PRAKTIK 1
FREQUENCY MODULATION (FM)
I. TUJUAN
1. Menampilkan bentuk sinyal FM
2. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan modulasi FM
3. Menjelaskan perbedaan antara FM dan AM.
4. Menjelaskan alasan penggunaan Pre dan De Emphasis.
Tegangan Frekuensi
Input Modulator Fm (1) Output Modulator FM (2)
Volt (dc) KHz
10 17, 91 KHz
9 17, 89 KHz
8 17, 81 KHz
7 17, 71 KHz
6 17, 60 KHz
5 17, 54 KHz
4 17, 50 KHz
3 17, 45 KHz
2 17, 41 KHz
1 17, 33 KHz
0
-1 16, 45 KHz
-2 16, 56 KHz
-3 16,69 KHz
-4 16, 77 KHz
-5 16, 95 KHz
-6 16, 96 KHz
-7 16, 98 KHz
-8 17, 42 KHz
-9 17, 62 KHz
-10 18, 38 KHz
Untuk ΔVa = ± 6 V
17 ,60 Khz−16 , 96 KHz 0 ,64 KHz 640 Hz
= = =53 , 33
12 V 12V 12V
Deviasi 1 1
(19,76-19,69) = (19,08-19,03) =
2 2 Hz
ΔF1= (F2-
1 1
F1) ( 0,07 ) =0,035 ( 0,05 )=0,025
2 2
Pada praktikum kali ini percobaan yang dilakukan adalah percobaan FM. Pada
rangkaian 4.1 menghasilkan nilai minimum dan maksimum dari modulator
FM yaitu sebesar 17, 04 KHz untuk minimumya yang lebih kecil dari 21, 67
KHz untuk maksimumnya yang lebih besar. Amplitudo pada osiloskop
menghasilkan nilai konstan dan frekuensi dapat berubah-ubah sesuai dengan
potensiometer.
Berdasarkan tabel pada rangkaian 4.2 dapat dihasilkan bahwa frekuensi output
modulator berubah-ubah sehubungan dengan perubahan tegangan input
modulator. Hal ini terjadi karena pada frekuensi modulator, frekuensi sinyal
pembawa divariasikan atau disesuaikan secara proposional berdasarkan
amplitudo sinyal informasinya. Konstanta frekuensi tegangannya dengan
melihat amplitudo dan frekuensinya dimana untuk ∆ Va=±10 V sebesar 23, 5
dan untuk ∆ Va=± 6V sebesar 53, 33. Sehingga, dari hasil tersebut dapat
diketahui bahwa linearitasnya jelek karena kedua nilai ∆ Va tidak sama.
2. Immanuel Aprilio
Pada rangkaian 4.1, saat potensiometer di putar ke minimum, maka frekuensi
output modulasi FM yang terlihat pada osiloskop sebesar 17,04 kHz., Namun,
ketika potensiometer diputar ke maksimum, maka frekuensi output modulasi
FM yang terlihat pada osiloskop sebesar 21,67 kHz. Hal ini menunjukkan
frekuensi maksimum lebih besar daripada frekuensi minimum output modulasi
FM. Sementara itu, amplitudo pada osilator tetap konstan sedangkan frekuensi
dapat berubah-ubah sesuai dengan potensiometer yang terdapat di Frequency
Counter.
Pada rangkaian 4.3, terjadi sebuah proses pre-emphasis agar level base-band
pada frekuensi tinggi masih memiliki kualitas sinyal yang baik sehingga dapat
mengatur tinggi sinyal terhadap level noise yang ada.
Ketika Fm diatur sebesar 200 Hz dan Vm diatur sebesar 20 Vpp, maka
saat proses langsung, T1 akan menunjukkan sebesar 50,7 us sedangkan T2
sebesar 50,8 us. Selain itu, F1 akan menunjukkan sebesar 19,76 kHz
sedangkan F2 sebesar 19,69 kHz. Hal ini menghasilkan deviasi sebesar
0,035 Hz.
Sementara itu, saat proses pre-emphasis, T1 akan menunjukkan sebesar
52,40 us sedangkan T2 sebesar 52,55 us. Selain itu, F1 akan menunjukkan
sebesar 19,08 kHz sedangkan F2 sebesar 19,03 kHz. Hal ini menghasilkan
deviasi sebesar 0,025 Hz.
Ketika Fm diatur sebesar 2 kHz dan Vm diatur sebesar 20 Vpp, maka saat
proses langsung, T1 akan menunjukkan sebesar 51,6 us sedangkan T2
sebesar 51,8 us. Selain itu, F1 akan menunjukkan sebesar 19,57 kHz
sedangkan F2 sebesar 19,31 kHz. Hal ini menghasilkan deviasi sebesar
0,13 Hz.
Sementara itu, saat proses pre-emphasis, T1 akan menunjukkan sebesar
51,25 us sedangkan T2 sebesar 52,6 us. Selain itu, F1 akan menunjukkan
sebesar 19,51 kHz sedangkan F2 sebesar 19,01 kHz. Hal ini menghasilkan
deviasi sebesar 0,25 Hz.
Lalu, pada saat proses pre-emphasis dilakukan perhitungan manual yaitu
deviasi ∆F2 dibagi ∆F1, hasilnya menjadi 10 Hz.
Melalui percobaan ini dapat disimpulkan bahwa deviasi pre-emphasis pada
saat Fm = 200 Hz mengalami penurunan, sedangkan pada saat Fm = 2 kHz
mengalami kenaikan. Hal ini dipengaruhi oleh Frekuensi Modulasi yang
diberikan.
VII. KESIMPULAN
2. Immanuel Aprilio
FM merupakan singkatan dari Frequency Modulation atau Modulasi
Frekuensi. Pada modulasi frekuensi, sinyal pemodulasi atau sinyal
informasi akan mengubah-ubah frekuensi sinyal pembawa, sedangkan
Amplitudo nya konstan selama proses modulasi. Sehingga Besar
perubahan frekuensi (deviasi), 𝛿, dari sinyal pembawa sebanding dengan
amplitudo sesaat sinyal pemodulasi, sedangkan laju perubahan
frekuensinya sama dengan frekuensi sinyal pemodulasi. Pada Modulasi
Frekuensi terdapat sebuah proses pre-emphasis. Pre-emphasis adalah
sebuah proses agar level base-band pada frekuensi tinggi masih memiliki
kualitas sinyal yang baik sehingga dapat mengatur tinggi sinyal terhadap
level noise yang ada.
Melalui percobaan 4.1, dapat disimpulkan bahwa potensiometer
sangat mempengaruhi frekuensi output modulator FM. Frekuensi
dapat berubah-ubah sesuai dengan potensiometer yang terdapat di
Frequency Counter sedangkan amplitudonya konstan.
Melalui percobaan 4.2, dapat disimpulkan bahwa linearitas pada
rangkaian modulasi frekuensi yang telah dibuat menunjukkan hasil
yang baik. Hal ini dilihat dari tegangan input modulator yang
diberikan terhadap frekuensi ouput modulator yang dihasilkan.
Melalui percobaan 4.3, dapat disimpulkan bahwa pre-emphasi pada
rangkain modulasi frekuensi bisa naik turun dikarenakan pengaruh
frekuensi modulasi yang diberikan,
VIII. REFERENSI