Hyline 1
Hyline 1
SKRIPSI
Oleh :
SETIAWAN HAKIM
130306063
SKRIPSI
Oleh :
SETIAWAN HAKIM
130306063
Usulan Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Yusuf Leonard Henuk, M.Rur., Sc., Ph. D Hamdan S.Pt, M.Si
Ketua Anggota
Mengetahui,
i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Keywords : Egg, Egg Quality, Isa Brown, Hyline Brown, Eksterior, Interior.
ii
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
1996 dari ayah Alm. Utama dan Ibu Elly. Penulis merupakan putra pertama dari
tiga bersaudara.
(USU) melaluiujiantertulisSeleksiBersamaMasukPerguruanTinggiNegeri
(Mewakili USU), Panitia Regeneration Camp KSE USU 2017 danPanitia Team
iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
dilanjutkan penelitian hingga penulisan skripsi tepat waktu sesuai judul dari
usulan penelitian ini adalah “Karakterisasi dan Uji Komparasi Eksterior dan
Interior Telur Ayam Konsumsi Strain Isa Brown dan Hyline Brown”.
Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS selaku ketua Program Studi Peternakan dan kepada
Bapak Prof. Dr. Ir. Yusuf Leonard Henuk, M.Rur., Sc., Ph. D selaku Ketua
Penulis juga mengucapkan termakasih kepada orang tua atas doa, didikan,
dukungan semangat serta pengorbanan materil maupun moril yang telah diberikan
selama ini. Disamping itu penulis juga menyampaikan terimakasih kepada civitas
teman rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
Penulisan skripsi ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca
demi kesempurnaan penulisannya dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
iv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................ 1
RumusanMasalah ............................................................................................ 4
Tujuan Penelitian ............................................................................................ 4
Kegunaan Penelitian ....................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Ayam Petelur .................................................................................. 5
Strain Isa Brown ......................................................................................... 6
Strain Hy-line ............................................................................................. 7
Struktur dan Komposisi Telur ......................................................................... 7
Eksterior Telur ................................................................................................ 8
Kerabang Telur .......................................................................................... 8
Warna Kerabang......................................................................................... 9
Bentuk Telur .............................................................................................. 9
Ukuran Telur/Berat Telur ........................................................................... 10
Interior Telur .................................................................................................. 10
Ruang Udara .............................................................................................. 10
Kuning Telur (yolk) .................................................................................... 11
Putih Telur (albumen)................................................................................. 12
Haugh Unit ..................................................................................................... 13
Indeks Kuning Telur ....................................................................................... 14
Indeks Putih Telur ........................................................................................... 14
Standarisasi dan Kualitas Internal Telur .......................................................... 15
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................................... 17
v
Universitas Sumatera Utara
Alat dan Bahan ........................................................................................... 17
Parameter Penelitian ................................................................................... 18
Jenis Penelitian ........................................................................................... 19
ProsedurPenelitian ...................................................................................... 19
Metode Pengambilan Sampel ..................................................................... 19
Metode Pengumpulan Data......................................................................... 20
Metode Analisis Data ................................................................................. 20
LAMPIRAN ...................................................................................................
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No Hal.
7. Klasifikasi Indeks Putih Telur Isa Brown dan Hyline Brown ................ 27
9. Klasifikasi Indeks Kuning Telur Isa Brown dan Hyline Brown ............. 28
10. Klasifikasi Waktu Kuning Telur Isa Brown dan Hyline Brown ............. 29
11. Uji Komparasi Isa Brown dan Hyline Brown di Wilayah Berbeda ........ 30
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No Hal.
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Hal
1. Struktur Telur ...................................................................................... 8
ix
Universitas Sumatera Utara
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ayam petelur merupakan salah satu jenis ternak yang saat ini sangat
ternak ini adalah hasil yang sangat diminati oleh hampir semua elemen
memenuhi kebutuhan gizi, pangan yang sudah merupakan salah satu kebutuhan
pokok saat ini. Majunya teknologi era modern dalam bidang genetika saat ini telah
memunculkan ras ayam petelur yang tangguh dalam memproduksi telur dengan
efisiensi biaya sekecil mungkin.Perlu diketahui ayam ras petelur yang ada di
ayam petelur maupun ayam pedaging yang berasal dari ayam liar di Asia
performance yang optimal, sehingga dapat memproduksi telur dalam jumlah yang
kandungan gizi yang lengkap mulai dari protein, lemak, vitamin dan mineral
untuk dicerna oleh manusia agar terpenuhi zat-zat gizi yang diperlukan oleh
tubuh, seperti pertumbuhan dan perkembangan anak, untuk ibu yang sedang hamil
maupun ibu yang menyusui.Selain itu telur memiliki nilai ekonomis yang jauh
lebih murah dibandingkan sumber protein hewani lainnya, seperti daging dan
1
Universitas Sumatera Utara
2
ikan. Telur yang bernilai ekonomis juga mempunyai kualitas dan mutu yang harus
dipertahankan agar telur yang dikonsumsi merupakan telur yang baik, sehat dan
mengkonsumsi telur yang baik bagi keluarga dan konsumen lainnya.Hal ini
disebut juga dengan kualitas telur.Kualitas telur adalah istilah umum yang
mengacu pada beberapa standar yang menentukan baik kualitas internal maupun
warna kulit dan keutuhan telur.Kualitas internal mengacu pada putih telur
(albumin), kebersihan dan viskositas, ukuran sel udara, bentuk kuning telur dan
telur ini menunjukkan bahwa disetiap daerah provinsi Sumatera Utara, sudah
banyak industri ayam petelur yang mulai berkembang dan memberi kontribusi
2
Universitas Sumatera Utara
3
merupakan hasil dari keturunan ayam ras petelur. Dalam hasil pengamatan di
beberapa pasar, telur yang dijual mempunyai corak warna cokelat dan setelah
ditelusuri telur yang berwarna coklat merupakan hasil dari jenis (strain) ayam ras
petelur yang sudah didomestikasi untuk memproduksi telur. Ada banyak terdapat
jenis ayam petelur yang pernah hadir di Provinsi Sumatera Utara, yakni : Hisex
Brown,Ross Brown, Shaver S 288, Hubbard Golden Cornet, Hyline Brown, Isa
ayam ras petelur di Sumatera Utara tidak terlepas dari peranan industri komersil
yang dikhususkan untuk memproduksi bibit ayam petelur dan kemudian disebar
proses pemeliharaan ayam petelur dari fase awal hingga puncak produksi, namun
dalam karakterisasi dan kualitas dari telur yang dihasilkansetiap peternakan belum
diketahui apakahterdapat perbedaan telur dari strain yang berbeda, sehingga hal
ini perlu diuji terhadap jenis ayam petelur yang ada di Provinsi Sumatera Utara.
yang memiliki persentase distributor telur yang tinggi.Hal ini memicu penulis
untuk melakukan penelitian terhadap telur yang dihasilkan oleh kedua kabupaten
tersebut. Adapun jenis (strain)ayam ras petelur yang dipelihara oleh para peternak
kabupaten Deli Serdang dan Langkat didominasi oleh strainIsa Brown dan Hyline
3
Universitas Sumatera Utara
4
lebih tinggi, daya tahan ayam yang lebih baik dan sudah familiar dengan lingkup
terhadap karakterisasi dan uji komparasi eksterior dan interior telur ayam
konsusmi strain Isa Brown dan Hyline Brown di dua kabupaten yakni Kabupaten
Rumusan Masalah
yang beredar di Provinsi Sumatera Utara yakni : 1) Perbedaan telur dari Isa Brown
dan Hyline Brown; 2) Uji komparasi kualitas telur strain Isa Brown dan Hyline
Brown; 3) Hubungan kedekatan telur yang dihasilkan strain Isa Brown dan Hyline
Tujuan Penelitian
indeks putih telur; 7) haugh unit; 8) indeks kuning telur; 9) warna kuning telur
strain Isa Brown dan Hyline Brown di wilayah berbeda Provinsi Sumatera Utara.
Kegunaan Penelitian
peternak ayamtentang hasil karakterisasi dan kualitas eksterior interior telur yang
didapatkan dari masing-masing strain ayam ras petelur dan wilayahnya serta
sebagai salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana pada Program Studi
4
Universitas Sumatera Utara
5
TINJAUAN PUSTAKA
banyak telur, telur merupakan produk akhir ayam ras dan tidak boleh disilangkan
adalah cepat mencapai dewasa kelamin, ukuran telur normal, bebas dari sifat
Ayam petelur adalah ayam yang sangat efisien untuk menghasilkan telur
dan mulai bertelur umur ± 5 bulan dengan jumlah telur sekitar 250-300 butir per
ekor per tahun (Susilorini, dkk., 2008). Bobot telur ayam rata-rata 57,9 g dan rata-
rata produksi telur hen day 70% (Mc Donald et al., 2002).
Jenis ayam petelur dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu : 1. Tipe ayam
petelur ringan. Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih.Ayam petelur
ringan ini mempunyai badan yang ramping atau disebut dengan kurus-
dari galur murni white leghorn. Ayam petelur ringan komersial banyak dijual di
Indonesia dengan berbagai nama. Setiap pembibit ayam petelur di Indonesia pasti
memiliki dan menjual ayam petelur ringan (petelur putih) komersial ini.Ayam ini
mampu bertelur lebih dari 260 telur per tahun.Sebagai petelur, ayam tipe ini
petelur ringan ini sensitif terhadap cuaca panas dana keributan, jika ayam ini kaget
medium.Tubuh ayam ini tidak kurus tetapi juga tidak terlihat gemuk.Telurnya
5
Universitas Sumatera Utara
6
cukup banyak danjuga dapat menghasilkan daging yang banyak.Ayam ini disebut
juga dengan ayam tipe dwiguna.Karena warnanya yang cokelat, maka ayam ini
disebut dengan ayam petelur cokelat yang umumnya mempunyai warna bulu yang
Fase pertumbuhan pada jenis ayam petelur yaitu antara umur 6-14 minggu
dan umur 14-20 minggu. Namun, pada umur 14-20 minggu pertumbuhannya
dengan hal ini maka pemindahan dari kandang starter ke kandang fase
pertumbuhan yaitu antara umur 6-8 minggu. Setelah ayam fase pertumbuhan
mencapai umur 18 minggu. Ayam ini sudah bisa dipindahkan ke kandang ayam
Periode produksi ayam petelur terdiri dari dua periode yaitu fase I dari
umur 22-42 minggu dengan rata-rata produksi telur 78% dan berat telur 56 g. Fase
II umur 42-72 minggu dengan rata-rata produksi telur 72% dan bobot telur 60 g
melalui persilangan dari berbagai kelas, bangsa atau variasi sehingga ayam
tersebut memiliki bentuk, sifat dan tipe produksi tertentu sesuai dengan tujuan
Ayam petelur strain Isa Brown diciptakan di Inggris pada tahun 1972.
telur tinggi, konversi pakan rendah, kekebalan dan daya hidup tinggi,
6
Universitas Sumatera Utara
7
pertumbuhan yang baik dan masa bertelur yang panjang (long lay). Ayam petelur
strain Isa Brown mempunyai ciri bulu ayam jantan berwarna merah dengan hiasan
kuning, sedangkan ayam betina berwarna merah. Ayam strain ini mempunyai
95%pada umur 25-26 minggu. Rata-rata berat telur ayam petelur strain Isabrown
Produksi telur strain Isa Brown tinggi, yaitu mencapai 300 butir per tahun.
Kulit telurnya berwarna cokelat dengan ukuran besar, yaitu dapat mencapai berat
sekitar 60 gram/buitr. Ayam betina dewasa dapat mencapai berat 2,3 - 3,0 kg
(Suprijatna, 2005).
Salah satu jenis ayam petelur yang biasa digunakan oleh peternak adalah
1972.Memiliki kemampuan daya hidup pada masa pertumbuhan 98% dan masa
bertelur 97%, persentase puncak produksi mencapai 95-96%. Berat telur ayam
petelur strain Hyline 56.6 – 59.0 g (pada minggu ke-25) (Hy-line, 2014).
lapisan encer luar (outer thin white), lapisan encer dalam (firm/ thick white),
lapisan kental (inner thin white), dan lapisan kental dalam (inner thick
7
Universitas Sumatera Utara
8
Eksterior Telur
Kualitas telur sebelah luar ditentukan oleh kondisi kulit telurnya. Berikut
ini beberapa parameter yang dijadikan ukuran untuk menentukan kualitas telur
sebelah luar.
Kerabang Telur
Kerabang telur merupakan bagian terluar yang membungkus isi telur dan
pori-pori kulit yang berguna untuk pertukaran gas dari dalam dan luar kulit telur
Tebal kerabang telur ayam ras berkisar antara 0,330-0,350 mm. Tebalnya
kerabang telur dipengaruhi beberapa faktor yaitu : umur, tipe ayam, zat-zat
makanan, peristiwa faal dari organ tubuh, stress dan komponen lapisan kerabang
8
Universitas Sumatera Utara
9
telur. Kerabang yang tipis relatif berpori lebih banyak dan besar, sehingga
Pada kerabang telur terdapat pori-pori. Banyaknya pori-pori per butir telur
ayam ras berkisar antara 7.000 17.000 yang digunakan untuk pertukaran gas. Pori-
pori tersebut berukuran 0,01 – 0,07 µm dan tersebar diseluruh permukaan telur.
Kerabang telur pada bagian tumpulmemiliki jumlah pori-pori per satuan luas lebih
banyak dibandingkan dengan pori-pori bagan yang lain (Kurtini et al., 2011).
Bentuk Telur
ayam, sehingga bentuk telur yang dihasilkan akan berbeda pula. Bentuk telur
biasanya dinyatakan dengan suatu ukuran indeks bentuk atau shape index yaitu
perbandingan (dalam persen) antara ukuran lebar dan panjang telur (Djanah,
1990).
Telur yang baik berbentuk oval dan idealnya mempunyai “shape index”
(SI) antara 72-76. Telur yang lonjong SI= <72 dan telur bulat SI= >76 (Sumarni,
et al., 1995). Faktor keseragaman bentuk telur merupakan hal yang perlu
telur per butir khususnya di negara maju seperti Jepang, Amerika dan negara maju
lainnya telah dilakukan secara seksama dan disesuaikan dengan harga jualnya.
9
Universitas Sumatera Utara
10
berukuran kecil memiliki kualitas isi yang tinggi dibandingkan yang besar.
Standar ukuran dalam pemasaran telur adalah 56,7 gram per butir (Sumarni, et al.,
1995).
Interior Telur
Untuk menentukan kualitas isi telur dapat dilihat dari bagian telur
kondisi ruang udara, kuning telur dan putih telur (Sudaryani, 2003).
Ruang Udara
Telur yang segar memiliki ruang udara yang lebih kecil dibandingkan telur
yang sudah lama. Diluar negeri, kualitas telur dapat dikelompokkan berdasarkan
kedalaman ruang udara 0,3 cm. (2). Kualitas A memiliki kedalaman ruang udara
0,5 cm. (3). Kualitas B memiliki kedalaman ruang udara lebih dari 0,5 cm
(Sudaryani, 2003).
Telur yang segar memiliki kuning telur yang tidak cacat, bersih dan tidak
terdapat pembuluh darah. Selain itu, didalam kuning telur tidak terdapat bercak
oleh zat warna xantofil yang banyak terdapat dalam golongan hidroksi-
karotenoid.Zat tersebut selain mempengaruhi warna kuning telur juga warna kulit,
10
Universitas Sumatera Utara
11
shank, paruh, dan pigmen ini akan disimpan didalam kuning telur. Penyebab
dalam bahan pakan, juga disebabkan oleh perbedaan galur, keragaman individu,
dapat digunakan alat Roche Yolk Colour Fan.Cara pengukurannya sangat mudah
dilakukan karena kuning telur tinggal dicocokan dengan warna pada alat
dalam golongan karotenoid yaitu santofil, lutein dan zeaxantin serta sedikit
betakaroten dan kriptosantin. Perubahan warna kuning pada kuning telur olahan
menjadi warna hitam kehijauan disebabkan oleh pemanasan yang terlalu lama
Indeks yolk yaitu perbandingan antara tinggi dan lebar yolk.Indeks yolk
berkisar antara 0,330-0,500.Semakin lama telur disimpan, indeks yolk turun akibat
merembesnya air dari albumen ke yolk (Kurtini et al., 2011). Hal ini terjadi karena
perbedaan tekanan osmotik akibat adanya proses penguapan air dari bagian
11
Universitas Sumatera Utara
12
Kuning telur tersusun atas 44,8% air, 17,7% protein, 35,2% lemak, 1,1%
karbohidrat, dan 1,2% abu (Romanoff, et al., 1963). Kuning telur merupakan
emulsi lemak dalam air dengan kandungan bahan padat sebesar 50% dan terdiri
atas 1/3 protein dan 2/3 lemak. Kuning telur merupakan bagian terdalam dari telur
yang terdiri atas : (1) membrane vitelin, (2) saluran latebra, (3) lapisan kuning
telur gelap dan (4) lapisan kuning telur terang (Belitz dan Grosch, 1999).
dan protein (Stdelman dan Cotteril, 1995).Protein dalam kuning telur terdiri atas
protein granular dan protein plasma. Protein granular terdiri atas α- dan β-
lipovitelin 70%, fosvitin 16% dan lipoprotein 12%, sedangkan protein plasma
mengandung 66% lipoprotein dan 10,6% livetin (Winarno dan Koswara, 2002).
Putih telur terdiri atas 98% air dan bagian padatnya 92% adalah protein,
sedangkan sisanya adalah karbohidrat dan ion-ion anorganik (Abbas, 1989). Putih
telur selain menjadi sumber protein pada telur (9,7-10,8%) juga mengandung
fraksi gula (0,4-0,9%), garam mineral (0,5-0,6%), lemak (0,03%) dan abu(0,5-
Bagian Putih telur terdiri dari 4 lapisan yang berbeda kekentalannya, yaitu
lapisan encer luar (outer thin white), lapisan encer dalam (firm/thick white),
lapisan kental (inner thin white), dan lapisan kental dalam (inner thick
penyimpanan bagian ini pula yang paling mudah rusak.Kerusakan terjadi terutama
12
Universitas Sumatera Utara
13
disebakan oleh keluarnya air dari jala-jala ovumucin yang berfungsi sebagai
dan rata-rata diameter terpanjang dan terpendek dari albumen kental (mm).Pada
telur yang baru ditelurkan indeks albumen berkisar antara 0,050-0,174, indeks ini
albumen akibat migrasi air dari albumen ke yolk mengakibatkan interaksi antara
Haugh Unit
kesegaran isi telur, terutama bagian putih telur. Untuk mengukurnya, telur harus
dipecah lalu ketebalan putih telur diukur dengan alat mikrometer. Telur yang
segar biasanya memiliki putih telur yang tebal. Besarnya haugh unit dapat
ditentukan dengan menggunakan tabel konversi. Semakin tinggi nilai haugh unit
suatu telur menunjukkan bahwa kualitas telur tersebut semakin baik. Cara
diletakkan di tempat datar, b. Ketebalan putih telur (dalam mm) diukur dengan
mikrometer. Bagian putih telur yang diukur dipilih di antara pinggir kuning telur
dan pinggir putih telur (Sudaryani, 2003). Haugh Unit dirumuskan sebagai
berikut:
13
Universitas Sumatera Utara
14
Keterangan :
HU = haugh unit
H = tinggi putih telur
W = bobot telur (gram)
G = gravitasi (feet/detik)
tinggi kuning telur dengan diameter kuning telur. Badan Standar Nasional
Indeks putih telur adalah perbandingan tinggi putih telur kental dengan
rata-rata diameter panjang dan pendek putih telur kental. .Diameter putih telur
Keterangan:
H = tinggi putih telur (mm)
D1 = diameter putih telur kental terpanjang (mm)
D2 = diameter putih telur terpendek (mm)
penetapan kelas (grading) dilihat dari telur yang utuh, albumen dan yolk(Kurtini
14
Universitas Sumatera Utara
15
Encer, yolk
b. Kekentalan Kental Sedikit encer belum
tercampur
albumen
0,050-0,091
c. Indeks 0,134-0,175 0,092-0,133
15
Universitas Sumatera Utara
16
METODE PENELITIAN
Utara selama dua bulan dan berlangsung dari bulan Mei-Juni 2017. Telur yang
digunakan berasal dari dua tempat yaiitu Desa Sei Limbat, Kecamatan Selesai,
Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara dan Pantai Labu, Kabupaten Deli
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah rak telur (egg tray) yang
digunakan sebagai wadah perletakan telur, Yolk Colour Chart yang digunakan
untuk mengukur intensitas warna kuning telur, jangka sorong manual tricle
dengan ketelitian 0.05 mm untuk mengukur ruang udara, tinggi putih telur dan
tebal kerabang, lebar diameter kuning telur, Candler untuk meneropong telur,
Plastik kaca sebagai tempat dilaksanakan pengukuran interior telur, Cawan Petri
menimbang berat telur. Alkohol, sabun antiseptik, pisau, kertas tisu, label,
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah telur ayam ras dari strain
Isa brown 100 butir dan Hyline 100 butir beserta cadangannya masing-masing 40
butir. Kedua strain ayam dipelihara secara intensif pada kandang semi close house
16
Universitas Sumatera Utara
17
lingkungan yang sama, ransum yang diberikan sama, umur produksi yang sama.
Parameter Penelitian
sorong.
d. Tinggi putih telur diukur dengan menggunakan jangka sorong dan data
yang didapat dimasukkan kedalam metode haugh unit diikuti berat telur
telur.
e. Warna kuning telur, diukur dengan menggunakan yolk colour fan yaitu
milimeter (mm).
g. Indeks Kuning Telur, diukur diameter kuning telur dan tinggi kuning telur
h. Indeks Putih Telur, diukur tinggi putih telur, diameter panjang dan pendek
17
Universitas Sumatera Utara
18
Jenis Penelitian
Prosedur Penelitian
Adapun Prosedur penelitian yang dilakukan : (1) Seluruh telur satu per
telur, (2) Telur disimpan diatas egg tray dan masing-masing telur diberi nomer
kualitas eksterior (berat telur, tebal kerabang telur, bentuk telur dan rongga udara)
dan kualitas interior (index albumen, index yolk, warna kuning telur dan HU) pada
acak (random), yaitu cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan
populasi tersebut. Sampel yang digunakan adalah pemilik ternak ayam petelur di
Desa Denai, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera
Utara, dan Desa Sei Limbat, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat, Provinsi
18
Universitas Sumatera Utara
19
Sumatera Utara. Adapun dari masing-masing daerah diambil sampel strain Isa
Brown dan Hyline Brown. Pada sampel diberikan inisial sebagai berikut :
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengukuran telur sesuai dengan
indeks kuning telur, indeks putih telur). Data sekunder diperoleh dari berbagai
jurnal ilmiah, text book, skripsi (laporan penelitian), serta referensi lain. Data yang
bentuk telur, tebal kerabang, berat kerabang dan rongga udara) dan interior
(indeks putih telur, haugh unit, indeks kuning telur dan warna kuning telur)
yakni :
19
Universitas Sumatera Utara
20
Ukuran yang sering disebut dengan istilah rata-rata ini dicari dengan
gugus data yang diamati bisa diperoleh dari populasi atau dari sampel, maka
ukuran lainnya. Namun, apabila dalam gugus data tersebut terdapat nilai ekstrem,
standard deviasi menjadi tidak sensitif lagi, sama halnya seperti mean. Standard
setiap unsur pada gugugs datanya dikali/dibagi dengan nilai konstan tertentu. Bila
dikalikan dengan nilai konstan, standard deviasi yang dihasilkan akan setara
dengan hasil kali dari nilai standar deviasi aktual dengan konstan (Suharyadi dan
Purwanto, 2009).
ini juga dinyatakan sebagai persen rerata dari rerata umum percobaan.Nilai KK
semakin kecil maka derajat kejituan dan keandalan yang diperoleh semakin
20
Universitas Sumatera Utara
21
tinggi.Namun demikian tidak ada ketentuan nilai KK yang dianggap baik karena
Keterangan :
X : rata-rata
S : simpangan baku
Xi : ukuran ke-i dari peubah x
n : jumlah sampel yang diambil dari populasi
KK : koefisien Keragaman
sebagai berikut :
Keterangan :
M1 = rata-rata skor kelompok 1
M2 = rata-rata skor kelompok 2
SS1 = sum of square kelompok 1
SS2 = sum of square kelompok 2
n1 = jumlah subjek/sample kelompok 1
n2 = jumlah subjek/sample kelompok 2
21
Universitas Sumatera Utara
22
Eksterior
Berat Telur
telur Isa Brown dan Hyline Brown pada wilayah berbeda yakni Desa Denai,
Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang dan Desa Sei Limbat,
Tabel 2. Klasifikasi bobot telur strain Isa Brown dan Hyline Brown.
Strain Berat Telur
Total Mean ± Stdev KK
I1 5559.15 55.59 ± 3.67 6.60%
I2 5573.94 55.74 ± 5.03 9.02%
H1 5707.09 57.07 ± 5.24 9.18%
H2 5789.86 57.90 ± 5.33 9.21%
Hasil pengamatan terhadap Isa Brown dan Hyline Brown umur minggu ke-
25pada wilayah berbeda, yakni pada I1 memiliki rata-rata bobot telur 55.59 g, I2
bobot telur 57.07, H2 memiliki rata-rata bobot telur 57.89 g. Hal ini sesuai dengan
bobot telur terbagi 3, yakni kecil (< 50 g), medium (50-60 g), besar (> 60 g).
ke-25, berat atau bobot telur Isa Brown mencapai 58.8 g, kemudian dalam
panduan manajemen Hyline Brown menjelaskan pada umur minggu ke-25, berat
telur mencapai 56.6 g - 59.0 g. Pada hasil pengamatan yang diamati berat telur
pada kedua strain dengan wilayah berbeda memiliki nilai rata-rata berat yang
22
Universitas Sumatera Utara
23
(I2), ±5.24 (H1) dan ±5.33 (H2).Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa Koefisien
Keragaman yang dihasilkan <10% atau koefisien keragaman kecil, artinya nilai
yang didapat dalam kondisi seragam.Hasil ini menjelaskan bahwa telur yang
diproduksi berada pada tahapan produksi yang sudah sesuai dengan panduan
manajemen.
telur Isa Brown dan Hyline Brown pada wilayah berbeda yakni Desa Denai,
Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang dan Desa Sei Limbat,
Tabel 3.Klasifikasi bentuk telur ayam konsumsi Isa Brown dan Hyline Brown
Strain Bentuk Telur
Total Mean ± Stdev KK
I1 7991.15 79.91 ± 2.81 3.52%
I2 7691.76 76.92 ± 3.14 4.09%
H1 7805.26 78.05 ± 2.81 3.60%
H2 7916.47 79.16 ± 5.99 7.57%
Pada tabel diatas didapatkan nilai rata-rata bentuk telur dari Isa Brown dan
Hyline Brown dari wilayah berbeda adalah I1 = 79.91, I2 = 76.92, H1 = 78.05 dan
masingadalah±2.81 (I1), ±3.14 (I2), ±2.81 (H1) dan ±5.99 (H2). Hasil ini
menunjukkan bahwa nilai rata-rata telur dari kedua daerah tersebutkurang ideal
atau telur berbentuk bulat.Menurut Sumarni (1995), telur yang baik berbentuk
oval dan idealnya mempunyai “shape index” (SI) antara 72-76. Telur yang
23
Universitas Sumatera Utara
24
lonjong SI= < 72 dan telur bulat SI= > 76.Pada telur ayam konsumsi indeks telur
tidak terlalu penting, karena tujuan telur ayam konsumsi adalah untuk konsumen
Tebal Kerabang
kerabang telur Isa Brown dan Hyline Brown pada wilayah berbeda yakni Desa
Denai, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang dan Desa Sei Limbat,
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pernyataan Steward dan Abbot (1972)
yang menyatakan tebal kerabang telur ayam ras berkisar antara 0,330-0,350 mm.
: umur, tipe ayam, zat-zat makanan, peristiwa faal dari organ tubuh, stress dan
24
Universitas Sumatera Utara
25
Berat Kerabang
kerabang telur Isa Brown dan Hyline Brown pada wilayah berbeda yakni Desa
Denai, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang dan Desa Sei Limbat,
yang baik adalah kerabang yang memenuhi kriteria bentuk normal, bersih (tidak
bernoda), tidak rusak (retak), tebal dan halus, kriteria ini terkategori salah satu
kriteri telur kelas A dan layak dikonsumsi langsung oleh konsumen. Hal ini
kurang sesuai dengan yang ditemukan di peternakan, masih banyak dijumpai telur
yang bernoda, permuksaan kerabang yang kasar. Adapun hasil yang didapat nilai
rata-rata dari berat kerabang I1 = 6.94 ± 0.63, I2 = 7.11 ± 0.67, H1 = 7.29 ± 0.71
telur Isa Brown dan Hyline Brown pada wilayah berbeda yakni Desa Denai,
Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang dan Desa Sei Limbat,
25
Universitas Sumatera Utara
26
Dari data hasil pada tabel 6, dapat kita lihat bahwa nilai rata-rata rongga
>20%, artinya nilai yang diperoleh sangat beragam. Hasil ini disimpulkan bahwa
kualitas telur dari faktor kantung udara masih merupakan tingkatan mutu I dan II
menunjukkan ada rongga udara yang tidak berada pada mutu yang sama.. Hasil ini
kantung udara < 0.5 cm (mutu I), 0.5 – 0.9 cm (mutu II), > 0.9 cm (mutu III),
kemudian kriteria kebebasan bergerak kantung udara : tetap ditempat (mutu I),
bebas bergerak (mutu II), bebas bergerak dan dapat terbentuk gelembung udara
(mutu III).
Interior
TelurIsa Brown dan Hyline Brown pada wilayah berbeda yakni Desa Denai,
Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang dan Desa Sei Limbat,
26
Universitas Sumatera Utara
27
Tabel 7. Klasifikasi Indeks Putih Telur Isa Brown dan Hyline Brown
Hasil pemeriksaan indeks putih telurIsa Brown dan Hyline Brown pada
kedua daerah, di dapat hasil nilai indeks putih telur I1= 0.12 ± 0.04, I2 = 0.13 ±
0.04, H1 = 0.13 ± 0.03, H2 = 0.14 ± 0.03dapat dilihat pada tabel 7.Nilai indeks
putih telur (IPT) yangdi klasifikasikan semua kedalam mutu I dan II. Dalam hasil
sama, hal ini merujuk kedalam nilai koefisien keragaman >20%..Hasil ini sesuai
dengan perrnyataan Badan Standar Nasional SNI 3926 (2008) bahwarata-rata telur
mempunyai IPT 0.134-0.175 (mutu I), 0.092-0.133 (mutu II), 0.05-0.091 (mutu
III).
Haugh Unit
Telur Isa Brown dan Hyline Brown pada wilayah berbeda yakni Desa Denai,
Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang dan Desa Sei Limbat,
27
Universitas Sumatera Utara
28
Pada tabel 8 dapat dilihat nilai rata-rata nilai Haugh Unit (HU) telur pada
Isa Brown dan Hyline Brown pada kedua daerah tersebut bernilai I1 =72.08 ±
tabel 8.Adapun koefisien keragaman yang diperoleh <10%, artinya nilai yang
didapat seragam.Kondisi kesegaran dari putih telur dari kedua daerah tersebut
dapat disimpulkan kedalam kualitas AA. Hasil ini sesuai dengan pernyataan
yang melaporkan penentuan kualitas telur berdasarkan haugh unit adalah sebagai
berikut : nilai haugh unit< 31 digolongkan kualitas C;nilai haugh unit antara 31-60
nilai haugh unit >72 digolongkan kualitas AA. Haugh unit merupakan satuan yang
telur.Semakin tinggi nilai haugh unit suatu telur menunjukkan bahwa kualitas
Unit Telur Isa Brown dan Hyline Brown di wilayah berbeda yakni Desa Denai,
Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang dan Desa Sei Limbat,
28
Universitas Sumatera Utara
29
Pada tabel 9 dapat dilihat hasil indeks kuning telur pada Isa Brown dan
0.44 ± 0.05 dan H2 = 0.44 ± 0.04dengan koefisien keragaman <20%. Hasil ini
indeks kuning telur segar berkisar antara 0.33-0.52. Dalam kondisi ini, telur dari
kedua daerah tersebut dapat disimpulkan memenuhi kualitas telur bagus dan layak
dikonsumsi. Dalam kondisi ini, kualitas telur harus dipertahankan saat setelah
(2010), menyatakan bahwa indeks kuning telur akan menurun dari 0.45 menjadi
Warna kuning telur (WKT) merupakan salah satu indikator yang dapat
telur Isa Brown dan Hyline Brown dari kedua daerah tersebut didapati bahwa rata-
rata warna kuning telur berkisar antara 6.68-7.47, dibulatkan menjadi nilai 7.Hasil
Tabel 10. Penyebaran yolk colour Isa Brown dan Hyline Brown
Yolk Colour Warna-5 Warna-6 Warna-7 Warna-8 Total
I1 0 13 71 16 100
I2 10 29 44 17 100
H1 0 4 45 51 100
H2 0 17 71 12 100
Hasil pemeriksaan WKT pada tabel 10 dan tabel 11tidaksesuai dengan
pernyataan Surdayani (2003), yang menyatakan warna kunig telur yang baik pada
kisaran angka 9-12. Penyebab terjadinya hal ini adalah akibat dari kebutuhan
warna kuning telur dipengaruhi oleh pakan. Apabila pakan mengandung lebih
29
Universitas Sumatera Utara
30
banyak karoten, yaitu santofil, maka warna kuning telur semakin berwarna jingga
Uji Komparasi
Isa Brown dan Hyline Brown di wilayah berbeda yakni Desa Denai, Kecamatan
Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang dan Desa Sei Limbat, Kecamatan Selesai,
Tabel 12. Uji Komparasi Isa Brown dan Hyline Brown di Wilayah Berbeda
Uji BT SI TK BK RU IPT HU IKT WKT
Komparasi
I1 : I2 0.24 7.10* 0.21 1.88 6.78* 1.93 0.83 1.53 3.40*
I1 : H1 2.31* 4.67* 0.16 3.73* 11.66* 2.41* 3.42* 4.02* 5.57*
H1 : H2 1.11 1.68 0.15 1.25 2.00 1.82 0.20 1.00 6.59*
I2 : H2 2.95* 3.32* 0.21 2.52* 4.28* 2.12* 4.17* 3.48* 2.63*
Keterangan : Data terdiri dari 4 perbandingan. Tanda * menunjukkan bahwa nilai
berbeda nyata pada taraf 5% (α = 0.05) dengan uji t (0.05 = 1.972).
Tabel 12 menunjukkan bahwa uji komparasi telur Isa Brown dan Hyline
(thit>ttabel) dengan uji t pada parameter berat telur, bentuk telur, rongga udara,
indeks putih telur, haugh unit, indeks kuning telur dan warna kuning telur. Hal ini
menjelaskan terdapat pengaruh strain yang menjadi pembeda dari telur yang
tidak berbeda nyata (thit<ttabel) pada parameter berat telur, tebal kerabang, berat
kerabang, indeks putih telur, haugh unit dan indeks kuning telur. Sedangkan pada
30
Universitas Sumatera Utara
31
parameter bentuk telur, rongga udara dan warna kuning telur menunjukkan hasil
berbeda nyata (thit>ttabel). Hal ini menjelaskan tidak adanya perbedaan produksi
dari strain yang sama dan sedikit adanya pengaruh lingkungan terhadap kualitas
rongga udara, sedangkan terhadap perbedaan kuning telur disebabkan oleh faktor
berbeda nyata (thit<ttabel) pada parameter berat telur, bentuk telur, tebal kerabang,
berat kerabang, rongga udara, indeks putih telur, haugh unit, dan indeks kuning
telur.Hanya warna kuning telur yang berbeda nyata (thit<ttabel). Hal ini menjelaskan
bahwa strain yang sama pada wilayah berbeda tidak mempengaruhi kualitas
31
Universitas Sumatera Utara
32
Kesimpulan
berbeda menunjukkan strain Hyline Brown memiliki karakterisasi yang lebih baik
dibanding strain Isa Brown. Hasil ini terlihat dari uji komparasi I1 : H1 dan I2 :
H2 yang menyatakan terdapat perbedaan yang disebabkan oleh strain ayam yang
berbeda. Perbedaan tersebut merujuk ke strain Hyline Brown yang memiliki nilai
telur yang lebih besar. Sedangkan pada strain yang sama dari wilayah berbeda
Saran
strain Hyline Brown sebagai ayam petelur dalam usaha peternakan agar hasil telur
pendapatan.
32
Universitas Sumatera Utara
33
DAFTAR PUSTAKA
Romanoff, A. I. dan A. J. Romanoff. 1963. The Avian Egg. Jhon Willey and
Sons. Inc, New York.
Scott, M. L., M.C. Nesheim and R. J. Young. 1982. Nutrition of The Chicken. 3 rd
Edition. M. L. Scott and Associates. Ithaca. New York.
33
Universitas Sumatera Utara
34
UNECE STANDARD EGG-2. 2010. Egg Products. United Nations, New York
and Geneva.
Yuwanta, T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
34
Universitas Sumatera Utara
44
Analisis I1 I2 I1 H1 H1 H2 I2 H2
n 100 100 100 100 100 100 100 100
Mean 72,08 72,75 72,08 74,85 74,85 74,96 72,75 74,96
StDev 6,73 4,46 6,73 4,51 4,51 2,86 4,46 2,86
Var.S 45,34 19,87 45,34 20,30 20,30 8,16 19,87 8,16
Mean Diff 0,667 2,77 0,105 0,009
df 198 198 198 198
Alpha 0,05 0,05 0,05 0,05
t-hitung 0,83 3,42 0,20 4,17
t-tabel 1,972 1,972 1,972 1,972
Hipotesis-t No Sig Sig No Sig Sig