Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jahe (Zingiber officinale rose) yang termasuk famili Zingiberaceae,
berasal dari bahasa sansekerta: Singaberi, dari bahasa arab:Zanzabil, dan dari
bahasa yunani :Zingaberi. Jahe telah digunakan sebagai tanaman rempah dan
obat sejak dulu. India dan Cina termasuk negara pemanfaat jahe sejak
bertahun-tahun silam. Oleh karenanya, India diduga sebagai negara tempat
jahe berasal. Sebelumnya telah disebutkan dalam De Materia Medica, bahwa
jahe saat itu banyak digunakan sebagai obat pembantu pencernaan karena
efek panasnya terhadap perut dan sebagai obat anti racun. Manfaat lain dari
tanaman beraroma khas ini adalah sebagai persediaan makanan segar dan
obat pencegah penyakit kulit para pelayar pada pelayaran antara Cina dan
Asia Tenggara.
Di Indonesia, jahe telah diakrapi oleh sebagian besar masyarakatnya.
Tak heran bila masing-masing daerah memiliki nama yang berbeda untuk
menyebut tanaman berkasiat ini. Nama-nama daerah bagi jahe tersebut antara
lain halia (Aceh), bahing (Batak karo), sipadeh atau sipodeh (Sumatera
Barat), Jahi (Lampung), jae (Jawa), Jahe (sunda), jhai (Madura), pese (Bugis),
lali (Irian).
Tanaman ini dapat tumbuh di daerah terbuka sampai agak ternaungi.
tanah yang disukai berbahan organik tinggi, berjenis latosol atau andosol, dan
berdrainase baik.Tanaman terna ini dapat tumbuh sampai pada ketinggian 900
meter dari permukaan laut, tetapi akan lebih baik tumbuhnya pada ketinggian
200-600 meter dari permukaan laut.. Budidaya jahe biasa dilakukan di ladang
secara monokultur atau tumpangsari. Parbanyakan yang biasa dilakukan
adalah cara vegetatif dengan perbanyakan rimpang.
.
Oleh karenanya, rimpang jahe merupakan bagian penting dari tanaman
ini. Rimpangnya sangat bermanfaat membantu pencernaan, mencegah mual,

1
sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan darah, gigitan serangga, diare,
rematik, dan masih banyak lagi manfaat dari tanaman ini.
Rimpang jahe merupakan bagian penting tanaman dan banyak
manfaatnya, baik secara biologis maupun ekonomis.
Secara biologis rimpangnya sangat bermanfaat bagi kesehatan,
misalnya membantu pencernaan, mencegah mual, sebagai antikoagulan,
menurunkan tekanan darah, gigitan serangga, diare, rematik, dan masih
banyak lagi manfaat dari tanaman ini.
Secara ekonomis, rimpang jahe dapat digunakan untuk berbagai
kepentingan dalam bentuk jahe segar maupun jahe olahan. Jahe segar sering
digunakan sebagai rempah dan berbagai keperluan lain seperrti obat
tradisional. Sementara jahe olahan dapat berupa jahe kering, jahe asin, jahe
dalam sirup, jahe kristal, bubuk jahe,minyak asiri, dan oleoresin. Masing-
masing bentuk olahan itu memiliki manfaat yang berbeda-beda. Namun
prospek bisnis kesemuanya sama bagusnya hal ini sesuai dengan hasil
perhitungan analisis usaha bahwa membudidayakan dan mengusahakan
pengolahan jahe bias mendatangkan keuntungan yang luar biasa.

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah
1. Untuk memenuhi persyaratan mengikuti perkuliahan tanaman obat.
2. Untuk mengetahui kegunaan tanaman jahe
3. Untuk menmbah pengetahuan tenang tanaman jahe
4. Untuk menambaha ketrampilan penulis menanam tanaman jahe.

1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah
1. Untuk menambah wawasan penulis tentang tanaman jahe
2. Untuk menambah pengetahuan bagi pembaca makalah ini.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi dan Habitat


Klasifikasi jahe
Regnum : Plantae
Divisio : Pteridophyta
Sub-diviso : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Scitaminae
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale rose
Morfologi
Jahe (Zingiber officinale rose) merupakan tanaman terna tahunan
dengan batang semu yang tumbuh tegak Tingginya berkisar 0,3 - 0,7 meter
dengan akar rimpang yang bisa bertahan lama di dalam tanah. Akar rimpang
itu mampu mengeluarkan tunas baru untuk mengganti daun dan batang yang
sudah mati.
Tanaman jahe ini terdiri atas bagian akar, batang, daun dan bunga.
Berikut ini akan diuraikan satu persatu.
a. Akar
akar merupakan bagian terpenting dari tanaman jahe. Pada bagian ini
tumbuh tunas-tunas baru yang kelak akan menjadi tanaman. Akar tunggal
(rimpang) bertahan kuat di dalam tanah dan makin membesar dengan
pertambahan usia serta membentuk rhizoma-rhizoma baru. Selain penting
secara botani, akar juga merupakan bagian terpenting secara ekonomis.
Akar rimpang jahe memiliki banyak kegunaan mulai sebagai bumbu
masak, obat-obatan, sampai menjadi minyak jahe. Oleh karenanya tujuan
penanaman jahe selalu untuk memperoleh rimpangnya.

3
Rimpang jahe memiliki aroma khas, bila dipotong berwarna putih,
kuning, atau jingga. Sementara bagian luarnya kuning kotor, atau bila telah
tua menjadi agak coklat keabuan. Akan tetapi bagian dalam rimpang jahe
biasanya memiliki dua warna yaitu bagian tengah(hati) berwarna ketuaan
dan bagian tepi berwarna agak muda.
b. Batang
Batang tanaman merupakan batang semu yang tumbuh tegak lurus.
Batang itu terdiri dari seludang-seludang daun tanaman dan pelepah-
pelepah daun yang menutupi batang. Bagian luar batang agak licin dan
sedikit mengkilap berwarna hijau tua. Biasanya batang dihiasi titik-titik
berwarna putih. Batang ini biasnya basah dan banyak mengandung air,
sehingga tergolang tanaman herba.
Batang jahe merupakan batang semu dengan tinggi 30 hingga 100
cm.
c. Daun
Daun menyirip(berbentuk lonjong dan lancip) dengan panjang 15
hingga 23 mm dan panjang 8 hingga 15 mm, menyerupai daun rumput-
rumputan besar. Daun itu sebelah menyebelah berselingan dengan tulang
daun sejajar sebagaimana tanaman monokotil lainnya. Pada bagian atas,
daun lebar dengan ujung agak lancip, bartangkai pendek, berwarna hijau
tua agak mengkilap. Sementara bagian bawah berwarna hijau muda dan
berbulu halus. Panjang daun sekitar 5 - 25 cm dengan lebar 0,8 - 2,5 cm.
tangkainya berbulu atau gundul dengan panjang 5 - 25 cm dan lebar 1 - 3
cm. ujung daun agak tumpul dengan panjang lidah 0,3 - 0,6cm. Bila daun
mati maka pangkal tangkai tetap hidup dalam tanah, lalu bertunas dan
menjadi akar rimpang baru.
d. Bunga
Bunga jahe berupa bulir yang berbentuk kincir, tidak berbulu,
dengan panjang 5 - 7 cm dan bergaris tengah 2 - 2,5 cm. Bulir itu
menempel pada tangkai bulir yang keluar dari akar rimpang dengan
panjang 15 - 25 cm. Tangkai bulir dikelilingi daun pelindung yang

4
berbentuk bulat lonjong, berujung runcing dengan tepi berwarna merah,
ungu, atau hijau kekuningan.
Bunga terlatak pada ketiak daun pelindung dengan beberapa bentuk,
yakni panjang, bulat telur, lonjong, runcing, atau tumpul.
Panjangnya berkisar 2 - 2,5 cm dan lebar 1 - 1,5 cm. Daun bunga
berbentuk tabung memiliki gigi kancil yang tumpul dengan panjang 1 - 1,2
cm. Sedang daun mahkota bagian bawah berbentuk tabung yang terdiri
dari tiga bibir dengan bentuk pisau lipat panjang serta runcing yang
berwarna kuning kehijauan.
Daun kelopak dan daun bunga masing-masing tiga buah yang
sebagian bertautan. Pada bunga jahe, benang sari yang dapat dibuahi hanya
sebuah sedangkan sebuah benang sari lain telah berubah bentuk menjadi
daun. Staminoid-staminoidnya membentuk tajuk mahkota beruang tiga
dengan bibir berbentuk bulat telur berwarna hitam belang.
Bunga jahe tumbuh dari dalam tanah berbentuk bulat telur dengan
panjang 3,5 hingga 5 cm dan lebar 1,5 hingga 1,75 cm. Gagang bunga
bersisik sebanyak 5 hingga 7 buah. Bunga berwarna hijau kekuningan.
Bibir bunga dan kepala putik ungu. Tangkai putik berjumlah dua.
 Habitat
Tanaman ini dapat tumbuh didaerah terbuka sampai agak ternaungi.
Tanah yang disukai adalah tanah yang gembur, subur, berhumus, berbahan
organik tinggi, dan berdrainase serta beraerasi baik.
Jahe merupakan tanaman monokotil yang memiliki akar serabut yang
tumbuhnya tidak begitu dalam. Kedalaman optimal pengolahan tanah bagi
tanaman jahe sekitar 10-20 cm.
Tanaman terna ini dapat tumbuh sampai pada ketinggian 900 meter
dari permukaan laut, tetapi akan lebih baik tumbuhnya pada ketinggian 200-
600 meter.
Tanaman jahe sangat tergantung pada ketersediaan air, karena jahe
membutuhkan 7-9 bulan basah sebelum mengalami masa senescen.
Curah hujan yang dibutuhkan tanaman ini antara 2500-4000 mm per
tahun.

5
 Jenis Jahe
Jahe dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan ukuran, bentuk, dan
warna rimpangnya, yaitu:
1) Jahe gajah
Merupakan jahe yang paling disukai di pasaran internasional.
Memiliki rimpang yang besar gemuk dan rasanya tidak terlalu pedas. Jenis
jahe ini bisa dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua,
baik sebagai jahe segar atau jahe olahan. Daging rimpang berwarna kuning
hingga putih.
2). Jahe kuning
Jahe kuning/putih kecil biasa disebut jahe sunti. Merupakan jahe
yang banyak dipakai sebagai bumbu masakan, terutama untuk konsumsi
lokal. Kandungan minyak asirinya lebih tinggi disbanding jahe badak,
maka dari itu rasa dan aromanya lebih pedas. Ukuran rimpang sedang
dengan warna kuning.
3). Jahe merah
Jahe jenis ini memiliki kandungan minyak asiri tinggi dan rasa
paling pedas, sehingga cocok untuk bahan dasar farmasi dan jamu atau
diekstrak oleoresin dan minyak asirinya. Ukuran rimpangnya paling kecil
dengan warna merah.dengan serat lebih besar dibanding jahe biasa.
 Kerabat Jahe
Jahe memiliki beberapa kerabat yang termasuk ke dalam famili
Zingiberaceae. Famili tanaman yang tidak berkayu yang memiliki aroma khas
ini sering digunakan sebagai rempah-rempah, bumbu, atau obat-obatan. Obat-
obatan yang berasal dari bagian bawah tanah itu biasanya disebut empon-
empon.
Kerabat jahe ini antara lain:
Limpuyang emprit (Zingiber americans)
Lempuyang wangi (Zingiber cassumunar)
Belakatuwa (Zingiber ordoriferum)
Bunglai hantu (Zingiber ottensi)
Lempuyang gajah (Zingiber zerumbet)

6
Gopak (Alpinia croeydocalyx), dan
Lengkuas (Alpinia galangal)
 Perbanyakan
Tanaman jahe dapat diperbanyak dengan beberapa cara. Cara yang paling
banyak dilakukan adalah cara vegetatif dengan menggunakan rimpangnya.
Sedangkan cara vegetatif lain adalah menggunakan rumpunnya. Cara
perbanyakan ini kurang banyak dilakukan pembudidaya jahe alasannya,
dengan menggunakan rimpang lebih banyak tanaman yang diperoleh karena
rimpang lebih kecil dengan beberapa tunas saja. Cara lain adalah dengan kultur
jaringan (tissue culture). Cara ini adalah proses perbanyakan tanaman dengan
menggunakan jaringan dari salah satu bagian tanaman. Cara kultur jaringan
mampu memberikan hasil yang cepat, banyak, dan hasilnya sama persis dengan
tanaman induknya. Hanya saja diperlukan pengetahuan, keterampilan, serta
peralatan laboratorium yang tidak murah. Sampai saat ini baru balai-balai
penelitian dan pembudidaya jahe bermodal besar yang menggunakan cara ini.
 Kandungan
Jahe mengandung komponen minyak menguap (Volatile oil), minyak tak
menguap (Non volatile oil), dan pati. Minyak menguap yang biasa disebut
minyak asiri merupakan komponen pemberi bau yang khas, sedangkan minyak
tak menguap yang biasa disebut oleoresin merupakan komponen pemberi rasa
pedas dan pahit. Komponen yang terdapat pada oleoresin merupakan gambaran
utuh dari kandungan jahe, yaitu minyak asiri dan fixed oil yang terdiri dari
zingerol, shogaol, dan resin.
Komponen yang terkandung dalam rimpang jahe ini sangat banyak
kegunaanya. Terutama sebagai rempah, industri farmasi dan obat tradisional,
industri parfum, industri kosmetika, dan lain sebagainya. Untuk lebih jelas
dibawah ini diuraikan secara rinci kandungan zat dalam jahe.
a. Oleoresin
Oleoresin adalah salah satu senyawa yang dikandung jahe yang
bisa diambil. Bentuk olahan jahe yang berupa oleoresin ini memiliki
banyak kelebihan, misalnya mampu mengatasi beberapa perubahan mutu
saat jahe segar atau jahe kering dieksport, mengurangi volume kemasan

7
jahe, mencegah pemalsuan atau penambahan benda lain pada jahe.
Oleoresin, ternyata lebih ringkas dibanding bubuk jahe. 1 kg oleorosin
setara dengan 28 kg bubuk jahe dengan kandungan dan cita rasa yang
sama. Dengan demikian biaya pangangkutan bisa ditekan. Selain itu
penggunaan lebih praktis, oleoresin mudah larut, mudah didisfersikan,
serta lebih mudah diolah, oleoresin inilah penyebab rasa pedas dan pahit.
Sifat pedas ini tergantung dengan umur panen. Semakin tua umur
panennya semakin pedas dan pahit. Selain itu jenis jahe juga menentukan
kandungan oleoresin. Dan jahe rasa pedasnya tinggi, seperti jenis emprit
kandungan oleoresinnya tinggi sedangkan jenis badak rasa pedasnya
kurang, kandungan oleoresin sedikit. Oleoresin dibuat dengan cara
ekstraksi tepung jahe dengan pelarut organik tertentu. Pelarut yang biasa
digungankan adalah ethanol, aseton, etilene dikhlorida, isopropenol dan
heksan. Oleoresin termasuk minyak tak menguap sehingga cara
mengekstraknya pun pada keadaan hampa udara. Komponen dalam
oleoresin adalah zingerol, zingerone, shogoal, resin dan minyak asiri.
b. minyak asiri
Minyak asiri biasa disebut minyak eteris, minyak menguap/terbang
atau essential oil. Ciri minyak asiri antara lain mudah menguap pada suhu
kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunayai rasa getir, berbau wangi
sesuai dengan tanaman penghasilnya dan umumnya larut dalam pelarut organic
dan tidak larut dalam air. Minyak asiri merupakan salah satu dari dua
komponen utama minyak jahe. Minyak asiri terdapat pada rimpang jahe segar,
jahe kering, atau oleoresin. Minyak asiri diperoleh dengan cara mendestilasi
jahe dengan sistem destilasi air, destilasi air dan uap, atau destilasi uap. Jahe
kering mengandung minyak asiri sebanyak 1-3%. Sedangkan jahe segar
kandungan minyak asirinya lebih banyak dari jahe kering. Apalagi kalau tidak
dikuliti sama sekali.
Minyak asiri merupakan pemberi aroma khas pada jahe. Komponen
utama minyak jahe adalah zingiberen dan zingiberol. Zingiberen adalah
senyawa paling utama dalam minyak jahe memiliki titik didih 34’C pada
tekanan 14mm. selama penyimpanan, senyawa zingiberen akan mengalami

8
resinifikasi. Sementara zingiberol merupakan seskwiterpen alkohol yang
menyebabkan aroma khas pada minyak jahe. Kegunaan minyak asiri adalah
sebagai bahan baku minuman ringan, industri farmasi seperti parfum dan
kosmetik, serta sebagai bahan penyedap. Kandungan minyak asiri pada
rimpang jahe ditentukan dengan umur panen dan jenis jahe. Pada umur panen
muda, kandungan minyak asiri banyak sedangkan pada panen tua
kandungannya makin menyusut, walau baunya semakin menyengat. Bagian
tepi dari umbi mengandung minyak lebih banyak dari bagian tengah demikian
pula dengan baunya.

2.2 Kegunaan dan Khasiat Jahe


Penggunaan jahe sebagai obat tradisional telah banyak dilakukan
orang sejak zaman dahulu.
Jahe segar dan jahe kering banyak digunakan sebagai bumbu masak
atau pemberi aroma pada makanan. Jahe segar dapat juga digunakan sebagai
obat. Irisan jahe yang diisap dapat melapangkan tenggorokan. Dapat juga bisa
digunakan sebagai minuman penghangat badan yang biasa dikenal dengan
“bandrek”.
Jahe muda dapat dimakan mentah sebagai lalap atau diolah menjadi
jahe awet yang berupa jahe asin, jahe dalam sirup atau jahe dalam kristal.
Jahe tua pun bisa diawetkan sebagai jahe kering dan jahe bubuk.
Dalam pengobatan tradisional Asia, jahe dipakai untuk mengobati
selesma, batuk, diare dan penyakit radang sendi tulang seperti artritis. Jahe
juga dipakai untuk meningkatkan pembersihan tubuh melalui keringat.
Bagi masyarakat Tionghoa, jahe yang disangrai(digoreng tanpa
minyak) ditambah beberapa ramuan lain diberikan kepada wanita yang baru
melahirkan. Selain berkhasiat menghalau serangan angin dan menghangatkan
tubuh, ramuan ini juga mengaktifkan sirkulasi darah dalam tubuh.
Minyak jahe berisi gingerol yang berbau harum khas jahe, berkhasiat
mencegah dan mengobati mual dan muntah, misalnya karena mabuk
kendaraan atau pada wanita yang hamil muda.

9
Disamping itu minyak jahe dapat digunakan sebagai obat penambah
nafsu makan, memperkuat lambung dan memperbaiki pencernaan. Proses
yang terjadi adalah terangsangnya selaput lendir perut besar(kelenjar
pencernaan) dan usus oleh minyak jahe. Dapat juga memperkuat otot usus,
membantu mengeluarkan gas usus serta membantu fungsi jantung.
Penelitian modern telah membuktikan secara ilmiah berbagai manfaat
jahe, antara lain :
• Menurunkan tekanan darah. Hal ini karena jahe merangsang pelepasan
hormon adrenalin dan memperlebar pembuluh darah, akibatnya darah
mengalir lebih cepat dan lancar dan memperingan kerja jantung
memompa darah.
• Membantu pencernaan, karena jahe mengandung enzim pencernaan yaitu
protease dan lipase, yang masing-masing mencerna protein dan lemak..
• Gingerol pada jahe bersifat antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan
darah. Jadi mencegah tersumbatnya pembuluh darah, penyebab utama
stroke, dan serangan jantung. Gingerol juga diduga membantu
menurunkan kadar kolesterol.
• Mencegah mual, karena jahe mampu memblok serotonin, yaitu senyawa
kimia yang dapat menyebabkan perut berkontraksi, sehingga timbul rasa
mual. Termasuk mual akibat mabuk perjalanan.
• Membuat lambung menjadi nyaman, meringankan kram perut dan
membantu mengeluarkan angin.
• Jahe juga mengandung antioksidan yang membantu menetralkan efek
merusak yang disebabkan oleh radikal bebas di dalam tubuh.

Jahe sebagai Obat Praktis


Jahe merupakan pereda rasa sakit yang alami dan dapat meredakan nyeri
rematik, sakit kepala, dan migren. Caranya, minum wedang jahe 3 kali sehari.
Bisa juga minum wedang ronde, mengulum permen jahe, atau menambahkan jahe
saat pada soto, semur, atau rendang.

10
Dau jahe juga berkhasiat, antara lain dengan ditumbuk dan diberi sedikit
air dapat dipergunakan sebagai obat kompres pada sakit kepala dan dapat
dipercikan ke wajah orang yang sedang menggigil.
Sedangkan rimpangnya ditumbuk dan direbus dalam air mendidih selama
lebih kurang ½ jam, kemudian airnya dapat diminum sebagai obat untuk
memperkuat pencernaan makanan dan mengusir gas di dalamnya, mengobati hati
yang membengkak, batuk dan demam.
Untuk mengobati rematik rematik siapkan 1 atau 2 rimpang jahe.
Panaskan rimpang tersebut di atas api atau bara dan kemudian ditumbuk. Tempel
tumbukan jahe pada bagian tubuh yang sakit rematik. Cara lain adalah dengam
menumbuk bersama cengkeh, dan ditempelkan pada bagian tubuh yang rematik.
Rimpang tumbuk juga dapat dipakai sebagai obat gosok pada penyakit
gatal karena sengatan serangga.
Rimpang yang ditumbuk, dengan diberi sedikit garam, kemudian
ditempelkan pada luka bekas gigitan ular beracun (hanya sebagai pertolongan
pertama sebelum penderita dibawa ke dokter).
Untuk mencegah mabuk perjalanan, ada baiknya minum wedang jahe
sebelum bepergian. Caranya: pukul-pukul jahe segar sepanjang satu ruas jari.
Masukkan ke dalam satu gelas air panas, beri madu secukupnya, lalu diminum.
Bisa juga menggunakan sepertiga sendok teh jahe bubuk, atau kalau tahan, makan
dua kerat jahe mentah.
Mengatasi influenza dapat dilakukan dengan rimpang jahe ditambah
ramuan lain. Caranya: taga gram jahe ditambah daun mentol, dua gram jeruk
kering, dan dua gram kayu manis direbus bersama. Kemudian airnya diminium
saat masuh hangat kuku.
Digunakan sebagai obat batuk
Caranya: potong jahe sebesar ibu jari lalu ditumbuk, setelah itu
tambahkan madu dan air matang. Kemudian diminum.
Jahe juga dapat mengobati luka lecet dan luka tikam karena duri atau
benda tajam, atau karena jatuh.
Caranya: Rimpang jahe ditumbuk dan ditambah garam sedikit lalu
diletakkan pada luka.

11
Untuk mengatasi reumatik sendi,
Caranya: gunakanlah air perasan jahe yang dipanaskan, lalu kain yang
dibasahi air perasan jahe ditempelkan pada tempat yang membengkak.
untuk syaraf muka yang sakit
Caranya: gunakan ramuan kentang dan tepung terigu yang dilunakan dan
ditambah bubukjahe. Ramuan itu ditempelkan pada tempat yang sakit sampai
sembuh.
Sebagai obat mencret
Caranya: 1 gelas perasan air temulawak diberi gula putih secukupnya
ditambah 10 tetes air jahe,lalu diminumkan pada si penderita.
Mengobati eksim
Caranya: air jahe dicampur dengan perasan lobak kemudian dioleskan
pada kulit yang terkena eksim, dalam waktu dua minggu hasilnya akan tampak.

12
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.   Tempat dan waktu pelaksanaan


Praktikum budidaya tanaman jahe  ini dilaksanakan di Desa Sukaharja

B.    Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan :
1. Bibit jahe
2. Pupuk kandang
3. Pupuk TSP
4. Pupuk Urea
5. Pupuk SP36
Alat yang digunakan:
1. Cangkul
2. Ember
3. Cetok
4. Garu

C.    Cara Kerja

1. Pembibitan
a. Bibit dipilih yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologis dan
mutu fisik.

b. pilih bibit jahe baru dan bibit baru yang memenuhi syarat tersebut,
dari tanaman yang sehat, kulit rimpang tidak terluka.

13
c.  potong jahe yang telah dipilih menjadi bagian kecil memiliki sekitar
3-5 mata tunas.
d. Pengolahan media tanam
1. Persiapan lahan
Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal harus diperhatikan
syarat-syarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman jahe.
2. Pembukaan lahan
Pengolahan tanah dengan dibajak sedalam kurang lebih 30 cm
dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur atau remah
dan membersihkan dari tanaman penganggu.

3. Pembentukan bendengan
Bendengan yang di buat dengan ukuran 3 meter x 2 meter dan di
ratakan dengan cangkul. Tanah juga di gemburkan supaya halus agar
mempermudah untuk menanam.
4. Teknik penanaman
a. Pembuatan jarak tanam
Pengukuran dengan menggunakan rafia, di buat dengan jarak tanam
40 cm x 20 cm.
b. Pembuatan lubang tanam
Untuk menghindari pertumbuhan jahe yang jelek, karena kondisi air
tanah yang buruk maka di buat bedengan , dan masing-masing
kelompok mendapatkan 2 bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang
kecil sedalam 3 cm – 7,5 cm untuk menanam bibit.

14
c. cara penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang
secara rebah ke dalam lubang tanam yang telah di siapkan dan di beri
furadan pada saat penanaman.

d. Pemiliharaan tanaman
2. Penyulaman
Sekitar 2 – 3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan untuk
melihat rimpang yang mati.
a. Penyiangan
Penyiangan di lakukan pada saat praktikum dengan pengamatan
langsung, jangan sampai tanaman penganggu yang menonjol pada
bedengan tersebut sehinnga tidak mengalahkan pertumbuhan jahe
tersebut.
b. Pembubunan
Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredarann udara dan air dapat
berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu
tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang kadang-
kadang muncul keatas permukaan tanah. Apabila tanaman jahe masih
muda, cukup tanah di cangkul tipis disekeliling rumpun dengan jarak
kurang lebih 30 cm.
c. Pemupukan
d. Pengairan dan penyiraman
Tanaman jahe tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk
pertumbuhannya.

15
e. Pengamatan

Dilakukan setiap praktikum di amati tanaman jahe yang tumbuh


tunasnya dan di catat.

16
BAB  IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 

A.    Hasil
Deskripsi Bibit baru :
1. Berat 111,5 gram
2. Jumlah mata tunas sedikit
3. Kadar air banyak
4. Ukuran tidak seragam
5. Aroma tajam
6. Kulit terlihat segar
Deskripsi Bibit lama :
1. Berat 55 gram
2. Jumlah mata tunas banyak
3. Kadar air sedikit
4. Ukuran tidak seragam
5. Aroma tidak tajam
6. Kulit terlihat layu

No Pertumbuhan
Bibit Baru Bibit Lama
1 1 tanaman Tidak ada (0%)
B.     Pembahasan
Pada praktikum ini dilaksanakan menggunakan bahan yaitu bibit jahe
dengan dua tipe yaitu bibit yang masih baik dari segi tampilan dan umurnya
dan bibit yang memiliki umur lebih atau melewati masa tanam optimal.
Melalui pembandingan ini diharapkan memberikan hasil yang berbeda pula
atau bahkan memiliki hasil panen yang sama sehingga praktikan mengetahui
jangka waktu maksimal penyimpanan bibit jahe tersebut.
Pada praktikum ini meliputi beberapa tahapan dalam penanamannya
yaitu persiapan lahan dengan menyiapkan lahan sesuai dengan petunjuk yang
telah diberikan dengan ukuran bedengan 2×3 dilanjutkan dengan pembersihan
gulma dari bedengan tersebut, setelah bedengan bersih kemudian pemupukan
per bedengan dan kemudian diteruskan dengan pembuatan lubang tanam

17
sesuai dengan jarak tanam yang telah diberikan yaitu 2×3 setelah lubang
tanam dibuat lalu dilakukan penanaman oleh praktikan. Setelah penanaman
selesai dilakukan penyiraman dan penyulaman bila terdapat tanaman yang
tidak tumbuh dalam 1 MST.
Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman yang tidak tumbuh
atau hidup pada 1 MST yang biasanya dikarenakan oleh hama pengganggu
atau keadaan cuaca yang tidak mendukung kehidupan bibit tersebut, seperti
hujan yang menyebabkan bibit menjadi busuk atau ayam yang biasanya ikut
mengganggu kehidupan jahe tersebut. Tahapan berikutnya dalam budidaya
tanaman jahe adalah perawatan yaitu meliputi penyiangan gulma, penyiraman
apabila tanaman kekurangan air dan pemupukan.
Praktikum diakhiri dan idealnya jahe masih dalam masa pertumbuhan,
berdasarkan data lapangan menunjukan bahwa semua tanaman tidak tumbuh
dikarenakan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi seperti cuaca pada saat
masa pertumbuhan, perawatan yang kurang maksimal dan bibit yang kurang
terlalu baik.
Pada saat praktikum dilaksanakan yaitu pada saat penanaman bisa
dikatakan curah hujan tidak terlalu tinggi atau bisa dikatakan lahan dalam
keadaan kering yang mana perlu dilakukan penyiraman sesuai dengan
kebutuhan lahannya. Dalam awal pertumbuhan jahe memerlukan air yang
cukup banyak untuk mengaktifkan hormon-hormon yang menunjang
perakaran dan penunasan, penyediaan air yang kurang saat awal tanam
menyebabkan tanaman tidak mampu tumbuh, karena bibit yang ditanam
dilapangan telah terpapar lama oleh pengaruh suhu lingkungan yang cukup
tinggi karena musim kemarau sehingga dapat menyebabkan kadar air bibit
berkurang dan endosperm mati. Keadaan lahan yang mana kecepatan tumbuh
gulmanya bisa dikatakan relatif cepat sehingga terjadi faktor kompetisi
perebutan makanan oleh tanaman tinggi bila tidak dilakukan penyiangan yang
berkala. Faktor kecepatan daya tumbuh gulma ini bisa disebabkan oleh
riwayat lahan yang telah mendapatkan hara yang cukup tinggi dari budidaya
tanaman sebelumnya. Gulma tertentu dapat mengeluarkan senyawa alelopat
sehingga ini juga dapat menjadi faktor penghambat pertumbuhan jahe. Bisa

18
dikatakan hara yang ada pada tanah mungkin relatif tinggi namun hara yang
tersedia atau dapat diserap oleh tanaman belum tentu tersedia cukup banyak
dimana gulma yang didominasi oleh rumput tekian memiliki umbi yang
banyak berada ditanah yang ada sebelum tanaman jahe ditanam sehingga
terhambatnya pertumbuhan jahe dapat disebabkan oleh faktor gulma dan
cuaca tersebut.
Faktor selanjutnya adalah bibit, pada praktikum kali ini digunakan
bahan tanam bibit jahe yang bagus dan tidak  bagus dilihat dari lama
penyimpanan dan penampakan bibitnya. Bibit yang digunakan seharusnya
dari kebun pembibitan langsung bukan bibit dari pasar. Idealnya terdapat
beda nyata baik secara hasil maupun tampilan tanaman, namun tidak terjadi
bisa disebabkan oleh faktor bibit yang tidak terlalu bagus sehingga
menyebabkan daya tumbuh antara keduanya tidak menunjukan perbedaan
yang signifikan atau bahkan dari kedua bahan tersebut tidak tumbuh dengan
baik. Bibit yang digunakan juga berasal dari pasar sehingga tidak dikettahui
umur pasti bibit, bibit yang tidak memenuhi kriteria umur bibit yang baik
tidak akan dapat tumbuh apabila ditanam dilapangan. Hal ini berkaitan
dengan persediaan cadangan makanan yang ada serta kandungan kimia yang
menunjang untuk pertumbuhan tersebut tidak memenuhi syarat. Dari semua
hal tersebut diatas sudah menunjukan faktor yang relatif menghambat
tumbuhnya tanaman jahe dan ditambah dengan faktor perawatan yang kurang
makasimal dari praktikan menambah besar persentase kegagalan dalam
budidaya jahe ini, jika perawatan dilakukan dengan initensif dan lebih sering
dilakukan pemantauan terhadap tanaman dimungkinkan dapat meminimalisir
kegagalan praktikum budidaya tanaman jahe tersebut dan hal ini menjadi
koreksi bagi praktikan (mahasiswa) untuk lebih teliti dan intensif terhadap
tanaman budidaya dalam praktikum selanjutnya.
 
 
 

19
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang didapat dari pembahasan yang dilakukan diatas


dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain yaitu :
1. Perlakuan menggunakan dua macam bahan tanam tidak memberikan hasil
yang bebeda nyata. Yaitu bibit yang sudah lama dan yang masih bagus
2. Pada tahap awal pertumbuhan bibit jahe memerlukan air yang cukup
banyak sehingga pada tahap awal pertumbuhan pengairan perlu
diperhatikan untuk memastikan jahe mendapatkan lingkungan yang
menunjang untuk pertumbuhan.
3. Asal usul bibit harus jelas untuk memastikan kualitas bibit begitu juga
dengan umur bibit yang mana akan mempengaruhi sifat kimia bibit yang
digunakan untuk penunasan ataupun pengakaran saat ditanam.
4. Budidaya yang baik hendaknya memperhatikan musim yang ada, apabila
musim kurang cocok maka memerlukan pekerjaan yang lebih, sehingga ini
akan menjadikan kurang efisien.

20
DAFTAR PUSTAKA

Lingga, Pinus, 1987 Resep-resep Obat Tradisional, Jakarta: Penebar Swadaya.


Paimin, Murhananto, 2000 Budidaya, Pengolahan, dan Perdagangan Jahe,
Jakarta:
Penebar Swadaya.
Suharjono, 1989 Budidaya Jahe, Rempah Yang Makin Diminati, Sura Karya.
Suratman, dkk., 1987 Pedoman Bercocok Tanam Jahe, Balittro: Badan Penelitian
dan
Pengembangan Pertanian.
Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai
rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang
menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa
keton bernama zingeron.
Jahe termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan). Nama ilmiah jahe diberikan
oleh William Roxburgh dari kata Yunani zingiberi, dari bahasa Sansekerta,
singaberi.

21

Anda mungkin juga menyukai