1
Ayu Komang Dewi Lestari,
1
Anantawikrama Tungga Atmadja, 2I Made Pradana Adiputra
E-mail:{ayukomang_bali@ymail.com,
anantawikramatunggaatmadja@gmail.com,depradana@yahoo.co.id}
@undiksha.ac.id
Abstrak
Abstract
terhadap para leluhur terdahulu. Seperti Pihak-pihak yang terlibat dalam Proses
halnya yang disampaikan oleh Kelian Desa Pengelolaan Keuangan Desa Pakraman
Pakraman Kubutambahan berikut ini: Kubutambahan
Sebagian besar dana keuangan yang
“Disana ada namanya klasifikasi desa. dimiliki oleh Desa Pakraman
Ada Desa Linggih, Desa Sampingan, Kubutambahan disimpan di Lembaga
dan Desa Latan. Nah ini kalau Desa Perkreditan Desa (LPD). Beberapa sumber
Linggih itu desa yang duduk atau pendapatan yang memiliki jumlah besar
negak, ya negak di Bale Lantang seperti Pasar Desa, Penyewaan Kios dan
(tempat dilaksanakanya Paruman) di Penyewaan Kos-kosan dikelola oleh
Paruman Desa, di Pura Desa juga. pengurus LPD bersama-sama dengan
Yang lain tidak boleh duduk. Karena Petengen (Bendahara) Desa Pakraman
itu merupakan cikal bakal. Dari Kubutambahan.
keturunan itulah yang mendirikan Desa Pembagian tugas dan wewenang
Pakraman Kubutambahan. Yang antara LPD dan Petengan dalam
diberikan penghargaan mendapatkan pengelolaan keuangan Desa Pakraman
julukan Desa Linggih/Desa Negak”. Kubutambahan tersebut, didasarkan atas
kesepakatan bersama pengurus lainnya
Desa Linggih merupakan tingkatan mengingat kemampuan yang dimiliki oleh
pertama pada Desa Pakraman Petengen Desa Pakraman Kubutambahan
Kubutambahan yang dipimpin oleh seorang cukup terbatas dalam hal pengelolaan
Jero Pasek. Jumlah krama yang duduk keuangan. Hal ini terlihat dari pernyataan
sebagai Desa Linggih sebanyak 33 orang. yang disampaikan oleh Petengen Desa
Jero Pasek beserta anggota lainnya yang Pakraman Kubutambahan berikut ini:
disebut dengan Desan memiliki hak
prerogatif dalam menegakkan Awig-awig “……. Saya tidak mau terbebani
dan atau menyelesaikan, memutuskan hal- terlalu banyak, karena ya tidak muat
hal yang terkait dengan kepentingan Desa gitu. Dari awalnya juga saya tidak
Pakraman tersebut. Tingkatan kedua mau jadi bendahara, karena itu
dikenal dengan sebutan Desa Latan. Krama memang sudah kewajiban tiang
yang termasuk kedalam Desa Latan ini (saya) dari dulu begitu, ya istilahnya
adalah anggota masyarakat Desa saya ngayahlah (sukarela) disini
Pakraman yang merupakan keluarga dari jadinya, walaupun saya kurang begitu
Desa Linggih, namun anngota Desa Latan paham dengan ini. Kebetulan dari
telah mempunyai wakil-wakil (delegasi) keluarga tiang dari dulu adalah
yang terhimpun dalam anggota Desa bendahara, jadi semaksimal mungkin
Linggih menurut Klan (Wangsa) masing- tiang berusaha”.
masing yang terkait dalam bentuk pedadian
(Warkadea, 2011:65). Tingkatan ketiga Berdasarkan kutipan wawancara
adalah Desa Sampingan. Anggota Desa diatas diketahui bahwa Petengen Desa
Sampingan merupakan orang perorang Pakraman Kubutambahan menduduki
yang beragama Hindu dan bertempat jabatan sebagai Bendahara bukan karena
tinggal di Desa Pakraman Kubutambahan kemampuan yang dimilikinya melainkan
karena adanya perpindahan penduduk. karena faktor keturunan yang
Anggota Desa Sampingan bisa juga mengharuskan Beliau untuk duduk sebagai
merupakan Krama Desa Pakraman yang Petengen Desa Pakraman. Keterbatasan
terkait dalam pedadian namun tidak kemampuan yang Beliau miliki tidak serta
memiliki delegasi sebagai Desa Linggih, merta menyebabkan Beliau patah
dalam artian tidak ngedesa (tidak semangat dan menyerah begitu saja. Beliau
berkewajiban ikut dalam kegiatan Desa berusaha menjalankan tugas dan
Pakraman). tanggungjawab yang dimiliki dengan usaha
maksimal yang dapat dilakukannya.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 2 No:1 Tahun 2014)
untuk meringankan beban yang ditanggung hukum yang sah dan tidak bertentangan
oleh orang yang bersangkutan. Bentuk dengan UUD 1945. Dengan adanya
sikap toleransi dan kemurahan hati yang beberapa bentuk modal sosial yang dimiliki
dilakukan oleh Pengurus Desa Pakraman oleh Pengurus Desa Pakraman
Kubutambahan berupa pertolongan Kumbutambahan telah mampu membangun
material dan non material.Sebagai makhluk jaringan sosial dengan Krama Desa
sosial tentunya sikap toleransi dan tolong Pakramannya yang nantinya di dalam
menolong penting untuk dipertahankan.Jika jaringan sosial itu diharapkan mereka
dikaitkan dengan konteks organisasi bisnis, bersama-sama dapat mengembangkan
Krama Desa Pakraman adalah prinsipal partisipasi, pertukaran, solidaritas,
sedangkan Pengurus Desa Pakraman kerjasama secara berkeadilan untuk
merupakan agen yang memiliki mencapai tujuan dari Desa Pakraman
tanggungjawab kepada prinsipalnya. Kubutambahan tersebut.
Mengingat hubungan antara agen dan
prinsipal dalam struktur organisasi ini SIMPULAN DAN SARAN
menyebabkan keberadaan Krama Desa Proses Pengelolaan Keuangan Desa
Pakraman memegang peranan yang vital Pakraman Kubutambahan tidak melibatkan
dalam penentuan setiap tindakan dari para seluruh Krama Desa Pakramannya
agenya. Oleh sebab itu, pengembangan melainkan hanya melalui perwakilan-
modal-modal social agen seperti ini perwakilan Krama Desa Pakraman yang
sangatlah penting bagi ketahanan serta duduk sebagai pengurus Desa Pakraman
pengembangan kepercayaan Krama Desa sebanyak 33 orang. Apabila
Pakraman terhadap Pengurus Desa memungkinkan, sebaiknya akuntabilitas
Pakramannya. praktik pengelolaan keuangan Desa
Tidak hanya Pengurus Desa Pakraman Kubutambahan dapat melibatkan
Pakraman serta pihak yang terlibat dalam partisipasi dari seluruh Krama Desa
pengelolaan keuangan saja yang harus Pakramannya, untuk mencegah adanya
menumbuhkan modal sosial kepercayaan, kecurigaan-kecurigaan yang mungkin dapat
Krama Desa Pakraman pun juga telah terwujud dari Krama Desa Pakraman
menumbuhkan rasa kepercayan ini. lainya.
Misalnya dengan melakukan pembayaran Sejalan dengan hal tersebut, proses
sewa tanah, kos maupun kios tepat waktu akuntabilitas pengelolaan keuangan Desa
dan dengan jumlah yang sesuai, melakukan Pakraman Kubutambahan telah
pengeluaran-pengeluaran keuangan yang berlangsung secara konsisten setiap bulan
menggunakan Dana Desa Pakraman dengan menggunakan sistem akuntansi
sesuai dengan kebutuhan dan tugas yang sederhana. Laporan keuangan telah dibuat
diberikan, serta adanya kewajiban bagi konsisten setiap bulan dengan sistem tiga
setiap Krama Desa Pakraman untuk kolom, yaitu uraian (penjelasan terkait
menaati Awig-awig Desa Pakraman dengan jenis transasksi), debet
Kubutambahan. (penerimaan), kredit (pengeluaran) dan
Dengan demikian, terjadilah suatu saldo. Proses pengelolaan keuangan Desa
ikatan saling percaya antara Pengurus Pakraman Kubutambahan juga telah
Desa Pakraman beserta pihak lainya yang memenuhi prinsip-prinsip pengelolaan yang
terlibat dengan dengan Krama Desa baik serta prinsip-prinsip akuntabilitas
Pakraman, sehingga eksistensi keberadaan publik.
Desa Pakraman menjadi lebih kuat. Pengurus Desa Pakraman
Modal sosial berikutnya adalah nilai- Kubutambahan memahami bahwa
nilai, norma serta sanksi yang dimiliki akuntansi merupakan instrumen
bersama oleh Desa Pakraman akuntabilitas dan transparansi dalam
Kubutambahan. Nilai, norma dan sanksi pengelolaan keuangan di Desa Pakraman.
tersebut telah dimanifestasikan pada tata Penggunaan sistem akuntansi dapat
aturan yang disebut dengan Awig-awig menumbuhkan kepercayaan masyarakat
Desa Pakraman serta Peraturan Daerah kepada pemimpin khususnya dalam
Provinsi Bali yang telah memiliki kekuatan implementasi pengelolaan Keuangan Desa
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 2 No:1 Tahun 2014)