Anda di halaman 1dari 4

Apa yang Dimaksud Saham Syariah?

Pengertian dari saham syariah adalah saham yang terdapat pada pasar modal yang tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Kebutuhan para pelaku pasar modal yang
mengharapkan adanya kebijakan syariah merupakan kebutuhan yang perlu di akomodasi oleh
otoritas terkait. Mengingat sebagian masyarakat memiliki kewajiban untuk menjalankan
aturan syariah termasuk pada saat bertransaksi dan memilih portofolio saham yang sesuai
dengan keyakinan atau agama yang dimiliki.

Dua jenis saham syariah yang telah diakui oleh pasar modal Indonesia meliputi:
 Saham yang dinyatakan memenuhi kriteria seleksi saham syariah berdasarkan
peraturan OJK Nomor 35/POJK.04/2017 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek
Syariah
 Saham yang dicatatkan sebagai saham syariah oleh emiten atau perusahan publik
syariah berdasarkan peraturan OJK no. 17/POJK.04/2015. 

Semua saham syariah yang terdapat di pasar modal syariah Indonesia, baik yang tercatat di
BEI maupun tidak, dimasukkan ke dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang diterbitkan oleh
OJK secara berkala setiap bulan Mei dan November.

Beberapa kriteria yang dipakai dalam penyeleksian saham syariah yang dilakukan oleh OJK
adalah sebagai berikut;

1. Saham tidak berasal dari kegiatan usaha yang dilarang dalam syariah islam seperti;
perjudian (termasuk permainan yang tergolong judi); perdagangan yang dilarang karena
prosesnya seperti tidak disertai penyerahan barang/jasa dan penawaran/permintaan palsu; jasa
keuangan yang terdapat unsur riba didalamnya seperti bank dan perusahaan pembiayaan
berbasis bunga; jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) dan/atau judi
(maisir), misalnya asuransi konvensional; kegiatan usaha yang memproduksi,
mendistribusikan, memperdagangkan, dan/atau menyediakan barang atau jasa haram zatnya
(haram li-dzatihi) dan atau haram karena bukan dari zatnya (haram lighairihi) yang
ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia; barang atau jasa yang
merusak moral dan/atau bersifat mudarat; transaksi yang mengandung unsur suap (risywah).
2. Emiten memenuhi rasio-rasio keuangan seperti: total utang yang berbasis bunga
dibandingkan dengan total aset tidak lebih dari 45%; atau total pendapatan bunga dan
pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan total pendapatan usaha (revenue) dan
pendapatan lain-lain tidak lebih dari 10%;

Perbedaan Saham Syariah dengan Saham Non-Syariah (Konvensional)

Ada beberapa perbedaan mendasar dari kedua jenis saham yaitu saham Syariah dan saham
konvensional. Salah satu perbedaannya adalah ada pada mekanisme transaksi yang dijalankan
dimana pada saham Syariah tidak boleh ada unsur ribawi, gharar, spekulatif dan judi serta
bukan saham dari perusahaan yang bergerak pada bidang yang diharamkan seperti
perusahaan bir, judi, rokok dan lain sebagainya. Sedangkan pada saham konvensional bebas
dalam menerapkan mekanisme transaksinya selama itu sesuai dengan peraturan yang ada
dalam BEI dan OJK.

Selain itu perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari indeks yang mencatatkan saham
tersebut. Untuk saham syariah bisa mengacu pada laporan yang dikeluarkan pada Daftar Efek
Syariah yang akan melakukan evaluasi setiap dua kali dalam satu tahun yakni pada bulan Mei
dan November. Sedangkan pada saham konvensional merupakan seluruh saham yang tercatat
dalam bursa atau pasar modal dengan mengabaikan aspek halal-haram.

Bagaimana Cara Mudah Menemukan Saham yang sesuai Syariah?

Sebagai masyarakat awam terkadang merasa kesulitan dan kerepotan dalam memilih saham
sesuai dengan syariah. Meskipun sudah dijelaskan mengenai kriteria seperti apa yang
membuat satu saham atau emiten bisa dikategorikan sebagai saham syariah. Nah agar tidak
susah payah dan membuang waktu dalam proses penyeleksian maka tidak perlu khawatir
sebab di pasar modal Indonesia sudah ada beberapa daftar saham syariah atau indeks saham-
saham yang memenuhi kriteria syariah dengan spesifikasi tambahan seperti likuiditas dan
kapitalisasi pasar bagus. Berikut ini merupakan beberapa indeks saham-saham syariah yang
bisa dijadikan sebagai pertimbangan untuk portofolio investasi:
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Indeks ini diluncurkan pertama kali pada 12 Mei
2011, ISSI merupakan indikator dari kinerja pasar saham syariah di Indonesia yang tercatat
dalam Bursa Efek Indonesia (BEI).
Jakarta Islamic Index (JII). Indeks saham syariah yang satu ini pertama kali diperkenalkan
dalam pasar modal Indonesia tanggal 3 Juli 2000 yang terdiri dari 30 saham syariah paling
likuid yang ada di BEI.
Jakarta Islamic Index 70 (JII70). Merupakan indeks saham syariah yang diluncurkan oleh
BEI pada tanggal 17 Mei 2018 yang terdiri dari 70 saham syariah paling likuid.

[QUOTE=Fays ID 8;7592670]Selamat siang gan,


Saya penasaran, sebenarnya apa itu saham syari'ah? Trus apa bedanya dengan saham biasa??
[/QUOTE]

[B][COLOR="darkorange"][SIZE="3"][CENTER]Apa yang Dimaksud Saham Syariah?


[/CENTER][/SIZE][/COLOR][/B]
Pengertian dari saham syariah adalah saham yang terdapat pada pasar modal yang tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Kebutuhan para pelaku pasar modal yang
mengharapkan adanya kebijakan syariah merupakan kebutuhan yang perlu di akomodasi oleh
otoritas terkait. Mengingat sebagian masyarakat memiliki kewajiban untuk menjalankan
aturan syariah termasuk pada saat bertransaksi dan memilih portofolio saham yang sesuai
dengan keyakinan atau agama yang dimiliki.
Semua saham syariah yang terdapat di pasar modal syariah Indonesia, baik yang tercatat di
BEI maupun tidak, dimasukkan ke dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang diterbitkan oleh
OJK secara berkala setiap bulan Mei dan November. Dua jenis saham syariah yang telah
diakui oleh pasar modal Indonesia meliputi:
[LIST=1]
[*]Saham yang dinyatakan memenuhi kriteria seleksi saham syariah berdasarkan peraturan
OJK Nomor [U]35/POJK.04/2017[/U] tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah
[*]Saham yang dicatatkan sebagai saham syariah oleh emiten atau perusahan publik syariah
berdasarkan peraturan OJK Nomor [U]17/POJK.04/2015[/U].
[/LIST]

[CENTER][SPOILER][ATTACH]280977[/ATTACH]
[/SPOILER][/CENTER]
Beberapa kriteria yang dipakai dalam penyeleksian saham syariah yang dilakukan oleh OJK
adalah sebagai berikut;
[LIST]
[*]Saham tidak berasal dari kegiatan usaha yang dilarang dalam syariah islam seperti;
perjudian (termasuk permainan yang tergolong judi); perdagangan yang dilarang karena
prosesnya seperti tidak disertai penyerahan barang/jasa dan penawaran/permintaan palsu; jasa
keuangan yang terdapat unsur riba didalamnya seperti bank dan perusahaan pembiayaan
berbasis bunga; jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) dan/atau judi
(maisir), misalnya asuransi konvensional; kegiatan usaha yang memproduksi,
mendistribusikan, memperdagangkan, dan/atau menyediakan barang atau jasa haram zatnya
(haram li-dzatihi) dan atau haram karena bukan dari zatnya (haram lighairihi) yang ditetapkan
oleh Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia; barang atau jasa yang merusak
moral dan/atau bersifat mudarat; transaksi yang mengandung unsur suap (risywah).
[*]Emiten memenuhi rasio-rasio keuangan seperti: total utang yang berbasis bunga
dibandingkan dengan total aset tidak lebih dari 45%; atau total pendapatan bunga dan
pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan total pendapatan usaha (revenue) dan
pendapatan lain-lain tidak lebih dari 10%;
[/LIST]

[B][COLOR="darkorange"][SIZE="2"]Perbedaan Saham Syariah dengan Saham Non-


Syariah (Konvensional)
[/SIZE][/COLOR][/B]
Ada beberapa perbedaan mendasar dari kedua jenis saham yaitu saham syariah dan saham
konvensional. Salah satu perbedaannya adalah ada pada mekanisme transaksi yang dijalankan
dimana pada saham Syariah tidak boleh ada unsur ribawi, gharar, spekulatif dan judi serta
bukan saham dari perusahaan yang bergerak pada bidang yang diharamkan seperti
perusahaan bir, judi, rokok dan lain sebagainya. Sedangkan pada saham konvensional bebas
dalam menerapkan mekanisme transaksinya selama itu sesuai dengan peraturan yang ada
dalam BEI dan OJK.
Selain itu perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari indeks yang mencatatkan saham
tersebut. Untuk saham syariah bisa mengacu pada laporan yang dikeluarkan OJK pada Daftar
Efek Syariah yang akan melakukan evaluasi setiap dua kali dalam satu tahun yakni pada
bulan Mei dan November. Sedangkan pada saham konvensional merupakan seluruh saham
yang tercatat dalam bursa atau pasar modal dengan mengabaikan aspek halal-haram.

[B][COLOR="darkorange"][SIZE="2"]Bagaimana Cara Mudah Menemukan Saham yang


Sesuai Syariah?
[/SIZE][/COLOR][/B]
Sebagai masyarakat awam terkadang merasa kesulitan dan kerepotan dalam memilih saham
sesuai dengan syariah. Meskipun sudah dijelaskan mengenai kriteria seperti apa yang
membuat satu saham atau emiten bisa dikategorikan sebagai saham syariah. Nah agar tidak
susah payah dan membuang waktu dalam proses penyeleksian maka tidak perlu khawatir
sebab di pasar modal Indonesia sudah ada beberapa daftar saham syariah atau indeks saham-
saham yang memenuhi kriteria syariah dengan spesifikasi tambahan seperti likuiditas dan
kapitalisasi pasar bagus. Berikut ini merupakan beberapa indeks saham-saham syariah yang
bisa dijadikan sebagai pertimbangan untuk portofolio investasi:
[LIST]
[*][B]Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)[/B]. Indeks ini diluncurkan pertama kali pada
12 Mei 2011, ISSI merupakan indikator dari kinerja pasar saham syariah di Indonesia yang
tercatat dalam Bursa Efek Indonesia (BEI).
[*][B]Jakarta Islamic Index (JII)[/B]. Indeks saham syariah yang satu ini pertama kali
diperkenalkan dalam pasar modal Indonesia tanggal 3 Juli 2000 yang terdiri dari 30 saham
syariah paling likuid yang ada di BEI.
[*][B]Jakarta Islamic Index 70 (JII70)[/B]. Merupakan indeks saham syariah yang
diluncurkan oleh BEI pada tanggal 17 Mei 2018 yang terdiri dari 70 saham syariah paling
likuid.
[/LIST]

Anda mungkin juga menyukai