Analisis
dan
Pengukuran
Kerja
Peta Kerja
02
Abstract Kompetensi
Modul 2 ini menjelaskan tentang Mahasiswa memiliki kemampuan
langkah sistematis pemecahan untuk menjelaskan peta kerja dan
masalah dengan menggunakan peta macam-macam peta kerja
kerja
Pendahuluan
Pada modul ini pada dasarnya mengemukakan bagaimana caranya melaksanakan analisis
terhadap suatu masalah. Peta-peta kerja mengumpulkan semua fakta yang kemudian
dikemukakan dalam bentuk-bentuk peta kerja. Fakta-fakta ini dikomunikasikan kepada orang
lain dengan sistematis dan jelas.
Untuk bisa memahami fakta-fakta dengan baik perlu ditinjau secara makro dan mikro.
Peninjauan secara makro berarti fakta-fakta yang ada ditinjau secara menyeluruh antara
sistem kerja. Sementara secara mikro, fakta-fakta yang ada ditinjau secara terperinci di setiap
sistem kerja. Kedua cara peninjauan ini dipenuhi dengan menggunakan peta-peta kerja yang
memang pada dasarnya dibagi dalam dua kelompok besar yaitu pertama peta-peta kerja yang
menganalisis secara keseluruhan atau makro dan kedua peta-peta kerja yang menganalisis
kerja secara setempat atau mikro. Sehubungan dengan 5 langkah sistematis di atas, peta-peta
Dari sekian banyak alternatif mungkin puluhan bahkan ratusan atau ribuan kita hanya
memerlukan satu yang terbaik, sangat sulit untuk bisa menemukan satu alternatif terbaik dari
sekian banyak yang tersedia. Untuk itu dilakukan dua tahap pemilihan titik pertama
menyaring sekian banyak alternatif itu sehingga tinggal beberapa buah saja. Tahap kedua
ialah memilih satu yang terbaik dari berbagai alternatif ini.
Pemilihan pada tahap pertama secara implisit dilakukan dengan memperhatikan prinsip-
prinsip pengaturan kerja, sementara tahap kedua dilakukan menerapkan teknik teknik
pengukuran kerja. Hasil pengukuran di atas akan memberikan alternatif yang terbaik artinya
merupakan dasar untuk mengambil keputusan. Jadi setelah langkah 3 dan 4 di atas langkah
terakhir yaitu pengambilan keputusan sudah dapat dilakukan. Karena keputusan ini harus
disebarluaskan terutama pada para pengawas dan pelaksana pekerjaan, maka peta-peta kerja
diperlukan kembali.
Peta Kerja
Analisa pekerjaan merupakan salah satu teknik yang sangat penting untuk memahami alur
dan detail dari pekerjaan tersebut. Dengan memahami hal tersebut, seorang analis dapat
melakukan evaluasi secara sistematis. Salah satu teknik yang sangat umum digunakan adalah
melalui visualisasi dengan penggambaran peta kerja. Teknik evaluasi ini akan menghasilkan
ilustrasi dan rangkuman dari suatu pekerjaan yang dianalisa pekerjaan tersebut akan dirinci
satu per satu menjadi bagian-bagian yang lebih kecil atau sering disebut elemen-elemen
kerja. Dengan demikian seorang analis dapat mengidentifikasi bagian mana dari pekerjaan
tersebut yang berpotensi untuk diperbaiki.
Peta kerja dapat digunakan beberapa pendekatan untuk analisa antara lain:
1. Menggunakan algoritma tertentu seperti untuk menganalisa jalur perakitan dapat
digunakan algoritma Line balancing
2. Menggunakan checklist sebagai panduan untuk mengevaluasi proses yang ada saat
ini
3. Melalui diskusi dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan proses kerja tersebut
atau dengan ahli, bertujuan untuk menemukan potensi perbaikan untuk diterapkan
4. Melalui pemisahan antara proses yang memiliki nilai tambah (mencakup proses yang
menghasilkan perubahan pada produk) dan yang tidak memiliki nilai tambah (seperti
pengulangan, menunggu, inspeksi yang tidak diperlukan, dan transportasi).
Apabila kita melakukan studi yang seksama terhadap suatu peta kerja, maka pekerjaan kita
dalam usaha memperbaiki metode kerja dari suatu proses produksi akan lebih mudah
dilaksanakan. Perbaikan yang mungkin dilakukan antara lain kita bisa menghilangkan
operasi-operasi yang tidak perlu, menggabungkan suatu operasi dengan operasi lainnya,
menemukan suatu urut-urutan kerja atau proses produksi yang lebih baik, menentukan mesin
yang lebih ekonomis, menghilangkan waktu menunggu antar operasi dan sebagainya.
Menurut catatan sejarah, peta-peta kerja yang ada sekarang ini dikembangkan oleh Gilbreth.
Pada saat itu untuk membuat suatu peta kerja, Gilbreth mengusulkan 40 buah lambang yang
bisa dipakai. Pada tahun berikutnya jumlah lambang tersebut disederhanakan sehingga hanya
tinggal 4 macam saja. Namun pada tahun 1947, American Society of Mechanical Engineers
(ASME) membuat standar lambang-lambang yang terdiri atas 5 macam lambang yang
merupakan modifikasi dari yang telah dikembangkan sebelumnya oleh Gilbreth. Penjelasan
lambang-lambang tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
2. Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisis kegiatan kerja setempat, apabila
kegiatan tersebut terjadi dalam suatu stasiun kerja yang biasanya hanya melibatkan
orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas. Peta kerja setempat lebih memfokuskan
kegiatan yang terjadi pada sebagian kecil dari kegiatan yang terjadi di pabrik.
Kegiatan ini terjadi pada apa yang disebut dengan stasiun kerja setempat, yang
melibatkan fasilitas yang lebih terbatas dan spesifik. Yang termasuk kelompok
kegiatan kerja setempat:
a. Peta Pekerja dan Mesin (man and machine chart)
b. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan (the left and right chart)
2. Secara garis besar, perbaikan sistem kerja dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
Daftar Pustaka
Sutalaksana, I. Z., Anggawisastra, R., Tjakraatmadja, J. H. (2006). Teknik Tata Cara Kerja,
Jurusan Teknik Industri ITB, Bandung.
Yanto., Ngaliman, B. (2006). Ergonomi Dasar-dasar Studi Waktu dan Gerakan Untuk
Analisis & Perbaikan Sistem Kerja, ANDI, Yogyakarta.
Wignjosoebroto, S. (2008). Ergonomi – Studi Gerak dan Waktu. Teknik Analisis untuk
Peningkatan Produktivitas Kerja. Cetakan ke empat. Penerbit Guna Widya. Surabaya.
Zadry, H. R., Susanti, L., Yuliandra, B., Jumeno, D. (2015). Analisis Perancangan Sistem
Kerja, Andalas University Press, Padang.
Freivalds, A., Niebel, B.,W. (2009). Niebel’s Methods, Standards, and Work Design,
McGraw-Hill Companies, New York