Abstrak
Bolometers adalah termal inframerah sensor yang menyerap radiasi
elektromagnetik sehingga meningkatkan suhu. Kenaikan suhu yang dihasilkan adalah
kenaikan fungsi dari energi radiasi yang mendorong atau mengenai bolometer dan
diukur berdasarkan resistansinya. Mikrobolometer dapat diartikan juga sebagai array
dari sensor yang sangat sensitif dalam mendeteksi panas terhadap radiasi inframerah.
Pada skripsi ini akan mensimulasikan satu pixel microbolometer dengan menggunakan
program IntelliSuite. Mikrobolometer yang didisain akan digunakan sebagai alat
inspeksi instalasi listrik, di dalam satu pixel mikrobolometer ini dilengkapi dengan
thermistor NTC (Negative Temperature Coeficient), sedangkan rangkaian yang
digunakan pada disain microbolometer ini yaitu rangkaian dengan menggunakan arus
konstan.
Abstract
Keywords :
Microbolometer, thermistor NTC, infrared, simulation
Radiasi elektromagnetik adalah kombinasi medan listrik dan medan magnet yang
berosilasi dan merambat lewat ruang dan membawa energi dari satu tempat ke tempat yang
lain. Cahaya tampak adalah salah satu bentuk radiasi elektromagnetik. Penelitian teoritis
tentang radiasi elektromagnetik disebut elektrodinamik, sub-bidang elektromagnetisme.
Panjang gelombang memiliki hubungan inverse terhadap frekuensi f, jumlah puncak
untuk melewati sebuah titik dalam sebuah waktu yang diberikan. Panjan gelombang sama
dengan kecepatan jenis gelombang dibagi oleh frekuensi gelombang. Ketika berhadapan
dengan radiasi elektromagnetik dalam ruang hampa, kecepatan ini adalah kecepatan cahaya c,
untuku sinyal (gelombang) di udara, ini merupakan kecepatan suara di udara. Hubungannya
adalah: [7]
c
λ=
f
Teori Planck Radiasi Benda Hitam, dalam sembarang kasus dimana suatu benda hitam
(blackbody) mengemisikan radiasi, maka distribusi spektrum radiasi sebagai fungsi panjang
gelombang dapat dinyatakan dalam persamaan radiasi Planck, yaitu: [10]
[ (
Wλ = 2π hc 2 λ5 e ch / λkT − 1 )]−1
Wλ merupakan daya radiasi yang dipancarkan, h ialah planck's constant (6.626 x 10-34 Js), c
merupakan kecepatan cahaya (2.9979 x 108 m/s), λ ialah panjang gelombang (µm), k ialah
Boltzmann's constant (1.381 x 10-23 J/K), dan T adalah temperature.
Sensor Infrared merupakan radiasi elektromagnetik dari panjang gelombanglebih
panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasigelombang radio. Namanya
berarti "bawah merah" (dari bahasa Latin infra, "bawah"), merah merupakan warna dari
cahaya tampak dengan gelombang terpanjang.
Spektrum pada daerah infrared biasanya masih dibagi lagi menjadi subdaerah sebagai
berikut:
4. Long Wave Infra Red (LWIR) pada rentang lebih dari 5µm
Detektor termal bereaksi terhadap radiasi termal optik. Detektor ini bersifat menyerap
radiasi sebagai panas kemudian kenaikan panasnya akan diubah menjadi sinyal-sinyal output.
Detektor termal bersifat menyerap semua panjang gelombang inframerah, Respon
spektrumnya (Spectral response) dibatasi oleh sistem optiknya. Detektor termal memiliki
waktu respon yang lambat tetapi detektor spektral berupa broadband dan dapat dioperasikan
pada suhu kamar.
Cara kerja dari mikrobolometer yaitu setelah elemen detektor menyerap radiasi
elektromagnetik, maka gradien suhu berfungsi sebagai kekuatan pendorong untuk aliran
panas, pada kondisi ini tertangkap gelombang infrared. Gelombang infrared ini akan masuk
ke rongga udara pada bolometer yang mengakibatkan terjadinya reflector secara terus
menerus, yang berakibat berubahnya resistansi yang disebabkan oleh panas yang terdeteksi.
Banyak bahan material yang dapat digunakan untuk membuat mikrobolometer, bahan
tersebut terdiri dari bahan metal/konduktor dan semikonduktor. Bahan inilah yang akan
sangat berpengaruh dalam mendesain mikrobolometer, dengan mengfariasikan penggunaan
bahan ini dapat diperoleh kualitas sensor mikrobolometer yang berbeda-beda.
Thermistor singkatan dari thermal sensitive resistor yakni suatu jenis sensor yang sensitive
terhadap perubahan suhu. Prinsip kerjanya adalah memberikan perubahan resistansi yang
sebanding dengan perubahan suhu. Thermistor ini dibentuk melalui oksida logam campuran,
kromium, kobalt, tembaga, besi, atau nikel. [8] Berdasarkan koefisien suhunya, thermistor
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu NTC (Negative Temperature Coeficient) dan PTC (Positive
Temperature Coeficient).
Pada seminar ini, penulis merancang sebuah mikrobolometer yang kedepannya akan
digunakan sebagai alat inspeksi instalasi listrik. Pengaturan temperatur sangat diperlukan
untuk mengetahui seberapa besar displacement dan stress yang terjadi pada sensor
mikrobolometer sehingga diperoleh hasil yang sesuai kebutuhan. Frekuensi sangat
berpengaruh dalam mengidentifikasi mikrobolometer ruang kerja dari mikrobolometer yang
akan didesain. Berikut ini merupakan flowchart metodologi perancangan.
validasi sesuai dengan yang diharapkan maka selanjutnya penulis akan mendesain
mikrobolometer sesuai dengan kebutuhan penulis yaitu sebagai alat inspeksi instalasi listrik,
desain yang dibuat akan menggunakan wavelength elektromagnetik pada rentang 5µm
5 –
m, yang merupakan spektrum pada daerah Long Wave Infra Red (LWIR) dengan
12µm,
frekuaensi antara 60 THz – 25 THz.
Agar mikrobolometer dapat bekerja pada suhu yang tinggi maka digunakan bahan
yang tahan terhadap panas, bahan ini banyak digunakan untuk sensor temperature. Di sini
penulis membandingkan dua tipe mikrobolometer dengan empat variasi absorbent yang
berbeda-beda untuk menentukan baiknya kerja dari mikrobolometer ini.
Absorbent yang akan didesain yaitu berbentuk kotak dan lingkaran dengan luas
µm, dan 2x2
absorbent kotak sebesar 4x4µm, 2x2µm, sedangkan diameter absorbent lingkaran sebesar
5µm. Dengan demikian total design yang akan dibandingkan yaitu sebanyak enam
mikrobolometer.
Langkah awal yang harus diperhatikan sebelum melakukan simulasi yaitu menentukan
mesh yang digunakan. Mesh pada desain mikrobolometer ini mengacu pada seberapa telitinya
hasil dari simulasi device yang diperoleh.
10
Ketelitian
Ketelitian
0
0 5 10
Mesh (μm)
Gambar 4.3 menunjukkan desain mikrobolometer IIL tipe L tampak atas. Dengan tiga
dimensi absorbent MoS2 yang berbeda.
(a) (b)
(c)
Gambar 4.4 Temperatur mikrobolometer IIL tipe I absorbent MoS2 dan Si3N4 (a)
mikrobolometer absorbent kotak 4x4µm (b) mikrobolometer absorbent kotak 2x2µm (c)
mikrobolometer absorbent lingkaran diameter 5µm
Hasil temperatur pada absorbent lapisan pertama yang berbentuk kotak 4x4µm dengan
bahan MoS2 dan lapisan kedua menggunakan bahan Si3N4 memiliki suhu maksimum sebesar
20.0385°C. Kemudian pada absorbent lapisan pertama yang berbentuk kotak 2x2µm dengan
bahan MoS2 dan lapisan kedua menggunakan bahan Si3N4 memiliki suhu maksimum yang
sama dengan absorbent kotak 4x4µm sebesar 20.0385°C. Sedangkan pada absorbent lapisan
pertama yang berbentuk lingkaran dengan diameter 5µm yang menggunakan bahan MoS2 dan
(a) (b)
(c)
Gambar 4.5 Temperatur mikrobolometer IIL tipe I absorbent MoS2 dan SiO2 (a)
mikrobolometer absorbent kotak 4x4µm (b) mikrobolometer absorbent kotak 2x2µm (c)
mikrobolometer absorbent lingkaran diameter 5µm
Hasil temperatur pada absorbent lapisan pertama yang berbentuk kotak 4x4µm dengan
bahan MoS2 dan lapisan kedua menggunakan bahan SiO2 memiliki suhu maksimum sebesar
20.0385°C. Kemudian pada absorbent lapisan pertama yang berbentuk kotak 2x2µm dengan
bahan MoS2 dan lapisan kedua menggunakan bahan SiO2 memiliki suhu maksimum yang
sama dengan absorbent kotak 4x4µm sebesar 20.0385°C. Sedangkan pada absorbent lapisan
pertama yang berbentuk lingkaran dengan diameter 5µm yang menggunakan bahan MoS2 dan
lapisan kedua menggunakan bahan SiO2 memiliki suhu maksimum sebesar 20.0289°C (lihat
Gambar 4.5).
Hasil dari simulasi diatas menunjukkan suhu yang diterima itu sama tetapi daerah
ruang jangkauan suhu yang ditangkap oleh mikrobolometer tersebut berbeda. Dapat dilihat
perbedaannya yaitu pada cantilever ketiga mikrobolometer IIL, untuk absorbent lingkaran
diameter 5µm terlihat warna hijau lebih besar jangkauannya daripada mikrobolometer IIL
absorbent kotak 4x4µm dan 2x2µm (lihat Gambar 4.4 dan 4.5). Hal ini disebabkan oleh
(a) (b)
(c)
Gambar 4.6 Displacement mikrobolometer IIL tipe I absorbent MoS2 dan Si3N4 (a)
mikrobolometer absorbent kotak 4x4µm (b) mikrobolometer absorbent kotak 2x2µm (c)
mikrobolometer absorbent lingkaran diameter 5µm
Pada Gambar 4.6 merupakan gambar perubahan displacement mikrobolometer IIL tipe
I dengan absorbent lapisan pertama yang berbentuk kotak 4x4µm, 2x2µm, dan absorbent
berbentuk lingkaran dengan diameter 5µm. Lapisan absorbent pertama mikrobolometer IIL
tipe I ini menggunakan bahan MoS2 dan lapisan kedua menggunakan bahan Si3N4.
Pada Gambar 4.7 merupakan gambar perubahan displacement mikrobolometer IIL tipe
I dengan absorbent lapisan pertama yang berbentuk kotak 4x4µm, 2x2µm, dan absorbent
berbentuk lingkaran dengan diameter 5µm. Lapisan absorbent pertama mikrobolometer IIL
tipe I ini menggunakan bahan MoS2 dan lapisan kedua menggunakan bahan SiO2.
(a) (b)
Selanjutnya adalah analisa stress mikrobolometer IIL tipe I, pada Gambar 4.8
merupakan gambar perubahan stress mikrobolometer IIL tipe I dengan absorbent lapisan
pertama yang berbentuk kotak 4x4µm, 2x2µm, dan absorbent berbentuk lingkaran dengan
diameter 5µm. Lapisan absorbent pertama mikrobolometer IIL tipe I ini menggunakan bahan
MoS2 dan lapisan kedua menggunakan bahan Si3N4.
(a) (b)
(c)
Gambar 4.8 Stress mikrobolometer IIL tipe I absorbent MoS2 dan Si3N4 (a) mikrobolometer
absorbent kotak 4x4µm (b) mikrobolometer absorbent kotak 2x2µm (c) mikrobolometer
absorbent lingkaran diameter 5µm
(a) (b)
(c)
Gambar 4.9 Stress mikrobolometer IIL tipe I absorbent MoS2 dan SiO2 (a) mikrobolometer
absorbent kotak 4x4µm (b) mikrobolometer absorbent kotak 2x2µm (c) mikrobolometer
absorbent lingkaran diameter 5µm
Dari data yang diperoleh bahwa penggunaan bahan SiO2 dengan bentuk absorbent
kotak lebih meredam displacement dibandingkan dengan menggunakan Si3N4, dengan selisih
nilai sebesar 9.589 x 10-4 µm pada kondisi warna merah. Untuk stress maksimum sebesar
276.589 MPa terdapat pada mikrobolometer IIL tipe I absorbent lingkaran diameter 5µm
untuk bahan absorbent Si3N4, sedangkan bahan SiO2 absorbent kotak memiliki stess lebih
kecil dengan nilai maksimum sebesar 157.217 MPa.
(a) (b)
(c)
Gambar 4.10 Temperatur mikrobolometer IIL tipe L absorbent MoS2 dan Si3N4 (a)
mikrobolometer absorbent kotak 4x4µm (b) mikrobolometer absorbent kotak 2x2µm (c)
mikrobolometer absorbent lingkaran diameter 5µm
(a) (b)
(c)
Gambar 4.11 Temperatur mikrobolometer IIL tipe L absorbent MoS2 dan SiO2 (a)
mikrobolometer absorbent kotak 4x4µm (b) mikrobolometer absorbent kotak 2x2µm (c)
mikrobolometer absorbent lingkaran diameter 5µm
(a) (b)
(c)
Gambar 4.12 Displacement mikrobolometer IIL tipe L absorbent MoS2 dan Si3N4 (a)
mikrobolometer absorbent kotak 4x4µm (b) mikrobolometer absorbent kotak 2x2µm (c)
mikrobolometer absorbent lingkaran diameter 5µm
(c)
Gambar 4.14 Displacement mikrobolometer IIL tipe L absorbent MoS2 dan SiO2 (a)
mikrobolometer absorbent kotak 4x4µm (b) mikrobolometer absorbent kotak 2x2µm (c)
mikrobolometer absorbent lingkaran diameter 5µm
Selanjutnya adalah analisa stress mikrobolometer IIL tipe L, pada Gambar 4.15
merupakan gambar perubahan stress mikrobolometer IIL tipe L dengan absorbent lapisan
pertama yang berbentuk kotak 4x4µm, 2x2µm, dan absorbent berbentuk lingkaran dengan
diameter 5µm. Lapisan absorbent pertama mikrobolometer IIL tipe L ini menggunakan bahan
MoS2 dan lapisan kedua menggunakan bahan Si3N4.
(a) (b)
(c)
Gambar 4.15 Stress mikrobolometer IIL tipe L absorbent MoS2 dan Si3N4 (a) mikrobolometer
absorbent kotak 4x4µm (b) mikrobolometer absorbent kotak 2x2µm (c) mikrobolometer
absorbent lingkaran diameter 5µm
(a) (b)
(c)
Gambar 4.16 Stress mikrobolometer IIL tipe L absorbent MoS2 dan SiO2 (a) mikrobolometer
absorbent kotak 4x4µm (b) mikrobolometer absorbent kotak 2x2µm (c) mikrobolometer
absorbent lingkaran diameter 5µm
Dari data yang diperoleh pada analisa mikrobolometer IIL tipe L bahwa penggunaan
bahan Si3N4 dengan bentuk absorbent kotak lebih meredam displacement dibandingkan
dengan menggunakan SiO2, dengan selisih nilai sebesar 1.46 x 10-5 µm pada kondisi warna
merah. Untuk stress maksimum sebesar 16.1928 MPa pada mikrobolometer IIL tipe L
absorbent kotak untuk bahan absorbent Si3N4, sedangkan bahan SiO2 absorbent kotak
memiliki stess lebih kecil dengan nilai maksimum stress sebesar 6.2911 MPa. Agar dapat
mempermudah melihat perbedaan displacement maka kita buat grafik sesuai output
displacement yang dihasilkandari ketiga desain yang dibuat.
5. KESIMPULAN
6. DAFTAR REFERENSI
[1] Budzier Helmut, Gerlach Gerald. (2011). THERMAL IINFRARED SENSORS Theory,
Optimisation and Practice.Dresden University of Technology. Germany.
[2] History of Thermal Imaging, http://www.bullard.com/V3/products/thermal
_imaging/history_of_thermal_imaging.php
[3] Niklaus Frank, Pejnefors Johan, Dainese Matteo, Häggblad Michael, Hellström Per-
Erik, Wållgren Ulf, Stemme Göran. (2004). Characterization of transfer bonded
silicon bolometer arrays. Jurnal. Royal Institute of Technology (KTH). Sweden.
[4] Mahmood Aamer. (2006). Device Level Vacum Packaged Microbolometers On Flexible
Substrates. Jurnal. The University of Texas at Arlington.
[5] Panajng Gelombang. http://id.wikipedia.org/wiki/Panjang_gelombang
[6] Wu Yuanqing, Yao Suying, Gao Peng, He Hongwei. (2009). Structure design and
simulation of uncooled infrared sensors. Jurnal. Tianjin University. China.
[7] Jenis-jnis Gelombang Elektromagnetik Berdasarkan Spektrumnya.
http://www.mediabali.net/fisika_hypermedia/spektrum_em.html
[8] Hisaka, Robeth V.M., Johanis L., Rosadi Yudi. (2003). Pembuatan Thermometer
Thermistor Digital. Jurnal. Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran.
Bandung.
[9] Pengaruh Campuran Unsur Kimia Pada Baja. http://yogoz.wordpress.com
/2011/05/15/pengaruh-campuran-unsur-kimia-pada-baja/
[10] Sensor Cahaya I. www.scrib.com/doc/87420734/Sensor-Cahaya-I
[11] Photo Courtesy Stockton Infrared. http://www.savenrg.com/infrared.htm