Anda di halaman 1dari 56

KARAKTERISASI DAN UJI KOMPARASI EKSTERIOR DAN

INTERIOR TELUR AYAM KONSUMSI STRAIN Isa Brown


DAN Hyline Brown DI WILAYAH BERBEDA

SKRIPSI

Oleh :

SETIAWAN HAKIM
130306063

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017

Universitas Sumatera Utara


KARAKTERISASI DAN UJI KOMPARASI EKSTERIOR DAN
INTERIOR TELUR AYAM KONSUMSI STRAIN Isa Brown
DAN Hyline BrowN DI WILAYAH BERBEDA

SKRIPSI

Oleh :

SETIAWAN HAKIM
130306063

Usulan Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017

Universitas Sumatera Utara


Judul Penelitian : Karakterisasi dan Uji Komparasi Eksterior Dan Interior Telur
Ayam Konsumsi Strain Isa Brown Dan Hyline Brown di
Wilayah Berbeda
Nama : Setiawan Hakim
NIM : 130306063
Program Studi : Peternakan

Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Yusuf Leonard Henuk, M.Rur., Sc., Ph. D Hamdan S.Pt, M.Si
Ketua Anggota

Mengetahui,

Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS


Ketua Program Studi Peternakan

Tanggal Acc : Januari 2018

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

SETIAWAN HAKIM, 2017 : Karakterisasi dan Uji Komparasi Eksterior Interior


Telur Ayam Ras Konsumsi StrainIsa Brown dan Hyline Brown Di Wilayah
Berbeda. Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Yusuf Leonard Henuk, M.Rur., Sc., Ph. D
dan Hamdan S.Pt M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakterisasi dan uji komparasi
kualitas eksteriordan interior meliputi berat telur, tebal kerabang telur, bentuk
telur, rongga udara dan interior meliputi tinggi albumin, warna kuning telur, dan
haugh unit telur dari telur ayam strain Isa Brown dan Hyline Brown di wilayah
berbeda yakni Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Langkat, Provinsi
Sumatera Utara yang dilakukan selama dua bulan dari bulan Juni-Juli 2017. 400
butir telur digunakan dalam penelitian ini yang terdiri dari 100 butir Isa Brown
dan 100 butir Hyline Brown dari Desa Denai, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten
Deli Serdang, kemudian 100 butir Isa Brown dan 100 butir Hyline Brown dari
Desa Sei Limbat, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat. Semua telur
dikumpulkan langsung dari ayampetelur di kedua lokasi berbeda kemudian
dilakukan pengukuran terhadap eksterior dan interior terhadap semua telur yang
terkumpul.Setelah data dikumpulkankemudian dihitung total, nilai rata-rata,
simpangan baku dan koefisien keragamannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakterisasi dan uji komparasi telur
ayam ras konsumsi strain Isa Brown dan Hyline Brown di wilayah
berbedamemilikihasil berbeda nyata (thit>ttabel)dengan uji t pada uji komparasi I1 :
H1 dan I2 : H2 artinya telur dari strain yang berbeda menunjukkan hasil yang
berbeda pada semua parameter yang diukur seperti berat telur, bentuk telur, berat
kerabang, rongga udara, indeks putih telur, haugh unit, indeks kuning telur dan
warna kuning telur. Uji komparasi I1 : I2 menunjukkan hasil tidak berbeda
nyata(thit<ttabel) padaberat telur, tebal kerabang, berat kerabang, indeks putih telur,
haugh unit dan indeks kuning telur, namun menunjukkan hasil berbeda nyata
(thit>ttabel) padabentuk telur, rongga udara dan warna kuning telur, artinya ada
pengaruh lingkungan namun tidak signifikan terhadap kualitas lain
daritelurdenganstrain yang sama di wilayah berbeda. Pada uji komparasi H1 : H2
menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (thit<ttabel) pada semua parameter yang
diukur terkecuali warna kuning telur, artinya tidak ada pengaruh lingkungan atau
strain menghasilkan telur dengan kualitas yang sama di wilayah berbeda.

Kata Kunci :Telur, KualitasTelur, Isa Brown,Hyline Brown, Eksterior, Interior.

i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT

SETIAWAN HAKIM, 2017 : Characterization And Comparation Test of Chicken


Eggs Strain Isa Brown And Hyline Brown in Different Areas. Supervised by
YUSUF LEONARD HENUK and HAMDAN.
This study aims to determine the characterization and comparation test of
exterior and interior of eggs from laying hens which includes egg weight, egg
shape, shell thickness, shell weight, air cavity, egg white index, haugh unit, egg
yolk index and yolk color of Isa Brown and Hyline Brown strains from different
locations, i.e., Deli Serdang Regency and Langkat Regency, North Sumatera
Province which is conducted for months from June-July 2017. 400 eggs used in
this experiments which is divided by 100 Isa Brown eggs from Deli Serdang
Regency, 100 Hyline Brown eggs from Langkat Regency, 100 Isa Brown eggs
and 100 Hyline Brown eggs from Langkat Regency. All eggs is collected directly
from laying hens in the two different location and then measured on their exterior
and interior from all eggs collected. After the data collected then calculated for
their total value, the average value, standard deviation, the coefficient of diversity
and independent t test
The results showed that characterization and comparation test of eggs from
strain Isa Brown and Hyline Brown in different areas has significantly different
(tvalue>ttabel) with independent t test on I1 : H1 and I2 : H2, it means eggs from
different strains showed different results onthe parameter of eggs quality
measured such as egg weight, egg shape, shell weight, air cavity, egg white
index, haugh unit, egg yolk index and yolk color. Comparation test of I1 : I2
showed not significantly different(tvalue<ttabel)on the parameter measured, excepted
egg weight, shell thickness, shell weight, egg white index, haugh unit, egg yolk
index and yolk colour.However, showed significantly different (tvalue>ttabel)on egg
shape, air cavity, and yolk color, it means that there is influence of environment
but not significant to the other quality of the same strain in different areas.
Comparative test of H1 : H2 showed not significantly different (tvalue<ttabel) on all
parameter excepted yolk color, it means that there is no influence of environment
or the same strain which has a same quality egss in different areas.

Keywords : Egg, Egg Quality, Isa Brown, Hyline Brown, Eksterior, Interior.

ii
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumatera Utara, Medan pada tanggal 27 Februari

1996 dari ayah Alm. Utama dan Ibu Elly. Penulis merupakan putra pertama dari

tiga bersaudara.

Tahun 2013 penulis lulus dari SMA SWASTA METHODIST-2 Medan

danpadatahun yang samamasukkeFakultasPertanianUniversitas Sumatera Utara

(USU) melaluiujiantertulisSeleksiBersamaMasukPerguruanTinggiNegeri

(SBMPTN) dan memilih Program StudiPeternakan.

Selamamengikutiperkuliahandi Program Studi Peternakan, Penulisbanyak

aktifdi kegiatan ektra kurikuler dalam lingkungan Fakultas Pertanian USU

sebagaiKoordinatorWirausahaIkatanMahasiswaPeternakan (IMAPET) 2016-

2017,WakilKetuaAcaraPerayaan Natal Program StudiPeternakan FP

USU,KepalaDivisiResearch and DevelopmentPaguyuban KSE USU 2016-2017,

Ambassador BPJS-TK Camp 1 Batch III (Mewakili USU),Ambassador BPJS-TK

Camp 2 Batch III (Mewakili USU),Ambassador BPJS-TK Camp 3 Batch III

(Mewakili USU), Panitia Regeneration Camp KSE USU 2017 danPanitia Team

Building KSE USU 2017/2018.

Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan

(PKL)padabulanJulisampaiAgustus 2016 di PT. Charoen Phokphand Jaya Farm 4

Medan Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa Deli Serdang

Sumatera Utara. Penulismelaksanakanpenelitian di

LaboratoriumIlmuProduksiternakUnggasselama 4 minggupadatahun 2017.

iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan proposal penelitian

dilanjutkan penelitian hingga penulisan skripsi tepat waktu sesuai judul dari

usulan penelitian ini adalah “Karakterisasi dan Uji Komparasi Eksterior dan

Interior Telur Ayam Konsumsi Strain Isa Brown dan Hyline Brown”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak

Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS selaku ketua Program Studi Peternakan dan kepada

Bapak Prof. Dr. Ir. Yusuf Leonard Henuk, M.Rur., Sc., Ph. D selaku Ketua

Komisi Pembimbing dan kepada Bapak Hamdan S.Pt.,M.Si selaku Anggota

Komisi Pembimbing penelitian hingga penulisan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan termakasih kepada orang tua atas doa, didikan,

dukungan semangat serta pengorbanan materil maupun moril yang telah diberikan

selama ini. Disamping itu penulis juga menyampaikan terimakasih kepada civitas

akademika di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian USU, serta teman-

teman rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu penulis dalam menyelesaikan proposal ini.

Penulisan skripsi ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca

demi kesempurnaan penulisannya dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi

pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

iv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ..................................................................................................... i

ABSTRACT ................................................................................................... ii

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................. v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix

PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................ 1
RumusanMasalah ............................................................................................ 4
Tujuan Penelitian ............................................................................................ 4
Kegunaan Penelitian ....................................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Ayam Petelur .................................................................................. 5
Strain Isa Brown ......................................................................................... 6
Strain Hy-line ............................................................................................. 7
Struktur dan Komposisi Telur ......................................................................... 7
Eksterior Telur ................................................................................................ 8
Kerabang Telur .......................................................................................... 8
Warna Kerabang......................................................................................... 9
Bentuk Telur .............................................................................................. 9
Ukuran Telur/Berat Telur ........................................................................... 10
Interior Telur .................................................................................................. 10
Ruang Udara .............................................................................................. 10
Kuning Telur (yolk) .................................................................................... 11
Putih Telur (albumen)................................................................................. 12
Haugh Unit ..................................................................................................... 13
Indeks Kuning Telur ....................................................................................... 14
Indeks Putih Telur ........................................................................................... 14
Standarisasi dan Kualitas Internal Telur .......................................................... 15

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................................... 17

v
Universitas Sumatera Utara
Alat dan Bahan ........................................................................................... 17
Parameter Penelitian ................................................................................... 18
Jenis Penelitian ........................................................................................... 19
ProsedurPenelitian ...................................................................................... 19
Metode Pengambilan Sampel ..................................................................... 19
Metode Pengumpulan Data......................................................................... 20
Metode Analisis Data ................................................................................. 20

HASIL DAN PEMBAHASAN


Eksterior ......................................................................................................... 22
Berat Telur ................................................................................................. 23
Bentuk Telur ............................................................................................. 24
Tebal Kerabang .......................................................................................... 24
Berat Kerabang .......................................................................................... 25
Rongga Udara ............................................................................................ 25
Interior ............................................................................................................ 26
Indeks Putih Telur ...................................................................................... 26
Haugh Unit ................................................................................................. 27
Indeks Kuning Telur ................................................................................... 28
Warna Kuning Telur ................................................................................... 29
UjiKomparasi ............................................................................................. 30

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan..................................................................................................... 32
Saran .............................................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

LAMPIRAN ...................................................................................................

vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

No Hal.

1. Persyaratan Tingkat Mutu Fisik Telur .................................................. 15

2. Klasifikasi Bobot Telur Isa Brown dan Hyline Brown .......................... 22

3. Klasifikasi Bentuk Telur Isa Brown dan Hyline Brown ......................... 23

4. Klasifikasi Tebal Kerabang Isa Brown dan Hyline Brown .................... 24

5. Klasifikasi Berat Kerabang Isa Brown dan Hyline Brown ..................... 25

6. Klasifikasi Rongga Udara Isa Brown dan Hyline Brown ....................... 26

7. Klasifikasi Indeks Putih Telur Isa Brown dan Hyline Brown ................ 27

8. Klasifikasi Haugh Unit Isa Brown dan Hyline Brown ........................... 27

9. Klasifikasi Indeks Kuning Telur Isa Brown dan Hyline Brown ............. 28

10. Klasifikasi Waktu Kuning Telur Isa Brown dan Hyline Brown ............. 29

11. Uji Komparasi Isa Brown dan Hyline Brown di Wilayah Berbeda ........ 30

vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

No Hal.

1. Data PengukuranTelurIsa BrownDesaDenai ............................................ 35

2. Data PengukuranTelurHyline Brown DesaSeiLimbat ............................... 38

3. Data PengukuranTelur Isa Brown DesaDenai .......................................... 41

4. Data PengukuranTelurHyline BrownDesaSeiLimbat ................................ 44

5. Uji-t padaBeratTelur ................................................................................ 47

6. Uji-t padaBentukTelur ............................................................................. 47

7. Uji-t padaTebalKerabang ......................................................................... 47

8. Uji-t padaBeratKerabang ......................................................................... 48

9. Uji-t padaRonggaUdara ........................................................................... 48

10. Uji-t padaIndeksPutihTelur ...................................................................... 48

11. Uji-t padaHaugh Unit .............................................................................. 49

12. Uji-t padaIndeksKuningTelur .................................................................. 49

13. Uji-t padaWarnaKuningTelur .................................................................. 49

14. GambarPenelitianKualitasEksteriordan Interior ....................................... 50

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Hal
1. Struktur Telur ...................................................................................... 8

ix
Universitas Sumatera Utara
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ayam petelur merupakan salah satu jenis ternak yang saat ini sangat

digemari oleh masyarakat Indonesia dalam berwirausaha, dikarenakan hasil dari

ternak ini adalah hasil yang sangat diminati oleh hampir semua elemen

masyarakat Indonesia karena harganya murah dibanding daging sapi dalam

memenuhi kebutuhan gizi, pangan yang sudah merupakan salah satu kebutuhan

pokok saat ini. Majunya teknologi era modern dalam bidang genetika saat ini telah

memunculkan ras ayam petelur yang tangguh dalam memproduksi telur dengan

efisiensi biaya sekecil mungkin.Perlu diketahui ayam ras petelur yang ada di

Indonesia merupakan hasil rekayasa genetik yang telah didomestikasikan sebagai

ayam petelur maupun ayam pedaging yang berasal dari ayam liar di Asia

Tenggara (Red Jungle Fowl).Kondisi ini dilakukan berdasarkan karakter-karakter

(sifat-sifat dominan) dari ayam-ayam yang sudah ada di dunia termasuk

Indonesia. Perbaikan-perbaikan genetik terus diupayakan agar mencapai

performance yang optimal, sehingga dapat memproduksi telur dalam jumlah yang

banyak (Rasyaf, 2001; Suprijatnaet al., 2005; KartasudjanaSuprijatna, 2006)..

Telur merupakan salah satu hasil peternakan yang memberikan pengaruh

besar terhadap kecukupan gizi masyarakat Indonesia.Dari sebutir telur didapatkan

kandungan gizi yang lengkap mulai dari protein, lemak, vitamin dan mineral

untuk dicerna oleh manusia agar terpenuhi zat-zat gizi yang diperlukan oleh

tubuh, seperti pertumbuhan dan perkembangan anak, untuk ibu yang sedang hamil

maupun ibu yang menyusui.Selain itu telur memiliki nilai ekonomis yang jauh

lebih murah dibandingkan sumber protein hewani lainnya, seperti daging dan

1
Universitas Sumatera Utara
2

ikan. Telur yang bernilai ekonomis juga mempunyai kualitas dan mutu yang harus

dipertahankan agar telur yang dikonsumsi merupakan telur yang baik, sehat dan

segar.(Abbas, 1989; Rasyaf, 2001).

Telur memiliki standar yang harus dipertahankan agar konsumen dapat

mengkonsumsi telur yang baik bagi keluarga dan konsumen lainnya.Hal ini

disebut juga dengan kualitas telur.Kualitas telur adalah istilah umum yang

mengacu pada beberapa standar yang menentukan baik kualitas internal maupun

eksternal.Kualitas eksternal difokuskan pada kebersihan kulit, tekstur, bentuk,

warna kulit dan keutuhan telur.Kualitas internal mengacu pada putih telur

(albumin), kebersihan dan viskositas, ukuran sel udara, bentuk kuning telur dan

kekuatan kuning telur.

Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang

mempunyaipasokanayam petelur yang cukup besar dalam memproduksi

telur.Berdasarkan data Badan Pusat Statistik provinsi Sumatera Utara

didapatiproduksi telur berada di Kabupaten Deli Serdang (43,6%), Kabupaten

Langkat (23.8%), Kabupaten Asahan (15.3%), Kabupaten Serdang Berdagai

(7.75%), Kabupaten Binjai (6.59%), Kabupaten Simalungun (0.99%), Kabupaten

Labuhanbatu Selatan (0.78%), Kabupaten Medan (0.59%), Kabupaten Batu Bara

(0.135%), Kabupaten Tapanuli Tengah (0.114%), Kabupaten Labuhanbatu

(0.113%), dan di Kabupaten Padang Lawas Utara (0.00384%).Data dari produksi

telur ini menunjukkan bahwa disetiap daerah provinsi Sumatera Utara, sudah

banyak industri ayam petelur yang mulai berkembang dan memberi kontribusi

dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia terkhusus di sektor hasil unggas.

(BPS Sumut, 2017).

2
Universitas Sumatera Utara
3

Data pasokan telur di beberapa daerah di Provinsi Sumatera Utara

merupakan hasil dari keturunan ayam ras petelur. Dalam hasil pengamatan di

beberapa pasar, telur yang dijual mempunyai corak warna cokelat dan setelah

ditelusuri telur yang berwarna coklat merupakan hasil dari jenis (strain) ayam ras

petelur yang sudah didomestikasi untuk memproduksi telur. Ada banyak terdapat

jenis ayam petelur yang pernah hadir di Provinsi Sumatera Utara, yakni : Hisex

Brown,Ross Brown, Shaver S 288, Hubbard Golden Cornet, Hyline Brown, Isa

Brown, Lohmann, Leghorn, dan Novogen (Terbaru). Masuknya jenis (strain)

ayam ras petelur di Sumatera Utara tidak terlepas dari peranan industri komersil

yang dikhususkan untuk memproduksi bibit ayam petelur dan kemudian disebar

ke setiap daerah lainnya untuk dipelihara.

Pengenalan akan karakter setiap jenisayam petelurdapat diketahui pada

proses pemeliharaan ayam petelur dari fase awal hingga puncak produksi, namun

dalam karakterisasi dan kualitas dari telur yang dihasilkansetiap peternakan belum

diketahui apakahterdapat perbedaan telur dari strain yang berbeda, sehingga hal

ini perlu diuji terhadap jenis ayam petelur yang ada di Provinsi Sumatera Utara.

Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Langkatmerupakan kabupaten

yang memiliki persentase distributor telur yang tinggi.Hal ini memicu penulis

untuk melakukan penelitian terhadap telur yang dihasilkan oleh kedua kabupaten

tersebut. Adapun jenis (strain)ayam ras petelur yang dipelihara oleh para peternak

kabupaten Deli Serdang dan Langkat didominasi oleh strainIsa Brown dan Hyline

Brown. Mayoritas peternak memilih kedua strain ini dikarenakan mampu

beradaptasi dengan cepat terhadap lingkungan, menunjukkan produksi telur yang

3
Universitas Sumatera Utara
4

lebih tinggi, daya tahan ayam yang lebih baik dan sudah familiar dengan lingkup

usaha peternakan ayam petelur,

Berdasarkan uraian diatas, penulis berkeinginan melakukan penelitian

terhadap karakterisasi dan uji komparasi eksterior dan interior telur ayam

konsusmi strain Isa Brown dan Hyline Brown di dua kabupaten yakni Kabupaten

Deli Serdang dan Kabupaten Langkat.

Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang diatas didapati bahwa telur

yang beredar di Provinsi Sumatera Utara yakni : 1) Perbedaan telur dari Isa Brown

dan Hyline Brown; 2) Uji komparasi kualitas telur strain Isa Brown dan Hyline

Brown; 3) Hubungan kedekatan telur yang dihasilkan strain Isa Brown dan Hyline

Brown; 4) Strain manakah yang lebih dianjurkan dalam usaha ternak.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui

karakterisasi dan perbandingan kualitas eksterior interior meliputi 1) berat telur;

2) bentuk telur; 3) tebal kerabang telur; 4) berat kerabang; 5) rongga udara; 6)

indeks putih telur; 7) haugh unit; 8) indeks kuning telur; 9) warna kuning telur

strain Isa Brown dan Hyline Brown di wilayah berbeda Provinsi Sumatera Utara.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti

peternak ayamtentang hasil karakterisasi dan kualitas eksterior interior telur yang

didapatkan dari masing-masing strain ayam ras petelur dan wilayahnya serta

sebagai salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana pada Program Studi

Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

4
Universitas Sumatera Utara
5

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Ayam Petelur

Ayam petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan menghasilkan

banyak telur, telur merupakan produk akhir ayam ras dan tidak boleh disilangkan

kembali (Sudaryani, 2000).Sifat-sifat yang dikembangkan pada tipe ayam petelur

adalah cepat mencapai dewasa kelamin, ukuran telur normal, bebas dari sifat

mengeram, bebas dari kanibalisme dan sebagainya (Yuwanta, 2004).

Ayam petelur adalah ayam yang sangat efisien untuk menghasilkan telur

dan mulai bertelur umur ± 5 bulan dengan jumlah telur sekitar 250-300 butir per

ekor per tahun (Susilorini, dkk., 2008). Bobot telur ayam rata-rata 57,9 g dan rata-

rata produksi telur hen day 70% (Mc Donald et al., 2002).

Jenis ayam petelur dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu : 1. Tipe ayam

petelur ringan. Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih.Ayam petelur

ringan ini mempunyai badan yang ramping atau disebut dengan kurus-

mungil.Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah.Ayam ini berasal

dari galur murni white leghorn. Ayam petelur ringan komersial banyak dijual di

Indonesia dengan berbagai nama. Setiap pembibit ayam petelur di Indonesia pasti

memiliki dan menjual ayam petelur ringan (petelur putih) komersial ini.Ayam ini

mampu bertelur lebih dari 260 telur per tahun.Sebagai petelur, ayam tipe ini

memang khusus untuk bertelur saja sehingga semua kemampuan dirinya

diarahkan pada kemampuan bertelur, karena dagingnya hanya sedikit. Ayam

petelur ringan ini sensitif terhadap cuaca panas dana keributan, jika ayam ini kaget

ataupun kepanasan produksinya akan cepat turun; 2. Tipe ayam petelur

medium.Tubuh ayam ini tidak kurus tetapi juga tidak terlihat gemuk.Telurnya

5
Universitas Sumatera Utara
6

cukup banyak danjuga dapat menghasilkan daging yang banyak.Ayam ini disebut

juga dengan ayam tipe dwiguna.Karena warnanya yang cokelat, maka ayam ini

disebut dengan ayam petelur cokelat yang umumnya mempunyai warna bulu yang

cokelat juga (Rasyaf, 2001).

Fase pertumbuhan pada jenis ayam petelur yaitu antara umur 6-14 minggu

dan umur 14-20 minggu. Namun, pada umur 14-20 minggu pertumbuhannya

menurun dan sering disebut dengan fase developer (perkembangan). Sehubungan

dengan hal ini maka pemindahan dari kandang starter ke kandang fase

pertumbuhan yaitu antara umur 6-8 minggu. Setelah ayam fase pertumbuhan

mencapai umur 18 minggu. Ayam ini sudah bisa dipindahkan ke kandang ayam

petelur fase produksi (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Periode produksi ayam petelur terdiri dari dua periode yaitu fase I dari

umur 22-42 minggu dengan rata-rata produksi telur 78% dan berat telur 56 g. Fase

II umur 42-72 minggu dengan rata-rata produksi telur 72% dan bobot telur 60 g

(Scott, et al., 1982).

Strain adalah klasifikasi ayam berdasarkan garis keturunan tertentu

melalui persilangan dari berbagai kelas, bangsa atau variasi sehingga ayam

tersebut memiliki bentuk, sifat dan tipe produksi tertentu sesuai dengan tujuan

produksi (Ningrum, 2011).

Strain Isa Brown

Ayam petelur strain Isa Brown diciptakan di Inggris pada tahun 1972.

Penciptaan strain ini ditujukan untuk memenuhi keunggulan standar yang

diinginkan para konsumen. Keunggulan tersebut meliputi produktivitas dan bobot

telur tinggi, konversi pakan rendah, kekebalan dan daya hidup tinggi,

6
Universitas Sumatera Utara
7

pertumbuhan yang baik dan masa bertelur yang panjang (long lay). Ayam petelur

strain Isa Brown mempunyai ciri bulu ayam jantan berwarna merah dengan hiasan

kuning, sedangkan ayam betina berwarna merah. Ayam strain ini mempunyai

potensi produksi telur 300 butir per tahun

Ayam petelur strainIsa Brown memiliki periode bertelur antara 18-80

minggu, kemampuan hidup(liveability) sebesar 93,2%, puncak produksi sebesar

95%pada umur 25-26 minggu. Rata-rata berat telur ayam petelur strain Isabrown

sebesar 58.8-59.6 g (Hendrics genetics,2006).

Produksi telur strain Isa Brown tinggi, yaitu mencapai 300 butir per tahun.

Kulit telurnya berwarna cokelat dengan ukuran besar, yaitu dapat mencapai berat

sekitar 60 gram/buitr. Ayam betina dewasa dapat mencapai berat 2,3 - 3,0 kg

(Suprijatna, 2005).

Strain Hyline Brown

Salah satu jenis ayam petelur yang biasa digunakan oleh peternak adalah

ayam strain Hyline.Ayam petelur Hyline diciptakan di Amerika pada tahun

1972.Memiliki kemampuan daya hidup pada masa pertumbuhan 98% dan masa

bertelur 97%, persentase puncak produksi mencapai 95-96%. Berat telur ayam

petelur strain Hyline 56.6 – 59.0 g (pada minggu ke-25) (Hy-line, 2014).

Struktur dan Komposisi Telur

Kerabang telur terdiri atas membran kerabang telur (outher shell

membrane) dan membrane albumen (inner shell membrane).Albumen terdiri atas

lapisan encer luar (outer thin white), lapisan encer dalam (firm/ thick white),

lapisan kental (inner thin white), dan lapisan kental dalam (inner thick

7
Universitas Sumatera Utara
8

white).Chalazae yang membartasi albumen dan yolk.Yolk terdiri atas membrane

viteline, germinal dis, dan yolk sac (Buckle et al., 2007).

Gambar 1. Struktur Telur

Eksterior Telur

Kualitas telur sebelah luar ditentukan oleh kondisi kulit telurnya. Berikut

ini beberapa parameter yang dijadikan ukuran untuk menentukan kualitas telur

sebelah luar.

Kerabang Telur

Kerabang telur merupakan bagian terluar yang membungkus isi telur dan

berfungsi mengurangi kerusakan fisik maupun biologis, serta dilengkapi dengan

pori-pori kulit yang berguna untuk pertukaran gas dari dalam dan luar kulit telur

(Sumarni,et al., 1995).

Tebal kerabang telur ayam ras berkisar antara 0,330-0,350 mm. Tebalnya

kerabang telur dipengaruhi beberapa faktor yaitu : umur, tipe ayam, zat-zat

makanan, peristiwa faal dari organ tubuh, stress dan komponen lapisan kerabang

8
Universitas Sumatera Utara
9

telur. Kerabang yang tipis relatif berpori lebih banyak dan besar, sehingga

mempercepat turunnya kualitas telur akibat penguapan dan pembusukan lebih

cepat (Steward dan Abbott, 1972).

Pada kerabang telur terdapat pori-pori. Banyaknya pori-pori per butir telur

ayam ras berkisar antara 7.000 17.000 yang digunakan untuk pertukaran gas. Pori-

pori tersebut berukuran 0,01 – 0,07 µm dan tersebar diseluruh permukaan telur.

Kerabang telur pada bagian tumpulmemiliki jumlah pori-pori per satuan luas lebih

banyak dibandingkan dengan pori-pori bagan yang lain (Kurtini et al., 2011).

Bentuk Telur

Bentuk telur dipengaruhi oleh bentuk oviduct pada masing-masing induk

ayam, sehingga bentuk telur yang dihasilkan akan berbeda pula. Bentuk telur

biasanya dinyatakan dengan suatu ukuran indeks bentuk atau shape index yaitu

perbandingan (dalam persen) antara ukuran lebar dan panjang telur (Djanah,

1990).

Telur yang baik berbentuk oval dan idealnya mempunyai “shape index”

(SI) antara 72-76. Telur yang lonjong SI= <72 dan telur bulat SI= >76 (Sumarni,

et al., 1995). Faktor keseragaman bentuk telur merupakan hal yang perlu

diperhatikan, bentuk telur yang tidak beraturan dimungkinkan akibat adanya

penyakit seperti Infectius Bronchitis dan lain-lain.

Ukuran Telur / Berat Telur

Ukuran telur merupakan faktor penting yang dapat menentukan

penerimaan harga dalam aspek pemasaran. Penentuan klasifikasi standar berat

telur per butir khususnya di negara maju seperti Jepang, Amerika dan negara maju

lainnya telah dilakukan secara seksama dan disesuaikan dengan harga jualnya.

9
Universitas Sumatera Utara
10

Klasifikasi standar berat telur yaitujumbo (> 76 g),extra large(70-77 g),large(64-

70 g),medium(58-64 g),medium small(52-58 g),small(< 52 g). Telur yang

berukuran kecil memiliki kualitas isi yang tinggi dibandingkan yang besar.

Standar ukuran dalam pemasaran telur adalah 56,7 gram per butir (Sumarni, et al.,

1995).

Interior Telur

Untuk menentukan kualitas isi telur dapat dilihat dari bagian telur

disebelah dalam.Beberapa faktor yang menentukan kualitas isi telur diantaranya

kondisi ruang udara, kuning telur dan putih telur (Sudaryani, 2003).

Ruang Udara

Telur yang segar memiliki ruang udara yang lebih kecil dibandingkan telur

yang sudah lama. Diluar negeri, kualitas telur dapat dikelompokkan berdasarkan

ukuran kedalaman ruang udaranya.Berikut ini pembagian kualitas telur

berdasarkan ukuran kedalaman ruang udaranya. (1). Kualitas AA memiliki

kedalaman ruang udara 0,3 cm. (2). Kualitas A memiliki kedalaman ruang udara

0,5 cm. (3). Kualitas B memiliki kedalaman ruang udara lebih dari 0,5 cm

(Sudaryani, 2003).

Kuning Telur (Yolk)

Telur yang segar memiliki kuning telur yang tidak cacat, bersih dan tidak

terdapat pembuluh darah. Selain itu, didalam kuning telur tidak terdapat bercak

daging atau bercak darah (Sudaryani, 2003).

Warna kuning telur yang disukai konsumen salah satunya dipengaruhi

oleh zat warna xantofil yang banyak terdapat dalam golongan hidroksi-

karotenoid.Zat tersebut selain mempengaruhi warna kuning telur juga warna kulit,

10
Universitas Sumatera Utara
11

shank, paruh, dan pigmen ini akan disimpan didalam kuning telur. Penyebab

keragaman warna kuning telurselain disebabkan oleh jumlah kandungan xantofil

dalam bahan pakan, juga disebabkan oleh perbedaan galur, keragaman individu,

sangkar, angka kesakitan (morbiditas), cekaman, lemak dalam pakan oksidasi

xantofil dalam bahan pakan tertentu.

Kecerahan kuning telur merupakan salah satu indikator yang dapat

digunakan untuk menentukan kualitas telur.Untuk mengukur kualitas kuning telur

dapat digunakan alat Roche Yolk Colour Fan.Cara pengukurannya sangat mudah

dilakukan karena kuning telur tinggal dicocokan dengan warna pada alat

tersebut.Berdasarkan pengukuran dengan alat tersebut maka warna kuning telur

yang baik berada pada kisaran angka 9 – 12 (Sudaryani, 2003).

Kuning telur mengandung zat warna (pigmen) yang umumnya termasuk

dalam golongan karotenoid yaitu santofil, lutein dan zeaxantin serta sedikit

betakaroten dan kriptosantin. Perubahan warna kuning pada kuning telur olahan

menjadi warna hitam kehijauan disebabkan oleh pemanasan yang terlalu lama

sehingga membentuk Fe dan S (Winarno dan Koswara, 2002).

Indeks yolk yaitu perbandingan antara tinggi dan lebar yolk.Indeks yolk

berkisar antara 0,330-0,500.Semakin lama telur disimpan, indeks yolk turun akibat

merembesnya air dari albumen ke yolk (Kurtini et al., 2011). Hal ini terjadi karena

perbedaan tekanan osmotik akibat adanya proses penguapan air dari bagian

albumen. Adanya perbedaan tekanan tersebut menyebabkan aliran air yang

kontiniu dari bagian albumen ke membrane viteline dan mengakibatkan

membesarnya bagian yolk (Romanoff, 1963).

11
Universitas Sumatera Utara
12

Kuning telur tersusun atas 44,8% air, 17,7% protein, 35,2% lemak, 1,1%

karbohidrat, dan 1,2% abu (Romanoff, et al., 1963). Kuning telur merupakan

emulsi lemak dalam air dengan kandungan bahan padat sebesar 50% dan terdiri

atas 1/3 protein dan 2/3 lemak. Kuning telur merupakan bagian terdalam dari telur

yang terdiri atas : (1) membrane vitelin, (2) saluran latebra, (3) lapisan kuning

telur gelap dan (4) lapisan kuning telur terang (Belitz dan Grosch, 1999).

Kandungan telur mengandung 52% padatan yang mengandung lipoprotein

dan protein (Stdelman dan Cotteril, 1995).Protein dalam kuning telur terdiri atas

protein granular dan protein plasma. Protein granular terdiri atas α- dan β-

lipovitelin 70%, fosvitin 16% dan lipoprotein 12%, sedangkan protein plasma

mengandung 66% lipoprotein dan 10,6% livetin (Winarno dan Koswara, 2002).

Putih Telur (Albumen)

Putih telur terdiri atas 98% air dan bagian padatnya 92% adalah protein,

sedangkan sisanya adalah karbohidrat dan ion-ion anorganik (Abbas, 1989). Putih

telur selain menjadi sumber protein pada telur (9,7-10,8%) juga mengandung

fraksi gula (0,4-0,9%), garam mineral (0,5-0,6%), lemak (0,03%) dan abu(0,5-

0,6%) seta memiliki berat kering sekitar (10,6-12,1%) (Yuwanta, 2010).

Bagian Putih telur terdiri dari 4 lapisan yang berbeda kekentalannya, yaitu

lapisan encer luar (outer thin white), lapisan encer dalam (firm/thick white),

lapisan kental (inner thin white), dan lapisan kental dalam (inner thick

white/chalaziferous). Perbedaan kekentalan ini disebabkan oleh perbedaan dalam

kandungan airnya.Bagian ini banyak mengandung air sehingga selama

penyimpanan bagian ini pula yang paling mudah rusak.Kerusakan terjadi terutama

12
Universitas Sumatera Utara
13

disebakan oleh keluarnya air dari jala-jala ovumucin yang berfungsi sebagai

pembentuk struktur putih telur (Kurtini, et al., 2011).

Indeks albumen yaitu perbandingan antara tinggi albumen kental (mm)

dan rata-rata diameter terpanjang dan terpendek dari albumen kental (mm).Pada

telur yang baru ditelurkan indeks albumen berkisar antara 0,050-0,174, indeks ini

menurun karena penyimpanan telur (Kurtini et al., 2011).Berkurangnya tinggi

albumen akibat migrasi air dari albumen ke yolk mengakibatkan interaksi antara

lysozyme dengan ovumucin yangmenyebabkan berkurangnya daya larut ovumucin

dan merusak kekentalan albumen (Abbas, 1989).

Haugh Unit

Haugh Unit merupakan satuan yang digunakan untuk mengetahui

kesegaran isi telur, terutama bagian putih telur. Untuk mengukurnya, telur harus

dipecah lalu ketebalan putih telur diukur dengan alat mikrometer. Telur yang

segar biasanya memiliki putih telur yang tebal. Besarnya haugh unit dapat

ditentukan dengan menggunakan tabel konversi. Semakin tinggi nilai haugh unit

suatu telur menunjukkan bahwa kualitas telur tersebut semakin baik. Cara

pengukuran : a. Telur ditimbang beratnya lalu dipecah secara hati-hati dan

diletakkan di tempat datar, b. Ketebalan putih telur (dalam mm) diukur dengan

mikrometer. Bagian putih telur yang diukur dipilih di antara pinggir kuning telur

dan pinggir putih telur (Sudaryani, 2003). Haugh Unit dirumuskan sebagai

berikut:

Rumus di atas disederhanakan menjadi bentuk berikut :

13
Universitas Sumatera Utara
14

Keterangan :
HU = haugh unit
H = tinggi putih telur
W = bobot telur (gram)
G = gravitasi (feet/detik)

Indeks Kuning Telur (IKT)

Komponen yang digunakan untuk mengukur IKT adalah perbandingan

tinggi kuning telur dengan diameter kuning telur. Badan Standar Nasional

Indonesia (2008) menjelaskan perhitungan untuk mengetahui Indeks Kuning

Telur (IKT) dengan menggunakan rumus:

Indeks Putih Telur (IPT)

Indeks putih telur adalah perbandingan tinggi putih telur kental dengan

rata-rata diameter panjang dan pendek putih telur kental. .Diameter putih telur

kental merupakan rata-rata diameter terpanjang dan diameter terpendek.

Keterangan:
H = tinggi putih telur (mm)
D1 = diameter putih telur kental terpanjang (mm)
D2 = diameter putih telur terpendek (mm)

Standarisasi dan Kualitas Internal Telur

Standar dan pengkelasan telur (grading) ditunjukkan untuk penyediaan

telur yang seragam, baik bentuk fisik maupun karakter kualitasnya.Dasar

penetapan kelas (grading) dilihat dari telur yang utuh, albumen dan yolk(Kurtini

et al., 2011).Tabel persyaratan mutu fisik telur disajikan pada Tabel 1.

14
Universitas Sumatera Utara
15

Tabel 1.Persyaratan tingkatan mutu fisik telur.


No Faktor Mutu Tingkatan Mutu
Mutu 1 Mutu II Mutu III
1 Kondisi Kerabang
a. Bentuk Normal Normal Abnormal
b. Kehalusan Halus Halus Sedikit kasar
c. Ketebalan Tebal Sedang Tipis
d. Keutuhan Utuh Sedikit noda kotor Utuh
e. Kebersihan Bersih (stain) Banyak noda
dan sedikit
kotor

2 Kondisi kantung udara


(dilihat dengan
peneropongan)
a. Kedalaman <0,5 cm 0,5-0,9 cm >0,9 cm
kantong udara
b. Kebebasan Tetap di Bebas bergerak Bebas bergerak
bergerak tempat dan dapat
terbentuk
gelembung
udara.

3 Kondisi Putih Telur


a. Kebersihan Bebas bercak Bebas bercak Ada sedikit
darah, atau darah, atau benda bercak darah,
benda asing asing lainnya tidak ada benda
lainnya asing lainnya

Encer, yolk
b. Kekentalan Kental Sedikit encer belum
tercampur
albumen

0,050-0,091
c. Indeks 0,134-0,175 0,092-0,133

4 Kondisi Kuning Telur


a. Bentuk Bulat Agak pipih Pipih
b. Posisi Di tengah Sedikit bergeser Agak kepinggir
dari tengah Jelas
c. Penampakan batas Tidak jelas Agak jelas Ada sedikit
d. Kebersihan Bersih Bersih bercak darah
0,330-0,393
e. Indeks 0,458-0,521 0,394-0,457
Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2008)

15
Universitas Sumatera Utara
16

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Produksi Ternak

Unggas, Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

Utara selama dua bulan dan berlangsung dari bulan Mei-Juni 2017. Telur yang

digunakan berasal dari dua tempat yaiitu Desa Sei Limbat, Kecamatan Selesai,

Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara dan Pantai Labu, Kabupaten Deli

Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah rak telur (egg tray) yang

digunakan sebagai wadah perletakan telur, Yolk Colour Chart yang digunakan

untuk mengukur intensitas warna kuning telur, jangka sorong manual tricle

dengan ketelitian 0.05 mm untuk mengukur ruang udara, tinggi putih telur dan

tebal kerabang, lebar diameter kuning telur, Candler untuk meneropong telur,

Plastik kaca sebagai tempat dilaksanakan pengukuran interior telur, Cawan Petri

sebagai tempat penampung telur sesaat sesudah di ukur, timbangan elektrik

kapasitas 210 g dengan tingkat ketelitian 0,001 g yang digunakan untuk

menimbang berat telur. Alkohol, sabun antiseptik, pisau, kertas tisu, label,

baskom/ember, kalkulator dan peralatan tulis.

Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah telur ayam ras dari strain

Isa brown 100 butir dan Hyline 100 butir beserta cadangannya masing-masing 40

butir. Kedua strain ayam dipelihara secara intensif pada kandang semi close house

16
Universitas Sumatera Utara
17

sistem bateray dengan kapasitas, manajemen pemeliharaan yang sama, kondisi

lingkungan yang sama, ransum yang diberikan sama, umur produksi yang sama.

Parameter Penelitian

Adapun paramater yang diamati diantaranya :

a. Berat telur dengan kerabang, diukur menggunakan timbangan elektrik

berbasis digital dengan satuan gram (g).

b. Tebal kerabang, diukur dengan menggunakan jangka sorong dengan

satuan milimeter (mm).

c. Bentuk telur, diukur panjang-lebarnya dengan menggunakan jangka

sorong.

d. Tinggi putih telur diukur dengan menggunakan jangka sorong dan data

yang didapat dimasukkan kedalam metode haugh unit diikuti berat telur

per butir, pengamatankeadaan putih telur encer/kental, dan posisi kuning

telur.

e. Warna kuning telur, diukur dengan menggunakan yolk colour fan yaitu

alat pengukur index warna 1-20 dicatat warna yang sama.

f. Rongga udara, diukur dengan menggunakan jangka sorong dengan satuan

milimeter (mm).

g. Indeks Kuning Telur, diukur diameter kuning telur dan tinggi kuning telur

dengan menggunakan jangka sorong

h. Indeks Putih Telur, diukur tinggi putih telur, diameter panjang dan pendek

putih telur kental dengan menggunakan jangka sorong.

17
Universitas Sumatera Utara
18

Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, yaitupenelitian yang

bertujuan menjelaskan fenomena yang ada dengan menggunakan angka-angka

untuk mencandarkan karakteristik individu atau kelompok (Syamsudin &

Damiyanti: 2011). Penelitian ini menilai sifat dari kondisi-kondisi yang

tampak.Tujuan dalam penelitian ini dibatasi untuk menggambarkan karakteristik

sesuatu sebagaimana adanya.

Prosedur Penelitian

Adapun Prosedur penelitian yang dilakukan : (1) Seluruh telur satu per

satu ditimbang beratnya memakai timbangan digital untuk mengetahui bobot

telur, (2) Telur disimpan diatas egg tray dan masing-masing telur diberi nomer

untuk mempermudah perhitungan selanjutnya, dan (3) Tahapan pengumpulan dan

pengamatan data terhadap karakteristik telur ayam ras meliputi pengamatan

kualitas eksterior (berat telur, tebal kerabang telur, bentuk telur dan rongga udara)

dan kualitas interior (index albumen, index yolk, warna kuning telur dan HU) pada

telur-telur Isa Brown dan Hyline.

Metode Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel ditentukan secara

acak (random), yaitu cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan

menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota

populasi tersebut. Sampel yang digunakan adalah pemilik ternak ayam petelur di

Desa Denai, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera

Utara, dan Desa Sei Limbat, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat, Provinsi

18
Universitas Sumatera Utara
19

Sumatera Utara. Adapun dari masing-masing daerah diambil sampel strain Isa

Brown dan Hyline Brown. Pada sampel diberikan inisial sebagai berikut :

I1 = Isa Brown dari Kabupaten Deli Serdang, Desa Denai

I2 = Isa Brown dari Kabupaten Langkat, Desa Sei Limbat

H1 = Hyline Brown dari Kabupaten Deli Serdang, Desa Denai

H2 = Hyline Brown dari Kabupaten Langkat, Desa Sei Limbat

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengukuran telur sesuai dengan

parameter penelitian (berat telur,tebal kerabang, panjang-lebar telur, rongga udara,

indeks kuning telur, indeks putih telur). Data sekunder diperoleh dari berbagai

jurnal ilmiah, text book, skripsi (laporan penelitian), serta referensi lain. Data yang

dihasilkan disusun secara tabulasi.

Metode Analisis Data

Analisis Data yang digunakan berupa analisis deskriptif kuantitatif.

Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan terhadap telur eksterior (berat telur,

bentuk telur, tebal kerabang, berat kerabang dan rongga udara) dan interior

(indeks putih telur, haugh unit, indeks kuning telur dan warna kuning telur)

berupa ukuran pemusatanmeliputi nilai rata-rata, simpangan baku dan koefisien

keragaman. Data dimasukkan dan dikelola dengan menggunakan aplikasi

Microsoft.Excel dan kemudian dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan

yakni :

1. Rumus perhitungan rata-rata

19
Universitas Sumatera Utara
20

Ukuran yang sering disebut dengan istilah rata-rata ini dicari dengan

perhitungan (Jumlah nilai data) dibagi oleh (banyaknya observasi). Mengingat

gugus data yang diamati bisa diperoleh dari populasi atau dari sampel, maka

dibedakan antara rata-rata populasi dengan rata-rata sampel.Rata-rata sampel

dilambangkan dengan x (x bar) (Arifwibowo, 2012).

2. Rumus perhitungan simpangan baku(standard deviation)

Standard deviasi merupakan ukuran penyebaran yang paling banyak

digunakan.Semua gugus data dipertimbangkan sehingga lebih stabil dibandingkan

ukuran lainnya. Namun, apabila dalam gugus data tersebut terdapat nilai ekstrem,

standard deviasi menjadi tidak sensitif lagi, sama halnya seperti mean. Standard

deviasi memilik beberapa karakteristik khusus lainnya.SD tidak berubah apabila

setiap unsur pada gugugs datanya dikali/dibagi dengan nilai konstan tertentu. Bila

dikalikan dengan nilai konstan, standard deviasi yang dihasilkan akan setara

dengan hasil kali dari nilai standar deviasi aktual dengan konstan (Suharyadi dan

Purwanto, 2009).

Data sampel menggunakan rumus :

3. Rumus perhitungan koefisien keragaman

Koefisien keragaman adalah koefisien yang menunjukkan derajat kejituan

(accurary atau precision) serta keandalan kesimpulan suatu percobaan.Koefisien

ini juga dinyatakan sebagai persen rerata dari rerata umum percobaan.Nilai KK

semakin kecil maka derajat kejituan dan keandalan yang diperoleh semakin

20
Universitas Sumatera Utara
21

tinggi.Namun demikian tidak ada ketentuan nilai KK yang dianggap baik karena

sangat dipengaruhi beberapa faktor (Bambang et al., 2011).

Keterangan :
X : rata-rata
S : simpangan baku
Xi : ukuran ke-i dari peubah x
n : jumlah sampel yang diambil dari populasi
KK : koefisien Keragaman

4. Independent sample t-test.


Uji ini untuk mengetahui perbedaan rata-rata dua populasi/kelompok data

yang independen. Uji T independen ini memiliki asumsi/syarat yang mesti

dipenuhi, yaitu : a. Datanya berdistribusi normal; b. Kedua kelompok data

independen (bebas); c. variabel yang dihubungkan berbentuk numerik dan

kategorik (dengan hanya 2 kelompok). Rumus Independent Sample t-testadalah

sebagai berikut :

Keterangan :
M1 = rata-rata skor kelompok 1
M2 = rata-rata skor kelompok 2
SS1 = sum of square kelompok 1
SS2 = sum of square kelompok 2
n1 = jumlah subjek/sample kelompok 1
n2 = jumlah subjek/sample kelompok 2

21
Universitas Sumatera Utara
22

HASIL DAN PEMBAHASAN

Eksterior

Berat Telur

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap karakterisasi berat

telur Isa Brown dan Hyline Brown pada wilayah berbeda yakni Desa Denai,

Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang dan Desa Sei Limbat,

Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat diperoleh data karakterisasi yang dapat

dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi bobot telur strain Isa Brown dan Hyline Brown.
Strain Berat Telur
Total Mean ± Stdev KK
I1 5559.15 55.59 ± 3.67 6.60%
I2 5573.94 55.74 ± 5.03 9.02%
H1 5707.09 57.07 ± 5.24 9.18%
H2 5789.86 57.90 ± 5.33 9.21%

Hasil pengamatan terhadap Isa Brown dan Hyline Brown umur minggu ke-

25pada wilayah berbeda, yakni pada I1 memiliki rata-rata bobot telur 55.59 g, I2

memiliki rata-rata bobot telur 55.74 g, selanjutnya pada H1 memiliki rata-rata

bobot telur 57.07, H2 memiliki rata-rata bobot telur 57.89 g. Hal ini sesuai dengan

pernyataanBadan Standar Nasional SNI 3926 (2008) menyatakan bahwa ukuran

bobot telur terbagi 3, yakni kecil (< 50 g), medium (50-60 g), besar (> 60 g).

Didalam panduan manajemen Isa Brown menjelaskan pada umur minggu

ke-25, berat atau bobot telur Isa Brown mencapai 58.8 g, kemudian dalam

panduan manajemen Hyline Brown menjelaskan pada umur minggu ke-25, berat

telur mencapai 56.6 g - 59.0 g. Pada hasil pengamatan yang diamati berat telur

pada kedua strain dengan wilayah berbeda memiliki nilai rata-rata berat yang

22
Universitas Sumatera Utara
23

hampir sesuai dengan panduan manajemen.Adapun simpangan baku yang

diperoleh dari masing-masing strain dan daerah, yaknimemiliki±3.67 (I1), ±5.03

(I2), ±5.24 (H1) dan ±5.33 (H2).Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa Koefisien

Keragaman yang dihasilkan <10% atau koefisien keragaman kecil, artinya nilai

yang didapat dalam kondisi seragam.Hasil ini menjelaskan bahwa telur yang

diproduksi berada pada tahapan produksi yang sudah sesuai dengan panduan

manajemen.

Bentuk Telur (Indeks Telur)

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui karakterisasi indeks telur

telur Isa Brown dan Hyline Brown pada wilayah berbeda yakni Desa Denai,

Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang dan Desa Sei Limbat,

Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat dapat di lihat pada tabel 3.

Tabel 3.Klasifikasi bentuk telur ayam konsumsi Isa Brown dan Hyline Brown
Strain Bentuk Telur
Total Mean ± Stdev KK
I1 7991.15 79.91 ± 2.81 3.52%
I2 7691.76 76.92 ± 3.14 4.09%
H1 7805.26 78.05 ± 2.81 3.60%
H2 7916.47 79.16 ± 5.99 7.57%

Pada tabel diatas didapatkan nilai rata-rata bentuk telur dari Isa Brown dan

Hyline Brown dari wilayah berbeda adalah I1 = 79.91, I2 = 76.92, H1 = 78.05 dan

H2 = 79.16 dengan simpangan baku yang diperoleh dari masing-

masingadalah±2.81 (I1), ±3.14 (I2), ±2.81 (H1) dan ±5.99 (H2). Hasil ini

menunjukkan bahwa nilai rata-rata telur dari kedua daerah tersebutkurang ideal

atau telur berbentuk bulat.Menurut Sumarni (1995), telur yang baik berbentuk

oval dan idealnya mempunyai “shape index” (SI) antara 72-76. Telur yang

23
Universitas Sumatera Utara
24

lonjong SI= < 72 dan telur bulat SI= > 76.Pada telur ayam konsumsi indeks telur

tidak terlalu penting, karena tujuan telur ayam konsumsi adalah untuk konsumen

dan tidak memiliki peranan penting dalam nilai ekonomis.

Tebal Kerabang

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui karakterisasi tebal

kerabang telur Isa Brown dan Hyline Brown pada wilayah berbeda yakni Desa

Denai, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang dan Desa Sei Limbat,

Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat dapat di lihat pada tabel 4.

Tabel 4. Klasifikasi tebal kerabang Isa Brown dan Hyline Brown


Strain Tebal Kerabang
Total Mean ± Stdev KK
I1 44.98 0.45 ± 0.10 22.94%
I2 45.30 0.45 ± 0.11 24.65%
H1 45.22 0.45 ± 0.10 23.46%
H2 45.00 0.45 ± 0.09 21.01%

Hasil penelitian yang di lihat pada tabel 4 menunjukkan I1 = 0.45 ± 0.10,

I2 = 0.45 ± 0.11, H1 = 0.45 ± 0.10 dan H2 = 0.45 ± 0.09memiliki nilai rata-rata

yang lebih tinggi dibandingkan dengan pernyataan Steward dan Abbot (1972)

yang menyatakan tebal kerabang telur ayam ras berkisar antara 0,330-0,350 mm.

Pada tabel 4 dapat dilihat juga koefisien keragaman masing-masing strain>20%

atau koefisien keragaman besar yang artinya nilai yang didapatkan

beragam.Penyebab besarnya nilai koefisien keragaman dari tebal kerabang

menurut pernyataanSteward dan Abbott (1972) dipengaruhi beberapa faktor yaitu

: umur, tipe ayam, zat-zat makanan, peristiwa faal dari organ tubuh, stress dan

komponen lapisan kerabang telur.Hasil ini menjelaskan bahwa tebal kerabang

yang diperoleh menunjukkan kualitas yang baik.

24
Universitas Sumatera Utara
25

Berat Kerabang

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui karakterisasi berat

kerabang telur Isa Brown dan Hyline Brown pada wilayah berbeda yakni Desa

Denai, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang dan Desa Sei Limbat,

Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat dapat di lihat pada tabel 5.

Tabel 5. Klasifikasi berat kerabang Isa Brown dan Hyline Brown


Strain Berat Kerabang
Total Mean ± Stdev KK
I1 693.89 6.94 ± 0.63 9.06%
I2 711.22 7.11 ± 0.67 9.49%
H1 729.39 7.29 ± 0.71 9.78%
H2 747.80 7.48 ± 1.28 17.19%

Menurut UNECE STANDARD EGG-1 (2010), menyatakan kerabang

yang baik adalah kerabang yang memenuhi kriteria bentuk normal, bersih (tidak

bernoda), tidak rusak (retak), tebal dan halus, kriteria ini terkategori salah satu

kriteri telur kelas A dan layak dikonsumsi langsung oleh konsumen. Hal ini

kurang sesuai dengan yang ditemukan di peternakan, masih banyak dijumpai telur

yang bernoda, permuksaan kerabang yang kasar. Adapun hasil yang didapat nilai

rata-rata dari berat kerabang I1 = 6.94 ± 0.63, I2 = 7.11 ± 0.67, H1 = 7.29 ± 0.71

dan H2 = 7.48 ± 1.28.

Rongga Udara (Kantung Udara)

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui karakterisasi Rongga Udara

telur Isa Brown dan Hyline Brown pada wilayah berbeda yakni Desa Denai,

Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang dan Desa Sei Limbat,

Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat dapat di lihat pada tabel 6.

25
Universitas Sumatera Utara
26

Tabel 6. Klasifikasi Rongga Udara Isa Brown dan Hyline Brown


Strain Rongga Udara
Total Mean ± Stdev KK
I1 47.65 0.48 ± 0.13 28.05%
I2 33.50 0.34 ± 0.16 47.76%
H1 28.08 0.28 ± 0.10 36.14%
H2 24.05 0.25 ± 0.12 47.53%

Dari data hasil pada tabel 6, dapat kita lihat bahwa nilai rata-rata rongga

udara yang diperoleh semuanya berbeda I1 = 0.48 ± 0.13, I2 = 0.34 ± 0.16, H1 =

0.28 ± 0.10, H2 = 0.25 ± 0.12. Adapun koefisien keragaman yang diperoleh

>20%, artinya nilai yang diperoleh sangat beragam. Hasil ini disimpulkan bahwa

kualitas telur dari faktor kantung udara masih merupakan tingkatan mutu I dan II

atau dikategorikan kualitas A dan B karena koefisien keragaman yang besar

menunjukkan ada rongga udara yang tidak berada pada mutu yang sama.. Hasil ini

sesuai dengan pernyataan Badan Standar NasionalSNI 3926 (2008) bahwakondisi

kantung udara (dilihat dari peneropongan) harus memenuhi kriteria kedalaman

kantung udara < 0.5 cm (mutu I), 0.5 – 0.9 cm (mutu II), > 0.9 cm (mutu III),

kemudian kriteria kebebasan bergerak kantung udara : tetap ditempat (mutu I),

bebas bergerak (mutu II), bebas bergerak dan dapat terbentuk gelembung udara

(mutu III).

Interior

Indeks Putih Telur

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui karakterisasi Indeks Putih

TelurIsa Brown dan Hyline Brown pada wilayah berbeda yakni Desa Denai,

Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang dan Desa Sei Limbat,

Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat dapat di lihat pada tabel 7.

26
Universitas Sumatera Utara
27

Tabel 7. Klasifikasi Indeks Putih Telur Isa Brown dan Hyline Brown

Strain Indeks Putih Telur


Total Mean ± Stdev KK
I1 12.08 0.12 ± 0.04 30.01%
I2 13.07 0.13 ± 0.04 27.73%
H1 13.26 0.13 ± 0.03 24.68%
H2 14.02 0.14 ± 0.03 18.66%

Hasil pemeriksaan indeks putih telurIsa Brown dan Hyline Brown pada

kedua daerah, di dapat hasil nilai indeks putih telur I1= 0.12 ± 0.04, I2 = 0.13 ±

0.04, H1 = 0.13 ± 0.03, H2 = 0.14 ± 0.03dapat dilihat pada tabel 7.Nilai indeks

putih telur (IPT) yangdi klasifikasikan semua kedalam mutu I dan II. Dalam hasil

pemeriksaan menunjukkan tidak semua telur memiliki kondisi kekentalan yang

sama, hal ini merujuk kedalam nilai koefisien keragaman >20%..Hasil ini sesuai

dengan perrnyataan Badan Standar Nasional SNI 3926 (2008) bahwarata-rata telur

mempunyai IPT 0.134-0.175 (mutu I), 0.092-0.133 (mutu II), 0.05-0.091 (mutu

III).

Haugh Unit

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui karakterisasi Haugh Unit

Telur Isa Brown dan Hyline Brown pada wilayah berbeda yakni Desa Denai,

Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang dan Desa Sei Limbat,

Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat dapat di lihat pada tabel 8.

Tabel 8. Klasifikasi Haugh Unit Isa Brown dan Hyline Borwn


Strain Haugh Unit
Total Mean ± Stdev KK
I1 7207.87 72.08 ± 6.73 9.34%
I2 7274.58 72.75 ± 4.46 6.12%
H1 7485.07 74.85 ± 4.50 6.02%
H2 7495.52 74.96 ± 2.85 3.81%

27
Universitas Sumatera Utara
28

Pada tabel 8 dapat dilihat nilai rata-rata nilai Haugh Unit (HU) telur pada

Isa Brown dan Hyline Brown pada kedua daerah tersebut bernilai I1 =72.08 ±

6.73, I2 = 72.75 ± 4.46, H1 = 74.85 ± 4.50, H2 = 74.96 ± 2.85dapat dilihat pada

tabel 8.Adapun koefisien keragaman yang diperoleh <10%, artinya nilai yang

didapat seragam.Kondisi kesegaran dari putih telur dari kedua daerah tersebut

dapat disimpulkan kedalam kualitas AA. Hasil ini sesuai dengan pernyataan

standar United State Department of Agriculture dalam buku Sudaryani (2003)

yang melaporkan penentuan kualitas telur berdasarkan haugh unit adalah sebagai

berikut : nilai haugh unit< 31 digolongkan kualitas C;nilai haugh unit antara 31-60

digolongkan kualitas B; nilai haugh unit antara 60-72 digolongkan kualitas A;

nilai haugh unit >72 digolongkan kualitas AA. Haugh unit merupakan satuan yang

digunakan untuk mengetahui kesegaran isi telur, terutama bagian putih

telur.Semakin tinggi nilai haugh unit suatu telur menunjukkan bahwa kualitas

telur tersebut semakin baik.

Indeks Kuning Telur

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui karakterisasi Haugh

Unit Telur Isa Brown dan Hyline Brown di wilayah berbeda yakni Desa Denai,

Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang dan Desa Sei Limbat,

Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat dapat di lihat pada tabel 8.

Tabel 9. Klasifikasi Indeks Kuning Telur Isa Brown danHyline Brown


Strain Indeks Kuning Telur
Total Mean ± Stdev KK
I1 40.57 0.41 ± 0.05 12.44%
I2 41.72 0.42 ± 0.06 13.44%
H1 43.51 0.44 ± 0.05 12.13%
H2 44.19 0.44 ± 0.04 9.84%

28
Universitas Sumatera Utara
29

Pada tabel 9 dapat dilihat hasil indeks kuning telur pada Isa Brown dan

Hyline Brown didapati rata-rata indeks I1 = 0.41 ± 0.05, I2 = 0.42 ± 0.06, H1 =

0.44 ± 0.05 dan H2 = 0.44 ± 0.04dengan koefisien keragaman <20%. Hasil ini

sesuai dengan pernyataan SNI 01-3926-2008 (2008) yang menyatakan bahwa

indeks kuning telur segar berkisar antara 0.33-0.52. Dalam kondisi ini, telur dari

kedua daerah tersebut dapat disimpulkan memenuhi kualitas telur bagus dan layak

dikonsumsi. Dalam kondisi ini, kualitas telur harus dipertahankan saat setelah

masa telur ditelurkan dan memasuki ruang penyimpanan. Menurut Yuwanta

(2010), menyatakan bahwa indeks kuning telur akan menurun dari 0.45 menjadi

0.30 apabila disimpan selama 25 hari pada suhu 25°C.

Warna Kuning Telur

Warna kuning telur (WKT) merupakan salah satu indikator yang dapat

digunakan untuk menentukan kualitas telur. Berdasarkan hasil pemeriksaan pada

telur Isa Brown dan Hyline Brown dari kedua daerah tersebut didapati bahwa rata-

rata warna kuning telur berkisar antara 6.68-7.47, dibulatkan menjadi nilai 7.Hasil

penelitian dapat dilihat pada tabel 10 dan tabel 11.

Tabel 10. Penyebaran yolk colour Isa Brown dan Hyline Brown
Yolk Colour Warna-5 Warna-6 Warna-7 Warna-8 Total
I1 0 13 71 16 100
I2 10 29 44 17 100
H1 0 4 45 51 100
H2 0 17 71 12 100
Hasil pemeriksaan WKT pada tabel 10 dan tabel 11tidaksesuai dengan

pernyataan Surdayani (2003), yang menyatakan warna kunig telur yang baik pada

kisaran angka 9-12. Penyebab terjadinya hal ini adalah akibat dari kebutuhan

pakan yang kurang mengandung zat karoten. Menurut Yamamoto et al (1997),

warna kuning telur dipengaruhi oleh pakan. Apabila pakan mengandung lebih

29
Universitas Sumatera Utara
30

banyak karoten, yaitu santofil, maka warna kuning telur semakin berwarna jingga

kemerahan. Karoten (Carotenoid) terdiri atas zatcarotene (α dan β) dan

xanthophyll (cryptoxanthin, lutein dan zeaxanthin) dimana kedua zat ini

merupakan pigmen pemberi warna bagi kuning telur.

Uji Komparasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, uji komparasi antara strain

Isa Brown dan Hyline Brown di wilayah berbeda yakni Desa Denai, Kecamatan

Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang dan Desa Sei Limbat, Kecamatan Selesai,

Kabupaten Langkat dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Uji Komparasi Isa Brown dan Hyline Brown di Wilayah Berbeda
Uji BT SI TK BK RU IPT HU IKT WKT
Komparasi
I1 : I2 0.24 7.10* 0.21 1.88 6.78* 1.93 0.83 1.53 3.40*
I1 : H1 2.31* 4.67* 0.16 3.73* 11.66* 2.41* 3.42* 4.02* 5.57*
H1 : H2 1.11 1.68 0.15 1.25 2.00 1.82 0.20 1.00 6.59*
I2 : H2 2.95* 3.32* 0.21 2.52* 4.28* 2.12* 4.17* 3.48* 2.63*
Keterangan : Data terdiri dari 4 perbandingan. Tanda * menunjukkan bahwa nilai
berbeda nyata pada taraf 5% (α = 0.05) dengan uji t (0.05 = 1.972).

Tabel 12 menunjukkan bahwa uji komparasi telur Isa Brown dan Hyline

Browndi wilayah berbeda sama-sama memiliki karakterisasi yang berbeda nyata

(thit>ttabel) dengan uji t pada parameter berat telur, bentuk telur, rongga udara,

indeks putih telur, haugh unit, indeks kuning telur dan warna kuning telur. Hal ini

menjelaskan terdapat pengaruh strain yang menjadi pembeda dari telur yang

dihasilkan Sedangkan pada parameter tebal kerabangmenunjukkan hasil yang

tidak berbeda nyata (thit<ttabel).

Sementara pada strain Isa Brown di wilayah berbeda menunjukkan hasil

tidak berbeda nyata (thit<ttabel) pada parameter berat telur, tebal kerabang, berat

kerabang, indeks putih telur, haugh unit dan indeks kuning telur. Sedangkan pada

30
Universitas Sumatera Utara
31

parameter bentuk telur, rongga udara dan warna kuning telur menunjukkan hasil

berbeda nyata (thit>ttabel). Hal ini menjelaskan tidak adanya perbedaan produksi

dari strain yang sama dan sedikit adanya pengaruh lingkungan terhadap kualitas

rongga udara, sedangkan terhadap perbedaan kuning telur disebabkan oleh faktor

berbedanya pakan yang dikonsumsi.

Pada strain Hyline Brown di wilayah berbeda menunjukkan hasil tidak

berbeda nyata (thit<ttabel) pada parameter berat telur, bentuk telur, tebal kerabang,

berat kerabang, rongga udara, indeks putih telur, haugh unit, dan indeks kuning

telur.Hanya warna kuning telur yang berbeda nyata (thit<ttabel). Hal ini menjelaskan

bahwa strain yang sama pada wilayah berbeda tidak mempengaruhi kualitas

produksi telur Hyline Brown. Setelah hasil dari masing-masing wilayah

menunjukkan perbedaan pada warna kuning telur.

31
Universitas Sumatera Utara
32

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Karakterisasi dan uji komparasi telur ayam ras konsumsi di wilayah

berbeda menunjukkan strain Hyline Brown memiliki karakterisasi yang lebih baik

dibanding strain Isa Brown. Hasil ini terlihat dari uji komparasi I1 : H1 dan I2 :

H2 yang menyatakan terdapat perbedaan yang disebabkan oleh strain ayam yang

berbeda. Perbedaan tersebut merujuk ke strain Hyline Brown yang memiliki nilai

telur yang lebih besar. Sedangkan pada strain yang sama dari wilayah berbeda

menunjukkan karakterisasi yang sama.

Saran

Disarankan juga kepada peternak untuk mempertimbangkan pemilihan

strain Hyline Brown sebagai ayam petelur dalam usaha peternakan agar hasil telur

yang diperoleh lebih menguntungkan secara ekonomi guna meningkatkan

pendapatan.

32
Universitas Sumatera Utara
33

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, M. H. 1989. Pengelolaan Produksi Unggas. Jilid ke 1. Univesitas Andalas,


Padang.

Badan Standarisasi Nasional. 2008. Metode Pengujian Cemaran Mikroba dalam


Daging, Telur dan Susu, Serta Hasil Olahannya. SNI 2897:2008. Jakarta

Belitz, H. D., dan W. Grosch. 1999. Food Chemistry. Springer, Germany.

Buckle, K.A., R.A.Edward, W.R.Day, G.H.Fleet dan M. Wotton. 1987. Ilmu


Pangan. Universitas Indonesia Press, Jakarta. (Diterjemahkan oleh Hadi
Purnomo dan Adiono).

Djanah, D. 1990. Beternak AYam. CV. Yasaguna. Cetakan Kedua, Surabaya

Genetic, H. 2006.diakses dari http:// www.hendrix-gentics.com/layerbreeding.


Pada tanggal 22 maret 2017

Hy-Line.2014. Panduan Manajemen Hy-Line Brown.


http://hyline.com/aspx/general/dynamicpage.aspx?id=190. Diakses pada
tanggal 21 Maret 2017

Kartasudjana, R. dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Kurtini, T., K. Nova., dan D. Septinova. 2011. Produksi Ternak Unggas.


Universitas Lampung, Bandar Lampung

Mc Donald, P., R.A. Edwards, J. F. D. Greenhalgh and C. A. Morgan. 2002.


Animal Nutrition. 5th Edition. Longman Scientific and Technical, New
York.

Ningrum W. S. 2011. Istilah dalam Peternakan


http://widyasuryaningrum.blogspot.com . Diakses 21 Maret 2017

Rasyaf, M. 2001. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya, Jakarta

Romanoff, A. I. dan A. J. Romanoff. 1963. The Avian Egg. Jhon Willey and
Sons. Inc, New York.

Scott, M. L., M.C. Nesheim and R. J. Young. 1982. Nutrition of The Chicken. 3 rd
Edition. M. L. Scott and Associates. Ithaca. New York.

Sudaryani, T. 2003. Kualitas Telur. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.

33
Universitas Sumatera Utara
34

Suprijatna, E., U. ATmowarsono, dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak


Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Stadelman, W. J. and O. J. Cotterill. 1997. Egg Science and Technology. 4 th


Edition. Food Product Press. An Important of The Haworth Press, Inc., New
York

Steward, G. F. and J. C. Abbott. 1972. Marketing Eggs and Poultry. Third


Printing. Food and Agricultural Organization (FAO) the United Nation,
Rome.

Sumarni dan N. Djuarnani. 1995. Diktat Penanganan Pasca Panen Unggas.


Departemen Pertanian. Balai Latihan Pertanian dan Peternakan, Ciawi
Bogor.

UNECE STANDARD EGG-2. 2010. Egg Products. United Nations, New York
and Geneva.

Winarno, F.G dan Koswara, S. 2002. Telur : Komposisi, Penanganan dan


Pengolahan, Institut Pertanian Bogor

Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius, Yogyakarta

Yuwanta, T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

34
Universitas Sumatera Utara
44

Lampiran 4. Data Pengukuran Telur Hyline Brown Desa Sei Limbat


Kualitas Eksterior Kualitas Interior
No BT(gram) SI TK (mm) BK(gram) RU(cm) IPT HU IKT WKT
1 52,34 75,00 0,30 7,31 0,14 0,18 74,50 0,40 6
2 61,72 78,58 0,50 6,94 0,19 0,16 78,21 0,43 7
3 64,75 77,16 0,30 7,34 0,27 0,09 71,44 0,39 7
4 62,36 75,76 0,40 6,77 0,40 0,18 71,52 0,46 7
5 65,12 79,16 0,40 8,25 0,40 0,15 73,39 0,40 7
6 71,78 66,40 0,40 7,30 0,40 0,18 75,55 0,46 7
7 54,78 74,78 0,60 7,88 0,21 0,17 74,76 0,48 7
8 64,04 82,90 0,50 7,40 0,15 0,12 76,73 0,47 7
9 53,73 75,09 0,50 7,31 0,27 0,17 79,41 0,41 6
10 52,59 78,96 0,30 6,10 0,27 0,13 76,06 0,48 6
11 59,00 92,84 0,50 7,19 0,46 0,12 73,91 0,50 8
12 59,27 78,24 0,40 7,98 0,20 0,18 74,95 0,42 7
13 52,53 73,79 0,40 5,94 0,27 0,12 72,53 0,40 7
14 58,14 76,43 0,40 6,86 0,17 0,13 78,72 0,43 7
15 62,56 75,71 0,40 7,14 0,24 0,11 72,89 0,49 8
16 61,11 91,24 0,40 8,03 0,27 0,17 75,03 0,47 7
17 59,40 73,88 0,60 7,77 0,25 0,11 75,95 0,42 7
18 58,85 77,10 0,35 7,06 0,28 0,14 72,36 0,49 6
19 52,71 77,99 0,50 6,60 0,14 0,17 79,20 0,43 7
20 50,73 80,25 0,40 7,25 0,50 0,18 74,95 0,48 7
21 74,60 75,67 0,40 9,89 0,42 0,12 72,73 0,48 7
22 61,22 81,91 0,40 6,88 0,70 0,12 79,71 0,50 6
23 63,15 77,32 0,40 8,77 0,28 0,10 74,24 0,51 7
24 55,77 79,26 0,65 6,85 0,69 0,12 75,91 0,42 6
25 56,27 82,23 0,50 6,90 0,65 0,12 75,73 0,48 7
26 50,91 75,46 0,40 6,92 0,16 0,15 77,03 0,48 7
27 62,15 84,21 0,35 7,46 0,12 0,16 79,49 0,44 7
28 54,08 79,35 0,50 6,21 0,29 0,15 73,43 0,47 6
29 60,95 76,24 0,40 7,08 0,19 0,11 67,13 0,49 8
30 56,12 79,34 0,60 7,24 0,46 0,18 75,02 0,43 7
31 56,65 80,52 0,40 6,44 0,24 0,12 74,34 0,50 7
32 54,61 77,31 0,40 7,04 0,27 0,13 76,29 0,52 7
33 54,04 79,07 0,40 6,64 0,12 0,10 74,28 0,40 7
34 53,81 73,31 0,40 6,92 0,25 0,11 72,77 0,44 7
35 49,27 78,83 0,40 6,64 0,17 0,17 70,74 0,46 6
36 53,12 80,95 0,55 6,48 0,23 0,11 79,70 0,50 7
37 66,00 71,49 0,60 6,45 0,26 0,14 78,95 0,46 7
38 55,66 79,69 0,40 6,03 0,24 0,13 74,42 0,40 6
39 53,85 79,64 0,60 6,16 0,17 0,14 71,56 0,45 7
40 55,51 78,35 0,40 7,30 0,29 0,12 76,01 0,42 7
41 61,01 80,09 0,40 7,30 0,16 0,13 71,51 0,40 7
42 55,25 77,89 0,45 7,48 0,17 0,18 76,15 0,43 7
43 51,80 77,67 0,40 6,10 0,35 0,14 77,19 0,40 7
44 57,03 78,31 0,50 6,48 0,17 0,14 78,54 0,46 7
45 57,26 75,47 0,40 6,57 0,19 0,18 75,55 0,44 7

Universitas Sumatera Utara


45

Kualitas Eksterior Kualitas Interior


No BT(gram) SI TK (mm) BK(gram) RU(cm) IPT HU IKT WKT
46 54,19 75,48 0,60 6,30 0,28 0,17 76,51 0,47 7
47 50,78 81,55 0,50 6,87 0,17 0,18 70,95 0,49 7
48 54,43 78,15 0,45 8,52 0,17 0,18 72,01 0,50 7
49 56,46 88,21 0,40 8,00 0,14 0,14 72,99 0,55 6
50 65,37 80,53 0,40 7,17 0,15 0,11 73,14 0,41 6
51 61,33 91,45 0,50 8,32 0,13 0,13 75,00 0,38 7
52 54,77 73,19 0,30 6,49 0,28 0,15 79,84 0,40 7
53 61,84 79,18 0,40 7,84 0,25 0,12 72,01 0,40 8
54 53,35 77,18 0,35 6,19 0,14 0,18 75,22 0,42 7
55 60,45 76,43 0,50 6,97 0,32 0,18 78,64 0,52 7
56 64,75 79,21 0,50 7,43 0,30 0,18 75,22 0,37 7
57 55,18 81,32 0,40 8,85 0,20 0,13 71,77 0,42 7
58 60,79 81,81 0,40 7,54 0,20 0,17 78,08 0,43 7
59 54,42 80,58 0,55 12,06 0,28 0,17 78,61 0,47 8
60 56,78 79,43 0,35 7,43 0,28 0,10 74,47 0,40 7
61 54,67 78,49 0,45 6,94 0,18 0,14 75,61 0,45 7
62 57,56 82,60 0,45 7,11 0,14 0,15 72,65 0,43 6
63 49,21 121,07 0,50 4,95 0,18 0,15 73,78 0,46 8
64 49,29 80,19 0,40 7,31 0,17 0,16 73,12 0,44 7
65 56,37 76,00 0,50 7,04 0,34 0,16 72,84 0,39 7
66 54,24 71,99 0,35 7,88 0,18 0,15 76,45 0,42 7
67 61,14 77,88 0,35 7,43 0,20 0,10 74,29 0,42 7
68 51,60 80,58 0,35 7,94 0,30 0,12 79,63 0,39 7
69 58,06 76,18 0,25 7,00 0,20 0,17 79,29 0,36 7
70 53,13 77,93 0,35 6,85 0,26 0,13 72,09 0,52 7
71 54,63 78,80 0,50 6,66 0,13 0,11 72,76 0,42 7
72 58,67 82,02 0,60 7,21 0,12 0,12 79,02 0,37 7
73 61,31 75,46 0,50 7,76 0,16 0,10 73,89 0,44 8
74 58,27 78,72 0,45 6,52 0,15 0,16 73,04 0,45 8
75 50,57 76,64 0,60 8,92 0,15 0,18 73,32 0,46 6
76 62,50 88,87 0,50 8,90 0,24 0,09 79,25 0,48 7
77 58,64 80,26 0,40 7,92 0,15 0,15 78,55 0,51 7
78 66,12 80,60 0,40 7,15 0,15 0,14 72,36 0,40 7
79 58,35 86,01 0,50 11,64 0,18 0,18 73,03 0,41 7
80 54,92 77,72 0,45 6,21 0,14 0,18 74,62 0,41 8
81 59,57 80,91 0,40 6,93 0,23 0,12 79,74 0,46 7
82 57,92 77,96 0,50 6,78 0,30 0,18 79,97 0,40 7
83 53,91 82,28 0,40 11,76 0,18 0,11 75,10 0,47 7
84 70,78 80,79 0,40 8,82 0,40 0,18 76,62 0,42 7
85 58,69 67,50 0,50 7,10 0,28 0,11 71,18 0,37 7
86 59,98 77,54 0,60 9,78 0,30 0,12 70,87 0,40 6
87 50,87 78,38 0,50 5,14 0,18 0,11 72,39 0,37 7
88 51,74 80,00 0,35 6,89 0,15 0,14 71,29 0,47 7
89 54,26 76,41 0,40 12,50 0,15 0,14 70,41 0,46 7
90 55,28 81,39 0,75 7,11 0,19 0,13 72,57 0,38 7
91 56,22 82,33 0,25 8,85 0,18 0,12 72,60 0,45 6

Universitas Sumatera Utara


46

Kualitas Eksterior Kualitas Interior


No BT(gram) SI TK (mm) BK(gram) RU(cm) IPT HU IKT WKT
92 55,94 79,70 0,50 7,30 0,25 0,10 75,85 0,52 6
93 67,36 81,46 0,75 8,56 0,38 0,18 71,37 0,48 8
94 64,45 77,82 0,50 7,88 0,15 0,11 75,80 0,39 8
95 57,11 81,87 0,45 7,07 0,33 0,14 72,60 0,48 7
96 58,40 76,90 0,55 8,12 0,25 0,13 72,37 0,52 6
97 54,73 76,75 0,45 6,78 0,15 0,14 79,21 0,38 7
98 58,31 79,95 0,40 9,94 0,33 0,13 78,66 0,40 8
99 73,04 76,86 0,45 8,32 0,46 0,16 79,49 0,39 7
100 69,56 67,15 0,60 8,20 0,50 0,11 72,88 0,44 7

Universitas Sumatera Utara


47

Lampiran 5. Uji-t pada Berat Telur


Analisis I1 I2 I1 H1 H1 H2 I2 H2
n 100 100 100 100 100 100 100 100
Mean 55,59 55,74 55,59 57,07 57,07 57,90 55,74 57,90
StDev 3,67 5,03 3,67 5,24 5,24 5,33 5,03 5,33
Var.S 13,47 25,28 13,47 27,47 27,47 28,43 25,28 28,43
Mean Diff 0,15 1,48 0,83 2,16
df 198 198 198 198
Alpha 0,05 0,05 0,05 0,05
t-hitung 0,24 2,31 1,11 2,95
t-tabel 1,972 1,972 1,972 1,972
Hipotesis-t No Sig Sig No Sig Sig

Lampiran 6. Uji-t pada Bentuk Telur


Analisis I1 I2 I1 H1 H1 H2 I2 H2
n 100 100 100 100 100 100 100 100
Mean 79,91 76,92 79,91 78,05 78,05 79,16 76,92 79,16
StDev 2,81 3,14 2,81 2,81 2,81 5,99 3,14 5,99
Var.S 7,91 9,88 7,91 7,90 7,90 35,92 9,88 35,92
Mean Diff 2,99 1,86 1,11 2,25
df 198 198 198 198
Alpha 0,05 0,05 0,05 0,05
t-hitung 7,10 4,67 1,68 3,32
t-tabel 1,972 1,972 1,972 1,972
Hipotesis-t Sig Sig No Sig Sig

Lampiran 7. Uji-t pada Tebal Kerabang


Analisis I1 I2 I1 H1 H1 H2 I2 H2
n 100 100 100 100 100 100 100 100
Mean 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45
StDev 0,10 0,11 0,10 0,11 0,11 0,09 0,11 0,09
Var.S 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
Mean Diff 0,003 0,01 0,002 0,003
df 198 198 198 198
Alpha 0,05 0,05 0,05 0,05
t-hitung 0,21 0,16 0,15 0,21
t-tabel 1,972 1,972 1,972 1,972
Hipotesis-t No Sig No Sig No Sig No Sig

Universitas Sumatera Utara


48

Lampiran 8. Uji-t pada Berat Kerabang


Analisis I1 I2 I1 H1 H1 H2 I2 H2
n 100 100 100 100 100 100 100 100
Mean 6,94 7,11 6,94 7,29 7,29 7,48 7,11 7,48
StDev 0,63 0,67 0,63 0,71 0,71 1,29 0,67 1,29
Var.S 0,40 0,46 0,40 0,51 0,51 1,65 0,46 1,65
Mean Diff 0,173 0,35 0,184 0,366
df 198 198 198 198
Alpha 0,05 0,05 0,05 0,05
t-hitung 1,88 3,73 1,25 2,52
t-tabel 1,972 1,972 1,972 1,972
Hipotesis-t No Sig Sig No Sig Sig

Lampiran 9. Uji-t pada Rongga Udara


Analisis I1 I2 I1 H1 H1 H2 I2 H2
n 100 100 100 100 100 100 100 100
Mean 0,48 0,34 0,48 0,28 0,28 0,25 0,34 0,25
StDev 0,13 0,16 0,13 0,10 0,10 0,12 0,16 0,12
Var.S 0,02 0,03 0,02 0,01 0,01 0,01 0,03 0,01
Mean Diff 0,141 0,20 0,031 0,085
df 198 198 198 198
Alpha 0,05 0,05 0,05 0,05
t-hitung 6,78 11,66 2,00 4,28
t-tabel 1,972 1,972 1,972 1,972
Hipotesis-t Sig Sig Sig Sig

Lampiran 10. Uji-t pada Indeks Putih Telur


Analisis I1 I2 I1 H1 H1 H2 I2 H2
n 100 100 100 100 100 100 100 100
Mean 0,12 0,13 0,12 0,13 0,13 0,14 0,13 0,14
StDev 0,04 0,04 0,04 0,03 0,03 0,03 0,04 0,03
Var.S 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Mean Diff 0,010 0,01 0,031 0,009
df 198 198 198 198
Alpha 0,05 0,05 0,05 0,05
t-hitung 1,93 2,41 1,82 2,12
t-tabel 1,972 1,972 1,972 1,972
Hipotesis-t No Sig Sig No Sig Sig

Lampiran 11. Uji-t pada Haugh Unit

Universitas Sumatera Utara


49

Analisis I1 I2 I1 H1 H1 H2 I2 H2
n 100 100 100 100 100 100 100 100
Mean 72,08 72,75 72,08 74,85 74,85 74,96 72,75 74,96
StDev 6,73 4,46 6,73 4,51 4,51 2,86 4,46 2,86
Var.S 45,34 19,87 45,34 20,30 20,30 8,16 19,87 8,16
Mean Diff 0,667 2,77 0,105 0,009
df 198 198 198 198
Alpha 0,05 0,05 0,05 0,05
t-hitung 0,83 3,42 0,20 4,17
t-tabel 1,972 1,972 1,972 1,972
Hipotesis-t No Sig Sig No Sig Sig

Lampiran 11. Uji-t pada Haugh Unit


Analisis I1 I2 I1 H1 H1 H2 I2 H2
n 100 100 100 100 100 100 100 100
Mean 0,41 0,42 0,41 0,44 0,44 0,44 0,42 0,44
StDev 0,05 0,06 0,05 0,05 0,05 0,04 0,06 0,04
Var.S 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,003 0,002
Mean Diff 0,012 0,03 0,01 0,02
df 198 198 198 198
Alpha 0,05 0,05 0,05 0,05
t-hitung 1,53 4,02 1,00 3,48
t-tabel 1,972 1,972 1,972 1,972
Hipotesis-t No Sig Sig No Sig Sig

Lampiran 12. Uji-t pada Warna Kuning Telur


Analisis I1 I2 I1 H1 H1 H2 I2 H2
n 100 100 100 100 100 100 100 100
Mean 7,03 6,68 7,03 7,47 7,47 6,95 6,68 6,95
StDev 0,54 0,87 0,54 0,58 0,58 0,54 0,87 0,54
Var.S 0,29 0,77 0,29 0,33 0,33 0,29 0,77 0,29
Mean Diff 0,350 0,44 0,52 0,27
df 198 198 198 198
Alpha 0,05 0,05 0,05 0,05
t-hitung 3,40 5,57 6,59 2,63
t-tabel 1,972 1,972 1,972 1,972
Hipotesis-t Sig Sig Sig Sig

Universitas Sumatera Utara


50

Lampiran 13. Gambar Dokumentasi Penelitian Kualitas Eksterior dan Interior

Candling egg Pemberian tanda rongga udara

Diagnosa keberadaan rongga udara Pengukuran Panjang dan Lebar Telur

Universitas Sumatera Utara


51

Pemberian nomor pada setiap telur

Penimbangan Berat Telur

Pengukuran Diameter Dalam Putih Telur

Pengukuran Diameter Luar Putih Telur


Universitas Sumatera Utara
52

Pengukuran Tinggi Putih Telur Pengukuran Rongga Udara

Pengukuran Tebal Kerabang


Pengukuran Diameter dan Tinggi Kuning Telur

Universitas Sumatera Utara


53

Penimbangan Berat Kerabang

Pengukuran Warna Kuning Telur

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai