Anda di halaman 1dari 271

PERKULIAHAN MINGGU KE-1

Tambang & Lingkungan

TA3121-Lingkungan Tambang

Program Studi Teknik Pertambangan


1
JTMB - ITERA
Biodata
M. Akbari Danasla (Rio)

Way Kandis, Kec. Tanjung Senang, Kota


Bandar Lampung

0822-8203-2825

m.danasla@ta.itera.ac.id
riodanasla2@gmail.com

Program Studi Teknik Pertambangan


2
JTMB - ITERA
Silabus Singkat

Program Studi Teknik Pertambangan


3
JTMB - ITERA
Silabus Singkat

Program Studi Teknik Pertambangan


4
JTMB - ITERA
Tujuan Kuliah
Mahasiswa mampu menganalisis
pengelolaan lingkungan hidup
pada kegiatan tambang

Mahasiswa mampu menganalisis


dampak kegiatan tambang
terhadap lingkungan (AMDAL)

Mahasiswa mampu mengevaluasi


pengelolaan dan dampak
lingkungan hidup pada kegiatan
Program Studi Teknik Pertambangan
tambang 5
JTMB - ITERA
Aturan Perkuliahan
Toleransi keterlambatan 15 menit

Absensi kehadiran minimal 80%

Pengumpulan tugas diluar waktu tidak diterima

Tindakan plagiat tidak akan ditolelir, nilai otomatis = 0

Bobot penilaian :
• UTS : 30%
• UAS : 35%
• Kuis : 5%
• Tugas : 20%
• Lain-lain : 10%

Program Studi Teknik Pertambangan


6
JTMB - ITERA
Program Studi Teknik Pertambangan
JTMB - ITERA
Pertambangan vs Lingkungan
Jika pertambangan adalah perusak lingkungan,
apa yang mendasari persepsi tersebut?
• Menebang hutan?
• Merusak lahan?
• Pencemaran udara?
• Pencemaran air?
• Menimbulkan bencana?

Program Studi Teknik Pertambangan


8
JTMB - ITERA
Kegiatan Penambangan

9
Kegiatan Penambangan

1
0
Tambang
batubara

1
1
12
Penambangan
timah

13
Penambangan
bauksit

14
Penambangan
nikel

15
16
17
18
19
20
21
Tugas 1
Carilah contoh isu-isu lingkungan pertambangan di
Sumatera disertai jenis permasalahan yang terjadi !
(Min. 3)
Kemudian jelaskan !

• Dikumpul pada GCR dalam format PDF


• Deadline 5 September 2020 pukul 23.59

Program Studi Teknik Pertambangan


22
JTMB - ITERA
Perkembangan Isu Lingkungan di dunia
Perhatian Terhadap Isu Lingkungan Hidup (1/3)
• Setelah Perang Dunia II – masa rehabilitasi
terutama di Eropa dan Jepang
• Tahun 1950 – penyakit menyerang penduduk Teluk
Minamata, Jepang
• Beberapa buku yang menginspirasi pentingnya
masa depan bumi:
 Tahun 1962 - buku “The silent spring” karangan Rachel Carson

 Tahun 1968 - buku “The population bomb” karangan Paul Ehrlich

 Tahun 1972 – buku “The limits to growth” (Donella H. Meadows, Dennis L.


Meadows, Jorgen Randers, William W Behrens III) dari Club

Program Studi Teknik Pertambangan


23
JTMB - ITERA
Perkembangan Isu Lingkungan di dunia
Perhatian Terhadap Isu Lingkungan Hidup (2/3)

Program Studi Teknik Pertambangan


24
JTMB - ITERA
Perkembangan Isu Lingkungan di dunia
Perhatian Terhadap Isu Lingkungan Hidup (3/3)
Menggambarkan sepinya musim
karena kulit telur burung lemah
akibat pengaruh pestisida sehingga
pecah sebelum telur menetas
Mengkhawatirkan
ledakan pertumbuhan
penduduk yang tak
terkendali dan tak akan
terpenuhi kebutuhan
dasarnya berdasarkan
daya dukung dan
tampung bumi
Program Studi Teknik Pertambangan
25
JTMB - ITERA
Perkembangan Isu Lingkungan di dunia
Perkembangan di Dunia (1/2)
• Tahun 1972 – UN Conference on the human environment di
Stockholm – rekomendasi rencana kerja dan UNEP (UN
Environmental Programme)
• Tahun 1983 – sebagai tindak lanjut dari Keputusan Majelis
Umum PBB dibentuk World Commission on Environment
and Development (WCED) yang dipimpin oleh Gro Harlem
Brundtland, komisi ini dikenal sebagai “Komisi Brundtland”
yang menerbitkan hasil kajiannya berjudul Our Common
Future pada tahun 1987 - yang mengusulkan strategi untuk
memperkuat upaya yang mendorong pembangunan yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan – sustainable
development
Program Studi Teknik Pertambangan
26
JTMB - ITERA
Perkembangan Isu Lingkungan di dunia
Perkembangan di Dunia (2/2)
• Tahun 1992 – Earth summit di Rio de Janeiro
(dihadiri oleh 172 negara, 108 diantaranya
mengutus kepala negara)
• Tahun 2002 – World summit di Johannesburg
• Tahun 2012 – Rio + 20 di Rio de Janeiro

Program Studi Teknik Pertambangan


27
JTMB - ITERA
Perkembangan Isu Lingkungan di dunia
Earth summit di Rio de Janeiro (1992) (1/5)
Deklarasi Rio – dikenal sebagai Earth chapter, terdiri
dari 27 prinsip yang memacu dan memprakarsai
kerjasama internasional. Prinsip- prinsip tersebut
adalah:
1. The role of man
2. State sovereignty
3. The right to development
4. Environmental protection in the development process
5. Eradication of poverty
6. Priority for the least developed
Program Studi Teknik Pertambangan
28
JTMB - ITERA
Perkembangan Isu Lingkungan di dunia
Earth summit di Rio de Janeiro (1992) (2/5)
7. State cooperation to protect ecosystem
8. Reduction of unsustainable patterns of production
and consumption
9. Capacity building for sustainable development
10. Public participation
11. National environmental legislation
12. Supportive and open international economic system
13. Compensation for victims of pollution and other
environmental damage
14. State cooperation to prevent environmental dumping
Program Studi Teknik Pertambangan
29
JTMB - ITERA
Perkembangan Isu Lingkungan di dunia
Earth summit di Rio de Janeiro (1992) (3/5)
15. Precautionary principle
16. Internalization of environmental costs
17. Environmental impact assessments
18. Notification of natural disaster
19. Prior and timely notification
20. Women have a vital role
21. Youth mobilization
22. Indigenous people have a vital role
23. People under oppression
Program Studi Teknik Pertambangan
30
JTMB - ITERA
Perkembangan Isu Lingkungan di dunia
Earth summit di Rio de Janeiro (1992) (4/5)
24. Warfare
25. Peace, development and environmental protection
26. Resolution of environmental disputes
27. Cooperation between state and people

Program Studi Teknik Pertambangan


31
JTMB - ITERA
Sustainable Development (Pembangunan Berkelanjutan)
(1/2)
 Pembangunan untuk memenuhi kebutuhan masa kini tanpa
mengganggu pemenuhan kebutuhan di masa depan

 Pembangunan untuk pemenuhan kebutuhan masa kini tanpa


mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhannya

 Perdebatan tentang pembangunan berkelanjutan:

 Negara maju vs negara berkembang

 Anthropocentrism vs biocentrism

 Pendekatan ekonomi, sosial dan ekologi

 Nilai manfaat vs nilai tukar dari lingkungan biofisik

 Makro vs mikro
Program Studi Teknik Pertambangan
32
JTMB - ITERA
Sustainable Development (Pembangunan Berkelanjutan)
(2/2)

Program Studi Teknik Pertambangan


33
JTMB - ITERA
Sustainable Development Concept (Caring for the earth -
IUCN, UNEP & WWF)
 Respecting, maintaining and caring for the living community

 Improving the life quality of human beings

 Conserving natural vitality and ecology

 Minimizing the consumption of non-renewable resources

 Maintaining the earth support capability

 Changing individual attitudes and practices

 Building the communal capacity to maintain its own environment

 Preparing a national framework to synchronize development

 and conservation

 Building global alliances

Program Studi Teknik Pertambangan


34
JTMB - ITERA
Perkembangan Kebijakan Tentang Lingkungan Hidup di
Indonesia (1/2)
 Tahun 1972 atas prakarsa Prof. Otto Soemarwoto di
UNPAD diselenggarakan Seminar Nasional
Lingkungan dan Pembangunan – yang hasilnya
menjadi laporan delegasi Indonesia di konferensi
Stockholm
 Mulai tahun 1976 – mulai disusun RUU Lingkungan
Hidup, pada tahun 1981 RUU tsb diajukan ke DPR
 Pada tanggal 25 Februari 1982 – disahkan Undang-
undang No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup

Program Studi Teknik Pertambangan


35
JTMB - ITERA
Perkembangan Kebijakan Tentang Lingkungan Hidup di
Indonesia (2/2)
 Peraturan pemerintah PP No. 29 tahun 1986 tentang
Analisis mengenai Dampak Lingkungan yang
kemudian mengalami penyempurnaan – PP no. 51
tahun 1993
 Perkembangan dunia (WCED) mendorong perubahan
UU No. 4/1982 menjadi UU No. 23 tahun 1997
 Peraturan pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang
AMDAL
 Perkembangan terutama terkait dengan otonomi
daerah serta lainnya mendorong diterbitkannya UU
No. 32 tahun 2009 sebagai pengganti UU 23/1997

Program Studi Teknik Pertambangan


36
JTMB - ITERA
Lembaga Pemerintahan di Bidang Lingkungan Hidup
(1/4)
 Untuk melaksanakan amanat GBHN 1978 - berdasarkan Keppres
No. 28 Tahun 1978 jo. Keppres No. 35 Tahun 1978, dalam Kabinet
Pembangunan III diangkat Menteri Negara Pengawasan
Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Men-PPLH) dengan
tugas pokok mengkoordinasikan pengelolaan lingkungan hidup di
berbagai instansi pusat maupun daerah, khususnya untuk
mengembangkan segi- segi lingkungan hidup dalam aspek
pembangunan
 Perpaduan antara aspek kependudukan ke dalam pengelolaan
lingkungan hidup - Keppres No. 25 Tahun 1983 tentang
Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup, dibentuklah Kantor
Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (Men-
KLH)
Program Studi Teknik Pertambangan
37
JTMB - ITERA
Lembaga Pemerintahan di Bidang Lingkungan Hidup
(2/4)
 Berdasarkan Keppres No. 23 Tahun 1990 dibentuk Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) yang bertugas
melaksanakan pemantauan dan pengendalian kegiatan-kegiatan
pembangunan yang berdampak penting terhadap lingkungan
hidup; kepala Bapedal adalah Menteri yang bertanggungjawab
pada bidang lingkungan hidup
 Pada tahun 1993, masalah kependudukan dan lingkungan hidup
semakin luas – menjadi Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup

Program Studi Teknik Pertambangan


38
JTMB - ITERA
Lembaga Pemerintahan di Bidang Lingkungan Hidup
(3/4)
 Otonomi daerah berdasarkan UU 22 tahun 1999 telah merubah
berbagai kewenangan bidang lingkungan yang terbagi menjadi
lebih besar di kabupaten/kota dibandingkan di tingkat
nasional/provinsi. Pemerintah pusat tidak lagi menjadi pelaksana,
tetapi sebagai penyusun kebijakan makro dan penetapan berbagai
norma, standar, kriteria dan prosedur dalam pengelolaan
lingkungan hidup
 Hal ini menjadi dasar pembentukan badan pengelolaan lingkungan
hidup pada tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota – saat ini
namanya dibakukan menjadi Badan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
 Pada tahun 2001 – terjadi penggabungan antara Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) ke dalam
Program Studi Teknik
Kementerian NegaraPertambangan
Lingkungan Hidup 39
JTMB - ITERA
Lembaga Pemerintahan di Bidang Lingkungan Hidup
(4/4)
 Selanjutnya sejak 2004 menjadi Kementerian Lingkungan Hidup
 Pada tahun 2014 – Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kementerian Kehutanan digabung menjadi Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan susunan organisasi
sbb:
 Ditjen Planologi Kehutanan & Tata Lingkungan
 Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
 Ditjen Pengendalian DAS & Hutan Lindung
 Ditjen Pengelolaan Hutan Produksi Lestari
 Ditjen Pengendalian Pencemaran & Kerusakan Lingkungan
 Ditjen Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun
 Berbahaya
 Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim
 Ditjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan
 Ditjen Penegakan Hukum Lingkungan Hidup & Kehutanan
Program Studi Teknik Pertambangan
40
JTMB - ITERA
Undang-undang Lingkungan Hidup (1/2)
 UU No. 4 tahun 1982 merupakan kebijakan nasional pertama di
bidang lingkungan :
 Memperkenalkan konsep tata penyelenggaraan lingkungan,
partisipasi luas dan menyeluruh
 Menegaskan wewenang sektor dan wilayah, memperkuat
kebijakan sektoral
 AMDAL sebagai instrumen pengendalian
 Perubahan menjadi UU No. 23 tahun 1997:
 Menekankan penegakan hukum, membuka peluang untuk
class action
 Memperkuat command & control
 Partisipasi lebih selektif – melalui organisasi lingkungan
 Memperkuat Menteri LH: perintah audit, izin limbah
 Selain AMDAL juga ada instrumen lain: Audit Lingkungan

Program Studi Teknik Pertambangan


41
JTMB - ITERA
Undang-undang Lingkungan Hidup (2/2)
 Perubahan menjadi UU No. 32 tahun 2009 :
 Otonomi daerah, Ekoregion, RPPLH (Rencana
Perlindungan & Pengelolaan LH), KLHS (Kajian LH
Strategis)
 Izin lingkungan, analisis risiko lingkungan hidup
 Sanksi pidana, tidak saja pada pelaku tetapi juga kepada
pejabat yang berwenang

Program Studi Teknik Pertambangan


42
JTMB - ITERA
43
PERKULIAHAN MINGGU KE-3

Sejarah Perkembangan Kebijakan


Tentang Lingkungan Hidup di
Indonesia
TA3121 Lingkungan Tambang

Program Studi Teknik Pertambangan


JTMB - ITERA M. Akbari Danasla
Dasar Konstitusional dan Kebijakan
dalam GBHN

Sejarah Perundang-Undangan
Lingkungan

Undang-Undang Pengelolaan
Lingkungan

M. Akbari Danasla 3
Dasar Konstitusional dan Kebijakan dalam
GBHN

Program Studi Teknik Pertambangan


JTMB - ITERA M. Akbari Danasla
Kaidah dasar yang melandasi pembangunan dan perlindungan lingkungan hidup Indonesia
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4

Kemudian, daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia yang terbentuk
dalam suatu susunan Negara. Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
M. Akbari Danasla 5
Pasal 33 ayat (3)

Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

M. Akbari Danasla 6
Naskah perubahan (amendemen) ke-4 pada tanggal 10 Agustus 2002
Pasal 33

ayat (4)
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

ayat (5)
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang

M. Akbari Danasla 7
◎ Kebijaksanaan lingkungan hidup ditentukan setiap lima tahun dalam GBHN
◎ Kebijakan tersebut merupakan perwujudan kehendak politik bangsa Indonesia
mengenai pengelolaan lingkungan hidup
◎ GBHN 1973 merupakan GBHN pertama yang memuat ketentuan tentang lingkungan
hidup (dalam Bab III)
◎ Ketentuan tersebut berlaku untuk program pembangunan jangka panjang sehingga
dicantumkan kembali dalam GBHN 1978, 1983, dan 1988
◎ Ketentuan tersebut memuat prinsip-prinsip sebagaimana tercantum dalam Deklarasi
Stockholm 1972 mengenai lingkungan hidup

M. Akbari Danasla 8
Pendahuluan rumusan TAP MPR No. IV/1973 tentang GBHN
Bab II butir 10

Dalam pelaksanaan pembangunan, sumber-sumber alam Indonesia harus digunakan


secara rasional. Penggalian sumber kekayaan alam tersebut harus diusahakan agar tidak
merusak tata lingkungan hidup manusia, dilaksanakan dengan kebijaksanaan yang
menyeluruh dan dengan memperhitungkan kebutuhan generasi yang akan datang

M. Akbari Danasla 9
◎ GBHN 1993 memuat ketentuan tentang lingkungan hidup yang didasarkan atas prinsip-
prinsip Deklarasi Rio de Janeiro 1992 mengenai Lingkungan dan Pembangunan
◎ GBHN 1993 memuat ketentuan tentang pelestarian fungsi lingkungan, yang meliputi
pelestarian lingkungan bagi kawasan lindung maupun pelestarian kemampuan
lingkungan bagi kawasan budi daya
◎ GBHN 1993 Bab III tentang Pembangunan Jangka Panjang Kedua, Bagian C tentang
Sasaran Umum Pembangunan Jangka Panjang Kedua menyatakan bahwa Sasaran
Umum Pembangunan Jangka Panjang Kedua adalah terciptanya kualitas manusia dan
kualitas masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri dalam suasana tenteram dan
sejahtera lahir batin, dalam tata kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang
berdasarkan Pancasila dalam suasana kehidupan bangsa Indonesia yang serba
berkesinambungan dan selaras dalam hubungan antara sesama manusia, manusia
dengan masyarakat, manusia dengan alam dan lingkungannya, manusia dengan Tuhan
10
Yang Maha Esa M. Akbari Danasla
◎ Dalam GBHN 1999-2004 tercantum ketentuan tentang sumber daya alam dan
lingkungan hidup
◎ Ketentuan dalam GBHN 1999-2004 dijabarkan lebih lanjut dalam Undang-undang No.
25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) Tahun 2000 – 2004
◎ Undang-undang No. 25 Tahun 2000 Bab X tentang Pembangunan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa pembangunan sumber daya alam dan
lingkungan hidup dalam bab tersebut menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor
pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian fungsi sumber daya alam
dan lingkungan hidup sehingga keberlanjutan pembangunan tetap terjamin

M. Akbari Danasla 11
◎ Saat ini sistem ketatanegaraan dan pemerintahan telah berubah dimana tidak
ditetapkannya lagi perencanaan pembangunan nasional (GBHN) melalui Ketetapan MPR
◎ Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional Pasal 32 menyatakan bahwa Presiden menyelenggarakan dan bertanggung
jawab atas Perencanaan Pembangunan Nasional, sedangkan Kepala Daerah
menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas Perencanaan Pembangunan Daerah
◎ Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional/Daerah ditetapkan sebagai
undang-undang
◎ Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional/Daerah maupun Rencana
Pembangunan Tahunan Nasional/Daerah (RKP/RKPD) ditetapkan sebagai Peraturan
Presiden/Kepala Daerah

M. Akbari Danasla 12
Sejarah Perundang-undangan Lingkungan

Program Studi Teknik Pertambangan


JTMB - ITERA M. Akbari Danasla
Zaman Pemerintahan Hindia
Belanda
◎ Pada 29 Januari 1916 Peraturan Perundang-undangan (Ordonansi) di bidang
Lingkungan Hidup yang pertama diterbitkan, yakni Parelvisscherij, Sponsenvisscherij
ordonnantie (Stbl. 1926 No. 157) mengatur tentang perikanan mutiara dan perikanan
bunga karang (peraturan umum dalam rangka melakukan perikanan siput mutiara,
kulit mutiara, teripang, dan bunga karang dalam jarak tidak lebih dari 3 mil-laut
Inggris dari pantai-pantai Hindia Belanda/Indonesia)
◎ Pada 26 Mei 1920 diterbitkan Visscherijordonnantie (Stbl. 1920 No. 396), yaitu
peraturan perikanan untuk melindungi keadaan ikan (meliputi pula telur ikan, benih
ikan, dan segala macam kerang-kerangan)
◎ Pada 1 September 1927 diberlakukan Ordonansi lain di bidang perikanan yaitu
Kustvischerijordonnantie (Stbl. 1927 No. 144)

M. Akbari Danasla 14
Zaman Pemerintahan Hindia
Belanda
◎ Pada 19 Juni 1985 Ordonansi Perikanan telah dicabut dengan Undang-undang No. 9
Tahun 1985 tentang Perikanan
◎ Ordonansi yang sangat penting bagi lingkungan hidup adalah Hinder ordonnantie
(Stbl. 1926 No. 226, yang diubah/ditambah, terakhir dengan Stbl. 1940 No. 450), yaitu
Ordonansi Gangguan
◎ Pada 1 Juli 1931 diberlakukan Ordonansi yang penting di bidang perlindungan satwa
yakni Dierenbechermings- ordonnantie (Stbl. 1931 No. 134)
◎ Ordonansi yang mengatur perlindungan alam adalah Natuurbeschermings
ordonnantie 1941 (Stbl. 1941 No. 167)
◎ Pada 10 Agustus 1990 ordonansi di bidang perlindungan alam dan satwa telah
dicabut dengan diundangkannya UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
M. Akbari Danasla 15
Zaman Pendudukan Jepang
◎ Satu-satunya peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup yang
dikeluarkan yaitu Osamu S. Kanrei No. 6
◎ Peraturan perundang-undangan tersebut mengenai larangan menebang pohon
aghata, alba, dan balsem tanpa izin Gunseikan
◎ Ada kemungkinan larangan tersebut dikeluarkan untuk mengamankan ketiga jenis
pohon tersebut karena kayunya ringan dan sangat kuat
◎ Kayu agata, alba, dan balsem merupakan bahan baku untuk pembuatan pesawat
peluncur (gliders) dan pesawat peluncur pada waktu zaman pendudukan Jepang
sering digunakan untuk mengangkut logistik tentara

M. Akbari Danasla 16
Zaman Kemerdekaan
Perundang-undangan Sektoral yang Berkaitan dengan Bidang Lingkungan

◎ Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria


◎ UU No. 44 Prp. Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan gas Bumi (telah
dicabut dan diganti dengan UU No. 22 Tahun 2001)
◎ UU No. 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan (telah dicabut
dan diganti dengan UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan)
◎ UU No. 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan
◎ UU No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (telah dicabut dan diganti dengan UU No. 7
Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air)
◎ UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
M. Akbari Danasla 17
Zaman Kemerdekaan
Perundang-undangan Sektoral yang Berkaitan dengan Bidang Lingkungan

◎ UU No. 9 tahun 1985 tentang Perikanan (telah dicabut dan diganti dengan UU No. 31
Tahun 2004 tentang Perikanan)
◎ UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
◎ UU No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya
◎ UU No. 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan
◎ UU No. 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia
◎ UU No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman
◎ UU No. 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi
◎ UU No. 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan 18
M. Akbari Danasla
Undang-undang Pengelolaan Lingkungan

Program Studi Teknik Pertambangan


JTMB - ITERA M. Akbari Danasla
Sejarah Penyusunan
◎ Penyusunan RUU Lingkungan Hidup dimulai pada tahun 1976
◎ Kemudian dibentuknya Kelompok Kerja Pembinaan Hukum dan Aparatur dalam
Pengelolaan Sumber Alam dan Lingkungan Hidup pada bulan Maret 1979 oleh Menteri
Negara PPLH
◎ Pada 16 - 18 Maret 1981 diadakan rapat antardepartemen untuk membicarakan
naskah RUU yang disiapkan oleh Kelompok Kerja PPLH
◎ Pada 21 Maret 1981 Menteri Negara PPLH mengirimkan konsep RUU hasil
pembahasan antardepartemen guna minta persetujuan para Menteri yang diwakili
dalam rapat antardepartemen
◎ Konsep RUU hasil pembahasan antardepartemen diperbaiki dan disampaikan kepada
Menteri/Sekretaris Negara pada 3 Juli 1981

M. Akbari Danasla 20
Sejarah Penyusunan
◎ Pada 14 November 1981 Kepala Biro Hukum dan Perundang-undangan Sekretariat
Kabinet mengirimkan naskah konsep RUU yang telah diperbaiki kepada beberapa
menteri untuk penyempurnaan lebih lanjut
◎ Pada 12 Januari 1982 hasil perbaikan akhir RUU Lingkungan Hidup diajukan kepada
Presiden. Kemudian disampaikan kepada Pimpinan DPR dengan surat Presiden
◎ Badan Musyawarah DPR memutuskan pembentukan Panitia Khusus (PANSUS) RUU
Lingkungan Hidup yang terdiri dari 24 anggota dengan komposisi :
○ 12 anggota Fraksi Karya Pembangunan
○ 6 anggota Fraksi Partai Persatuan Pembangunan
○ 4 anggota Fraksi ABRI
○ 2 anggota Fraksi Partai Demokrasi Indonesia

M. Akbari Danasla 21
Sejarah Penyusunan
◎ Pada 23 Januari 1982 Menteri Negara PPLH menyampaikan Keterangan Pemerintah
mengenai RUU Lingkungan Hidup
◎ Pada 2 Februari 1982 diselenggarakan Pemandangan Umum Fraksi-fraksi
◎ Pada 15 Februari 1982 pemerintah memberikan jawaban atas Pemandangan Umum
◎ Pada 17 - 20 Februari 1982 diadakan rapat-rapat PANSUS secara terus-menerus
◎ Pada 22 Februari 1982 PANSUS menyetujui hasil perumusan Tim Perumus yang
dibentuk oleh PANSUS
◎ Pada 25 Februari 1982 dengan aklamasi RUU Lingkungan Hidup hasil PANSUS
disetujui Sidang Paripurna DPR
◎ Pada 11 Maret 1982 disahkan UU No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup dan diundangkan pada hari yang sama dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 12 22
M. Akbari Danasla
Alasan Diajukannya RUU
Lingkungan Hidup
Penyusunan Rancangan Undang-undang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
didasarkan atas alasan-alasan sebagai berikut :
1. Di dalam Repelita III, Bab 7 tentang Sumber Alam dan Lingkungan Hidup tertera
petunjuk mengenai perlunya undang-undang yang memuat ketentuan-ketentuan
pokok tentang masalah lingkungan. Hal ini berarti bahwa Pemerintah berkewajiban
untuk mengusahakan terjelmanya undang-undang tersebut di atas dalam kurun waktu
Repelita III.

M. Akbari Danasla 23
Alasan Diajukannya RUU
Lingkungan Hidup
Petunjuk tersebut yaitu :
“Sementara itu, bersamaan dengan pembuatan peraturan perundang-undangan
secara sektoral sesuai dengan kepentingan perlindungan dan pembangunan
lingkungan hidup di masing-masing bidang, perlu pula segera digarap suatu undang-
undang yang memuat ketentuan-ketentuan pokok tentang masalah lingkungan yang
menyangkut pengaturan:
1) pemukiman manusiawi dan lingkungan hidup;
2) pengelolaan sumber daya alam;
3) pencemaran lingkungan hidup;
4) yurisdiksi departemen-departemen di bidang lingkungan hidup.

M. Akbari Danasla 24
Alasan Diajukannya RUU
Lingkungan Hidup
2. Peraturan perundang-undangan yang ada kurang memuat segi lingkungan hidup.
Sebaliknya perkembangan kesadaran lingkungan sudah meningkat di kalangan
produsen selaku “perusak lingkungan potensial” dan di kalangan konsumen
masyarakat umum selaku “penderita kerusakan lingkungan potensial”
3. Indonesia mulai memasuki tahap industrialisasi bersamaan dengan peningkatan
pengembangan pertanian, sebagai bagian dari pelaksanaan pembangunan secara
bertahap yang bertujuan (1) meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh
rakyat dan (2) meletakkan landasan yang kuat untuk pembangunan tahap berikutnya

M. Akbari Danasla 25
Alasan Diajukannya RUU
Lingkungan Hidup
4. Arah pembangunan jangka panjang tertuju kepada pembangunan Manusia Indonesia,
seperti tercantum GBHN berarti:
a) Mengejar kemajuan lahiriah, seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan
b) Mengejar kepuasan batiniah, seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan
pendapat yang bertanggung jawab, rasa keadilan
c) Keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara kemauan lahir dan kepuasan
batiniah tersebut di atas
d) Pembangunan yang merata di seluruh tanah-air dan benar-benar dirasakan
seluruh rakyat sebagai perbaikan tingkat hidup berkeadilan sosial
e) Terciptanya keselarasan hubungan antara manusia dengan Tuhannya
f) Terciptanya keselarasan hubungan antara individu dengan masyarakat
g) Terciptanya keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan alam
sekitarnya
M. Akbari Danasla 26
Alasan Diajukannya RUU
Lingkungan Hidup
h) Keserasian hubungan antara bangsa-bangsa
i) Keselarasan antara cita-cita hidup di dunia dan mengejar kebahagiaan di akhirat
j) Kehidupan manusia dan masyarakat yang serba selaras sebagai tujuan akhir
pembangunan nasional yang secara ringkas disebut masyarakat maju, adil, dan
makmur berdasarkan Pancasila

M. Akbari Danasla 27
Alasan Diajukannya RUU
Lingkungan Hidup
Pada 19 September 1997 UULH, kemudian dicabut dengan diundangkannya
Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup atau
UUPLH (Lembaran Negara RI Tahun 1997 No. 68 dan Tambahan LNRI No. 3699)

Butir d pada konsiderans UUPLH :


“Penyelenggaraan pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup harus didasarkan pada norma
hukum dengan memperhatikan tingkat kesadaran masyarakat dan perkembangan
lingkungan global serta perangkat hukum internasional yang berkaitan dengan
lingkungan hidup”

M. Akbari Danasla 28
Alasan Diajukannya RUU
Lingkungan Hidup

M. Akbari Danasla 29
Alasan Diajukannya RUU
Lingkungan Hidup
Pembentukan dan pengembangan Hukum Lingkungan Nasional (HLN) harus
mengikuti Grundnorm dan asas-asas serta norma-norma umum yang merupakan ciri
dari Sistem Hukum Nasional Indonesia.
HLN harus berdasarkan falsafah Pancasila yang tertuang dalam Pembukaan UUD
1945 serta mencerminkan semua ketentuan UUD 1945 itu secara utuh. Selain itu HLN
juga terdiri dari beberapa hal berikut ini :
a) Sejumlah peraturan perundang-undangan yang telah disetujui oleh DPR dan
Pemerintah beserta segenap peraturan pelaksanaannya
b) Yurisprudensi tetap yang dikembangkan oleh serangkaian putusan pengadilan
yang ajeg
c) Hukum kebiasaan modern yang bersumber pada ilmu hukum (opinio doctorum)
dan diterapkan oleh pejabat dan masyarakat
d) Perjanjian-perjanjian internasional yang telah diratifikasi
M. Akbari Danasla 30
Alasan Diajukannya RUU
Lingkungan Hidup
Berbagai asas atau prinsip-prinsip yang terdapat dalam Deklarasi Stockholm maupun
Deklarasi Rio yang perlu diadopsi dalam perundang-undangan lingkungan nasional
antara lain :
a) Prinsip tanggung jawab negara (state responsibility principle)
b) Jaminan adanya hak dasar atas lingkungan hidup yang baik dan sehat bagi setiap
orang (right to environment)
c) Prinsip keterpaduan pengelolaan lingkungan hidup (integrated policy)
d) Jaminan adanya hak berperan serta dalam pengelolaan lingkungan bagi setiap
orang baik sebagai individu maupun masyarakat (popular participation)
e) Jaminan terselenggaranya aksesibilitas pada informasi (right to information)
f) Prinsip kehati-hatian bagi setiap penyelenggaraan kegiatan dan/atau usaha yang
dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan (precautionary principle)
g) Prinsip pertanggungan beban biaya untuk mencegah pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan (pollution prevention pays principle) 31
M. Akbari Danasla
Alasan Diajukannya RUU
Lingkungan Hidup
a) Prinsip pencemar membayar (polluter pays principle)
b) Prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability principle)
c) Penyelenggaraan pembangunan dan pemanfaatan sumber daya alam yang
berbasis keadilan inter dan antargenerasi.
d) Kewajiban bekerja sama (kemitraan).
e) Aksesibilitas pada teknologi lingkungan.
f) Hak bersama atas sumber daya alam lintas batas.
g) Jaminan hak untuk mengelola kepada masyarakat asli ataupun masyarakat
hukum adat atas sumber daya alam

M. Akbari Danasla 32
Fungsi Undang-undang
Lingkungan Hidup
UULH maupun UUPLH memuat asas dan prinsip pokok bagi pengelolaan lingkungan hidup
sehingga berfungsi sebagai payung (umbrella act) bagi penyusunan peraturan perundang-
undangan lainnya yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan bagi penyesuaian
peraturan perundang-undangan yang telah ada.

M. Akbari Danasla 33
Fungsi Undang-undang
Lingkungan Hidup
UULH memuat ketentuan-ketentuan pokok berikut :
a) Pengelolaan lingkungan hidup berasaskan pelestarian kemampuan lingkungan yang
serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkeseimbangan bagi
peningkatan kesejahteraan manusia, sedangkan tujuan pengelolaan lingkungan hidup
antara lain :
1) Tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup
sebagai bagian tujuan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
2)Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara, bijaksana
3) Terwujudnya manusia Indonesia sebagai pembina lingkungan hidup
4) Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi
sekarang dan mendatang
5) Terlindunginya negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah negara yang
menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan
M. Akbari Danasla 34
Fungsi Undang-undang
Lingkungan Hidup
b) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berkewajiban
memelihara lingkungan hidup dan mencegah serta menanggulangi kerusakan dan
pencemarannya. Kelanjutan pokok ini bahwa beban pencemaran
dipertanggungjawabkan kepada pihak pencemar. Sanksi hukum diterapkan kepada
mereka yang mencemarkan, dan di lain pihak rangsangan moneter dapat diberikan
kepada mereka untuk mendorong pencegahan dan penanggulangan pencemaran
c) Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban untuk berperan serta dalam rangka
pengelolaan lingkungan hidup. Terkait hal ini lembaga swadaya masyarakat tumbuh
berperan sebagai penunjang pengelolaan lingkungan hidup dan berkembang
mendayagunakan dirinya sebagai sarana untuk mengikutsertakan sebanyak
mungkin anggota masyarakat dalam mencapai tujuan pengelolaan lingkungan hidup

M. Akbari Danasla 35
Fungsi Undang-undang
Lingkungan Hidup
d) Usaha kita mengembangkan lingkungan hidup tidaklah berlangsung dalam keadaan
terisolasi. Sebagai anggota masyarakat dunia maka langkah usaha di bidang
lingkungan hidup harus punya maknanya bagi kehidupan antarbangsa
e) Pengelolaan lingkungan hidup menuntut dikembangkannya suatu sistem dengan
keterpaduan sebagai ciri utamanya. pengelolaan lingkungan hidup memerlukan
keterpaduan pelaksanaan di tingkat nasional, koordinasi pelaksanaan secara sektoral
dan di daerah sehingga semua ini terkait secara mantap dengan kebijaksanaan
nasional pengelolaan lingkungan hidup, dengan kesatuan gerak dan langkah
mencapai tujuan pengelolaan lingkungan hidup

M. Akbari Danasla 36
M. Akbari Danasla
Absensi

1
Perkuliahan Minggu Ke-4
Lingkungan Tambang

Peraturan Perundangan Tentang Lingkungan Hidup


What are We Going to Learn Today?

• UU no. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan &


Pengelolaan Lingkungan Hidup
• PP no. 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
• PP no. 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

3
UU no. 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan & Pengelolaan Lingkungan Hidup

4
Pendahuluan (1/5)
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lain

5
Pendahuluan (2/5)
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
adalah upaya sistematis dan terpadu yang
dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup dan mencegah terjadinya pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan
penegakan hukum
6
Pendahuluan (3/5)
Rencana perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup (RPPLH) adalah perencanaan
tertulis yang memuat potensi, masalah
lingkungan hidup, serta upaya perlindungan dan
pengelolaannya dalam kurun waktu tertentu

7
Pendahuluan (4/5)
Analisis mengenai dampak lingkungan hidup
(Amdal) adalah kajian mengenai dampak penting
suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan

8
Pendahuluan (5/5)
Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya
pemantauan lingkungan hidup (UKL-UPL) adalah
pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha
dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting
terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan

9
Tujuan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (1/2)
1. Melindungi wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dari pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup
2. Menjamin keselamatan, kesehatan, dan
kehidupan manusia
3. Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk
hidup dan kelestarian ekosistem
4. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup
10
Tujuan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (2/2)
5. Mencapai keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan lingkungan hidup
6. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa
kini dan generasi masa depan
7. Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak
atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak
asasi manusia
8. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam
secara bijaksana
9. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan
10. Mengantisipasi isu lingkungan global
11
Ruang Lingkup Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
1. Perencanaan
2. Pemanfaatan
3. Pengendalian
4. Pemeliharaan
5. Pengawasan
6. Penegakan hukum
12
Penyusunan Rencana Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (1/4)

RPPLH
RPPLH
Nasional

RPPLH Menteri, Gubernur, atau


Provinsi Bupati/Walikota

RPPLH
Kabupaten/Kota
13
Penyusunan Rencana Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (2/4)

RPPLH
RPPLH Peraturan
Nasional Pemerintah
RPPLH Peraturan
Provinsi Daerah Provinsi
RPPLH Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota 14
Penyusunan Rencana Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (3/4)
RPPLH memuat tentang rencana :
1. Pemanfaatan dan/atau pencadangan
sumber daya alam
2. Pemeliharaan dan perlindungan kualitas
dan/atau fungsi lingkungan hidup
3. Pengendalian, pemantauan, serta
pendayagunaan dan pelestarian sumber
daya alam
4. Adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan
iklim 15
Penyusunan Rencana Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (4/4)
RPPLH menjadi dasar penyusunan dan
dimuat dalam rencana pembangunan
jangka panjang dan rencana pembangunan
jangka menengah

16
Pengendalian Pencemaran dan/atau
Kerusakan Lingkungan Hidup
Pengendalian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan
dalam rangka pelestarian fungsi
lingkungan hidup, yang meliputi :
• Pencegahan
• Penanggulangan
• Pemulihan
17
Instrumen Pencegahan Pencemaran
dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup
1. KLHS
2. Tata ruang
3. Baku mutu lingkungan hidup
4. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup
5. Amdal
6. UKL-UPL
7. Perizinan
8. Instrumen ekonomi lingkungan hidup
9. Peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup
10. Anggaran berbasis lingkungan hidup
11. Analisis risiko lingkungan hidup
12. Audit lingkungan hidup
13. Instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau
perkembangan ilmu pengetahuan 18
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (1/2)
Kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) adalah
rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh,
dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip
pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar
dan terintegrasi dalam pembangunan suatu
wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau
program

19
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (2/2)
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
membuat KLHS untuk memastikan bahwa
prinsip pembangunan berkelanjutan telah
menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan suatu wilayah dan/atau
kebijakan, rencana, dan/atau program

20
Mekanisme Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
1. Pengkajian pengaruh kebijakan, rencana,
dan/atau program terhadap kondisi
lingkungan hidup di suatu wilayah
2. Perumusan alternatif penyempurnaan
kebijakan, rencana, dan/atau program
3. Rekomendasi perbaikan untuk
pengambilan keputusan kebijakan,
rencana, dan/atau program yang
mengintegrasikan prinsip pembangunan
berkelanjutan
21
Peraturan Perundang-undangan Berbasis
Lingkungan Hidup
Setiap penyusunan peraturan perundang-
undangan pada tingkat nasional dan
daerah wajib memperhatikan
perlindungan fungsi lingkungan hidup dan
prinsip perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan
yang diatur dalam Undang-Undang
22
PP no. 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan

23
Pendahuluan (1/2)

Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan


kepada setiap orang yang melakukan
Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
Amdal atau UKL-UPL dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup sebagai prasyarat memperoleh izin
Usaha dan/atau Kegiatan
24
Pendahuluan (2/2)
• Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
memiliki Amdal atau UKL-UPL wajib
memiliki Izin Lingkungan
• Izin Lingkungan diperoleh melalui tahapan
kegiatan :
1. Penyusunan Amdal dan UKL-UPL
2. Penilaian Amdal dan pemeriksaan
UKL-UPL
3. Permohonan dan penerbitan Izin
Lingkungan 25
Amdal (1/2)

• Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang


berdampak penting terhadap
lingkungan hidup wajib memiliki Amdal
• Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang
tidak termasuk dalam kriteria wajib
Amdal wajib memiliki UKL-UPL

26
Amdal (2/2)

• Amdal disusun oleh Pemrakarsa pada


tahap perencanaan suatu Usaha
dan/atau Kegiatan
• Pemrakarsa adalah setiap orang atau
instansi pemerintah yang bertanggung
jawab atas suatu Usaha dan/atau
Kegiatan yang akan dilaksanakan
27
UKL-UPL (1/2)

• UKL-UPL disusun oleh Pemrakarsa pada


tahap perencanaan suatu Usaha
dan/atau Kegiatan dan lokasinya wajib
sesuai dengan rencana tata ruang
• Apabila lokasi rencana Usaha dan/atau
Kegiatan tidak sesuai dengan rencana
tata ruang, maka UKL-UPL tidak dapat
diperiksa dan wajib dikembalikan
kepada Pemrakarsa 28
UKL-UPL (2/2)
Penyusunan UKL-UPL dilakukan melalui
pengisian formulir UKL-UPL dengan format
yang ditentukan oleh Menteri, yakni paling
sedikit memuat :
 Identitas pemrakarsa
 Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
 Dampak lingkungan yang akan terjadi
 Program pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup 29
Izin Lingkungan (1/9)

Permohonan Izin Lingkungan diajukan


secara tertulis oleh penanggungjawab
Usaha dan/atau Kegiatan selaku
Pemrakarsa kepada Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya, disampaikan bersamaan
dengan pengajuan penilaian Andal dan
RKL-RPL atau pemeriksaan UKLUPL
30
Izin Lingkungan (2/9)

Permohonan izin lingkungan harus


dilengkapi dengan :
1. Dokumen Amdal atau formulir UKL-UPL
2. Dokumen pendirian Usaha dan/atau
Kegiatan
3. Profil Usaha dan/atau Kegiatan

31
Izin Lingkungan (3/9)

Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib


Amdal : Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota wajib mengumumkan
permohonan Izin Lingkungan melalui
multimedia dan papan pengumuman di
lokasi Usaha dan/atau Kegiatan paling
lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak
dokumen Andal dan RKL-RPL yang diajukan
dinyatakan lengkap secara administrasi
32
Izin Lingkungan (4/9)
• Masyarakat dapat memberikan saran,
pendapat, dan tanggapan terhadap
pengumuman dalam jangka waktu paling
lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak
diumumkan
• Saran, pendapat, dan tanggapan dapat
disampaikan melalui wakil masyarakat
yang terkena dampak dan/atau organisasi
masyarakat yang menjadi anggota Komisi
Penilai Amdal
33
Izin Lingkungan (5/9)

Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib UKL-


UPL : Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota wajib mengumumkan
permohonan Izin Lingkungan melalui
multimedia dan papan pengumuman di
lokasi Usaha dan/atau Kegiatan paling
lama 2 (lima) hari kerja terhitung sejak
formulir UKL-UPL yang diajukan dinyatakan
lengkap secara administrasi 34
Izin Lingkungan (6/9)

• Masyarakat dapat memberikan saran,


pendapat, dan tanggapan terhadap
pengumuman dalam jangka waktu
paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak
diumumkan
• Saran, pendapat, dan tanggapan dapat
disampaikan kepada Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya 35
Izin Lingkungan (7/9)
Izin Lingkungan diterbitkan oleh:
• Menteri : untuk Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL
yang diterbitkan oleh Menteri
• Gubernur : untuk Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL
yang diterbitkan oleh gubernur
• Bupati/walikota : untuk Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL
yang diterbitkan oleh bupati/walikota 36
Izin Lingkungan (8/9)
• Izin lingkungan diterbitkan setelah
dilakukannya pengumuman permohonan
Izin Lingkungan dan dilakukan bersamaan
dengan diterbitkannya Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup atau
Rekomendasi UKL-UPL
• Izin Lingkungan berakhir bersamaan
dengan berakhirnya izin Usaha dan/atau
Kegiatan
37
Izin Lingkungan (9/9)

Izin Lingkungan yang telah diterbitkan oleh


Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
wajib diumumkan melalui media massa
dan/atau multimedia dan dilakukan dalam
jangka waktu 5 (lima) hari kerja sejak
diterbitkan

38
PP no. 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

39
Persetujuan Lingkungan (1/4)

Persetujuan Lingkungan adalah Keputusan


Kelayakan Lingkungan Hidup atau
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang telah
mendapatkan persetujuan dari Pemerintah
Daerah

40
Persetujuan Lingkungan (2/4)

• Persetujuan Lingkungan wajib dimiliki


oleh setiap Usaha dan/atau Kegiatan
yang memiliki Dampak Penting atau
tidak penting terhadap lingkungan
• Diberikan kepada Pelaku Usaha atau
Instansi Pemerintah dan menjadi
prasyarat penerbitan Perizinan
Berusaha atau Persetujuan Pemerintah
41
Persetujuan Lingkungan (3/4)

• Persetujuan Lingkungan dilakukan melalui :


 Penyusunan Amdal dan uji kelayakan
Amdal; atau
 Penyusunan Formulir UKL-UPL dan
pemeriksaan Formulir UKL-UPL
• Berakhir bersamaan dengan berakhirnya
Perizinan Berusaha atau Persetujuan
Pemerintah 42
Persetujuan Lingkungan (4/4)

Setiap rencana Usaha dan/atau Kegiatan


yang berdampak terhadap Lingkungan
Hidup wajib memiliki :
• Amdal
• UKL-UPL, atau
• SPPL

43
SPPL (5/5)

Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan


dan Pemantauan Lingkungan Hidup SPPL
adalah pernyataan kesanggupan dari
penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan
untuk melakukan pengelolaan dan
pemantauan Lingkungan Hidup atas Dampak
Lingkungan Hidup dari Usaha dan/atau
Kegiatannya di luar Usaha dan/atau Kegiatan
yang wajib Amdal atau UKL-UPL 44
SPPL (5/5)

Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan


dan Pemantauan Lingkungan Hidup SPPL
adalah pernyataan kesanggupan dari
penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan
untuk melakukan pengelolaan dan
pemantauan Lingkungan Hidup atas Dampak
Lingkungan Hidup dari Usaha dan/atau
Kegiatannya di luar Usaha dan/atau Kegiatan
yang wajib Amdal atau UKL-UPL 45
SPPL (5/5)
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
memiliki SPPL meliputi :
 Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
tidak memiliki Dampak Penting dan tidak wajib
UKL-UPL
 Merupakan Usaha dan/atau Kegiatan Usaha
mikro dan kecil yang tidak memiliki Dampak
terhadap Lingkungan Hidup, dan/atau
 Termasuk jenis rencana Usaha dan/atau
Kegiatan yang dikecualikan dari wajib UKL-UPL
46
SPPL (5/5)

SPPL bagi usaha yang dilakukan oleh


Pelaku Usaha diintegrasikan ke dalam
nomor induk berusaha, sementara bagi
kegiatan yang dilakukan oleh Instansi
Pemerintah dilakukan melalui pengisian
formulir yang menjadi dasar penerbitan
Persetujuan Pemerintah
47
SPPL (5/5)

Penanggung jawab Usaha dan/atau


Kegiatan yang wajib dilengkapi SPPL, wajib
melakukan pengolaaan Air Limbah
sebelum dibuang dan/atau dimanfaatkan
dan pengelolaan Emisi

48
49
Absensi RA

Program Studi Teknik Pertambangan


1
JTMB - ITERA
Absensi RB

Program Studi Teknik Pertambangan


2
JTMB - ITERA
Absensi RC

Program Studi Teknik Pertambangan


3
JTMB - ITERA
Absensi RD

Program Studi Teknik Pertambangan


4
JTMB - ITERA
PERKULIAHAN MINGGU KE-5

Analisi Mengenai Dampak Lingkungan


(AMDAL)

TA3121-Lingkungan Tambang

Program Studi Teknik Pertambangan


5
JTMB - ITERA
Tujuan Kuliah
Memahami
konsep tentang
AMDAL

Memahami
kebijakan
tentang AMDAL
Program Studi Teknik Pertambangan
6
JTMB - ITERA
Pendahuluan

Program Studi Teknik Pertambangan


7
JTMB - ITERA
Pendahuluan
 Analisis mengenai dampak lingkungan
hidup (Amdal) adalah kajian mengenai
dampak penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
 Setiap usaha dan/atau kegiatan yang
berdampak penting terhadap lingkungan
hidup wajib memiliki amdal.
 Dokumen amdal merupakan dasar
penetapan keputusan kelayakan
lingkungan hidup
Program Studi Teknik Pertambangan
8
JTMB - ITERA
Pendahuluan
 Dokumen amdal disusun oleh pemrakarsa
dengan melibatkan masyarakat
 Pemrakarsa dapat meminta bantuan kepada
pihak lain dalam menyusun dokumen amdal
 Penyusun amdal wajib memiliki sertifikat
kompetensi penyusun amdal

Program Studi Teknik Pertambangan


9
JTMB - ITERA
Kriteria Dampak Penting
Kriteria dalam menentukan dampak penting, yakni :
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena
dampak rencana usaha dan/atau kegiatan
2. Luas wilayah penyebaran dampak
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang
akan terkena dampak
5. Sifat kumulatif dampak
6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, dan/atau
7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
Program Studi Teknik Pertambangan
10
JTMB - ITERA
Kriteria Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
memiliki Amdal meliputi:
1. Jenis rencana usaha dan/atau Kegiatan
yang besaran/skalanya wajib Amdal,
dan/atau
2. Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan
yang lokasi Usaha dan/atau Kegiatan
dilakukan di dalam dan/atau berbatasan
langsung dengan kawasan lindung

Program Studi Teknik Pertambangan


11
JTMB - ITERA
Kriteria Usaha dan/atau Kegiatan (1/3)
Kriteria usaha dan/atau kegiatan yang
berdampak penting dan wajib amdal antara lain:
1. Pengubahan bentuk lahan dan bentang
alam
2. Eksploitasi sumber daya alam, baik yang
terbarukan maupun yang tidak terbarukan
3. Proses dan kegiatan yang secara potensial
dapat menimbulkan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup serta
pemborosan dan kemerosotan sumber daya
alam dalam pemanfaatannya

Program Studi Teknik Pertambangan


12
JTMB - ITERA
Kriteria Usaha dan/atau Kegiatan (1/3)
4. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat
mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan
buatan, serta lingkungan sosial dan budaya
5. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan
mempengaruhi pelestarian kawasan
konservasi sumber daya alam dan/atau
perlindungan cagar budaya
6. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan,hewan,
dan jasad renik
7. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati
dan nonhayati

Program Studi Teknik Pertambangan


13
JTMB - ITERA
Kriteria Usaha dan/atau Kegiatan (1/3)
8. Kegiatan yang mempunyai risiko tinggi
dan/atau mempengaruhi pertahanan negara,
dan/atau
9. Penerapan teknologi yang diperkirakan
mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup

Program Studi Teknik Pertambangan


14
JTMB - ITERA
Dokumen Amdal
Dokumen amdal memuat antara lain :
1. Pengkajian mengenai dampak rencana
usaha dan/atau kegiatan
2. Evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana
usaha dan/atau kegiatan
3. Saran masukan serta tanggapan
masyarakat terhadap rencana usaha
dan/atau kegiatan
4. Prakiraan terhadap besaran dampak serta
sifat penting dampak yang terjadi jika
rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut
dilaksanakan
Program Studi Teknik Pertambangan
15
JTMB - ITERA
Dokumen Amdal
5. Evaluasi secara holistik terhadap dampak
yang terjadi untuk menentukan kelayakan
atau ketidaklayakan lingkungan hidup, dan
6. Rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup

Program Studi Teknik Pertambangan


16
JTMB - ITERA
Pelibatan Masyarakat
• Pelibatan masyarakat dalam menyusun dokumen
amdal harus dilakukan berdasarkan prinsip pemberian
informasi yang transparan dan lengkap serta
diberitahukan sebelum kegiatan dilaksanakan
• Masyarakat yang dilibatkan dalam penyusunan
dokumen amdal meliputi:
– Masyarakat yang terkena dampak
– Pemerhati lingkungan hidup, dan/atau
– Masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk
keputusan dalam proses amdal
• Masyarakat yang dilibatkan dapat mengajukan
keberatan terhadap dokumen amdal
Program Studi Teknik Pertambangan
17
JTMB - ITERA
Komisi Penilai Amdal
• Dokumen amdal dinilai oleh Komisi Penilai
Amdal yang dibentuk oleh Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya
• Komisi Penilai Amdal wajib memiliki lisensi
dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya

Program Studi Teknik Pertambangan


18
JTMB - ITERA
Komisi Penilai Amdal
Keanggotaan Komisi Penilai Amdal terdiri atas wakil dari
unsur-unsur berikut:
a) Instansi lingkungan hidup
b) Instansi teknis terkait
c) Pakar di bidang pengetahuan yang terkait dengan
jenis usaha dan/atau kegiatan yang sedang dikaji
d) Pakar di bidang pengetahuan yang terkait dengan
dampak yang timbul dari suatu usaha dan/atau
kegiatan yang sedang dikaji
e) Wakil dari masyarakat yang berpotensi terkena
dampak, dan
f) Organisasi lingkungan hidup
Program Studi Teknik Pertambangan
19
JTMB - ITERA
Komisi Penilai Amdal
 Komisi Penilai Amdal dibantu oleh tim teknis
yang terdiri atas pakar independen yang
melakukan kajian teknis dan sekretariat yang
dibentuk untuk itu
 Pakar independen dan sekretariat ditetapkan
oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya

Program Studi Teknik Pertambangan


20
JTMB - ITERA
Komisi Penilai Amdal
 Komisi Penilai Amdal dibantu oleh tim teknis
yang terdiri atas pakar independen yang
melakukan kajian teknis dan sekretariat yang
dibentuk untuk itu
 Pakar independen dan sekretariat ditetapkan
oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya

Program Studi Teknik Pertambangan


21
JTMB - ITERA
Penyusunan Dokumen Amdal

Program Studi Teknik Pertambangan


22
JTMB - ITERA
Pendahuluan
 Amdal disusun oleh Pemrakarsa pada tahap
perencanaan suatu Usaha dan/atau Kegiatan
 Lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan wajib
sesuai dengan rencana tata ruang
 Kesesuaian lokasi rencana usaha dan/atau Kegiatan
dengan rencana tata ruang dibuktikan dengan
konfirmasi kesesuaian kegiatan pemanfaatan
ruang atau rekomendasi kesesuaian kegiatan
pemanfaatan ruang
 Apabila lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan
tidak sesuai dengan rencana tata ruang, dokumen
Amdal tidak dapat dinilai dan wajib dikembalikan
kepada Pemrakarsa
Program Studi Teknik Pertambangan
23
JTMB - ITERA
Pendahuluan
• Penyusunan Amdal dituangkan ke dalam
dokumen Amdal yang terdiri atas:
a) Kerangka Acuan
b) Andal, dan
c) RKL-RPL
• Kerangka Acuan menjadi dasar penyusunan
Andal dan RKL-RPL
• Penanggung jawab usaha dan/atau Kegiatan
dalam penyusunan Amdal dapat dilakukan sendiri
atau menunjuk pihak Iain dalam hal tidak mampu
• Penyusunan Amdal wajib dilakukan oleh
penyusun yang memiliki sertifikat kompetensi
Program Studi Teknik Pertambangan
24
JTMB - ITERA
Pendekatan Studi
Dalam menyusun dokumen Amdal, Pemrakarsa
wajib menggunakan pendekatan studi :
1) Tunggal
2) Terpadu, atau
3) Kawasan

Program Studi Teknik Pertambangan


25
JTMB - ITERA
Pendekatan Studi
Pendekatan studi tunggal dilakukan apabila
Pemrakarsa merencanakan untuk melakukan 1
(satu) jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang
kewenangan pembinaan dan/atau
pengawasannya berada di bawah 1 (satu)
kementerian, lembaga pemerintah
nonkementerian, satuan kerja pemerintah
provinsi, atau satuan kerja pemerintah
kabupaten/kota

Program Studi Teknik Pertambangan


26
JTMB - ITERA
Pendekatan Studi
Pendekatan studi terpadu dilakukan apabila
Pemrakarsa merencanakan untuk melakukan
lebih dari 1 (satu) jenis Usaha dan/atau
Kegiatan yang perencanaan dan
pengelolaannya saling terkait dalam satu
kesatuan hamparan ekosistem serta pembinaan
dan/atau pengawasannya berada di bawah
lebih dari 1 (satu) kementerian, lembaga
pemerintah nonkementerian, satuan kerja
pemerintah provinsi, atau satuan kerja
pemerintah kabupaten/kota

Program Studi Teknik Pertambangan


27
JTMB - ITERA
Pendekatan Studi
Pendekatan studi kawasan dilakukan apabila
Pemrakarsa merencanakan untuk melakukan
lebih dari 1 (satu) Usaha dan/atau Kegiatan
yang perencanaan dan pengelolaannya saling
terkait, terletak dalam satu kesatuan zona
rencana pengembangan kawasan, yang
pengelolaannya dilakukan oleh pengelola
kawasan

Program Studi Teknik Pertambangan


28
JTMB - ITERA
Penyusun Dokumen Amdal
• ASN yang bekerja pada instansi Lingkungan
Hidup pusat, organisasi perangkat daerah yang
membidangi Lingkungan Hidup provinsi, atau
organisasi perangkat daerah yang membidangi
Lingkungan Hidup kabupaten/kota dilarang
menjadi penyusun Amdal
• ASN yang bekerja pada instansi Lingkungan
Hidup pusat, organisasi perangkat daerah yang
membidangi Lingkungan Hidup provinsi, atau
organisasi perangkat daerah yang membidangi
Lingkungan Hidup kabupaten/kota kota bertindak
sebagai penanggung jawab Usaha dan,/atau
Kegiatan dapat menjadi penyusun Amdal.
Program Studi Teknik Pertambangan
29
JTMB - ITERA
Penyusun Dokumen Amdal
Penyusuna Amdal dimulai dengan penyediaan data
dan informasi sebagai berikut:
a. Hasil penapisan kewenangan penilaian Amdal
b. Deskripsi rencana Usaha dan/atau Kegiatan
c. Rona Lingkungan Hidup awal di dalam dan di
sekitar lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan
yang akan dilakukan, dan
d. Hasil pengumuman dan konsultasi publik

Program Studi Teknik Pertambangan


30
JTMB - ITERA
Pengikutsertaan Masyarakat
• Pemrakarsa dalam menyusun dokumen
Amdal mengikutsertakan masyarakat:
a. Masyarakat yang terkena dampak
b. Pemerhati lingkungan hidup, dan/atau
c. Masyarakat yang terpengaruh atas
segala bentuk keputusan dalam proses
Amdal
• Pengikutsertaan masyarakat dilakukan
melalui:
a. Pengumuman rencana Usaha dan/atau
Kegiatan, dan
b.Program
Konsultasi publik
Studi Teknik Pertambangan
31
JTMB - ITERA
Pengikutsertaan Masyarakat
• Pengikutsertaan masyarakat dilakukan
sebelum penyusunan dokumen Kerangka
Acuan
• Masyarakat yang dilibatkan dalam
penyusunan dokumen amdal dalam jangka
waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak
pengumuman berhak mengajukan saran,
pendapat, dan tanggapan terhadap rencana
Usaha dan/atau Kegiatan
• Saran, pendapat, dan tanggapan
sebagaimana disampaikan secara tertulis
kepada Pemrakarsa dan Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota
Program Studi Teknik Pertambangan
32
JTMB - ITERA
Penyusun Dokumen Amdal
• Pemrakarsa dalam menyusun dokumen
Amdal dapat dilakukan sendiri atau
meminta bantuan kepada pihak lain
• Pihak lain meliputi penyusun Amdal:
– Perorangan, atau
– Pihak yang tergabung dalam lembaga
penyedia jasa penyusunan dokumen
Amdal

Program Studi Teknik Pertambangan


33
JTMB - ITERA
Penyusun Dokumen Amdal
• Penyusunan dokumen Amdal wajib dilakukan
oleh penyusun Amdal yang memiliki
sertifikat kompetensi penyusun Amdal
• Sertifikat kompetensi penyusun Amdal
diperoleh melalui uji kompetensi
• Setiap orang harus mengikuti pendidikan
dan pelatihan penyusunan Amdal dan
dinyatakan lulus untuk mengikuti uji
kompetensi
• Pendidikan dan pelatihan penyusunan Amdal
diselenggarakan oleh lembaga pelatihan
kompetensi di bidang Amda
Program Studi Teknik Pertambangan
34
JTMB - ITERA
Penyusun Dokumen Amdal
• Pegawai negeri sipil yang bekerja pada
instansi lingkungan hidup pusat, provinsi,
atau kabupaten/kota dilarang menjadi
penyusun Amdal
• Dalam hal instansi lingkungan hidup pusat,
provinsi, atau kabupaten/kota bertindak
sebagai Pemrakarsa, pegawai negeri sipil
dapat menjadi penyusun Amdal

Program Studi Teknik Pertambangan


35
JTMB - ITERA
Pengecualian Dokumen Amdal
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
berdampak penting terhadap lingkungan hidup
dikecualikan dari kewajiban menyusun Amdal
apabila:
a) Lokasi rencana Usaha dan/atau
Kegiatannya berada pada kabupaten/kota
yang memiliki rencana detail tata ruang yang
telah dilengkapi dengan Kajian Lingkungan
Hidup Strategis yang dibuat dan
dilaksanakan secara komprehensi dan rinci
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan

Program Studi Teknik Pertambangan


36
JTMB - ITERA
Pengecualian Dokumen Amdal
b) lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatannya
berada pada kawasan hutan yang telah
memiiiki rencana kelola hutan yang telah
dilengkapi dengan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis yang dibuat dan dilaksanakan
secara komprehensif dan rinci sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan

Program Studi Teknik Pertambangan


37
JTMB - ITERA
Pengecualian Dokumen Amdal
c) Program Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah yang telah memiliki kebijakan,
rencana, dan/atau program berupa rencana
induk yang telah dilengkapi dengan kajian
Lingkungan Hidup strategis yang dibuat dan
dilaksanakan secara komprehensif dan rinci
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
d) Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
dilakukan di dalam dan/atau berbatasan
langsung dengan kawasan lindung yang
dikecualikan

Program Studi Teknik Pertambangan


38
JTMB - ITERA
Pengecualian Dokumen Amdal
e) Merupakan kegiatan Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah yang dilakukan dalam
rangka penelitian dan bukan untuk tujuan
komersial
f) Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
berada di dalam kawasan yang telah
dilengkapi dengan Amdal kawasan dan
Persetujuan Lingkungan kawasan

Program Studi Teknik Pertambangan


39
JTMB - ITERA
Pengecualian Dokumen Amdal
g) Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
berada di dalam kawasan yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan, Usaha
dan/atau Kegiatan di dalam kawasan
dipersyaratkan menyusun RKL-RPL rinci
yang telah dilengkapi dengan Amdal
kawasan dan Persetujuan Lingkungan
kawasan
h) Dilakukan daiam kondisi tanggap darurat
bencana
i) Dalam rangka pemulihan fungsi Lingkungan
Hidup yang dilakukan oleh Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah di kawasan
yang tidak
Program Studi dibebani
Teknik PertambanganPerizinan Berusaha
40
JTMB - ITERA
Pengecualian Dokumen Amdal
j) Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
berbatasan langsung atau berada dalam
kawasan lindung, yang telah mendapatkan
penetapan pengecualian wajib Amdal dari
instansi yang berwenang dan bertanggung
jawab pengelolaan kawasan lindung

Program Studi Teknik Pertambangan


41
JTMB - ITERA
Pengecualian Dokumen Amdal
• Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a
sampai dengan huruf f, dan huruf j di atas,
wajib memiliki UKL-UPL atau SPPL sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
• Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam huruf g di
atas, wajib memiliki RKL-RPL rinci
berdasarkan Persetujuan Lingkungan
kawasan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan

Program Studi Teknik Pertambangan


42
JTMB - ITERA
Pengecualian Dokumen Amdal
• Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam huruf h dan
huruf i di atas, tidak memerlukan dokumen
Lingkungan Hidup

Program Studi Teknik Pertambangan


43
JTMB - ITERA
Pengecualian Dokumen Amdal
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
dikecualikan sebagaimana dimaksud pada d
sebelumnya, meliputi:
1. Eksplorasi pertambangan, minyak dan gas
bumi, dan panas bumi yang tidak diikuti
dengan Usaha dan/atau Kegiatan
pendukung yang skala/ besarannya wajib
Amdal
2. Penelitian dan pengembangan nonkomersial
di bidang ilmu pengetahuan yang tidak
mengganggu fungsi kawasan lindung
3. Kegiatan yang menunjang/mendukung
pelestarian kawasan lindung
Program Studi Teknik Pertambangan
44
JTMB - ITERA
Pengecualian Dokumen Amdal
4. Kegiatan yang terkait kepentingan
pertahanan dan keamanan negara yang
tidak memiliki Dampak Penting terhadap
Lingkungan Hidup
5. Kegiatan secara nyata tidak memiliki
Dampak Penting terhadap Lingkungan
Hidup, dan/atau
6. Budidaya yang diizinkan bagi penduduk asli
dengan luasan tetap dan tidak
mempengaruhi fungsi lindung kawasan dan
di bawah pengawasan ketat

Program Studi Teknik Pertambangan


45
JTMB - ITERA
Pengecualian Dokumen Amdal
Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak
penting terhadap lingkungan hidup dikecualikan
dari kewajiban menyusun Amdal apabila:
• Lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatannya
berada di kawasan yang telah memiliki Amdal
kawasan
• Lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatannya
berada pada kabupaten/kota yang telah
memiliki rencana detil tata ruang
kabupaten/kota dan/atau rencana tata ruang
kawasan strategis kabupaten/kota, atau
• Usaha dan/atau Kegiatannya dilakukan
dalam rangka tanggap darurat bencana
Program Studi Teknik Pertambangan
46
JTMB - ITERA
47
RB

1
PERKULIAHAN MINGGU KE-6

Perkembangan Amdal dan Kelayakan


Lingkungan

TA3121-Lingkungan Tambang

Program Studi Teknik Pertambangan


2
JTMB - ITERA
Perkembangan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(Amdal)

3
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Kajian mengenai dampak UU 32/2009


penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang
PP 27/2012
diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan UU 3/2020

4
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Kajian mengenai dampak penting pada


lingkungan hidup dari suatu usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan, UU 11/2020
untuk digunakan sebagai prasyarat
pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan atau
kegiatan serta termuat dalam
Perizinan Berusaha, atau persetujuan PP 22/2021
Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Daerah

5
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
• Merupakan instrumen untuk mengendalikan perubahan
lingkungan dengan tujuan:
• Mengurangi atau meniadakan dampak (akibat yang
tidak direncanakan atau diinginkan) dari suatu kegiatan
terhadap lingkungan
• Menemukan pemecahan yang optimal berkaitan
dengan dampak tersebut
• Mengatasi konflik yang terjadi akibat perbedaan nilai
dan/atau perbedaan kepentingan
• Melibatkan publik dalam proses pengambilan keputusan
• Amdal digunakan sebagai:
• Syarat pemberian izin
• Bagian dari studi kelayakan dari suatu rencana kegiatan
 kelayakan lingkungan, untuk melengkapi kelayakan
teknis dan ekonomis
Program Studi Teknik Pertambangan
6
JTMB - ITERA
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Dokumen amdal merupakan dasar penetapan keputusan
kelayakan lingkungan hidup
(UU 32/2009)

Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup adalah keputusan


yang menyatakan kelayakan lingkungan hidup dari suatu
rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi
dengan Amdal
(PP 22/2021)
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup diumumkan
kepada masyarakat
(UU 11/2020)
Program Studi Teknik Pertambangan
7
JTMB - ITERA
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
• a. Kerangka Acuan
Dokumen Amdal
• b. Andal
yang terdiri atas
(PP 27/2012) :
• c. RKL-RPL

• a. Formulir Kerangka Acuan


Dokumen Amdal
• b. Andal
yang terdiri atas
(PP 22/2021) :
• c. RKL-RPL

8
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Penyusunan Amdal dilakukan melalui tahapan (UU
22/2021):
a) Pelaksanaan pelibatan masyarakat terhadap rencana
Usaha dan/atau Kegiatan
b) Pengisian, pengajuan, pemeriksaan, dan penerbitan
berita acara, kesepakatan formulir Kerangka Acuan
c) Penyusunan dan pengajuan Andal dan RKL-RPL; dan
d) Penilaian Andal dan RKL-RPL

Pemeriksaan Formulir Kerangka Acuan dan penilaian Andal


dan RKL-RPL merupakan bagian uji kelayakan Amdal

Program Studi Teknik Pertambangan


9
JTMB - ITERA
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Dalam menyusun dokumen Amdal
harus mengikutsertakan masyarakat:
a. yang terkena dampak
b. pemerhati lingkungan hidup; PP 27/2012
dan/atau
c. yang terpengaruh atas segala
bentuk keputusan dalam proses
Amdal Penanggung jawab Usaha
dan/atau Kegiatan dalam
menyusun Amdal
PP 22/2021
melibatkan masyarakat
yang terkena dampak
langsung
1
0
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

PP 22/2021

Pemerhati Lingkungan hidup, peneliti, atau


Masyarakat yang terkena dampak langsung
lembaga swadaya masyarakat pendamping
Merupakan masyarakat yang berada di
yang telah membina dan/atau
dalam batas wilayah studi Amdal yang akan
mendampingi masyarakat terkena dampak
terkena dampak secara langsung baik
langsung dapat dilibatkan sebagai bagian
positif dan/atau negatif dari adanya
dari masyarakat yang terkena dampak
rencana Usaha dan/atau Kegiatan
langsung 1
1
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Masyarakat yang terkena dampak langsung berhak
mengajukan saran, pendapat, dan tanggapan
terhadap rencana Usaha dan/atau Kegiatan, dapat
berupa (UU 22/2021):
1. Informasi deskriptif tentang kondisi lingkungan
yang berada di dalam dan di sekitar lokasi/tapak
rencana Usaha dan/atau Kegiatan
2. Nilai-nilai lokal yang berpotensi akan terkena
dampak rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
akan dilakukan; dan/ atau
3. Aspirasi masyarakat, keinginan, dan harapan
terkait dengan rencana Usaha dan/atau Kegiatan

Program Studi Teknik Pertambangan


12
JTMB - ITERA
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Saran, pendapat, dan tanggapan masyarakat
disampaikan dengan menggunakan bahasa lndonesia
dan/atau bahasa daerah atau lokal yang sesuai
dengan lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan (UU
22/2021)

Program Studi Teknik Pertambangan


13
JTMB - ITERA
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Pelibatan masyarakat yang terkena dampak langsung
dilakukan melalui (PP 27/2012 dan PP 22/2021):
a. Pengumuman rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
dan
b. Konsultasi publik

Program Studi Teknik Pertambangan


14
JTMB - ITERA
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Pelibatan masyarakat yang terkena dampak langsung
melalui konsultasi publik mencakup (PP 22/2021) :
a) Kelompok masyarakat rentan (vulnerable group)
b) Masyarakat adat (indigenous people); dan/atau
c) Kelompok laki-laki dan kelompok perempuan
dengan memperhatikan kesetaraan gender

Program Studi Teknik Pertambangan


15
JTMB - ITERA
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Bentuk, cara, dan metode konsultasi publik dilakukan
secara dalam jaringan atau luar jaringan mencakup
(PP 22/2021):
a) Lokakarya
b) Seminar
c) Focus group discussion
d) Temu warga
e) Forum dengar pendapat
f) Dialog interaktif; dan/atau
g) Bentuk, cara, dan metode lain yang dapat
digunakan untuk berkomunikasi secara 2 (dua)
arah

Program Studi Teknik Pertambangan


16
JTMB - ITERA
Kelayakan Lingkungan

1
7
Kelayakan Lingkungan
 Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup adalah
keputusan yang menyatakan kelayakan
lingkungan hidup dari suatu rencana Usaha
dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan
Amdal
 Dokumen Amdal merupakan dasar uji kelayakan
lingkungan hidup untuk rencana usaha dan/atau
kegiatan
 Uji kelayakan lingkungan hidup dilakukan oleh tim
uji kelayakan lingkungan hidup yang dibentuk oleh
lembaga uji kelayakan lingkungan hidup
Pemerintah Pusat

Program Studi Teknik Pertambangan


18
JTMB - ITERA
Kelayakan Lingkungan
 Tim Uji Kelayakan Lingkungan Hidup adalah tim
yang dibentuk oleh Lembaga uji Kelayakan
Lingkungan Hidup yang berkedudukan di pusat
dan daerah untuk< melakukan uji kelayakan
 Tim uji kelayakan lingkungan hidup terdiri atas
unsur pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan
ahli bersertifikat

Program Studi Teknik Pertambangan


19
JTMB - ITERA
Kelayakan Lingkungan
 Pemerintah Pusat atau pemerintah Daerah
menetapkan Keputusan Kelayakan Lingkungan
Hidup berdasarkan hasil uji kelayakan lingkungan
hidup
 Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup
digunakan sebagai persyaratan penerbitan
perizinan Berusaha atau persetujuan Pemerintah
pusat atau Pemerintah Daerah

Program Studi Teknik Pertambangan


20
JTMB - ITERA
Kelayakan Lingkungan
 Tim Uji Kelayakan Lingkungan Hidup melakukan
telaahan dan memberikan arahan kepada
penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan
berupa:
 Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
mempengaruhi fungsi kawasan lindung; atau
 Rencana Usaha dan/atau Kegiatan tidak
mempengaruhi fungsi kawasan lindung

Program Studi Teknik Pertambangan


21
JTMB - ITERA
Kelayakan Lingkungan
 Tim Uji Kelayakan Lingkungan Hidup melakukan
pelibatan masyarakat dengan menempatkan
pengumuman yang disampaikan penanggung
jawab Usaha dan/atau Kegiatan kepada
masyarakat pada sistem informasi dokumen
Lingkungan Hidup bersamaan dengan
pengumuman yang dilakukan penanggung jawab
Usaha dan/atau Kegiatan
 Masyarakat yang dimaksud meliputi :
a. Pemerhati Lingkungan Hidup; dan/atau
b. Masyarakat berkepentingan lainnya

Program Studi Teknik Pertambangan


22
JTMB - ITERA
Kelayakan Lingkungan
 Masyarakat tersebut berhak mengajukan saran,
pendapat, dan tanggapan terhadap rencana
Usaha dan/atau Kegiatan dalam jangka 10
(sepuluh) hari kerja sejak pengumuman
dipublikasikan
 Saran, pendapat, dan tanggapan disampaikan
kepada Tim Uji Kelayakan Lingkungan Hidup
 Tim Uji kelayakan Lingkungan Hidup menyaring
saran, pendapat, dan tanggapan yang
disampaikan untuk memilah masukan yang
relevan

Program Studi Teknik Pertambangan


23
JTMB - ITERA
Kelayakan Lingkungan
Tim Uji Kelayakan Lingkungan Hidup menyampaikan
saran, pendapat, dan tanggapan yang relevan
kepada penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan
untuk digunakan dalam pengisian Formulir Kerangka
Acuan

Program Studi Teknik Pertambangan


24
JTMB - ITERA
Kelayakan Lingkungan
Formulir Kerangka Acuan yang telah diisi dan
diajukan oleh penanggung jawab Usaha dan/atau
Kegiatan diperiksa oleh:
a. Menteri melalui Tim Uji Kelayakan
Lingkungan Hidup yang berkedudukan di
pusat
b. Gubernur meialui Tim Uji Kelayakan
Lingkungan Hidup yang berkedudukan di
provinsi; atau
c. Bupati/wali kota melalui Tim Uji Kelayakan
Lingkungan Hidup yang berkedudukan di
kabupaten/kota

Program Studi Teknik Pertambangan


25
JTMB - ITERA
Kelayakan Lingkungan
Tim Uji Kelayakan Lingkungan Hidup dalam
melakukan pemeriksaan Formulir Kerangka Acuan
dapat melibatkan :
1. Ahli terkait dengan rencana Usaha dan/atau
Kegiatan atau Dampak Lingkungan Hidup dari
Usaha dan/atau Kegiatan; dan
2. Instansi terkait dengan rencana Usaha dan/atau
Dampak Lingkungan Hidup dari Usaha dan/atau
Kegiatan

Program Studi Teknik Pertambangan


26
JTMB - ITERA
Kelayakan Lingkungan
 Penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan
menyusun dokumen Andal berdasarkan Formulir
Kerangka Acuan
 Penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan
menyusun dokumen RKL-RPL berdasarkan
dokumen Andal

Program Studi Teknik Pertambangan


27
JTMB - ITERA
Kelayakan Lingkungan
Dokumen Andal dan dokumen RKL-RPL dilakukan
penilaian oleh :
1. Menteri rnelalui Tim Uji Kelayakan
Lingkungan Hidup yang berkedudukan di
pusat;
2. Gubernur melalui Tim Uji Kelayakan
LingkunganHidup yang berkedudukan di
provinsi; atau
3. Bupati/wali kota melalui Tim Uji Kelayakan
Lingkungan Hidup yang berkedudukan di
kabupaten/kota

Program Studi Teknik Pertambangan


28
JTMB - ITERA
Kelayakan Lingkungan
 Penilaian dilakukan melalui tahapan :
a. Penilaian administrasi; dan
b. Penilaian substansi
 Penilaian substansi dilakukan melalui rapat Tim Uji
Kelayakan Lingkungan Hidup secara tatap muka
langsung dan/atau dalam jaringan

Program Studi Teknik Pertambangan


29
JTMB - ITERA
Kelayakan Lingkungan
 Terhadap dokumen Andal dan dokumen RKL-RPL
yang tidak memerlukan perbaikan, Tim Uji
Kelayakan Lingkungan Hidup melakukan uji
kelayakan
 Terhadap dokumen Andal dan dokumen RKL-RPL
yang memerlukan perbaikan Tim Uji Kelayakan
Lingkungan Hidup mengembalikan dokumen Andal
dan dokumen RKL-RPL kepada penanggung
jawab Usaha dan/atau Kegiatan untuk diperbaiki
dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari kerja

Program Studi Teknik Pertambangan


30
JTMB - ITERA
31
Program Studi Teknik Pertambangan
JTMB - ITERA M. Akbari Danasla
PERKULIAHAN MINGGU KE-7

Keterlibatan masyarakat serta


prosedur dan sistematika AMDAL dan
Izin Lingkungan
TA3121 Lingkungan Tambang

Program Studi Teknik Pertambangan


JTMB - ITERA M. Akbari Danasla
Keterlibatan Masyarakat dalam
AMDAL

Prosedur dan Sistematika Izin


Lingkungan

Prosedur dan Sistematika AMDAL

M. Akbari Danasla 3
Keterlibatan Masyarakat dalam AMDAL

Program Studi Teknik Pertambangan


JTMB - ITERA M. Akbari Danasla
 Penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan dalam menyusun Amdal melibatkan
masyarakat yang terkena dampak langsung
 Masyarakat yang terkena dampak langsung merupakan masyarakat yang berada di
dalam batas wilayah studi Amdal yang akan terkena dampak secara langsung baik
positif dan/atau negatif dari adanya rencana Usaha dan/atau Kegiatan
 Pemerhati Lingkungan hidup, peneliti, atau lembaga swadaya masyarakat pendamping
yang telah membina dan/atau mendampingi masyarakat terkena dampak langsung
dapat dilibatkan sebagai bagian dari masyarakat yang terkena dampak langsung

M. Akbari Danasla 5
 Pelibatan masyarakat yang terkena dampak langsung dilakukan melalui :
 Pengumuman rencana Usaha dan/atau Kegiatan; dan
 Konsultasi publik
 Pelibatan masyarakat yang terkena dampak langsung melalui konsultasi publik
mencakup :
 Kelompok masyarakat rentan (vulnerable group)
 Masyarakat adat (indigenous people); dan/atau
 Kelompok laki-laki dan kelompok perempuan dengan memperhatikan kesetaraan
gender

M. Akbari Danasla 6
Bentuk, cara, dan metode konsultasi publik dilakukan secara dalam jaringan atau luar
jaringan mencakup :
 Lokakarya
 Seminar
 Focus group discussion
 Temu warga
 Forum dengar pendapat
 Dialog interaktif; dan/atau
 Bentuk, cara, dan metode lain yang dapat digunakan untuk berkomunikasi secara 2
(dua) arah

M. Akbari Danasla 7
 Sebelum pelaksanaan konsultasi publik penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan:
 Berkoordinasi dengan instansi terkait dan tokoh masyarakat yang akan dlibatkan
dalam proses konsultasi publik; dan
 Mengundang masyarakat yang akan dilibatkan dalam konsultasi publik
 Penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan dapat memilih salah satu atau kombinasi
dari berbagai bentuk, cara, dan metode konsultasi publik yang efektif dan efisien dapat
menjaring saran, pendapat, dan tanggapan masyarakat secara optimal

M. Akbari Danasla 8
 Masyarakat yang terkena dampak langsung berhak mengajukan saran, pendapat, dan
tanggapan terhadap rencana Usaha dan/atau Kegiatan dalam jangka waktu 10 (sepuluh)
hari kerja sejak pengumuman
 Saran, pendapat, dan tanggapan disampaikan secara tertulis kepada penanggung jawab
Usaha dan/atau Kegiatan
 Masyarakat yang terkena dampak langsung memberikan saran, pendapat, dan
tanggapan terhadap rencana Usaha dan/atau Kegiatan pada konsultasi publik
 Saran, pendapat, dan tanggapan terhadap rencana usaha dan/atau Kegiatan pada
konsultasi publik dicatat dalam berita acara konsultasi publik
 Pelibatan masyarakat yang terkena dampak langsung dilakukan sebelum penyusunan
Formulir Kerangka Acuan

M. Akbari Danasla 9
 Masyarakat wajib mencantumkan identitas pribadi yang jelas sesuai dengan dokumen
kependudukan dalam menyampaikan saran, pendapat, dan tanggapan
 Saran, pendapat, dan tanggapan masyarakat dapat berupa:
 Informasi deskriptif tentang kondisi lingkungan yang berada di dalam dan di sekitar
lokasi/tapak rencana Usaha dan/atau Kegiatan
 Nilai-nilai lokal yang berpotensi akan terkena dampak rencana Usaha dan/atau Kegiatan
yang akan dilakukan; dan/ atau
 Aspirasi masyarakat, keinginan, dan harapan terkait dengan rencana Usaha dan/atau
Kegiatan

M. Akbari Danasla 10
 Saran, pendapat, dan tanggapan masyarakat disampaikan dengan menggunakan bahasa
lndonesia dan/atau bahasa daerah atau lokal yang sesuai dengan lokasi rencana Usaha
dan/atau Kegiatan
 Berdasarkan saran, pendapat, dan tanggapan masyarakat yang telah diterima, penanggung
jawab Usaha dan/atau Kegiatan mendokumentasikan dan mengolah saran, pendapat, dan
tanggapan masyarakat kemudian wajib digunakan oleh penanggung jawab Usaha dan/atau
Kegiatan sebagai masukan dalam pengisian Formulir Kerangka Acuan

M. Akbari Danasla 11
Dalam melakukan pengumuman rencana Usaha dan/atau Kegiatan penanggung jawab Usaha
dan/atau Kegiatan wajib menyampaikan informasi secara ringkas, benar, dan tepat mengenai :
a. Nama dan alamat penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan
b. Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan
c. Skala/besaran dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan
d. Lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan
e. Dampak potensial terhadap lingkungan yang akan timbul dan konsep umum pengendalian
Dampak Lingkungan Hidup
f. Tanggal pengumuman mulai dipasang dan batas waktu penyampaian saran, pendapat, dan
tanggapan dari masyarakat
g. Nama dan alamat penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan yang menerima saran,
pendapat, dan tanggapan dari masyarakat

M. Akbari Danasla 12
 Informasi dalam pengumuman rencana Usaha dan/atau Kegiatan disampaikan dengan
menggunakan bahasa lndonesia yang baik dan benar, jelas, dan mudah dimengerti oleh
seluruh lapisan masyarakat
 Selain menggunakan bahasa Indonesia, informasi dalam pengumuman rencana Usaha
dan/atau Kegiatan dapat disampaikan dengan menggunakan bahasa daerah atau lokal yang
sesuai dengan lokasi dimana pengumuman tersebut akan dilakukan
 Pengumuman rencana Usaha dan/atau Kegiatan disampaikan melalui:
 Media massa; dan/atau
 Pengumuman pada lokasi Usaha dan/atau Kegiatan

M. Akbari Danasla 13
Selain media yang wajib digunakan untuk melakukan pengumuman penanggung jawab Usaha
dan/atau Kegiatan dapat menggunakan media lain untuk melakukan pengumuman, berupa :
 Media cetak seperti brosur, pamflet, atau spanduk;
 Media elektronik melalui televisi, laman, jejaring sosial, pesan elektronik, dan/atau radio;
 Papan pengumuman di instansi Lingkungan Hidup dan instansi yang membidangi Usaha
dan/atau Kegiatan di tingkat pusat, daerah provinsi, dan/atau daerah kabupaten/kota; dan
 Media lain yang dapat digunakan

M. Akbari Danasla 14
Prosedur dan Sistematika Izin Lingkungan

Program Studi Teknik Pertambangan


JTMB - ITERA M. Akbari Danasla
 Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL wajib
memiliki Izin Lingkungan
 Izin Lingkungan diperoleh melalui tahapan kegiatan yang meliputi:
1. Penyusunan Amdal dan UKL-UPL;
2. Penilaian Amdal dan pemeriksaan UKL-UPL; dan
3. Permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan

M. Akbari Danasla 16
 Pemrakarsa menyusun Andal dan RKL-RPL berdasarkan:
a) Kerangka Acuan yang telah diterbitkan persetujuannya; atau
b) Konsep Kerangka Acuan, dalam hal jangka waktu telah terlampaui dan Komisi
Penilai Amdal belum menerbitkan persetujuan Kerangka Acuan
 Andal dan RKL-RPL yang telah disusun diajukan kepada:
a) Menteri melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal Pusat, untuk Kerangka Acuan
yang dinilai oleh Komisi Penilai Amdal Pusat;
b) Gubernur melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal provinsi, untuk Kerangka
Acuan yang dinilai oleh Komisi Penilai Amdal provinsi; atau
c) Bupati/walikota melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota, untuk
Kerangka Acuan yang dinilai oleh Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota
 Komisi Penilai Amdal melakukan penilaian Andal dan RKL-RPL sesuai dengan
kewenangannya
M. Akbari Danasla 17
 Komisi Penilai Amdal menugaskan tim teknis untuk menilai dokumen Andal dan RKL-
RPL yang telah dinyatakan lengkap secara administrasi, kemudian menyampaikan
hasil penilaian atas dokumen Andal dan RKL-RPL kepada Komisi Penilai Amdal
 Berdasarkan hasil penilaian Andal dan RKL-RPL, Komisi Penilai Amdal
menyelenggarakan rapat Komisi Penilai Amdal dan selanjutnya menyampaikan
rekomendasi hasil penilaian Andal dan RKL-RPL kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai kewenangannya
 Rekomendasi hasil penilaian Andal dan RKL-RPL dapat berupa:
a) Rekomendasi kelayakan lingkungan; atau
b) Rekomendasi ketidaklayakan lingkungan

M. Akbari Danasla 18
Rekomendasi ditetapkan berdasarkan pertimbangan paling sedikit meliputi:
1. Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak dari aspek
biogeofisik kimia, sosial, ekonomi, budaya, tata ruang, dan kesehatan masyarakat
pada tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi, dan pascaoperasi Usaha dan/atau
Kegiatan;
2. Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh Dampak Penting hipotetik sebagai
sebuah kesatuan yang saling terkait dan saling memengaruhi, sehingga diketahui
perimbangan Dampak Penting yang bersifat positif dengan yang bersifat negatif; dan
3. Kemampuan Pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang bertanggung jawab dalam
menanggulangi Dampak Penting yang bersifat negatif yang akan ditimbulkan dari
Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan, dengan pendekatan teknologi, sosial,
dan kelembagaan
M. Akbari Danasla 19
 Jangka waktu penilaian dilakukan paling lama 75 (tujuhpuluh lima) hari kerja,
terhitung sejak dokumen Andal dan RKL-RPL dinyatakan lengkap.
 Jika dokumen Andal dan RKL-RPL perlu diperbaiki, maka Komisi Penilai Amdal
mengembalikan dokumen Andal dan RKL-RPL kepada Pemrakarsa untuk diperbaiki
◎ Menteri, gubernur, atau bupati/walikota berdasarkan rekomendasi penilaian atau
penilaian akhir dari Komisi Penilai Amdal menetapkan keputusan kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan hidup dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari
kerja terhitung sejak diterimanya rekomendasi hasil penilaian atau penilaian akhir dari
Komisi Penilai Amdal

M. Akbari Danasla 20
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup paling sedikit memuat :
1. Dasar pertimbangan dikeluarkannya penetapan;
2. Pernyataan kelayakan lingkungan;
3. Persyaratan dan kewajiban Pemrakarsa sesuai dengan RKL-RPL; dan
4. Kewajiban yang harus dilakukan oleh pihak terkait

Keputusan ketidaklayakan lingkungan hidup paling sedikit memuat :


1. Dasar pertimbangan dikeluarkannya penetapan; dan
2. Pernyataan ketidaklayakan lingkungan

M. Akbari Danasla 21
 Permohonan Izin Lingkungan diajukan secara tertulis oleh penanggungjawab Usaha
dan/atau Kegiatan selaku Pemrakarsa kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya dan disampaikan bersamaan dengan pengajuan
penilaian Andal dan RKL-RPL atau pemeriksaan UKL-UPL
 Permohonan izin lingkungan harus dilengkapi dengan:
a) Dokumen Amdal atau formulir UKL-UPL;
b) Dokumen pendirian Usaha dan/atau Kegiatan; dan
c) Profil Usaha dan/atau Kegiatan
 Setelah menerima permohonan Izin Lingkungan Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota wajib mengumumkan permohonan Izin Lingkungan

M. Akbari Danasla 22
 Pengumuman untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib Amdal dilakukan oleh
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
 Pengumuman dilakukan melalui multimedia dan papan pengumuman di lokasi Usaha
dan/atau Kegiatan paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak dokumen Andal dan
RKL-RPL yang diajukan dinyatakan lengkap secara administrasi
 Masyarakat dapat memberikan saran, pendapat, dan tanggapan terhadap
pengumuman dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak
diumumkan
 Saran, pendapat, dan tanggapan dapat disampaikan melalui wakil masyarakat yang
terkena dampak dan/atau organisasi masyarakat yang menjadi anggota Komisi Penilai
Amdal

M. Akbari Danasla 23
 Pengumuman untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib Amdal dilakukan oleh
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
 Pengumuman dilakukan melalui multimedia dan papan pengumuman di lokasi Usaha
dan/atau Kegiatan paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak dokumen Andal dan
RKL-RPL yang diajukan dinyatakan lengkap secara administrasi
 Masyarakat dapat memberikan saran, pendapat, dan tanggapan terhadap
pengumuman dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak
diumumkan
 Saran, pendapat, dan tanggapan dapat disampaikan melalui wakil masyarakat yang
terkena dampak dan/atau organisasi masyarakat yang menjadi anggota Komisi Penilai
Amdal

M. Akbari Danasla 24
 Pengumuman untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib UKL-UPL dilakukan oleh
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
 Pengumuman dilakukan melalui multimedia dan papan pengumuman di lokasi Usaha
dan/atau Kegiatan paling lama 2 (dua) hari kerja terhitung sejak formulir UKL-UPL
yang diajukan dinyatakan lengkap secara administrasi
 Masyarakat dapat memberikan saran, pendapat, dan tanggapan terhadap
pengumuman dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak diumumkan
 Saran, pendapat, dan tanggapan dapat disampaikan kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya

M. Akbari Danasla 25
 Izin Lingkungan diterbitkan oleh:
a) Menteri, untuk Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-
UPL yang diterbitkan oleh Menteri;
b) Gubernur, untuk Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi
UKL-UPL yang diterbitkan oleh gubernur; dan
c) Bupati/walikota, untuk Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau
Rekomendasi UKL-UPL yang diterbitkan oleh bupati/walikota.
 Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota:
a) Setelah dilakukannya pengumuman permohonan Izin Lingkungan; dan
b) Dilakukan bersamaan dengan diterbitkannya Keputusan Kelayakan Lingkungan
Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL

M. Akbari Danasla 26
 Izin Lingkungan paling sedikit memuat :
a) Persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam Keputusan Kelayakan Lingkungan
Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL;
b) Persyaratan dan kewajiban yang ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota; dan
c) Berakhirnya Izin Lingkungan
 Izin Lingkungan berakhir bersamaan dengan berakhirnya izin Usaha dan/atau Kegiatan
 Izin Lingkungan yang telah diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
wajib diumumkan melalui media massa dan/atau multimedia
 Pengumuman dilakukan dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja sejak diterbitkan

M. Akbari Danasla 27
Prosedur dan Sistematika AMDAL

Program Studi Teknik Pertambangan


JTMB - ITERA M. Akbari Danasla
 Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup
wajib memiliki Amdal
 Amdal disusun oleh Pemrakarsa pada tahap perencanaan suatu Usaha dan/atau
Kegiatan
 Lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan wajib sesuai dengan rencana tata ruang
 Apabila lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan tidak sesuai dengan rencana tata
ruang, dokumen Amdal tidak dapat dinilai dan wajib dikembalikan kepada
Pemrakarsa

M. Akbari Danasla 29
 Penyusunan Amdal dituangkan ke dalam dokumen Amdal yang terdiri atas:
a) Kerangka Acuan;
b) Andal; dan
c) RKL-RPL.
 Kerangka Acuan menjadi dasar penyusunan Andal dan RKL-RPL
 Kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian yang membidangi sektor bidang
Usaha dan/atau Kegiatan wajib Amdal menyusun Formulir Kerangka Acuan spesifik
sesuai dengan jenis Usaha dan/atau Kegiatan
 Formulir Kerangka Acuan spesifik terdiri atas:
a) Formulir pelingkupan; dan
b) Formulir metode studi Andal

M. Akbari Danasla 30
 Kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian yang membidangi sektor bidang
Usaha dan/atau Kegiatan wajib Amdal, dalam menyusun Formulir Kerangka Acuan
spesifik berkoordinasi dengan Menteri
 Menteri memasukkan Formulir Kerangka Acuan spesifik yang disusun ke dalam sistem
informasi dokumen Lingkungan Hidup
 Penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan neengisi Formulir Kerangka Acuan
spesifik yang tersedia dalam sistem informasi dokumen Lingkungan Hidup

M. Akbari Danasla 31
 Formulir Kerangka Acuan yang telah diisi dan diajukan oleh penanggung jawab Usaha
dan/atau Kegiatan diperiksa oleh:
a. Menteri melalui Tim Uji Kelayakan Lingkungan Hidup yang berkedudukan di pusat;
b. Gubernur melalui Tim Uji Kelayakan Lingkungan Hidup yang berkedudukan di provinsi;
atau
c. Bupati/wali kota melalui Tim Uji Kelayakan Lingkungan Hidup yang berkedudukan di
kabupaten/kota
 Pemeriksaan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak
Formulir Kerangka Acuan diterima dari penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan
secara lengkap

M. Akbari Danasla 32
Tim Uji Kelayakan Lingkungan Hidup dalam melakukan pemeriksaan Formulir Kerangka
Acuan dapat melibatkan:
a. Ahli terkait dengan rencana Usaha dan/atau Kegiatan atau Dampak Lingkungan Hidup
dari Usaha dan/atau Kegiatan; dan
b. Instansi terkait dengan rencana Usaha dan/atau Dampak Lingkungan Hidup dari Usaha
dan/atau Kegiatan

M. Akbari Danasla 33
Hasil pemeriksaan Formulir Kerangka Acuan disusun dalam bentuk berita acara
kesepakatan Formulir Kerangka Acuan yang memuat informasi paling sedikit:
a. Dampak Penting hipotetik;
b. Batas wilayah studi dan batas waktu kajian;
c. Metode studi
d. Penetapan kategori Amdal; dan
e. Waktu penyusunan dokumen Andal dan RKL-RPL

M. Akbari Danasla 34
 Penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan menyusun dokumen Andal berdasarkan
Formulir Kerangka Acuan
 Dokumen Andal memuat:
 Pendahuluan;
 Deskripsi rencana Usaha dan/atau Kegiatan beserta alternatifnya;
 Deskripsi rinci rona Lingkungan Hidup;
 Hasil dan evaluasi pelibatan masyarakat;
 Penentuan Dampak Penting hipotetik yang dikaji, batas wilayah studi, dan batas
waktu kajian;
 Prakiraan Dampak Penting dan penentuan sifat penting dampak;
 Evaluasi secara holistik terhadap Dampak Lingkungan Hidup;
 Daftar pustaka; dan
 Lampiran.
M. Akbari Danasla 35
 Penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan menyusun dokumen RKL-RPL
berdasarkan dokumen Andal
 Dokumen RKL-RPL memuat:
 Pendahuiuan;
 Matrik RKL;
 Matrik RPL;
 Persyaratan dan kewajiban terkait dengan aspek Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang relevan terdiri atas pengolahan dan pembuangan Air
Limbah, pemanfaatan Air Limbah untuk aplikasi ke tanah, pembuangan, Emisi,
Pengelolaan Limbah B3, dan/atau pengelolaan dampak lalu lintas;
 Pernyataan komitmen penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan untuk
melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam RKL-RPL;
 Daftar pustaka; dan
 Lampiran. M. Akbari Danasla 36
 Penyusunan dokumen Andal dan dokumen RKL-RPL dibagi berdasarkan kategori
Usaha dan/ atau Kegiatan
 Kategori tersebut meliputi:
a) Kategori A;
b) Kategori B; atau
c) Kategori C
 Kategori ditentukan berdasarkan kriteria:
a. Kompleksitas rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
b. Dampak rencarla Usaha dan/atau Kegiatan terhadap Lingkungan Hidup;
c. Sensitifitas lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan; dan/atau
d. Kondisi daya dukung dan daya tampung Lingkungan Hidup di lokasi rencana
Usaha dan/atau Kegiatan

M. Akbari Danasla 37
 Penyusunan dokumen Andal dan dokumen RKL-RPL dalam jangka waktu:
a) Kategori A paling lama 180 (seratus delapan puluh) hari;
b) Kategori B paling lama 120 (seratus dua puluh) hari; dan
c) Kategori C paling lama 60 (enam puluh) hari
 Penyusunan dokumen Andal dan dokumen RKL-RPL bersifat sangat kompleks, jangka
waktu penyusunan dapat dilakukan lebih lama dari jangka waktu kategori A
 Penambahan waktu penyusunan dilakukan berdasarkan permohonan penanggung
jawab Usaha dan/atau Kegiatan

M. Akbari Danasla 38
 Penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan mengajukan dokumen Andal dan
dokumen RKL-RPL melalui sistem informasi dokumen Lingkungan Hidup kepada
menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya
 Pengajuan dokumen Andal dan dokumen RKL-RPL harus dilengkapi dengan
Persetujuan Teknis
 Persetujuan Teknis terdiri atas:
a. Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah;
b. Pemenuhan Baku Mutu Emisi;
c. Pengelolaan Limbah B3; dan/atau
d. Analisis mengenai dampak lalu lintas

M. Akbari Danasla 39
 Dokumen Andal dan dokumen RKL-RPL dilakukan penilaian oleh:
a) Menteri melalui Tim Uji Kelayakan Lingkungan Hidup yang berkedudukan di
pusat;
b) Gubernur melalui Tim Uji Kelayakan Lingkungan Hidup yang berkedudukan di
provinsi; atau
c) Bupati/wali kota melalui Tim Uji Kelayakan Lingkungan Hidup yang berkedudukan
di kabupaten/kota
 Penilaian dilakukan melalui tahapan :
a) Penilaian administrasi; dan
b) Penilaian substansi

M. Akbari Danasla 40
Penilaian administrasi meliputi:
a) Kesesuaian lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan dengan rencana tata ruang;
b) Persetujuan awal terkait rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
c) Persetujuan Teknis;
d) Keabsahan tanda bukti registrasi lembaga penyedia jasa penyusunan Amdal, apabila
penyusunan dokumen Andai dan dokumen RKL-RPL dilakukan oleh lembaga penyedia
jasa penyusunan Amdal;
e) Keabsahan tanda bukti sertifikasi kompetensi penyusun Amdal; dan
f) Kesesuaian sistematika dokumen Andal dan dokumen RKL-RPL dengan pedoman
penyusunan dokumen Andal dan dokumen RKL-RPL

M. Akbari Danasla 41
 Penilaian substansi meliputi:
a) Uji tahap proyek;
b) Uji kualitas kajian dokumen Andal dan dokumen RKL-RPL; dan
c) Persetujuan Teknis
 Apabila dalam hal hasil penilaian substansi terdapat Dampak Lingkungan Hidup yang
tidak dapat dikelola dan harus dilakukan perubahan Persetujuan Teknis, maka harus
mendapatkan persetujuan dari kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian
atau organisasi perangkat daerah yang berwenang

M. Akbari Danasla 42
Penilaian substansi dilakukan melalui rapat Tim Uji Kelayakan Lingkungan Hidup secara
tatap muka langsung dan/atau dalam jaringan serta dapat dilakukan lebih sari 1 (satu)
kali apabila Usaha dan/atau Kegiatan bersifat kompleks dan melibatkan banyak pihak

M. Akbari Danasla 43
Saat melakukan penilaian substansi, Tim Uji Kelayakan Lingkungan Hidup melibatkan
pihak :
a. Masyarakat yang terkena dampak langsung terhadap rencana Usaha dan/atau
Kegiatan;
b. Ahli terkait dengan rencana dan/atau dampak Usaha dan/atau Kegiatan;
c. Instansi sektor penerbit persetujuan awal dan Persetujuan Teknis;
d. Instansi pusat, provinsi, atau kabupaten/kota yang terkait dengan rencana dan/atau
dampak Usaha dan/atau Kegiatan; dan/atau
e. Masyarakat pemerhati Lingkungan Hidup dan/atau masyarakat berkepentingan
lainnya yang telah menyampaikan saran, pendapat, dan tanggapan yang relevan pada
pelibatan masyarakat di tahap penyusunan Formulir Kerangka Acuan (apabila tidak
diperoleh saran, pendapat, dan tanggapan
M. Akbari Danasla 44
 Terhadap dokumen Andal dan dokumen RKL-RPL yang tidak memerlukan perbaikan,
Tim Uji Kelayakan Lingkungan Hidup melakukan uji kelayakan
 Terhadap dokumen Andal dan dokumen RKL-RPL yang memerlukan perbaikan Tim Uji
Kelayakan Lingkungan Hidup mengembalikan dokumen Andal dan dokumen RKL-RPL
kepada penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan untuk diperbaiki dalam jangka
waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja

M. Akbari Danasla 45
M. Akbari Danasla
Kisi - Kisi
Ujian Tengah Semester
Gasal Tahun Akademik 2021/2022

Kode/Mata Kuliah : TA-3121/Lingkungan Tambang


Hari/Tanggal Ujian : Senin, 18 Oktober 2021
Dosen Pengampu : M. Akbari Danasla, S.Si., M.T.

KISI – KISI UJIAN TENGAH SEMESTER


1. Ujian terdiri dari 5 soal utama dan masing – masing nomor memiliki sub-soal dengan
tipe uraian.
2. Ujian dilaksanakan selama 120 menit dengan close book/tertutup.
3. Nilai akhir ujian maksimal 100 poin.
4. Materi ujian meliputi :
a) Isu-isu pertambangan dan lingkungan hidup.
b) Perkembangan kebijakan tentang lingkungan hidup di dunia dan isu-isu lingkungan
yang berkembang.
c) Sejarah perkembangan kebijakan tentang lingkungan hidup di Indonesia.
d) Peraturan perundangan tentang lingkungan hidup yang terkini.
e) Konsep dan kebijakan tentang AMDAL.
f) Perkembangan AMDAL dari waktu ke waktu serta pengertian tentang kelayakan
lingkungan.
g) Keterlibatan masyarakat dalam AMDAL serta prosedur dan sistematika AMDAL.
h) Kerangka Acuan, ANDAL dan RKL/RPL.
i) Izin Lingkungan .

Anda mungkin juga menyukai