DAFTAR ISI
(EIGRP) ................................................................................................................... 35
MODUL I
KONFIGURASI DASAR ROUTER CISCO
I. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengenal peralatan router Cisco.
2. Mahasiswa dapat mengetahui perintah-perintah dasar pada Command Line Interface
(CLI).
3. Mahasiswa dapat mengkonfigurasi router Cisco.
Cisco router adalah peralatan utama yang banyak digunakan pada jaringan area
luas atau Wide Area Network (WAN). Dengan cisco router, informasi dapat
diteruskan ke alamat-alamat yang berjauhan dan berada di jaringan komputer yang
berbeda. Cisco router bertujuan untuk dapat meneruskan paket data dari suatu LAN
ke LAN lainnya dengan menggunakan tabel dan protocol routing yang berfungsi
untuk mengatur lalu lintas data.
Paket data yang tiba di router diperiksa dan diteruskan ke alamat yang dituju. Agar
paket data yang diterima dapat sampai ke tujuannya dengan cepat, router harus
memproses data tersebut dengan sangat tepat.
Kabel Console umumnya berwarna biru dengan konektor DB-9 disisi satu dan
konektor RJ-45 disisi lainnya, seperti pada gambar dibawah:
b. Kabel Straight
Kabel Straight merupakan jenis kabel yang umumnya digunakan untuk
menghubungkan dua tipe perangkat yang berbeda, misalnya menghubungkan
komputer dengan switch atau hub.
Kabel Staright dapat dikenali dengan melihat kedua ujung sisi konektor, apabila
susunan warnanya sama maka kabel tersebut adalah kabel Straight.
Pada aplikasi Cisco Packet Tracer anda dapat menemukan kabel Straight pada
Connection dengan bentuk dan simbol garis utuh berwarna hitam, seperti pada
gambar dibawah:
c. Kabel Crossover
Kabel Crossover merupakan jenis kabel yang umumnya digunakan untuk
menghubungkan dua tipe perangkat yang sama, misalnya menghubungkan dua
hub-hub atau switch-switch.
Kabel Crossover dapat dikenali dengan melihat kedua ujung sisi konektor,
apabila susunan warnanya berbeda maka kabel tersebut adalah kabel Crossover.
Pada aplikasi Cisco Packet Tracer anda dapat menemukan kabel Cross pada
Connection dengan bentuk dan simbol berupa garis putus-putus berwarna hitam,
seperti pada gambar dibawah:
Perintah yang berfungsi untuk melihat routing table dari sebuah router
cisco.
Router#show interfaces atau disingkat
Router#show int
Fungsi show interfaces ini adalah untuk menampilkan status dan
parameter yang diset pada interface dari router atau switch.
Router#show ip interface
Perintah show yang satu ini berfungsi untuk menampilkan informasi
yang terkait dengan layer ke 3 dari interface router.
Router#show ip interface brief
Perintah ini mirip dengan perintah show ip interface tapi hasil dari
perintah ini adalah berupa tampilan yang ringkas tentang kondisi layer 3
dari semua interface. Perintah ini sangat cepat dalam menampilkan
kondisi dan status dari semua interface.
Router#show protocols
Perintah ini mirip dengan perintah show interface namun hasil dari
perintah ini tampilannya ringkas dan mudah terbaca dengan cepat
tentang status dari semua interface terkait dengan layer 1 dan 2.
Router#show controllers
Show controllers berfungsi untuk menampilkan status dan kondisi fisik
dari sebuah interface, terutama terkait dengan jenis kabel serial yang
terkoneksi pada interface serial.
Router#show cdp neighbor atau disingkat
Router#sh cdp nei
Dengan perintah ini kita bisa mengetahui informasi tentang semua
perangkat router atau switch cisco yang terhubung langsung dengan
sebuah router atau switch Cisco yang menjalankan perintah ini.
v Erase: perintah untuk menghapus
Router#erase startup → untuk menghapus konfigurasi
startup yang disimpan di nvram
v Write: untuk menyimpan atau menulis suatu file ke memori nvram
untuk cisco ios versi lama 10.3 dan sebelumnya
Router#write memory → untuk mengkopi konfigurasi running
ke nvram untuk perubahan permanen, sama dengan perintah
copy running-config startup-config
Router(config-if)#
Router>enable
Router#configure terminal
Router(config)#interface serial 0/0
Router(config-if)#clock rate 64000
3. Setelah itu tambahkan modul interface serial ke router CISCO 0 dan 1 dengan cara
klik router – lalu pada tab Physical - klik switch OFF untuk menonaktifkan router –
pada kolom sebelahnya klik modul WIC-2T (WAN Interface Card) – drag modul
WIC-2T lalu drop pada kotak kiri bagian bawah. Lalu nyalakan kembali switch ON
saat selesai.
4. Hubungkan antara Router0 dengan Router1 menggunakan kabel Serial. DCE pada sisi
Router0 (ditandai dengan icon clock) dan DTE pada sisi Router1.
5. Hubungkan Router dengan PC dengan menggunakan kabel Console. Pada sisi Router
hubungkan melalui port Console dan pada sisi PC hubungkan melalui port RS-232.
6. Hubungkan Router dengan Switch dengan menggunakan kabel Straight, begitu pula
pada PC dengan Switch.
7. Setelah semua terhubung, lakukan konfigurasi pada Router dengan cara dengan
mengklik dua kali PC yang terhubung ke Router dengan kabel Console. Masuk ke tab
Desktop > Terminal. Setting parameter terminal seperti pada gambar dibawah lalu
tekan OK.
8. Ketika Router pertama kali digunakan, maka Router belum memiliki startup-
configuration, sehingga console akan diarahkan ke mode setup. Ketik “no” untuk
masuk ke user exec mode dengan tanda “Router>”.
9. Ketikkan “enable” untuk memasuki privileged-mode prompt, hal ini dapat dilihat
dengan tanda “Router#” setelah hostname.
10. Untuk melakukan konfigurasi Anda harus masuk ke Global Configuration mode
dengan cara mengetik “configure terminal”, hal ini dapat dilihat dengan tulisan
”Router(config)#”.
11. Lakukan konfigurasi pada PC host dengan pengaturan alamat IP sebagai berikut:
Router0 Router1
15. Jalankan perintah ping dan tracert antar IP host PC dengan cara masuk ke tab Desktop
lalu pilih Command Prompt.
16. Catat semua hasil perintah CLI dan lakukan analisa.
b) Meggunakan Perangkat Cisco
1. Pada praktikum dengan menggunakan alat yang seungguhnya, sebelumnya
pastikan semua peralatan dalam keadaan baik terutama Router yang dalam
keadaan OFF.
2. Gunakan kabel console, tancapkan port RS-232 ke converter serial di komputer,
kemudian ujung UTP dipasangkan ke perangkat Cisco pada port Console.
3. Sambungkan PC ke Switch dan Router ke Switch menggunakan kabel Straight
(skenario seperti pada simulasi).
4. Nyalakan perangkat Router Cisco. Catat tipe dan seri perangkat Router Cisco yang
digunakan.
5. Tunggu hingga proses booting perangkat CISCO selesai dengan memperhatikan
indikator LED.
7. Set parameter (Bit per second: 9600; Data bits: 8 Parity: None; Stop bits: 1; Flow
control: None) pada Hyperterminal.
8. Connect
11. Buka aplikasi command prompt dan lakukan tes ping dari PC ke Router, untuk
mengecek apakah sudah terkoneksi atau belum.
V. Laporan Resmi
Tulis hasil percobaan, analisa hasilnya dan beri kesimpulan.
VI. Tugas
1. Sebutkan dan jelaskan komponen utama dari Cisco Router ?
2. Sebutkan model dan series Cisco Router untuk berbagai kelas dan pengunaannya ?
3. Jelaskan system operasi pada Cisco Router dan sebutkan jenis-jenis lisensi dan
perbedaanya ?
4. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis koneksi pada Cisco Router ?
5. Sebutkan dan jelaskan konfigurasi Cisco Router ?
MODUL II
STATIC ROUTING
I. Tujuan
1. Mahasiswa memahami konsep static routing.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja static routing.
3. Mahasiswa dapat memahami isi tabel routing.
4. Mahasiswa mampu melakukan konfigurasi static routing.
Penjelasan:
ip route : perintah untuk membuat static routing
network : alamat network jaringan yang hendak ditambahkan
subnetmask : netmask yang digunakan pada network tujuan
next_hop_address: alamat IP dari hop router selanjutnya, yang akan
menerima paket lalu meneruskannya ke jaringan yang
dituju
Berikut ini contoh penggunaan static routing yang diatur pada Router A:
Pada contoh diatas merupakan jalur dari jaringan ke sebuah “stub network”
yaitu sebuah jaringan yang dibelakangnya tidak ada jaringan lain sehingga untuk
mengakses jaringan ini hanya dapat melalui satu rute. Seringkali, static route digunakan
sebagai jalan satu-satunya untuk keluar masuk stub network.
Contoh selanjutnya adalah penggunaan static route yang diatur pada Router B
dengan menggunakan default route:
Sebuah "default route" adalah rute default yang digunakan router dalam
meneruskan paket ketika rute dari sumber/source ke tujuan tidak dikenali atau ketika
tidak terdapat informasi yang cukup dalam tabel routing ke network tujuan maka paket
akan dilewatkan ke default route.
Adapun format perintah static routing:
III. Peralatan
1. Perangkat PC dengan software Packet Tracer
2. Kabel Rollover (console)
3. Kabel UTP Straight
4. Kabel Serial DTE-DCE
5. Switch
6. Router
Router0 Router1
3. Lakukan konfigurasi pada PC dengan parameter IP address dan netmask seperti pada
tabel berikut dan lengkapi isian kolom gateway-nya.
Gateway
4. Lengkapi tabel konfigurasi static routing berikut pada router utama Makassar
(gunakan IP next hop) dan atur static routing tersebut langsung pada router.
Router
Makassar Bone Pinrang Wajo Soppeng
ip route
5. Atur static routing pada tiap router cabang Bone, Soppeng, Wajo, Pinrang (gunakan
default route) dan atur static routing tersebut pada masing-masing router.
ip route
6. Setelah selesai, lakukan perintah ping dari PC host ke PC Host antar jaringan cabang
lalu catat hasilnya di buku laporan.
7. Jalankan perintah dibawah kemudian lakukan analisa dan catat hasilnya di laporan :
§ show running-config
§ show interfaces
§ show ip interface brief
§ show ip route
c) Percobaan 3
1. Buatlah jaringan menggunakan peralatan yang tersedia dilab seperti pada skema
percobaan 2.
V. Laporan Resmi
Tulis hasil percobaan, analisa hasilnya dan beri kesimpulan.
VI. Tugas
1. Apakah yang dimaksud dengan static routing?
2. Sebutkan kelebihan dan kekurangan dari static routing!
3. Apakah fungsi tabel routing?
4. Apakah diperbolehkan menambahkan dua static route menuju ke jaringan yang sama
dengan gateway yang berbeda (ya/tidak)? berikan alasannya!
MODUL III
ROUTING INFORMATION PROTOCOL (RIP)
I. Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Memahami konsep dynamic routing protocol.
2. Mengetahui perbedaan RIPv1 dan RIPv2
3. Melakukan proses routing dengan protokol RIP.
4. Mengkonfigurasi routing RIP pada router Cisco.
Tiap RIP router saling tukar informasi routing tiap 30 detik, melalui UDP port
520. Untuk menghindari loop routing, digunakan Teknik split horizon with poison
reverse. RIP merupakan routing protocol yang paling mudah untuk di konfigurasi.
RIP terdiri dari beberapa versi, yaitu RIPv1 yang hanya bisa bekerja pada
jaringan dengan pengalamatan classfull, RIPv2 yang merupakan penyempurnaan
RIPv1 yang bisa bekerja pada jaringan classless, dan RIPng untuk jaringan dengan
pengalamatan IPv6.
2. Konsep Hop Count pada RIP
Untuk lebih memahami konsep hop pada RIP, perhatikan gambar dibawah ini:
Bila diasumsikan semua router menggunakan protokol routing RIP, maka pada
R0 terdapat 2 kemungkinan jalur yang dapat digunakan untuk sampai ke jaringan
10.0.0.0/24. Satu jalur melalui R1, sedangkan jalur yang satunya lagi melalui R2 dan
R3.
Untuk kasus ini dalam menentukan jalur terbaik, RIP akan menggunakan jalur
melalui R1 untuk sampai ke jaringan 10.0.0.0/24 karena hanya menggunakan 1 hop.
Dibandingkan dengan melalui R2 dan R3 yang menggunakan 2 hop.
3. RIPv1 vs RIPv2
Perbedaan yang paling mendasar antara RIPv1 dengan RIPv2 adalah metode
pengelamatan IP yang dimilikinya, yang mana pada RIPv1 menggunakan routing
classfull dan pada RIPv2 menggunakan routing classless juga mendukung classful.
Classfull secara sederhana dapat diartikan "dengan kelas" atau "menggunakan
kelas". Kemudian jika dikaitkan dengan pengalamatan IP, maka pengalamatan IP
classfull dapat diartikan menjadi "pengalamatan IP berdasarkan kelas". Contoh
misalnya pada jaringan kelas A memiliki range jaringan 1 – 127 dan menggunakan
subnet mask 255.0.0.0, begitu juga dengan kelas B yang menggunakan subnet mask
255.255.0.0 dan juga kelas C yang menggunakan subnet mask 255.255.255.
Sedangkan untuk Classless atau secara sederhana dapat diartikan "tanpa kelas"
atau "tidak menggunakan kelas". Kemudian jika dikaitkan dengan pengalamatan IP,
maka pengalamatan IP classless dapat diartikan menjadi "pengalamatan IP tanpa
mengenal kelas". Yaitu dengan cara menggunakan Classless-Inter Domain Rouing
(CIDR) atau juga dapat dikenal dengan istilah panjang prefiks. Format
pengalamatannya adalah dengan memberi tanda slash (/) di belakang alamat IP
kemudian diikuti dengan variabel panjang prefiks.
Contoh: 172.26.78.3/28
172.26.78.3 = alamat IP, /28 = panjang prefiks (CIDR)
Dengan metode classless dapat menyederhanakan tabel routing dengan cara
satu tabel routing dapat untuk beberapa jaringan sehingga menghemat penggunaan
kapasitas router dalam membuat tabel routing.
4. Konfigurasi Routing Protokol RIP
Melakukan konfigurasi routing protokol RIP terbilang cukup mudah. Adapaun
langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan konfigurasi routing RIP.
a. Mengaktifkan routing protokol RIP melalui mode global configuration dengan
memasukkan perintah “router rip”.
Router(config)#router rip
b. Untuk menggunakan RIP versi 2 cukup dengan memasukkan perintah “version
2” namun apabila ingin menggunakan versi 1, Anda dapat melangkahi bagian ini.
Router(config-router)#version 2
c. Mendaftarkan alamat network yang terhubung langsung pada router dengan
routing protocol RIP menggunakan perintah “network [alamat_jaringan]”
Router(config-router)#network [network_address]
Pada contoh konfigurasi protokol RIP dibawah ini, menggunakan dua buah
router yang saling terhubung dan terdapat tiga network id. Untuk contoh dibawah kita
menggunakan protokol RIP versi 2 untuk pengalamatan classless.
III. Peralatan
1. Perangkat PC dengan software Packet Tracer
2. Kabel Rollover (console)
3. Kabel UTP Straight
4. Kabel Serial DTE-DCE
5. Switch
6. Router
§ Router
Interface Router 0 Router 1 Router 2
Fa0/0 192.168.1.1 192.168.3.1 192.168.6.1
Se0/1/0 192.168.2.2 192.168.2.1 192.168.4.2
Se0/1/1 192.168.4.1 192.168.5.1 192.168.5.2
3. Setting clock rate pada interface serial router di sisi DCE.
4. Lakukan konfigurasi routing RIP versi 1 pada masing-masing router.
5. Lakukan analisa dengan melakukan perintah :
§ show ip interface brief
§ show ip route
§ show ip protocols
6. Pastikan antar PC host dapat saling terhubung dengan menggunakan perintah ping.
7. Lakukan tracert antar PC host.
8. Putus jalur antara router1 ke router2, kemudian lakukan analisa kembali dengan
melakukan perintah seperti di nomor 5.
9. Ulangi tracert antar PC host.
10. Catat hasil percobaan pada laporan.
b) Percobaan 2 (RIPv2)
1. Lakukan konfigurasi jaringan berikut menggunakan routing protokol RIP versi 2.
§ Router
§ PC Host
V. Laporan Resmi
Tulis hasil percobaan, analisa hasilnya dan beri kesimpulan.
VI. Tugas
1. Apakah yang dimaksud dengan dynamic routing protocol?
2. Jelaskan konsep hop count pada routing RIP!
3. Mengapa routing RIP dibatasi maksimum hanya 15 hop!
4. Sebutkan beberapa metode yang digunakan oleh routing RIP untuk mencegah routing
loop!
MODUL IV
ENHANCED INTERIOR GATEWAY ROUTING PROTOCOL (EIGRP)
I. Tujuan
1. Memahami teknik subnetting CIDR dan VLSM.
2. Mendesain alokasi pengalamatan IP dijaringan menggunakan teknik subnetting.
3. Memahami proses routing dengan protokol EIGRP.
4. Mengkonfigurasi routing EIGRP pada router Cisco.
EIGRP (Enhanced Interior Gateway Routing Protocol) adalah protokol routing dynamic
yang hanya tersedia pada perangkat router cisco atau sering disebut sebagai proprietary
protocol pada cisco, sehingga untuk routing protocol EIGRP ini hanya bisa digunakan pada
sesama router cisco saja.
Bila dibandingkan dengan protokol routing RIP, EIGRP memiliki kelebihan yang jauh
lebih baik, contohnya pada area cakupan yang mana RIP hanya dapat mencakup jaringan
hingga 15 hop sedangkan pada EIGRP dapat mencakup jaringan hingga 100 hop. Hal ini
membuat protokol routing EIGRP cocok untuk digunakan pada jaringan skala menengah
hingga skala besar.
Dalam perhitungan untuk menentukan path/jalur yang tercepat/terpendek, EGIRP
menggunakan algortima DUAL (Diffusing-Update Algorithm) dalam menentukannya. EIGRP
mempunyai 3 table dalam menyimpan informasi networknya:
1. Neighbor table : Tabel yang paling penting dari tabel-tabel yang lainnya. di tabel ini
menyimpan list tentang router-router tetangganya. Setiap ada router baru yang
dipasang, address dan interface langsung dicatat di tabel ini.
2. Topology table : Tabel ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan dari Routing table dalam
1 autonomous system (seperti sistem area di OSPF). DUAL mengambil informasi dari
neighbor tabel dan topology table untuk melakukan kalkulasi cost terendah untuk
mencapai tujuan. Setelah melakukan kalkulasi akan ada yang namanya successor
route. Successor route ini disimpan di tabel ini juga.
3. Routing table : menyimpan rute terbaik untuk ke tujuan. Informasi tersebut diambil.
dari topology table.
Dalam melakukan update routing table, EIGRP akan mengirimkan hello packet setiap 5
detik dengan dead interval 15 detik untuk melakukan update routing table dan mengetahui
apakah router-router tetangganya masih hidup ataukah sudah mati. Hello packet dikirimkan
kepada EIGRP ke neighbor router dengan menggunakan Autonomous System Number (ASN)
untuk mengidentifikasi router dan hanya router yang memiliki ASN yang dapat melakukan
sharing information. Oleh karena itu jika kamu memiliki dua router, satu dengan “router eigrp
1” dan satunya dengan “router eigrp 2” maka mereka tidak dapat melakukan pertukaran
informasi karena ASN mereka tidak sama.
1. Perhitungan EIGRP Metric
Dalam menentukan jalur terbaik, routing protokol EIGRP menggunakan persamaan
Metric:
𝐾2 . 𝐵𝑊 𝐾5
𝑀𝑒𝑡𝑟𝑖𝑐 = ()𝐾1 . 𝐵𝑊 + + 𝐾3 . 𝐷𝐸𝐿𝐴𝑌< . A . 256
256 − 𝐿𝑂𝐴𝐷 𝐾4 + 𝑅𝐸𝐿𝐼𝐴𝐵𝐼𝐿𝐼𝑇𝑌
Namun secara default pada routing protokol EIGRP mengatur nilai K1=1, K2=0,
K3=1, K4=0 dan K5=0. Sehingga bila disederhanakan maka persamaan untuk
menghitung Metric EIGRP adalah:
𝑀𝑒𝑡𝑟𝑖𝑐 = (𝐵𝑊 + 𝐷𝐸𝐿𝐴𝑌). 256
Dimana:
BW = 107 / bandwidth terkecil sepanjang route (Kbps)
Delay = total delay sepanjang route dibagi 10 (microsecond)
Contoh:
Pada gambar diatas terdapat dua buah router R1 dan R2 yang terhubung
menggunakan fastEthernet dan telah dikonfigurasi menggunakan routing protokol
EIGRP.
Jika diketahui Bandwidth yang digunakan dalam jaringan tersebut sebesar 10000
Kbit dan delay dari R1 = 5000, R2 = 1000.
III. Peralatan
1. Perangkat PC dengan software Packet Tracer
2. Kabel Rollover (console)
3. Kabel UTP Straight
4. Kabel Serial DTE-DCE
5. Switch
6. Router
Subnet ID 5
Subnet ID 4 2 host
2 host
Subnet ID 3
Subnet ID 1 14 host
30 host
Subnet ID 6
2 host
Subnet ID 7
2 host Subnet ID 3
Subnet ID 4
6 host 14 host
Subnet ID 8 Subnet ID 6
192.168.1.0/24
2 host 2 host
Subnet ID 5
Subnet ID 1 2 host Subnet ID 2
30 host 30 host
5. Lakukan konfigurasi IP pada setiap router dan PC host berdasarkan alokasi alamat IP
yang diberikan.
6. Setting clock rate pada interface serial router di sisi DCE.
7. Lakukan konfigurasi bandwidth pada interface Router.
§ Router0 – Router1 : 1544 (kbps)
§ Router1 – Router2 : 1024 (kbps)
§ Router2 – Router3 : 64 (kbps)
§ Router3 – Router0 : 64 (kbps)
8. Lakukan konfigurasi routing EIGRP pada masing-masing router.
9. Lakukan analisa dengan melakukan perintah :
§ show run
§ show ip interface brief
§ show ip route
§ show ip protocols
§ show ip eigrp neighbor
§ show ip eigrp topology
10. Pastikan antar PC host dapat saling terhubung dengan menggunakan perintah ping.
11. Lakukan tracert antar PC host.
12. Catat hasil percobaan pada laporan.
c) Percobaan 3
1. Buatlah jaringan menggunakan peralatan yang tersedia dilab seperti pada skema
percobaan 1.
2. Aturlah menjadi 2 grup masing-masing terdiri dari 3 kelompok praktikum untuk
mengkonfigurasi masing-masing router.
3. Hubungkan semua perangkat seperti pada topologi jaringan percobaan 1.
4. Setelah semua alat terpasang dengan sempurna, nyalakan router.
V. Laporan Resmi
Tulis hasil percobaan, analisa hasilnya dan beri kesimpulan.
VI. Tugas
1. Sebutkan kelebihan dari routing protocol EIGRP!
2. Jelaskan konsep DUAL pada routing EIGRP!
3. Berapa nilai Adminstrative Distance (AD) routing EIGRP!
4. Sebutkan parameter metric yang digunakan pada routing EIGRP!
MODUL V
OPEN SHORTEST PATH FIRST (OSPF)
I. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami tentang cara kerja routing protokol berbasis Link State.
2. Mahasiswa dapat memahami algoritma Djikstra atau Shortest Path First pada routing
OSPF.
3. Mahasiswa dapat melakukan konfigurasi routing protokol OSPF pada Cisco router.
4. Mahasiswa dapat memahami konsep Area pada routing OSPF.
yang sama memiliki tabel topologi yang sama dan tidak tahu tentang router di area lain.
Manfaat utama menggunakan area dalam jaringan OSPF adalah:
§ Mengurangi isi tabel routing.
§ Lebih sedikit waktu yang diperlukan untuk menjalankan algoritma SFP, karena
router akan menghitung ulang Link-State Database mereka hanya ketika ada
perubahan topologi dalam area mereka sendiri.
§ Mengurangi Routing updates.
Setiap area dalam jaringan OSPF harus terhubung ke area backbone (juga
dikenal sebagai area 0). Semua router yang berada di dalam suatu area harus memiliki
ID area yang sama untuk menjadi tetangga OSPF. Router yang memiliki interface di
lebih dari satu area (area 0 dan area 1, misalnya) dikenal sebagai Area Border Router
(ABR). Sedangkan Router yang menghubungkan jaringan OSPF ke domain routing lain
(misalnya ke jaringan EIGRP) disebut Autonomous System Border Routers (ASBR).
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi bandwidth yang
dimiliki maka semakin kecil cost yang dihasilkan.
3. Konfigurasi Routing Protokol OSPF
Untuk melakukan konfigurasi routing protokol EIGRP dilakukan cara sebagai
berikut:
a. Masuk ke mode global configuration untuk meng-enable konfigurasi OSPF dan
menentukan Process IDnya. Process ID adalah bilangan positif integer dari 1
sampai 65.353.
b. Mendaftarkan jaringan yang merupakan bagian dari router OSPF beserta wildcard,
dan juga menentukan area dari jaringan OSPF dengan menggunakan perintah:
Router(config-router)#network [network_ID] [wildcard_mask] area
[id_area]
4. Contoh Konfigurasi Routing Protokol OSPF
Pada contoh berikut mengatur routing protokol OSPF dengan menggunakan dua
area (area 0 dan area 1) dengan menggunakan tiga buah router. R1 berada pada area 0,
R2 berada pada area 1 dan R2 menghubungkan kedua area tersebut yang mana
membuatnya menjadi Area Border Router (ABR).
III. Peralatan
1. Perangkat PC dengan software Packet Tracer
2. Kabel Rollover (console)
3. Kabel UTP Straight
4. Kabel Serial DTE-DCE
5. Switch
6. Router
2. Hitung pengalamatan subnetting IP pada koneksi LAN host dengan alamat jaringan
awal 172.16.10.0/16
3. Hitung pengalamatan subnetting IP pada koneksi LAN host dengan alamat jaringan
awal 192.168.10.0/24
6. Lakukan konfigurasi IP pada setiap router dan PC host berdasarkan alokasi alamat IP
yang diberikan.
7. Setting clock rate pada interface serial router di sisi DCE.
8. Lakukan konfigurasi bandwidth pada interface Router.
§ Router0 – Router1 : 1024 (kbps)
§ Router0 – Router2 : 1024 (kbps)
§ Router1 – Router2 : 2048 (kbps)
9. Lakukan konfigurasi routing protokol OSPF pada masing-masing router dengan
menggunakan Area 0 untuk semua koneksi router.
10. Lakukan analisa dengan melakukan perintah :
§ show run
§ show ip interface brief
§ show ip route
§ show ip protocols
§ show ip ospf interface
§ show ip ospf neighbor
§ show ip ospf database
11. Pastikan antar PC host dapat saling terhubung dengan menggunakan perintah ping.
12. Lakukan tracert antar PC host.
13. Catat hasil percobaan pada laporan.
b) Percobaan 2
1. Lakukan konfigurasi jaringan seperti berikut menggunakan routing protokol OSPF
dengan Multi Area.
V. Laporan Resmi
Tulis hasil percobaan, analisa hasilnya dan beri kesimpulan.
VI. Tugas
1. Sebutkan kelebihan dari routing protocol OSPF!
2. Jelaskan cara penentuan jalur terbaik pada routing OSPF!
3. Berapa nilai Adminstrative Distance (AD) routing OSPF!
4. Jelaskan konsep Area pada routing OSPF!
MODUL VI
VIRTUAL LAN (VLAN)
I. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja VLAN
2. Mahasiswa dapat melakukan konfigurasi VLAN
2. Cost reduction – penghematan dari penggunaan bandwidth yang ada dan dari
upgrade perluasan network yang bisa jadi mahal.
3. Higher performance – pembagian jaringan layer 2 ke dalam beberapa kelompok
broadcast domain yang lebih kecil, yang tentunya akan mengurangi lalu lintas packet
yang tidak dibutuhkan dalam jaringan.
4. Broadcast storm mitigation – pembagian jaringan ke dalam VLAN-VLAN akan
mengurangi banyaknya device yang berpartisipasi dalam pembuatan broadcast
storm. Hal ini terjadinya karena adanya pembatasan broadcast domain.
5. Improved IT staff efficiency – VLAN memudahkan manajemen jaringan karena
pengguna yang membutuhkan sumber daya yang dibutuhkan berbagi dalam segmen
yang sama.
6. Simpler project or application management – VLAN menggabungkan para
pengguna jaringan dan peralatan jaringan untuk mendukung perusahaan dan
menangani permasalahan kondisi geografis.
VLAN dibangun menggunakan berbagai perangkat, seperti: switch, router, PC, dan
sebagainya. Tentunya diperlukan hubungan atau link diantara perangkat-perangkat tersebut.
Link seringkali disebut sebagai interface. Ada dua jenis link yang digunakan, yaitu :
1. Access Link
Access Link merupakan tipe link yang umum dan dimiliki oleh hampir semua jenis
switch VLAN. Access Link lazimnya digunakan untuk menghubungkan komputer dan
switch. Access link tidak lain merupakan port switch yang sudah terkonfigurasi. Selama
proses transfer data, switch akan membuang informasi tentang VLAN. Anggota suatu
VLAN tidak bisa berkomunikasi dengan VLAN yang lain, kecuali dihubungkan dengan
router. Access Link hanya mendukung teknologi Ethernet biasa (10Mbps) dan Fast
Ethernet (100Mbps).
2. Trunk Link
Trunk Link digunakan untuk menghubungkan switch dengan switch yang lain,
switch dengan router, atau switch dengan server. Jadi, port telah dikonfigurasi untuk dilalui
berbagai VLAN (tidak hanya sebuah VLAN).
Trunk Link hanya mendukung teknologi Fast Ethernet (100Mbps) dan Gigabit
Ethernet ( 1000Mbps).
Switch(config-if)#exit
2. Konfigurasi VLAN pada Router
Langkah terakhir dalam melakukan konfigurasi VLAN adalah dengan
melakukan encapsulation atau membungkus sub-sub interface pada router
dengan menggunakan protokol trunking yaitu dot1q. Berikut perintah
lengkapnya:
Pastikan untuk mengatur interface utama dalam posisi up.
Router(config)#interface [nama_interface] [port_interface]
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#exit
Setelah interface utama posisi up, selanjutnya lakukan konfigurasi pada
masing-masing sub interface
Router(config)#interface [nama_interface] [port_int].[sub_int]
Router(config-subif)#encapsulation dot1q [nomor_vlan]
Router(config-subif)#ip address [alamat_ip] [subnet_mask]
3. Contoh Konfigurasi Routing Protokol VLAN
Berikut ini contoh konfigurasi VLAN dengan menggunakan dua switch
dengan satu router yang berfungsi sebagai Trunk dengan topologi seperti gambar
berikut.
Switch(config-vlan)#exit
Switch(config)#interface fastEthernet 0/1
Switch(config-if)#switchport mode trunk
Switch(config-if)#interface fastEthernet 0/5
Switch(config-if)#switchport mode trunk
Switch(config-if)#interface fastEthernet 0/6
Switch(config-if)#switchport access vlan 10
III. Peralatan
1. Perangkat PC dengan software Packet Tracer
2. Kabel Rollover (console)
3. Kabel UTP Straight
4. Kabel Serial DTE-DCE
5. Switch
6. Router
V. Laporan Resmi
Tulis hasil percobaan, analisa hasilnya dan beri kesimpulan.
VI. Tugas
1. Jelaskan cara kerja VLAN sehingga dapat membagi broadcast domain dijaringan?
2. Sebutkan keuntungan menggunakan VLAN dijaringan!
3. Jelaskan perbedaan link access dan Trunk pada VLAN!