Anda di halaman 1dari 17

DOI: 10.24114/jg.v12i01.

14799
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

ANALISIS PERKEMBANGAN WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT UNTUK


ARAHAN PEMBANGUNAN BERBASIS WILAYAH PENGEMBANGAN

Dian Noviyanti1, Andrea Emma Pravitasari2, Sahara Sahara3


1Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Faperta, IPB
Jln. Meranti, Kampus IPB Darmaga Bogor 16680, Jawa Barat, Indonesia
2Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Faperta, IPB

Jln. Meranti, Kampus IPB Darmaga Bogor 16680, Jawa Barat, Indonesia
3Departemen Ilmu Ekonomi FEM, Institut Pertanian Bogor

Jln. Kamper, Kampus IPB Darmaga Bogor 16680, Jawa Barat, Indonesia
e-mail: dian.noviyanti@bps.go.id

Abstrak

Jawa Barat adalah wilayah dengan jumlah penduduk terbesar dan memiliki ketimpangan
pembangunan level tinggi. Perekonomian masih didominasi wilayah yang dekat pusat
pemerintahan. Upaya untuk menanggulangi ketidaksetaraan pembangunan adalah dengan
pembangunan berkonsep dimensi kewilayahan. Terdapat enam wilayah pengembangan
(WP) di Jawa Barat dengan karakteristik wilayah yang berbeda-beda baik dalam segi
ekonomi, demografi serta sumberdaya alam. Faktor apa saja yang dominan serta
pengaruhnya pada perkembangan wilayah masing-masing WP sangat penting untuk
perumusan solusi pembangunan wilayah yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik dan pengelompokan wilayah, perkembangan perekonomian,
tingkat perkembangan wilayah serta arahan rencana dan strategi pembangunan wilayah
tiap WP. Metode yang digunakan yaitu analisis tipologi klassen, analisis gerombol,
skalogram dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan tingkat perkembangan
wilayah dan perekonomian masih didominasi WP Bodebekpunjur dan KK Cekungan
Bandung. Strategi pembangunan yaitu dengan meningkatkan perkembangan wilayah
daerah belakang (hinterland) pada tiap WP. Pusat-pusat pertumbuhan baru tersebut
diharapkan dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi.

Kata kunci: perkembangan wilayah, pemerataan, ekonomi, WP, strategi pembangunan

Abstract

West Java is the region with the largest population and has a high level of development
inequality. The economy is still dominated by areas near the center of government. The
effort to overcome development inequality is through the development of the regional
dimension concept. There are six development areas (WP) in West Java with different
regional characteristics in terms of economy, demography and natural resources. What
factors are dominant and their influence on the development of the regions of each WP is
very important for the formulation of effective regional development solutions. This study
aims to determine the characteristics and grouping of regions, economic development, the
level of regional development and the direction of regional development plans and strategies
for each WP. The method used is Klassen typology analysis, cluster analysis, scalogram
and descriptive analysis. The results showed the level of regional and economic development
was still dominated by WP Bodebekpunjur and KK Bandung Basin. The development
strategy is to increase the development of the hinterland in each WP. The new growth
centers are expected to drive the pace of economic growth.

Keywords: regional development, equity, economy, WP, development strategy

Jurnal Geografi Vol 12 No. 01 – 2020 A n a l i s i s P e r k e m b a n g a n | 57


DOI: 10.24114/jg.v12i01.14799
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

PENDAHULUAN Kota Bogor dan sebagian Cianjur


Paradigma baru pembangunan (Kecamatan Cugenang, Kecamatan
menurut Rustiadi et al. (2009) harus Pacet, Kecamatan Sukaresmi dan
diarahkan pada terjadinya pemerataan Kecamatan Cipanas). Sektor pariwisata,
(equity), pertumbuhan (eficiency), dan industri manufaktur, perikanan,
keberlanjutan (sustainability). Pemerataan perdagangan, jasa, pertambangan,
tidak menyiratkan pembangunan yang agribisnis dan agrowisata merupakan
sama disemua daerah, melainkan sektor yang potensial untuk
pemanfaatan potensi masing-masing daerah dikembangkan.
sehingga bermanfaat bagi pertumbuhan 2. WP Purwasuka, mencakup daerah
ekonomi penduduk diseluruh wilayah Subang, Purwakarta dan Karawang.
(Priadi 2018). Setiap wilayah atau bagian Sektor pertanian, perkebunan,
dari wilayah secara spasial memiliki kehutanan, peternakan, perikanan,
beragam potensi dan kondisi. Jawa Barat bisnis kelautan, industri pengolahan,
merupakan daerah dengan penduduk pariwisata, dan pertambangan adalah
terbesar yang berjumlah 48.683.700 pada sektor unggulan yang dikembangkan
tahun 2018 (18.37% penduduk Indonesia). pada WP ini.
Kondisi aktual saat ini, aktivitas 3. WP Ciayumajakuning, beranggotakan
perekonomian Jawa Barat didominasi Kuningan, Cirebon, Majalengka,
daerah dekat Jakarta dan Bandung dengan Indramayu, Sumedang dan Kota
share 60% PDRB Jawa Barat (BPS 2017). Cirebon. WP ini memiliki sektor
Penelitian Aprianoor dan Muktiali potensial untuk dikembangkan yaitu
(2015) menyebutkan angka PDRB yang sektor agribisnis, agroindustri,
tinggi hanya didominasi oleh beberapa perikanan, pertambangan, dan
kota/kabupaten di Jawa Barat (Bekasi, Kota pariwisata.
Bandung, dan Bogor), sedangkan 4. WP Priatim-Pangandaran, meliputi
kota/kabupaten lainnya hanya dapat wilayah Garut, Tasikmalaya, Ciamis,
menghasilkan sedikit pendapatan bahkan Kota Tasikmalaya, Kota Banjar dan
tidak sampai 50% dari pendapatan tiga Pangandaran. Sektor pertanian,
wilayah tersebut. Pemusatan sumberdaya perkebunan, perikanan tangkap,
dan investasi di beberapa wilayah menurut pariwisata, industri pengolahan, dan
Akrofi et al. (2018) dapat menyebabkan pertambangan mineral merupakan
polarisasi dan ketidaksetaraan spasial. sektor andalan untuk dikembangkan.
Ketimpangan Jawa Barat menurut penelitian 5. WP Sukabumi dan sekitarnya,
Aprianoor dan Muktiali (2015) relatif tinggi mempunyai anggota Sukabumi, Kota
dengan nilai Indeks Williamson 0,61. Sukabumi dan Cianjur. Sektor potensial
Strategi untuk mengatasi kesenjangan di yang dikembangkan yaitu sektor
Jawa Barat yaitu dengan menerapkan pertanian, perkebunan, peternakan,
pembangunan berdimensi kewilayahan. perikanan tangkap, pariwisata, industri
Pembangunan wilayah dapat pengolahan, bisnis kelautan, dan
memberikan gambaran sejauh mana suatu pertambangan mineral.
wilayah mempunyai peluang untuk 6. WP Kawasan Khusus Cekungan
berkembang (Latuconsina, 2017). Bandung, meliputi daerah Bandung,
Berdasarkan dokumen RPJMD tahun 2018- Bandung Barat, Kota Cimahi, Kota
2023 dan RTRW tahun 2009-2029 yang Bandung dan sebagian Sumedang
tertuang dalam (Peraturan Gubernur Jawa (Kecamatan Jatinangor, Kecamatan
Barat 2010), terdapat enam Wilayah Tanjungsari, Kecamatan Cimanggung,
Pengembangan (WP) yaitu: Kecamatan Sukasari dan Kecamatan
1. WP Bodebekpunjur, terdiri dari wilayah Pamulihan). Pengembangan sektor
Bogor, Bekasi, Kota Bekasi, Kota Depok, potensial meliputi sektor pertanian

Jurnal Geografi Vol 12 No. 01 – 2020 A n a l i s i s P e r k e m b a n g a n | 58


DOI: 10.24114/jg.v12i01.14799
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

hortikultura, industri non-polutif, KK Cekungan Bandung (0.89). Sedangkan


industri kreatif, perdagangan dan jasa, tiga WP sisanya yang berada di bagian
pariwisata, dan perkebunan. selatan Jawa Barat yaitu WP Priatim-
Pembangunan yang berdimensi Pangandaran (0.57), Sukabumi dan
kewilayahan dapat diwujudkan melalui sekitarnya (0.33) dan Ciayumajakuning
optimalisasi potensi kewilayahan. Hal ini (0.57) memiliki rasio di bawah rasio panjang
menjadi suatu keharusan dan menarik jalan provinsi. Ketidakmerataan
untuk dianalisis. Fakta yang melatar pembangunan infrastruktur ini menjadi
belakangi yaitu WP Bodebekpunjur dan KK permasalahan lain dalam pembangunan
Cekungan Bandung mendominasi kegiatan ekonomi kewilayahan.
ekonomi Jawa Barat dengan share mencapai Pertumbuhan industri di suatu
60% PDRB Jawa Barat. WP lain juga wilayah baik industri kecil dan mikro
memiliki potensi ekonomi dari sisi maupun industri sedang dan besar juga
keberlanjutan pertumbuhan ekonominya. merupakan indikator perkembangan
Pertumbuhan ekonomi WP lain di luar wilayah. Menurut Tirado et al. (2016)
Bodebekpunjur dan KK Cekungan Bandung pertumbuhan ekonomi modern ditandai
ternyata memiliki capaian yang cukup dengan pemusatan aktivitas industri di
menggembirakan dan potensial. Penggalian lokasi tertentu yang mengakibatkan
potensi ekonomi sangat penting untuk ketimpangan PDRB perkapita antar
dilakukan sebagai bagian dari konsep wilayah. Berdasarkan olahan data Analisis
pembangunan kewilayahan. Hal tersebut Sensus Ekonomi 2016 Hasil Listing Potensi
bertujuan agar konvergensi ekonomi dapat Ekonomi Jawa Barat publikasi BPS terdapat
dicapai terutama dengan mendorong persebaran industri yang tidak merata di
transformasi dan akselerasi (BPS 2017). tiap WP. Wilayah Pengembangan yang
Tiap WP memiliki karakteristik mempunyai persentase jumlah industri di
wilayah yang berbeda-beda baik dalam segi bawah rata-rata Jawa Barat (16,67%) yaitu
ekonomi, demografi serta sumberdaya alam. WP Purwasuka (10,59%) Priatim-
PDRB per kapita yang cukup tinggi tidak Pangandaran (16,49) serta Sukabumi dan
terjadi di seluruh Jawa Barat. Jumlah sekitarnya (11,99%). Sedangkan tiga WP
penduduk tidak merata diseluruh wilayah sisanya yaitu Bodebekpunjur (22,91),
Jawa Barat, masih ada beberapa wilayah Ciayumajakuning (18,24), dan KK
yang mendominasi wilayah lainnya. Hal ini Cekungan Bandung (19,78) mempunyai
merupakan salah satu indikasi persentase jumlah industri di atas rata-rata
perkembangan wilayah yang tidak merata provinsi.
dan pembangunan hanya terkonsentrasi Banyak faktor yang memengaruhi
pada titik lokasi tertentu saja. pembangunan wilayah Provinsi Jawa Barat.
Indikator lain yang digunakan untuk Identifikasi faktor dominan yang
melihat perkembangan wilayah adalah berpengaruh terhadap pembangunan
infrastruktur fisik, misal jalan. Ketersediaan wilayah masing-masing WP masih jarang
jalan antar wilayah Jawa Barat masih belum dilakukan. Faktor apa saja yang dominan
merata. Perbedaan terlihat antara serta pengaruhnya pada perkembangan
kabupaten/kota di sekitar ibukota provinsi wilayah masing-masing WP sangat penting
dan ibukota negara dengan Jawa Barat untuk perumusan solusi pembangunan
bagian selatan. Berdasarkan olahan data BPS wilayah yang efektif.
dalam publikasi Jawa Barat dalam Angka Setiap WP memiliki potensi, fokus
2018 terdapat perbedaan rasio panjang jalan pengembangan dan masalah yang berbeda-
terhadap luas wilayah di tiap WP. Hanya beda. Keragaman dinamika internal
ada tiga WP yang rasionya di atas capaian masing-masing WP membutuhkan rencana
Provinsi Jawa Barat (0.65) yaitu WP dan strategi pembangunan yang tepat.
Bodebekpunjur (1.14) Purwasuka (0.76) dan Rencana harus didasarkan pada masalah,

Jurnal Geografi Vol 12 No. 01 – 2020 A n a l i s i s P e r k e m b a n g a n | 59


DOI: 10.24114/jg.v12i01.14799
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

dasar kebutuhan, dan aset potensial daerah dari berbagai aspek. Berdasarkan aspek
sehingga pengembangan dapat efisien dan fisik, karakteristik wilayah bisa dilihat dari
efektif (Fafurida 2012). Perlunya luas lahan terbangun (built up area) dan luas
mengetahui karakteristik setiap WP lahan sawah. Pertumbuhan wilayah yang
meliputi aspek kependudukan, sosial, berkaitan dengan perubahan penggunaan
sarana dan prasarana akan mempermudah lahan menjadi area perumahan, kawasan
dalam menyusun strategi pengembangan komersial atau industry menurut McGarigal
wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk (1) et al. (2018) merupakan konversi lahan
menganalisis karakteristik wilayah dan utama di dunia dan pada banyak kasus
potensi perkembangan perekonomian tiap bersifat permanen. Penelitian ini
WP (2) menganalisis tingkat perkembangan menggunakan data atribut luas lahan
wilayah tiap WP dan 3) merumuskan terbangun peta landcover Jawa Barat tahun
arahan rencana dan strategi pembangunan 2010, 2014 dan 2018. Selama kurun waktu
wilayah untuk setiap WP di Provinsi Jawa delapan tahun bisa diketahui persentase
Barat. perubahan lahan terbangun.
Ruang lingkup penelitian ini Tipologi Klassen menurut Muta’ali
meliputi seluruh kabupaten/kota yang (2015) adalah model yang paling populer
terbagi dalam 6 WP di Provinsi Jawa Barat. untuk mengidentifikasi tingkat
Kabupaten yang terbagi menjadi dua WP perkembangan, pola dan struktur
akan dianalisis pada WP dengan cakupan perekonomian wilayah. Tipologi ini
wilayah kecamatan terbesar. Kecamatan menggunakan basis data besaran
Cugenang, Pacet, Sukaresmi dan Cipanas pendapatan Produk Regional Domestik
yang masuk WP Bodebekpunjur dianalisis Bruto (PDRB per kapita) dan laju
pada Kabupaten Cianjur (WP Sukabumi dan pertumbuhan ekonomi (LPE) dengan
sekitarnya). Kecamatan Jatinangor, pembagian berdasarkan rata-rata. LPE
Tanjungsari, Cimanggung, Sukasari dan adalah indeks berantai dari masing-masing
Pamulihan yang masuk WP KK Cekungan kegiatan ekonomi. Penelitian ini
Bandung dianalisis pada Kabupaten menggunakan lima titik tahun yaitu tahun
Sumedang (WP Ciayumajakuning) 2014 sampai 2018 untuk mengetahui
perkembangan perekonomian di wilayah
METODE PENELITIAN Jawa Barat. Laju Pertumbuhan Ekonomi
Penelitian ini dilakukan di Provinsi (LPE) dihitung mengggunakan rumus pada
Jawa Barat yang terdiri dari 6 wilayah persamaan 1.
pengembangan (WP) dan 27
Kabupaten/Kota pada Bulan Mei- LPE =
𝑃𝐷𝑅𝐵(𝑛,𝑏)− 𝑃𝐷𝑅𝐵(𝑛−1,𝑏)
X 100% …….. (1)
𝑃𝐷𝑅𝐵(𝑛−1,𝑏,𝑖)
September 2019. Penelitian ini
menggunakan jenis data sekunder yang
bersumber dari BPS dan Bappeda Provinsi Keterangan:
Jawa Barat. Data tersebut meliputi data peta LPE : Laju Pertumbuhan Ekonomi
administrasi wilayah Jawa Barat, data PDRB : Produk Domestik Regional Bruto
tutupan lahan 2010, 2014, 2018, data PDRB
ADHK 2010 menurut pengeluaran Tahun Menurut Sjafrizal (1997) tipologi
2014-2017, data PODES 2018. Alat yang klassen menghasilkan empat klasifikasi
digunakan dalam penelitian ini adalah daerah yang masing-masing mempunyai
perangkat komputer yang dilengkapi karakteristik yang berbeda antara satu
dengan Microsoft Office, Software Geographic wilayah dengan wilayah lainnya. Untuk
Information System (GIS), Software Statistica, lebih jelasnya kuadran tipologi klassen
Software R studio, dan alat tulis-menulis. tentang pertumbuhan di wilayah Jawa Barat
Karakteristik wilayah adalah sifat dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
atau ciri khas suatu wilayah yang ditinjau

Jurnal Geografi Vol 12 No. 01 – 2020 A n a l i s i s P e r k e m b a n g a n | 60


DOI: 10.24114/jg.v12i01.14799
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Tabel 1 Kuadran tipologi Klassen Data yang digunakan meliputi data potensi
Laju PDRB per kapita (Y) desa (PODES) tahun 2011, 2014 dan 2018
Pertumbuhan Ykabupaten/kota Ykabupaten/kota< yang dikeluarkan oleh BPS.
Ekonomi (R) > YJawa Barat YJawa Barat Menurut Fafurida (2012) informasi
Kuadran I: Kuadran III: penting tentang perkembangan wilayah
Wilayah Wilayah dibutuhkan untuk membuat perencanaan
cepat maju berkembang
menjadi lebih mudah disusun. Analisis
Rkabupaten/kota > dan cepat cepat (high
RJawa Barat tumbuh growth but deskriptif merupakan salah satu teknik
(high growth low income) analisis untuk merumuskan arahan rencana
and dan strategi pembangunan wilayah. Hasil
highincome) analisis ini dapat digunakan sebagai dasar
Kuadran II: Kuadran IV: dalam merumuskan pembangunan daerah.
Wilayah Wilayah Analisis deskriptif ini pada dasarnya adalah
maju tapi relatif pendeskripsian suatu proses yang
Rkabupaten/kota < tertekan tertinggal
RJawa Barat mencakup upaya penelusuran dan
(low growth (low growth pengungkapan informasi yang relevan
but high and low
terkandung dalam data. Tujuan analisis
income) income)
deskriptif menurut Pravitasari (2009) adalah
Sumber: Muta’ali (2015) memberikan gambaran dan interpretasi atas
hasil analisis yang disajikan dalam bentuk
Pengelompokan karakteristik grafis, dan gambar-gambar, serta
wilayah berguna untuk menentukan menghitung ukuran-ukuran deskripsinya.
tipologi wilayah berdasarkan karakteristik
wilayah. Teknik analisis pengelompokan HASIL DAN PEMBAHASAN
wilayah yaitu analisis gerombol (cluster Karakteristik Wilayah
analysis). Menurut Pribadi et al. (2017) Karakteristik wilayah Jawa Barat
analisis gerombol bertujuan untuk berdasarkan aspek fisik dapat dilihat dari
mengelompokkan obyek, sedemikian rupa penggunaan lahan. Jawa Barat merupakan
sehingga obyek dalam satu kelompok wilayah yang mempunyai sumberdaya alam
memiliki karakteristik yang lebih mirip beragam. Luas lahan tiap wilayah
dibanding obyek dalam kelompok lain. mengalami perkembangan penggunaannya.
Secara umum terdapat dua metode analisis Perubahan luas lahan tiap tahun
gerombol yaitu metode berhirarki dan tidak menunjukkan telah terjadi pergeseran
berhirarki (Panuju dan Rustiadi 2013). struktur perekonomian. Berdasarkan data
Penelitian ini menggunakan delapan peta landcover Bappeda Jawa Barat Tahun
karakteristik wilayah sebagaimana terdapat 2010, 2014, dan 2018 dapat dianalisis pola
pada bagian hasil dan pembahasan. penggunaan lahan dalam tiga tiik tahun
Analisis skalogram menurut Utari tersebut.
(2015) merupakan alat untuk Luas lahan terbangun merupakan
mengidentifikasi pusat pertumbuhan wila- salah satu faktor yang berpengaruh
yah berdasarkan fasilitas pelayanan yang terhadap perkembangan wilayah dilihat
dimilikinya, dengan demikian hierarki dari aspek fisik. Tingginya jumlah
pusat – pusat pertumbuhan dan aktivitas penduduk dan aktivitas perekonomian di
pelayanan suatu wilayah dapat ditentukan. Jawa Barat membuat laju pertumbuhan
Rumus umum skalogram adalah seperti lahan terbangun semakin meningkat tiap
pada Persamaan 2. tahun. Daerah perkotaan dan area
𝑛
sekitarnya merupakan wilayah dengan
Indeks Hirarki (Ii) = ∑𝑛𝑘(𝐹𝑖𝑘 𝑎𝑘 )…………. (2) lahan terbangun yang tinggi. Hal ini dipicu
dimana: oleh perkembangan aktivitas ekonomi
𝑛
𝑎𝑘
= bobot fasilitas penentu

Jurnal Geografi Vol 12 No. 01 – 2020 A n a l i s i s P e r k e m b a n g a n | 61


DOI: 10.24114/jg.v12i01.14799
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

terutama sektor sekunder dan tersier yang lahan terbangun yang mencirikan
pesat. Daya tarik perkotaan tersebut perkembangan wilayah Jawa Barat terdapat
mendorong kepadatan penduduk yang pada Gambar 1 dan 2. WP Bodebekpunjur
disertai penambahan bangunan dengan merupakan wilayah yang mempunyai lahan
fungsi perumahan dan fasilitas umum terbangun tertinggi dengan persentase luas
pendukungnya. di atas 25%. Posisi kedua diduduki oleh WP
Menurut Prawatya (2013) KK Cekungan Bandung dengan persentase
perkembangan lahan terbangun luas di atas 17%. Built up area terkecil berada
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pada WP Sukabumi dan sekitarnya (luas >
historis, urbanisasi, jarak dengan kota besar, 6%).
topografi, dan aksesibilitas. Persentase luas

30.00
Persentase lahan
terbangun (%)

25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
2010 2014 2018
Bodebekpjr 25.56 26.05 27.55
Purwasuka 13.66 14.32 15.11
Ciayumajakng 10.97 11.19 11.96
Priatim-Pngndrn 7.56 8.21 9.95
KK Cek Bdg 17.61 18.68 19.45
Sukabumi dsk 6.27 6.82 7.68

Gambar 1. Persentase lahan terbangun WP Jawa Barat tahun 2010, 2014 dan 2018

Gambar 2. Peta persentase rata-rata lahan terbangun WP Jawa Barat


tahun 2011, 2014 dan 2018

Jurnal Geografi Vol 12 No. 01 – 2020 A n a l i s i s P e r k e m b a n g a n | 62


DOI: 10.24114/jg.v12i01.14799
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Perkembangan lahan terbangun Bandung (2 kota) dan WP Ciayumajakuning (1


yang cukup tinggi pada WP Bodebekpunjur kota). Builtup area dengan kategori sedang dan
dan KK Cekungan Bandung menunjukkan rendah berada pada WP Purwasuka,
wilayah tersebut merupakan pusat kegiatan Sukabumi dsk serta Priatim-Pangandaran.
ekonomi dan pemerintahan. WP Sukabumi Kota Depok, Kota Bekasi, Kota Bogor, Kota
dan sekitarnya yang mempunyai area Cimahi, Kota Bandung, Kota Cirebon memiliki
terbangun terkecil menandakan struktur persentase lahan terbangun tinggi (>42%).
perekonomian masih didominasi sektor Fakta tersebut didukung dengan tingkat
primer dan belum banyak bergeser. Rata- kepadatan penduduk yang tinggi dan sangat
rata laju kenaikan lahan terbangun terbesar tinggi. Pertambahan penduduk dengan luas
berada pada WP Priatim-Pangandaran wilayah tetap akan mendorong laju kenaikan
dengan persentase 1.19%. Hal ini berarti lahan terbangun. Hal ini sesuai dengan
pada jangka waktu tahun 2010, 2014 dan penelitian dinamika perkembangan kota kecil
2018 WP tersebut mengalami kenaikan oleh Baga (2015) yang menyatakan kepadatan
lahan terbangun rata-rata sebesar 1.19%. penduduk berbanding lurus dengan luas
Fenomena ini menunjukkan mulai lahan terbangun.
begesernya struktur perekonomian pada Peningkatan jumlah penduduk
WP Priatim-Pangandaran dari sektor primer mengakibatkan kepadatan penduduk makin
ke sektor sekunder dan tersier. tinggi yang mempengaruhi peningkatan
Gambar 2 menunjukkan besarnya pembangunan. Hal ini menyebabkan
persentase lahan terbangun tiap perubahan pola penggunaan lahan, sehingga
kabupaten/kota dalam WP di Jawa Barat. ruang terbangun semakin mendominasi dan
Perkotaan merupakan wilayah dengan lahan mendesak ruang-ruang alami untuk berubah
terbangun yang cukup tinggi (> 10%). fungsi (Tulenan et al. 2014). Perubahan lahan
Terdapat dua kota yang memiliki persentase pertanian menjadi area terbangun merupakan
lahan terbangun sedang dan tujuh kota tanda adanya pergeseran sektor
dengan lahan terbangun tinggi. Hal ini perekonomian dari sektor primer menjadi
menunjukkan kota sebagai daerah inti yang sektor sekunder dan tersier. Menurut Pratiwi
berperan sebagai pusat kegiatan. Wilayah dan Muta’ali (2018) sektor maju dan cepat
sekitarnya sebagai daerah belakang tumbuh didominasi oleh sektor perdagangan
(hinterland). Daerah inti memiliki aktivitas besar dan eceran, sektor transportasi serta
ekonomi tinggi yang ditandai dengan pergudangan. Lahan pertanian sawah Jawa
besarnya builtup area. Barat menunjukkan wilayah mana yang masih
Wilayah dengan lahan terbangun bertumpu pada sektor primer dan mana yang
tinggi sebagian besar terdapat pada WP sudah bergeser.
Bodebekpunjur (3 kota), WP KK Cekungan
60.00
Luas Lahan Sawah (%)

50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
Bodebek- Purwasu- Ciayumaja- Priatim- KK Cek Sukabumi
pjr ka kng Pngndrn Bdg dsk
2010 27.48 48.34 40.98 21.49 21.90 17.53
2014 28.27 52.63 46.36 21.61 20.53 17.44
2018 27.38 52.82 43.42 18.80 18.55 16.73

Gambar 3. Persentase luas lahan sawah WP Jawa Barat tahun 2010, 2014 dan 2018

Jurnal Geografi Vol 12 No. 01 – 2020 A n a l i s i s P e r k e m b a n g a n | 63


DOI: 10.24114/jg.v12i01.14799
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

WP Purwasuka mempunyai luas dan 30,179,000,-. Hal ini semakin mempertegas


sawah terbesar di Jawa Barat berdasarkan dominasi ketiga WP tersebut dalam
Gambar 3 dengan persentase luas yang terus kontribusinya terhadap PDRB Jawa Barat.
meningkat. Luas lahan sawah terkecil terdapat WP dengan rata-rata PDRB perkapita
pada WP Sukabumi dsk dengan persentase terendah terdapat pada WP Priatim-
luas 16.73% pada tahun 2018. Pada WP Pangandaran yaitu sebesar Rp. 15,165,000,-.
Bodebekpunjur dan Ciayumajakuning luas Fakta tersebut menunjukkan perekonomian
lahan sawah berfluktuasi yaitu naik pada masih belum berkembang pesat dan belum
tahun 2014 dan turun pada tahun 2018. Luas banyak pergeseran struktur perekonomian.
sawah cenderung terus menurun pada WP WP dengan rata-rata LPE tertinggi diraih oleh
Priatim-Pangandran, KK Cekungan Bandung WP KK Cekungan Bandung dan
serta Sukabumi dan sekitarnya. Hal ini Bodebekpunjur dengan nilai 6.14% dan 6.07%.
disebabkan semakin terdesaknya area lahan Letak strategis dekat pusat pemerintahan
sawah oleh lahan terbangun. merupakan faktor pendorong pertumbuhan
ekonomi tinggi. Rata-rata LPE terendah berada
Perkembangan Perekonomian dengan pada WP Ciayumajakuning sebesar 5.12%. Hal
Tipologi Klassen ini menunjukkan WP Ciayumajakuning
Tipologi Klassen merupakan analisis sebagai daerah relatif tertinggal dengan rata-
yang digunakan untuk mengetahui pola dan rata PDRB perkapita dan rata-rata LPE di
struktur pertumbuhan ekonomi masing- bawah nilai Jawa Barat.
masing daerah. Melalui analisis ini akan
diketahui klasifikasi daerah berdasarkan dua
Economic growth adalah indeks berantai dari
masing-masing kegiatan ekonomi. Penelitian
ini menggunakan lima titik tahun yaitu tahun
2014-2018 untuk mengetahui perkembangan
perekonomian di Jawa Barat.
Kuadran tipologi klassen pada
Gambar 4 menunjukkan perkembangan
perekonomian di Jawa Barat dalam kurun lima
tahun. Penentuan lokasi kuadran tersebut
berdasarkan rata-rata laju pertumbuhan
ekonomi (LPE) dan rata-rata PDRB per kapita
Jawa Barat dengan nilai 5.36% dan Rp. Gambar 4. Tipologi Klassen antar WP Jawa
26,974,000,-. Sebagian besar WP terdapat pada Barat
kuadran I yaitu wilayah cepat maju dan
tumbuh dengan persentase 50% (3 WP).
Kuadran III yaitu wilayah maju tapi tertekan
beranggotakan WP Sukabumi dsk dan WP
Priatim-pangandaran. WP Ciayumajakuning
merupakan WP dengan kategori relatif
tertinggal (Kuadran IV). Pada indikator yaitu
laju pertumbuhan ekonomi (LPE) dan
pendapatan (PDRB) per kapita. Kuadran II
yaitu wilayah maju tapi tertekan tidak terdapat
WP yang masuk kategori tersebut. Purwasuka
merupakan WP dengan rata-rata PDRB per
kapita tertinggi se-Jawa Barat dengan nilai Rp.
39,387,000,-. Peringkat kedua diduduki oleh Gambar 5 . Tipologi Klassen kabupaten/kota
WP KK Cekungan Bandung dan dalam WP Jawa Barat
Bodebekpunjur dengan nilai Rp. 32,136,000,-

Jurnal Geografi Vol 12 No. 01 – 2020 A n a l i s i s P e r k e m b a n g a n | 64


DOI: 10.24114/jg.v12i01.14799
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Tipologi klassen antar kabupaten/kota ditingkatkan untuk mendorong LPE dan


dalam WP Jawa Barat terdapat pada Gambar PDRB per kapita. Wilayah cepat maju dan
5. Kabupaten/kota Jawa Barat sebagian besar tumbuh (kuadran I) beranggotakan lima
berada pada kuadran III tipologi klassen. kabupaten/kota yang diharapkan hasil
Terdapat 14 kabupaten/kota dalam kuadran pembangunan dan ekonominya memberikan
III. Hal ini menunjukkan kabupaten/kota efek menyebar pada wilayah sekitarnya.
dengan kategori berkembang cepat Kategori wilayah maju tapi tertekan (kuadran
mendominasi wilayah Jawa Barat. Pada II) merupakan kuadran dengan anggota
kuadran IV terdapat enam kabupaten/kota terkecil yaitu dua kabupaten. Tipologi klassen
yang berkategori wilayah relatif tertinggal. kabupaten/kota dalam WP Jawa Barat secara
Pada wilayah ini pembangunan perlu spasial ditampilkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Peta tipologi klassen kabupaten/kota dalam WP Jawa Barat

Daerah yang relatif tertinggal Cekungan Bandung, Bodebekpunjur dan


berdasarkan Gambar 18 sebagian besar berada Purwasuka. Posisi kabupaten/kota tersebut
di wilayah sebelah timur Jawa Barat. WP masih tetap bila dibandingkan dengan
Priangan Timur-Pangandaran merupakan WP penelitian Pravitasari (2009). Hal ini
yang didominasi kabupaten/kota dengan mengindikasikan stabilitas dan kontinuitas
kategori kuadran IV. Wilayah Jawa Barat pembangunan khususnya bidang ekonomi
bagian tengah dan barat mempunyai kondisi Kota Cirebon pada WP Ciayumajakuning
yang lebih baik dengan dominasi kuadran III merupakan wilayah cepat maju dan tumbuh
dan I dibanding wilayah bagian timur. Hal ini yang mengalami pergeseran dari kuadran II
disebabkan wilayah bagian barat dan tengah Tahun 2000-2007 pada penelitian Pravitasari
merupakan pusat pertumbuhan dan (2009) menjadi kuadran I pada penelitian ini.
pemerintahan. Lokasi yang strategis dengan Aktivitas perekonomian Kota Cirebon sebagai
jarak yang tidak terlalu jauh dari ibukota kota inti WP Ciayumajakuning mengalami
negara dan provinsi membuat wilayah kemajuan yang merangsang wilayah
tersebut berkembang pesat dibandingkan sekitarnya. Indikasi Kota Cirebon sebagai
bagian timur Jawa Barat. growth pole yaitu hampir 55% kawasan
Kota Bandung, Kota Cimahi, Bekasi, merupakan lahan terbangun (Lestari et al.
dan Karawang merupakan wilayah yang 2017).
berada pada kuadran I pada WP KK

Jurnal Geografi Vol 12 No. 01 – 2020 A n a l i s i s P e r k e m b a n g a n | 65


DOI: 10.24114/jg.v12i01.14799
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Tabel 2 Persentase kabupaten/kota dalam kuadran tiap WP

Jumlah dan persentase kabupaten/kota terhadap Jawa Barat


WP
KI % K II % K III % K IV %
Bodebekpjr 1 3.70 - - 4 14.81 - -
Purwasuka 1 3.70 1 3.70 - - 1 3.70
Ciayumajakng 1 3.70 1 3.70 3 11.11 1 3.70
Priatim-Pngndrn - - - - 2 7.41 4 14.81
KK Cek Bdg 2 7.41 - - 2 7.41 - -
Sukabumi dsk - - - - 3 11.11 - -
Jawa Barat 5 18.52 2 7.41 14 51.85 6 22.22
Sumber: Hasil Penelitian, 2019

Tabel 2 menunjukkan banyak dan Indeks Perkembangan Wilayah (IPW) tahun


besarnya persentase kabupaten/kota dalam 2018.
WP di Jawa Barat. WP KK Cekungan Bandung Hasil analisis gerombol WP Jawa Barat
mempunyai persentase kabupaten/kota dengan metode berhirarki (joining/tree
terbesar pada kuadran I (7.41%). Kuadran III clustering) menghasilkan dendogram
persentase tertinggi berada pada WP sebagaimana terlihat pada Gambar 7.
Bodebekpunjur (14.81%). WP dengan Penentuan jumlah gerombol dilakukan
penyumbang kuadran IV terbanyak yaitu dengan melakukan pemotongan pada garis
Priatim-Pangandaran (14.81%). terpanjang dari dendogram yang terbentuk.
Kabupaten/kota dalam kuadran IV ada 6, Pemotongan garis dilakukan pada jarak 5.5
jumlah ini menurun drastis bila dibandingkan yang terbentuk dari garis terpanjang (garis
penelitian Pravitasari (2009) yang berjumlah 14 yang terbentuk dari gabungan WP
kabupaten/kota. Hal ini diikuti dengan Bodebekpunjur dan KK Cekungan Bandung.
sepuluh kabupaten/kota yang bergeser dari Berdasarkan dendogram Gambar 7 WP jawa
kuadran IV pada penelitian sebelumnya Barat terbagi dalam dua kelompok/tipologi.
menjadi kuadran III pada penelitian ini.
Kenyataan ini memperlihatkan kemajuan
sektor perekonomian Jawa Barat dalam kurun
waktu sepuluh tahun. Indikatornya yaitu
PDRB per kapita dan LPE berkembang pesat
sehingga daerah tertinggal bergeser menjadi
daerah berkembang cepat.

Pengelompokan Karakteristik Wilayah


Pengelompokan wilayah bertujuan
untuk mengelompokkan wilayah yang punya
kesamaan atau kemiripan berdasarkan
karakteristik tertentu. Analisis untuk
mengelompokkan wilayah yaitu analisis
gerombol (cluster analysis). Penelitian ini
menggunakan delapan karakteristik yaitu
persentase lahan sawah, terbangun, hutan,
rata-rata LPE tahun 2014-2018, rata-rata
kepadatan penduduk tahun 2014-2018, rata-
rata pertumbuhan penduduk tahun 2014-2018, Gambar 7. Dendogram WP Jawa Barat
rata-rata PDRB per kapita tahun 2014-2018, dengan analisis gerombol berhirarki

Jurnal Geografi Vol 12 No. 01 – 2020 A n a l i s i s P e r k e m b a n g a n | 66


DOI: 10.24114/jg.v12i01.14799
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Pada tipologi/cluster I terdiri dari mirip dibanding WP lain. Kekonsistenan


tiga anggota yaitu WP Ciayumajakuning, hasil analisis gerombol/klaster dengan
Sukabumi dsk serta Purwasuka. metode berhierarki bisa diuji dengan
Tipologi/cluster II beranggotakan dua WP melihat hasil analisis gerombol metode tidak
yaitu Bodebekpunjur dan KK Cekungan berhirarki (K-means clustering). Caranya
Bandung. Hal ini berarti WP Bodebekpunjur yaitu dengan mengklasifikasi nilai mean
dan KK Cekungan Bandung mempunyai masing-masing variabel penciri tiap
karakteristik yang relatif sama atau lebih gerombol/klaster.

Plot of Means for Each Cluster


2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
-0.5
-1.0
-1.5
-2.0

IPW2018
% hutan 2018
% lahan sawah 2018

Rata2 LPE 2014-2018


% lahan terbangun 2018

Rata2 kepadatan 2014-2019

Rata2 pertumb pendduk 2014-2020

Rata2 PDRB per kapita 2014-2018


Cluster 1
Cluster 2
Variables

Gambar 8. Grafik WP Jawa Barat dengan analisis gerombol tidak berhirarki

Gambar 8 menunjukkan hasil metode ini sama seperti metode berhirarki


pengelompokan WP dengan analisis cluster (konsisten). Kelompok/tipologi WP
metode tidak berhirarki. Terdapat dua mempunyai karakteristik sebagaimana
kelompok / tipologi WP berdasarkan terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik tipologi/kelompok WP Jawa Barat


Karakteristik/Variabel
Kepa- Pertum-
PDRB
Cluster WP %terba- datan buhan
%sawah %hutan LPE per IPW
ngun pendu- pendu-
kapita
duk duk
Ciayumajakng,
Sukabumi dsk,
1 tinggi rendah tinggi rendah rendah rendah rendah rendah
Priatim-Pngndrn,
Purwasuka
Bodebekpjr, KK
2 rendah tinggi rendah tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi
Cek Bdg
Sumber: Hasil Penelitian, 2019

Dominasi cluster dua yang Persentase lahan terbangun yang tinggi


beranggotakan WP Bodebekpunjur dan KK dibandingkan persentase sawah dan hutan
Cekungan Bandung terlihat pada Gambar 8. yang rendah menunjukkan sektor
Terdapat 6 karakteristik yang berkategori perekonomian didominasi sektor sekunder
tinggi berbanding 2 pada tipologi 1. dan tersier. Kepadatan dan pertumbuhan

Jurnal Geografi Vol 12 No. 01 – 2020 A n a l i s i s P e r k e m b a n g a n | 67


DOI: 10.24114/jg.v12i01.14799
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

penduduk yang tinggi merupakan ciri Tingkat Perkembangan Wilayah


tipologi dua merupakan growth pole dan Salah satu indikator perkembangan
aktivitas ekonomi di Jawa Barat. Hal wilayah yaitu tersedianya fasilitas yang
tersebut mendorong tingginya pendapatan memadai dan bisa dimanfaatkan oleh
perkapita dibanding tipologi satu. IPW seluruh lapisan masyarakat. Prioritas
membuktikan tipologi dua memiliki pembangunan juga diarahkan untuk
perkembangan wilayah lebih maju mengoptimalkan pemanfaatan sarana
dibanding tipologi satu. pelayanan dan meningkatkan pemerataan
Tipologi 1 mempunyai karakteristik jangkauan pelayanan tersebut bagi seluruh
berkategori rendah lebih banyak yaitu 6 lokasi wilayah. Metode untuk mengetahui
dibanding 2 pada tipologi 2. Tipologi ini perkembangan wilayah yaitu analisis
memiliki karakteristik persentase swah dan skalogram. Analisis ini menghasilkan
hutan yang tinggi. Hal ini menunjukkan hirarki atau urutan peringkat wilayah
sektor perekonomian masih didominasi berdasarkan jenis dan jumlah unit prasarana
sektor primer. LPE dan PDRB per kapita pembangunan.
berkategori rendah berarti wilayah tipologi Penelitian ini menggunakan empat variable
rendah disebabkan banyak penduduk yang pada analisiss skalogram yaitu fasilitas
berpindah ke kota puntuk bekerja. pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan sosial.
Kenyataan ini sesuai dengan Penelitian Fasilitas-fasilitas tersebut menunjukkan
Hamri et al. (2016) membuktikan bahwa adanya differentiation dan centrality wilayah.
salah satu penyebab migrasi yaitu upah Semakin banyak dan beragam jenis fasilitas
yang lebih tinggi dan prospek pekerjaan yang dimiliki wilayah maka semakin
yang lebih baik di daerah perkotaan. berpotensi menjadi pusat pertumbuhan.
Pendapatan dan pekerjaan memikat orang Tingkat perkembangan wilayah Jawa Barat
ke pusat pertumbuhan disebabkan manfaat dianalisis pada tiga titik tahun yaitu 2011,
yang dirasakan lebih besar di pusat-pusat 2014, dan 2018 sehingga bisa diketahui laju
pertumbuhan. IPW yang rendah berarti hirarki wilayahnya. Hasil skalogram
tipologi satu perkembangan wilayah berbobot antar WP di Jawa Barat terdapat
berdasarkan fasilitas dan prasarana masih pada Tabel 4.
tertinggal.
Tabel 4 Perkembangan WP Jawa Barat tahun 2011, 2014 dan 2018
2011 2014 2018
Jum- Jum- Jum-
WP lah lah lah
IPW Jenis Hirarki IPW Jenis Hirarki IPW Jenis Hirarki
Fasi- Fasi- Fasi-
litas litas litas
Bodebekpjr 52.76 23 Hirarki 1 51.40 23 Hirarki 1 52.43 23 Hirarki 1
Purwasuka 4.38 12 Hirarki 3 2.64 9 Hirarki 3 3.15 12 Hirarki 3
Ciayumajakng 25.44 22 Hirarki 2 23.57 23 Hirarki 3 22.38 22 Hirarki 3
Priatim-Pngndrn 25.83 18 Hirarki 2 26.43 19 Hirarki 2 27.84 18 Hirarki 2
KK Cek Bdg 32.41 23 Hirarki 2 29.36 23 Hirarki 2 29.46 22 Hirarki 2
Sukabumi dsk 10.93 15 Hirarki 3 10.96 17 Hirarki 3 11.13 17 Hirarki 3
Sumber: Hasil Penelitian, 2019

Tingkat perkembangan wilayah yang konsisten menduduki hirarki/tingkat


antar WP Jawa Barat pada Tabel 20 perkembangan wilayah tertinggi. Indeks
menunjukkan adanya peningkatan dan Perkembangan Wilayah (IPW) WP
penurunan (IPW dan hirarki) dalam tiga Bodebekpunjur selalu lebih tinggi dibanding
titik tahun. Bodebekpunjur merupakan WP WP lainnya. Hal ini menunjukkan dominasi

Jurnal Geografi Vol 12 No. 01 – 2020 A n a l i s i s P e r k e m b a n g a n | 68


DOI: 10.24114/jg.v12i01.14799
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

kelengkapan sarana dan prasarana yang Secara umum IPW antar WP Jawa
tersedia. WP yang konsisten di hirarki dua Barat relatif stabil berdasarkan Gambar 9.
adalah KK Cekungan Bandung dan Priatim- Tidak terdapat laju kenaikan atau
Pangandaran. WP KK Cekungan Bandung penurunan IPW yang cukup mencolok. IPW
mempunyai jenis fasilitas yang sama dengan Bodebekpunjur berada jauh di atas WP
Bodebekpunjur yaitu 22-23 namun dengan lainnya, hal ini memperlihatkan lengkap
jumlah fasilitas yang lebih sedikit sehingga dan beragamnya fasilitas dengan jumlah
berada pada hirarki kedua. yang relatif merata di setiap wilayah. Posisi
WP Purwasuka serta Sukabumi dan yang strategis dekat pusat pemerintahan
sekitarnya konsisten di hirarki tiga selama dan perekonomian mendorong
tiga titik waktu. IPW kecil serta jumlah dan pertumbuhan sarana dan prasarana
jenis fasilitas yang sedikit membuat dua WP penunjang. WP Sukabumi dsk serta Priatim-
tersebut berada pada hirarki terendah. Pangandaran memiliki laju kenaikan IPW
Kenyataan ini menunjukkan tingkat dalam tiga titik tahun. Penambahan jumlah
perkembangan kedua WP masih jauh dan jenis fasilitas mendorong laju kenaikan
tertinggal dari segi fasilitas dan sarana IPW. Ciayumajakuning memiliki IPW yang
pelayanan. Ciayumajakuning merupakan terus menurun, hal ini dipengaruhi
WP yang mengalami penurunan hirarki berkurangnya jenis dan jumlah fasilitas yang
perkembangan wilayah. Pada tahun 2011 ada. WP Bodebekpunjur, Purwasuka, dan
dan 2014 WP Ciayumajakuning masih KK Cekungan Bandung memiliki
menduduki hirarki 2 namun menurun penurunan IPW pada tahun 2014.
menjadi hirarki 3 pada tahun 2018. Artinya Penurunan jumlah dan jenis fasilitas sebagai
WP ini mengalami penurunan jumlah pendorong turunnya IPW tersebut
fasilitas namun dengan jenis fasilitas yang disebabkan tutup atau tidak aktifnya
relatif sama jumlahnya (22-23 fasilitas). fasilitas tertentu.
Grafik IPW antar WP Jawa Barat terdapat
pada Gambar 9.

60.00
50.00 Ciayumajakuning
Sukabumi dsk
40.00
I Bodebekpunjur
P 30.00 Purwasuka
W 20.00 KK Cekungan Bdg
Priatim-Pngndrn
10.00
0.00
2011 2014 2018

Gambar 9 Grafik IPW pada WP Jawa Barat Tahun 2011, 2014 dan 2018

Hirarki wilayah dari titik awal diharapkan menjadi dasar evaluasi


pengamatan (2011) sampai titik akhir (2018) pemerintah dalam menyusun kebijakan
bisa menggambarkan laju perkembangan pembangunan. Alur pergeseran hirarki
wilayah. Kategori hirarki tersebut kabupaten/kota dalam WP Jawa Barat
mencerminkan capaian perkembangan seperti yang dilakukan Priadi (2018)
wilayah selama delapan tahun dari segi terdapat pada Tabel 5.
sarana dan prasarana. Informasi tersebut

Jurnal Geografi Vol 12 No. 01 – 2020 A n a l i s i s P e r k e m b a n g a n | 69


DOI: 10.24114/jg.v12i01.14799
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Tabel 5. Klasifikasi kabupaten/kota Jawa Barat berdasarkan pergeseran tingkat


perkembangan wilayah dari tahun 2011 sampai 2018
Jml
No Kategori (pergeseran hirarki) Persentase (%)
kabupaten/kota
1 Baik-Baik (I-I) 2 7.41
2 Sedang-Baik (II-I) 1 3.70
3 Rendah-Baik (III-I) 0 0.00
4 Baik-Sedang (I-II) 1 3.70
5 Sedang-Sedang (II-II) 6 22.22
6 Rendah-Sedang (III-II) 1 3.70
7 Baik-Rendah (I-III) 0 0.00
8 Sedang-Rendah (II-III) 1 3.70
9 Rendah-Rendah (III-III) 15 55.56
Jumlah 27 100.00
Sumber: Hasil Penelitian, 2019

Pergeseran hirarki perkembangan wilayah terdapat pada kategori baik-sedang


wilayah berdasarkan Tabel 5 menunjukkan dan sedang-rendah dengan persentase
sebagian besar (55.56%) berada pada masing-masing 3.70%. Peningkatan
kategori rendah-rendah. Hal ini berarti perkembangan wilayah dengan kategori
separuh lebih wilayah Jawa Barat masih sedang-baik masih relatif kecil (3.70%) dan
rendah tingkat perkembangan wilayahnya. kategori stabil baik-baik berada pada
Terdapat 15 kabupaten/kota yang masih besaran 7.41%. Kenyataan ini membuktikan
konsisten di hirarki III dan belum berhasil perlunya peningkatan jumlah dan jenis
bergeser. Kategori dengan persentase fasilitas dengan sebaran yang merata dan
terbesar kedua yaitu sedang-sedang mudah diakses. Pergeseran hirarki wilayah
(22.22%), artinya belum ada peningkatan secara jelas terdapat pada Gambar 10.
perkembangan wilayah. Penurunan hirarki

Gambar 10. Peta pergeseran hirarki skalogram kabupaten/kota dalam WP Jawa Barat

Jurnal Geografi Vol 12 No. 01 – 2020 A n a l i s i s P e r k e m b a n g a n | 70


DOI: 10.24114/jg.v12i01.14799
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Tingkat perkembangan wilayah Tabel 6. Prioritas pembangunan


kategori rendah-rendah terdapat pada WP Jawa Barat
Sebagian besar WP Ciayumajakuning, Kuadran
Tingkat Tipologi
Priori-
perkem- tas
Priatim-Pangandaran, KK Cekungan WP bangan
perkemba /kelom-
pem-
ngan pok
Bandung. WP Bodebekpunjur (Kota Bogor) pereko-
wilayah wilayah
bangu
dan Sukabumi dan sekitarnya (Kota nomian nan
Ciayumaja 1
Sukabumi) juga berkategori pergeseran kng
IV Hirarki 3 Tipologi I
hirarki rendah-rendah. Hal ini Sukabumi dsk III Hirarki 3 Tipologi I 2
menunjukkan wilayah tersebut cukup sulit Priatim- 3
III Hirarki 2 Tipologi I
untuk berkembang (stagnan). Jumlah dan Pngndrn
4
jenis fasilitas cukup sedikit penambahannya Purwasuka I Hirarki 3 Tipologi I

sehingga belum melampaui rata-rata Jawa KK Cek 5


I Hirarki 2 Tipologi II
Bdg
Barat. Kategori sedang-sedang berada di 6
Bodebekpjr I Hirarki 1 Tipologi II
bagian pantai selatan Jawa Barat dan bagian
kecil pesisir utara. Perkembangan wilayah Sumber: Hasil Penelitian, 2019
tersebut cenderung stabil namun belum bisa
berkembang pesat. Kabupaten Cirebon WP Ciayumajakuning merupakan
menjadi satu-satunya anggota WP WP yang memerlukan prioritas pertama
Ciayumajakuning yang berhasil keluar dari pembangunan. Hal ini terlihat dari tipologi
perkembangan wilayah rendah ke sedang. perkembangan daerah yang masuk kuadran
Kota Bekasi juga berhasil meningkatkan IV (daerah relatif tertinggal). Strategi
perkembangan wilayah dari sedang ke baik. pembangunan wilayah dilakukan dengan
Kabupaten Bekasi dan Kota Bandung peningkatan fasilitas dan aktivitas
merupakan wilayah yang konsisten berada perekonomian. WP Sukabumi dsk
pada hirarki I dalam kurun waktu delapan serta Priatim-Pangandaran merupakan
tahun. Fakta ini memperlihatkan kedua prioritas pembangunan kedua dan ketiga.
kota tersebut merupakan pusat Peningkatan aktivitas ekonomi dan fasilitas
pertumbuhan yang memberikan pelayanan di wilayah belakang (hinterland) diperlukan
pada wilayah sekitarnya. Jenis dan jumlah untuk meningkatkan perkembangan
fasilitas yang terus bertambah menjadikan wilayah. WP Purwasuka menjadi prioritas
kota ini tujuan wilayah lain untuk pembangunan keempat. Sektor sekunder
mendapatkan fasilitas yang terbaik. dan tersier sudah berkembang namun perlu
Perkembangan wilayah Jawa Barat tidak diiringi dengan peningkatan fasilitas
terdapat kategori baik-rendah dan rendah- penunjangnya. KK Cekungan Bandung dan
baik artinya tidak ada peningkatan atau Bodebekpunjur menjadi WP dengan
penurunan hirarki yang sangat drastis. prioritas pembangunan kelima dan keenam.
WP tersebut masuk dalam tipologi yang
Arahan Rencana dan Strategi sama (tipologi II) artinya karakteristik
Pembangunan Wilayah Jawa Barat wilayahnya memiliki kesamaan. Posisi
Berdasarkan analisis tipologi strategis dekat pusat pemerintahan
klassen, analisis gerombol, dan analisis membuat tingkat perekonomian
skalogram dapat dibuat rangkuman berkembang pesat. WP KK Cekungan
perkembangan wilayah Jawa Barat. Prioritas Bandung menempati hirarki 2
pembangunan wilayah dilakukan dengan perkembangan wilayah sehingga
merujuk pada penelitian Marzuki (2018) memerlukan penambahan fasilitas
yang meneliti prioritas pengembangan pelayanan. WP Bodebekpunjur merupakan
wilayah Kabupaten Cirebon. Prioritas WP termaju dengan tingkat perkembangan
pembangunan WP Jawa Barat terdapat wilayah yang tinggi. Wilayah tersebut
dalam Tabel 6. merupakan pusat perekonomian yang
menjadi tujuan urbanisasi penduduk.
Pembangunan WP ini perlu

Jurnal Geografi Vol 12 No. 01 – 2020 A n a l i s i s P e r k e m b a n g a n | 71


DOI: 10.24114/jg.v12i01.14799
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

mempertimbangkan aspek kapasitas Aprianoor P., Muktiali M. (2015). Kajian


wilayah dan pelestarian lingkungan. Ketimpangan Wilayah di Provinsi Jawa
Barat. Jurnal Teknik PWK, 4(4), 484-498.
KESIMPULAN [BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa
Perkembangan wilayah Jawa Barat Barat. (2017). Sensus Ekonomi 2016
masih terkonsentrasi di WP Bodebekpunjur Analisis Hasil Listing Potensi Ekonomi
dan KK Cekungan Bandung yang memiliki Jawa Barat. Badan Pusat Statistik,
posisi strategis dekat dengan pusat Bandung.
pemerintahan. Aktivitas perekonomian Baga, CM.A. (2015). Dinamika
yang tinggi serta fasilitas lengkap dan Perkembangan Kota Kecil dan Faktor-
beragam menjadikan dua WP tersebut Faktor yang Mempengaruhinya (Studi
menjadi wilayah maju. WP Kasus pada Kecamatan Muntilan,
Ciayumajakuning merupakan WP dengan Mungkid, dan Salam). Jurnal
tingkat perkembangan wilayah terendah Pembangunan Wilayah dan Kota, 11(3),
yang memerlukan percepatan 287-298.
pembangunan. WP Priatim-Pangandaran Fafurida. (2012). Analysis of Inter Sectoral
serta Sukabumi dan sekitarnya merupakan Linkages in Semarang Regency.
WP dengan perkembangan wilayah sedang. Economic Journal of Emerging Markets,
Purwasuka termasuk WP yang mempunyai 4(1):15-24.
aktivitas ekonomi tinggi namun persebaran Hamri, E., Putri, E.I., Siregar, H.J. dan
fasilitas belum merata. Secara umum strategi Bratakusumah, DS. (2016). Kebijakan
untuk memeratakan pembangunan yaitu Pemekaran Wilayah dan
dengan meningkatkan perkembangan Pengembangan Pusat Pertumbuhan
wilayah daerah belakang (hinterland) pada Ekonomi Kota Tasikmalaya. Jurnal
tiap WP. Pusat-pusat pertumbuhan baru Ekonomi dan Kebijakan Publik, 7(1), 111-
tersebut diharapkan dapat mendorong laju 125.
pertumbuhan ekonomi. Wacana Latuconsina, ZM.Y. (2017). Model
pemindahan ibukota Jawa Barat dari Kota Pembangunan Kabupaten Malang Provinsi
Bandung ke beberapa daerah alternative Jawa Timur Berbasis Sistem Wilayah
Bandung, Bandung Barat, Cirebon-Subang- Pengembangan. Tesis Sekolah
Majalengka merupakan salah satu upaya Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
untuk memeratakan pembangunan. Bogor. 125 hlm.
Lestari, R.A., Fatimah, E. dan Barus, L.S.
UCAPAN TERIMA KASIH (2017). Identifikasi Perkembangan
Penulis mengucapkan terima kasih Perkotaaan Metropolitan Cirebon Raya.
kepada BPS Provinsi Jawa Barat dan BPS Seminar Nasional Cendekiawan, 3(2),
Kota Sukabumi yang telah memberikan 199-205.
kemudahan akses data untuk menunjang
penelitian ini. Ucapan terima kasih juga Marzuki, A. (2018). Analisis Tingkat
penulis sampaikan kepada Pusbindiklatren Perkembangan Wilayah, Konversi Lahan
Bappenas yang telah mendanai penelitian. Dan Rasio Tanah Terdaftar Serta Arahan
Pengembangan Wilayah Di Kabupaten
DAFTAR PUSTAKA Cirebon. Tesis Sekolah Pascasarjana
Akrofi M.M., Akanbang B.A.A, Abdallah C. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 140
K. (2018). Dimensions of Regional hlm.
Inequalities in Ghana: Assessing McGarigal K., Plunkett E.B., Willey L.L.,
Disparities in the Distribution of Basic Compton B.W., DeLuca W.V. and
Infrastructure among Northern and Grand J. (2018). Modeling Non-
Southern Districts. International Journal Stationary Urban Growth: The
of Regional Development, 5(1), 25-43. SPRAWL Model And The Ecological

Jurnal Geografi Vol 12 No. 01 – 2020 A n a l i s i s P e r k e m b a n g a n | 72


DOI: 10.24114/jg.v12i01.14799
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Impacts of Development. Landscape and Priadi, G. (2018). Pemerataan Sebagai Arahan


Urban Planning, 177(18), 178-190 Rencana Dan Strategi Pembangunan
Muta’ali, L. (2015). Teknik Analisis Regional Wilayah di Kabupaten Cianjur. Tesis
untuk Perencanaan Wilayah, Tata Ruang Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
dan Lingkungan. Badan Penerbit Bogor. Bogor. 108 hlm.
Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta. Pribadi, D.O., Rustiadi, E., Panuju, D.R., dan
Panuju DR, Rustiadi E. 2013. Teknik Analisis Pravitasari, A.E. (2017). Permodelan
Perencanaan Pengembangan Wilayah. Perencanaan Pengembangan Wilayah.
Bogor (ID): Departemen Ilmu Tanah Crestpent Press, Bogor.
dan Sumbedaya Lahan. Rustiadi, E., Saefulhakim, S. dan Panuju,
Peraturan Gubernur Jawa Barat. (2010). D.R. (2009). Perencanaan Pengembangan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Wilayah. Crespent Press & Yayasan
Jawa Barat Tahun 2009-2029. Peraturan Obor Indonesia, Bogor.
Daerah Nomor: 22 Tahun 2010. Sjafrizal. (1997). Pertumbuhan Ekonomi dan
Gubernur Jawa Barat. Bandung. Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia
Pratiwi, A.G., Muta’ali, L. (2018). Bagian Barat. Yogyakarta (ID): LP3ES.
Perkembangan Ekonomi Wilayah dan Tulenan YF, Pangemanan P, Rumagit GAJ,
Peran Sektor Tersier di Kawasan Tangkere EG. 2014. Perkembangan
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Jumlah Penduduk Dan Luas Lahan
Bekasi.Jurnal Bumi Indonesia, 2(2), 1-7. Pertanian Di Kabupaten Minahasa
Pravitasari, A.E. (2009). Dinamika Perubahan Selatan. Ejurnal Unsrat. 4(1):1-14.
Disparitas Regional di Pulau Jawa sebelum Utari MGES. (2015). Analisis Sistem Pusat
dan Setelah Kebijakan Otonomi Daerah. Pelayanan Permukiman di Kota
Tesis Sekolah Pascasarjana Institut Yogyakarta Tahun 2014. Journal of
Pertanian Bogor. Bogor. 179 hlm. Economics and Policy. 8(1):62-72.
Prawatya NA. (2013). Perkembangan
Spasial Kota-kota Kecil. Jurnal Wilayah
dan Lingkungan. 1(1): 17-32.

Jurnal Geografi Vol 12 No. 01 – 2020 A n a l i s i s P e r k e m b a n g a n | 73

Anda mungkin juga menyukai