0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
18 tayangan1 halaman
Surat Edaran Mendikbud no. 14 Tahun 2019 menyederhanakan persyaratan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan hanya mewajibkan tujuan, langkah-langkah, dan penilaian pembelajaran saja. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan lebih banyak waktu kepada pendidik dalam merancang pembelajaran yang kreatif dan berorientasi pada peserta didik. Dalam merancang RPP, pendidik disarankan menerapkan konsep dialog em
Surat Edaran Mendikbud no. 14 Tahun 2019 menyederhanakan persyaratan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan hanya mewajibkan tujuan, langkah-langkah, dan penilaian pembelajaran saja. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan lebih banyak waktu kepada pendidik dalam merancang pembelajaran yang kreatif dan berorientasi pada peserta didik. Dalam merancang RPP, pendidik disarankan menerapkan konsep dialog em
Surat Edaran Mendikbud no. 14 Tahun 2019 menyederhanakan persyaratan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan hanya mewajibkan tujuan, langkah-langkah, dan penilaian pembelajaran saja. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan lebih banyak waktu kepada pendidik dalam merancang pembelajaran yang kreatif dan berorientasi pada peserta didik. Dalam merancang RPP, pendidik disarankan menerapkan konsep dialog em
Implementasi Teori Kritis Habermas dalam kaitan dengan peringkasan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Surat Edaran Mendikbud no. 14 Tahun 2019 tentang Penyederhanaan RPP, yang juga diterbitkan pada 10 Desember 2019, berisi antara lain: (1) penyusunan RPP dilakukan dengan prinsip efisien, efektif, dan berorientasi pada siswa; (2) Dari 13 komponen RPP yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, yang menjadi komponen inti adalah tujuan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan penilaian pembelajaran yang wajib dilaksanakan oleh pendidik, sedangkan sisanya hanya sebagai pelengkap. Dari surat edaran di atas terlihat jelas usaha Kemendikbud saat ini untuk merombak aturan yang bersifat teknokratis dan birokratis. Sebelumnya, pendidik banyak disibukkan dengan penyusunan administrasi guru, termasuk RPP, yang sangat banyak dan memakan waktu. Alhasil, pendidik kekurangan waktu untuk memikirkan bahan ajar yang kreatif dan konstruktif. Sehingga pada akhirnya, pendidik lebih banyak mentransfer materi yang sudah ada dalam buku paket, dan menginstruksikan peserta didik untuk mengerjakan lembar kerja yang juga terdapat dalam buku paket tersebut. Jadi secara tidak langsung peserta didik justru lebih banyak menerima informasi dari buku paket, yang secara bebas dapat diperoleh juga di media internet. Dalam penerapan penyusunan dan pelaksanaan RPP selanjutnya, sesuai dengan instruksi surat edaran Kemendikbud no. 14, penulis mengusulkan agar para pendidik dapat memperhatikan konsep interaksi sosial Habermas. Sebagaimana dalam penjelasan sebelumnya, Habermas menolak praksis sosial dunia kerja yang bersifat mekanik sesuai dengan sistem yang baku. Ia juga menolak komunikasi yang bersifat monologal, dan sebagai gantinya, Habermas merekomendasikan komunikasi dialogal emansipatoris. Dua kriteria dari Habermas ini seharusnya dapat menolong pendidik untuk menyusun RPP sesuai kebutuhan siswa dan satuan pendidikan setempat. Dan di dalam mengembangkan struktur RPP, pendidik juga dapat dengan kreatif menyusun dan menerapkan pembelajaran yang bersifat emansipatoris (membebaskan). Selain itu, pendidik dapat juga membebaskan diri dari budaya masa lalu yang mengikat pendidik untuk menyusun RPP yang rumit dan memakan waktu.
Pendekatan sederhana untuk komunikasi profesional: Panduan praktis untuk komunikasi profesional dan strategi komunikasi bisnis tertulis dan interpersonal terbaik