Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN


DENGAN GANGGUAN MOBILISASI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan individu Praktek Profesi Keperawatan


Departemen Keperawatan Dasar Profesi
Di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Ruang Nilam Penyakit Dalam

Oleh:
Nama : Norma Laili
NIM : P17212215110

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AKADEMIK 2021
A. Konsep Dasar Gangguan Mobilisasi
1. Pengertian
Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik
dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2017). Menurut North American Nursing Diagnosis Association
(NANDA) gangguan mobilitas fisik atau immobilisasi merupakan suatu
kedaaan dimana individu yang mengalami atau berisiko mengalami
keterbatasan gerakan fisik. Ada lagi yang menyebutkan bahwa gangguan
mobilitas fisik merupakan suatu kondisi yang relatif dimana individu tidak
hanya mengalami penurunan aktivitas dari kebiasaan normalnya
kehilangan tetapi juga kemampuan geraknya secara total.
Mobilitas fisik atau imobilitas merupakan keadaan dimana kondisi
yang mengganggu pergerakannya, seperti trauma tulang belakang, cedera
otak berat disertai fraktur pada ekstremitas dan sebagainya. Tidak hanya
itu, imobilitas atau gangguan mobilitas adalah keterbatasan fisik tubuh
baik satu maupun lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah
2. Etiologi
Penyebab terjadinya gangguan mobilitas fisik, antara lain kerusakan
integritas struktur tulang, perubahan metabolisme, ketidakbugaran fisik,
penurunan kendali otot, penurunan massa otot, penurunan kekuatan otot,
keterlambatan perkembangan, kekakuan sendi, kontraktur, malnutrisi, gangguan
muskuloskeletal, gangguan neuromuskular, indeks masa tubuh di atas persentil
ke-75 usia, efek agen farmakologi, program pembatasan gerak, nyeri, kurang
terpapar informasi tentang aktivitas fisik, kecemasan, gangguan kognitif,
keengganan melakukan pergerakan, dan gangguan sensoripersepsi.
3. Tanda dan Gejala
a. Kontraktur sendi
Disebabkan karena tidak digunakan atrofi dan pendekatan saraf otot.
b. Perubahan eliminasi urine
Eliminasi urine pasien berubah karena adanya imobilisasi pada posisi
tegak lurus, urine mengalir keluar dari pelvis ginjal lalu masuk ke dalam
ureter dan kandung kemih akibat gaya gravitasi.
c. Perubahan sistem integument
Dekubitus terjadi akibat iskemia dan anoreksia jaringan. Jaringan yang
tertekan, darah membentuk dan kontriksi kuat pada pembuluh darah
akibat tekanan persistem pada kulit dan struktur di bawah kulit sehingga
respirasi selular terganggu dan sel menjadi mati.
d. Perubahan metabolic
Ketika cidera atau stres terjadi, sistem endokrin memicu serangkaian
respon yang bertujuan untuk mempertahankan tekanan darah dan
memelihara hidup.
e. Perubahan sistem muskulus skeletal
Keterbatasan mobilisasi mempengaruhi otot klien melalui kehilangan
daya tahan, penurunan massa otot atrofi dan penurunan stabilitas.
f. Perubahan pada sistem respiratori
Klien dengan pasca operasi dan imobilisasi beresiko tinggi mengalami
komplikasi pada paru- paru.
4. Patofisiologi
Neuromuskular berupa sistem otot, skeletal, sendi, ligamen, tendon,
kartilago, dan saraf sangat mempengaruhi mobilisasi. Gerakan tulang
diatur otot skeletal karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan
relaksasi yang bekerja sebagi sistem pengungkit. Pengaruh imobilisasi
yang cukup lama akan terjadi respon fisiologis pada sistem otot rangka.
Respon fisiologis tersebut berupa gangguan mobilisasi permanen yang
menjadikan keterbatasan mobilisasi. Keterbatasan mobilisasi akan
mempengaruhi daya tahan otot sebagai akibat dari penurunan masa otot,
atrofi dan stabilitas. Pengaruh otot akibat pemecahan protein akan
mengalami kehilangan masa tubuh yang terbentuk oleh sebagian otot.
Oleh karena itu, penurunan masa otot tidak mampu mempertahankan
aktivitas tanpa peningkatan kelelahan.
Pathway

Mobilisasi

Tidak mampu beraktifitas

Tirah baring yang lama

Kehilangan daya Gangguan


Jaringan kulit Gastrointestinal
otot fungsi paru
yang tertekan
paru
Gangguam
Penurunan otot katabolisme
Perubahan sistem
Penumpukan
intragumen kulit
Perubahan sekret
Anoeksia
sistem
Kontriksi
muskuluskeletal Sulit batuk pembuluh darah Nitrogen tidak
efektif
Hambatan
mobilitas fisik Ketidakefektifan Sel kulit mati
bersihan jalan Kemunduran
nafas infekdefekasi
Dekubitus

Kerusakan integritas Konstipasi


kulit
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan
perubahan hubungan tulang.
b. CT scan (Computed Tomography)
c. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus,
noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio,
dan computer untuk memperlihatkan abnormalitas.
d. Pemeriksaan Laboratorium:
Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑,
kreatinin dan SGOT ↑ pada kerusakan otot
6. Penatalaksanaan

a. Membantu pasien duduk di tempat tidur


Tindakan ini merupakan salah satu cara mempertahankan kemampuan
mobilitas pasien. Tujuan :
1) Mempertahankan kenyamanan
2) Mempertahankan toleransi terhadap aktifitas
3) Mempertahankan kenyamanan
b. Mengatur posisi pasien di tempat tidur
1) Posisi fowler adalah posisi pasien setengah duduk/ duduk
Tujuan :
a) Mempertahankan kenyamanan
b) Menfasilitasi fungsi pernafasan
2) Posisi sim adalah pasien terbaring miring baik ke kanan atau ke
kiri Tujuan :
a) Melancarkan peredaran darah ke otak

b) Memberikan kenyamanan

c) Melakukan huknah

d) Memberikan obat peranus (inposutoria)

e) Melakukan pemeriksaan daerah anus


3) Posisi trelendang adalah menempatkan pasien di tempat tidur
dengan bagian kepala lebih rendah dari bagian kaki
Tujuan : untuk melancarkan peredaran darah
4) Posisi genu pectorat adalah posisi nungging dengan kedua kaki
ditekuk dan dada menempel pada bagian atas tempat tidur.
c. Memindahkan pasien ke tempat tdiur/ ke kursi roda Tujuan :
a. Melakukan otot skeletal untuk mencegah kontraktur
b. Mempertahankan kenyamanan pasien
c. Mempertahankan kontrol diri pasien
d. Memindahkan pasien untuk pemeriksaan
d. Membantu pasien berjalan Tujuan :
a. Toleransi aktifitas
b. Mencegah terjadinya kontraktur sendi

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan Fisik
1) Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang
abnormal akibat tumor tulang.Pemendekan ekstremitas, amputasi
dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran
anatomis.Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan
pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
2) Mengkaji tulang belakang
a) Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
b) Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
c) Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian
pinggang berlebihan)
3) Mengkaji system persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas,
stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi
4) Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan
ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau
adanya edema atau atropfi, nyeri otot.
5) Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila
salah satu ekstremitas lebihpendek dari yang lain. Berbagai
kondisi neurologist yang berhubungan dengan cara berjalan
abnormal (mis.cara berjalan spastic hemiparesis - stroke, cara
berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron,
cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).
6) Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas
atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer
dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan
waktu pengisian kapiler.
7) Mengkaji fungsional klien
a) Skala ADL (Acthyfiti Dayli
Living)

0 : Pasien mampu berdiri

1 : Pasien memerlukan bantuan/ peralatan minimal

2 :Pasien memerlukan bantuan sedang/ dengan


pengawasan

3 : Pasien memerlukan bantuan khusus dan memerlukan


alat

4 : Tergantung secara total pada pemberian asuhan

b) Kekuatan Otot/ Tonus Otot


0 : Otot sama sekali tidak bekerja
1 (10%) : Tampak berkontraksi/ ada sakit gerakan
tahanan sewaktu jatuh
2 (25%) : Mampu menahan tegak tapi dengan
sentuhan agak jauh
3 (50%) : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif
untuk menahan berat
4 (75%) : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif
untuk menahan berat dan melawan tekanan secara
stimulant
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hambatan mobiitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas
b.
3. Intervensi Keperawatan
Hambatan mobiitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
Gangguan Setelah dilakukan a. Identifikasi adanya
mobilitas fisik tindakan keperawatan nyeri atau keluhan fisik
berhubungan dukungan mobilisasi lainnya.
dengan selama … kali b. Identifikasi toleransi
neuromuskular. pertemuan, diharapkan fisik melakukan
(SDKI D.0054, mobilitas fisik pasien pergerakan.
2017) meningkat dengan c. Monitor frekuensi
kriteria hasil : jantung dan tekanan
a. Pergerakan darah sebelum
ekstremitas memulai mobilisasi
meningkat. d. Fasilitasi melakukan
b. Kekuatan otot pergerakan.
cukup meningkat. e. Jelaskan tujuan dan
c. Rentang gerak prosedur mobilisasi.
(ROM) f. (SIKI I.05173, 2018)
meningkat.
d. Nyeri menurun .
e. Kekakuan sendi
cukup menurun.
f. Kelemahan fisik
cukup menurun.
g. Kecemasan
menurun.
h. Gerakan terbatas
cukup menurun.
i. Gerakan tidak
terkoordinasi
cukup menurun.
(SLKI I.05042, 2019)
Risiko jatuh berhubungan dengan kekuatan otot menurun.
Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
Risiko jatuh Setelah dilakukan a. Identifikasi faktor risiko
berhubungan tindakan jatuh.
dengan keperawatan b. Identifikasi faktor
kekuatan otot pencegahan jatuh lingkungan yang
menurun. selama … kali 24 meningkatkan risiko jatuh.
(SDKI jam, diharapkan c. Hitung risiko jatuh
D.0143, 2017) tingkat jatuh pasien menggunakan skala.
menurun dengan d. Pastikan roda tempat tidur
kriteria hasil : selalu dalam keadaan
a. Jatuh dari terkunci.
tempat tidur e. Pasang handrail tempat
menurun. tidur.
b. Jatuh saat f. Atur tempat tidur mekanis
dipindahkan pada posisi rendah.
menurun. g. Anjurkan memanggil
(SLKI L.14138, perawat jika membutuhkan
2019) bantuan untuk berpindah.
(SIKI I.14540, 2018)
Risiko gangguan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan
penurunan mobilitas.
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan

Risiko Setelah dilakukan tindakan a. Identifikasi


gangguan keperawatan … kali 24 jam, penyebab
integritas kulit diharapkan integritas kulit gangguan
atau jaringan dan jaringan meningkat integritas kulit
berhubungan dengan kriteria hasil : b. Lakukan masase
dengan a. Sensasi kulit membaik. punggung setiap
penurunan b. Kemerahan menurun. setelah mandi
mobilitas. c. Nyeri menurun. c. Gunakan produk
(SDKI (SLKI L.14125, 2019) minyak pada kulit
D.0139, 2017) kering
d. Anjurkan
menggunakan
pelembab
e. Anjurkan minum
air yang cukup
f. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi.
(SIKI I.11353, 2018)

4. Implementasi
Kegiatan dalam implementasi meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, observasi respon pasien, serta menilai data baru. Selain itu,
perawat harus mendokumentasikan setiap tindakan yang telah diberikan
kepada pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara continue dimana evaluasi dilakukan
segera setelah implementasi dilaksanakan sehingga memungkinkan
perawat untuk segera merubah atau memodifikasi intervensi
keperawatannya.
DAFTAR PUSTAK
T. Heather Herdman. 2011. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Potter, P.A & Perry, A.G. (2012). Buku ajar fundamental keperawatan, konsep,
proses, dan praktik. Edisi 4. Vol.2. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai