Anda di halaman 1dari 19

Click to edit Master title style

Profil dan Analisis


Pembangunan Daerah
Provinsi D.I. Yogyakarta

Kasubdit Data dan Informasi Kewilayahan dan Kawasan


Direktorat Pengembangan Wilayah dan Kawasan

Yogyakarta, 29 Agustus 2017

1
Pendahuluan

2
Maksud dan Tujuan Profil dan Analisa Masalah Daerah

1. Maksud Penyusunan Profil dan Analisa Masalah Daerah adalah menyiapkan profil
daerah, isu strategis daerah, prioritas pembangunan daerah dan rencana kebutuhan
investasi sebagai masukan penentuan prioritas pembangunan nasional dalam
penyusunan RKP beserta analisisnya;
2. Tujuan Penyusunan Profil Daerah dan Kebutuhan Investasi Daerah adalah :
a. Menyiapkan analisa pertumbuhan ekonomi, pengangguran, kemiskinan, dan
pembangunan sumberdaya manusia;
b. Mengetahui faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi, pengangguran,
kemiskinan dan pembangunan sumberdaya manusia;
c. Merumuskan isu strategis daerah;
d. Merumuskan prioritas pembangunan nasional dan daerah di suatu daerah;
e. Merumuskan rencana kebutuhan pembagunan di daerah.

3
Ruang Lingkup Profil dan Analisis Pembangunan Daerah :
• Mengidentifikasi sumber-sumber (basis sektor PDRB) pendorong pertumbuhan
ekonomi wilayah.
• Mengidentifikasi potensi-potensi ekonomi berbasis pada sumber daya alam yang dapat
diperbaharui (renewable resources);
• Menganalisis keterkaitan aktivitas ekonomi hulu-hilir baik secara sektoral dan spasial;
• Menganalisis kebijakan pemerintah pusat dan daerah terhadap pembangunan
ekonomi, kemiskinan, pengangguran dan pembangunan sumberdaya manusia; serta
• Menyusun rekomendasi kebijakan untuk pembangunan ekonomi Provinsi D.I
Yogyakarta untuk penyusunan Rencana Kerja Pemerintah mendatang

Keterkaitan Forum Konreg PDRB Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara :


• Mengidentifikasi kebutuhan dan ketersediaan data dan informasi (PDRB) yang sesuai
untuk Penyusunan Profil dan Analisis Kebijakan Pembangunan Daerah.
• Menyusun Model Analisis Kebijakan Pengembangan Ekonomi Kreatif untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. 4
Perkembangan Perekonomian Daerah

5
Penggerak Perekonomian DIY Sisi Produksi : Sektor Industri Pengolahan, Sektor Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan, dan Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
Pertumbuhan PDRB ADHK menurut DIY
Laju Pertumbuhan Ekonomi DIY dan Nasional
Tahun 2011-2016, (persen)

6.5 6.17
6.03
6
5.56
5.5
5.47 5.02 5.02
5 5.37 4.79
5.21 5.17
4.95 5.05
4.5
4
2011 2012 2013 2014 2015 2016

Pertumbuhan DIY Pertumbuhan Nasional

Perkembangan Kontribusi PDRB Provinsi DIY Terhadap Wilayah Jawa

Kontribusi 2015
Kontribusi 2014 (persen) Kontribusi 2016 (persen)
(persen)
PROVINSI
terhadap terhadap 34 terhadap terhadap 34 terhadap terhadap 34 • Kontribusi perekonomian DIY terhadap perekonomian Wilayah Jawa paling rendah yaitu
pulau provinsi pulau provinsi pulau provinsi
hanya berkisar 1,49 – 1,51 persen. Pada tahun 2016 kontribusi DIY sedikit menurun
DKI Jakarta 28,75 16,50 29,26 17,07 29,41 17,20
sebesar 0,02 persen.
Jawa Barat 22,61 12,97 22,43 13,08 22,32 13,06
Jawa Tengah 15,05 8,64 14,88 8,68 14.75 8,63
• Berdasarkan laju pertumbuhan PDRB ADHK (kumulatif), pertumbuhan ekonomi D.I
Yogyakarta cenderung mengalami perlambatan dari tahun 2011 hingga tahun 2016.
Dl Yogyakarta 1,51 0,87 1,49 0,87 1,49 0,87
Jawa Timur 25,09 14,40 24,90 14,53 25,06 14,65 • Laju pertumbuhan PDRB Provinsi D.I 2014-2016 berada di atas laju pertumbuhan nasional,
Banten 6,99 4,01 7,04 4,11 6,97 4,08 penggerak pertumbuhan D.I Yoyakarta tahun 2016 terbesar dari Sektor pengadaan listrik
Jawa - 57,39 - 58,34 - 58,49
dan gas, dan sektor informasi dan komunikasi.
• Sektor industri pengolahan, sektor penyedia akomodasi dan makan-minum, sektor
pertanian, dan sektor kontruksi berkontribusi sebesar 43 persen terhadap perekonomian
Provinsi D.I Yogyakarta. Sumber: BPS 6
Kontribusi dan Pertumbuhan menurut Sub Sektor
LAPANGAN USAHA Share (ADHB Pertumbuhan (ADHK)
2014 2015* 2016" 2014 2015* 2016**
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 10,52 10,64 10,41 -2,10 2,12 1,46
1 Pertanian, Peternakan, Perburuan & Jasa Pertanian 9,20 9,31 9,12 -2,98 1,94 1,48
a. Tanaman Pangan 3,53 3,75 3,76 -1,71 2,83 2,78
b. Tanaman Hortikultura 3,08 2,98 2,83 -10,70 -0,77 -0,83
c. Tanaman Perkebunan 0,30 0,28 0,28 0,48 -3,83 0,00
d. Peternakan 2,08 2,11 2,06 4,82 4,74 2,20
e. Jasa Pertanian dan Perburuan 0,21 0,19 0,19 8,03 0,68 2,68
2 Kehutanan dan Penebangan Kayu 0,88 0,89 0,87 3,50 2,79 1,14
3 Perikanan 0,44 0,44 0,42 6,64 4,15 1,33
B Pertambangan dan Penggalian 0,58 0,56 0,54 2,17 0,00 0,42
1 Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi
2 Pertambangan Batubara dan Lignit
3 Pertambangan Bijih Logam
4 Pertambangan dan Penggalian Lainnya 0,58 0,56 0,54 2,17 0,00 0,42
C Industri Pengolahan 13,59 13,11 13,21 3,83 2,13 5,07
1 Industri Batubara dan Pengilangan Migas
2 Industri Makanan dan Minuman 7,17 7,00 7,21 7,98 3,13 6,76
3 Industri Pengolahan Tembakau 0,79 0,73 0,72 -20,10 -0,88 1,55
4 Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 1,44 1,44 1,46 7,73 5,95 6,42
5 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 0,38 0,37 0,37 0,00 7,14 3,33
6 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang
0,22 0,20 0,19 -1,04 -2,09 -1,60
Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya
7 Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan
0,30 0,29 0,29 4,62 2,01 5,91
Reproduksi Media Rekaman
8 Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 0,12 0,13 0,13 6,78 7,14 6,67
9 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 0,37 0,31 0,28 -6,11 -8,90 -7,14
10 Industri Barang Galian bukan Logam 0,46 0,42 0,40 1,41 -6,41 0,30
11 Industri Logam Dasar
12 Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik,
0,95 0,88 0,85 2,47 -1,52 3,22
Optik; dan Peralatan Listrik
13 Industri Mesin dan Perlengkapan 0,50 0,49 0,49 7,47 6,95 4,64
14 Industri Alat Angkutan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
15 Industri Furnitur 0,56 0,53 0,52 -4,30 -2,78 3,74
16 Industri Pengolahan Lainnya; Jasa Reparasi dan
0,32 0,31 0,31 -5,41 2,45 1,20
Pemasangan Mesin dan Peralatan
7
Kontribusi dan Pertumbuhan menurut Sub Sektor (2/2)
LAPANGAN USAHA Share (ADHB Pertumbuhan (ADHK)
2014 2015* 2016" 2014 2015* 2016**
D Pengadaan Listrik dan Gas 0,11 0,12 0,13 6,84 2,40 14,06
1 Ketenagalistrikan 0,11 0,12 0,13 6,90 2,42 14,17
2 Pengadaan Gas dan Produksi Es 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
0,11 0,11 0,10 3,75 2,41 2,35
Daur Ulang
F Konstruksi 9,40 9,36 9,34 5,66 4,23 5,42
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
8,27 8,22 8,48 5,69 6,19 6,09
Sepeda Motor
1 Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya 1,39 1,38 1,43 7,62 3,02 6,87
2 Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan
6,88 6,84 7,05 5,32 6,81 5,94
Sepeda Motor
H Transportasi dan Pergudangan 5,72 5,68 5,68 3,79 3,72 4,62
1 Angkutan Rel 0,09 0,10 0,10 19,61 6,56 4,62
2 Angkutan Darat 3,52 3,44 3,29 1,74 3,31 1,86
3 Angkutan Laut
4 Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan
5 Angkutan Udara 0,95 0,98 1,10 5,70 3,01 13,85
6 Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan; Pos &
1,16 1,17 1,19 8,42 5,37 6,72
Kurir
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 10,04 10,23 10,22 6,78 5,77 5,52
1 Penyediaan Akomodasi 1,95 2,02 2,07 4,88 7,17 8,21
2 Penyediaan Makan Minum 8,09 8,21 8,16 7,22 5,46 4,91
J Informasi dan Komunikasi 8,51 8,13 8,14 6,14 5,11 8,32
K Jasa Keuangan dan Asuransi 3,88 3,97 3,94 8,27 8,28 4,97
1 Jasa Perantara Keuangan 2,91 3,01 2,98 9,91 8,96 4,66
2 Asuransi dan Dana Pensiun 0,31 0,30 0,30 6,25 3,78 4,45
3 Jasa Keuangan Lainnya 0,65 0,65 0,66 2,90 7,44 6,74
4 Jasa Penunjang Keuangan 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00
L Real Estat 7,00 7,02 7,09 7,66 6,05 5,15
M,N Jasa Perusahaan 1,03 1,03 1,01 7,57 7,36 3,43
0 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
8,07 8,26 8,37 5,91 5,58 5,57
Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 8,19 8,48 8,25 7,92 7,28 3,08
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2,45 2,52 2,51 7,67 7,13 4,52
R,S,T,U Jasa lainnya 2,53 2,55 2,57 5,27 8,02 5,72
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 100,00 100,00 100,00 5,17 4,95 5,05

8
Share dan Pertumbuhan Ekonomi Sektor menurut Kabupaten/Kota di DI. Yogyakarta Tahun 2016

Bantul Sleman Kulonprogo Gunung Kidul Kota Yogyakarta


Lapangan Usaha Pertum
Share Share Pertum Share Pertum Share Pertum Share Pertum
buhan
(%) (%) buhan (%) (%) buhan (%) (%) buhan (%) (%) buhan (%)
(%)
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 14,39 1,52 8,06 1,12 19,96 1,74 25,28 2,2 0,16 0,90
B. Pertambangan dan Penggalian 0,61 0,35 0,41 0,43 1,39 1,72 1,31 0,8 0,00 0,58
C. Industri Pengolahan 15,17 5,30 13,36 4,42 12,20 5,28 9,38 5,3 13,68 4,25
D. Pengadaan Listrik dan Gas 0,13 15,10 0,10 15,27 0,08 14,42 0,08 14,3 0,20 12,01
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
Daur Ulang 0,08 2,96 0,05 2,40 0,13 2,54 0,16 2,3 0,15 2,22
F. Konstruksi 9,29 4,07 10,71 4,77 8,55 6,48 9,40 5,3 7,83 3,56
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor 8,46 6,53 7,79 6,26 13,61 6,20 9,22 7,0 7,37 5,54
H. Transportasi dan Pergudangan 4,79 4,17 7,28 7,39 8,05 2,66 5,04 3,5 4,00 2,82
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 11,67 6,31 10,28 5,98 3,91 5,93 5,90 5,6 13,36 5,81
J. Informasi dan Komunikasi 7,26 8,35 8,01 8,19 4,98 7,92 7,02 8,8 10,37 8,04
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 2,82 5,08 3,26 5,27 3,27 4,41 2,32 4,7 6,72 5,25
L. Real Estate 6,58 5,82 7,90 5,52 3,39 5,53 3,53 6,8 9,22 4,50
M,N. Jasa Perusahaan 0,48 4,26 1,67 3,55 0,28 3,46 0,43 5,1 1,08 2,77
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib 7,51 5,84 6,81 5,89 9,15 6,16 9,38 5,3 10,12 5,86
P. Jasa Pendidikan 6,92 3,24 9,67 3,98 5,91 3,90 6,20 3,4 9,30 3,47
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,85 5,20 2,35 4,47 1,44 5,66 2,00 4,5 3,75 4,66
R,S,T,U. Jasa lainnya 1,98 6,02 2,28 5,24 3,69 5,48 3,35 7,5 2,68 5,27
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 100,00 5,06 100,00 5,25 100,00 4,76 100,00 4,9 100,00 5,11
9
Kecenderungan Peningkatan Kinerja Industri.....

• Meningkatnya kinerja industri pengolahan terindikasi oleh perbaikan


kinerja industri Mikro dan Kecil (MKM, serta Industri besar dan sedang
(IBS), dorongan ekpor terhadap terhadap produk utama yang meningkat
pada triwulan IV 2016.
• Perkembangan Kredit Investasi menunjukkan peningkatan pada Triwulan IV
2016. seiring dengan membaiknya kinerja Industri Besar dan Sedang serta
industri mikro dan kecil.

Perkembangan Indeks Industri Mikro dan Kecil Perkembangan Indeks Industri Besar dan Sedang Perkembangan Ekspor D.I Yoyakarta

10
Penurunan Tingkat Kemiskinan dan Pengangguran Melambat
• Tingkat pengangguran di D.I Yogyakarta lebih rendah dibandingkan dengan tingkat pengangguran
nasional. Secara umum, pola pergerakan penurunan dan peningkatan tingkat pengangguran
terbuka DI. Yoyakarta sama dengan pola pergerakan penurunan tingkat pengangguran nasional.
• Berbeda dengan tingkat pengangguran, tingkat kemiskinan DI. Yoyakarta tergolong tinggi dan
mengalami perlambatan penurunan. Selama empat tahun terakhir, tingkat kemiskinan DI.
Yogyakarta masih berada di kisaran 13 persen dan tidak mengalami penurunan yang signifikan.

Perkembangan TPT Provinsi D.I Yoyakarta Tengah 2011-2016 Perkembangan Tingkat Kemiskinan D.I Yogyakarta 2011-2016

Perkembangan TPT D.I Yogyakarta dan Nasional Persentase Penduduk Miskin DI. Yogyakarta
Tahun 2011-2016 (Agustus) Tahun 2011-2016 (Sept)
7.00 6.56 18
6.50 6.14 6.25 6.18 16.14
5.94 15.88
6.00 5.61 16 15.03
14.55
5.50
5.00 14 13.16 13.1
12.36
4.50 3.97 3.97 4.07 11.66
12 11.47 11.13
4.00 10.96 10.7
3.34 3.33
3.50
2.72 10
3.00
2.50
8
2.00
2011 2012 2013 2014 2015 2016 DI YOGYAKARTA INDONESIA
6
TPT D.I Yogyakarta TPT Nasional 2011 2012 2013 2014 2015 2016

11
Tingkat Kemiskinan Tinggi dan Produktivitas tenaga kerja sektor primer rendah
Penduduk Bekerja dan produktivitas Tenaga kerja menurut lapangan usaha Kondisi IPM Tahun 2015 Kabupaten/Kota di DI. Yogyakarta
Lapangan Usaha Penduduk Bekerja
Produktivitas Pengeluaran *)
(jiwa) (%) Tenaga Kerja Provinsi/Kabupaten AHH per Kapita (ribu
/Kota (tahun) EYS (tahun) MYS (tahun) rupiah per IPM
A. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 475.346 23,27 24,10 tahun)
B. Pertambangan dan Penggalian 21.172 1,04 28,02 Kulon Progo 75,00 13,55 8,40 8.688 71,52
C. Industri Pengolahan 282.309 13,82 51,53 Bantul 73,44 14,72 9,08 14.320 77,99
D. Pengadaan Listrik dan Gas 1.669 0,08 84,96 Gunung Kidul 73,69 12,92 6,46 8.336 67,41
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 5.902 0,29 19,45 Sleman 74,57 15,77 10,30 14.562 81,20
F. Konstruksi 13.849 6,55 76,85 Kota Yogyakarta 74,25 16,32 11,41 17.317 84,56
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 49.295 20,53 D.I YOGYAKARTA 74,68 15,03 9,00 12.684 77,59
22,26
INDONESIA 70,78 12,55 7,84 10.150 69,55
H. Transportasi dan Pergudangan 66.367 3,25 94,22
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 187.179 9,16 60,13
J. Informasi dan Komunikasi 10.828 0,53 827,25
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 28.391 1,39
Kondisi Kemiskinan Kab./Kota di Provinsi D.I Yogyakarta Tahun 2015, (persen)
152,94
L. Real Estat 4.070 0,20 1.918,50
M,N. Jasa Perusahaan 26.035 1,27 42,83 25.00
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 74.638 3,65 123,49 21.40 21.73

P. Jasa Pendidikan 149.608 7,33 60,75 20.00


Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 48.588 2,38 56,89 16.33
R,S,T,U. Jasa lainnya 107.154 5,25 26,36 15.00 14.91
Jumlah 2.042.400 100,00 53,91
11.22
• Kondisi IPM Kabupaten/kota di Provinsi Yogyakarta tergolong cukup tinggi, 10.00
kecuali Kab. Gunung Kidul masih tertinggal dengan IPM jauh berada dibawah 9.46 8.75
rata-rata IPM provinsi dan nasional 5.00

• Sementara untuk kondisi kemiskinan rata-rata masih relatif tinggi, khususnya 0.00
di 3 kabupaten (Kulonprogo, Bantul, dan Gunung Kidul) Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman Kota Yogyakarta

• Sebagian besar penduduk berkerja masih tergantung di sektor pertanian,


Kemiskinan Kab/Kota Kemiskinan Provinsi Kemiskinan Nasional
industri pengolahan, dan sektor perdagangan. Namun produktivitas di sektor
tersebut relatif rendah dibandingkan produktivitas sektor real estat, sektor
informasi dan komunikasi. IPM Nasional. 12
IPM meningkat namun masih dibawah rata-rata nasional
Perkembangan IPM Provinsi D.I Yogakarta • Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi D.I Yogyakarta terus menunjukkan
peningkatan di enam tahun terakhir, dan berada diatas rata-rata IPM
80 78.38
nasional.
78 77.59
76.81
76 75.37 75.93 76.15 76.44
• IPM Provinsi Yogyakarta secara nasional berada di urutan 2 dibandingkan
74 seluruh 34 Provinsi di Indonesia
72 70.18
70 68.31 68.9
69.55 • Dibandingkan secara nasional, seluruh komponen pembentuk IPM di
67.7
68 66.53 67.09
Provinsi D.I Yoyakarta lebih tinggi dari IPM Nasional.
66
64
Perbandingan IPM Per Provinsi 2016
62
60
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 90
78.38
IPM DI Yogyakarta IPM Nasional 80 70.18
70
60

Perkembangan Komponen IPM Yogyakarta 50


40
34
30 31 32 33
28 29 30
23 24 25 26 27
20 22
19 20 21
D.I Yogyakarta Nasional 13 14 15
16 17 18
Indikator 10 8 9 10 11 12
2015 2016 2015 2016 0 1 2 3 4 5 6 7

IPM 77,59 78,38 69,55 70,18

SUMATERA BARAT
JAWA BARAT

KALIMANTAN BARAT
NUSA TENGGARA BARAT
SULAWESI BARAT

PAPUA BARAT
DI YOGYAKARTA

SULAWESI UTARA

SUMATERA UTARA

KALIMANTAN UTARA

MALUKU UTARA

PAPUA
DKI JAKARTA

SULAWESI TENGGARA
BALI

JAMBI

GORONTALO
KALIMANTAN TIMUR

JAWA TIMUR

SUMATERA SELATAN

NUSA TENGGARA TIMUR


RIAU

BANTEN

SULAWESI SELATAN

BENGKULU

KALIMANTAN SELATAN
KEP. RIAU

MALUKU
LAMPUNG
KEP. BANGKA BELITUNG
ACEH

JAWA TENGAH

KALIMANTAN TENGAH

SULAWESI TENGAH
Angka Harapan Sekolah 15,03 15,23 12,55 12,72
Rata-Rata Lama Sekolah 9,0 9,12 7,84 7,95
Angka Harapan Hidup 74,68 74,71 70,78 70,9
Pengeluaran Perkapita Rp. 12.684 Rp. 13.229 Rp.10.149 Rp.10.420
IPM Provinsi IPM Nasional Ranking IPM
13
Isu Kesenjangan di Provinsi DI Yogyakarta
Kesenjangan Antarindividu
Ratio Gini Provinsi 2015 Ratio Gini Provinsi 2016 Distribusi Distribusi
Kep. Bangka Belitung 0,28 Provinsi Perubahan (%)
Kep. Bangka Belitung 0,28 PDRB 2010 PDRB 2016
Maluku Utara 0,28 Maluku Utara 0,29
Kalimantan Utara 0,29 Kalimantan Utara 0,30 DKI Jakarta 15,66 17,21 1,55
Kalimantan Timur 0,32
Aceh 0,33
Sumatera Utara 0,32 Jawa Barat 13,21 13,09 -0,12
< 0,35 Kalimantan Barat 0,33 Kalimantan Timur 0,32 Jawa Tengah 9,08 8,63 -0,45
Kalimantan Tengah 0,33 < 0,35 Aceh 0,33
DI Yogyakarta 0,94 0,87 -0,07
Sumatera Utara 0,34 Sumatera Barat 0,33
Sumatera Barat 0,34 Kalimantan Tengah 0,33 Jawa Timur 14,43 14,64 0,21
Nusa Tenggara Timur 0,34 Banten 3,95 4,08
Maluku 0,34
Kalimantan Selatan 0,33 0,13
Kalimantan Selatan 0,35 Nusa Tenggara Timur 0,34 JAWA 11,45 11,70 0,25
Riau 0,36 Kalimantan Barat 0,34
Jambi 0,36 Riau 0,35
Sumatera Selatan 0,36 Jambi 0,35 PDRB Perkapita ADHB (Rp. Juta)
Kep. Riau 0,36
Sumatera Selatan 0,35 Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015
Sulawesi Barat 0,36
0,35 - 0,40 Nusa Tenggara Barat 0,37 Kep. Riau 0,35 Kab. Kulonprogo 13,95 14,84 16,10 17,25 18,59
Sulawesi Utara 0,37 Maluku 0,35 14,41 15,53 17,04 18,55 20,06
Sulawesi Tengah 0,37 Bengkulu 0,36
Kab. Bantul
Bengkulu 0,38 Kab. Gunungkidul 14,22 15,23 16,47 17,75 19,34
0,35 - 0,40 Lampung 0,36
Lampung 0,38 Kab. Sleman 21,29 22,79 24,78 26,69 28,91
Nusa Tenggara Barat 0,36
Jawa Tengah 0,38
Bali 0,38 Sulawesi Tengah 0,36 Kota Yogyakarta 48,40 51,65 55,97 60,53 65,15
Banten 0,40 Sulawesi Barat 0,36
Sulawesi Tenggara 0,40 Jawa Tengah 0,37
Jawa Barat 0,41 Bali 0,37
• Kesenjangan antar individu di Provinsi DI Yogyakarta pada tahun 2015 masih tinggi, hal
Jawa Timur 0,42 tersebut terlihat pada nilai ratio gini yang sebesar 0,43, namun dalam perkembangannya
Papua Barat 0,37
Sulawesi Selatan 0,42
> 0,40
Gorontalo 0,42 Banten 0,39 nilai ratio ini mengalami penurunan di tahun 2016 yaitu sebesar 0,42.
Papua 0,42 Sulawesi Utara 0,39 • Peran Wilayah Sumatera dan Jawa mendominasi PDB nasional. Kontribusi Provinsi DI
DKI Jakarta 0,43 Papua 0,39 Yogyakarta terhadap nasional mengalami penurunan sebesar 0,07 persen pada tahun
DI Yogyakarta 0,43 Jawa Timur 0,40
Papua Barat 0,44 2016, jika dibandingkan dengan kontribusi pada tahun 2010.
Sulawesi Tenggara 0,40
> 0,40 • Perkembangan PDRB perkapita dalam lima tahun terakhir menunjukan peningkatan di
DKI Jakarta 0,41
Jawa Barat 0,41 semua kabupaten/kota, namun diperbandingkan antar wilayah menujukan adanya gap
DI Yogyakarta 0,42 yang cukup tinggi antara PDRB perkapita tertinggi (Kota Yogyakarta) dengan PDRB
Gorontalo 0,42 perkapita terrendah (Kabupaten Kulon Progo).
Sulawesi Selatan 0,43
14
Penutup

15
Penutup
• Tujuan utama penyusunan Profil dan Analisis Daerah adalah untuk memperkuat analisis
pembangunan untuk menjawab pertanyaan kenapa suatu wilayah tumbuh tinggi atau
rendah/berkembang, prospek pembangunan di masa depan serta proyek yang dapat
mendukung pembangunan daerah.
• Profil dan analisis kinerja pembangunan daerah disiapkan oleh Direktorat
Pengembangan Wilayah dan Kawasan, sementara permasalahan dan isu strategis,
usulan prioritas pembangunan daerah disusun berdasarkan hasil analisis dan FGD
dengan stakeholder di daerah.
• Melalui profil dan analisis pembangunan daerah selanjutnya akan disusun rekomendasi
kebijakan pembangunan di tiap daerah kepada berbagai sektor di Bappenas untuk
kemudian menjadi masukan dalam penyusunan rencana pembangunan nasional tahun
berikutnya.
• Untuk itu, kami mohon tanggapan dan masukan terhadap analisis data dan informasi
yang telah disusun serta identifikasi kebutuhan data dan informasi yang masih
dibutuhkan di masing-masing daerah.
16
Sekian dan Terima Kasih

17
Lampiran
Rencana Pengembangan Wilayah Jawa Tahun 2018
Pariwisata Kep.Seribu
Kab. Kep.Seribu, DKI Jakarta

PEMBANGUNAN MRT PEMBANGUNAN BANDAR UDARA

PEMBANGUNAN JALAN BEBAS


HAMBATAN
PENGEMBANGAN PELABUHAN TOL LAUT

KI Kendal
KEK TANJUNG LESUNG Kab. Kendal, Jawa Tengah KI Gresik
Kab. Pandeglang, Banten Kab. Gresik,
Pariwisata Jawa Timur
Pariwisata Bromo-Semeru
PEMBANGUNAN AKSES KERETA API MENUJU
BANDARA & PELABUHAN
Borobudur dan Jawa Timur
sekitarnya
Kab. Magelang, Jawa Tengah

PEMBANGUNAN JALAN DAN KERETA API PEMBANGUNAN JALUR GANDA Indikator Prov. DI.Yogyakarta 2018
MENDUKUNG KSPN KERETA API Pertumbuhan Ekonomi Min 5%
Tingkat Kemiskinan Max 14%
Tingkat Pengangguran Max 3%
Wilayah Jawa
Sektor-sektor penggerak perekonomian
Laju Pertumbuhan Ekonomi Min 5%
1. Industri Pengolahan
Tingkat Kemiskinan Max 10% Kawasan Strategis Prioritas Nasional 2018
2. Perdagangan besar dan eceran
Tingkat Pengangguran Terbuka Max 6% 3. Konstruksi Kawasan Strategis Prioritas RPJMN 2015-2019
4. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
Lokasi prioritas penurunan tingkat kemiskinan :
1. Provinsi D.I Yogyakarta
Lokasi prioritas penurunan tingkat pengangguran 2. Provinsi Jawa Tengah
tebuka : 3. Provinsi Jawa Timur
1. Provinsi Jawa Barat 4. Provinsi Jawa Barat
2. Provinsi Banten
19

Anda mungkin juga menyukai