Anda di halaman 1dari 111

UNIVERSITAS

Kajian Pola Persebaran Permukiman di Kabupaten Klaten Propinsi


Jawa Tengah, Oleh : Agus Dwi Martono

Pemilihan Lokasi Prioritas Konservasi Lahan Daerah Perbukitan Kubah


Sangiran Dari Data Penginderaan Jauh, Oleh: Bambang Sulistyo

Peranan Studi Geografi Dalam Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah


(Studi Kasus Wilayah Kabupaten Sukoharjo)
Oleh : Kuswaji Dwi Priyono dan Retno Woro Kaeksi
Mobilitas Sirkuler dan Dampak Sosial Ekonomi, Oleh: Wahyuni Apri Astuti
Peta Bahaya Geomorfik Sebagai Salah Satu Masukan bagi Perencanaan
Tata Ruang, Oleh : Taryono

Analisis Model Ketersediaan Air Sub DAS Ngunut Bengawan Solo Hulu
Oleh: Dewi Liesnoor Setyowati

Peranan Kota Keeil Dalam Pengembangan Wilayah


Oleh :Muhammad Musiyam

Pembangunan dan Kelestarian Sumberdaya Lingkungan Hidup


Oleh : Retno Woro Kaeksi

Pembuatan Batu Bata dan Genting : Perubahan Terhadap Bentang Lahan


dan Cara Penanggulangannya, Oleh: AlifNoor Anna

No. 19Th. X I Desember 1996 ISSN 0852 - 2682


ISSN 0852 - 0682

-- - -
_ - -
_.......--
~.-.~;;;;;::;;;;;.a

~
=-------
~~--~
___, - _..__
-- ------ .....--_._._
---
.- - -=---=--=-- --== •-=-=
........
;;;;;.
-- - ..
!I:
-=- -=
.. _ ---
-==::;;;;::;;-==a-==- ..
~-----~~~--..-. - ~~
___,
~
~
~
...._...--~-- ~-~ -~-----

1 JURNAL FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKAll.TA

Diterbitkan sebagai media informasi dati forum pembahasan dalam bidang geografi.
berisi tulisan-tulisan ilmiah, ringkasan hasil penelitian serta gagasan~gagasan baru yang
orisinil. Redaksi menerima sumbangan tulisan dari pemikir, peneliti maupun praktisi.
Naskah diketik dua spasi antara 10 - 30 halaman kuarto, tidak termasuk daftar bacaan
dan lampiran, dan disertai nama, alamat serta riwayat hidup singkat. Redaksi berhak
menyingkat atau memperbaiki karangan tanpa merubah isi. Terbit dua kali setahun pada
bulanJuli dan Desember. Beredar untuk kalangan terbatas. ·

.. -· '\.\
DAFTAR lSI

1
Kajian Pola PersebaranPermukiman di Kabupaten Klaten
Propinsi Jawa Tengah
Agus Dwi Martono

20
Pemilihan Lokasi Prioritas Konservasi Lahan Daerah Perbukitan
Kubah Sangiran Dari Data Penginderaan Jauh
Bambang Sulistyo

33
Peranan Studi Geografi Dalam Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah
(Studi Kasus Wilayah Kabupaten Sukoharjo)
Kuswaji Dwi Priyono dan Retno Woro Kaeksi

45
Mobilitas Sirkuler dan Dampak Sosial Ekonomi
Wahyuni Apri Astuti

56
Peta Bahaya Geomorflk Sebagai Salah Satu Masukan Bagi
Perencanaan Tata Ruang
Taryono

63
Analisis Model Ketersediaan Air Sub DAS Ngunut Bengawan Solo Hulu
Dewi Liesnoor Setyowati

74
Peranan Kota Kecil Dalam Pengembangan Wilayah
Muhammad Musiyam

82
Pembangunan dan Kelestarian Sumberdaya Lingkungan Hidup
Retno Woro Kaeko;!

93
Pembuatan Batu Bata dan Genting: Perubahan Terhadap Bentang Lahan
dan Cara Penanggulangannya
AlifNoor Anna

.-
KAJIAN POLA PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABU-
PATEN KLATEN
PROPINSI JAWA TENGAH

Agus Dwi Martone, Su Ritohardoyo

ABSTRACT

This study is aimed at studying the spatial distribution patterns of settle-


ment, including their variations and r espective influencing factors. The ulti-
mated objectives to be achieved are studying variation of distribution patterns
of settlement, and the contribution of socio-economic factors to the existing
distribution patterns of settlement under varying topographic areas. The study
is conducted in Klaten District, covering 401 villages in the district. A survey
method is secondary data analysis. Data are analyzed statistically using T test,
varians analysis, correlation and multiple regression.
The research shows that there is no significant differences in distribution
patterns of settlement between the Merapi volcanic slope, the lowland and the
hilly zone. Physical factors are not significantly influencing the distr~bution
patterns of settlement in various topographic zone . A neglegible difference in
the index distribution pattern of settlement can be observed. Hilly zone of the
district reveals an index of 0.959, lower than those in the volcanic slope (1.035)
and in low land (1.058). Distribution patterns of settlement in various topo-
graphic zones are ditermine by different sets of socio-economic variables. In the
vocanic zone two variables i.e. population density and the portion of sawah
area are strongly influencing the distribution patterns of settlement. In this
zone population density contributes more than the "sa wah" area. Where as in
the low land areas housing density dictates t he distribution patterns of settle-
ments. Other variables such as population density, road density , and utilities
a re less significantly influencing settlement patterns in the low land areas.
The same relation between settlement pattern and housing density is also
obvious in the distribution patterns of settlement in this hill. In general
distribution patterns 0f settlement in the district are controlled by housing
density, population density and road density. Th€ b~ 5 her housing densities, the
distribution of hamh:.tc:; are more spread. The same relation applies to popula-
tion density. The higher road density the more clustered is the distribution
patterns of settlement can be observed in the fast growing areas, rather than
the opposite. No differences in distribution patterns of settlement can be
observed among development unit areas (SWP) in the district.
0

Forum Geografi No. 19Th. X/ Desember 1996 1


INTI SARI

Tulisan ini mengungkapkan hasil kajian pola persebaran permukiman,


yang mencakup variasi, dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pola
persebaran permukiman. Tujuan utama penelitian mempelajari perbedaan
pola persebaran permukiman antar daerah yang memiliki topografi berbeda,
dan mempelajari pengaruh faktor-faktor sosial ekonomi penduduk terhadap
pola persebaran permukiman pada setiap wilayah dengan topografi berbeda.
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Klaten yang terdiri dari 401 desa,
menggunakan analisis data sekunder . Analisis data menggunakan statistik
baik uji "t" test, analisis varians, dan korelasi regresi ganda.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa daerah Kabupaten Klaten terdiri
dari tiga wilayah topografis, yakni lereng gunung a pi Merapi, dataran rendah,
dan perbukitan. Namun demikian topografi tersebut tidak berpengaruh ter-
hadap perbedaan pola persebaran permukimari. Walaupun rerata nilai pola
persebaran permukiman di wilayah perbukitan (0,959) lebih rendah dari pada
di daerah dataran (1,035) maupun lereng gunungapi (1,058) tetapi tidak
memiliki perbedaan yang nyata.
Faktor-faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap v::>r:a~i pola
persebaran permukiman, berbeda antar daerah topografi. Di daerah'lereng
gunungapi, dua faktor kepadatan penduduk' dan proporsi luas lahan sawah,
berpengaruh kuat terhadap pola persebaran permukiman. Namun faktor yang
paling berpengaruh di daerah ini adalah kepadatan penduduk. Di daeran
topografi datar dan daerah perbukitan, rasio pekarangan per desa paling
berpengaruh terhadap pola persebaran permukiman. Faktor lain yang cukup
berpengaruh terhadap poia persebaran permukiman di kedua daerah. ini,
adalah proporsi luas lahan sawah.
Pola persebaran permukiman di daerah Kabupaten Klaten secara umum,
di pengaruhi oleh rasio pekarangan per desa; kepadatan penduduk, dan
kepadatan jalan. Dengan demikian dapat dinyatakan semakin tinggi rasio
pekarangan per desa di suatu desa, maka semakin mengelompok pola perse-
baran dusun di desa tersebut. Semakin tinggi kepadatan penduduk di suatu
desa, maka semakin menyebaran pola persebaran dusun di daerah tersebut.
Semakin tinggi kepadatan jalan di suatu desa, maka semakin mengelompok
pola persebaran dusun di desa tersebut. Pola persebaran permukiman di
daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan wilayah tinggi, lebih mengelom-
pok dari pada di daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan rendah. Pola
persebaran permukiman antar satuan wilayah pembangunan (SWP) di daerah
Kabupaten Klaten tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata.
·~ ·

2 Forum Geografi No. 19Th. X/ Desember 1996


PENDAHULUAN dari tahun ke tahun . Hal ini
berakibat pada perubahan lahan
Dewasa ini permukiman baru permukiman, di satu sisi kemung-
di dalam dan di luar kota, bertam- kinan permukiman tergusur, di sisi
bah dengan cepat, terutama yang lain terjadi perluasan permukiman
pembangunannya dilakukan oleh baru, yang memanfaatkan lahan
Perum Perumnas dan perusahaan lain. Demikian pula pembangunan
Real Estate . Dengan tumbuhnya permukiman baru, terutama di
permukiman baru, kebutuhan la- dalam dan di luar kota, yang dilak-
han dengan sendirinya meningkat. sanakan oleh Perum Perumnas dan
Seperti dikeniukakan Michael Pa- perusahaan Real Estate, semakin
cione (1984) bahwa tujuan pengem- meningkat . Dengan tumbuhnya
bangan ataupun pembangunan permukiman-permukiman baru, ke-
permukiman, perlu dilaksanakan butuhan lahan meningkat. Ke-
dengan optimalisasi ruang atau !a- tersediaan lahan bagi permukiman,
han, terutama dikaitkan dengan khususnya di daerah perkotaan
pertumbuhan penduduk, agar sangat terbatas berakibat pada per-
persebarannya lebih merata, dan luasan permukiman di pedesaan
pengaturannya lebih mudah. Oleh baik di pinggiran kota maupun di
karenanya pengembangan per- desa yang agak jauh dari kota.
mukiman memerlukan pertimbang- Masalah pertumbuha'n pen-
an persebaran dan pola persebaran duduk beserta pembangunan fisik
perm ukiman yang efesien secara op- di atas, berakibat langsung pada
timal, baik di tingkat nasional, re- terjadinya persebaran kampung
gional, maupun lokaL yang berbeda-beda. Adanya ke-
Perubahan-perubahan permu- nyataan, bahwa tempat tinggal
kiman, baik bersifat vertikal mau- manusia pada tingkat kampung di
pun horisontal, kualitas maupun setiap daerah desa atau kelurahan,
kuantitas, sebagai akibat berbagai membentuk pola-pola persebaran
faktor yang berubah. Pertama, fak- yang berbeda-beda, dan kemudian
tor pertumbuhan penduduk yang membentuk ciri-ciri khasnya
semakin pesat, bagi Indonesia (Yunus, 1989). Pola persebaran per-
berakibat pada perubahan pada mukiman ini cukup menarik untuk
luas penggunaan lahan, karena dikaji, mengingat urgensi pemecah-
menuntut ketersediaan lahan baik an mas'!lah permukiman masih se-
untuk tempat tingg ~' 1 maupun fasili- ring tidak sesuai dengan perse-
tas untuk berusaha. Kedua, pesat- baran konsentrasi penduduk di
nya pembangunan fisik yang setiap permukiman.
dilaksanakan pemerintah maupun Terjadinya perbedaan pola
swasta pada hakekatnya membu- persebaran permukiman diten-
tuhkan lahan yang luas dan cen- tukan oleh berbagai faktor na:m fisik,
'V
derung pemakaiannya meningkat dan juga ditentukan faktor fisik di

Forum Geografi No. 19 Th. X/ Desember 1996 3


suatu wilayah. Oleh karena itu, berakibat pada pentingnya pe-
dalam rangka mengindentifikasi menuhan sarana prasarana kehi-
dan menyajikan informasi pola dupan secara merata di daerah ter-
perse bar an perm ukiman tidak sebut.
lepas dari kajian berbagai faktor Permasalahan lain adalah dari
yang mempengaruhi, maupun pe- aspek demografis, terutama perse-
ranan setiap faktor dalam menen- baran penduduk di setiap desa ber-
•' tukan pola persebaran permukiman beda- beda, baikjumlah, kepadatan,
tertentu. Disamping itu (Zee, 1979) komposisi, dan pertumbuhannya,
pola persebaran permukiman yang memungkinkan terjadinya pusat-
berbeda-beda dapat membawa pusat pertumbuhan permukiman
akibat pada perbedaan permasalah- yang tidak proporsional atau ku-
an kehidupan penduduk, perbedaan rang seimbang dalam arti tidak se-
kebijakan yang harus diambil suai dengan potensi daerah yang
dalam rangka perencanaan pe- tersedia. Sehubungan hal tersebut
ngembangan permukiman pada di atas, penulis tertarik melakukan
masa mendatang. kajian pola persebaran permukim-
Dengan dasar pernyataan di- an, terutama mengidentifikasi per-
la kukan penelitian untuk mengi- bedaan pola persebar ~n permu-
d e ntifikasi dan menyajikan in- kiman antar daerah topografis yang
formasi berbagai pola persebaran berbeda, mengungkap sebab-sebab
permukiman di wilayah Kabupaten terjadinya berbagai pola persebaran
Klaten. Secara umum Kabupaten permukiman. Berdasar pada uraian
Klaten memiliki tiga variasi di atas; penelitian ini menekankan
topografi, yakni 1) daerah lereng pada tujuan untuk mempelajari hal
gunung Merapi di bagian utara, 2) berikut.
dataran aluvial membujur di bagian 1) Tingkat perbedaan pola perse-
tengah, dan 3) daerah perbukitan baran permukiman antar dae-
gamping di bagian selatan. Per- rah .yang memiliki topografi ber-
masalahan secara teoritis daerah beda:.
dataran aluvial menjadi pemusatan 2) Besarnya pengaruh faktor-fak-
permukiman penduduk. Namun tor sosial-ekonomi penduduk
mengingat jumlah penduduk se- terhadap pola persebaran per-
makin meningkat, yang menuntut mukiman, pada setiap wilayah
pertambah~p. ketersediaan per- dengan topografi berbeda.
m ukiman dan fasilitasnya , me- 3) Kesesuaian antara tingkat per-
mungkinkan terjadinya pemusatan tumbuhan wilayah dengan pola
permukiman tidak lagi hanya di persebaran permukiman. . .~ ..-
daerah dataran, tetapi persebaran- 4) Kesesuaian antara tingkat ·per-
nya sudah merata, menempati baik tumbuhan wilayah dengan pola
daerah lereng gunung api maupun ~
@.ersebaran permukiman.
daerah perbukitan. Hal ini akan

4 Forum Geografi No. 19Th. Xi Desember 1996

1.·
5) Kesesuaian agihan pola perse- sederhana (r), untuk menganalisis
baran permukiman dengan pe- sifat dan kekuatan hubungan antar
wilayahan pembangunan di variabeL Analisis koefisien korelasi
daerah Kabupaten Klate~ berganda (R) serta analisis regresi
linier berganda, digunakan untuk
uji hipotesis. Pelaksanaan analisis
METODE PENELITIAN data menggunakan alat bantu
perangkat komputer, dengan pro-
Metode penelitian yang digu- gram paket SPSSPC + for IBM.
nakan adalah metode analisis data
sekunder . Analisisnya dilakukan
secara keruangan atas dasar perbe- HASIL PENELITIAN DAN PEM-
daan topografis. Obyek penelitian BAHASAN
ini adalah perm ukiman di mana
penduduk atau manusia bertempat 1. Persebaran Permukiman
tinggal, maka satuan (unit) terkecil
adalah dusun. Sebenarnya dusun Dari segi persebaran dusun a tau
sebagai unit terkecil kurang tepat. permukiman, hasil analisis menun-
Namun mengingat keterbatasan jukkan bahwa secara topografis, se-
ketersediaan data pada unit admi- bagian besar permukiman. terdapat
nistrasi, maka untuk tujuan peneli- di daerah topografi dataran (18,8 %).
tian pola persebaran permukiman, Sebesar 14,5 persen dari seluruh
unit desa digunakan sebagai satuan jumlah desa di daerah penelitian
pengelompokan permukiman. Di terletak di daerah lereng gunungapi
kabupaten Klaten yang terdiri dari Merapi. Sisanya yang merupakan
26 kecamatan, atau mencakup 401 bagian terkecil (6, 7 %) merupakan
desa atau kelurahan, yang terdiri dusun-dusun daerah perdesaan di
dari 4523 dusun. daerah perbukitan, yakni sekitar
Analisis pola persebaran permu- kecamatan Bayat (Tabel 1.).
kiman, dilakukan dengan perhi- Dengan dasar kenyataan perse-
tungan matematis dengan peng- baran permukiman seperti itu, da-
ukuran dan perhitungan jarak an- pat dinyatakan bahwa secara urn urn
tar dusun dalam setiap desa atau permukiman di daerah kabupaten
kelurahan. Teknik ana lisis data Klaten berada di daerah topografi
pola persebaran permukiman da- · · dataran !'e ndah. Hal ini me-
lam kaitannya deug&~' faktor-faktor mungkinkan terjadinya pola perse-
lain yang mempengaruhi, dilak- baran permukiman yang menge-
sanakan menggunakan analisis- lompok, mengingat secara teoritis
analisis statistik. Dalam analisis ini daerah dataran rendah memiliki po-
digunakan analisis statistik varians tensi sebagai pusat-pusat .:. onsen-
one-way classification , analisis re- trasi penduduk.
gresi linier dan koefisien korelasi

Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996 5


-"~------~-----------------------------------

Tabel 1. Komposisi Desa Menurut Topografi di Kabupaten Klaten

No.
Topografi Jumlah Persen

1. Lereng gunungapi 58 14,5


2. Datara n 316 78,8
.
• 3. Perbukitan 27 6,7

401 100
Jumlah
Sumber: Analisis Data Sekunder

Ditinjau dari persebaran per- pola persebaran permukiman se-


mukiman atas dasar ::;tatus desa cara kualitatif belum memberikan
perdesaa n ataupun desa perkotaan, batas-batas kelas secara konkrit
seperti telah juga dikemukakan se- (nyata), sehingga praktis klasifikasi
bagian besa r (71,3%) merupakan seperti itu tidak memuaskan. Oleh
des a perdesaan , sedangkan 28,7 karenanya, dalam membahaa pola
persen saja status desanya adalah persebaran permukiman dalam
de s a perkotaan. Kenyataan ini pen~litian ini digunakan tinjauan
memperkuat pernyataan bahwa kuantitatif.
daerah Kabupaten Klaten secara Secara urn urn pola persebaran
umum masih termasuk daerah per- perm ukiman di daerah penehtian
desaan. Karakteristik daerah per- diperhitungkan dari seluruh desa
desaan yang terdapat di daerah yang terdapat di Kabupaten Klaten,
penelitian dapat ditunjukkan pula yakni sebanyak 401 desa. Hasil
dari masih luasnya penggunaan la- perhitup.gan besarnya nilai T untuk
han untuk aktivitas pertanian, setiap desa, di seluruh desa yang
serta keterbatasan fasilitas permu- termasuk kabupaten Klaten, indeks
kiman yang tersedia di setiap wi- agihan tetangga terdekat (T) ter-
layah kecamatan, yang sebagian tinggi terdapat di desa Puluhan, ke-
besar kondisinya belum memenuhi camatan Trucuk, yaitu T = 2,528.
persyaratan untuk daerah perko- Indeks agihan tetangga terdekat
taan. terendah terdapat di desa Mendak,
kecamatan Delanggu, yakni T =
0,325. Menurut rangkaian kesatuan
2. Pola Persebaran Permu- nilai (continuum) parameter ' ·~ ·•.
kiman tetangga terdekat T, untuk desa Pu- ·~ -

luhan mempunyai pola persebaran


Seperti telah dikemukakan Pet- pe bh ukiman sangat seragam di
ter Haggett (1970) bahwa klasifikasi mana nilai indeks T = 2,528 lebih

6 Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996


besar dari 2,15. Di desa Mendak daerah penelitian terletak pada
memiliki pola persebaran permu- daerah dataran yang luas.
kiman sangat mengelompok, di-
mana nilai indeks T =0,2528 kurang 3. Perbedaan Pola Permukim-
dari 0,369 atau mendekati 0 .. an Menurut Perbedaan To-
Ditinjau dari variasi pola perse- pografi
baran permukiman setiap desa di
seluruh Kabupaten Klaten, hasil Secara topografi.s daerah kabu-
analisis (tabel 2) menunjukkan paten Klaten terdiri dari dari dae-
bahwa sebagian besar desa memi- rah perbukitan, dan lereng gunung

I
Tabel2. Komposisi Desa Menurut Pola Permukiman di Kabupaten Klaten

: No. Pola Permukiman Jumlah Persen


I ··- -·--------- -- - - - ·

1. Mengelompok 208 51,9


2. Acak 188 46,9
3.
-- ·
Seragam 5 1,2

Jumlah 401 100


Sumber: Analisis Data Sekunder

liki pola persebaran permukiman ap1. Pada umumnya daerah-daerah


yang mengelompok (51,9%). Jumlah dengan topografi perbukitan m_a u-
desa yang memiliki pola persebaran pun pegunungan, diikuti oleh pola
acak seragam sebesa~ 46,9 persen persebaran permukiman menyebar
dari jumlah seluruh desa, se- atau seragam. Sebaliknya di dae-
dangkan kelompok desa lainnya rah-daerah dengan topografi da-
memiliki pola persebaran permu- taran diikuti pola persebaran per-
kiman seragam hanya sebesar 1,2 mukiman mengelompok. Hasil
I persen. analisis IDPr>unjukkan, bahwa nilai
Mengamati hasi.l analisis dalam pola persebaran perm ukiman setiap
tabel2, menunjukka1: hahwa secara desa di tiga wilayah topografis, ter-
umum variasi pola persebaran per- nyata tidak menunjukkan adanya
m ukiman didominasi oleh dua jenis variasi yang besar. Rerata nilai pola
pola persebaran, yakni mengelom- persebaran permukiman pada
pok dan acak. Hal ini cukup wajar, populasi desa di wilayah perl:J.tikitan
mengingat sebagian besar desa di sebesar 0,9579, di wilayah dataran

Forum Geografi No. 19Th. X/ Desember 1996 7


Tabel 3. Perbedaan Pola Persebaran Permukiman Antar Daerah 'Dengan
Topografi Berbeda di Kabupaten Klaten

Uns ur-unsur Topografi Perbukitan Topografi Dataran Topografi Lereng


Gunungapi

Rerata T 0,9579 1,0252 1,0579


Jumlah Desa 27 316 58
Persen 6,7 78,8 14,5

401 401
- I
Sumber: Analisis Data Sekunder

rendah sebesar 1,0352, sedangkan kepercayaan lebih dari 95 persen.


di wilayah lereng gunung api sebe- Besarnya F rasio = 0,5158 pada
sar 1,0579 (Tabel 3.). tingkat signifikansi F lebih dari 0,05
Hasil analisis dengan uji beda atau F propabilitas = 0,6716. Oleh
rata-rata One-way Classification karena itu rerata pola persebaran
pada ketiga kelompok daerah topo- permukiman antar daerah dengan
grafis tersebut, secara statistik ti- kemiringan berbeda, dapat dinya-
dak menunjukkan perbedaan yang takan sama.
nyata dari nilai pola persebaran per- Dengan demikian kenyataan i.:li
mukiman (T) antar daerah topo- tidak memberikan bukti bahwa ke-
grafis, pada derajad kepercayaan berlakuan pernyataan hipotesis per-
lebih dari 95 persen. Besarnya F tama dari penelitian ini , yang
rasio 0, 7015 dengan tingkat signifi- menyatakan:
kansi F lebih dari 0,05 persen atau Terdapat perbedaan pola perse-
F probabilitas =0,4964. Oleh karena baran permukiman yang sangat
itu, dapat dinyatakan tidak ber- nyata, antar daerah yang memiliki
beda. topografi berbeda, dimana pola
Demikian pula hila ditinjau dari persebaran permukiman lebih
pola persebaran permukiman me- menyebar di daerah yang memiliki
nurut kemiringan lereng, di daerah topografi kasar dari pada di daerah
ini .t idak mgnunjukkan adanya per- dengan topografi datar.
bedaan yang nyata. Hasil analisis Kenyataan seperti itu adalah
dengan uji beda rata-rata One-way wajar, mengingat sebagian jumlah
Classification pada ketiga kelompok de sa terletak di daerah dataran, dan
daerah kemiringan tersebut, secara sebagian kecil saja desa-desa yang
sta tistik tidak menunjukkan perbe- terletak di daerah lereng gunung a pi
daa n nilai pola persebaran permu- ~upun di perbukitan. Hal ini jus-
kiman (T) yang nyata, pada derajad

8 Forum Geografi No. 19Th. Xi'Desember 1996


tru memperlihatkan, bahwa secara menunjukkan adanya variasi. Vari-
umum permukiman penduduk di asi korelasi ini dapat dikemukakan
daerah penelitian menyebar dari sebagai berikut.
daerah dataran hingga lereng
gunungpi dan perbukitan, m~ru­
pakan wujud nyata bahwa permu- a. Kepadatan Penduduk de-
kiman di daerah dataran tidak lagi ngan Pola Persebaran Per-
cenderung mengelompok, dan per- mukiman
kembangannya relatif sejajar.
Dari hasil analisis koefisien ko-
relasi antara kepadatan penduduk
4. Hubungan Pola Persebaran (V8) dengan pola persebaran per-
Permukiman dengan Fak- mukiman (V13), diketahui bahwa
tor Sosial Ekonomi besarnya koefisien korelasi (r) =
0,1674, yang sangat menyakinkan
Hasil analisis korelasi antar pada derajad kepercayaan 99
varia bel sosial ekonomi dengan pola persen. Namunjika dicermati antar
persebaran permukiman, baik un- daerah dengan topografi yang ber-
tuk seluruh daerah Kabupaten beda, ternyata hubungan tersebut
Klaten, maupun pada setiap daerah hanya terjadi pada daerah yang ber-
topografi yang berbeda (Tabel 4.), topografi lereng gunungapi' saja.

Tabel 4. Matriks Koefisien Korelasi (r) Terhadap T Persebaran Permukiman


dengan Varia bel Sosial Ekonom1

Variabel pengaruh Besarnya koefisien korelasi (r) terhadap T

Perbukitan Dataran Lereng Kab. Klaten


gunungaQi

Kepadatan penduduk 0,3597 0,0542 0,3534* 0,1674*


Kepadatan permukiman 0,4536* 0,1667* 0,0905 0,3881**
Prop . luas sa wah 0,4887* 0,0070 0,3539* 0,0048
Sarana prasarana -0,2122 0,0274 0,0906 0,0119
Kepadatan jalan 0,1312 . 0,0611 0,0403 -0,1408*

Jumlah kasus (n) 27 316 58 401

Signifikansi * = 0,01 ** = 0 ,001


Sumber: Analisis data sekunder

Forum Geografi No. 19 Th. X/ Desember 1996 9


Hal ini ditunjukkan oleh besarnya bukitan dan di daerah dengan topo-
angka koefisien korelasi (r) antara grafi dataran saja. Hal ini ditun-
kepadatan penduduk dengan pola jukkan oleh besarnya angka koe-
perseb11ran permukiman = 0,3534, fisien korelasi (r) antara kepadatan
dengan derajad kenyakinan sebesar perm ukiman dengan pol a perse-
99 persen (Tabel 4). baran permukiman , di daerah

I Hal ini berarti secara umum topografi perbukitan = 0,4536 dan
terdapat hubungan positip antara di daerah topografi dataran r =
kepadatan penduduk dengan pola 0,1167, yang keduanya meyakinkan
persebaran permukiman, di mana dengan derajad keyakinan sebesar
semakin tinggi kepadatan pen- 99 persen (Tabel 4.)
duduk, maka pola permukimannya Hal ini berarti bahwa semakin
semakin menyebar. Namun demi- tinggi kepadatan permukiman pola
kian hubungan tersebut secara persebarannya semakin menyebar.
topografis hanya berlaku di daerah Namun penerapan ukuran itu se-
dengan topografi lereng gunungapi. cara tepat, hanya dapat dilakukan
pada daerah dengan topografi da-
taran atau perbukitan, sedangkan
b. Kepadatan Permukiman untuk daerah dengan topoe-r afi le-
dengan P ola Persebaran rep.g gunungapi tidak berlaku.
Permukiman

Hasil analisis juga memperli- c. Proporsi Luas Sawah de-


hatkan, bahwa antara variabel ngan Pola Permukiman
kepadatan per~ukiman (V4) de-
ngan pola persebaran permukiman Besarnya nilai koefisien korelasi
(V 13) menunjukkan adanya korelasi (r) antara proporsi luas lahan
positif yang sangat kuat. Men- sawa}:l (V5) dengan pola persebaran
dasarkan pada hasil analisis koefe- permukiman (V13) hanya sebesar
sien korelasi, diketahui bahwa 0,0048 (Tabel 4.), tidak memenuhi
antara variabel kepadatan per- syarat pada taraf signifikansi
mukiman (V4) dengan pola perse- 0,01%. Ditinjau dari persebarannya
baran permukiman (V13) memiliki antar daerah dengan topografi ber-
r = 0,3881 pada tingkat signifikansi beda, ternyata hubungan tersebut
0,001%. Ha1 terse but menunjukkan hanya terjadi pada daerah yang ber-
adanya hubungan positif sangat topografi perbukitan dan daerah
kuat, dengan derajad kenyakinan dengan topografi lereng gunungapi
99,99 persen. saja. Hal ini ditunjukkan oleh be-
. ·"·
Jika dicermati antar daerah de- sarnya angka koefisien korelasi an- : ·~ -

ngan topografi berbeda, ternyata tara porposi luas lahan sawah


hubungan tersebut hanya terjadi ® ngan pola persebaran permukim-
pada daerah yang bertopografi per- an, di daerah topografi perbukitan

10
...~ ·-
Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996

l'
besarnya r = 0,4887 dan di daerah koefisien korelasi (r) antara sarana
topografi lereng gunungapi be- dan prasarana (Vg) dengan pola
sarnya r = 0,3539, yang keduanya persebaran permukiman (V13) se-
menyakinkan pada derajad keya- cara total hanya sebesar 0,0149. Di
kinan sebesar 99 persen (TabeJ. 4.). daerah topografi perbukitan: be-
Hal ini berarti secara umum sarnya r = -0,2122, daerah dataran
belum tentu desa-desa yang me- r = 0,0274, sedangkan di daerah
miliki proporsi luas lahan sawah lereng gunungapi besarnya r =
cukup besar merupakan pemusatan 0,0906 (Tabel 4). Kesemuanya ti-
perm ukiman. Tetapi di daerah yang dak memenuhi syarat pada taraf
bertopografi kasar, dimana proporsi signifikansi 0,01 %.
lahan sawah bervariasi, faktor ini Hal ini berarti belum tentu desa-
sangat menentukan pola perse- desa yang memiliki sarana prasa-
baran permukiman. Dengan kea- rana cukup lengkap diikuti oleh pola
daan yang demikian ini, wilayah- persebaran permukiman yang me-
wilayah yang memiliki proporsi luas ngelompok. Kenyataan tersebut cu-
lahan sawah cukup besar, kecen- kup wajar, mengingat jumlah sa-
derungan pola persebaran permu- rana prasarana di setiap desa relatif
kiman penduduk hampir sama de- sama, dan terbatas pada tingkat
ngan yang terdapat di daerah de- pendidikan, tempat pemerintahan,
ngan proporsi luas lahan sawah dan lainnya, sedangkan• sarana
sempit. prasarana lain mengelompok pada
desa-desa yang ditempati kantor ke-
camatan, atau desa di daerah per-
d. Sarana Prasarana dengan kotaan.
Pola Persebaran Permukim-
an
e. Kerapatan Jaringan Jalan
Mengacu pada asumsi bahwa dengan Pola Persebaran
jumlah sarana dan prasarana desa Permukiman
yang semakin besar, diikuti pula
oleh semakin mengelompoknya pola Kepadatan jaringan jalan, men-
persebaran permukiman, telah di- cirikan tingkat kemajuan suatu per-
analisis hubungan antara kedua mukiman. Pada umumnya, permu-
variabel tersebut. Nam .m demikian kiman yang maju merupakan pusat
hasil penelitian memperlihatkan, kegiatan, dan akan merupakan kon-
baik di tingkat kabu..:-?ten (umum) sentrasi tempat kediaman pen-
maupun per daerah dengan topo- duduk. Oleh karena itu, dengan
grafi berbeda, tidak adanya hubung- kerapatan jaringan jalan yang
an erat antara variabel rasio sarana tinggi, mem ungkinkan terbentuk
dan prasarana dengan pola perse- pola persebaran permukima:Iil
v
yang
baran permukiman. Besarnya nilai mengelompok. Hasil analisis

Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996 11


,-

menunjukkan adanya hubungan 5. Faktor Yang Paling Ber-


yang nyata antara kedua variabel pengaruh Terhadap Pola
tersebut, besarnya koefisien kore- Persebaran Permukiman
lasi (r) antara kepadatan jaringan
jalan (V7) dengan pola persebaran Perbedaan-perbedaan besarnya
permukiman (V13), adalah -0,1408 pengarUh komponen sosial ekonomi
pada taraf signifikansi 99 persen. terhadap pola persebaran permu-
•' Namun demikian, di daerah to- kiman antar daerah topografi.s, di-
pografi perbukitan besarnya r = tunjukkan oleh perbedaan setiap
0,1312, daerah dataran r = 0,0611 , variabel dari komponen sosial eko-
sedangkan di daerah lereng gu- nomi secara sendiri-sendiri. Hasil
nungapi besarnya r =0,0403 (Tabel analisis regresi ganda antara varia-
4) . Kesemuanya tidak memenuhi bel-variabel dari komponen sosial
syarat pada taraf signifikansi ekonomi di ketiga wilayah topografi.,
0,01%. menunjukkan bahwa besarnya nilai
Hal ini berarti terdapat hu- koefisien regresi (beta) berbeda-
bungan negatif yang sangat meya- beda pada setiap variabel pengaruh
kinkan antara kedua variabel terse- (Tabel 5.). Hal ini menunjukkan be-
but, hanya ditingkat kabupaten. sarnya pengaruh setiap vqriabel
Dengan demikian dapat dike- sosial ek':momi (V 1) terhadap pola ·
mukakan, bahwa semakin rapat per!3ebaran permukiman (V13).
kepadatan jaringan jalan di suatu Dengan nilai beta kelima varia-
desa, maka semakin mengelompok bel di setiap daerah topografi ter~<::­
pola persebaran permukiman di but, maka dapat disusun tiga
desa tersebut. Namun demikian persamaan regresi yang berbeda an-
mengingat besarnya angka r sangat tar wilayah topografis, dan dapat
rendah (- 0,1405 ), sumbangan diketahui variabel mana yang pa-
pengaruhnya (r2 = 0,0197) sangat ling berpengaruh terhadap pola
kecil kurang dari 2 persen. Hal ini persebiuan permukiman . Dalam
dapat dijelaskan, bahwa tersebar pembahasan variabel yang paling
maupun terpusatnya agihan per- berpengaruh ini, dikemukakan se-
mukiman, memang ditentukan oleh cara terpisah antara daerah ber-
tersedianya prasarana jalan di topografi lereng gunungapi,
wilayah tersebut, tetapi mengingat dataran, dan daerah topografi per-
hampir seluruh desa memiliki ja- bukitan.
ringan jalan yang hampir seragam,
maka hubungannya dengan pola
persebaran permukiman kuat a . Di Daerah Lereng Gunung-
' ·'
walaupun sumbangan pengaruhnya api :, ""

sangat kecil.
& ntuk mengetahui variabel apa
dari komponen sosial ekonomi, yang

12 Forum Geografi No. 19Th. Xi Desember 1996

l
Tabel5. Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Pola Persebaran Permukiman
Menurut Topografi . ·
. . . . ..

Varia Bukit Datar Gunung


bel
Beta T SigT Beta T SigT Beta T SigT
r--· ----·-· - · -· ··· - - · - - - -- - - -· -- ·-

V8 0,047050 0,156 0,8778 0,032956 0,352 0,7248 0,289274 1,353 0,0482*


V4 0,345992 1,482 0,0457* 0,117330 1,267 0,0461 * 0,042896 0,277 0,7830
V5 0,325487 1,110 0,0464* 0,068511 0,863 0, 3888 ·0,284956 -1 ,:145 0,0485* i
VlO 0,015472 0,047 0,9632 -0,047958 -0,624 0,5332 -0,038612 -0, 179 0,858~
V7 ·0,035895 -0,082 0,9354 -0,02()704 -0,129 0,8976 -0,031051 -0,102 0,9194

K on· 2,272 0,0356 0,886 0,0000 3,745 0,0005


stanta
Sumber: Lampiran 4
Keterangan:
Vl3 =Pola persebaran permukiman; V8 =Kepadatan penduduk;
V4 = Kepadatan permukiman; V5 = Proporsi luas sawah;
VlO = Sarana dan prasarana; V7 = Kerapatan jaringan jalan

paling berpengaruh terhadap pola mukiman CV1a). Ditinjau dari be-


persebaran permukiman, perlu sarnya nilai Beta dan T hitung de-
disusun persamaan regresi ganda ngan derajad kepercayaan yang
mendasarkan pada nilai beta setiap tinggi (signifikansi T =<0 ,05) dari
varia bel yang berpengaruh pada Ta- kelima variabel tersebut, di daerah
bel 5. Persamaan regresi ganda an- perbukitan hanya dua variabel yang
tara variabel-variabel sosial eko- m emenuhi syarat, yakni V5 (pro-
nomi dengan pola persebaran per- porsi luas lahan sawah), dan V8
mukiman di wilayah topografi le- (kepadatan penduduk) . Variabel
reng gunungapi: yang paling berpengaruh terhadap
=
v 13 0,042896 v 4 - 0,284956 v5 - pola persebaran permukiman
0,031051 V7 + 0,289274 Vs - adalah V8 (kepadatan penduduk),
0,038642 V10 dimana besarnya nilai Beta =
Jika diperhatikan, pada per- 0,28927 '!, dengan nilai T hi tung =
samaan garis regre::;i linier ganda 1,353 pada derajad kepercayaan se-
tersebut, menunjukkan bahwa besar 95,18 persen (signifikansi T =
setiap variabel pengaruh dari kom- 0,0482). Variabel V7 (kerapatan ja-
ponen sosial ekonomi (Vi) memiliki ringan jalan), V4 (kepadatan per-
nilai pengaruh yang berbeda ter- mukiman), dan variabel Vw ~'rana
hadap nilai pola persebaran per- dan prasarana) tidak memiliki pe-

Forum Geografi No. 19Th. XJ Desember 1996 13

1'.

.-
11d=========~===-~~-----------------------------

ngaruh yang cukup kuat, karena Pada persamaan garis regresi


nilai koefisien sangat rendah, dan linier ganda di atas, menunjukk~n
besarnya signifikansi T lebih besar bahwa setiap variabel pengaruh
dari pada 0,05 . dari komponen sosial ekonomi 0/i)
Hasil analisis di atas, memperli- memiliki nilai pengaruh yang ber-
hatkan bahwa di antara variabel- beda terhadap nilai pola persebaran
variabel sosial ekonomi memiliki permukiman 0/13). Perbedaan be-
•'
pengaruh cukup kuat terhadap ter- sarnya pengaruh, ditunjukkan oleh
bentuknya variasi pola persebaran nilai Beta dari yang terkecil
permukiman, di daerah topografi -0,020704 hingga yang terbesar
lereng gunungapi hanya dua yakni 0,117330, dan adanya perbedaan
variabel kepadatan penduduk, dan tingkat signifikansi pada setiap
proporsi luas lahan sawah. Variabel variabel dari yang terendah atau-
yang paling berpengaruh di daerah pun tertinggi.
ini adalah kepadatan penduduk. Besarnya nilai Beta dan T hitung
Dengan demikian hipotesis kedua dengan derajad kepercayaan yang
dari penelitian ini yang me- tinggi (signifikansi T = <0,05) dari
nyatakan: "Kepadatan penduduk kelima variabel tersebut, di daerah
/
paling berpengaruh terhadap perbukitan hanya satu va r iabel
pola persebaran permukiman di yang memenuhi syarat, yakni V4
daerah yang bertopografi lereng (kepadatan permukiman). Variabel
gunungapi," terbukti secara meya- yang paling berpengaruh terhadap
kinkan. Hal ini berarti bahwa se- pola persebaran permukiman
makin tinggi kepadatan penduduk adalah V 4 (kepadatan perm.ukim-
di daerah topografi lereng gunung- an), di mana besarnya nilai Beta =
api, pola persebaran permukiman 0,117330, dengan nilai T hi tung
semakin menyebar. 1,267 pada derajad kepercayaan se-
besar 95,29 persen (signifikansi T =
0,0461). Variabel V5 (proporsiluas
b . Di Daerah Dataran lahan sawah), V7 (kerapatan ja-
ringan jalan, Vs (kepadatan pen-
Dengan mendasarkan pada nilai duduk), dan variabel V10 (sarana
beta setiap variabel yang berpe- dan prasarana) tidak memiliki pe-
ngaruh pada Tabel 5, persamaan . ngaruh yang cukup kuat karena be-
regresi ganda antara variabel-vari- sarnya signifikansi T lebih dari 0,05.
abel sosial ekonomi dengan pola Dengan demikian dapat dinya-
persebaran permukiman di wilayah takan, bahwa hipotesis ketiga dari
dataran dapat dikemukakan seba- penelitian ini, yang menyatakan:
gai berikut: "Kepadatan permukiman paling . ·'
: ·~
V1a = 0,117330 V4 + 0,068511 V5- berpengaruh terhadap pola perse-
0,020704 V7 + 0,032956 Vs - i>ty an permukiman di daerah
0,04 7958 v 10 topografi datar", terbukti secara

14 Forum Geografi No. 19Th. X/Desember 1996

L
meyakinkan. Oleh karenanya, da- cayaan yang tinggi (signifikansi T =
pat dikemukakan, bahwa semakin <0,05) dari kelima varia bel terse but,
tinggi kepadatan permukiman se- di daerah perbukitan hanya dua
makin menyebar pola permukiman variabel yang memenuhi syarat,
tersebut. Terbuktinya hipotesis da- yakni v4 (kepadatan permukiman),
pat diterangkan bahwa proporsi di mana besarnya nilai Beta =
luas lahan pekarangan dan bangun- 0,345992, denga n nilai T hitung =
an terhadap luas lahan desa yang 1,482 dengan derajad kepercayaan
besar, mendorong penduduk untuk sebesar 95,43 persen (signifikansi T
memperluas permukimannya, se- = 0,0457). Variabel V7 (kerapatan
hingga terjadi. pemencaran. jaringan jalan), Vs (kepadatan pen-
duduk), dan varia bel V 10 (sarana
dan prasarana) tidak memiliki pe-
c. Di Daerah Perbukitan ngaruh yang cukup kuat karena be-
sarnya signifikansi T lebih dari 0,05.
Persamaan regresi ganda antara Hasil analisis di atas, menunjuk-
variabel-variabel sosial ekonomi kan bahwa di antara variabel sosial
dengan pola persebaran permukim- ekonomi memiliki pengaruh cukup
an di wilayah topografi perbukitan kuat terhadap terbentuknya variasi
dapat disusun sebagai berikut: pola perse bar an perm ukiman, di
=
V1a 0,345992 V4 + 0,325487 Vs- daerah topografi perbukitan: hanya
0,035895 V7 + 0,04705 Vs + dua yakni variabel kepadatan per-
0,015472 V10 mukiman, dan proporsi luas lahan
Berdasarkan persamaan garis sawah. Variabel yang paling ber-
regresi linier ganda tersebut, ber- pengaruh di daerah ini adalah
arti setiap variabel pengaruh dari kepadatan permukiman. Dengan
komponen sosial ekonomi (Vi) demikian hipotesis keempat yang
memiliki nilai pengaruh yang ber- menyatakan: "Sarana dan pra~;a­
lainan terhadap nilai pola perse- rana fisik untuk kegiatan sosial
baran permukiman (V13). Per- ekonomi paling berpengaruh ter-
bedaan besarnya nilai pengaruh hadap pola persebaran permukim-
tersebut, ditunjukkan oleh nilai an di daerah topografi perbukitan"
Beta dan hasil uji signifikansi T ter- tidak terbukti secara meyakinkan.
hadap setiap koefisien regresi Hal ini berarti belum tentu desa-
(Beta) . Dengan memperhatikan be- desa yang :::nemiliki sarana pra-
sarnya nilai Bet~ :1an besarnya nilai sarana cukup lengkap diikuti oleh
signifikansi T, maka J.apat diten- pola persebaran permukiman yang
tukan variabel apa yang paling ber- mengelompok. Kenyataan tersebut
pengaruh terhadap pola persebaran cukup wajar, mengingat jumlah
permukiman. \ sarana prasarana di setiap desa re-
Ditinjau dari besarnya nilai Beta latif sama, dan terbatas pa&hem-
dan T hi tung dengan derajad keper- pat pendidikan, tempat pemerin-

Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996 15


tahan, dan lainnya, sedangkan sa- rah yang pertumbuhannya cepat
rana prasarana lain mengelompok dengan daerah yang pertumbuhan-
pada desa-desa yang ditempati kan- nya sedang, serta daerah yang per-
tor kecamatan, atau desa di daerah tumbuhannya lambat dengan dae-
perkotaan. rah yang pertumbuhannya sedang,
tidak menunj ukkan perbedaan yang
menyakinkan.

I 6. Pertumbuhan Wilayah Dan Atas dasar hasil analisis terse-
Pola Permukiman but, maka hipotesis kelima dari
penelitian ini, yang menyatakan:
Hasil analisis menunjukkan "Pola persebaran permukiman di
bahwa antar daerah kecamatan di daerah yang memiliki tingkat per-
kabupaten Klaten atas dasar ting- tumbuhan wilayah tinggi, lebih
kat pertumbuhannya, terdapat per- mengelompok dari pada di daerah
bedaan pola persebaran permu- yang memliki tingkat pertumbuhan
kiman yang cukup nyata. Di daerah rendah ", secara umum terbukti. Hal
dengan pertumbuhan cepat sebesar ini dapat dijelaskan bahwa daerah
0,9644, di daerah dengan pertum- yang memiliki pertumbuhan secara
buhan sedang sebesar 1,0758. Se- ekonomis lebih tinggi, me t~.untut
cara umum hal itu menunjukkan ketersediaan sarana d.an prasarana
adanya perbedaan, bahwa pola permukiman lebih banyak dari pada
persebaran permukiman di daerah daerah dengan pertumbuhan eko-
dengan pertumbuhan cepat lebih nomi rendah. Dengan tersedianva
mengelompok daripada di daerah sarana dan prasarana lebih banyak,
dengan pertumbuhan sedang mau- merupakan daya tarik tersendiri
pun lambat. Perbedaan yang cukup untuk tumbuhnya permukiman se-
nyata ditunjukkan dari hasil ana- cara memusat mendekati fasilitas
lisis varians, di mana besarnya nilai tersebl:lt. Dengan pernyataan lain
F = 0,0726. Hal ini berarti terdapat dapat dikemukakan bahwa pada
perbedaan pola persebaran per- permukiman dengan pola menge-
mukiman yang cukup nyata, antar lompok, berasosiasi dengan tingkat
daerah dengan tingkat pertumbuh- pertumbuhan daerah yang lebih
an yang berbeda, pada derajad ke- cepat dari pada permukiman de-
percayaan 92,7 4 persen. ngan pola yang menyebar.
·Hasil uji,.Duncan Multiple Test
dengan signifikansi 0,05 menunjuk-
kan perbedaan pola persebaran per- KESIMPULAN
m ukiman di daerah dengan per- . .. .•
tumbuhan cepat lebih kecil (0,9644) Dari hasil penelitian dan peinba- ,. ' >* •

·'
nilai pola permukimannya (menge- hasan yang telah dikemukakan, da-
lompok), dari pada daerah dengan p l(t) disimpulkan beberapa hal
pertumbuhan lambat. Untuk dae- berikut:

16
..
~ '

Forum Geografi No. 19Th. X/ Desember 1996


Daerab Kabupaten Klaten ter- di daerab perbukitan . Dapat dike-
diri dari tiga wilayab topografis, mukakan babwa semakin tinggi
yakni lereng gunungapi Merapi, kepadatan permukiman, semakin
dataran rendah, dan perbukitan. menyebar pola persebaran permu-
Namun demikian secara statistik ti- kiman di daerah perbukitan.
dak berpengarub nyata terbadap Variabel lain yang cukup ber-
perbedaan pola persebaran per- pengarub terbadap pola persebaran
mukiman antar wilayab tersebut. permukiman, adalab proporsi luas
Diantara variabel-variabel sosi- laban sawan. Dengan pernyataan
al ekonomi memiliki pengarub cu- lain dapat dikemukakan bahwa se-
kup kuat terbadap terbentuknya va- makin luas proporsi luas laban
riasi pola persebaran permukiman, sawab, pola persebaran permukim-
di daerah topografi lereng gunung- an semakin menyebar.
api terdapat dua variabel, yakni Ditinjau dari daerab menurut to-
kepadatan penduduk, dan proporsi pografi, babwa pengaruh kepadatan
luas laban sawab. Namun variabel permukiman terbadap pola perse-
yang paling berpengarub di daerab baran perm ukiman banya berlaku
ini adalab kepadatan penduduk. di daerah perbukitan dan di daerah
Hal ini berarti bahwa semakin dataran. Pengaruh kepadatan pen-
tinggi kepadatan penduduk di
daerab topografi lereng gunungapi,
.
duduk terbadap pola persebaran
permukiman hanya berlaku di
pola persebaran permukiman se- daerah perbukitan. Pengaruh kepa-
makin menyebar. Di samping itu, datan jalan terhadap pola perse-
semakin besar proporsi laban sa- baran permukiman untuk setiap
wah, pola persebaran permukiman daerab yang berbeda topografinya
semakin mengelompok. tidak berlaku.
Kepadatan permukiman paling Pola persebaran permukiman di
berpengaruh terhadap pola perse- daerah yang tidak memiliki tingkat
baran permukiman di daerah to- pertumbuban wilayah tinggi, lebib
pografi datar. Oleh karenanya da· mengelompok dari pada di daerab
pat dikemukakan, babwa semakin yang memiliki tingkat pertum-
tinggi kepadatan permukiman se- buban rendab. Hal ini disebabkan
makin menyebar pola persebaran tuntutan sarana dan prasarana per-
permukiman tersebut. Kepadatan mukiman lebih banyak, merupakan
permukiman juga merupakan vari- - daya tarik ~ersendiri untuk tum-
abel yang palir.,; c~rpengarub ter- bubnya perm ukiman secara me-
badap pola persebaran permukiman musat mendekati fasilitas tersebut.

Forum Geografi No. 19Th. X/ Desember 1996 17


z
.:n"'i
:c ·
~--,. .
.... =I ·a . n
c
i j I
:i
i

. L1Jn
o •

'::' i
c/14:S
~- ~
%~ ..IJ·; · ; e
~~-
0

w I J!!: ! • lj
:! :-
~i~
,. •• ~ l II~ J:i i
j J'
..
-
'
-.
"

,q ~
;:
3

.
!r.
;
.
s
: .
0

···.

i
j~=================o=~======~======~

18 Forum Geografi No. 19Th. XJ Desember 1996


DAFTAR PUSTAKA

Haggett Peter, 1970, Geography: A Modem Synthesis, Harper and Row Pub-
lisher, New York.
Pacione, Michael, 1984, Rural Geography, Harper and Row Publisher, Lon-
don.
Yunus, Hadi Sabari, 1987, Geografi Perm ukiman dan Beberapa Permasalahan
Perm ukiman Di Indonesia, dalam Makalah Pidato Pengukuhan
Jabatan Lektor Kepala, Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta.
1989, Subject Matter dan Metode Penelitian Geografi Permukiman
Kota, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Zee, D. Vander, 1979, Human Geography of Rura.l Settlement and Population,
ITC, Enschede.

Forum Geografi No. 19Th. XJ Desember 1996 19


PEMILIHAN LOKASI PRIORITAS KONSERVASI LAHAN
DAERAH PERBUKITAN KUBAH SANGIRAN
DARI DATA PENGINDERAAN JAUH

Oleh: Bambang Sulistyo

•' ABSTRACT

The purpose of this study is to describe the features of soil forms on PKS
derived from the data which are related to the erosions that happen. Based on
this, the location of the priority of the soil conservation can be chosen.
The research method applied in this study is the continuation of the previous
research which has yielded the study of soil form area. The result of that study
is combined to other data to know IBE which covers topography, slope area, the
forms of river branches and soil cover. By applying the overlay analysis and
count, it can be determined the priority of the soil conservation based on the
delineation of the soil forms which are interpreted from remote sensing data
especially the aerial photograph.
The conclusions are (1) the choice of the priority of soil conservation and
cultivating plants can be done by knowing IBE; (2) the degree of priority of the
soil conservation and plant cultivation in PKS depend on the spreads of the soil
forms. The soil forms happened is the features of the difference of rock
formations, litology, the degree of erosion, landslide, and the process of
diafirism . The priority sequences of the locations of the soil conservation and
plant cultivation are S3 and S4 followed by 85, Sl, S2 and finally Fl.

INTI SARI

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari ekspresi dari bentuk-
lahan pada PKS yang diturunkan dari data penginderaan jauh yang di-
hubungkan dengan proses erosi yang terjadi sehingga dapat dipilih lokasi
prioritas konservasi lahan.
Metode pe11elitian yang dikerjakan yaitu dengan cara melanjutkan peneli-
tian yang telah terlebih dulu dikerjakan oleh peneliti terdahulu yang telah
menghasilkan bentuklahan daerah kajian. Dari hasil penelitian tersebut ke-
mudian dikombinasikan dengan data lain untuk menghitung IBE yang . ···\
: ·~ ·
meliputi bentuk wilayah (topografi) ; kemiringan lahan (slope) ; bentuk per-
cabangan sungai; dan liputan lahan. Dengan cara analisis tumpangsusun dan
perhitungan akhirnya dapat ditentukan priorifus lokasi konservasi lahan atas

20 Forum Geografi No. 19Th. XI Des~mber 1996


dasar delineasi bentuklahan yang diinterpretasi dari data penginderaan jauh,
khus usnya foto udara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pemilihan lokasi prioritas kon-
servasi tanah dan pengelolaan tanaman dapat dilakukan dengan mengetahui
IBE ; (2) tingkat prioritas pelaksanaan konservasi tanah dan pengelolaan
tana man di PK8 lokasinya tergantung pada penyebaran bentuklahannya.
Bentuklahan yang terjadi merupakan ekspresi dari perbedaan formasi batuan,
litologi, tingkat erosi, longsoran, dan proses diafirisme. Urutan prioritas lokasi
konservasi tanah dan pengelolaan tanaman adalah 83 dan 84, diikuti 85, 81 ,
82, dan terakhir Fl.

PENDAHULUAN rusakan lahan adalah erosi diper-


cepat.
Latar Belakang 8ebagian besar penduduk di Per-
bukitan Kubah 8angiran bermata-
Lahan merupakan sumberdaya pencaharian sebagai petani (71 ,9
alam yang sifatnya tetap , se- %), sehingga pertambahan pen-
dangkan kebutuhan manusia akan duduk mengakibatkan aktivitas
lahan terus meningkat untuk me- penduduk di bidang pertahian me-
menuhi berbagai keperluan seperti ningkat , berarti bertambah pula ke-
pertanian, permukiman, kawasan butuhan lahan untuk pertanian
industri dan lain sebagainya. maupun permukiman, tetapi ka-
Besarnya dayadukung dan rena persediaan lahan yang sesuai
kelestarian produktivitas sumber- untuk pertanian hanya terbatas
daya tanah dan air sangat diten- maka pertanian tidak hanya di-
tukan oleh interaksi antara cara lakukan di daerah datar tetapi juga
manusia mengelola sumberdaya itu di daerah yang berlereng curam .
sendiri dengan faktor lingkungan Mer eka juga mengolah lahan yang
biofisik . Bila kecenderungan pe- belum t erbentuk tanahnya. Per-
manfaatan sumberdaya alam terse- ubahan penggunaan lahan semak
but tidak memperhatikan lingkung- belukar dan rumput menjadi tegal-
an biofisik yang ada maka akan an akan mengubah agregat tanah
mengakibatkan kerusa ka n sumber- menjadi tid<>}.{ stabil sehingga mu-
daya alam terseh11 L. dah dihancurkan oleh pukulan tetes
Pada kenyataannye. masih ada huj a n dan diangkut sebagai lim-
beberapa penduduk yang belum bi- pasan permukaan yang terjadi.
jak mengelola sumberdaya lahan, PK8 tersusun atas formasi ba-
sehingga berakibat lahan menjadi tuan yang memiliki karakteristik,
rusak dan salah satu bentuk ke- struktur, dan litologi yang ~rbeda .
Perbedaan tersebut meny~babkan

Forum Geografi No. 19Th. X/ Desember 1996 21


timbulnya variasi satua n bentukla- meminimalkan kerusakan tanah
han (Sutikno, 1992; Latifah, 1995). perlu dilakukan agar laju erosi ta-
Adanya perbedaan -perbedaan nah tidak menjadi lebih besar dari
t ersebut berakibat pula terhadap laju pembentukan tanah.
besarnya erosi yang terjadi. Erosi
merupakan proses penguraian
masa tanah menjadi partikel-par- Tujuan penelitian
tikel tunggal dan pengangkutan-
nya. Tujuan dari penelitian ini adalah
Berdasarkan hal tersebut perlu untuk mempelajari ekspresi dari
menge ndalikan atau mengurangi bentuklahan pada PKS yang di-
keberlangsungan erosi diperlukan hubungkan dengan proses erosi
pengendalian serta usaha pence- yang terjadi sehingga dapat dipilih
ga han, usaha perbaikan oleh pen- lokasi prioritas konservasi lahan.
duduk , terutama oleh penduduk di
sekitar tanah-tanah yang tererosi,
disebut konservasi tanah. Konser- TINJAUAN PUSTAKA
vasi ta nah setiap daerah tidak sama
karena kondisi fisiknya berbeda. Tinjauan Pustaka
Tindakan konservasi tanah per-
lu dilakukan apabila laju erosi yang PKS mempunyai str atigrafi yang
terjadi melebihi besarnya erosi yang terdiri dari empat formasi, yaitu
masih dapat diperbolehkan (Nury- Formasi Notopuro, Formasi Kab".Ih,
antana, 1996). Besarnya erosi yang Formasi Pucangan, dan Formasi
masih diperbolehkan akan menen- Kalibeng (Bemmelen, 1949 dalam
tukan teknologi pengelolaan lahan Sutikno, 1992 dan Latifah, 1995).
atau tanaman, yaitu tindakan atau Keempat formasi tersebut mempu-
metode konservasi yang diperlukan nyai susunan, satuan litologi, serta
yang secara langsung menentukan ketebalan yang berbeda sehingga
biaya konservasi tanah yang harus menyebabkan perbedaan ekspresi
dikeluarkan, maka penetapannya bentuklahan yang terbentuk. Eks-
harus dapat dilakukan sebaik presi tersebut dapat dilihat antara
mungkin. lain melalui reliefnya yang meliputi
Penentuan tingkat bahaya erosi bentuk topografi, morfologi, dan as-
da n. erosi yal!g masih dapat diper- pek relief yang lain.
bolehkan perlu dilakukan agar pe- Latifah (1995) mengemukakan
laksanaan konservasi tanah dapat bahwa dengan adanya perbedaan
diarahkan pada sasaran yang meru- formasi tersebut maka tanah yang . .'
pakan sumber kerusakan dan dapat terbentuk akan mempunyai struk-
dipilih daerah yang harus diker- tur dan tekstur yang berbeda. De-
jakan terlebih dahulu. Usaha-usaha ng~ demikian erosi yang dihasil-
perbaikan dan pemulihan untuk kan akan berbeda pula. Dengan

22 Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996


mengetahui sifat-sifat erosi ini dan liputan lahan dapat dilihat
maka diperlukan arahan peman- pada lampiran 1.
faatan lahan yang baik untuk me- Nilai IBE yang besar menunjuk-
ngurangi dampak erosi yang tidak kan semakin tinggi erosi potensial-
diinginkan. nya, sehingga urutan penanganan-
Penentuan prioritas erosi dapat nya semakin diprioritaskan.
ditentukan dengan mencari IBE la- Besarnya erosi permukaan da-
han (U) yang nilainya tergantung pat diduga dengan menggunakan
pada empat faktor, yaitu (1) bentuk rumus USLE (Universal Soil Loss
wilayah (topografi); (2) kemiringan Equation) sebagai berikut (Wisch-
lahan (slope); (3) bentuk percabang- meier dan Smith, 1978 dalam Lati-
an sungai; dan (4) liputan lahan, fah, 1995; Nuryantana, 1996):
dirumuskan sebagai berikut (Har-
tono, 1996) : A=RKLSCP (2)

U= (T+S)D dim ana,


(1)
L A= banyaknya tanah tererosi
(tonlhaltahun)
dim ana, R = erositivitas hujan (ton/ha)
U = nilai Indeks Bahaya Erosi K = erodibilitas tanah
T = nilai skor faktor bentuk wilayah L = panjang lereng (meter) •
S = nilai skor faktor kemiringan la- S = slope (kemiringan lahan) ( % )
han C = pengelolaan tanaman/vegetasi
D = nilai skor faktor bentuk per- penutup
cabangan sungai P = pengelolaan lahan/konservasi
L= nilai skor faktor liputan lahan tanah
Sebagai konsekwensi dari batas Apabila nilai A telah diduga
satuan lahan digunakan sebagai maka besarnya dapat dibandingkan
unit pemetaan dan dasar per hi tung- dengan T yaitu harga erosi yimg
an rumusnya, maka akan dijumpai masih dapat diperbolehkan. Pada
satu unit lahan yang terdiri dari le- kondisi yang aman nilai hubungan
bih dari satu kategori liputan lahan. antara T dan A adalah :
Untuk kasus ini maka nilai skor fak-
tor liputan lahan yang digunakan A< T ata u
dalam perhitungan adalah jumlah RKLSCP <T (3)
tertimbang nilst.l skor masing-
masing jenis liput&I' lahan pada Jika suatu lahan terjadi erosi
satuan lahan yang bersangkutan. yang berlebihan maka dari rumus
Klasifikasi dan nilai skor untuk tersebut yang dapat dirubah secara
faktor bentuk wilayah, kemiringan cepat adalah faktor C dan P,
lahan, bentuk percabangan sungai, sedemikian rupa sehingg "- .d iper-
oleh: "'

Forum Geografi No. 19 Th. X/ Desember 1996 23


C P < T/(R K L S) (4) dulu dikerjakan oleh peneliti terda-
hulu yang telah menghasilkan ben-
tuklahan daerah kajian. Dari hasil
Landasan Teori penelitian tersebut kemudian di-
kombinasikan dengan data lain un-
Dengan adanya empat formasi tuk menghitung IBE yang meliputi
yang berbeda pada PKS maka akan bentuk wilayah (topografi); kemi-

1 menyebabkan perbedaan pada eks- ringan lahan (slope); bent uk per-
presi bentuklahan yang terbentuk cabangan sungai; dan liputan lahan.
demikian juga tingkat erosi yang Dengan cara analisis tumpang-
terjadi di atasnya. Adanyalaju erosi susun dan perhitungan akhirnya
pada suatu bentuklahan perlu di- dapat ditentukan prioritas lokasi
kurangi denga n suatu program kon- konservasi lahan atas dasar de-
servasi tanah ya ng tepat. Pemilihan lineasi bentuklahan yang diinter-
prioritas penanganan erosi pada pretasi dari data penginde r aan
suatu lokasi perlu dikerjakan jauh, khususnya foto udara.
karena tidak mungkin untuk melak-
sanakan konservasi tanah secara
bersamaan. Pemilihan lokasi dapat HASIL DAN PEMBAHA$AN
dilakukan dengan mempertim-
bangkan IBE . Llngkungan Fisik Daerah
Penelitian

BAHAN DAN CARA PENELI- PKS secara administratif ter-


TIAN masuk dalam wilayah Kec. Kali-
jambe dan Kec. Plupuh, Kab .. Sra-
Bahan yang Digunakan : gen, Prop. Jawa Tengah. Secara geo-
grafis terletak pada Bujur Timur
1). Hasil interpretasi bentuklahan l10°4S'50"- ll0°52'20" dan Lintang
dari foto udara yang telah di- Selatan 7°25' 45" - 7°29' 45". Curah
lakukan oleh peneliti ter da- hujan yang terjadi mempunyai Q
hulu, yaitu Sutikno, 1992. (perbandingan antara jumlah re-
2). Peta Topografi. rata bulan kering danjumlah rerata
3). Peta Tanah. bulan basah) = 0,348 sehingga ter-
4). · Peta P~pggunaan Lahan. masuk kedalam iklim Tipe C yaitu
5). Peta Hidrologi. tipe hujan agak basah (Latifah,
1995). Curah hujan rerata tahunan
Cara Penelitian : dari 1978-1993 adalah sebesar 2.358 ....
·

mm dengan rerata harian 17,6 mm. .- ... . .


Metode penelitian yang diker- PKS tersusun oleh 4 formasi
jakan yaitu dengan cara melanjut- b9 uan : (1) Formasi Kalibeng ter-
kan penelitian yang telah terlebih susun oleh lapisan batuan sedimen

24 Forum Geografi No. 19 Th. XJ Desember 1996


bertekstur halus, dengan tingkat Bentuklahan daerah Penelitian
pelapukan batuan yang sudah sa-
ngat lanjut yang ditunjukkan de- Satuan bentuklahan yang ada di
ngan banyaknya longsoran dan PKS penyebarannya mengikuti
erosi; (2) Formasi Pucangan m~m­ kenampakan singkapan formasi
punyai resistensi batuan yang batuan penyusunnya. Bentuklahan-
tinggi, tersusun oleh satuan breksi bentuklahan tersebut adalah :
laharik, napal, dan batulempung;
(3) Formasi Kabuh tersusun oleh a. Perbukitan Igir Strike Ber-
konglomerat, batupasir, dan tuf, batuan Aglomerat dan Tuf
dengan struktur silang siur; dan (4) Terkikis se d ang Formasi
Formasi Notopuro tersusun oleh Notopuro (Sl)
aglomerat, tuf, dan konglomerat.
Selain 4 Formasi terse but pada Per- Bentuklahan ini lokasinya di
bukitan Kubah Sangiranjuga terda- daerah pinggiran dengan batuan
pat endapan aluvial. Adanya per- penyusunnya aglomerat dan tuf.
bedaan formasi tersebut sehingga Jenis tanahnya adalah Latosol de-
ada tingkat resistensi batuan yang ngan ketebalan kurang lebih 30 em.
berbeda dan karena ada proses erosi Kemiringan lahannya berkisar 3% -
dan longsoran maka banyak terjadi 7% dan > 25 % serta ada yang
igir dan lembah strike. terjal (pada lokasi yang berbatasan
PKS secara genetik merupakan dengan bentuklahan 82) dengan
bentuklahan asal struktural yang tingkat erosi sedang.
telah terdenudasi sehingga terdapat
perbukitan dan dataran sebagai b. Perbukitan Rendah Igir
akibat proses erosi dan perbedaan Strike Berbatuan Konglo-
bat,uan penyusunnya. merat dan Bat upasir
Jenis tanah yang berkembang Terkikis Sedang Formasi
adalah Grumusol, Litosol, Latosol, Kubah (S2)
Regosol, dan Aluvial dengan batas
penyebarannya mengikuti penye- Bentuklahan ini lokasinya di-
baran bentuklahan dan formasi dalam dan berbatasan dengan ben-
batuan. DuaanaksungaiBengawan tuklahan 81 dengan batuan pe-
Solo; Sungai Brangkal dan Sungai nyusunnya batupasir dan konglo-
Cemoro adalah sungai-sungai yang merat, d <:~. :n. berstruktur silang siur.
melewati daer~ 'I, kajian yang lahan- ~ .Kemrringan lahannya berkisar 3 -
nya sebagian besar d.!gunaka n seba- 15 % dengan tingkat erosi sedang.
gai Lahan Kering (71,9 %) kemu- Pada bentuklahan ini terdapat
dian diikuti Persawahan (15 %) dan proses gerakan massa (longsoran
Permukiman (13,1 %). dan jatuhan) yang menonjol.

Forum Geografi No. 19Th. X/ Desember 1996 25


c. Topografi bergelombang f. Dataran Aluvial (Fl)
lgir dan Lembah Strike Ber-
batuan Napal dan batu lem- Bentuklahan ini berkembang
pung Terkikis Kuat Formasi pada dataran banjir sungai dengan
Pucangan Atas (S3) materi penyusunnya berasal dari
material yang bertekstur lempung
Bentuklahan ini lokasinya men- hingga pasir. Bentuknya datar.
dekati tengah dengan batuan
penyusunnya batulempung dan na-
pal. Jenis tanahnya adalah Gru- lndeks Bahaya Erosi
musol. Kemiringan lahannya berki-
sar 8 - 13 % dengan tingkat erosi Liputan lahan pada lahan kering
kuat dan proses gerakan massa terdiri dari 3 luasan, yaitu semak
yang aktif. belukar (20 %), tegalan (70 %), dan
lahari. gundul (10 %). Lahan kering
d. Perbukitan Rendah lgir meliputi 71,9% dari seluruh daerah
Strike Berbatuan Breksi kajian, sementara persawahan
Terkikis Kuat Formasi Pu- adalah sebesar 15% dan permukim-
cangan Bawah (S4) an sebesar 13,1 %. Sehingga secara
gabungan ketiga penutup lahan
Bentuklahan ini batuan penyu- parsial tersebut membentuk penu-
sunnya breksi. Jenis tanahnya tup lahan gabungan pada Perbukit-
adalah Litosol dengan ketebalan an Kubah Sangiran dengan r.ilai
kurang dari 10 em. Kemiringan la- skor L= 4,3.
hannya berkisar 30 % dengan Nilai skor faktor bentuk wilayah
tingkat erosi kuat karena proses (T), kemiringan lahan (S), dan ben-
pengikisan yang aktif. tuk percabangan sungai (D) dim ha-
sil hitungan Indeks Bahaya Erosi
e. Topografi Berombak Lem- Indeks (U) untuk m asing-masing
bah Strike Berbatuan Napal bentuklahan dapat dilihat pada Ta-
dan Batugamping Terkikis bell.
Kuat Formasi Kalibeng (S5) Nilai IBE terkecil yaitu 0,47 ter-
jadi pa9-a F1 dan terbesar 11,17 ter-
Bentuklahan ini lokasinya pada jadi pada 83. Bila IBE (U) dike-
inti . kuba4. dengan batuan penyu- lompokkan dalam 5 kelas prioritas
sunnya napal dan batugamping. maka masing-masing kelas mem-
Jenis tanahnya adalah grumusol. punyai julat sebagai berikut :
Kemiringan lahannya berki sar 3 - 7
. ,.•
% dengan tingkat erosi yang kuat. Prioritas 1 dengan Nilai U >. 9,03
Prioritas 2 dengan Nilai U 6,89-
~3
"'<:.:..

26 Forum Geografi No. 19Th. XJ besember 1996


Tabel 1. Nilai 8kor T, 8, D, dan U untuk masing-masing bentuklahan

Bentuklahan T D 8 u Prioritas
-····· -- - · ----- ··- · --- --- -

81 5 4 l 5,59 3
5 4 2 6,52 3
82 3 4 l 3,73 4
3 4 2 4,52 4
3 4 3 5,59 3
3 4 4 6,52 3
83 4 8 l 9,31 l
4 8 2 11,17 1
84 4 8 1 9,31 1
85 3 8 1 7,45 2
Fl l 1 l 0,47 5

Prioritas 3 dengan Nilai U 4,75 - diafirisme yang masih berlangsung.


6,89 Lihat peta pada Lampiran 1.
Prioritas 4 dengan Nilai U 2,65 - Latifah (1995) pernah menghi-
4,75 tung besarnya erosi (A) pada PK8
Prioritas 5 dengan Nilai U < 2,61 dengan metode plot erosi dengan
8ehingga diperoleh urutan pri- hasil 0,40 mm/tahun pada 81, 0,44
oritas lokasi yang perlu dilakukan mm/tahun pada 82, 1,33 mm/tahun
konservasi tanah dan pengelolaan pada 83, dan 1,96 mmltahun pada
tanaman secara tepat dan benar (li- 85. Dia menyimpulkan bahwa pada
hat Tabel 1). 83 dan 85 besarnya nilai erosi telah
Dari tabel terse but dapat dilihat melampui nilai T yang diperboleh-
bahwa 83 dan 84 mempunyai priori- kan.
tas tertinggi untuk dipilih sebagai Dari kesimpulan tersebut ter-
lokasi yang perlu dilakukan konser- nyata terlihat adanya kesamaan
vasi tanah dan pengelolaan ta- atau kesesuaian dengan prioritas
naman diikuti 85, 81 , 82 dan yang penanganan konservasi tanah yang
terakhir Fl. Hal tersebut sebagai ditentukan dengan menghitung IBE
konsekwensi b ::: ~.·N a pada 83 mem- -~ seperti yang dikerjakan pada pe-
punyai kemiringan lal.an yang ter- nelitian ini.
jal dan mengalami proses pelapuk- Dengan memperhatikan faktor
an dan erosi aktif, sedangkan pada konservasi (C) dan pengelolaan
84 penyebabnya adalah proses erosi tanaman (P) akan lebih terarah dan
dan gerakan massa (longsoran) pasti pada suatu lokasi terteat.u un-
yang aktif serta adanya proses tuk melakukan konservasi Yahan.

Forum Geografi No. 19 Th. XI Desember 1996 27


Dan apabila aspek sosial dan eko- Beberapa ringkasan yang digu-
nomi juga dipertimbangkan maka nakan:
perencanaan untuk mengurangi
erosi pada PKS akan terlihat lebih PKS: Perbukitan Kubah Sangiran
menyeluruh dan terpadu. IBE : Indeks Bahaya Erosi
S1 : Perbukitan lgir Strike Ber-
batuan Aglomerat dan Tuf
KESIMPULAN Terkikis Sedang Formasi
Notopuro
Dari hasil penelitian yang di- S2 Perbukitan Rendah Igir
peroleh dan pembahasan yang telah Strike Berbatuan Kong -
dikemukakan maka ada beberapa lomerat dan batupasir
kesimpulan dapat dipetik, yaitu : Terkikis Sedang Formasi
1. P emilihan lokasi prioritas Kabuh
konservasi lahan untuk tujuan S3 Topografi Bergelombang
konservasi tanah dan pengelo- Igir dan Lembah Strike
laan tanaman yang dilakukan Berbatuan napal dan batu-
dengan menghitung IBE. lempung Terkikis Kuat
2. Tingkat prioritas pelaksanaan Formasi Pucanf::~ r.. Atas
konservasi tanah dan pengelo- S4 Perbukitan Rendah Igir
laan tanaman di Perbukitan Strike Berbatuan Breksi
Kubah Sangiran lokasinya ter- Terkikis Kuat Formasi Pu-
gantung pada penyebaran ben- cangan Bawah
tuklahannya. Bentuklahan S5 Topografi Berombak Lem-
yang terjadi merupakan eks- bah Strike Berbatuan Na-
presi dari perbedaan formasi pal dan Batugamping
batuan, litologi, tingkat erosi, Terkikis Kuat Formasi Ka-
longsoran, dan proses diafi- libeng
risme. Urutan prioritas lokasi F1 · Dataran Aluvial
konservasi tanah dan pengelo-
laan tanaman adalah S3 dan
S4 , diikuti S5, S1 , S2, dan
terakhir Fl.

. . .~.

:. '* _

--

28 Forum Geografi No. 1.9 Th. Xr Desember 1996


DAFTAR PUSTAKA

Hartono, 1996, Penginderaan Jauh dan SIG Untuk Vegetasi, Diktat Kuliah,
Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Latifah, S., 1995, Studi Erosi Pada Lahan Kering Di Perbukitan Kubah
Sangiran Dengan Menggunakan Plot Erosi, Thesis S2 pada program
Studi Geografi, Jurusan Ilmu-ilmu Matematika dan Ilmu Pengeta-
huan Alam, Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Nuryantana, J.S, 1996, Evaluasi Tingkat Bahaya Erosi Untuk Arahan Kon-
servasi Tanah di Daerah Tangkapan H uj an Wad uk Kedungombo Kec.
Kemusu, Kab. Dati II Boyolali Jawa Tengah, Skripsi pada Fakultas
Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sutikno, 1992, Pendekatan Geomorfologi Untuk Kajian Airtanah Dangkal Di
Perbukitan Dome Sangiran, Jawa Tengah, majalah Geografi Indo-
nesia, Th . 6- 8, No-13, September 1992- Maret 1994, Yogyakarta.

Forum Geografi No. 19 Th. XI Desember 1996 29


Lampiran 1:
Klasifikasi dan Nilai Skor untuk faktor Bentuk Wilayah (T), Kemiringan
Lahan (S), Bentuk Percabangan Sungai (D), dan Liputan Lahan (L)

Faktor Bentuk Wilayah (T)

Klasifikasi Beda tinggi


' Simbol Nilai

Datar s/d 1m f 1
Berombak ± 10 u 3
Bergelombang ± 10 r 4
Berbukit kecil ± 10 hi 3
Berbukit sedang 10 - 50 h2 4
Berbukit 50 - 100 h3 5
Bergunung 300 atau lebih m 5

Faktor Kemiringan Lahan (S)

Klasifikasi Kemiringan (%) Simbol Nia i


- ------- -- -- -- -+- - - - - - - - + - - - - - - ----+-- - - - -·-- - --

Landa i 0,00 - 16,00 A 1


Agak curam 16,01 - 30,00 _8 2
Cura m 30,01 - 50,00 c 3
Cura m sekali 50,01 - 75,00 D 4
Terjal 75,01 atau lebih E 5

Faktor Bentuk Percabangan Sungai


- - -

K! <Jsifika.s i ,__ Kemiringan (%) Simbol Nilai

Ringa n 0 - 2 S! 1
Seda ng 3 - 4 M 4
Kuat 5 - 9 s 8
Sanga t kua t 10 a tau lebih v. 10

30 Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996


Lampiran 1: (lanjutan)

Faktor Liputan Lahan (L)

Klasikasi Simbol Nilai

Tubuh air . w 10
Sawah dan tambak s 10
Hutan dan perkebunan H 9
Semak belukar B 7
Kebun campur dan perkampungan p 6
Kota u 4
Pertanian lahan kering/ tegalan T 2
La han gunduU terbuka/ berbatu G 1

Sumber: Petunjuk Penentuan Prioritas Penanganan Sub DAS dengan


Metode lndeks Bahaya Erosi (1985) dalam Hartono (1996)

Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996


110°SO' BT. IIO"Sl' BT.


w 1
LS .
~ lS.

PETA LOKASI
PRIORITAS KONSERVASJ LAHAH
u PERBUKITAN KUBAH SANGIRAN

j LE&ENDA
0

Jolon
1. 1 2.6KM.

;.;....T

~ Sunqoi

Sl ~eri>Jiihn lqir Slrilt llrtt.i!Uilll Arjl-•t don luf lor- Priori!" I


lili• Sodi<lg fon"i IDIDpJro
flricrihs ~
>-rj
0 1'"11" S2 t NI>Ji ilon l!£<ldol> lqir Sltile llrtb.i!Uilll ·l:al~Jl~•t
lS.
c'"' din s.tupasir lerlikis Sodi<lg forwsi t.11111 Priori~:.

s Sl IOIO!"•fi lirfC)PIOibMwj lqtr don li'Ob.itl Sltilt llrtb.i!Uilll Pri•ihs 4


p llip;ol din llilui ..!U"J lttlilis l:uil forwsi
ro
0
C1Q
l'llci<oqon 'I" Prioritu ~

'"'
~
i:j"?
S4 Ptrruliton Ra.dilo lqir Slrilr llerbiiUiO Brrbi lerli-
lis t'.u.il fon"i l'llc;ooqon s...h

z ~ IOJXlllr•li lirf<»bil l tob.ih Slrilt llrtb.IIUilll Mop.l din


!=' lilllljilpifl(j lrrlilis (IIi! fcn.. i l:ililen<j
,.....
c.D
fl .. tor• Aluvi•l
>-3
P"'
~
t:J
ro
rn
rol -l'tb ""lul.lohio ""'il lolerpret .. i iolollduo
s0"' II.,., 0'
elta 9iliiM (19721 lloo l•lililo U9'1:'
- P.b &ooiOCJi Son)ir'"
ro
- l'tb hrm S.."'tiJi''"
'"'
.....
c.D
~ Pol• lli4rol<>ji Son)ir'"
- l'tb ltlprll)rili , ...,;,..
c.D
O"l - P.b ~ lWo Sh)ir M
· llwhsi• ltilrt1 ,.Y• £rc-lJ

110"50'81.

i
PERANANSTUDIGEOGRAFIDALAMTATARUANGDAN
PENGEMBANGAN~LAYAH
(Studi Kasus Wilayah Kabupaten Sukoharjo)

Oleh: Kuswaji Dwi Priyono dan Retno Woro Kaeksi

ABSTRACT

The following issue explains the role of geography study in spatial lay-out
and regional development, taking the regional development of Sukoharjo
regency as the case study. The role of geography study in spatial lay-out and
regional development lies mainly in the effort to achieve geo information
system, i.e.; information of regional landscape with its all characteristics,
regional problem, regional development potential and the definitive factor of
regional development.
Making use of geography analysis, Sukoharjo as a brief out line has three
geomorpholgy units with its different physic potential and social economy, and
up to the present it has a tendency of different land function.
The three units of geomorphology mention above are: alluvial plain, 'fluvio-
volcanic foot plain of Lawu, and shouthern hill slope of Baturagung.
And then, to support the area development of JOGLOSEMAR the future
development strategies of Sukoharjo regency is distinguished into three zones,
i.e .: industry and comercial zone, urban residential and institution zone, open
sphere land and recreation zone.

INTI SARI

Tulisan ini bermaksud menguraikan peranan studi geografi dalam tata


ruang dan pengembangan wilayah, studi kasus pengembangan wilayah Kabu-
paten Sukoharjo.
Peranan studi geografi dalam tata ruang dan pengembangan wilayah
terutama dalam menghasilkan sistem informasi kebumian, yakni informasi
wilayah permukaan bumi dengan segenap ci;.·i/'.~:~.arakteristik wilayah, per-
masalahan wilayah, _!:w tensi pengembangan wilayah, dan faktor pembatas
pengembangan wilayah.
Melalui kajian geografi, secara garis besar Kabupaten Sukoharjo mempu-
nyai 3 unit bentuklahan dengan berbagai potensi fisik dan sosial-ekonomi yang
berbeda, serta saat ini mempunyai kecenderungan fungsi laban yang her. eda
pula. Adapun 3 unit bentuklahan tersebut adalah Dataran Aluvial, Dat aran

¥or.um·Geografi No. 19Th. X/ Desem.her 1996 33


kaki vulkan Lawu, dan lereng Perbukitan Selatan Baturagung.
Selanjutnya dalam mendukung perkembangan kawasan JOGLOSEMAR,
strategi pengembangan wilayah Sukoharjo mendatang dibagi dalam 3
kawasan pengembangan, yakni: kawasan kegiatan komersial dan industri,
kawasan permukiman kota dan kelembagaan, dan kawasan lahan terbuka dan
rekreasi .


1

PENDAHULUAN penas, Dalam Harian KR 21 Novem-


ber 1996). Pesatnya pertumbuhan
Latar Belakang dan perkembangan wilayah Suko-
harjo memerlukan perencan aan
Perencanaan pengembangan yang baik agar mampu memenuhi
suatu wilayah terasa semakin dibu- kebutuhan penggunaan lahan tan-
tuhkan sejalan dengan meningkat- pa mengganggu ekosistem wilayah.
nya pelaksanaan pembangunan . Pemanfaatan wilayah perlu dia-
Perencana a n sangat berfungsi tur dan dikembangkan dalam pola
dalam mengarahkan jalannya pem- tata ruang, serta dilakukan dengan
bangunan agar dapat mencapai baik dan berdaya guna. Perencana-
sa sa ran yang diinginkan. Dewasa an wilayah memerlukan perolehan
ini perencanaan wilayah, khusus- data yang berkesinambungan un-
nya tentang pengaturan tata ruang tuk merumuskan program dan kebi-
dan pengembangan wilayah sangat jaksanaan pemerintah. Asp ':' k
diperlukan. Dengan adanya peren- ruang dan waktu berperan sekali
canaan wilayah tersebut maka keti- dalam pengambilan kebijakan pada
dakseimbangan antara penggunaan pemanfaatan dan kegiatan yang_di-
laha n de ngan potensi dan kebu- lakukan dalam penggunaan lahan
tuhan lahan tidak akan terjadi. (National Academy of Science ,
Wilayah kabupaten Sukoharjo 1975). Didalam proses penataan di
yang berdekatan dengan kota Solo perhatikan kondisi (potensi dan
mempunyai posisi yang sangat masalah) yang terdapat dalam
strategis, khususnya dalam men- wilayah perencanaan.
dukung kawasan segitiga emas Prinsip dasar pengembangan
Yogyakarta - Solo - Semarang (JO- wilayah yang memperhatikan po-
GLOSEMARt yang berpotensi men- tensi dan wilayah yang terdapat
jadi pusat industri andalan. Ka- dalam wilayah perencanaan sejalan
wasan JOGLOSEMAR memiliki ke- dengan obyek formal kajian geo-
unggulan komperatif dan kompetitif grafi, yaitu sudut pandang dari or-
bagi berkembangnya sektor-sektor ganisasi keruangan atau spasial : ·~
unggulan industri, pertanian, per- setting yang selalu dinyatakan
d~gangan dan jasa, transportasi me~genai dimana gejala itu terjadi
serta pariwisata (Deputi Ketua Bap- daif mengapa gejala itu terjadi

34 Forum Geografi No. 19 Th. XJ Desember 1996


ditempat atau lokasi tersebut. Geo- cana tata ruang. Perencanaan tata
grafi mempunyai beberapa segi ruang dilakukan dengan memper-
pokok yaitu segi keruangan, segi timbangkan kaserasian, kese-
lingkungan dan segi wilayah dan larasan fungsi budidaya dan fungsi
unsur timbal balik, keterkaitan, lindung, sosial budaya dan lainnya.
keterpaduan dan kesinambungan Didalam UU No. 24 tahun 1992
yang sangat gayut dengan perma- tentang Penataan Ruang dibedakan
salahan tata ruang dan pengem- antara kawasan perdesaan dan
bangan wilayah. kawasan perkotaan. Menurut pasal
Selanjutnya tulisan ini mencoba 1 UU Penataan Ruang tersebut,
menguraikan dasar-dasar perenca- yang dimaksud dengan:
naan tata ruang dan peranan studi a) Kawasan Perdesaan adalah
geografi dalam tata ruang dan kawasan yang mempunyai
pengembangan wilayah. Dasar- kegiatan utama pertanian, ter-
dasar pengembangan dan perenca- masuk pengelolaan sumber-
naan wilayah tersebut dikaitkan daya alam dengan susunan
dengan kondisi wilayah Kabupaten fungsi kawasan sebagai tempat
Sukoharjo dalam menghadapi permukiman perdesaan, pela-
perkembangan kawasan segitiga yanan jasa pemerintahan,
emas Yogyakarta - Solo - Semarang pelayanan sosial dan kegiatan
(JOGLOSEMAR). ekonomi.
b) Kawasan Perkotaan adalah
kawasan yang mempunyai
Tinjauan Pustaka kegiatan utama bukan per-
tanian, dengan susunan fungsi
Perencanaan tata ruang wilayah kawasan sebagai tempat per-
merupakan pola pemanfaatan ru- mukiman, pelayanan jasa pe-
ang yang diarahkan untuk menca- merintahan, pelayanan sosial
pai manfaat ruang yang optimal dan kegiatan ekonomi.
sehingga mampu mencegah peman- Dalam hal pembangunan daerah
faatan lahan yang tidak terkendali perkotaan diselenggarakan secara
dan melampui daya dukungnya, berencana dan terpadu dengan
serta peruntukan ruang yang tidak memperhatikan rencana umum
sesuai dengan kemampuan lahan- tata ruang, pertumbuhan pen-
nya: (Anonim, 1990). Sedangkan duduk, li.-.gkungan permukiman,
UURI No. 24 ~a~::m 1992 tentang -· lingkungan usaha dan lingkungan
penataan ruang memberikan kerja, serta kegiatan ekonomi dan
pengertian, perencanaan tata ruang kegiatan sosiallainnya agar terwu-
adalah suatu penataan ruang, pe- jud pengelolaan perkotaan yang
manfaatan ruang dan pengendalian efesien dan tercipta lingkungan
pemanfaatan ruang dan perenca- yang sehat, rapi, aman danny, _man
naan tata ruang menghasilkan ren- (GBHN, 1993).

Forum Geografi No. 19 Th. X/ Desember 1996 35


Pada saat ini perencanaan tata serasian kehidupan masyarakat
ruang di Indonesia diatur melalui dalam segala aspek kehidupan.
berbagai macam peraturan perun- Secara umum faktor-faktor yang
dang-undangan, yang antara lain: mempengaruhi lokasi suatu ke-
a) GBHN giatan dapat dibedakan atas:
b) UU No 5th 1960 tentang Pera- a) faktor-faktor spasial atau geo-
t uran Dasar Pokok-Pokok grafi.s yang berkaitan dengan
•' Agraria karakteristik ruang, seperti:
c) UU No 5 th 1974 tentang jarak, aksesibilitas , ukuran,
Pokok-Pokok Pemerintahan di bentuk, aglomerasi dan posisi
Daerah relatif lokasi dalam ke selu-
d) UU No 13 th 1980tentangJalan ruhan,dan
e) UU No 4 th 1982 tentang b) faktor-faktor yang tidak ber-
Pokok-Pokok Pengelolaan Ling- kaitan langsung dengan aspek
kungan Hid up spasial t etapi lokasi bergan-
f) In s truksi Menteri Dalam tung juga pada faktor-faktor se-
Negeri No. 30 th 1985 tentang perti: ekonomi, politik, budaya.
Penegakan Hukum/Peraturan Saling p e ngaruh antara fa ktor
da lam Ra ngka Pengelolaan spasial dan non spasia) ~Lu meru-
Daerah Perkotaan pakan penyeba b terjadinya pola
g) Peraturan Menteri Dalam fi2ik kegiatan tertentu (Morill, Rich-
Negeri No. 7 th 1986 tentang ard, L, 1982). Sistem pemintakatan
Penetapan Batas Wilayah Kota (Zoning) mer upakan cara yang pa-
di seluruh Indonesia ling banyak digunakan untuk mene-
h) Peraturan Menteri Dalam tapkan penggunaan lahan atau
Negeri No. 2 th 1987 tentang mengatur kegiatan yang diperbo-
Pedoman Penyusunan Rencana lehkan di atas sebidang lahan.
Kota Setiap mintakat disertai dengan
i) UU No. 14 th 1992 tentang batasan-batasan dan/at.:m persya-
LaluLintas danAngkutan Ja- ratan tertentu, yang secara rinci di
lan, dengan berbagai peraturan terapkan untuk setiap penggunaan
pelaksanaannya bangunan yang akan didirikan di
j) UU No. 24 th 1992 tentang atas persil tertentu dan mintakat
Penataan Ruang. tertentu.
Perencanaan tersebut berisi perha- Struktur tata ruang pada ha-
tian khusus yang perlu diberikan kekatnya merupakan hasil dari
pada peningkatan sarana dan suatu proses yang mengalokasikan
prasarana umum yang layak. Ke- obyek-obyek fisik dan aktivitas
serasian hubungan antara ma- suatu kawasan di suatu wilayah
syarakat perkotaan dan perdesaan (Herman Haeruman, JS., 1996). Le-
serta antar masyarakat kota dan b...ijl lanj~t,_ wawasan sistem tata
desa diupayakan agar terwujud ke- r~ang m1 berdasarka n pada

36 Forum Geografi. No. 19Th. X/·Desember 1996


kerangka konseptual yang me- wilayah terutama dalam mengha-
nekankan padanya kaitan antara silkan sistem informasi kebumian,
tiga proses yang saling bergan- yakni informasi wilayah permu-
tungan, yaitu: kaan bumi dengan segenap ciril
a. proses yang mengalokasikan karakteristik wilayah, permasalah-
aktivitas pada suatu kawas- an wilayah, potensi pengembangan
an sesuai dengan hubungan wilayah dan faktor pembatas pe-
fungsional tertentu, ngemban gan wilayah. Informasi
b. proses pengadaan atau ke- tersebut kiranya merupakan lan-
tersediaan fisik yang menja- dasan/dasar dalam perencanaan
wab kebutuhan akan ruang tata ruang dan pengembangan
bagi aktivitas, seperti tempat wilayah, sehingga rumusan strategi
untuk bekerja, tempat tinggal, tata ruang dan pengembangan wi-
transportasi dan komunikasi, layah dapat disusun secara konsep-
dalam hal ini proses penga- tual sesuai struktur tata ruang di
lokasian aktivitas akan diten- atas.
tukan oleh ketersediaan sum-
berdaya alam serta kondisi fi-
sik di wilayah tersebut, dan PROFIL KABUPATEN SUKO-
c. dalam proses pengadaan dan HARJO
pengalokasian tata ruang ini,
kaitan antara bagian-bagian Letak dan Luas Wilayah
permukaan bumi temp at berba-
gai aktivitas dilakukan, dengan Kabupaten Sukoharjo terdiri
bagian atas ruang (angkasa) dari 12 kecamatan, meliputi Keca-
serta ke bagian dalam yang matan Kartasura, Gatak, Grogol,
mengandung berbagai sumber- Mojolaban, Baki, Sukoharjo,
daya perlu dilihat dalam Polokarto, Bendosari, Nguter,
wawasan yang integratif. Tawangsari, Bulu dan Weru. Lima
Dari uraian di atas diketahui kecamatan pertama, berdekatan
bahwa berfungsinya suatu tatanan dengan kota Solo perkembang-
ruang akan sangat ditentukan oleh annya sudah menyatu sebagai dam-
komponen-komponen pemben- pak pesatnya pembangunan
tukannya yang merupakan penge- Kota Solo. Didalam konstelasi re-
jawantahan dari tatanan aktivitas. ·~ gional, le~ ~.k wilayah Sukoharjo
Dengan kata 1::-.:.:. penataan ruang cukup strategis . Aksesibilitas
merupakan proses pcngalokasian cukup tinggi, dari Kartasura yang
aktivitas kegiatan yang merupakan merupakan segitiga jalur Sema-
penjfJbaran dari perkembangan rang - Solo dan Yogyakarta - Solo -
ekonomi dan sosial. Surabaya dapat dijangkau inelalui
Peranan studi geografi dalam jalur jalan yang baik. A® nya
tata ruang dan pengembangan rencana Bandara Adi Sumarmo

Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996 37


sebagai Bandara Internasional mu- Brambang, dan Bengawan Solo. Air
lai 1997, Kartasura yang letaknya tanah relatif dangkal dengan po-
paling dekat dengan bandara terse- tensi yang cukup besar, umumnya
but dimungkinkan menjadi kota be- masyarakat menggunakannya de-
sar. ngan membuat sumur. Pen ggunaan
Luas wilayahnya sekitar 400 jasa PDAM baru ada di Kecamatan
•' Km 2 , dengan batas wilayah di sebe- Kartasura dan Sukoharj o, yang
lah utara Kodya Surakarta, sebelah merupakan kecamatan yang paling
Barat Kabupaten Boyolali, sebelah padat penduduknya.
timur Kabupaten Karanganyar,
ser ta di sebelah selatan berbatasan
dengan Kabupaten Wonogiri dan Penggunaan Lahan
Propinsi D.I. Yogyakarta.
Pada dasarnya penggunaan la-
han di wilayah Sukoharjo dibe-
Topografi dan Hidrologi dakan antara lahan basah, lahan
kering dan penggunaan lainnya. La-
Secara umum wilayah Sukoharjo han basah merupakan area per-
relatif datar dengan kemiringan tanian sawah baik tekt~i':! , ~e tengah
kurang dari 3% ke arah utara. Se- te4nis maupun non teknis (tadah
bagian wilayah yang berbatasan hujan). Lahankeringmerupakanla-
dengan Kabupaten Karanganyar han yang terdiri dari lahan pe-
mempunyai topografi agak miring karangan atau pengglinaan untuk
(3 - 8%), merupakan dataran lereng bangunan, kebun, dan tegalan. Se-
kaki volkan Lawu. Demikian pula dangkan penggunaan lain-lain, un-
sebagian wilayah yang berbatasan tuk keperluan : lapangan, jalan,
dengan Kabupaten Wonogiri di se- pasar, kuburan, sungai, dan fungsi
belah selatan merupakan daerah umum lainya.
perbukitan rendah. Bila dibedakan antara daerah
Pada umumnya wilayah Suko- terbangun (built up area) dan dae-
harjo mempunyai tanah jenis Allu- rah terbuka atau daerah belum ter-
vial dan Latosol yang mempunyai bangun, maka:
daya dukung yang cukup kuat, de- a) daerah terbangun terdiri dari
ngan tingkat kesuburan tinggi. Di- tanah pekarangan atau tanah
tunjang cireh banyaknya aliran bangunan dan penggunaan
irigasi baik alam maupun teknis, lain-lain.
menjadikan wilayah ini merupakan b) daerah terbuka terdiri dari
pertanian dengan produktivitas re- area pertanian (sawah, te-
latif tinggi. galan, kolam dan kebun) ."
Beberapa sungai yang relatifbe- Perkembangan area terbangun di
sar melewati wilayah ini, seperti vtifayah Sukoharjo lebih didominasi
Kali Dengkeng, Kali Ranjing, Kali oleh adanya pembangunan daerah

Forum Geografi No. 19Th. X! Desember 1996


perumahan baik secara indivi- yang cukup pesat di Kartasura,
duallperseorangan maupun oleh in- Sukoharjo, Grogol, Baki dan
vestor atau developer yang mem- Mojolaban.
bangun real estate di berbagai pen- d) Kegiatan yang berkaitan de-
juru, disamping pembangunan ngan industri menyebar di
fasilitas perkantoran dan pendidik- berbagai wilayah. Industri
an oleh pemerintah maupun swasta. tekstil berskala besar dengan
Dalam pola pemanfaatan ruang areal industri lebih 2 hektar
kota tidak terlihat adanya pola terdapat di Kecamatan Karta-
pemintakatan yang jelas, kesan sura, Sukoharjo dan Baki. Se-
daerah camjmran terlihat hampir di dangkan industri rumah
seluruh wilayah. Adapun secara tangga tetapi kualitas ekspor
garis besar, penyebaran fasilitas menyebar di Gatak dan Baki,
kegiatan dan penggunaan lahan se- yakni industri meabel rotan
bagai wadah kegiatan masyarakat dengan aneka bentuk. Be-
sebagai berikut: berapa industri kecil yang
a) Wilayah Kota, dibagi menjadi cukup terkenal terdapat di
12 kecamatan dengan urutan Mojolaban, Baki, Gatak dan
tingkat keramaian dan kepa- Tawangsari.
datan penduduk mulai ke- e) Fasilitas pelayanan umum , se-
camatan:Kartasura, Suko- perti perkantoran, pendidikan,
harjo, Gatak, Grogol, Mojola- rekreasi dan olahraga tersebar
ban, Baki, Nguter, Tawangsari, di seluruh wilayah. Lembaga
W eru, Bendosari, Polokarta pendidikan tinggi yang cukup
dan Bulu. terkenal terdapat di Kartasura
b) Fungsi permukiman menyebar (Universitas Muhammadiyah
di seluru!l daerah terbangun Surakarta) dan di Sukoharjo
memanjang di sepanjang jalur (Universitas Bangun Nusan-
transportasi. Pola penyebaran tara). Fasilitas rekreasi dan
penduduk sesuai kurva normal, olahraga terpadu yang cukup
semakin dekat ke pusat se- besar di Grogol yang terkenal
makin besar kepadatannya dengan wilayah Solo Baru. Ru-
dengan building coverage yang mah sakit yang relatif besar
semakin besar pula . Beberapa terdapat di Kartasura (Rumah
. perumahan relatifbesar di 6 ke- ·~ Sakit h ;lam Surakarta), di Gro-
camatan p ::::· ~::>. ma di atas. gol I Solo Baru (Rumah Sakit
c) Daerah fungsi perdagangan Dr. Oen), dan di Sukoharjo (Ru-
dan jasa (termasuk a suransi mah sakit Umum Pemerintah).
dan perbankan) atau fungsi f) Penggunaan lahan untuk per-
komersial pada umumnya me- tanian terutama persawahan
manjang pada jalur jalan masih dominan, kec :;!li 5 ke-
ut a ma . Perkembangan kota camatan pertama masih relatif

Forum Geografi No. 19Th. X/ Desember 1996 39


cepat pengalihan fungsi lahan Solo yang melewati dan dekatnya
sawah ~ntuk permukiman dan lokasi dengan wilayah Sukoharjo se-
fasilitas lain-lain. cara keseluruhan, maka dimung-
g) Dalam hal jaringan prasarana, kinkan seluruh wilayah Kabupaten
telah ter lihat adanya upaya Sukoharjo ini menyatu dengan se-
me misahkan angkutan re- buah kota besar.
gional (primer) dan angkutan Berdasarkan latar belakang dan
•' kota (sekunder). Hampir semua profil wilayah Sukoharjo di bagian
desa dari kecamatan satu ke awal, beberapa masalah yang men-
lainnya sudah ada angkutan, jadi pertimbangan penyusunan ren-
terlihat ada 4 jenis angkutan cana tata ruang ini antara lain :
dengan kapasitas penumpang a. Masalah sosial dan k epen-
ya ng berbeda, seperti Bus besar dudukan, meliputi:
(50 penumpang), anak bus roda a) meningkatnya angka mi-
enam (30 penumpang), anak grasi masuk kota Solo dan
bus roda empat (14 penum- wilayah yang berdekatan,
pa ng), dan mini bus (10 penum- bekerja pada sektor perda-
p a ng) . Keempat jenis bus gangan, industri dan trans-
tersebut dikenal sebagai ang- portasi maupun yang bertu-
kutan antar kota propinsi/ juan untuk mendapatkan
dalam propinsi, antar kota/ • layanan pendidikan.
pedesaan, dan antar desa de- b) orientasi pergerakan pen-
ngan kategori jalan kelas I, II, duduk kota di dalam da n di
dan III. luar wilayah Sukoharjo ter-
pusat pada lima Kecamat-
an yang berdekatan Solo d~n
RENCANA TATA RUANG DAN c) meningkatnya kebutuhan
PENGEMBANGAN WILAYAH sarana dan prasarana pendi-
dikan, kesehatan dan hi-
Rencana tata ruang dan pengem- buran.
bangan wilayah Sukoharjo ini b. Masalah perkembangan fisik
disusun berdasarkan kecenderung- kota, meliputi:
an semakin menyatunya wilayah ini a) perkembangan kawasan
dengan Kota Solo yang sudah padat perdagangan, industri dan
fasHitas kegietannya. Demikian transportasi akan semakin
pula adanya rencana berfungsinya pesat, terutama pada jalur-
bandara Adi Sumarmo sebagai ban- jalur jalan regional danjalan
clara lnternasional, Embarkasi Haji utama kota,
ya ng meliputi Jawa Tengah, D.I. b) berkembangnya daerah pe- .- : · ,~

Yogya karta dan Jawa Timur bagian rumahan dengan kepadatan


barat , serta dibangunnya jalan Tol ® tinggi yang konsentrik ter-
Yogyakarta - Solo dan Semarang - hadap kawasan perdagang-

40 Forum Geografi No. 19Th. XJ Desember 1996

.-
an di sekitar terminal induk, perkembangan, dan tidak kalah
industri dan perk antoran di cepat dengan kebutuhan pemba-
pusat kota, akhirnya mem- ngunan kawasan JOGLOSEMAR
pengaruhipola penyebaran secara terpadu.
fasilitas sosial ekonomi.kota Homogenitas fisik dilihat dari
yang cenderung berorien- fenomena alam melalui identifikasi
tasilberlokasi pada sekitar karakteristik lahan dan kualitas la-
kawasan pusat kota, han yang menghasilkan potensi
c) berkembangnya berbagai fisik suatu lahan. Homogenitas so-
fasilitas pendidikan ting- sial ekonomi melalui identifikasi
gi, membangkitkan pertum- fenomena sosial ekonomi, mengha-
buhan perumahan di seki- silkan potensi sosial ekonomi wi-
tarnya yang dapat menim- layah perencanaan. Kedua keadaan
bulkan konflik penggu- tersebut dipadukan akan mem-
naan lahan kota, peroleh informasi daya dukung wi-
d) timbulnya jasa-jasa lain layah. Sedangkan homogenitas
(sektor informal) sebagai fungsional diliha t dari dominasi
pendukung kegiatan perda- kegiatan utama saat ini, kecende-
gangan, industri dan rungannya menjadi kawasan perko-
transportasi yang meman- taan atau kawasan perdesaan. Se-
faatkan ruang-ruang lanjutnya strategi pengen1bangan
yang tidak semestinya akan wilayah mendatang didasarkan
menurunkan kualitas ruang pada keadaan daya dukung wilayah
itu sendiri. dan keadaan fungsional wilayah
Adapun dalam pemintakatan la- saat ini, sehingga antisipasi per-
han/ruang perkotaan guna antisi- kembangan dapat ditentukan da-
pasi perkembangan kawasan lam rekomendasi tata ruang dan pe-
segitiga em as Yogyakarta - Solo - ngembangan wilayah mendatang.
Semarang (JOGLOSEMAR) men- Melalui kajian geografi, zonasi
datang, wilayah Sukoharjo dibe- wilayah yang didasarkan pada ho-
dakan menjadi 3 macam mintakat mogenitas fisik dikenal sebagai
didasarkan pada kondisi fisik mau- zonasi geomorfologis yang mengkaji
pun non fisik serta permasalahan bentuklahan. Dalam setiap satuan
dan kemungkinan perkembangan- bentuklahan mempunyai homo-
nya di masa mendatang. Pemin- genitas te:J.t ang morfologi/relief,
takatan/zonasi ·,·, ilayah didasarkan struktur geologi!litologi, dan proses
pada perpaduan homugenitas fisik geomorfologinya. Keadaan fisik ben-
sosiallekonomi dan fungsional. Per- tuklahan yang berbeda mem-
paduan zonasi ini diharapkan pengaruhi karakteristik lahan dan
mampu menghasilkan rencana-ren- kualitas lahannya, sehingga terda-
cana tata ruang yang mempunyai pat pula perbedaan potensi fi~ik la-
daya antisipasi tinggi terhadap hannya. Analisis potensi fisik"""lahan

Forum Geografi No. 19Th. X/ Desember 1996 41


dan potensi sosial ekonomi dikenal a. Dataran aluvial, meliputi
sebagai kajian evaluasi lahan, se- hampir · 60% luas wilayah Su-
cara skematis proses kegiatan koharjo menyebar pada ke-
evaluasi lahan menurut FAO terti- camatan: Kartasura, Gatak,
hat pada skema berikut (1976 dalam Grogol, Sukoharjo, sebagian
Sitorus, 1985). Tawangsari, Nguter dan Weru;
Secara garis besar Kabupaten mempunyai lereng 0· 3%, tanah
•' Sukoharjo mempunyai 3 unit ben- aluvial dan latosol yang relatif
tuklahan dengan berbagai potensi subur, penggunaannya lahan
.fisik dan sosial ekonomi yang ber- sawah dengan produktivitas
beda, serta saat ini mempunyai ke- yang relatif tinggi. Pada ke-
cenderungan fungsi lahan yang ber- camatan Kartasura, Baki, Gro-
beda pula . Adapun 3 unit bentukla- gol dan Sukoharjo saat ini
han dan persebarannya secara ad- pengalihan fungsi lahan sawah
ministratif sebagai ber ikut: menjadi fasilitas perkotaan re-
latif besar, hal ini dimungkin-

Konsultasi pendahuluan
- Tujuan
- Data dan asun1si
- Rencana evaluasi

Jenis-jenis utama
I
Ulangan --1 Unit pemetaan lahan
Penggunaanlahan

Persyaratan dan Membandingkan pengunaan Kualitas


pembatas penggu- lahan dan keadaan lahan lahan
naanlahan - Pembandingan
· Analisis sosial ekonomi
- Dampak thd. lingkungan

', ..•

~
Skema proses kegiatan dalam evaluasi lahan (FAO, 1978 dalam Sitorus, 1985)

42 Forum Geografi No. 19Th. Xi Desember 1996


kan karena letaknya yang ber- 1. Kawasan Kegiatan Komer-
batasa n dengan Kota Solo se- sial dan Industri , meliputi
bingga cenderung menjadi Kecamatan Kart asura, Gatak,
fungsi perkotaan. Baki, dan Grogol. Karena le-
b. Dataran Lereng Kaki ,Vol- taknya di dataran aluvial maka
kan Lawu, meliputi 25% pengaturan ruang perlu perba-
wilayab Sukoba rjo menyebar di tian yang serius untuk men-
Kecamatan Mojolaban, Polo- cegah genangan/ banjir.
karto, dan sebagian Bendosari; 2. Kawasan Perniukiman Kota
mempunyai lereng 3-8% de- dan Kelembagaan, yang me -
ngan penggunaan laban sawab wadahi civic activities, seperti:
dan perkebunan. Alib fungsi la- perkantoran, pendidikan, per-
b a n sawab menjadi fasilitas tunjukkan, rekreasi , kebu-
perkotaan relatif besar terjadi dayaan, kesebatan, pemerin-
di Kecamatan Mojolaban yang taban/ perkantoran, dan per-
berbatasan dengan Kota ibadatan yang meliputi se-
Solo, sebingga cenderung men- bagian Kecamatan Grogol dan
jadi fungsi perkotaan. Baki sebelab selatan, Suko-
c. Lereng Perbukitan Selatan/ barjo dan Tawangsari dengan
Baturagung, meliputi 15% perencanaan detil tata ruang
lua s wilaya b menyebar di Keca- yang masib diperlukan kajian
matan Weru, Bulu, Nguter dan lebib mendalam.
sebagian Bendosari. Terdapat 3. Kawasan Lahan Terbuka
potensi wisata yang relatif ba- dan Rekreasi, melindungi
gus di daerab Bulu dan Weru fungsi ekologi kawasan seperti
yang berbatasan dengan Pegu- daerab resapan air, perlindung-
nungan Plato Selatan Wono- an flora dan fauna ser ta paru-
sari, demikian pula di Keca- paru kota. Kawasan ini meli-
matan Nguter yang berbatasan puti Kecamatan Mojolaban,
dengan Waduk Gadjab Mung- Polokarto, Bendosari, Nguter,
kur Wonogiri. Penggunaan la- Bulu dan Weru. Berbagai rna-
ban tegalan dan sebagian cam penggunaan laban yang
sawab, kondisi alamiab masib mendukung seperti pertanian
dominan sebingga fungsi me- dan perke bunan sebaiknya
lekat di daerab tersebut. dipertabankan di wilayab ini,
Selanjutnya dah m mendukung de :Li.~an pula kawasan wisata
perkembangan kaw c.''lan JOGLO- alam dengan berbagai fasilitas-
SEMAR, strategi pengembangan nya sangat ideal di Kecamatan
wilaya b mendatang di Kabupaten bulu dan Nguter sebelah sela-
Sukobarjo dibagi dalam 3 kawasan tan.
pengembangan, yakni:

Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996 43


DAFTAR PUSTAKA

Anonim , 1990, Pedoman Teknik Penataan Ruang Daerah, Buku I Publikasi.


Direktorat Tata Kota dan Daerah, DPU Jakarta.
Anonim, 1993, Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1993, PenerbitAneka
Ilmu, Semarang.
Branch, M.C., 1985, Comprehensive Cities Planning Introduction and Expla-
nation. Terjemahan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Djojodipuro, 1992, Teori Lokasi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI
Jakarta.
Herman Haeruman, J.S., 1996, Penataan Ruang dan Pemanfaatan Kawasan
Karts, Mahalah Kunci dalam Simposium Nasional II Lingkungan
Karts , Himpunan Kegiatan Speologi Indonesia, 1 - 3 april 1996,
Jakarta.
National Academy of Sciences, 1975, Landuse Planning, Supporting paper No.
2, Washington DC .
Sitorus San tun, R.P ., 1985, Evaluasi Sumberdaya Lahan, J urusan Tanah IPB .,
Bogor.
Sugeng Martopo dan Totok Gunawan, 1994, Dasar-dasar Ekologi, Bahan
Kuliah, Fakultas Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta.

. ..·:.

44 Forum Geografi N~. 19Th. X/ besember 1996


MOBILITAS SIRKULER DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI

Oleh : Wahyuni Apri Astuti

ABSTRACT

The different between permanent and non permanent mobility lies with the
will or will not intend to settle at the destination residence. If someone move
to another re.s idence and does not intend to settle permanently then this kind
of movement is called circular migration: Migrant motivation usually has
economic motive; urban-migrant is bigger than rural-migrant in quantity.
rural-migrants are generally the transmigrants whose activity is in farming
sector.
Circular migration is much more than permanent migration. Such a thing
is caused by centripetal and centrifugal force of same power. Population is faced
with the problem of selection, to settle at the rural with hard economy condition
or migrate to another region. To solve the problem, then, they usually decide
to move to the other region performing circular mobility.
Circular mobility gives a positive effect in economic condition, educa,tion and
development to the region where the migrants come from. The presence of
rural-inhabitant at work at the other region will result remittance, good
consigment and new ideas transfered to the rural. Such a thing will bring the
workers' rural development.

INTISARI

Perbedaan antara mobilitas permanen dan non permanen adalah terletak


pada ada atau tidaknya niat untuk menetap di daerah tujuan. Apabila se-
seorang yang pindah ke wilayah lain dan berniat tidak menetap, maka perpin-
dahan tersebut dianggap sebagai migrasi sirkuler.
Motivasi migran pada umumnya adalah motif ekonomi, migran yang
menuju perkotaan lebih besar dibanding yang menuju ke pedesaan, umumnya
migran yang menuju pedesaan adalah para tra~•.:;migran dimana aktivitas
mereka pada sektor ~8rtanian.
Migrasi sirkuler lebih banyak dibanding dengan migrasi yang permanen,
hal ini disebabkan adanya kekuatan sentripetal dan sentrifugal yang sama
kuatnya. Penduduk dihadapkan pada pilihan untuk tetap tinggal di desa
dengan ekonomi yang sulit ataukah pindah ke wilayah lain. Untuk mengatasi
masalah ini, maka mereka umumnya memilih pindah ke tempat lain a:;ngan

Forum Geografi No. 19Th. X/ Desember 1996 45


cara melakukan mobilitas sirkuler.
Mobilitas sirkuler mempunyai dampak positif terhadap kondisi ekonomi
daerah asal, pendidikan dan pembangunan. Adanya penduduk desa yang
bekerja pada daerah lain akan menimbulkan remitan. Remitan terutama
berupa mengalirnya uang ke daerah asal, barang dan ide-ide baru yang dapat
membawa kemajuan desa asal.

PENDAHULUAN mengalami perubahan besar yaitu


meningkatnya intensitas mobilitas
Salah satu fonemena yang di- non permanen. Hal ini dapat dipa-
jumpai di desa-desa di negara hami karena dorongan untuk
berkembang termasuk di Indonesia melaksanakan mobilitas non per-
adalah semakin meP.j ngkatnya manen bagi para migran, dirang-
gerakan penduduk dari satu tempat sang oleh perbaikan prasarana
a tau daerah ke tempat lain. Perpin- transportasi yang menghubungkan
dahan/gerakan penduduk ini desa kota. Fenomena ini menarik
dikenal sebagai migrasi penduduk. beberapa ahli untuk melakukan
Migrasi penduduk ada yang bersifat penelitian tentang mobilitas non
menetap atau sering disebut trans- permanen, diantaranya adalah
migrasi dan ada yang bersifat se- Hugo, Koentjaraningrat, Mantra,
mentara sering disebut migrasi non Sunarto. Dari hasil penelitian inj
permanen. didapatkan bahwa di Indo n esia
Sebelum tahun 1970-an peneli- terutama di J awa dan Bali banyak
tian mengenai mobilitas penduduk terjadi mobilitas penduduk non per-
di Indonesia ditekankan pada mo- manen dibandingkan dengan · mo-
bilitas permanen (migrasi). Hal ini bilitas penduduk yang permanen.
sejalan dengan usaha pemerintah Selanjutnya didapat pula bahwa mi-
untuk mengatasi tekanan pen- gran cenderung memilih tern patter-
duduk di Jawa yaitu memindahkan dekat sebagai daerah tujuan.
sebagian penduduk ke daerah yang Pemilihan daerah tujuan ini dilatar-
kurang padat di luar Jawa. Pada belakangi oleh faktor sentripetal
pemerintahan Hindia Belanda pro- dan sentrifugal yang hampir sama
gram ini disebut kolonisasi, se- kuat. Akibat adanya dua kekuatan
dangkan pada pemerintahan ini menyebabkan migran yang telah
Indonesia disebut dengan transmi- memutuskan mencari pekerjaan di
grasi (Mantra, 1985). kota cenderung be-rangkat sendiri,
Sejak tahun 1970-an pemerintah sedangkan keluarganya ditinggal- . --~
.,.: ..,. .
memperbaiki prasarana transpor kan di desa.
yang menghubungkan desa dengan
kota, maka pola mobilitas penduduk

46 Forum Geografi No. 19Th. XI De~ember 1996


MOBILITAS PENDUDUK maupun tidak. Batas -dua hari
adalah untuk membedakan dengan
Mobilitas penduduk horisontal penglaju/ulang alik dan batas enam
atau geografis merupakan gerakan bulan untuk membedakan migrasi
penduduk yang melintasi batas menetap, sedangkan ciri migran
wilayah tertentu dalam perio'de sirkuler adalah masih tercatat seba-
waktu tertentu (Mantra, 1980). gai penduduk daerah asal.
Batas wilayah pada umumnya Pada umumnya teori, model dan
dipergunakan batas administrasi pendekatan tentang mobilitas pen-
misalnya - propinsi, kabupaten, ke- duduk mempunyai sudut pandang
camatan, kelm;ahan, pedukuhan. yang berbeda, tetapi terdapat unsur
Mobilitas permanen disebut juga yang sama yaitu mobilitas horison-
migrasi penduduk, merupakan per- tal, berdasarkan paradigma geo-
pindahan penduduk dari wilayah grafis. Adapun kesamaan dalam
sa tu ke wilayah lain dengan maksud fenomena penduduk adalah: tiap
menetap di daerah tujuan. Se- orang mempunyai kebutuhan dan
dangkan mobilitas non permanen aspirasi yang harus dipenuhi dan
merupakan gerakan penduduk dari apabila tidak terpenuhi di daerah
wilayah satu ke wilayah lain dengan asal, maka m ungkin akan pergi ke
tidak ada niat menetap di daerah daerah lain untuk memenuhi kebu-
tujuan. Macam bentuk mobilitas tuhan dan aspirasi tersebut .

non permanen misalnya: mobilitas Disamping itu tiap orang bergerak
ulang- alik; periodik; musiman. dari daerah yang mempunyai nilai
Menurut Shrylock dan Siegal kefaedahan (place utility) yang ren-
dalam Sakur (1988) menyatakan, dah ke daerah yang mempunyai
gerakan penduduk terdiri dari se- nilai kefaedahan yang tinggi (Man-
jumlah dimensi yaitu migrasi (gerak tra, 1978).
penduduk permanen), sirkulasi Migrasi desa kota erat hubung-
(gerak penduduk temporer), dan annya dengan modernisasi pem-
ulang alik (gerak penduduk harian). bangunan, pendapat Zelinsky
Menurut Zelinsky (1971), sirkulasi bahwa migrasi merupakan salah
dan ulang alik termasuk dalam apa satu proses didalam tahap mo-
yang disebut circulation. Ulang alik dernisasi. Modernisasi pembangun-
merupakan gerak berulang setiap an tidak saja menarik penduduk
hari antara tempat tinggal dan tern- dari daerah l3.in, tetapi juga akan
pat tujuan, sed~'1gkan sirkulasi .. mempertinggi niat penduduk
merupakan gerak bu:::elang dan daerah itu untuk bermigrasi. Menu-
dalam jangka waktu tertentu. Su- rut Jones (1976) hal ini disebabkan
~#" r.
narto (1991), menyatakan jangka meningkatnya pendidikan dan • •• •

... --··~
waktu tersebut minimal 2 hari dan sarana transportasi dan komuni- -,:./
maksimum 6 bulan, pulang ke kasi.
daerah asal baik secara teratur

Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996 47

,.
- -- - - - - - -- ----

Mabogunje (1970) melihat bah- Motivasi migran pada umumnya


wa kontribusi migran baru yang adalah motif ekonomi. Hasil sensus
berasal dari daerah yang sama de- penduduk 1990 menunjukkan bah-
nga n mereka terutama pada tahap wa migran yang menuju perkotaan
a wal d;ui mekanisme penyesuaian sejumlah 8.526 .027 oran g dan
diri terhadap daerah tujuan. Dalam menuju daerah pedesaan sebesar
proses migrasi berantai ini maka 6.253.719 orang. Pada umumnya
makin lama jumlah migran ke migran yang menuju ke daerah
wilayah tujuan akan meningkat. pedesaan adalah para transmigran
Migrasi dari desa ke kota menu- dan migran spontan dimana aktivi-
rut Mabogunje berpengaruh ter- tas mereka pada umumnya pada
ha dap kota dan desa. Pengaruh sektor pertanian. Sedangkan mi-
terhadap kota dapat berupa redis- gran yang aktivitasnya pada sektor
tribusi penduduk, perluasan wi- non pertanian umumnya menuju ke
layah kota sedangka!l ter hadap daerah perkotaan (Mantra, 1993).
desa yaitu perubahan sistem berco- Motivasi migran adalah mo-
cok tanam, bentuk penggunaan tif ekonomi juga sesuai dengan pen-
tempat tinggal dan perubahan pe- dapat Todaro (1977), menyatakan
rilaku. Terserapnya migran dalam bahwa motif utama migrasi adalah
lingkungan kota dalam hal peker- pertimbangan ekonomi yang rasi-
jaan maupun tempat tinggal tidak onal. Selanjutnya dijelaskan bahwa
terlepas dari bantuan migran pen- ada dua harapan seseorang mening-
da hulu. Keberadaan kawan atau galkan desa pergi ke kota yait-u:
keluarga di daerah tujuan meru- harapan untuk mendapat pekerj aan
paka n faktor penarik (pull factor) di tempat yang baru di kota; ha-
sehingga dapat meningkatkan mi- rapan untuk mendapat pendapatan
gran potensial untuk meninggalkan yang lebih tinggi di daerah tuj.uan
kampung halaman (meningkatkan (kota).
migran berantai). Menurut Sunarto (1991) tujuan
Weshe dalam Sugiyanto (1986) utama migrasi sirkuler adalah un-
menyatakan, meningkatnya volume tuk mencari t ambahan nafkah. La-
migrasi disebabkan oleh beberapa han pertanian yang menjadi an-
faktor , yaitu: perbaikan sarana dalan hidup sekeluarga tidak men-
transportasi, naiknya mobilitas cukupi untuk kebutuhan hidup se-
sosial, bertambahnya tekanan pen- hari-hari. Hal ini disamping dise-
duduk, sem"akin melebarnya pe- babkan oleh pemilikan lahan per-
misah antara daerah maju dengan tanian yang sempit, kurangnya la-
daerah terbelakang. Kesimpulan pangan pekerjaan di luar pertanian,
yang dapat diambil dari keempat besarnya jumlah penduduk meng- .- :·, ~

fa ktor tersebut adalah bahwa akibatkan tekanan penduduk ter-


keadaan sosial ekonomi mendorong ha.~a_p lahan san~a~ besa r _(~en­
ora ng melakukan mobilitas. cap-at 6,31). Hal 1m berart1 Jauh

4& Foorum Geografi No. 19-Th. XI Disember 1996


melampui batas kritis daya tam- bilitas penduduk di 14 desa di Jawa
pung terhadap jumlah penduduk Barat, Mantra (1978) melakukan
yang ada. penelitian di dua dukuh yaitu Piring
dan dukuh Kadirojo, Sunarto (1988)
melakukan penelitian di desa sodo
FAKTOR-FAKTOR YANG MEM- dan Mulusan Kabupaten Gunung
PENGARUHI MOBILITAS Kidul dan sebagainya.
SIRKULER Penelitian Hugo pada garis be-
sarnya adalah mengenai jarak an-
Mobilitas penduduk merupakan tara daerah asal dengan daerah
suatu bukti bahwa manusia hidup tujuan, lama tinggal di kota, waktu
selalu dinamis. Mobilitas dilakukan bermigrasi, segi sifat migran secara
demi memenuhi kebutuhan hidup demografis maupun sosial ekono-
dalam mencapai kepuasan, adapun mis . Menurut Hugo, migrasi
cara yang dilakukan untuk menca- sirkuler tidak dapat dilepaskan dari
pai kepuasan itu melakukan mobili- siklus pertanian, karena itu migrasi
tas permanen maupun non per- sirkuler disebut sebagai migrasi
manen. musiman, karena erat kaitannya
Dari data sensus penduduk da- dengan volume mobilitas sirkuler
pat memberikan informasi kepada yang sangat bervariasi sepanjang
kita tentang mobilitas penduduk tahun. •
yang terjadi di Indonesia, tetapi in- Mantra (1978) juga mempelajari
formasi tentang mobilitas sirkuler sifat-sifat migran sirkuler, tujuan
tidak diperoleh dari data sensus utama melakukan migrasi sirkuler,
tersebut. Hal ini disebabkan data sarana transportasi daerah tujuan
t enta ng mobilitas penduduk pada dan waktu bermigrasi. Pendapat
sensus penduduk adalah mobilitas Mantra adalah volume migrasi erat
yang permanen atau migrasi. Mi- kaitannya dengan musim. Pada l;lu-
grasi adalah perpindahan pen- lan April sampai September intensi-
duduk dari satu wilayah ke wilayah tas migrasi sirkuler umumnya
lain (batas wilayah administratif sangat tinggi, karena pada masa itu
adalah propinsi) dengan maksud sedang tidak ada pekerjaan di
mene tap di daerah tujua n. Untuk sa wah.
mendapatkan data tentang mobili- Mayori ta s migran Indonesia
tas sirkuler dapat diperoleh dari be rasa] rl an pedesaan, sehingga
berbagai hasil !Jeh-:-litian. Sampai menyebabkan usaha mereka dalam
saat ini cukup banyak penelitian mencari pekerjaan baru juga dise-
mengenai mobilitas sirkuler yang suaikan dengan basis pengalaman
terjadi di Indonesia . Beberapa di pedesaan.
pene litian tentang mobilitas Everett Lee (1984) menyatakan
sirkuler antara lain: Hugo (1975) bahwa terdapat faktor-fakto»h. ang
dalam penelitiannya tentang mo- mempengaruhi seseorang dalam

Forum Geografi No. 19Th. X/ Desember 1996 49


mempengaruhi seseorang dalam kota cenderung memilih mobilitas
mengambil keputusan bermigrasi, sirkuler.
yaitu : faktor yang terdapat di Dari hasil penelitian Mantra
daerah asal; faktor yang terdapat di (1978) dan penelitian Hugo (1975)
daerah· tujuan; penghalang antara menunjukkan adanya konflik dua
dan faktor induvidu. Pada masing- kekuatan ini. Kurangnya kesem-
masing daerah terdapat faktor-fak- patan kerja di bidang pertanian, dan
tor yang menarik seseorang untuk non pertanian serta terbatasnya
tidak meninggalkan daerah terse- fasilitas pendidikan yang ada, men-
but (faktor positif) dan faktor yang dorong penduduk untuk pergi ke
menyebabkan seseorang untuk daerah dimana kesempatan kerja
meninggalkan daerah (faktor nega- terdapat. Selanjutnya Mantra me-
tif). Disamping itu terdapat faktor nyatakan bahwa, hal-hal yang
yang pada dasarnya tidak ada peng- mengikat penduduk untuk tetap
aruhnya, faktor ini disebut faktor tinggal di desa adalah:
nol. Diantara faktor tersebut, ter- Pertama, jalinan persaudaraan
nyata faktor individu merupakan dan kekeluargaan diantara warga
faktor yang sangat menentukan di desa sangat erat. Eratnya hu-
dalam pengambilan keputusan un- bungan ini terutama terE~c.tt dian-
tuk pindah. tara sanak keluarga dan keluarga
Migran cenderung untuk me- dekat. Kedua, sistem gotong royong
milih tempat terdekat sebagai pada masyarakat pedesaan Jawa
daerah tujuan. Ada beberapa rna- sangat erat pula. Tiap-tiap w ~~ ga
cam penyebab mengapa mobilitas desa merasa mempunyai tugas
sirkuler lebih banyak terjadi diban- moral untuk saling membantu.
dingkan dengan yang menetap. Ketiga, penduduk sangat terikat
Faktor yang mempengaruhi yaitu pada tanah pertanian, pem.ilik
adanya kekuatan sentripetal dan tanah di pede sa an mempunyai
sentrifugal yang hampir sama kuat; status ·yang lebih tinggi, mereka
perbaikan dalam transportasi dan enggan meninggalkan tanah
kesempatan kerja di sektor informal miliknya apalagi tanah warisan.
lebih besar daripada di sektor for- Keempat, penduduk sangat terikat
mal (Mantra, 1985). pula kepada desa dimana mereka
Akibat adanya pertentangan dua dilahirkan.
kekuatan sentripetal (mendorong Dengan melihat dua kekuatan
penduduk \ 1tuk meninggalkan tersebut, maka terdapat konflik
daerahnya) dan kekuatan sentri- yaitu untuk tetap tinggal di desa
fugal (kekuatan yang mengikat pen- dengan keterbatasan ekonomi
duduk untuk tetap tinggal di dae- mereka dan terbatasnya pendidikan
rahnya) yang hampir sama, menye- mereka ataukah berpindah ke
babkan migran yang telah memu- d~e ah lain dengan meninggalkan
tuskan untuk mencari pekerjaan di tariah pertanian mereka. Dengan

50 Forum Geografi No. 19Th. XJ Desember 1996


adanya konflik tersebut maka jika negara-negara Amerika Serikat dan
mereka melakukan mobilitas, maka Eropa Barat. Hal ini sebagai akibat
mereka akan menjatuhkan pilihan sebagian besar dari pendatang/mi-
melakukan mobilitas sirkuler un- gran bekerja di sektor informal de-
tuk mengatasi dua kekuatan sen- ngan upah yang rendah. Tingginya
tr ipetal dan sentripugal yang sama biaya hidup di daerah tujuan (kota)
kuat tersebut. Kecenderungan mi- da n rendahnya pendapatan mereka
gran memilih tempat yang terdekat di kota menyebabkan keluarganya
sebagai daerah tujuan, juga dilatar- tetap bertempat tinggal di desa.
belakangi karena adanya perten- Pendapat Sunarto pada peneli-
tangan antara kekuatan sentripetal tian di desa Sodo dan Mulusan,
dan sentrifugal. Pertentangan kabupaten Gunung Kidul me-
tersebut menimbulkan kompromi nyatakan bahwa, migran sirkuler ti-
keluarga mereka tetap tinggal di dak pernah menimbulkan masalah
desa, dan untuk memenuhi kebu- pengangguran di kota sebab mereka
tuhan di desa peranan remitan dan segera memperoleh pekerjaan. Ren-
pengelolaan secara bijaksana akan dahnya pendidikan, pengalaman,
menetukan terwujudnya kesejah- dan ketrampilan serta keterikatan
teraan keluarga migran. mereka pada daerah asal meng-
Perbaikan transportasi men- akibatkan tidak banyak pilihan
dorong para migran sirkuler yang pada lapangan pekerjaan. Ciri
sebelumnya mondok di daerah tu- utama pekerjaan migran sirkuler di
juan, tetapi setelah jalan yang daerah tujuan adalah tidak terikat
menghubungkan desa dengan kota oleh waktu, karena itu mereka ba-
sudah diperbaiki dan adanya ken- nyak berlindung di sektor informal.
daraan yang melalui jalan terse but, Mobilitas geografis migran sirkuler
maka banyak para migran memilih cukup tinggi. Mereka m udah pindah
nglaju. Dengan adanya perbaikan tempat tinggal bekerja sekalipun
sarana transpor dan adanya sarana dengan alasan non ekonomis yang
angkutan yang relatif murah sederhana. Di pihak lain, mobilitas
menyebabkan perubahan bentuk pekerjaan adalah rendah, karena
mobilitas penduduk dari mondok itu usaha mereka bersifat statis dan
menjadi ulang aliklnglaju. sulit berkembang.
Terbatasnya kesempatan kerja
di desa dan adanya te ka nan pen-
duduk yang tin ~gi, menyebabkan REMf fAN
mereka mencari p :: kerjaan di
daerah lain. Menurut Suharso Arti remitan pada mulanya
dalam Mantra (1985) proses ur- adalah terbatas pada pengiriman
banisasi di Indonesia tidak diikuti uang ke des a, tetapi kern udian
dengan terjadinya perluasan la- berkembang lebih luas menjadi
pangan pekerjaan di kota seperti di bukan saja uang melainka~ juga

Forum Geografi No. 19Th. XI Deseniber 1996 51


- - - --

barang-barang bahkan juga ide-ide ekonomi mereka ikut mi-


yang dikirim atau yang dibawa mi- gran ke kota bersama
gran ke daerah asal. suam1.
John Connell membedakan remi- Tipe 2: arus remitan dari istri
tan menjadi dua macam, yaitu: inre- untuk suami dan anak,
mittance dan outremittance. kakek dan nenek di desa.
lnremittance adalah pengiriman Tipe 3 : anak tertua migran dan
atau pemberian uang atau barang arus remitan da ri anak
dari migran ke daerah asal, se- tertua dipakai oleh orang
dangkan outremittance adalah tua, kakek dan nenek
pengiriman atau pemberian uang yang ada di desa.
atau barang dari daerah asal Tipe 4 : orang tua migran, arus
kepada migran (Connell, 1974). remitan dipakai oleh
Outremittance biasanya diberikan anak tertua dan saudara-
dari keluarga di daerah asal pada saudara.
migran yang belum berhasil di Tipe 5 : keluarga inti, migran, arus
daerah tujuan. remitan oleh kakekl nenek
Remitan tidak hanya terbatas dan saudara-saudara.
pada pengiriman uang dan barang Curson dalam Populati on Geo-
seperti dimaksud Curson (1981), graphy vol. 3 june-Dec 1981, me-
tetapi juga transfer pengetahuan,
pengalaman, jasa, gagasan dari mi-
.
nyatakan tujuan remitan adalah:
1. Untuk dukungan/sokonga n
gran untuk daerah asal mereka. keluarga.
Tujuan remitan adalah untuk Sebagian besar remitan diper-
dukungan kelangsungan keluarga, siapkan untuk mendukung
tata cara siklus kehidupan ke- sanak keluarga/sanak famili di
luarga, pengembalian hutang, saku daerah asal.
perjalanan/tiket yang dibayar, un- 2. Untuk upacara/peringatan si-
tuk mandiri dan investasi . Pe- klus kehidupan kelu arga.
makaian remitan yang tidak tepat Peringatan seperti: kelahiran,
akan merugikan masyarakat, mi- kematian, perkawinan, pada
salnya untuk komsumsi yang berle- saat ini arus remitan mengalir
bihan. Sebaliknya jika penggunaan tinggi di daerah asal.
remitan secara tepat, maka sangat 3. Untuk membantu migran po-
menunjang pembangunan keluarga tensial.
sejahtera :·· Tujuan penting lainnya dari re -
Pola remitan oleh Curson ada be- mitan adalah memberi bantuan
berapa tipe, yaitu lang sung ~epada migran paten-
Tipe 1 : arus remitan dari suami sial misal:\mengirim uang un- . ,.•

dipergunakan oleh istri tuk ongkos perjalanan. ·


dan anak-anaknya, sete- 4. Pengembalian hutang-hutang.
lah sewa tercukupi secara G)

52. Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996


Misalnya untuk ongkos yang bawah , kesejahteraan telah di-
dipinjam sewaktu berangkat rasakan meningkat kalau penda-
ke daerah tujuan. patan rumah tangga migran
5. Untuk investasi sirkuler juga meningkat. Hasil
Beberapa migran menyalurkan penelitian Sunarto melakukan uji
kembali uarignya untuk tujuan beda rerata terhadap pendapatan
investasi untuk persiapan sebelum d an setelah remitan
masa tua, untuk membangun diperhitungkan. Nilai rerata penda-
rumah, membeli tanah. patan rumah tangga migran
6. Rencana hari tua/pensiun sirkuler yang kawin sebelum dan
Hal ini dilakukan migran yang remitan diperhitungkan masing-
akan kembali ke daerah asal masing sebesar Rp 61.270,00 dan Rp
pada masa tua, mereka memer- 106.500,00. Dengan nilai t = -14,94,
lukan ongkos/biaya untuk pu- maka perbedaan rerata ini sangat
lang ke daerah asal. signifikan dengan taraf keper-
cayaan 0 persen. Di lain pihak, nilai
rerata pendapatan rumah tangga
DAMPAK MOBILITAS migran sirkuler bujangan sebelum
dan setelah diperhitungkan masing-
Dampak mobilitas penduduk ter- masing sebesar Rp 61.090,00 dan
hadap daerah asal bervariasi. Dam- Rp 93.100,00. Dengan nilai•t =-8,25.
pak mobilitas penduduk dapat Maka perbedaan rerata ini juga sa-
bersifat positif dan negatif. Ber- ngat signifikan pada taraf keper-
dasarkan penelitian Mantra (1981) cayaan 0 persen. Kesejahteraan ini
menyimpulkan bahwa mobilitas ternyata tidak hanya dirasakan
keluar dari desa asal berdampak po- keluarga migran sirkuler, tetapi
sitif terhadap kondisi sosial eko- juga masyarakat luas.
nomi daerah asal. Adanya pendu- Disamping itu dampak migrasi
d uk yang pergi ke lain daerah (kota) sirkuler terhadap pengelolaari la-
menimbulkan terjadinya remitan han pertanian adalah berdampak
terutama mengalirnya uang, positif sehingga menaikkan pro-
barang, ide-ide baru yang dibawa duksi pertanian. Lahan pertanian
pelaku mobilitas dari daerah lain ke yang relatif sempit cukup diker-
daerah asal. jakan oleh tena ga kerja yang masih
Dampak beboro/melakukan mi- tersedia rii desa, dan pada musim
grasi sirkuler ad::..:c...h menimbulkan sibuk di ladang mereka pulang ke
dampak positifyang besar terhadap desa. Remitan dapat mencegah ter-
daerah asal. Makin besar yang be- jadinya penggandaian lahan per-
boro, makin besar remitan yang tanian, bagi migran lahan pertanian
dibawa pulang. Selanjutnya di- mempunyai nilai yang tinggi seka-
katakan bahwa bagi penduduk yang lipun produksinya rendah. ("Keber-
~
berasal dari masyarakat papan hasilan migran sirkuler misalnya:

Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996 53


banyak migran yang membeli lahan pak negatif ini dapat dikurangi jika
pertanian di wilayah desa lain, se- mobilitas yang dilakukan adalah
lain itu migran mempunyai respon mobilitas sirkuler. Hal ini dise-
yang tinggi terhadap pembaharuan babkan pelaku mobilitas sirkuler
di bidap.g pertanian. masih dapat melakukan berbagai
Remitan menurut hasil peneli- kegiatan di desa asal ketika mereka
tian ini berpengaruh positif ter- pulang.
hadap daerah asal, dalam hal:
meningkatkan kesejahteraan ru-
mah tangga; sebagai penyangga ke- KESIMPULAN
hidupan sosial; memperbaik i
agihan ketimpangan pendapatan; Faktor yang menyebabkan ter-
memperbaiki cara pengelolaan la- jadinya mobilitas sirkuler adalah
han dan dapat memperbesar vo- faktor sentripetal dan sentrifugal
lume peredaran uang di desa. yang hampir sama. Konflik ini da-
Penelitian Mantra di dua dukuh pat diatasi dengan melaksanakan
di Yogyakarta menyatakan bahwa, mobilitas sirkuler sebagai kom-
besarnya remitan bervariasi, ter- promi antar a tetap tinggal di desa
gantung pada besarnya pendapatan atau pindah ke daerah lai~1. Disam-
migran di kota, status kawin, dan ping itu mahalnya biaya hidup di
biaya hid up di kota. Frekuensi remi- kota tidaklah mungkin seluruh
tan migran menetap lebih bersifat keluarga migran diajak tinggal di
insidental, yaitu pada hari-hari ter- kota. Keluarga yang tingga di desa
tentu seperti Idhul Fitri atau Nya- dapat mengerjakan lahan per ta nian
dran yang diberikan langsung pada mereka, migran yang mondok di
orang tua, saudara pada saat kota sendirian biasanya dapat
mereka berkunjung. menghemat biaya hidup mereka.
Hasil penelitian Sakur (1988) di Tujuan utama melakukan mo-
daerah Nguter Sukoharjo tentang bilitas . adalah didorong motif
mobilitas penduduk dan remitan ekonomi yaitu meningkatkan pen-
adalah: sebagian besar (53,6%) re- dapatan untuk dibawa pulang seba-
mitan digunakan untuk biaya gai remitan. Dampak mobilitas
pendidikan sehingga banyak meng- sirkuler adalah : dapat meningkat-
hasilkan sarjana terutama dari ber- kan keadaan sosial ekonomi
jual jamu . . Rata-rata remitan keluarga, seperti meningkatkan
sebesar Rp.18.600,00 per bulan. pendapatan keluarga sehingga da-
Hilangnya tenaga potensial dari pat meningkatkan kesejahteraan
desa dipandang sebagai dampak ne- keluarga; meningkat pendidikan,
. ,.•
gatif dari migrasi keluar terhadap
daerah asal. Biasanya kelompok mi-
pengetahuan di bidang pemba-
ngunan termasuk pembangunan di .
gran itu terdiri dari golongan muda hiAang pertanian .
dan terdidik, namun demikian dam- .j

54 Forum Geografi No. 19Th. X/ Desember 1996


Dampak positif mobilitas sir- daerah tandus, dan kesempatan
kuler terhadap daerah asal perlu kerja terbatas baik di bidang per-
ditingkatkan, maka migran sirkuler tanian maupun non pertanian.
sangat dibutuhkan terutama untuk

DAFTAR PUSTAKA

Curson, P., 1981, Remittances and migration: the commerce of movement,


Journal of Population Geography, 3 (1-2) June-December.
Lee, Everett$., 1984, 8uatu Teori Migrasi, Diterjemahkan oleh Hans Daeng,
Pusat Penelitian Kependudukan, UGM, Yogyakarta.
Mabogunje, A.L., 1970, System Approach to a Theory of Rural Urban Migra-
tion, Geography Analysis 2.
Mantra, I.B., 1978, Circular Migration and Regional Development, A Case
Study of Two Dukuh in Yogyakarta Special Region, The Indonesian
Journal of Geography Vol. 10, Number 40, December.
_ _ _ , 1985, Pengantar 8tudi Demografi, Nurcahaya, Yogyakarta.
Sakur, 1988, Mobilitas Penduduk dan Remitan: Studi kasus di Desa Nguter,
Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Tesis 82, Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Sunarto H.S., 1991, Dampak Migrasi Sirkuler Terhadap Desa Asal 'Migran,
Populasi No. 2 Vol. 2, Pusat Penelitian Kependudukan UGM,
Yogyakarta.
Sudibia I.K., 1985, Mobilitas Penduduk dan Sumbangannya Terhadap Penda-
patan Rumah Tangga Migran di Daerah Asal. Sebuah Study kasus
di desa Mengwi, Kabupaten Badung, Bali. Tesis 82, Pasca Sarjana
UGM, Yogyakarta.

Forum Geografi No. 19 Th. X/ Desember 1996 55


PETA BAHAYA GEOMORFOLOGIK SEBAGAI SALAH SATU
MASUKANBAGIPERENCANAANTATARUANG

Oleh: Taryono

ABSTRACT
•'
In the planning of spatial lay-out oriented to environmental concept, it
requires the information input connecting with the condition of local environt.
This condition constitutes the features characteristic of the living space which
consist of natural and social environment.
One of the _natural environment elements, needed to the spatial lay-out
planning, is the dynamic geomorphology. the process of the dynamic is some-
times accelerated and increased by natural and anthropogenic factors .. The
abnormality in both acceleration and the increase will cause a natural disaster,
which is based on the landscape approach it is called the geomorphologic
hazard.
In connection with such event thematic map of geo:o;wrpholog1c hazard
describes the disaster susceptibility of an area. The geomorphologic hazard
map is an output map whose information is obtainable from thematic map
connecting with population, land use, topography, geomorphology, rainfall ,
hydrological data and slope classification. Both land use and population maps
describes the anthropogenic factors .
The role of the geomorphologic hazard map, in the planning of spatial lay-out
and environmental management, i.e.; preventive, represive, rehabilitative and
serves as the basis for interpretation and management of living spere.
By putting geomorphologic hazard into map compilation of spatial lay-out
(cultural and non cultural area map) a footstep advance is the reached to
guarantee human security and their treasures, and human well-being as an
integral part of human living prosperity.

INTI SARI

Dalam merencanakan tata ruang berwawasan lingkungan diperlukan in-


formasi masukan ("input information") mengenai kondisi lingkungan setem-
pat. Kondisi lingkungan tersebut diperoleh dari sifat unsur-unsur lingkungan . ·'
hidup yang terdiri atas unsur lingkungan alam dan unsur lingkungan sosial. : ,_to\

Salah satu bagian dari unsur lingkungan alam yang diperlukan dalam
perencanaan tata ruang adalah bentuklahatt(geomorfologi) yang mempunyai

56 Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996


sifat dinamik. Dinamika bentuklahan ini kadang-kadang atau relatif sering
dipercepat dan diperbesar oleh faktor alam dan faktor antropogenik. Per-
cepatan dan perbesaran dinamika bentuklahan yang tidak normal bisa meru-
pakan bencana alam, yang didasarkan atas pendekatan bentanglahan, disebut
bahaya geomorfologik (geomorphological hazard). Dalam kaitan ini peta ba-
haya geomorfologik menggambarkan kerentanan bencana alam di suatu
daerah.
Peta bahaya geomorfologik adalah suatu peta keluaran (out map) yang
diperoleh dari perpaduan antara peta penduduk, peta penggunaan lahan, peta
topografi, citra penginderaan jauh, peta geologi, peta geomorfologi, peta curah
hujan, data hidrologi, dan peta kelas lereng. Peta penggunaan lahan meng-
gambarkan hasil dari faktor antropogenik, dan peta atau informasi tentang
kependudukan menggambarkan faktor antropogenik.
Peranan peta bahaya geomorfologik bagi perencanaan tata ruang dan
pengelolaan lingkungan adalah : peranan preventif, peranan represif, peranan
rehabilitatif, sebagai dasar penaksiran kerusakan lingkungan, dan sebagai
dasar bagi pengelolaan lingkungan hidup .
Dengan dimasukkannya peta bahaya geomorfologik kedalam pembuatan
peta tata ruang (peta kawasan non budidaya dan budidaya), maka terjadilah
kemajuan setapak dalam menjamin keamanan manusia dengan harta ben-
danya dan kenyamanan hidup manusia sebagai bagian dari kesejahteraan
hidup manusia.

PENDAHULUAN daya tersebut telah disepakati pen-


tingnya aspek bencana alam seba-
Dalam tahun 1988 telah berhasil gai masukan dalam perencanaan
disusun draft Penetapan Kawasan tata ruang. Tetapi sampai kepada
Non Budidaya Nasional, yang di- penentuan kriteria penetapan
tuangkan dalam Peta Kawasan Non kawasan non budidaya dan budi-
Budidaya skala 1 : 250.000 meliputi daya yang kern udian dituangkan
seluruh daratan Indonesia. Draft dalam Peta Kawasan Non Budidaya
tersebut , pada sa a tnya , akan dan Budidaya skala 1 : 250.000
ditetapkan menjadi Keputusan tersebut tali, kriterium bencana
Presiden tept -:_ n g Penetapan ·· alam belum dimasukkan.
Kawasan Non Budidaya dan Budi- Bencana alam mencakup gempa
daya. bumi, letusan gunung api, banjir
Da lam salah satu pertemuan dan kekeringan, yang bisa mengan-
dalam rangka memproses pe- cam keselamatan manusia, makh-
nyusunan ( draft ) Penetapan luk hidup lainnya dan har~ benda
Kawasan Non Budidaya dan Budi- serta sumberdaya binaan:-' Untuk

Forum Geografi No.19 ThJC/ Desember 1996 57


memudahkan pemaduan, dalam BAHAYA GEOMORFOLOGIK
arti kompatibilitas, berbagai infor-
masl masukan unsur -unsur Geomorfologi adalah ilm u yang
lingkungan bagi penyusunan peta mendalami bentuklahan yang mem-
tat a r~ang . (Peta Kawasan Non bentuk permukaan bumi, baik di
Budidaya dan Budidaya), maka as- atas maupun di bawah permukaan
pek bencana alam perlu digam- laut dan menekankan pada genesis
barkan secara keruangan (spatial dan perkembangannya ser ta kon-
context) dengan menentukan batas- teks dengan lingkungan (lokakarya
batas luasannya. Penarikan batas Terbatas Geomorfologi, tanggal21-
1uasan bencana alam yang paling 22 Agustus 1988, di BAKOSUR-
mudah, jelas dan langsung mem- TANAL).
punyai kaitan dengan tata ruang/ Kata-kata terakhir dari definisi
tata guna lahan, adalah berdasar- geomorfologi terse but tadi yang ber-
ka n bentuklahan. Jenis, sifat dan bunyi: "konteks dengan lingkungan-
agihan (distribusi) bentuklahan nya", mencakup pengertian atau
disajika n dalam peta geomorfologi. aspek keruangan (Spatial aspect).
Bentuklahan secara dakhil (in- Geomorfologi dapat diterapkan
ternal) mempunyai sifat dinamik. dalam bidang survei dan t elaah
Dinamika bentuklahan bisa diper- lingkungan, baik diarahkan pada
cepa t dan diperbesar oleh kekuatan- alam secara umum ma upun pada
kekuatan alam dan faktor antro- bencana alam tertentu seperti long-
pogenik , yang jika tidak dapat sorlahan (landslides), longsorb?~ u
dikendalikan akan menjadi bencana dan laju (avalanches), gempabumi,
alam. volkanisme, lahan ambles (land sub-
Dilihat secara geomorfologik, sidence), banjir, dan kekeringan
bencana alam ini bisa disebut ba- (Verstappen, 1983).
haya geomorfologik (geomorpholo- Pendapat Verstappen tentang
gical hazard). penerapan geomorfologi dalam
Makalah ini mencoba membi- telaah lingkungan, khususnya ben-
carakan apa yang disebut bahaya cana alam seperti tersebut tadi, se-
geomorfologik, dampak bahaya geo- jalan dengan pengertian bahaya
morfologik terhadap lingkungan geomorfologik: "adalah peristiwa
hidup, peranan peta bahaya geo- yang terasa, baik disebabkan oleh
morfologik dalam perencanaan tata alam atau oleh manusia, yang
ruang, dan p emetaan bahaya geo- menimbulkan perubahan/penyim-
morfologik (geomorphological ha- pangan proses geomorfologik yang
zard mapping) . normal (lihat geomorfologi), yang
cukup merupakan ancaman ter- . '.~

hadap kehidupan dan harta benda.


B~aya ini biasanya menjurus pada
stialu peristiwa yang ekstrim, yang

58 Forum Geografi No. 19Th. Xi Desember 1996


bisa atau tidak bisa mencapai pun- lainnya . Misalnya dengan terja-
cak dalam suatu bencana atau dinya pembendungan suatu aliran
malapetaka (lihat juga avalanche, sungai, maka bisa terjadi danau
earth-flow, flood, landslide, mud- baru atau perubahan arab aliran
flow, rock-fall); (Whittow, 1988). , s ungai yang menyebabkan keke-
ringan a tau perubahan hidrologik di
daerah sungai di bawahnya.
DAMPAK BAHAYA GEOMOR- Perubahan bentanglahan yang
FOLOGIK TERHADAP LING- bisa mencakup daerah yang cukup
KUNGAN luas bisa menyebabkan tergang-
gunya atau rusaknya sumberdaya
Mengapa ada istilah bahaya geo- di suatu tempat, tetapi sebaliknya
morfologik, menurut hemat penulis bisa juga mempertinggi potensi
karena yang terlihat dan yang ter- lingkungan di temp at lain. Dampak
jadi adalah perubahan mendadak ikutannya tentu akan menimbul-
a tau perkembangan mendadak a tau kan kondisi lingkungan yang ber-
kerusakan bentuklahan termasuk beda daripada sebelumnya. Apakah
lerengnya . Bentuklahan adalah kondisi lingkungan baru ini sifatnya
merupakan permukaan bumi atau tetap a tau relatif cepat berubah lagi,
bentanglahan dimana di atasnya perlu diteliti dalam hubungannya
terdapat manusia dan atau makh- dengan pemindahan pendud\lk dan
luk hidup lainnya , sarana dan penataan ruang baru.
pra sarana , serta sumberdaya bi-
naan untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia baik basic needs PERANAN PETA BAHAYA
maupun higher needs. Dengan GEOMORFOLOGIK BAGI PE-
rusaknya bentuklahan, maka pada RENCANAAN TATA RUANG
umumnya rusak atau musnah pu- DAN PENGELOLAAN LING-
lalah apa saja yang terdapat di atas- KUNGAN
nya. Mengingat hal tersebut, sudah
sepantasnya daerah rentan bencana 1. Peranan Preventif
alam atau daerah rentan bahaya
geomorfologik tidak diperuntukkan Pemetaan daerah rentan ben-
kawasan budidaya. cana alam dengan pendekatan geo-
Bahaya geomorfoJogik kecuali morfologi fl isebut pemetaan bahaya
sebagai tenagP :--:rusak seperti dise- geomorfologik (geomorfological ha-
but tadi, dapat pui& berpengaruh zard mapping). Pendekatan geomor-
terhadap sumberdaya di daerah ber- fologi berarti menekankan peranan
sangkutan atau di daerah seki- bentuklahan dalam identifikasi; in-
tarnya. lni sesuai dengan hukum ventarisasi, dan evaluasi daerah
alam : perubahan suatu sumberdaya rentan bencana alam. ,..lfasil
dapat mempengaruhi sumberdaya kegiatan ini, sebagai infotmasi

Forum Geografi No.19 ThJ(J Desember 1996 59


suatu kondisi lingkungan di suatu mengetahui ada atau tidaknya
tempat, dipakai untuk mengambil adanya kemungkinan timbulnya
tindakan preventif. lnformasi untuk bahaya berantai. Derita bencana
mengambil tindakan preventif alam tersebut diklasifikasi menjadi
berupa hasil penaksiran (assess- berat, sedang, ringan; atau sangat
ment) luas dan keterikan (intensi- berat, berat, sedang, ringan, sangat
tas) bahaya geomorfologik. Untuk ringan, tergantung antara lain
menentukanjenis langkah atau tin- data yang tersedia dan keadaan
dakan berjaga-jaga, berdasarkan dae-rahnya.
taksiran luas dan keterikan bahaya Hasil penaksiran adanya ke-
geomorfologik di suatu temp at, yang mungkinan timbulnya bahaya be-
antara lain berupa penentuan rantai dipakai sebagai tindak lanjut
kawasan non budidaya dan budi- berantai antara lain memindahkan
daya, bahaya geomorfologik terse- penduduk dan penyelamatan
but diklasifikasi mepj adi berat, sarana dan prasarana (sumberdaya
sedang, ringan; atau sangat berat, binaan) di daerah yang mungkin
berat, sedang, ringan, sangat rin- akan terlanda bencana berantai.
gan. Hal ini tergantung antara lain Jadi tampak ada hubungan atau
data yang tersedia dan keadaan langkah atau tindakan tim!:::a~-balik
daerahnya. Jadi dalam rangka antara peranan preventif dan pe-
mengambil tindakan preventif ter- tanan represif.
hadap daerah rentan bencana alam,
informasi tentang bahaya geomor-
fologik berfungsi sebagai isyarat 3. Peranan Rehabilitatif
dini (early warning signals) bagi
perencanaan tata ruang atau Hasil evaluasi peranan represif
pemintakatan (zoning) ruang ber- yang berupa klasifikasi bencana
dasarkan kondisi/karakteristik geo- alam dan adanya kern ungkinan tim-
grafi setempat. bulnya bahaya berantai tersebut
tadi, dipakai sebagai dasar untuk
mengambil tindakan rehabilitasi.
Setelah terjadi bencana alam
2. Peranan Represif mungkin timbul atau terjadi ben-
tuklahan baru berarti bentanglahan
Pemetl:j.,an daerah yang telah di- (landscape) baru. Mau diapakan
landa bencana alam dengan pen- bentanglahan baru itu? Ambilah
dekatan geomorfologi adalah untuk pendekatan dialektik! Pendekatan
mengetahui kondisi lingkungan ini adalah suatu analisis lingkung- . '~.

pasca bencana alam. Pemetaan ini an yang diarahkan pada "penem uan .- ·~ -
.'
dimaksudkan untuk mengetahui kemungkinan pemanfaatan ling-
luas dan intensitas bencana alam ~ngan" ("environmental opportu-
yang sudah terjadi dan juga untuk nities"). Maksud pendekatan m1

60 Forum Geografi No. 19Th. X/ Desember 1996


adalah suatu analisis lingkungan Penaksiran kerusakan lingkung-
untuk menemukan potensi alam an terdiri atas dua hal: fisik dan
yang belum terpengaruh oleh faktor sosial. Penaksiran fisik mencakup
antropogenetik (potensi inertial) unsur-unsur geoekologi atau beo-
baru yang mungkin dapat memberi- geofisik, dan penaksiran sosial men-
kan manfaat bagi berbagai kegiatan cakup unsur-unsur sosial-ekonomi
dan bagi daerah lain. dan sosial-budaya.
Pemikirin tersebut berlan-
daskan "falsafah" : kita jangan
melawan alam sebaliknya carilah . 5. Sebagai Masukan Bagi
kemungkinan-kemungkin an me- Pengelolaan Lingkungan
manfaatkan alam yang bagai- Hid up
manapun bentuk dan sifatnya.
Pengelolaan lingkungan hidup,
menurut Undang-Undang Republik
4. Sebagai Dasar Penaksiran Indonesia Nomor 4 Tahun 1982 ten-
Kerusakan Lingkungan tang Ketentuan-ketentuan Pokok
(Environmental Demaga As- Pengelolaan Lingkungan Hidup,
sessment) adalah upaya terpadu dalam pe-
manfaatan, penataan, pemeli-
Berdasarkan "falsafah" tersebut haraan, pengawasan, p~ngenda­
tadi, dalam menaksir kerusakan lian, pemulihan, dan pengembang-
lingkungan kita jangan hanya an lingkungan hidup.
menaksir derita bencana alam saja, Langkah-langkah a tau tindakan
tetapi perlu menaksir pula ke- yang dikemukakan dalam butir 1.
mungkinan pemanfaatan lingkung- sampai dengan butir 4. t ersebut
an "baru" yang terjadi. Cara berfikir tadi tidak lain adalah dalam rangka
demikian ini, yaitu cara berfikir pengelolaan lingkungan hidup .
yang dialetik, merangsang kita un-
tuk bersikap "tegar" dalam meng-
hadapi bencana alam, tidak PEMETAAN BAHAYA GEO-
menyerah begitu saja atau merasa MORFOLOGIK
tidak bisa berbuat apa-apa lagi ter-
hadap bencana alam. Peta Daer ah Rentan Bencana
Dalam menaks ir k erusakan Alam at::~u !'eta Bahaya Geomor-
lingkungan, ter ~di;:'lD didalamnya ·"· fologik adalah suatu peta keluaran
"environmental opportunities", kita (output map) yang dibuat dari per-
memakai metode analisis mengenai paduan (analisis dan sintesis) peta-
dampak lingkungan (AMDAL). AM- peta dan data masukan (input maps
DAL tidak dalam rangka proyek, and input data). Proses pemetaan
tetapi AMDAL untuk bencana alam. ini adalah penerapan siste-Jl,l. infor-
masi geografi (S IG). Pe a /data

Forum Geografi No.19 Th.X/Dese-m ber 1996 61


-
masi geografi (SIG). Peta/data Pemaduan peta/data masukan
masukan yang diperlukan terdiri dalam rangka proses pemetaan
atas : citra penginderaan jauh (in- yang sekaligus menggambarkan
deraja), peta topografi, peta penggu- fungsi dan peranan masing-masing
naan lahan, peta penduduk, peta peta/data, digambarkan dalam ben-
geologi, peta geomorfologi, peta tuk hagan alir sebagai berikut :
curah hujan, peta hidrologi.

INPUT DATA/MAPS SEMI OUTPUT MAPS OUTPUT MAP PERANAN

1. peta penduduk } 1. informasi luas


2. peta penggunaan peta potensi (faktor) dan intensitas
la han antropogenik bencana alam
3. peta topografi peta bahaya 2. tindakan pre-
4. citra inderaja geomorfologik ventif
5. peta geologi 3. tindakan re-
6. peta geomorfologi peta potensi bencana presif
7. peta curah huja alam (inertial) 4. rehabilit asi
8. data hidrologi 5. penaksiran ke
9. peta kelas lereng rusakan ling-
kungan
. pengelolaan
lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Aca Sugandhy, 1987, Perencanaan Lingkung~n Berwawasan Lingkungan


Sebagai Alat Keterpaduan Pembangunan", Mahalah Konperensi PSL
VIJ"Wawasan Lingkungan Dalam Pembangunan", Ujung Pandang.
Ka rmono Mangunsukardjo, 1984, lnventarisasi Sumber Daya Lahan di Dae-
rah Aliran Sungai Serayu Tinjauan Secara Geomorfologis, Disertasi
Doktor Dalam Ilmu Geografi, UGM, Yogyakarta.
Sutikno, 1990, Bencana Alam, Mahalah Seminar, Fakultas Geografi Universi-
tasMuhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Ver tappen, 1983, Applied Geomorphological Survey, Diktat Dipersiapkan
Untuk Kursus di Bakosurtanal, Cibinong.
Zuidam, R.A. Van and F.I Va n Zuidam Cancelado, 1979, Terrain Analysis and . -· "-
Classification Using Aerial Photograph, lTC Texbook of Photo Inter- . ·~ -

pretation, Enschede.

62 Forum Geografi No. 19Th. X! Desember 1996


ANALISIS MODEL KETERSEDIAAN AIR
SUB DAS NGUNUT BENGAWAN SOLO HULU

Oleh: Dewi Liesnoor Setyowati

ABSTRACT

The aim of this research is, (1) formulating a model for water availability
in order to know the input-output process in Ngunut Sub Watershed, (2)
knowing the condition of water availability components for each land use, (3)
determining the best alternative landuse in Ngunut Sub watershed.
Data used in this research were mean rainfall and temperature in ten years,
water content in soil, groundwater flow , crop coefisien, landuse area, and the
agricultural production value.
There are 3 main outcomes of this reseach. The first one is in form of
software, concerning the water availability model in Ngunut Sub watershed.
The second outcome, for mixed plantation; infiltration, water storage, and
percolation had high values but surface runoff has a low value. For the rice-
field ; evapotranspiration has the highest value, with Interception, infiltration,
and water storage having low values. For the dry fields; interception had the
highest value. For the settlement; surface runoff had the biggest value. ~
.third outcome is that, the landuse changes from irrigated rice fields and <b-y
fields to form of mixed plantations, constitute the b.e st alternatives in the
spatial organization of Ngunut Watershed, whose values are high

INTI SARI

Tujuan penelitian ini, (1) menyusun model ketersediaan air untuk menge-
tahui proses input output Sub DAS Ngunut, (2) mengetahui kondisi komponen
ketersediaan air pada setiap penggunaan lahan, (3) menentukan alternatif
penggunaan lahan terbaik di Sub DAS Ngunut.
Data yang digunakan meliputi data huja n dan suhu mlara selama 10 tahun,
kadar air dalam t anah, data aliran bawah tanah, koefisien tanaman, luas
penggunaan lahan da1: data hargalnilai produksi tanaman.
Hasil utama penelitian ini adalah: (1) perangkat lunak (software) tentang
model ketersediaan air di Sub DAS Ngunut. (2) Kebun campuran mempunyai
nilai infiltrasi, simpanan air dan perkolasi besar, sedangkan nilai aliran
permukaan kecil. Sawah, nilai evapotranspirasi paling besar, sedangkan nilai
intersepsi, inf:tltrasi dan simpanan air kecil. Tegal, nilai intersepsi 9 aling

Forum Geografi No. 19Th. X/Desember 1996 63


paling besar, dan pada pemukiman nilai aliran permukaan paling besar. (3)
Perubahan penggunaan lahan dari sawah dan tegal ke bentuk kebun campu-
ran merupakan alternatifterbaik dalam mengatur tata air di Sub DAS Ngunut
dan nilai produksinya besar.

LATAR BELAKANG PENELI- kondisi sumberdaya sehingga perlu


TIAN dikelola dengan baik agar . dapat
diperoleh manfaat yang optimal
Sumberdaya air sangat penting bagi pembangunan.
dalam menopang kehidupan Masalah pokok yang perlu ditin-
manusia, antara lain untuk kebu- jau adalah seberapa besar DAS s~­
tuhan rumah tangga, pertanian, in- bagai suatu sistem hidrologi
dustri, dan tenaga listrik. Masalah berperan dalam mengatur tata air
pengelolaan sumberdaya air yang sehirigga ketersediaan air DAS
sering dijumpai antara lain terja- tersebut dapat terdeteksi dengan
dinya rasio debit yang tinggi, se- baik. Sebagai suatu sistem, DAS
hingga pada musim hujan debit atau Sub DAS dapat dipelajari de-
terlalu besar yan g mengakibatkan ngan menggunakan metode a:aalisis
banjir dan pada musim kemarau sistem. Haan, et al (1982) me -
debit terlalu kecil sehingga terjadi ngatakan bahwa dari analisis
kekurangan air terutama pada la- sistem dapat dirumuskan model
han tadah hujan. Apabila keadaan- yang berlaku untuk sistem tersebu~.
nya seperti tersebut di atas, maka selanjutnya dapat dipergunakan
dikatakan bahwa persediaan air di untuk menduga perilaku DAS atau
DAS tersebut kurang dapat me- Sub DAS yang bersangkutan.
menuhi kebutuhan manusia, de- Ketersediaan air suatU: DAS
ngan kata lain ketersediaan air mencermunkan proses pergerakan
kecil. air dari vegetasi, tanah dan sungai
Upaya perlindungan dan yang berlangsung secara tetap, da-
pengendalian terhadap tata air pat dideteksi dan didekati dengan
perlu dilakukan untuk menunjang beberapa persamaan matematik
ketersediaan air yang cukup. DAS yang mencerminkan proses peng-
sebagai suatu ekosistem sangat ber- alihragaman dari hujan menjadi
peran dalam mengatur tata air aliran. Proses pengalihragaman hu-
karena, da'iam DAS terjadi interaksi jan menjadi aliran dapat ditiru dan
antara unsur- unsur biotik (vegetasi disederhanakan serta diwujudkan
penutup lahan) dan unsur fisik dalam bentuk model, disebut model
. ., .
(terutama tanah dan iklim) dengan ketersediaan air (Liesnoor, . 1996).
·~

unsur manusia yang memanfaat- Berdasarkan model ketersediaan


kan sumberdaya DAS. Interaksi un- .a¥ tersebut dapat ditentukan tin-
sur-unsur ini akan mempengaruhi <Yakan perencanaan pengelolaan

64 Forum Geografi No. 19Th. XJbesember 1996


DAS agar kelestarian sumberdaya dasarkan analisis ketersediaan
dapat terjaga dengan baik. air dan produksi.
Sub DAS Ngunut merupakan
anak sungai Bengawan Solo Hulu
yang terletak di Kabupaten , Ka- CARA PENELITIAN
ranganyar. Luas sub DAS ini relatif
kecil, dengan jumlah penduduk Penelitian ini dilakukan melalui
yang semakin bertambah meng- 4 tahap yaitu;
akibatkan adanya perubahan luas 1. Peng u mpulan data primer
dan bentuk penggunaan lahan. De- (meliputi pengambilan sampel
ngan menggunakan analisis sistem tanah, data sosial ekonomi pen-
dapat dibuat suatu model duduk) dan data sekundet;
ketersediaan air Sub DAS Ngunut, (meliputi data hujan, suhu,
dengan tujuan untuk perencanaan penggunaan lahan, konservasi,
perubahan penggunaan lahan di data penduduk dan peta-peta).
masa yang akan datang. Peren- 2. Pengolahan data meliputi ana-
caaan ini sangat penting karena se- lisis sampel tanah di laborato-
. Iain dapat digunakan untuk rium dan perhitungan data
meningkatkan kelestarian ling- sekunder.
kungan, dapat digunakan untuk 3. Penyusunan program kom-
menghitung nilai produksi per- puter untuk membuat perang-
tanian sehingga kebutuhan hidup kat lunak model ketersediaan
masyarakat dapat ditingkatkan air (bahasa Turbo Pascal).
pula. 4. Evaluasi dan simulasi model.

Penyusunan atau perumusan


TUJUAN PENELITIAN model ketersediaan air berdasarkan
proses pergerakan air dari hujan
Berdasarkan pokok permasa- yang jatuh pada masing-masing
lahan di atas, maka tujuan dari penggunaan lahan kemudian mere-
penelitian ini adalah sebagai sap ke dalam tanah dan mengalir
berikut: sampai ke sungai (lihat Gambar 1).
1. Menganalisis model keterse- Berqaearkan beberapa persamaan
diaan air untuk mengetahui matematik, disusun software model
pToses input"o u t put sistem keterae<Uaan air dengan menggu·
hidrologi Sub DAS Ngunut. nakan uahasa Turbo Pascal. Model
2. Mengetahui koc.rlisi komponen ketersediaan Air yang dihasilkan di-
ketersediaan air pada masing- namakan KTSAIR.EXE.
masing penggunaan lahan. Sebelum digunakan model
3. Menentukan alternatif peren- ketersediaan air (KTSAIR.EXE) ini
canaan pengelolaan DAS her- harus diuji validitasnya. Pengujian
dilakukan dengan cara grafls dan
cara uji distribusi T -Student dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
membandingkan debit sungai hasil
perhitungan (simulasi) dengan Pengujian Model
debit hasil pengukuran (observasi).
Tahap akhir penelitian ini Hasil pengujian model
adalah penerapan model untuk KTSAIR.EXE secara grafis menun-
evaluasi tentang ketersediaan air jukkan bahwa perbandingan debit
pada masing-masing penggunaan hasil simulasi dengan observasi re-
lahan dan mencari alternatif pola latif kecil, hal ini diperkuat dengan
penggunaan lahan terbaik di Sub hasil perhitungan T test. Nilai per-
DAS Ngunut. Penentuan alternatif bandingan debit simulasi dengan
penggunaan lahan yang terbaik debit observasi disajikan pada Ta-
menggunakan pedoman nilai rasio bel 1. Basil analisis T-test yaitu
debit dan nilai perbandingan pro- distribusi T-Student menunjukkan
duksi pertanian dengan kebutuhan bahwa T-hitung sebesar 0,3569 le-
hidup penduduk. bih kecil dari T-tabel sebesar 1,83
pada taraf signifikansi 95%, artinya

Tabell. P erbandingan Debit Simulasi dan Observasi (mm)

Bulan Simulasi Observasi Selisih Prosentase


(X) M (B=X - Y) (%)
---·-

Januari 269,18 260,00 9,18 3,50


Februari 213,03 190,00 23,03 12,12
Maret 147,62 167,00 19,38 11,61
April 54,54 152,00 97,46 64,12
Mei 15,52 56,00 40,48 72,28
Juni 11,43 13,00 2,57 18,36
Juli 11,88 11,50 0,12 1,00
Agustus 10,51 10,00 1,51 16,78
September 9,14 8,00 1,14 14,25
Oktober 9,07 22,00 12,93 58,77
Nopember 127,53 111,00 16,53 14,90
Desember 184,99 171,00 13,99 8,18
· -- · ·- --
Jumlah 1064,44 1172,00 107,56 9,18
T-hitung = B/(SBNn) = 0,3569 T-tabel =1 , 83
Sumber : Perhitungan dengan uji sebaran T-Student


66 Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996
tidak ada perbedaan nyata antara naan lahan adalah sama, yaitu di
debit hasil simulasi dengan debit musim hujan pada bulan November
observasi pada taraf kepercayaan sampai Maret nilai intersepsi besar, \
95%. sedangkan di musim kemarau pada
Berdasarkan pengujian di atas bulan April sampai Oktober nilai in-
maka model ketersediaan air yang tersepsi kecil.
disusun dapat digunakan dan di- EYil,potranspirasi; terbesar pada
terapkan di Sub DAS Ngunut untuk sawah diikuti kebun campuran, pe-
menduga debit aliran sungai yang mukiman , dan tegal (lihat Gambar
akan terjadi apabila dilakukan 3). Sawah mempunyai persediaan
pengubahan pe.nggunaan lahan. air cukup besar dan berakar
dangkal sehingga dapat memacu be-
sarnya evaporasi, sedangkan tegal
Analisis Ketersediaan Air Sub mempunyai luas permukaan lebih
DAS Ngunut besar dengan simpanan air relatif
kecil dan berakar dalam sehingga
Model Ketersediaan Air evapotranspirasi besar . Kecen-
(KTSAIR.EXE) menggambarkan derungan evapotranspirasi per bu-
jumlah air yang tersedia pada ma- lan tidak menunjukkan trend yang
sing-masing penggunaan lahan menyolok hanya pada bulan J uni
DAS Ngunut. Ketersediaan air dibe - sampai Agustus nilai evapotPanspi-
dakan dalam beberapa komponen rasi cenderung menurun sedikit,
yaitu intersepsi, evapotranspirasi, disebabkan rata-rata suhu udara
infiltrasi, simpanan air, perkolasi, pada musimkemarau menurun.
dan aliran permukaan. Hasil ana- Infiltrasi; pada kebun campuran
lisis ketersediaan air masing-ma- tinggi diikuti tegal, pe m ukiman,
sing komponen adalah sebagai sawah (lihat Gambar 4) . Kebun
berikut: campuran mempunyai seresah yang
Intersepsi; tegal mempunyai in- cukup tinggi karena sebagian besar
tersepsi tertinggi diikuti kebun jenis tanaman yang ada sejenis
campuran, pemukiman, dan sawah tanaman tahunan dengan tingkat
(lihat Gambar 2) . Hal ini dise- gugur da un tin ggi. Seresah per-
babkan karena rumus intersepsi m ukaan berfungsi untuk mengu-
tergantung pada luas penggunaan rangi pengaruh pukulan tetesan
lahan, luas tegal jauh lebih besar hujan, ~;:;nambah bahan organik,
dibanding k : !:. •m campuran. Se- mik roorganisme, dan meningkat-
benarnya pada luas yang sama ke- kan porositas tanah. Kecende-
bun campuran dengan penu tup rungan infiltrasi masing-masing
tajuk yang lebih rapat dibanding penggunaan lahan relatif sama
tegal mempunyai intersepsi yang yaitu, di musim hujan besar dan di
paling besar. Kecenderungan infil- musim kemarau bernilai nol )qtrena
trasi per bulan pada setiap penggu- tidak ada infiltrasi. "'-''

Forum Geografi No. 19Th. X/Desember 1996 67


Kecenderungan air perkolasi 'Penerapan Model Ketersediaan
sama dengan infiltrasi karena per- Air untuk pengelolaan DAS
kolasi merupakan proses kelan- ju-
tan dari infiltrasi. Pada bulan Selain untuk menganalisis kon-
pertama musim hujan nilai perko- disi ketersediaan air Sub DAS
lasi sama dengan infiltrasi, ke- Ngunut, model KTSAIR.EXE ini da-
mudian menurun sampai di musim pat digunakan untuk melakukan
kemarau bernilai nola tau tidak ada perencanaan pengelolaan DAS di
per-kolasi. masa yang akan datang. Upaya pe-
Aliran Permukaan; nilai aliran nerapan model atau lebih dikenal
permukaan tertinggi pada pemu- dengan sim ulasi model sangat mem-
kiman diikuti sawah, tegal, kebun bantu dalam melakukan suatu per-
campuran (lihat Gambar 5). Pada encanaan.
kebun campuran intersepsi dan in- Penerapan model ketersediaan
filtrasi besar sehingg.r. air hujan air ini digunakan untuk menen-
banyak yang tertahan oleh vegetasi tukan alternatifPenggunaan Lahan
dan masuk ke dalam tanah, se- yang paling baik. Alternatif terbaik
hingga aliran permukaan kecil dan berarti sesuai dengan tujuan
kontribusi aliran permukaan ter- pengelolaan DAS, yaitu nilai rasio
hadap aliran sungai relatif rendah. debit kecil dan hasil perhitungan
Kecenderungan aliran permukaan p'roduksi lahan masih mampu me-
di musim hujan besar kemudian menuhi kebutuhan masyarakat.
menurun sampai bernilai nol atau Rasio debit merupakan perban-
tidak terdapat aliran permukaan dingan antara debit maksimum
pada musim kemarau. dengan debit minimum. Produksi
Masing-masing penggunaan !a- lahan dihitung dari produksi total
han mempunyai nilai ketersediaan lahan pertanian (tonltahun) dikali-
air yang berbeda. Perbandingannya kan dengan harga tanaman, selan-
sebagai berikut; kebun campuran jutnya nilai produksi lahan ini
mempunyai nilai inflitrasi dan per- dibandingkan dengan kebutuhan
kolasi yang besar dengan aliran per- hidup penduduk Sub DAS Ngunut
mukaan kecil, sawah mempunyai selama satu tahun.
nilai evapotranspirasi paling besar Pedoman pengubahan pola peng-
dengan intersepsi dan infiltrasi gunaan lahan berdasarkan pada
kecil. Tegql mempunyai nilai in- kaidah konservasi tanah dan
tersepsi paling besar dan pemu- lingkungan hidup supaya tidak
kiman nilai aliran permukaan be- merugikan masyarakat di seki-
sar. tarnya. Perincian berbagai alterna-
tif penggunaan lahan · yang ·~

diusulkan adalah sebagai berikut


(l!Jlat Tabel2).

•.
68 Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996
Tabel 2. Alternatif penggunaan lahan yang diusulkan

Alternatif Keteran an

1 Keadaan pada saat peJ?-elitian


2 Kebun campuran ditingkatkan menj adi 100%
3 Kebun campuran ditingkatkan menjadi 200% dari tegal
4 Kebun campuran ditingkatkan menjadi 200% dari sa wah
5 80% kebun campuran dijadikan sawah
6 80% kebun campuran dijadikan tegal
7 50% sawah dijadikan pemukiman
8 50% sawah dijadikan tegal
9 80% sa wah dijadikan tegal
10 50% tegal dijadikan sawah
II 80% tegal dijadika n sa wah
12 50% tegal dijadikan pemukiman
13 Ke miringan lereng < 15% d1jadikan sa wah
14 Kemiringan lereng > 25% dijadikan kebun campuran

Penelitian ini menggunakan dua ling baik yaitu alternatif 4 dan 3


tolok ukur untuk menentukan pe- (Tabel 2 dan 3); penambahan luas
rencanaan penggunaan lahan opti- kebun campuran dengan mengu-
mal yaitu; nilai rasio debit dan nilai rangi luas sawah dan tegal. Kebun
produksi lahan . Hasil nilai rasio campuran mampu meresapkan air
debit dan nilai produksi lahan pada ke dalam tanah berupa air infiltrasi
berbagai alternatif penggunaan la- dan intersepsi yang tertahan pada
han (14 alternatif) menunjukkan vegetasi, maka dikatakan bahwa
bahwa perubahan bentuk penggu- kebun campuran mempunyai pe-
naan lahan menyebabkan per- ranan penting dalam menekan ali-
ubahan nilai komponen keter- ran permukaan, terutama puncak
sediaan air dan perubahan rasio ali ran perm ukaan yang me-nyokong
debit sungai. terjadinya banjir. ·
Nilai rasio debit yaitu perban- Alternatif 14 merupakan alter-
dingan antara debit rata-rata ter- n atifyang baik (lihat Tabel3); pada
tinggi dengan debit rata-rata lereng lebih besar dari 25% diubah
terendah. Pedoman nilai rasio debit menjadi kebun campuran kalau
yang dianggap masih wajar menu- luas alternatif ini ditingkatkan
rut Balai Rehabilitasi Lahan Dan maka ra::.io debit yang dihasilkan
Kon servasi To.11c.~~ Bogor adalah ti- semakin kecil. Daerah yang berle-
dak lebih dari 30. Berdasarkan pe- reng curam perlu dikonservasikan
doman tersebut, ada 11 alternatif dengan menjadikan daerah ini seba-
penggunaan lahan yang menghasil- gai daerah konservasi, ditanami
kan rasio debit masih wajar dan ada dengan tanaman tahunan, maka
3 alternatif yang melampaui batas kestabilan tanah akan teta~rjaga
kewajaran. Diantara 11 alternatif sehingga aliran air dapat meresap
yang mempunyai rasio debit baik, ke dalam tanah (infiltrasi) dan me-
ada 2 alternatif yang dianggap pa- ngurangi aliran permukaan . Ditin-

Forum Geografi No. 19Th. X/Desember 1996 69


Tabel 3. Alternatif Penggunaan Lahan, Rasio Debit, dan
Nilai Produksi Lahan

Alternatif Rasio Debit Nilai Produksi

Alt 1 29,68 3597,55


Alt2 29,38 3695,18
Alt3 28,96 4280,95
Alt 4 28,94 4520,86
Alt 5 29,74 3469,10
Alt 6 30,24 3519,44
Alt 7 29,59 3337,60
Alt 8 30,93 3719,07
Alt9 31,72 3791,98
Alt 10 29,19 3154,37
Altll 29,49 2890,85
Alt 12 29,52 2206,28
Alt 13 29,51 2966,52
Alt 14 29,12 4054,65
Sumber: Hasil Perhitungan Model Ketersediaan Air

jau dari tolok ukur erosi maka alter- dan tegal berubah menjadi kebun
natif ini tergolong paling baik campuran, maka suplai tanaman
karena dapat menekan besarnya pangan menjadi terganggu.
eros1. Alternatif 7 dan 12; perubahan
Alternatif 10, 2, 11, dan 13 meru- 50% luas sawah dan tegal menjadi
pakan perubahan luas tegal men- pemukiman (Tabel 2), meng:t'tasil-
jadi sawah (Tabel 2). Keempat kan rasio debit urutan ke 8 dan 9,
alternatif ini menghasilkan rasio nilai produksi urutan ke 10 dan 14
debit yang baik; urutan 4,5,6 dan 7 (Ta-bel3). Alternatif7 dari nilaipro-
(Tabel 3), sedangkan ditinjau dari d uksi tidak diperbolehkan karena
nilai produksi masih mencukupi luas sawah berkurang sehingga ke-
artinya hasil produksi masih lebih butuhan pangan terutama padi
besar dari rata-rata pendapatan menjadi berkurang, bahkan alter-
penduduk. Keempat alternatif ini natif 12 tidak dapat mencukupi ke-
merupakan_alternatif yang dian- butuhan hidup penduduk di Sub
jurkan untuk Sub DAS Ngunut. DASNgunut.
Ditinjau dari nilai produksi al- Alternatif 8 dan 9; perubahan
ternatif 4,3,14 ternyata mempunyai sawah menjadi tegal (Tabel2), akan
. ·'
nilai besar, urutan 1,2,3 (Tabel 3). menghasilkan rasio debit yang be-
Nilai produksi besar mengun- sar melampaui batas kewajaran.
tungkan masyarakat, tetapi mehhat O,Wnjau dari nilai produksi cukup
komposisi lahan dimana luas sa wah baik yaitu ter~)lSuk urutan ke 4 dan

70 Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996


5 (Tabel3). Alternatifini tidak dian- lisis perilaku sistem Sub DAS
jurkan karena selain nilai rasio Ngunut.
debit besar; terjadi banjir pada mu- Model ini dapat digunakan un-
sim hujan dan kekeringan pada mu- tuk mengetahui kondisi intersepsi,
sim kemarau, juga karena ber- infiltrasi, evapotranspirasi, sim-
kurangnya ·luas sawah sehingga panan air, perkolasi, dan aliran per-
masyarakat sulit memperoleh mukaan pa da masing-masing
tana man beras. pengguna an lahan. Selain itu
model KTSAIR.EXE dapat digu-
nakan untuk merencanakan peng-
KESIMPULAN gunaan lahan yang terbaik pada
Sub DAS Ngunut. Alternatif 4,3, 14
Berdasarkan pengujian model merupakan alternatif penggunaan
dengan uji statistik sebaran T-stu- lahan yang terbaik dalam mengatur
dent pada derajat kepercayaan 95 % tata air di DAS ini, karena mempu-
menunjukkan bahwa model ke- nyai rasio debit yang kecil dan nilai
tersediaanair (KTSAIR.EXE) dapat produksi pertanian yang besar.
digunakan untuk melakukan ana-

DAFTAR PUSTAKA

Balai Teknologi dan Pengelolaan DAS, 1994, Laporan akhir karakteristik


aliran sungai Sub DAS Ngunut I dan Ngunut II. Surakarta: BTP
DAS .
Fflolliott, P , 1990, Manual On Watershed Instrumentation And Measurements.
Philippines: ASEAN-US Watershed Project.
Haan, C.T., H.P . Johnson, and D.L. Brakensiek, 1982, Hydrologic Modeling of
Small Watersheds. Michigen: The American Society of Agriculture
Engineering.
Liesnoor, D, 1996, Analisis Ketersediaan Air untuk Perencanaan Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai (Studi Kasus Sub DAS Ngunut, Bengawan
Solo Hulu). Tesis. UGM: Pascasarjana.
Seyhan , E , 19-;;, H atematical Simulation of Wateshed Hydrologic Processes.
Netherland: utrecht.
Shaw , E, 1989, Hydrology in Practice. London: Chapman and Hall.
Sri Harto, 1993, Analisis Hidrologi. J akarta: Gramedia Pustaka Utama.
Viessman, Jr., J.W. Knapp, G.L. Lewis, and T.E. Harbaugh, 1977, Introduction
to Hydrology. NewYork: EIP-Dun- Donnelly Harper and Row Publish-
ers. C)

Forum Geografi No. 19Th. X/Desember 1996 71


CH CH

ET

l l .r r r
VEGETASI (X1)
11 TANAH
(X2}
--~---r--r--,---
I I I I
--------
H :K :s
I
I
I
T : p
I
SA a SA, AP
f-----.
SUN GAl
(X3 )
AS
I
I I
I
I I
SA1
I I I
I SA, SA,
IN. I IN I I IN I I IN' I IN.
I I I I
I I I

jl
If' I
rr.
tli
IP'a
AB + SB
IF,
IF,

Gambar 1. Proses pergerakan air pada lahan kebun campuran, sawah, tegal,
dan pem ukiman

Keterangan:
Xl = Komponen vegetasi, terdiri dari hutan (H), perkebunan (K), sawah(S),
tegalan (T), dan pemukiman (P)
X2 = Komponen tanah
X3 = Komponen sungai
CHH, CHK, CHT, CHp = Curah hujan yang jatuh ke vegetasi hutan, perke-
bunan, sawah, tegalan, pemukiman
ETH, ETK, ETs, ETp = Evapotranspirasi aktual vegetasi hutan, perke-
bunan, sawah, tegalan, dan pemukiman
INH, INK, INs, INT, INp = Intersepsi pada vegetasi hutan, perkebunan,
sawah, tegalan, dan pemukiman
SAH, SAK, SAs, SAT, SAp = Simpanan airtanah pad~ vegetasi hutan, per-
kebunan, sawah, tegalan, dan pemukiman
PE = Perkolasi
AP = Aliran permukaan > • •

AB = Aliran bawah tanah, SB= Simpanan bawah tanah


AS = Aliran sungai 0

72 Forum Geografi No. 19Th. XJ Desember 1996


zoo,---------------------------------,

11>0

E 1oo

ISO

'- ........ ··-- .,.... -.. __....._

.Jf"MAM.J.JA80N0

....."
.IJIMAM.J~A·OND
..... _
Gambar 2. Kecenderungan lnte111epal Gambar 3. Kecenderungan Evapotraneplraai

mm
300~--------------------------------~
120;---------------------------------~
I-..... ··-- ... T. . . ... po...._. . . . .

100

........ J ~ M A M J J A 8 ~ N D

Gambar 4. Kecenderungan lnflltraal Gambar 6. Kecenderungan AUran PerTn'UI<aan

Forum Geografi No. 19 Th. X/Desember 1996 73


PERANAN KOTA KECIL DALAM PENGEMBANGAN
WILAYAH

Oleh: Muhammad Musiyam

PENDAHULUAN (trickle down effect) dari pusat-


pusat pertumbuhan (Effendi, 1992).
Sampai sekitar tahun 1960-an, Pada akhir tahun 1970-an ba-
di kebanyakan negara berkembang, nyak para pakar meragukan kean-
tidak terkecuali di Indonesia, dalan pendekatan tersebut .
strategi pembangunan yang lebih Alasannya, berdasar hasil studi-
banyak diterapkan adalah strategi studi · empiris di beberapa negara
pembangunan yang berbasis pada berkembang menunjukkan bahwa
model pertumbuhan. Strategi pem- pendekatan di atas tidak hanya ga-
bangunan ini terutama bersumber gal dalam menyebarkan dan
dari model teoritis surplus tenaga merembeskan kemakmuran dari
kerja dua sektor yang dikem- pusat-pusat pertumbuhan dan me-
bangkan W. Arthur Lewis dan mecahkan keterbelakangan serta
model tahap-tahap pertumbuhan kemiskinan di daerah pinggiran,
dari Rostow (Todaro, 1995). tetapi justru meningkatkan kesen-
Terutama bersumber dari dua jangan ekonomi antara pusat de-
model pemikiran di atas, pada ta- ngan pinggiran (Rondenelli, 1985;
hun 1960-an, strategi pemba- DeJong dan Steenbergen, 1987)._Se-
ngunan yang diterapkan untuk lain itu menurut Mc.Gee (dalam
pengembangan wilayah di keba- Manning dan Effendi, 1985), pe-
nyakan negara berkembang lebih nerapan pendekatan di atas juga
mengandalkan pada pendekatan memunculkan gejala urbanisasi
pusat-pusat pertumbuhan dan me- berlebih, yang pada gilirannya
letakkan industri sebagai sektor menyebabkan tumbuhnya perkam-
unggulan (Rondenelli, 1985). De- pungan- perkampungan kum uh dan
ngan memusatkan industri pada menjamurnya sektor informal di
pusat-pusat p_ertumbuhan maka di- pusat-pusat pertumbuhan.
harapkan akan mampu meme- Menurut Weaver (1981), ada dua
cahkan masalah kemiskinan dan alasan yang menyebabkan keku-
keterbelakangan di perdesaan. Se- rangberhasilan pendekatan pusat-
' ., .•
cara teoritis diyakini bahwa daerah pusat pertumbuhan. Pertama,
pinggiran akan berkembang industri dipandang sebagai jalan
melalui efek menyebar (spread ef- pint~s untuk memecahkan masalah
fect) atau efek tetesan ke bawah sosial ekonomi, serta cenderung

74 Forum Geografi No. 19Th. XJ De'S-e mber 1996


mengabaikan sektor pertanian dan KONSEP KETERKAITAN
sebaliknya cenderung mengun-
tungkan kota (urban bias). Kedua, Salah satu konsep penting untuk
penerapan pendekatan ini lebih ber- memahami hubungan desa-kota
sifat dari atas ke bawah (top down), adalah konsep keterkaitan (link-
yang dalam banyak hal menge- a ges). Pengetahuan mengenai
sampingkan potensi, aspirasi dan keterkaitan dapat membantu dalam
kemampuan penduduk pinggiran. mengindentifi.kasi sifat dan dampak
Selain itu, menurut Effendi (1996), interaksi antar kegiata n ekonomi.
kegagalan pendekatan inijuga dise- Selain itu besarnya interaksi dapat
babkan karena sektor industri yang mencerminkan tingkat keinte-
dikembangkan di pusat-pusat per- grasian antar berbagai kegiatan
tumbuhan kurang mempunyai ekonomi di suatu wilayah, yang juga
keterkaitan dengan sektor per- dapat mencerminkan tingkat
tanian. efisiensi kegiatan ekonomi.
Ketika keragu-raguan terhadap Menurut Ranis, Stewart dan
keandalan pendekatan pusat per- Reyes (1989), keterkaitan merujuk
tumbuhan semakin meningkat, pada berbagai macam kegiatan
pada pertengahan tahun 1980-an, ekonomi di suatu wilayah. Penger-
perhatian terhadap peranan kota tian keterkaitan tidak hanya men-
kecil dalam pembangunan nasional jelaskan saling hubunga~ antar
dan regional semakin meningkat sektor beserta sifat dan kekuatan-
(NUDS, 1985). Di beberapa negara nya, tetapi juga mencakup proses
berkembang, terutama di ling- dan besarnya pengaruh sifat
kungan akademis, kota kecil dilihat keterkaitan pada pertumbuhan sek-
sebagai alat yang dibutuhkan untuk tor itu sendiri dan kegiatan ekonomi
mencapai tujuan-tujuan pemba- secara keseluruhan.
ngunan. Namun demikian bukti- Secara teoritis, keterkaitan baik
bukti empiris yang ada masih a ntar sektor maupun dalam sektor
terbatas (Titus, 1993). itu sendir i, dapat terjadi melalui be-
Tulisan ini berusaha untuk berapa cara. Menurut The Kian Wie
mengidentifikasi peranan kota kecil (1988), keterkaitan dapat terjadi se-
(small towns) dalam pengembangan cara vertikal, yakni keterkaitan
wilayah, terutama wilayah perde- yang tercipta karena kerja sama
saan. Bahasan dim ulai dari, per- atau hubu.:..l:'.an antara perusahaan
tam a , konsep )•: '"P.rkaitan; kedua, kecil dengan perusahaan besar.
pendekatan peranah kota ke cil Menurut konsep ini perusahaan be-
dalam pengembangan wilayah per- sar berfungsi sebagai penerima a tau
des aan; dan diakhiri dengan ba- pengguna hasil industri kecil atau
hasan mengenai pendekatan saling menengah. Permintaan yang kon-
ketergantungan antara kota kecil tinyu dari industri besar pa'(i\ gi-
dengan perdesaan. lirannya dapat mendorong perkem-

..
Forum Geografi No. 19Th. Xi Desember 1996 75
bangan industri kecil dan mene- nya pada interaksi antara kegiatan
ngah melalui peningkatan kualitas pertanian dan non pertanian dalam
produk, tingkat teknologi, dan kegiatan ekonomi pedesaan. Na-
peluang kerja yang diciptakannya. mun demikian, karena keterkaitan
Sedangkan menurut Mellor dan pada tingkat mikro d ala m ke-
Harris (dalam Effendi , 1993), nyataannya juga dipengaruhi pe-
keterkaitan dapat terjadi melalui rubahan so sial ekonomi pada
keterkaitan konsumsi (consumption tingkat regional dan nasional, maka
linkages) dan keterkaitan produksi analisisnya perlu dikaitkan dengan
(production linkages). Keterkatian konteks regional dan nasional.
konsumsi adalah kaitan yang ter- Bentuk keterkaitan lainnya
jadi sebagai akibat kenaikan peng- adalah keterkaitan keruangan,
hasilan salah satu sektor kemudian yang mencerminkan luasnya pe-
menyebabkan meningkatnya per- ngaruh sebuah perekonomian dan
mintaan produksi dari sektor lain. sebagai petunjuk adanya interaksi
Keterkaitan dapat terjadi pada sek- ekonomi antar wilayah (Ranis, Ste-
tor pertanian dengan non pertanian wart dan Reyes, 1989). Kaitan se-
atau sebaliknya . Sedangkan cara ker u angan terjadi karena
keterkaitan produksi dapat terjadi adanya kerja sama a ta:.:. s aling
melalui keterkaitan ke depan (for- hubungan antara perusahaan (en-

ward linkages) dan keterkatian ke terprise) yang berlokasi di suatu
belakang (backward linkages). tempat dengan tempat lain. Hu-
Keterkaitan ke depan terjadi apa- bungan ini dapat terjadi antar eek-
bila produksi dari suatu komoditi tor dan sektor dan lain sektor.
satu sektor menjadi pemasok untuk H ubungan keruangan yang berkem-
kegiatan produksi sektor lain. Seba- bang akan merangsang pertum-
gai contoh, produksi singkong digu- buhan sektor tersier, terutama
nakan untuk masukan industri sektor . transportasi. Kaitan keru"
tape . Contoh lain, produksi susu angan dapat terjadi :tJada skala
sapi digunakan untuk masukan in- dunia sampai tingkat lokal.
dustri susu dn makanan bayi. Se-
baliknya kegiatan peternakan sapi
perah membutuhkan makanan ter- PERANAN KOTA DALAM
nak dari industri makanan ternak. PERKEMBANGAN PERDE-
Makanan ternak adalah keterka- SAAN
itan kebelakang hila dilihat dari
sektor peternakan. Pendekatan ini didasarkan pada
Menurut Effendi (1993), analisis konsep bahwa sistem yang ter~nte­
keterkaitan pada tingkat mikro bi- grasi dari berbagai pusat pela-
asanya menerapkan model ke- yanan, dengan berbagai ukuran/
terkaitan pertumbuhan, yang ti g atan serta mempunyai ciri-ciri
berusaha memusatkan perhatian- yang fung sional, dapat berperan

•.
76 Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996
penting dalam memfasilitasi ranan kota kecil di Philip ina, bahwa
pengembangan perdesaan yang le-. kota kecil mempunyai peranan
bih merata (Rondenelli, 1985). penting dalam perkembangan per-
Menurut Johnson (dalam Dauglass, desaan melalui integrasi fungsional
1996), pengembangan kota-kota desa-kota.
kecil dapat membantu perkem- Sebahknya Salih (1979), Mc.Gee
bangan perdesaan. Menurutnya, dan Das (1983), serta Harris (1987),
setidaknya ada 7 fungsi yang dapat berpendapat bahwa kota kecil mem-
diperankan kota kecil dalam mem- punyai peran yang terbatas dalam
bantu perkembangan perdesaan. pengembangan perdesaan. Menu-
Pertama, sebagai pusat penyedia rut Me. Gee dan Das (1983), perba-
barang-barang konsumsi bagi pen- ikan sistem transportasi dapat
duduk perdesaan. Kedua, sebagai menghambat peranan kota kecil se-
pusat pelayanan jasa bagi pen- bagai pusat pemasaran hasil per-
duduk perdesaan. Ketiga, sebagai taniah. Hal demikian terjadi karena
pusat pemasaran bagi produk per- perbaikan sistem transportasi kota-
desaan. Keempat, sebagai penyedia desa, memungkinkan para peda-
sarana produksi pertanian dan non gang dari perkotaan yang lebih
pertanian bagi perdesaan. Kelima, besar dapat membeli has•i l per-
sebagai pusat pengolahan hasil per- taman secara langsung dari petani
tanian yang berasal dari perdesaan. atau pasar desa, yang selanjutnya
Keenam, sebagai penyerap tenaga dibawa ke pusat kota tanpa melalui
kerja non pertanian dari perdesaan. pasar yang berada di kota kecil.
Ketujuh, sebagai pusat informasi Dengan argumentasi yang berbeda,
dan inovasi yang berguna bagi Salih (1979) dan Harris (1987), ber-
pengembangan perdesaan. pendapat fungsi kota kecil dalam
Pendapat senada datang dari pengembangan ekonomi perdesa'an
Rondenelli (1987) dan Taylor (1981), peranannya terbatas karena pada
yang mengatakan bahwa kota kecil kenyataannya kebanyakan kota
mempunyai peranan penting dalam kecillebih berfungsi sebagai pusat
pengembangan perdesaan karena distribusi barang-barang konsumsi
kota kecil merupakan pusat perda- yang dihasilkan dari pusat kota'
gangan, kegiatan-kegiatan jasa dan (metropolis) dan sebaliknya tidak
kegiatan non DPr tanian bagi wi- berfungsi sebagai pusat produksi
layah perdesaan. i\~<>lalui fungsi- yang mengolah barang-barang yang
fungsi tersebut pada gilirannya dihasilkan dari perdesaan.
akan dapat membantu meningkat- Penelitian mengenai kota kecil
kan produksi pertanian, penda- dalam pengembangan perdesaan
patan dan kesejahteraan penduduk yang dilakukan di banyak rtegara
perdesaan. Pendapat ini didukung berkembang menunjukkan'-hasil
hasil penelitian yang dilakukan yang bervariasi. Penelitian Effendi
Rond e nelli (1985) mengenai pe- f991) pada sebuah kota kecil di

Forum Geografi No. 19 Th. XI Desemher 1996


Kabupaten Klaten Jawa Tengah, kota . Ada komoditas-komoditas
membuktikan, walaupun kota kecil yang mempunyai efek berganda
berperanan sebagai pusat perda- yang kuat bagi kota kecil, tetapi ada
ga ngan dan pelayanan bagi pen- juga yang efek bergandanya kecil.
duduk perdesaan, tetapi peranan- Penelitian tentang kota kecil di
nya dalam penciptaan kesempatan Malaysia (Pasir Mas), membukti-
kerja non pertanian sangat ter- kan bahwa kota tersebut kurang
b a tas. Dengan demikian hasil berfungsi sebagai sumber kredit
penelitian ini, di satu pihak men- dan penyedia masukan (input) bagi
d ukung pendapat tentang peran kegiatan ekonomi di perdes aan
kota kecil sebagai pusat perda- (Douglas, 1996). Penelitian Colter
gangan dan pelayanan, tetapi di la- (dalam Kasryno, 1979), di perde-
in pihak kurang rue ndukung saan Jawa Barat dan Sulawesi
pendapat kota kecil sebagai pusat membuktikan ternyata fasilitas-
kesempatan kerja non pertanian fasilitas dari lembaga kredit formal
bagi masyarakat perdesaan. Peneli- sebagian besar dinikmati oleh para
t ia n De Jong dan Steenbergen petani kaya, sebaliknya pet:1:.1i kecil
(1985) di Kota Ba njarnegara Jawa lebih banyak ber gantung pada lem-
Tengah membuktikan, walaupun baga-lembaga kredit informal, se-
kota Banjarnegara berperan seba- perti "bank titil" dan rentenir. Dua
gai pusat perdagangan, namun ha- hasil penelitian di atas memkri
sil produksi pertanian yang penting, petunjuk, ternyata peran kota kecil
seperti buah-buahan dan sayuran sebagai penyedia fasilitas pela-
dijual tanpa melalui pasar di Ban- yanan dan masukan bagi kegiatan
jarnegara. Selain itu, para peda- ekonomi perdesaan kurang nyata.
gang hasil pertanian terse but bukan
penduduk yang tinggal di kota Ban-
jarnegara tetapi datang dari kota SALING KETERGANTUNGAN
lain, sehingga efek terhadap pencip- DESA-KOTA
taan kesempatan kerja lokal dan
efek berganda lainnya menjadi ter- Jika dalam pendekatan peranan
bata s . Dengan demikian hasil kota dalam pengembangan perde-
penelitian __j.ni memberikan petun- saan, kota dipandang secara satu
juk, kota kecil tidak dapat menjadi arah mempengaruhi perkembangan
pus13-t perdagangan bagi semua ko- perdesaan; dalam pendekatan sa-
moditas yang dihasilkan dari perde- ling ketergantungan desa-kota, dua
saan . Ada komoditas-komoditas wilayah tersebut dipandang ·saling
ya ng pusat pemasarannya berada di mempunyai ketergantungan
kota kecil, tetapi ada juga komodi- (~uglas, 1996). Saling ketergan-
tas-komoditas yang pemasarannya tungan des a-kota secara ringkas di-
dari perdesaan langsung ke pusat tampilkan dalam gambar 1.
..
78 Forum Geografi No. 19 Th. XI Desember 1996
Ko~~----------------~ De sa

* Pusat perdagangan/transport +---------~ * Produksi pertanian


* Pelayanan pendukung pertanian * Intensifikasi pertanian
Produksi masukan Infrastruktur desa
Pelayanan reparasi Insentifproduksi
Metode produksi dan inovasi Pendidikan dan kemampuan adopsi
inovasi
* Pasar kebutuhan non pertanian * Pendapatan perdesaan dan permintaan
bahan non pertanian serta pelayanan
* Industri berbasis pertanian * Produksi cash crop dan diversivikasi
pertanian
* Peluang kerja non pertanian * Tergantung pada semua di atas

Kota kecil merupakan pusat pe- tas pelayanan yang berada di kota
masaran bagi komoditas-komoditas kecil sebagai penyedia masukan (in-
yang dihasilkan dari wilayah perde- put) dan fasilitas pelayanan
saan, yang selanjutnya dijual dan reparasi, tetapi sebaliknya toko-
didistribusikan ke wilayah lain, toko dan fasilitas di kota kecil tidak
baik pada tingkat lokal, intra mau- akan tumbuhjika tidak ~da intensi-
pun inter regional. Menurut pen- fikasi dan diversifikasi pertanian
dekatan ini, fungsi kota kecil yang surplusnya diinvestasikan
sebagai pusat pemasaran tidak kembali pada kegiatan pertanian.
akan berkembang tanpa adanya Akhirnya, transformasi sosial
surplus produksi di wilayah perde- ekonomi perdesaan di satu pihak
saan, sehingga antara kota kecil dan pertumbuhan kecil sebagai
dengan wilayah perdesaan seki- pusat pemasaran, pelayanan dan
tarnya ada ketergantungan yang pengolahan komoditas perdesaan di
saling menguntungkan. Pening- lain pihak, pada gilirannya akan
katan dan perluasan produksi di merangsang peluang kerja sektor
wilayah perdesaan membutuhkan non pertanian di kota kecil.
jaringan pemasaran di kota kecil Pendapat senada dikemukakan
dan . sistem perkota an secara lebih "- oleh Mellor (dalam Effendi, 1991),
luas, tetapi tanpa perluasan yar.g mengatakan bahwa mo-
kegiatan pertania1:, ltegiatan indus-
tri yang berbasis hasil pertanian
dernisasi pertanian dapat me-
ningkatkan produksi pangan, yang
.·. . '
·~ -".. ·

pada kota keciljuga tidak akan tum- pada gilirannya akan meningkat-
huh. Intensifikasi dan diversifikasi kan penghasilan petani kaya, yang
pertanian di wilayah perdesaan selanjutnya akan diil( ti pe-
membutuhkan toko-toko dan fasili- ningkatan konsumsi rumah tangga.

Forum Geografi No. 19Th. Xi Desember 1996 79

...
Kondisi demikian dapat merang- kurang mampu menciptakan
sang pertumbuhan industri dan peluang kerja di pedesaan.
p e layanan kebutuhan rumah
tangga, yang secara langsung akan
memb.uka peluang kerja non per- PENUTUP
tanian. Akhirnya penghasilan ru-
mah tangga miskin akan meningkat Berdasarkan pada serangkaian
dan diikuti dengan meningkatnya kajian mengenai keterkaitan desa-
kebutuhan akan kebutuhan per- kota, sebagaimana diuraikan di
t anian dan non pertanian. atas, setidaknya ada dua hal yang
Di pihak lain, menurut Papola perlu diperhatikan. Pertama, per-
(dalam Effendi, 1991), bahwa mo- tumbuhan kegiatan sosial ekonomi
de rnisasi pertanian belum tentu di perdesaan dan kota kecil meru-
ma mpu merangsang pertumbuhan pakan dua hal yang saling bergan-
industri pedesaan. Dia mengemu- tung . Oleh karenanya , kajian
k a k a n, karena modernis asi per- mengenai keterkaitan desa-kota
tanian cende rung m e musatkan disamping perlu dilihat dari pers-
pad a satu tanaman (terutama pektif kota, juga perlu dilihat dari
tanaman pangan), sehingga kurang perspektif desa. Kedua, k~t,erkaitan
dapat merangs ang pertumbuhan in- desa-kota, disamping bervariasi an-
dustri. Menurutnya, modernisasi tara wilayah satu dengan lainnya,
pertanian memang dapat mening- secara internal juga menunjukkan
katkan penghasilan petani se- variasi keterkaitan antar kelompok
tingkat di atas subsisten, tetapi masyarakat, tergantung dari kon-
teks regional, ekonomi, sosial dan

DAFTAR PUSTAKA

DeJong, Wouter dan Frank Van Steenbergen, 1987, Town and Hinterland in
Central Java, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Effendi, Tadjuddin Noer, 1991, The Growth of Rural Non-Farm Activites at
The Local Level: A Case Study of Causes and Effects in Sub-district
of Up Land Central Java, Ph.D Dissertation, Flinders University,
Adelaide.
Effendi, Tadjuddin Noer, 1992, Pengembangan Wilayah dan Perluasan
Peluang Kerja di Pedesaan: Alternatif Kebijakan (paper tidak diter-
bitkan).
Effendi, Tadjuddin Noer, dan Helmut Weber, 1993, Industrialisasi di Pedesaan
Jawa, Pusat Penelitian Kependudt~~m UGM, Yogyakarta.

80 Forum Geografi No. 19Th. X/ Desember 1996


Effendi, Tadjuddin Noer, Anne Mariwati dan Budi Puspo Priyadi, 1996,
Kegiatan Non-Farm di Pedesaan, Pusat Penelitian Kependudukan
UGM, Yogyakarta.
Harris, John, 1987, Agriculture- Non Agriculture Linkages and The Diversifi-
cation of Economic Activity in rural Asia. Paper Presented for the
Workshop on the Green Revolution in South and Southeast Asia in
Perspective, Department of Human Geography, Research School of
Pasific Studies, ANU, Canberra.
Kasryno, Faisal (eds), 1979, Prospek Pembangunan Pedesaan di Indonesia,
, Yayasan Obor, Jakarta.
Manning, Christ dan Tadjuddin Noer Effendi (eds), 1985, Urbanisasi, Pengang-
guran dan Sektor Informal di Kota, Gramedia, Jakarta.
Me. Gee, T.G. dan Das V, 1983, Small Towns: Growth Injections Centres or
Bypassed Fossils: A Premilary Investigations, Journal of Tropical
Geography, 18, pp: 40-48.
NUDS, 1985, Laporan Akhir NUDS (Proyek Strategi Nasional Pengembangan
Perkotaan), DPU-UNDP, Jakarta.
Ranis, Gustav, Stewart dan Reyes, 1989, Linkages in development: A Philippine
Case Study Manila, Institute Developments Studies (Working Paper
Series no. 89-92), Phillipine.
Rondenelli, Dennis A, 1985, Applied Methods of Regional Analysis: T~e Spa-
tials Dimensions of Development Policy, West View Press, London.
Rondenelli, Dennis A, 1987, Cities as Agriculture Markets, Geographical Re-
view 77 (4), pp: 408-420.
Salih, Kamal, 1979, Rural- Urban Transformations and Regional Development
Alternatives in Asia, United Nations for Regional Development,
Nagoya.
Taylor, D.F.R, 1981,: Role and Functions of Low Order Centres in Rural
Development", in Fu Chen Lo (eds) Rural Relations and Regional
Development, United Nation for Regional Development.

Titus, M.J, 1993, Small Town Productions and Regional Functions in Central
Java, Indonesia Journal Geography, 66 (25), pp: 1-29.
Todaro, Michael P, 1995, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Erlangga,
Jakarta.
Weaver, C, 19C::., "Development Theory and Regional Question: A Critique of
Spatial Planning And its Detractors:, in W.B., Stohr and D. R. F.
Taylor (eds), Development from Above or Below, John Wiley and Sons,
New York. > •c./!,

Forum Geografi No. 19Th. X/ Deseinber 1996 81


·- - - - - - -

PEMBANGUNAN DAN KELESTARIAN SUMBERDAYA


LINGKUNGAN HIDUP

Oleh. Retno Woro Kaeksi

ABSTRACT

Development is a certain coveted by all people in which included the natural


resource development of living members, because a large part of human
necessity is supplied by the natural resource. Thus, the more population the
more necessities of the natural resource consumed.
Natural resource availability is limited while the development is in progress.
In such condition the resource is getting decrease and finally destroyed, unless
we develop its and make a provision in replacement. According to what is said
by, it is needed a human knowledge about environmental concept of living
members in order that in the desired development realization an enviromental
conservation will be protected permanently.

INTISARI

Pembangunan merupakan sesuatu yang didambakan oleh semua orang


termasuk di dalamnya pembangunan sumberdaya alam lingkungan hidup,
karena sebagian besar kebutuhan hidup manusia berasal dari sumberdaya
alam. Dengan demikian semakin banyak penduduk maka semakin banyak
pula kebutuhan akan sumberdaya tersebut.
Ketersediaan sumberdaya alam sangat terbatas, untuk itu keadaan
semacam ini kalau tidak diikuti dengan pembangunan sumberdaya yaitu
dengan pengadaan sumberdaya pengganti maka akan dapat menyebabkan
habisnya sumberdaya dan akhirnya terjadi kerusakan sumberdaya. Untuk itu
perlu adanya pengetahuan manusia akan wawasan lingkungan hidup agar
didalam melaksanakan pembangunan yang dicita-citakan tetap menjaga
adanya kelestarian lingkungan hidup.

'· ~

82 Forum Geografi No. 19Th. Xi De"sember 1996


PENDAHULUAN energi, lahan untuk usaha tani, per-
mukiman dan rekreasi.
Tujuan masa depan yang didam- Berubahnya orientasi nilai
bakannya oleh bangsa Indonesia budaya masyarakat Indonesia yang
adalah pembangunan manusia seu- kini berusaha memanfaatkan sum-
tuhnya dan pembangunan sosial berdaya alam semaksimal mung-
ekonomi ke arah kesejahteraan kin, memerlukan pengendalian
seluruh masyarakat Indonesia. Ke- yang seimbang. Karena perubahan
bijaksanaan pembangunan yang dan gangguan terhadap sumber-
setuju pada pembangunan manusia daya alam dan lingkungannya da-
seutuhnya memuat keharusan un- pat menimbulkan masalah untuk
tuk menegakkan kehidupan yang lingkungan hidup manusia yang
berimbang, sebagai perujudan dari baik. Selain itu hal ini dapat mem-
keragaman lingkungan hidup dan pengaruhi kesejahteraan masyara-
keseimbangan ekosistem. kat akibat pencemaran dan kera-
Sesuai dengan tingkat perkem- cunan serta merusak lahan usaha,
bangan kebudayaan manusia de- adapun kerusakan itu dapat berupa
ngan alam. Hubungan yang per- erosi, banjir, kekeringan dan seba-
tama adalah manusia tunduk gainya.
kepada alam, yaitu menganggap Masalah lingkungan hid up di In-
alam sebagai suatu yang mengha- donesia telah cukup se'rius. Ke-
langi keinginan dan menimbulkan nyataan ini dapat dilihat dari gejala
bencana . Hubungan yang kedua berikut: ·
adalah manusia dapat menyelaras- 1. Semakin sering terjadi banjir di
kan diri dengan alam, yaitu pada musim penghujan.
tingkat manusia yang sudah lebih 2. Kekeringan di musim kemarau.
berkembang, manusia dapat me- 3. Terjadinya wabah penyakit
nentukan perilaku tertentu se- menular meningkat.
hubungan dengan perubahan 4. Meningkatnya pencemaran
gejala-gejala alam. Hubungan yang dari limbah industri dan
ketiga adalah manusia mulai me- pengendapan lumpur di su-
nguasai alam yaitu telah berhasil- ngai-sungai.
nya man usia untuk mengenali alam Pembangunan merupakan
dan kemudian mulai menarik man- rangkaian kegiatan berencana
faat dari alam sebesar-besarnya, .· menuju 1<-eadaan masyarakat yang
dalam hubun ~'ln antara sumber- lebih baik dengan pertimbangan
daya alam dan masyarakat man usia kenyataan yang telah dikemukakan
didalam ekosistem sumberdaya di atas, pelaksanaan pembangunan
alam, manusia melakukan eksploi- memerlukan perencanaan dan
tasi untuk memperoleh bahan yang pengaturan kelakuan berpola atau
dibutuhkan untuk konsumsi, sistem norma dan sara·na yang
sepadan.

Forum Geografi No. 19 Th. XJ Desember 1996 83


Berdasarkan kaitan ini, selain SUMBERDAYA
pelaksanaan pembangunan yang
membutuhkan mentalitas pemba- Secara garis besar pemba-
ngunan yang baik dan modal ngunan itu diklasifikasikan men-
budaya. juga pelaksanaan UU RI jadi tiga yaitu Sumberdaya Alam,
No.4 tahun 1982 tentang ketentuan Sumberdaya Manusia dan Sumber-
pokok pengelolaan lingkungan daya Budaya. Sebagian besar kebu-
hidup. Undang-undang lingkungan tuhan hidup manusia dipenuhi dari
hidup yang merupakan hasil karya sumberdaya alam, oleh karena itu
pemerintah dan pusat studi sumberdaya alam merupakan sum-
lingkungan dari beberapa pergu- berdaya yang sangat penting untuk
ruan tinggi serta lembaga swadaya diperhatikan, artinya dala m pe-
masyarakat lainnya, memuat be- manfaatannya perlu berhati-hati
berapa tujuan pokok yakni: agar tidak terjadi kerusakan.
a. Tercapainya keselarasan Manusia mempunyai kecen-
hubungan antara manusia derungan untuk memanfaatkan
dengan lingkungan sebagai tu- (mengambil) sumberdaya dalam
juan pembangunan manusia jumlah yang banyak. Hal ini sema-
Indonesia seutuhnya. kin terlihat dengan seirjT!.g perkem-
b. Terkendalinya pemanfaatan bangan (kemajua n) teknologi ,
sumberdaya yang bijak pengalaman dan pembangunan wi-
c. Terlaksananya pembangunan layah. Dengan pengalaman ya ng
yang berwawasan lingkungan dimiliki dan kemajuan teknologi
untuk generasi sekarang dan yang ada maka manusia semakin
mendatang. mudah untuk menggali dan meng-
d. Terlindungnya negara seka- olah kekayaan alam. Untuk itu
rang terhadap dampak kegi- dibuka kesempatan bagi program
atan di luar wilayah negara pemerintah , swasta di dalam
yang menyebabkan kerusakan negara dan swasta asing untuk ikut
dan pencemaran lingkungan. serta dalam pembangunan wilayah.
Target dari bahasan ini adalah Pembangunan wilayah meru-
penggunaan dan pengelolaan sum- pakan tujuan bagi setiap orang, na-
berdaya dilakukan secara bijak- mun tidak berarti tanpa suatu
sana, proses pembangunan dila - perencanaan karena pembangunan
kukan secara sinambung dan sem ua yang tidak terencana nantinya da-
kebijaksanaan· serta kegiatan pem- pat mengakibatkan kerusakan
bangunan ditujukan untuk me- sumberdaya. Kerusakan akan lebih
ningkatkan kualitas hidup bangsa membahayakan lagi kalau yang
Indonesia. rusak sumberdaya yang tidak
mudah diperbaharui (terdapatnya
sangat terbatas) seperti sumber-
·J
daya energi, sumberdaya tambang

84 Forum Geografi No. 19Th. X! Desei:nber 1996


(bahan galian), oleh karena itu perlu hasia alam semesta ini yaitu de-
lebih berhati-hati dalam pemanfa- ngan sumberdaya baru (sumber-
atan sumberdaya tersebut. daya cultur).
Manusia merupakan faktor Dari dua sifat manusia tersebut
utama dalam kaitannya dengan pe- di atas yang lebih mengkhawa-
manfaatan sumberdaya karena tirkan adalah sifat sebagai kon-
tanpa ada pemanfaatan oleh sumen karena adanya kecen-
manusia maka sesuatu itu juga ti- derungan memanfaatkan sumber-
dak akan ada artinya. Namun daya yang ssebanyak-banyaknya
karena manusia juga sumberdaya agar dapat memenuhi kebutuhan-
itu akan habis atau rusak. Semakin nya. Sifat ini apabila tidak terken-
banyak jumlah penduduk maka dali akan menyebabkan peman-
akan semakin banyak pula sumber- faatan sumberdaya yang berlebihan
daya akan dikonsumsi (diambilldi- sehingga terkadang akhirnya
manfaatkan) . Dengan demikian merusak sumberdaya alam .
jumlah penduduk adalah faktor Penyebaran penduduk di suatu
yang dinamik artinya jumlah pen- daerah tidak merata, biasanya
duduk yang banyak dapat me- mengelompok pada tempat-tempat
ningkatkan kemajuan atau kemun- yang cukup banyak tersedia sum-
duran suatu proses pembangunan. berdaya alam . Dengan demikian
Sejalan dengan itu pertambahan kita dapati daerah yang srlatnya
penduduk merupakan suatu faktor tertutup artinya tidak bebas
sentral untuk terjadinya konflik ke- menerima penduduk dari daerah
butuhan manusia disatu fihak dan lain, ini disebabkan karena pen-
keterbatasan alam (sebagai penye- duduknya sudah padat sehingga
dia sumberdaya) di lain fihak. perlu menekan jumlah penduduk
Manusia sebagai sumberdaya (Birth Control). Namun ada juga
mempunyai sifat sebagai produsen daerah yang sifatnya terbuka
dan sekaligus juga sebagai kon- artinya bisa menerima dan
sumen. Manusia sebagai konsumen mengirim penduduk dari dan ke
karena manusia memanfaatkan satu daerah. Kemungkinan inilah
(mengambil) alam untuk memenuhi yang dapat membuka perkem-
kebutuhan hidupnya dan manusia bangan perdagangan, pertukaran
sebagai produsen karena manusia sumberdaya sehingga lebih dapat
sebagai pelaksana dinamis dalam ~· meningkatk?-n nilai sumberdaya.
memproduksi. M<> nusia merupakan Kebudayaan yang ada pada
sumber tenaga baik f:sik maupun suatu daerah sangat besar sekali
fikiran dengan berdasarkan alam peranannya bagi kehidupan ma-
dapat menimbulkan budaya (cul- nusia, kemajuan kebudayaan ter-
tur). Sumberdaya yang paling besar gantung dari manusia sebagai pro-
adalah imaginasi dan daya kreatif dusen. Kebudayaan jugaV ber-
manusia yang dapat membuka ra- pengaruh kepada pemanfaatan

Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996 85


sumberdaya, bagi masyarakat de- MODERNISASI DAN PEMBA-
ngan kebudayaan yang tinggi maka NGUNAN
akan lebih banyak memanfaatkan
sumberdaya begitujuga sebaliknya. Menurut Koentjaraningrat
Dengan demikian kemajuan ke- (1983) modernisasi adalah usaha-
budayaan akan dapat menaikkan usaha untuk hidup sesuai dengan
jumlah pemanfaatan sumberdaya zaman dan perkembangan dunia
dan apabila suatu saat nanti alam saat ini, dengan demikian mo-
sebagai penyedia sumberdaya tidak dernisasi adalah suatu hal yang
dapat mengikuti perkembangan ke- sulit untuk dihindari untuk tidak
budayaan maka akan dapat menye- dilakukan dalam rangka menye-
babkan kerusakan sumberdaya. suaikan diri lebih dahulu dengan
Namun dengan akal manusia juga keadaaan dunia. Sedangkan
dapat mengatasi keterbatasan sum- teknologi adalah penerapan dari
berdaya yang disediakan oleh alam sains· untuk kesejahteraan manu-
dengan membuat sesuatu sebagai sia, sedangkan sains adalah suatu
sumberdaya pengganti yang disebut eksplorasi ke alam materi ber-
dengan sumberdaya cultur (sumber- dasarkan observasi dan yang men-
daya budaya). Dengan sumberdaya cari hubungan alamiah yan~ teratur
pengganti ini maka manusia akan mengenai fenomena yang diamati.
dapat mengangkat diri dari garis ' Perkembangan sains dan tek-
yang telah ditentukan oleh alam, nologi yang semakin tinggi mem-
manusia dapat menguasai alam punyai pengaruh langsung parl a
dalam batas-batas tertentu, dapat kehidupan. Pengaruh terse but sifat-
mengangkat diri dari rintangan dan nya berbeda-beda, namunyangjelas
hambatan di alam. Dengan kultur perkembangannya mempengaruhi
inilah yang menyebabkan manusia empat bidang yaitu :
dapat menempati (hidup) pada 1. Langsung kebidang intelektual
daerah yang keadaan alamnya ber- yaitu meninggalkan kebiasaan,
beda-beda. ataupun kepercayaan tradisi-
Sumberdaya budaya bermanfaat onal beserta pengaruhnya dan
bagi kehidupan manusia karena kemudian mengambil kebi-
dengan budaya memungkinkan asaan baru.
man usia untuk meniru alam, misa:l- 2. Berpengaruh pada bidang in-
nya apabila.-kebutuhan akan bahan dustri dan kemampuan di
sandang dari kapas dan ternyata medan perang.
ketersediaan kapas terbatas maka 3. Perubahan yang dibawakan-
manusia dengan budaya yang nya pada organisasi sosial
dimiliki dapat membuat bahan san- lambat laun merambat dalam
.
.·'
dang dari serat tiruan (serat sin- kehidupan politik.
tetis) sehingga kebutuhan tetap 0
dapat tercukupi.


86 Forum Geografi No. 19Th. X/ Desember 1996
4. Perubahan maupun benturan 4. Adil dalam kebenaran.
terhadap lingkungan alam ke- Keikutsertaan masyarakat da-
hidupannya. lam pembangunan adalah suatu hal
Dari uraian di atas dapat dilihat yang sangat penting yaitu dapat
bahwa modernisasi, pembangunan menggugah masyarakat untuk ikut
dan teknologi tidak hanya dapat memikirkan cara pemecalian
meningkatkan kesejahteraan suatu masalah yang sesuai, dapat terbi-
bangsa namun juga dapat merusak, nanya secara sinambung informasi
dengan demikian pembangunan mengenai apa yang sebenarnya ter-
yang seimbang dengan lingkungan- jadi di masyarakat sebagai akibat
nya merupakim suatu tuntutan. dari upaya pembangunan serta
Manusia sebagai pelaksana pem- mengetahui tanggapan masyarakat
bangunan haruslah manusia yang terhadap langkah pembangunan
mempunyai orientasi ke masa de- yang diambil, agar lebih dapat
pan yang tinggi dengan demikian mengetahui jenis persyaratan
manusia seperti itu akan memiliki kualitas maupun lokasi dari pela-
sifat unggul yakni : yanan sosial yang dibina melalui
1. Bersifat lebih hemat dengan se- pembangunan.
lalu memperhitungkan hidup- Pemuda mempunyai peranan
nya di masa depan. sangat penting di dalam mewaris-
2. Lebih menilai tinggi orientasi kan nilai dan sikap pembangunan
ke arah hasil ~ari suatu karya. yang seimbang melalui perbuatan
3. Lebih menilai tinggi hasrat komunikasi, informasi dan lain-
eksplorasi untuk memper- lain. Pembinaan pemuda ditujukan
tinggi kapasitas inovasi. untuk mempersiapkan kader pe-
4. Menilai tinggi mentalitas nerus pembangunan merupakan
berusaha atas kemampuan hal yang sangat penting.
sendiri.
5. Percaya kepada diri sendiri.
6. Berdisiplin murni. DAMPAKPEMBANGUNAN
7. Berani bertanggung jawab sen-
diri. Tujuan utama pembangunan ti-
8. Dapat dipercaya. dak lain adalah untuk memperbaiki
Adapun ciri-ciri manusia peni- kondisi yang sekarang ada sehingga
bangunan yang utuh pada dasarnya menjadi l~!Jih baik. Sehingga di-
adalah manuf-1;.,_ yang memiliki si- harapkan memperoleh kemak-
fat-sifat terpuji; m .-, miliki kete- muran dan kenyamanan dalam bi-
guhan mental yaitu: dang-bidang tertentu, namun tidak
, .: ·.;~ A

1. Taqwa dan beriman kepada selamanya begitu karena ternyata :.:_..(.

Tuhan. pembangunan juga memberikan


2. Benar dan berfikir. dampak yang merugikan.~ Pem-
3. Jujur dan kebenaran. bangunan yang belum seluruhnya

Forum Geografi No. 19 Th. XI Desember 1996 87


berhasil ditambah dengan ren- kesehatan tidak memenuhi, sam-
dahnya pendapatan penduduk dan pah tercecer dimana-mana sehingga
kemiskinan, kurang terbukanya ke- mendorong tumbuhnya daerah
sempatan kerja yang baik karena miskin di perkotaan.
tingkat pendidikan yang relatif ren-
dah yang akhirnya mendorong pen- 4. Kerusakan sumberdaya.
duduk untuk menguras sumber-
daya alam tanpa perhitungan. Kerusakan sumberdaya seperti
Di sini dikemukakan beberapa air, udara dan tanah adalah suatu
contoh dampak kehidupan dan pem- hal yang dapat membahayakan ke-
bangunan pada hngkungan sebagai hidupan di muka bumi karena
berikut: ketiga sumberdaya tersebut meru-
pakan kebutuhan utama . Keru-
1. Kerusakan akibat aktivitas sakan ini dapat diakibatkan karena
usaha tani. adanya polusilpencemaran dari lim-
bah pabrik maupun sisa pemba-
Penggunaan setiap tingkat dan karan kendaraan bermotor.
jengkal tanah yang tidak mengin-
dahkan konservasi. Misalnya de-
ngan menggunaan obat-obatan KELESTARIAN LIN&KUNGAN
dalam kegiatan usaha tani akan HID UP
mengakibatkan efek samping yang
ri:J.erugikan tanaman dan lingkung- Manusia dahim memanfaatkfln
annya. sumberdaya hngkungan hidup cen-
derung dilakukan semaksimal
2. Kerusakan akibat eksploitasi mungkin, terutama sumbe~daya
hutan. yang berstatus milik umum peman-
faatannya tidak rasional. Untuk
Pengambilan hasil hutan yang mencegah pemanfaatan yang tidak
tanpa diimbangi dengan pengelo- rasional maka perlu pemahaman
laan dan teknologi dapat menye- pada masyarakat tentang isi UUD
babkan kerusakan terhadap ke- 1945 pasal 33 ayat 3 dan bagi yang
lestarian hutan. melanggar UU tersebut dikenakan
sangsi. lsi dasar hukum itu adalah
3. Kerus~kan akibat permukim- "agar bumi, air dan kekayaan alam
a n. yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergu-
Hal ini banyak dijumpai pada nakan sebesar-besarnya untuk ke- ' ,>
daerah-daerah kota .karena dengan makmuran rakyat". Untuk kemak- ......
pertumbuhan kota yang tanpa te- muran rakyat ini berarti bahwa
rencana akan dapat menyebabkan ~~berdaya alam bukanlah hanya
kekurangan persediaan air minum, dapat diekstrak dan dieksploitasi

88 Forum Geografi No. 19Th. :X(Desember1996


untuk pembangunan saja, tetapi katan dengan sistem pertanian
juga harus dilestarikan untuk men- modern sehingga produksi me-
jaga k ese imb a ng a n lingkungan ningkat.
hid up . Dalam pembangunan pertanian
Ketidak seimbangan lingkun~an merupakan pertanian modern yang
hidup da pat terjadi ka rena penye- seimbang, seluruh sistem harus
bab-penyeba b seperti peningkatan ber kembang de ngan terpadu, di-
populasi penduduk, kebutuhan pa- namik da n seimbang. Disamping itu
ngan, k e butuhan p e rmukiman, pertanian yang dikembangkan hen-
kegia tan industri , kebutuhan en- daknya yang seimbang dengan
ergL perkembangan industri, sehingga
seluruh sistem harus dikelola se-
a. Populasi Penduduk. cara profesional. Dengan demikian
kegiatan pertanian ini hendaknya
Peningka tan jumlah penduduk juga mendapatkan peranan yang le-
Indonesia serta penyeba ran yang ti- bih besar.
dak merata memerlukan pengen-
dalian yang s ungguh -sungguh . c. Kebutuhan Permukiman.
Setiap wilayah memilliki kapasitas
pe ndukun g te rtentu bagi peme- Semakin meningkatnya jumlah
nuhan kebutuhan penduduknya, se- penduduk baik di daerah pedesaan
hingga apabila pada suatu wilayah maupun perkotaan akan menye-
antara jumlah penduduk dengan babkan semakin meningkat pula ke-
ketersediaan (kapasitas) tidak se- butuhan tempat tinggal (permu-
imbang maka akan menimbulkan kiman) sehingga sering terjadi per-
masalah. Dengan demikian usaha- masalahan di kota. Di kota besar
usaha untuk mengata si masalah selalu dijumpai penduduk yang ber-
terse but bisa dilakukan dengan pro- jejal tinggal di suatu tempat dalam
gram keluarga berencana (KB) dan kondisi berhimpitan. Keberhasilan
transmigrasi. pembangunan terkadang menim-
bulkan suatu kontradiksi yang ti-
b. Kebutuhan P a ngan. dak jarang kita jumpai seperti
pembangunan fisik yang ditandai
Kebut uha n pangan merupakan gedung-gedung pencakar langit
kebutuhan ma nus1a yang paling akan tetapi r..;.<lsih banyak dijumpai
mendasar se hing;-~ ·~ pabila pertum- - gedung-gedung (daerah) yang ku-
buhan penduduk semakin tinggi
maka berarti meningkat pula kebu-
rnub (kotor)
Kodisi semac am itu perlu . .
-· .,If,

tuhan akan bahan pangan. Dengan pengendalian yang sungguh-sung-


demikian se ktor pertanian yang guh dan membutuhkan kerjasama
merupakan sektor penyedia bahan lintas sektoral. Perencanaan=- rea
pangan p e rlu diadakan pening- permukiman sebaiknya tidak - me-

Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996 89


rusak tata lingkungan. Penam- kan apabila akan menentukan
bahan penduduk yang diikuti arus kawasan industri yang strategis
migrasi harus ditekan dan kesem- yaitu:
patan kerja di luar kota harus 1. Harus cukup jauh dari pusat
ditingkatkan. permukiman penduduk
Apabila pemekaran kota se- 2. Harus punya tempat untuk me-
makin bertambah luas dan lapang- netralisir limbah cair
an kerja makin terkonsentrasi pada 3. Harus mempunyai cerobong
daerah/wilayah kota maka perlu di- asap yang tinggi
lakukan kebijaksanaan penyebaran 4. Harus mempunyai tempat pem-
penduduk dengan diikuti industri- buangan limbah organik
alisasi pedesaan sehingga lapangan 5. Harus aktif memeriksa tingkat
kerja tidak terkonsentrasi di kota pencemaran dan melakukan
sehingga penduduk di luar kota/ pengendalian sendiri.
desa tidak perlu harus !:>ermigrasi
ke kota untuk memperoleh peker-
Jaan. PENGELOLAANLINGKUNGAN
HID UP
d. Kegiatan lndustri.
Pada zaman pembangunan ini,
Usaha pengembangan industri lmlonesia telah memiliki strategi
sering membawa dampak pence- pele$tarian Nasional yang dikem-
maran lingkungan sehingga peman- bangakan melalui GBHN dan Pel.ita
faatan pengembangannya menjadi serta dilaksanakan oleh menteri
kurang berarti dalam konstelasi kependudukan dan lingkungan hi-
ekonomi dan kesejahteraan masya- dup. Salah satu kebijaksanaan
.r akat secara menyeluruh. Hal ini terse but dituangkan dalam UUb RI
perlu segera ditanggulangi, meng- NO 4th. 1982 tentang pengelolaan
ingat sektor industri adalah sektor lingkungan hidup.
yang cukup penting. Hutan merupakan sumberdaya
Untuk mengatasi pencemaran alam dan lingkungan hidup, se-
diperlukan biaya untuk penangan- hingga di dalam pemanfaatan sum-
an polutan yang dihasilkan oleh berdaya tersebut untuk keperluan
kegiatan industri. Pembebanan pembangunan perlu memperhati-
biay.a masih merupakan masalah kan kelestarian tidak sekedar
bagi pihak pemerintah, industri dan mengeksploitasi karena apabila hu-
masyarakat sekitar industri itu tan rusak akan menyebabkan ru-
berada. saknya sumberdaya yang lain se-
. ,.•
Agar pencemaran yang ditimbul- perti sumberdaya tanah, air dan
kan oleh aktivitas industri dapat udara.
diatasi (dapat dikurangi) maka ada .. ehabilitasi sumberdaya alam
beberapa hal yang perlu diperhati- ya'n:g rusak perlu diperbaiki (lebih

90 Forum Geografi No. 19 Th. X! Oe·s ember 1996


ditingkatkan) lagi melalui pen- untuk pemanfaatan tersebut.
dekatan terpadu Daerah Aliran Teknologi dapat mengubah kehi-
Sungai (DAS) termasuk daerah dupan yang rendah untuk menjadi
lainnya. Pendayagunaan wilayah kehidupan yang lebih bermutu.
pantai dan laut perlu ditingkaikan Artinya melalui penerapan tek-
karena tuntutan kebutuhan juga nologi yang tepat dapat meningkat-
meningkat, namun perlu perhatian kan nilai tambah sumberdaya.
jangan sampai merusak mutu dan Denga ·1. tingkat k ebudayaan
kelestarian lingkungan hidup laut yang tinggi maka manusia dapat
dan pantai. mengetahui dengan seksama sifat-
Pembangunan permukiman sifat alam sehingga dapat meman-
yang terus meningkat sejalan de- faatkan sumberdaya seoptimal
ngan peningkatan kebutuhan akan mungkin. Eksploitasi sumberdaya
perm ukiman dengan bertam bahnya alam tidak seimbang serta pemba-
penduduk maka untuk itu banyak ngunan yang kurang rasional akan
tanaman-tanaman yang ditebang. memberikan dampak yang merugi-
Keadaan seperti itu kalau tidak kan manusia itu sendiri.
segera diperhatikan maka akan ter- Pembinaan pengelolaan sumber-
jadi kerusakan lingkungan hidup, daya alam lingkungan hidup sulit
oleh karena itu perlu segera dia- dilakukan karena tidak adapya ke-
dakan peningkatan penghijauan jelasan tanggung jawab dan we-
dan reboisasi. Penghijauan dan re- wenang yang sering kali meng-
boisasi merupakan suatu usaha hambat teknologi tepat guna. Hal
yang punya nilai tersendiri dalam ini juga disebabkan karena tek-
konservasi lahan karena hal ini nologi tepat guna untuk pembinaan
jelas merupakan tindakan yang lingkungan hidup pada umumnya
mengerti akan arti pentingnya ling- belum memadai.
kungan sekitar man usia. Dikatakan Pembangunan disatu sisi dapat
penting untuk lingkungan manusia mengangkat manusia dari tingkat
sebab dengan begitu maka akan ter- hidup yang rendah menjadi lebih
jadi keseimbangan di dalam satu baik, nam un di sisi lain karena pem-
ekosistem di dunia dimana dian- bangunan yang kurang seimbang
taranya saling membutuhkan. dapat merugikan masyarakat. De-
ngan demikian dimasa mendatang
ketidak ~eim.oangan ini harus se-
KESIMPULAN gera dikurangi, dihambat dan kalau
perlu/mungkin dihilangkan sama
-·. .• i,
Pembangunan dalam kaitannya sekali sehingga tujuan pemba-
ngunan kearah kesejahteraan
. .. ~ ·

dengan pemanfaatan sumberdaya


tidak hanya tergantung dari sum- masyarakat yang adil dan ~~kmur
berdaya itu saja namun tergantung dapat tercapai.
pula oleh teknologi yang diterapkan

Forum Geogr afi No. 19Th. XI Desember 1996 91


DAFTAR PUSTAKA

Aris Ananta, 1996, Wart<41 Demografi: Human Development Index: Kelemahan


darrKekuatan, Lembaga Demografi. FE.UI, Jakarta

Ilham, 1990, Strategi Pembangunan Perkotaan; Usaha Nasional, Surabaya.

Otto Soemarw:oto, 1994, EkQlogi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Djam-


Qatan, Jakarta. '

Suwaso.p.o Heddydan;MettyKUl'niati, 1994, Prinsip-prinsipDasar Ekologi, PT.


Raja Gr~fi'ndo Persada, Jakarta.

I f:

-; "~:: ·
.>·.~.,.
. :.:.~

92 Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996


PEMBUATAN BATU BATA DAN GENTING: PERUBAHAN
TERHADAPBENTANGLAHANDAN
CARAPENANGGULANGANNYA
Oleh: Alif Noor Anna

ABSTRACT

As a natural resource land has a strategic position in various development


progress mainly as an infrastucture and means of settlement. At present it
seems that land demand is getting increase adjusts to population growth and
development rate. In connection to this question land problem has a close
linkage in Clay mining to obtain raw material of brick and tile. Clay as a
manufactured raw material is usually extracted out from soil of agricultural
field.
Apparently, the clay mining has much changed physical and non physical
condition, among others; lowering of land surface, reduction of soil fertility,
micro relief changes, area constraction of groundwater charge supply, and there
will be a decrease offloura and founa variation at the operation area of the clay
mmmg.

INTI SARI

Tanah sebagai sumberdaya alam mempunyai posisi strategis dalam berba-


gai proses pembangunan, terutama sebagai prasarana dan sarana permuki-
man. Kebutuhan tersebut saat ini terasa semakin meningkat sesuai dengan
pertumbuhan penduduk dan laju pembangunan.
Dalam kaitannya dengan masalah tersebut mempunyai hubungan erat
dengan pengambilan tanah Oempung) untuk bahan baku pembuatan batu bata
dan genting. Bahan baku tanah yang digunakan biasanya diambil dari tanah
pada lahan pertanian.
Penambangan t.anah tersebut ternyata telah !:Janyak mengubah kondisi
fisik dan non fisi.K, antara lain penurunan ketinggian tanah, penurunan
kesuburan tanah, perubahan relief mikro, penyempitan daerah imbuhan air- .·• ··"
tanah dan berkurangnya variasi flora dan fauna pada lahan penambangan ,. ' ~ ­
.•
yang bersangkutan.

Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996 93


PENDAHULUAN Selain itu, tanah sebagai sum her
daya alam yang mempunyai posisi
Tanah merupakan sumber daya strategis dalam berbagai proses
alam yang sangat potensial. Sebagai pembangunan, terutama yaitu se-
sumberdaya alam yang sangat po- bagai prasarana pembangunan dan
tensial, tanah dapat dimanfaatkan sarana permukiman. P osisi stra-
untuk berbagai kebutuhan makh- tegis itu pada saat ini semakin me-
luk hidup, baik itu untuk tetum- ningkat sesuai dengan pertum-
buhan, hewan maupun manusia. buhan penduduk dan laju pemba-
Oleh karena itu, peran tanah bagi ngunan yang ada.
makhluk hidup adalah sangat vital, Salah satu pengambilan tanah
yaitu: yang berhubungan dengan kebu-
a. sebagai wadah yang mencakup: tuhan pembangunan prasarana dan
media tempat tumbuhnya sarana permukiman adalah peng-
tanaman, tampat mencari ambilan tanah untuk bahan baku
makan dan tempat berkembang pembuatan batu bata dan genting.
biaknya hewan, serta tempat Walaupun terdapat bahan-bahan
kegiatan kerekayasaan ma- lain yang mempunyai fungsi yang
nusla; sama dengan batu bata ~'.: <iu gen-
b. sebagai sesumber (resources), ting, seperti batako, batu a tau kayu,
karena pada tanah banyak ashes, sirap dan lain-lain, kedua ba-
xterkandung bahan-bahan mi- han itu (batu bata dan genting) sam-
neral, bahan-bahan organik, air pai sekarang masih tetap banya.k
maupun udara yang dapat di- digunakan sebagai bahan pokok
manfaatkan makhluk hidup bangunan.
yang berada di atasnya. Sebagaimana sudah diketahui
Tanah sebagai sesumber ini terben- secara luas, bahan baku pembuatan
tuk dari hasil pelapukan batuan batu bata dan genting adalah dari
yang bercampur dengan sisa-sisa tanah lempung. Dalam proses pem-
bahan organik dari organisme yang buatan batu bata, bahan baku tanah
menempati di atasnya, seperti yang digunakan biasanya diambil
tetum buhan yang mati, hew an yang dari tanah lahan pertanian yang
mati atau kotoran- kotoran lain dialihgunakan pada saat tertentu.
yang berasal dari makhluk hidup. Hal ini terjadi terutama pada mu-
.Dalam big.a ng pedologi, tanah sim kemarau karena berbagai
dipandang sebagai suatu benda alasan, seperti: dapat meningkat-
alam yang dinamis. Artinya, tanah kan pendapatan petani, dapat
tidak hanya dihubungkan dengan menyerap tenaga kerja, dan karena
pertumbuhan tanaman saja, tetapi alasan sulitnya mendapatkan ·a ir
juga bermanfaat pada bidang non untuk usaha pertanian. Pengambil-
pertanian, seperti pembuatan ba- an ~nah lempung biasanya di-
han-bahan bangunan. lakukan pada lapisan tanah dengan

94 Forum Geografi No. 19Th. X! Desember 1996


kedalaman 1 - 2 meter (Jamulya, karena itu, tidak mengherankan
1995:1). Hal demikian tampaknya hila pada bekas lokasi penam-
juga berlaku dalam pembuatan gen- bangan sering dijumpai kerusakan
ting. Bahan baku tanah yang digu- lingkungan, baik kerusakan yang
nakan untuk pembuatan genting bersifat primer (yaitu pada lahan
biasanya diperoleh dengan cara yang bersangkutan) maupun
yang relatif sama, yaitu dengan ker usakan yang bersifat sekunder
menggali tanah dari lahan persa- (yaitu pa d a wilayah lainnya).
wahan dan menambang a tau meng- Kerusaka n itu terjadi melalui
ambil dari tanah pegunungan, proses tertentu. Yaitu setelah tanah
seperti yang dilakukan di daerah diambil atau digali, biasanya akan
Godean (di Yogyakarta) dan di mengakibatkan terjadinya: (a) pe-
daerah Banyumas (Jawa Tengah). rubahan relief mikro (akibat adanya
Pe r timbangan utama dalam bekas-bekas galian yang berupa le-
us aha pembuatan batu bata dan dokan), (b) penurunan tingkat ke-
genting seperti itu biasanya adalah suburan tanah, (c) penyempitan
pertimbangan ekonomis. Yang di- daerah imbuhan air tanah (hila
maksud dengan pertimbangan eko- berupa daerah pegunungan), (d)
nomis disini adalah bahwa peng- perubahan menjadi outcrop, dan (e)
gunaan lahan sa wah yang dialihgu- akhirnya terjadi pengurangan vari-
nakan untuk usaha industri bahan asi flora dan fauna pada daerah
bangunan seperti itu kenyataannya yang bersangkutan.
lebih menguntungkan dari pada
yang digunakan untuk lahan sa wah
bias a . Dari berbagai hasil penelitian TUJUAN DAN OBYEK PENU-
telah nenunjukkan bahwa pada luas LISAN
lahan yang sama dalam waktu satu
tahun pendapatan bersih bisa me- Tujuan tulisan ini adalah untuk:
ningkat 8 kali hila diusahakan un- a. Mengetahui perubahan be n-
tuk industri batu bata dan hila tang lahan akibat penam-
lahan disewakan akan meningkat 3 bangan tanah untuk pembu-
kalinya (Wartono, 1981). atan batu bata dan genting
Karena pertimbangan ekono- pada lokasi tempat penam-
mis yang menggiurkan seperti itu, bangan, serta memprediksi
banyak penambang pada industri efek sekunder yang m ungkin
itu yang kurang a tau tidak memper- akuu terjadi.
hatikan akibat-aki b c::~ negatif yang b. Mengevaluasi tindakan rekla-
bisa ditimbulkannya. Akibat yang masi yang telah dilakukan dan
dimaksud tentu saja bersifat non- memberikan alternatif cara
e konomis, terutama yaitu yang reklamasi pada lahan bekas
menyangkut aspek konservasi la- penambangan t a nah lemp-":llg.
han bekas penambangan. Oleh

Forum Geografi No. 19Th. XJ Desember 1996 95


Sedangkan obyek yang digu- Oleh karena itu, dalam pemba-
nakan dalam prognosis bentang la- hasan selanjutnya akan dipisahkan
han adalah lahan pertanian dan antara dampak pengambilan tanah
daerah perbukitan tempat p~nam­ lempung yang diambil dari lahan
bangan bahan baku pembuatan pertanian dan diambil dari lereng
batu bata dan genting. perbukitan atau pada perbukitan-
nya itu sendiri. Ini dilakukan
karena dampa k yang diakibatkan
ANALISIS DAN DIAGNOSIS oleh keduanya tentu akan berbeda,
PEMBUATAN BATU BATA DAN terutama pada perubahan bentang
GENTING TERHADAP PE- lahannya.
RUBAHAN BENTANG LAHAN

Tanah merupakan bahan pokok Perubahan Bentang Lahan


dalam pembuatan batu bata mau- Akibat Penambangan Lempung
pun genting. Namun, ada sedikit pada Lahan Pertanian
perbedaan dalam segi tekstur tanah
yang dipakai pada pembuatan batu Batu bata merupakan salah satu
bata dan genting. U ntuk pembuatan bahan bangunan yang digunakan
batu bata , bahan baku tanah yang sebagai bahan pokok i-J cmbuatan
digunakan harus mempunyai din'ding banguna n ataupun sebagai
tekstur tanah yang lebih kasar hila bahan pembuatan seme n merah.
dibanding dengan tekstur tanah Semen merah dibuat dengan jalan
yang digunakan sebagai bahan menghaluskan atau men gha n-
baku genting. Umumnya tanah curkan batu bata yang pecah (tidak
yang digunakan untuk batu bata utuh). Semen merah yang diGam-
mempunyai tekstur geluh berpasir purkan dengan pasir dan kapur
hingga geluh berlempung, dan jenis dalam ukuran atau perbandingan
tanah yang diambil biasanya dari tertentu akan menjadi bahan
jenis kambisol, aluvial, dan jenis la- adukan (atau lebur dala m bahasa
tosol. Sedangkan tanah yang digu- Jawa). Bahan adukan ini selanjut-
nakan sebagai bahan baku nya akan berfungsi sebagai perekat
pembuatan genting mempunyai batubata-batubata dalam proses
tekstur geluh lempung berdebu pembuatan dinding bangunan.
hingga lemp!)ng berdebu (Jamulya, Walaupun saat ini bahan itu telah
1994: 24) . Lokasi pengambilan banyak digantikan oleh semen kela-
tanah untuk bahan baku pembu- bu, bahan itu tampaknya masih
atan batu bata dan genting dapat juga banyak digunakan pada . ,>
berasal dari lahan pertanian atau daerah-daerah tertentu. : ....
perbukitan ataupun lereng perbu- Genting berfungsi sebagai atap
kitan. b~unan dengan cara menyusun
sedemikian rupa hingga tertata dan

96 Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996


menutup bagian atas dari bangun- tanah lempung untuk dapat meng-
an. Saat ini genting masih banyak hasilkan suatu 'adonan tanah lem-
digunakan sebagai penutup ba- pung' yang mempunyai keplastisan
ngunan (atau atap) walaupun se- yang dibutuhkan. Air ini juga ber-
benarnya banyak bahan bangunan fungsi seagai bahan pelicin per-
lain yang mempunyai fungsi yang mukaan 'genting basah' sewaktu
sam a dengan genting, seperti ashes, proses pencetakan. Adapun pasir
sirap, seng, dan masih banyak lagi mempunyai fungsi untuk mencegah
baha n lain sebagai bahan atap ba- agar adonan tanah lempung tidak
ngunan. Hal ini terjadi karena peng- lengket pada 'geblegan' dan
gunaan genting sebagai atap 'bengkok' sewaktu pencetakan (un-
bangunan mempunyai beberapa tuk produksi genting tradisional).
kelebihan, antara lain yaitu disam- Demikian juga minyak pres mem-
ping harganya murah dan mudah punyai fungsi untuk mencegah agar
didapatkan, genting juga dipandang 'batan' tidak lengket pada alat cetak
mempunyai fungsi yang lebih baik presnya (untuk cetak genting pres).
dalam membuat kesejukan ruangan Pasir yang digunakan adalah jenis
yang menggunakannya. pasir kali. Sedangkan dalam pem-
Dalam pembuatan batu bata bakaran genting, bahan bakar yang
dibutuhkan tanah yang mempunyai digunakan adalah kayu bakar dan
tekstur geluh berlempung. Se- minyak bakar. '
dangkan dalam pembuatan genting, Sedangkan pengambilan tanah
tanah yang dipakai sebaiknya mem- lempung dilakukan dengan cara
punyai tekstur geluh lempung ber- menggali tanah pada lahan per-
debu hingga lempung berdebu. tanian, dengan lapisan tanah pada
Cara pembuatan batu bata kedalaman 1 - 2 meter (lihat Jamul-
adalah dengan mengambil atau ya, 1994:26). Pada lapisan tanah
menggali tanah, setelah itu tanah bagian atas yang dikupas atau di:
dilunakkan dengan air (diuli), gali ini merupakan media tempat
dicetak, dikeringkan dengan panas tumbuhnya tanaman pertanian.
sinar matahari , baru kemudian Pengalihgunaan lahan per-
dibakar. Pembakaran batu bata ini tanian menjadi lahan tempat pe-
biasanya dengan menggunakan lim- nambangan da n sekaligus sebagai
bah pertanian yang berupa sekam bahan pembuatan batu bata saat ini
dengan sedikit kayu bakar sebagai ,.sudah cukl ~~ banyak. Lokasi-lokasi
bahan penyulu+ -:-:1inya. Sedangkan tersebut antara lain di daerah
dalam pembuatan gcnting diper- Klaten (Jawa Tengah), di Godean
lukan ba han baku tanah lempung, (Sleman, DIY), di Banguntapan ; , "#~ . '

air, dan bahan penolong yaitu pasir (Bantul DIY), di daerah Sukoharjo ~;·:.. .
dan minyak pres. Dalam hal ini air (Jawa Tengah), di daerah Banyu-
bertindak sebagai katalisator dalam mas (Jawa Tengah) dan masi]:('ba.
proses perendaman, pelumatan nyak lokasi lainnya.

Forum Geografi No. 19Th. X/ Desember 1996 97


Alasan utama penambangan ini an pekerjaan yang dapat menyerap
adalah pada aspek ekonomi, yang tenaga kerja cukup banyak. Seti-
ternyata memberikan pendapatan dak-tidaknya akan tercipta lapang-
yang lebih besar dibanding untuk an kerja di bidang penggalian,
usaha, pertanian tanaman pangan, pengangkutan (transportasi), pem-
seperti tanaman padi dan polowijo. buatan, dan pemasaran. Dampak
Selain itu penambangan agaknya positif yang lain yaitu dalam proses
juga didukung oleh adanya iklim akhir pembuatan batu bata yakni
yang menguntungkan bagi para pada saat pembakaran. Disini ba-
penambang. Karena pembuatan nyak memanfaatkan limbah sekam
batu bata dan genting frekuensinya (kulit padi) sehingga dapat mem-
lebih banyak dilakukan pada waktu bantu mengurangi jumlah limbah
musim kemarau daripada pada mu- pertanian. Dalam proses ini abu
sim penghujan . Hal ini terjadi yang dihasilkan dapat dipergu-
karena jumlah air yang tersedia un- nakah sebagai bahan pembuatan
tuk kebutuhan irigasi pertanian le- abu gosok atau bahan untuk menu-
bih sedikit dibandingkan pada tup lubang-lubang bekas galian (bi-
musim hujan dan kadang-kadang asanya bersama dengan bahan-
untuk mendapatkannya pun masih bahan yang lain).
mengalami kesulitan. Alasan lain Bahan bakar yang digunakan
mengapa pembuatan batu bata dan dalam pembakaran genting sete-
genting dilakukan pada musim ke- ngah jadi berbeda dengan bahan
marau adalah bahwa iklim lebih bakar yang digunakan dalam peM.-
mendukung dalam proses penge- bakaran pembuatan batu bata.
ringan cetakan batu bata maupun Kalau bahan bakar pembuatan batu
genting. bata berupa sekam dan sedikit
Adanya pembuatan batu bata kayu , maka bahan bakar pem-
maupun genting mempunyai dam- buatan genting yaitu kayu bakar
pak yang bersifat positif maupun dan minyak tanah. Jenis bahan
yang bersifat negatif. Dampak posi- bakar yang biasa digunakan dalam
tif terutama pada bidang ekonomi, pembakaran dapat dilihat pada
ketenagakerjaan, dan pendayagu- Gambar 1.
naan limbah pertanian (yaitu Dilihat dari klasifikasi sumber-
sekam). Dampak dalam bidang eko- daya alam kayu bakar termasuk
nomi, seperti telah disinggung di sumberdaya alam yang dapat diper-
atas, yaitu'· dapat meningkatkan baharui (renewable resources). Na-
pendapatan para penambang. Pen- mun, sumberdaya alam ini mem-
dapatan rerata penambang umum- punyai keterbatasan. Keterbatas-
nya bisa naik menjadi 3 - 8 kali annya terletak pada faktor waktu,
dibanding dengan pendapatan se- yaitu waktu pertumbuhan kayu
belumnya sebagai petani. Usaha ini balrw yang relatif lama hila diban-
ternyata juga menciptakan lapang- dinl kan dengan pemanfaatannya.

98 Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996


·······---'--~- _ __ ·· :...;~ : : •••• 2:;;~.:.~--.:~- .....:_ ........ ~.-. ~i..:... ~
:.....;.,.o.;;.; ...............~ . ··-- · - - -..················· -~--··---·

Gambar 1. Jenis b<Jhan bakar yang ~igunakan untuk pembakaran genting

Keterangan:
(a) kayu pinus
(b) kayu jati
(c) kayu trembesi
(d) kayu bambu

Forum Geografi No. 19Th. X/ Desember 1996 99


Dalam hal ini, hila pemanfaatan pada saat sehelum dan sesudah di-
atau pengamhilan kayu hakar lakukan penamhangan pada lahan
dalam jumlah yang herlehihan atau pertanian, seperti dilampirkan pada
tidak terkendali yang diakihatkan Tahel 1. Tahel ini memherikan satu
oleh tuntutan produksi genting se- eontoh hasil penelitian tentang pe-
lalu meningkat (karena pemha- ruhahan kualitas lahan di daerah
ngunan juga meningkat), maka Godean.
hahan hakar itu akan menjadi sum- Selain daripada itu, penggalian
herdaya 1wn- renewable. Peruhahan ta.~.1.ah juga mengakihatkan terja-
ini dapat menimhulkan malapetaka dinya peruhahan relief mikro pada
hagi kehidupan manusia, terutama daerah hekas penamhangan tanah
pada lokasi tempat kayu tersehut lempung. Peruhahan ini herupa le-
diamhil. Bahkan malapetaka itu dokan-ledokan yang ukurannya (be-
herkemungkinan terjadi pada sar-keeilnya ledokan) akan her-
daerah-daerah di sekitarnya, se- gantung kedalaman penggalian dan
perti dalam timhulnya heneana han- frekuensi dari penggalian tanah
jir, kekeringan, dan erosi. yang hersangkutan.
Sedangkan minyak hakar (mi- Cara penggalian tanah umum-
nyak tanah) tergolong sumherdaya nya dilakukan seeara hertahap
alam yang tidak dapat diperhaharui yaitu hagian perhagian dan peng-
(non- renewable). Artinya, hila digu- galian tidak langsung dalam.
nakan herlehihan minyak tanah Kedalaman luhang penggalian
pasti akan hahis. Sehagai kon- herkisar antara 60 em sampai de-
sekuensinya, kita harus mencari ngan 100 em. Baru kemudian dilan-
sumherdaya lain yang mempunyai jutkan pada hagian lahan sehelah-
fungsi sam a seperti minyak hakar, nya. Luas penggalian herkisar 8 J!: 10
yang umumnya juga merupakan m 2 sampai 10 x 30m 2 .
sumherdaya alam yang non-renew- Pengaruh penggalian tanah
able pula, · seperti hatuhara. Bila pada lahan persawahan akan her-
penggunaan hahan hakar ini tidak ujud semakin herkurangnya keting-
terkendali (berlehihan) maka akan gian tanah. Daerah penamhangan
timhul masalah haru yang justru se- hiasanya akan menjadi lehih rendah
makin parah. hila dihanding dengan lahan di seki-
Rusaknya lingkungan, terutama tarnya yang tidak digali. Disamping
lingkungan fisik, terjadi dalam he- itu, hatas daerah penggalian dan
herapa segi, seperti: peruhahan re- daerah hukan penggalian hiasanya
lief mikro, peruhahan kualitas akan menjadi tegak atau tidak mi-
drainase, peruhahan sifat- sifat ring. Perhedaan ketinggian tersehut
tanah, danperuhahanproduktivitas dapat digunakan untuk memperki-
tanah untuk pertanian. Kerusakan rakan hanyaknya penggalian
ini akan terlihat sangat jelas pada kar~a mulanya sejajar dengan per-
peruhahan kualitas lahan, yaitu muKaan jalan. Sehagai eontoh hila

100 Forum Geografi No. 19 Th. X/ Desemher 1996


Tabel 1. Contoh Karakteristik Lahan Penambangan Lempung di Keeamatan Godean
(Sumber: Jamulya, 1994)
Kualitas/ Oataran Fluvial Oataran Aluvial Kaki Lereng Perbukitan
Karakteris- Gunungapi Perbukitan Lahan Terisolir
tik lahan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
ditambang ditambang ditambang ditambang ditambang ditambang

Relief landai- berlubang- datar belubang- lereng landai-


datar lubang lubang atau bukit datar
(ledokan) ledokan berlubang-
lubang
Kerimiringan
lereng 2 - 5\ 2\ < 1t 10 - 45t < 8t
Orainase agak baik agak jelek agak jelek jelek baik sedang-
jelek
Kedalaman dalam dangkal dalam sedang sedang- singkapan
tanah (90 em) dangkal batuan
Tekstur geluh-ge- geluh ber- geluh lempung geluh ber- geluh ber-
luh ber- pasir-ge- lempung berdebu lempung - debu - ge-
lempung luh ber- berdebu lempung luh lem-
debu berdebu pung ber-
debu
Struktur remah gumpal- berlumpur pejal gumpal pejal
pejal pejal
Konsistensi gembur- teguh teguh, le- sangat le- agak teguh, teguh, le-
agak teguh kat dan kat, plas- lekat dan kat dan
plastis tis plastis agak plas-
t \s
Indeks plas-
tisitas (IPl
( \) ll, l 9,9 20,67 29,32 15,57 13,20
t'ermebilitas 0,337 0' 032 0,045 0,035 0,193 0,023
em/jam (lambatl (sangat (sangat (sangat (sangat (sang at
lambat) lambat) lambat) lambat) lambat)
Fraksi tanah
- pasir (\) 29,40 38,48 6,41 5,74 6,85 l3' 34
- debu (\-) 32,87 49,59 53,37 37,22 46,69 55,69
- lempung (\-) 37,73 14,53 40,22 37,04 46,46 30,97
pH 6,8 6,4 7,2 7,2 6,8 5, 3
OHL (Mhos/em) 443 290 506 411 339 207
Kand. 80 (\-) 1,85 0, 34 1,83 0,40 0, 31 0,27
N-total (\) 0,135 0,034 0' 130 0,038 0,026 0 , 03 0
.P 2o5 tersedia
(ppm) 7,67 1,66 6,79 5,03 4,21 2,28
K2o tersedia 29,53 13,02 44,16 27,36 25,69 22,34
(ppm)
KTK ( ./ 100gr) 33,6 21.48 40,27 35,02 36,36 21,86

Kejenuhan
basa (\) 63 , 8 56,8 70,20 72,6 44,60 26,40
Temperatur
rerata tahun-
an (°C) 25 - 32 25 - 32 25 - 32 25 - 32 25 - 32
Bulan kering 4 4 4 4
Hujan tahunan 2,297 2,2:7 2' :::. ; 2,297 2 , 297
(mm)
Penggunaan
lahan
sa wah I sawah sa wah sa wah Kebun eam-
puran, se-
lahan ke-
ring
mak, belu-
kar
Produktivitas 68,7 58,5 54,6 32,4
padi (ton/Hal (tinggil (sedang) (sedangl (rendahl
Klas kesesu-
aian lahan
untuk padi S1 S2 S2 S3 N

Forum Geografi No. 19Th. X! Desember 1996 101


beda tinggi permukaan lahan ber- tanah bawah (bahkan seluruh
kisar 2 meter terhadap permukaan lapisan tanah) ini akan meninggal-
lahan ash berarti persawahan terse- kan lapisan regolit atau batuan in-
but sudah dua kali digali atau di- duk yang tersingkap. Pada lapisan
tambang, dan seterusnya hila tiga tanah ini mineral primer belum
kali akan mempunyai perbedaan lapuk atau baru sedikit terdekom-
ketinggian kurang lebih 3 meter. posisi, maka sifat fisik, kimia dan
Akibat lebih lanjut dari proses se- biologi belum mendukung untuk
perti tersebut di atas akan terjadi pertumbuhan tanaman. Atas dasar
perubahan relief mikro, yaitu lahan pengertian di atas, maka dapat di-
terse but berlubang-lubang, dan ele- pahami bahwa penggalian tanah
vasinya menjadi lebih rendah dari lempung untuk pembuatan batu-
lahan di sekitarnya. bata maupun genting yang sudah
Pada musim penghujan ledokan- sampai pada lapisan tanah bagian
ledokan tersebut merupakan tern- bawah akan mengakibatkan penu-
pat terakumulasinya air hujan yang runan sifat-sifat tanah yang berarti
jatuh di atasnya. Karena elevasinya penurunan kesuburan tanah. Penu-
yang lebih rendah dari lahan di seki- runan kesuburan tanah ini sangat
tarnya, maka drainasenya akan ter- terasa pada waktu lahan bekas
ganggu. Pada lahan yang mem- galian tersebut digunakan kembali
punyai drainase yang jelek ini akan se'bagai lahan pertanian yang wak-
terjadi gleisasi atau reduksi yang tunya kurang dari satu tahun.
berakibat kurang baik terhadap Menurunnya tingkat kesubur?n
pertumbuhan padi, apalagi untuk pada lahan bekas penambangan
tanaman polowijo. Hal ini terjadi berarti pula menurunnya produk-
karena dalam suasana reduksi un- tivitas tanah. Perubahan produk-
sur-unsur logam seperti Fe, Zn dan tivitas tanah ini mempunyai kecen-
Mn yang merupakan unsur-unsur derungan yang sama dengan penu-
mikro akan berubah valensinya runari kesuburan tanah. Karena
menjadi rendah. Bila unsur mikro keduanya dipengaruhi oleh faktor
yang bervalensi rendah ini terdapat sifat tanah yang hampir sama, ter-
dalam jumlah yang berlebihan akan utama produktivitas tanah yang po-
berubah sifatnya menjadi racun tensial.
(toxit atau meracun) dan tentu saja
akan merac~ni tanaman. Selain itu
dalam suasana yang selalu ter- Dampak Penambangan Lem-
genang, tanaman akan kekurangan pung di Lahan Perbukitan
Oz (becek dalam bahasa Jawa), dan •• 1 ..

menyebabkan tanaman akan mati. Pada lahan sawah yang· kan-


Penggalian tanah lempung yang dungan lempungnya tidak me-
dilakukan pada lapisan tanah m~ uhi persyaratan untuk pembu-
bagian atas dan sebagian lapisan at~m batubata maupun genting,

102 Forum Geografi No. 19Th. X/ Desember 1996


pengambilan bahan baku tanah cukup meluas. akibat penambangan
umumnya diambil dari laban per- seperti ini banyak yang terjadi di
bukitan yang berlokasi di dekat sekitar sentra- sentra industri batu
pusat industri batu bata dan gen- bata dan atau genting, seperti yang
ting. Tentu saja hal ini akan terjadi di daerah Godean (DI
berhubungan dengan sejarah ter- Yogyakarta) dan di daerah Banyu-
bentuknya industri tersebut, di- m as serta daerah Tuban (Jawa Te-
mana setiap wilayah akan ngah). Akibat penambangan tanah
mempunyai sejarah yang berbeda lempung pada laban seperti itu da-
de nga n wilay ah yang lain (dan pat dibedakan menjadi dua, yaitu
masalah ini tidak akan dibahas le- dampak fisik dan dampak non fisik.
bih lanjut karena tidak mempunyai Dampak fisik berupa perubahan
kaita n yang erat dengan topik yang morfologi, sifat tanah, dan perubah-
dibahas dalam tulisan ini) . an tata air (baik air permukaan
Hampir setiap kegiatan yang mapU:n airtanah), sedangkan dam-
be rkaitan dengan pemanfaatan pak non fisik berupa perubahan
sumberdaya alam hampir seluruh- penggunaan laban a tau penutup la-
nya selalu diikuti dengan timbulnya ban (variasi jenis flora) dan akan
berbagai dampak terhadap ling- diikuti perubahan fauna.
kungan. Dampak yang timbul cen- Cara penambangan lempung
derung banyak yang bersifat negatif pada laban perbukitan ini dtmgan
daripada yang positif. Hal ini dia- mengelupas atau menggali lapisan
kibatkan kurang diperhatikannya tanah sampai kedalaman 2 meter
sifat dari sumberdaya alam yang sa tau 4 meter. Alat yang biasa digu-
bersangkutan. Apakah sumberdaya nakan masih bersifat tradisional,
alam itu dapat diperbaharui atau yaitu cangkul dan linggis. Gum-
sebaliknya, tidak dapat diperba- palan-gumpalan tanah lempu ng di-
h arui, sering tidak ikut menjadi ba- angkat ke permukaan dengan cara
han pertimbangan. Pertimbangan dipikul, dan selanjutnya ditimbun
yang menonjol biasanya hanya di- d a lam penampungan sementara.
lakukan dari segi ekonomi. Pertim- Hasil penambangan ini kalau tidak
. bangan dari segi ekonomi ini bia- dibuat sendiri oleh penambang, bi-
sanya hanya dilakukan dari segi ke- asanya akan dipasarkan ke daerah
untungan yang bisa diperoleh dari lain dengan menggunakan truk.
pemasaran. Pertim bangan lain Perubahqn morofologi pada la-
tentu saja karPn o, kebutuhan per- ban im adalah ditemukannya ba-
mintaan bahan baugunan yang nyak ledokan-ledokan bekas peng-
ter us meningkat. galian tanah. Ledokan ini meru-
Demikian pula akibat yang di- pakan tempat terakumulasinya air,
timbulkan oleh penambangan terutama hila musim penghujan
tanah lempung pada laban perbu- t iba , sehingga terbentuk lfolam
kitan yang saat ini dirasakan telah ataupun rawa-rawa kecil di lereng

Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996 103


perbukitan yang bersangkutan. Le- Akibat yang lain yaitu lereng-le-
dokan ini umumnya mempunyai reng perbukitan yang semula mem-
elevasi yang lebih rendah daripada punyai kemiringan 10% - 40% akan
laban yang ada di sekitarnya, teru- berubah menjadi landai dan bahkan
tama lahan yang belum digali. Ini tidak mustahil dapat menjadi datar.
tentu saja menyebabkan air yang Lebih dari itu, lereng kaki perbukit-
tertampung pada ledokan tersebut an tentu juga akan menjadi ber-
terjebak dan tidak dapat mengalir lubang-lubang yang menyebabkan
dengan lancar (drainase jelek). Bah- drainase menjadi jelek (seperti
kan kadang-kadang terjadi ambles- sudah terurai di atas).
an yang cukup berbahaya untuk Disamping itu, akibat yang lain
melakukan penambangan yang yaitu kedalaman tanah menj a di
berikutnya karena kondisi yang dangkal dan tinggal singkapan
sangat labil. Disamping itu, kolam - batuan induknya saja. Secara ge-
kolam ini hila tidak diperhaiki drai- netis lapisan tanah atas yang telah
nasenya sering digunakan sebagai ditambang tersebut merupakan
habitat berkembang biaknya nya- lapisan tanah yang subur dibanding
muk yang akan menggangu keber- lapisan tanah bagian bawah. Pada
sihan lingkungan di sekitarnya lapisan tanah atas proses ;;Jnde-
(lihat Gambar 2) . komposisian mineral yang terdapat
Demikian pula sistem tata air- ' dalam batuan induk sudah terjadi
tanah akan berubah bersamaan cukup lama (berlanjut), sedangkan
dengan hilangnya lapisan tanah pada lapisan tanah bawah bare;.
bagian atas akibat penambangan seikit a tau bahkan belum terjadi se-
lempung tersebut. Lapisan tanah cara sempurna. Hal ini berarti un-
atas ini merupakan tempat pere- sur-unsur makro maupun unsur
sapan air hujan menjadi airtanah, hara tanaman belum tersedia, dan
sebab secara fisik tanah ini mem- sebagai konsekuensinya lahan ini
punyai tekstur yang sudah mampu belum dapat digunakan sebagai me-
meresapkan a1r. Hal ini tentu saja dia tempat tumbuhnya tanaman.
berbeda dengan tanah bagian Dengan demikian penambangan
bawah yang ril.asih relatifbaru yang lempung mengakibatkan penu-
belum berkembang dan secara fisik runan sifat-sifat dan kesuburan
masih belum mampu untuk me- tanah. Akibar lebih lanjut dari kon-
resapkan air hujan menjadi air- disi semacam itu adalah variasi
tanah. Dengan demikian, airtanah flora yang berada di atasnya akan
yang tersimpan di dalamnya akan hilang. Variasi flora yang hilang,
berkurang, selanjutnya tidak akan terutama yaitu dari jenis vegetasi . , .•

didapatkan kembali mata air mau- penutup, seperti rumput, semak ·~

pun rembesan kembali yang m uncul maupun tegakan. Konsekuensi


pada lereng perbukitan ini. ·.:. erikutnya yaitu hila variasi
floranya hilang maka fauna yang

104 Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996


I
hidup· pada habitat tersebut juga variasi flora dan fauna. Adapun
akan hilang atau akan berpindah tingkat kerusakan banyak berkait-
mencari habitat baru yang sesuai an dengan cara penggalian dan
dengan cara hidupnya. lama penggaliannya. Dalam hal ini
Sedangkan dampak sosial 4ari lama penggalian tidak banyak diba-
kegiatan penambangan adalah tim- has sebab tidak dilakukan metode
bulnya .kesempatan kerja baru bagi observasi yang dapat mengetahui
penduduk sekitar. Walapun dari lamanya pl:lnambangan yang telah
segi jumlah tidak menyerap tenaga dilaksanakan.
kerja yang banyak, dari aspek eko- Namun dapat diperkirakan
nomi (pendapatan) usaha penam- tingkat kerusakan akibar penam-
bangan telah mampu meningkat- bangan lempung untuk pembuatan
kan penghasilan sebagian pen- batu bata dan genting masih dalam
duduk yang cukup berarti. taraf ringan hingga sedang. Perki-
raan ini didasarkan atas cara
penambangan yang masih menggu-
Reklamasi pada Lahan Bekas nakan alat-alat tradisional, seperti
Penambangan Tanah Lempung cangkul dan linggis serta peng-
galiannya dilakukan bagian per
Dari uraian di atas ternyata bagian tidak langsung dalam.
penambangan tanah lempung ba- Tindakan pemulihan yang telah
nyak menimbulkan perubahan ben- dilakukan pada bekas lahan galian
tang lahan baik perubahan yang adalah dengan:
bersifat fisik maupun yang bersifat 1. menambah ketebalan lapisan
non fisik (biotik). Berkaitan dengan tanah bagian atas dengan cara
hal tersebut, maka perlu tindakan menghancurkan lapisan tanah
pemulihan (reklamasi) untuk me- padas pada lahan pertanian
ngurangi dan untuk merehabilitasi maupun pada lereng perbukit-
kerusakan lingkungan, sehingga an yang telah tipis/ habis
dapat menjamin pemanfaatan sum- lapisan tanahnya.
berdaya secara optimal dengan 2. membuang sampah dan abu
tetap mempertimbangkan keseim- sisa pembakaran batubata dan
bangan lingkungan. genting ke dalam lubang-
Reklamasi dilakukan sesuai de- lubang/ ledokan-ledokan bekas
ngan jenis dan tingkat kerusakan pengzalian.
pada lahan bekas ;enambangan. 3. memberikan pupuk buatan
Jenis kerusakan yang ditimbulkan ataupun pupuk organik pada
pada lahan penambangan antara waktu pengolahan tanah atau ·. v~: .
lain ledokan-ledokan, penurunan si- pemeliharaan tanaman, ter-
fat dan kesuburan tanah, drainase utama pada lahan pertanian.
jelek dan terganggunya tata air
serta pengurangan atau hilangnya

Forum Geografi No. 19Th. XI Desember 1996 105


Gambar 2. Lahan bekas penambangan lempung
Keterangan (a) lereng perbukitan, (b) laha~ pertanian

Dari beberapa tindakan tersebut tingkat pengetahuan para penam-


ternyata belum mendapatkan hasil bang, da n dirasa belum seriusnya
yang optimal dalam merehabilitasi kerusakan yang terjadi dari penam-
kerusakan. sifat fisik tanah (yang bangan lempung untuk pembuatan
berarti kesuburan tanah) yang ter- batu bata dan genting, yang selama
dapat pada lahan yang bersangkut- ini merupakan usaha yang turun te-
an. Ada berbagai sebab, antara lain
yaitu belum sesuainya jenis rekla-
murun.
Dalam reklamasi perlu diperha-
. ..
masi yang dilakukan dengan tikan tentang arahan dan bentuk
kerusakan yang telah terjadi , pelaksanaan reklamasi. Ada be-

106 Forum Geografi No. 19Th. XI Dese mber 1996


berapa macam arahan yang bi- Alternatif arahan tersebut an-
asanya digunakan dalam pemulih- tara satu dengan yang lainnya sa-
an lahan, yaitu: ling berhubungan dan saling
1. menjaga kestabilan lereng dan mendukung. Begitu juga dengan
tebing , hubungan antara bentuk alternatif
2. mencegah longsor lahan dan pemulihan: bentuk alternatif yang
eros1 satu akan mendukung bentuk alter-
3. mengembalikan kesuburan natif pemulihan yang lain, dan se-
tanah bagian atas baliknya.
4. pengaturan sistem drainase
pada perm ukaan tanah
5. mempertahankan wilayah se- KESIMPULAN
bagai tempat imbuhan airta-
nah. Penambangan tanah lempung
Disamping itu terdapat beberapa untuk usaha pembuatan batu bata
bentuk alternatif reklamasi yang bi- dan genting ternyata telah meng-
asa digunakan dalam usaha pemu- ubah bentang lahan fisik maupun
lihan lahan, yaitu: non fisik (biotik), antara lain:
1. secara mekanik, yang men- 1. penurunan letak ketinggian
cakup terasering, pengaturan (elevasi) tanah
drainase, pembuatan gun- 2. penurunan kesuburuap. tanah
dukan dan menjaga kestabilan pada lahan bekas penambang-
aliran perm ukaan an akibat dari perubahan sifat-
2. secara vegetatif yang terdiri sfat tanah (fisik, kimia dan
penanaman berjalur (strip crop- biologi), dan solum tanah
ping), penghijauan dan reboi- menipis atau hilang hingga ter-
sasL lihat outcrop (batuan induk)
3. pengolahan lahan dengan cara 3. perubahan relief mikro yaitu
pemupukan baik dengan or- terbentuknya ledokan-ledokan,
ganik maupun buatan, mem- yang mengakibatkan drainase
berikan penutup lahan dengan menjadi jelek dan menjadi tern-
mulsa dan pengmenbalian pat habitat nyamuk sehingga
lapisan tnah atas dengan cara lingkungan menjadi kotor, dan
menimbun baik dengan tanah ledokan merupakan daerah
. (berasal !fari daerah lain atau yan~ reui:.an erosi maupun long-
dengan abt: :,~.lr as pembakaran sor
batu bata dan geni-ing). 4. pengurangan daerah imbuhan
(Sumber: Dinas Pertambangan airtanah dengan hilangnya
Daerah Tingkat I Jawa Timur, mata air maupun rem be san air-
1994 dan Kartasapoetra, dkk, tanah
1987).

Forum Geografi. No. 19Th. Xi Desember 1996 107


5. berkurangnya variasi flora dan wilayah bekas penambangan
fauna , sehingga mengubah tanah lempung.
penggunaan lahan pada

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pertambangan Daerah Tingkat I Jawa Timur, 1994, Penyusunan Ren-


cana Penataan Wilayah Pertambangan Bahan Galian Golongan C
dan Teknik Reklamasi di Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban ,
Cipta Asri Konsultan, Surabaya.
Edward Siagian, 1991, Industri Genting di Kecamatan Maospati Kabupaten
MagetanJawa Timur, Skripsi, Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta.
J amulya, 1994, Perubahan Kualitas Lahan Akibat Penambangan Lempl!ng
pada Lahan Sawah di Kecamatan Godean, Fakultas Geografi UGM,
Yogyakarta.
Kartaspoetra, dkk, 1987, Teknologi Konservasi Tanah dan Air, PT. Bina
Aksara, Jakarta.
Mujiharjo, 1994, Pengaruh Penggalian Tanah Untuk Pembuatan Batubata
terhadap Tingkat Kesuburan da:Q Produktivitas Tanah di Kecai:natan
Banguntapan Kabupaten Bantul, Skripsi, Fakultas Geografi UGM,
Yogyakarta.
Sarwono Harjowigeno, 1992, Ilmu Tanah, Mediyatama Sarana Pe:rkasa,
Jakarta.
Richter, HS, 1983, Statement and Methods of Landscape Prognosis, Dalam
Landscape Synthesis , edited by Drdos, J , Veda Publishing House of
Teh Slovak Academy fo Science, Bratislava.
Vink, APA, 1983, Landscape Ecology and Landuse, Longman, London.
Wartono, 1981, Penggunaan Sawah untuk Industri Batubata Mer ah di Ke-
camatan Banguntapan Kabupaten Bantul, Skripsi, Fakultas Geo-
grafi UGM, Yogyakarta.
Widiyati, dkk, 1989, Pengaruh Industri Pembuatan Batubata terhadap
Lingkungan Hidup di Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul,
Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta.

. ..·
........

108 Forum Geografi No. 19Th. X/'Desember 1996

Anda mungkin juga menyukai