Anda di halaman 1dari 15

KARYA TULIS

HIPERBARIK

Beatrice Azalia D. W.
2014.07.0.0013

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2021
PENYELAMAN
Penyelaman adalah aktivitas manusia di lingkungan bertekanan lebih dari satu
atmosfir absolut (1 ATA). Menyelam adalah kegiatan yang dilakukan di bawah permukaan
air, dengan atau tanpa menggunakan peralatan, untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Kegiatan menyelam dapat dibedakan menjadi beberapa jenis tergantung antara lain
kepada, kedalaman, tujuan dan jenis peralatan yang digunakan.
Berdasarkan kedalamannya penyelaman dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Penyelaman dangkal : penyelaman dengan kedalaman maksimum 10 m
2. Penyelaman sedang : penyelaman dengan kedalaman < 10 m s/d 30 m.
3. Penyelaman dalam : penyelaman dengan kedalaman > 30 m.
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai penyelaman bisa dibedakan menjadi :
1. Penyelaman untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara, antara lain :
a. Tactical (Combat) diving yaitu penyelaman untuk tugas-tugas tempur
b. Submarine Rescue, penyelamatan kapal selam
c. Search & Rescue (SAR)
d. Inspection & Repair (inspeksi dan perbaikan)
e. Ship Salvage
Penyelaman-penyelaman jenis ini pada umumnya dilaksanakan oleh para penyelam
Angkatan Bersenjata
2. Penyelaman komersial
penyelaman professional antara lain untuk kepentingan konstruksi dibawah
permukaan air, penambangan lepas pantai (Off shore drilling),salvage, dll.
3. Penyelaman Ilmiah (Scientific Diving)
penyelaman yang dilakukan untuk kepentingan ilmiah, antara lain : penelitian biologi,
geologi, arkeologi dan kelautan pada umumnya.
4. Penyelaman Olah Raga (Sport Diving)
Penyelaman yang dilakukan untuk kepentingan mempertahankan atau meningkatkan
kondisi kesehatan dan kebugaran jiwa dan raga. Penyelaman olah raga (sport diving)
dapat dibedakan berdasarkan peralatan yang digunakan yaitu :
a. Skin Diving : penyelaman yang dilakukan dengan menggunakan peralatan dasar
selam (masker, snorkel dan fins.)
b. Scuba Diving : penyelaman menggunakan peralatan Scuba.
Peralatan Dasar Selam
1. Mask
Pengertian mask/face mask adalah peralatan selam yang menutupi sebagian wajah
terutama mata dan hidung yang berfungsi untuk
a. menciptakan kantong udara antara mata penyelam dan air, sehingga memungkinkan
si penyelam melihat benda di bawah air.
b. mask mencegah air masuk ke hidung dan mata, sekaligus mencegah timbulnya
iritasi, mask haruslah nyaman, pas dan kedap air, mask sedemikian rupa mengikuti
bentuk wajah pemakai.
Untuk menguji kedepannya, kenakan mask tersebut di wajah tanpa mengenakan tali
kepala, tarik napas sedikit melalui hidung dan lepaskan tangan yang memegang mask
tersebut. Jika tidak jatuh berarti mask itu cocok untuk penyelam, jika jatuh maka di
anjurkan memilih yang lain. Perhatikan ciri-ciri sebagai berikut saat memilih masker,
a. Safety tempered glass
b. Frame terbuat dari bahan anti karat
c. Memiliki double seal yang lentur untuk wajah
d. Dilengkapi dengan ikat kepala yang memiliki buckles/gesper pengencang
2. Snorkel
Snorkel merupakan alat survival penting yang digunakan oleh seorang Skin maupun
Scuba Diver, sebab berfungsi :
a. membantu penyelam bernafas di permukaan air tanpa mengangkat kepalanya.
b. membantu penyelam berenang menuju sasaran penyelaman tanpa harus
menggunakan udara dari tabung scuba;
c. memungkinkan penyelam melihat pemandangan bawah air dengan cara berenang
dan menelungkupkan muka di permukaan air.
3. Fins
Fins atau dikenal sebagai “sirip selam” atau “kaki katak” diciptakan untuk memberi
kekuatan pada kaki dan merupakan piranti penggerak. Fins bukan dibuat demi
menambah kecepatan berenang namun menambah daya kayuh. Dengan bantuan fins
kemampuan renang kita bertambah 10 kali lebih besar disbanding tanpa menggunakan
fins.
Ada tiga macam jenis fins :
a. Jenis Foot Pocket
Cocok untuk kegiatan skin diving atau fins swimming, biasanya lebih fleksible,
dengan letak lempeng lebih menyudut, yang menyebabkan kaki tidak mudah lelah.
Ukuran besar-kecil merupakan hal yang lebih menentukan; lebih repot untuk
dikenakan maupun mencopotnya untuk kegiatan scuba diving.
b. Jenis Open Heel
Cocok untuk kegiatan scuba diving, biasanya berlempeng lurus, semi kaku dengan
lempengan lebih panjang. Jenis ini memberikan kekuatan lebih besar, namun
membutuhkan waktu penyesuaian bagi otot-otot kaki. Open heel fins mempunyai
kelebihan dalam hal kemudahan waktu mengenakan dan melepasnya.
c. Adjustable Open Heel
Jenis ini paling cocok/sesuai untuk scuba diving di perairan karena dibuat
mempunyai kantong yang cukup besar untuk kaki kaki yang memakai boots
(semacam kaos kaki terbuat dari karet), mempunyai lempengan yang lebih lebar
untuk menghasilkan tenaga besar dan biasanya terdapat lobang-lobang alur air di
bagian atas lempengan tersebut. Lobang alur air ini mengurangi kelelahan kaki yang
disebabkan oleh daerah negatif pada lempengan.
d. Boots
Pelindung kaki merupakan keharusan, terutama digunakan untuk daerah-daerah
berkarang dan batu-batuan juga perlindungan terhadap kejang kaki disebabkan
kedinginan dan kemungkinan kaki lecet. Boots dari karet busa dengan sol keras
adalah jenis perlengkapan pelindung kaki yang umum dipakai penyelam, kaos kaki
yang umum dipakai penyelam, kaos kaki tebalpun dapat digunakan sebagai
pencegah lecet sewaktu latihan. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah
pemilihan ukuran fins agar cocok dan pas jika menggunakan pelindung kaki.
4. Wet Suit
Pakaian pelindung penyelam yang kini umum dipakai adalah FOAM NEOPRENE
WET SUIT, terbuat dari karet neoprene yang mempunyai gelembung-gelembung busa
berudara. Bahan ini tidak menyerap air dan dibuat dalam berbagai ukuran ketebalan
bahan.
Fungsi dari Wet Suit adalah untuk melindungi penyelam dari goresan karang dan
pengurangan panas badan di bawah permukaan air. Namun Wet Suit sama sekali tidak
membuat penyelam menjadi hangat, hanya mencegah penyelam dari kedinginan, dan
bukan berarti penyelam tidak basah. Selain Wet Suit, ada juga pakaian selam yang
bernama DRY SUIT terbuat dari bahan kanvas dan dilapisi dengan wool dan atau
memakai T-shirt yang berguna untuk menjaga suhu tubuh penyelam agar tetap hangat.
5. Weight Belt
Weight belt atau sabuk beban diperlukan guna mengatur daya apung (buoyancy). Setiap
penyelam mempunyai daya apung yang berbeda. Seorang penyelam di air laut tanpa
menggunakan wet suit memerlukan berat antara 4 s/d 6 pounds untuk mengimbangi
daya apung positifnya, sedang bila menggunakan wet suit memerlukan tambahan
pemberat antara 10 s/d 12 pounds di atas daya apung normal, sehingga jumlah total
yang diperlukan oleh seorang penyelam berkisar antara 14 s/d 16 pounds. Sebagai
pedoman untuk mempermudah penentuan berapa berat yang diperlukan adalah 1/10
dari berat badan normal untuk wet suit dengan ketebalan 3/16 inchi. Weight belt harus
dilengkapi dengan QUICK RELEASE BUCKLE yaitu suatu gesper pengancing yang
dapat dilepas secara cepat. Cara pemakaian weight belt dipasang paling terakhir dan
paling pertama dilepas, jika dalam keadaan darurat.
6. Buoyancy Vest
Buoyancy vest adalah perlengkapan penting bagi seorang penyelam. Fungsi dari
peralatan tersebut adalah :
a. Untuk memberikan daya apung positif selama berenang di permukaan air, dengan
demikian seorang penyelam dapat bergerak tanpa banyak mengeluarkan tenaga.
b. Untuk memberikan daya apung agar dapat beristirahat atau menyangga penyelam
yang mengalami keadaan darurat
c. Untuk memberi daya apung netral (neutral buoyancy) terkendali di dalam air.
Ada beberapa jenis Buoyancy Vest yang digunakan,
a. Standard Safety Vest
b. Buoyancy Compensator (BC)
7. Pressure gauge – (SPG- Submersible Pressure Gauge)
Alat / indikator yang menujukkan berapa banyak oksigen / udara yang tersisa
8. Regulator
Alat yang mengirimkan oksigen / udara ke penyelam untuk mengurangi tekanan dalam
air.
HIPERBARIK
Terapi oksigen hiperbarik adalah penggunaan 100% oksigen pada tekanan yang lebih tinggi
dari tekanan atmosfer. Pasien akan menghirup 100% oksigen secara bertahap bersamaan
dengan peningkatan tekanan kamar terapi menjadi lebih dari 1 atmosfer absolut (ATA).
Dasar dari terapi hiperbarik sedikit banyak mengandung prinsip fisika. Teori Toricelli yang
mendasari terapi ini, digunakan untuk menentukan tekanan udara 1 atm adalah 760 mmHg.
Dalam tekanan udara tersebut, komposisi unsur-unsur udara yang terkandung di dalamnya
mengandung nitrogen (N2) 79% dan oksigen (O2) 21%. Pada terapi hiperbarik, oksigen
ruangan yang disediakan mengandung oksigen 100%. Terapi hiperbarik juga berdasarkan
teori fisika dasar dari hukum- hukum Dalton, Boyle, Charles, dan Henry.
Terapi oksigen hiperbarik dilakukan pada suatu ruang hiperbarik (hyperbaric chambers) yang
dibedakan menjadi 2, yaitu multiplace dan monoplace. Multiplace dapat digunakan untuk
beberapa penderita pada waktu yang bersamaan dengan bantuan masker tiap pasiennya,
sedangkan pada monoplace digunakan untuk pengobatan satu orang pasien saja. Pasien dalam
suatu ruangan menghisap oksigen tekanan tinggi (100%) atau pada tekanan barometer tinggi
(hyperbaric chamber). Kondisi kamar terapi harus memiliki tekanan udara yang lebih besar
dibandingkan dengan tekanan di dalam jaringan tubuh (1 ATA). Keadaan ini dapat dialami
oleh seseorang pada waktu menyelam atau di dalam ruang udara yang bertekanan tinggi yang
dirancang baik untuk kasus penyelaman maupun pengobatan penyakit klinis. Tekanan
atmosfer pada permukaan air laut sebesar 1 atm. Setiap penurunan kedalaman 33 kaki,
tekanan akan naik 1 atm. Tiap terapi diberikan selama 2 atau 3 ATA, menghasilkan 6 ml
oksigen terlarut dalam 100ml plasma, dan durasi rata-rata terapi sekitar 60-90 menit. Jumlah
terapi bergantung dari jenis penyakit. Untuk yang akut sekitar 3-5 kali dan untuk kasus
kronik bisa mencapai 50-60 kali. Dosis yang digunakan pada perawatan tidak boleh lebih dari
3 ATA karena tidak aman untuk pasien selain berkaitan dengan lamanya perawatan yang
dibutuhkan, juga dikatakan bahwa tekanan di atas 2,5 ATA mempunyai efek imunosupresif.
(Wibowo, 2015)

Mekanisme HBO
Reactive Oxygen Species (ROS)
Prinsip dari terapi oksigen hiperbarik adalah membantu tubuh untuk memperbaiki jaringan
yang rusak dengan meningkatkan aliran oksigen ke jaringan tubuh. Terapi oksigen hiperbarik
akan menyebabkan darah menyerap oksigen lebih banyak akibat peningkatan tekanan
oksigen di dalam paru- paru yang dimanipulasi oleh ruangan hiperbarik. Dengan konsentrasi
oksigen yang lebih tinggi dari normal, tubuh akan terpicu untuk memperbaiki jaringan yang
rusak lebih cepat dari biasanya. Terapi oksigen hiperbarik (HBOT) memberikan oksigen di
bawah tekanan untuk meningkatkan kadar oksigen jaringan. Oksigen diberikan 2-3 kali lebih
tinggi dari tekanan atmosfer, dan didistribusikan di sekitar area yang terinfeksi sehingga
memungkinkan terjadinya proses penyembuhan alami tubuh dan memperbaiki fungsi
jaringan. HBOT juga merangsang kaskade transduksi sinyal dengan meningkatkan oksigen
reaktif dan spesies nitrogen, maka jaringan akan melepaskan prostaglandin, oksida nitrat, dan
sitokin yang menunjukkan respons patofisiologis terhadap luka, pembedahan, dan infeksi.
HBOT diketahui sebagai terapi untuk mengobati penyakit dekompresi, gangren, atau
keracunan karbon monoksida. (Al-Waili & Butler, 2006; Gandhi et al., 2018).
ROS dipandang berbahaya karena potensinya menyebabkan kerusakan pada lipid, protein,
dan DNA (Alfadda & Sallam, 2012), tetapi secara ilmiah ROS sangat penting dalam
pensinyalan dan pengaturan sel, contoh, dalam sel endotel, ROS adalah penyebab utama dari
banyak patologi vaskular, seperti disfungsi endotel diabetes dan hiperpietik, di sisi lain,
angiogenesis dan vasorelaxasi yang bergantung pada endotelium berada di bawah kendali
redoks. Karena sifatnya yang aktif dan berumur pendek, ROS harus dihasilkan di
kompartemen subseluler yang tepat yang dekat dengan molekul yang dimodifikasi dalam
proses pensinyalan dan pengaturan sel yang bergantung pada ROS.

Reactive Nitrogen Species (RNS)


RNS termasuk nitric oxide (NO) dan agen yang dihasilkan oleh reaksi antara NO, atau
produk oksidasi, dan ROS. Peroxynitrite adalah produk dari reaksi antara oksigen dan NO.
Selain itu, enzim peroksida, terutama myeloperoxidase, mengkatalisasi reaksi antara nitrit,
produk oksidasi utama dari NO, dan hidrogen peroksida, atau HClO untuk menghasilkan
oksidan seperti nitril klorida dan nitrogen dioksida yang mampu bereaksi nitrasi dan reaksi S-
nitrosilasi (Jamieson, Chance, Cadenas, & Boveris, 1986; Lakshmi, Nauseef, & Zenser, 2005;
Thom, 2009). RNS berfungsi sebagai molekul pemberi sinyal dalam kaskade transduksi, atau
jalur, untuk berbagai faktor pertumbuhan, sitokin, dan hormon. erapi oksigen hiperbarik akan
mengurangi peradangan dan secara luas diakui sebagai pengobatan yang efektif untuk luka
kronis. Seperti yang ditunjukkan dalam penelitian eksperimental menggunakan model
penyembuhan luka kulit tikus serta pada subyek manusia yang sehat, HBOT memodulasi
pelepasan sitokin, meningkatkan produksi ROS, mengurangi apoptosis dan memodulasi
ktivasi dan adhesi leukosit. (Grimberg-Peters, Büren, Windolf, Wahlers, & Paunel-Görgülü,
2016). Dua efek utama HBOT adalah mengurangi volume gelembung dalam tubuh dan
meningkatkan ketegangan oksigen jaringan. Adanya efek yang terjadi akibat peningkatan
produksi spesies oksigen reaktif (ROS) dan spesies nitrogen reaktif (RNS) karena hiperoksia.
(Rosyanti, Hadi, Syanti Rahayu, & Bira Wida, 2019)

Kontraindikasi Terapi Oksigen Hiperbarik


Kelainan paru tertentu, infeksi saluran nafas atas dan beberapa kondisi medis tertentu akan
menyebabkan pasien kesulitan menyesuaikan diri dalam ruangan hiperbarik. Oleh karenanya,
sebelum menjalankan terapi, peserta terapi hiperbarik disarankan untuk melakukan konsultasi
dengan dokter hiperbarik terlebih dahulu.

Efek Samping Terapi Oksigen Hiperbarik


Efek samping yang mungkin terjadi adalah Baro Trauma (sakit pada telinga) yang
diakibatkan ketidakmampuan pasien menyesuaikan tekanan dalam ruang hiperbarik dan
intoksikasi oksigen yang disebabkan bernafas yang tidak semestinya dalam ruang hiperbarik.
Untuk mengatasi hal tersebut pasien akan selalu didampingi perawat yang akan mengajarkan
cara menyesuaikan terhadap tekanan dan metode bernafas yang benar dalam ruang hiperbarik
HIPERBARIK DALAM KEDOKTERAN GIGI
HBOT terhadap Osteoradionecrosis
Terapi radiasi adalah terapi yang melibatkan partikel berenergi tinggi seperti sinar-x, sinar
gamma atau berkas/senyawa elektron yang menghancurkan atau merusak sel.
Efek terapi radiasi terhadap sel :
a. Radiasi merusak sel melalui ionisasi
b. Radiasi dapat membunuh beberapa sel atau dapat menyebabkan kerusakan genetik
c. Merangangsang sel yang peka terhadap radiasi untuk tumbuh dengn cepat (misalnya
janin, organ reproduksi, dan sumsum tulang - serta sel kanker).
Osteoradionecrosis secara klinis adalah luka kronis yang tidak dapat sembuh yang mengenai
rahang (kebanyakan mandibula), biasanya pada pasien dengan riwayat terapi radiasi pada
regio kepala dan leher. Radiasi tadi bisa mengakibatkan cedera pada rahang yang dapat
menghasilkan Osteoradionecrosis berakibat seperti hipovaskular kronis, hipoxik, hiposelular
yang berujung ke penghancuran jaringan secara spontan atau terinisiasi trauma. Dan hasilnya
adalah luka kronis yang tidak bisa sembuh dicurigai menjadi superinfeksi. Seperti yang
lainnya infeksi pada tulang berakibat osteomielitis.
Patogenesis :
Terjadi defisiensi dalam kondisi fisiologis internal tulang dan dalam proses metabolisme,
struktur seluler di dalam tulang yang terpapar radiasi akan rusak dan terjadi pembentukan
hipoksia.
Efek radiasi terhadap tulang rongga mulut :
a. Devitalisasi
b. Menghambat / tidak menginisiasi terjadinya re-modelling tulang
Terapi HBOT :
HBO yang diberikan dalam 90 menit, dengan tekanan 2.5 ATM, O 2 murni selama 20 kali
sebelum intervensi bedah dan 10 kali tambahan pasca operasi. Revaskularisasi jaringan yang
terpapar radiasi dan meningkatkan kepadatan sel fibroblastik meningkatkan penyembuhan
luka.
Antibiotik penisilin atau antibiotik spektrum serupa, sebelum operasi dan kira-kira satu
minggu pasca operasi.

HBOT Terhadap Osteomielitis Rahang


Osteomielitis rahang adalah suatu infeksi yang ekstensif pada tulang rahang yang mengenai
spongiosa, sumsum tulang, korteks, dan periosteum. Infeksi terjadi pada bagian tulang yang
terkalsifikasi ketika cairan dalam rongga medula atau di bawah periosteum mengganggu
suplai darah. Tulang yang terinfeksi menjadi nekrosis ketika terjadiischemia. Osteomielitis
rahang dapat menyebabkan perubahan pertahanan yang mendasar pada mayoritas pasien yang
menjadikan pasien rentan terhadap onset osteomielitis seperti radiasi, osteoporosis,
osteopetrosis, penyakit tulang Paget, dan tumor ganas tulang. Osteomielitis adalah suatu
kondisi inflamasi tulang yang berawal dari ruang medula dan sistem haversian dan meluas
sehingga melibatkan periosteum daerah sekitarnya. Infeksi ini menjadi stabil pada bagian
tulang yang mengalami kalsifikasi ketika pus dan edema didalam ruang medula dan dibawah
periosteum menghalangi aliran darah lokal atau terjadi obstruksi. Setelah terjadi iskemia
tulang yang terinfeksi menjadi nekrotik dan akan terbentuk sequester yang merupakan tanda
klinis dari osteomielitis.
Etiologi :
1. Odontogen:
a. Ekstraksi gigi subperiosteal abcess
b. Abcess periapal
c. Gangrene pulpa
d. Penyakit periodontal
e. Infeksi tumor atau sistem odontogen
2. Non-odontogen :
a. Traumatik lokal
b. Traumatik bedah
c. Tuberkulosa, sifilis, aktinomimikosis

Terapi HBOT :
Manfaat terhadap osteomielitis :
1. Meningkatkan proses kerja obat untuk penghalang oleh faktor inang dan antibiotik
2. Membunuh sel leukositik
3. Resorpsi osteoklastik
4. Peningkatan periodik tulang dan tekanan O2 dari level hipoksia ke level normal atau
supranormal
5. Meningkatkan fibroblastik dan memproduksi kolagen
Mekanisme :
1. HBO meningkatkan pembunuhan leukosit yang bergantung pada oksigen melalui
produksi H2O2 dan superoksida di jaringan hipoksia. Ketegangan O2 tulang yang
terinfeksi meningkat 23 mmHg hingga 104 mmHg sebagai respons terhadap HBO
pada 2 ATA
2. Ketegangan O2 yang optimal pada jaringan meningkatkan osteogenesis dan
neovaskularisasi untuk mengisi ruang tulang yang mati dengan tulang baru dan
jaringan lunak. HBO juga telah terbukti meningkatkan aktivitas osteoaklastik untuk
menghilangkan debris tulang.
3. Terdapat efek sinergis HBO pada penyembuhan tulang dengan bone morphogenic
protein (BMP)
4. HBO juga telah terbukti mempotensiasi efek antimikroba dari aminoglikosida, dan
kemungkinan obat sulpha dan vankomisin, dalam membunuh bakteri yang rentan.
BAROTRAUMA GIGI
Barotrauma gigi secara umum didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana terdapat rasa nyeri
pada gigi yang timbul ketika terdapat adanya perbedaan tekanan udara yang ada di luar tubuh
dan di dalam tubuh. Insidensi biasanya terjadi pada orang yang mengadakan penerbangan
atau dapat juga orang yang melakukan penyelaman.

Etiologi :
Etiologi barodontalgia telah diselidiki beberapa tahun belakangan ini. Kollman
mengemukakan tiga hipotesa penting untuk menjelaskan keadaan ini. Perluasan gelembung
udara yang terperangkap di bawah rootfilling yang melawan dentin yang akan mengaktifkan
nosiseptor ; menstimulasi nosiseptor pada sinus maksilaris dengan nyeri yang mengarah ke
gigi ; dan stimulasi ujung saraf pada inflamasi pulpa kronis.

Faktor resiko :
Ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan resiko terjadinya barodontalgia, yaitu:
 Rasa nyeri yang timbul karena adanya reaksi antara pulpa dengan keadaan perubahan
tekanan udara; dimana perubahan tekanan udara yang besar menyebabkan
pembentukan gelembung gas yang berasal dari pembuluh darah pulpa. Kondisi ini
juga dapat terjadi apabila keadaan ruang pulpa kosong (seperti gigi yang masih dalam
perawatan endodontic)
 Pembuatan tambalan yang kurang baik dan tidak benar sehingga masih ada rongga
pada atau ruangan (yang biasa disebut mikroleakage) yang berisi udara di antara
dinding kavitas
 Adanya udara yang terjebak akibat tumpatan yang bocor

Pengobatan:
berikut adalah macam pengobatan atau terapi pada barodontalgia:

 Analgetik dan reparasi gigi  Menghindari / meminimum


 Menjaga Oral Hygiene minuman bersoda/ gas
 Merawat keradangan pada daerah  Menjaga keutuhan tumpatan/
gingiva periapikal
 Memperbaiki gigi karies/fraktur
BAROTRAUMA SINUS

Barosinusitis atau aerosinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput
lendir sinus paranasal. Akibat peradangan ini dapat menyebabkan pembentukan cairan atau
kerusakan tulang di bawahnya. Peradangan mukosa sinus paranasal dapat berupa sinusitis
maksilaris, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sfenoid.

Etiologi
Secara garis besar penyebab aerosinusitis ada 2 macam, yaitu :
1. Faktor Lokal (rinogen) adalah semua kelainan pada hidung yang dapat
mengakibatkan terjadinya sumbatan; antara lain infeksi, alergi, kelainan anatomi,
tumor, benda asing, iritasi polutan dan gangguan pada mukosilia (rambut halus
pada selaput lendir), trauma langsung, barotrauma, berenang atau menyelam.
2. Faktor Sistemik (hematogen) adalah keadaan di luar hidung yang dapat
menyebabkan sinusitis; antara lain gangguan daya tahan tubuh (diabetes, AIDS),
penggunaan obat-obat yang dapat mengakibatkan sumbatan hidung

Gejala Klinis
Menegakkan diagnosis dari aerosinusitis diperlukan minimal ada 2 gejala klinis di bawah ini
dan paling tidak dialami selama kurang lebih 12 minggu. Gejala-gejala tersebut adalah:
 Drainage mukopurelent bagian anterior /posterior.
 Obstruksi nasal.
 Hyposmia atau anosmia.
 Lokasi sakit, tergantung sinus yang terkena

Penatalaksanaan
Sejak gejala muncul terapi dimulai dengan cara mengembalikan pasien pada ketinggian
dimana gejala muncul atau pada penyelam dengan kembali ke permukaan. Penatalaksanaan
ditujukan untuk mengurangi nyeri, melancarkan ventilasi, dan mencegah infeksi.

1. Mengendalikan nyeri
 Dengan terapi oral
 Narkotik mungkin diperlukan pada rasa nyeri yang hebat
2. Melancarkan ventilasi
 Dekongestan topical (oxymetazoline 0,05% dan phenylephrine 0,5-
1%)
 Dekongestan oral (phenylpropanolamine dan pseudoephedrine)

3. Mencegah infeksi
 Darah dan transudat pada mukosa adalah media yang baik untuk
pertumbuhan kuman
 Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi skunder (Antibiotik lini
pertama pada infeksi akut adalah amoxicillin atau sulfamethoxazole
pada pasien alergi penisilin)
Daftar Pustaka
Anditiarina D. (2019). Aerosinusitis. Jurnal Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar.
Mataram

Putra R. A. (2009). Aplikasi Flowable Resin Komposit Dalam Mengurangi Salah Satu Resiko
Dari Barodontalgia. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Sumatra Utara. Medan.

Rosyanti, L., Hadi, I., Syanti Rahayu, D. Y., & Bira Wida, A. B. (2019). Mekanisme Yang
Terlibat Dalam Terapi Oksigen Hiperbarik. Health Information : Jurnal Penelitian, 11(2),
180–202. https://doi.org/10.36990/hijp.v11i2.144

Santosa, Kesehatan Kelautan, Jakarta, 1983.

Wibowo, A. (2015). Oksigen Hiperbarik: Terapi Percepatan Penyembuhan Luka. Jurnal


Kedokteran Dan Kesehatan Universitas Lampung, 5(9), 125–128.

PPT Barodontalgia Dr. Dian Mulawarmanti ,drg.,MS

Anda mungkin juga menyukai