Anda di halaman 1dari 16

OPERASI CESAR (SECTIO CAESAREA)

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Masail Fiqhiyah

Dosen Pengampu: KH.Abd. Hayyi Imam,M.Ag,

Disusun Oleh Kelompok 1:

1. Asep Ramadan 2018.1.21.1.02464

2. Abdul Mukti 2018.1.21.1

3. Siti Iryani 2018.1.21.1.02558

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON
2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Kita panjatkan ke Hadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat, taufik, dan hidayahnya kepada Kita semua sehingga Kita
bisa menjalankan aktifitas kita baik yang bersifat duniawi maupun yang bersifat
ukhrawi. Shalawat dan salam semoga selalu tercyrahkan kepada junjungan Kita,
Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan kepada Kita
semua selaku ummatnya.

Dengan segala keterbatasan, penulis sampaikan permohonan maaf apabila dalam


penulisan ini terdapat kekurangan, kekeliruan atau kesalahan yang disengaja
maupun tidak disengaja. Semoga karya tulis kecil ini dapat memberi manfaat di
kemudian hari bagi siapa saja yang membutuhkannya.

Cirebon, 01,Oktober 2021

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam senantiasa mengajarkan kemudahan. Dalam kehidupan


bermasyarakat manusia dihadapkan pada tantangan zaman yang kian
berkembang. Alloh SWT. telah menetapkan aturan-aturan bagi manusia
dalam menjalankan kehidupan di dunia ini melalui Al-Qur’an. Dengan Al-
Qur’an segala problematika kehidupan dapat diatasi dengan baik sesuai
dengan harapan.
Dalam tiap generasi, Islam dihadapkan pada masalah-masalah di
masyarakat baik dari segi tasawuf, aqidah islamiyah, munakahat maupun
muamalah. Dan tidak jarang terdapat kesulitan dalam memberikan jawaban
atas problematika baru yang bermunculan ini. Islam mengatur segala aspek
kehidupan manusia baik yang sifatnya personal (privat) maupun umum
(public). Oleh sebab itu, fiqh sebagai produk pemikiran terhadap sumber
hukum islam memberikan solusi yang telah disesuaikan dengan kebutuhan
manusia, sehingga pelaksanaan hukum selaras dan dapat diterima seiring
perkembangan zaman.1
Salah satu contoh konkrit dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di masyarakat adalah perkembangan dalam ilmu kedokteran.
Tindakan medis kedokteran seperti pembedahan pada umumnya haruslah
dikarenakan adanya indikasi medis untuk melaksanakan operasi. Dewasa ini,
di kota-kota besar umumnya tindakan medis pembedahan menjadi pilihan
bagi ibu-ibu hamil dalam persalinan.2
Melahirkan anak adalah salah satu fitrah kaum hawa. Mereka
senantiasa berusaha untuk melahirkan anaknya secara normal, tanpa operasi.
1
Eka Rahmawati, “Bedah Caesar (Sectio Caesarea) Dengan Alasan Nonmedis
Perspektif Hukum Islam”, Skripsi pada Program Studi Al-Ahwal As-Syakhshiyya,
Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2012, h. 1

2
Ibid., h. 2

3
Oleh karena itu berbagai usaha dan antisipasi mereka lakukan agar bisa
lahiran normal. Seperti olahraga jalan pagi, senam hamil, konsumsi makanan
tertentu ataupun yang lainnya.
Dahulu, ibu-ibu kita kalau melahirkan anak, mereka melahirkan
secara normal, tanpa operasi.  Namun, akhir-akhir ini banyak dari ibu-ibu
yang melahirkan anak mereka melalui proses operasi dengan cara membedah
perut mereka. Mereka melakukan hal itu karena alasan medis, seperti bayi
kembar, atau panggul yang sempit, atau ukuran bayi yang terlalu besar.
Kadang juga  karena alasan sosial atau sekedar sebagai pelengkap saja,
seperti jalan lahir bayi ingin tetap utuh sehingga organ kewanitaannya sama
seperti sebelum melahirkan, atau sekedar ingin menentukan tanggal kelahiran
sesuai yang dikehendaki dan lain-lainnya.
Bagaimana Islam memandang kecenderungan sebagian masyarakat
untuk melakukan operasi cesar setiap melahirkan, padahal kalau diteliti
secara seksama sebagian dari mereka bisa melahirkan secara normal. Oleh
karena itu dibutuhkan penjelasan secara syar’I tentang hukum operasi cesar
dari kaca mata Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep Dasar Operasi Cesar?


2. Apa Saja Jenis-Jenis Operasi Cesar?
3. Apa Saja Faktor Penyebab Operasi Cesar?
4. Apa Hukum Operasi Cesar Dalam Islam?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Konsep Dasar Operasi Cesar


2. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Operasi Cesar
3. Untuk Mengetahui Faktor Penyebab Operasi Cesar
4. Untuk Mengetahui Hukum Operasi Cesar Dalam Islam

BAB II

4
PEMBAHASAN

A. Pengertian Operasi Cesar

Sectio Caesarea (SC) adalah tindakan pembedahan untuk melahirkan janin


dengan membuka dinding perut dan dinding uterus (Hanifa, 2002).
MenurutnKasdu (2003) Sectio Caesarea (SC) adalah suatu tindaka yang
bertujuan untuk melahirkan bayi melalui tindakan pembedahan dengan membuka
dinding depan perut dan dinding rahim. Sectio Caesarea (SC) adalah suatu
persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan
perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin
di atas 500 gram (Sarwono, 2000)3

Tindakan pembedahan yang dilakukan dalam upaya untuk mengeluarkan bayi


akan meninggalkan sebuah kondisi luka insisi. Menurut Smeltzer & Bare (2002),
menjelaskan bahwa luka insisi dibuat dengan potongan bersih menggunakan
instrumen tajam sebagai contoh; luka yang dibuat oleh ahli bedah dalam setiap
prosedur operasi, Seperti pada Sectio Caesaeia (SC) luka steril (luka yang dibuat
secara aseptik) biasanya ditutup dengan jahitan setelah semua pembuluh yang
berdarah diligasi dengan cermat. Akibat dari insisi ini akan menimbulkan
terputusnya jaringan tubuh dan menjadikan luka pada orang yang dilakukan
pembedahan.

B. Jenis-jenis Operasi Cesar

Jenis sectio caesarea berdasarkan irisannya ada dua macam, yaitu4

a. Sectio Caesarea Segmen bawah, untuk indikasi: janin letak


memanjang, masih ingin anak, tidak ada kesulitan mencapai segmen
bawah rahim.

3
Anggorowati Dan Nanik Sudiharjani, “Mobilisasi Dini Dan Penyembuhan Luka Operasi
Pada Ibu Post Sectio Caesarea (Sc) Di Ruang Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Salatiga”, Departemen Keperawatan Maternitas dan Anak PS Ilmu Keperawatan Fakultas
Diponegoro, 2013, (30-35), h. 31
4
Muhammad Yaeni, “Analisa Indikasi Dilakukan Persalinan Sectio Caesarea Di Rsup
Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten”, Naskah Publikasi Pada Program Studi S1
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013, h. 9
Ibid.

5
b. Yang kedua yaitu untuk indikasi : kesulitan mencapai SBR, letak
lintang dengan janin besar, gawat janin, plasenta previa dengan
insersi di depan, sterilisa.
Sedangkan menurut waktu pelaksanaan sectio caesarea ada 2 macam,
yaitu:5
a. Emergency adalah apabila persalinan tidak segera dikerjakan bisa
mengancam keselamatan ibu dan atau janinnya.
b. Elective adalah persalinan yang bisa direncanakan waktunya.
C. Faktor-Faktor Penyebab Operasi Cesar
Dalam proses persalinan terdapat tiga faktor medis penentu, yakni power (tenaga
mengejan atau kontraksi otot dinding perut dan dinding rahim), passage (keadaan
jalan lahir), dan passenger (si janin yang akan dilahirkan). Tiga faktor inilah yang
biasa diistilahkan 3P, apabila terjadi kesulitan atau komplikasi pada persalinan
maka operasi bedah caesar dilakukan.6

a. power
Yang memungkinkan operasi Caesar, misalnya daya mengejan
lemah,ibu bepenyakit jantung atau penyakit menahun lain yang
mempengaruhi tenaga.
b. Passage
Kelainan ini merupakan pnggul ssempit, trauma peralinan
serius pada jalan lahir atau pada anak, adanya infeksi pada jalan lahir
yang diduga bias menular keanak, umpamanyanya herpes kelamin
(herpes genitalis),condyloma lota (kondiloma spilitik yang lebar dan
pipih),condyloma acuminate (penyakit infeksi yang menimbulkan
massa mirip kembang kol di kulit luar kelamin wanita),hepatitis B
dan hepatitis C.
c. Passanger

5
Ibid., h. 10
6
Munadi Idris, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Rekayasa Kelahiran Melalui Caesar”, Skripsi
Pada Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syari’ah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2011, h. 4

6
Diantaranya anak terlalu besar, anak dengan kelainan letak
lintag, primi gravid diatas 35 tahun dengan letak sungsang, anak
terlalu lama pada pintu atas panggul, dan anak menderita fetal
distress syndrome lota (denyut jantung dengan kacau dan melemah).7
Secara terperinci ada tujuh indikasi medis seorang ibu yang
harus menjalani seksio sesarea yaitu:

a. Umur

umur saat melahirkan merupakan salah satu faktor dalam persalinan.umur<20


tahun ataupun >35 tahun merupakan umur resiko tinggi terutama pada kelompok
primipara. Kondissi ini disebabkan karena belum matangnya organ reproduksi
pada umur <20 tahun serta kemungkinan telah terjadinya penurunan kemampuan
fungsi organ reproduksi8

b. Paritas ibu

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara paritas ibu dengan
persalinan operasi sectio caesarea pada ibu-ibu yang melahirkan. Tingkat keeratan
hubungan paritas ibu dengan persalinan operasi sectio caesarea adalah cukup kuat.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa seorang ibu yang sering
melahirkan mempunyai risiko mengalami komplikasi persalinan pada kehamilan
berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi.

Jumlah paritas lebih dari 4 keadaan rahim biasanya sudah lemah. Hal ini dapat
menimbulkan persalinan lama dan perdarahan saat kehamilan.Paritas 2-3
merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut perdarahan paska persalinan
yang dapat mengkibatkan kematian maternal. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih
dari tiga) mempunyai angka kejadian perdarahan pasca persalinan lebih tinggi.
Pada paritas yang rendah (paritas satu), ketidak siapan ibu dalam menghadapi

7
Eka rahmawati, “Bedah Caesar…, h. 28
8
Merlin Jovani, ”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepusan Ibu Dilakukan Seksio Sesarea yang
Kedua”, dalam Skripsi pada Progam Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas
Indonesia, Depok, 2012, h.13

7
persalinan yang pertama merupakan faktor penyebab ketidak mampuan ibu hamil
dalam menangani komplikasi yang terjadi selama kehamilan dan persalinan.9

c. Ketuban pecah dini


Indikasi ibu yaitu faktor ketuban pecah dini dapat mengakibatkan tindakan bedah
caesar. Menurut Barbara (2009) ada dua macam kemungkinan ketuban pecah
dini, yaitu premature rupture of membrane dan preterm rupture of membrane.
Keduanya memiliki gejala yang sama yaitu keluarnya cairan dan tidak ada
keluhan sakit. Tanda-tanda khasnya adalah keluarnya cairan mendadak disertai
bau yang khas, namun berbeda dengan bau air seni. Alirannya tidak terlalu deras
keluar serta tidak disertai rasa mules atau sakit perut. Akan terdeteksi jika si ibu
baru merasakan perih dan sakit jika si janin bergerak.
Ketuban Pecah Dini mempunyai resiko 9.333 kali (95% CI: 3.720-23.415).
Pendapat Kasdu (2003) menyatakan bahwa pecahnya kantung ketuban pada
kehamilan seringkali tidak disadari penyebabnya, maka dokter akan mempercepat
persalinan karena khawatir akan terjadi infeksi pada ibu dan janinnya.10

d. Panggul sempit

Jika panggul sempit, sehingga besar anak tidak proporsional dengan indikasi
panggul ibu (disporsi). Oleh karena itu, penting untuk melakukan pengukuran
panggul pada waktu pemeriksaan kehamilan awal. Dengan tujuan memperkirakan
apakah panggul ibu masih dalam batas normal. Hasil dari medical record
ditemukan dari 167 ibu yang dilakukan sectio caesarea dengan indikasi panggul
sempit sebanyak 28 ibu (16,76%). Hal ini disebabkan oleh karena bentuk tubuh
atau postur tubuh dan bentuk panggul ibu yang kecil sehingga tidak
memungkinkan untuk melakukan persalinan normal. Sectio caesarea di lakukan
untuk mencegah hal – hal yang membahayakan nyawa ibu. Panggul sempit
apabila ukurannya 1-2 cm kurang dari ukuran yang normal. Hal-hal yang dapat
terjadi apabila tidak dilakukan sectio caesarea yaitu, rupture uteri, terjadi fistula
9
Isti Mulyawati, et.al, “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Persalinan Melalui
Operasi Sectio Caesarea”, dalam Jurnal Kesahatan Masyarakat Kemas 7 (1), 2011, (14-21), h. 21
10
Yeni Wulandari, “Hubungan Beberapa Faktor Medis Dengan Jenis Persalinan Di Rsud Dr.
Soehadi Prijonagoro Sragen Tahun 2011”, Naskah Publikasi Pada Program Studi Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta 2013, h. 8

8
karena anak terlalu lama menekan pada jaringan lahir, terjadi edema dan bahaya
pada janin yaitu pada panggul sempit sering terjadi ketuban pecah dini dan
kemudian infeksi intrapartum, terjadi prolaps funikuli dan dapat merusak otak
yang mengakibatkan kematian pada janin (Prawirohardjo, 2009). Angka kejadian
sectio caesarea meningkat karena berbagai faktor seperti diuraikan diatas, jika
tidak dilakukan tindakan sectio caesarea maka akan mengancam nyawa ibu dan
janin dengan demikian dapat menurunkan angka kematian ibu dan anak.11

e. Jika ibu menderita preeklamsia

Ibu menderita preeklamsia, yaitu jika selama kehamilan muncul gejala darah
tinggi, ada protein dalam air seni, penglihatan kabur dan juga melihat bayangan
ganda. Pada eklamsia ada gejala kejang-kejang sampai tak sadarkan diri. Indikasi
pre eklamsia berat pada ibu bersalin dapat menyebabkan tindakan bedah caesar.
Gejala pre-eklamsi berat dapat diketahui dengan pemeriksaan pada tekanan darah
mencapai 160/110 mmHg, oliguria urin kurang 400 cc/24 jam, proteinuria lebih
dari 3 gr/liter.12

Pada keluhan subjektif pasien mengeluh nyeri epigastrium, gangguan penglihatan


dan nyeri kepala. Pada pemeriksaan di dapat kadar enzim hati meningkat disertai
ikterus, perdarahan pada retina dan trombosit kurang dari 100.000/mm (Manuaba,
1998). Menurut Mochtar (1998) ibu penderita pre-eklamsi berat, timbul konvulsi
yang dapat diikuti oleh koma. Mencegah timbulnya eklamsi jauh lebih penting
dari mengobatinya, karena sekali ibu mendapat serangan, maka prognosa akan
jauh lebih buruk. Penatalaksanaan eklamsi bertujuan untuk menghentikan
berulangnya serangan konvulsi dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan
melakukan sectio caesarea yang aman agar mengurangi trauma pada janin
seminimal mungkin.13

f. Riwayat persalinan ibu

11
Veibymiaty Sumelung, ”Faktor-Faktor yang Berperan Meningkatnya Angka Kejadian Sectio
Caesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah Liun”, dalam Kendage Tahuna Ejournal keperawatan (e-
Kp) ume 2, Nomor 1, Februari 2014, h. 5-6
12
Yeni Wulandari, “Hubungan Beberapa…, h. 7
13
Ibid.

9
Jika ibu mempunyai riwayat persalinan sebelumnya adalah seksio sesar maka
persalinan berikutnya umumnya harus seksio sesar karena takut terjadi robekan
rahim. Namun sekarang, teknik seksio sesar dilakukan dengan sayatan dibagian
bawah rahim sehingga potongan pada otot rahim tidak membujur lagi. Dengan
demikian bahaya rahim robek akan lebih kecil dibandingkan dengan teknik seksio
dulu yang sayatan dibagian tengah rahim dengan potongan yang bukan
melintang.14

g. kematian janin dalam rahim

kematian yang terjadi saat kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah
mencapai ukuran 500 gram atau lebih. Umumnya kematian janin terjadi
menjelang persalinan saat usia kehamilan sudah memasuki 8 bulan. Janin yang
sudah meninggal harus segera dilahirkan. Proses kelahiran harus dilahirkan secara
normal agar tidak terlalu merugikan ibu, operasi harus dilakukan jika ada
halangan untuk melahirkan normal, sseperti bayinya mati dalam posisi
melintang,ibu mengalami preeclampsia atau tidak ada kemajuan persalinan
setelah diberikan oksitocyn.15

D. Hukum Operasi Cesar (Sectio Caesarea)

1. Hukum Operasi Cesar Dalam Islam

Operasi Cesar yang dalam bahasa Arabnya adalah Jirahah al-Wiladah  adalah


operasi yang bertujuan mengeluarkan bayi dari perut seorang ibu, baik itu terjadi
setelah sempurnanya penciptaan bayi atau sebelum sempurnanya penciptaannya.16
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut bahwa bedah cesar  adalah
pembedahan yang dilakukan dengan pengirisan dinding perut dan peranakan
untuk melahirkan ( mengeluarkan ) janin.

Hukum operasi cesar dilihat dari sisi kepentingan wanita hamil atau janin dibagi
menjadi tiga :

14
Isti Mulyawati, et.al, “Faktor-Faktor…, h. 23
15
Dewi Andriani, “faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan seksio sesarea di rumah sakit
umum daerah kabupaten dompu tahun 2010”, dalam Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Peminatan Kebidanan Komunitas Universitas Indonesia Depok 2012, h. 28

16
Dr. Muhammad al-Mukhtar asy-Syinqiti, Ahkam al-Jirahiyah ath-Thibiyah, Jeddah, Maktabah
as-Shahabah, 1415 H/ 1994 M, Cet ke-2, hlm : 154

10
Pertama : Dalam Keadaan Darurat.

Yang dimaksud dalam keadaan darurat dalam operasi cesar adalah adanya
kekhawatiran terancamnya jiwa ibu, atau bayi, atau kedua-duanya secara
bersamaan.17

1. Operasi Cesar untuk menyelamatkan jiwa ibu, misalnya untuk ibu yang
mengalami eklampsia atau kejang dalam kehamilan, mempunyai penyakit
jantung, persalinan tiba-tiba macet, pendarahan banyak selama kehamilan,
infeksi dalam rahim, dan dinding rahimnya yang menipis akibat bedah
caesar atau operasi rahim sebelumnya.

2. Operasi Cesar untuk menyelamatkan jiwa bayi, adalah jika sang ibu sudah
meninggal dunia, tapi bayi yang berada di dalama perutnya masih hidup.

3. Operasi Cesar untuk menyelamatkan jiwa ibu dan bayi secara bersamaan
adalah ketika air ketuban pecah, namun belum ada kontraksi akan
melahirkan, bayi terlilit tali pusar sehingga tidak dapat keluar secara
normal, usia bayi belum matang (prematur), posisi bayi sungsang, dan
lain-lain.

Apakah dibolehkan untuk membedah perut ibu dalam keadaan seperti ini ? Para
ulama berbeda pendapat18:  

Pendapat Pertama : Dibolehkan untuk dilakukan operasi dengan membedah


perut ibunya, agar bayi bisa dikeluarkan. Ini adalah pendapat Imam Abu Hanifah,
Muhammad bin Hasan, Madzhab Syafi’iyah, dan Dhahiriyah, serta dipilih oleh
beberapa ulama dari Malikiyah dan Hanabilah.

Pendapat Kedua : Tidak dibolehkan dilakukan operasi dengan membedah perut


ibunya. Ini adalah pendapat Malikiyah dan Hanabilah. Mereka berdalil dengan
dalil-dali sebagai berikut :

Hadist Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwasanya ia berkata, bahwasanya


Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

‫ْر ِه َحيًّا‬
ِ ‫ت َك َكس‬ ْ ‫َك ْس ُر ع‬
ِ ِّ‫َظ ِم ْال َمي‬
 "Memecahkan tulang mayit seperti memecahkannya ketika masih hidup. " ( HR
Abu Daud dan Ibnu Majah)19
17
Pengertian darurat secara lebih lengkap telah dijelaskan oleh para ulama, diantaranya bisa
dilihat  di : Dr. Samih Abdul al-Wahab al-Jundi, Ahammiyatu al –Maqasid fi asy-Syari’ah al-
Islamiyah,  Iskandariyah, Dar al-Iman, 2003, hlm : 231- 234, Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh wa
Adilatuhu, Damaskus, Dar al-Fikri,  1409 H/ 1989 M, Cet. Ke- 3, juz : 3, hlm : 515- 520
18
 Dr. Muhammad al-Mukhtar asy-Syinqiti, Ahkam al-Jirahiyah ath-Thibiyah, hlm : 322
19
Hadist ini dihasankan oleh Ibnu Qattan. Berkata Ibnu Hajar : hadist ini sesuai dengan
syarat Muslim ( Syekh Abdullah Bassam, Taudhih al-Ahkam, juz 2, hlm : 367 )

11
Bahwa janin yang masih hidup dalam perut ibunya yang sudah mati tersebut,
sering tidak tertolong. Seandainya perut ibunya sudah dibedahpun dan janin
tersebut bisa hidup, biasanya hidupnya tidak lama. Oleh karenanya, tidak boleh
melakukan kerusakan yang pasti hanya sekedar mengejar sesuatu yang belum
tentu bisa diselamatkan.20

Dalam tiga keadaan di atas, menurut pendapat yang benar, dibolehkan dilakukan
operasi cesar untuk menyelamatkan jiwa ibu dan anak . Dalil-dalilnya sebagai
berikut :

Pertama : Firman Allah subhanahu wa ta’ala :

َ َّ‫َو َم ْن أَحْ يَاهَا فَ َكأَنَّ َما أَحْ يَا الن‬


‫اس َج ِميعًا‬

“ Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-


olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. "  ( Qs Al Maidah : 32 )

Dalam ayat ini, Allah swt memuji setiap orang yang memelihara kehidupan 
manusia, termasuk di dalamnya orang yang menyelamatkan ibu dan bayi dari
kematian dengan melakukan pembedahan pada perut.  

            Ibnu Hazm berkata : “ Jika seorang ibu yang hamil meninggal dunia,
sedangkan bayinya masih hidup dan bergerak dan sudah berumur enam bulan,
maka dilakukan pembedaan perutnya dengan memanjang untuk mengeluarkan 
bayi tersebut, ini berdasarkan firman Allah ( Qs. 5 : 32 ), dan barang siapa
membiarkannya bayi tersebut di dalam sampai mati, maka orang tersebut
dikatagorikan pembunuh.“21

Kedua : Kaidah Fiqhiyah yang berbunyi :

‫الضرر يزال‬
 “  Suatu bahaya itu harus dihilangkan “  22

Ketiga : Kaidah Fiqhiyah yang berbunyi :

‫ب أَ َخفِّ ِه َما‬ َ ‫َان رُو ِع َي أَ ْعظَ ُمهُ َما‬


{ِ ‫ض َررًا بِارْ تِ َكا‬ ِ ‫ض َم ْف َس َدت‬
َ ‫إ َذا تَ َعا َر‬
“ Jika terjadi pertentangan antara dua kerusakan, maka diambil yang paling
ringan kerusakannya”23

20
Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh wa Adilatuhu, juz : 3, hlm : 521
21
Ibnu Hazm, al-Muhalla, juz : 5, hlm : 166
22
As-Suyuti, al-Asybah wa an-Nadhair, Beirut, Daar al-Kutub al-Ilmiyah, 1403 H/1983 M, Cet- 1,
hlm : 87. Imam Suyuthi juga membolehkan pembedahan perut ibu yang mati untuk mengeluarkan
janin yang masih hidup dengan alasan kaidah di atas. 
23
Ibnu Nujaim, al-Asybah wa an-Nadhair, Kairo, al-Maktabah at- Taufiqiyah,  hlm : 97

12
 Keterangan dari kaidah di atas adalah bahwa operasi cesar dalam keadaan darurat
terdapat dua kerusakan, yang pertama adalah terancamnya jiwa ibu atau anak,
sedangkan kerusakan yang kedua adalah dibedahnya perut ibu. Dari dua
kerusakan tersebut, maka yang paling ringan adalah dibedahnya perut ibu, maka
tindakan ini diambil untuk menghindari kerusakan yang lebih besar, yaitu
terancamnya jiwa ibu dan anak.

Berkata Syekh Abdurrahman as- Sa’di24 “Dan dibolehkan melukai badan, seperti
membedah perut, untuk mengobati penyakit. Jika manfaatnya lebih banyak dari
pada mafsadahnya, maka Allah tidak mengharamkannya. Hal semacam ini telah
disinggung oleh Allah di beberapa tempat dari kitab-Nya, diantaranya adalah
firman-Nya :

 ‫اس َوإِ ْث ُمهُ َما أَ ْكبَ ُر ِم ْن نَ ْف ِع ِه َما‬


ِ َّ‫َك َع ِن ْال َخ ْم ِر َو ْال َم ْي ِس ِر قُلْ فِي ِه َما إِ ْث ٌم َكبِي ٌر َو َمنَافِ ُ{ع لِلن‬
{َ ‫يَسْأَلُون‬

“ Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada


keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi
dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya. “ ( Qs al-Baqarah : 219 )

Kedua : Dalam Keadaan Hajiyat

Keadaan Hajiyat dalam operasi Cesar adalah adanya kekhawatiran terjadinya


bahaya atau sesuatu yang tidak baik, seperti cacat permanen dan lainnya, yang
akan menimpa ibu, atau bayi, atau kedua-duanya secara bersamaan, tetapi bahaya
ini tidak sampai pada terancamnya jiwa ibu atau anak. Seperti halnya jika  lingkar
rongga panggul yang lebih kecil dari ukuran janin, sehingga akan kesulitan ketika
melahirkan secara alami, usia ibu yang terlalu tua, kelainan letak plasenta, ukuran
bayi terlalu besar atau terjadi bayi kembar.

Dalam keadaan hajiyat ini, operasi cesar boleh dilakukan, karena hajiyat kadang
sangat dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga sebagian ulama menyamakan
kedudukannya dengan darurat.  Oleh karenanya, mereka meletakkan kaidah
fiqhiyat sebagai berikut :

َّ ‫َت أَوْ خَا‬


ً ‫صة‬ َّ ‫ْال َحا َجةُ تَ ْن ِز ُل َم ْن ِزلَةَ ال‬
ْ ‫ عَا َّمةً َكان‬، ‫ضرُو َر ِة‬

“ Kebutuhan itu disamakan dengan kedudukan darurat, baik yang bersifat umum,
maupun khusus.“25 

Ketiga : Dalam Keadaan Tahsiniyat

24
Pernyataan Syekh Abdurrahman as-Sa’di ini  bisa dilihat  di dalam Dewan Ulama Senior Saudi
Arabia, al-Buhuts al-Ilmiyah, juz : 2, hlm : 72, dan dinukil ulang  oleh Syekh Abdurrahman al-
Basaam di dalam Taudhih al-Ahkam : juz : 2, hlm : 368.
25
Kaidah Fiqhiyah ini disebutkan oleh Ibnu Nujaim di dalam   al-Asybah wa an-Nadhair,
hlm : 100, Imam Suyuthi di dalam  al-Asybah wa an-Nadhair, , hlm : 88

13
Keadaan Tahsiniyat di dalam operasi Cesar adalah adanya keinginan dari pasien
atau yang mewakilinya untuk bisa mencapai sesuatu yang merupakan pelengkap
di dalam kehidupannya, yang sebenarnya hal itu tidak mengancam jiwanya atau
tidak menyebabkan bahaya jika tidak dilakukan operasi Cesar. seperti halnya
seorang istri yang melakukan operasi cesar dengan harapan bisa membahagiakan
suaminya, karena jalan lahir bayi masih utuh, sehingga organ kewanitaannya sama
seperti sebelum melahirkan, atau sekedar ingin menentukan tanggal kelahiran
sesuai yang dikehendaki,  atau tidak mau berlama-lama menjalani proses
persalinan normal yang kadang membutuhkan waktu berjam-jam, atau hanya
sekedar ingin menghindari rasa sakit ketika melahirkan secara normal.

Selain itu operasi cesar mempunyai beberapa dampak buruk bagi kesehatan ibu
dan anak. Yang terjadi pada anak misalnya gangguan pernafasan akibat cairan
yang memenuhi paru-paru janin selama berada dalam rahim, rendahnya sistem
kekebalan tubuh, rentan alergi, emosi cenderung rapuh, terpengaruh anestesi dan
lain-lain. Yang terjadi pada ibu, misalnya rasa sakit yang sangat pada bagian perut
dan rahim akibat robekan saat operasi, kemungkinan terjadi infeksi rahim dan
pendarahan yang banyak, bahkan efeknya masih dirasakan hingga bertahun-tahun
lamanya. 

PENUTUP

Hukum operasi caesarea dilihat dari kepentingan wanita hamil atau janin dibagi
menjadi tiga tingkatan: pertama, Operasi Caesar bisa dikatakan menempati posisi
hifz al-nafs pada tingkatan dharuryyah adalah ketika operasi tersebut dilakukan
dalam menyelamatkan nyawa seseorang yang akan melakukan persalinan dan

14
juga menyelamat bayinya, kedua, tingkatan hajjiyat adalah ketika operasi tersebut
dibutuhkan dalam rangka untuk menghindari bahaya yang tidak sampai
mengancam jiwa si ibu yang melakukan persalinan atau mengancam jiwa si bayi,
dan ketiga Tahsiniyat di dalam operasi Cesar adalah adanya keinginan dari pasien
atau yang mewakilinya untuk bisa mencapai sesuatu yang merupakan pelengkap
di dalam kehidupannya, yang sebenarnya hal itu tidak mengancam jiwanya atau
tidak menyebabkan bahaya jika tidak dilakukan operasi Cesar.

DAFTAR PUSTAKA

Anggorowati Dan Nanik Sudiharjani, “Mobilisasi Dini Dan Penyembuhan Luka


Operasi Pada Ibu Post Sectio Caesarea (Sc) Di Ruang Dahlia Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Salatiga”, Departemen Keperawatan
Maternitas dan Anak PS Ilmu Keperawatan Fakultas Diponegoro, 2013.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: CV.Toha
Putra, 1989.
Dewi Andriani, “faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan seksio sesarea di
rumah sakit umum daerah kabupaten dompu tahun 2010”, dalam Skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Peminatan Kebidanan Komunitas
Universitas Indonesia Depok 2012.
Eka Rahmawati, “Bedah Caesar (Sectio Caesarea) Dengan Alasan Nonmedis
Perspektif Hukum Islam”, Skripsi pada Program Studi Al-Ahwal As-
Syakhshiyya, Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang, 2012.
Imam Mustofa, ”Membangun Epistimologi Fiqih Medis Melalui Kontekstualisasi
Maqasid Al-Syari’ah”,dalam Jurnal Al –Manahij,Vol,IX No, 2,Desember
2015.
Isti Mulyawati, et.al, “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan
Persalinan Melalui Operasi Sectio Caesarea”, dalam Jurnal Kesahatan
Masyarakat Kemas 7 (1), 2011.
Merlin Jovani, ”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepusan Ibu Dilakukan
Seksio Sesarea yang Kedua”, dalam Skripsi pada Progam Studi Ilmu
Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok,
2012.
Muhammad Yaeni, “Analisa Indikasi Dilakukan Persalinan Sectio Caesarea Di
Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten”, Naskah Publikasi Pada Program
Studi S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013.
Munadi Idris, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Rekayasa Kelahiran Melalui
Caesar”, Skripsi Pada Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syari’ah
Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011.

15
Syah Ul-Haq Abdul Fikri, “Pemikiran Hukum Islam Prof. Dr. Kh. Ali Mustafa
Yaqub, Ma”, Skripsi Pada Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas
Syari’ah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta, 2016.
Veibymiaty Sumelung, ”Faktor-Faktor yang Berperan Meningkatnya Angka
Kejadian Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah Liun”, dalam
Kendage Tahuna Ejournal keperawatan (e-Kp) ume 2, Nomor 1, Februari
2014.
Yeni Wulandari, “Hubungan Beberapa Faktor Medis Dengan Jenis Persalinan Di
Rsud Dr. Soehadi Prijonagoro Sragen Tahun 2011”, Naskah Publikasi Pada
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah

16

Anda mungkin juga menyukai