Wound Dehiscene Perineum
Wound Dehiscene Perineum
TINJAUAN PUSTAKA
penyembuhan luka dapat kita kelompokkan dalam 3 fase; fase inflamasi, fase
proliferasi dan fase remodeling. Berbagai peristiwa setelah terjadinya luka berperan
kandungan bahan-bahan dalam darah sel-sel darah dan substansi bioaktif ke daerah
luka. Perlakuan jaringan dalam penanganan luka secara baik akan memberikan hasil
penyembuhan yang baik. Produk akhir dari penyembuhan luka adalah parut, parut
yang baik akan terlihat lebih kecil, halus dan tidak kentara. Selain perlakuan jaringan
luka, faktor lain juga sangat berpengaruh pada penyembuhan luka seperti ras,
genetik, lokasi luka, berbagai hal yang menyebabkan penyembuhan luka menjadi
lama. 1
dari kolagen 3. Sekurangnya sekarang dikenal ada 13 macam tipe kolagen4. Sifat
kolagen yang paling menentukan adalah tripel heliks yang terdiri dari 3 subunit
polipeptide. Sintesis dan degradasi kolagen dalam tubuh yang sehat diatur untuk
mempertahankan jumlah kolagen yang normal dalam jaringan luka. PO2 yang tinggi
Pada fase inflamasi dipicu oleh 2 macam mediator yaitu; mediator pengendali
diantaranya; histamin, serotonin dan bradikinin. Histamin berasal dari mastosit dalam
jaringan dan sel basofil dari peredaran darah. Serotonin berasal dari trombosit dan
berbagai sebab misalnya rusaknya mikrovaskuler oleh trauma, karena letak luka,
fase inflamasi yang memanjang akibat benda asing atau terjadi angiogenesis kembali
pada luka yang sama dimana histamin akan tetap dihasilkan terus menerus maka
fase inflamasi akan memanjang. Akibatnya yang ditandai oleh luka yang hiperemis
1994)3. Perineum adalah bagian yang terletak antara vulva dan anus panjangnya
rata-rata 4 cm.2,4
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan dan tak jarang juga
pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan
menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat.
Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama,
karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak janin, dan
melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena diregangkan terlalu lama.
5,6
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas
apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa
sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang dari pada biasa, kepala janin
melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada
vaginal.1,5,6
Menurut para ahli anatomi, perineum adalah wilayah pelvic outlet diujung
diafragma pelvic (levator ani). Batasannya dibentuk oleh pubic rami di depan ligament
sacro tuberos di belakang. Pelvic outletnya dibagi oleh garis melintang yang
melintang dangkal dan otot ischiocavernosus terletak dalam bagian terpisah yang
superfisial. Otot bulbospongiosus melingkari vagina dan masuk melalui bagian depan
(sfingter).4,7,8
persimpangan duapertiga bagian atas dan sepertiga bagian bawah labia minora.4,8
Pada wanita, otot perineal profunda melintang antara bagian depan dan
tipis dan sukar untuk digambarkan, karena itu kehadirannya tidak diakui oleh
sebagian ahli. Dibagian yang sama terletak juga otot cincin external uretra.8,9
Segitiga anal
Badan perineal
vagina dan kanal anus. Pada dataran saggita berbentuk segitiga. Pada sudut
segitiganya terdapat ruang rectovaginal dan dasarnya dibentuk oleh kulit perineal
antara bagian belakang fouchette vulva dan anus. Dalam bagian perineal terdapat
lapisan otot fiber bulbospongiosus, dataran perineal melintang dan otot cincin anus
bagian luar.4,9,10
Diatas bagian ini terdapat otot dubur membujur dan serat tengah otot pubo
rectalis, karena itu sandaran panggul dan juga sebagian hiatus urogenitalis antara
otot levator ani bergantung pada keseluruhan badan perineal. Bagi ahli kesehatan ibu
dan anak, istilah perineum merujuk sebagian besar pada wilayah fibromuskular
Anatomi anorektum
dan terdiri dari dua bagian yaitu kanal anus dan rektum. Kanal anus berukuran 3,5
puborectalis. Otot cincin anus terdiri dari tiga bagian (subcutaneus / bawah kulit),
superfisial (permukaan) dan bagian profunda (dalam) dan tidak bisa dipisahkan dari
menebalnya otot halus yang melingkar. Bagian ini dipisahkan dari bagian luar
pada jalan lahir tersebut terjadi pada : Dasar panggul/perineum, vulva dan vagina,
servik uteri, uterus sedangkan ruptur pada perineum spontan disebabkan oleh :
Perineum kaku, kepala janin terlalu cepat melewati dasar panggul, bayi besar, lebar
perineum, paritas.13,14
Yaitu luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab tertentu tanpa
dilakukan tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada saat persalinan
Yaitu luka perineum yang terjadi karena dilakukan pengguntingan atau perobekan
pada perineum: Episiotomi adalah torehan yang dibuat pada perineum untuk
Definisi :
Luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab tertentu tanpa dilakukan
tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada saat persalinan dan
biasanya tidak teratur. Tingkat robekan perineum dapat dibagi atas 4 tingkatan15:
Tingkat I : Robekan hanya terjadi pada selaput lender vagina dengan atau
Tingkat II : Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selama mengenai selaput
III atau IV. Beberapa kepustakaan juga membagi tingkat III menjadi beberapa
bagian seperti :
Robekan mukosa rectum tanpa robekan sfingter ani sangat jarang dan tidak
dengan memakai catgut yang dijahitkan secara jelujur (continuous suture) atau
maupun tingkat III, jika dijumpai pinggir yang tidak rata atau bergerigi, maka
Tingkat III : Mula-mula dinding depan rectum yang robek dijahit. Kemudian
fasia perektal dan fasia septum rektovaginal dijahit dengan kromik catgut,
sehingga bertemu kembali. Ujung- ujung otot sfingter ani yang terpisah oleh
karena robekan diklem dingan klem pean lurus. Kemudian dijahit dengan 2-3
Definisi episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan
terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum
rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum.5,8,12
atau ketiga. Laserasi derajat pertama mengenai fourchet, kulit perineum, dan
membran mukosa vagina, tetapi tidak mengenai fasia dan otot. Laserasi derajat
kedua mengenai kulit dan membran mukosa, fasia dan otot - otot perineum, tetapi
tidak mengenai m.sfingter ani. Bagian-bagian ini biasanya robek sampai ke atas pada
satu atau kedua sisi vagina, membentuk cedera segitiga yang tidak teratur. Laserasi
derajat ketiga mengenai mulai dari kulit, membran mukosa dan perineum,sampai
yang berkisar antara 13,3% sampai 84,6% pada satu studi, dengan rata-rata 51%
Episiotomi dalam arti sempit adalah insisi pudenda. Insisi ini dapat dibuat di
linea mediana (episiotomi mediana) atau dapat mulai di linea mediana tetapi
Daerah tindakan episiotomi sendiri adalah daerah yang sarat dengan koloni
bakteri ditambah lagi dengan kemampuan higienis yang kurang maka risiko
tergantung pada jenis episiotomi, derajat luka episiotomi, jenis jahitan yang
profilaksis. Komplikasi tersering dari luka episiotomi adalah infeksi, skar episiotomi,
Episiotomi medialis
Insisi dari ujung terbawah introitus vagina sampai batas atas otot sfingter ani,
Episiotomi mediolateral
Insisi dimulai dari garis tengah introitus vagina menuju ke arah samping
menjauhi anus. Arah insisi dapat dilakukan ke arah kanan atau kiri tergantung
kebiasaan operator.
Episiotomi lateral
Insisi dilakukan ke arah lateral mulai dari posisi jam tiga atau jam sembilan ke
arah lateral dengan menggunakan gunting mulai dari bagian tengah cincin
Episiotomi dilakukan saat kepala bayi tampak dengan garis tengah 2-3 cm di
luar his. Episiotomi yang dibuat terlalu cepat akan menyebabkan perdarahan
melengkung ke arah bawah lateral, melingkari rektum, serta sayatannya lebih lebar.
yang sehalus mungkin tetapi cukup kuat. Setiap tusukan jarum berpotensi
Menggunakan bahan sehalus mungkin tetapi cukup kuat (chromic cat gut 00),
Rockner dan Olund (1991) melaporkan kejadian infeksi pada luka perineum
akibat episiotomi 10% dibandingkan dengan hanya 2% kejadian infeksi pada luka
perineum akibat ruptur spontan. Dengan waktu penyembuhan 30% lebih lama pada
10%.6
luka episiotomi yang melibatkan sfingter ani dan atau mukosa rektum. Keadaan ini
juga akan meningkatkan angka komplikasi abses perineum, fistula rektovagina, dan
wound dehisence bila terjadi infeksi. Tanda-tanda tersering terjadinya infeksi adalah
Meskipun episiotomi rutin sering dilakukan di masa lalu (karena para penolong
dan infeksi, serta lukanya akan sembuh dengan baik daripada robekan / ruptur
sampai 84,6% pada satu studi, dengan rata-rata 51% diantara persalinan spontan.10
yang melibatkan berbagai sel dan jaringan dalam usaha untuk menutup tubuh
setiap perlukaan baik yang bersih maupun yang terinfeksi tubuh akan
• Penyembuhan primer
jaringan granulasi sangat minimal, misalnya pada luka sayat atau luka
• Penyembuhan sekunder
yang terbuka dan tidak dijahit atau luka suatu dead space. Keadaan ini
bisa terjadi karena kerusakan atau kehilangan jaringan yang cukup luas
atau infeksi.
• Penyembuhan tertier
bedah agar luka tertutup. Misalnya pada luka yang dibiarkan terbuka
Reaksi awal tubuh terhadap adanya trauma luka, antara hari 1-4, reaksi
vital yang terdapat dalam luka sebagai persiapan reparasi. Makin hebat
proses inflamasi terjadi makin lama fase ini berlangsung. Di dalam fase
seluler.
Fase ini terdiri dari proses epitelialisasi, kontraksi luka dan reparasi
sangat menonjol perannya. Fibroblas berasal dari sel mesenkin yang belum
glisin dan prolin. Fibroblas terbentuk dari resting sel disekitar pembuluh darah,
Jenis fibroblas yang muncul dalam luka memiliki ciri khas yaitu lebih mobil
(2.4.5)
dari pada fibroblas yang tidak aktif . Jenis ini dapat berkontraksi. Migrasi
sel-sel fibroblas didorong oleh transforming growth factor beta (TGFβ) yang
trombin dan serotonin yang dihasilkan oleh trombisit dan IL-1 yang dihasilkan
oleh keratinosit dan oleh FGF yang dihasilkan oleh sel-sel makrofag dan oleh
mulai hari ke 21 sampai terjadinya pematangan parut luka kira-kira 6-9 bulan
atau lebih dari 1 tahun ditandai dengan perubahan parut menjadi tipis, lemas,
pucat, tidak nyeri dan gatal. Levenson dkk mengamati terjadinya perubahan
histologi pada kolagen. Kolagen yang terjadi pada hari ke 5 masih tipis,
dengan fibril-fibril yang tidak teratur, dalam beberapa minggu atau bulan
persalinan dan nifas, dengan tanda infeksi jaringan sekitarnya, tepi luka
oleh infeksi. Infeksi luka episiotomi dikatakan infeksi bila tanda dan gejala
Bila cairan radang bisa keluar, biasanya keadaan infeksi tidak berat,
suhu sekitar 38°C dan nadi dibawah 100 per menit. Bila luka terinfeksi
tertutup oleh jahitan dan cairan radang tidak dapat keluar, demam bisa naik
sampai 39-40°C. 16
episiotomi. 19,20
Seorang penderita yang terkena infeksi pada luka episiotomi akan lebih
sulit dalam proses penyembuhan, dan bila berhasil bertahan maka lama
penderita. 8,21
Masa kehamilan
diderita ibu.
- Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu.
Selama persalinan
menjaga sterilitas.
- Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang hilang harus
bersalin.
- Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama.
Selama nifas
- Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula
alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan
harus steril.