Anda di halaman 1dari 12

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 2 No:1 Tahun 2014)

MEMBEDAH AKUNTABILITAS PRAKTIK PENGELOLAAN KEUANGAN


DESA PAKRAMAN KUBUTAMBAHAN, KECAMATAN
KUBUTAMBAHAN, KABUPATEN BULELENG, PROVINSI BALI
(Sebuah Studi Interpretif pada Organisasi Publik Non Pemerintahan)

1
Ayu Komang Dewi Lestari,
1
Anantawikrama Tungga Atmadja, 2I Made Pradana Adiputra

Jurusan Akuntansi Program S1


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

E-mail:{ayukomang_bali@ymail.com,
anantawikramatunggaatmadja@gmail.com,depradana@yahoo.co.id}
@undiksha.ac.id

Abstrak

Desa Pakraman merupakan organisasi sosial religius yang bersifat tradisional


sehingga pertanggungjawaban pengelolaan keuangannya seringkali belum ditunjang
dengan sistem dan prosedur yang memadai. Meskipun dilakukan dengan sederhana,
namun sistem ini dapat dimanfaatkan untuk mengelola aset Desa Pakraman secara
baik. Salah satu Desa Pakraman yang mampu mewujudkan akuntabilitasnya dengan
sistem pengelolaan keuangan yang sederhana adalah Desa Pakraman
Kubutambahan. Dengan sistem pemerintahan yang bersifat turun temurun sehingga
rentan terhadap pemusatan kekuasaan pada salah satu pihak dan memicu
penyalahgunaan wewenang, Desa Pakraman ini mampu menerapkan sistem
pengelolaan keuangan yang akuntabel. Untuk memahami fenomana pengelolaan
keuangan pada Desa Pakraman Kubutambahan, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui: 1) siapa saja pihak-pihak yang terlibat dalam proses pengelolaan
keuangan di Desa Pakraman Kubutambahan, 2) bagaimana proses pengelolaan
keuangan di Desa Pakraman Kubutambahan, dan 3) bagaimana pihak-pihak yang
terlibat memahami dan memaknai akuntabilitas proses pengelolaan keuangan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif yang
menekankan pada deskripsi setiap persepsi dan perilaku manusia. Analisis data
dilakukan melalui tiga tahapan, antara lain; 1) Reduksi Data, 2) Penyajian Data, dan
3) Menarik Kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; 1) Proses pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan di Desa Pakraman Kubutambahan tidak melibatkan
seluruh Krama Desa Pakramannya melainkan hanya melalui perwakilan. 2)
Akuntabilitas pengelolaan keuangan berlangsung secara konsisten setiap bulan
dengan menggunakan sistem akuntansi sederhana (sistem tiga kolom, yaitu debet,
kredit dan saldo). 3) Dengan adanya modal sosial khususnya kepercayaan, Pengurus
Desa Pakraman Kubutambahan menyadari bahwa akuntansi merupakan instrumen
akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan di Desa Pakraman.

Kata Kunci: Akuntabilitas, Desa Pakraman, Modal Sosial, Proses Pengelolaan


Keuangan.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 2 No:1 Tahun 2014)

Abstract

Desa Pakraman is a social and religious organization which has traditional


characteristics, so that the accountability of its financial management process is not
always supported by proper system and procedure. Although this system was carried
out in simple way, this could be used to manage the asset of Desa Pakraman
properly. One of Desa Pakraman which was able to accomplish its accountability
through the simple financial management was Desa Pakraman Kubutambahan.
Through the inherited governmental system which was easily affected by the
centralization of authority in one side and triggers the misuse of authority, this Desa
Pakraman was able to implement the accountable financial management system. To
understand the phenomenon of the financial management in Desa Pakraman
Kubutambahan, this research was aimed to find out: 1) the participants involved in the
financial management process in Desa Pakraman Kubutambahan, 2) how the
financial management process in Desa Pakraman Kubutambahan was carried out, 3)
how the participants involved understand and interpret the accountability of the
financial management process.
This research was conducted by using qualitative method which emphasizes
on the description of every perception and habits of the human. The data analysis was
conducted in three steps, such as: 1) Data Reduction, 2) Data Display, and 3)
Verification.
The result of this research shows that: 1) The process of financial
management and its accountability in Desa Pakraman Kubutambahan does not
involve all people in Desa Pakraman but the representatives only, 2) The
accountability of the financial management is carried out consistently in every month
by using simple accounting system (three column systems, such as debt, credit, and
balance), 3) Due to the social capital, especially belief, the participants of Desa
Pakraman Kubutambahan realize that accounting is an instrument of accountability
and transparency in financial management in Desa Pakraman.

Keywords: Accountability, Desa Pakraman, Social Capital, Financial Management


Process

PENDAHULUAN mengungkapkan segala macam aktivitas


Salah satu aspek penting yang mampu kepada prinsipal (sebagai pemberi
mewujudkan Good Governance dan paling amanah), dimana prinsipal tentunya
sering menjadi pembahasan publik adalah memiliki hak dan kewenangan untuk
akuntabilitas. Akuntabilitas adalah meminta pertanggungjawaban tersebut
kewajiban untuk memberikan (Mardiasmo, 2002:20).
pertanggungjawaban atau menjawab dan Dalam hubungan antara agen dan
menerangkan kinerja serta tindakan prinsipal (Agency Theory), kemungkinan
seseorang/pimpinan suatu unit organisasi akan timbul suatu masalah apabila terdapat
kepada pihak yang memiliki hak atau yang informasi asimetri yang menyebabkan agen
berwenang meminta pertanggungjawaban melakukan tindakan yang menyimpang,
(Lembaga Administrasi Negara dan Badan seperti pemanipulasian data,sehingga
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan laporan keuangan terlihat lebih bagus dan
RI, 2000:12). Akuntabilitas akan semakin memenuhi harapan prinsipal meskipun
membaik jika didukung oleh suatu sistem tidak menggambarkan kondisi perusahaan
akuntansi yang menghasilkan informasi yang seutuhnya (Scott, 1997). Berdasarkan
yang akurat, handal, tepat waktu, serta hal tersebut akuntansi memiliki peranan
dapat dipertanggungjawabkan. yang sangat penting khusunya sebagai alat
Sejalan dengan hal tersebut, pertanggungjawaban (akuntabilitas) dalam
Akuntabilitas Publik merupakan suatu hubungan antara prinsipal selaku pemberi
kewajiban bagi agen (sebagai pemegang tugas dan kekuasaan kepada agen untuk
amanah) untuk mempertanggungjawabkan, melakukan pekerjaan yang berkaitan
menyajikan, melaporkan serta dengan kepentingan prinsipal.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 2 No:1 Tahun 2014)

Sementara itu, Simanjuntak (2011:9) dibuat dalam bentuk laporan keuangan


menyebutkan bahwa akuntanbilitas publik sampai saat ini belum ditunjang dengan
terdiri Akuntabilitas Vertikal (akuntabilitas sistem dan prosedur yang memadai, hal ini
kepada otoritas yang lebih tinggi) dan dikarenakan tidak adanya peraturan resmi
Akuntabilitas Horizontal (akuntabilitas pada yang dibuat baik dari Pemerintah Pusat
masyarakat umum dan lembaga lainnya maupun Pemerintah Daerah yang secara
yang setara). Sedangkan menurut Ellwood khusus mengatur mengenai pembuatan
dalam Mardiasmo (2002:22), akuntabilitas laporan keuangan Desa Pakraman sebagai
publik dapat dibagi menjadi 4 dimensi, wujud akuntabilitas dalam pengelolaan
yaitu: 1) Akuntabilitas Kejujuran dan keuangan di Desa Pakraman. Adanya
Akuntabilitas Hukum (Accountability for laporan keuangan yang handal dari Desa
Probity and Legality). 2) Akuntabilitas Pakraman sangat diharapkan sebagai
Proses (Process Accountability). 3) wujud pertanggungjawaban kepada
Akuntabilitas Program (Program masyarakat Desa Pakraman itu sendiri,
Accountability). 4) Akuntabilitas Kebijakan sehingga persepsi maupun hal negatif
(Policy Accountability). terkait dengan pengelolan keuangan Desa
Provinsi Bali sebagai salah satu Pakramanpun dapat dihindari.
provinsi yang ada di Indonesia memiliki Oleh sebab itulah transparansi dan
keunikan tersendiri dalam sistem akuntabilitas praktik pengelolaan keuangan
pemerintahannya. Provinsi Bali mengenal pada Desa Pakraman merupakan salah
keberadaan Desa Dinas dan Desa satu poin yang menarik untuk dapat dikaji
Pakraman (Desa Adat). Desa Pakraman lebih mendalam karena hal tersebut
merupakan suatu kesatuan yang memiliki menjadi hakikat utama bagi entitas publik
ikatan tradisi dan budaya yang sangat kuat untuk dapat bertahan dan memaksimalkan
dalam suatu kesatuan wilayah tertentu, perannya, apalagi bagi entitas publik yang
memiliki pemimpin, serta memiliki kekayaan berada pada lingkup sosial budaya yang
dan bersifat tradisional, orisinil serta berbeda dengan entitas publik lainnya.
spesifik. Eksistensi keberadaan Desa Desa Pakraman yang dipilih dalam
Pakraman tidak bergantung pada kehendak penelitian ini yaitu Desa Pakraman
pemerintah, melainkan kehendak dari Kubutambahan, Kecamatan
masyarakat itu sendiri yang bersifat Kubutambahan, Kabupaten Buleleng,
tradisional. Provinsi Bali. Adapun alasan yang
Peraturan Daerah Provinsi Bali memotivasi dilakukannya penelitian di Desa
Nomor 03 Tahun 2001, Bab V Pasal 9, Pakraman Kubutambahan karena sistem
menjelaskan bahwa Desa Pakraman pemerintahan yang berlaku di Desa
memiliki kendali dan kekuasan penuh Pakraman Kubutambahan sangat unik.
terkait dengan pengelolaan keuangan, baik Pemimpin di Desa Pakraman
itu harta dan kekayaan yang bersifat fisik Kubutambahan atau yang disebut dengan
maupun material yang berlandaskan Jero Pasek beserta Prajuru (Pengurus)
dengan Awig-awig Desa Pakraman dan Desa Pakramannya menganut sistem
nilai-nilai yang terkandung dalam tunggal, seumur hidup dan turun temurun
masyarakat Desa Pakraman tersebut. layaknya sistem kerajaan. Sistem
Sistem pengelolaan keuangan Desa pemerintahan yang turun temurun seperti
Pakraman tidak sama halnya dengan ini biasanya rentan terhadap pemusatan
sistem pengelolaan keuangan Desa Dinas. kekusaan pada salah satu pihak yang dapat
Sistem pengelolaan keuangan Desa memicu penyalahgunaan wewenang. Akan
Pakraman tidak merujuk pada regulasi yang tetapi, hal ini tidak terjadi di Desa Pakraman
sama dengan Desa Dinas melainkan Kubutambahan, sehingga praktik
kepada Awig-awig yang telah diatur secara pengelolaan keuangan di Desa Pakraman
sah dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Kubutambahan menarik untuk diangkat.
Nomor 3 Tahun 2001. Berkaitan dengan hal tersebut, adapun
Selama ini pengelolaan keuangan beberapa permasalahan penelitian yang
Desa Pakraman di Bali dapat dikatakan akan dijawab dalam penelitian ini, antara
sederhana. Petanggungjawaban yang lain: 1) Siapa saja pihak-pihak yang terlibat
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 2 No:1 Tahun 2014)

dalam proses pengelolaan keuangan di Bahu, 1 orang Petengen, 1 orang


Desa Kubutambahan, 2) Bagaimana Penyarikan, 2 orang Tamyang Kolem serta
proses pengelolaan keuangan di Desa 24 orang lainnya yang berkedudukan
Pakraman Kubutambahan, dan 3) sebagai Desan. Warkadea (2011:69)
Bagaimana pihak-pihak yang terlibat menyebutkan bahwa pewarisan nama-
memahami dan memaknai akuntabilitas nama jabatan tersebut mengindikasikan
dalam pengelolaan keuangan di Desa adanya pola pemerintahan Desa Kuna yang
Pakraman Kubutambahan. dianut oleh Desa Kubutambahan sampai
sekarang.
Pemimpin Desa Pakraman
METODE Kubutambahan lebih dikenal dengan istilah
Penelitian ini dilakukan dengan Jero Pasek. Jero Pasek memiliki tugas
menggunakan metode penelitian kualitatif. untuk mengurus dan mengatur pengelolaan
Paradigma yang digunakan dalam harta kekayaan Desa Pakraman (Peraturan
penelitian ini adalah paradigma interpretif. Daerah Provinsi bali Nomor 3 Tahun 2001,
Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dari Bab IV, Pasal 8, Butir e). Jero Prawayah
sumber primer yaitu data yang didapatkan Ulu dan Jero Prawayah Bahu adalah orang-
langsung dari informan dilapangan, serta orang yang memiliki peran dalam hal
sumber sekunder yaitu data yang diperoleh keagamaan, seperti halnya mengurus
dari dokumen-dokumen, tulisan/artikel. kelengkapan dan perlengkapan yang
Informan dalam penelitian ini ditunjuk berkaitan dengan upacara-upacara di Desa
secara purposive. Penunjukan ini Pakraman. Penyarikan (Sekretaris) memiliki
ditentukan berdasarkan pertimbangan tugas dan tanggung jawab dibidang
bahwa sejauh mana mereka memahami administrasi Desa Pakraman. Petengen
masalah yang dikaji sebagaimana yang (Bendahara) memiliki tanggung jawab
dirumuskan dalam masalah penelitian. dalam mencatat dan
Pengumpulan data dalam penelitian mempertanggungjawabkan keluar
ini dilakukan melalui teknik In-depth masuknya kas, tabungan, deposito,
interview, Observasi dan Studi pinjaman serta transaksi-transaksi
Dokumentasi. Teknik analisis yang keuangan lainnya yang berkaitan dengan
digunakan dalam penelitian ini sejalan kas Desa Pakraman Kubutambahan.
dengan teknik analisis interaktif yang Istilah Tamyang Kolem merujuk kepada
dikemukakan oleh Miles dan Huberman bagian keamanan Desa Pakraman
(1992) dalam Moleong (2005), yaitu: 1) Kubutambahan. Namun untuk setiap Desa
Reduksi data (data reduction), 2) Penyajian Pakraman di Bali lebih dikenal dengan
Data (data display), dan 3) Menarik istilah Pecalang yang memiliki tugas dan
Kesimpulan (verifikasi). tanggungjawab dalam menjaga keamanan,
keselamatan dan stabilisasi kehidupan
HASIL DAN PEMBAHASAN masyarakat Desa Pakraman
Struktur Organisasi Pengurus Desa Kubutambahan. Terakhir, Desan atau
Pakraman Kubutambahan anggota biasa merupakan bagian yang
Stuktur organisasi Desa Pakraman paling banyak porsinya dalam pengurus
Kubutambahan dilukiskan layaknya Desa Pakraman Kubutambahan.
seorang manusia yang lengkap dengan Keunikan Desa Pakraman
kepala dan anggota tubuh seperti tangan Kubutambahan dalam hal nama-
dan kakinya. Setiap bagian ataupun posisi namajabatan tercermin pula dalam
yang menduduki struktur organisasi pemilihan pengurusnya. Pemilihan
tersebut saling berhubungan dan memiliki pengurus Desa Pakraman tidak dilakukan
tugas masing-masing. Berdasarkan hasil melalui Paruman (bentuk permusyawaratan
wawancara dan observasi yang telah desa) Desa Pakraman melainkan mengikuti
peneliti lakukan, secara umum pengurus tradisi turun temurun yang telah berlaku
Desa Pakraman Kubutambahan terdiri atas sejak dulu, layaknya sebuah kerajaan.
1 orang Jero Pasek, 2 orang Jero Eksistensi sistem pemerintahan seperti ini
Prawayah Ulu, 2 orang Jero Prawayah merupakan suatu bentuk penghormatan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 2 No:1 Tahun 2014)

terhadap para leluhur terdahulu. Seperti Pihak-pihak yang terlibat dalam Proses
halnya yang disampaikan oleh Kelian Desa Pengelolaan Keuangan Desa Pakraman
Pakraman Kubutambahan berikut ini: Kubutambahan
Sebagian besar dana keuangan yang
“Disana ada namanya klasifikasi desa. dimiliki oleh Desa Pakraman
Ada Desa Linggih, Desa Sampingan, Kubutambahan disimpan di Lembaga
dan Desa Latan. Nah ini kalau Desa Perkreditan Desa (LPD). Beberapa sumber
Linggih itu desa yang duduk atau pendapatan yang memiliki jumlah besar
negak, ya negak di Bale Lantang seperti Pasar Desa, Penyewaan Kios dan
(tempat dilaksanakanya Paruman) di Penyewaan Kos-kosan dikelola oleh
Paruman Desa, di Pura Desa juga. pengurus LPD bersama-sama dengan
Yang lain tidak boleh duduk. Karena Petengen (Bendahara) Desa Pakraman
itu merupakan cikal bakal. Dari Kubutambahan.
keturunan itulah yang mendirikan Desa Pembagian tugas dan wewenang
Pakraman Kubutambahan. Yang antara LPD dan Petengan dalam
diberikan penghargaan mendapatkan pengelolaan keuangan Desa Pakraman
julukan Desa Linggih/Desa Negak”. Kubutambahan tersebut, didasarkan atas
kesepakatan bersama pengurus lainnya
Desa Linggih merupakan tingkatan mengingat kemampuan yang dimiliki oleh
pertama pada Desa Pakraman Petengen Desa Pakraman Kubutambahan
Kubutambahan yang dipimpin oleh seorang cukup terbatas dalam hal pengelolaan
Jero Pasek. Jumlah krama yang duduk keuangan. Hal ini terlihat dari pernyataan
sebagai Desa Linggih sebanyak 33 orang. yang disampaikan oleh Petengen Desa
Jero Pasek beserta anggota lainnya yang Pakraman Kubutambahan berikut ini:
disebut dengan Desan memiliki hak
prerogatif dalam menegakkan Awig-awig “……. Saya tidak mau terbebani
dan atau menyelesaikan, memutuskan hal- terlalu banyak, karena ya tidak muat
hal yang terkait dengan kepentingan Desa gitu. Dari awalnya juga saya tidak
Pakraman tersebut. Tingkatan kedua mau jadi bendahara, karena itu
dikenal dengan sebutan Desa Latan. Krama memang sudah kewajiban tiang
yang termasuk kedalam Desa Latan ini (saya) dari dulu begitu, ya istilahnya
adalah anggota masyarakat Desa saya ngayahlah (sukarela) disini
Pakraman yang merupakan keluarga dari jadinya, walaupun saya kurang begitu
Desa Linggih, namun anngota Desa Latan paham dengan ini. Kebetulan dari
telah mempunyai wakil-wakil (delegasi) keluarga tiang dari dulu adalah
yang terhimpun dalam anggota Desa bendahara, jadi semaksimal mungkin
Linggih menurut Klan (Wangsa) masing- tiang berusaha”.
masing yang terkait dalam bentuk pedadian
(Warkadea, 2011:65). Tingkatan ketiga Berdasarkan kutipan wawancara
adalah Desa Sampingan. Anggota Desa diatas diketahui bahwa Petengen Desa
Sampingan merupakan orang perorang Pakraman Kubutambahan menduduki
yang beragama Hindu dan bertempat jabatan sebagai Bendahara bukan karena
tinggal di Desa Pakraman Kubutambahan kemampuan yang dimilikinya melainkan
karena adanya perpindahan penduduk. karena faktor keturunan yang
Anggota Desa Sampingan bisa juga mengharuskan Beliau untuk duduk sebagai
merupakan Krama Desa Pakraman yang Petengen Desa Pakraman. Keterbatasan
terkait dalam pedadian namun tidak kemampuan yang Beliau miliki tidak serta
memiliki delegasi sebagai Desa Linggih, merta menyebabkan Beliau patah
dalam artian tidak ngedesa (tidak semangat dan menyerah begitu saja. Beliau
berkewajiban ikut dalam kegiatan Desa berusaha menjalankan tugas dan
Pakraman). tanggungjawab yang dimiliki dengan usaha
maksimal yang dapat dilakukannya.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 2 No:1 Tahun 2014)

Adanya pembagian pengelolaan perkembangan pendapatan Desa


sumber pendapatan antara Petengen dan Pakraman untuk beberapa pos yang
Pengurus LPD juga didasarkan atas ditangani.
keinginan yang dimiliki oleh Petengen Desa
Pakraman Kubutambahan itu sendiri. Proses Pertanggungjawaban
Petengen Desa Pakraman Kubutambahan Pengelolaan Keuangan dalam Bingkai
hanya bertanggungjawab langsung Pemerintahan Desa Pakraman
terhadap uang pembangunan, kontrak Kubutambahan
tanah dan upacara saja sedangkan kas Proses pertanggungjawaban
lainnya yang meliputi pos pendapatan pengelolaan keuangan termasuk pula
seperti penyewaan kos-kosan, kios, dan pengambilan keputusan di Desa Pakraman
pasar Desa Pakraman pengelolaanya Kubutambahan tidak melibatkan seluruh
dibantu oleh LPD. Hal ini juga dimaksudkan Krama Desa Pakramannya melainkan
untuk mengurangi beban dan melalui sistem perwakilan, dalam artian
tanggungjawab yang diemban oleh hanya sebatas pada Krama Desa
Petengen Desa Pakraman karena Pakraman yang duduk sebagai pengurus
keterbatasan kemampuan yang dimilikinya. Desa Pakramannya saja. Sedangkan
Adanya pembagian tugas Krama Desa Pakraman lainnya hanya
pengelolaan keuangan seperti yang memperoleh informasi terusan melalui
disampaikan diatas bukan berarti bahwa pengurus-pengurus Desa Pakraman
tanggungjawab yang dimiliki oleh Petengen Kubutambahan yang lumrah disebut
Desa Pakraman dan pihak LPD lepas satu sebagai perwakilan Krama Desa Pakraman
sama lain. Tanggungjawab seluruh lainnya.
keuangan tetap menjadi milik Petengen dan Perwakilan tersebut tidak ditentukan
pihak lain yang terlibat seperti LPD dan melalui jalur musyawarah Paruman Desa
Petugas Pengumpul. Hal ini telah maupun Dadia (keluarga besar) melainkan
ditunjukkan sebelumnya dari argumen yang merupakan jabatan turun temurun yang
disampaikan oleh Jero Pasek terkait tidak dapat digantikan oleh orang lain.
dengan istilah “Satu Pintu”, berikut ini: Eksistensi sistem ini merupakan suatu
bentuk penghargaan yang diberikan
“……dibagi-bagilah tugasnya. Tapi kepada Krama Desa Pakraman yang
nanti akan masuk dalam satu buku, memiliki hubungan sedarah dengan para
istilahnya dalam satu pintu yaitu di leluhur dahulu yang telah berjasa dalam
Petengen. Nanti semuanya masuk pembentukan awal Desa Pakraman
dah sana…..” Kubutambahan.
Adanya perwakilan seperti ini
Istilah “Satu Pintu” yang disampaikan merupakan tanggung jawab besar yang
Jero Pasek diatas, sesungguhnya diemban oleh setiap orang perwakilan,
merupakan gambaran implisit terkait karena setiap orang perwakilan yang
dengan tanggungjawab yang dimiliki oleh duduk sebagai pengurus Desa Pakraman
Petengen dalam hal pengelolaan tersebut memiliki peran yang cukup vital
keuanganya. Istilah tersebut mengandung dalam penyebarluasan informasi hasil
makna bahwa tanggungjawab Petengen paruman sehingga seluruh anggota Dadia
yang tidak lepas seutuhnya walaupun yang diwakilkan tersebut memperoleh
adanya pembagian pengelolaan informasi yang sama. Peran dan
penerimaan kas untuk beberapa pos tanggungjawab perwakilan pengurus Desa
pendapatan Desa Pakramannya. Petengen Pakraman ini dapat dilihat dari pernyataan
wajib mengetahui berapa jumlah uang yang yang disampaikan oleh Ketua LPD Desa
masuk maupun keluar terkait dengan pos- Pakraman Kubutambahan berikut ini:
pos pendapatan yang dikelola oleh LPD.
Hak dari Petengen untuk mengetahui “Tidak, cuma dilingkup pengurus
berapa jumlah uang yang masuk disisi lain Desa Pakraman saja, nanti yang 33
juga menjadi kewajiban bagi pihak LPD orang ini yang menyebarkan
untuk melaporkan secara periodik informasi ke Dadia/keluarga masing-
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 2 No:1 Tahun 2014)

masing. Semua ke 33 nike (itu) gitu……Misalnya membeli barang


diberikan lembaran-lembaran laporan atau keperluan apa itu, bukan
keuangan dana LPD. Dan yang 33 Petengen yang beli, ada yang
nike pasti tahu semua karena sudah disuruh untuk beli”.
memegang laporanya”.
Adanya pembagian tugas untuk
Pernyataan Jero Pasek selaku Kelian membantu peran dari seorang Bendahara
Desa Pakraman Kubutambahan terkait tersebut merupakan suatu bentuk
dengan sistem perwakilan yang telah implementasi pengorganisasian yang baik.
dijelaskan sebelumnya, juga diperkuat Dengan adanya pembagian tersebut,
kembali oleh pernyataan lain yang tanggungjawab seorang pengurus yang
disampaikan Ketua LPD Desa Pakraman mengelola dana dalam jumlah banyak
Kubutambahan, Bapak Nyoman Budiasa tidak hanya terpusat pada satu orang saja,
berikut ini: hal ini dapat meminimalisasi adanya
kesalahan dalam pengelolaan keuangan
“Gini, seperti kata saya tadi, masalah Desa Pakraman Kubutambahan. Senada
keuangan apapun yang ada di Desa dengan yang disampaikan oleh Jero Pasek
Pakraman, cuma 33 ini saja yang diatas, Bendahara Desa Pakraman
tahu.Tidak pernah melibatkan warga. Kubutambahan juga menyampaikan hal
Setelah dirapatkan yang 33 inilah berikut ini :
yang memberikan informasi. Dalam
bentuk paruman apapun nanti “……karena disini kita sistemnya
disampaikan kepada warga.Kita kepercayaan saja ya, apalagi
anggap sudah terwakilkan”. berkaitan dengan uang di Pura gitu
ya percaya sajalah”.
Jika dikaitkan dengan Agency Theory,
maka Krama Desa Pakraman Berdasarkan apa yang telah
Kubutambahan (baik Krama Desa Negak, disampaikan oleh Jero Pasek dan
Latan dan Sampingan) sesungguhnya Bendahara tersebut, maka istilah yang
merupakan Prinsipal yang mempunyai hak tepat untuk digunakan dalam kasus Desa
untuk mengetahui secara lengkap dan Pakraman Kubutambahan ini adalah
terperinci atas pengelolaan keuangan adanya penerapan “Akuntansi
tersebut, sedangkan Prajuru (Pengurus) Kekeluargaan” yangmenggambarkan
Desa Pakraman merupakan Agen yang bahwa praktik transparansi dan
memiliki kewajiban untuk melaporkan dan akuntabilitas yang dilaksanakan berbasis
mempertanggungjawabkan kegiatannya. kepercayaan. Masyarakat juga meyakini
Berdasarkan hal tersebut, adanya bahwapengurus Desa Pakraman
sistem kepercayaan merupakan nilai-nilai merupakan pekerjaan sukarela, dan tidak
luhur yang selalu dijunjung dalam akan berani melakukan praktik-praktik
hubungan antar pengurus Desa Pakraman menyimpang dari agama karena mereka
maupun antara Pengurus Desa Pakraman memiliki tingkat spiritual yang lebih baik
dengan Krama Desanya. Kepercayaan daripada masyarakat umum lainnya.
merupakan nilai sederhana yang diterapkan Lebih lanjut terkait dengan jadwal
oleh Desa Pakraman Kubutambahan pelaksanaan pertanggungjawabannya,
namun memiliki makna yang dalam serta pengurus Desa Pakraman Kubutambahan
mudah hilang apabila telah ternodai. selalu melaksanakan Paruman rutin setiap
Adanya nilai kepercayaan dan pembagian bulan. Pelaksanaan paruman yang
tugas tersebut dapat dilihat dari pernyataan dilakukan secara rutin setiap
yang disampaikan oleh Kelian Desa bulanmenunjukkan profesionalitas dan
Pakraman Kubutambahan berikut ini: tanggungjawab pengurus Desa Pakraman
untuk dalam pengelolaan keuangan sangat
“………….sampai sekarang masih kuat. Pertimbangan pengurus Desa
itu, sehingga gampang, pokokne Pakraman Kubutambahan untuk melakukan
pade percaya (intinya saling percaya) paruman sehari setelah Upacara Purnama
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 2 No:1 Tahun 2014)

setiap bulannya dikarenakan penggunaan Jero Pasek selaku Kelian Desa


kas Desa Pakraman untuk Upacara Pakraman Kubutambahan, menyadari
Purnama harus dipertanggungjawabkan pentingnya menggunakan akuntansi
secepatnya, hal ini dapat meminimalisasi sebagai instrumen akuntabilitas dan
kejadian-kejadian yang memungkinkan transparansi dalam pengelolaan keuangan
tidak terekamnya transaksi-transaksi yang di Desa Pakraman. Pendapat informan
berkaitan dengan penggunaan dana Desa tersebut memberikan sinyal bahwa dalam
Pakraman Kubutambahan setiap bulannya. menumbuhkan kepercayaan masyarakat
Pelaksanaan paruman untuk kepada pemimpin khususnya dalam
pertanggungjawaban yang dilakukan setiap implementasi pengelolaan Keuangan Desa
bulan merupakan suatu bentuk transparansi Pakraman harus dapat dibuktikan dengan
pertanggungjawaban keuangan yang menunjukkan secara nyata bukti
dilakukan oleh pihak pengurus Desa pendukung pendapat tersebut berupa
Pakraman Kubutambahan. Namun, laporan keuangan yang nantinya mampu
pelaksanaan pertanggungjawaban tidak menepis kecurigaan maupun
akan menjadi lebih baik apabila tidak menyelesaikan berbagai permasalahan
ditunjang oleh penggunaan sistem yang yang muncul di Desa Pakraman.
tepat, misalnya penggunaan sistem Laporan Keuangan yang dibuat oleh
akuntansi dalam hal pembuatan laporan pengurus Desa Pakraman Kubutambahan
keuangannya. Pentingnya penggunaan bersifat sederhana, yaitu berbentuk laporan
sistem akuntansi dikarenakan akuntansi kas dengan tiga kolom utama yaitu kolom
merupakan instrumen pertanggungjawaban uraian (penjelasan terkait dengan jenis
publik. transasksi), kolom debet (penerimaan),
Meskipun perhatian kepada kolom kredit (pengeluaran) dan kolom
organisasi keagamaan yang berskala mikro saldo. Pada bagian uraian, setiap transaksi
sedikit diberikan, namun, penerapan sistem yang terjadi diuraikan dengan keterangan
akuntansi yang berujung pada adanya yang lengkap dan telah diurutkan
akuntabilitas dan transparansi pengelolaan berdasarkan tanggal terjadinya. Berikut ini
keuangan publik menjadi hal yang sangat disajikan penggalan laporan keuangan
krusial. Desa Pakraman Kubutambahan Desa Pakraman Kubutambahan Bulan
sebagai entitas publik non pemerintahan Oktober 2013:
yang belum sepenuhnya mendapat
perhatian langsung dari ilmuwan akuntansi,
sesungguhnya telah membangun
perspektifnya sendiri akanpentingnya
peranan akuntansi. Seperti yang
disampaikan oleh Kelian Desa Pakraman
Kubutambahan berikut ini:

“Saya sudah menggunakan sistem


akuntansi itu, walaupun sederhana.
Nantinya peran itu sangat diharapkan
dalam rangka keterbukaan
transparansi dan akuntabilitas. Agar
tidak hanya sedekar omong (bicara) Gambar 1. Format Laporan Keuangan
saja. Pengeluaran ini, mana buktinya, Desa Pakraman Kubutambahan. Sumber:
siapa yang beli, nah itu keliatan Data Hasil Studi Dokumentasi, 2013
nanti.Siapa yang memberi uang,
kapan uang itu diberikan, berapa sisa Laporan Keuangan yang telah dibuat
uang kas, berapa sisa uang bank, itu dengan menggunakan sistem akuntansi
kelihatan tiap bulanya.Makanya saya sederhana diatas menunjukkan bahwa
gampang”. konsep akuntabilitas proses telah terpenuhi,
walaupun belum sempurna. Akuntabilitas
proses menekankan pada ketepatan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 2 No:1 Tahun 2014)

penggunaan prosedur dalam melaksanakan kecurigaan yang berdampak pada turunya


tugas sehingga memiliki kecukupan sistem kredibilitas masyarakat juga di terlihat dari
informasi akuntansi dan sistem informasi argumen oleh Jero Pasek berikut ini:
manajemen yang baik Ellwood dalam
Mardiasmo (2002:22). “Misalnya kalau mau beli ayam, ada
Periode laporan keuangan yang petugasnya itu, dibagi-bagilah
dibuat oleh Pengurus Desa Pakraman tugasnya. Tapi nanti akan masuk
bersifat konsisten, karena penyusunan dalam satu buku, istilahnya dalam
laporan keuangan dibuat setiap bulannya satu pintu yaitu di Petengen. Nanti
berdasarkan upacara keagamaan yang semuanya masuk dah sana.
dilaksanakan di Desa Pakraman Sehingga nanti akan direkap, berapa
Kubutambahan setiap Bulan Purnama. jumlah pengeluarannya. Itulah peran
Penggunaan sistem akuntansi sederhana akuntansi. Bagus, transparan, kita
dalam rangka menyampaikan laporan tenang. Kalau misalnya ada yang
keuangan Desa Pakraman dilakukan lebih bertanya, “ow to kenken ne… o too
karena kebutuhan Krama Desa Pakraman nae cek”. “Bui korupsi 2 milyar, men
dan masyarakat sekitar mengenai cen buktine” (ow bagaimana ini… o
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan ini lihat saja. Wah korupsi 2 milyar,
keuangan untuk meminimalisasi adanya kalau begitu mana buktinya)”.
kekhawatiran dalam bingkai kecurigaan.
Ketidakinginan hilangnya kredibilitas Argumentasi untuk menjaga
masyarakat tercermin dari pernyataan Jero transparansi dan akuntabilitas terlihat
Pasek berikut ini: begitu kuat, apabila mencermati pernyataan
Jero Pasek selaku Kelian Desa Pakraman
“Pertanggungjawaban itu penting Kubutambahan diatas. Alasan yang
dalam rangka keterbukaan kepada memeperkuat adanya pelaporan dan
masyarakat, dalam rangka pencataatan setiap transaksi yang terjadi
kredibilitas, artinya kepercayaan. mengasumsikan bahwa peran akuntansi
Kalau kita tidak pernah sebagai instrumen transparansi dan
mempertanggungjawabkan, mana akuntabilitas pengelolaan keuangan tidak
buktinya? Kan begitu. Tapi dengan diabaikan. Fakta ini menggambarkan
adanya pertanggungjawaban bahwa masyarakat, khususnya pengurus
tersebut, maka kredibilitas pemimpin Desa Pakraman Kubutambahan telah
itu akan bagus”. memahami dan menjunjung tinggi serta
menerapkan dengan baik prinsip-prinsip
Kredibilitas dan wibawa individu akuntabilitas dan transparansi dengan
maupun entitas Desa Pakraman menjadi penggunaan sistem akuntansi pada
pertimbangan utama mengapa akuntansi pengelolaan keuangan Desa Pakraman
melalui pelaporan keuangan yang dibuat Kubutambahan. Selain sebagai instrumen
oleh pengurus Desa Pakraman menjadi transparansi dan akuntabilitas publik, fungsi
poin penting dalam pengelolaan keuangan akuntansi juga terlihat untuk mendorong
Desa Pakraman. Kecurigaan dan praktik-praktik yang bersih.
ketidakpercayaan muncul dari Krama Desa Praktik yang bersih merupakan syarat
Pakraman dan masyarakat sekitar, apabila terpenuhinya akuntabilitas kejujuran dan
pengurus Desa Pakraman tidak dapat akuntabilitas hukum dalam dimensi
mepertanggungjawabkan secara akuntabilitas publik yang disampaikan oleh
transparan terkait pengelolaan keuangan Ellwood dalam Mardiasmo (2002:22).
Desa Pakraman, terutama dana-dana yang Selain itu, kepercayaan Krama Desa
berasal dari Krama maupun instansi Pakraman yang diberikan kepada pengurus
pemerintah yang memberikan sumbangan. dalam pengelolaan keuangan Desa yang
Adanya laporan keuangan yang tentunya berkaitan dengan Agama
dibuat juga sebagai bukti untuk merupakan suatu hal yang tidak bisa
memperkuat opini pengelola keuangan dipermainkan. Bermain dengan ajaran
dalam rangka menghapus kecurigaan- Agama tentunya menghindarkan kita untuk
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 2 No:1 Tahun 2014)

dapat mencapai kebahagiaan duniawi dan pengelolaan keuangan Desa Pakraman.


surgawi. Baik pengurus Desa Pakraman maupun
Lebih lanjut, dalam ruang lingkup pihak lainnya yang terlibat dalam proses
Desa Pakraman Kubutambahan, adanya pengelolaan keuangan berusaha
penerapan sistem akuntansi diterima semaksimal mungkin untuk berbuat jujur
dengan baik sebagai sebuah instrumen serta selalu berusaha untuk mengendalikan
yang penting bagi pengelolaan keuangan diri dan tidak melakukan kecurangan dalam
Desa Pakraman sebagai bentuk bentuk apapun.
perwujudan kejujuran dan Selain itu dalam hal akuntabilitasnya,
pertanggungjawaban publik yang Krama Negak Desa Pakraman
berlandaskan pada Awig-awig Desa Kubutambahan yang duduk sebagai
Pakraman Kubutambahan serta Peraturan pengurus Desa Pakraman Kubutambahan
Daerah Provinsi Bali. Awig-awig tersebut dipercayai sebagai penyalur informasi
memuat segala macam aturan dan kepada Krama lainnya yang memiliki
ketentuan yang dijadikan pedoman- hubungan kekeluargaan, sehingga
pedoman dalam berperilaku bagi Krama informasi dan pertanggungjawaban Desa
Desa Pakraman Kubutambahan. Pakraman dapat diketahui secara luas oleh
Krama Desa Pakraman Kubutambahan.
Modal Sosial sebagai Dasar Pemahaman Adanya kepercayaan untuk menyebarkan
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan informasi seperti ini merupakan suatu
Desa Pakraman Kubutambahan kewajiban yang harus dilaksanakan
Secara singkat, Modal Sosial dapat sebagai Pengurus Desa Pakraman,
didefinisikan sebagai pranata yang sehingga tidak lagi terdapat kecurigaan
berwujud budaya politik paternalistik atau apapun terkait dengan pengelolaan kas
patronase (Atmadja, 2006:220). Bentuk- Desa Pakraman. Berdasarkan hal tersebut,
bentuk modal sosial yang berkembang di apabila Krama Desa Pakraman merasa
masyarakat meliputi beberapa hal antara bahwa mereka telah dicurangi maka
lain: hubungan sosial, adat dan nilai budaya mereka akan merasa trauma dan sulit untuk
lokal, toleransi, kejujuran, kearifan lokal dan mempercayai lagi setiap tindakan yang
pengetahuan lokal, jaringan sosial dan dilakukan oleh Pengurus Desa Pakraman
kepemimpinan sosial, kepercayaan, Kubutambahan.
kebersamaan dan kesetiaan, tanggung Selain rasa saling percaya yang
jawab sosial (Ambara, 2011:4). Modal tercermin dalam kejujuran, modal sosial lain
sosial antara masyarakat satu dengan yang yang erat kaitannya dengan rasa saling
lainnya tidaklah sama dan beraneka ragam percaya Desa Pakraman meliputi
sesuai dengan sistem budaya serta nilai- kewajaran, sikap egaliter, toleransi dan
nilai yang berlaku dan berkembang kemurahan hati (Atmadja, 2006:226). Siikap
dimasyarakat itu sendiri. egaliter, toleransi dan kemurahan hati
Berdasarkan beberapa kutipan ditunjukkan oleh Pengurus Desa Pakraman
wawancara yang telah dibahas sebelumnya melalui pelayanan yang diberikan kepada
diketahui bahwa Desa Pakraman Krama Desa Pakramannya. Misalnya,
Kubutambahan memiliki modal sosial diberikannya bantuan keuangan dari Desa
berupa kepercayaan. Kepercayaan yang Pakraman kepada Krama Desa Pakraman
terjalin dalam hubungan antar sesama yang mengalami musibah seperti adanya
Pengurus Desa Pakraman maupun antara kematian seperti yang diungkapkan oleh
Pengurus Desa Pakraman dengan Krama Jero Pasek berikut ini:
Desa Pakraman merupakan suatu modal
sosial yang paling utama melandasi “….Pengeluaran-pengeluaran desa
aktivitas pengelolaan keuangan di Desa yang sifatnya operasional misalnya
Pakraman Kubutambahan. Rasa saling ada punia, ada nak ngaben (prosesi
percaya dicerminkan kedalam sikap jujur upacara kematian di Bali), desa juga
dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh memberikan punia”.
Pengurus Desa Pakraman selaku pihak Hal ini mencerminkan modal sosial
yang mempunyai hak utama atas dalam bentuk toleransi dan kemurahan hati
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 2 No:1 Tahun 2014)

untuk meringankan beban yang ditanggung hukum yang sah dan tidak bertentangan
oleh orang yang bersangkutan. Bentuk dengan UUD 1945. Dengan adanya
sikap toleransi dan kemurahan hati yang beberapa bentuk modal sosial yang dimiliki
dilakukan oleh Pengurus Desa Pakraman oleh Pengurus Desa Pakraman
Kubutambahan berupa pertolongan Kumbutambahan telah mampu membangun
material dan non material.Sebagai makhluk jaringan sosial dengan Krama Desa
sosial tentunya sikap toleransi dan tolong Pakramannya yang nantinya di dalam
menolong penting untuk dipertahankan.Jika jaringan sosial itu diharapkan mereka
dikaitkan dengan konteks organisasi bisnis, bersama-sama dapat mengembangkan
Krama Desa Pakraman adalah prinsipal partisipasi, pertukaran, solidaritas,
sedangkan Pengurus Desa Pakraman kerjasama secara berkeadilan untuk
merupakan agen yang memiliki mencapai tujuan dari Desa Pakraman
tanggungjawab kepada prinsipalnya. Kubutambahan tersebut.
Mengingat hubungan antara agen dan
prinsipal dalam struktur organisasi ini SIMPULAN DAN SARAN
menyebabkan keberadaan Krama Desa Proses Pengelolaan Keuangan Desa
Pakraman memegang peranan yang vital Pakraman Kubutambahan tidak melibatkan
dalam penentuan setiap tindakan dari para seluruh Krama Desa Pakramannya
agenya. Oleh sebab itu, pengembangan melainkan hanya melalui perwakilan-
modal-modal social agen seperti ini perwakilan Krama Desa Pakraman yang
sangatlah penting bagi ketahanan serta duduk sebagai pengurus Desa Pakraman
pengembangan kepercayaan Krama Desa sebanyak 33 orang. Apabila
Pakraman terhadap Pengurus Desa memungkinkan, sebaiknya akuntabilitas
Pakramannya. praktik pengelolaan keuangan Desa
Tidak hanya Pengurus Desa Pakraman Kubutambahan dapat melibatkan
Pakraman serta pihak yang terlibat dalam partisipasi dari seluruh Krama Desa
pengelolaan keuangan saja yang harus Pakramannya, untuk mencegah adanya
menumbuhkan modal sosial kepercayaan, kecurigaan-kecurigaan yang mungkin dapat
Krama Desa Pakraman pun juga telah terwujud dari Krama Desa Pakraman
menumbuhkan rasa kepercayan ini. lainya.
Misalnya dengan melakukan pembayaran Sejalan dengan hal tersebut, proses
sewa tanah, kos maupun kios tepat waktu akuntabilitas pengelolaan keuangan Desa
dan dengan jumlah yang sesuai, melakukan Pakraman Kubutambahan telah
pengeluaran-pengeluaran keuangan yang berlangsung secara konsisten setiap bulan
menggunakan Dana Desa Pakraman dengan menggunakan sistem akuntansi
sesuai dengan kebutuhan dan tugas yang sederhana. Laporan keuangan telah dibuat
diberikan, serta adanya kewajiban bagi konsisten setiap bulan dengan sistem tiga
setiap Krama Desa Pakraman untuk kolom, yaitu uraian (penjelasan terkait
menaati Awig-awig Desa Pakraman dengan jenis transasksi), debet
Kubutambahan. (penerimaan), kredit (pengeluaran) dan
Dengan demikian, terjadilah suatu saldo. Proses pengelolaan keuangan Desa
ikatan saling percaya antara Pengurus Pakraman Kubutambahan juga telah
Desa Pakraman beserta pihak lainya yang memenuhi prinsip-prinsip pengelolaan yang
terlibat dengan dengan Krama Desa baik serta prinsip-prinsip akuntabilitas
Pakraman, sehingga eksistensi keberadaan publik.
Desa Pakraman menjadi lebih kuat. Pengurus Desa Pakraman
Modal sosial berikutnya adalah nilai- Kubutambahan memahami bahwa
nilai, norma serta sanksi yang dimiliki akuntansi merupakan instrumen
bersama oleh Desa Pakraman akuntabilitas dan transparansi dalam
Kubutambahan. Nilai, norma dan sanksi pengelolaan keuangan di Desa Pakraman.
tersebut telah dimanifestasikan pada tata Penggunaan sistem akuntansi dapat
aturan yang disebut dengan Awig-awig menumbuhkan kepercayaan masyarakat
Desa Pakraman serta Peraturan Daerah kepada pemimpin khususnya dalam
Provinsi Bali yang telah memiliki kekuatan implementasi pengelolaan Keuangan Desa
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 2 No:1 Tahun 2014)

Pakraman yang mampu menepis Program Pasca Sarjana


kecurigaan maupun menyelesaikan Universitas Airlangga.
berbagai permasalahan yang muncul di
Desa Pakraman. Disamping itu pula, LAN dan BPKP. 2000. Akuntabilitas dan
Pengurus Desa Pakraman Kubutambahan Good Governance, Modul 1 dari 5
selaku agen dalam pengelolaan keuangan Modul Sosialisasi Sistem
dan Krama Desa Pakraman sebagai Akuntabilitas Kinerja Instansi
prinsipal telah memegang teguh peranan Pemerintah. Jakarta: Penerbit LAN
modal-modal sosial khususnya
kepercayaan dalam membentuk hubungan Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor
akuntabilitasnya. Publik. Yogyakarta: Andi.
Dalam penelitian ini, peneliti
mempunyai waktu yang terbatas untuk Moleong, Lexy. J. 2005. Metodologi
menggali informasi yang mendalam dengan Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
para informan yang disebabkan karena Remaja Rosdakarya.
tingginya tingkat kesibukan para informan
Sehingga, diharapkan untuk penelitian Peraturan Daerah Propinsi Bali. 2001.
selanjutnya keterbatasan ini dapat diatasi Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun
dengan cara menambah rentang waktu 2001 tentang Desa Pakraman.
penelitian yang lebih banyak.
Scott, W.R. 1997. Financial Accounting
Theory.Prentice Hall Inc. New
DAFTAR PUSTAKA Jersey.
Ambara, IG. Adi. 2011. Tesis: Peran Modal
Sosial dalam Pemberdayaan Simanjuntak, D.A dan Yeni, Januarsi.2011
Ekonomi Desa Pakraman/Pakraman Akuntabilitas dan Pengelolaan
(Studi Kasus LPD Desa Pakraman Kuangan di Masjid. Simposium
Tibubiyu, Kabupaten Tabanan Bali). Nasional Akuntansi XIV Aceh.
Malang: Universitas Brawijaya Banten: Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
Atmadja, Anantawikrama Tungga. 2006.
Penyertaan Modal Sosial dalam Warkadea, I Ketut. 2011. Tesis: Nilai Tanda
Struktur Pengendalian Interen dan Makna Keberagaman dalam
pada Lembaga Perkreditan Desa Pemujaann Pura Negara Gambur
(LPD): Studi Kasus pada Lima Anglayang di Desa
LPD di Kabupaten Buleleng, Kubutambahan, Kecamatan
Propinsi Bali. Tesis Akuntansi Kubutambahan, Kabupaten
yang tidak diterbitkan. Surabaya: Buleleng. Denpasar: Universitas
Hindu Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai