Anda di halaman 1dari 9

RANGKUMAN TEKNIK LINGKUNGAN

A. PENDAHULUAN
1. POKOK BAHASAN:
a. Terminology lingkungan, sejarah kepedulian lingkungan,
kelembagaan, sampai ke filosofi lingkungan
b. AMDAL sebagai perangkat untuk merencana sampai dengan memonitor dan evaluasi
pembangunan yang berdampak sangat besar dari sudut pandang sustainable development.
(Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001 Tentang : Jenis Rencana
Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup)
c. UKL-UPL Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup, yang
selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau
kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan (UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP)
d. Dampak teknis dari konstruksi bangunan sipil yang harus menjadi perhatian sejak awal mengingat
dampaknya dapat berakobat untuk pihak internal (bangunan itu sendiri) atau pihak eksternal yaitu
yang bukan dari bagian pembangunan itu sendiri.

2. TERMINOLOGI & ISSUE


a. Terminology
Secara etimologi Ernest Kackel (1869) mengakatan bahwa ekologi berasal dari oikos (rumah
tangga) dan logos (ilmu) dan menurut beberapa penulis ecology adalah:
• De Bel
Studi tentang dampak total manusia dan hewan lain di keseibangan alam.
• William H. Matthews
Ekologi memfokuskan hubungan timbal balik antara organisme hidup dan lingkungan mereka.
• Joseph van Vleck
Ekologi adalah studi tentang komunitas tersebut dan bagaimana setiap spesies dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri dan berkontribusi untuk memenuhinya dan kebutuhan
tetangganya.
• Amsyari (1981)
Ilmu yang mempelajari hubungan antara organisme dengan yang
lainnya dan antara organisme dengan lingkunggannya.
• Otto Soemarwoto (1981)
Ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya
b. Issue global
Pada saat ini apa yang ada 3 pokok issues yang selalu dijadikan benchmark dalam setiap
pembicaraan multilateral yaitu:
• Democracy
• Human Right
• Environment
3. DAMPAK EMPIRIS
a. Asap kabut (1950 an)
b. Penyakit Minamata (1953)
c. The Silent Spring (1962)
d. Penyakit Minamata II (1964-1965)
e. Penyakit Minamata III (1973)
f. Kasus Fungisida (1970)
g. Waduk Aswan (1970)
h. Hama Wereng dan Kasus Buyat

4. KELEMBAGAAN INTERNASIONAL
a. Wakil Swedia pada 28 Mei 1968 menyarankan ke PBB agar ada konferensi internasional ttg
lingkungan hidup.
b. Dalam Strategy Pembangunan International bagi Dasawarsa Pembangunan Dunia ke 2’ pada 1
Juni 1970 PBB menyerukan penanggulangan kemerosotan kualitas lingkungan.
c. STOCKHOLM (1972) Pada 5-16 Juni 1972 diadakan United Nation Confrerence on the Human
Environment di Stockholm diikuti 113 negara, dan tanggal 5 Juni ditetapkan sebagai ‘Hari
Lingkungan Hidup Sedunia’.
d. WECD Pada Desember 1983 Sidang Umum PBB No. 38/161 dibentuk World Commission on
Environment and Development (WECD) dan Indonesia termasuk duduk dalam WECD yang
sekretariatnya di Geneve.
e. Rio (1992) Pada 3 -14 Juni 1992 Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro sbg
peringatan 20 thn Konferensi Stockholm 1972. Konferensinya disebut: United Nation
Conference on Environment and Development (UNCED) diikuti 177 kepala Negara dan wakil
pemerintah.
f. Rio+10 (2002)
g. Rio+20 (2012)
h. Konvensi Indonesia juga telah menandantangani, meratifikasi dan menyetujui berbagai perjanjian
lingkungan multilateral,

5. AGENDA 21 INDONESIA
6. PROTOKOL KYOTO
Ide dasar:
Negara-negara industri mengurangi minimal 5% atau seperti
keadaan 150 thn yg lalu dari tingkat emisi 1990 menjelang
2008-2012
Mengapa:
Pada 1850 ketika revolusi industri mulai konsentrasi gas rumah
kaca (grk) penting CO2 diatmosfer adlh 290 ppmv (part per
million by volume). Thn 2000 telah 350 ppmv dan 2100 akan jadi
580 ppmv dengan kenaikan temperature bumi 4,500 C, bila
konsumsi energi tetep spt sekarang,
7. KONSEP DAN HUKUM LINGKUNGAN
a. Konsep
1) Egoisme etis
Dalam egoisme etis yang dianggap relevan secara hakiki dalam
pertimbangan moral ialah dan hanyalah si pelaku moral (moral
agent).
2) Humanisme
Dalam humanisme, yang mempunyai wilayah moral patiency yang
lebih luas dari egoisme etis.
3) Vitalisme
Dalam vitalisme, lingkungan alam dalam hal ini makluk hidup
lainnya telah menjadi perhatian mengingat sesama makluk
mempunyai rasa yang sama dalam menikmati enak, sakit dll.
4) Altruisme planeter
Mengingat dari ketiga etika tersebut masih mungkin
ditingkatkan etika baru yang mana dalam paradigma ini bahwa
apa saja yang memiliki relevansi moral secara hakiki, tidak
hanya yang insani, hewani dan nabati tetapi juga pengada-pengada ragawi.
b. Hukum
Di Indonesia dengan Hukum Tata Lingkungan dengan asas,
yaitu principe of:
• legal security: kepastian hukum
• proportionality: keseimbangan
• equality: kesetaraan
• carefulness: kecermatan
• motivation: motivasi akan kepeutusan pangreh
• nonmisuse of competence: tak mencampur adukkan
wewenang
• fairplay: permainan layak
• reasonbleness: keadilan dan kewajaran
• meeting raised expectation: menanggapi harapan
yang ditimbulkan
• undoing the consequences of an annuled decession:
meniadakan akibat keputusan yang batal
• protecting the personal way of live: perlindungan
atas pandangan hidup
• wisdom or sapientia: kebijaksanaan
• public service: penyelenggaraan kepentingan umum
B. AMDAL
Dalam konsep Amdal akan selalu dibahas untuk ketiga hal masalah yaitu Geofisik-kimia, Biotis
dan Sosial ekonomi budaya serta kesehatan masyarakat.
1) Usaha-usaha yang diperkirakan berdampak penting
adalah:
• Pengubahan bentuk dan bentang alam
• Eksploitasi sda terbarui maupun tak terbarui
• Proses dan kegiatan yg merusak sda.
• Proses dan kegiatan yg berdampak sosial dan budaya.
• Proses dan kegiatan yg berdampak kawasan konservasi
sda dan atau cagar budaya.
• Introduksi jenis tumbuhan , jenis hewan dan jasad
renik.
• Pembuatan dan penggunaan bahan hayati maupun
nonhayati.
• Penerapan teknologi
• Kegiatan yg beresiko tinggi pd pertahanan negara.
2) Dampak penting ditentukan oleh:
• Jumlah manusia yang terkena dampak
• Luas wilayah penyebaran
• Lama dampak berlangsung
• Intensitas dampak
• Banyaknya komponen lingkungan terkena dampak
• Sifat kumulatif dampak
• Reversibelitas dampak (terpulihkan atau tidak)
3) Sifat kerusakan lingkungan (Emil Salim, 1993)
a. Perubahan lingkungan dimasa lampau berjalan lamban
sehingga kehidupan di bumi dapat menyesuaikan diri
dengan evolusi perubahan ini. Contoh: kenaikan suhu bumi akibat efek rumah kaca, banjir
akibat penggundulan hutan dll.
b. Kerusakan lingkungan bersifat global melewati batas negara.
Contoh: Pelumpuran sungai di India menyebabkan banjir di Bangladesh. Pencemaran di pantai
timur Sumatra atau di pantai barat Malaysia akan mencemari selat Malaka.
c. Kerusakan lingkungan saat ini menjangkau batas generasi hingga mencapai lintas generasi.
Contoh: penciutan sumbardaya hayati saat ini akan mengurangi kemungkinan digunakan oleh
generasi masa depan.
d. Kerusakan lingkungan saat ini bersifat irreversible/tak terpulihkan.
Contoh: Untuk yang tak terpulihkan semisal tambang mineral: emas, batubara, minyak dll.
Untuk yang Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan
Page 20 terpulihkan namun melampaui batas pemulihan adalah air, hutan dll.
e. Kerusakan lingkungan tidak hanya terbatas dalam bidang ekologi yang dapat ditangani secara
ilmiah semata namun merambah ke ranah sosekbudpol.
4) Sebab kerusakan lingkungan (Emil Salim, 1933)
1. Akibat pandangan ilmu ekonomi
➢ Dalam waktu pendek perkembangan ekonomi dianalisis akibatnya semua aspek jangka
pendek menjadi penting namun perubahan jangka panjang terdesak kebelakang.
Akibatnya inflasi tahunan memperoleh perhatian besar dan sebaliknya analisis
konjungtur jangka panjang terabaikan.
➢ Semua produksi plywood adalah hasil pengolahan hutan/kayu. Tanah, hutan dll
mempunyai dampak terhadap kehidupan manusia yaitu penyediaan sumber air dll.
Dengan diabaikannya tanah maupun hutan maka akan berakhir pula fungsi tanah maupun
hutan dan beraskibat terputusnya rantai sistem ekologi.
➢ Kegagalan mekanisme pasar untuk berfungsi secara utuh dalam kaitannya dengan
lingkungan.
➢ Ilmu ekonomi cenderung memperhatikan kepentingan individu dan mengabaikan
sumberdaya milik bersama (common resources)
➢ Ilmu ekonomi mengabaikan peranan komponen lingkungan dalam perhitungan Produk
Nasional Bruto (Gross National Product).

2. Akibat pandangan/wawasan manusia dalam tantangan kehidupan dan pembangunan.


➢ Menempatkan manusia terpisah dari ekosistem
hakikat lingkungan adalah interdependensi makhluk termasuk manusia, manusia
mempengaruhi dan juga dipengaruhi oleh lingkungannya. Diabaikannya kenyataann ini
akan melahirkan perilaku manusia yang merusak lingkungan.
➢ Kecenderungan manusia bersikap rasional.
➢ Teknologi yang mengabaikan lingkungan.
➢ Sifat pendewaan terhadap kehidupan serba materi.
➢ Kecenderungan more is prefered rather than less > ‘homo serrakus
C. UPL-UKL
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 13 Tahun 2010 Tanggal : 7 Mei 2010 Tentang
Format Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup (UKL-UPL).

D. DAMPAK PENTING PEMBANGUNAN


Dalam bab ini akan disajikan berbgai dampak yang terjadi akibat pembangunan dari berbgai macam
proyek. Setiap usikan alam akan menyebabkan ketidak-seimbangan terjadi, Alam dengan
fenomenanya sendiri akan menyesuaikan menuju keseimbangan baru.
1. Bendung
Suatu bangunan melintang sungai yang mempunyai dua
fungsi utama adalah menaikkan elevasi muka air sungai pada
lokasi tersebut agar air irigasi yang disadap dapat mencapai
lahan sawah memerlukan saluran pembawa yang pendek.
a. Hulu
1). Banjir > di daerah hilir > tanggul banjir
2). Erosi samping
b. Hilir
1). Erosi pada kaki bendung
• Rumus
• Model test
2). Erosi dasar
Scouring dan erosi dasar/samping Dalam membangun bendung yang meliputi bendung irigasi, check
dam, groundsill dan apapun bangunan yang melintang aliran sungai akan terjadi scouring atau erosi
karena olakan air yang jatuh dari elevasi tinggi ke elevasi rendah.
2. Bendungan
Yang dimaksud bendungan adalah bangunan melintang
sungai guna menciptakan genangan berupa waduk atau reservoir
air untuk dimanfaatkan airnya.
a. Hulu > longsoran tebing
b. Hilir > erosi dasar
c. Sosial budaya > bedol desa
d. Biotis > biodiversitas
3. Sabodam (checkdam)
Fungsi dari sabodam atau juga sering disebut checkdam adalah bangunan melintang sungai
seperti bendung dengan fungsi untuk menahan debris flow dari hulu agar tidak menimbun
dataran disebelah hilir. Dampak: Erosi dasar
4. Saluran drainase
Yang dimaksud saluran drainasi adalah pembanguanan
suatu selokan untuk membuang air agar tidak terjadi genangan.
a. Memperkecil resapan air
b. Banjir di hilir
5. Tanggul banjir
Tanggul adalah bangunan timbunan tanah yang
dimaksudkan untuk melindungi suatu kawasan dari genangan air
akibat meluapnya sungai.
a. Hulu > positif
b. Hilir > banjir
c. Daerah genangan > diluar tanggul
d. Resiko luapan
6. Sudetan (Short cut)
Yang dimaksud dengan sudetan adalah memotong kali pada
meandering yang berakibat panjang kali akan mengecil.
a. Hulu >pstif
b. Pada sudetan > erosi
c. Hilir > banjir
d. Bekas sungai > sengketa tataguna lahan
7. Jembatan
a. Erosi dasar (scouring)
b. Erosi samping (A – maka V +)
8. Kaptering
Yang dimaksud dengan kaptering adalah bangunan
penaNgkap air pada mata air.
a. Debit pengambilan tidak lebih besar
b. Debit pengambilan tidak lebih kecil
9. Eksploitasi air tanah
Yang dimaksud dengan eksploitasi air tanah adalah
pemompaan yang menyedot air tanah untuk keperluan tertentu.
a. Intrusi air laut
b. Amblesan
c. Muka air tanah turun
d. Tampungan air tanah mengecil
e. Konsentrasi pencemaran
10. Eksploitasi air tanah
Yang dimaksud dengan eksploitasi air tanah adalah
pemompaan yang menyedot air tanah untuk keperluan tertentu.
a. Intrusi air laut
b. Amblesan
c. Muka air tanah turun
d. Tampungan air tanah mengecil
e. Konsentrasi pencemaran
11. Reklamasi pantai
Dengan makin mahalnya harga lahan diperkotaan maka
banyak dilirik daerah laut dipinggir pantai untuk
dimanfaatkan dengan solusi teknik reklamasi.
a. Banjir di hulu
b. Erosi/Abrasi
12. Pusat Pembangkit Tenaga
Pembangunan PLTN maupun PLTU kan selalu menggunakan
air sebagai pendingin kondensornya selain bahan baker yang
digunakan berdampak penting pada PLTN.
a. Polusi
• Sisa pembakaran
• Cerobong
• Radiasi
b. Biota air
c. Sisa pembakaran/fly ash
13. Jalan (Tol)
a. Polusi
b. Masalah social
14. Industri
a. Hujan asam
b. Debu
c. Polusi.
15. Hotel
• Air
• Limbah
16. Rumah sakit
• limbah BBB
• Limbah radio aktif
• Limbah infectious
17. Real estate
a. Penutupan infiltrasi
b. Kebutuhan air dan polutan
c. Banjir
18. Kampus
a. Penutupan infiltrasi
b. Banjir
c. Pertumbuhan yang tidak terencana
19. Mall atau hypermarket
a. Transportasi
b. Pasar tradisional tumbang
20. Lapangan golf
a. Berkurangnya infiltrasi
b. Polusi
c. Air untuk pemeliharaan
21. Bandar Udara
a. Berkurangnya infiltrasi
b. Banjir di hilir
c. Kebisingan
22. Pelabuhan
a. Perubahan garis pantai
b. Sosial
23. Pertambangan Terbuka didarat
a. Berkurangnya daerah resapan
b. Sedimentasi
c. Perubahan bentang lahan
d. Polusi.
24. Pertambangan terbuka di perairan
a. Polusi air
b. Abrasi/sedimentasi
c. Biota
25. Pembukaan HPH
a. Hidro orologis
b. Biodiversitas
26. Quarry
a. Aliran air permukaan
b. Infiltrasi
c. Erosi
E. KOMPUTASI
1. Cerobong Asap
a. Konsentrasi debu
Untuk menyebarkan debu dari sisa pembakaran dipergunakan cerobong asap. Pembakaran ini
terutama yang menggunakan bahan baku batu bara seperti pada PLTU, pabrik semen dll. Semua
tulisan ini disarikan dari Peavy et all (1985). Dengan cerobong asap maka butiran akan terdispersi
dan menyebar hingga jarak tertentu masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 260 μm.
Dalam hal ini akan dikaji diameter butiran sisa pembakaran yang keluar dari ujung cerobong asap
fungsi jarak, dengan asumsi bahwa dengan butiran tertentu dibawah baku mutu masih jatuh
diwilayah pabrik dan tidak mengganggu permukiman penduduk.
b. Jarak dari Cerobong (Sunyoto, 1988)
Dalam hal ini akan dikaji jarak dari cerobong asap fungsi
diameter debu yang telah terdispersi. Dengan demikian dapat
direncanakan jarak permukiman yang terhindar dari
pencemaran debu diatas diameter butir diatas amabang batas.
c. Tinggi Cerobong (Sunyoto, 1988)
Tinggi cerobong dapat dihitung dengan persamaan yang
diturunkan oleh Sunyoto berdasar Taylor-Gauss.

Anda mungkin juga menyukai