SMK/MAK
jilid 2
survey
terestris
REDAKSIONAL
Pengarah:
Direktur Pembinaan SMK
Kepala Sub Direktorat Kurikulum
Kepala Seksi Penilaian
Kepala Seksi Pembelajaran
Penulis:
Jalani
Purna Ansari
Syamsuddin
Pengendali Mutu:
Winih Wicaksono
Penyunting:
Rais Setiawan
Erna Fauziah
Editor :
Esti Baroro
Desain Sampul
Sonny Rasdianto
Layout/Editing:
Ratna Murni Asih
Rifda Ayu Satriana
Intan Sulistyani Widiarti
Dalam menyediakan referensi materi pembelajaran bagi guru dan peserta didik
di SMK, Direktorat Pembinaan SMK berupaya menyediakan bahan ajar kejuruan
yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di SMK pada mata pelajaran C2 dan
CJ dari 142 kompetensi keahlian yang ada pada Perdirjen Dikdasmen
Nomor 06/D.DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 tentang Spektrum Keahlian SMK/
MAK dan Struktur Kurikulum 2013 sesuai Perdirjen Dikdasmen Nomor 07/D.
DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 tentang Struktur Kurikulum SMK/MAK.
Bahan ajar yang disusun pad a tahun anggaran 2019 diharapkan
dapat rnenumbuhkan motivasi belajar bagi peserta didik maupun guru kejuruan
di SMK. Karena bahan ajar yang telah disusun ini selain menyajikan materi secara
tertulis, juga dilengkapi dengan beberapa materi yang bersifat interaktif dengan
penggunaan tautan pencarian yang dapat mernperluas pernahaman individu yang
menggunakannya.
Bahan ajar kejuruan yang disusun pada tahun 2019 ini disusun oleh para
guru kejuruan di SMK yang telah berpengalaman menyelenggarakan proses
pembelajaran sesuai dengan kompetensi keahlian masing-rnasing. Oleh karena itu,
diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru yang mengarnpu m a t a pelajaran yang
sama pada program keahlian sejenis di SMK seluruh Indonesia.
Kepada para guru penyusun bahan ajar kejuruan yang telah mendedikasikan
waktu, kompetensi, clan perhatiannya, Direktorat Pembinaan SMK menyampaikan
ucapan terimakasih. Diharapkan karya ini bukan merupakan karya terakhir, namun
seterusnya akan dilanjutkan dengan karya-karya berikutnya, sehingga SMK
rmempunyai guru-guru yang produktif dan kreatif dalam menyumbangkan
pemikiran, potensi dan kornpetensinya bagi pengembangan pernbelajaran di SMK.
iv TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
PRAKATA
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah membimbing
kami sehingga dapat menyelesaikan penyusunan buku ini sebagai bahan ajar untuk
pelajaran survei Teristris. Buku ini kami susun dari silabus dan satuan pengajaran pada
Sekolah menengah Kejuruan khususnya Teknik Geomatika.
Buku ini terdiri dari beberapa konsep dasar dan rumus analitis yang banyak
digunakan pada pengukuran jarak, sudut dan penentuan objek dimuka bumi, disamping
itu juga diuraikan mengenai aplikasi pada ilmu ukur tanah untuk pekerjaan sipil
seperti menganalisis pengukuran konstruksi, mengevaluasi hasil pengukuran volume,
menganalisis pengukuran kapling atau persil tanah, Menganalisis pengukuran Jalan,
menganalisis pengukuran Topografi Bendungan dan Saluran, memahami penggunaan
Peralatan Theodolite dan waterpass yang sudah dikalibrasi, memahami penggunaan
peralatan Elektronis Metode GPS dan Remote sensing, serta dapat menganalisis
Rencana Anggaran Biaya Sederhana Pekerjaan Survei Pemetaan.
Dengan pesatnya perkembangan teknologi Informasi serta untuk meingkatkan
pengetahuan di bidang Pengukuran dan Pemetaan Topografi, diharapkan para siswa
dapat mengambil referensi dari sumber sumber lain.
Kami memahami bahwa buku ajar ini masih jauh banyak kekurangan di sana sini
oleh karena itu masukan, ide dan saran dalam penyempurnaan buku ini akan kami
terima dengan senang hati. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya buku ini.
Jalani
Purna Ansari
Syamsuddin
TEKNIK GEOMATIKA v
SURVEY
TERESTRIS
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ iv
PRAKATA.............................................................................................................. v
DAFTAR ISI........................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................... x
PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU........................................................................... xi
PETA KONSEP BUKU........................................................................................... xiii
APERSEPSI......................................................................................................... xiv
vi TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................133
GLOSARIUM......................................................................................................134
BIODATA PENULIS.............................................................................................139
Gambar 1.1 Ilustrasi Potongan Cut and fill pada pekerjaan jalan.................................2
Gambar 1.2 Segitiga................................................................................................................3
Gambar 1.3 Pengukuran Luas dengan Cara Simpson........................................................4
Gambar 1.4 Pengukuran Luas dengan Cara Koordinat....................................................5
Gambar 1.5 Volume end area...................................................................................................6
Gambar 1.6 Volume Prismoidal...............................................................................................7
Gambar 1.7 Volume dengan menggunakan garis kontur...............................................8
Gambar 1.8 Volume dengan Borrow pit untuk galian.....................................................9
Gambar 1.9 Foto pesawat tanpa Awak (Drone) Type Fix Wing..................................... 11
Gambar 1.10 Foto hasil pengukuran Volume dengan menggunakan teknologi
Drone.................................................................................................................. 11
Gambar 1.11 Contoh soal Volume end are ..................................................................... 12
Gambar 2.1 PERALATAN WATERPASS................................................................................... 16
Gambar 2.2 Bagian-bagian suatu Theodolit...................................................................... 18
Gambar 2.3Theodolite Digital............................................................................................ 21
Gambar 2.4 Salah Satu Type Total Station......................................................................... 24
Gambar 3.1 Pengukuran Persil dengan Metode Siku-siku.......................................... 29
Gambar 3.2 Pengukuran Persil dengan Metode Mengikat pada titik sembarang. 29
Gambar 3.3 Pengukuran Persil dengan Metode Perpanjangan sisi.......................... 30
Gambar 3.4 Pengukuran Persil dengan Metode Trileterasi Sederhana................... 31
Gambar 3.5 Pengukuran Persel dengan Metode unsur azimut dan jarak................ 32
Gambar 3.6 Pengukuran Persil dengan Metode Unsur Sudut dan jarak.................. 33
Gambar 3.7 Contoh Peta Foto............................................................................................ 34
Gambar 3.8 Pengukuran menggunakan Angka ukur.................................................... 37
Gambar 3.9 Pengukuran menggunakan angka angka koordinat............................... 38
Gambar 3.10Pengukuran menggunakan Semi Grafis................................................... 39
Gambar 4.1 Posisi Tiang Pancang (APLIKASI PEKERJAAN SURVEI PEMETAAN
TERRISTRIS DALAM BIDANG KONSTRUKSI STRUKTUR BAWAH
BANGUNAN STPN JOGJA, OKT 2013)......................................................... 49
Gambar 4.2 Posisi Titik Batas Elevasi (APLIKASI PEKERJAAN SURVEI PEMETAAN .50
TERRISTRIS DALAM BIDANG KONSTRUKSI STRUKTUR BAWAH
BANGUNAN STPN Jogja, OKT 2013)........................................................... 50
Gambar 4.3 Detail Pancang (APLIKASI PEKERJAAN SURVEI PEMETAAN .................. 51
Gambar 4.4 Dimensi Pile cap (APLIKASI PEKERJAAN SURVEI PEMETAAN
TERRISTRIS DALAM BIDANG KONSTRUKSI STRUKTUR BAWAH
BANGUNAN STPN, Jogja, Okt 2013)........................................................... 52
Gambar 4.5 Posisi serta Elevasi Pancang, Pile cap, Tie beam, dan kolom
(APLIKASI PEKERJAAN SURVEI PEMETAAN TERRISTRIS DALAM
BIDANG KONSTRUKSI STRUKTUR BAWAH BANGUNAN STPN Jogja,
Okt 2013)......................................................................................................... 52
Gambar 4.6 GPS GEODETIC (APLIKASI PEKERJAAN SURVEI PEMETAAN
TERRISTRIS DALAM BIDANG KONSTRUKSI STRUKTUR BAWAH
BANGUNAN STPN Jogja, Okt 2013)............................................................ 54
DAFTAR GAMBAR
TEKNIK GEOMATIKA ix
SURVEY
TERESTRIS
x TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
PETUNJUK PETUNJUK
PENGGUNAAN BUKU PENGGUNAAN BUKU
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan
rahmatnya sehingga dapat menyelesaian buku ini.
Buku dengan judul Survey Terestris ini diharapkan dapat menjadi panduan,
memperkaya dan meningkatkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan bagi
peserta didik. Mengingat pentingnya buku ini, disarankan mmemperhatikan hal-hal
sebagai berikut.
1. Bacalah Tujuan pembelajaran terlebih dahulu untuk mengetahui apa yang akan
kamu capai dalam bab ini serta lihatlah peta konsep untuk megetahui pemetaan
materi.
2. Bacalah buku ini dengan teliti dan seksama, serta bila ada yang kurang jelas bisa
ditanyakan kepada guru.
3. Lakukan kegiatan literasi pada bagian cakrawala dan jelajah internet untuk
memperluas wawasanmu.
4. Pada bagian akhir bab terdapat tes kompetensi yang dapat kalian gunakan untuk
mengetahui apakah sudah menguasai materi dalam bab ini.
TEKNIK GEOMATIKA xi
SURVEY
TERESTRIS
PETUNJUK
PENGGUNAAN BUKU
SURVEY TERESTRIS
APERSEPSI APERSEPSI
BAB
MENGEVALUASI HASIL PENGUKURAN VOLUME I
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
KATA KUNCI
TEKNIK GEOMATIKA 1
SURVEY
TERESTRIS
PENDAHULUAN
Mengevaluasi hasil Pengukuran Volume adalah salah satu pekerjaan untuk menilai
pekerjaan pengukuran Volume secara teliti dan mendetail.
Dalam Pekerjaan sipil salah satu nya ada pekerjaan gali dan timbun atau lebih dikenal
dengan cut and fill.
Dalam pembahasan ini juga harus diperhatikan komponen komponen lainnya sehingga
akan terjadi keserasian dan saling melengkapi sehingga tidak terjadi overlapping
dengan komponen komponen pekerjaan sipil lainnya. Gambar kerja dicermati dan
dipahami serta dievaluasi dimensi dan volumenya untuk dilaksanakan di lapangan
kemudian dicatat secara lengkap untuk titik referensi dan peralatan pengukurannya.
Pengukuran dimensi pada tahap awal berpedoman pada gambar kerja dikerjakan
secara cermat dan teliti, kemudian hasil pengukuran dan gambar dilaporkan pada
atasan untuk diklarifikasi, selanjutnya gambar hasil pengukuran dilakukan pengecekan
secara cermat sesuai data dari hasil pengukuran, kemudian data-data pendukung
lainnya untuk perhitungan volume awal dilengkapi.
Gambar 1.1 Ilustrasi Potongan Cut and fill pada pekerjaan jalan
2 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
a. Metode segitiga
Metode Segitiga ini adalah pekerjaan pengukuran antar titik
Atau sisi sisi bidang yang membentuk segitiga seperti pada gambar 7.1.
Jika suatu bidang diukur luasnya dan bidang tersebut dibagi menjadi
beberapa segitiga yang diukur adalah sisi sisi segitiga dengan sudut
sudutnya, maka luas bidang tersebut adalah sebagai berikut:
TEKNIK GEOMATIKA 3
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
4 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
Perhitungan luas pada metode Simpson seperti pada Gambar 1.3 dengan
cara Simpson adalah:
TEKNIK GEOMATIKA 5
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
a. Penampang Melintang
pada perhitungan volume dengan menggunakan luas penampang melintang
dapat dilakukan dengan rumus-rumus sebagai berikut:
1) Volume end area
Metode ini adalah yang sederhana dalam menghitung volume antara
kedua penampang yang berjarak D, dengan luas penampang awal adalah
A1 dan luas penampang kedua adalah A2 adalah volume dengan rumus
End Area.
6 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNIK GEOMATIKA 7
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
V = A. -------------------------------------------……………………. (1.9)
4
Dimana:
A: Luas alas satu kotak segi empat.
A: a x a = a2
h1: Tinggi titik yang dipakai satu kali yaitu titik 1, 3, 4, 6, 7.
h2: Tinggi titik yang dipakai dua kali yaitu titik 2, 8.
h3: Tinggi titik yang dipakai tiga kali yaitu titik 5.
h4: Tinggi titik yang dipakai empat kali, dalam kasus ini tidak ada titiknya
8 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 1.8 Volume dengan Borrow pit untuk galian
(Sumber: Hendriatiningsih, 1995)
Dalam hal menghitung volume timbunan adalah sama dengan cara volume
galian yaitu dengan menggunakan rumus 7.9 di atas. Apabila alasnya berupa
segitiga, maka rumus volume Borrow pit adalah:
t1+t2 +t3
V = A. --------------------……………….(1.10)
3
TEKNIK GEOMATIKA 9
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
dimana:
A: Luas alas berbentuk segitiga = ½ (a x a) = ½ a 2
t1, t2, t3: Beda tinggi antara titik di permukaan tanah dengan tinggi galian
atau timbunan
LEMBAR PRAKTIKUM
CAKRAWALA
10 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
CAKRAWALA
Gambar 1.9 Foto pesawat tanpa Awak (Drone) Type Fix Wing
(Sumber brosur Drone ARACE/ Long Range UAV)
Gambar 1.10 Foto hasil pengukuran Volume dengan menggunakan teknologi Drone
(Sumber Full Drone Solution)
JELAJAH INTERNET
https://www.slideshare.net/yulikausman/ilmu-ukur-tanah-45820748
https://www.slideshare.net/tutuskusuma1/sistem-uav-untuk-perhitungan-
volume
TEKNIK GEOMATIKA 11
SURVEY
TERESTRIS
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
12 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
REFLEKSI
TEKNIK GEOMATIKA 13
SURVEY
TERESTRIS
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran ini agar siswa dapat melakukan analisis syarat-syarat utama
dalam penggunaan Alat ukur Waterpass dan Theodolite, dan diharapkan siswa
memahami cara penggunaan dari Waterpass dan Theodolite.
Siswa diharapkan mengerti bahwa peralatan Waterpass dan Theodolite masih
dalam akurasi yang ditentukan dari pabrikan, (Tujuannya agar siswa-siswa akan
memahami jika nanti sudah terjun ke dunia kerja)
Siswa diharapkan dapat mengerti cara pemeliharaan dan cara penyimpanan dari
waterpass dan Theodolite.
PETA KONSEP
KATA KUNCI
14 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
PENDAHULUAN
Peralatan yang paling sederhana dan banyak sekali dibutuhkan dalam pekerjaan
pengukuran survei pemetaan adalah waterpass dan Theodolite. Kedua peralatan ini
mempunyai fungsi yang berbeda, Waterpass secara sederhana adalah peralatan ukur
tanah untuk mengukur beda tinggi, sedangkan Theodolite adalah peralatan ukur tanah
yang dapat mnengukur sudut yang dibentuk dari dua sisi dan dapat mengukur jarak
secara optis.
MATERI PEMBELAJARAN
A. WATERPASS
Alat Ukur Waterpass adalah alat yang dapat menentukan beda tinggi pada
jarak jauh dengan teliti, garis bidik harus ditentukan dengan suatu alat bidik yang
teliti tanpa paralaks (kesalahan yang disebabkan adanya penyimpangan ukuran)
dan untuk dapat membaca rambu ukur diperlukan sebuah teropong. Dari hal
tersebut di atas, maka dibuatlah suatu alat penyipat datar seperti diperlihatkan
pada Gambar 2,1
Pada Gambar 2,1 tersebut dapat diperhatikan bagian bagian dari alat penyipat
datar yang terdiri dari teropong dengan garis bidiknya dapat dibuat horizontal
dengan nivo tabung yang berguna sebagai alat untuk menyeimbangkan secara
horizontal. Untuk mendapatkan target, teropong dan nivo tabung dapat diputar
pada sumbu pertama yang dapat diatur pada tiga sekrup pendatar. Dengan sekrup
penyetel fokus bayangan dapat difokuskan secara tajam, sinar cahaya yang masuk
pada Lensa Objektif membentuk bayangan antara diagframa suatu bayangan dari
rambu ukur. Bayangan rambu dapat diperbesar oleh Lensa Okuler, Okuler teropong
harus diputar sampai benang silang dapat dilihat tepat dan tajam. Titik potong
pada benang silang menjadi titik pusat pada objektif dan garis bidik teropong.
Agar jarak pada benang silang dapat diukur ada tambahan dua benang horizontal
yang dinamakan benang stadia dengan jarak yang ditentukan demikian sehingga
ukuran pada rambu ukur yang dilihat diantara dikalikan dengan 100 adalah jarak
antara penyipat datar dan rambu ukur. Karena jaraknya itu biasanya lebih kecil
dari 100m. teropong dilengkapi dengan suatu lensa koreksi supaya bayangan
selalu dapat diset tajam, jarak terkecil tergantung pada alat penyipat datar adalah
antara 0,8 m dan 2,2 m.
TEKNIK GEOMATIKA 15
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
Keterangan Gambar
1. Sekrup Penyetel Fokus gambar pada lensa objektif
2. Lensa Objektif
3. Lensa Okuler dan penggerak benang silang
4. Kaca Nivo
5. Nivo
6. Horizontal Screw
7. Lingkaran Sudut Horizontal
8. Foot Screw
9. Kepala Kaki Tiga
1. Cara menetukan Waterpass masih layak pakai (masih dalam batas akurasi)
Dalam menetukan apakah sebuah Waterpass masih masuk dalam toleransi
ketelitiannya, maka dapat dilakukan uji kelayakan peralatan tersebut di
lapangan.
Adapun caranya sebagai berikut:
a. Berdirikan Waterpass di atas sebuah Allumunium Tripod (kaki Tiga)
kemudian masukkan Nivo tabung ke dalam lingkaran dengan menggerakan
kaki pada Allumunium Tripod tersebut, selanjutnya menggunakan sekrup
mendatar, lalu dilanjutkan dengan membidik objek (dapat menggunakan
mistar penggaris yang ada satuan mm nya) pada bidang datar (dinding)
dengan jarak kurang lebih 2 atau 3 meter. Selanjutnya, dibidik dan dibaca
benang silang dan dicatat berapa angka yang terdapat pada mistar
tersebut.
b. Selanjutnya, bedirikan Waterpass pada tempat disebelah kanan atau kiri
dari titik awal, lakukan seperti pada step a, selanjunya bacaan benang
silang kedua dicatat. Selisih antara bacaan benang silang step a dan
16 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
B. THEODOLITE
1. Alat Ukur Theodolite
Pada awal pembuatan Theodolite, ada beberapa macam alat Theodolite
yang dibedakan menurut konstruksinya, sistem pembacaan dan kelasnya.
Berdasarkan konstruksinya Theodolite dibedakan menjadi:
a. Theodolite Repitisi (tipe sumbu Ganda); dan
b. Theodolite Reiterasi (tipe sumbu tunggal).
Menurut sistem pembacaannya theodolit dibedakan menjadi:
a. Sistem dengan indeks garis;
b. Sistem dengan nonius;
c. Sistem dengan mikrometer;
d. Sistem koinsidensi; dan
e. Sistem digital.
Pada masa ini Theodolite yang banyak dijumpai adalah Theodolite sistem
Digital.
Theodolit terdiri dari bagian atas, tengah, bawah dan statip (tripod), seperti
yang diperlihatkan pada Gambar 2.2. Pada bagian atas theodolit terdapat:
a. Teropong;
b. Skala lingkaran tegak;
c. Nivo tabung skala lingkaran tegak;
d. Indeks bacaan skala lingkaran tegak (2 buah);
e. Sumbu mendatar (sumbu II); dan
f. Sekrup pengungkit indeks bacaan skala Lingkaran tegak.
Pada bagian tengah terdapat:
7a. Penyangga (menyangga bagian atas);
7b. Sekrup pengatur sumbu II;
8. Indeks bacaan skala mendatar (2 buah);
9. Nivo skala mendatar;
10. Sumbu tegak (sumbu I);
Pada bagian bawah(kiap) terdapat:
11. Skala mendatar (berbentuk lingkaran);
12. Sekrup reiterasi;
13. Sekrup repetisi (sekrup kiap);
14. Sekrup kiap/ penyetel;
15. Tribrach;
16. Tripod; dan
17. Kiap (base plate).
TEKNIK GEOMATIKA 17
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
Pada bagian atas theodolit ini berporos pada sumbu mendatar yang disangga
oleh bagian tengah. Kemudian teropong dan pelat lingkaran berskala tegak
menjadi satu dan tegak lurus pada sumbu mendatar. Teropong dan skala
lingkaran tegak dapat berputar keatas dan kebawah dengan berporos sumbu
mendatar (sumbu II). Pusat dari skala mendatar adalah sumbu mendatar.
Teropong dan pelat skala tegak dihubungkan dengan bagian tengah
menggunakan sekrup pengatur gerakan teropong. Pada umumnya theodolit
18 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
mempunyai 2 macam sekrup yaitu sekrup untuk gerakan halus dan gerakan
kasar.
Indeks bacaan skala tegak digunakan untuk membaca besarnya sudut
tegak. Indeks bacaan ini harus dalam keadaan mendatar (tidak ikut berputar
bersama-sama teropong). Untuk mendatarkan indeks bacaan ini digunakan
sekrup pengungkit dan nivo tabung skala tegak. Dengan sekrup pengungkit
diusahakan agar gelembung nivo terletak di tengah-tengah. Bila gelembung
tepat ditengah-tengah artinya indeks bacaan telah mendatar.
Pada bagian tengah yang berfungsi sebagai penyangga bagian atas terdapat
indeks bacaan skala mendatar (umumnya 2 buah), nivo tabung skala mendatar
dan sumbu tegak (sumbu I). Pada Gambar 2.2, alat-alat tersebut ditunjukkan
oleh nomor 8, 9 dan 10. Sumbu tegak (no. 10) digunakan sebagai poros putar
gerakan mendatar teropong, indek bacaan (no. 8) digunakan sebagai penunjuk
bacaan mendatar dan nivo tabung (no. 9) digunakan untuk menegakkan sumbu
I atau mendatarkan skala bacaan mendatar.
Bagian tengah theodolit pada theodolit reiterasi ditempatkan pada bagian
bawah yang mempunyai skala bacaan mendatar (no. 11), sekrup pengunci
gerakan mendatar yaitu sekrup reiterasi (no.12), dan sekrup penyetel/ sekrup
kiap (no.14). Sekrup penyetel (no.14) dan nivo tabung (no. 9) digunakan untuk
menegakkan sumbu I.
Bagian tengah pada theodolit repetisi ditempatkan pada bagian bawah yang
terdiri dari dari 2 ‘tabung’. Pada ‘tabung’ atas terdapat skala bacaan mendatar
(no. 11) dan sekrup reiterasi (no. 12). Untuk mengunci skala bacaan skala
mendatar dengan bagian atas, ‘tabung’ atas ini ditempatkan pada ‘tabung’
bawah yang padanya terdapat sekrup repetisi (no. 13) dan sekrup penyetel
(no. 14). Sekrup repetisi (no. 13) digunakan untuk mengunci ‘tabung’ atas
agar skala bacaan mendatar (no. 11) tidak dapat berputar. Sekrup penyetel
(no. 14) dan nivo tabung (no. 9) digunakan untuk menegakkan sumbu I.
Pemakaian sekrup repetisi dan reiterasi pada theodolit repetisi digunakan
pada pengukuran sudut mendatar.
Nivo adalah alat penolong yang digunakan untuk:
a. Membuat suatu garis lurus letaknya mendatar;
b. Membuat suatu bidang agar letaknya mendatar; dan
c. Membuat suatu garis lurus letaknya tegak.
Nivo yang diletakkan pada suatu theodolit (berjumlah lebih dari satu)
digunakan untuk:
a. Membuat mendatar garis indeks bacaan skala tegak. Nivo yang dimaksud
adalah nivo skala tegak (no. 3);
1) Membuat mendatar sumbu II, nivo yang digunakan adalah nivo
tunggang yang tidak menempel tetap pada theodolit; dan
2) Membuat skala lingkaran mendatar dalam keadaan mendatar karena
sumbu I Theodolite oleh pabrik telah dibuat tegak lurus pada skala
lingkaran mendatar, maka nivo tersebut (no. 9) digunakan untuk
menegakkan sumbu I. Nivo yang demikian disebut nivo skala mendatar
atau nivo sumbu tegak.
Sementara statip atau tripod berfungsi untuk menyangga ketiga bagian
TEKNIK GEOMATIKA 19
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
di atas. Pada alat ini terdapat alat pengunci dan alat penggantung unting-
unting seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.2.(d).
2. Pemeriksaan dan Pengaturan Theodolit
Sebelum Theodolite digunakan dalam pekerjaan pengukuran, Theodolite harus
diperiksa terlebih dahulu, jika memang setelah diperiksa ke akurasi an dari
pada Theodolite tidak sesuai spesifikasi, maka perlu dilakukan Kalibrasi atau
pengaturan ulang sesuai spesifikasi dari pabrik.
Setelah pengecekan awal, maka harus dilihat bagian bagian dari Theodolite
apakah masih berfungsi dengan baik atau tidak berfungsi, seperti sekrup
pengunci horizontal, sekrup penggerak halus horizontal, sekrup vertikal,
sekrup penggerak harus vertikal, display tempat bacaan sudut horizontal dan
vertical, apakah berfungsi atau tidak, kemudian pemutar focus untuk objek
dan pemutar untuk benang silang, kemudian juga dicek optical plumet apakah
masih berfungsi dengan baik dll., pemeriksaan ini dapat dilakukan di dekat
kantor.
Syarat-syarat agar Theodolite dapat dan layak digunakan dalam pengukuran,
antara lain:
a. Sumbu I harus tegak lurus sumbu II;
b. Garis bidik harus tegak lurus sumbu II. Artinya garis bidik harus berhimpit
dengan sumbu optis teropong (sumbu optis teropong telah dibuat tegak
lurus sumbu II);
c. Garis jurusan nivo skala tegak lurus sejajar garis indeks skala tegak;
d. Garis jurusan nivo skala mendatar harus tegak lurus sumbu I; dan
e. Sesuai dengan Spesifikasi dari Peralatan Theodolite tersebut untuk
akurasi sudut Horizontal dan Vertikal harus sesuai dengan spesifikasi
Theodolite tersebut.
Jika syarat-syarat tersebut di atas tidak terpenuhi, perlu dilakukan
pengaturan pada Theodolite agar syarat-syarat di atas terpenuhi.
Pengaturan-pengaturan syarat-syarat di atas disebut pengaturan tetap
(permanent adjustment) yang umumnya dilakukan di lapangan. Pada saat
pengukuran akan dimulai, alat theodolit diatur agar:
a. Sumbu I harus tegak dan tepat di atas titik pengukuran (stasion
pengukuran);
b. Penempatan sumbu I tepat di atas titik pengukuran disebut sentring
(centring); dan
c. Bayangan target dan benang silang diafragma nampak jelas. Pekerjaan ini
disebut focusing.
Pekerjaan sentring dan focusing disebut pengaturan sesaat (temporary
adjustment).
Setelah pekerjaan pengaturan selesai dilakukan, barulah pengukuran dimulai.
Disamping alat theodolit, untuk pengukuran diperlukan alat-alat lainnya yaitu
target (Rambu ukur). Target harus dipasang tegak dan tepat berdiri di titik
yang diukur.
20 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
Keterangan Gambar:
1. Benang Visir
2. Lensa Okuler
3. Tempat Baterai
4. Penggerak Vertikal
5. Display, bacaan sudut
6. Penggerak Horizontal
7. Tribrach
4. Cara menentukan Theodolite masih layak pakai (masih dalam batas akurasi)
Untuk memastikan bahwa sebuah alat Theodolite masih layak dipakai atau
masih dalam batas toleransi akurasinya beberapa syarat yang harus dilakukan
adalah sebagai berikut:
a. Berdirikan Theodolite di atas Tripod, kemudian datarkan Theodolite
dengean cara memasukkan gelembung nivo pada nivo kotak yaitu dengan
menggunakan kaki pada Allumunium tripod, selanjutnya masukkan
gelembung nivo tabung dengan menggunakan 3 sekrup pada Tribrach;
b. Setelah pemeriksaan gelembung nivo kotak dan nivo tabung bearada di
dalam lingkarannya, hidupkan Theodolite dan teropong mulai dibidik ke
arah satu sasaran dengan jarak 2 atau 3 m kemudian dicatat pembacaan
sudut verticalnya, sedangkan bacaan sudut horizontalnya dibuat pada
posisi 0o00’00’, disebut muka pertama (Face 1);
c. Kemudian teropong dan alat diputar pada posisi muka dua (Face 2),
kemudian dibaca sudut vertical dan bacaan sudut horizontal’; dan
d. Bacaan sudut horizontal muka satu (Face 1) dijumlahkan dengan bacaan
sudut muka dua (Face 2), maka penjumlahannya harus mendekati
angka 180o00’00” apa bila akurasi Theodolite tersebut adalah 5”., maka
toleransi yang diperbolehkan adalah 179o59’55’ atau 180o00’05”,
begitu juga dengan bacaan sudut vertical, bacaan sudut vertical muka 1
TEKNIK GEOMATIKA 21
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
(Face1) ditambah dengan bacaan sudut vertical muka dua (Face 2), maka
hasil yang diperoleh harus mendekati angka 360o00’00”, seperti pada
sudut horizontal, jika akurasi Theodolite adalah 5”, maka toleransi yang
diperbolehkan adalah antara 360o00’05” dan 359o59’55”.
Keterangan:
1. No: Nomor urut
2. Tg;/bulan/tahun: Tanggal bulan tahun berapa saat pengecekan
3. Pengguna: Nama Pengguna
4. Waterpass, S/N: Nomor Seri alat (Waterpass) dan merek.
5. Pengecekan kelengkapan: mengecek peralatan apa saja yang ada dalam satu
set Waterpass.
6. Pengecekan Nivo: Nivo kotak (pada Waterpass) harus diCek apakah sudah
betul dan akurat.
7. Pengecekan Akurasi: lakukan prosedur pengecekan akurasi untuk waterpass
seperti keterangan pada A2 di atas.
22 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
Keterangan:
1. No: Nomor urut
2. Tg;/bulan/tahun: Tanggal bulan tahun berapa saat pengecekan
3. Pengguna: Nama Pengguna
4. Waterpass, S/N: Nomor Seri alat (Theodolite) dan merek.
5. Pengecekan kelengkapan: mengecek peralatan apa saja yang ada dalam satu
set Theodolite.
6. Pengecekan Nivo: Nivo kotak dan Nivo tabung harus dicek apakah sudah betul
dan akurat
7. Pengecekan Akurasi: lakukan prosedur pengecekan akurasi untuk Theodolite
seperti keterangan pada B4 di atas.
LEMBAR PRAKTIKUM
CAKRAWALA
TEKNIK GEOMATIKA 23
SURVEY
TERESTRIS
CAKRAWALA
JELAJAH INTERNET
http: //www.ilmusipil.com
https://www.asdar.id/pengertian-alat-ukur-Theodolite-dan-waterpass/
https://www.scribd.com/doc/269573741/Materi-Waterpass-Dan-Theodolit
24 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
TEKNIK GEOMATIKA 25
SURVEY
TERESTRIS
REFLEKSI
26 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
BAB
MENGANALISIS PENGUKURAN KAPLING/ PERSIL III
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
MENGANALISIS PENGUKURAN
KAPLING/ PERSIL
Penentuan
Metode Pengukuran
Terrestrial Fotogramteri Luas Bidang
Pengukuran Terestrial
Tanah
KATA KUNCI
TEKNIK GEOMATIKA 27
SURVEY
TERESTRIS
PENDAHULUAN
MATERI PEMBELAJARAN
A. METODE PENGUKURAN
Secara umum metode pengukuran bidang tanah dapat dilakukan dengan cara
terrestrial, fotogrametrik, atau metode lainnya
B. TERRESTRIAL
Metode pengukuran Terrestrial ini adalah untuk pendaftaran tanah secara
sistematik maupun sporadis yaitu pengukuran yang langsung dilakukan dengan
cara mengambil data ukuran sudut dan jarak.
Ukuran sudut dan jarak yang dimaksud adalah pada bidang datar, jika ada hal lain
dari kondisi lapangan yang mempengaruhi pelaksanaan, maka akan dikerjakan
dengan teknik teknik pengukuran pengambilan data yang benar.
Perlengkapan yang akan digunakan dalam pengukuran Kapling atau persil dengan
cara terrestrial adalah:
Peralatan yang digunakan untuk pengukuran sudut adalah Theodolite dengan
akurasi 5” dan ketelitian bacaan sudut minimal 5”
Dalam pekerjaan pengukuran jarak peralatan yang dgunakan:
1. Elektronik Distance Meter (EDM);
2. Meteran ukur (terbuat dari baja);
3. Alat pembuat garis siku (prisma);
4. Jalon (alat untuk tanda batas);
5. Formulir Gambar Ukur; dan
6. Formulir pengukuran, alat tulis dan lain sebagainya.
Dalam pelaksanaanya pengukuran dengan cara terestrial dapat bagi dalam
beberapa metode pengukuran. Hal ini tergantung dari keadaan lapangan yang di
hadapi dan keperluan data ukur yang diinginkan
Metode pengukuran terrestris terdiri dari:
1. Metode offset.
Peralatan yang utama digunakan adalah meteran atau pita/ rantai ukur dan alat
bantu lain untuk membuat sudut siku-siku serta jalon.
Dalam metode Offset ini dapat dibagi dua cara yaitu:
a. Metode Siku-siku (Garis Tegak Lurus)
Pada metode siku siku ini setiap titik diproyeksikan siku-siku pada garis ukur
28 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 3.2 Pengukuran Persil dengan Metode Mengikat pada titik sembarang
(Sumber: Petunjuk Teknis PMNA/KBPN 1997)
TEKNIK GEOMATIKA 29
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
30 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
2. Metode Polar
Metode ini paling banyak dipakai dalam pengukuran bidang tanah yang tidak
beraturan bentuknya.
Pengukuran pada metode polar ini menggunakan peralatan Theodolite kompas
atau repitisi/ reiterasi.
Untuk menentukan posisi titik-titik dalam metode polar ini dilakukan dengan
cara:
a. Dengan unsur azimut dan jarak
1) Pengukuran azimut titik-titik detail dilakukan dari titik dasar teknik
yang telah diketahui kordinatnya;
2) Pengukuran jarak mendatar dilakukan dengan menggunakan pita ukur
atau EDM; dan
3) Untuk mendapatkan ukuran lebih perlu diukur sisi-sisi ab, bc, cd, de,
ef, fg, ga dan diagonal af, ac, ce dan df.
TEKNIK GEOMATIKA 31
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 3.5 Pengukuran Persel dengan Metode unsur azimut dan jarak
(Sumber: Petunjuk Teknis PMNA/KBPN 1997)
32 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 3.6 Pengukuran Persil dengan Metode Unsur Sudut dan jarak
(Sumber: Petunjuk Teknis PMNA/KBPN 1997)
C. FOTOGRAMTERIK
Metode Fotogrametrik adalah salah satu cara untuk pengukuran bidang tanah
secara sistematik atau sporadik yang dilaksanakan pada daerah terbuka (dapat
secara mudah untuk mengidentifikasi).
Peralatan yang diperlukan untuk metode ini adalah:
1. Peta foto skala 1: 2500 atau skala 1: 1000;
2. Meteran/ pita ukur, untuk mengukur sisi-sisi bidang tanah;
3. Jarum prik, untuk menandai titik batas bidang tanah pada peta foto;
4. Formulir Gambar Ukur; serta
5. Alat-alat tulis dan lain sebagainya.
Hasil dari metode fotogarmetrik yang dapat digunakan pada survei lapangan
dalam penentuan bidang tanah adalah:
1. Blow up foto udara
Foto Udara dapat di blow up dengan skala yang diinginkan. Blow up foto
udara akan secara detail menggambarkan kondisi lapangan dari image citra
foto. Tetapi Blow up foto udara bukanlah sebagai Peta.
Blow up dari foto udara adalah pembesaran dari foto udara dengan skala
yang diinginkan.
Pekerjaan Pengukuran bidang tanah dilaksanakan dengan cara terrestris atau
plotting digital sementara blow up foto udara digunakan sebagai sket bidang
tanah dan untuk mencantumkan data ukuran-ukuran sebagai pelengkap
Gambar Ukur.
Secara umum Ciri-ciri blow up foto udara tidak dilengkapi dengan format
peta, legenda serta simbol-simbol kartografi sedangkan yang ada hanya
keterangan tentang saat pemotretan yaitu pada bagian tepinya.
TEKNIK GEOMATIKA 33
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
2. Peta Foto
Peta foto adalah peta yang sudah menggambarkan secara detail kondisi
lapangan dari citra foto dengan skala tertentu.
Peta ini sudah melalui proses pemetaan fotogrametri sehingga ukuran ukuran
pada foto sudah sesuai, sehingga detail-detail yang ada di peta foto dapat
teridentifikasi di lapangan dan sudah sesuai benar posisinya di Peta.
Pekerjaan pengukuran bidang tanah yang menggunakan peta foto adalah
dengan melakukan identifikasi batas bidang tanah dan mengukur sisi-sisi
bidang di lapangan.
3. Peta Garis
Peta ini adalah peta yang dibuat dengan menggambarkan secara detail
kondisi lapangan dengan garis garis dan simbol kartografi dengan skala yang
diinginkan.
Peta garis ini telah menjalani proses pemetaan fotogrametri sehingga ukuran-
ukuran pada peta garis sudah tepat, dan detail-detail yang ada pada peta garis
mudah mengidentifikasikan di lapangan sehingga posisinya sudah benar.
Pada pekerjaan pengukuran bidang tanah dengan metode peta garis sebagai
peta dasar pendaftaran adalah dengan cara mengikatkan pada detail-detail
yang mudah diidentifikasi atau dengan mengikatkan pada titik-titik dasar
terdekat yang sudah tersedia di bidang tanah yang sudah diukur.
4. Metode Lainnya
Selain metode pengukuran secara terrestrial dan metode fotogrametrik,
pengukuran bidang batas tanah untuk pendaftaran tanah sistematik maupun
sporadik dapat juga dilakukan pengukuran seperti: citra satellit, pengukuran
GPS dan lain sebagainya.
34 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
Dari metode metode yang sebutkan di atas, secara umum pengukuran bidang
tanah harus memenuhi syarat-syarat teknis pengukuran dan pemetaan, agar
bidang tanah tersebut dapat dipetakan dan dapat diketahui letak dan batasnya
serta dapat direkonstruksi batas batasnya di lapangan
5. Sistem Koordinat
Sesuai undang undang pertanahan yang berlaku pada pasal 25 ayat 1. Setiap
pengukuran bidang tanah harus sesuai dalam sistem Koordinat Nasional
dengan cara pengikatan pada titik dasar Teknik Nasional terdekat dari bidang
tanah itu.
Hal ini dapat dilakukan bila perapatan titik dasar teknik orde 3 atau orde 4 ada
disekitar bidang tanah yang sedang diukur sedangkan untuk daerah yang titik
dasar tekniknya belum ada, maka pengukuran pendaftaran tanah sistematik
atau sporadik dapat dilaksanakan dengan menggunakan sistem koordinat
lokal dan jika pada waktu dikemudian hari sudah tersedia titik-titik dasar
telah tersedia, titik-titik koordinat lokal tersebut harus ditransformasikan ke
dalam sistem koordinat Nasional.
Yang perlu dapat perhatian pada sistem koordinat adalah:
a. Sistem koordinat yang akan dipakai dalam pekerjaan pengukuran harus
sesuai dalam sistem pemetaanya;
b. Keharusan dalam memetakan bidang tanah kedalam peta dasar
pendaftaran yang ada dan masih dalam sistem koordinat lokal; dan
c. Pembuatan Peta dasar pendaftaran dalam sistem koordinat Nasional
adalah hal yang paling ideal pada pekerjaan pengukuran bidang tanah.
Hal-hal yang menjadi pertimbangan pada pemakaian sistem koordinat untuk
pengukuran bidang tanah antara lain:
Tabel 3.1 Pemakaian Sistem Koordinat pada pengukuran Persil
Data yang ada Data yang dipakai
a. Tersedia peta dasar Pendaftaran Sistem Koordinat Nasional
Nasional
b. Tersedia titik dasar teknik Nasional Sistem koordinat Lokal
Tidak tersedia titik dasar teknik
Nasional
c. Tersedia peta dasar pendaftaran Sistem Koordinat Nasional
lokal
Tersedia titik dasar teknik Nasional
d. Tidak tersedia peta dasar Sistem Koordinat Nasional
pendaftaran
Tersedia titik dasar teknik Nasional
e. Tidak tersedia peta dasar Sistem Koordinat Lokal
pendaftaran
Tidak tersedia titik dasar teknik
Nasional
(Sumber: Petunjuk Teknis PMNA/ KBPN 1997)
TEKNIK GEOMATIKA 35
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
D. PENGUKURAN TERESTRIAL
Pekerjaan Pengukuran bidang tanah secara terrestrial memiliki beberapa tahapan:
1. Mempersiapkan peralatan survei yang akan digunakan dalam pekerjaan
pengukuran di lapangan;
2. Menentukan sistem koordinat yang akan digunakan sesuai data yang
diinginkan;
3. Mencari titik dasar teknik terdekat atau titik dasar Nasional yang paling dekat
dengan bidang tanah yang akan diukur dapat diketahui dari peta dasar teknik
atau buku tugu di daerah yang akan dilakukan pekerjaan pengukuran;
4. Menentukan batas batas pada bidang tanah yang akan dilakukan pengukuran;
5. Melakukan pekerjaan pengukuran bidang tanah dengan salah satu metode
atau kombinasi dari metode pengukuran teretrial yang sesuai dengan
peralatan dan kondisi lapangan;
6. Membuat gambar ukurnya pada bidang tanah yang diukur; dan
7. Menentukan luasan bidang tanah yang diukur.
36 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
Untuk melakukan penentuan luas bidang tanah ada beberapa cara sesuai dengan
cara melakukan pengukurannya. Cara menentukan luas bidang tanah sesuai
ketelitian yang akan diperoleh adalah:
1. Menggunakan angka-angka ukur;
2. Menggunakan angka-angka koordinat;
3. Semi Grafis; dan
4. Grafis.
TEKNIK GEOMATIKA 37
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
38 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
L=½a.t
Penjelasan:
Sisi yang diukur di lapangan (Contoh: a)
Sisi yang diukur di peta (Contoh: t)
4. Grafis
Penentuan perhitungan luas secara grafis adalah perhitungan luas yang paling
kasar. Karena angka angka yang diperoleh untuk perhitungan luas bidang
tanah diperoleh dari pengukuran di peta’
Ada beberapa cara perhitungan luas secara grafis, antara lain:
a. Melakukan digitasi pada peta bidang tanah dengan menentukan koordinat
titik-titik batas bidang tanah dengan bantuan alat digitizer, lalu dihitung
luasnya dengan menggunakan software;
b. Menggunakan Planimeter, alat ini bekerja dengan cara menelusuri atau
mengikuti garis batas bidang tanah pada peta sehingga seluruh garis
bidang tanah yang diukur sampai tertutup dan Planimeter tersbut akan
memberikan angka berapa luas bidang tanah yang diukur pada peta
tersebut;
c. Menggunakan sistem transformasi dengan merubah bentuk bidang tanah
menjadi bentuk sederhana dan luasnya dapat dihitung secara sederhana
(contoh: kubus = sisi x sisi, segitiga = alas x tinggi, persegi panjang =
panjang x lebar, dan sebagainya); dan
d. Menggunakan kertas transparan yang dapat digambarkan kotak kotak
garis memanjang dan melintang pada bidang tanah yang diukur luasnya.
Cara nya menghitung jumlah kotak yang terdapat didalam bidang tanah
dan mengalikan jumlah yang diperoleh dengan luas perkotak.
TEKNIK GEOMATIKA 39
SURVEY
TERESTRIS
LEMBAR PRAKTIKUM
CAKRAWALA
JELAJAH INTERNET
http://ejurnal.itenas.ac.id
https://www.researchgate.net/publication/277128127_PENGUKURAN_DAN_
PEMETAAN_KADASTRAL_DENGAN_METODE_IDENTIFIKASI_PETA_FOTO
40 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
RANGKUMAN
1. Pada pekerjaan pengukuran bidang tanah jika sudah ada peta dasar
pendaftaran berupa peta foto, maka dapat dilakukan identifikasi lapangan,
pengukuran bidang tanah ini akan mendapatkan bentuk bidang tanah pada
peta foto dan ukuran sisi sisi bidang tanah.
2. Dari cara pengukuran bidang tanah yang telah diuraikan, bahwa pada
pengukuran bidang tanah apabila tersedia peta dasar pendaftaran berupa
peta foto dapat dilaksanakan dengan cara identifikasi lapangan.
Hasil pengukuran bidang tanah dengan cara identifikasi lapangan adalah
mendapatkan bentuk bidang tanah di peta foto dan angka ukuran sisi-sisi
bidang tanah.
Untuk menghitung luas bidang tanah dapat dilakukan dengan metode semi
garfis dengan menghitung bentuk bidang tanah pada peta foto dan angka-
angka ukuran sisi-sisi bidang tanah yang diukur langsung di lapangan sebagai
acuan hitungan luas. Untuk menghitungan luas dapat juga dilakukan dengan
metode digitasi.
Dari bentuk bidang tanah hasil digitasi dikoreksi panjang sisi dengan panjang
sisi hasil pengukuran di lapangan kemudian dihitung luasnya. Hal ini dilakukan
untuk setiap bidang tanah khusus menghitung luas bukan untuk pemetaan,
untuk pemetaan menggunakan hasil identifikasi dari lapangan.
3. Untuk pekerjaan pengukuran bidang tanah secara plotting fotogrametri
secara digital, hasil perhitungannya dilakukan dengan pembentukan bidang
bidang tanah hasil pengukuran.
Dan diproses dengan software, maka data-data digital bidang tanah tersebut
dapat dihitung luasnya baik secara satu per satu maupun secara keseluruhan
secara otomasi.
TUGAS MANDIRI
TEKNIK GEOMATIKA 41
SURVEY
TERESTRIS
REFLEKSI
42 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
BAB
MENGANALISIS PENGUKURAN KONSTRUKSI IV
TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat mengetahui dan memahami satuan dari ukuran panjang pada suatu
bangunan konstruksi secara akurat.
Siswa dapat mengetahui dan memahami satuan dari ukuran sudut pada suatu
bangunan konstruksi secara akurat.
Siswa dapat memahami dan menegrti perbedaaan tinggi (Levelling) pada suatu
bangunan konstruksi secara akurat.
PETA KONSEP
MENGANALISIS
PENGUKURAN KONSTRUKSI
Aplikasi
Pekerjaan
Survei
Survei Dan
Jenis-Jenis Pemetaan
Pengukuran Tahap Hasil dan
Pengukuran Terristris
Awal Pekerjaan Pembahasan
Kontruksi Dalam Bidang
(Preliminary
Konstruksi
Survei)
Struktur
Bawah
Bangunan
KATA KUNCI
Pengukuran konstruksi
TEKNIK GEOMATIKA 43
SURVEY
TERESTRIS
PENDAHULUAN
MATERI PEMBELAJARAN
44 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
h. Total Station.
3. Alat Ukur Beda Tinggi (Levelling)
a. Waterpass Kayu/ allumunium;
b. Selang plastic berisi air;
c. Nivo (Rekatbung);
d. Beda tinggi Sederhana, mengambil standar tinggi permukaan air laut, air
danau, ataupun permukaan air rawa-rawa; dan
e. Automatic level (Waterpass).
MATERI PEMBELAJARAN
h. Bila dirasakan masih perlu, maka dapat dibaut patok patok sebagai
patok pinjaman untuk memudahkan dalam pengukuran dan pematokan
selanjutnya.
2. Pemeriksaan Ketinggiaan Tanah dan kontur tanah
a. Jika sudah dipastikan bahwa batas lahan sudah sesuai dalam sertfikat, maka
segera lakukan pemeriksaan ketinggian lahan dan kontur tanah eksisting,
agar mendapatkan data acuan untuk level banguna serta infrastruktur
yang akan dibangun;
b. Dari hasil pemeriksaan di atas, datanya akan dipakai dalam menghitung
pekerjaan cut and fill serta galian/ urugan yang diperlukan;
c. Sebagai tanda atau marking level untuk acuan kerja seluruh bangunan
dapat berupa tanda segitiga terbalik diberi warna merah dan angka level
acuan, yang dibuat untuk patok BM utama, bangunan atau infrastruktur
eksisting dan tidak akan bergeser untuk waktu yang lama, selama
pelaksanaan pekerjaan proyek;
d. Harus dilakukan pekerjaan pengukuran kontur tanah eksisting, termasuk
level jalan, saluran air dan seluruh area di sekitar proyek, juga mengukur
5m2 di luar batas lahan; dan
e. Data harus disimpan dengan baik begitu juga dengan tanda di lapangan
harus selalu dikontrol dan jika rusak harus segera diperbaiki.
3. Penggambaran Situasi dan Potongan
a. Setelah melakukan pengukuran dan pengecekan di lapangan mengenai
batas lahan dan kontur eksisting, kemudian semua data dipolt pada gambar
situasi dan potongan sebagai gambar kerja yang berisi data dan informasi
sebagai berikut:
1) Titik patok BM (benchmark) dan titik pinjaman;
2) Titik patok pembantu dan batas lahan;
3) Titik sebagai tanda level acuan;
4) Garis kontur lahan eksisting;
5) Posisi dan dimensi perimeter as atau perimeter luar masing-masing
bangunan serta infrastruktur utama yang akan dikerjakan, termasuk
jarak antar bangunan dan infrastruktur yang direncanakan;
6) Garis sepadan bangunan (GSB);
7) Bangunan atau konstruksi atau infrastruktur eksisting di dalam area
proyek;
8) Untuk infrastruktur atau bangunan eksisting tertentu perlu diukur
dan digambarkan posisi dan dimensi aktualnya, serta diberikan tanda
untuk infrastruktur eksisting yang akan terpengaruh pekerjaan, misal:
tiang listrik atau lampu PJU atau bak kontrol atau pohon yang harus
dibongkar atau dipindahkan karena lokasi penempatannya akan
dibangun jalan entrance maupun exit;
9) Potongan melintang dan memanjang jalan raya eksisting dan
infrastrukturnya, untuk menunjukkan level masing-masing
infrastruktur eksisting (jalan, saluran, kabel dan pipa eksisting);
10) Potongan memanjang dan melintang yang menunjukkan level
bangunan dan infrastruktur (jalan dan saluran) yang akan dilaksanakan,
46 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNIK GEOMATIKA 47
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
48 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
D. TAHAP PEKERJAAN
Proses pengukuran dalam konstruksi struktur lantai dasar bangunan dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Serah terima bench mark (BM) dari owner
Bench mark (BM) merupakan titik yang menjadi referensi posisi dan elevasi di
area sekitar pekerjaan proyek. BM memiliki nilai posisi dalam bentuk koordinat
(X,Y) dan elevasi yang biasa diberi notasi Z. Serah terima dalam tahap ini berupa
pemberian nilai minimal dua titik BM berupa (X,Y,Z) dari pihak owner kepada
pihak kontraktor. Jika pihak owner memiliki BM untuk dijadikan referensi
pengukuran proyek, maka BM tersebut harus dilansir ke dekat area proyek dan
disebar di area proyek secara merata untuk mempermudah backsight saat stake
out sedangkan jika pihak owner tidak memiliki BM, maka kita cukup menentukan
satu titik di sekitar area proyek untuk diukur menggunakan GPS Geodetik
dengan metode statik atau cukup menggunakan koordinat lokal.
2. Pemetaan situasi/ topografi
Pemetaan situasi atau topografi merupakan pemetaan yang dilakukan untuk
mendapatkan gambaran detail area pekerjaan proyek. Detail yang dihasilkan
dalam peta ini berupa kontur dan posisi bangunan, jalan, saluran, dll. di sekitar
area proyek.
3. Menyesuaikan hasil peta situasi hasil pengukuran dengan peta milik owner
Peta situasi yang dihasilkan oleh surveyor harus dicocokkan dengan peta yang
sudah dimiliki oleh owner. Jika sudah cocok, maka proses pekerjaan proyek
dapat segera dimulai.
a. Stake out titik pancang dan batas elevasi cut and fill.
Stake out adalah menentukan titik di atas permukaan bumi dengan
menggunakan koordinat. Koordinat titik pancang dan titik yang menjadi batas
elevasi galian dan timbunan yang sudah direncanakan harus ditetapkan di
lokasi proyek dengan menggunakan teknik stake out.
TEKNIK GEOMATIKA 49
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 4.2 Posisi Titik Batas Elevasi (APLIKASI PEKERJAAN SURVEI PEMETAAN
TERRISTRIS DALAM BIDANG KONSTRUKSI STRUKTUR BAWAH BANGUNAN
……STPN Jogja, OKT 2013)
5. Pe-marking-an pancang
Pe-marking-an pancang di sini berupa pe-marking-an elevasi top bobok, top
stack, top cutter, dan bottom pile cap. Top bobok adalah elevasi dimana pancang
harus dipotong untuk pertama kalinya, dimana tingginya –10 sampai –15 cm
dari top pile cap. Top stack adalah elevasi batas besi di dalam pancang yang
harus dipotong. Top cutter adalah elevasi batas akhir dimana beton pancang
harus dipotong tanpa memotong besi di dalam pancang, tingginya sekitar + 5
cm di atas bottom pile cap sedangkan bottom pile cap adalah batas bawah dari
pile cap, atau elevasi dari top lantai kerja (lean concrete).
50 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNIK GEOMATIKA 51
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 4.4 Dimensi Pile cap (APLIKASI PEKERJAAN SURVEI PEMETAAN TERRISTRIS
DALAM BIDANG KONSTRUKSI STRUKTUR BAWAH BANGUNAN …
STPN, Jogja, Okt 2013)
52 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNIK GEOMATIKA 53
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
54 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNIK GEOMATIKA 55
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
56 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 4.7 LASER LEVEL (APLIKASI PEKERJAAN SURVEI PEMETAAN TERRISTRIS DALAM
BIDANG KONSTRUKSI STRUKTUR BAWAH BANGUNAN … STPN Jogja, Okt 2013)
5. Pe-marking-an Pancang
Pe-marking-an pancang sama dengan pe-marking-an batas elevasi cut and fill
dengan menggunakan autolevel maupun laser level.
a. Menggunakan Autolevel
Misalkan elevasi top cutter pancang adalah-1,20 m, maka setelah kita
backsight autolevel ke + 0,000 lantai kita harus memastikan bacaan rambu
ukur kita saat me-marking elevasi top cutter tersebut adalah 1200.
b. Menggunakan Laser Level/ grade
Prinsipnya sama dengan penggunaan laser level untuk penentuan elevasi
cut and fill. Misalnya jika elevasi top cutter pancang adalah -1,20 m, maka
kita setting alat pada elevasi tersebut. Kemudian receiver kita letakkan
TEKNIK GEOMATIKA 57
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
di dekat pancang yang akan kita marking, dan elevasi top cutter adalah
elevasi dimana receiver merespon laser yang dipancarkan oleh laser level.
6. Pe-Marking-an Pile cap, Tie beam dan Kolom
Tahap ini pada prinsipnya berupa pe-marking-an garis as dari pile cap, tie beam,
dan kolom untuk dijadikan acuan dalam menentukan geometri atau dimensi
dari ketiga item tersebut. Pe-marking-an garis as dilakukan dengan titik-titik as
yang sudah dibuat sebelumnya, dengan terlebih dahulu dilakukan backsight
ke seluruh sisi yang terdapat acuan titik as, karena kesalahan beberapa
milimeter saja bisa menimbulkan kesalahan pada sudut yang berpengaruh
seiring besarnya jarak titik target yang akan di-marking. Pe-marking-an pile
cap, tie beam, dan kolom memerlukan akurasi yang sangat tinggi karena akan
sangat berpengaruh pada posisi item-item yang lain, sehingga pengukuran
harus dilakukan dengan sangat cermat.
CAKRAWALA
58 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
JELAJAH INTERNET
https://staticsprosurvei.wordpress.com/2012/08/14/survei-konstruksi/
RANGKUMAN
TEKNIK GEOMATIKA 59
SURVEY
TERESTRIS
TUGAS MANDIRI
REFLEKSI
60 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
PENILAIAN AKHIR
PENILAIAN AKHIR SEMESTER GASAL SEMESTER GASAL
2. Tabel berikut adalah pengolahan hasil pengukuran beda tinggi dengan peralatan
penyipat datar. Ketinggian atau elevasi titik P3 adalah ... mdpl.
Beda Tinggi Tinggi Titik
Titik
Stand I Stand II Rerata (mdpl)
P1 +10,000
0,15 0,15 0,15
P2 ....
-0,09 -0,08 -0,85
P3 ....
a. +9,150
b. +9,300
c. +10,150
d. +10,300
e. +11,150
TEKNIK GEOMATIKA 61
SURVEY
TERESTRIS
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
5. Syarat untuk mendapatkan jarak lurus dengan menggunakan pita ukur yang
pendek adalah sebagai berikut, kecuali ...
a. Membuat garis lurus di lapangan
b. Membuat tiga yalon yang terletak satu garis
c. Menggunakan beberapa pita ukur
d. Membagi jarak agar dapat membuat mendatar
8. Diketahui dari sebuah peta, selisih garis kontur adalah 50 meter, berapa
Skala peta tersebut:
a. 1: 50.000
b. 1: 100.000
c. 1: 150.000
d. 1: 200.000
e. 1: 250.000
9. Diketahui skala peta topografi adalah 1: 200.000, berapa beda tinggi antar kontur
dalam peta tersebut:
a. 50 meter
b. 100 meter
c. 150 meter
d. 200 meter
e. 250 meter
62 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
14. Yang termasuk cara perhitungan luas tanah dari data ukur kecuali:
a. Metode Segitiga
b. Metode Garis Ukur
c. Metode Simpson
d. Metode Koordinat
15. Yang bukan termasuk cara perhitungan Volume dari data ukur adalah:
a. Penampang melintang (Cross section)
b. Garis Kontur
c. Menggunakan tinggi titik
d. Menggunakan titik koordinat
16. Pada pengukuran bidang tanah atau persil ada metode pengukuran terrestrial
adalah metode offset, yang di bawah ini yang termasuk metode offset kecuali:
a. Metode siku siku
b. Metode interpolasi
c. Metode mengikat pada titik sembarang
d. Metode perpanjangan sisi
e. Metode menggunakan Azimut dan jarak
TEKNIK GEOMATIKA 63
SURVEY
TERESTRIS
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
17. Cara Pengukuran penetuan luas bidang tanah disesuaikan dengan ketelitian
pengukurannya, kecuali:
a. Menggunakan angka angka ukur
b. Menggunakan angka angka koordinat
c. Semi Grafis
d. Secara Digitasi
e. Grafis
18. Yang bukan termasuk peralatan ukur pada pekerjaan konstruksi adalah:
a. Alat ukur Tanah (Panjang)
b. Alat Ukur Sudut
c. Alat Ukur Beda tinggi
d. Alat berat
19. Pada pekerjaan Preliminary Survei, pekerjaan pertama kali yang harus dilakukan
seorang surveyor adalah:
a. Pengamatan kondisi lapangan
b. Gambar Situasi
c. Pemeriksaan Level dan Kontur tanah existing
d. Pemeriksaan batas dan patok lahan.
20. Data spasial merupakan data grafis yang mengidentifikasi kenampakan yang
menunjukkan keruangan, lokasi atau tempat-tempat di permukaan Bumi. Model
data yang dibentuk oleh kemampuan sel atau pixel dengan bentuk grid, dan setiap
pixel mempunyai referensi. Model data itu disebut…
a. Data vektor
b. Data raster
c. Data atribut
d. Data kualitatif
e. Data kuantitatif
64 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
23. Pengolahan data hasil pengukuran topografi terdiri dari beberapa tahapan
hitungan, kecuali:
a. Hitungan polygon pengukuran kerangka kontrol horizontal.
b. Hitungan sifat datar untuk pengukuran kerangka vertikal.
c. Hitungan sifat datar untuk pengukuran vertikal
d. Hitungan posisi beda tinggi untuk situasi dan penampang melintang
24. Apa yang dimaksud dengan Peta Skala besar:
a. Peta yang mempunyai Skala 1: 5000
b. Peta yang mempunyai Skala 1: 500.000
c. Peta yang mempunyai Skala 1: 1.000.000
25. Jika di ketahui Azimut AB = 140o50’30” dan Azimut BC = 2o33’35”,
Maka sudut yang dibentuk ABC adalah:
a. 138o16’55”
b. 22o43’05”
c. 22o16’55”
d. 139o18’55”
26. Sudut dapat dihitung sebagai selisih bacaan horisontal target terhadap bacaan
horisontal reference object (RO), jika diketahui bacaan horisontal ke RO 3450
20’50” dan bacaan horisontal ke target 400 21’10” berapakah besar sudut kanan
yang terbentuk:
a. 550 0’20”
b. -3040 59’40”
c. 3040 59’40”
d. -550 0’20”
TEKNIK GEOMATIKA 65
SURVEY
TERESTRIS
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
29. Sistem Kerja pada GNSS (Global Navigation Satellite System), kecuali:
a. Metode Statik
b. Metode Real Time Kinematik
c. Metode Network Real Time Kinematik.
d. Metode Prismoidal
B. ESSAY:
Kerjakan soal di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Sebutkan dan Gambarkan bagian bagian dari Theodolite secara lengkap!
2. Apa yang dimaksud dengan Peta Topografi?
3. Jelaskan cara pengukuran luas dan cara perhitungan pengukuran volume dari
data ukur secara lengkap!
4. Sebutkan tahapan tahapan untuk pengukuran terrestrial pada pekerjaan Jalan
dan jembatan!
5. Apa yang dimaksud dengan pengukuran titik Ikat Referensi atau titik ikat BM dan
jelaskan!
66 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
BAB
MENGANALISIS PENGUKURAN JALAN DAN
JEMBATAN V
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
KATA KUNCI
TEKNIK GEOMATIKA 67
SURVEY
TERESTRIS
PENDAHULUAN
Pekerjaan pengukuran jalan atau jembatan adalah untuk mendapatkan data awal di
lapangan, pengolahan data, stake out hasil data yang sudah diolah dan pengawasan
terhadap pekerjaan pembuatan jalan atau Jembatan.
Adapun langkah langkah dalam melakukan pekerjaan pengukuran topografi teristris
pada pekerjaan perencanaan jalan dan jembatan adalah sebagai berikut:
1. Persiapan (mempersiapkan peralatan baik peralatan ukur, maupun peralatan
pendukung, personil yang akan bekerja dan adminitrasi).
2. Pekerjaan pengukuran (yaitu melakukan pekerjaan survei pendahuluan dan survei
detail).
3. Pengolahan data. (hasil data setelah melakukan pengukuran segera diolah).
4. Penggambaran (mengaplikasikan data pengukuran dalam penggambaran di peta).
MATERI PEMBELAJARAN
68 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
1. Survei Pendahuluan.
Pekerjaan awal yang dilakukan pada awal pekerjaan konstruksi awal jalan dan
jembatan adalah untuk mengetahui kondisi awal lokasi rencana trase jalan
atau jembatan yang akan dikerjakan. Sementara itu peralatan dan bahan yang
dibuthkan adalah peta rencana trase jalan skala 1: 50.000 atau yang lebih besar
1: 25.000, selain peta juga diperlukan GPS navigasi, kompas/ clinometers,
formulir survei dan kalkulator, Gps dan clinometers/ kompas dipakai untuk
penentuan situasi presentasi kemiringan vertikal pada as rencana jalan atau
jembatan.
2. Pemasangan Bench mark (BM)
Pemasangan patok patok untuk penanda dan sebagai tempat informasi
koordinat hasil pengukuran. Patok patok untuk pengukuran jalan dan
jembatan dalam bentuk Patok BM (Bench mark), Patok CP (Concrete point)
dan patok patok kayu. Patok BM dipasang di ruas jalan dengan jarak interval
kurang lebih 1 KM dan pada patok BM, juga dipasang Patok CP yang digunakan
untuk titik ikat azimut untuk pekerjaan stake out pada pekerjaan pelaksanaan.
Patok BM di sebelah kiri jalan dan patok CP di sebelah kanan dan saling
kelihatan, Sementara patok kayu dipasang dengan interval 50 m pada jalur
jalan yang lurus dan 25 m untuk jalan berbelok atau perbukitan. Pada daerah
yang tidak dapat dipasang patok kayu dapat dipasang paku payung dan
ditandai dengan cat diberi penomoran dan diberi tanda khusus.
3. Pengukuran Kerangka Kontrol Vertical (KKV)
Untuk pekerjaan pembuatan kerangka kontrol dilakukan dengan peralatan
Waterpass atau Automatic level pada trase jalan yang melakukan pengukuran
pada patok BM, CP dan patok kayu, Pekerjaan dengan menggunakan Automatic
level ini dilakukan dengan cara pulang pergi secara kring untuk setiap seksi
dengan interval 1–2 km untuk setiap seksi dengan toleransi ketelitian kurang
dari 10 mm √D, dengan D jumlah jarak dalam km. untuk ketinggian permukaan
dihitung dari MDPL (muka datar Permukaan laut).
Pengukuran dengan Automatic level ini dengan standar ketelitian untuk 1
km pulang pergi ketelitiannya ≤ 2 mm kemudian untuk pembacaan rambu
dilakukan pada benang atas, benang tengah dan benang bawah dan rambu
ukur dilengkapi nivo kotak untuk ketegakkan rambu ukur.
4. Pengukuran Kerangka Kontrol Hprizontal (KKH)
Pengukuran Kerangka Kontrol Horizontal menggunakan Total Station atau
Theodolite. Pengukuran ini adalah untuk merapatkan titik-titik koordinat
kontrol horizontal dalam sistem koordinat nasional dengan sistem proyeksi
UTM (Universal Tranverse Mecator) dikarenakan pengukuran topografi bidang
jalan bersifat memanjang.
Pekerjaan pengukuran ttitk titik control horizontal dilakukan metode polygon
terbuka terikat sempurna yang meliputi pekerjaan pengukuran sudut tiap titik
polygon, jarak tiap sisi polygon dengan azimuth.
5. Pengukuran Penampang Memanjang
Pengukuran ini dilaksanakan pada saat melakukan pekerjaan pengukuran
sifat datar atau penampang melintang. Pengambilan data ini dilakukan jika
ada perubahan muka tanah dan sesuai kerapatan detail pada sepanjang trase.
TEKNIK GEOMATIKA 69
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
70 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
pada tikungan sull circle stake out nya dilakukan pada Target Spiral, Spiral
Circle. Untuk tikungan bentuk spiral–circl, spiral menggunakan Spiral tangent.
Dalam pekerjaan ini alat ukur yang digunakan adalah Total Station atau
Theodolite yang sudah dilengkapi dengan EDM.
12. Pengukuran Stake out untuk Rencana Pembebasan Lahan
Pekerjaan Stake out pada rencana pembebasan lahan dilakukan untuk daerah
yang terkena pembebasan lahan, dengan cara pemasangan patok patok pada
batas batas daerah yang terkena pembebasan sesuai koordinat yang terdapat
pada peta rencana pembebesan lahan.
13. Pengolahan Data.
Pekerjaan pengolahan data dari pengukuran topografi meliputi: hitungan
polygon, pada pengukuran kerangka control horizontal (sudut, Azimut, jarak),
hitungan sifat datar pada pengukuran kerangka vertical dan hitungan posisi
serta beda tinggi pada pengukuran situasi dan penampang melintang.
Pengolahan data dikerjakan secara manual dengan batuan kalkulator dan
formulir ukur atau dikerjakan dengan menggunakan komputer.
Hasil pengukuran di lapangan tergantung peralatan survei yang digunakan,
jika masih menggunakan Theodolite, maka diperlukan formulir untuk catatan
hasil ukur yang kemudian diolah dengan menggunakan kalkulator sehingga
mendapatlkan koordinat koordinat titik-titik yang diukur. Untuk pengukuran
yang menggunakan digital murni seperti Total Station, data-datanya direkam
dalam file elektronik seperti dalam flashdisk, kemudian data-data tersebut
langsung diproses dalam software pada komputer sehingga langsung
mendapatkan hasil pengukuran dari lapangan.
14. Penggambaran
Pekerjaan penggambaran dapat dilakukan dengan dua cara, cara maual dan
cara digital, untuk saat ini cara manual sudah banyak ditinggalkan, tetapi
untuk siswa-siswa sekolah menengah kejuruan geomatika, sebaiknya tetap
dipelajari pekerjaan penggambaran secara manual ini. Penggambaran
manual menggunakan tangan pada kertas millimeter dengan data-data dari
hasil hitungan manual sedangkan pekerjaan penggambaran secara digital
menggunakan komputer dan printer, baik printer A3 ataupun yang lebih besar
lagi seperti plotter. Data dari hasil pengukuran secara digital (menggunakan
Total Station) data ukurnya disimpan ke dalam Flashdisc kemudian data
tersebut didownload ke dalam komputer, selanjutnya menggunakan software
pengolah data dan software topografi akan menghasilkan data-data koordinat
dan kontur untuk pembuatan peta, sehingga dapat dicetak pada printer A3
atau yang lebih besar lagi atau Plotter.
TEKNIK GEOMATIKA 71
SURVEY
TERESTRIS
CAKRAWALA
JELAJAH INTERNET
https://www.scribd.com/doc/47289596/pedoman-teknik2146-Topografi-
Untuk-Pek-Jalan-Jembatan-Vol-1
h t t p : / /n s p k j e m b a t a n . p u . go . i d /p u b l i c /u p l o a d s / Ta h a p Pe l a k s a n a a n /
BM/1511080809pengukuran_topografi_untuk_pekerjaan_jalan_dan_
jembatan_buku_1_penjelasan_umum.pdf
https://lauwtjunnji.weebly.com/survei-dan-pengukuran-awal-preliminary-
survei.html
72 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
TEKNIK GEOMATIKA 73
SURVEY
TERESTRIS
REFLEKSI
1. Pekerjaan Survei Pengukuran Jalan atau Jembatan adalah salah satu faktor
penentu dimulainya pekerjaan pembuatan jalan dan Jembatan.
2. Kebutuhan akan jalan baik itu jalan bebas hambatan, jalan Nasional atau
jalan Provinsi dan juga Jembatan, semakin lama semakin meningkat,
sesuai dengan kebutuhan dari masyarakat. Dengan semakin meningkatnya
kebutuhan tersebut, maka kebutuhan akan tenaga kerja surveyor untuk Jalan
dan Jembatan juga akan semakin meningkat.
3. Dengan demikian para siswa jurusan teknik Geomatika diminta untuk
menguasai peralatan survei dan teknologi untuk penerapan di bidang survei
pengukuran Jalan atau Jembatan, serta mengikuti perkembangan ilmu dan
teknologi yang berhubungan dengan survei pengukuran Jalan dan Jembatan.
74 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
BAB
MENGANALISIS PENGUKURAN TOPOGRAFI
BENDUNGAN DAN SALURAN VI
BAB VI MENGANALISIS PENGUKURAN TOPOGRAFI
BENDUNGAN DAN SALURAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
MENGANALISIS PENGUKURAN
TOPOGRAFI
BENDUNGAN DAN SALURAN
Survei Pengukuran
Topgrafi Dan Penggambaran
Pengolahan Data
Pemetaan
(Terestris)
KATA KUNCI
TEKNIK GEOMATIKA 75
SURVEY
TERESTRIS
PENDAHULUAN
Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air
menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga digunakan
untuk mengalirkan air ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air. Kebanyakan dam juga
memiliki bagian yang disebut pintu air untuk membuang air yang tidak diinginkan
secara bertahap atau berkelanjutan.
Kementerian Pekerjaan Umum Indonesia mendefinisikan bendungan sebagai
“bangunan yang berupa tanah, batu, beton, atau pasangan batu yang dibangun selain
untuk menahan dan menampung air, dapat juga dibangun untuk menampung limbah
tambang atau lumpur.”[1]
Bendungan (dam) dan bendung (weir) sebenarnya merupakan struktur yang
berbeda.[2] Bendung (weir) adalah struktur bendungan berkepala rendah (lowhead
dam), yang berfungsi untuk menaikkan muka air, biasanya terdapat di sungai. Air
sungai yang permukaannya dinaikkan akan melimpas melalui puncak/ mercu bendung
(overflow). Dapat digunakan sebagai pengukur kecepatan aliran air di saluran/ sungai
dan bisa juga sebagai penggerak pengilingan tradisional di negara-negara Eropa. Di
negara dengan sungai yang cukup besar dan deras alirannya, serangkaian bendung
dapat dioperasikan membentuk suatu sistem transportasi air. Di Indonesia, bendung
dapat digunakan untuk irigasi bila misalnya muka air sungai lebih rendah dari muka
tanah yang akan diairi (Wikipedia Indonesia).
Dalam rangka mengembangkan potensi sumber daya air di Wilayah Sungai,
dibutuhkan pembangunan sebuah bendungan untuk pembangunan tersebut
dibutuhkan data penunjang yaitu sebuah peta teknis maupun peta topgrafi yang
akurat sesuai dengan kondisi sebenarnya di lapangan.
Secara umum kondisi topografi dilokasi rencana Bendungan merupakan daerah
aliran sungai pada daerah perbukitan maupun daerah landai. Kemiringan medan
bervariasi mulai dari daerah dataran landai (bagian sawah, ladang di sekitar rencana
as bendungan) dan daerah perbukitan berbatu yang cukup curam diselingi tebing-
tebing (bagian ladang, hutan di daerah rencana genangan) dan beberapa daerah di
kanan kiri sungai lokasi rencana bendungan.
Bendungan harus didisain dengan mengikuti standar dan pedoman yang
berlaku dengan memperhatikan faktor keamanan bendungan, pemenuhan fungsi,
pemanfaatan material setempat yang kualitas dan kuantitasnya memenuhi syarat,
biaya pembangunan operasi dan pemliharaan ekonomis, selaras dengan lingkungan
dan kondisi sosial stempat, berkaitan dengan hal ini, rencana pembangunan
bendungan perlu disosialisasikan kepada masyarakt setempat, terutama kepada
masyarakat penerima dampak pembangunan bendungan.
Pembanguan Bendungan selain terdapat banyak manfaatnya juga ada potensi
bahaya yang mengancam seperti jika bendungan runtuh akan menyebabkan banjir
bandang yang akan mengancam keselamatan jiwa dan harta benda pada masyarakat
disekitarnya.
76 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNIK GEOMATIKA 77
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
78 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNIK GEOMATIKA 79
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
80 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNIK GEOMATIKA 81
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
82 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
yang sejenis (dan pengukuran sudut dilakukan dengan titik nol yang
berbeda 0o, 90o dan seterusnya).
5) Sudut vertikal dibaca dalam satu seri.
6) Pengukuran Jarak
a) Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan alat ukur
elektronik (EDM) atau pita ukur 100 meter dan yang saat ini
yang sering digunakan adalah alat ukur Total Station (TS) Tingkat
ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur,
sangat tergantung kepada cara pengukuran itu sendiri dan keadaan
permukaan tanah.
b) Khusus untuk pengukuran jarak pada permukaan terjal yang
menggunakan pita ukur dilakukan dengan cara seperti di bawah ini:
Jarak AB = dI + d2 + d3
TEKNIK GEOMATIKA 83
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
84 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNIK GEOMATIKA 85
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
86 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNIK GEOMATIKA 87
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
88 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
B. PENGELOLAAN DATA
Kerangka Dasar
Hitungan Koordinat
Perhitungan koordinat (X,Y) adalah hasil dari pengukuran polygon di lapangan, ada
dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu Jarak dan Sudut Jurusan.
Pengolahan data dengan menggunakan metode Bowditch, rumus: Koordinat titik B
dihitung dari Koordinat A yang telah diketahui:
XB = XA + dab. sin α
YB = XA + dab. cos α
Dimana:
XA, YA = Koordinat titik diketahui
Dab Sin σ ab
= Selisih absis (∆ Xab)
dAP Cos σ AP
= Selisih ordinat (∆ Yab)
Dab = Jarak datar dari Titik A ke Titik B
Salah penutup sudut untuk poligon pengikatan, dan poligon utama adalah: 10” √N,
(N = jumlah titik poligon).
1. Syarat geometris sudut:
a. Poligon Tertutup /Kring
∑ β =(n + 2)180o + f β
b. Poligon Terikat sempurna
∑ β = [( α Akhir - α Awal) + n.180o ] + fβ d
Dimana:
B = Sudut Ukuran
A = Sudut Jurusan
N = Jumlah titik
TEKNIK GEOMATIKA 89
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
KL = ≤: 1: 7500
KL: Kesalahan Linear
T = ( 10 ) mm
PH
b. Hitungan Beda Tinggi
1) ∆H1−2 = Btb − Btm
c. Hitungan Jarak Optis
1) D optis = ( Ba–Bb ) x 100
d. Hitungan Tinggi Titik
1) H2 = H1 +ΔH12+KH
Dimana:
H = Tinggi titik
∆H = Beda tinggi
Btb = Benang tengah belakang
Btm = Benang tengah muka
Ba = Benang atas
Bb = Benang bawah
PH = Salah penutup beda tinggi
KH = Koreksi beda tinggi
90 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
Ba = Benang atas
Bt = Benang tengah
Bb = Benang bawah
Ta = Tinggi alat
C. PENGGAMBARAN
1. Peta Situasi
Untuk penggambaran Peta Situasi dibuat dan biasanya untuk perencanaan
bendungan dibuat skala sebagai berikut:
a. Peta situasi daerah genangan skala 1: 5.000
b. Peta ikhtisar 1: 10.000 , 1: 20.000
c. Peta situasi daerah rencana bendungan skala 1: 5.00
d. Peta situasi Borrow area skala 1: 500, 1: 1.000
Peta situasi Quarry site skala 1: 500, 1: 1000
Syarat penggambaran adalah sebagai berikut:
1) Untuk Peta dengan ukuran 50 x 50, garis silang pada grid dibuat setiap 10
cm dengan ukuran 10 x 10 mm, kemudian garis sambungan peta 10 cm,
skala peta 1: 500/ 1: 2000 dibuat numeris dan grafis nya, indek peta dengan
ukuran tertentu, dibuat informasi legenda sesuai dengan peta, kemudian
dan keterangan titik referensi dicantumkan di bawah legenda;
TEKNIK GEOMATIKA 91
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
2) Semua titik BM, titk ikat horizontal BIG (badan informasi Geospasial)
dan titik tinggi BIG yang ada harus digambarkan dengan legenda dan
dilengkapi dengan elevasi (Z) dan koordinat (X,Y);
3) Untuk setiap interval 5 (lima) garis kontur dibuat tebal dari garis kontur
lainnya dan ukuran ketebalannya ditentukan dan angaka elevasinya ditulis;
4) Pada Legenda dicantumkan gambar yang harus sesuai dengan ketentuan
Direktorat Irigasi dan sesuai dengan topografi yang ada di lapangan;
6) Untuk penggambaran kontur pada daerah datar per 2,5 m dan untuk berbukit
per 5 m dan dicantumkan data elevasinya;
7) Dibuatkan gambar konsep (draft) serta titik pengukuran poligon utama
di atas kertas kerja transparan untuk persetujuan dari pemilik pekerjaan;
8) Untuk penggambaran Kampung, rawa, sungai rawa buatan manusia
harus diberi nama yang jelas dan ditandai dengan gambar batas batas;
9) Peta ikhtisar skala dibuat dengan cara mengecilkan peta skala 1: 5000
atau 1: 2000 menggunakan software dan dicetak pada kertas transparan
stabil;
10) Untuk peta Ikhtisar skala 1: 25.000 atau 1: 10.000 dicantumkan nama
kampung, nama sungai, benchmark, jalan, jembatan, rencana bendung
dan lainya yang ada di daerah pengukuran dengan kontur tiap 12,5 m
pada daerah datar dan 25 pada derah berbukit dengan grid peta tiap 10
cm;
11) Untuk lembar peta harus jelas penomoran urutnya dan disusun secara
teratur dan untuk format gambar harus sesuai ketentuan yang berlaku
dan ditetapkan oleh pemilik pekerjaan; dan
12) Penggambaran titik poligon utama, poligon cabang dan poligon rantai
dalam sistem koordinat dan tidak boleh digambar secara grafis.
2. Ketelitian Penggambaran
a. Untuk tanda silang pada grid koordinat tidak boleh ada kesalahan lebih dari
0,3 mm yang harus diukur dari titik kontrol horizontal terdekat;
b. Pada titik kontrol horizontal kesalahannya tidak boleh lebih dari 0,3 mm
yang diukur dari garis grid;
c. Untuk bangunan penting seperti bendung dan jembatan, saluran sungai
sebanyak sembilan puluh lima persen (95%), kesalahannya tidak boleh
lebih dari 0,6 mm yang diukur dari garis grid atau titik kontrol horizontal
terdekat, dan untuk 5% sisanya tidak boleh melebih 1,2 mm;
d. Untuk penarikan garis kontur, sembilan puluh persen (90%) tidak boleh
terjadi penyimpangan lebih dari setengah kali interval kontur yang
bersangkutan yang harus diperhitungkan dari titik kontrol horizontal,
sedangkan 10% nya tidak boleh menyimpang dari satu kali interval kontur
yang bersangkutan; dan
e. Batas pergeseran yang diperbolehkan pada sambungan lembar peta satu
dan yang lain, garis kontur, saluran. Sungai dan bangunan harus tepat dan
maksimal 0,3 mm.
92 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNIK GEOMATIKA 93
SURVEY
TERESTRIS
MATERI PEMBELAJARAN
94 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
CAKRAWALA
Bendungan adalah bangunan yang dibuat manusia yang dibuat dari urugan tanah,
batu, beton atau pasangan batu yang berguna selain menahan dan menampung
air, juga untuk tempat penampungan limbah tambang (tailing0 juga menampung
lumpur sehingga akan menjadi waduk. (Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2010
tentang Bendungan).
Fungsi bendungan secara umum adalah untuk menampung air dan menagkap air
serta menyimpan air pada musim hujan atau waktu air sungai mengalir dalam
jumlah besar dan melebihi kebutuhan yang diperlukan. Manfaat bendungan
adalah untuk irigasi, air minum industri, tempat rekreasi, tempat penampungan
limbah, tempat cadangan air minum, pengendali banjir, untuk pembudidayaan
perikanan dan olah raga air.
Selain banyak manfaatnya seperti tersebut di atas, masalah potensi bahaya jika
terjadi kegagalan pada konstruksi bendungan tersebut, seperti yang terjadi pada
beberapa bendungan yang jebol, sehingga menelan korban baik jiwa maupun
harta pada masyarakat sekitarnya.
Oleh sebab itu, maka pemantauan atau monitoring dari bendungan bendungan
tersebut menjadi sangat penting dan dilakukan secara berkala dan terus menerus.
Dengan kemajuan Teknologi, untuk pemantauan atau monitoring suatu
bendungan dapat dilakukan secara kontinu selama 24 jam sehari, 7 hari dalam
seminggu, sehingga setiap gerakan yang diakibatkan dari pergeseran bendungan
baik secara horizontal maupun secara vertical dapat di deteksi dalam waktu
yang sangat singkat. Pada saat pergerakan pada bendungan, maka peralatan ini
dapat langsung memberikan peringatan dini, baik sirine kepada masyarakat di
sekitar, atau perangkat komunikasi lainnya kepada pejabat yang berwenang pada
bendungan tersebut.
Ilustrasi Peralatan Pemantauan atau Monitoring Bendungan terlihat pada gambar
di bawah ini, untuk sistem kerja serta kemampuan alat tersebut dapat di cari di
situs-situs Peralatan monitoring sistem untuk bendungan.
Gambar 6.13 Ilustrasi bendungan yang akan dipasang Peralatan Monitoring system
(Sumber: Geodetic and Geotechnical Instrumentation–technical notes
TOPCON & AGISCO)
TEKNIK GEOMATIKA 95
SURVEY
TERESTRIS
CAKRAWALA
JELAJAH INTERNET
https://testingindonesia.co.id/inclinometer-solusi-monitoring-bendungan/
https://docplayer.info/73008859-Survei-dan-investigasi-perencanaan-
bendungan.html
https://www.kompasiana.com/trimantili/5d1ef432097f36720f14a622/ini-loh-
bagian-bagian-bendungan
https://steemit.com/science/@fahmidamti/penjelasan-tentang-dunia-
konstruksi-bendungan-irigasi-201777t223822411z
96 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
TEKNIK GEOMATIKA 97
SURVEY
TERESTRIS
REFLEKSI
98 TEKNIK GEOMATIKA
SURVEY
TERESTRIS
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
KATA KUNCI
TEKNIK GEOMATIKA 99
SURVEY
TERESTRIS
PENDAHULUAN
Teknologi Pemetaan yang terbaru saat ini adalah pemanfaatan Teknologi Sistem
Penentuan Posisi Global (Global Navigation Satellite System/ GNSS).
GNSS (Global Navigation Satellite System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan
posisi yang dikembangkan oleh beberapa negara, seperti GPS (Global positioning
System) dari Amerika Serikat, GLONASS dari Rusia, BeiDou dari China dan GALILEO dari
Eropa dan OZSS dari Jepang.
PENGINDERAAN JARAK JAUH/REMOTE SENSING adalah ilmu, seni dan teknik untuk
memperoleh informasi suatu objek, daerah, dan/ atau fenomena melalui analisis data
yang diperoleh dengan suatu alat tanpa harus kontak langsung dengan objek, daerah,
atau fenomena yang dikaji (Lillesand & Kiefer, 1994: 1;Bates & Jackson, 1987: 434).
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Untuk segmen pengguna terdiri dari militer atau sipil. Receiver GPS menerima
kode atau fasa atau keduanya juga informasi waktu dari satelit yang mengirimkan
sinyal.
Untuk dapat menentukan posisi tiga dimensi koordinat geosentrik dapat
ditentukan jika ada data dari emapt satelit yang mengirimkan sinyal bersamaan
dikombinasikan dengan deskripsi orbit.
Dari ketiga segmen tersebut konsep yang mendasari prinsip pengukuran dengan
GPS adalah seperti digambarkan pada Gambar 7.1 (Wells, 1987):
Berdasarkan gambar tersebut di atas, maka posisi receiver (R1) akan di cari nilai
koordinatnya, Posisi Satelit nya diketahui dari pusat bumi (C) dan diukur range
vector antara receiver dan satelit.
keunggulan dari penggunaan GPS antara lain:
1. Data yang diperoleh adalah otentik, karena surveyor tidak dapat merubah
data GPS;
2. Peralatan GPS dapat digunakan setiap saat dan tidak tergantung cuaca,
baik hujan ataupun malam hari, akan mengurangi biaya operasional dan
peningkatan efisiensi kerja;
3. Wilyah kerja menjadi luas (tidak tergantung batas politik dan alam);
4. Dengan menggunakan GPS tidak terpengaruh kondisi topografi;
5. Menggunakan Datum global (WGS 1984) yang akan memudahkan dalam
penggabungan peta;
6. Ketelitian posisi bervariasi dari norde tinggi sampai orde rendah;
7. Tidak ada biaya untuk pengambilan sinyal ke satelit;
MATERI PEMBELAJARAN
8. Receiver GPS lebih kecil dan harganya cukup murah dan kualitas data cukup
handal; dan
9. Cara penggunaan GPS cukup mudah, tidak memerlukan tenaga kerja yang
banyak.
MATERI PEMBELAJARAN
a. Metode Statik
MATERI PEMBELAJARAN
Aplikasi:
1) Pengamatan BM;
2) Post Processing; dan
3) Ketelitian hingga fraksi milimeter.
b. Metode RTK (Real Time Kinematik)
Aplikasi:
1) Persil Tanah, topografi, dll.;
2) Fasilitas koreksi RTK melalui Radio/ Bluetooth; dan
3) Ketelitian hingga fraksi centimeter.
MATERI PEMBELAJARAN
VRC
MAC
Aplikasi:
1) koreksi RTK melalui Internet (GSM);
2) Sistem CORS; dan
3) Ketelitian hingga fraksi centimeter.
3. Aplikasi Aplikasi Penggunaan GNSS
a. APLIKASI-APLIKASI MILITER;
b. SURVEI & PEMETAAN (Darat dan Laut);
c. GEODESI, GEODINAMIKA, DAN DEFORMASI;
d. NAVIGASI & TRANSPORTASI;
e. STUDI TROPOSFIR & IONOSFIR;
f. PENDAFTARAN TANAH;
g. PERTANIAN & KEHUTANAN;
h. PHOTOGRAMMETRY & REMOTE SENSING;
i. GIS (Geographic Information System);
j. STUDI KELAUTAN (Arus, Gelombang, dan Pasang Surut); dan
k. APLIKASI OLAHRAGA & REKREATIF.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
interpreter akan mengamati perbedaan dan persamaan rona dan warna objek.
Selanjutnya objek dapat diklasifikasikan berdasarkan karakteristik spasial seperti
bentuk, ukuran tektur, pola, bayangan dan asosiasinya.
Pada Penginderaan jarak jauh sistem gelombang mikro dan sistem radar adalah
teknik penginderaan jarak jauh untuk segala cuaca dan iklim (berawan ataupun
hujan).
Foto udara hanya dapat dilakukan pada waktu siang dan cuaca cerah, untuk sistem
termal hanya dapat dikerjakan pada siang dan malam hari dalam kondisi cuaca cerah.
Untuk sistem gelombang mikro merupakan penginderaan jauh sistem pasif dengan
menggunakan gelombang mikro sedangkan yang aktif disebut radar. Pada Sistem
ini sensornya adalah radiometer (alat yang mengukur radiasi elektromagnetik
dan antenna, yang membedakannya adalah panjang gelombang yang digunakan,
untuk sistem radar menggunakan sistem RAR (real Aperture Radar) dan sistem
SAR (synthetic Aperture Radar), perbedaannya adalah masing-masing antena akan
menghasilkan resolusi spasial yang berbeda.
Aplikasi pemanfaatan sistem ini misalnya untuk bidang hidrologi seperti pemetaan
DAS, Kelembaban tanahm Pemetaan air permukaan, pemetaan banjir.
Untuk Satelit yang digunakan untuk sistem fotografik, nonfotografik sistem
thermal, gelombang mikro, radar menggunakan sistem kerjanya sama, satellit di
angkasa sampai saat ini telah berjumlah ribuan untuk berbagai keperluan, seperti
telekomunikasi, militer, satelit untuk GNSS.
Sedangkan satelit untuk penginderaan jauh dapat dibedakan seperti, satelit sumber
daya bumi, satelit sumber daya laut, satelit cuaca, satelit penginderaan benda
antariksa.
Citra satelit yang banyak digunakan seperti citra Landsat, SPOT, MOS-1 dan ERS-1.
Beberapa contoh aplikasi citra Landsat antara lain digunakan untuk analisis sumber
MATERI PEMBELAJARAN
daya air meliputi penentuan batas air dan daratan, penghitungan luas permukaan air
dan volume air, pemetaan banjir dan dataran banjir, pengukuran sedimen dan pola
kekeruhan air, penentuan kedalaman air, delineasi daerah irigasi dan inventarisasi
danau.
CAKRAWALA
JELAJAH INTERNET
https://geodesy.gd.itb.ac.id/2007/01/16/teknologi-gps/
https://loop.co.id/articles/sejarah-gps/full
https://forests2020.ipb.ac.id/home/wp-content/uploads/2018/11/
Fundamental_GNSS_IPB.pdf
https://beritagar.id/artikel/sains-tekno/lapan-ungkap-potensi-besar-remote-
sensing
https://www.researchgate.net/publication/302588053_PENGINDERAAN_JAUH_
DIGITAL_UNTUK_MENDUKUNG_KEGIATAN_SURVEI_PEMETAAN_DI_INDONESIA_
BEBERAPA_ASPEK_MANFAAT_DAN_KETERBATASANNYA
RANGKUMAN
GNSS (Global Navigasi Satelite sistem) adalah sistem satellite navigasi dan
penentuan posisi yang di miliki oleh beberapa negera seperti Amerika (GPS),
Rusia (GLONASS), Eropa (GALELIO), China (BEIDOU), Jepang (QZSS).
Sistem ini adalah untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi serta
informasi waktu secara kontinu di seluruh dunia tanpa pengaruh dari cuaca dan
waktu, dapat digunakan oleh orang banyak secara bersamaan.
Sistem GNSS sudah semakin banyak digunakan orang di dunia ini untuk aplikasi
pekerjaan yang berhubungan dengan posisi, kecepatan, percepatan dan waktu
yang teliti. GNSS akan memberikan informasi posisi dengan ketelitian dari
millimeter (orde nol) sampai puluhan meter.
Teknologi penginderaan Jarak jauh atau Remote sensing adalah suatu alat yang
dapat melakukan pengamatan wilayah yang luas dan seringkali sulit untuk
diakses (remote area).
Teknologi Penginderaan jarak jauh bersinergi dengan Geografis Informasi Sistem
yang dapat menghasilkan informasi yang akan bermanfaat terutama pada bidang
bidang geologi, kehutanan, kelautan, geografi, bencana alam, hidrografi dan
pengembangan wilayah dengan maksud dan hasil yang berbeda beda.
Penginderaan jarak jauh fotografi dipotret dari pesawat udara atau pesawat tanpa
awak akan menghasilkan gambaran permukaan bumi yang sesuai dengan kondisi
sebenarnya di lapangan.
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
REFLEKSI
BAB
MENGANALISIS RENCANA ANGGARAN BIAYA
SEDERHANA PEKERJAAN SURVEI PEMETAAN VIII
BAB VIII MENGANALISIS RENCANA ANGGARAN BIAYA SEDERHANA
PEKERJAAN SURVEI PEMETAAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
KATA KUNCI
PENDAHULUAN
Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah istilah yang sudah bisa dipakai di Indonesia,
banyak istilah lainnya seperti, Rencana biaya konstruksi, rencana biaya Survei, taksiran
biaya, atau estimasi biaya.
Dalam pembuatan Rencana Anggaran Biaya hal yang penting adalah estimasi dan
pengaggaran biaya. Hal ini penting dilakukan jika kurang tepat dalam perhitungan
akan mendapatkan biaya yang tinggi sehingga perusahaan akan kalah bersaing
dengan perusahaan lain dalam menawarkan harga pada proses tender. Bila melakukan
estimasi penawaran biaya harga rendah, jika memenangkan dalam suatu tender, akan
kesulitan juga dalam pelaksanaannya yang berujung tidak selesainya proyek.
Estimasi biaya digunakan dalam penyusunan anggaran dan sebagai dasar dalam
mengevaluasi proformance proyek. Evaluasi ini adalah membandingkan tingkat
pengeluaran aktual dengan estimasi biaya yang dianggarkan.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Dari Hal mendasar dari penyusunan RAB secara terperinci akan membutuhkan 4
faktor yang harus menjadi perhatian:
1. Gambar kerja atau bestek atau Detail Engineering Design (DED);
2. Daftar Upah pekerja;
3. Daftar analisis; dan
4. Daftar volume dari tiap-tiap jenis pekerjaan yang ada.
Untuk pembuatan RAB survei dan pemetaan, maka beberapa faktor yang
mempengaruhi, seperti:
1. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan;
2. Berapa banyak personil yang dibutuhkan;
3. Peralatan Survei yang digunakan;
4. Biaya untuk keperluan personil dan penyewaan peralatan; dan
5. Berapa lama melakukan pemrosesan data dan pembuatan laporan.
Penyusunan RAB dapat memberikan petunjuk mengenai anggaran biaya dan
didalam nya terdapat analisis harga untuk satuan pekerjaan.
Dengan menganalisis harga satuan pekerjaan kita dapat menganalisis peralatan,
upah, jumlah personil dan lamanya proses pekerjaan.
MATERI PEMBELAJARAN
Tabel 8.1 Indeks pekerja yang dibutuhkan pada pengukuran dan Perencanaan
No Tenaga Kerja yang dibutuhkan Sat Indeks
1 Geodet OB 0,1–0,25
2 Kepala Tim Pengukuran OB 0,1–0,25
3 Desainer Konstruksi Saluran/ OB 0,1–0,25
Irigasi/ Infrastruktur SDA
(Sumber: PPPPTK-2016)
Dari Tabel 8–1 bob0t indeks kebutuhan pekerja untuk pengukuran dan
perencanaan.
a. 1.00 Normal, biasa atau umum;
b. 1.20 agak detail atau agak kompak;
c. 1,50 detail atau kompleks;
d. 1,44 agak detail dan agak kompleks;
e. 1,80 agak detail dan kompleks atau detail dan agak kompleks; dan
f. 2.25 detail atau kompleks.
2. Untuk pekerjaan pengukuran
a. Pekerjaan Pengukuran Polygon Utama
Dalam pekerjaan ini akan membutuhkan pekerja dan peralatan untuk
melakukan pengukuran polygon utama dengan luasan daerah 10 Ha atau
setara dengan 1 km2, dapat dilihat pada Tabel 8-2 dan Tabel 8–3.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Tabel 8.4 Koefsien Bobot Tingkat Kedetailan sesuai Kondisi keadaan lapangan
Jarak
Kedetailan Datar AC Curam SC ASC
Patok
Skala S<5º 5º<S<10º 10º<S<20º 20º<S<35º S>35º
150- 1.00 1.10 1.25 1.40 1.50
120m
120- 1.25 1.38 1.56 1.75 1.88
100m
1: 100- 1.40 1.54 1.75 1.96 2.10
>100.000 80m
70: 1.10 1.21 1.38 1.54 1.65
100m
50: 1.38 1.51 1.72 1.93 2.06
70m
30: 1.54 1.69 1.93 2.16 2.31
1: 100.000 50m
1: 50.000 70– 1.25 1.38 1.56 1.73 1.88
100m
1: 25.000 50– 1.56 1.72 1.95 2.19 2.34
70m
30– 1.75 1.93 2.19 2.45 2.63
50m
1: 5.000 50– 1.40 1.54 1.75 1.96 2.10
70m
20– 1.75 1.93 2.19 2.45 2.63
50m
10– 1.96 2.16 2.45 2.74 2.94
20m
1: < 5.000 50– 1.50 1.65 1.88 2.10 2.25
70m
20– 1.88 2.06 2.34 2.63 2.81
50m
10– 2.10 2.31 2.63 2.94 3.15
20m
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Indeks
No Peralatan Satuan
Pengukuran Pengechekan
Jumlah patok
dihitung secara
terpisah untuk
5 berbagai keperluan Hari - -
ukuran dan
spesifikasi bahan
yang digunakan
Tabel 8.8 Indeks Peralatan yang dibutuhkan pada pengukuran trase Saluran
No Kebutuhan Peralatan Satuan Indeks
1 Waterpass atau Theodolite Hari 2
2 Rambu atau Pita ukur Hari 2
3 Kendaraan Hari 2
MATERI PEMBELAJARAN
Tabel 8.9 Indeks peralatan dan pekerja yang dibutuhkan pada penggambaran
Pemetaan Pendahuluan
Kebutuhan Satuan Indeks
1 Kertas milimiter blok m² 0,015
2 Kertas Kalkir 80gr/m² m² 0,015
Bahan
Lain-lain, Tinta Bak,
3 I.S -
pensil, penghapus dll.
1 Geodet OH 0,033
Juru gambar untuk
Tenaga kerja penulisan dan plotting
2 OH 0,066
sketsa hasil ukur di
lapangan
(Sumber: PPPPTK. 2016)
MATERI PEMBELAJARAN
Tabel 8.11 Indeks Peralatan gambar dan Pekerja yang dibutuhkan pada
Penggambaran Pemetaan situasi
Kebutuhan Satuan Indeks
1 Kertas millimeter blok m² 0,0036
2 Kertas kalkir 80gr/m² m² 0,0036
Bahan
Lain-lain: Tinta bak, potol, I.S
3 -
penghapus dll.
Geodet (desain
1 OH 0,003
Engineering)
Tenaga kerja
Juru gambar untuk
2 OH 0,009
Pemetaan
(Sumber: PPPPTK.2016)
Tabel 8.12 Indeks Peralatan gambar dan Pekerja yang dibutuhkan pada
penggambaran Peta skala 1: 2000 menjadi 1: 5000 secara Manual
Kebutuhan Satuan Indeks
1 Kertas millimeter blok m² 0,0005
2 Kertas Kalkir 80 gr/m² m² 0,0005
Bahan
Lain-lain: Tinta bak, pensil,
3 I.S -
penghapus dll.
Geodet (desain Engineer) OH
Tenaga 1 0,003
Kerja
2 Juru gambar untuk pemetaan OH 0,003
MATERI PEMBELAJARAN
Tabel 8.13 Indeks pekerja dan bahan yang dibutuhkan pada penggambaran transfer
peta skala 1: 2000 menjadi 1: 5000
Kebutuhan Satuan Indeks
1 Kertas HVS80 gr/m² M² 0.0144
Bahan Lain-lain: tinta, Printer
2 LS -
Blank cd dan lain-lain
1 Geodet (desain Engineer) OH 0,005
Tenaga kerja
2 Drafter CAD OH 0,050
MATERI PEMBELAJARAN
Tidak lupa harus ditambahkan toleransi antara 15% sampai 20% termasuk
angka susut dan besarnya tergantung dari jenis dan komposisi bahan, jam
kerja efektif diperhitungkan 5 jam dalam satu hari.
2. Analisis Harga Satuan Metode Lapangan.
Untuk anggaran biaya di lapangan perlu penaksiran yang tepat, hal ini
berdasarkan proses perhitungan volume pekerjaan, harga dari bahan bahan
yang digunakan dan pekerjaan yang akan terjadi. Taksiran dibuat sebelum
dimulainya pekerjaan, maka biaya yang ditaksir bukanlah biaya sebenarnya
(Sastraatmadja, 1991).
Jika suatu perkiraan biaya dengan biaya yang sebenarnya yang dikeluarkan
akan mendekati jika yang membuat taksiran mempunyai keahlian dan
pengalaman, sehingga perkiraan biaya tergantung dari analisis langsung dari
lapangan sesuai perhitungan dan koefisien indeks lapangan.
Dalam hal melakukan analisis harga satuan pekerjaan di lapangan, perlu
diperhatikan sebagai berikut:
a. Buat list daftar harga dari bahan atau material dan daftar harga satuan
upah;
b. Lakukan perhitungan harga bahan dengan menghitung harga bahan
dikalikan dengan nilai koefisien bahan;
c. Untuk harga upah juga dilakukan perhitungan harga upah dikalikan dengan
nilai koefisien tenaga kerja; dan
d. Sehingga harga satuan pekerjaan dapat dihitung dengan mengalikan
volume dengan Jumlah bahan ditambah jumlah upah tenaga kerja, atau
Volume x (jumlah bahan + jumlah upah tenaga kerja).
Dasar penyusunan RAB pengukuran akan meliputi jenis-jenis biaya yaitu:
1) Rencana Biaya Personil
Biaya Personil meliputi biaya tenaga ahli dan tenaga pendukung
lainnya. Dalam pekerjaan pengukuran ada 3 (tiga) macam pekerjaan
yang dilakukan yaitu pekerjaan pengukuran polygon, pekerjaan
pengukuran memanjang dan melintang, serta pekerjaan menggambar.
2) Personil untuk pekerjaan pengukuran polygon adalah tenaga ahli,
mandor, asisten ahli dan pekerja.
3) Personil untuk pekerjaan pengukuran memanjang yaitu tenaga ahli,
mandor, asisten ahli dan pekerja.
4) Personil untuk pekerjaan menggambar yaitu, juru gambar dan
operator gambar.
b. Rencana Biaya Peralatan.
Yang dimaksud dengan biaya peralatan adalah biaya untuk menyewa
peralatan baik berhubungan langsung dengan pekerjaan pengukuran
maupun sebagai peralatan pendukung. Peralatan yang berhubungan
langsung dengan Pekerjaan pengukuran antara lain, Total Station, GNSS,
Theodolite, Waterpass, Roll meter sedangkan Peralatan pendukung seperti
Peralatan penggambaran, Laptop, Printer, kertas A3. Selain itu juga ada
peralatan pendukung Operasional, seperti penyewaan kantor atau rumah
sebagai base camp, peralatan tulis kantor, peralatan komunikasi, kendaraan
roda 4 dan roda 2.
MATERI PEMBELAJARAN
CAKRAWALA
Dalam Bab ini dibahas mengenai cara menganalisis rencana anggaran biaya
sederhana pada pekerjaan survei pemetaan, sebagai bayangan bahwa pekerjaan
untuk merencanakan anggaran biaya sederhana pekerjaan survei pemetaan
adalah tanggung jawab yang memiliki perusahaan yang mendapatkan pekerjaan
survei pemetaan. Sehingga jika siswa-siswa Geomatika bekerja pada perusahaan
tersebut hanya menjalankan pekerjaan sesuai bidangnya saja.
Dalam cakrawala ini akan disampaiakn pandangan mengenai keahlian mengenai
perhitungan menganalisis rencana anggaran biaya suatu pekerjaan khususnya
bidang jasa konstruksi.
Dalam industri jasa konstruksi banyak ahli-ahli seperti profesi arsitek, perencana
struktur, perencana mekanikal elektrikal, tim surveyor pengukuran.
Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang industri jasa konstruksi muncul
profesi yang banyak diminati yaitui perencana anggaran biaya konstruksi. Profesi
ini umumnya dikenal dengan istilah quantity surveyor, atau juga disebut dengan
estimator.
Di Indonesia, Profesi ini masih sangat dibutuhkan. Awalnya, tidak semua proyek
kontruksi di Indonesia menggunakan jasa seorang quantity surveyor atau
estimator. Dengan samkin berkembangnya industri jasa konstruksi, jasa quantity
surveyor atau estimator mulai dipertimbangkan.
Hal ini disampaikan pada Bab ini agar para siswa-siswa geomatika selain
memperdalam ilmu mengenai pengukuran juga dapat menimba disiplin ilmu
mengenai profesi quantity surveyor atau estimator.
Seperti disebutkan di atas, kebutuhan profesi ini semakin meningkat hal ini
disebabkan oleh, kebutuhan untuk menghitung besarnya investasi, menghitung
kebutuhan jenis material yang akan dipergunakan, kebutuhan dari pihak Bank
sebagai lembaga penjamin keuangan pada proyek tersebut yang membutuhkan
rincian detail rencana anggaran biaya proyek.
Untuk Siswa-siswa Geomatika, kemampuan apa saja yang wajib dimiliki oleh
seorang quantity surveyor, siswa-siswa harus memliki dan menguasai ilmu
ilmu antara lain, Ilmu Matematika (karena membuat RAB bekerja dengan angka,
kemampuan dasar matematika dibutuhkan untuk menghitung volume hingga
biaya. Mampu mengoperasikan AutoCAD, Pekerjaan perhitungan volume material
bangunan dapat dikerjakan lebih mudah dan akurat. Mampu mengoperasikan
Microsoft Excel, karena hampir seluruh pekerjaan Rencana Anggaran Biaya
menggunakan program Excel.
JELAJAH INTERNET
https://www.pengadaanbarang.co.id/2019/08/pengertian-rab-rap-dan-
contohnya.html
https://nandikasuryacitizen.blogspot.com/2018/07/langkah-langkah-
menyusun-rencana.html
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
REFLEKSI
A. PILIHAN GANDA
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Suatu area dengan panjang maksimal 50 meter akan dipetakan dengan skala
1:100, maka ukuran kertas yang paling kecil bisa digunakan dalam penggambaran
ini adalah ...
a. A4 (21 cm x 29,7 cm)
b. A3 (29,7 cm x 42 cm)
c. A2 (42 cm x 59,4 cm)
d. A1 (59,4 cm x 84,1 cm)
e. A0 (84,1 cm x 118,9 cm)
2. Hasil pembacaan BA, BT, dan BB pada gambar rambu ukur di atas adalah ...
a. 1.302, 1.203, dan 1.104
b. 1.31, 1.22, dan 1.13
c. 1.32, 1.23, dan 1.14
d. 1.42, 1.33, dan 1.24
e. 1.48, 1.37, dan 1.16
3.
5. Pada pengukuran sipat datar telah dibagi seksi pengukuran menjadi potongan-
potongan tertentu, hal tersebut mengingat:
a. Panjangnya jalan
b. Lebarnya jalan
c. Perhitungan Volume
d. Rumus yang dipakai
e. Alat yang dipakai
7. Gunanya kita membuat sketsa tanah yang akan kita ukur untuk membuat peta ...
a. Mempermudah pengukuran
b. Memperlihatkan gambar sekitar tentang daerah pengukuran secara kasar
c. Supaya peta yang kita buat baik nantinya
d. Mempermudah cara perhitungan
e. Agar juru ukur tidak mudah tersesat di lapangan
9. Jarak vertikal dan jarak horizontal dihasilkan oleh pengukuran yang umum disebut
dengan metode ...
a. Jarak optis
b. Polar
c. Jarak tidak langsung
d. Tachymetry
e. Jarak Langsung
10. Jika diketahui asimut koordinat A(0;0), B(5;5) dan C (-10;-10), sudut BAC adalah ...
a. 450
b. 900
c. 1800
d. 2700
e. 340o
11. Hasil citra penginderaan jauh yang memiliki ciri yang berkaitan dengan ruang
adalah ...
a. ciri lokasi
b. ciri temporal
c. ciri spasial
d. ciri digital
e. ciri fotografik
12. Sensor buatan dipasang dalam wahana penginderaan jauh. berikut ini bukan
wahana penginderaan jauh adalah ...
a. pesawat terbang
b. satelit alami
c. pesawat ulang alik
d. balon udara
e. satelit buatan
13. Apa yang di maksud dengan penginderaan jauh menurut definisinya yaitu sebagai
berikut:
i. Merupakan ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang objek,
daerah atau gejala, dengan jalan menganalisis data yang diperoleh
denganmenggunakan alat, tanpa kontak langsung dengan objek, daerah
atau gejala yang akan dikaji.
ii. Merupakan upaya untuk memperoleh, menemutunjukkan (mengidentifikasi)
dan menganalisis objek dengan sensor pada posisi pengamatan daerah
kajian,
iii. Merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh dan menganalisis
informasi tentang bumi. Informasi itu berbentuk radiasi elektromagnetik
yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi
iv. Jawaban a, b, dan c semua benar
15. Jika ketelitian relatif yang akan dicapai 1: 3.000, agar konsisten teodolit yang
digunakan sebaiknya,
a. Memiliki ketelitian 20”
b. Memiliki ketelitian 30”
c. Memiliki ketelitian 40”
d. Memiliki ketelitian 1’
e. Memiliki ketelitian 10”
20. Konsep dasar penyusunan Rencana Anggaran dan Biaya (RAB) Adalah:
a. Bestek, Daftar Upah, Daftar Analisis, Daftar Volume Tiap Jenis Pekerjaan
b. Bestek, Daftar Utang perusahaan, Daftar Barang yang harus di beli, Daftar
Pekerjaan
c. Bestek, Daftar Tenaga Kerja, Daftar Volume Pekerjaan Daftar Tagihan, Daftar
Usaha
d. Bestek, Daftar Upah, Daftar Analisis, Daftar Utang perusahaan
e. Bestek, Daftar Gambar, Daftar Upah, Daftar Pekerjaan
24. Kedudukan sumbu teropong akan horizontal secara otomatis karena di dalamnya
di lengkapi dengan prisma-prisma yang digantungkan pada pelat baja adalah
tipe waterpass:
a. Dumpy level
b. WYE level
c. Dumpy tilting level
d. Otomatis
e. Transit
26. Istilah yang digunakan pada teodolit yang dapat diputar 1800 terhadap sumbu
horisontalnya dinamakan:
a. Transit
b. Circumverentor
c. Gromatici
d. Chorobates
e. Teleskope
27. Dalam pekerjaan Survei tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pekerjaan
pengukuran dan perencanaan adalah:
a. Geodet, kepala tim pengukuran, Desainer kontruksi,
b. Kepala pengukuran, Asisten Pengukuran, Juru Ukur
c. Geodet, Desainer Kontruksi, asisten juru ukur
d. Kepala Desainer, Asisten juru ukur, asisten pengukuran
e. Geodet, kepala pengukuran, Asisten Pengukuran
30. Sebutkan formula metode Tachymetri untuk perhitungan jarak datar Jawablah
pertanyaan berikut ini, dengan melingkari jawaban yang Anda anggap tepat!
A. Menghitung koordinat titik B dari Koordinat A yang telah diketahui, yaitu ”
a. Xb = Xa + dab. cos α
Yb = Ya + dab. cos α
b. Xb = Xa + dab. sin α
Yb = Ya + dab.co cos α
c. Xb = Xa + dab. Cos α
Yb = Ya + dab. sin α
d. Xb = Xa + dab. si α n
Yb = Ya + dab. sin α
B. ESAY
Kerjakan soal di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Sebutkan Formula perhitungan syarat geometris untuk sudut pada pengukuran
polygon!
2. Sebutkan perhitungan Formula syarat geometris untuk pengukuran sipat datar!
3. Pengukuran Vertikal.
Diketahui titik 1 mempunyai ketinggian 1000 meter dari muka air laut rata-rata,
maka tentukan tinggi titik 3 & 5 dari bacaan benang tengah sipat datar di bawah
ini:
b1 m1/b2 m2/b3 m3/b4 m4
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM GLOSARIUM
AZIMUT adalah sudut putar dari arah Barat hingga Timur. Sebagai referensi sudut nol
dipakai arah mata angin Utara. Tanda (+) berarti arah putar searah jarum jam dari sudut
nol, tanda (-) untuk arah sebaliknya. Sebagai contoh, dari sudut nol ke arah Timur tepat
adalah 90 derajat, dan Barat adalah sudut -90 derajat. Ada tiga jenis azimut yaitu
Azimut Sebenarnya, Azimut Peta dan Azimut Magnetic/Kompas. Artinya titik pangkal
nol derajat dan 360 derajat adalah Utara.
BENCHMARK (BM) adalah titik tetap yang diketahui ketinggiannya terhadap suatu
bidang referensi tertentu. Bentuk dari BM ini terbuat dari pilar beton dengan tanda di
atas atau di samping sebagai titik ketinggiannya. Misal: BM,BPN, BM ITS, BM Pemkot,
dan lain-lain.
BENDUNGAN atau Dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air
menjadi waduk danau atau tempat rekreasi, Seringkali bendungan jug adigunakan
untuk mengalirkan air ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air
BIDANG NIVO adalah suatu bidang yang arah gaya berat di setiap titik padanya selalu
tegak lurus. Karena arah gaya berat menuju pusat bumi, maka bidang nivo akan
melingkupi permukaan bumi secara tertutup. Permukaan bumi tidak rata tergantung
letaknya (tingginya) sehingga akan terdapat banyak sekali bidang nivo.
CITRA adalah gambaran kenampakan permukaan bumi hasil penginderaan pada
spectrum elektromagnetik tertentu yang ditayangkan pada layar atau disimpan
pada media rekam atau cetak. Citra satelit adalah penginderaan jauh, yaitu ilmu atau
seni cara merekam suatu objek tanpa kontak fisik dengan menggunakan alat pada
pesawat terbang, balon udara, satelit, dan lain-lain. Dalam hal ini yang direkam adalah
permukaan bumi untuk berbagai kepentingan manusia. Berdasarkan Misinya, satelit
penginderaan jauh dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu satelit cuaca dan satelit
sumber daya alam.
CUT AND FILL Adalah suatu proses pengerjaan tanah dimana sejumlah material tanah
diambil dari suatu tempat kemudian diurug atau ditimbun ditempat lain. Tujuan
proses cut and fill adalah menjadikan permukaan tanah menjadi lebih rata sehingga
memudahkan pekerjaan pembangunan yang akan dilakukan di tanah tersebut.
DATUM GEODETIK atau TITIK REFERENSI permukaan atau georeferensi adalah
parameter sebagai acuan untuk mendefinisikan geometri ellipsoid bumi serta orientasi
sumbu koordinat terhadap tubuh bumi. Datum geodetic diukur menggunakan metode
manual hingga yang lebih akurat lagi menggunakan satelit.
DIGITASI adalah suatu proses mengkonversi data analog menjadi data digital dimana
dapat ditambahkan atribut yang berisikan informasi dari objek yang dimaksud. Pada
saat ini proses digitasi biasanya dilakukan dengan menggunakan computer atau sering
disebut Digitasi on Screen dimana komputer tesebut dilengkapi dengan software
pemetaan seperti ArcGIS, ArcView atau yang lainnya. Sumber data peta untuk digitas
idibagi menjadi beberapa bagian, antara lain sebagai berikut:
Image Remote sensing adalah data yang diperoleh dari sebuah citra satelit maupun foto
udara. Untuk dapat melakukan digitasi dari data seperti ini, dibutuhkan kemampuan
seorang pembuat peta untuk dapat menginterpretasi objek-objek pada citra satelit.
Image Scanning adalah data Scan/ Cetak berbentuk file raster dari Atlas atau peta
analog lainnya. Sebelum melakukan digitasi pada data seperti ini, maka kita harus
melakukan tahap Georeferensi (baca postingan sebelumnya) terlebih dahulu agar
GLOSARIUM
GLOSARIUM
GLOSARIUM
sebuah garis kontur merupakan kombinasi dari dua segmen garis yang berhubungan
namun tidak berpotongan, ini merupakan titik elevasi pada peta topografi.
PROYEKSI PETA adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian
atau keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk bola
kepermukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin.
PETA TEMATIK adalah peta yang menggambarkan informasi dengan tema/ kekhasan
tertentu. Misalnya, peta geologis, peta penggunaan lahan, peta distribusi atraksi, peta
kepadatan populasi dan sebagainya.
REMOTE SENSING atau yang lebih dikenal dengan penginderaan jauh adalah
pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat
yang tidak secara fisik melakukan kontak dengan objek tersebut atau pengukuran
atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat dari jarak jauh,
(misalnya dari pesawat, pesawat luar angkasa, satelit, kapal atau alat lain). Contoh dari
penginderaan jauh antara lain satelit pengamatan bumi, satelit cuaca, memonitor janin
dengan ultra sonik dan wahana luar angkasa yang memantau planet dari orbit. Definisi
Penginderaan Jauh beraneka ragam yang umumnya akan terkait dengan pemanfaatan
alat tersebut untuk membantu aktivitas kerja atau penelitian.
SATELIT LANDSAT (LAND SATELITE) merupakan salah satu jenis citra satelit
penginderaan jauh yang dihasilkan dari sistem penginderaan jauh pasif. Landsat
memiliki 7 saluran dimana tiap saluran menggunakan panjang gelombang tertentu.
Satelit landsat merupakan satelit dengan jenis orbit sunsynkron (mengorbit bumi
dengan hamper melewati kutub, memotong arah rotasi bumi dengan sudut inklinasi
98,2 derajat dan ketinggian orbitnya 705 km dari permukaan bumi. Luas liputan per
scene 185 km x 185 km. Landsat mempunyai kemampuan untuk meliput daerah yang
sama pada permukaan bumi pada setiap 16 hari, pada ketinggian orbit 705 km. Fungsi
dari satelit landsat adalah untuk pemetaan penutupan lahan, pemetaan penggunaan
lahan, pemetaan tanah, pemetaan geologi, dan pemetaan suhu permukaan laut.
STAKE OUT adalah menu pengukuran yang digunakan untuk menentukan lokasi
koordinat titik disuatu lapangan. Prinsipnya adalah terbalik dengan konsep
pengambilan data lapangan. Kalo pengambilan data lapangan kita mengukur koordinat
titik dari lapangan, sedangkan stake out adalah mengembalikan koordinat ke lapangan
dari desain.
THEODOLITE adalah Peralatan survei yang dapat mengukur ketinggian tanah dengan
sudut mendatar dan sudut tegak, dan dapat mengukur jarak secara optis.
TITIK AWAL adalah titik yang paling awal perlu diketahui, baik dengan definisi,
diberikan ataupun diukur.
TITIK IKAT adalah titik yang bersama-sama membangun kerangka dasar pemetaan
baik secara horizontal maupun vertikal, dimana titik-titik ini tersebar keseluruh daerah
pemetaan dengan ketinggian yang setara
TITIK DETAIL adalah titik yang merupakan wakil dari suatu unsur baik alam maupun
buatan manusia yang ada di lapangan dimana nantinya akan digambarkan di atas peta.
Titik detail harus terikat oleh titik ikat yang terdekat. Misal: pojok suatu bangunan,
tikungan jalan, jembatan, dan lain-lain.
GLOSARIUM
TITIK DATUM adalah suatu titik fundamental yang didefinisikan secara astronom
geodesi merupakan titi kawal (referensi) dari suatu perhitungan. Misal: Datum Genuk
dan Datum Padang.
TOPOGRAFI secara ilmiah adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek
lainnya serperti planet, satelit alami dan asteroid. Dalam pengertian yang lebih luas,
topografi tidak hanya mengenai bentuk permukaan saja, tetapi juga vegetasi dan
pengaruh manusia terhadap lingkungan dan bahkan kebudayaan lokal. Objek dari
topografi adalah mengenai posisi suatu bagian dan secara umum menunjuk pada
koordinat secara horizontal seperti garis lintang dan garis bujur dan secara vertikal
yaitu ketinggian.
Ukur Tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran di
permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relative atau absolute
titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi
kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relative suatu daerah.
Vegetasi adalah beragam tanaman atau tumbuhan yang menempati suatu ekosistem.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, vegetasi di definisikan sebagai bentuk
kehidupan yang terkait dengan tanaman atau tumbuhan.
WATERPASS atau Automatic level adalah suatu alat survei yang berfungsi untuk
mengukur perbedaan tinggi suatu tempat
WILAYAH (REGION) adalah bagian dari permukaan bumi yang berbeda dan ditunjukkan
oleh sifat-sifat yang berbeda dari lainnya sedangkan menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, wilayah adalah
ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang
batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan andministratif dan/ aspek fungsional.
YALON adalah tiang atau tongkat dengan diameter 1 inchi, terbuat dari alumunium
atau besi dan diberi warna merah putih untuk menandai titik-titik yang akan diukur
jarak atau ketinggiannya, panjang yalon bervariasi dari 2 meter sampai dengan 7
meter.
YALON PRISMA adalah pole/ stick dengan bahan alumunium yang berfungsi untuk
penyangga prisma single dalam pengukuran, dengan beberapa ukuran tinggi yang
bermacam macam.
ZONA adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa Yunani (bahasa Yunani) yang
berarti sabuk, digunakan untuk berbagai keperluan, dalam bahasa Yunani kuno/
ortokoks digunakan untuk menjelaskan kawasan untuk pria dan kawasan untuk wanita
yang kemudian digunakan untuk menjelaskan: 1. wilayah; 2. daerah; 3. Bagian.
BIODATA PENULIS 1:
RiwayatPendidikan:
1. SD NEGERI 3 Ulee Lheue Banda Aceh (Lulus Tahun 1983)
2. ST NEGERI Banda Aceh (Lulus Tahun 1986)
3. STM NEGERI 2 Banda Aceh Teknhik Bagunan Gedung (Lulus Tahun 1989)
4. S1 IKIP Padang Teknik Pendidikan Bangunan (Lulus Tahun1993)
5. S2 Magister Teknik Sipil Unsyiah (Lulus Tahun 2016)
BIODATA PENULIS
BIODATA PENULIS 2:
RiwayatPendidikan:
1. SD NEGERI 2 Tijue Kec. Pidie Kab. Pidie (Lulus Tahun 1996)
2. SMP NEGERI 2Sigli Kab.Pidie (Lulus Tahun 1999)
3. SMK NEGERI 2Sigli Kab.Pidie (Lulus Tahun2003)
4. UNIVERSITAS NEGERI PADANG PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN (Lulus
Tahun2011)
BIODATA PENULIS
BIODATA PENULIS 3:
RiwayatPendidikan:
1. MIN Tangse (Lulus tahun 1976)
2. SMP NEGERI 1 Tangse (Lulus tahun 1980)
3. SMA NEGERI Kota Bakti (Lulus tahun 1983)
4. DIII Penjaskes Unsyiah (Lulus tahun 1987)
5. S1 Penjaskes UNIGHA (Lulus tahun 2000)
6. S2 Administrasi Pendidikan Unsyiah (Lulus tahun 2010)