Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA
Semester III | Tahun Ajaran 2020/2021

Asisten Penanggung Jawab


Putri Nosa D, S.Farm.

Praktikan
Kelompok C-2

1. Syarifah Hasanah (10060319093)


2. Susi Susilawati (10060319094)
3. Novisya Nur Fadlillah (10060319095)
4. Kaamilah Naadiyah (10060319096)
5. Mega Putri Dhea Damayanti (10060319097)
6. M. Jihad Wibawa Putra (10060319098)
7. Aryuqo Ardha Syaqa (10060319099)

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika


Program Studi Farmasi – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Islam Bandung
1442H/2020
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M

MODUL 3
TEGANGAN PERMUKAAN

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan.
2. Menggunakan alat-alat untuk penentuan tegangan permukaan.
3. Menentukan tegangan permukaan dan tegangan antar muka zat cair.
4. Menentukan harga Konsentrasi Misel Kritik (KMK).

II. PRINSIP PERCOBAAN


Mengukur tegangan permukaan atau tegangan antar muka bisa digunakan metode
tensiometer Du-Nouy. Prinsip metode cincin Du-Nouy adalah gaya yang
dibutuhkan untuk melepaskan suatu cinsin platina iridium yang di butuhkan
sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan permukaan antar muka dari
cincin tersebut(Atfins, 1994).

III. TEORI DASAR


3.1 Tegangan Permukaan
Tegangan permukaan didefenisikan sebagai kerja yang dilakukan dalam
memperluas permukaan cairan dengan suatusatuan luas. Satuan untuk tegangan
permukaan (Y) adalah dyne.cm. Metode yang paling umum untuk
mengukurtegangan permukaan adalah kenaikan atau penurunan cairandalam pipa
kapiler (Sears, 1994).
Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yangharus dikerjakan sejajar
permukaan untuk mengimbangi gaya tarikan kedalam pada cairan. Hal tersebut
terjadi karena padapermukaan, gaya adhesi (antara cairan dan udara) lebih kecil
daripada gaya khohesi antara molekul cairan sehingga menyebabkanterjadinya
gaya kedalam pada permukaan cairan (Giancoli, 2001).
Tegangan permukaan juga merupakan sifat fisik yang berhubungan dengan gaya
antarmolekul dalam cairan dan didefinisikan sebagai hambatan peningkatan luas
permukaan cairan. Awalnya tegangan permukaan didefinisikan pada antar uka

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 2 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M

cairan dan gas. Namun, tegangan yang mirip juga ada pada tegangan antar muka
cairan-cairan, atau padatan dan gas. Tegangan semacam ini secara umum disebut
tegangan anta muka (Giancoli, 2001).
Di dalam zat cair suatu molekul dikelilingi oleh molekul-molekul lainnya sejenis
dari segala arah sehingga gaya tarik menarik sesame molekul (kohesi) adalah sama.
Pada permukaan zat cair terjadi suatu gaya Tarik menarik antar molekul zat cair
dengan molekul udara (gaya adhesi). Gaya adhesi lebih bila dibandingkan dengan
gaya kohesi, sehibgga molekul dipermukaan zat cair cenderung untuk masuk ke
dalam. Tetapi hal ini tidak terjadi karena adanya gaya yang bekerja sejajar dengan
permukaan zat cair untyk mengimbangi. Sedangkan tegangan antar zat cair untuk
mengimbangi gaya kohesi. Sedangkan tegangan antar permukaan selalu lebih kecil
dari tegangan permukaan (Lachman, 1994).
Permukaan zat cair mempunyai sifat ingin merenggang, sehingga permukaanya
seolah-olah ditutupi lapisan yang elastis. Hal ini disebabkan adanya gaya Tarik
menarik antar partikel sejenis didalam zat cair sampai ke permukaan. Di dalam
cairan, tiap molekul ditarik oleh molekul lain yang sejenis didekatnya dengan gaya
yang sama ke segala arah. Akibatnya tidak terdapat sisa (resulan) gaya yang bekerja
pada masing-masing molekukl. Adanya gaya atau tarikan kebawah menyebabkan
permukaan cairan berkontraksi dan berada dakam kedaan tegangan yang disebut
dengan tegangan permukaan (Herinaldi, 2004).
Tegangan permukaan terjadi karena permukaan zat cair cenderung untuk
menegang, sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal ini
dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi antara molekul air. Pada zat cair yang adesiv
berlaku bahwa besar gaya kohesinya lebih kecil dari pada gaya adesinya dan pada
zat yang non-adesiv berlaku sebaliknya. Salah satu model peralatan yang sering
digunakan untuk mengukur tegangan permukaan zat cair adalah pipa kapiler. Salah
satu besaran yang berlaku pada sebuah pipa kapiler adalah sudut kontak, yaitu sudut
yang dibentuk oleh permukaan zat cair yang dekat dengan dinding. Sudut kontak
ini timbul akibat gaya tarik-menarik antara zat yang sama (gaya kohesi) dan gaya
tarik-menarik antara molekul zat yang berbeda (adhesi) (Ansel, 1985).

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 3 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M

Molekul biasanya saling tarik-menarik. Dibagian dalam cairan, setiap molekul


cairan dikelilingi oleh molekul-molekul cairan di samping dan di bawah. Di bagian
atas tidak ada molekul cairan lainnya karena molekul cairan tarik-menarik satu
dengan yang lainnya, maka terdapat gaya total yang besarnya nol pada molekul
yang berada di bagian dalam caian. Sebaliknya molekul cairan yang terletak di
permukaan di tarik oleh molekul cairan yang berada di samping dan bawahnya.
Akibatnya, pada permukaan cairan terdapat gaya total yang berarah ke bawah
karena adanya gaya total yang arahnya ke bawah, maka cairan yang terletak di
permukaan cenderung memperkecil luas permukaannya dengan menyusut sekuat
mungkin. Hal ini yang menyebabkan lapisan cairan pada permukaan seolah-olah
tertutup oleh selaput elastis yang tipis (Anief, 1993).
Istilah permukaan biasanya dipakai bila membicarakan suatu antarmuka gas/cair.
Walaupun istilah ini akan dipakai dalam penentuan tegangan permukaan. Karena
setiap artikel zat, apabila itu bakteri, sel, koloid, granul atau manusia, mepunyai
suatu antarmuka pada batas sekelilingnya, maka pada topik ini memang penting.
Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang terdapat antarmuka dua
fase cair yang tidak bercampur, sedangkan tegangan permukaan adalah gaya
persatuan panjang bias juga digambarkan dengan suatu rangka kawat tiga sisi
dimana suatu bidang datar bergerak diletakkan (Martin, 1993).
3.1.1 Metode Tegangan Permukaan
Pengukuran tegangan pemukaan dapat dilakukan dengan beberapa metode antara
lain:
•Metode cincin du-Nouy
Cara ini dapat digunakan untuk mengukur tegangan permukaan dan tegangan antar
permukaan zat cair. Prinsip kerja alat ini berdasarkan pada kenyataan bahwa gaya
yang dibutuhkan untuk melepaskan cincin yang tercelup pada zat cair yang
sebanding dengan permukaan atau tegangan antar permukaa. Gaya yang
dibutuhkan untuk melepaskan cincin dalam hal ini diberikan oleh kawat besi yang
dinyatakan dalam dyne (Kosman, 2006).

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 4 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M

•Metode kenaikan kapiler


Metode hanya dapat digunakan untuk menentukan tegangan suatu zat cair, dan
tidak dapat digunakan untuk menentukan tegangan antar permukaan dua zat cair
yang tidak bercampur. Bila pipa kapiler dimasukkan ke dalam suatu zat cair, dan
tidak dapat digunakan untuk menentukan tegangan antar permukaan dua zat cair
yang tidak brcampur. Bila pipa kapiler dimasukkan le dalam suatu zat cair, maka
zat tersebut akan naik ke dalam pipa sampai gaya gerak ke atas diseimbangkan oleh
gaya gravitasi ke bahan akibat berat zat cair (Kosman, 2006).
3.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Tegangan Permukaan
Pada dasarnya tegangan pemukaan suatu zat cair dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya suhu dan zat terlarut. Dimana keberdaan zat terlarut dalam suatu cairan
akan mempengaruhi besarnya tegangan permukaan terutama molekul zat yang
brada pada permukaan cairan berbentuk lapisan monomolecular yang disebut
dengan molekul surfaktan (Giancoli, 2001).
Pada dasarnya tegangan permukaan suatu zat cair dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya suhu dan zat terlarut. Dimana keberadaan zat terlarut dalam suatu
cairan akan mempengaruhi besarnya tegangan permukaan terutama molekul zat
yang berada pada permukaan cairan berbentuk lapisan monomolekular yang disebut
dengan molekul surfaktan. Faktor-faktor yang menpengaruhi : (Kosman, 2006).
a.Suhu
Tegangan permukaan menurun dengan meningkatnya suhu, karena meningkatnya
energi kinetik molekul.
b.Zat terlarut (solute)
Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi tegangan
permukaan. Penambahan zat terlarut akan meningkatkan viskositas larutan,
sehingga tegangan permukaan akan bertambah besar. Tetapi apabila zat yang
berada dipermukaan cairan membentuk lapisan monomolekular, maka akan
menurunkan tegangan permukaan, zat tersebut biasa disebut dengan surfaktan.
3.2 Tegangan Antar Muka
Tegangan permukaan atau tegangan antar muka adalah suatu gaya nyata yang
efeknya tampak pada tingkat makroskopik seperti halnya pada tingkat molecular.

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 5 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M

Hal ini dapat dilukiskan dengan meletakkan sebuah kerangka kawat dengan batang
yang dapat bergerak dalam lartan energy per satuan luas jika kerja yang diperlukan
untuk memindahkan batang yang bergerak dengan suatu jarak kecil. Kebanyakan
antar yang tercakup dalakm sistem farmasetik berbentuk
lengkungan(Lachman,1994).
Tegangan antar muka adalah gaya persatuan panjang yangterdapat pada antarmuka
dua fase cair yang tidak bercampur.&egangan antar muka selalu lebih kecil dari
pada teganganpermukaan karena gaya adhesi antara dua cairan tidak
bercampurlebih besar dari pada adhesi antara cairan dan udara (Giancoli, 2001).
3.3 Surfaktan
Surfaktan (surface active agents), zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena
cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka. Surfaktan
mempunyai orientasi yang jelas sehingga cenderung pada rantai lurus. Sabun
merupakan salah satu contoh dari surfaktan (Douglas.2001).
Zat pengaktif permukaan (surfaktan) bersifat sebagai zat terlarut normal dalam
Larutan encer,. Untuk larutan dengan konsentrasi tinggi/ larutan pekat, maka akan
terjadi perubahan mendadak pada beberapa sifat fisik seperti: tekanan osmosis,
turbiditas, daya hantar listrik dan tegangan muka. Surfaktan dan zat aktif
permukaan merupakan spesies yang aktif pada antarmuka antara dua fase, seperti
antarmuka antara fase hidrofil dan hidrofob.Surfaktan berakumulasi pada
antarmuka, dan mengubah tegangan permukaan (Atfins,1997).
Molekul-molekul zat aktif permukaan (surfaktan) mempunyai gugus polar dan non
polar. Bila suatu zat surfaktan didispersikan dalam air pada konsentrasi yang
rendah, maka molekul-molekul surfaktan akan terabsorbsi pada permukaan
membentuk suatu lapisan monomolekuler. Bagian gugus polar akan mengarah ke
udara. Hal ini mengakibatkan turunnya tegangan permukaan air. Pada konsentrasi
yang lebih tinggi nolekul-molekul surfaktan masuk ke dalam air membentuk
agregat yang dikenal sebagai misel. Konsentrasi pada saat misel ini mulai terbentuk
disebut konsentrasi misel kritik (KMK). Pada saat KMK ini dicapai maka tegangan
permukaan zat cair tidak banyak lagi dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi misel

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 6 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M

kritik suatu surfaktan dapat ditentukan dengan metode tegangan permukaan.


(Kosman, 2006).
3.4 Konsentrasi Misel Kritik (KMK)
Misel adalah kumpulan molekul berukuran koloid, walaupun tidak ada tetesan
lemak. Hal ini, disebabkan oleh adanya ekor hidrofobnya cenderung berkumpul,
dan kepala hidrofilnya memberikan perlindungan. Dan misel merupakan
penggabungan (agregasi dari ion – ion surfaktan), dimana rantai hidrokarbon yang
lipofil akan menuju ke bagian dalam misel, meninggalkan gugus hidrofil yang
berkontak dengan medium air. Misel hanya terbentuk diatas konsentrasi misel kritis
(CMC) dan di atas temperature Kraft (Atfins, 1997).
Bentuk misel yang berukuran koloid termasuk koloid asosiasi. Perubahannya
bersifat reversible. Koloid asosiasi ini meliputi :
-Sabun-sabun
-Alkil sulfat tinggi
-Alkil sulfonat tinggi
-Garam amina tinggi
-Zat-zat warna tertentu
-Ester gliserol tinggi
-Polietilena oksida
Sabun, alkil sulfat, dan alkil sulfonat termasuk micelles anion, garam amina
termasuk micelles kation sedang polietilena oksida termasuk micelles non ionic.
Kenaikan temperature, menaikkan CMC dan pada temperature tinggi tidak terjadi
lagi micelles. Adanya elektrolit, merendahkan CMC. Berat molekul koloid asosiasi
pada CMC sudah dapat ditentukan dengan cara light scattering dan berharga
10.000-30.000 gram/mol. Banyak koloid anionic, kationik, dan non ionic
merupakan emulgator, detergent dab stabilizer koloid yang baik. Beberapa
merupakan stabilizer zat organic dalam air (Sukardjo, 1989)

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

Tentukan tegangan permukaan air 30mL, minyak 30mL dan tentukan


tegangan antar muka antar air {15mL) dan minyak (15 mL) .

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 7 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M

Buat larutan stok tween 80 dengan konsentrasi 10% timbang twen


sebanyak 10 gram dan larutan dalam 100mL air di buat secara duplo.

Buat larutan seri tween 80 dengan konsentras

(0,2|0,4|,5|0,6|,8|1,0|,0|4,0|,0|8,0|𝑔
tween 80
𝑎𝑑 50 𝑚𝐿 𝑎𝑖𝑟

Hitung Bj dari masing-masing larutan dengan piknometer

Tentukan tegangan permukaan air dengan masing-masing larutan


seri tween 80 menggunakan tensiometer Du Nuoy

Buatlah kurva nilai komsentrasi larutan tween (sumbu x ) terhadap


tegangan permukaan ( sumbu y)
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 8 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M

Tentukan nilai dari titik KMK dari kurva yang sudah dibuat

Jelaskan hubungan antara Bj terhadap tegangan permukaan dari


larutan seri tween 80

V. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


5.1 Tegangan Permukaan Air, Minyak dan Tegangan Antarmuka
Air+Minyak
Tabel 1. Nilai Tegangan Permukaan dan Tegangan Antarmuka

Perhitungan :

• Faktor Koreksi
tegangan permukaan air
Faktor koreksi =
skala air

72,8𝑑𝑦𝑛𝑒⁄𝑐𝑚
=
46 𝑑𝑦𝑛𝑒⁄𝑐𝑚

= 1.583

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 9 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M

• Tegangan permukaan minyak


𝛾 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 × 𝐹𝐾

𝑑𝑦𝑛𝑒⁄
= 32 𝑐𝑚 × 1.583

𝑑𝑦𝑛𝑒⁄
= 50,656 𝑐𝑚
• Tegangan antar muka
𝛾 𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 × 𝐹𝐾

𝑑𝑦𝑛𝑒⁄
= 31.5 𝑐𝑚 × 1.583

𝑑𝑦𝑛𝑒⁄
= 49.865 𝑐𝑚

5.2 Tegangan Permukaan Larutan Seri Tween 80


Tabel 2. Pengamatan Tegangan Permukaan Tween 80

Perhitungan Larutan Seri Tween 80 yang Harus di Pipet

• Tween 0,2%
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 10 = 50 mL . 0,2
V1 = 1 mL
• Tween 0,4%
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 10 = 50 mL . 0,4

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 10 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M

V1 = 2 mL
• Tween 0,6%
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 10 = 50 mL . 0,6
V1 = 3 mL
• Tween 0,8%
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 10 = 50 mL . 0,8
V1 = 4 mL
• Tween 1,0%
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 10 = 50 mL . 1,0
V1 = 50 mL
• Tween 2,0%
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 10 = 50 mL . 2,0
V1 = 10 mL
• Tween 4,0%
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 10 = 50 mL . 4,0
V1 = 20 mL
• Tween 6,0%
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 10 = 50 mL . 6,0
V1 = 30 mL
• Tween 8,0%
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 10 = 50 mL . 8,0
V1 = 40 mL
Perhitungan Tegangan Permukaan Larutan Seri Tween 80
•  0,2 = 44𝑚𝑁⁄𝑚 × 1.583

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 11 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M

= 69.652 𝑑𝑦𝑛𝑒⁄𝑐𝑚
•  0,4 = 43.4𝑚𝑁⁄𝑚 × 1,583

= 68.7022 𝑑𝑦𝑛𝑒⁄𝑐𝑚
•  0,6 = 43𝑚𝑁⁄𝑚 × 1,583

= 68.069 𝑑𝑦𝑛𝑒⁄𝑐𝑚
•  0,8 = 42.5𝑚𝑁⁄𝑚 × 1,583

= 57.2775 𝑑𝑦𝑛𝑒⁄𝑐𝑚
•  1,0 = 41,8𝑚𝑁⁄𝑚 × 1,583

= 66.17 𝑑𝑦𝑛𝑒⁄𝑐𝑚
•  2,0 = 41𝑚𝑁⁄𝑚 × 1,583

= 64.903 𝑑𝑦𝑛𝑒⁄𝑐𝑚
•  4,0 = 40,8𝑚𝑁⁄𝑚 × 1,583

= 64.586 𝑑𝑦𝑛𝑒⁄𝑐𝑚
•  6,0 = 40,3𝑚𝑁⁄𝑚 × 1,583

= 63.795 𝑑𝑦𝑛𝑒⁄𝑐𝑚
•  8,0 = 39𝑚𝑁⁄𝑚 × 1,583
𝑑𝑦𝑛𝑒⁄
= 61.737 𝑐𝑚

5.3 Grafik Nilai Tegangan Permukaan terhadap Nilai Konsentrasi Larutan


Tween 80
Tabel 3. Tegangan permukaan terhadap nilai konsentrasi Larutan Tween 80

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 12 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M

5.4 Bobot Jenis Larutan Seri Tween 80


Tabel 4. Pengamatan bobot jenis larutan seri tween 80

Perhitungan Bobot Jenis larutan seri tween 80:


W3−W1
Rumus Perhitungan Bobot Jenis: BJ = W2−W1

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 13 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M

26,974−16,085 10,889
• 0,2= 26,982−16,085 = 10.9
= 0,999
26,971−16,085 10,886
• 0,4= 26,982−16,085 = 10.9
= 0,999
26,986−16,085 10.901
• 0,6= 26,982−16,085 = 10.9
= 1,0001
26,994−16,085 10,909
• 0,8= 26,982−16,085 = 10.9
= 1,001
26,993−16,085 10,908
• 1,0= 26,982−16,085 = 10.9
= 1,001
27,014−16,085 10,929
• 2,0= 26,982−16,085 = 10.9
= 1,002
27,017−16,085 10,932
• 4,0= 26,982−16,085 = 10.9
= 1,003
27,021−16,085 10,936
• 6,0= 26,982−16,085 = 10.9
= 1,003
27,046−16,085 10,961
• 8,0= 26,982−16,085 = 10.9
= 1,005

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan beberapa percobaan, yaitu penentuan
tegangan permukaan dan tegangan antarmuka menggunakan alat tensiometer Du
Nuoy. Penentuan tegangan permukaan dilakukan pada air, minyak dan larutan seri
tween 80. Sedangkan penentuan tegangan antarmuka dilakukan antara air dan
minyak.
Perlu diketahui bahwa tegangan permukaan dan tegangan antarmuka berbeda.
Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang harus dikerjakan sejajar
permukaan untuk mengimbangi gaya tarikan kedalam pada cairan. Sedangkan
tegangan antarmuka adalah gaya yang terdapat pada antarmuka dua fase cair yang
tidak bercampur. (Giancoli, 2001)
Bila dua fase dicampurkan maka batas antara zat cair atau zat padat dengan
udara biasanya disebut permukaan. Sedangkan batas antara zat cair lainnya tidak
bercampur atau antara zat padat dengan zat cair disebut antarmuka. (martin, 2008)
Pada kurva antara konsentrasi surfaktan (sumbu x) dan nilai tegangan
permukaan (sumbu y), didapat hasil kurva menurun. Hal ini menunjukan bahwa
semakin tinggi konsentrasi surfaktan maka semakin rendah tegangan

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 14 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M

permukaannya. Fenomena ini disebabkan oleh penambahan surfaktan, dimana


surfaktan dapat menurunkan tegangan permukaan.
Mekanisme surfaktan dalam menurunkan tegangan permukaan adalah
melibatkan absorpsi hidrokarbon oleh permukaan partikel yang hidropobik
sedangkan bagian polar surfaktan diserahkan ke fasa air. Pada percobaan ini zat
dipakai adalah surfaktan, dimana semakin banyak surfaktan yang terdapat pada
larutan membuat larutan semakin kental. Kekentalan ini menunjukan bahwa bobot
jenisnya juga tinggi, hal ini membuat tegangan permukaan semakin menurun.
Penurunan tegangan permukaan terjadi karena gaya adhesi lebih besar dari gaya
kohesi yang menyebabkan zat tertarik ke dalam air.
Surfaktan (Surface active agents atau wetting agents) merupakan bahan
organik yang berperan sebagai bahan aktif pada detergen, sabun, shampoo, dan
surfaktan dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga memungkinkan
partikel-partikel yang menempel pada bahan-bahan. Surfaktan dikelompokan
menjadi empat yaitu surfaktan anionik, kationik, dan nonionik amphoterik
(Lachman, 1994)
Pada percobaan ini tidak ditemukan titik KMK (konsentrasi misel kritik).
Titik KMK adalah titik dimana konsentrasi surfaktan tidak lagi berpengaruh pada
tekanan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi titik KMK dalam larutan berair,
diantaranya:
1. Struktur surfaktan secara umum, KMK dalam medium air menurun jika
karakter hidrofobik surfaktan meningkat
2. Penambahan elektrolit ke dalam larutan
3. Keberadaan senyawa organik dalam larutan
4. Keberadaan fase cair kedua
5. Suhu larutan. (Laurier, 2000)
Selain faktor di atas, terdapat faktor lain yang menyebabkan tidak ditemukannya
titik KMK yaitu faktor human error. Human error adalah tipe tindakan atau
keputusan yang tidak disengaja yang secara umum terjadi karena kesalahan
berbasis skill, salah satu contohnya adalah kesalahan dalam perhitungan.

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 15 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M

Pada percobaan ini juga digunakan surfaktan untuk diukur besar tegangan
permukaannya, digunakan surfaktan pada percobaan ini karena surfaktan
merupakan bahan pembasah yang dapat menurunkan tegangan permukaan
(Gennaro, 1990). Pada percobaan ini digunakan larutan tween 80 dengan
konsentrasi 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0; 2,0; 4,0; 6,0; 8,0, cairan tween 80 yang digunakan
ini dapat menurunkan tegangan permukaan (Gennaro, 1990). Digunakannya larutan
tween dengan konsentrasi berbeda-beda pada percobaan ini bertujuan untuk
mengetahui apakah semakin besar skala yang terbaca pada alat atau sebaliknya.
Dan untuk mengetahui apakah konsentrasi tween yang digunakan tegangan
permukaan akan semakin besar atau semakin kecil seiring dengan kenaikan
konsentrasi tersebut. Berdasarkan literatur, seiring dengan peningkatan konsentrasi
tween 80, maka skala yang terbaca pada alat akan semakin kecil. Skala yang terbaca
itu nilainya akan sebanding dengan gaya yang diperlukan untuk melepaskan cincin
yang tercelup kedalam zat cair (Giancoli, 2001).
Pada saat percobaan, skala yang terbaca pada alat seiring dengan peningkatan
konsentrasi tween 80 yang digunakan yaitu sebesar 44; 43,4; 43; 42,5; 41,8; 41;
40,8; 40,3 dan 39. Data yang ada sudah sesuai dengan literature, yaitu seiring
dengan peningkatan konsentrasi tween 80 maka skala yang terbaca pada alat akan
semakin kecil (Kosman, 2006). Dan dari skala yang diketahui tersebut kita dapat
mengetahui nilai dari tegangan permukaan dengan memasukkan datanya pada
rumus. Didapat data yang diperoleh yaitu 69,652; 68,702, 68,069; 67,278; 66,169;
64,903; 64,586; 63,795; 61,737 (dyne/cm). Dari data tersebut dapat kita amati
terjadinya penurunan tekanan seiring dengan kenaikan konsentrasinya. Hal ini
sudah sesuai dengan literatur yang ada. Setelah itu, kita menghitung BJ (Bobot
Jenis) dari setiap konsentrasi. Dan dapat kita amati bahwa bobot jenis berbanding
lurus dengan konsentrasi zatnya. Semakin tinggi konsentrasi maka nilai BJ semakin
besar. Pengaruh BJ terhadap tegangan permukaan bergantung pada jenis zat terlarut
yang ditambahkan. Ketika zat terlarut yang ditambahkan bukan surfaktan maka
semakin tinggi konsentrasi, BJ akan naik, dan tegangan permukaan akan naik.
Sedangkan ketika zat terlarut yang ditambahkan adalah surfaktan maka semakin
tinggi konsentrasi, BJ akan naik, namun tegangan permukaan akan turun. Hal ini

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 16 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M

dikarenakan surfaktan bekerja untuk menurunkan tegangan permukaan. Sehingga


dapat kita simpulkan bahwa konsentrasi berbanding lurus dengan BJ, namun BJ
tidak selalu berbanding lurus dengan tegangan permukaan, tergantung jenis zat
terlarut yang ditambahkan.

VII. KESIMPULAN
1. Zat terlarut (solute) menjadi faktor yang mempengaruhi tegangan
permukaan. Semakin tinggi konsentrasinya maka nilai BJ semakin besar.
Ketika zat terlarut yang ditambahkan adalah surfaktan maka semakin
tinggi konsentrasi, BJ akan naik, namun tegangan permukaan akan
turun. Hal ini dikarenakan surfaktan bekerja untuk menurunkan tegangan
permukaan. Sehingga konsentrasi berbanding lurus dengan BJ, namun
BJ tidak selalu berbanding lurus dengan tegangan permukaan,
tergantung jenis zat terlarut yang ditambahkan.
2. Penentuan tegangan permukaan dan tegangan antarmuka menggunakan alat
tensiometer Du Nuoy. Dengan prinsip gaya yang dibutuhkan untuk
melepaskan suatu cinsin yang di butuhkan sebanding dengan tegangan
permukaan atau tegangan permukaan antar muka dari cincin tersebut.
3. Tegangan permukaan yang diperoleh dari percobaan ini yaitu 69,652;
68,702, 68,069;67,278; 66,169; 64,903; 64,586; 63,795; 61,737 (dyne/cm).
4. Pada percobaan ini tidak ditemukan harga titik Konsentrasi Misel Kritis
(KMK), karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti human
error, penambahan elektrolit ke dalam larutan, keberadaan senyawa
organik dalam larutan, keberadaan fase cair kedua, suhu larutan dan
struktur surfaktan secara umum, KMK dalam medium air menurun jika
karakter hidrofobik surfaktan meningkat.

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 17 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, & Howard C. (1985 ). Pengantar Sediaan Bentuk Farmasi . Jakarta : UI


Press .
Atfins, P. (1997 ). Kimia Fisika 2 . Jakarta : Erlangga .
Gennaro, Alfonso. (1990) . Remingto’s Pharmaceutical Sains Edisi ke 18. Easton
Pensylvenia: Marck Publishing Company.
Giancoli, & Douglas. (2001). Fisika Jilid 1 (Terjemahan). Jakarta : Erlangga .
Herinaldi. (2004). Mekanika Fluida, Terjemahan dari "Fundamental of Fluids
Mechanic" Oleh Donald F. Young . Jakarta : Erlangga .
Kosman, R. (2006). Farmasi Fisika. Makasar : UMI.
Lachman, L.(1994). Teori dan Praktik Farmasi Industri. Jakarta: UI Press.
M, Anief. (1993). Ilmu Meracik Obat . Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Martin Alfred dkk. (1993). Farmasi Fisika Edisi III. Universitas Indonesia Press:
Jakarta .
Sears, Francis weston , & Maek W. Zemansky. (1994). Fisika Untuk Universitas 1
Mekanika, Panas Bunyi . Bandung : Bina Cipta.
Sukardjo. (1989 ). Kimia Anorganik. Cetakan Ke-2 . Yogyakarta : Rineka Cipta.

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 18 dari 18

Anda mungkin juga menyukai