Anda di halaman 1dari 56

Risiko Bahaya Petugas Sampah 1

Yoyok Bekti Prasetyo


Joko Susilo
Rahmad Wijaya

MODUL
K3 PETUGAS SAMPAH

Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang


2 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH

MODUL K3 PETUGAS SAMPAH

Hak Cipta © Yoyok Bekti Prasetyo, Joko Susilo, Rahmad Wijaya, 2021
Hak Terbit pada UMM Press

Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang


Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang 65144
Telepon 0812 1612 6067, (0341) 464318 Psw. 140
Fax. (0341) 460435
E-mail: ummpress@gmail.com
http://ummpress.umm.ac.id
Anggota APPTI (Afiliasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia)
Anggota IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia)

Cetakan Pertama, Agustus, 2021


ISBN: 978-979-796-624-9
e-ISBN: 978-979-796-625-6

vii; 45 hlm: 14,8 x 21 cm

Desain Cover, Setting & Layout : AH. Riyantono


Gambar Cover: Tigapilarnews.com

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak karya


tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun, termasuk fotokopi,
tanpa izin tertulis dari penerbit. Pengutipan harap menyebutkan
sumbernya.
Risiko Bahaya Petugas Sampah 3

Sanksi Pelanggaran Pasal 113


Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/
atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/
atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat
miliar rupiah).
iv MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
Risiko Bahaya Petugas Sampah v

PRAKATA PENULIS

P uji syukur pada Allah SWT serta salam dan sholawat kepada
Rasulullah SAW, alhamdulillah modul pelatihan keselamatan
dan kesehatan kerja pada petugas sampah telah terselesaikan.
Modul ini berasal dari beberapa hasil penelitian dan review
dari beberapa litarasi yang telah dimodifikasi dan disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat. Petugas sampah adalah aset yang
berharga di tengah kehidupan masyarakat, karena merekalah
sampah dari rumah-rumah diangkut dan dibersihkan. Petugas
sampah adalah pekerjaan yang penuh risiko dan memerlukan
perhatian oleh semua pihak.
Modul pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja bagi
petugas sampah ini didesain dengan sangat sederhana dengan
panduan gambar-gambar. Modul ini terdiri dari 3 bagian. Bagian
pertama melatih petugas sampah untuk menyadari risiko yang
potensi didapatkan saat bertugas. Bagian kedua modul ini adalah
berbagai macam penyakit yang ditimbulkan akibat interaksi
dengan sampah. Bagian ketiga dari modul ini adalah keselamatan
dan kesehatan kerja petugas sampah.
Modul ini dikembangkan sebagai upaya kepedulian
Universitas Muhammadiyah Malang dalam bentuk pengabdian
kepada masyarakat melalui Direktorat Penelitian dan
Pengembangan Masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah
tangga. Tentu saja Modul ini masih jauh dari kata sempurna,

v
vi MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
untuk itu saran, masukan, diskusi sangat kami harapkan demi
perbaikan Modul ini. Semoga Modul ini bermanfaat.

Malang, Juli 2021


Salam Penulis

Yoyok Bekti Prasetyo


Joko Susilo
Rahmad Wijaya
Risiko Bahaya Petugas Sampah vii

DAFTAR ISI

PRAKATA PENULIS v
DAFTAR ISI vii

BAB 1. RISIKO BAHAYA PETUGAS SAMPAH 1


Bahaya Petugas Sampah 1
Risiko di Tempat Kerja 6

BAB 2. PENYAKIT YANG DIAKIBATKAN KARENA


SAMPAH 13
Penularan Penyakit dari Sampah Secara Langsung 13
Penularan Penyakit Akibat Sampah Secara Tidak
Langsung 19

BAB 3. KESELAMATAN KERJA PETUGAS SAMPAH 21


Pengertian Kecelakaan Kerja 22
Sebab-Sebab Kecelakaan Kerja 23
Penyebab Kecelakaan Kerja dari Faktor Lingkungan 25
Pencegahan dan Pengendalian Kecelakaan Kerja 27
Pentingkan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) 28
DAFTAR PUSTAKA 31
LAMPIRAN 33
INDEKS 41
TENTANG PENULIS 43

vii
viii MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
Risiko Bahaya Petugas Sampah 1

BAB 1
RISIKO BAHAYA PETUGAS SAMPAH

B agian ini akan menjelaskan risiko bahaya petugas


sampah seperti: risiko cidera yang didapatkan dari
pekerjaan mengangkut sampah. Tujuan dari bagian ini adalah
mengidentifikasi berbagai risiko bahaya petugas sampah yang
meliputi: potensi cidera seperti gangguan muskuloskeletas
(nyeri akibat mengangkat sampah dengan posisi yang kurang
tepat).

Bahaya Petugas Sampah


Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan
yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cedera pada
manusia, kerusakan atau gangguan lainnya. Berbagai bahaya
yang dapat terjadi pada petugas sampah adalah:

1. Bahaya Mekanis
Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau
benda bergerak dengan gaya mekanik baik yang digerakkan secara
manual maupun dengan penggerak. Lingkungan kerja petugas
sampah adalah ketika menjamah sampah di tempat sampah yang
banyak benda-benda runcing dan berbahaya, membawa berbagai
jenis penyakit, menimbulkan polusi, menyumbat saluran air
dan berbagai akibat negatif lainnya. Gerakan mekanis ini dapat
menimbulkan cedera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit,
terpotong, atau terkupas.

1
2 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH

Gambar 1: Potensi petugas sampah tertusuk benda tajam


Sumber: https://hellosehat.com/hidup-sehat/pertolongan-pertama/
luka-tertusuk/

2. Bahaya Kimiawi

Gambar 2: Bahaya cairan kimia pada petugas sampah


Sumber: https://www.synergysolusi.com/7-simbol-bahan-kimia-
berbahaya.html
Risiko Bahaya Petugas Sampah 3

Bahaya kimiawi mengandung berbagai potensi bahaya sesuai


dengan sifat dan kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat
bahaya kimiawi. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-
bahan kimia antara lain:
a. Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat beracun (toxic)
b. Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti
asam keras, cuka air aki dan lainnya.
c. Kebakaran dan peledakan. Beberapa jenis bahan kimia
memiliki sifat mudah terbakar dan meledak misalnya
golongan senyawa hidrokarbon seperti minyak tanah,
premium, LPG dan lainnya.
d. Polusi dan pencemaran lingkungan
e. Bahan kimia sangat beragam dan biasanya bahaya bahan
kimia bersifat kronis, tidak dirasakan secara langsung namun
dirasakan setelah dalam jangka waktu yang panjang. Berikut
beberapa bahan kimia yang perlu mendapat perhatian, antara
lain:
1) Dioksin, banyak digunakan untuk kemasan makanan.
2) Melamin, bahan kimia yang digunakan untuk berbagai
keperluan seperti alat rumah tangga, lem dan jika
dicampur ke dalam bahan makanan dapat menimbulkan
kerusakan ginjal.
3) Asbes, digunakan untuk bahan bangunan, atap, pakaian
anti api. Seratnya sangat berbahaya dapat mengakibatkan
kanker paru-paru.
4) Timah hitam, banyak digunakan untuk meningkatkan
angka oktan bahan bakar minyak, industri cat, bateri.
Timah hitam merupakan logam berat yang berbahaya
bagi kesehatan.
5) Formalin, biasa digunakan untuk bahan pengawet.
Jika digunakan untuk pengawet makanan dapat
mengakibatkan risiko kerusakan organ tubuh.
4 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
3. Bahaya Fisik
Bahaya yang berasal dari faktor fisik antara lain:
Suhu panas atau dingin, suhu di tempat kerja sesuai dengan
Permenaker Trans. No. 13 tahun 2011 tentang Faktor Fisik dan
Kimia di Tempat Kerja, suhu yang diperbolehkan adalah 180C –
300C. Suhu udara tempat kerja lebih dari 300C dapat mengganggu
kesehatan seperti heat rash, heat cramp, heat exhaustion, heat stroke
atau sun stroke.

Gambar 3: Bahaya fisik petugas sampah


Sumber: https://www.ranahriau.com/berita-4961-dari-rt-dipecat-
lurah-hingga-dugaan-adanya-retribusi-ganda-jadi-sorotan-warga.
html

4. Bahaya Ergonomis
Bahaya ergonomis terjadi ketika jenis pekerjaan, posisi tubuh,
dan kondisi kerja meletakkan beban pada tubuh. Penyebabnya
paling sulit untuk diidentifikasi secara langsung karena kita tidak
selalu segera melihat ketegangan pada tubuh atau bahaya-bahaya
ini saat melakukan. Paparan jangka pendek dapat menyebabkan
nyeri otot hari berikutnya ataupada hari-hari setelah terekspos,
Risiko Bahaya Petugas Sampah 5

tetapi paparan jangka panjang dapat mengakibatkan cedera


jangka panjang yang serius. Bahaya ergonomi, meliputi:
a. Tempat kerja tidak tepat dan tidak disesuaikan dengan tubuh
pekerja
b. Sering mengangkat
c. Postur tubuh yang kurang memadai
d. Mengulangi gerakan yang sama berulang-ulang
e. Harus menggunakan kekuatan terlalu banyak, terutama jika
harus sering melakukannya.
Pengendalian bahaya ergonomi dapat dilakukan dengan
menyesuaikan antara rancangan tempat kerja dengan karakteristik
tubuh pekerja, mengurangi gerakan berlebihan dengan mengganti
manusia dengan mesin, meminimalkan tekanan pada satu titik,
memiliki cek up clearance, pidah gerak dan peregangan, menjaga
kenyamanan lingkungan, mengurangi angkatan beban berlebihan
dan mengatur jangkauan

Gambar 4: Bahaya ergonomis petugas sampah saat mengangkut


sampah
Sumber: https://www.pngdownload.id/png-2z09xc/
6 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH

Risiko di Tempat Kerja


Menurut AS/NZS 4360:2004, risiko merupakan peluang
terjadinya suatu kejadian yang dapat menimbulkan kerugian.
Risiko dapat digambarkan sebagai peluang dan kemungkinan
(probability) suatu bahaya untuk menghasilkan kecelakaan kerja
serta tingkat keparahan yang dapat ditimbulkan jika kecelakaan
terjadi (severity).
Risiko keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya atau
paparan dengan keparahan dari cedera atau gangguan kesehatan
yang disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut. Risiko
merupakan hasil dari peluang terjadinya suatu kejadian yang
tidak diinginkan dengan besar dampak atau kerugian yang dapat
timbul dari kejadian tersebut.
Petugas sampah seringkali mengalami cedera/kecelakaan
akibat sampah yang ditanganinya pada saat melaksanakan
tugasnya. Petugas kebersihan tidak lepas dari masalah
keselamatan kerja. Petugas kebersihan mempunyai risiko yang
tinggi mengalami kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja adalah
suatu peristiwa yang tidak dikehendaki, merusak harta benda,
dan sebagainya. Kecelakaan adalah suatu peristiwa yang
tak terencanakan, dan untuk setiap peristiwa tentulah ada
penyebabnya, yang akan berakibat terjadinya kerusakan pada yang
bersangkutan (Candrasari et al., 2013). Meningkatnya kecelakaan
kerja antara lain disebabkan karena kondisi lingkungan kerja
yang tidak sehat dan tidak aman. Penyebab terjadinya kecelakaan
dapat dikelompokkan menjadi dua sebab utama yaitu sebab teknis
(buruknya lingkungan kerja) dan sebab-sebab manusia (biasanya
karena sifat ceroboh dari manusianya).
Petugas pengumpul sampah padat dari rumah tangga
seringkali membawa gerobak sampah sebagai alat penunjang
kerjanya. Gerobak sampah adalah alat pemindahan sampah dari
penghasil sampah menuju ke TPS di lingkungan pemukiman.
Risiko Bahaya Petugas Sampah 7

Kapasitas gerobak ini adalah 1 m3 dengan frekuensi pengangkutan


1- 3 hari sekali tergantung jumlah gerobak yang tersedia dan luas
daerah layanan. Apabila sampah tidak dikelola dengan baik,
maka akan memberikan pengaruh negatif yang besar terhadap
kesehatan. Pengaruh negatif tersebut bisa secara langsung
maupun tidak langsung. Pengaruh langsung disebabkan karena
adanya kontak langsung antara manusia dengan sampah tersebut,
sedangkan pengaruh tidak langsung umumnya disebabkan oleh
adanya vektor yang membawa kuman penyakit yang berkembang
biak di dalam sampah kepada manusia.
Berdasarkan data dari Departemen Tenaga Kerja Trans Pusat
Jakarta, kasus cedera akibat kerja di Indonesia termasuk akibat
bekerja mengumpulkan sampah dari bulan Januari sampai dengan
September 2003 tercatat 81.169 kasus atau setiap harinya rata-rata
terjadi lebih dari 300 kasus.

Gambar 5: Gerobak sampah


(Sumber: https://surabaya.tribunnews.com/2019/03/25/kronologi-
pendorong-gerobak-sampah-di-kediri-ditabrak-pengendara-motor-
hingga-korban-luka-parah)
8 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
Data dari Dinas Lingkungan Hidup, jumlah produksi sampah
di Kabupaten Malang sebesar 1004,86 ton per hari. Pengelolaan
sampah di TPS yang tidak aman dapat menimbulkan dampak
negatif bagi pekerja sampah berupa kecelakaan atau cedera
dan penyakit akibat kontak langsung antar pekerja dengan
sampah dan atau kontak dengan vektor pembawa penyakit yang
berkembangbiak pada sampah.
Tabel 1: Risiko bahaya petugas sampah

Risiko Bahaya Jarang (%) Sering (%) Selalu (%)


Kecelakaan
Tergores 20% 58% 22%
Tertusuk benda tajam 25% 47% 28%
Terpelintir 50% 47% 3%
Terpeleset 47% 50% 3%
Jatuh 39% 58% 3%
Penyakit
Diare 20% 58% 22%
Penyakit Kulit (gatal-gatal) 25% 47% 28%
Penyakit pernafasan 50% 47% 3%
Kardiovaskuler 47% 50% 3%
Gastroinstetinal 39% 58% 3%
Muskuloskeletal disorder 6% 22% 0%

Sumber: Alma dkk, 2019

Peluang terjadinya kecelakaan yang sering dialami oleh


pekerja yaitu tergores dan jatuh, masing masing sebesar 58%,
terpeleset (50%) dan tertusuk benda tajam (47%). Sedangkan
peluang terjadinya penyakit yang paling sering dialami pekerja
sebagian besar yaitu diare dan gastrointestinal (58%). Risiko
terjadinya kecelakaan berupa tergores dan tertusuk dimungkinkan
terjadi karena sampah yang dikelola oleh pekerja mengandung
Risiko Bahaya Petugas Sampah 9

benda tajam, seperti paku, tusuk sate dan pecahan kaca sehingga
apabila pekerja tidak hati-hati dan tidak menggunakan alat
pelindung diri maka sangat dimungkinkan tergores atau tertusuk
benda-benda tersebut. Sikap kerja yang tidak sesuai postur tubuh
dan lingkungan yang tidak aman berisiko menyebabkan pekerja
mengalami terjatuh dan atau terpeleset. Kondisi lantai yang berair
pada zona kedatangan sampah.
Risiko gangguan muskuloskletelas sering terjadi pada petugas
sambah dikarenakan saat mengangkat dan memindahkan sampah
dari bak sampah ke alat transportasi yang digunakan. Prevalensi
cidera pada pekerja pengumpul sampah lebih besar dari pekerja
kantor. Hal ini disebabkan karena selama proses pengumpulan
sampah, bagian-bagian tubuh yang paling rentan mengalami
risiko muskuloskelatal adalah punggung, lengan dan kaki.
Keluhan yang sering terjadi pada pekerja pengumpul sampah
adalah keseleo, luka gores, terpelintir, luka sobek yang disebabkan
baik karena jatuh terpeleset maupun luka oleh benda tajam yang
ada di dalam sampah.
Muskuloskeletal disorder (MSDs) adalah gangguan pada bagian
otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban
statis secara berulang dan terus menerus dalam jangka waktu yang
lama dan akan menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada
sendi, ligamen dan tendon. Secara garis besar keluhan otot dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu keluhan sementara (reversible)
dimana keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban
statis namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang bila
pembebanan dihentikan. Selanjutnya adalah keluhan permanen
(persistent) merupakan keluhan otot yang bersifat menetap.
Walaupun pembebanan kerja dihentikan, namun rasa sakit pada
otot masih terus berlanjut.
Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak
dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang
sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot
10 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-
otot bagian bawah. MSDs merupakan masalah ergonomik yang
sering dijumpai ditempat kerja, khususnya yang berhubungan
dengan kekuatan dan ketahanan manusia dalam melakukan
pekerjaannya. Masalah tersebut lazim dialami para pekerja
yang melakukan gerakan yang sama dan berulang secara terus-
menerus.
Kondisi manusia dikatakan tidak aman bila kesehatan dan
keselamatan pekerja mulai terganggu. Dengan adanya kelelahan
dan keluhan muskuloskeletal merupakan salah satu indikasi adanya
gangguan kesehatan dan keselamatan pekerja. Pekerja sering
mengeluh tubuh merasa nyeri atau sakit saat bekerja maupun
setelah bekerja. Pada beberapa negara mengindikasikan bahwa
salah satu penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja dan
kecacatan adalah munculnya gangguan penyakit kerja MSDs.
Faktor risiko pada MSDs dapat terjadi dari kegiatan pekerjaan
yang dilakukan secara berulang-ulang, seperti mengangkat,
penanganan pekerjaan secara manual, duduk atau berdiri dalam
periode waktu yang cukup lama.
Pekerjaan pengumpulan sampah hampir sebagian besar
dilakukan secara manual di hampir seluruh negara berkembang
di dunia ini. Pekerjaan pengumpulan sampah secara manual,
membutuhkan kekuatan fisik yang dianggap mampu menunaikan
tugas tersebut karena pekerjaan pengumpulan sampah dilakukan
secara berulang seperti mengangkat bak sampah dari rumah ke
gerobak, membawa, menarik dan mendorong gerobak dari rumah-
rumah ke tempat penampungan sementara pada titik lokasi yang
telah ditentukan. Sehingga dengan demikian, gangguan MSDs ini
merupakan salah satu masalah kerja yang secara signifikan terjadi
pada seluruh pekerja sampah kota di dunia.
Sebagai contoh, dikeluhkan muskuloskeletal pada pekerja
pengumpul sampah di Denmark terjadi hampir dua kali lebih
tinggi. Sementara itu, para pekerja pengumpul sampah di
Risiko Bahaya Petugas Sampah 11

Taiwan menunjukkan bahwa keluhan MSDs terjadi dua kali


lebih tinggi daripada pekerja yang bekerja di kantor, terutama
pada bagian tubuh pinggang, siku dan pergelangan tangan
(Rimantho, 2015).
12 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH

(Halaman ini sengaja dikosongkan)


Penyakit yang Diakibatkan karena Sampah 13

BAB 2
PENYAKIT YANG DIAKIBATKAN KARENA SAMPAH

B agian ini menjelaskan penyakit yang diakibatkan karena


sampah. Penyakit yang ditimbulkan bisa disebabkan kontak
langsung dengan sampah dan kontak tidak langsung. Tujuan dari
bagian ini adalah menjelaskan berbagai macam penyakit yang
diakibatkan karena sampah. Selanjutnya dengan mengetahui
berbagai penyakit akibat sampah ini, para petugas sampah
dapat melakukan tindakan promotif dan preventif dengan
menggunakan alat pelindung diri yang baik.
Sampah-sampah yang menumpuk hingga membusuk akan
menyebarkan bau tak sedap dan mengundang lalat yang akan
membawa dampak buruk untuk kesehatan tubuh. Sampah
yang menumpuk dari sisa makanan biasanya akan membusuk
dan menjadi tempat berkembang biak yang ideal untuk kuman.
Sampah bisa menjadi sumber penyakit, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Secara langsung, sampah merupakan
tempat berkembangnya berbagai parasit, bakteri dan patogen.
Secara tidak langsung sampah merupakan sarang berbagai
vektor (pembawa penyakit) seperti tikus, kecoa, lalat, dan
nyamuk.

Penularan Penyakit dari Sampah Secara Langsung


Penularan terjadi jika seseorang bersentuhan langsung
dengan sampah yang mengandung kuman, lalu kuman tersebut
masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Contoh lainnya adalah

13
14 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
jika seseorang tergores kaleng berkarat dalam tumpukan
sampah dan terluka, bakteri tetanus yang ada pada kaleng
berkarat tersebut dapat masuk lewat luka dan menginfeksi
tubuh. Berikut ini adalah penyakit terbanyak yang diakibatkan
oleh sampah:

1. Cholera
Penyakit cholera disebabkan oleh Vibrio cholera. Cholera
adalah penyakit usus halus yang akut dan berat, sering mewabah
yang mengakibatkan banyak kematian. Masa tunasnya berkisar
antara beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala utamanya
adalah muntaber, dehidrasi, dan kolaps dapat terjadi dengan
cepat. Sedangkan gejala cholera yang khas adalah tinja yang
menyerupai air cucian beras, tetapi sangat jarang ditemui,
sehingga cholera klasik jarang didapat. Namun demikian
keganasan cholera tidak menjadi berkurang karenanya; orang
dewasa dapat meninggal dalam waktu setengah sampai dua jam,
disebabkan dehidrasi.

Gambar 6: Gangguan pencernaan akibat dari sampah


Sumber: https://www.dokter.id/berita/diare-akut-sampai-berair-
kolera-ternyata-ini-penyebabnya
Penyakit yang Diakibatkan karena Sampah 15

Wabah-wabah cholera terutama sangat ganas, sebelum


ditemukannya chemoterapeutika dan antibiotika bagi
pengobatanya serta vaksin bagi pencegahanya. Angka
kematiannya berkisar sekitar 50% pada masa lalu. Saat ini,
orang sudah mengetahui segala seluk beluk penyakit cholera,
namun demikian, penyakit ini masih terus saja mewabah,
terutama di Asia dan Afrika, termasuk Indonesia di mana
sanitasi lingkungan masih sangat tidak memadai. Reservoir
bakteri cholera adalah manusia yang menderita penyakit,
sedangkan penularan terjadi secara langsung dari orang ke
orang, ataupun tidak langsung lewat lalat, air serta makanan
dan minuman.

2. Thyphus Abdominalis
Sama dengan cholera, thypus juga merupakan penyakit
yang menyerang usus halus. Penyebabnya adalah Salmonella
typhi, terdapat di seluruh dunia, dengan reservoir manusia pula.
Beda dengan cholera, angka kematian Thypus berkisar antara
10 % sebelum penemuan antibiotika dan menurun sampai 2%-
3% setelahnya. Gejala utama adalah panas yang terus menerus
dengan taraf kesadaran yang menurun, terjadi 1-3 minggu (rata-
rata 2 minggu) setelah infeksi.
Kasus thypus yang tidak spesifik juga banyak ditemui,
terutama diantara anak-anak penularan dapat terjadi
dari orang ke orang, atau tidak langsung dari makanan,
minuman yang terkontaminasi bakteri. Sama halnya dengan
cholera, orang sudah banyak tahu tentang segi kedokteran
serta pencegahannya, tetapi di negara kita ini wabah masih
sering dijumpai. Salah satu masalah yang menyulitkan
pemberantasannya adalah didapatnya pembawa (carrier)
kuman thyphus, yakni, yang pernah menderita ataupun tidak
pernah menderita penyakit ini. Di daerah tropis, dimana
terdapat banyak kasus batu ginjal ataupun batu kandung kemih
dan kandung empedu, Salmonella sering “tinggal” pada batu-
16 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
batu tersebut tanpa menimbulkan gejala pada pembawanya.
Sesekali, Salmonella itu keluar bersama tinja ataupun urine,
memasuki lingkungan dan berkesempatan menyebar.

Gambar 7: Potensi penyakit pencernaan pada petugas sampah


Sumber: http://www.rsuastrini.com/tipes.html

Kasus terkenal sebagai Typhid Mary. Pembawa ini selama


hidupnya bekerja sebagai koki; tetapi di mana ia bekerja, selalu
terjadi kasus typhus. Persamaan yang didapat hanyalah Mary
sebagai pengolah makanan. Pemeriksaan pada Mary selanjutnya
menunjukan bahwa dia adalah pembawa kuman typhus.
Kesulitan lain di dalam pemberantasan typhus adalah kuatnya
daya tahan kuman tersebut typhus di luar tubuh manusia. Bahkan
ada pendapat bahwa kuman tersebut dapat berkembang biak di
luar tubuh. Namun pendapat ini perlu dikaji lebih lanjut. Yang
jelas, baik kuman typhus atau cholera, dapat bertahan cukup lama
di dalam lingkungan air.
Tangki saptik yang sering digunakan masyarakat untuk
mengolah tinja sehingga tidak berbahaya, tidak dapat membunuh
kuman ini secara sempurna. Keadaan ini, serta masih banyaknya
masyarakat yang membuang hajat langsung ke perairan bebas
Penyakit yang Diakibatkan karena Sampah 17

sangat menghambat usaha pemberantasan. Selain itu, imunisasi


hanya dapat memberi proteksi untuk 3-6 bulan saja.

3. Dysentierie Amobea

Gambar 8: Waspada terhadap diare


Sumber: http://sekilat-info714.blogspot.com/2013/06/penyakit-
disentri-pada-anak.html#.YLm3CagzY2w

Dysenterei amoeba disebut juga amoebasis disebabkan


oleh E. histolyyica, suatu protozoa. Penyakit ini didapat di
seluruh dunia dalam bentuk endemie. Gejala utamanya adalah
tinja yang tercampur darah dan lendir. Berbeda dari Dysenterie
basillaris, dysentirie ini tidak menyebabkan dehidrasi. Penyakit
ini sering pula ditemukan dengan gejala yang nyata, sehingga
seringkali menjadi khronis. Tetapi apabila tidak diobati dapat
menimbulkan berbagai komplikasi, seperti abses hati, radang
otak, dan perforasi usus. Amoebasis ini seringkali menyebar
lewat air dan makanan yang terkontaminasi tinja dengan kista
amoeba serta dapat pula dibawa oleh lalat, karena amoeba
membentuk kista yang tahan lama di dalam lingkungan di luar
18 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
tubuh, maka penularan mudah terjadi dengan penyebabnya
kista-kista tersebut. Selain penderita amoebasis, didapat
pula banyak pembawa atau carrier kista yang tidak merasa
sakit. Carrier kista ini banyak ditemukan di daerah endemis
amiebasis.
Pemberantasan atau pengendalian penyakit ini tidak
dilakukan secara rutin, karena vaksin tidak tersedia.
Pengobatannya tidak dapat sempurna, seperti halnya dengan
penyakit-penyakit protozoa lainya. Karena gejala yang tidak
nyata dan tidak akut, maka masyarakat seringkali tidak
memperhatikannya. Tetapi, karena Amoebasis ini khronis, maka
penderita sering tidak dapat bekerja, dan produktivitasnya
menjadi rendah, selain itu, karena tubuh menjadi lemah, maka
daya tahan tubuh terhadap penyakit lain menjadi berkurang.
Selain penyakit di atas, sampah juga menyebabkan berbagai
gejala sakit pada petugas sampah. Adapun gejala dapat dilihat
pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2 Gejala gangguan kesehatan pada petugas sampah

Jenis gejala gangguan kesehatan N Persentase (%)


Batuk-batuk 98 98
Mata berair dan gatal 90 90
Hidung iritas dan gatal 66 66
Sesak napas 55 55
Iritasi tenggorokan 62 62
Jalan pernapasan kering dan panas 56 56
Lesu 93 93
Kulit terasa perih 87 87
Sakit kepala atau pusing 96 96
Kehilangan nafsu makan 61 61

Sumber: Singga, S. (2014)


Penyakit yang Diakibatkan karena Sampah 19

Penularan Penyakit Akibat Sampah Secara Tidak


Langsung
Tu m p u k a n s a m p a h d a p a t m e n j a d i t e m p a t
berkembangbiaknya hewan penyebar penyakit, seperti
nyamuk, kecoak, lalat, dan tikus. Hewan-hewan tersebut dapat
menjadi perantara bagi kuman penyakit untuk menyebabkan
infeksi pada manusia.
Gangguan kesehatan yang paling banyak dialami petugas
sampah adalah batuk-batuk sebanyak 98%, sedangkan gejala
gangguan kesehatan yang paling sedikit adalah sesak napas
sebanyak 55% (Singga, 2014). Untuk menghindari penyakit ini,
maka diperlukan pengelohan sampah yang baik. Pengelolaan
sampah dianggap baik jika sampah tersebut tidak menjadi
tempat berkembang biaknya bibit penyakit serta tidak menjadi
medium perantara menyebar luasnya suatu penyakit.

Gambar 9: Gejala demam


Sumber: https://m.rilis.id/ini-sejumlah-virus-di-dunia-yang-pernah-
mewabah-sebelum-corona
20 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
Syarat lainnya yang harus terpenuhi dalam pengelolaan
sampah ialah tidak mencemari udara, air atau tanah, tidak
menimbulkan bau, tidak menimbulkan kebakaran dan lain
sebagainya. Teknik pembuangan sampah dapat dilihat mulai dari
sumber sampah sampai pada tempat pembuangan akhir sampah.
Usaha pertama adalah mengurangi sampah baik dari segi kualitas
dan kuantitas dengan meningkatkan pemeliharaan dan kualitas
barang sehingga tidak cepat menjadi sampah, meningkatkan
efisiensi penggunaan bahan baku, serta meningkatkan penggunaan
bahan yang dapat terurai secara alamiah.
Kesulitan dalam pengelolaan sampah antara lain cepatnya
perkembangan teknologi, meningkatnya tingkat hidup
masyarakat, kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien,
kegagalan dalam daur ulang atau pemanfaatan kembali barang
bekas, semakin sulitnya mendapat lahan untuk mendapatkan
tempat pembuangan akhir sampah, kurangnya pengawasan
dalam pelaksanaan peraturan, rendahnya peran serta masyarakat
dalam pengelolaan sampah dan masih banyak lagi kendala yang
lain (Rayahu, n.d.).
Keselamatan Kerja Petugas Sampah 21

BAB 3
KESELAMATAN KERJA PETUGAS SAMPAH

P ada bagian ini membahas tentang kesemalatan kerja bagi


petugas sampah. Tujuan pada bab ini adalah agar petugas
sampah mempu menyebutkan pengertian dari kecelakaan kerja,
petugas sampah mampu menjelaskan pengebab kecelakaan
kerja, dan mempu melakukan upaya pencegahan penyakit
akibat kerja.

Gambar 10: Beban yang berat saat petugas sampah bekerja


Sumber: http://sdistiqomahbelajar.blogspot.com/2017/02/latihan-
soal-kelas-2-tema-5-01.html

21
22 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH

Pengertian Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga
(tidak ada unsur kesengajaan) dan tidak diharapkan karena
mengakibatkan kerugian, baik material maupun penderitaan
bagi yang mengalaminya.Berdasarkan Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, kecelakaan kerja adalah
suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki,
yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas
dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun
harta benda (PP No.50 Tahun 2012) .
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak
diharapkan. Tak terduga, oleh karena di belakang peristiwa itu
tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk
perencanaan. Tidak diharapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan
disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling
ringan sampai kepada yang paling berat. Kecelakaan kerja juga
diartikan sebagai suatu kecelakaan yang berkaitan dengan
hubungan kerja dengan perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat
berarti, bahwa kecelakaan terjadi karena akibat dari pekerjaan atau
pada waktu melaksanakan pekerjaan (Ramlan & Sumihardi, 2018).

Gambar 11. Ilustrasi kecelakaaan kerja


Sumber: https://abunajmu.wordpress.com/2013/07/05/poster-k3-di-
tempat-kerja/
Keselamatan Kerja Petugas Sampah 23

Sebab-Sebab Kecelakaan Kerja


ILO (1989) mengemukakan bahwa kecelakaan akibat kerja
pada dasarnya disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor manusia,
faktor pekerjaannya, dan faktor lingkungan di tempat kerja.
Penyebab kecelakaan kerja dari faktor manusia diantaranya
adalah:

1. Usia
Usia mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian
kecelakaan akibat kerja. Golongan usia tua mempunyai
kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan
akibat kerja dibandingkan dengan golongan usia muda karena
usia muda mempunyai reaksi dan kegesitan yang lebih tinggi.
Namun usia muda pun sering pula mengalami kasus kecelakaan
akibat kerja, hal ini mungkin karena kecerobohan dan sikap suka
tergesa-gesa. Pekerja muda usia biasanya kurang berpengalaman
dalam pekerjaannya, lebih kurang perhatian, kurang disiplin, dan
cenderung menuruti kata hati.
Umum mengetahui bahwa beberapa kapasitas fisik, seperti
penglihatan, pendengaran dan kecepatan reaksi, menurun
sesudah usia 30 tahun atau lebih. Sebaliknya mereka lebih
berhati-hati, lebih dapat dipercaya dan lebih menyadari akan
bahaya dari pada tenaga kerja usia muda. Efek menjadi tua
terhadap terjadinya kecelakaan masih terus ditelaah. Namun
terdapat kecenderungan bahwa beberapa jenis kecelakaan seperti
terjatuh lebih sering terjadi pada tenaga kerja usia 30 tahun atau
lebih dari pada tenaga kerja berusia sedang atau muda. Juga
angka beratnya kecelakaan rata-rata lebih meningkat mengikuti
pertambahan usia.

2. Jenis Kelamin
Jenis pekerjaan antara pria dan wanita berbeda. Pembagian
kerja secara sosial antara pria dan wanita menyebabkan perbedaan
24 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
terjadinya paparan yang diterima orang, sehingga penyakit
yang dialami berbeda pula. Kasus kecelakaan kerja pada wanita
cenderung lebih banyak daripada pria.

3. Tingkat Pendidikan
Pendidikan seseorang berpengaruh dalam pola pikir
seseorang dalam menghadapi pekerjaan yang dipercayakan
kepadanya, selain itu pendidikan juga akan mempengaruhi tingkat
penyerapan terhadap pelatihan yang diberikan dalam rangka
melaksanakan pekerjaan dan keselamatan kerja. Pendidikan
adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka mereka
cenderung untuk menghindari potensi bahaya yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Hubungan tingkat pendidikan dengan lapangan pekerjaan
yang tersedia bahwa pekerja dengan tingkat pendidikan rendah,
seperti Sekolah Dasar atau bahkan tidak pernah bersekolah akan
bekerja di lapangan yang mengandalkan fisik. Hal ini dapat
mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja karena beban fisik
yang berat dapat mengakibatkan kelelahan yang merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja
(Triwibowo dan Mitha, 2013).

4. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja. Masa kerja
berhubungan langsung dengan pengalaman kerja. Masa kerja
dapat dikategorikan menjadi: Masa kerja baru (<6 tahun);
Masa kerja sedang (6-10 tahun); dan Masa kerja lama (>10
tahun). Berdasarkan berbagai penelitian dengan meningginya
pengalaman dan keterampilan akan disertai dengan penurunan
angka kecelakaan akibat kerja.
Keselamatan Kerja Petugas Sampah 25

Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat kerja bertambah


baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di
tempat kerja yang bersangkutan. Tenaga kerja baru biasanya
belum mengetahui secara mendalam seluk-beluk pekerjaannya.
Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat kerja bertambah baik
sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat
kerja yang bersangkutan.

Penyebab Kecelakaan Kerja dari Faktor Lingkungan


Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi kesehatan
dan keselamatan kerja, sehingga perlu diperhatikan dalam
upaya meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja, faktor
lingkungan tersebut adalah:

1. Lingkungan Fisik: Kebisingan


Kebisingan di tempat kerja dapat berpengaruh terhadap
pekerja karena kebisingan dapat menimbulkan gangguan
perasaan, gangguan komunikasi sehingga menyebabkan
salah pengertian, tidak mendengar isyarat yang diberikan,
hal ini dapat berakibat terjadinya kecelakaan akibat kerja. Di
samping itu, kebisingan juga dapat menyebabkan hilangnya
pendengaran sementara atau menetap. Nilai ambang batas
kebisingan adalah 85 dBA untuk 8 jam kerja sehari atau 40
jam kerja dalam seminggu.

2. Lingkungan Fisik: Suhu Udara


Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivitas
kerja manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi
pada temperatur sekitar 24°C-27°C. Suhu dingin mengurangi
efisiensi dengan keluhan kaku dan kurangnya koordinasi otot.
Suhu panas terutama berakibat menurunkan prestasi kerja
pekerja, mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu
reaksi dan waktu pengambilan keputusan, mengganggu
kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi syaraf
26 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
perasa dan motoris, serta memudahkan untuk dirangsang.
Pendapat lain mengatakan kondisi panas sekeliling yang
berlebih akan mengakibatkan rasa letih dan kantuk,
mengurangi kestabilan dan meningkatkan jumlah angka
kesalahan kerja. Hal ini akan menurunkan daya kreasi tubuh
manusia untuk menghasilkan panas dengan jumlah yang
sangat sedikit.

3. Lingkungan Kimia
Faktor lingkungan kimia merupakan salah satu faktor
lingkungan yang memungkinkan penyebab kecelakaan kerja.
Faktor tersebut dapat berupa bahan baku suatu produksi,
hasil suatu produksi dari suatu proses, proses produksi
sendiri ataupun limbah dari suatu produksi.

4. Lingkungan Biologi
Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari
serangga maupun binatang lain yang ada di tempat kerja.
Berbagai macam penyakit dapat timbul sebagai infeksi, alergi,
dan sengatan serangga maupun gigitan binatang berbisa
berbagai penyakit serta bisa menyebabkan kematian.
Selain pernyataan sebab-sebab di atas dan kondisi kerja
yang tidak aman, maka faktor-faktor yang berhubungan dengan
kecelakaan kerja dapat pula disimpulkan bahwa masih ada
tiga faktor yang mempengaruhi atau menyebabkan terjadinya
kecelakaan kerja. Ketiga faktor tersebut, yaitu sifat dari kerja itu
sendiri, jadwal kerja, dan iklim psikologis di tempat kerja.

1. Sifat Kerja
Menurut kajian para ahli keselamatan, sifat kerja
mempengaruhi tingkat kecelakaan. Sebagai contoh, karyawan
yang bekerja sebagai operator crane (derek) akan memiliki
risiko kecelakaan kerja yang lebih tinggi dibandingkan
mereka yang bekerja sebagai supervisor atau penyelia.
Keselamatan Kerja Petugas Sampah 27

2. Jadwal Kerja
Jadwal kerja dan kelelahan kerja juga mempengaruhi
kecelakaan kerja. Tingkat kecelakaan kerja biasanya stabil
pada 6 – 7 jam pertama di hari kerja. Akan tetapi pada jam-
jam sesudah itu, tingkat kecelakaan kerja akan lebih tinggi.
Hal ini dimungkinkan karena karyawan atau tenaga kerja
sudah melampaui tingkat kelelahan yang tinggi. Kenyataan di
lapangan juga membuktikan bahwa kerja malam mempunyai
risiko kecelakaan kerja lebih tinggi dibandingkan kerja pada
siang hari.

3. Iklim Psikologis Tempat Kerja


Iklim psikologis di tempat kerja juga berpengaruh pada
kecelakaan kerja. Karyawan atau tenaga kerja yang bekerja
di bawah tekanan stres atau yang merasa pekerjaan mereka
terancam atau yang merasa tidak aman akan mengalami lebih
banyak kecelakaan kerja dibandingkan mereka yang tidak
mengalami tekanan.

Pencegahan dan Pengendalian Kecelakaan Kerja


Alat pelindung diri merupakan perlengkapan kerja yang
harus terpenuhi bagi pekerja. Alat pelindung diri berupa
pakaian kerja, kacamata, sarung tangan, yang kesemuanya harus
cocok ukurannya sehingga menimbulkan kenyamanan dalam
penggunaannya
Faktor manusia. Pencegahan kecelakaan terhadap faktor
manusia meliputi peraturan kerja, mempertimbangkan batas
kemampuan dan keterampilan pekerja, meniadakan hal-hal
yang mengurangi konsentrasi kerja, menegakkan disiplin kerja,
menghindari perbuatan yang mendatangkan kecelakaan serta
menghilangkan adanya ketidakcocokan fisik dan mental.

28 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH

Pentingkan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


Petugas pengelola sampah memiliki risiko yang cukup tinggi
terhadap kejadian penyakit kulit yang bersumber dari sampah.
Upaya pencegahan cedera akibat sampah yang ditangani oleh
pemulung sampah perlu dilakukan dengan menghindarinya atau
mempergunakan Alat Pelindung Diri (APD). Alat pelindung diri
adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai
kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan
orang di sekelilingnya.

Gambar 12. Alat pelindung diri


Sumber: https://dpupkp.bantulkab.go.id/berita/101-alat-pelindung-
diri-apd

Upaya pencegahan cedera sudah banyak dilakukan, salah


satunya dengan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
APD adalah seperangkat alat yang dipergunakan oleh tenaga
kerja untuk melindungi sebagian/ seluruh tubuhnya terhadap
kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja. Alat
pelindung diri ini biasanya mencakup perlindungan pada mata
dan wajah, kepala, pendengaran, kaki, tangan, pernafasan dan
fisik.
Keselamatan Kerja Petugas Sampah 29

Alat pelindung diri berupa sarung tangan dapat berfungsi


sebagai pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau
situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan, seperti tertusuk
dan tergores benda tumpul dan tajam. Jenis risiko terpeleset
dapat dicegah dengan pemakaian sepatu anti selip saat bekerja.
Pencegahan terhadap penyakit bawaan sampah seperti gangguan
gastrointestinal dan diare dapat dilakukan dengan melakukan
higiene perseorangan serta pemakaian alat pelindung diri. Praktik
hygiene dapat dilakukan dengan melakukan cuci tangan dengan
sabun serta mandi setelah beraktivitas mengelola sampah guna
menghilangkan kuman penyakit yang menempel pada tubuh. Hal
ini dapat memutuskan mata rantai penularan penyakit, terlebih
setelah menyentuh sampah pekerja langsung mengkonsumsi
makanan. Pemakaian alat pelindung diri mencegah penularan
penyakit bawaan sampah dimana alat pelindung diri berperan
sebagai barrier tubuh ketika kontak dengan sampah, sehingga
tubuh tidak bersentuhan langsung dengan sampah pada saat
proses pengelolaan sampah.
APD merupakan alat untuk melindungi diri dari kemungkinan
terjadinya gangguan kesehatan berupa penyakit akibat kerja
maupun kecelakaan kerja. Oleh karena itu APD harus dipakai
oleh pekerja maupun orang yang berada di tempat kerja yang
berpotensi untuk menimbulkan gangguan kesehatan. Terdapat
beberapa jenis APD, yang masing-masing jenis APD memiliki
fungsi yang berbeda-beda. Oleh karena itu penggunaan APD
harus disesuaikan dengan risiko yang bisa terjadi di tempat
kerja tersebut. Untuk petugas pengangkut sampah, jenis APD
yang diperlukan adalah: (1) helm pelindung kepala, (2) masker,
(3) sarung tangan, (4) pakaian kerja, (5) sepatu boot. Sebagian
di antara APD tersebut berfungsi untuk melindungi tubuh dari
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan sebagian lainnya untuk
melindungi diri dari kemungkinan terjadinya penyakit akibat
kerja.
30 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
APD yang berfungsi melindungi tubuh adalah helm yang
melindungi kepala bila terkena benturan, sarung tangan
yang melindungi tangan bagian bawah agar tidak menderita
penyakit kulit serta terluka terkena benda tajam, verpack/
pakaian kerja untuk melindungi tubuh agar tidak terkena
cairan berbahaya, dan sepatu bot untuk melindungi kaki
saat menginjak benda tajam. Sedangkan APD yang berfungsi
melindungi diri dari terjadinya penyakit akibat kerja adalah
masker yang mencegah masuknya bahan berbahaya ke
dalam saluran pernafasan dan mulut, serta kacamata untuk
melindungi mata dara cahaya yang menyilaukan. APD yang
paling banyak dipakai petugas pengangkut sampah adalah
sepatu boot dan sarung tangan (35,9%). Hal ini menunjukkan
bahwa petugas pengangkut sampah hanya menyadari
tentang pentingnya mencegah terjadinya kecelakaan. Namun
kesadaran tentang melindungi diri dari terjadinya penyakit
akibat kerja sangat kurang karena hanya (5.1%) yang memakai
masker (Ardiyanti & Hartini, 2015).
Daftar Pustaka 31

DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanti, S., & Hartini, E. (2015). Kerja Pada Petugas Pengangkut


Sampah Di Kecamatan Semarang Utara Tahun 2015. Artikel
Skripsi, 1–15. https://core.ac.uk/download/pdf/35382865.
pdf
Candrasari, A., Sujiwa, A. P., & Purwaningsih, W. (2013).
Peningkatan Pengetahuan Tentang Penyakit Akibat Sampah
dan Penggunaan Alat Pelindung Diri yang Tepat. Kedokteran
Syiah Kuala.
Rimantho, D. (2015). Identifikasi Risiko Kesehatan dan
Keselamatan Kerja pada pekerja Pengumpul Sampah
Manual di Jakarta Selatan. Jurnal Optimasi Sistem Industri,
14, 1–15.
Rayahu, T. (n.d.). Penyakit-penyakit Akibat Pengelolaan Sampah yang
Tidak Tepat.
Ramlan, J., & Sumihardi. (2018). Buku Ajar Kesehatan Lingkungan:
Sanitasi Industri dan K3. Pusat Pendidikan Sumber
Daya Manusia Kesehatan Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Singga, S. (2014). Gangguan Kesehatan pada Pemulung di TPA
Alak Kota Kupang. Jurnal MKMI, 30–35. https://journal.
unhas.ac.id/index.php/ mkmi/article/ view/475/289

31
32 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH

(Halaman ini sengaja dikosongkan)


Lampiran 33

LAMPIRAN

ANGKET PELATIHAN KESELAMATAN KERJA


PETUGAS SAMPAH
DESA TAMANHARJO KECAMATATAN SINGOSARI

* Berilah tanda silang (X) atau centang (√) pada kotak sesuai dengan
kondisi Saudara

33
34 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH

PRE

Nama: _______________________________
Jawablah pertanyaan berikut ini. Berilah tanda silang atau
lingkaran yang sesuai dengan jawaban Saudara.
1. Saat bertugas mengangkut sampah, dapat timbul berupa
tertusuk benda runcing, tersayat benda tajam. Bahaya seperti
ini disebut:
A. Bahaya mekanik
B. Bahaya kimia
C. Bahaya fisik
D. Bahaya ergonomis

2. Bahaya iritasi luka pada kulit dapat terjadi akibat terkena


cairan seperti asam keras, cuka air aki dan lainnya. Bahaya
seperti ini disebut:
A. Bahaya mekanik
B. Bahaya kimia
C. Bahaya fisik
D. Bahaya ergonomis

3. Saat bekerja mengangkut sampah disiang hari, sinar matahari


terasa sangat terik/panas. Hal ini dapa menyebabkan pusing
atau sakit kepala. Bahaya seperti ini disebut:
A. Bahaya mekanik
B. Bahaya kimia
C. Bahaya fisik
D. Bahaya ergonomis
Lampiran 35

4. Mengangkat sampah dari tong sampah ke gerobak sampah


dengan posisi yang kurang tepat dapat menimbulkan nyeri
pada otat punggung atau pinggang. Bahaya seperti ini
disebut:
A. Bahaya mekanik
B. Bahaya kimia
C. Bahaya fisik
D. Bahaya ergonomis

5. Terdapat beberapa penyakit akibat sampah. Salah satunya


adalah sakit dengan gejala tinja encer seperti air cucian beras.
Disebut penyakit apakah ini:
A. Cholera
B. Tipus
C. Maag
D. Disentri

6. Terdapat beberapa penyakit akitbat sampah. Salah satunya


sakit dengan gejala utama adalah panas yang terus menerus
A. Cholera
B. Tipus
C. Maag
D. Disentri

7. Terdapat beberapa penyakit akitbat sampah. Salah satunya


sakit dengan gejala utama tinja yang tercampur darah dan
lendir:
A. Cholera
B. Tipus
36 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
C. Maag
D. Disentri
8. Manakah yang paling benar, penyebab kecelakaan kerja dari
faktor manusia.
A. Usia, jenis kelamin, pengalaman
B. Usia, tingkat pendidikan, suhu udara
C. Usia, jenis kelamin, kebisingan
D. Usia, tingkat pendidikan, limbah

9. Apakah yang dimaksud dengan Alat Pelindung Diri (APD)


A. perlengkapan kerja yang harus terpenuhi bagi pekerja
B. kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja
C. seperangkat alat yang dipergunakan oleh tenaga kerja
untuk melindungi sebagian/ seluruh tubuhnya
D. semua benar

10. Alat pelindung diri untuk melindungi diri dari terjadinya


penyakit akibat kerja adalah:
A. Helm
B. Maker dan kacamata
C. Baju verpack
D. Sepatu boot
Lampiran 37

POST

Nama: _______________________________
Jawablah pertanyaan berikut ini. Berilah tanda silang atau
lingkaran yang sesuai dengan jawaban Saudara.
1. Saat bertugas mengangkut sampah, dapat timbul berupa
tertusuk benda runcing, tersayat benda tajam. Bahaya seperti
ini disebut:
E. Bahaya mekanik
F. Bahaya kimia
G. Bahaya fisik
H. Bahaya ergonomis

2. Bahaya iritasi luka pada kulit dapat terjadi akibat terkena


cairan seperti asam keras, cuka air aki dan lainnya. Bahaya
seperti ini disebut:
E. Bahaya mekanik
F. Bahaya kimia
G. Bahaya fisik
H. Bahaya ergonomis

3. Saat bekerja mengangkut sampah disiang hari, sinar matahari


terasa sangat terik/panas. Hal ini dapa menyebabkan pusing
atau sakit kepala. Bahaya seperti ini disebut:
E. Bahaya mekanik
F. Bahaya kimia
G. Bahaya fisik
H. Bahaya ergonomis
38 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
4. Mengangkat sampah dari tong sampah ke gerobak sampah
dengan posisi yang kurang tepat dapat menimbulkan nyeri
pada otat punggung atau pinggang. Bahaya seperti ini
disebut:
E. Bahaya mekanik
F. Bahaya kimia
G. Bahaya fisik
H. Bahaya ergonomis

5. Terdapat beberapa penyakit akibat sampah. Salah satunya


adalah sakit dengan gejala tinja encer seperti air cucian beras.
Disebut penyakit apakah ini:
E. Cholera
F. Tipus
G. Maag
H. Disentri

6. Terdapat beberapa penyakit akitbat sampah. Salah satunya


sakit dengan gejala utama adalah panas yang terus menerus
E. Cholera
F. Tipus
G. Maag
H. Disentri

7. Terdapat beberapa penyakit akitbat sampah. Salah satunya


sakit dengan gejala utama tinja yang tercampur darah dan
lendir:
E. Cholera
F. Tipus
Lampiran 39

G. Maag
H. Disentri
8. Manakah yang paling benar, penyebab kecelakaan kerja dari
faktor manusia.
E. Usia, jenis kelamin, pengalaman
F. Usia, tingkat pendidikan, suhu udara
G. Usia, jenis kelamin, kebisingan
H. Usia, tingkat pendidikan, limbah

9. Apakah yang dimaksud dengan Alat Pelindung Diri (APD)


E. perlengkapan kerja yang harus terpenuhi bagi pekerja
F. kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja
G. seperangkat alat yang dipergunakan oleh tenaga kerja
untuk melindungi sebagian/ seluruh tubuhnya
H. semua benar

10. Alat pelindung diri untuk melindungi diri dari terjadinya


penyakit akibat kerja adalah:
E. Helm
F. Maker dan kacamata
G. Baju verpack
H. Sepatu boot
40 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH

(Halaman ini sengaja dikosongkan)


Indeks 41

INDEKS

A Dysentierie Amobea, 17
Alat Pelindung Diri, 9, 13, 27,
28, 29 F
Amoebasis, 17, 18 Formalin, 3
Asbes, 3
G
B Gastroinstetinal, 8
Bahaya Ergonomis, 4 Gerobak sampah, 6, 7
Bahaya Fisik, 4
H
Bahaya Kimiawi, 2, 3
helm pelindung kepala, 29
Bahaya Mekanis, 1
barrier, 29 J
Jatuh, 8, 9
C
carrier, 15, 18 K
cek up clearance, 5 Kardiovaskuler, 8
Cholera, 14, 15, 16 kecelakaan kerja, 6, 10, 21, 22,
23, 24, 25, 26, 27, 28, 29
D
Diare, 8, 15, 29 M
Dinas Lingkungan Hidup, 8 masker, 29, 30
Dioksin, 3 Melamin, 3

41
42 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
Muskuloskeletal disorder, 8, 9
muskuloskeletas, 1

P
Penyakit Kulit, 8, 28, 30
Penyakit pernafasan, 8
petugas sampah, 1, 6, 8, 13, 18,
19, 21

S
sarung tangan, 27, 29, 30
sepatu boot, 29, 30
Sesak napas, 18, 19
skeletal, 9

T
Tergores, 8, 9, 14, 29
Terpeleset, 8, 9, 29
Terpelintir, 8, 9
Tertusuk benda tajam, 8
Thyphus Abdominalis, 15
Timah hitam, 3
Typhid Mary, 16

V
vektor (pembawa penyakit),
7, 8, 13
verpack/pakaian kerja, 27, 29, 30
Tentang Penulis 43

TENTANG PENULIS

Yoyok Bekti Prasetyo, adalah doktor


lulusan Program Doktor Ilmu Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Airlangga, Surabaya, Indonesia. Dosen
di program studi ilmu keperawatan,
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Malang. Minat
penelitiannya adalah community health
nursing atau public health. Mengajar keperawatan komunitas,
keperawatan keluarga, dan keperawatan gerontik di program
studi D-3 Keperawatan, S1 Keperawatan, dan Program profesi
Ners. Selain itu juga berkonstribusi pada Ikatan Perawat
Kesehatan Komunitas Indonesia (IPPKI) Propinsi Jawa
Timur, Dewan Pimpinan Wilayah Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (DPW-PPNI) Propinsi Jawa Timur, dan juga sebagai
anggota Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Muhammadiyah-
Aisyiyah (AIPNEMA) di Indonesia.
Yoyok Bekti Prasetyo
yoyok@umm.ac.id
Jl. Sunan Ampel No.116 Tamanharjo, Singosari, Malang, East Jave,
Indonesia
+628125208825

43
44 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
Joko Susilo, Doktor Ilmu Komunikasi dari
Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi,
Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia.
Sehari-hari bertugas sebagai dosen pada
Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu politik, Universitas
Muhammadiyah Malang, mengampu
Mata Kuliah: Komunikasi Pemasaran,
Komunikasi Startegi Dakwah dan Metode
Penelitian Komunikasi. Orientasi penelitian dan pengabdian
pada bidang Komunikasi Budaya dalam Organisasi Profesi,
menjadi anggota ISKI (Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia)
dan ASPIKOM (Asosiasi Penyelenggara Ilmu Komunikasi).
Di samping itu juga aktif dalam bidang pelestarian seni dan
budaya –utamanya budaya Jawa.
Joko Susilo
jokosusilo@umm.ac.id
Jl. MT. Haryono Gang 2 No. 496, Malang, East Java, Indonesia
0341-553625
08123574875

Rahmad Wijaya, adalah doktor lulusan


Program Doktor Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Diponegoro
Semarang, Indonesia. Dia adalah dosen
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Muhammadiyah Malang. Minat
penelitiannya dalam manajemen pemasaran
dengan fokus pada perilaku konsumen
dan manajemen konsumen di bidang e-commerce. Ia mengajar
Manajemen Pemasaran, Sistem Informasi Manajemen, dan
Riset Pemasaran di Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Tentang Penulis 45

Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang. Selain itu, ia juga


berkontribusi pada Akademi Pemasaran Indonesia (IMARC)
yang merupakan asosiasi peneliti pemasaran Indonesia dan juga
sebagai anggota Asosiasi Program Studi Manajemen (APSMA)
yang merupakan dosen asosiasi departemen manajemen
Universitas Muhammadiyah di Indonesia.
Rahmad Wijaya
rahmad@umm.ac.id
Jl. Tumapel no. 95 Singosari, Malang, East Java, Indonesia
0341-458416
08123581292

Anda mungkin juga menyukai