Anda di halaman 1dari 2

TUGAS MATAKULIAH PERPAJAKAN TENTANG PAJAK PENGHASILAN ORANG

PRIBADI

NAMA : BHAYU UTAMA PUTRA

NIM : 1905112204

TANGGAL : 27 OKTOBER 2020

Pajak Penghasilan Orang Pribadi


Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak (subjek pajak
dalam negeri (pasal 2 ayat 3) terdiri dari orang pribadi, badan, warisan yang belum terbagi
dan subjek pajak luar negeri (pasal 2 ayat 4) terdiri dari orang pribadi dan badan. Yang
bukan termasuk subjek pajak meliputi kantor perwakilan negara asing, organisasi
internasional yang ditetapkan kemenkeu dengan syarat Indonesia menjadi anggota
organisasi serta tidak menjalankan usaha/ kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia dan lain-lain (pasal 3)
Objek pajak penghasilan (pasal 4 ayat 1) berarti setiap tambahan ekonomis yang
diterima/ diperoleh WP untuk konsumsi/ menambah kekayaan bagi WP yang bersangkutan
dengan nama dan bentuk apapun termasuk Penggantian atau imbalan berkenaan dengan
pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,
honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya,
kecuali ditentukan lain dalam UU ini, Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan
penghargaan, Laba usaha dan lain-lain (pasal 4 ayat 1), Penghasilan yang dikenai pajak
bersifat final seperti penghasilan berupa undian, penghasilan tertentu lainnya dan lain-lain
(pasal 4 ayat 2). Non Objek meliputi bantuan/ sumbangan serta zakat, harta hibahan,
warisan dan lain-lain (pasal 4 ayat 3)
Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi WP dalam negeri dan bentuk usaha tetap,
ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan (pasal 6 ayat 1 UU PPh) termasuk Biaya secara langsung/
tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha (biaya pembelian bahan baku, upah dan
lain-lain), Penyusutan dan amortisasi, kerugian selisih kurs mata uang asing dan lain-lain.
Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana dimaksud pada pasal (6) ayat
(1) didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun
pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.
Berdasarkan pasal 7 UU Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008, pengertian
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah jumlah pendapatan WP orang pribadi yang
dibebaskan dari PPh Pasal 21. Di dalam proses penghitungan PPh 21, PTKP akan berfungsi
sebagai pengurang penghasilan neto WP. Dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) RI
No. 101/PMK.010/2016 yang membahas tentang Penyesuaian PTKP, jumlah PTKP untuk
WP orang pribadi dengan status tidak kawin dan tanpa tanggungan, atau PTKP paling
sedikit adalah sebesar Rp54.000.000,00 setahun atau sebesar Rp Rp4.500.000,00 per bulan.
PTKP 2016 naik sebesar 50% dibandingkan dengan PTKP 2015. Jika pada tahun 2015
untuk pegawai dengan status TK/0 PTKP-nya sebesar Rp 36.000.000 maka untuk tahun
2016 ini PTKP naik menjadi Rp 54.000.000. Bagi wanita yang telah kawin Seluruh
penghasilan atau kerugian pada awal tahun pajak atau pada awal bagian tahun pajak, begitu
pula kerugiannya yang berasal dari tahun-tahun sebelumnya yang belum dikompensasikan
dianggap sebagai penghasilan atau kerugian suaminya, kecuali penghasilan tersebut
semata-mata diterima atau diperoleh dari 1 pemberi kerja yang telah dipotong pajak
berdasarkan ketentuan Pasal 21 dan pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya dengan
usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya. Penghasilan suami-istri
dikenai pajak secara terpisah apabaila suami istri telah hidup berpisah berdasarkan
keputusan hakim, dikehendaki oleh istri yang memilih untuk menjalankan hak dan
kewajiban perpajakannya sendiri dan lain-lain (pasal 8 ayat 2)

Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam
negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan : Pembagian laba dengan nama dan
dalam bentuk apapun, Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
pemegang saham, sekutu, atau anggota dan lain-lain (pasal 9 ayat 1)
Norma Penghitungan Penghasilan Neto untuk menentukan penghasilan neto, dibuat
dan disempurnakan terus-menerus serta diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Penggunaan norma penghitungan tercantum dalam pasal 14 ayat 2,3 dan 4
Kredit Pajak : Pengkreditan pajak diatur pada pasal 21 (Pembayaran pajak melalui
pemotongan pajak yang dilakukan oleh pemberi kerja – tidak berlaku untuk wajib pajak
badan) Pasal 22 (Pembayaran pajak melalui pemungut pajak, seperti pada waktu impor),
Pasal 23 (Pembayaran pajak melalui pemotongan oleh pihak ketiga), Pasal 24 (Kredit Pajak
Luar Negeri – pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri) dan Pasal 25 (Pembayaran
angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan dalam tahun pajak berjalan untuk setiap bulan)
Pelunasan PPh Dalam Tahun Berjalan : Agar pelunasan dalam tahun berjalan pajak berjalan
mendekati jumlah pajak yang akan terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan, maka
pelaksanaanya dilakukan melalui Pemungutan dan Pemotongan oleh pihak lain (pph pasal
21, 22, 23, 24) dan Pembayaran oleh WP sendiri (pph pasal 25). Pelunasan pajak dalam
tahun berjalan dilakukan setiap bulan namun menteri keuangan dapat menentukan masa
lain. pelunasan pajak dalam tahun pajak berjalan merupakan angsuran pembayaran pajak
yang boleh dikreditkan terhadap pph yang terhutang untuk tahun yang bersangkutan,
kecuali pembayaran pph yang bersifat final

Anda mungkin juga menyukai