Anda di halaman 1dari 5

2.

2 Metode Pengambilan Bahan Kimia Dari Bahan Alam Laut


Bahan kimia merupakan suatu bentuk materi yang memiliki komposisi kimia dan
sifat karakteristik konstan. Sumber utama dari bahan kimia terdapat pada bahan alam
baik itu bahan alam yang ada di daratan maupun yang ada di lautan. Laut sebagai
sumber bahan alam telah menyediakan banyak senyawa yang berguna untuk
kehidupan manusia (Achmad, 1986). Berbagai metode yang telah digunakan
dalam pengambilan bahan kimia dari bahan alam laut diantaranya isolasi dan
ekstraksi (Ruslan dan Wiraningtyas, 2019).

2.2.1 Isolasi
Isolasi adalah proses pengambilan atau pemisahan senyawa bahan alam dengan
menggunakan pelarut yang sesuai (Djamal, 2008). Sejak abad ke-17 orang telah dapat
memisahkan berbagai jenis senyawa dari sumber-sumber organik. Senyawa-senyawa
tersebut dapat berupa senyawa metabolit primer dan senyawa metabolit sekunder
(Lenny, 2006). Metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang terdapat dalam
suatu organisme yang tidak terlibat secara langsung dalam proses pertumbuhan,
perkembangan atau reproduksi organisme seperti terpenoid, steroid, kumarin,
flavonoid dan alkaloid. Senyawa metabolit sekunder dapat berasal dari tumbuhan,
hewan maupun mikro organisme (Harti, 2015).
Isolasi dilakukan dengan proses maserasi menggunakan pelarut Metanol. Ekstrak
Metanol diuapkan dengan rotary evaporator untuk memperoleh ekstrak kental yang
kemudian di fraksinasi menggunakan Etil asetat. Fraksi Etil asetat dipisahkan dengan
kromatografi kolom, didapatkan senyawa murni yang akan diidentifikasi
menggunakan Spektrofotometer UV-Vis dan Spektrofotometer Inframerah. Uji
potensi antibiotika dilakukan dengan metode dilusi (Sen, 2012).
2.2.2 Ekstraksi
Ekstraksi atau penyarian merupakan suatu proses penarikan senyawasenyawa
kimia dari tumbuh-tumbuhan, hewan atau bahan alam lain menggunakan pelarut yang
sesuai. Proses ekstraksi meliputi: pembasahan dengan pelarut, ekstraksi (penyarian)
dan pemekatan. Metode ekstraksi yang 22 dipilih bergantung pada jenis, sifat fisik
dan sifat kimia kandungan senyawa yang akan diekstraksi, pelarut yang digunakan
dan alat yang tersedia di laboratorium (Hanani 2015).. Pelarut yang akan digunakan
disesuaikan dengan polaritas senyawa yang akan diekstraksi, dapat dimulai dari
pelarut non polar (n-heksan), semi polar (etil asetat, diklorometana atau kloroform)
dan polar (etanol, metanol atau bahkan air) (Marlina dan saleh, 2011).
Teknik yang umum untuk ekstraksi senyawa kimia secara konvensional terbagi
menjadi cara dingin dan panas. Cara dingin meliputi cara maserasi dan perkolasi.
Maserasi merupakan proses penyarian sederhana, yaitu dengan merendam sampel
dalam pelarut yang sesuai pada suhu kamar dengan waktu tertentu dan disertai dengan
pengadukan sehingga kerusakan kandungan kimia yang diekstraksi dapat
diminimalisasi (Donna dkk., 2014). Perkolasi adalah cara ekstraksi yang
menggunakan pelarut yang selalu baru dengan cara mengalirkan pelarut melalui
simplisia hingga senyawa akan terekstraksi dengan sempurna. Keuntungan dari teknik
ekstraksi dingin adalah aman untuk senyawa yang bersifat termolabil dan
kelemahannya adalah membutuhkan lebih banyak jumlah pelarut dan waktu ekstraksi
yang lebih lama (Heinrich dkk., 2009).
Ekstraksi cara panas meliputi sokletasi, refluks, infusa dan dekok. Sokletasi
adalah teknik ekstraksi secara berkesinambungan dengan alat soklet menggunakan
pelarut organik pada suhu didih. Jumlah pelarut yang digunakan relatif konstan. Pada
sokletasi, simplisia dan ekstrak berada pada tempat yang berbeda. Prinsipnya adalah
penyarian yang dilakukan berulang-ulang sehingga penyarian lebih sempurna dan
pelarut yang digunakan relatif lebih sedikit (Amir dkk., 2016). Refluks adalah cara
ekstraksi dengan alat refluks menggunakan pelarut pada suhu titik didih selama waktu
tertentu dan menggunakan jumlah pelarut yang terbatas relatif konstan dengan adanya
pendingin balik (Pujilestari, 2014). Kelemahan cara ini adalah memungkinkan
terjadinya penguraian kandungan senyawa yang termolabil (tidak tahan panas) pada
sampel. Infusa adalah cara ekstraksi yang cocok untuk simpliaia bersifat lunak seperti
daun dan bunga dengan menggunakan pelarut air pada suhu 96 – 98oC selama 15 – 20
menit (dimulai sejak suhu mencapai 96oC). Sedangkan dekok adalah teknik ekstraksi
yang 23 mirip dengan infus tetapi waktu yang digunakan lebih lama (30 menit) dan
suhunya mencapai 100oC. Metoda perebusan (infusa dan dekok) merupakan metoda
yang paling kuno dan sekarang hanya digunakan pada proses tertentu saja. Proses
penyarian sering kurang sempurna dan tidak dapat digunakan untuk mengestraksi
senyawa termolabil. Selain itu, hasil infusa dan dekok tidak dapat bertahan lama.
Cairan infusa bertahan hanya 24 jam, sedanagkan cairan dekok dapat bertahan
maksimal 48 jam (Ditjen POM, 2000).
Daftar Pustaka

Achmad S.A., 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Penerbit Karunika, Jakarta.

Amir, A., Wiraningtyas, A., Ruslan, Annafi, N. 2016. Perbandingan Metode


Ekstraksi Natrium Alginat: Metode Konvensional dan MAE. Chempublish
Journal. 1 (2): 7-11.

Agoes, G. 2009. Teknologi Bahan Alam (Serial Farmasi Industri-2) Edisi Revisi.
Penerbit ITB: Bandung.

Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama. Jakarta: Departeman Kesehatan RI. Halaman 10-12.

Djamal, R. 2008. Prinsip-prinsip Dasar Bekerja Dalam Bidang Kimia Bahan


Alam.Padang : Universitas Baiturrahmah.

Donna, D. Damanik, P. Surbakti, N. Hasibuan, R. 2014. Ekstrak Katekin Dari Daun


Gambir (Uncaria gambir roxb) dengan Metode Maserasi.

Marliana, E. dan Saleh, C., (2011), Uji Fitokimia dan aktivitas antibakteri ekstrak
kasar etanol, fraksi n-Heksan a, etil asetat dan methanol dari buah 63 labu
air (Lagenari Siceraria (Molina) Standl), Jurnal kimia Mulawarman, 8(2) :
1693-5616.

Hanani, E. 2015. Analisa Fitokimia. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Harti, A. S. 2015. Mikrobiologi Kesehatan : Peran Mikrobiologi Dalam Bidang


Kesehatan. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Lenny, S., (2006), Senyawa Terpenoida dan Steroida, Departemen Kimia, FMIPA,
Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pujilestari, T. 2014. Pengaruh Ekstraksi Zat Warna Alam dan Fiksasi Terhadap
Ketahanan Luntur Warna pada Kain Batik Katun. Dinamika Kerajinan dan
Batik. 31 (1): 7-9.
Ruslan dan Wiraningtyas, A., 2019, Ekstraksi Zat Warna Dari Rumput Laut
Sargassum Sp., Jurnal Redoks, 2(1) : 1-10.

Sen, A. dan Batra, A. 2012, Evaluation of antimicrobial activity of different solvent


extract of medical plant,4, 67-73.

Anda mungkin juga menyukai