MODUL
K3 PETUGAS SAMPAH
Hak Cipta © Yoyok Bekti Prasetyo, Joko Susilo, Rahmad Wijaya, 2021
Hak Terbit pada UMM Press
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/
atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/
atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat
miliar rupiah).
iv MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
Risiko Bahaya Petugas Sampah v
PRAKATA PENULIS
P uji syukur pada Allah SWT serta salam dan sholawat kepada
Rasulullah SAW, alhamdulillah modul pelatihan keselamatan
dan kesehatan kerja pada petugas sampah telah terselesaikan.
Modul ini berasal dari beberapa hasil penelitian dan review
dari beberapa litarasi yang telah dimodifikasi dan disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat. Petugas sampah adalah aset yang
berharga di tengah kehidupan masyarakat, karena merekalah
sampah dari rumah-rumah diangkut dan dibersihkan. Petugas
sampah adalah pekerjaan yang penuh risiko dan memerlukan
perhatian oleh semua pihak.
Modul pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja bagi
petugas sampah ini didesain dengan sangat sederhana dengan
panduan gambar-gambar. Modul ini terdiri dari 3 bagian. Bagian
pertama melatih petugas sampah untuk menyadari risiko yang
potensi didapatkan saat bertugas. Bagian kedua modul ini adalah
berbagai macam penyakit yang ditimbulkan akibat interaksi
dengan sampah. Bagian ketiga dari modul ini adalah keselamatan
dan kesehatan kerja petugas sampah.
Modul ini dikembangkan sebagai upaya kepedulian
Universitas Muhammadiyah Malang dalam bentuk pengabdian
kepada masyarakat melalui Direktorat Penelitian dan
Pengembangan Masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah
tangga. Tentu saja Modul ini masih jauh dari kata sempurna,
v
vi MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
untuk itu saran, masukan, diskusi sangat kami harapkan demi
perbaikan Modul ini. Semoga Modul ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
PRAKATA PENULIS v
DAFTAR ISI vii
vii
viii MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
Risiko Bahaya Petugas Sampah 1
BAB 1
RISIKO BAHAYA PETUGAS SAMPAH
1. Bahaya Mekanis
Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau
benda bergerak dengan gaya mekanik baik yang digerakkan secara
manual maupun dengan penggerak. Lingkungan kerja petugas
sampah adalah ketika menjamah sampah di tempat sampah yang
banyak benda-benda runcing dan berbahaya, membawa berbagai
jenis penyakit, menimbulkan polusi, menyumbat saluran air
dan berbagai akibat negatif lainnya. Gerakan mekanis ini dapat
menimbulkan cedera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit,
terpotong, atau terkupas.
1
2 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
2. Bahaya Kimiawi
4. Bahaya Ergonomis
Bahaya ergonomis terjadi ketika jenis pekerjaan, posisi tubuh,
dan kondisi kerja meletakkan beban pada tubuh. Penyebabnya
paling sulit untuk diidentifikasi secara langsung karena kita tidak
selalu segera melihat ketegangan pada tubuh atau bahaya-bahaya
ini saat melakukan. Paparan jangka pendek dapat menyebabkan
nyeri otot hari berikutnya ataupada hari-hari setelah terekspos,
Risiko Bahaya Petugas Sampah 5
benda tajam, seperti paku, tusuk sate dan pecahan kaca sehingga
apabila pekerja tidak hati-hati dan tidak menggunakan alat
pelindung diri maka sangat dimungkinkan tergores atau tertusuk
benda-benda tersebut. Sikap kerja yang tidak sesuai postur tubuh
dan lingkungan yang tidak aman berisiko menyebabkan pekerja
mengalami terjatuh dan atau terpeleset. Kondisi lantai yang berair
pada zona kedatangan sampah.
Risiko gangguan muskuloskletelas sering terjadi pada petugas
sambah dikarenakan saat mengangkat dan memindahkan sampah
dari bak sampah ke alat transportasi yang digunakan. Prevalensi
cidera pada pekerja pengumpul sampah lebih besar dari pekerja
kantor. Hal ini disebabkan karena selama proses pengumpulan
sampah, bagian-bagian tubuh yang paling rentan mengalami
risiko muskuloskelatal adalah punggung, lengan dan kaki.
Keluhan yang sering terjadi pada pekerja pengumpul sampah
adalah keseleo, luka gores, terpelintir, luka sobek yang disebabkan
baik karena jatuh terpeleset maupun luka oleh benda tajam yang
ada di dalam sampah.
Muskuloskeletal disorder (MSDs) adalah gangguan pada bagian
otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban
statis secara berulang dan terus menerus dalam jangka waktu yang
lama dan akan menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada
sendi, ligamen dan tendon. Secara garis besar keluhan otot dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu keluhan sementara (reversible)
dimana keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban
statis namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang bila
pembebanan dihentikan. Selanjutnya adalah keluhan permanen
(persistent) merupakan keluhan otot yang bersifat menetap.
Walaupun pembebanan kerja dihentikan, namun rasa sakit pada
otot masih terus berlanjut.
Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak
dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang
sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot
10 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-
otot bagian bawah. MSDs merupakan masalah ergonomik yang
sering dijumpai ditempat kerja, khususnya yang berhubungan
dengan kekuatan dan ketahanan manusia dalam melakukan
pekerjaannya. Masalah tersebut lazim dialami para pekerja
yang melakukan gerakan yang sama dan berulang secara terus-
menerus.
Kondisi manusia dikatakan tidak aman bila kesehatan dan
keselamatan pekerja mulai terganggu. Dengan adanya kelelahan
dan keluhan muskuloskeletal merupakan salah satu indikasi adanya
gangguan kesehatan dan keselamatan pekerja. Pekerja sering
mengeluh tubuh merasa nyeri atau sakit saat bekerja maupun
setelah bekerja. Pada beberapa negara mengindikasikan bahwa
salah satu penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja dan
kecacatan adalah munculnya gangguan penyakit kerja MSDs.
Faktor risiko pada MSDs dapat terjadi dari kegiatan pekerjaan
yang dilakukan secara berulang-ulang, seperti mengangkat,
penanganan pekerjaan secara manual, duduk atau berdiri dalam
periode waktu yang cukup lama.
Pekerjaan pengumpulan sampah hampir sebagian besar
dilakukan secara manual di hampir seluruh negara berkembang
di dunia ini. Pekerjaan pengumpulan sampah secara manual,
membutuhkan kekuatan fisik yang dianggap mampu menunaikan
tugas tersebut karena pekerjaan pengumpulan sampah dilakukan
secara berulang seperti mengangkat bak sampah dari rumah ke
gerobak, membawa, menarik dan mendorong gerobak dari rumah-
rumah ke tempat penampungan sementara pada titik lokasi yang
telah ditentukan. Sehingga dengan demikian, gangguan MSDs ini
merupakan salah satu masalah kerja yang secara signifikan terjadi
pada seluruh pekerja sampah kota di dunia.
Sebagai contoh, dikeluhkan muskuloskeletal pada pekerja
pengumpul sampah di Denmark terjadi hampir dua kali lebih
tinggi. Sementara itu, para pekerja pengumpul sampah di
Risiko Bahaya Petugas Sampah 11
BAB 2
PENYAKIT YANG DIAKIBATKAN KARENA SAMPAH
13
14 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
jika seseorang tergores kaleng berkarat dalam tumpukan
sampah dan terluka, bakteri tetanus yang ada pada kaleng
berkarat tersebut dapat masuk lewat luka dan menginfeksi
tubuh. Berikut ini adalah penyakit terbanyak yang diakibatkan
oleh sampah:
1. Cholera
Penyakit cholera disebabkan oleh Vibrio cholera. Cholera
adalah penyakit usus halus yang akut dan berat, sering mewabah
yang mengakibatkan banyak kematian. Masa tunasnya berkisar
antara beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala utamanya
adalah muntaber, dehidrasi, dan kolaps dapat terjadi dengan
cepat. Sedangkan gejala cholera yang khas adalah tinja yang
menyerupai air cucian beras, tetapi sangat jarang ditemui,
sehingga cholera klasik jarang didapat. Namun demikian
keganasan cholera tidak menjadi berkurang karenanya; orang
dewasa dapat meninggal dalam waktu setengah sampai dua jam,
disebabkan dehidrasi.
2. Thyphus Abdominalis
Sama dengan cholera, thypus juga merupakan penyakit
yang menyerang usus halus. Penyebabnya adalah Salmonella
typhi, terdapat di seluruh dunia, dengan reservoir manusia pula.
Beda dengan cholera, angka kematian Thypus berkisar antara
10 % sebelum penemuan antibiotika dan menurun sampai 2%-
3% setelahnya. Gejala utama adalah panas yang terus menerus
dengan taraf kesadaran yang menurun, terjadi 1-3 minggu (rata-
rata 2 minggu) setelah infeksi.
Kasus thypus yang tidak spesifik juga banyak ditemui,
terutama diantara anak-anak penularan dapat terjadi
dari orang ke orang, atau tidak langsung dari makanan,
minuman yang terkontaminasi bakteri. Sama halnya dengan
cholera, orang sudah banyak tahu tentang segi kedokteran
serta pencegahannya, tetapi di negara kita ini wabah masih
sering dijumpai. Salah satu masalah yang menyulitkan
pemberantasannya adalah didapatnya pembawa (carrier)
kuman thyphus, yakni, yang pernah menderita ataupun tidak
pernah menderita penyakit ini. Di daerah tropis, dimana
terdapat banyak kasus batu ginjal ataupun batu kandung kemih
dan kandung empedu, Salmonella sering “tinggal” pada batu-
16 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
batu tersebut tanpa menimbulkan gejala pada pembawanya.
Sesekali, Salmonella itu keluar bersama tinja ataupun urine,
memasuki lingkungan dan berkesempatan menyebar.
3. Dysentierie Amobea
BAB 3
KESELAMATAN KERJA PETUGAS SAMPAH
21
22 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
1. Usia
Usia mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian
kecelakaan akibat kerja. Golongan usia tua mempunyai
kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan
akibat kerja dibandingkan dengan golongan usia muda karena
usia muda mempunyai reaksi dan kegesitan yang lebih tinggi.
Namun usia muda pun sering pula mengalami kasus kecelakaan
akibat kerja, hal ini mungkin karena kecerobohan dan sikap suka
tergesa-gesa. Pekerja muda usia biasanya kurang berpengalaman
dalam pekerjaannya, lebih kurang perhatian, kurang disiplin, dan
cenderung menuruti kata hati.
Umum mengetahui bahwa beberapa kapasitas fisik, seperti
penglihatan, pendengaran dan kecepatan reaksi, menurun
sesudah usia 30 tahun atau lebih. Sebaliknya mereka lebih
berhati-hati, lebih dapat dipercaya dan lebih menyadari akan
bahaya dari pada tenaga kerja usia muda. Efek menjadi tua
terhadap terjadinya kecelakaan masih terus ditelaah. Namun
terdapat kecenderungan bahwa beberapa jenis kecelakaan seperti
terjatuh lebih sering terjadi pada tenaga kerja usia 30 tahun atau
lebih dari pada tenaga kerja berusia sedang atau muda. Juga
angka beratnya kecelakaan rata-rata lebih meningkat mengikuti
pertambahan usia.
2. Jenis Kelamin
Jenis pekerjaan antara pria dan wanita berbeda. Pembagian
kerja secara sosial antara pria dan wanita menyebabkan perbedaan
24 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
terjadinya paparan yang diterima orang, sehingga penyakit
yang dialami berbeda pula. Kasus kecelakaan kerja pada wanita
cenderung lebih banyak daripada pria.
3. Tingkat Pendidikan
Pendidikan seseorang berpengaruh dalam pola pikir
seseorang dalam menghadapi pekerjaan yang dipercayakan
kepadanya, selain itu pendidikan juga akan mempengaruhi tingkat
penyerapan terhadap pelatihan yang diberikan dalam rangka
melaksanakan pekerjaan dan keselamatan kerja. Pendidikan
adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka mereka
cenderung untuk menghindari potensi bahaya yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Hubungan tingkat pendidikan dengan lapangan pekerjaan
yang tersedia bahwa pekerja dengan tingkat pendidikan rendah,
seperti Sekolah Dasar atau bahkan tidak pernah bersekolah akan
bekerja di lapangan yang mengandalkan fisik. Hal ini dapat
mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja karena beban fisik
yang berat dapat mengakibatkan kelelahan yang merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja
(Triwibowo dan Mitha, 2013).
4. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja. Masa kerja
berhubungan langsung dengan pengalaman kerja. Masa kerja
dapat dikategorikan menjadi: Masa kerja baru (<6 tahun);
Masa kerja sedang (6-10 tahun); dan Masa kerja lama (>10
tahun). Berdasarkan berbagai penelitian dengan meningginya
pengalaman dan keterampilan akan disertai dengan penurunan
angka kecelakaan akibat kerja.
Keselamatan Kerja Petugas Sampah 25
3. Lingkungan Kimia
Faktor lingkungan kimia merupakan salah satu faktor
lingkungan yang memungkinkan penyebab kecelakaan kerja.
Faktor tersebut dapat berupa bahan baku suatu produksi,
hasil suatu produksi dari suatu proses, proses produksi
sendiri ataupun limbah dari suatu produksi.
4. Lingkungan Biologi
Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari
serangga maupun binatang lain yang ada di tempat kerja.
Berbagai macam penyakit dapat timbul sebagai infeksi, alergi,
dan sengatan serangga maupun gigitan binatang berbisa
berbagai penyakit serta bisa menyebabkan kematian.
Selain pernyataan sebab-sebab di atas dan kondisi kerja
yang tidak aman, maka faktor-faktor yang berhubungan dengan
kecelakaan kerja dapat pula disimpulkan bahwa masih ada
tiga faktor yang mempengaruhi atau menyebabkan terjadinya
kecelakaan kerja. Ketiga faktor tersebut, yaitu sifat dari kerja itu
sendiri, jadwal kerja, dan iklim psikologis di tempat kerja.
1. Sifat Kerja
Menurut kajian para ahli keselamatan, sifat kerja
mempengaruhi tingkat kecelakaan. Sebagai contoh, karyawan
yang bekerja sebagai operator crane (derek) akan memiliki
risiko kecelakaan kerja yang lebih tinggi dibandingkan
mereka yang bekerja sebagai supervisor atau penyelia.
Keselamatan Kerja Petugas Sampah 27
2. Jadwal Kerja
Jadwal kerja dan kelelahan kerja juga mempengaruhi
kecelakaan kerja. Tingkat kecelakaan kerja biasanya stabil
pada 6 – 7 jam pertama di hari kerja. Akan tetapi pada jam-
jam sesudah itu, tingkat kecelakaan kerja akan lebih tinggi.
Hal ini dimungkinkan karena karyawan atau tenaga kerja
sudah melampaui tingkat kelelahan yang tinggi. Kenyataan di
lapangan juga membuktikan bahwa kerja malam mempunyai
risiko kecelakaan kerja lebih tinggi dibandingkan kerja pada
siang hari.
DAFTAR PUSTAKA
31
32 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
LAMPIRAN
* Berilah tanda silang (X) atau centang (√) pada kotak sesuai dengan
kondisi Saudara
33
34 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
PRE
Nama: _______________________________
Jawablah pertanyaan berikut ini. Berilah tanda silang atau
lingkaran yang sesuai dengan jawaban Saudara.
1. Saat bertugas mengangkut sampah, dapat timbul berupa
tertusuk benda runcing, tersayat benda tajam. Bahaya seperti
ini disebut:
A. Bahaya mekanik
B. Bahaya kimia
C. Bahaya fisik
D. Bahaya ergonomis
POST
Nama: _______________________________
Jawablah pertanyaan berikut ini. Berilah tanda silang atau
lingkaran yang sesuai dengan jawaban Saudara.
1. Saat bertugas mengangkut sampah, dapat timbul berupa
tertusuk benda runcing, tersayat benda tajam. Bahaya seperti
ini disebut:
E. Bahaya mekanik
F. Bahaya kimia
G. Bahaya fisik
H. Bahaya ergonomis
G. Maag
H. Disentri
8. Manakah yang paling benar, penyebab kecelakaan kerja dari
faktor manusia.
E. Usia, jenis kelamin, pengalaman
F. Usia, tingkat pendidikan, suhu udara
G. Usia, jenis kelamin, kebisingan
H. Usia, tingkat pendidikan, limbah
INDEKS
A Dysentierie Amobea, 17
Alat Pelindung Diri, 9, 13, 27,
28, 29 F
Amoebasis, 17, 18 Formalin, 3
Asbes, 3
G
B Gastroinstetinal, 8
Bahaya Ergonomis, 4 Gerobak sampah, 6, 7
Bahaya Fisik, 4
H
Bahaya Kimiawi, 2, 3
helm pelindung kepala, 29
Bahaya Mekanis, 1
barrier, 29 J
Jatuh, 8, 9
C
carrier, 15, 18 K
cek up clearance, 5 Kardiovaskuler, 8
Cholera, 14, 15, 16 kecelakaan kerja, 6, 10, 21, 22,
23, 24, 25, 26, 27, 28, 29
D
Diare, 8, 15, 29 M
Dinas Lingkungan Hidup, 8 masker, 29, 30
Dioksin, 3 Melamin, 3
41
42 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
Muskuloskeletal disorder, 8, 9
muskuloskeletas, 1
P
Penyakit Kulit, 8, 28, 30
Penyakit pernafasan, 8
petugas sampah, 1, 6, 8, 13, 18,
19, 21
S
sarung tangan, 27, 29, 30
sepatu boot, 29, 30
Sesak napas, 18, 19
skeletal, 9
T
Tergores, 8, 9, 14, 29
Terpeleset, 8, 9, 29
Terpelintir, 8, 9
Tertusuk benda tajam, 8
Thyphus Abdominalis, 15
Timah hitam, 3
Typhid Mary, 16
V
vektor (pembawa penyakit),
7, 8, 13
verpack/pakaian kerja, 27, 29, 30
Tentang Penulis 43
TENTANG PENULIS
43
44 MODUL K3 PETUGAS SAMPAH
Joko Susilo, Doktor Ilmu Komunikasi dari
Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi,
Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia.
Sehari-hari bertugas sebagai dosen pada
Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu politik, Universitas
Muhammadiyah Malang, mengampu
Mata Kuliah: Komunikasi Pemasaran,
Komunikasi Startegi Dakwah dan Metode
Penelitian Komunikasi. Orientasi penelitian dan pengabdian
pada bidang Komunikasi Budaya dalam Organisasi Profesi,
menjadi anggota ISKI (Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia)
dan ASPIKOM (Asosiasi Penyelenggara Ilmu Komunikasi).
Di samping itu juga aktif dalam bidang pelestarian seni dan
budaya –utamanya budaya Jawa.
Joko Susilo
jokosusilo@umm.ac.id
Jl. MT. Haryono Gang 2 No. 496, Malang, East Java, Indonesia
0341-553625
08123574875