutut (OR = 0,3;95% CI:
kadar vitamin A, vitamin E, selenium 0,1-1,0). Sehingga konsumsi suplemen
(Se), dan L-laktat dalam serum darah dan vitamin A dimungkinkan dapat
cairan sinovial pada kelompok kontrol menurunkan perkembangan penyakit OA
(tanpa OA) dan kelompok dengan OA namun tidak dapat mencegah terjadinya
telah dilakukan [13].. Objek yang OA.
digunakan dalam penelitian ini adalah 6 Hubungan Pemberian Vitamin C,
ekor anjing pada masing - masing Terhadap Perkembangan Knee
kelompok. Osteoarthritis

Berdasarkan penelitian ini Melakukan penelitian dengan


diperoleh hasil bahwa Konsentrasi vitamin studi kohort prospektif dengan jumlah
A tidak menunjukkan perbedaan yang subjek penelitian 293 orang berumur 27 –
signifikan antara kelompok OA dan 75 tahun dengan rata – rata umur 58 tahun
kontrol dalam serum (P = 0,03; tidak [12]. Waktu penelitian dari tahun 2003-
signifikan setelah koreksi berurutan 2004, subyek tidak mempunyai riwayat
Bonferroni) dan begitu pula konsentrasi penyakit sendi sebelumnya. Dilakukan
vitamin A pada cairan sinovial. Namun pencatatan makanan melalui FFQ (Food
demikian, konsentrasi vitamin A pada Frequency Questionnaire), pemeriksaan
kelompok OA lebih rendah baik di dalam MRI, pengukuran kartilago, area tulang,
serum maupun dalam cairan sinovial. lesi pada bonemarrow, dan cacat pada
Penurunan vitamin A terjadi karena kartilago.
vitamin A menghambat peradangan Hasil penelitian menunjukan
inflamasi di OA melalui penghambatan bahwa konsumsi vitamin C mempunyai
oksidasi metalokeptida matriks hubungan terbalik dengan pembentukan
40 | PISSN 2620-8040 Alpha Olivia Hidayati
HUBUNGAN PEMBERIAN SUPLEMEN ANTIOKSIDAN VITAMIN A, C DAN E TERHADAP
PENANGANAN KNEE OSTEOARTHRITIS : RADIOGRAPHIC PROGRESSION KNEE
OSTEOARTHRITIS.

daerah plateau tulang tibia dan keberadaan dengan gambaran histologi OA, hal ini
lesi bone marrow. Hal ini menunjukan seiring dengan peningkatan dosis asam
Vitamin C memberikan efek protektif askorbat dan konsentrasi asam askorbat
terhadap resiko terjadinya knee OA. Bone dalam plasma darah. Peningkatan nilai
area akan meningkat pada pasien dengan osteosit seiring dengan peningkatan dosis
knee OA dibandingkan dengan yang tidak asam askorbat mendukung proses
mengalami knee OA, dan daerah ini akan pembentukan kondrosit yang akan
meningkat seiring dengan perkembangan berubah menjadi osteosit. Sehingga
OA. Lesi bone marrow berhubungan konsumsi suplemen vitamin C (asam
dengan rasa sakit dan hilangnya jarak askorbat) mengurangi resiko hilangnya
antar sendi pada knee OA [11]. kartilago yang dimungkinkan karena
radikal bebas.
Penelitian kohort di Framingham
terhadap OA menunjukan bahwa
Hubungan Pemberian Vitamin E,
konsumsi vitamin C, E dan A tidak
Terhadap Perkembangan Knee
berpengaruh signifikan terhadap kejadian
Osteoarthritis
OA pada knee joint. Konsumsi tinggi
antioksidan, khususnya vitamin C Penelitian yang membandingkan
dimungkinkan dapat menurunkan resiko kandungan vitamin A, E dan serta
hilangnya kartilago dan perkembangan penanda stres oksidatif L-laktat dalam
penyakit pada orang dengan OA [7]. serum dan cairan sinovial pada anjing
Vitamin C sebagai kofaktor hidrolisis lisin [13]. Penelitian ini menunjukkan
dan prolin yang dibutuhkan dalam konsentrasi vitamin E secara signifikan
pembentukan serabut kolagen dalam lebih tinggi pada cairan sinovial anjing
tulang. Vitamin C menstimulasi aktivitas dengan OA dibandingkan dengan anjing
alkalin fosfatase, pembentuk osteoblas. tanpa OA. Hasil ini tidak terduga,
Beberapa studi menunjukan konsumsi dikarenakan vitamin E dianggap
vitamin C mempengaruhi densitas menetralkan kondisi stres oksidatif,
mineral tulang. Densitas mineral tulang sehingga kadarnya menurun. Penelitian ini
yang tinggi berhubungan dengan menyimpulkan bahwa ada lebih banyak
kekakuan dan kekuatan tulang [8]. konsumsi vitamin E di sendi OA melalui
perannya dalam menghentikan proses
Penelitian yang sejalan adalah peroksidasi lipid daripada pada persendian
penelitian [6] yang menggunakan 46 babi normal. Sehingga dimungkinkan terjadi
Hartley Guinea jantan umur 2 bulan dibagi peningkatan mobilisasi vitamin E di sendi
menjadi 3 kelompok perlakuan yaitu dosis OA karena kebutuhan vitamin ini untuk
rendah asam askorbat 2,5 – 3 mg/hr ( n = menetralisir radikal bebas yang diproduki
15), dosis sedang asam askorbat 30 dan untuk menjaga stabilitas membran sel
mg/hr(n =15) dan dosis tinggi asama dan perlindungannya terhadap peroksidasi
askorbat (n = 16) 150 mg/hr. Berdasarkan lipid.
penelitian ini menunjukan level cairan
sinovial mempunyai hubungan signifikan
41 | PISSN 2620-8040 Alpha Olivia Hidayati
HUBUNGAN PEMBERIAN SUPLEMEN ANTIOKSIDAN VITAMIN A, C DAN E TERHADAP
PENANGANAN KNEE OSTEOARTHRITIS : RADIOGRAPHIC PROGRESSION KNEE
OSTEOARTHRITIS.

Penelitian yang lain menunjukkan fusion. Nat Med.18:589–594. doi:


bahwa serum vitamin E merupakan 10.1038/nm.2659.
penentu massa tulang melalui pengaturan
3]. Goldring MB & Goldring SR. 2007.
fusi osteoklas. Uji berbasis sel
Osteoarthritis. J Cell Physiol.
menunjukkan bahwa α-tocopherol
213:626–634. doi: 10.1002/jcp.21258.
merangsang fusi osteoklas, terlepas dari
kapasitas antioksidannya, dengan 4]. Joewono, I Haryy,K Handono, B
mendorong ekspresi protein transmembran Rawan, P Riadi. 2006.Chapter 279 :
spesifik dendritik. Protein ini adalah Osteoarthritis. Buku Ajar Ilmu
molekul penting untuk fusi osteoklas, Penyakit Dalam Edisi IV FKUI: 1195-
yang terjadi melalui aktivasi protein 1202.
kinase mitogen-activated proteinase (hal 5]. Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan
38) dan faktor transkripsi terkait Dasar (RISKESDAS) 2013. Badan
mikroftalmia, serta melalui perekrutan Penelitian dan Pengembangan
langsungnya ke promotor Tm7sf4 (sebuah Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI:
gen yang mengkodekan DC-STAMP ) [2]. 94-96.

KESIMPULAN 6]. Kraus VB, Janet LH, Thomas S,


Charlene MF, Lori AS, Christian F,
Kesimpulan yang dapat diambil Vladimir V, &Amy G.C. 2004.
dari beberapa penelitian adalah konsumsi Ascorbic Acid Increase the Severity of
suplemen antioksidan, terutama vitamin C Spontaneous Knee Osteoarthritis in a
dimungkinkan dapat menurunkan resiko Guinea Pig Model. Arthritis and
hilangnya kartilago dan konsumsi Rheumatism. 50(6): 1822-1831.
suplemen vitamin A, C dan E dapat 7]. Mc Alindon TE, Paul J, Yuqing Z,
memberikan efek protektif pada Marian TH, Piran A, Barbara W,
perkembangan knee osteoarthritis. David R, Daniel L & David TF. 1996.
DAFTAR PUSTAKA Do Antioxidant Micronutrients
Protect Againts The Developments
1]. Chismirina S & Ibrahim EA.2006.
&Progression of Knee Osteorthritis?
Aspek Molekular Penuaan: Pengaruh
Arthritis And Rheumatism. 39(4):648-
Stres Oksidatif Akibat Radiasi Ion
656.
terhadap Mitokondria, Telomer dan
Sistem Kekebalan Tubuh. 8]. Peregoy J & Frances VW. 2010. The
IJD.13(2):84 – 89. Effects of Vitamin C Supplementation
on Incident and Progressive Knee
2]. Fujita K, Iwasaki M, Ochi H, Fukuda
Osteoarthritis: a Longitudinal Study.
T, Ma C, Miyamoto T, Takitani K,
Public Health Nutrition, 14(4)709-
Negishi-Koga T, Sunamura S,
715.
Kodama T.2012. Vitamin E decreases
bone mass by stimulating osteoclast 9]. Rosenbaum CC, O’Mathuna DP,
Chavez M & Shields K. Antioxidants

42 | PISSN 2620-8040 Alpha Olivia Hidayati


HUBUNGAN PEMBERIAN SUPLEMEN ANTIOKSIDAN VITAMIN A, C DAN E TERHADAP
PENANGANAN KNEE OSTEOARTHRITIS : RADIOGRAPHIC PROGRESSION KNEE
OSTEOARTHRITIS.

and Antiinflammatory dietary Andrew F & Flavia MC. Research


supplements for osteoarthritis and Article: Effect of Antioxidants on
rheumatoid arthritis.Altern Ther Knee Cartilage and bone in healthy,
Health Med 2010, 16(2): 32-40. middle-aged subjects: a cross-
sectional study.Arthritis Research &
10]. Tanzil A. 2008. Radikal Bebas pada
therapy 2007,9(4): 1-9.
Gangguan Fungsi Sendi Rahang,
Indonesian Journal of Denistry.15(1): 13].Warrak OA, Mouhamed R, Audrey A,
77-82. Soren RB & Younes C. 2012.
Measurement of vitamin A, vitamin E,
11]. Wang Y, Prentice LF, Vitetta L,
selenium, and L-lactate in dogs with
Wluka AE, Cicuttini FM. The
and without osteoarthritis secondary
Determinants of change in tibial
to ruptured cranial cruciate
plateau bone area in osteoarthritis
ligament.The Canadian Veterinary
knees: a cohort study . arthritis Res
Journal. 53(12): 1285–1288.
Ther 2005,7: R687-R693.
12]. Wang Y, Allison MH, Anita EW,
Dallas RE, Graham GG, Richard OS,

43 | PISSN 2620-8040 Alpha Olivia Hidayati


PROSIDING
SEMINAR REGIONAL RADIOLOGI I
Yogyakarta, 27 Januari 2018

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN HIV/AIDS DI INDONESIA


MENGGUNAKAN ANALISIS CLUSTER HIERARKI
PADA TRIWULAN 1 TAHUN 2016

Defi Istiyani, Ginanjar Zakiah, M. Khuailid Yusuf, A.S Timur Patria, I. Fatati Noviara, Edy Widodo
Universitas Islam Indonesia
14611043@students.uii.ac.id

ABSTRAKS

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN HIV/AIDS DI INDONESIA MENGGUNAKAN


ANALISIS CLUSTER HIERARKI PADA TRIWULAN 1 TAHUN 2016. Salah satu permasalahan
kesehatan yang sekarang menjadi Global Issues adalah HIV dan AIDS. HIV merupakan virus yang
menyerang daya tahan tubuh manusia sehingga seseorang mudah terserap penyakit. Orang yang
terinfeksi HIV, cepat atau lambat (2 sampai 10 tahun) akan menderita AIDS jika tidak berobat secara
teratur. Salah satu penanggulangan yang dapat dilakukan untuk menguranginya adalah dengan
melakukan pemetaan terhadap tingkat kerawanan HIV/AIDS di Indonesia. Dalam penelitian ini
variabel-variabel yang digunakan adalah Jumlah Penderita HIV/AIDS (JP), Konseling dan Tes (KT),
Pencegahan Penularan Ibu ke Anak (PPIA), Infeksi Menular Seksual (IMS), Program Terapi Rumatan
Metadon (PTRM), dan Tuberkulosis HIV (TB HIV). Metode yang digunakan untuk memetakan dalam
penelitian ini adalah metode cluster hierarki. Cluster hierarki adalah cluster yang didasarkan pada
tingkatan. Sehingga didapatkan 3 tingkatan cluster yang dipetakan. Cluster 1 beranggotakan 28
provinsi dengan tingkat kerawanan HIV/AIDS rendah, cluster 2 yang beranggotakan 3 provinsi yaitu
provinsi Jawa Tengah, Bali, dan Papua, yang merupakan cluster dengan tingkat kerawanan HIV/AIDS
sedang. Cluster 3 merupakan cluster yang mempunyai tingkat kerawanan HIV/AIDS yang tinggi yang
beranggotakan 3 provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur.
Kata kunci : HIV/AIDS, Cluster Hierarki, Pengelompokan, Pemetaan

PENDAHULUAN
Terdapat beberapa masalah secara teratur. Sementara AIDS
kesehatan di dunia yang hingga saat ini merupakan kumpulan gejala penyakit
belum bisa terselesaikan. Salah satu dengan karakteristik defisiensi imun yang
permasalahan kesehatan yang sekarang berat dan merupakan manifestasi stadium
menjadi Global Issues adalah HIV dan akhir infeksi HIV [2]. Sejak kasus pertama
AIDS. HIV merupakan virus yang kali terjadi pada tahun 1987 sampai
menyerang daya tahan tubuh manusia dengan bulan September 2014, HIV dan
sehingga seseorang mudah terserap AIDS di Indonesia tersebar di 381 (76%)
penyakit. Orang yang terinfeksi HIV, dari 498 kabupaten atau kota diseluruh
cepat atau lambat (2 sampai 10 tahun) provinsi di Indonesia. Provinsi pertama
akan menderita AIDS jika tidak berobat kali ditemukan adanya kasus HIV dan

Defi, dkk PISSN 2620-8040 44


PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN HIV/AIDS DI INDONESIA MENGGUNAKAN
ANALISIS CLUSTER HIERARKI PADA TRIWULAN 1 TAHUN 2016

AIDS adalah di Provinsi Bali, sedangkan Klasterisasi Kasus HIV/AIDS di


yang terakhir melaporkan adalah Provinsi Indonesia”. Penelitian ini menggunakan
Sulawesi Barat pada tahun 2011. Jumlah metode K-Means. Hasil dari penelitian
kumulatif penderita HIV dari tahun 1987 tersebut adalah provinsi DKI Jakarta, Jawa
sampai dengan September 2014 sebanyak Timur dan Papua berada pada kondisi
150.296 orang sedangkan jumlah yang sangat kritis akan penyebaran virus
kumulatif kasus AIDS sebanyak 55.799 HIV/AIDS. Hal itu dikarenakan jumlah
orang. Berdasarkan laporan provinsi, kasus HIV/AIDS terbanyak ada pada
jumlah kumulatif kasus infeksi HIV yang ketiga provinsi tersebut.
dilaporkan sejak tahun 1987 sampai Penelitian dengan judul “Analisis
dengan September 2014 yang terbanyak Cluster Spasial Tingkat Kerawanan
adalah provinsi DKI Jakarta yaitu 32.782 Demam Berdarah Dengue (DBD) di
kasus. 10 besar kasus HIV terbanyak Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015”.
adalah DKI Jakarta, Jawa Timur, Papua, Penelitian ini menggunakan metode
Jawa Barat, Sumatra Utara, Jawa Tengah, Cluster Hierarki Single Linkage, Average
Kalimantan Barat, Kepulauan Riau dan Linkage, dan Ward’s. Hasil dari penelitian
Sumatra Selatan [3]. ini adalah Berdasarkan 3 metode tersebut
Berdasarkan fakta di atas, maka didapat metode yang paling baik adalah
pemerintah masih mempunyai tantangan Single Linkage, dengan 4 cluster dimana
besar dalam mengatasi permasalahan Kota Semarang menjadi satu-satunya kota
jumlah penderita HIV/AIDS. Sebagai dengan tingkat kerawanan DBD yang
upaya untuk melakukan penanganan tinggi [5].
permasalahan tersebut, maka dilakukan Penelitian selanjutnya dengan judul
analisis statistika deskriptif, clustering dan “Analisis Cluster dengan Average Linkage
pemetaan daerah yang mengalami Method dan Ward’s Method untuk Data
permasalahan jumlah penderita HIV/AIDS Responden Nasabah Asuransi Jiwa Unit
sehingga diharapkan dapat mempermudah Link”. Penelitian ini menggunakan
dalam visualisasi provinsi-provinsi yang metode perbandingan kedua metode
mengalami masalah tersebut di Indonesia tersebut. Hasil dari penelitian ini,
serta dapat diketahui daerah mana saja berdasarkan nilai rasio simpangan baku,
yang mempunyai jumlah penderita metode average linkage merupakan
HI/AIDS terbanyak. Sehingga penelitian metode terbaik. Dimana pada metode ini,
ini dapat digunakan sebagai acuan untuk alasan seorang yang berprofesi sebagai
penanganan masalah HIV/AIDS secara dokter, dosen, guru, pedagang, pengusaha,
tepat dan maksimal. pengacara, teknisi, militer, pegawai
Terdapat beberapa penelitian swasta, dan PNS memutuskan untuk
sebelumnya yang berkaitan dengan membeli Asuransi Jiwa Unit Link untuk
HIV/AIDS, metode yang digunakan persiapan pendidikan anak [6].
sebelumnya dan ditinjau dari berbagai
METODE PENELITIAN
sudut pandang para penelitinya. Penelitian
mengenai HIV/AIDS pernah dilakukan [4]
dengan judul “K-Means Analisis
45 | PISSN 2620-8040 Defi, dkk
PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN HIV/AIDS DI INDONESIA MENGGUNAKAN
ANALISIS CLUSTER HIERARKI PADA TRIWULAN 1 TAHUN 2016

Metode dalam penelitian ini menggambarkan data HIV/AIDS di


terdiri atas alat, bahan, dan prosedur Indonesia pada triwulan I tahun 2016,
penelitian yang dilakukan. yang bertujuan untuk melihat gambaran
umum tentang HIV/AIDS di 34 provinsi
Alat yang digunakan adalah
yang terdapat di Indonesia.
software Excel, SPSS, dan Tableau yang
dilakukan untuk mengolah data dengan Analisis cluster, digunakan untuk
metode analisis deskriptif, analisis cluster mengelompokkan 34 provinsi berdasarkan
hierarki average linkage, dan pemetaan. tingkat kerawanan HIV/AIDS di Indonesia
pada triwulan 1 tahun 2016. Pemetaan
Pada penelitian ini bahan yang
digunakan untuk menvisualisasi tingkat
dimaksud adalah data yang digunakan,
kerawanan HIV/AIDS hasil dari analisis
yaitu data sekunder yang bersumber dari
cluster hierarki di 34 provinsi di Indonesia
website Komisi Penanggulangan AIDS
pada triwulan I tahun 2016.
Indonesia. Data tersebut merupakan data
yang diambil secara sensus di 34 provinsi Prosedur penelitian
di Indonesia untuk Triwulan I tahun 2016. Terdapat tujuh langkah prosedur
penelitian dalam penelitian ini, berikut
Variabel yang digunakan dalam
penjelasan untuk masing-masing langkah:
penelitian ini adalah Provinsi, Jumlah
Penderita HIV/AIDS (JP), Konseling dan Memilih Variabel
Tes (KT), Pencegahan Penularan Ibu ke Pada penelitian ini, pemilihan
Anak (PPIA), Infeksi Menular Seksual variabel pengelompakan didasarkan pada
(IMS), Program Terapi Rumatan Metadon hal-hal yang berkaitan dengan HIV/AIDS
(PTRM), dan Tuberkulosis HIV (TB di Indonesia.
HIV). Dalam penelitian ini tidak
Analisis Deskriptif
mempertimbangkan jumlah penduduk
Melakukan analisis deskriptif
karena penularan HIV/AIDS disebabkan
dengan membuat diagram batang pada
oleh kontak langsung dengan penderita
masing-masing variabel yang telah dipilih.
seperti berhubungan seks, pemakaian
jarum suntik secara bergantian, pemberian Menentukan Ukuran Kesamaan
ASI dari ibu ke anak dan lain-lain. Ukuran kesamaan yang digunakan
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini adalah ukuran jarak,
seberapa besar jumlah penduduk pada yaitu jarak squared euclidean.
suatu wilayah tidak akan berpengaruh Pengecekan Multikolinieritas
terhadap penularan apabila penduduk Pengecekan multikolinieritas
tersebut tidak mempunyai perilaku yang dilakukan dengan melihat korelasi antar
dapat menyebabkan penularan HIV/AIDS. variabel, dengan menggunakan nilai VIF
Metode penelitian yang digunakan dan tolerance. Apabila tidak terdapat
untuk menganalisis data adalah analisis multikolinieritas dalam data maka analisis
deskriptif, analisis cluster hierarki average dapat dilanjutkan ke tahap penerapan
linkage, dan pemetaan. Analisis deskriptif metode analisis cluster, namun apabila
digunakan untuk menjelaskan dan terdapat multikolinieritas maka perlu

46 | PISSN 2620-8040 Defi, dkk


PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN HIV/AIDS DI INDONESIA MENGGUNAKAN
ANALISIS CLUSTER HIERARKI PADA TRIWULAN 1 TAHUN 2016

dilakukan analisis komponen utama Provinsi dengan jumlah konseling


(PCA) terlebih dahulu dan setelah itu dan tes tertinggi adalah Jawa Barat
dilanjutkan ke tahap penerapan metode sebanyak 363 jiwa. Provinsi Maluku Utara
analisis cluster. menjadi provinsi dengan jumlah paling
sedikit individu yang melakukan
Penerapan Metode Cluster Heirarki
konseling dan tes, yaitu hanya 1 orang
Metode analisis cluster yang
saja. Namun ada 2 provinsi dengan
digunakan yaitu metode cluster hierarki
penduduknya yang tidak melakukan
average linkage, dengan menggunakan
konseling dan tes sama sekali, yaitu
software SPSS.
Gorontalo dan Sulawesi Barat.
Terbentuk Cluster Banyaknya ibu yang melakukan
Menggunakan metode cluster pencegahan dari ibu ke anak di Indonesia
hierarki average linkage, cluster yang pada tahun 2016 triwulan I tertinggi
terbentuk akan ditentukan berdasarkan dengan jumlah 85 orang adalah provinsi
dendogram. Papua. Terdapat 8 provinsi yang hanya
Intepretasi dan Profiling terdapat 1 ibu yang melakukan
Pada tahap ini, dilakukan pencegahan antara lain provinsi Bengkulu
intepretasi terhadap cluster yang terbentuk dan DI Yogyakarta. Sedangkan provinsi
sehingga dapat diketahui profil atau Gorontalo dan Sulawesi Barat adalah
karakteristik dari masing-masing cluster, provinsi yang tidak ada satupun ibu yang
dengan cara menghitung rata-rata tiap melakukan pencegahan ke anak.
variabel pada masing-masing anggota Jumlah individu yang melakukan
cluster. terapi rumatan metadon terbanyak adalah
41 orang yaitu berasal dari provinsi Papua.
Pemetaan Terdapat 7 provinsi yang hanya terdapat 1
Pemetaan merupakan tahap orang saja yang terapi, antara lain provinsi
terakhir dalam penelitian ini. Pada tahap Aceh dan Kalimantan Utara. Sedangkan
ini, pemetaan dilakukan berdasarkan provinsi yang penduduknya tidak
cluster yang terbentuk, yaitu memetakan melakukan terapi ada sebanyak 12
34 provinsi di Indoesia menggunakan provinsi, antara lain Sulawesi Utara dan
software Tablue. Riau.
HASIL DAN PEMBAHASAN Provinsi Papua merupakan
provinsi dengan jumlah individu yang
Kasus penderita HIV/AIDS
menderita tuberkulosis HIV paling banyak
tertinggi pada triwulan I tahun 2016
yaitu 21 orang. Yang paling sedikit
adalah provinsi DKI Jakarta sebanyak
berjumlah 2 ada pada 7 provinsi antara
1176 jiwa. Provinsi Maluku Utara menjadi
lain NTT, dan Jambi. Sedangkan
provinsi dengan jumlah penderita paling
Kalimantan Timur tidak ada satu pun
sedikit yang hanya berjumlah 5 jiwa.
orang yang menderita.
Sedangkan provinsi Gorontalo dan
Jumlah individu yang terkenal
Sulawesi Barat tidak ada penderita untuk
infeksi menular seksual paling banyak ada
periode tersebut
di Jawa Barat dengan jumlah 317 jiwa.
47 | PISSN 2620-8040 Defi, dkk
PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN HIV/AIDS DI INDONESIA MENGGUNAKAN
ANALISIS CLUSTER HIERARKI PADA TRIWULAN 1 TAHUN 2016

Dan paling sedikit ada pada provinsi


Gorontalo yang hanya berjumlah seorang
saja. Sedangkan untuk provinsi Sulawesi
Barat dan Maluku Utara tidak ada
penduduknya yang terkena.
Pengelompokan tingkat
kerawanan HIV / AIDS di Indonesia pada
triwulan I tahun 2016 menghasilkan tiga
cluster berdasarkan dendogram pada
Gambar 1. Sehingga pembagian anggota
pada masing-masing cluster dapat dilihat
pada Tabel 1.

Tabel 1. Anggota Masing-masing Cluster

Cluster Anggota

Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,


Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung,
Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Gambar 1. Dendogram
DI Yogyakarta, Banten, Nusa Tenggara Barat,
Interpretasi masing-masing cluster
Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat,
dilakukan dengan menghitung centroid
1 Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Kalimantan Utara,
pada masing-masing cluster yang merujuk
Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi
pada Tabel 2. Cluster 1 beranggotakan 28
Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, provinsi. Dengan melihat centroid
Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua masing-masing variabel, cluster 1
Barat didominasi oleh variabel konseling dan
tes, pencegahan dari ibu ke anak, dan
2 Jawa Tengah, Bali, Papua
program terapi rumatan metadon. Maka
3 DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dapat dikatakan bahwa cluster 1
merupakan cluster dengan kerawanan
HIV/AIDS rendah.
Tabel 2. Interpretasi Cluster
TB
JP KT PPIA IMS PTRM HIV

Cluster 1 77,286 23,143 4,5 16,215 2,536 4,286

Cluster 2 626 166 39 63,334 18 14,334

Cluster 3 1136,667 262 16 192 10,334 19,334

Cluster 2 yang beranggotakan 3


provinsi yaitu Jawa Tengah, Bali, dan
48 | PISSN 2620-8040 Defi, dkk
PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN HIV/AIDS DI INDONESIA MENGGUNAKAN
ANALISIS CLUSTER HIERARKI PADA TRIWULAN 1 TAHUN 2016

Papua. Bila dibandingkan dengan cluster


1, nilai centroid untuk variabel konseling
dan tes, pencegahan dari ibu ke anak, dan
program terapi rumatan metadon memiliki
nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan nilai centroid variabel jumlah
penderita, infeksi menular seksual, dan
tuberkulosis HIV pada cluster 3, nilainya Gambar 2. Peta Tingkat Kerawanan
lebih tinggi. Sehingga, cluster 2 HIV/AIDS di Indonesia pada Triwulan 1
Tahun 2016
merupakan cluster dengan kerawanan
HIV/AIDS sedang. KESIMPULAN
Cluster 3 beranggotakan 3
provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Berdasarkan data tentang
dan Jawa Timur. Berdasarkan hasil HIV/AIDS di Indonesia pada triwulan I
centroid variabel, cluster 3 didominasi tahun 2016 yang sudah dianalisis maka
oleh variabel jumlah penderita, infeksi dapat disimpulkan bahwa pada kasus
menular seksual, dan tuberkulosis HIV penderita HIV/AIDS provinsi dengan
karena nilai centroid pada variabel jumlah penderita tertinggi adalah provinsi
tersebut lebih tinggi dibandingkan cluster DKI Jakarta sebanyak 1176 jiwa. Provinsi
1 dan 2. Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan jumlah konseling dan tes tertinggi
cluster 3 merupakan cluster dengan adalah Jawa Barat sebanyak 363 jiwa.
kerawanan HIV/AIDS yang tinggi. Banyaknya ibu yang melakukan
Peta dibedakan menjadi tiga pencegahan dari ibu ke anak tertinggi
tingkatan yaitu angka 1 menunjukan dengan jumlah 85 orang adalah provinsi
kerawanan rendah, angka 2 menunjukan Papua. Jumlah individu yang melakukan
kerawanan sedang, dan angka 3 terapi rumatan metadon terbanyak adalah
menunjukkan kerawanan tinggi. Tingkat 41 orang yaitu berasal dari provinsi Papua.
kerawanan rendah disimbolkan dengan Provinsi Papua merupakan provinsi
warna coklat muda, tingkat kerawanan dengan jumlah individu yang menderita
sedang disimbolkan dengan warna orange tuberkulosis HIV paling banyak yaitu 21
dan pada tingkat kerawanan tinggi orang. Jumlah individu yang terkenal
disimbolkan dengan warna coklat tua. infeksi menular seksual paling banyak ada
Berdasarkan peta pada Gambar 2, dapat di Jawa Barat dengan jumlah 317 jiwa.
dilihat bahwa daerah dengan kerawanan Cluster 1 beranggotakan 28
HIV/AIDS yang tinggi adalah provinsi provinsi yang merupakan cluster dengan
DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur, kerawanan HIV/AIDS rendah dan
sedangkan daerah dengan tingkat disimbolkan dengan warna cokelat muda
kerawanan sedang adalah provinsi Jawa pada peta. Cluster 2 beranggotakan 3
Tengah, Bali dan Papua, sedangkan provinsi yaitu Jawa Tengah, Bali, dan
provinsi sisanya adalah provinsi dengan Papua yang merupakan cluster dengan
tingkat kerawanan HIV/AIDS yang kerawanan HIV/AIDS sedang dan
rendah. disimbolkan dengan warna orange pada
49 | PISSN 2620-8040 Defi, dkk
PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN HIV/AIDS DI INDONESIA MENGGUNAKAN
ANALISIS CLUSTER HIERARKI PADA TRIWULAN 1 TAHUN 2016

peta. Cluster 3 beranggotakan 3 provinsi, [6] Laeli, Sofya. 2014. Analisis Cluster
yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa dengan Average Linkage Method dan
Timur yang merupakan cluster dengan Ward‟s Method untuk Data
kerawanan HIV/AIDS yang tinggi dan Responden Nasabah Asuransi Jiwa
disimbolkan dengan warna coklat tua pada Unit Link. Program Studi Matematika
peta. Universitas Negeri Yogyakarta

TANYA JAWAB
DAFTAR PUSTAKA
Ludowika
[1] Kumar P, Clark M. 2009. HIV and HIV/AIDS itu penularannya selama ini
AIDS in Clinical Medicine 7th melalui apa saja?
Edition. London, Elsevier.pp 184-
206. Annisa
[2] Neferi, Andria. 2016. Hubungan Jawab:
Antara Pengetahuan Tentang HIV 1. Kontak dengan penderita HIV/AIDS
dan AIDS Dengan Respon melalui hubungan seksual
Masyarakat Terhadap ODHA. 2. Penggunaan jarum suntik bekas
Jurusan Sosiologi, Fakultas Sosial penderita HIV/AIDS
dan Ilmu Politik, Universitas 3. Persalinan dan menyusui seorang ibu
Lampung. yang terinfeksi HIV
[3] Ditjen PP & PL, Kemenkes RI. 2014. 4. Transfusi darah
Statistik Kasus HIV/AIDS di Malina Tuarisa
Indonesia dilapor s/d September
Apakah penderita HIV/AIDS di Indonesia
2014. Jakarta.
sudah tertangani dengan baik?
[4] Riverandra, Okta. 2016. K-Means
Annisa
Analysis Klasterisasi Kasus HIV /
Jawab:
AIDS di Indonesia. Pekanbaru:
Politeknik Caltex. 1. Pemerintah Indonesia telah
mencanangkan komitmennya untuk
[5] Fithriyyah, Anisahtul. 2017. Analisis memberikan akses yang lebih luas
Cluster Spasial Tingkat Kerawanan bagi penderita HIV/AIDS (ODA)
Demam Berdarah Dengue (DBD) di 2. Banyak rumah sakit yang
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015. menyediakan ruangan dan fasilitas
Skripsi Jurusan Statistika, Fakultas khusus untuk penderita HIV/AIDS
Matematika dan Ilmu Pengetahuan agar punya harapan hidup yang sama
Alam, Universitas Islam Indonesia. dengan yang sehat.

50 | PISSN 2620-8040 Defi, dkk


PROSIDING
SEMINAR REGIONAL RADIOLOGI I
Yogyakarta, 27 Januari 2018

PENGUJIAN KINERJA PESAWAT MAGNETIC RESONANCE IMAGING


DI PROVINSI BALI

Gusti Bagus Yudhi Jaya Putra Atmaja1


Rumah Sakit Kasih Ibu Bali
gustibagusyudhi@yahoo.com

ABSTRAKS

PENGUJIAN KINERJA PESAWAT MAGNETIC RESONANCE IMAGING DI


PROVINSI BALI. Telah dilakukan penelitian tentang pengujian kinerja pesawat Magnetic
Resonance Imaging (MRI) ini dilakukan uji kinerja pada sembilan parameter berbeda yang
dilakukan pada tiga rumah sakit berbeda di Provinsi Bali, dimana pesawat MRI di dua dari tiga
rumah sakit tersebut sedang mengalami gangguan yang berpengaruh secara langsung terhadap
kualitas citranya sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja dari pesawat MRI di
beberapa rumah sakit yang terdapat di Provinsi Bali dan untuk baseline data apabila dilakukan
pengujian kembali.Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan survei.
Alat dan bahan pada penelitian ini adalah tiga pesawat MRI yang terdiri dari dua pesawat MRI 1,5
Tesla dan satu pesawat MRI 0,3 Tesla, phantom ACR, koil kepala, alat tulis dan kamera. Data
dikumpulkan dengan melakukan sembilan prosedur pengujian kinerja pesawat MRI menggunakan
panduan ACR (2015) dan kemudian dianalisis menggunakan standar internasional yang dikeluarkan
oleh ACR (2015). Hasil penelitian tentang pengujian kinerja pesawat MRI dari sembilan parameter
yang diuji, hanya empat parameter saja yaitu pengujian high contrast resolution, low contrast
resolution, slice position accuracy dan setup and table position accuracy yang memenuhi standar
pengujian internasional di seluruh rumah sakit, sedangkan pada pengujian geometric accuracy
seluruh rumah sakit tidak memenuhi standar pengujian internasional. Pada pengujian signal to
noise ratio terdapat dua rumah sakit yang tidak memenuhi standar pengujian internasional,
sedangkan pada pengujian artifact analysis dan slice thickness accuracy terdapat satu rumah sakit
yang tidak memenuhi standar internasional

Kata kunci: Pengujian Kinerja, Pesawat Magnetic Resonance Imaging (MRI)

PENDAHULUAN
Sebagai salah satu sarana kualitas citra, baik sejak pengadaan,
penegakan diagnosa pada suatu kelainan pemasangan, penggunaan, dan
maka kualitas citra pemeriksaan pemeliharaan pesawat MRI untuk
Magnetic Resonance Imaging (MRI) memastikan bahwa operasional dari
menjadi suatu hal yang penting untuk pesawat MRI tersebut berjalan dengan
diperhatikan, maka dari itu diperlukan lancar sehingga nantinya akan dihasilkan
suatu program pengendalian mutu kualitas citra yang selalu baik,tepat dan

Bagus Yudi PISSN 2620-8040 51


PENGUJIAN KINERJA PESAWAT MAGNETIC RESONANCE IMAGING DI
PROVINSI BALI

akurat. Prosedur pengendalian mutu pada yang dilakukan peninjauan sedang


modalitas MRI dibuat untuk mengalami masalah seperti : terjadi
mendokumentasikan perbedaan dari hasil gangguan pada salah satu gradient coil,
pengukuran tersebut dan untuk sehingga menganggu hasil citra yang
menetapkan standar pengukuran kinerja dihasilkan, parameter fat sat yang kadang
sistem secara harian. Salah satu usaha dapat digunakan dan kadang tidak dapat
dalam penjaminan mutu kualitas citra digunakan serta terdapat kerusakan pada
adalah dengan melakukan prosedur komponen RF coil.
quality control (QC) atau kendali mutu. Dari penelitian ini nantinya akan
Tujuan dari kendali mutu adalah untuk diketahui kesesuaian hasil uji yang
menemukan adanya perubahan atau didapat dari tiap – tiap pesawat MRI
potensinya pada performa sistem dari dengan standar nilai uji yang telah
pesawat Magnetic Resonance Imaging ditetapkan secara internasional oleh [1].
(MRI). Salah satu bagian dari program Uji kinerja pada pesawat Magnetic
quality control atau kendali mutu adalah Resonance Imaging (MRI) akan
dengan melakukan uji kinerja pesawat dilakukan dengan dua cara yaitu :
Magnetic Resonance Imaging (MRI)[3]. pengujian tanpa menggunakan phantom
Pengujian harian atau mingguan ACR dan dengan menggunakan phantom
pada pesawat Magnetic Resonance ACR.
Imaging (MRI) yang dilakukan oleh
METODE PENELITIAN
radiografer antara lain : setup and table
position, center frequency, transmitter Alat dan Bahan
gain or attenuation, geometric accuracy Phantom ACR, Koil Kepala, Alat Tulis
measurements, high contrast spatial dan Kamera, 3 Pesawat MRI yang terdiri
resolution, low contrast detectability, dari 2 pesawat MRI 1,5 Tesla dan 1
artifact evaluation, film printer quality pesawat MRI 0,3 Tesla.
control dan visual checklist [1]. Prosedur penelitian
Uji kinerja tahunan pada 98 Prosedur pengujian menggunakan
pesawat MRI yang berbeda. Dari 98 panduan ACR (2015) yang diawali
pesawat MRI yang dilakukan uji kinerja dengan melakukan pengujian tanpa
tahunan, NessAiver menemukan menggunakan phantom yaitu pengujian
beberapa gangguan pada pesawat MRI, visual checklist. Selanjutnya setelah
seperti : gangguan pada homogenitas pengujian tanpa menggunakan phantom
magnetisasinya, noise radiofrekuensi selesai dilanjutkan dengan melakukan
yang sangat banyak, ghosting yang pengujian dengan menggunakan phantom
sangat besar, kalibrasi gradient yang yang diawali dengan memasang phantom
pada koil kepala. Setelah pengaturan
buruk dan hard copy serta soft copy yang
posisi phantom selesai, maka dilanjutkan
buruk [2].
dengan pemilihan protokol potongan
Selanjutnya penulis melakukan
sagittal pada pemeriksaan brain dengan
peninjauan awal di 3 rumah sakit berbeda
parameter sebagai berikut : Sagital Spin-
di Provinsi Bali, dan menjumpai 2 dari 3 Echo, TR = 200ms, TE = 20ms, Slice
pesawat Magnetic Resonance Imaging
52 | PISSN 2620-8040 Bagus Yudi
PENGUJIAN KINERJA PESAWAT MAGNETIC RESONANCE IMAGING DI
PROVINSI BALI

Thickness = 20mm, FOV = 25cm, Matrix pass dalam rentang 16 - 17, kategori
= 256 x 256, NEX = 1. Localizer sagital baik apabila jumlah pass 18 sedangkan
yang digunakan sebagai perencanaan untuk hasil akumulasi jumlah pass untuk
pengambilan potongan aksial selanjutnya. tiap–tiap kategori pengujian,
Sekuen yang digunakan untuk potongan dikategorikan sebagai berikut: kategori
axial yaitu T1 WI Spin Echo Axial buruk apabila jumlah pass dalam rentang
dengan TE 20ms, TR 500ms, FOV 25cm, 15 (untuk 1 kategori pengujian yang
matriks 256 x 256, Slice Thickness 5mm hanya memiliki 1 parameter), 60 (untuk 1
dan NEX 1. kategori yang hanya memiliki 4
Kemudian dilakukan beberapa
parameter), dan 90 (untuk 1 kategori
jenis pengujian dengan menggunakan
yang hanya memiliki 6 parameter),
phantom yaitu pengujian signal to noise
kategori cukup apabila jumlah pass
ratio, artifact analysis, high contrast
dalam rentang 17 (untuk 1 kategori
resolution, low contrast resolution, slice
thickness accuracy, geometric accuracy, pengujian yang hanya memiliki 1
slice position accuracy, dan setup and parameter), 68 (untuk 1 kategori yang
table position accuracy. hanya memiliki 4 parameter), dan 102
(untuk 1 kategori yang hanya memiliki 6
Analisis Data parameter), kategori baik apabila jumlah
Data hasil pengukuran dari pass dalam rentang 18 (untuk 1 kategori
masing–masing pengujian tersebut pengujian yang hanya memiliki 1
dianalisa dengan cara membandingkan parameter), 72 (untuk 1 kategori yang
hasil pengukuran dari tiap masing – hanya memiliki 4 parameter), dan 108
masing pengujian dengan nilai standar (untuk 1 kategori yang hanya memiliki 6
international yang telah ditetapkan oleh parameter)
ACR (2015), sebagai berikut:
B. Pengujian menggunakan phantom
A. Pengujian tanpa menggunakan ACR
phantom ACR Pengujian Signal To Noise Ratio
(SNR) data akan dibandingkan dengan
Pengujian Visual Checklist standar international untuk Signal To
Pengujian ini dilakukan selama Noise Ratio (SNR) yaitu nilai SNR lebih
18 hari dalam sebulan. Setelah dari atau sama dengan 70.
didapatkan hasil pengujian dari masing- Pengujian Artifact Analysis
masing parameter ditiap kategori diatas dilakukan pengamatan selanjutnya data
nantinya hasil pengujian tersebut akan akan dibandingkan dengan standar
dihitung banyaknya jumlah pass dalam 1 international. Standar international untuk
parameter selama pengujian 18 hari. artifact analysis yaitu hasil pengamatan
Selanjutnya hasil pengujian dari tiap-tiap tidak boleh terdapat artifact.
parameter tersebut akan dikategorikan Pengujian High Contrast
sesuai rentang yang penulis buat, kategori Resolution setelah melakukan
buruk apabila jumlah pass dalam rentang pengamatan selanjutnya data akan
14 - 15, kategori cukup apabila jumlah dibandingkan dengan standar

53 | PISSN 2620-8040 Bagus Yudi


PENGUJIAN KINERJA PESAWAT MAGNETIC RESONANCE IMAGING DI
PROVINSI BALI

international. Standar international untuk didokumentasikan sebagai patokan atau


high contrast resolution yaitu tampak baseline untuk program pengujian kinerja
resolution insert terpisah hingga pesawat Magnetic Resonance Imaging
kelompok no 2. (MRI) 1,5 Tesla dan 0,3 Tesla
Pengujian Low Contrast selanjutnya di masing-masing rumah
Resolution setelah melakukan sakit tersebut.
pengamatan selanjutnya data akan
HASIL DAN PEMBAHASAN
dibandingkan dengan standar
international. Standar international untuk Pengujian Visual Checklist
low contrast resolution yaitu jumlah Hasil pengujian visual checklist
spokes yang tampak sebanyak minimal 9 yaitu seluruh rumah sakit yang dilakukan
spokes. pengujian ini mendapatkan jumlah pass
Pengujian Slice Thickness yang sama yaitu 12 pass setiap harinya
Accuracy setelah didapatkan hasil untuk seluruh parameter mulai hari
perhitungan diatas selanjutnya hasil pertama hingga hari keduapuluh, jumlah
perhitungan dibandingkan dengan standar pass yang didapatkan selama dua puluh
internasional. Standar internasional slice hari yaitu 20 pass untuk setiap parameter
thickness accuracy yaitu +0,7mm pada yang ada di tabel pengujian visual
tebal irisan 5mm. checklist di semua rumah sakit , sehingga
Pengujian Geometric Accuracy
semua parameter yang terdapat pada
setelah didapatkan hasil perhitungan
tabel visual checklist di seluruh rumah
diatas selanjutnya hasil perhitungan
sakit lolos uji visual checklist dan masih
dibandingkan dengan standar
dalam keadaan baik.
internasional. Standar internasional
geometric accuracy (sumbu x,y, dan z) Pengujian Signal to noise ratio
yaitu < + 2mm. Hasil pengujian signal to noise
Pengujian Slice Position ratio yaitu di RSUD Badung
Accuracy setelah didapatkan hasil mendapatkan hasil pengukuran nilai SNR
perhitungan diatas selanjutnya hasil yaitu sebesar 268,17, dan di BRSU
perhitungan dibandingkan dengan standar Tabanan mendapatkan hasil pengukuran
internasional. Standar internasional slice nilai SNR yaitu sebesar 15.78 serta di
position accuracy yaitu + 5mm. RSUP Sanglah mendapatkan hasil
Pengujian Setup and Table
pengukuran nilai SNR yaitu sebesar 2,4.
Position Accuracy setelah mendapatkan
Pada pengujian Signal Noise To
hasil pengukuran selanjutnya hasil
Ratio sebagian besar rumah sakit tidak
pengukuran dibandingkan dengan standar
memenuhi standar pengujian
internasional. Standar internasional setup
internasional yaitu BRSU Tabanan dan
and table position accuracy yaitu bagian
tepi atas struktur grid + 5mm dari RSUP Sanglah sedangkan pada RSUD
isosenter magnet. Kemudian hasil Badung hasil pengujian Signal to noise
pengujian tersebut dideskripsikan dan ratio sudah memenuhi standar pengujian
selanjutnya diambil kesimpulan dan internasional. Nilai SNR dipengaruhi
saran. Hasil pengukuran tersebut juga oleh beberapa parameter yaitu : receiver
bandwidth, field of view (FOV), size of
54 | PISSN 2620-8040 Bagus Yudi
PENGUJIAN KINERJA PESAWAT MAGNETIC RESONANCE IMAGING DI
PROVINSI BALI

the (image) matrix, number of engineer agar dapat dilakukan pengujian


acquisitions, scan parameters (TR, TE, Radiofrequency Coil Checks untuk dapat
flip angle), selection of the transmit, memastikan kinerja dari RF coil tersebut
receiver coil (RF coil), magnetic field dan agar dapat dilakukan recalibrating
strength [4]. Pada pengujian ini telah pada quadrature channels dari receiver
menggunakan parameter yang ditetapkan coil, hal tersebut dapat mengurangi noise
oleh ACR (2015) sehingga faktor – faktor yang terdapat pada citra yang dihasilkan
yang mempengaruhi nilai SNR seperti nantinya.
receiver bandwidth, field of view (FOV),
Pengujian Artifact Analysis
size of the (image) matrix, number of
Hasil pengujian artifact analysis
acquisitions, dan scan parameters (TR,
didapatkan hasil yaitu pada BRSU
TE, flip angle) dapat dikesampingkan.
Tabanan ditemukan satu jenis artifact
Sedangkan faktor lainnya yang dapat
pada citra MRInya. Pada RSUD Badung
mempengaruhi nilai SNR seperti faktor
dan RSUP Sanglah tidak ditemukan jenis
selection of the transmit, receiver coil
artifact apapun pada citra MRInya.
dan magnetic field strength dapat
Pada pengujian Artifact Analysis
menyebabkan penurunan nilai SNR
hanya satu dari tiga rumah sakit yang
karena magnetic field strength pada
dilakukan pengujian ini tidak memenuhi
pesawat MRI di BRSU Tabanan hanya
standar pengujian internasional yaitu
0,3 Tesla dan receiver coil pada BRSU
BRSU Tabanan, dimana pada slice
Tabanan juga telah mengalami gangguan
kelima terdapat artifact geometric
pada RF switch nya sehingga faktor-
distortion. Menurut ACR (2015) faktor –
faktor tersebut dapat menyebabkan
faktor yang menyebabkan artifact
penurunan nilai SNR. Sedangkan pada
geometric distortion yaitu misscalibrated
pesawat MRI di RSUP Sanglah
pada satu atau lebih dari gradient coil
penurunan nilai SNR dapat disebabkan
tersebut, misscalibrated pada gradient
oleh receiver coil karena receiver coil
coil dapat menyebabkan gradient x, y,
pada RSUP sanglah sering mengalami
atau z dalam citra yang dihasilkan
error. Menurut ACR (2015) gangguan
tampak melengkung atau lebih panjang
pada komponen coil dapat mempengaruhi
atau lebih pendek daripada yang
impendasi coil dan dapat mengakibatkan
sebenarnya. Gradient coil perlu waktu
penurunan Image Uniformity dan Signal
untuk melakukan warm up dan untuk
to noise ratio.
menstabilisasikan gradient nya ketika
Maka dari itu ACR [1]
gradient coil dihidupkan. Pada salah satu
menyarankan sebaiknya menggunakan
gradient coil di BRSU Tabanan telah
Magnitude-reconstructed images karena
mengalami gangguan beberapa waktu
software tersebut dapat membuat hasil
lalu sehingga hal tersebut dapat
citra yang dihasilkan terbebas dari
menyebabkan terjadi nya artifact
kesalahan dalam sinyal MRI dan pastikan
geometric distortion.
juga bahwa coil tidak berpindah – pindah
Maka dari itu ACR [1]
pada saat melakukan scanning dan
menyarankan sebaiknya permasalahan ini
sebaiknya juga menghubungi service
55 | PISSN 2620-8040 Bagus Yudi
PENGUJIAN KINERJA PESAWAT MAGNETIC RESONANCE IMAGING DI
PROVINSI BALI

disampaikan kepada service engineer slice thickness accuracy dengan standar


agar dapat dilakukan calibrating dengan deviasi sebesar 0,48mm.
baik pada gradient coil nya. Pada pengujian Slice Thickness
Accuracy hanya satu dari tiga rumah sakit
Pengujian High Contrast Resolution
yang dilakukan pengujian ini tidak
Hasil pengujian high contrast
memenuhi standar pengujian
resolution didapatkan hasil yaitu pada
internasional yaitu RSUP Sanglah. Faktor
RSUD Badung dan RSUP Sanglah sama
– faktor yang dapat menyebabkan
– sama mendapatkan hasil resolution
kegagalan pada pengujian ini antara lain :
insert yang terpisah hingga kelompok
RF amplifier yang tidak linier dapat
yang ketiga. Lalu pada BRSU Tabanan
menyebabkan distorsi pada bentuk pulsa
resolution insertnya hanya terpisah
RF sehingga pada beberapa scanner,
hingga kelompok kedua sehingga pada
seorang service engineer harus secara
pengujian High Contrast Resolution
berkala mengkalibrasi RF power
seluruh rumah sakit yang dilakukan
amplifier nya dan terjadinya malfungsi di
pengujian ini telah memenuhi standar
mana saja di bagian high-power RF
pengujian internasional.
portion yang terdapat di scanner seperti
Pengujian Low Contrast Resolution RF power amplifier, kabel coaxial, RF
Hasil pengujian low contrast switch, dan pada transmitter yang
resolution didapatkan hasil yaitu pada terdapat di coil itu sendiri sehingga
RSUD Badung dan RSUP Sanglah sama- bentuk pulsa yang dihasilkan dapat
sama mendapatkan jumlah spokes yang terdistori serta kalibrasi gradient coil
tampak yaitu sebanyak 10 spokes. Lalu yang buruk juga dapat menyebabkan
pada BRSU Tabanan mendapatkan kegagalan pada pengujian ini [1]. RF coil
jumlah spokes yang tampak sebanyak 9 di RSUP Sanglah sering mengalami
spokes sehingga pada pengujian Low gangguan sedangkan RF power amplifier
Contrast Resolution seluruh rumah sakit dan gradient coil di RSUP Sanglah juga
yang dilakukan pengujian ini telah tidak pernah dilakukan kalibrasi secara
memenuhi standar pengujian berkala sehingga faktor – faktor tersebut
internasional. yang dapat menyebabkan kegagalan pada
Pengujian Slice Thickness Accuracy pengujian ini.
Hasil pengujian slice thickness Maka dari itu sebaiknya
accuracy didapatkan hasil yaitu pada permasalahan ini disampaikan kepada
RSUP Sanglah mendapatkan hasil service engineer agar dapat dilakukan
pengukuran slice thickness accuracy recalibrating pada radiofrekuensi
dengan standar deviasi yaitu sebesar amplifier power nya agar dapat linier
5,12mm. Lalu pada RSUD Badung kembali dan gradient coil nya juga dapat
mendapatkan hasil pengukuran slice dilakukan recalibrating dengan baik [1].
thickness accuracy dengan standar Pengujian Geometric Accuracy
deviasi sebesar 0,64mm dan pada BRSU Hasil pengujian geometric
Tabanan mendapatkan hasil pengukuran accuracy didapatkan hasil yaitu hasil

56 | PISSN 2620-8040 Bagus Yudi


PENGUJIAN KINERJA PESAWAT MAGNETIC RESONANCE IMAGING DI
PROVINSI BALI

pengukuran sumbu X di BRSU Tabanan pengujian ini yaitu misscalibrated pada


memiliki selisih yang paling tinggi satu atau lebih dari gradient coil tersebut,
dibandingkan dengan ukuran sumbu X misscalibrated pada gradient coil dapat
yang sebenarnya, dengan selisih sebesar menyebabkan gradient x, y, atau z dalam
4,2mm. Lalu hasil pengukuran sumbu X citra yang dihasilkan tampak melengkung
di RSUD Badung memiliki selisih atau lebih panjang atau lebih pendek
sebesar -3,1mm dan hasil pengukuran daripada yang sebenarnya [1]. Gradient
sumbu X pada RSUP Sanglah memiliki coil perlu waktu untuk melakukan warm
selisih sebesar 1,36mm. Pengukuran up dan untuk menstabilisasikan gradient
sumbu Y di BRSU Tabanan juga nya ketika gradient coil dihidupkan.
memiliki selisih hasil pengukuran sumbu Penyebab lainnya yang menyebabkan
Y yang paling tinggi jika dibandingkan kegagalan pada pengujian ini yaitu
dengan ukuran sumbu Y yang sebenarnya penggunaan receiver bandwidth yang
dengan selisih sebesar 1,3mm. Lalu pada rendah dengan tujuan untuk
RSUP Sanglah memiliki selisih hasil meningkatkan nilai signal to noise ratio,
pengukuran sumbu Y sebesar 0,39mm hal ini dapat menyebakan terjadinya
dan pada RSUD Badung tidak memiliki inhomogenitas pada medan magnet
selisih hasil pengukuran sumbu Y sehingga distorsi pada citra semakin
sehingga ukuran sumbu Y di RSUD besar dan menyebabkan kesalahan
Badung sama dengan ukuran sumbu Y dimensi yang signifikan dalam citra
yang sebenarnya. Hasil pengukuran phantom tersebut. Selain itu penyebab
sumbu Z di RSUP Sanglah memiliki terjadinya inhomogenitas pada medan
selisih yang paling tinggi dibandingkan magnet antara lain pengaturan yang tidak
dengan sumbu Z yang sebenarnya dengan tepat pada offsets gradient, shim magnet
selisih sebesar -3,53mm. Lalu hasil yang aktif maupun yang pasif, atau
pengukuran sumbu Z di RSUD Badung terdapat benda – benda ferromagnetic
memiliki selisih sebesar 2mm dan pada seperti pisau saku atau jepit rambut yang
BRSU Tabanan tidak memiliki selisih besar pada bore magnet. Inhomogenitas
pengukuran sumbu Z sehingga ukuran pada medan magnet sering terjadi
sumbu Z di BRSU Tabanan sama dengan terutama pada pesawat MRI yang
ukuran sumbu Z yang sebenarnya. menggunakan sistem open magnet, yang
Pada pengujian Geometric secara keseluruhan memiliki jumlah
Accuracy seluruh rumah sakit yang gradient linier dan homogenitas medan
dilakukan pengujian ini tidak memenuhi magnet yang kecil. Receiver bandwidth
standar pengujian internasional, dimana yang digunakan pada pengujian ini sudah
pada BRSU Tabanan dan RSUD Badung sesuai dengan yang telah ditetapkan
sumbu x nya tidak memenuhi standar sehingga hal tersebut dapat
pengujian internasional, sedangkan pada dikesampingkan [1]. Pada salah satu
RSUP Sanglah sumbu z nya tidak gradient coil di BRSU Tabanan telah
memenuhi standar pengujian mengalami gangguan beberapa waktu
internasional. Faktor – faktor penyebab lalu dan pesawat MRI di BRSU Tabanan
yang paling umum dari kegagalan menggunakan sistem open magnet
57 | PISSN 2620-8040 Bagus Yudi
PENGUJIAN KINERJA PESAWAT MAGNETIC RESONANCE IMAGING DI
PROVINSI BALI

sehingga inhomogenitas magnetnya Pengujian Setup and Table Position


tinggi dan faktor – faktor tersebut Accuracy
menyebabkan kegagalan pada pengujian Hasil pengujian setup and table
ini. Pesawat MRI di RSUD Badung dan position accuracy diatas didapatkan hasil
RSUP Sanglah tidak menggunakan sebagai berikut: Semua rumah sakit yang
sistem open gantry sehingga hal tersebut dilakukan pengujian setup and table
dapat kesampingkan sedangkan gradient position accuracy mendapatkan hasil
coil di RSUD Badung dan RSUP Sanglah pengukuran yang sama yaitu sebesar
tidak pernah dilakukan calibrating 5mm sehingga pada pengujian Setup and
sehingga faktor tersebut yang dapat Table Position Accuracy seluruh rumah
menyebabkan kegagalan pada pengujian sakit yang dilakukan pengujian ini telah
ini. memenuhi standar pengujian
Maka dari itu sebaiknya internasional.
permasalahan ini disampaikan kepada
KESIMPULAN
service engineer agar dapat dilakukan
calibrating pada gradient coilnya dan Pada pengujian High Contrast
dapat dilakukan pengujian Magnetic Resolution, Low Contrast Resolution,
Field Homogeneity karena Slice Position Accuracy, dan Setup and
inhomogeneity magnet yang cukup besar Table Position Accuracy seluruh rumah
dapat menyebabkan kegagalan geometric sakit yang dilakukan pengujian tersebut
accuracy sehingga setelah pengukuran memenuhi standar pengujian
tersebut dapat dilakukan pengujian internasional sedangkan pada pengujian
geometric accuracy ulang [1]. geometric accuracy, seluruh rumah sakit
tidak memenuhi standar pengujian
Pengujian Slice Position Accuracy
internasional. Pada pengujian Signal To
Hasil pengujian slice position
Noise Ratio terdapat dua rumah sakit
accuracy didapatkan hasil yaitu pada
yang tidak memenuhi standar pengujian
RSUP Sanglah mendapatkan hasil
internasional. Pada pengujian Artifact
pengukuran slice position accuracy
Analysis hanya terdapat satu rumah sakit
dengan standar deviasi yaitu sebesar -
saja yang tidak memenuhi standar
1,33mm. Lalu pada BRSU Tabanan
pengujian internasional dan pada
mendapatkan hasil pengukuran slice
pengujian Slice Thickness Accuracy juga
position accuracy dengan standar deviasi
hanya terdapat satu rumah sakit saja
sebesar 0,85mm dan pada RSUD Badung
yang tidak memenuhi standar pengujian
mendapatkan hasil pengukuran slice
internasional.
position accuracy dengan standar deviasi
sebesar -0,3mm sehingga pada pengujian DAFTAR PUSTAKA
Slice Position Accuracy seluruh rumah [1]. American College Radiology,
sakit yang dilakukan pengujian ini telah Magnetic Resonance Imaging (MRI)
memenuhi standar pengujian Quality Control Manual, hh. 22-100,
internasional. America, 2015

58 | PISSN 2620-8040 Bagus Yudi


PENGUJIAN KINERJA PESAWAT MAGNETIC RESONANCE IMAGING DI
PROVINSI BALI

[2]. NessAiver, Moriel S, The Pyhsics Springer Berlin Hiedelberg., New


Components Of The ACR MRI York, 2006
Accreditation Program Are Overly
Tedious And Beyond Whats Is
Needed To Ensure Good Patient
TANYA JAWAB
Care, hh. 3420, Department
Radiology University Of Alabama.,
Akhmad Muzamil
Birmingham, 2008
Pada setting Parameter mengenai
[3]. Papp, Jeffry, Quality Management pengaturan matriks dan filter
In The Imaging Science Third (normalized) apakah menjadi bahan
Edition, hh. 243-251, Saint Louis., pertimbangan?
Mosby, 2006 Bagus Yudi
Matriks standart 150x256
[4]. Weishaupt, Dominik, How Does
Filter Standart
MRI Work Second Edition, hh. 7-42,
Normalized non Aktiv

59 | PISSN 2620-8040 Bagus Yudi


PROSIDING
SEMINAR REGIONAL RADIOLOGI I
Yogyakarta, 27 Januari 2018

PENGUKURAN LAJU PAPARAN RADIASI DAN KEBOCORAN PESAWAT SINAR-


X DI LABORATORIUM RADIOLOGI STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA
MENGGUNAKAN SURVEYMETER RANGER

Ayu Wita Sari


Prodi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi STIKES Guna Bangsa Yogyakarta
ayu.0221@gmail.com

ABSTRAKS

PENGUKURAN LAJU PAPARAN RADIASI DAN KEBOCORAN PESAWAT SINAR-X DI


LABORATORIUM RADIOLOGI STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN
SURVEYMETER RANGER. Telah dilakukan pengukuran dosis radiasi dan kebocoran pesawat
sinar-x di Laboratorium Radiologi STIKES Guna Bangsa Yogyakarta menggunakan Surveymeter
Ranger. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui dosis radisi di ruangan dan sekitar serta
mengetahui kebocoran pesawat sinar-x yang digunakan di Lab.Radiologi sehingga tingkat
keamanan radiasi bisa diketahui. Pengukuran dosis radiasi dilakukan pada 6 titik pengukuran yang
ditempatkan di dalam ruangan maupun sekitar ruangan. Untuk pengukuran kebocoran pesawat
Sinar-x dilakukan pada 4 titik yang berada disekitar dengan kolimator tertutup. Pengukuran dosis
radiasi dan kebocoran pesawat dilakukan pada saat penyinaran Cranium AP dengan 70kVp, 63mA,
dan 0.25s. Hasil penelitian menunjukkan tingkat laju paparan radiasi disekitar ruang laboratorium
radiologi STIKES Guna Bangsa masih dikategorikan aman yang dibuktikan dengan nilai yang
berada di bawah standar yang ditetapkan. Sedangkan untuk pengukuran kebocoran tabung sinar-X
nilai paparan tertinggi yaitu di sisi kanan atau pada sisi anodanya yaitu sebesar (0,801 ± 0,031)
μGy/h diukur pada jarak 1m dari sumber. Akan tetapi masih dikategorikan aman karena nilainya
dibawah batas intensitas yang diizinkan. Sesuai dengan acuan peraturan bahwa tingkat paparan
radiasi tabung tidak boleh lebih dari 100 mR/h pada jarak 1m dari sumber sinar-X pada setiap arah.
Sedangkan untuk tingkat paparan radiasi yang ditempati oleh pekerja radiasi tidak boleh melebihi
2,5mR/h untuk penduduk umum tidak boleh melebihi 0,25mR/h. Maka dari itu penelitian ini
menyimpulkan bahwa tabung dan lingkungan pesawat sinar-X di ruang Laboratorium STIKES Guna
Bangsa untuk sistem radiografi konvensional termasuk aman dan masih layak digunakan.

Kata Kunci : Laju Dosis Radiasi, Surveymeter digital, dan Kebocoran Tabung Sinar-X

PENDAHULUAN
Paparan radiasi dalam pekerjaan dimanfaatkan untuk mendiagnosis adanya
dapat terjadi akibat dari berbagai aktivitas suatu penyakit pasien yang ditempatkan
manusia, termasuk pekerjaan yang dalam suatu ruangan khusus yang didesain
berhubungan dengan tahap-tahap agar paparan radiasi tidak dapat
pengelolaan siklus bahan bakar nuklir, di menembus keluar dari ruangan yang akan
bagian radiologi rumah sakit dan lain - menyebabkan pekerja radiasi dan
lain. Di rumah sakit sendiri sinar-X masyarakat sekitar ikut terpapar. Olehnya

Ayu W.S PISSN 2620-8040 60


PENGUKURAN LAJU PAPARAN RADIASI DAN KEBOCORAN PESAWAT SINAR-X DI
LABORATORIUM RADIOLOGI STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN
SURVEYMETER RANGER.

itu, untuk menangkal paparan radiasi Penahan dinding radiasi yang


tersebut, perlu adanya material yang biasanya digunakan di rumah sakit ruang
mampu mencegah kemungkinan adanya radiologi yaitu beton dengan Pb (timbal),
kebocoran radiasi untuk mewujudkan sedangkan di Laboratorium Radiologi
dalam hal kesehatan dan keselamatan STIKES Guna Bangsa Yogyakarta sendiri
kerja. Pelayanan radiologi harus penahan dinding radiasinya terdiri dari
memperhatikan aspek keselamatan kerja gypsum dan Pb setebal 2 mm, maka perlu
radiasi sehingga dalam upaya adanya proteksi radiasi untuk keselamatan
pengendalian, Pemerintah telah kerja radiasi, salah satunya yaitu
menerbitkan Peraturan Pemerintah nomor mengetahui laju paparan dosis sinar-X dan
33 tahun 2007 tentang Keselamatan tingkat kebocoran tabung pesawat Sinar-
Radiasi Pengion dan Keamanan sumber X. Maka pada penelitian ini akan
radioaktif, Surat Keputusan Kepala dilakukan pengukuran Laju Paparan
Bapeten nomor 01/Ka-Bapeten/V-99 Radiasi dan Kebocoran radiasi pada
tentang Kesehatan terhadap radiasi pesawat Sinar-X di Laboratorium
pengion disebut keselamatan radiasi, yang Radiologi STIKES Guna Bangsa
memuat nilai batas dosis yaitu pekerja Yogyakarta. Sehingga karyawan dan
radiasi < 50 mSv/tahun dan masyarakat dosen serta mahasiswa yang berada
umum < 5 mSv/tahun (Bapaten, 2003). disekitar laboratorium dapat mengetahui
Untuk mewujudkan hal ini, maka kelayakan keselamatan kerja di
diperlukan material yang mampu Laboratorium Radiologi STIKES Guna
berfungsi sebagai perisai. Penelitian Bangsa Yogyakarta. Tujuan dari
tentang keluaran radiasi pada pesawat penelitian ini yaitu untuk mengetahui
sinar -X telah dilakukan pada tahun 2008 seberapa besar laju paparan radiasi
oleh Djoko Maryanto dkk, hasil dari disekitar ruang laboratorium radiologi dan
penelitian menyatakan bahwa secara seberapa besar tingkat kebocoran radiasi
umum hasil perbandingan menunjukkan pesawat sinar-X mobile unit merk
bahwa tebal dinding beton penahan radiasi Shanghai Guangzheng.
di Unit Radiologi (beton 18 cm yang
dilapisi Pb 1 mm) lebih tebal dari hasil METODE PENELITIAN
perhitungan tebal minimal penahan radiasi
Metode yang digunakan pada
secara teoritis untuk beton adalah 17,8 cm,
penelitian ini yaitu dengan eksperimen
dan laju dosis yang dihasilkan 2,232
atau pengambilan data secara langsung
R/Jam maka untuk operasional pesawat
sinar–X di Unit Radiologi RSU Kota dengan menggunakan alat deteksi radiasi
Yogyakarta sudah sesuai dengan lingkungan/surveymeter ranger. Penelitian
persyaratan sistem keselamatan kerja ini dilakukan pada bulan mei 2017.
radiasi dari BAPETEN. Penelitian 1. Alat dan bahan yang digunakan
berikutnya tentang sinar-X juga dilakukan
pada tahun 2012 oleh Anugrah a. Pesawat Sinar-X unit mobile Merk
Firmansyah dengan hasil dari penelitian Shanghai Guangzheng model SF 100
menyatakan bahwa terdapat kebocoran BY dengan nomor seri 150014 tahun
pada Phywe X-Ray Unit. pembuatan 2015.

61 | PISSN 2620-8040 Ayu W.S


PENGUKURAN LAJU PAPARAN RADIASI DAN KEBOCORAN PESAWAT SINAR-X DI
LABORATORIUM RADIOLOGI STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN
SURVEYMETER RANGER.

b. Alat deteksi radiasi lingkungan yaitu data pengukuran), dengan kondisi


Surveymeter digital Merek Ranger. ruang penyinaran tertutup.
c. Alat pelindung Diri (Apron) 3. Prosedur Pengukuran
d. Pita Pengukur Kebocoran Tabung Sinar-X
e. Blok Pb tebal 2 mm a. Mencatat jenis pemeriksaan yang
2. Prosedur Pengukuran Laju dilakukan dengan kondisi penyinaran
paparan radiasi yang maksimum yang pernah
a. Mencatat data pesawat sinar-x digunakan, misalnya Cranium.
meliputi merk pesawat, type tabung b. Mencatat tegangan operasi ( 70
dan no. seri tabung (tabung bagian kV), arus ( 63 mA) dan waktu (
dalam/Insert Tube, bukan wadah 0,25 s) paparan.
tabung/Tube Housing) c. Memposisikan switch pada
b. Mencatat data ruangan tempat surveymeter diawali dengan skala
pesawat sinar-x meliputi yang lebih besar untuk mengukur
ukuran ruangan, dinding, ruang laju dosis radiasi, bila tidak
operator, pintu, tanda radiasi. terbaca ulangi dengan skala yang
c. Menyiapkan surveymeter untuk lebih kecil hingga skala penunjuk
mengukur laju paparan radiasi. terbaca saat pengukuran
d. Menggunakan apron sebelum dilakukan. (Posisi switch yang
melakukan penyinaran. benar adalah pada kedudukan
e. Melakukan penyinaran untuk kondisi switch dengan sastuan mGray/jam
penyinaran tertentu, misalnya atau mRad/jam, Ingat : Dosis
Cranium dan mencatat tegangan persatuan waktu).
(70kV), arus (63mA) dan waktu d. Memegang Surveymeter pada
(0,25s) paparan. jarak 1 meter dari tabung pesawat
f. Memposisikan switch pada dengan arah depan, belakang,
surveymeter diawali dengan samping kiri dan kanan tabung.
mengukur laju dari titik 1 dan titik 2 e. Mengoperasikan pesawat sinar-x
hingga skala penunjuk terbaca saat sesuai dengan kondisi penyinaran
pengukuran dilakukan. (Posisi switch yang ditentukan dan melakukan
yang benar adalah pada kedudukan pembacaan pada surveymeter
switch dengan satuan mGray/jam atau seperti pada gambar 1.
mRad/jam, Ingat : Dosis persatuan
waktu ).
g. Melakukan pengukuran laju paparan
radiasi di beberapa tempat atau titik
tertentu, misalnya tempat dibelakang
pesawat dan operator, dibalik pintu
dan ruang tunggu, kamar gelap dan
ruang sekitar (sesuai dengan lembar Gambar 1. Surveymeter

62 | PISSN 2620-8040 Ayu W.S


PENGUKURAN LAJU PAPARAN RADIASI DAN KEBOCORAN PESAWAT SINAR-X DI
LABORATORIUM RADIOLOGI STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN
SURVEYMETER RANGER.

4. Analisis Data Berikut adalah hasil pengukuran


Analisis data dapat dilakukan kebocoran radiasi pada tabung pesawat
dengan mengolah data pengukuran, sinar-X dari masing-masing posisi ukur
baik di sekitar tabung maupun di menunjukkan nilai yang beragam, yang
sekitar ruang pesawat sinar-X. Rerata disajikan pada Tabel 2.
data yang telah diolah selanjutnya Tabel 2. Akumulasi pengukuran kebocoran
dilakukan verifikasi data menurut tabung sinar-X kondisi kolimator tertutup
acuan paparan radiasi yang telah
Faktor Eksposi Posisi Ukur Rata-rata
diizinkan. kVp mA s (1 meter dari Hasil ukur
tabung) (μGy/h)
HASIL DAN PEMBAHASAN 70 63 0,25 Depan 0,089 ± 0,001
70 63 0,25 Kanan 0,801 ± 0,031
Hasil pengukuran laju paparan 70 63 0,25 Kiri 0,201 ± 0,010
70 63 0,25 Belakang 0,077 ± 0,002
radiasi dari tiap-tiap posisi pengukuran
menunjukkan nilai yang beragam, yang
Berdasarkan tabel 2 di setiap titik atau
ditunjukkan pada Tabel 1.
posisi pengukuran masih ditergolong
Tabel 1. Akumulasi pengukuran Laju Paparan aman dan juga tidak membahayakan untuk
radiasi para mahasiswa yang sedang melakukan
Jenis Posisi Material Rata2 Hasil ukur
Pemerik pengukuran (μGy/h) kegiatan praktikum atau penelitian. Akan
saan tetapi harus memperhatikan jarak aman
Km. Gelap Partisi 0.430 ± 0,023
Cranium R.Kelas gypsum 0.228 ± 0,015 dari sekitar tabung sinar-X. Untuk lebih
AP lapis Pb
R.LPMI 0.312 ± 0,022 amannya harus berada di atas radius 1m
R.Operator 2mm 0.560 ± 0,028
dari sumber radiasi. Selain itu juga harus
Di setiap titik atau posisi membatasi waktu jika berada di daerah
pengukuran yang dikategorikan aman dan dekat dengan tabung sinar-X yang sedang
tidak membahayakan. Akan tetapi laju bekerja. Untuk petugas atau mahasiswa
paparan radiasi tertinggi terdapat pada harus menggunakan alat pelindung diri
ruang operator sebesar (0,560 ± 0,028) sesuai dengan SOP laboratorium atau
μGy/h dan untuk laju paparan terendah berada di dalam ruang operator. Hal ini
terdapat di ruang kelas sebesar (0,228 ± dikarenakan konstruksi dinding pada
0,015) μGy/h. Berdasarkan hasil analisa di ruangan sudah memenuhi standar
atas bagi mahasiswa atau civitas keamanan dengan material partisi gypsum
akademika yang berada di sekitar dan lapisan Pb 2mm.
laboratorium radiologi STIKES Guna
KESIMPULAN
Bangsa mendapatkan paparan yang aman
jika berada di ruang tersebut. Akan tetapi Berdasarkan tujuan dari penelitian
sangat dipertimbangkan untuk pembatasan ini dapat diambil kesimpulan bahwa laju
waktu pada ruang tersebut. Secara paparan radiasi tertitinggi berada di dalam
keseluruhan hasil paparan radiasi sudah operator sebesar (0,560 ± 0,028) μGy/h
sesuai standar keamanan dibuktikan karena posisinya dekat dengan pesawat
dengan nilai rata-ratanya dibawah standar sinar-X dan bagian atas terbuka.
toleransi. Sedangkan laju terendahnya di sekitar
63 | PISSN 2620-8040 Ayu W.S
PENGUKURAN LAJU PAPARAN RADIASI DAN KEBOCORAN PESAWAT SINAR-X DI
LABORATORIUM RADIOLOGI STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN
SURVEYMETER RANGER.

ruang kelas sebesar (0,228 ± 0,015) [2] Beiser, A. 1984.Concept of Modern


μGy/h. Tingkat laju paparan radiasi Physics (3rd ed). Singapore: Mc-Graw
disekitar ruang laboratorium radiologi Hill.
STIKES Guna Bangsa masih
[3] Electromedical. 2008. Dasar-dasar
dikategorikan aman yang dibuktikan
pesawatRoengent.Online:electromedic
dengan nilai yang berada di bawah standar
alengineering. blogspot. Com [diakses
yang ditetapkan. Sedangkan untuk
12/02/09]
pengukuran kebocoran tabung sinar-X
nilai paparan tertinggi yaitu di sisi kanan [4] Halmshaw, R. 1986. Industrial
atau pada sisi anodanya yaitu sebesar Radiography. Agfa-Gevaert N.V:
(0,801 ± 0,031) μGy/h diukur pada jarak AGFA
1m dari sumber. Akan tetapi masih [5] Siemens. 2003. Pengukuran Proteksi
dikategorikan aman karena nilainya dan Paparan Radiasi. Jakarta: PT
dibawah batas intensitas yang diizinkan. Siemens Indonesia.
Sesuai dengan acuan peraturan bahwa
tingkat paparan radiasi tabung tidak boleh [6] Suratman.1996. Introduksi Proteksi
lebih dari 100 mR/h pada jarak 1m dari Radiasi Bagi Siswa/Mahasiswa
sumber sinar-X pada setiap arah. Praktek. Batan-Yogyakarta:Puslitbang
Sedangkan untuk tingkat paparan radiasi T eknologi Maju.
yang ditempati oleh pekerja radiasi tidak
boleh melebihi 2,5mR/h untuk penduduk TANYA JAWAB
umum tidak boleh melebihi 0,25mR/h.
Maka dari itu penelitian ini menyimpulkan Nadela
bahwa tabung dan lingkungan pesawat Bagaimana jika laju paparan radiasi sudah
sinar-X di ruang Laboratorium STIKES melebihi standar yang diizinkan?
Guna Bangsa untuk sistem radiografi
konvensional termasuk aman dan masih Ayu Wita Sari
layak digunakan. Coordinator Lab. Radiologi akan
DAFTAR PUSTAKA menyampaikan hasil pengukuran kepada
ketua STIKES dan Yayasan mengenai
[1] Akhadi, Muhlis. 2002. Pancaran tidak amannya kondisi pesawat yang
Sinar-X Karakteristik untuk digunakan dan mengajukan permohonan
Pemeriksaan Medis.Online. www. untuk melakukan service atau pengajuan
tempointeraktif.com[diakses23/06/07] alat yang baru.
.

64 | PISSN 2620-8040 Ayu W.S

Anda mungkin juga menyukai