Anda di halaman 1dari 34

Bab 13: Manajemen dan Evaluasi Proyek

13.1 Konteks Proyek


Pembahasan mengenai manajemen dan evaluasi proyek ini menjelaskan
aspek-aspek khusus proyek administrasi pertanahan, serta bagaimana merancang
dan mengevaluasi keseluruhan sistem. Bab ini bukan petunjuk pelaksanaan, juga
bukan pembahasan topik yang terperinci. Namun akan memperkenalkan alat-alat
manajemen yang bermanfaat. Bab ini juga akan menyorot keuntungan,
kelemahan, isu, dan masalah yang terkait dengan manajemen proyek. Secara
praktis, pembahasan perlu diperluas dengan informasi khusus yang dapat
ditemukan di banyak sumber buku tentang manajemen dan evaluasi proyek, serta
banyak deskripsi proyek di Internet dari organisasi seperti Bank Dunia dan
banyak organisasi bantuan pembangunan dan LSM yang terlibat dalam PAP di
negara-negara berkembang. Aspek kunci dari PAP adalah untuk meningkatkan
kualitas hidup di wilayah yang terkena dampak (gambar 13.1). Maka dari itu, PAP
perlu dirancang dan dikelola dengan cermat.
Meski begitu, tanpa dukungan politik dan kepemimpinan dari pemerintah,
sistem administrasi pertanahan tidak akan berhasil, bahkan tidak dapat dimulai.
Misalnya, pemerintah dapat memutuskan bahwa suatu negara membutuhkan pasar
tanah yang lebih efisien. Sebuah proyek dengan tujuan tersebut memiliki peluang
kesuksesan jika dasar ekonomi, sosial, dan lingkungan yang kuat telah diakui dan
memiliki kemauan politik. Bagi sebagian besar negara berkembang, organisasi
seperti Bank Dunia memberikan pinjaman dan saran yang substansial, sementara
bantuan teknis yang berkualitas tinggi dan sesuai biasanya diberikan oleh negara
asing melalui program bantuan pembangunan. Sebuah desain proyek yang tepat
mungkin dapat dijalankan, tetapi tanpa pemberdayaan politik yang nyata, proyek
tersebut akan gagal. Pada tahap awal, konfirmasi komitmen terhadap proyek dan
kepemimpinan di tingkat pemerintahan tertinggi sangat pentin. Hal tersebut
idealnya berasal dari perdana menteri atau presiden,. Selain itu, setiap proyek
membutuhkan “pemenang” yang memiliki tanggung jawab manajemen yang jelas.
Itu menjadi hal yang penting terutama ketika penyumbang internasional tidak
setuju dengan negara tuan rumah atau penerima mengenai prioritas dan strategi.
Kesulitan juga dapat muncul ketika konsultan internasional untuk proyek tersebut,
yang dibayar oleh donor internasional, dan negara penerima memiliki prioritas
yang berbeda. Dalam hal ini, dibutuhkan kepemimpinan yang kuat untuk
menyeimbangkan ambisi masing-masing pihak dan merundingkan jalan ke
depannya.

13.2 Merancang dan Membangun Sistem Administrasi Pertanahan


Perumusan strategi yang jitu dalam merancang, membangun, dan
mengelola PAP sangat penting demi implementasi yang efektif. Namun, itu juga
harus dilakukan dengan hati-hati pendekatan yang diambil tidak terlalu ketat.
Dalam hal ini, visi dan rencana sangat penting untuk pendanaan dan implementasi
proyek. Namun, seringkali rahasia keterlibatan pemerintah dan keberhasilan
proyek adalah “oportunisme tambahan”—yaitu, bergerak ketika langkah itu benar.
Fleksibilitas sangat penting, meskipun tidak selalu cocok dengan penyumbang,
yang mungkin mengharapkan kontrol yang lebih ketat.
Pengelolaan PAP dan evaluasi SAP yang digunakan untuk mengelolanya
memerlukan keahlian dan pengalaman yang cukup yang mengacu pada
manajemen proyek umum dan teknik evaluasi, yang kemudian dimodifikasi agar
sesuai dengan proyek. Dalam pembahasan ini, konteksnya adalah merancang dan
membangun proyek sertifikasi tanah, administrasi pertanahan, atau kadaster yang
berdiri sendiri di negara berkembang. Itu adalah inisiatif utama bagi organisasi
seperti Bank Dunia sejak tahun 1980-an. Proyek-proyek ini secara umum disebut
sebagai proyek-proyek SAP, meskipun sering kali secara resmi disebut proyek-
proyek “pemberian sertifikat tanah”, “administrasi tanah”, “pengelolaan tanah”,
atau “kadaster”. Kebanyakan proyek-proyek ini adalah proyek SAP yang berdiri
sendiri, meskipun mereka sering menjadi bagian dari proyek reformasi struktural
yang lebih besar.
Fokus pada proyek SAP besar di negara berkembang mempertimbangkan
semua aspek manajemen proyek, termasuk budaya, teknis, keuangan, operasional
dan manajemen, kelembagaan, hukum, pendidikan dan pelatihan, dan faktor
politik. Kebanyakan pertimbangan ini juga relevan dengan proyek di negara maju,
di mana secara realistis, rekayasa ulang lengkap SAP jarang terjadi. Negara-
negara maju lebih mungkin untuk melakukan restrukturisasi parsial—misalnya,
ketika sebuah negara mengotomatiskan pendaftaran tanahnya, memperkenalkan
kadaster terkoordinasi, atau mengubah pengangkutan berbasis kertas menjadi
sistem elektronik atau digital. Meskipun demikian, evaluasi lengkap SAP sering
kali diperlukan di negara maju, dan kapasitas untuk mengevaluasi kinerja LAS
total juga relevan.

LAYANAN DAN ALAT PROFESIONAL


Pada dasarnya, semua proyek berbeda-beda dan pasti akan memiliki
karakteristiknya sendiri. Oleh karena itu, mengidentifikasi, mempersiapkan,
menerapkan, mengevaluasi, dan memantau proyek-proyek SAP (Sistem
Administrasi Pertanahan) merupakan proses kompleks yang memerlukan keahlian
dan pengalaman manajemen profesional. Keahlian ini meliputi keterampilan
dalam konsultasi masyarakat dan aspek antropologi, analisis studi kasus,
perencanaan strategis, dan keahlian teknis dalam survei dan pemetaan hingga
keahlian administrasi dan hukum dalam kebijakan pertanahan dan undang-undang
terkait.
Keahlian manajemen sangat penting, termasuk penggunaan alat
manajemen seperti:
 Analisis SWOT—alat perencanaan strategis yang digunakan untuk menilai
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (SWOT) untuk proyek masa
di masa mendatang
 Diagram tulang ikan untuk membantu dalam identifikasi masalah
 Analisis kerangka kerja logis (LFA), atau "LogFrame"—definisi proyek
dan metodologi desain yang secara jelas mengidentifikasi tujuan proyek
 Diagram Gantt—diagram batang sederhana yang menunjukkan jadwal
proyek, manajemen keuangan, pengadaan, dan pengaturan manajemen
kontrak

Alat-alat ini digunakan bersamaan dengan alat yang paling penting dari
semuanya yaitu kemampuan untuk mengelola proyek secara strategis dari awal
hingga akhir. "Siklus proyek" atau alur kerja manajemen tersebut memberikan
pendekatan sistematis untuk manajemen proyek untuk kehidupan proyek dan
seterusnya.

MENGEMBANGKAN KERANGKA REKA ULANG


Membuat garis besar tentang kerangka tekanan dan proses yang terkait
dengan reformasi administrasi pertanahan akan membantu peserta memahami apa
yang terlibat dalam desain proyek. Dua komponen kunci dari kerangka tersebut
adalah visi hubungan masyarakat-ke-tanah yang baru dan konsep yang baik bagi
sistem administrasi pertanahan yang sedang dikembangkan. Penggerak perubahan
global, seperti kebutuhan akan pembangunan berkelanjutan, akan membantu
mendikte visi baru tentang hubungan antarmanusia. Visi ini dapat mencakup
pengentasan kemiskinan, pemerataan sosial, pengelolaan lingkungan, atau
pembangunan ekonomi. Namun, setiap negara memiliki beberapa bentuk sistem
administrasi pertanahan, serta visi baru dan proses perencanaan strategisnya
sendiri-sendiri, sehingga menghasilkan model konseptual untuk SAP baru.
Biasanya, sebuah proyek dirancang untuk membangun dan
mengimplementasikan SAP baru. Mengingat kompleksitas dan waktu, proyek
yang dilaksanakan pasti tidak memberikan sistem konseptual yang “ideal”.
Namun, proyek yang sukses akan menghasilkan sistem yang realistis dan
operasional, yang kemudian dievaluasi kembali dan dijadikan tolok ukur terhadap
indikator kinerja utama. Seiring waktu, umpan balik ini, bersama dengan
penggerak eksternal yang baru atau yang dimodifikasi, secara tidak langsung akan
menghasilkan hubungan masyarakat-ke-tanah yang baru atau yang dimodifikasi
yang memerlukan SAP konseptual baru. Dan begitulah, proses itu berulang.
Empat langkah kunci dalam kerangka kerja ini adalah:
1. Pengembangan visi baru untuk hubungan masyarakat-ke-tanah
2. Proses evaluasi SAP untuk mengembangkan konsep baru SAP
3. Proses implementasi model konseptual menggunakan metodologi proyek SAP
4. Proses meninjau, mengevaluasi, dan membandingkan SAP baru dari waktu ke
waktu, yang mengarah pada pengulangan langkah-langkah sebelumnya
Pendekatan multitahap memastikan bahwa reformasi SAP dan RAP tidak
dilakukan secara ad hoc berdasarkan pemahaman tentang kondisi lokal. Hal
tersebut mengimbangi kecenderungan untuk mendasarkan desain proyek pada
intuisi, alih-alih mengandalkan pengalaman dan akal sehat yang diinformasikan
oleh pemahaman menyeluruh tentang situasi lokal.

LANGKAH 1: MENGEMBANGKAN VISI DAN TUJUAN SAP


Agar proyek berhasil, harus memenuhi kebutuhan nyata di masyarakat. Di
sebagian besar negara, masalah tanah adalah masalah politik utama. Namun, hasil
politik murni tidak cukup. Reformasi atau rekayasa ulang SAP membutuhkan
komitmen besar yang hanya dapat dibenarkan dengan tujuan mencapai hasil yang
signifikan, seperti pengurangan kemiskinan, keadilan sosial dan keamanan
terhadap semua kepemilikan, akses yang adil pada pertanahan, atau pembangunan
ekonomi. Proyek SAP perlu menjadi bagian penting dari tujuan umum
pemerintah, atau bagian dari rencana nasional. Tanpa pembenaran yang luas,
proyek akan kekurangan artikulasi visi dan tujuan, sehingga sulit untuk
dilaksanakan bahkan tidak mungkin dilaksanakan, untuk memetakan jalur
pengembangan yang jelas.
Pengembangan visi administrasi pertanahan suatu negara juga merupakan
komponen penting dari setiap proses reka ulang. Reformasi administrasi
pertanahan pada dasarnya bersifat jangka panjang, dan peta jalan yang jelas sangat
penting untuk memastikan bahwa semua perkembangan dan perubahan
berkontribusi pada visi SAP secara keseluruhan. Kompleksitas SAP menunjukkan
bahwa proyek harus terdiri dari subproyek “ukuran bite” yang memiliki fokus
yang jelas—misalnya, mengelola satu kategori hubungan masyarakat-ke-tanah
(yaitu, hak pribadi individu atau hak tradisional). Sub-proyek ini perlu dilakukan
sebagai bagian dari visi yang disepakati dan dalam strategi administrasi
pertanahan yang luas untuk yurisdiksi tersebut.

Model Administrasi Pertanahan—Kriteria Desain


Langkah pertama yang penting dalam proses desain adalah
mempertimbangkan prioritas pembangunan negara secara menyeluruh selain
lingkungan yang ada dan memprioritaskan kegiatan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan kebijakan. Misalnya, jika pengentasan kemiskinan mungkin
menjadi tujuan kebijakan utama, keputusan perlu dibuat apakah akan berfokus
pada masyarakat miskin perkotaan atau pedesaan atau masyarakat adat. Jika
pertumbuhan kegiatan ekonomi dari pasar tanah yang lebih efisien merupakan
prioritas utama pemerintah, maka fokusnya mungkin pada sektor perkotaan,
dengan fokus khusus pada peningkatan keamanan kepemilikan sebagai dasar
agunan untuk pinjaman bank yang lebih besar. Pada dasarnya, itu memerlukan
hubungan yang jelas antara prioritas dan kebijakan-kebijakan prioritas pemerintah
dan inisiatif kebijakan terkait tanah yang aktual.

Geografi
Perancang PAP harus dengan jelas mengidentifikasi di mana proyek atau
subproyek akan dilaksanakan. Pada kenyataannya, jika desain SAP terdiri dari
seluruh negara, biasanya cakupan operasional tidak mungkin berasal dari seluruh
lanskap nasional. Pemerintah penerima dan penyumbang proyek akan fokus pada
bidang prioritas yang diidentifikasi oleh tekanan politik, seperti daerah perkotaan
dengan sektor informal yang besar, daerah pedesaan dengan penduduk asli yang
besar yang beroperasi di sektor informal, tanah bernilai tinggi di daerah pedesaan
yang sudah berada di sektor formal, atau hutan atau tanah negara. Apapun desain
nasionalnya, setiap daerah akan menghadirkan ciri khas yang unik dan
membutuhkan strategi yang berbeda.

Gambar 13.3 Diagram tulang ikan biasanya digunakan untuk mengidentifikasi


masalah utama yang dirancang untuk ditangani oleh PAP.

Memahami "Masalah" dalam Konteks Pembangunan


Langkah awal yang penting dalam merancang PAP adalah dengan jelas
mengidentifikasi “masalah” utama yang perlu ditangani oleh sistem atau, dengan
kata lain, tujuan proyek. Sebuah tujuan PAP kemungkinan sesuai atau tidak sesuai
dengan prioritas pemerintah dan tujuan pembangunan yang ada. Namun, biasanya
masalah terkait tanah ini dimasukkan dalam tujuan rencana pembangunan
nasional suatu negara. Tujuan utamanya mungkin adalah promosi pembangunan
ekonomi melalui pasar tanah yang efisien, tetapi pengurangan kemiskinan juga
sama pentingnya. Promosi kelestarian lingkungan, tata pemerintahan yang baik,
dan kesetaraan gender juga merupakan tujuan utama nasional. Tujuan-tujuan ini
cenderung menjadi fokus penting dari lembaga-lembaga pendanaan, termasuk
Bank Dunia dan lembaga-lembaga bantuan pembangunan seperti USAID, Badan
Pembangunan Internasional AS; AusAID, badan bantuan luar negeri pemerintah
Australia; GTZ Jerman; CIDA, Badan Pembangunan Internasional Kanada; dan
SIDA, Badan Kerjasama Pembangunan Internasional Swedia.
Proses identifikasi masalah yang akan diselesaikan biasanya dilakukan
melalui lokakarya pemangku kepentingan, yang membahas masalah dan potensi
hambatan. Seringkali, analisis SWOT digunakan untuk memfokuskan pada
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam lingkungan administrasi
pertanahan saat ini. Identifikasi masalah sering disajikan dan dianalisis dalam
diagram tulang ikan (atau diagram Ishikawa) yang biasa digunakan dalam proses
manajemen mutu standar (gambar 13.3). Ini membantu dalam analisis masalah
dan dalam memahami hubungan sebab-akibat yang akan mempengaruhi desain
proyek.

LANGKAH 2: MEMAHAMI SISTEM YANG ADA


Pada saat persiapan proyek, sistem terkait tanah yang sudah ada dan proses
terkait kepemilikan tanah, transfer, pewarisan, pengembangan, penyewaan, dan
sebagainya harus didokumentasikan dengan jelas secara rinci, baik sistem formal
maupun informal. Ada banyak informasi tentang bagaimana membentuk
pemahaman tentang SAP yang ada, sebagian besar berasal dari antropologi.
Manusia dan tanah tidak dapat dipisahkan, sehingga sistem administrasi
pertanahan yang operasional akan terkait erat dengan struktur sosial dan budaya
suatu negara. Oleh karena itu, langkah kunci dalam proses reformasi SAP—atau
reka ulang—adalah memahami kondisi lokal dan sistem administrasi pertanahan
saat ini dari perspektif hukum, teknis, kelembagaan, sosial, ekonomi, dan politik.
Proses observasi ini memiliki banyak kesamaan dengan pendekatan yang
dilakukan oleh para antropolog.
Studi kasus terperinci perlu dilaksanakan yang mana mencakup dimensi
politik, hukum, sosial, antropologis, lingkungan, ekonomi, dan teknis. Fokusnya
harus melihat kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat, yang tinggal
di daerah perkotaan, pedesaan, pesisir, pegunungan, dan hutan, untuk
mendiagnosa apakah mereka menggunakan proses formal atau informal.
Bagaimana orang mengkonseptualisasikan dan menilai bahwa tanah perlu
didokumentasikan. Pemahaman penuh seringkali bisa memakan waktu berbulan-
bulan, bahkan bertahun-tahun, tetapi hal tersebut akan memastikan bahwa langkah
selanjutnya dalam proses desain mudah diimplementasikan. Sekali lagi, analisis
SWOT dapat membantu dalam memahami sistem yang sudah ada dan
mengidentifikasi masalah.
Sebuah alternatif, pendekatan tiga tahap untuk reformasi SAP, awalnya
dirancang untuk sistem kadaster, ditunjukkan pada Gambar 13.4. Tahap pertama
menggunakan studi kasus untuk membentuk gambaran umum sistem. Studi kasus
tidak boleh bersifat tokenistik atau terlalu berpusat pada penyumbang, karena
masalah seperti itu mungkin tidak relevan dengan situasi. Jika gambaran besar dan
beberapa bidang minat utama telah dipahami, tahap perbandingan selanjutnya
dapat dilakukan. Dalam contoh ini, sistem administrasi pertanahan di wilayah
hukum yang diteliti akan dibandingkan dengan sistem serupa untuk
mengidentifikasi perbedaan dan persamaan, serta keterkaitan antar wilayah
hukum.

Menggambarkan Setiap Komponen Lokal dalam Paradigma Pengelolaan


Pertanahan
Penting untuk mempertimbangkan bagaimana suatu negara berhubungan
dengan setiap elemen paradigma pengelolaan pertanahan. Pendekatan studi kasus
dapat digunakan dalam mengembangkan strategi SAP. Persiapan proyek
melibatkan penyelidikan, pemahaman, dan pendokumentasian komponen-
komponen ini sebagai informasi latar belakang. Seringkali, baik pemerintah
maupun lembaga pemberi pinjaman berulang kali mencoba mengurangi waktu
yang dialokasikan untuk memahami lingkungan terkait pertanahan, sehingga hal
tersebut merugikan proyek secara jangka panjang. Aspek-aspek yang perlu
ditelaah antara lain:
 Konteks negara, termasuk sistem hukum, lembaga pemerintah, struktur
politik, dan peran peradilan. Populasi, indikator demografi utama, jumlah
bidang tanah, dan jenis kepemilikan juga perlu diperiksa. Memahami
masalah sosial yang mendasarinya, seperti jenis dan jumlah sengketa tanah
dan bagaimana penyelesaiannya atau penting juga untuk mengetahui
apakah sengketa tersebut tidak terselesaikan. Peran kepala daerah atau
tetua desa atau pengadilan dalam menyelesaikan sengketa tanah, dan juga
termasuk penundaan pengadilan dalam mendapatkan sengketa tanah yang
diselesaikan.
 Kerangka kebijakan pertanahan yang telah diterapkan, termasuk
bagaimana suatu negara saat ini menangani tanah negara, tanah komunal
dan tanah adat, milik pribadi, tanah sewa, kepemilikan sumber daya, dan
tanah dalam sistem informal dan formal. Kepemilikan asing, lingkungan
hidup, pertambangan, hak atas air, pemanfaatan hutan negara, dan
lingkungan laut merupakan beberapa peraturan perundang-undangan
terkait pertanahan yang perlu didokumentasikan.
 Prasarana informasi pertanahan yang ada, termasuk pemetaan dan
pencatatan tanah terkini, baik dalam bentuk digital maupun hard copy.
 Dokumentasi yang cermat tentang kepemilikan dan penggunaan tanah
yang berbeda di seluruh negeri. Ini harus terkait dengan semua bidang
tanah (termasuk bangunan) terlepas dari kepemilikan dan penguasaan.
Menghubungkan tenurial dengan bidang tanah itu jauh lebih signifikan,
karena menunjukkan upaya yang diperlukan untuk melaksanakan proyek
tersebut.
 Pemahaman menyeluruh tentang nilai tanah, praktik penilaian, dan operasi
bank dan lembaga pemberi pinjaman, termasuk kebijakan mereka untuk
menggadaikan, meminjamkan, dan pemulihan utang. Ini termasuk
memahami pengoperasian pasar tanah di daerah perkotaan dan pedesaan.
 Pemahaman menyeluruh tentang pengendalian penggunaan tanah dan
praktik pembangunan, apakah itu subdivisi tanah untuk pembangunan
perumahan atau pembangunan bertingkat, komersial, atau industri, atau
apakah pembangunan dapat dikendalikan.
 Yang terpenting adalah, semua kegiatan ini harus diselidiki dalam konteks
sosial dan ekonomi. Memahami lingkungan sosial dan ekonomi
membutuhkan pemahaman tentang kapasitas orang dan institusi di dalam
suatu negara dan terutama pemahaman kognitif yang dimiliki masyarakat
tentang penggunaan tanah di berbagai bagian negara. Sederhananya,
sangat penting untuk menyelaraskan setiap sistem administrasi pertanahan
yang baru atau lebih baik dengan bagaimana orang benar-benar berpikir
dan berhubungan dengan tanah.

Gambar 13.4 Dalam metodologi reformasi kadaster, studi kasus digunakan untuk
perbandingan untuk sampai pada solusi.

STUDI KASUS
Analisis lokasi
Perumusan hipotesis
Studi kasus
Deskripsi sistem dalam konteks prinsip kadaster

PERBANDINGAN
Etnografi masing-masing yurisdiksi
Pengembangan definisi dan klasifikasi
Identifikasi keterkaitan intra-yurisdiksi
Identifikasi keterkaitan antar-yurisdiksi
Pengujian hipotesis lintas yurisdiksi dalam konteks prinsip kadaster yang diterima

SOLUSI
Memperoleh solusi dan memodifikasi untuk yurisdiksi tertentu
Merancang solusi khusus yurisdiksi
Memperoleh solusi tanpa modifikasi berdasarkan studi kasus, prinsip kadaster,
pengetahuan sebelumnya, dan perbandingan
Mendokumentasikan Proses dan Praktik Utama SAP
Dokumentasi proses kepemilikan tanah bersama, pengalihan tanah,
hipotek, sewa guna usaha dan pembagian, warisan, dan transisi sosial adalah inti
dari pemahaman dan reformasi SAP. Hal teersebut memerlukan studi rinci "waktu
dan gerak" dari setiap proses (lihat bab 4, "Proses administrasi pertanahan").
Melacak dengan cermat pemindahan tanah atau pembagian sebidang tanah dari
awal hingga akhir adalah hal yang sangat penting—dengan kata lain, mengikuti
“jejak dokumen” dan, di beberapa negara, “jejak uang”. Pemahaman rinci tentang
proses SAP ini memungkinkan reka ulang. Tanpa itu semua, reformasi SAP akan
gagal.

LANGKAH 3: MENERAPKAN MODEL KONSEPTUAL


Komponen Proyek SAP
Setelah menyelesaikan dua tahap pertama, kita bisa mulai
mengembangkan solusi berdasarkan strategi yang berhasil pada yurisdiksi lain
dan menyesuaikannya dengan yurisdiksi yang sedang dipelajari. Setelah inisiatif
kebijakan terkait tanah telah diidentifikasi dan diprioritaskan, maka desain proyek
yang sebenarnya dapat dimulai. Dari perspektif manajemen proyek, sejumlah
komponen penting biasanya diperlukan atau seharusnya dicantumkan dalam RAP
yang berhasil.
Misalnya, setelah sebuah proyek disusun, maka itu dapat dibagi menjadi
beberapa subproyek seperti:
 Pengembangan kebijakan pertanahan.
 Survei dan pemetaan bidang tanah.
 Ajudikasi hak, dan pembuatan dan penerbitan dokumen tanah.
 Pembangunan infrastruktur fisik, seperti gedung kantor pertanahan daerah
baru atau gedung kantor pusat baru. Ini juga dapat mencakup sistem
lemparan yang lebih baik atau pengembangan indeks terkomputerisasi.
 Pendidikan, pelatihan, dan penelitian yang terdiri dari serangkaian proyek
yang lebih kecil di tingkat universitas, perguruan tinggi teknik, dan “in-
house”, serta komitmen untuk penelitian berkelanjutan tentang isu-isu
terkait pertanahan. Itu seringkali menyertakan pusat pelatihan pemerintah.
 Fungsi manajemen, yang dapat mencakup keuangan, reformasi
kelembagaan, komputerisasi, kepemimpinan, dan manajemen proyek.
 Peningkatan kapasitas penilaian negara, kontrol penggunaan tanah dan
proses pengembangan tanah, pengelolaan lingkungan, manajemen risiko,
reformasi hukum, dan aliran keuangan swasta yang bersumber dari bank
untuk hipotek.
 Keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan serta media dan
paparan publik dan membangun kapasitas LSM dan masyarakat
profesional untuk mendukung proyek tersebut.

Menggunakan Praktik Terbaik dan Menerapkan Toolbox


Setelah subproyek ditentukan, prosesnya harus diikuti untuk menentukan
alat mana yang akan digunakan dari toolbox administrasi pertanahan yang paling
sesuai (lihat bab 12, “Toolbox administrasi pertanahan”). Misalnya, apakah
pendekatan sistematis atau sporadis akan digunakan untuk sertifikasi tanah? Apa
bentuk batas atau sistem hak yang akan digunakan? Akankah pendekatan
tambahan untuk mengeluarkan sertifikat tanah penuh akan digunakan, seperti
sertifikat yang memenuhi syarat atau sertifikat di mana batas-batasnya memenuhi
syarat? Haruskah proyek menjadi bagian dari inisiatif pemerintah lainnya, seperti
penyediaan pemetaan ortofoto skala besar sebagai bagian dari infrastruktur data
spasial nasional? Haruskah sistem kepemilikan bersifat yudisial atau administratif,
dan terpusat atau terdesentralisasi? Bagaimana sistem memastikan pengambilan
semua transaksi dan transisi sosial? Dan pertanyaan-pertanyaan terkait akan terus
berlanjut.

Peran Proyek Percontohan


Pilihan alat yang paling tepat sulit dan sering dipengaruhi oleh banyak
faktor seperti biaya, keberlanjutan jangka panjang, kapasitas sumber daya
manusia, dan lingkungan hukum atau sosial, dan lainnya. Namun pastinya,
pendekatan terbaik adalah menggunakan proyek percontohan untuk mencoba
berbagai pendekatan dan menguji penerapannya. Ancaman terbesar bagi
kesuksesan adalah pengenaan solusi siap pakai atau "satu ukuran untuk semua".
Ancaman lainnya adalah ketika pemerintah mulai percaya bahwa membangun
atau mereformasi SAP terlalu sulit, sehingga mereka mempertimbangkan model
membangun, memiliki, mengoperasikan, mentransfer (BOOT) yang dibuat dan
dikelola oleh sektor swasta. Hanya ada sedikit pendekatan BOOT yang berhasil
dalam administrasi pertanahan, terutama pada tahap awal pembangunan pasar
tanah di negara berkembang. Mereka cenderung melembagakan pengaturan silo
yang tidak diinginkan dan mencegah akses terbuka pada informasi.

Analisis Sosial dan Ekonomi (Studi Baseline dan Longitudinal)


Komponen penting dalam desain, implementasi, dan evaluasi RAP adalah
melakukan studi dasar sebelum proyek dimulai untuk memantau dampak proyek
di masa depan. Bentuk analisis ini dapat berupa studi dasar atau studi longitudinal,
yang biasanya berfokus pada indikator sosial dan ekonomi. Misalnya, investigasi
efektivitas SAP Vietnam di daerah pedesaan melibatkan sejumlah studi dasar
untuk memperkirakan dampak penerbitan sertifikat penggunaan tanah. Studi-studi
ini memperkirakan pengaruhnya terhadap pertumbuhan pasar tanah dan
penggunaan sertifikat penggunaan tanah untuk agunan pinjaman bank atau
hipotek (Smith dkk. 2007). Contoh lain dari studi longitudinal adalah yang
dilakukan untuk Proyek Sertifikasi Tanah Thailand (Feder dkk. 1988; Feder dan
Nishio 1998) untuk menilai sertifikasi tanah di daerah pedesaan, dan khususnya
apakah sertifikasi tanah meningkatkan nilai tanah di atas jumlah tahun. Studi
sosioekonomi dasar dan longitudinal memberikan indikator penting yang dapat
digunakan untuk pemantauan dan evaluasi proyek yang berkelanjutan.

Keterlibatan Masyarakat dan Pemangku Kepentingan (Pembangunan


Partisipatif)
Keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan adalah faktor penting
dalam keberhasilan SAP. Jika masyarakat tidak menginginkan atau membutuhkan
sebuah sistem atau tidak melihat manfaatnya, maka keberhasilan SAP hanya akan
memiliki sedikit peluang. Keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan
sangat penting di tingkat lokal, desa, atau masyarakat (Gambar 13.5), sehingga
masyarakat memahami proses dan hasil, dan konsep tenurial diselaraskan dengan
konsep yang digunakan sehari-hari. Selain itu, upaya serupa diperlukan untuk
memastikan keterlibatan semua pemangku kepentingan. Misalnya, mungkin itu
memerlukan upaya besar untuk memperkenalkan sistem baru jika surveyor dan
pengacara di sektor swasta profesional tidak mendukung dan tidak menemukan
hal yang menguntungkan dari SAP. Walaupun melibatkan masyarakat dan
pemangku kepentingan terbaik, proyek akan gagal tanpa komitmen politik dan
kepemimpinan serta perangkat yang sesuai dari toolbox administrasi pertanahan.
Dan bahkan, walau semua pihak puas, kegagalan akan terjadi jika kapasitas tata
kelola nasional tidak memadai.

Faktor Keberhasilan Utama


Untuk menghadapi ancaman kegagalan proyek, banyak upaya telah
dilakukan selama beberapa dekade untuk membuat daftar faktor-faktor penentu
keberhasilan untuk RPT. Berikut adalah ringkasannya:
 Komitmen politik jangka panjang dan kemenangan, terutama di tahap
awal. Ini penting untuk memastikan bahwa pertikaian pada pemerintah
yang tak terhindarkan, kecemburuan, mentalitas silo, dan persaingan
antardepartemen akan dikelola untuk kepentingan proyek.
 Tidak kalah pentingnya, kepemimpinan politik yang kuat diperlukan untuk
memastikan proyek tidak dibajak oleh elit profesional. Contoh yang paling
umum adalah pengenaan standar survei dan pemetaan yang mahal dan
tidak realistis oleh surveyor tanah, serta pengacara atau pengadilan yang
menghalangi pengenalan sistem kepemilikan, transaksi, dan administrasi
yang disederhanakan, sehingga membuat proyek gagal. Sebaliknya, LSM
dan organisasi profesi harus dilibatkan sejak awal.
 Keinginan masyarakat dalam hal pasar pertanahan dan, sistem administrasi
pertanahan.
 Visi dan tujuan yang jelas.
 Pendekatan evolusioner dan inkremental yang mengakui hak-hak yang ada
dan dasar kelembagaan, baik hak itu formal maupun informal.
 Pengaturan kelembagaan yang jelas, transparan, dan diterima yang
mengidentifikasi lembaga mana yang bertanggung jawab atas kegiatan-
kegiatan SAP. Membuat lembaga yang bertanggung jawab atas proyek
yang diterima di seluruh pemerintahan juga diperlukan.
 Desain sistem yang sesuai dengan kapasitas negara. Penunjukkan mitra
lokal yang sesuai untuk proyek tersebut juga merupakan hal penting.
Seringkali, hal tersebut tidak dilakukan. Jika pemutusan hubungan lokal
kemudian diperparah oleh kurangnya pendanaan pemerintah oleh negara
dimana tempat proyek dilaksanakan (hal yang biasa terjadi), maka
penundaan dan tekanan akan dirasakan oleh semua pihak.
 Komitmen untuk membangun kapasitas, baik orang maupun institusi,
terutama kapasitas untuk mengelola dan mengimplementasikan. Ini
termasuk komitmen untuk pendidikan, pelatihan, dan penelitian jangka
panjang. Walau pendidikan dan pelatihan sering kali hanya formalitas,
pada kenyataannya, banyak birokrat pemerintah di negara tuan rumah
memandang bahwa uang yang dikeluarkan untuk pendidikan dan pelatihan
sebagai “pemborosan sia-sia”. Pada saat yang sama, otoritas pemberi
pinjaman, termasuk bahkan Bank Dunia, terkadang terlalu fokus pada
output terukur, seperti jumlah bidang tanah yang disurvei dan diberi hak,
daripada mengembangkan kapasitas suatu negara untuk mengelola proyek
secara berkelanjutan. Kuncinya adalah bahwa setiap negara, dan setiap
proyek, harus memiliki kapasitas untuk melibatkan penerima manfaat
yang dimaksud dan untuk mentransfer pengetahuan dan tanggung jawab
kerja kepada mereka.
 Sebuah sistem di mana semua pemangku kepentingan diberi penghargaan
yang memadai dalam operasi SAP, baik di pemerintah maupun di sektor
swasta. Dengan kata lain, sistem di mana perilaku negatif seperti korupsi
dan perburuan rente diminimalkan dan tidak merusak kepercayaan publik
terhadap sistem.
 Pemahaman rinci tentang sistem yang ada dan proses administrasi
pertanahan.
 Undang-Undang pertanahan yang sederhana dan jelas yang memberikan
kejelasan, transparansi, dan keamanan. Sebuah proyek seringkali
membutuhkan reformasi hukum yang substansial untuk merekayasa ulang
lingkungan hukum yang kompleks di mana terdapat banyak undang-
undang dan peraturan, seringkali tumpang tindih dan kontradiktif, yang
mengarah pada ambiguitas, kebingungan, dan ketidakmampuan untuk
mengadopsi strategi atau proses yang jelas.
 Pendekatan holistik untuk desain proyek yang mencakup semua komponen
toolbox administrasi pertanahan dalam konteks paradigma pengelolaan
pertanahan. Sebuah desain yang didasarkan pada solusi teknis, terutama
yang mengasumsikan bahwa membangun SAP sama dengan membeli
perangkat lunak GIS dan kemudian membangun sistem yang pastinya
nanti akan gagal.
 Implementasi lokal dalam visi nasional. Masyarakat harus tertarik untuk
berpartisipasi baik di tahap awal maupun tahap selanjutnya, terutama
dengan membawa semua perubahan pemilikan tanah ke dalam sistem.
 Komitmen terhadap pendanaan, sumber daya, dan pemeliharaan SAP
jangka panjang yang berkelanjutan.
 Sistem sederhana yang berbiaya rendah. Kadang-kadang, proyek
dirancang secara mahal dan kompleks, sehingga sektor informal terus
berkembang di atas sektor formal. Di negara-negara berkembang,
pendekatan pro-miskin sangat penting untuk keadilan dan kesetaraan
sosial serta pembangunan ekonomi.

Gambar 13.5 Penduduk desa Kamboja berpartisipasi dalam PAP di tingkat lokal.

Analisis LogFrame (Kerangka Logis)


LogFrame adalah alat untuk merencanakan dan mengelola proyek
pengembangan. Ironisnya, walau LogFrames masih mendukung SAP di negara
berkembang, mereka jarang digunakan di negara maju. Hal tersebut hanya
menekankan perlunya mengadopsi pendekatan manajemen terbaik dalam situasi
tersebut. Di banyak lembaga pembangunan, LFA (LogFrame Analysis) digunakan
untuk menghubungkan berbagai keluaran dan masukan proyek yang diperlukan
untuk mencapai tujuan tertentu, di sepanjang garis LogFrame generik pada tabel
13.1.
LFA digunakan oleh sebagian besar lembaga pembangunan untuk
memperkuat desain, implementasi, dan evaluasi proyek. Hal ini dapat digunakan
di hampir semua konteks untuk mengidentifikasi apa yang ingin dicapai dan untuk
menentukan sejauh mana aktivitas yang direncanakan dapat menjadi strategi
tingkat yang lebih luas atau lebih tinggi (DFID 2002). Matriks LogFrame seperti
yang ditunjukkan pada tabel 13.2 adalah metode sederhana untuk menunjukkan
hubungan antara tujuan dan sasaran, serta input, proses, dan output. Hal ini
berguna untuk menunjukkan hierarki tujuan, indikator untuk masing-masing, dan
risiko dan asumsi utama. Meskipun LogFrame biasanya dilakukan pada awal
proyek sebelum desain proyek terperinci, ini berguna dalam pemantauan dan
evaluasi di seluruh proyek karena LogFrame mengidentifikasi indikator kunci dan
sarana verifikasi. Mengembangkan LogFrame adalah proses partisipatif yang
membutuhkan beberapa keterampilan dan pengalaman. Ada banyak hal yang
ditulis di LogFrames dan proses untuk mengembangkannya, dengan Departemen
Pembangunan Internasional Inggris (DFID) (2002) dan BOND (LSM Luar Negeri
Inggris dalam Pembangunan) (2003) sebagaimana dua contoh yang bagus.

TABEL 13.1 ANALISIS LOGFRAME UNTUK PROYEK PENGIRIMAN


COURTESY LAND EQUITY INTERNATIONAL PT. LTD. 2006)
GENERIC LAND TITLING PROJECT LOGFRAME
Struktur proyek Indikator yang Sarana Asumsi/risiko
dapat verifikasi: penting: faktor
diverifikasi sumber data eksternal yang
secara obyektif: yang diperlukan untuk
Langkah- diperlukan mempertahankan
langkah untuk untuk tujuan dalam
memverifikasi memverifikasi jangka panjang
pencapaian status
tujuan dalam indikator
hal kualitas, tingkat tujuan
kuantitas, dan
waktu
SASARAN
Mengurangi Meningkatnya Laporan Hasrat politik dan
kemiskinan dan pertumbuhan pemerintah stabilitas untuk
meningkatkan ekonomi dan Penilaian terlibat dalam
pertumbuhan stabilitas sosialdampak sosial strategi
ekonomi nasional ekonomi pengurangan
Catatan kantor kemiskinan
pertanahan
Laporan
kemajuan
proyek
TUJUAN
Untuk Peningkatan Laporan Kondisi pasar
meningkatkan jumlah judul pemerintah domestik dari sisi
keamanan yang terdaftar Penilaian permintaan dan
kepemilikan Berkurangnya dampak sosial harga tetap stabil
Untuk menyediakan jumlah sengketa ekonomi Sektor keuangan
kerangka kerja bagi tanah Catatan kantor diperkuat
pasar tanah formal Peningkatan pertanahan Stabilitas sosial
yang aktif dalam pendapatan dan Laporan dan politik
mendukung pendaftaran kemajuan
pertumbuhan sosial Peningkatan proyek
dan ekonomi suatu pinjaman formal,
negara akses yang sama
bagi perempuan
Struktur proyek Indikator Sarana Asumsi dan risiko
pencapaian verifikasi penting
OUTPUT: KOMPONEN UTAMA
Sebuah platform Mendirikan Laporan misi Komitmen
untuk pembangunan komite dan studi pengawasan pemerintah;
jangka panjang kebijakan; integrasi
dalam kebijakan peningkatan kelembagaan untuk
sektor pertanahan kesadaran membentuk
dan kerangka publik; kebijakan;
peraturan mengembangkan peningkatan
peraturan partisipasi
masyarakat sipil
Lingkungan Undang-undang Laporan misi Komitmen
kelembagaan yang dan peraturan pengawasan pemerintah yang
berkelanjutan untuk yang dikeluarkan Laporan kuat bagi reformasi
administrasi tentang fungsi kemajuan
pertanahan pemerintahan; Laporan dan
kapasitas statistik kantor
desentralisasi pertanahan
penetapan
kelembagaan;
penguatan
kapasitas
manusia;
pengembangan
trategi M&E
Sistem pendaftaran Standar Laporan dan Ketersediaan dana
dan penilaian tanah pendaftaran statistik kantor yang tepat waktu;
yang adil dan dikembangkan pertanahan komitmen
efisien dan dipantau; Laporan pemerintah untuk
akses kemajuan mereformasi dan
terdesentralisasi Laporan misi memperkuat
ke layanan pengawasan sumber daya
pendaftaran; manusia;
prosedur kesadaran
pendaftaran yang masyarakat akan
disederhanakan. manfaat
Pendaftaran pendaftaran tanah
selesai < 5 hari;
lebih dari 80%
transaksi
berikutnya
terdaftar; sistem
penilaian yang
ditetapkan;
penilaian dapat
diperoleh < 5
hari
Mengamankan Program Laporan dan Ketersediaan dana;
kepemilikan tanah hubungan statistik kantor ketaatan terhadap
untuk semua masyarakat pertanahan kebijakan
pemilik tanah dilaksanakan; Studi dampak pengamanan;
kesadaran sosial sosial ekonomi ketersediaan
dan pemantauan Laporan misi profesional yang
perlindungan; pengawasan terampil untuk
berkurangnya Laporan ajudikasi dan
jumlah sengketa kemajuan dan survei
tanah rencana
pengadilan; tahunan
persentase hak
terdaftar; semua
individu
terwakili secara
memadai dalam
distribusi judul
AKTIVITAS: INPUT: JENIS INPUT YANG DIBUTUHKAN DAN
SUBKOMPONEN BIAYA YANG DIHARAPKAN, DLL.
Meninjau dan Mengembangkan Laporan Kepentingan
mengembangkan kapasitas; kemajuan pribadi yang
kebijakan merumuskan (triwulanan) menentang
pertanahan dan kebijakan Laporan reformasi dan
kerangka peraturan pertanahan; pencairan dukungan politik
menetapkan (triwulanan) untuk reformasi
mekanisme Laporan misi yang
informasi pengawasan dipertahankan
pertanahan; >
10% dari
anggaran
Pengembangan Mengembangkan
kelembagaan kantor modern;
pengembangan
sumber daya
manusia dan
pelatihan;
strategi
pendidikan; <
10% dari
anggaran
Sistem pendaftaran Memperkuat
dan penilaian tanah standar dan
modern prosedur
pelayanan;
memperkuat
sistem penilaian;
< 10% dari
anggaran
Percepatan Strategi
sertifikasi tanah pendidikan dan
melalui pendaftaran pelayanan
sistematis masyarakat;
sertifikasi tanah
yang sistematis;
<35% dari
anggaran
Dukungan dan Bantuan teknis;
implementasi mendukung
manajemen proyek manajemen dan
implementasi;
M&E
(Monitoring dan
Evaluasi); > 35
persen dari
anggaran

TABEL 13.2 MATRIKS LOGFRAME


(DFID 2002)
Struktur proyek Indikator Sarana verifikasi Asumsi dan risiko
pencapaian penting
SASARAN
Apa tujuan yang Apa ukuran Sumber informasi Faktor eksternal
lebih luas yang kuantitatif atau apa yang ada atau apa yang
akan dibantu penilaian tersedia untuk diperlukan untuk
oleh kegiatan kualitatif tentang memungkinkan mempertahankan
tersebut? apakah tujuan pengukuran tujuan dalam
Dampak program luas ini telah tujuan? jangka panjang?
jangka panjang tercapai?
TUJUAN
Apa efek Apa ukuran Sumber informasi Faktor eksternal
langsung yang kuantitatif atau apa yang ada atau apa yang
diharapkan dari penilaian dapat disediakan diperlukan jika
program atau kualitatif yang untuk tujuannya adalah
proyek, apa dengannya memungkinkan untuk
manfaatnya, dan pencapaian pencapaian tujuan berkontribusi pada
kepada siapa? tujuan dapat dapat diukur? pencapaian tujuan?
Perbaikan atau dinilai?
perubahan apa
yang akan
dihasilkan oleh
program atau
proyek?
Motivasi penting
untuk
menjalankan
program atau
proyek
OUTPUT
Output (hasil) Apa jenis dan Apa sumber Faktor-faktor apa
apa yang harus kualitas informasi untuk saja yang tidak
diproduksi untuk outputnya dan memverifikasi berada dalam
mencapai tujuan? kapan akan pencapaian kendali proyek
diproduksi? output? yang dapat
(KKW: membatasi output
Kuantitas, dari pencapaian
Kualitas, Waktu) tujuan?
KEGIATAN
Kegiatan apa Apa jenis dan Apa sumber Faktor apa yang
yang harus kualitas kegiatan informasi untuk akan membatasi
dicapai untuk dan kapan akan memverifikasi kegiatan
mencapai diproduksi? pencapaian menciptakan
output? kegiatan? output?

LANGKAH 4: MENGELOLA DAN MEMANTAU PROYEK


Mengelola Proyek
Sebagian besar reformasi SAP dilakukan dengan membuat proyek yang
ditentukan. Kadang-kadang, itu adalah proyek yang relatif kecil yang merupakan
bagian dari sistem administrasi pertanahan yang lebih luas, tetapi kadang-kadang
seluruh sistem direformasi dan proyek didirikan untuk mengelola perubahan
jangka panjang. Di sebagian besar negara maju, hanya sebagian dari sistem
administrasi pertanahan yang direformasi, seperti otomatisasi pendaftaran tanah,
pengajuan digital rencana survei kadaster, pemindahan elektronik, atau
penyederhanaan bagian dari undang-undang pendukung. Meskipun selalu ada
reformasi bertahap yang terjadi di negara-negara yang lebih maju, di negara-
negara yang kurang berkembang, proyek-proyek sering kali berfokus pada
reformasi besar dalam sistem administrasi pertanahan. Proyek yang melibatkan
pemetaan dan survei udara besar yang didukung oleh teknologi baru biasanya
berdesain nasional (misalnya, proyek Mongolia tentang survei kadaster yang
didanai oleh Bank Pembangunan Asia). Di antara banyak jenis tenurial suatu
negara, formalisasi cenderung melibatkan pendekatan nasional, yang diharapkan
cukup fleksibel untuk menangani semua pengaturan pertanahan. Fokus hukum
nasional, misalnya, harus mencerminkan semua tenurial yang berfungsi di seluruh
negeri dalam proses pengakuan tenurial dan mendukung pengelolaan pertanahan
lokal dan sistem pengelolaan sengketa. Inisiatif nasional adalah reformasi yang
paling kompleks dan menantang dan membutuhkan proyek yang dirancang
dengan cermat untuk diterapkan. Jenis reformasi ini adalah fokus dari bab ini.
Setelah ruang lingkup ditentukan, pertanyaan selanjutnya perlu difokuskan
pada bagaimana merancang sistem administrasi pertanahan itu sendiri. Jalur
pengembangan berbasis proyek adalah yang paling umum. Proyek dapat memiliki
berbagai tujuan. Diantaranya adalah reformasi hukum pertanahan (Bruce dkk.
2006); pemukiman (ADB 1998); redistribusi tanah dan administrasi pertanahan
(Pedoman UNECE 2004; Administrasi Pertanahan di Wilayah UNECE: Tren
pembangunan dan prinsip-prinsip utama, 2005a), dan pasar tanah; peningkatan
produktivitas pertanian; dan banyak lagi. Yang mendasari semua ini adalah
persyaratan keseluruhan bahwa tanah harus dapat diidentifikasi. Pengelolaan
komponen spasial (yaitu, identifikasi batas, representasi batas dalam sistem
berbasis paper atau komputer, dan identifikasi kepentingan atas tanah di dalam
dan di sekitar batas-batas ini) adalah persyaratan menyeluruh. Tanpa komponen
spasial yang ditangani secara konsisten, distribusi pertanahan atau proyek
perbaikan tidak dapat secara efektif memberikan kapasitas pengelolaan
pertanahan. Oleh karena itu, komponen kadaster merupakan komponen inti dari
pekerjaan proyek pertanahan. Oleh karena itu, pembangunan komponen ini
merupakan fokus khas dari siklus PAP.

“Siklus Proyek”
Pengenalan terbaik tentang bagaimana membangun proyek skala besar
tetap menjadi model yang disarankan oleh Bank Dunia (gambar 13.6), meskipun
setiap proyek memiliki karakteristik uniknya sendiri.
Tahap terpisah dari desain proyek yang umum tetapi dapat disesuaikan
meliputi:
 Tahap identifikasi pra-proyek
 Tahap identifikasi proyek
 Tahap persiapan, penilaian, dan persetujuan
 Tahap implementasi
 Tahap evaluasi
Walau setiap lembaga pendanaan akan memiliki standar dan proses
proyeknya sendiri, dan setiap negara (atau bahkan departemen pemerintah dalam
suatu negara) akan memiliki metode prosesnya sendiri, semua proyek umumnya
mengikuti pola umum semacam ini. Proyek juga akan melibatkan partisipasi
campuran antara publik dan swasta. Desain proyek yang luas ini harus diterapkan
pada PAP, selain faktor teknis yang spesifik. PAP perlu melibatkan berbagai jenis
partisipasi, mulai dari proyek yang dilakukan sepenuhnya oleh pemerintah hingga
proyek yang dibayar oleh pemerintah tetapi dilakukan oleh perusahaan sektor
swasta, termasuk sektor amal dan non-pemerintah.

Penilaian Kelayakan dan Risiko


Pertimbangan utama saat mempersiapkan proyek adalah kelayakannya dan
risiko yang terlibat. Biasanya, proyek yang diusulkan ke lembaga pendanaan
harus mengatasi masalah ini dan sering mendokumentasikannya dalam matriks
risiko yang membahas risiko untuk setiap tahap atau kegiatan dalam proyek.
Matriks manajemen risiko akan mempertimbangkan aspek-aspek seperti risiko
aktual, potensi kerusakan proyek, kemungkinan risiko, dampak potensial,
peringkat atau pentingnya risiko, perlakuan risiko, tanggung jawab untuk
menangani risiko, dan waktu terjadinya risiko dalam proyek. Risiko luas akan
diidentifikasi dalam LogFrame. Ada banyak dimensi kelayakan dan risiko:
misalnya, apakah desain teknis keseluruhan layak atau apakah setiap tahap proyek
layak. Yang seperti ini biasanya adalah penilaian langsung. Contoh lain adalah
apakah proyek memerlukan reformasi kelembagaan atau hukum. Jika demikian,
perubahan mungkin akan menjadi masalah. Perubahan hukum sulit untuk dimulai
dan dikendalikan, dan seringkali, ketika hukum diubah, perilaku sosial dan
kelembagaan berlanjut seperti sebelumnya. Risiko lainnya termasuk pendanaan,
dukungan politik, kapasitas negara tuan rumah, kapasitas untuk penasihat
eksternal yang sesuai, penyediaan pendidikan dan pelatihan, pemeliharaan
dukungan pemangku kepentingan, dan banyak lagi.

Keberlanjutan
Dengan asumsi bahwa proyek tersebut layak dan bahwa strategi
manajemen risiko yang memadai dapat dikembangkan, masalah utamanya adalah
apakah proyek tersebut berkelanjutan, baik secara kelembagaan maupun finansial
dalam jangka panjang—yaitu, ketika pendanaan penyumbang eksternal atau
pendanaan bank berhenti. Masalah ini perlu dipertimbangkan selama persiapan
proyek. Isu-isu utama yang mempengaruhi keberlanjutan termasuk pendanaan
berkelanjutan dan dukungan politik, infrastruktur yang sesuai, kapasitas kognitif
masyarakat untuk mengintegrasikan reformasi ke dalam kehidupan sehari-hari,
dan pembangunan kapasitas yang berkelanjutan termasuk pendidikan, pelatihan,
dan penelitian. Kapasitas sistem untuk menarik transaksi derivatif atau pasca
pemberian hak milik dan perubahan kepemilikan melalui transisi sosial, terutama
warisan, juga sangat penting.

Gambar 13.6 Bank Dunia telah mengembangkan Siklus Proyek sebagai model
bagaimana melakukan proyek skala besar.
Gambar 13.7 PAP dapat dilaksanakan di daerah perkotaan seperti India.
Gambar 13.8 PAP juga dapat dilaksanakan di daerah pedesaan seperti Tibet.
Desain Proyek, Penaksiran, Awal, dan Mobilisasi
Siklus Proyek yang digunakan oleh Bank Dunia memberikan wawasan
tentang pinjaman bank dan kebijakan proyek. Namun, itu tidak sepenuhnya
mengeksplorasi beberapa langkah praktis dalam mengembangkan dan
mengimplementasikan sebuah proyek. Misalnya, biasanya hingga empat atau lima
misi berbeda dilakukan sebelum sebuah proyek benar-benar dimulai. Misi awal
biasanya mengikuti langkah-langkah standar meskipun selalu dirancang agar
sesuai dengan proyek (gambar 13.7 dan 13.8). Langkah-langkah tersebut dapat
mencakup hal-hal berikut:
 Pertama, masalah terkait lahan diidentifikasi, dan asumsi proyek yang luas
dikembangkan. Hal ini sering dilakukan oleh organisasi seperti Bank
Dunia, biasanya dilakukan dengan masukan dari salah satu lembaga
bantuan pembangunan yang mengkhususkan diri pada proyek yang
berhubungan dengan tanah, dan kemudian dilakukan sebagai tanggapan
atas tekanan dari LSM.
 Kedua, proyek dirancang, biasanya dengan melibatkan pakar internasional
dan lokal. Sayangnya, ini seringkali merupakan langkah yang kekurangan
sumber daya, mengingat kompleksitas PAP yang besar. Bukan tidak
masuk akal bagi proyek SAP besar untuk memiliki tim yang mengerjakan
desain dan persiapan proyek selama lebih dari tiga bulan. Secara umum,
semakin banyak upaya yang dimasukkan ke dalam desain proyek, semakin
baik peluang keberhasilannya.
 Ketiga, penilaian desain proyek biasanya melibatkan semua pihak, seperti
negara penerima, lembaga pemberi pinjaman, terkadang Bank Dunia, dan
lembaga bantuan pembangunan, seperti SIDA, USAID, atau AusAID,
yang mendanai proyek bersama-sama. Tim penilai biasanya mencakup
perwakilan dari organisasi-organisasi ini serta para ahli lokal dan
internasional. Setelah desain proyek telah diubah dan disetujui, pendanaan
akan diatur.
 Langkah selanjutnya biasanya melibatkan badan bantuan pembangunan
internasional yang telah setuju untuk membiayai proyek bersama-sama
dengan menunjuk organisasi pemerintah atau sektor swasta untuk
mengelola dan melaksanakan proyek. Ini biasanya membutuhkan
penawaran atau tender oleh pihak yang berkepentingan untuk melakukan
pekerjaan; pemilihan tim yang sukses, seringkali melalui proses evaluasi
yang ekstensif dan ketat; negosiasi kontrak; dan terakhir, pemberian dan
penandatanganan kontrak.
 Terakhir, kontraktor sukses akan mengunjungi lokasi untuk melakukan
studi awal untuk implementasi proyek. Ini biasanya melibatkan semua
pihak yang terlibat dalam proyek. Setelah studi awal disetujui (khususnya
oleh negara penerima), kontraktor proyek memulai misi mobilisasi akhir
untuk memulai proyek.

Kantor Manajemen Proyek


Pembentukan kantor manajemen proyek (KMP) yang efektif sangat
penting untuk keberhasilan proyek. Kantor harus memiliki area di mana ikhtisar
proyek, sorotan, pencapaian, dan kemajuan dapat ditunjukkan ke khalayak. KMP
harus memiliki ruang pertemuan dan kantor untuk staf lokal dan ahli yang
berkunjung. Kantor proyek yang ditunjuk dengan baik dapat membuat perbedaan
yang signifikan terhadap semangat proyek dan merupakan indikator yang baik
dari dukungan pemerintah yang diberikan untuk sebuah proyek. Sayangnya,
banyak KMP yang kurang memuaskan dimana staf yang ditunjuk tidak
bertanggung jawab. Masalah yang sama adalah ketika staf lokal diangkat dalam
kapasitas pekerja paruh waktu sebagai tambahan bagi posisi “permanen” mereka,
sehingga mereka mungkin jarang mampu melaksanakannya.

Direktur Proyek, Manajer, dan Koordinator


Setiap proyek membutuhkan hierarki manajemen. Biasanya, pemerintah
penerima menyediakan orang senior sebagai direktur proyek. Penting bahwa
orang tersebut memiliki pengetahuan tentang isu-isu terkait pertanahan dan
memiliki hubungan yang baik dan relatif senior dalam hierarki pemerintahan. Staf
operasional lokal melapor kepada direktur proyek. Manajer proyek biasanya
merupakan posisi full-time yang ditunjuk oleh kontraktor pelaksana. Manajer
proyek biasanya memiliki peran ganda yang melapor kepada direktur proyek dan
koordinator proyek, yang merupakan karyawan paruh waktu senior yang mewakili
organisasi kontraktor. Manajer proyek dan koordinator proyek sering kali
memiliki peran penghubung penting dengan lembaga bantuan pembangunan yang
mendukung proyek dan lembaga pendanaan utama seperti Bank Dunia. Biasanya,
pakar lokal dan internasional melapor kepada manajer proyek. KMP biasanya
terdiri dari campuran staf administrasi dan teknis yang membantu direktur proyek
dan manajer proyek. Direktur proyek dan manajer proyek yang berpengalaman
tidak perlu terlalu diutamakan.

Mengelola Perubahan dan Amandemen Kontrak


Semua proyek berubah dan berkembang. Dalam hal PAP, ada tinjauan
rutin yang selalu menghasilkan perubahan tujuan, ruang lingkup, tugas, dan
keluaran. Seringkali, pengaturan pendanaan berubah atau prioritas politik berubah.
Apapun alasannya, SAP dengan desain terbaik sepertinya selalu berubah dan
berkembang. Akibatnya, kontrak manajemen seringkali perlu diubah. Hal ini
terkadang membutuhkan negosiasi kontrak yang panjang dan menekankan
perlunya kontrak yang fleksibel. Perubahan kontrak ini harus didokumentasikan
dengan hati-hati.

Konsultasi Pemangku Kepentingan dan Komunitas


Salah satu perubahan terbesar selama beberapa dekade terakhir pada
bagaimana PAP dirancang adalah penekanan pada konsultasi pemangku
kepentingan dan masyarakat yang ekstensif. Saat ini, konsultasi semacam itu
merupakan komponen integral dan biasanya lanjutan dari desain proyek.
Sebelumnya, otoritas pemerintah seringkali menjadi satu-satunya sumber
informasi. Saat ini, pemerintah masih menyediakan banyak data dan informasi
untuk mendukung desain proyek; namun, sekarang, LSM, organisasi profesi yang
mewakili surveyor, pengacara dan pihak berkepentingan lainnya, peradilan, dan
akademisi semua berkonsultasi melalui forum pemangku kepentingan dan
mekanisme lainnya. Di tingkat lokal, pertemuan dan forum desa diadakan untuk
membahas proyek dan meminta saran dari pemilik lahan dan penyewa tentang
masalah dan langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan atau
memperkenalkan sistem baru. Menyelenggarakan konsultasi pemangku
kepentingan dan masyarakat merupakan kegiatan profesional yang membutuhkan
keterampilan profesional. Yang penting, ini adalah proses berkelanjutan yang
terjadi di seluruh proyek.

Hubungan Masyarakat
Hubungan masyarakat lebih dari sekedar konsultasi pemangku
kepentingan dan masyarakat. Kontak rutin dengan semua pihak yang
berkepentingan serta masyarakat luas sangat penting untuk proyek SAP. Itu dapat
mencakup berbagai media, termasuk radio, televisi, poster, selebaran, artikel surat
kabar, dan iklan. Ini termasuk seminar, konferensi, lokakarya, dan pertemuan kota
dan desa, serta tampilan permanen di dalam KMP yang menjelaskan proyek,
tujuan, kemajuan, dan pencapaiannya. Keterampilan seorang ahli media yang
berpengalaman sangat berguna dalam merancang strategi dan program hubungan
masyarakat.

Penjadwalan dan Manajemen Proyek


Komponen penting dalam mengelola proyek adalah pengembangan bagan
yang menunjukkan semua kegiatan sebagai jadwal output (deskripsi, durasi,
penyelesaian yang direncanakan, hasil yang direncanakan, masukan yang
direncanakan), dan seringkali itu merupakan hasil utama seperti yang ditetapkan
dalam kontrak. Beberapa teknik yang digunakan seperti diagram Gantt,
menunjukkan tugas, durasi, awal, dan akhir. Diagram Gantt biasanya berasal dari
LogFrame yang lebih strategis yang dibahas sebelumnya. Untuk proyek yang
lebih kompleks, analisis jalur kritis dapat digunakan, tetapi hal ini biasanya tidak
terjadi di PAP. Penjadwalan penting untuk mengembangkan sumber daya dan staf
yang diperlukan untuk setiap tugas yang kemudian diubah ke dalam kebutuhan
keuangan dan arus kas. Sekali lagi, penjadwalan dan manajemen proyek terkait
membutuhkan keahlian profesional. Saat ini, berbagai program komputer dapat
membantu penjadwalan serta mengelola keuangan.

Pemantauan dan Evaluasi Proyek (Fokus Proyek)


Pemantauan dan evaluasi digunakan dalam dua cara dalam administrasi
pertanahan: untuk fokus sistem secara keseluruhan atau fokus proyek tertentu.
Fokus sistem secara keseluruhan dijabarkan lebih luas dan dibahas lebih lengkap
di bagian 13.3. Di tingkat proyek, pemantauan dan evaluasi merupakan alat
penting dalam mengelola kinerja kegiatan PAP tertentu. Setiap kegiatan diukur
dan dinilai untuk memeriksa apakah dimulai dan selesai tepat waktu,
menggunakan sumber daya yang dialokasikan, dan sesuai anggaran. Pada saat
yang sama, indikator kinerja utama digunakan untuk mengukur kinerja proyek
secara keseluruhan: misalnya, jumlah peta foto yang dihasilkan dalam kilometer
persegi per tahun; jumlah titik kontrol yang disurvei per hari, per bulan, atau per
tahun; dan jumlah bidang tanah yang diputuskan dan disurvei per hari, per bulan,
atau per tahun. Demikian pula, indikator kinerja utama dapat berupa jumlah
sertifikat tanah yang didaftarkan dan diterbitkan; jumlah kantor pertanahan yang
dibangun; jumlah personel yang dilatih untuk melakukan kegiatan tertentu atau
dididik dalam suatu disiplin ilmu di perguruan tinggi atau universitas teknik; atau
jumlah studi wisata yang berhasil diselesaikan. Sekitar sepuluh atau lebih
indikator kinerja utama dipantau dan dievaluasi, tergantung pada proyeknya.
Evaluasi penting untuk mengidentifikasi masalah atau hambatan yang perlu
diperbaiki. Biasanya, hasil indikator kinerja utama akan dievaluasi oleh direktur
proyek dan manajer proyek setiap bulan, meskipun beberapa indikator kinerja
utama mungkin dievaluasi lebih sering dan beberapa lebih jarang. Sebagian besar
kantor manajemen proyek memiliki poster atau diagram yang menunjukkan
keluaran setiap indikator kinerja utama.

Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan yang baik adalah inti dari manajemen proyek yang
baik. Setiap PAP akan memiliki manajer atau pengontrol keuangan dan seringkali
didukung oleh tim kecil. Ketika ada manajer dan tim proyek yang dikontrak,
kontraktor juga memiliki seseorang untuk memantau keuangan yang terkait
dengan kontrak manajemen proyek seperti gaji ahli untuk jangka panjang dan
jangka pendek, biaya hidup dan per diem, biaya perjalanan, dll. , fokus utama
manajemen keuangan adalah pada proyek aktual dan hal-hal seperti gaji, biaya
perjalanan dan kendaraan, pengadaan termasuk menyiapkan dan mengelola
kontrak untuk peralatan dan sumber daya proyek, interaksi pemangku kepentingan
dan masyarakat (seminar, konferensi, lokakarya, dll), publisitas , dan mendirikan
kantor lapangan.

Kualitas Asuransi
Secara historis, penjaminan mutu dilakukan dengan menunjuk tim ahli
(meliputi survei dan pemetaan, pendaftaran tanah, penilaian tanah, pendidikan dan
pelatihan, ajudikasi, interaksi masyarakat, reformasi hukum, manajemen strategis,
dan sebagainya, tergantung pada sifat proyek) di bawah arahan lembaga
pendanaan yang mengunjungi dan meninjau proyek setiap tahun (dan terkadang
lebih dari jangka waktu tersebut). Setiap spesialis akan meninjau bidang minat
mereka dan membuat rekomendasi yang sesuai. Baru-baru ini, beberapa proyek
telah mengadopsi pendekatan jaminan kualitas (QA) yang lebih canggih dengan
secara resmi menunjuk panel QA di awal proyek yang merupakan bagian dari tim
kontrak manajemen proyek tetapi beroperasi secara terpisah dari administrasi
proyek. AusAID dan Bank Dunia telah berhasil menggunakan pendekatan ini
dalam PAP di Filipina. Meskipun konsep ini menawarkan banyak keuntungan,
namun tampak mahal (walaupun pada kenyataannya, ini mungkin merupakan
pilihan berbiaya rendah) dan masih berkembang sebagai alat manajemen proyek.

Sumber Daya
Semua proyek membutuhkan sumber daya, dan salah satu peran utama
KMP adalah memastikan ada sumber daya yang memadai untuk memenuhi
jadwal proyek. Kategori utama sumber daya adalah orang, peralatan, akomodasi,
dan transportasi. Manajemen staf (manajemen dan pengembangan sumber daya
manusia) memerlukan bagian khusus untuk memastikan penunjukan personel
proyek yang tepat dan pelatihan yang memadai. Kategori lain juga membutuhkan
perhatian khusus.

Pengadaan
PAP komprehensif yang besar membutuhkan peralatan, kendaraan, dan
sumber daya yang signifikan. Sebagian besar akuisisi tersebut pada peralatan
survei, seperti digital theodolites (Total Stations) dan satellite positioning
equipment (GPS), serta peralatan komputasi. Biasanya, pemetaan merupakan
komponen utama dari proyek-proyek ini, yang membutuhkan akuisisi baik foto
udara atau citra satelit resolusi tinggi. Menghasilkan peta yang sesuai pada citra
tersebut juga merupakan tugas utama. Semua kegiatan ini membutuhkan keahlian
profesional untuk mengevaluasi kebutuhan proyek dan menyiapkan kontrak
pengadaan. Seluruh proses evaluasi kebutuhan pengguna, pengembangan kontrak,
pencarian tender, dan pemberian kontrak, terutama dalam hal foto udara, citra
satelit, dan pemetaan, dapat mengalami penundaan yang signifikan. Walau pada
perkiraan awal menunjukkan bahwa kegiatan ini dapat diselesaikan dalam
beberapa bulan atau dalam waktu kurang dari satu tahun, kenyataannya adalah
bahwa mereka seringkali dapat memakan waktu dua hingga tiga tahun sebelum
produk akhirnya dikirimkan. Kerangka waktu ini dapat berdampak besar pada
suatu proyek dan harus dipertimbangkan dengan cermat selama desain proyek.
Empat langkah yang disebutkan di sini dan aktivitas terkaitnya mewakili
sebagian besar aspek kunci untuk merancang, membangun, dan mengelola operasi
harian SAP.

13.3 Mengevaluasi dan Memantau Sistem Administrasi Pertanahan


PERLUNYA BANDING DAN EVALUASI
Desain dan evaluasi proyek dapat mencakup keseluruhan program bantuan
pembangunan, bukan hanya PAP individu. Evaluasi dan pemantauan SAP akan
relevan dengan keseluruhan sistem, terutama yang berkembang. Pendekatan ini
mencoba mengevaluasi dan membandingkan sistem yang ada untuk menjawab
pertanyaan, seberapa baik kinerja sistem saat ini dibandingkan dengan sistem
lain? Atau, apakah ada pembenaran untuk reka ulang atau reformasi? Versi
terbaru dari pendekatan ini dikembangkan oleh Daniel Steudler (2004) dan
dijelaskan dalam artikel oleh Steudler, Abbas Rajabifard, dan Ian Williamson
(2004), dan Steudler dan Williamson (2005).
Ini bukan berarti mengatakan bahwa tidak ada banyak upaya selama
beberapa dekade terakhir dalam mencoba mengevaluasi dan membandingkan
SAP. Pekerjaan Bank Dunia dalam mendokumentasikan SAP di negara
berkembang diakui secara luas, seperti juga pekerjaan UNECE untuk negara-
negara Eropa (lihat juga Steudler 2004). FIG juga telah aktif selama bertahun-
tahun dalam benchmarking sistem kadaster seperti yang dijelaskan dalam Proyek
Template Kadaster di bab 10 serta inisiatif sebelumnya dalam menetapkan
perbandingan untuk sistem kadaster (Steudler dkk. 1997).

KERANGKA EVALUASI
Steudler (2004) mengembangkan kerangka kerja praktis yang
mengevaluasi kegiatan atau hasil SAP di tingkat kebijakan, manajemen, dan
operasional. Kerangka tersebut juga memasukkan faktor eksternal dan proses
peninjauan dalam matriks evaluasi (gambar 13.9). Untuk setiap kegiatan atau
hasil, kerangka ini mengidentifikasi aspek evaluasi, indikator (situasi yang ada),
dan praktik terbaik. Dengan menggabungkan situasi yang ada dengan praktik
terbaik, kerangka ini mengidentifikasi kesenjangan kinerja yang dirangkum dalam
matriks SWOT (tabel 13.3). Gambar yang agak rinci ini memuat semua prinsip
yang relevan untuk kerangka evaluasi ini. Steudler menguji kerangka evaluasi
pada beberapa studi kasus (Steudler 2004; Steudler dan Williamson 2005).
Manfaat pendekatan Steudler adalah memberikan kerangka kerja yang ketat untuk
evaluasi yang dapat mengenali berbagai tingkat kegiatan dan indikator terkait dari
perspektif kebijakan (seperti memberikan pembangunan ekonomi atau mengatasi
pengurangan kemiskinan) ke tingkat operasional (seperti biaya atau waktu untuk
mentransfer properti atau survei sebidang tanah).

Gambar 13.9 Metodologi evaluasi menunjukkan bagaimana kegiatan SAP


dibandingkan dengan praktik terbaik untuk mengidentifikasi kesenjangan efisiensi
dan kinerja.

TABLE 13.3 – RINGKASAN KERANGKA EVALUASI SAP


Area evaluasi Aspek evaluasi Praktik terbaik
TINGKAT MENEJEMEN
Pemangku Kepentingan: Aspek kelembagaan: Sesuai dengan keadaan
Administrasi (implikasi departemen, lembaga,
jangka menengah, 1-5 sentralisasi vs.
tahun) desentralisasi
Tugas: penetapan Aspek organisasi:
sasaran strategis, bagaimana lembaga
penyiapan struktur tersebut diatur
kelembagaan dan Keterlibatan sektor
organisasi swasta
Kegiatan reformasi Proyek reformasi
dilakukan dalam konteks
yang terkoordinasi
Aspek SDM dan Sesuai dengan keadaan
personalia (jumlah
personel, gaji)
Prinsip kadaster Hanya satu sistem
kadaster yang lengkap
dan komprehensif, yang
efektif, efisien, dan dapat
dipercaya
Situasi hukum tanah Pencantuman semua hak,
yang lengkap batasan, dan tanggung
jawab
Data survei kadaster Data survei kadaster
sebagai dasar untuk SAP diperbarui setiap saat,
terstandarisasi, dan
cocok untuk tujuan yang
bervariasi
Proses transaksi kadaster Efisien dan aman
Pengguna, produk, Kesadaran pengguna,
layanan produk, dan layanan;
sesuai dengan keadaan
TINGKAT OPERASIONAL
Pemangku Kepentingan: Keandalan (jumlah eror, Rendahnya jumlah eror
unit operasional jumlah judul dan dan sengketa
(implikasi jangka sengketa batas)
pendek) Keamanan Proses notifikasi yang
terdefinisi dengan baik;
Tugas: menyediakan prosedur pencadangan
produk, layanan, dan yang telah ditetapkan
antarmuka (antarmuka Keakuratan informasi Pendaftaran yang akurat
antar unit dan Efisiensi transaksi Transaksi dilakukan
antarmuka pengguna) (waktu dan uang) dalam waktu yang cukup
secara efisien, andal, singkat dan dengan biaya
dan aman yang wajar
Transparansi, kejelasan, Sistem yang transparan,
kesederhanaan jelas, dan sederhana
Aksesibilitas Akses informasi
pertanahan yang terbuka,
transparan, dan
sederhana
Aspek SDI (format data Data dalam format
digital, teknik digital; sharing data yang
pemodelan data) dapat dioperasikan
Aspek IT (solusi yang Tingkat komputerisasi
mendukung IT dan Web) yang sesuai dengan
kapasitas negara
Standar dan integrasi Pengidentifikasi paket
data yang unik; keterkaitan
data
Standar pemetaan Penggunaan yang
terkoordinasi dari
kerangka referensi
geodetik yang unik
Cakupan yang lengkap Cakupan 100%
Kelengkapan catatan Catatan setiap paket
lengkap dengan
sendirinya
FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL
Pemangku kepentingan: Peningkatan kapasitas, Sesuai dengan keadaan,
industri, akademisi, dll. pendidikan (jumlah kerjasama yang baik
universitas, mahasiswa) antara akademisi, dan
Tugas: peningkatan sektor publik dan swasta
kapasitas, pasokan Pasokan teknologi oleh Hemat biaya, tepat, dan
teknologi, sumber daya industri lokal yang ada sesuai dengan keadaan
manusia Aspek asosiasi Sesuai dengan keadaan
profesional
PROSES REVIEW
Pemangku kepentingan: Proses peninjauan Melakukan tinjauan
misalnya dewan terhadap tujuan dan rutin, dan memenuhi atau
pertanahan independen sasaran strategis menyesuaikan tujuan
serta target strategis
Tugas: meninjau tujuan Kepuasan pengguna Tinjauan rutin dilakukan,
dan strategi, memantau dan pelanggan puas
kepuasan pengguna, Visi dan reformasi Dipantau dan diakui
mengelola visi dan secara ketat
reformasi

Anda mungkin juga menyukai