110 63 PB
110 63 PB
Analisis Model Ketersediaan Air Sub DAS Ngunut Bengawan Solo Hulu
Oleh: Dewi Liesnoor Setyowati
-- - -
_ - -
_.......--
~.-.~;;;;;::;;;;;.a
~
=-------
~~--~
___, - _..__
-- ------ .....--_._._
---
.- - -=---=--=-- --== •-=-=
........
;;;;;.
-- - ..
!I:
-=- -=
.. _ ---
-==::;;;;::;;-==a-==- ..
~-----~~~--..-. - ~~
___,
~
~
~
...._...--~-- ~-~ -~-----
•
1 JURNAL FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKAll.TA
Diterbitkan sebagai media informasi dati forum pembahasan dalam bidang geografi.
berisi tulisan-tulisan ilmiah, ringkasan hasil penelitian serta gagasan~gagasan baru yang
orisinil. Redaksi menerima sumbangan tulisan dari pemikir, peneliti maupun praktisi.
Naskah diketik dua spasi antara 10 - 30 halaman kuarto, tidak termasuk daftar bacaan
dan lampiran, dan disertai nama, alamat serta riwayat hidup singkat. Redaksi berhak
menyingkat atau memperbaiki karangan tanpa merubah isi. Terbit dua kali setahun pada
bulanJuli dan Desember. Beredar untuk kalangan terbatas. ·
.. -· '\.\
DAFTAR lSI
1
Kajian Pola PersebaranPermukiman di Kabupaten Klaten
Propinsi Jawa Tengah
Agus Dwi Martono
20
Pemilihan Lokasi Prioritas Konservasi Lahan Daerah Perbukitan
Kubah Sangiran Dari Data Penginderaan Jauh
Bambang Sulistyo
33
Peranan Studi Geografi Dalam Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah
(Studi Kasus Wilayah Kabupaten Sukoharjo)
Kuswaji Dwi Priyono dan Retno Woro Kaeksi
45
Mobilitas Sirkuler dan Dampak Sosial Ekonomi
Wahyuni Apri Astuti
56
Peta Bahaya Geomorflk Sebagai Salah Satu Masukan Bagi
Perencanaan Tata Ruang
Taryono
63
Analisis Model Ketersediaan Air Sub DAS Ngunut Bengawan Solo Hulu
Dewi Liesnoor Setyowati
74
Peranan Kota Kecil Dalam Pengembangan Wilayah
Muhammad Musiyam
82
Pembangunan dan Kelestarian Sumberdaya Lingkungan Hidup
Retno Woro Kaeko;!
93
Pembuatan Batu Bata dan Genting: Perubahan Terhadap Bentang Lahan
dan Cara Penanggulangannya
AlifNoor Anna
.-
KAJIAN POLA PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABU-
PATEN KLATEN
PROPINSI JAWA TENGAH
ABSTRACT
1.·
5) Kesesuaian agihan pola perse- sederhana (r), untuk menganalisis
baran permukiman dengan pe- sifat dan kekuatan hubungan antar
wilayahan pembangunan di variabeL Analisis koefisien korelasi
daerah Kabupaten Klate~ berganda (R) serta analisis regresi
linier berganda, digunakan untuk
uji hipotesis. Pelaksanaan analisis
METODE PENELITIAN data menggunakan alat bantu
perangkat komputer, dengan pro-
Metode penelitian yang digu- gram paket SPSSPC + for IBM.
nakan adalah metode analisis data
sekunder . Analisisnya dilakukan
secara keruangan atas dasar perbe- HASIL PENELITIAN DAN PEM-
daan topografis. Obyek penelitian BAHASAN
ini adalah perm ukiman di mana
penduduk atau manusia bertempat 1. Persebaran Permukiman
tinggal, maka satuan (unit) terkecil
adalah dusun. Sebenarnya dusun Dari segi persebaran dusun a tau
sebagai unit terkecil kurang tepat. permukiman, hasil analisis menun-
Namun mengingat keterbatasan jukkan bahwa secara topografis, se-
ketersediaan data pada unit admi- bagian besar permukiman. terdapat
nistrasi, maka untuk tujuan peneli- di daerah topografi dataran (18,8 %).
tian pola persebaran permukiman, Sebesar 14,5 persen dari seluruh
unit desa digunakan sebagai satuan jumlah desa di daerah penelitian
pengelompokan permukiman. Di terletak di daerah lereng gunungapi
kabupaten Klaten yang terdiri dari Merapi. Sisanya yang merupakan
26 kecamatan, atau mencakup 401 bagian terkecil (6, 7 %) merupakan
desa atau kelurahan, yang terdiri dusun-dusun daerah perdesaan di
dari 4523 dusun. daerah perbukitan, yakni sekitar
Analisis pola persebaran permu- kecamatan Bayat (Tabel 1.).
kiman, dilakukan dengan perhi- Dengan dasar kenyataan perse-
tungan matematis dengan peng- baran permukiman seperti itu, da-
ukuran dan perhitungan jarak an- pat dinyatakan bahwa secara urn urn
tar dusun dalam setiap desa atau permukiman di daerah kabupaten
kelurahan. Teknik ana lisis data Klaten berada di daerah topografi
pola persebaran permukiman da- · · dataran !'e ndah. Hal ini me-
lam kaitannya deug&~' faktor-faktor mungkinkan terjadinya pola perse-
lain yang mempengaruhi, dilak- baran permukiman yang menge-
sanakan menggunakan analisis- lompok, mengingat secara teoritis
analisis statistik. Dalam analisis ini daerah dataran rendah memiliki po-
digunakan analisis statistik varians tensi sebagai pusat-pusat .:. onsen-
one-way classification , analisis re- trasi penduduk.
gresi linier dan koefisien korelasi
No.
Topografi Jumlah Persen
401 100
Jumlah
Sumber: Analisis Data Sekunder
I
Tabel2. Komposisi Desa Menurut Pola Permukiman di Kabupaten Klaten
401 401
- I
Sumber: Analisis Data Sekunder
10
...~ ·-
Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996
l'
besarnya r = 0,4887 dan di daerah koefisien korelasi (r) antara sarana
topografi lereng gunungapi be- dan prasarana (Vg) dengan pola
sarnya r = 0,3539, yang keduanya persebaran permukiman (V13) se-
menyakinkan pada derajad keya- cara total hanya sebesar 0,0149. Di
kinan sebesar 99 persen (TabeJ. 4.). daerah topografi perbukitan: be-
Hal ini berarti secara umum sarnya r = -0,2122, daerah dataran
belum tentu desa-desa yang me- r = 0,0274, sedangkan di daerah
miliki proporsi luas lahan sawah lereng gunungapi besarnya r =
cukup besar merupakan pemusatan 0,0906 (Tabel 4). Kesemuanya ti-
perm ukiman. Tetapi di daerah yang dak memenuhi syarat pada taraf
bertopografi kasar, dimana proporsi signifikansi 0,01 %.
lahan sawah bervariasi, faktor ini Hal ini berarti belum tentu desa-
sangat menentukan pola perse- desa yang memiliki sarana prasa-
baran permukiman. Dengan kea- rana cukup lengkap diikuti oleh pola
daan yang demikian ini, wilayah- persebaran permukiman yang me-
wilayah yang memiliki proporsi luas ngelompok. Kenyataan tersebut cu-
lahan sawah cukup besar, kecen- kup wajar, mengingat jumlah sa-
derungan pola persebaran permu- rana prasarana di setiap desa relatif
kiman penduduk hampir sama de- sama, dan terbatas pada tingkat
ngan yang terdapat di daerah de- pendidikan, tempat pemerintahan,
ngan proporsi luas lahan sawah dan lainnya, sedangkan• sarana
sempit. prasarana lain mengelompok pada
desa-desa yang ditempati kantor ke-
camatan, atau desa di daerah per-
d. Sarana Prasarana dengan kotaan.
Pola Persebaran Permukim-
an
e. Kerapatan Jaringan Jalan
Mengacu pada asumsi bahwa dengan Pola Persebaran
jumlah sarana dan prasarana desa Permukiman
yang semakin besar, diikuti pula
oleh semakin mengelompoknya pola Kepadatan jaringan jalan, men-
persebaran permukiman, telah di- cirikan tingkat kemajuan suatu per-
analisis hubungan antara kedua mukiman. Pada umumnya, permu-
variabel tersebut. Nam .m demikian kiman yang maju merupakan pusat
hasil penelitian memperlihatkan, kegiatan, dan akan merupakan kon-
baik di tingkat kabu..:-?ten (umum) sentrasi tempat kediaman pen-
maupun per daerah dengan topo- duduk. Oleh karena itu, dengan
grafi berbeda, tidak adanya hubung- kerapatan jaringan jalan yang
an erat antara variabel rasio sarana tinggi, mem ungkinkan terbentuk
dan prasarana dengan pola perse- pola persebaran permukima:Iil
v
yang
baran permukiman. Besarnya nilai mengelompok. Hasil analisis
sangat kecil.
& ntuk mengetahui variabel apa
dari komponen sosial ekonomi, yang
l
Tabel5. Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Pola Persebaran Permukiman
Menurut Topografi . ·
. . . . ..
1'.
.-
11d=========~===-~~-----------------------------
L
meyakinkan. Oleh karenanya, da- cayaan yang tinggi (signifikansi T =
pat dikemukakan, bahwa semakin <0,05) dari kelima varia bel terse but,
tinggi kepadatan permukiman se- di daerah perbukitan hanya dua
makin menyebar pola permukiman variabel yang memenuhi syarat,
tersebut. Terbuktinya hipotesis da- yakni v4 (kepadatan permukiman),
pat diterangkan bahwa proporsi di mana besarnya nilai Beta =
luas lahan pekarangan dan bangun- 0,345992, denga n nilai T hitung =
an terhadap luas lahan desa yang 1,482 dengan derajad kepercayaan
besar, mendorong penduduk untuk sebesar 95,43 persen (signifikansi T
memperluas permukimannya, se- = 0,0457). Variabel V7 (kerapatan
hingga terjadi. pemencaran. jaringan jalan), Vs (kepadatan pen-
duduk), dan varia bel V 10 (sarana
dan prasarana) tidak memiliki pe-
c. Di Daerah Perbukitan ngaruh yang cukup kuat karena be-
sarnya signifikansi T lebih dari 0,05.
Persamaan regresi ganda antara Hasil analisis di atas, menunjuk-
variabel-variabel sosial ekonomi kan bahwa di antara variabel sosial
dengan pola persebaran permukim- ekonomi memiliki pengaruh cukup
an di wilayah topografi perbukitan kuat terhadap terbentuknya variasi
dapat disusun sebagai berikut: pola perse bar an perm ukiman, di
=
V1a 0,345992 V4 + 0,325487 Vs- daerah topografi perbukitan: hanya
0,035895 V7 + 0,04705 Vs + dua yakni variabel kepadatan per-
0,015472 V10 mukiman, dan proporsi luas lahan
Berdasarkan persamaan garis sawah. Variabel yang paling ber-
regresi linier ganda tersebut, ber- pengaruh di daerah ini adalah
arti setiap variabel pengaruh dari kepadatan permukiman. Dengan
komponen sosial ekonomi (Vi) demikian hipotesis keempat yang
memiliki nilai pengaruh yang ber- menyatakan: "Sarana dan pra~;a
lainan terhadap nilai pola perse- rana fisik untuk kegiatan sosial
baran permukiman (V13). Per- ekonomi paling berpengaruh ter-
bedaan besarnya nilai pengaruh hadap pola persebaran permukim-
tersebut, ditunjukkan oleh nilai an di daerah topografi perbukitan"
Beta dan hasil uji signifikansi T ter- tidak terbukti secara meyakinkan.
hadap setiap koefisien regresi Hal ini berarti belum tentu desa-
(Beta) . Dengan memperhatikan be- desa yang :::nemiliki sarana pra-
sarnya nilai Bet~ :1an besarnya nilai sarana cukup lengkap diikuti oleh
signifikansi T, maka J.apat diten- pola persebaran permukiman yang
tukan variabel apa yang paling ber- mengelompok. Kenyataan tersebut
pengaruh terhadap pola persebaran cukup wajar, mengingat jumlah
permukiman. \ sarana prasarana di setiap desa re-
Ditinjau dari besarnya nilai Beta latif sama, dan terbatas pa&hem-
dan T hi tung dengan derajad keper- pat pendidikan, tempat pemerin-
·'
nilai pola permukimannya (menge- hasan yang telah dikemukakan, da-
lompok), dari pada daerah dengan p l(t) disimpulkan beberapa hal
pertumbuhan lambat. Untuk dae- berikut:
16
..
~ '
. L1Jn
o •
'::' i
c/14:S
~- ~
%~ ..IJ·; · ; e
~~-
0
w I J!!: ! • lj
:! :-
~i~
,. •• ~ l II~ J:i i
j J'
..
-
'
-.
"
,q ~
;:
3
.
!r.
;
.
s
: .
0
···.
i
j~=================o=~======~======~
Haggett Peter, 1970, Geography: A Modem Synthesis, Harper and Row Pub-
lisher, New York.
Pacione, Michael, 1984, Rural Geography, Harper and Row Publisher, Lon-
don.
Yunus, Hadi Sabari, 1987, Geografi Perm ukiman dan Beberapa Permasalahan
Perm ukiman Di Indonesia, dalam Makalah Pidato Pengukuhan
Jabatan Lektor Kepala, Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta.
1989, Subject Matter dan Metode Penelitian Geografi Permukiman
Kota, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Zee, D. Vander, 1979, Human Geography of Rura.l Settlement and Population,
ITC, Enschede.
•' ABSTRACT
The purpose of this study is to describe the features of soil forms on PKS
derived from the data which are related to the erosions that happen. Based on
this, the location of the priority of the soil conservation can be chosen.
The research method applied in this study is the continuation of the previous
research which has yielded the study of soil form area. The result of that study
is combined to other data to know IBE which covers topography, slope area, the
forms of river branches and soil cover. By applying the overlay analysis and
count, it can be determined the priority of the soil conservation based on the
delineation of the soil forms which are interpreted from remote sensing data
especially the aerial photograph.
The conclusions are (1) the choice of the priority of soil conservation and
cultivating plants can be done by knowing IBE; (2) the degree of priority of the
soil conservation and plant cultivation in PKS depend on the spreads of the soil
forms. The soil forms happened is the features of the difference of rock
formations, litology, the degree of erosion, landslide, and the process of
diafirism . The priority sequences of the locations of the soil conservation and
plant cultivation are S3 and S4 followed by 85, Sl, S2 and finally Fl.
INTI SARI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari ekspresi dari bentuk-
lahan pada PKS yang diturunkan dari data penginderaan jauh yang di-
hubungkan dengan proses erosi yang terjadi sehingga dapat dipilih lokasi
prioritas konservasi lahan.
Metode pe11elitian yang dikerjakan yaitu dengan cara melanjutkan peneli-
tian yang telah terlebih dulu dikerjakan oleh peneliti terdahulu yang telah
menghasilkan bentuklahan daerah kajian. Dari hasil penelitian tersebut ke-
mudian dikombinasikan dengan data lain untuk menghitung IBE yang . ···\
: ·~ ·
meliputi bentuk wilayah (topografi) ; kemiringan lahan (slope) ; bentuk per-
cabangan sungai; dan liputan lahan. Dengan cara analisis tumpangsusun dan
perhitungan akhirnya dapat ditentukan priorifus lokasi konservasi lahan atas
Bentuklahan T D 8 u Prioritas
-····· -- - · ----- ··- · --- --- -
81 5 4 l 5,59 3
5 4 2 6,52 3
82 3 4 l 3,73 4
3 4 2 4,52 4
3 4 3 5,59 3
3 4 4 6,52 3
83 4 8 l 9,31 l
4 8 2 11,17 1
84 4 8 1 9,31 1
85 3 8 1 7,45 2
Fl l 1 l 0,47 5
. . .~.
:. '* _
--
Hartono, 1996, Penginderaan Jauh dan SIG Untuk Vegetasi, Diktat Kuliah,
Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Latifah, S., 1995, Studi Erosi Pada Lahan Kering Di Perbukitan Kubah
Sangiran Dengan Menggunakan Plot Erosi, Thesis S2 pada program
Studi Geografi, Jurusan Ilmu-ilmu Matematika dan Ilmu Pengeta-
huan Alam, Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Nuryantana, J.S, 1996, Evaluasi Tingkat Bahaya Erosi Untuk Arahan Kon-
servasi Tanah di Daerah Tangkapan H uj an Wad uk Kedungombo Kec.
Kemusu, Kab. Dati II Boyolali Jawa Tengah, Skripsi pada Fakultas
Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sutikno, 1992, Pendekatan Geomorfologi Untuk Kajian Airtanah Dangkal Di
Perbukitan Dome Sangiran, Jawa Tengah, majalah Geografi Indo-
nesia, Th . 6- 8, No-13, September 1992- Maret 1994, Yogyakarta.
Datar s/d 1m f 1
Berombak ± 10 u 3
Bergelombang ± 10 r 4
Berbukit kecil ± 10 hi 3
Berbukit sedang 10 - 50 h2 4
Berbukit 50 - 100 h3 5
Bergunung 300 atau lebih m 5
Ringa n 0 - 2 S! 1
Seda ng 3 - 4 M 4
Kuat 5 - 9 s 8
Sanga t kua t 10 a tau lebih v. 10
Tubuh air . w 10
Sawah dan tambak s 10
Hutan dan perkebunan H 9
Semak belukar B 7
Kebun campur dan perkampungan p 6
Kota u 4
Pertanian lahan kering/ tegalan T 2
La han gunduU terbuka/ berbatu G 1
PETA LOKASI
PRIORITAS KONSERVASJ LAHAH
u PERBUKITAN KUBAH SANGIRAN
j LE&ENDA
0
Jolon
1. 1 2.6KM.
;.;....T
~ Sunqoi
'"'
~
i:j"?
S4 Ptrruliton Ra.dilo lqir Slrilr llerbiiUiO Brrbi lerli-
lis t'.u.il fon"i l'llc;ooqon s...h
110"50'81.
i
PERANANSTUDIGEOGRAFIDALAMTATARUANGDAN
PENGEMBANGAN~LAYAH
(Studi Kasus Wilayah Kabupaten Sukoharjo)
ABSTRACT
The following issue explains the role of geography study in spatial lay-out
and regional development, taking the regional development of Sukoharjo
regency as the case study. The role of geography study in spatial lay-out and
regional development lies mainly in the effort to achieve geo information
system, i.e.; information of regional landscape with its all characteristics,
regional problem, regional development potential and the definitive factor of
regional development.
Making use of geography analysis, Sukoharjo as a brief out line has three
geomorpholgy units with its different physic potential and social economy, and
up to the present it has a tendency of different land function.
The three units of geomorphology mention above are: alluvial plain, 'fluvio-
volcanic foot plain of Lawu, and shouthern hill slope of Baturagung.
And then, to support the area development of JOGLOSEMAR the future
development strategies of Sukoharjo regency is distinguished into three zones,
i.e .: industry and comercial zone, urban residential and institution zone, open
sphere land and recreation zone.
INTI SARI
•
1
.-
an di sekitar terminal induk, perkembangan, dan tidak kalah
industri dan perk antoran di cepat dengan kebutuhan pemba-
pusat kota, akhirnya mem- ngunan kawasan JOGLOSEMAR
pengaruhipola penyebaran secara terpadu.
fasilitas sosial ekonomi.kota Homogenitas fisik dilihat dari
yang cenderung berorien- fenomena alam melalui identifikasi
tasilberlokasi pada sekitar karakteristik lahan dan kualitas la-
kawasan pusat kota, han yang menghasilkan potensi
c) berkembangnya berbagai fisik suatu lahan. Homogenitas so-
fasilitas pendidikan ting- sial ekonomi melalui identifikasi
gi, membangkitkan pertum- fenomena sosial ekonomi, mengha-
buhan perumahan di seki- silkan potensi sosial ekonomi wi-
tarnya yang dapat menim- layah perencanaan. Kedua keadaan
bulkan konflik penggu- tersebut dipadukan akan mem-
naan lahan kota, peroleh informasi daya dukung wi-
d) timbulnya jasa-jasa lain layah. Sedangkan homogenitas
(sektor informal) sebagai fungsional diliha t dari dominasi
pendukung kegiatan perda- kegiatan utama saat ini, kecende-
gangan, industri dan rungannya menjadi kawasan perko-
transportasi yang meman- taan atau kawasan perdesaan. Se-
faatkan ruang-ruang lanjutnya strategi pengen1bangan
yang tidak semestinya akan wilayah mendatang didasarkan
menurunkan kualitas ruang pada keadaan daya dukung wilayah
itu sendiri. dan keadaan fungsional wilayah
Adapun dalam pemintakatan la- saat ini, sehingga antisipasi per-
han/ruang perkotaan guna antisi- kembangan dapat ditentukan da-
pasi perkembangan kawasan lam rekomendasi tata ruang dan pe-
segitiga em as Yogyakarta - Solo - ngembangan wilayah mendatang.
Semarang (JOGLOSEMAR) men- Melalui kajian geografi, zonasi
datang, wilayah Sukoharjo dibe- wilayah yang didasarkan pada ho-
dakan menjadi 3 macam mintakat mogenitas fisik dikenal sebagai
didasarkan pada kondisi fisik mau- zonasi geomorfologis yang mengkaji
pun non fisik serta permasalahan bentuklahan. Dalam setiap satuan
dan kemungkinan perkembangan- bentuklahan mempunyai homo-
nya di masa mendatang. Pemin- genitas te:J.t ang morfologi/relief,
takatan/zonasi ·,·, ilayah didasarkan struktur geologi!litologi, dan proses
pada perpaduan homugenitas fisik geomorfologinya. Keadaan fisik ben-
sosiallekonomi dan fungsional. Per- tuklahan yang berbeda mem-
paduan zonasi ini diharapkan pengaruhi karakteristik lahan dan
mampu menghasilkan rencana-ren- kualitas lahannya, sehingga terda-
cana tata ruang yang mempunyai pat pula perbedaan potensi fi~ik la-
daya antisipasi tinggi terhadap hannya. Analisis potensi fisik"""lahan
Konsultasi pendahuluan
- Tujuan
- Data dan asun1si
- Rencana evaluasi
Jenis-jenis utama
I
Ulangan --1 Unit pemetaan lahan
Penggunaanlahan
', ..•
~
Skema proses kegiatan dalam evaluasi lahan (FAO, 1978 dalam Sitorus, 1985)
. ..·:.
ABSTRACT
The different between permanent and non permanent mobility lies with the
will or will not intend to settle at the destination residence. If someone move
to another re.s idence and does not intend to settle permanently then this kind
of movement is called circular migration: Migrant motivation usually has
economic motive; urban-migrant is bigger than rural-migrant in quantity.
rural-migrants are generally the transmigrants whose activity is in farming
sector.
Circular migration is much more than permanent migration. Such a thing
is caused by centripetal and centrifugal force of same power. Population is faced
with the problem of selection, to settle at the rural with hard economy condition
or migrate to another region. To solve the problem, then, they usually decide
to move to the other region performing circular mobility.
Circular mobility gives a positive effect in economic condition, educa,tion and
development to the region where the migrants come from. The presence of
rural-inhabitant at work at the other region will result remittance, good
consigment and new ideas transfered to the rural. Such a thing will bring the
workers' rural development.
INTISARI
... --··~
waktu tersebut minimal 2 hari dan sarana transportasi dan komuni- -,:./
maksimum 6 bulan, pulang ke kasi.
daerah asal baik secara teratur
,.
- -- - - - - - -- ----
DAFTAR PUSTAKA
Oleh: Taryono
ABSTRACT
•'
In the planning of spatial lay-out oriented to environmental concept, it
requires the information input connecting with the condition of local environt.
This condition constitutes the features characteristic of the living space which
consist of natural and social environment.
One of the _natural environment elements, needed to the spatial lay-out
planning, is the dynamic geomorphology. the process of the dynamic is some-
times accelerated and increased by natural and anthropogenic factors .. The
abnormality in both acceleration and the increase will cause a natural disaster,
which is based on the landscape approach it is called the geomorphologic
hazard.
In connection with such event thematic map of geo:o;wrpholog1c hazard
describes the disaster susceptibility of an area. The geomorphologic hazard
map is an output map whose information is obtainable from thematic map
connecting with population, land use, topography, geomorphology, rainfall ,
hydrological data and slope classification. Both land use and population maps
describes the anthropogenic factors .
The role of the geomorphologic hazard map, in the planning of spatial lay-out
and environmental management, i.e.; preventive, represive, rehabilitative and
serves as the basis for interpretation and management of living spere.
By putting geomorphologic hazard into map compilation of spatial lay-out
(cultural and non cultural area map) a footstep advance is the reached to
guarantee human security and their treasures, and human well-being as an
integral part of human living prosperity.
INTI SARI
Salah satu bagian dari unsur lingkungan alam yang diperlukan dalam
perencanaan tata ruang adalah bentuklahatt(geomorfologi) yang mempunyai
pasca bencana alam. Pemetaan ini an yang diarahkan pada "penem uan .- ·~ -
.'
dimaksudkan untuk mengetahui kemungkinan pemanfaatan ling-
luas dan intensitas bencana alam ~ngan" ("environmental opportu-
yang sudah terjadi dan juga untuk nities"). Maksud pendekatan m1
DAFTAR PUSTAKA
pretation, Enschede.
ABSTRACT
The aim of this research is, (1) formulating a model for water availability
in order to know the input-output process in Ngunut Sub Watershed, (2)
knowing the condition of water availability components for each land use, (3)
determining the best alternative landuse in Ngunut Sub watershed.
Data used in this research were mean rainfall and temperature in ten years,
water content in soil, groundwater flow , crop coefisien, landuse area, and the
agricultural production value.
There are 3 main outcomes of this reseach. The first one is in form of
software, concerning the water availability model in Ngunut Sub watershed.
The second outcome, for mixed plantation; infiltration, water storage, and
percolation had high values but surface runoff has a low value. For the rice-
field ; evapotranspiration has the highest value, with Interception, infiltration,
and water storage having low values. For the dry fields; interception had the
highest value. For the settlement; surface runoff had the biggest value. ~
.third outcome is that, the landuse changes from irrigated rice fields and <b-y
fields to form of mixed plantations, constitute the b.e st alternatives in the
spatial organization of Ngunut Watershed, whose values are high
INTI SARI
Tujuan penelitian ini, (1) menyusun model ketersediaan air untuk menge-
tahui proses input output Sub DAS Ngunut, (2) mengetahui kondisi komponen
ketersediaan air pada setiap penggunaan lahan, (3) menentukan alternatif
penggunaan lahan terbaik di Sub DAS Ngunut.
Data yang digunakan meliputi data huja n dan suhu mlara selama 10 tahun,
kadar air dalam t anah, data aliran bawah tanah, koefisien tanaman, luas
penggunaan lahan da1: data hargalnilai produksi tanaman.
Hasil utama penelitian ini adalah: (1) perangkat lunak (software) tentang
model ketersediaan air di Sub DAS Ngunut. (2) Kebun campuran mempunyai
nilai infiltrasi, simpanan air dan perkolasi besar, sedangkan nilai aliran
permukaan kecil. Sawah, nilai evapotranspirasi paling besar, sedangkan nilai
intersepsi, inf:tltrasi dan simpanan air kecil. Tegal, nilai intersepsi 9 aling
•
66 Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996
tidak ada perbedaan nyata antara naan lahan adalah sama, yaitu di
debit hasil simulasi dengan debit musim hujan pada bulan November
observasi pada taraf kepercayaan sampai Maret nilai intersepsi besar, \
95%. sedangkan di musim kemarau pada
Berdasarkan pengujian di atas bulan April sampai Oktober nilai in-
maka model ketersediaan air yang tersepsi kecil.
disusun dapat digunakan dan di- EYil,potranspirasi; terbesar pada
terapkan di Sub DAS Ngunut untuk sawah diikuti kebun campuran, pe-
menduga debit aliran sungai yang mukiman , dan tegal (lihat Gambar
akan terjadi apabila dilakukan 3). Sawah mempunyai persediaan
pengubahan pe.nggunaan lahan. air cukup besar dan berakar
dangkal sehingga dapat memacu be-
sarnya evaporasi, sedangkan tegal
Analisis Ketersediaan Air Sub mempunyai luas permukaan lebih
DAS Ngunut besar dengan simpanan air relatif
kecil dan berakar dalam sehingga
Model Ketersediaan Air evapotranspirasi besar . Kecen-
(KTSAIR.EXE) menggambarkan derungan evapotranspirasi per bu-
jumlah air yang tersedia pada ma- lan tidak menunjukkan trend yang
sing-masing penggunaan lahan menyolok hanya pada bulan J uni
DAS Ngunut. Ketersediaan air dibe - sampai Agustus nilai evapotPanspi-
dakan dalam beberapa komponen rasi cenderung menurun sedikit,
yaitu intersepsi, evapotranspirasi, disebabkan rata-rata suhu udara
infiltrasi, simpanan air, perkolasi, pada musimkemarau menurun.
dan aliran permukaan. Hasil ana- Infiltrasi; pada kebun campuran
lisis ketersediaan air masing-ma- tinggi diikuti tegal, pe m ukiman,
sing komponen adalah sebagai sawah (lihat Gambar 4) . Kebun
berikut: campuran mempunyai seresah yang
Intersepsi; tegal mempunyai in- cukup tinggi karena sebagian besar
tersepsi tertinggi diikuti kebun jenis tanaman yang ada sejenis
campuran, pemukiman, dan sawah tanaman tahunan dengan tingkat
(lihat Gambar 2) . Hal ini dise- gugur da un tin ggi. Seresah per-
babkan karena rumus intersepsi m ukaan berfungsi untuk mengu-
tergantung pada luas penggunaan rangi pengaruh pukulan tetesan
lahan, luas tegal jauh lebih besar hujan, ~;:;nambah bahan organik,
dibanding k : !:. •m campuran. Se- mik roorganisme, dan meningkat-
benarnya pada luas yang sama ke- kan porositas tanah. Kecende-
bun campuran dengan penu tup rungan infiltrasi masing-masing
tajuk yang lebih rapat dibanding penggunaan lahan relatif sama
tegal mempunyai intersepsi yang yaitu, di musim hujan besar dan di
paling besar. Kecenderungan infil- musim kemarau bernilai nol )qtrena
trasi per bulan pada setiap penggu- tidak ada infiltrasi. "'-''
•.
68 Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996
Tabel 2. Alternatif penggunaan lahan yang diusulkan
Alternatif Keteran an
jau dari tolok ukur erosi maka alter- dan tegal berubah menjadi kebun
natif ini tergolong paling baik campuran, maka suplai tanaman
karena dapat menekan besarnya pangan menjadi terganggu.
eros1. Alternatif 7 dan 12; perubahan
Alternatif 10, 2, 11, dan 13 meru- 50% luas sawah dan tegal menjadi
pakan perubahan luas tegal men- pemukiman (Tabel 2), meng:t'tasil-
jadi sawah (Tabel 2). Keempat kan rasio debit urutan ke 8 dan 9,
alternatif ini menghasilkan rasio nilai produksi urutan ke 10 dan 14
debit yang baik; urutan 4,5,6 dan 7 (Ta-bel3). Alternatif7 dari nilaipro-
(Tabel 3), sedangkan ditinjau dari d uksi tidak diperbolehkan karena
nilai produksi masih mencukupi luas sawah berkurang sehingga ke-
artinya hasil produksi masih lebih butuhan pangan terutama padi
besar dari rata-rata pendapatan menjadi berkurang, bahkan alter-
penduduk. Keempat alternatif ini natif 12 tidak dapat mencukupi ke-
merupakan_alternatif yang dian- butuhan hidup penduduk di Sub
jurkan untuk Sub DAS Ngunut. DASNgunut.
Ditinjau dari nilai produksi al- Alternatif 8 dan 9; perubahan
ternatif 4,3,14 ternyata mempunyai sawah menjadi tegal (Tabel2), akan
. ·'
nilai besar, urutan 1,2,3 (Tabel 3). menghasilkan rasio debit yang be-
Nilai produksi besar mengun- sar melampaui batas kewajaran.
tungkan masyarakat, tetapi mehhat O,Wnjau dari nilai produksi cukup
komposisi lahan dimana luas sa wah baik yaitu ter~)lSuk urutan ke 4 dan
DAFTAR PUSTAKA
ET
l l .r r r
VEGETASI (X1)
11 TANAH
(X2}
--~---r--r--,---
I I I I
--------
H :K :s
I
I
I
T : p
I
SA a SA, AP
f-----.
SUN GAl
(X3 )
AS
I
I I
I
I I
SA1
I I I
I SA, SA,
IN. I IN I I IN I I IN' I IN.
I I I I
I I I
jl
If' I
rr.
tli
IP'a
AB + SB
IF,
IF,
Gambar 1. Proses pergerakan air pada lahan kebun campuran, sawah, tegal,
dan pem ukiman
Keterangan:
Xl = Komponen vegetasi, terdiri dari hutan (H), perkebunan (K), sawah(S),
tegalan (T), dan pemukiman (P)
X2 = Komponen tanah
X3 = Komponen sungai
CHH, CHK, CHT, CHp = Curah hujan yang jatuh ke vegetasi hutan, perke-
bunan, sawah, tegalan, pemukiman
ETH, ETK, ETs, ETp = Evapotranspirasi aktual vegetasi hutan, perke-
bunan, sawah, tegalan, dan pemukiman
INH, INK, INs, INT, INp = Intersepsi pada vegetasi hutan, perkebunan,
sawah, tegalan, dan pemukiman
SAH, SAK, SAs, SAT, SAp = Simpanan airtanah pad~ vegetasi hutan, per-
kebunan, sawah, tegalan, dan pemukiman
PE = Perkolasi
AP = Aliran permukaan > • •
11>0
E 1oo
ISO
.Jf"MAM.J.JA80N0
....."
.IJIMAM.J~A·OND
..... _
Gambar 2. Kecenderungan lnte111epal Gambar 3. Kecenderungan Evapotraneplraai
mm
300~--------------------------------~
120;---------------------------------~
I-..... ··-- ... T. . . ... po...._. . . . .
100
........ J ~ M A M J J A 8 ~ N D
..
Forum Geografi No. 19Th. Xi Desember 1996 75
bangan industri kecil dan mene- nya pada interaksi antara kegiatan
ngah melalui peningkatan kualitas pertanian dan non pertanian dalam
produk, tingkat teknologi, dan kegiatan ekonomi pedesaan. Na-
peluang kerja yang diciptakannya. mun demikian, karena keterkaitan
Sedangkan menurut Mellor dan pada tingkat mikro d ala m ke-
Harris (dalam Effendi , 1993), nyataannya juga dipengaruhi pe-
keterkaitan dapat terjadi melalui rubahan so sial ekonomi pada
keterkaitan konsumsi (consumption tingkat regional dan nasional, maka
linkages) dan keterkaitan produksi analisisnya perlu dikaitkan dengan
(production linkages). Keterkatian konteks regional dan nasional.
konsumsi adalah kaitan yang ter- Bentuk keterkaitan lainnya
jadi sebagai akibat kenaikan peng- adalah keterkaitan keruangan,
hasilan salah satu sektor kemudian yang mencerminkan luasnya pe-
menyebabkan meningkatnya per- ngaruh sebuah perekonomian dan
mintaan produksi dari sektor lain. sebagai petunjuk adanya interaksi
Keterkaitan dapat terjadi pada sek- ekonomi antar wilayah (Ranis, Ste-
tor pertanian dengan non pertanian wart dan Reyes, 1989). Kaitan se-
atau sebaliknya . Sedangkan cara ker u angan terjadi karena
keterkaitan produksi dapat terjadi adanya kerja sama a ta:.:. s aling
melalui keterkaitan ke depan (for- hubungan antara perusahaan (en-
•
ward linkages) dan keterkatian ke terprise) yang berlokasi di suatu
belakang (backward linkages). tempat dengan tempat lain. Hu-
Keterkaitan ke depan terjadi apa- bungan ini dapat terjadi antar eek-
bila produksi dari suatu komoditi tor dan sektor dan lain sektor.
satu sektor menjadi pemasok untuk H ubungan keruangan yang berkem-
kegiatan produksi sektor lain. Seba- bang akan merangsang pertum-
gai contoh, produksi singkong digu- buhan sektor tersier, terutama
nakan untuk masukan industri sektor . transportasi. Kaitan keru"
tape . Contoh lain, produksi susu angan dapat terjadi :tJada skala
sapi digunakan untuk masukan in- dunia sampai tingkat lokal.
dustri susu dn makanan bayi. Se-
baliknya kegiatan peternakan sapi
perah membutuhkan makanan ter- PERANAN KOTA DALAM
nak dari industri makanan ternak. PERKEMBANGAN PERDE-
Makanan ternak adalah keterka- SAAN
itan kebelakang hila dilihat dari
sektor peternakan. Pendekatan ini didasarkan pada
Menurut Effendi (1993), analisis konsep bahwa sistem yang ter~nte
keterkaitan pada tingkat mikro bi- grasi dari berbagai pusat pela-
asanya menerapkan model ke- yanan, dengan berbagai ukuran/
terkaitan pertumbuhan, yang ti g atan serta mempunyai ciri-ciri
berusaha memusatkan perhatian- yang fung sional, dapat berperan
•.
76 Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996
penting dalam memfasilitasi ranan kota kecil di Philip ina, bahwa
pengembangan perdesaan yang le-. kota kecil mempunyai peranan
bih merata (Rondenelli, 1985). penting dalam perkembangan per-
Menurut Johnson (dalam Dauglass, desaan melalui integrasi fungsional
1996), pengembangan kota-kota desa-kota.
kecil dapat membantu perkem- Sebahknya Salih (1979), Mc.Gee
bangan perdesaan. Menurutnya, dan Das (1983), serta Harris (1987),
setidaknya ada 7 fungsi yang dapat berpendapat bahwa kota kecil mem-
diperankan kota kecil dalam mem- punyai peran yang terbatas dalam
bantu perkembangan perdesaan. pengembangan perdesaan. Menu-
Pertama, sebagai pusat penyedia rut Me. Gee dan Das (1983), perba-
barang-barang konsumsi bagi pen- ikan sistem transportasi dapat
duduk perdesaan. Kedua, sebagai menghambat peranan kota kecil se-
pusat pelayanan jasa bagi pen- bagai pusat pemasaran hasil per-
duduk perdesaan. Ketiga, sebagai taniah. Hal demikian terjadi karena
pusat pemasaran bagi produk per- perbaikan sistem transportasi kota-
desaan. Keempat, sebagai penyedia desa, memungkinkan para peda-
sarana produksi pertanian dan non gang dari perkotaan yang lebih
pertanian bagi perdesaan. Kelima, besar dapat membeli has•i l per-
sebagai pusat pengolahan hasil per- taman secara langsung dari petani
tanian yang berasal dari perdesaan. atau pasar desa, yang selanjutnya
Keenam, sebagai penyerap tenaga dibawa ke pusat kota tanpa melalui
kerja non pertanian dari perdesaan. pasar yang berada di kota kecil.
Ketujuh, sebagai pusat informasi Dengan argumentasi yang berbeda,
dan inovasi yang berguna bagi Salih (1979) dan Harris (1987), ber-
pengembangan perdesaan. pendapat fungsi kota kecil dalam
Pendapat senada datang dari pengembangan ekonomi perdesa'an
Rondenelli (1987) dan Taylor (1981), peranannya terbatas karena pada
yang mengatakan bahwa kota kecil kenyataannya kebanyakan kota
mempunyai peranan penting dalam kecillebih berfungsi sebagai pusat
pengembangan perdesaan karena distribusi barang-barang konsumsi
kota kecil merupakan pusat perda- yang dihasilkan dari pusat kota'
gangan, kegiatan-kegiatan jasa dan (metropolis) dan sebaliknya tidak
kegiatan non DPr tanian bagi wi- berfungsi sebagai pusat produksi
layah perdesaan. i\~<>lalui fungsi- yang mengolah barang-barang yang
fungsi tersebut pada gilirannya dihasilkan dari perdesaan.
akan dapat membantu meningkat- Penelitian mengenai kota kecil
kan produksi pertanian, penda- dalam pengembangan perdesaan
patan dan kesejahteraan penduduk yang dilakukan di banyak rtegara
perdesaan. Pendapat ini didukung berkembang menunjukkan'-hasil
hasil penelitian yang dilakukan yang bervariasi. Penelitian Effendi
Rond e nelli (1985) mengenai pe- f991) pada sebuah kota kecil di
Kota kecil merupakan pusat pe- tas pelayanan yang berada di kota
masaran bagi komoditas-komoditas kecil sebagai penyedia masukan (in-
yang dihasilkan dari wilayah perde- put) dan fasilitas pelayanan
saan, yang selanjutnya dijual dan reparasi, tetapi sebaliknya toko-
didistribusikan ke wilayah lain, toko dan fasilitas di kota kecil tidak
baik pada tingkat lokal, intra mau- akan tumbuhjika tidak ~da intensi-
pun inter regional. Menurut pen- fikasi dan diversifikasi pertanian
dekatan ini, fungsi kota kecil yang surplusnya diinvestasikan
sebagai pusat pemasaran tidak kembali pada kegiatan pertanian.
akan berkembang tanpa adanya Akhirnya, transformasi sosial
surplus produksi di wilayah perde- ekonomi perdesaan di satu pihak
saan, sehingga antara kota kecil dan pertumbuhan kecil sebagai
dengan wilayah perdesaan seki- pusat pemasaran, pelayanan dan
tarnya ada ketergantungan yang pengolahan komoditas perdesaan di
saling menguntungkan. Pening- lain pihak, pada gilirannya akan
katan dan perluasan produksi di merangsang peluang kerja sektor
wilayah perdesaan membutuhkan non pertanian di kota kecil.
jaringan pemasaran di kota kecil Pendapat senada dikemukakan
dan . sistem perkota an secara lebih "- oleh Mellor (dalam Effendi, 1991),
luas, tetapi tanpa perluasan yar.g mengatakan bahwa mo-
kegiatan pertania1:, ltegiatan indus-
tri yang berbasis hasil pertanian
dernisasi pertanian dapat me-
ningkatkan produksi pangan, yang
.·. . '
·~ -".. ·
pada kota keciljuga tidak akan tum- pada gilirannya akan meningkat-
huh. Intensifikasi dan diversifikasi kan penghasilan petani kaya, yang
pertanian di wilayah perdesaan selanjutnya akan diil( ti pe-
membutuhkan toko-toko dan fasili- ningkatan konsumsi rumah tangga.
...
Kondisi demikian dapat merang- kurang mampu menciptakan
sang pertumbuhan industri dan peluang kerja di pedesaan.
p e layanan kebutuhan rumah
tangga, yang secara langsung akan
memb.uka peluang kerja non per- PENUTUP
tanian. Akhirnya penghasilan ru-
mah tangga miskin akan meningkat Berdasarkan pada serangkaian
dan diikuti dengan meningkatnya kajian mengenai keterkaitan desa-
kebutuhan akan kebutuhan per- kota, sebagaimana diuraikan di
t anian dan non pertanian. atas, setidaknya ada dua hal yang
Di pihak lain, menurut Papola perlu diperhatikan. Pertama, per-
(dalam Effendi, 1991), bahwa mo- tumbuhan kegiatan sosial ekonomi
de rnisasi pertanian belum tentu di perdesaan dan kota kecil meru-
ma mpu merangsang pertumbuhan pakan dua hal yang saling bergan-
industri pedesaan. Dia mengemu- tung . Oleh karenanya , kajian
k a k a n, karena modernis asi per- mengenai keterkaitan desa-kota
tanian cende rung m e musatkan disamping perlu dilihat dari pers-
pad a satu tanaman (terutama pektif kota, juga perlu dilihat dari
tanaman pangan), sehingga kurang perspektif desa. Kedua, k~t,erkaitan
dapat merangs ang pertumbuhan in- desa-kota, disamping bervariasi an-
dustri. Menurutnya, modernisasi tara wilayah satu dengan lainnya,
pertanian memang dapat mening- secara internal juga menunjukkan
katkan penghasilan petani se- variasi keterkaitan antar kelompok
tingkat di atas subsisten, tetapi masyarakat, tergantung dari kon-
teks regional, ekonomi, sosial dan
DAFTAR PUSTAKA
DeJong, Wouter dan Frank Van Steenbergen, 1987, Town and Hinterland in
Central Java, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Effendi, Tadjuddin Noer, 1991, The Growth of Rural Non-Farm Activites at
The Local Level: A Case Study of Causes and Effects in Sub-district
of Up Land Central Java, Ph.D Dissertation, Flinders University,
Adelaide.
Effendi, Tadjuddin Noer, 1992, Pengembangan Wilayah dan Perluasan
Peluang Kerja di Pedesaan: Alternatif Kebijakan (paper tidak diter-
bitkan).
Effendi, Tadjuddin Noer, dan Helmut Weber, 1993, Industrialisasi di Pedesaan
Jawa, Pusat Penelitian Kependudt~~m UGM, Yogyakarta.
Titus, M.J, 1993, Small Town Productions and Regional Functions in Central
Java, Indonesia Journal Geography, 66 (25), pp: 1-29.
Todaro, Michael P, 1995, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Erlangga,
Jakarta.
Weaver, C, 19C::., "Development Theory and Regional Question: A Critique of
Spatial Planning And its Detractors:, in W.B., Stohr and D. R. F.
Taylor (eds), Development from Above or Below, John Wiley and Sons,
New York. > •c./!,
ABSTRACT
INTISARI
'· ~
•
86 Forum Geografi No. 19Th. X/ Desember 1996
4. Perubahan maupun benturan 4. Adil dalam kebenaran.
terhadap lingkungan alam ke- Keikutsertaan masyarakat da-
hidupannya. lam pembangunan adalah suatu hal
Dari uraian di atas dapat dilihat yang sangat penting yaitu dapat
bahwa modernisasi, pembangunan menggugah masyarakat untuk ikut
dan teknologi tidak hanya dapat memikirkan cara pemecalian
meningkatkan kesejahteraan suatu masalah yang sesuai, dapat terbi-
bangsa namun juga dapat merusak, nanya secara sinambung informasi
dengan demikian pembangunan mengenai apa yang sebenarnya ter-
yang seimbang dengan lingkungan- jadi di masyarakat sebagai akibat
nya merupakim suatu tuntutan. dari upaya pembangunan serta
Manusia sebagai pelaksana pem- mengetahui tanggapan masyarakat
bangunan haruslah manusia yang terhadap langkah pembangunan
mempunyai orientasi ke masa de- yang diambil, agar lebih dapat
pan yang tinggi dengan demikian mengetahui jenis persyaratan
manusia seperti itu akan memiliki kualitas maupun lokasi dari pela-
sifat unggul yakni : yanan sosial yang dibina melalui
1. Bersifat lebih hemat dengan se- pembangunan.
lalu memperhitungkan hidup- Pemuda mempunyai peranan
nya di masa depan. sangat penting di dalam mewaris-
2. Lebih menilai tinggi orientasi kan nilai dan sikap pembangunan
ke arah hasil ~ari suatu karya. yang seimbang melalui perbuatan
3. Lebih menilai tinggi hasrat komunikasi, informasi dan lain-
eksplorasi untuk memper- lain. Pembinaan pemuda ditujukan
tinggi kapasitas inovasi. untuk mempersiapkan kader pe-
4. Menilai tinggi mentalitas nerus pembangunan merupakan
berusaha atas kemampuan hal yang sangat penting.
sendiri.
5. Percaya kepada diri sendiri.
6. Berdisiplin murni. DAMPAKPEMBANGUNAN
7. Berani bertanggung jawab sen-
diri. Tujuan utama pembangunan ti-
8. Dapat dipercaya. dak lain adalah untuk memperbaiki
Adapun ciri-ciri manusia peni- kondisi yang sekarang ada sehingga
bangunan yang utuh pada dasarnya menjadi l~!Jih baik. Sehingga di-
adalah manuf-1;.,_ yang memiliki si- harapkan memperoleh kemak-
fat-sifat terpuji; m .-, miliki kete- muran dan kenyamanan dalam bi-
guhan mental yaitu: dang-bidang tertentu, namun tidak
, .: ·.;~ A
I f:
-; "~:: ·
.>·.~.,.
. :.:.~
ABSTRACT
INTI SARI
air, dan bahan penolong yaitu pasir (Bantul DIY), di daerah Sukoharjo ~;·:.. .
dan minyak pres. Dalam hal ini air (Jawa Tengah), di daerah Banyu-
bertindak sebagai katalisator dalam mas (Jawa Tengah) dan masi]:('ba.
proses perendaman, pelumatan nyak lokasi lainnya.
"·
Alasan utama penambangan ini an pekerjaan yang dapat menyerap
adalah pada aspek ekonomi, yang tenaga kerja cukup banyak. Seti-
ternyata memberikan pendapatan dak-tidaknya akan tercipta lapang-
yang lebih besar dibanding untuk an kerja di bidang penggalian,
usaha, pertanian tanaman pangan, pengangkutan (transportasi), pem-
seperti tanaman padi dan polowijo. buatan, dan pemasaran. Dampak
Selain itu penambangan agaknya positif yang lain yaitu dalam proses
juga didukung oleh adanya iklim akhir pembuatan batu bata yakni
yang menguntungkan bagi para pada saat pembakaran. Disini ba-
penambang. Karena pembuatan nyak memanfaatkan limbah sekam
batu bata dan genting frekuensinya (kulit padi) sehingga dapat mem-
lebih banyak dilakukan pada waktu bantu mengurangi jumlah limbah
musim kemarau daripada pada mu- pertanian. Dalam proses ini abu
sim penghujan . Hal ini terjadi yang dihasilkan dapat dipergu-
karena jumlah air yang tersedia un- nakah sebagai bahan pembuatan
tuk kebutuhan irigasi pertanian le- abu gosok atau bahan untuk menu-
bih sedikit dibandingkan pada tup lubang-lubang bekas galian (bi-
musim hujan dan kadang-kadang asanya bersama dengan bahan-
untuk mendapatkannya pun masih bahan yang lain).
mengalami kesulitan. Alasan lain Bahan bakar yang digunakan
mengapa pembuatan batu bata dan dalam pembakaran genting sete-
genting dilakukan pada musim ke- ngah jadi berbeda dengan bahan
marau adalah bahwa iklim lebih bakar yang digunakan dalam peM.-
mendukung dalam proses penge- bakaran pembuatan batu bata.
ringan cetakan batu bata maupun Kalau bahan bakar pembuatan batu
genting. bata berupa sekam dan sedikit
Adanya pembuatan batu bata kayu , maka bahan bakar pem-
maupun genting mempunyai dam- buatan genting yaitu kayu bakar
pak yang bersifat positif maupun dan minyak tanah. Jenis bahan
yang bersifat negatif. Dampak posi- bakar yang biasa digunakan dalam
tif terutama pada bidang ekonomi, pembakaran dapat dilihat pada
ketenagakerjaan, dan pendayagu- Gambar 1.
naan limbah pertanian (yaitu Dilihat dari klasifikasi sumber-
sekam). Dampak dalam bidang eko- daya alam kayu bakar termasuk
nomi, seperti telah disinggung di sumberdaya alam yang dapat diper-
atas, yaitu'· dapat meningkatkan baharui (renewable resources). Na-
pendapatan para penambang. Pen- mun, sumberdaya alam ini mem-
dapatan rerata penambang umum- punyai keterbatasan. Keterbatas-
nya bisa naik menjadi 3 - 8 kali annya terletak pada faktor waktu,
dibanding dengan pendapatan se- yaitu waktu pertumbuhan kayu
belumnya sebagai petani. Usaha ini balrw yang relatif lama hila diban-
ternyata juga menciptakan lapang- dinl kan dengan pemanfaatannya.
Keterangan:
(a) kayu pinus
(b) kayu jati
(c) kayu trembesi
(d) kayu bambu
Kejenuhan
basa (\) 63 , 8 56,8 70,20 72,6 44,60 26,40
Temperatur
rerata tahun-
an (°C) 25 - 32 25 - 32 25 - 32 25 - 32 25 - 32
Bulan kering 4 4 4 4
Hujan tahunan 2,297 2,2:7 2' :::. ; 2,297 2 , 297
(mm)
Penggunaan
lahan
sa wah I sawah sa wah sa wah Kebun eam-
puran, se-
lahan ke-
ring
mak, belu-
kar
Produktivitas 68,7 58,5 54,6 32,4
padi (ton/Hal (tinggil (sedang) (sedangl (rendahl
Klas kesesu-
aian lahan
untuk padi S1 S2 S2 S3 N
DAFTAR PUSTAKA
. ..·
........