Anda di halaman 1dari 67

Bayan Ustad Muhlisin

Kami dengar Kami taat” vs “Kami dengar Kami Fikir dulu”


KH. Mukhlisun
Syuro Indonesia

Allah menciptakan bumi yang nampaknya luas kalau dibanding langit pertama hanya laksana pasir
ditengah ladang pasir. Bintang-bintang yang jumlahnya ratusan trilyun per galaksi itu semuanya
masih di langit pertama. Sedangkan kita tidak tau berapa banyak galaksi yang ada.
Allah berfirman :
Walaqod zaiyanna sama addunya bimasobiha
Artinya :
Saya Allah swt telah menghiasi langit pertama dengan bintang-bintang.
Padahal ada bintang yang besarnya lebih besar dari bumi, sehingga bumi terlihat seperti pasir saja.
Nanti langit pertama dibanding kedua laksana pasir ditengah padang pasir. Begitu pula langit kedua
dibanding langit ketiga, langit ketiga dibanding langit keempat, dan keempat dibanding langit kelima,
kelima dibanding langit keenam, dan langit keenam dibanding langit ketujuh, laksana pasir ditengah
padang pasir. Alangkah besarnya langit ketujuh Alangkah besarnya dzat yang menciptakan langit ke
tujuh. Begitu juga langit ketujuh dibanding Kursi Allah Swt, dan Kursi dibanding Arasy Allah Swt,
perbandingannya seperti pasir ditengah padang pasir. Jadi yang nampak dimata ini bukannya apa-apa
dibanding yang tidak nampak. Yang nampak ini tidak nampak dibanding yang tidak nampak. Nanti
Indonesia ini dalam peta bumi ini kecil sekali. Jawa timur ini kecil dibanding indonesia. Magetan ini
seperti titik saja dibanding jawa timur. Kita sendirian di magetan tidak akan nampak. Jadi Manusia itu
kecil sekali, namun yang kecil ini yang diberi tanggung jawab oleh Allah Swt. Allah tidak pandang
pada gunung-gunung ataupun lautan-lautan yang besar-besar, bahkan dunia ini tidak dipandang oleh
Allah Swt. Justru yang dipandang malah manusianya, ini karena manusia ini mempunyai tanggung
jawab yang besar sebagai Khalifah fil Ardhi, Khalifah di muka bumi.
Khalifah fil Ardi ini banyak diperebutkan, bahkan malaikatpun juga meminta tetapi sama Allah tidak
diberikan, tetapi Allah Swt tidak memberikannya. Bahkan Iblis, Azazil, juga berambisi ingin jadi
khalifah. Mendengar bahwa Allah ingin mengangkat Khalifah fil ardhi, si Iblis Azazil ini langsung
meningkatkan ibadahnya. Si Iblis ini meningkatkan ibadahnya bukan karena Allah tetapi karena ingin
diangkat sebagai khalifah fil ardhi. Maka ketika Nabi Adam AS diangkat sebagai khalifah, setelah diberi
ilmu oleh Allah Swt, maka si Iblis ini jadi hasut.
“Wa’alama adama khullaha”
Jadi Adam AS diangkat oleh Allah Swt karena ilmu yang sudah diajarkan oleh Allah Swt. Ilmu inilah
yang mengangkat derajat Adam AS, diberi ilmu terlebih dahulu baru diangkat sebagai khalifah.
Melihat keadaan ini si Iblis ini tidak suka, sehingga dia menghasut. Orang hasut itu maka dia akan
menjadi tidak karuan saja. Sudah tidak jadi khalifah, hasut lagi. Singkat cerita, ketika adam AS
diangkat jadi khalifah, semua diperintahkan Allah untuk sujud ke Adam. Semua sujud, kecuali iblis
yang nolak sujud karena tidak bisa menerima keputusan bahwa Adam AS yang terpilih sebagai
Khalifah fil Ardhi. Nabi Adam AS diangkat ke surga, namun karena ulah orang hasut, asbab hasutan
iblis, akhirnya Adam AS dikeluarkan dari Surga.
Di Surga ini bagi Adam AS semuanya boleh dilakukan kecuali memakan buah Khuldi. Ada ulama
katakan, Nabi Adam AS setelah makan buah khuldi ini dia ingin buang air. Sementara di surga tidak
ada tempat untuk buang air, tempat buang air ini hanya ada di dunia. Makanan di surga ini tidak
berserat kecuali buah khuldi, sehingga semua makanan di surga ini tidak akan menyebabkan
seseorang akan buang air. Setelah Adam AS makan buah khuldi akhirnya dia keluarkan dari surga
untuk turun ke bumi. Adam AS ini sebenarnya diturunkan ke Bumi ini untuk diangkat derajatnya.
Walaupun asbabnya harus dengan berbuat kesalahan dulu, yaitu dengan melanggar larangan
memakan buah khuldi. Nampaknya seperti diturunkan derajatnya yaitu dari surga ke dunia. Maka
untuk dapat menjadi Khalifah Fil Ardhi ini, maka Adam AS harus turun ke bumi, kalau hanya di surga
saja tidak bisa menjadi Khalifah fil Ardhi. Iman yang dikehendaki Allah Swt adalah Iman bil Ghoib.
Adam AS diturunkan ke bumi agar bisa menyempurnakan Iman Bil Ghoib, kalo disurga terus tidak
akan sempurna Imannya.
Alladzi yu’minuna bil ghoibi : Mereka yang beriman kepada yang tidak nampak.
Kalau nampak dimata semua orang percaya. Iman itu tidak nampak tapi percaya. Ada 3 perkara :
1. Ada tapi tidak nampak
2. Tidak ada dan tidak nampak
3. Ada dan Nampak
Nabi Adam AS di surga dulu di layanin serba ada, mau makan serba ada, mau apa aja serba ada.
Seperti seorang yang sowan pada Raja, silahkan makan, silahkan menikmati pelayanan, tetapi tidak
ditemui oleh Rajanya itu sendiri. Namun setelah Nabi Adam AS turun ke bumi ini :
Sumaajtaba’u robbuhu : Allah Swt memilihnya / menghargainya.
Tadinya mau ngapain aja dipersilahkan di surga, tetapi belum terlalu dihargai. Jadi diturunkan ke
bumi ini merupakan suatu kehormatan. Dan Surga dan Neraka ini dibikin harus ada yang menempati.
Kalau Nabi Adam AS disurga terus maka Jahannam ini akan kosong terus. Sementara Allah ini telah
bersumpah bahwa Dia akan memenuhi Neraka itu.
La’am la’an jahannama : Pasti Saya akan memenuhi Jahannam itu
Maka Nabi Adam AS diturunkan kebumi untuk di uji, mana dari keturunannya nanti yang akan
dikembalikan ke surga lagi, dan mana yang dikirim ke Neraka. Sifat-sifat Allah ini akan nampak jika
ada orang. “Dia itu sabar ?” “Kenapa ?” “Ya gak apa-apa, sabar aja ?” Lho orang sabar itu harus diuji,
kalau tidak apa-apa ya semua orang bisa sabar. Contoh sifat Allah yang Maha Pengampun ini akan
nampak bila ada orang yang maksiat.
Hadits Nabi SAW :
Kalau kalian tidak dusta/maksiat maka Allah akan hancurkan kalian. Nanti Allah Swt akan munculkan
kaum yang lain, mereka suka berbuat maksiat, lalu mereka minta ampun, maka Allah akan ampuni.
Kita ini sudah banyak dosa tinggal minta ampun saja pada Allah Swt, tidak perlu nyari dosa, karena
kita udah banyak dosa.
Hadits Nabi SAW :
Qullu ibnu adam khottho wakhur khotto in attawabun : Setiap anak adam ini banyak dosanya.
Kita sholat ini seribu dosa, kalo gak sholat satu dosa. Kita dakwah ini seribu dosa, tapi kalo gak sholat
satu dosa. Kalau gitu gak mau dakwah dan gak mau sholat, jangan, dakwah aja. Orang sholat teringat
anak, istri, bangunan. Ini dosa semua, tapi kecil-kecil, mudah diampuni. Kalau gak sholat dosanya
cuman satu, yaitu gak sholat itu sendiri, tapi besar sekali, sulit diampuni. Orang dakwah juga
demikian, orang dakwah ini seribu dosa, teringat anak, teringat istri, masih membawa HP ketika
keluar, dan sering kali belum berangkat sudah dihitung tanggal baliknya. Ini semua dosa, tapi kecil-
kecil dosanya, mudah diampuni, kalo gak dakwah dosanya besar sekali, susah diampuni. Kalau gak
dakwah itu dosa besar sekali ya pak Kyai ? lho kok gak tau toh. Kalo gak tau malah dosa terus,
seperti kita punya keran dari PAM ngocor terus, padahal hanya untuk wudhu dan masak. Tau-tau
rekening akhir PAM keluar 5 juta rupiah, padahal hanya dipakai hanya untuk wudhu dan masak. Trus
ditanya, apakah kerannya gak ditutup ? tidak, yah jadi itu ngalir terus. Walaupun gak tau tetep bayar.
Kita ini gak tau tetep dosa, bukan berarti gak dosa, dosa justru jalan terus karena kita gak tau dan
tidak cari tau. Orang pakai motor gak pakai helm, dijegat polisi, lalu dia beralasan sungguh mati pak
polisi saya gak tau ada peraturan harus pakai helm. Tau gak tau, baca gak baca, pakai helm ini wajib,
tetep dihitung sebagai pelanggaran kena tilang. Begitu pula kalau kita ini gak tau tentang syariat, gak
tau itu bukan berarti gak dosa, tetep dosa. Imam Ghazali memberi perumpamaan tentang singa.
Orang dikejar singa, awas singa, saya tidak mau nengok, kalau tidak nengok saya tidak diterkam. Ini
salah paham, ini nengok gak nengok tetep akan diterkam, bukan berati kalau nengok atau tidak
ditengok gak diterkam, pasti diterkam. Sekarang ini yang terjadi kita diperingatin awas ada singa tapi
kita sakit gak bisa lari. Awas singa, tapi gak bisa lari karena sakit. Sudah tau ada singa tapi gak bisa
lari, sudah tau maksiat ini dosa, diancam neraka, tapi gak bisa lari.
Banyak orang sudah tau bahwa sholat ini wajib, kalaupun gak tau mudah diberi tahu. Tapi yang udah
tau bahwa sholat itu wajib, tapi gak mampu menjalankan. Hari ini 100% semua orang tau bahwa
sholat itu wajib, namun hanya berapa percent yang menjalankan. Hari ini semua orang tahu bahwa
sholat berjamaah di mesjid itu sunnah Nabi SAW, kapan Nabi Saw pernah tidak berjamaah, tapi
berapa banyak yang mau mengamalkannya. 95% orang tau fadhilah sholat berjamaah ini 27 derajat
tetapi 95% nya juga tidak mengamalkan, ini karena sakit tadi. Sakit tapi tidak terasa sakit, tangan ini
sakit tapi di cubit tidak terasa, ini namanya stroke, mati separoh, sakit parah namanya. Jadi
bagaimana kita mengobati penyakit agar bisa sembuh. Tapi kalau tidak terasa sakit, maka tidak akan
mau masuk rumah sakit. Kalau sakit tapi tidak terasa sakit, ini bahaya. Kalau sudah tau sakit
sekarang bagaimana mengobatinya. Sakit seperti apapun selama orang masih hidup maka dia pasti
ingin sembuh, kalau dia terasa sakit pasti dia ingin berobat. Orang yang terkena penyakit dalam ini
lebih berat dibanding orang yang kena penyakit kulit. Contoh : jika orang terkena parang awalnya
berat tapi lukanya tambah lama tambah sembuh. Beda sama orang yang terkena sakit paru-paru atau
jantung atau ginjal ini lebih berat dibanding orang yang terluka kulitnya karena parang. Ini karena
yang sakit dalam ini awalnya ringan tapi tambah lama tambah berat, tambah lama tambah kronis.
Begitu juga penyakit rohaniah atau agama, awalnya dikit tapi makin lama makin banyak dan makin
parah. Kalau sakit jasmani ini paling paling mati ujungnya, sakit jantung ujungnya paling-paling mati,
sakit paru-paru paling-paling ujungnya mati. Sedangkan penyakit rohaniah atau iman ini ujung-
ujungnya paling-paling masuk neraka, lho kok masuk neraka paling-paling. Ini keliru namanya justru
masuk Neraka ini yang harus paling dipikirkan dan dihindari, karena ini sakit yang menyebabkan
penderitaan yang selama-lamanya.
Kalau ingin mengobati berarti kita harus mau masuk rumah sakit untuk di rawat, sedangkan penyakit
Rohani ini pengobatannya di mesjidnya Allah swt. Masalahnya rumah sakit ini bukan hanya gedung
saja atau mesjid bangunannya saja, didalamnya tidak seperti mesjid atau rumah sakit. Mesjid dan
rumah sakit yang kita cari adalah yang di dalamnya fungsi dan keadaannya benar-benar mirip rumah
sakit atau mesjid. Namanya rumah sakit tapi didalamnya tidak ada dokter, tidak ada perawat, tidak
ada alat kedokteran, tidak ada obat, tidak ada ruang perawatan, ini bukan rumah sakit namanya. Hari
ini ada mesjid, bangunan ada namanya tertulis dalam bahasa arab bahkan, tapi didalamnya seperti
tempat wisata bahkan menjadi pasar tempat orang jual beli bukan ibadah, ini bukan mesjid namanya.
Ada gedung seperti mesjid, di daerah solohtigo menuju magelang, ternyata setelah didekati rupanya
sekolah tinggi theology kristen. Kalau di barat sana banyak gedung seperti gereja, ternyata mesjid, ini
karena memang dulunya gereja dijual lalu dijadikan mesjid, hanya salibnya saja yang diturunkan.
Dengan Khuruj Fissabillillah didalamnya ada peralatannya yaitu :
1. Peralatannya adalah Ushul2 Dakwah
2. Enam Sifat adalah Obatnya
3. Dokternya adalah Nabi Saw.
Sakit Rohaniah apa saja asal dia mau masuk dalam dakwah pasti bisa disembuhkan asal ikut tertib.
Ini karena kerja dakwah ini adalah dosis tinggi, kalau dengan kerja dakwah tidak bisa sembuh, tidak
mungkin sembuh dengan usaha-usaha lainnya. Kalau dengan dosis tinggi saja tidak bisa
disembuhkan, maka sulit disembuhkan dengan obat yang lain. Semua yang merasa sakit insya allah
kita berangkat semua.
Sakit kita itu parah tidak cukup dengan 3 hari, 40 hari aja tidak cukup, makanya perlu di ulang-ulang
4 bulan lagi berulang-ulang. Faedah Dakwah ini banyak sekali, Allah memanjakannya :
“Intansurullah yan surkum wayusabbit aqdamakum”
artinya : Barangsiapa menolong agama Allah pasti Allah akan menolong dia.
Janji Allah ini pasti lebih pasti daripada matahari terbit dari ufuk timur, tiap hari terbit dari ufuk timur,
tapi suatu saat muncul di ufuk barat menjelang kiamat. Janji Allah tidak pernah meleset, suatu saat
Allah bohong ini tidak mungkin dan tidak pernah. Bahkan kata masyeikh jika kita sudah menolong
agama Allah kita masih ragu-ragu, ini kita berdosa. Hanya saja bentuk pertolongan Allah ta’ala ini kita
tidak tau, tapi pasti ada pertolongan Allah, tidak boleh kita ragu2, ini adalah janji dari Allah swt.
“Ya Ayyuhalladzi na amanu aminu”
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, berimanlah kalian”
Orang sudah beriman disuruh beriman lagi, ini maksudnya gimana ? Wahai orang yang duduk,
duduklah kalian, ini gimana ? kok orang sudah duduk disuruh duduk. Secara hukum ini gak boleh.
Tapi ini kata-kata Allah : “Wahai orang-orang beriman, berimanlah kalian” jelas ini ada rahasianya
disana. Ini maksudnya orang-orang yang beriman diminta untuk meningkatkan iman. Jadi kewajiban
kita ini untuk meningkatkan iman.
“Aminu kamma amannan naas” : Berimanlah kalian seperti imannya mereka para sahabat (maksud
daripada “naas”)
Tapi orang munafik berkata,
“Anu’minu kama amana sufaha ?” artinya : “Apakah kami harus beriman seperti mereka yang bodoh-
bodoh ini ?”
orang munafik menganggap para sahabat ini orang-orang bodoh. Maka Allah membantah :
“Ala innahum humus sufaha” artinya : “ingatlah mereka itulah yang bodoh”
Ini karena kebodohannya yang menganggap orang pinter itu bodoh. Jadi iman yang dikehendaki Allah
Swt ini adalah imannya seperti imannya sahabat. Iman para sahabat sudah diterangkan banyak sekali
di kitab Hayatus Sahabat, yang isinya adalah kargozari, laporan kisah kehidupan sahabat. Bahkan
dalam Al Quran banyak sekali kargozari mengenai masalah-masalah dakwah. Namun kisah-kisah ini
bukan dongeng untuk membuat orang ngantuk agar cepat tidur, bukan, tapi untuk dijadikan acuan
sebagai tertib dakwah. Bagaimana Dakwahnya Nabi Nuh ketika itu dikisahkan dalam Al Quran :
“Robbi inni dakwatul qoumi lailam wannaharo” artinya : “ Ya Allah saya mendakwahi kaumku siang
dan malam” ini maksudnya bahwa yang namanya dakwah itu harus dilakukan selaama 24 jam, siang
dan malam. Tidak boleh siang saja malam tidur, atau malam saja siang tidak.
“Wala ya dzidtum du’ai illa fir roro” artinya : “Ya Allah mereka saya dakwahi tapi malah lari” malah
melakukan ini dan itu. Ini wajar orang kita dakwahi malah kabur, ini hal biasa, karena sudah Allah
kabari di dalam Al Quran. Nabi Jusuf dalam penjara tetap melakukan dakwah kepada teman-
temannya padahal di penjaran inikan sumpek, sempit, banyak problem, dan ruwet, kawannya cuman
2 orang tetapi Nabi Jusuf tetap berdakwah. Hayatus Sahabat itu kitab tertib dakwah. Seseorang
datang kepada Maulana Yusuf Al Khandalawi agar mau membuat buku khusus tentang tertib dakwah.
Maulana Yusuf rah.a katakan bahwa sudah dia buat buku tersebut yaitu kitab Hayatus Sahabah. Jadi
Hayatus Sahabah ini semua tertib dakwah sudah ada didalam kitab tersebut.
Nanti setelah dakwah dan mujahaddah baru nusroh ghoibiyah turun. Nabi Musa AS diterangkan
didalam Al Quran bahwa Nabi Musa AS nyantri ditempat Nabi Syuaib AS untuk belajar agama selama
10 tahun. Namun kisah nyantrinya Nabi Musa AS tidak diceritakan dalam Al Quran. Beda ketika Nabi
Musa AS mulai berdakwah semuanya langsung diceritakan oleh Allah dalam Al Quran. Baru pulang
dengan istrinya dari Madyan untuk menengok ibunya yang sakit, tau-tau ditengah jalan melihat api,
yang bukan sembarang api. Asbab Api yang dilihat oleh Musa AS, Allah Swt memberikan wahyu :
“innani annaloha la illaha illa anna” artinya : “Aku ini Allah tidak ada tuhan selain Aku”.
Allah Swt mengajarkan kepada Musa AS tidak ada yang bisa memberi manfaat dan mudharat selain
Aku, Allah Swt. Perkara ini ditalkinkan oleh Allah Swt kepada Musa AS. Setelah itu Musa AS ditanya
oleh Allah Swt : Apa yang ada ditangan kamu wahai Musa ? Musa AS menjawab : ini adalah tongkat
saya yang saya gunakan untuk ini dan itu. Saya masih mempunyai hajat yang banyak pada tongkat
ini. Musa AS menjelaskan manfaat dari tongkat tersebut padahal Allah Swt baru saja mentalkinkan
tentang siapa yang memberi manfaat dan mudharat terhadap sesuatu. Asbab ini Allah perintahkan
Musa AS melempar tongkatnya tersebut sehingga berubah menjadi ular yang besar, sehingga Musa
AS lari tunggang langgang melihat kejadian ini. Baru saja Musa AS menjelaskan manfaat dari
tongkatnya, kini sama Allah dirubah menjadi ular yang bisa memyebabkan Mudharat yang besar bagi
Musa AS. Lupa dengan pelajaran yang Allah kasih akibatnya menjadi mudharat bagi Musa AS. Nabi
Musa AS tidak tau kehendak Allah sehingga menyebabkan tongkat yang tadinya bisa memberi
manfaat menjadi mendatangkan mudharat yang besar, hingga lari. Nabi Musa AS belajar 10 tahun
dengan Nabi Syuaib AS tapi belum praktek, jadi ketika tongkat jadi ular, Musa AS lari tunggang
langgang. Maka Allah Swt memerintahkan Nabi Musa untuk menangkap lagi tongkat yang menjadi
ular tersebut. Nabi Musa AS berusaha menangkap ular tersebut yang besar dan lincah, padahal kalo
besar tidak lincah tapi ini Allah jadikan lincah, dengan penuh rasa takut. Ketika perintah tangkap ular
itu turun dari Allah Swt dikatakan Nabi musa mengamalkannya dengan penuh rasa takut kepada ular,
tetapi lebih takut lagi kalo tidak mengamalkan perintah Allah Swt. Maka Nabi Musa AS manangkap
ular dengan sepenuh daya pikiran dan kekuatan sehingga ular tersebut itu menjadi tongkat lagi.
Namun tongkat yang sudah tertangkap khasiatnya sudah beda. Sebelum tertangkap tongkat hanya
digunakan untuk panduan jalan, mengambil buah, sama menggiring kambing, fungsi keduniaan saja.
Setelah mendapat tarbiyah dari Allah Swt, tongkat tersebut mendatangkan manfaat yang berbeda
yaitu menjadi asbab hidayah. Asbab tongkat yang sudah di tarbiyah Allah Swt tadi menyebabkan para
ahli firaun masuk islam, 4000 penyihir firaun masuk islam, bani israil masuk islam. Kata Ulama, dunia
orang mukmin ini seperti tongkat Nabi Musa AS.
“Wamatilka fiya min nikhaya mukmin” : “Apa yang berada ditangan kananmu wahai mukmin ?”
“Ya dunia ya ufuk alanafsi wal ahli walmaali walya fiya ala ma’rifun”
Ini adalah dunia saya saya infakkan : diriku, ahliku, hamba sahayaku, yang saya mempunyai hajat.
“Alkiha” tinggalkan dunia 4 bulan saja.
Ketika ditinggalkan semua pada protest seakan-akan mudharat akibatnya, istri ngambek, anak
nangis, tetangga gunjing, gak karu-karuan semuanya. Padahal kita minta tinggalkan tidak selamanya.
Nanti setelah pulang kita pegang lagi dunia yang kita tinggalkan. Maka setelah pulang, dipegang lagi
dunianya, tapi dunianya sudah beda fungsinya. Dulu sebelum berangkat 4 bulan dunianya digunakan
untuk menambah kebendaan : memperbaiki rumah, membangun gedung, memperbanyak harta,
membeli baju dan lain-lain. Namun setelah 4 bulan dunianya sudah berubah fungsinya yaitu justru
digunakan untuk mengambil takaza-takaza, dikirim ke eropa, amerika, afrika, china, australia,
dunianya kini menjadi asbab hidayah. Dunia yang pertama hanya untuk kebendaan, tapi dunia yang
kedua setelah ditarbiyah jadi untuk asbab hidayah seperti tongkat Musa AS. Dunia yang masih dalam
kantong ini harta benda yang disebut dunia, tetapi ketika sudah digunakan, disedekahkan, untuk
agama ini menjadi amal. Dunia ini kalo sudah menjadi asbab hidayah ini bukan dunia lagi namanya,
tetapi sedekah atau amal, yang tertinggal dalam kantong itu baru dunia. Selama masih dirumah itu
namanya dunia, tetapi ketika sudah dipakai untuk Khuruj Fissabillillah menjadi hidayah itu amal
namanya.
Dulu para sahabat yang fakir-fakir ini ngiri pada sahabat-sahabat yang kaya : “Ya Rasullullah SAW,
orang-orang kaya itu pahalanya banyak.” Jadi yang diirikan oleh sahabat itu amal pahalanya bukan
kebendaannya. Mereka sholat, kita juga sholat, mereka puasa kita juga puasa, tetapi mereka bisa
beramal dengan harta mereka, mereka bisa sedekah, mereka bisa haji, sementara kita tidak bisa. Ini
yang diirikan para sahabat yang fakir terhadap sahabat yang kaya yaitu kemampuan mereka dalam
beramal. Lalu Nabi Saw menawarkan, “Maukah kalian aku beri amalan yang dapat melebihi amal-amal
mereka ?” mereka menjawab, “Mau ya Rasullullah.” Jawab mereka semangat. Nabi Saw menjawab,
“Baca Subhanallah 33 kalo, Alhamdullillah 33 kali, Allahu Akbar 33 kali setelah sholat.” Lalu pulanglah
mereka dan mengamalkannya. Setelah beberapa lama kemudia yang kaya dengar ada amalan seperti
itu sehingga si sahabat yang kayapun ikut mengamalkan. Lalu para sahabat yang miskin tadi
mengadu kepada Nabi SAW bahwa sahabat yang kaya sudah tahu amalan tersebut dan ikut
mengamalkannya, sekarang kita tertinggal lagi oleh mereka. Maka Nabi SAW katakan, “Itu adalah
anugerah dari Allah yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki.”
Ulama katakan maksudnya kalo diadu yang satu dengan amalan dan yang satu dengan maal, harta,
maka yang menang adalah yang dengan amalan. Tetapi jika yang satu dengan amalan dan yang satu
dengan maal plus amalan maka ini yang lebih baik adalah yang kedua yaitu dengan maal dan amalan.
Satu lawan Dua yanh menang yang Dua. Kalo orag fakir mengandalkan amalan sedagkan orang kaya
mengandalkan hartanya atau maal saja maka yang menang adalah yang fakir dengan amalan. Tetapi
kalo si kaya mengandalkan maal dan amalan, maka di bandingkan dengan si fakir, akan lebih menang
yang dua yaitu si kaya yang menggunakan maal dan amalan. Jadi hadits ini untuk orang kaya. Hadits
itu ada dua ada untuk orang kaya, tetapi ada juga hadits untuk orang miskin. Ada hadist untuk laki-
laki, tetapi ada juga hadits untuk perempuan. Ada Hadits untuk pemerintah tetapi ada hadits untuk
rakyat umumnya. Masalahnya hadits orang kaya dipakai sama orang fakir, ini keliru namanya, tidak
sesuai. Ini kejadian orang kaya mencari dan memakai haditsnya orang miskin. Orang miskin mecari
dan memakai haditsnya orang kaya. Akhirnya ketika ketemu : Si Kaya bilang orang miskin gak boleh
minta-minta nanti jadi begini dan begitu, Si Miskin ngeluarin dalil lagi orang kaya harus bersedekah
memberi kepada si miskin kalo tidak nanti akan menjadi begini dan begitu, akhirnya gak karu-karuan
hasilnya. Bukannya menggunakan haditsnya sendiri untuk diri sendiri tetapi malah mengunakan
hadits orang lain untuk menekan yang lain, ini kacau namanya. Maka kita laki-laki ini tidak boleh
menggunakan Hadits untuk perempuan, ini salah penggunaan namanya. Hadist tentang laki-laki
dibaca oleh laki-laki itu sendiri untuk mentarghib laki-laki itu sendiri agar diamalkan bukan untuk
menekan perempuan, begitu pula sebaliknya, ini yang benar. Rasullullah Saw itu tauladan untuk
seluruh umat : ada tauladan sebagai suami, sebagai ayah, sebagai tetangga, sebagai panglima.
Sebagai Rakyat ada petunjuknya dari Nabi Saw untuk diamalkan, untuk istri juga ada petunjuknya
untuk diamalkan, sebagai suami seperti itu juga, dan yang lain-lain.
“Walakum fi Rasullullillah uswatun hasanah” : “Dalam diri Rasullullah SAW ada tauladan yang bagus.”
ini contoh-contoh tauladan diberikan untuk ummat, tinggal ikut saja. Sampai dikatakan semua
manusia ini buta yang melek hanya Nabi SAW. Kalau kita ikut terus sama Rasullullah Saw maka insya
allah ketika Rasullullah Saw masuk surga kita juga akan ikut. Kalau Rasullullah Saw masuk neraka
apakah kita akan ikut ? oh itu tidak mungkin rasullullah Saw masuk neraka. Jadi kalau sama-sama
orang buta, berdua jalan, tuntun tuntunan bisa celaka dua-duanya, bisa-bisa kecebur jurang. Ajaibnya
hari ini ada orang buta mengkritik orang melek atau orang yang melihat. Aneh tapi nyata, orang buta
mengkritik orang melek. Si buta dituntun sama yang melihat, lalu si buta bilang, “Pak feeling saya
bapak ini keliru.” Ini lucunya namanya kita yang buta mengkritik Nabi SAW satu-satunya yang mampu
melihat. Ini namanya orang buta mengkritik orang melek. Wahyu dari Allah Swt ini “Sami’na wa
atho’na” kami dengar kami taat. Ini ada ajaran islam liberal, padahal tidak ada yang namanya islam
liberal, yang ada Iblis itu sendiri yang liberal. Jadi JIL ini bukan jaringan islam liberal, tapi jaringan
iblis liberal. Mereka ini pola fikirnya bukan sami’na wa atho’na tapi “sami’na watafarna”, kami dengar
kami pikir-pikir dahulu, kami seminarkan dulu, kami logikan dulu. Ini memang benar tapi ini ada
salahnya. Ini aneh, wong ayat quran itu “Qollallahu ta’ala…” kata-kata Allah Swt itu dipikir-pikir
dahulu ini hanya kerjaan jaringannya iblis laknatullah alaih. Hanya orang goblok dan bodoh
menyalahkan firman Allah Swt dan sunnah Nabi SAW. Mereka berpikir Nabi SAW keliru, bahkan Allah
Swt bisa salah, ini goblok atau tolol namanya, sama aja itu goblok atau tolol.
Ayat “Sami’na wa Atho’na” turun diwaktu sahabat tidak mampu untuk mengamalkan. “Wa intubdu ma
fi anfusikum autukhfu yuhasibkum bihillah” : “Kalau kalian menampakkan apa yang berada didalam
hati kalian (yang kalian sembunyikan) maka akan di hisab oleh Allah Swt.” Diperlihatkan ataupun
disimpan akan dihisab oleh Allah Swt. Umpamanya ada suatu alat perekam yang canggih bisa
merekam suara dalam hati, kira-kira dengan rekaman itu kita bisa malu atau tidak, jika di dengarkan
rahasia-rahasia hati kita. Jika kita pernah terbesit dihati ingin mencuri, berzina, atau perbuatan
maksiat lainnya kira-kira malu tidak jika di dengarkan ke orang. Namanya orang gila ini adalah orang
yang tidak bisa ngerem lisannya dari bisikan hati yang langsung terungkap melalui mulut. Jadi kalau
kita tidak bisa ngerem lisannya dari isi hatinya berarti kita gila semua. Inilah yang dikeluhkan
sahabat, mereka merasa tidak mampu jika sampai yang didalam hatipun akan dihisab. “Kemarin itu
ketika di taklifkan itu yang saya mampu untuk dishisab, tetapi yang dalam hati ini juga mau dihisab,
ini saya tidak mampu ya Rasullullah” kata sahabat. Kok yang dalam hatipun akan di hisab, sahabat
tidak mampu. Maka Rasullullah Saw menekan, “Apakah kamu akan Sami’na wa assoyna, saya dengar
saya akan maksiat, katakanlah kamu akan sami’na wa atthona, kami dengar kami taat.” Maka
sahabat setiap bisikan hati ini gak karu-karuan, mereka menyebut, “Sami’na wa attho’na gufronaka”,
“Kami dengar kami taat ampunilah saya”. Sehingga lisan ini sudah terlatih dengan “kami dengar kami
taat maka ampuni kami ya Allah”. Sehingga turunlah ayat :
“Sami’na watho’na gufronnaka robbana wa ilaikal mashir.”
Ini ketika sahabat baru menerima saja, tidak mampupun masih sami’na watho’na, kok sekarang
malah ada sami’na watafakarna. Sama-sama mahluk seorang jendral bicara ke prajuritnya memberi
perintah, semua prajurit pasti akan sami’na watho’na, mereka bilang, “Siap…”, tidak ada prajurit yang
bilang, “Insya Allah”. Ini karena mereka dilatih untuk siap, jendral ini tidak membayar prajurit,
padahal jendral dan prajurit sama-sama dibayar oleh negara. Gak ada pernyataan jendral yang sudah
memerintahkan prajurit, lalu si prajurit bilang, “nanti kalau saya mati gimana ?” atau “nanti saya
musyawarahkan dulu sama istri” atau “nanti kalau saya tertembak gimana ?” ini resiko jadi tentara,
kalau takut mati atau tertembak tidak usah jadi tentara. Tentara kok kayak gitu gak karu-karuan. Kita
ini tentaranya Allah, ditaskil harus sami’na wa atho’na. Kita ini jadi gak karu-karuan ini akibat kita
belajar dari orang kafir dan yahudi. Hampir seluruh ulama katakan :
“Innal hadza ilmadinun fandhuru amman takhuzu dinakum” : Ilmu ini adalah agama lihatlah darimana
kalian mengambil ilmu ini.
Ini sama-sama muslim hanya saja yang satu ini dhoif ilmunya, jadi gak usah diambil. Imam Malik
Rah.A katakan bahwa dalam mesjid ini, mesjid nabawi, jika ada 70 orang yang jika dia berdoa akan
lansung turun hujan, tapi saya tidak akan mengambil ilmu agama ini melainkan dari ahlinya. Untuk
Doa mereka ahlinya, tapi untuk ilmu saya akan ambil dari ahlinya. Sedangkan orang-orang sekarang
ini mengambil ilmu bukan dari ahlinya tetapi dari orang-orang kafir dan yahudi, sehingga guru-
gurunya ke Neraka mereka ikut. Ilmu agama kok belajar dari van hauten, robert armstrong, gak karu-
karuan hasilnya. Kenapa mereka ini belajar kok dari yahudi padahal masih banyak ulama-ulama yang
ahlullah. Katakanlah ada air yang jernih dan bersih di alirkan lewat peralon dari Nabi SAW, terus
mengalir singgah di ulama-ulama terus mengalir, masih bersih, lalu jatuh di comberan, yaitu yahudi
dan nasrani, kira-kira mau gak minum dari comberan. Bagi Allah ini orang kafir ini seperti :
Ulaika kal an’am balhum adhol : Orang kafir seperti hewan ternak
Coba kamu kerbau bagaimana pendapat kalian ? ini aneh kerbau kok ditanyai pendapatnya. Maka kita
pegang ilmu ini dari sanadnya dari pesantren-pesantren dari ulama-ulama yang Haqqoni dan yang
Rabbani, ini suatu nikmat yang besar. Imam syafei bersyair :
Kehidupan seorang pemuda, wallahi, dengan ilmu dan taqwa.
Saya menafsirkan dengan ilmu itu dengan pesantren, dan taqwa itu dengan khuruj fissabillillah.
Apalagi yang di pesantren, harus lebih lagi digalakkan keluar di jalan Allah. Ini sudah tidak
dipesantren, tapi juga tidak khuruj fissabillillah, maka ini kata imam syafei yang tidak berilmu dan
tidak bertaqwa : La’tibaro lizatihi yaitu seperti bangkai berjalan, Tidak punya arti apa-apa. Ilmu
diambil sama-sama orang islam, sami’na wa athona, apa kata Allah pasti benar, apa kata rasullullah
ini haditsnya shahih maka kita harus mengikuti. Imam syafei pernah ditanya oleh seseorang apakah
kamu mengikuti semua hadits hadits nabi SAW sebagai pedoman agamamu. Imam syafei ditanya
begini terkejut, dan balik bertanya, “Apakah kamu melihat saya sebagai orang gereja ? atau melihat
dari saya ada tanda-tanda nasrani atau yahudi, ada hadits Rasullulah Saw yang tidak diambil ?” Jadi
orang-orang yang tidak mengambil hadist nabi saw hanya orang-orang yahudi dan nasrani.
Maulana Mustaqim katakan :
1. Sahabat ini ciri-cirinya à Sami’na wa atho’na ( kami dengar kami taat )
2. Yahudi ini ciri-cirinya à Sami’na wa assoyna ( kami dengar kami ingkari )
3. Kaum logika ini ciri-cirinya à Sami’na wa tafakkarna/watajaddalna (kami dengar kami pikir dulu)
4. Kita umumnya ciri-cirinya à Sami’na wa nashina ( kami dengar tapi lupa lagi 2x )
Mau taat tapi lupa, maka perlu sering-sering di ingatkan dengan khuruj fissabillillah. Manusia ini
memang fitrahnya pelupa, maunya sih sami’na wa attho’na, tapi baru sampe di sami’na wa nashina,
gak papa yang penting tidak menentang.
Didalam dakwah ini Allah Swt memanjakan banyak sekali. Semua ahli langit dan ahli bumi mendoakan
memohonkan ampun bagi kita yang sedang berjuang dijalan Allah mengajarkan kebaikan dengan
berdakwah. Semuaanya dari nyamuk, belalang, burung, mendoakan ampunan untuk kita. Nyamuk
mau nyokot kita tapi malah kita geplak, gak papa, padahal dia lagi mau memohonkan ampun untuk
kita. Kata Ulama ini ada rahasianya kenapa semua mahluk di bumi ini mendoakan orang yang sedang
berdakwah. Ini karena kelestarian dunia ini karena ada agama, bukan karena ada ekologinya, atau
karena ada ekosistemnya, atau karena ada hutannya, bukan itu semua. Ini karena di dunia ini masih
ada orang yang mengucapkan “La illaha illallah”. Walaupun Hutan rindang , lebat, dan banyak,
ekologinya bagus, ekosistemnya jalan, tapi tidak ada yang mengcupakan “La illaha illallah” maka Allah
akan gulung alam ini di kiamatkan. Sementara kelestarian “La illaha illallah” karena ada orang yang
dakwah. Jadi semua hewan-hewan dan mahluk-mahluk di dunia dan di langit ini berhutang jasa
kepada orang beriman atau manusia yang masih mengucapkan “La illaha illallah”. Para Ahli langit dan
ahli bumi yang jumlahnya trilyunan banyaknya hanya Allah yang tau, memahami perkara jasa orang
dakwah ini sehingga Allah masih jaga alam ini asbab adanya orang yang mengucapkan La illaha
illallah. Asbab ini mereka doakan maghfiroh untuk kita walaupun kita sedang tertidur sekalipun. Tapi
hanya yang ikut dakwah, kalau tidak dakwah ya tidak di doakan, gimana tidak mau ikut dakwah tapi
minta di doakan.
Di dalam dakwah ini kita tinggal ikut saja Rasullullah, tidak perlu ngarang sendiri. Nanti kalau
Rasullullah Saw masuk surga kita tinggal ikut aja. Maualana Abdul Baqi dari pakistan mengatakan,
kalau kita sujud syukur dari sekarang hingga kita meninggal dunia karena dipilih Allah karena ikut
usaha dakwah ini, maka itu nilainya kecil. Mengapa kecil ? karena hasilnya gak sebanding, dipilih ikut,
tapi nanti di gabungkan sama sahabat masuk surga. Ini tidak sebanding dengan usaha yang kita
lakukan dibanding dengan anugerah yang Allah kasih asbab dakwah ini. Rasullullah Saw bersabda :
“Antama aman ahbabta” : “Kalian akan bersama yang kalian cintai”
Ketika kita keluar kita belajar 6 sifat sahabat, perjuangan sahabat, cara berpikirnya sahabat,
bicarakan sahabat. Diluar dakwah ini semua ngaku cinta sahabat, tapi tidak ada yang tahu siapa itu
Saad bin Abi Waqqash, Khalid bin Walid, Thalhah, Hudzaifah. Justru yang mereka tahu itu malah
seperti superman, batman, michael jackson, mak lampir, apa faedahnya tahu semua itu, ngakunya
cinta sahabat. Pengetahuan itu untuk apa.
“Layadh duru jahlu walayanfa’u ilmu”
Siapa presiden Venezuella ? tahu atau gak tahu tidak ada manfaat dan mudharatnya. Banyak orang
yang tahu tidak ada manfaat dan mudharatnya, tapi pingin tahu aja, ini untuk apa ? Beda dengan
dengan sunnah Nabi Saw, kalau tahu manfaatnya banyak kalau tidak tahu mudharatnya banyak.
Bagaimana mengetahui Sunnah Rasul dan Fadhilah Dakwah. Jadi kalau di dunia ini sudah tidak ada
lagi yang mengucapkan “La illaha illallah”, maka Allah akan liquidasi dunia ini. Inilah sebabnya semua
mahluk di dunia ini mendoakan kita, walaupun kita membunuh mereka, mebunuh nyamuk,
membunuh ayam, membunuh serangga, tidak apa-apa mereka tetap mendoakan kita. Subhanallah,
inilah kita manusia sebagai Khalifah fil Ardhi. Sebetulnya jin-jin itu takut pada manusia, ini karena
khalifah fil ardhi ini manusia. Namun keadaannya kebalik karena kebanyakan manusia takutnya sama
jin jadi gak karu-karuan.
Asbab Dakwah ini maka Allah akan kumpulkan kita bersama Rasullullah Saw dan para Sahabat RA.
Masalahnya apa kita tidak malu nanti ketemu sahabat ? mereka berjuang ada yang sampai dipotong
kepalanya, di tusuk dari kemaluannya, ditarik kuda hingga putus anggota badannya, hartanya habis
untuk di jalan Allah. Namun ketika kita ditanya saya Alhamdullillah sudah 3 hari, saya sudah 40 hari,
saya sudah 4 bulan, ini apa kalau dibandingkan sahabat. Nanti ada yang bilang kita ini sibuk jadi tidak
ada waktu karena mencari rizki. Maulana Ilyas Rah.A katakan :
“Gunakan hartamu untuk agama atau nanti hartamu akan habis tapi bukan untuk agama”
“Gunakan waktumu untuk agama atau waktumu akan habis tapi bukan untuk agama”
“Matilah kalian untuk agama atau nanti kalian juga akan mati tapi bukan untuk agama”
“Sibukkan diri kalian dalam agama atau kalian juga akan tetap sibuk tapi bukan dalam agama”
Kata Maulana Abdul Qadir hanya ada 4 orang yang tidak sibuk :
1. Orang yang sudah meninggal dunia
2. Orang yang sedang di penjara
3. Orang yang sedang dirawat di rumah sakit
4. Orang gila
Kita ikut dalam usaha ini merupakan suatu kemuliaan yang besar dari Allah Swt. Orang-orang seperti
kita ini dengan segala kelemahan kita tapi dipilih oleh Allah melanjutkan usaha para Nabi SAW, ini
merupakan suatu kemuliaan. Dahulu orang yang membawa usaha ini Allah pilih orang-orangnya ada
qualifikasi iman, akhlaq, kesiapan berkorbannya. Kini kita yang lemah-lemah, Allah pilih kita, patut
kita syukuri, caranya bagaimana ? yaitu dengan istiqomah dalam kerja dakwah, istiqomah sampai
mati. Orang sudah terpilih sebagai menteri malah lebih memilih kerja sebagai penggosok WC, ini
bagaimana ? Orang jadi kepala desa dapat gaji dan fasilitas karena dia harus memikirkan desanya.
Nanti kalau jadi bupati lebih gede lagi gajinya dan fasilitasnya lebih banyak lagi karena lebih berat
kerjanya dibanding kepala desa, dia harus memikirkan satu kabupaten yang terdiri dari banyak desa.
Begitu juga kalau jadi Gubernur harus memikirkan satu propinsi tapi gajinya tambah besar dan
fasilitasnya tambah banyak lagi. Begitu juga kalau jadi presiden rumahnya saja dapet istana,
kendaraannya helikopter, gajinya lebih besar lagi dan fasilitasnya terbaik diberikan, ini karena
presiden memikirkan satu negara. Namun serendah-rendahnya Da’i ini lebih tinggi dari presiden. Ini
karena presiden hanya memikirkan satu negara, da’i ini memikirkan seluruh alam. Presiden hanya
untuk 5 tahun, kalo da’i ini sampai hari kiamat. Presiden itu memikirkan hanya ada yang ada diatas
bumi itu juga bagian-bagian, kalau dai memikkirkan yang ada dibawah bumi, diatas bumi, di langit
bahkan sampai akherat. Ini luar biasa kemuliaannya yang Allah kasih, tapi kok kita milihnya jadi
penggosok WC, ini bagaimana ? Meninggalkan dakwah untuk mencari dunia, Masya Allah.
Beras ini penting tapi usaha atas beras lebih penting lagi. Ada beras 10 gudang, tapi kalau dimakan
terus menerus dan tidak diusahakan lagi maka suatu saat pasti habis. Agama ini penting tapi usaha
atas agama lebih penting lagi. Kalau hanya mengandalkan amal agama nanti kalau semua yang
beramal mati tidak ada yang meneruskan, maka suatu saat nanti amal-amal agama ini akan hilang.
Bahkan kata ulama, dunia ini seperti badan, agama ini seperti ruh. Kalau badan tidak ada ruhnya, ya
tidak bisa bergerak bahkan membusuk dan rusak. Jadi dunia tanpa agama, yang ada kerusakan,
manusianya berbuat onar, membuat kedzoliman dimana-mana, merusak dan bermaksiat. Jadi kalau
Agama ini di ibaratkan badan, maka Usaha Agama ini seperti nyawa dalam badan. Kita ini mau
berusaha menjadi ruhaniah dalam agama. Usaha agama seperti badan, maka pengorbanan ini seperti
ruhnya. Jadi usaha dakwah ini harus dengan pengorbanan : korban harta, korban diri, korban waktu,
korban perasaan, korban perdagangan, korban keluarga, korban pekerjaan. Jika pengorbanan seperti
badan, maka musyawarah ini seperti ruhnya. Jika musyawarah ini seperti badan, maka ketaatan ini
seperti ruhnya.
Jadi sangat penting sekali masalah ikut dalam kerja dakwah ini. Dulu yang ikut dalam kerja dakwah
ini adalah para nabi AS, para sahabat RA, para ulama tabi’in wat tabi’in, para wali Allah, tapi sekarang
malah kita-kita ini yang dhoif dan banyak kekuarangan yang terpilih. Ini karena akhir jaman ini
menjadi jamannya obralan. Kebaikan-kebaikan di obral begitu juga keburukan-keburukan diobral,
banyak sekali. Pakaian dulu banyak compang camping, bahkan pakaian baru diluar hari raya ini
dianggep aneh dan gak wajar, jadi di olok-olok. Makan ayam itu hanya waktu hari raya dan
mauludan, jadi ada orang kenduri gak diundang bisa marah. Beda hari ini gak diundang biasa saja
karena semuanya sudah diobral jadi biasa saja. Dulu cari kitab Jami’ush saghir dan ihya ulumuddin
susah sekali, kalaupun ada cepat sekali habisnya. Dulu pernah terjadi satu kitab ihya ulumuddin ini
setara dengan dua kerbau. Kalau sekarang 2 kerbau dapat satu toko kitab. Jadi dulu ilmu itu mahal
sekali, pakaian itu mahal sekali, tapi kini semuanya sudah di obral sehingga ilmu kini murah, pakaian
mudah. Kebaikan-kebaikan di obral, keburukan-keburukan juga di obral. Intan berlian diobral, tapi
ular dan kalajengking juga di obral. Dengan jumlah uang yang sama bisa beli kitab atau beli berlian
tapi kok yang dibeli malah ular dan kala jengking. Ini kok ular dan kalajengking murah sekali ? nanti
malah dipatuk, goblok namanya. Begitu juga hari ini kemaksiatan-kemaksiatan di obral, tapi
kebaikan-kebaikan juga di obral. Dakwah yang demikian tinggi nilainya kini di obral, setiap orang
bahkan di ajak terus. Kalau ada orang di ajak gak mau ini kenapa gak mau ? padahal ini sudah di
obral. Waktu ini adalah seperti uang, maka kita habiskan jangan untuk beli kalajengking atau maksiat
yang bisa menghancurkan kita, tapi kita habiskan untuk membeli apa yang bisa kita gunakan di
akherat kita nanti.
Banyak sekali fadhilah dakwah ini, kita tidak akan sanggup menghitungnya, apalagi waktu puasa
ramadhan pahalanya berlipat-lipat kali. Kalau diluar ramadhan ini pahalanya 700.000 untuk yang
khuruj fissabilllillah, maka ketika puasa dikali 70, berarti sekitar 49.000.000, itupun untuk yang belum
nikah, kalau sudah nikah dikali 70 lagi, Masya Allah. Ulama dari bangladesh katakan bahwa dakwah di
bulan ramadhan ini Insya Allah pasti diterima. Amal itu mudah, diterimanya oleh Allah Swt ini yang
sulit. Amal itu mudah, duduk kita disini saja mendengarkan bayan ini sudah amal. Tidur cara
rasullullah Saw sudah amal, makan cara rasullullah Saw sudah amal. Tapi yang diterima oleh Allah
Swt ini yang sulit. Ada kisah seorang pelacur memberi minum seekor anjing. Seburuk-buruknya orang
itu pelacur memberi minum seekor anjing seburuk-buruknya binatang. Kita pernah dengar nama
orang yang namanya pak kutilang, atau pak gajah, tapi kita tidak pernah dengar nama orang ini
anjing. Bahkan kalau kita panggil anjing orang bisa marah, ini sangking hinanya anjing ini. Padahal
menurut ulama anjing ini mempunyai minimal 10 sifat utama para wali. Anjing itu taat dan patuh, ini
sifat wali. Kepada majikan yang memberinya makan, maka dia akan penurut sekali, disuruh pergi dia
akan pergi, di suruh datang dia akan datang. Dulu ada orang namanya Abu Ustman Al Khairi, beliau
pernah diundang ke rumah seseorang. Setelah sampai depan rumah orangnya si orang tersebut bilang
tidak jadi, baru jalan jauh dikit dipanggil bilang jadi. Setelah mendekat tidak jadi, akhirnya pergi lagi,
agak jauh dipanggil lagi dibilang jadi, setelah mendekat akhirnya tidak jadi lagi, pergi dipanggil lagi
dibilang jadi terus sampe 4 kali. Si orang rumah ini memuji, bahwa beliau ini baik sekali dibilang gak
jadi pergi, dipanggil, balik lagi sampe 4 kali, tidak marah-marah. Abu Ustman Al Khairi berkata untuk
menghindari pujian, bahwa seekor anjing juga bisa seperti itu.
Anjing itu taat dan baik sekali, jika digebuk dia tetep ingetnya tangan yang memberinya makan bukan
gebukannya, tetep taat. Anjing itu amanah sekali beda sama kucing yang suka mencuri makanan.
Anjing itu kalau mau makan pasti menunggu majikannya, tidak ada anjing yang mencuri itu tidak ada,
kucing ada, tapi anjing tidak. Sampai matipun si anjing ini amanah, jika majikan bilang jangan kamu
makan melainkan dari tangan saya, inipun diikuti. Suatu ketika si anjing ini lupa diberi makan oleh
majikannya, majikannya pergi lama, si tetangga memberi makan tapi dimakan oleh si anjing,
akhirnya mati memegang amanah majikannya. Anjing ini zuhud, tidak senang pada dunia, tidurnya
dimana-mana bisa, bahkan senengnya tidur di tempat gak karu-karuan. Anjing ini Qona’ah diberi apa
aja dia nerima aja, tetep senang sama keadaannya. Banyak sekali sifat baik pada anjing ini, tapi kok
kenapa najis mugholadoh. Dari sekian banyak sifat baiknya ada 2 sifat buruk anjing :
1. Jika sendirian dia sombong, sukanya menggonggong dan menyalak, pamer kekuasaan.
2. Tidak suka sama Ijtima’i amal, jadi jangan sampe karkun tidak suka ijtima’i amal.
Jadi 10 sifat baik pada anjing ini jadi hilang asbab 2 sifat jelek ini. Jadi kita karkun jangan sombong
dan tidak suka ijtimai amal, bisa jadi jadi najis mugholadoh. Sifat yang Allah benci ini sombong, dan
sifat yang disenangi Allah Swt ini adalah Sifat Tawadhu. Sifat Tawadhu ini merupakan nikmat dari
Allah Swt, dan satu-satunya nikmat yang orang tidak akan hasut. Kalau sombong ini baliyat suatu
musibah. Orang kalau sombong sering lupa diri, “Kau tau siapa saya ?” lupa siapa dia ini, sampe harus
tanya orang lain. Ada seorang jendral pulang setelah menang perang, diajalan bertemu seorang sufi.
Maka si jendral mengatakan, “Kamu ini tidak tahu siapa saya ?” si sufi tadi bilang, “Oh saya tahu
siapa kamu, kamu ini dulunya adalah hanya sepercik mani yang menjijikkan, nanti suatu saat akan
menjadi bangkai yang busuk. Saat ini kemana-mana kamu membawa kotoran.” Jadi apa yang mau
disombongkan, sifat sombong ini harus dihilangkan.
“Man tawadho alillah rofa’adhoh” : “Barangsiapa tawadhu karena Allah maka akan diangkat oleh Allah
ta’ala”
Walaupun seluruh dunia merendahkan, tapi diangkat oleh Allah Swt tetap akan diri terus. Fadhilah-
fadhilah dakwah ini banyak sekali, masyeikh katakan dalam usaha dakwah ini ribuan berkah untuk
ribuan keturunan. Kita ini perkataan masyeikh ini cukup percaya saja, karena itu berdasarkan ilham
dan keberkahannya kita rasakan sekali kalau kita ikuti. Pemerintah bingung, Masyakarakat bingung,
orang kaya bingung, orang fakir bingung, kita ini generasi bingung, tapi orang dakwah tidak bingung,
santai saja, lempeng dan lurus aja. Hari ini orang banyak demonstrasi, ada bom meledak, tapi orang
dakwah santai saja. Bom mahluk, Demo mahluk, tidak dapat mendatangkan manfaat atau mudharat
tanpa seizin Allah Swt. Hakekatnya, Itu mahluk semua, tidak bisa berbuat apa-apa, bukan suatu
masalah.
Bom itu mahluk, kalau Allah menghendaki makanan bisa jadi bom, kalau Allah menghendaki bom bisa
jadi makanan. Bagi da’i ini yang dipandang Allah swt nya saja, tidak ada persoalan, tidak kesan, yang
penting bagaimana Allah ridho dan senang. Matipun dalam dakwah langsung surga. Semua orang
yang mati itu tidak ada yang berharap dihidupkan lagi, kecuali orang dakwah. Orang dakwah ketika
mati dibangkitkan ditanya oleh Allah Swt, kamu mau apa, malah menjawb ingin dihidupkan lagi untuk
dakwah lalu dimatikan lagi lalu dihidupkan lagi untuk dakwah, begitu jawabnya. Ini karena melihat
fadhilahnya orang dakwah. Tapi ini yang tahu bagi yang sudah mati, kita yang belum mati tidak tahu.
Kok bisa ada permintaan seperti itu, padahal kita mati satu kali aja takut, kok bisa ? sekarang kita
sudah hidup maka kita gunakan sisa hidup kita untuk dakwah, yang lalu biarlah berlalu dengan segala
maksiat dan pahalanya tinggal kenangan biarlah berlalu. Sekarang yang penting kedepannya sisa
umur kita mau diapain, biasanya yang namanya sisa umur ini lebih pendek rata-rata.
3 hari dibanding 70 tahun ( 3 / 70 ) dengan 70 tahun dibanding selama-lamanya ( 70 /∞ ) ini lebih
lama mana ? lebih lama selama-lamanya, ini jawaban orang tidak paham dengan pertanyaan, ini
matematika. Ini lebih lama 3 hari per 70 tahun karena ini seper 10.000, umpamanya, kalo dibanding
dengan 70 tahun dibanding selama-lamanya dapet berapa ? ini seperti satu tetes dibanding lautan.
Jauh sekali perbandingannya satu tetes dibanding lautan kalo seper 10.000 ini seperti satu tetes
cangkir dibanding lautan. Jadi 3 hari per 70 tahun lebih lama dibanding dengan 70 tahun dibanding
selama-lamanya.
Maukah senang-senang 3 hari untuk susah-susah 70 tahun atau maukah susah-susah 3 hari untuk
senang-senang 70 tahun. Ini mudah sekali jawabannya, tentunya mendingan milih susah 3 hari demi
kesenangan 70 tahun. Padahal ini itu lebih lama dibanding dengan 70 tahun dibanding selama-
lamanya. Coba kita bicara sisa umur saja dululah, bukan 70 tahun susah tidak. Contoh : kalo kita
sekarang umur 50 tahun masih ada 20 tahun sisa umur misalnya, kalau kita 40 tahun masih ada sisa
umur 30 tahun. Maukah susah 20 tahun atau 30 tahun demi mendapatkan kebahagiaan yang selama-
lamanya. Dan itu 20 atau 30 tahun tidak susah terus, tiap tahun hanya 4 bulan saja. Padahal 4 bulan
itu kalau kita rinci lagi ada tidurnya, ada senangnya, ada kenyangnya makan, ada ngobrol-
ngobrolnya, jadi susahnya dimana ? apakah jaulah itu susah ? apakah taklim itu susah ? apa susahnya
? memang gak ada susahnya, “tapi kan”, itu kebanyakan jawaban kita “Tapi kan… ini dan itu”. Jangan
ber “Tapi … Tapi” ini karena “Tapi” ini merusak. “Masya Allah pak Kyai Alhamdullillah mau datang
kemari, ini seperti pucuk dicinta ulampun tiba……Tapi…” walah ini mah habis sudah, rusak kesenangan
kalau ada kata-kata “Tapi…maaf”. “Saya sebenernya udah lama pingin ikut pak kyai….tapi…” walah ini
mah susah namanya pasti gak akan ikut. Jangan ber “Tapi…Tapi…” ingin ikut titik langsung berangkat
jangan pake “Tapi…”.
Sami’na Wa Atho’na titik jangan ada koma “Tapi…”. Orang mau seribu jalan orang tidak mau seribu
alasan. Kata orang malaysia orang hendak seribu daya, orang tidak hendak seribu dalih. “Saya
sebenernya mau ikut… tapi maaf pak kyai…” loh minta maaf ini jangan sama saya atau kyainya, tapi
minta maaf sama Allah, diterima gak “Tapi..” nya sama Allah. Kalo pingin ikut lansung berangkat, kalo
tidak bisa apakah alasannya diterima Allah atau tidak, jadi ya berangkat saja. Baik saya berikan jalan
keluar bagi yang masih, “Tapi…”, yaitu daftarkan dahulu namanya, lalu musyawarah kita carikan jalan
keluarnya. Jangan “Tapi..” dimusyawarahkan diputuskan sendiri, “Ini karena ada ini dan itu, jadi
menurut saya yang terbaik adalah keputusannya tidak berangkat.” Wah kacau ini namanya
musyawarah sendiri, diputusin sendiri. Musyawarah ini bahasa bumi, kalau targhib bahasa langit,
seperti liat khazanah Allah, Yakin saja pada Allah, jangan lihat kantong, ini targhib namanya.
Musyawaroh itu bahasa bumi, jangan takut, kita kumpul sama-sama lihat berbagai kemungkinan,
dipikirkan bersama-sama jalan keluarnya. Dalam Dakwah ini ada 2 bahasa :
1. Bahasa Langit
2. Bahasa Bumi
Kalau di luar dakwah ini bahasanya bumi saja tidak pernah sampai langit, dikit-dikit uang, dikit-dikit
uang terus jalan keluarnya, tidak pernah sampai langit. Targhibnya bahasa langit, Rasullullah Saw
berkata…, selalu itu refferensinya, nanti musyawarahnya bahasa bumi. Contoh : ketika Targhib jangan
liat kantong khazanah Allah maha luas tanpa batas, tapi ketika di taffakud, “Loh katanya jangan liat
kantong.” Ini sudah mulai bahasa bumi. Dulu Maulana Umar Phalanpuri ditanya, “Berapa
taffakudnya..” dia bilang, “nanti..nanti.. saya mau sholat dulu”, terus dibalas, “yah sholat dulu sana 2
rakaat minta pada Allah, baru setelah selesai berapa kesiapannya…” Jadi tafakkud ini bahasa
bumi,tidak usah takut, asal jangan diputusin sendiri. Jika disuruh pulang, ya pulang dengan pahala.
Jika disuruh berangkat, ya berangkat apa adanya. Ini baru namanya jalan keluar. Taskil orang lain itu
memang sulit, paling mudah itu taskil diri sendiri, saya paksa diri saya untuk mau. Dalam diri manusia
itu ada 2 perkara :
1. Nafsu à Mengajak kepada kejelekan dan menghalangi kebaikan
2. Rohaniah à Mengajak kepada kebaikan dan menghalangi kejelekan
Kemarin waktu jalan ke tempat musyawarah disini pasti ada nafsu yang menghalang-halangi jangan
berangkat, tapi ada satu sisi yang memaksakan tetep berangkat, namun karena ekat mengambil
keputusan akhirnya bisa sampai disini kan. Begitu juga waktu di taskil untuk berangkat khuruj terjadi
peperangan dalam diri kita memilih berangkat atau tidak, antara nafsu dan rohaniat kita bertempur.
Jawabannya, yang dapat berangkat adalah yang nekat, yang memenangkan keputusan, untuk
berangkat. Sudah berangkat aja nekat :
1. Yang Nekat itu Berkat
2. Yang Was was itu Tewas
Untuk kebaikan itu kita harus nekat, yang nekat itu berkat, dan ragu-ragu pangkal kegagalan. Masa
ikut Nabi Saw kita ragu-ragu, wong yang ikut setan aja tidak ragu-ragu. Padahal ketika mau ikut
setan ada juga yang menghalangi, walaupun ada juga yang nekat untuk bermaksiat. Kok kita yang
berbuat baik kok ragu-ragu : bagaimana istri saya ? bagaimana anak saya ? jawabannya berangkat
saja !! Pada bulan Ramadhan ini luangkan waktu untuk berjuang di jalan Allah. Jika kita tidak mau
paksakan luangkan waktu, maka waktu tidak ada yang luang-luang, sampe-sampe pengangguran aja
sibuk dengan penganggurannya. Petani sibuk dengan pertaniannya, pedagang sibuk dengan
perdagangannya, siapa yang mau meluangkan waktu untuk agama ? ya mulai dari saya, diri sendiri
dulu. Cari waktu luang, kalau tidak dicari ya tidak ada yang luang-luang. Seperti kita mukul paku ke
kayu untuk buat kursi, kalo dilihat lobang untuk paku tidak akan ada, harus diusahakan, dipaksakan,
dipukul pukul kedalam kayu sampe dia masuk. Begitu juga kita, seperti paku, dipaksakan dulu dipukul
ke dalam kayu, dipaksakan dulu keluar 3 hari, masih belum masuk juga harus semakin dalam
semakin kuat pukulannya, tingkatin 40 hari, lebih kuat lagi 4 bulan, baru masuk pakunya. Paku ini
meluangkan tempat agar bisa memberikan manfaat, begitu juga dengan kita harus kita paksakan
meluangkan waktu baru bisa mendatangkan manfaat. Jangan kayak sekarang begitu panen, sibuk
belanja buat bertani lagi, panen, begitu lagi, gak luang-luang waktunya. Setan ini pintar kerjanya
menyibukkan orang dengan keuntungan agar dia tidak ada waktu beramal. Ketika mau beramal
ditimbulkan was-was, rugi katanya kalau tidak jualan di Ramadhan ini. Rugi apanya ? yang rugi itu
yang tidak mau dakwah, itu yang rugi. Kalau tidak dagang paling-paling rugi, kalau tidak dakwah
paling-paling masuk neraka, lho masuk neraka kok paling-paling, ada-ada saja. Memang ini keahlian
setan memalingkan manusia dari amal yang sebenarnya. Seperti haji dikatakan thawaf ka’bah itu
keliling 7 kali, tapi keliling pasarnya bisa 70 kali, inilah kerjaan setan. Selain Ramadhan tidak terlalu
laris, giliran Ramadhan laris sekali, sengaja sama setan dibuat seperti ini kondisinya. Ada suatu
tempat, itu setiap sore hampir maghrib banyak sekali pembeli, sebelum ashar tidak ada pembelinya,
kerjanya dipinggiran waktu dimana setan suka mengganggu manusia. Sesudah Maghrib langsung sepi
maka dikenal sebagai pasar setan.
Setan ini pandai tapi lemah, nafsu ini bodoh tapi kuat. Sudah tau tidak ada faedahnya tapi ingin saja,
seperti menonton sinetron, ini tidak ada fadhilahnya, tapi orang suka nonton. Sinetron tentang anak
yatim berhasil membuat orang nangis, padahal aktonya senang dapet uang bayaran. Orang nangis
menonton aktornya, si aktor gembira udah diabayar, kok mau dikibulin televisi. Mak Lampir,
superman, batman, itu semua fiktif, bohong, tidak ada, tapi kok orang suka dan mau aja dikibulin
kisah bohong. Asal muasal televisi dan kisah-kisahnya yang dibuat-buat ini kononnya ciptaannya
orang yahudi. Kalau kisah nyata yang paling baik ini adalah kisahnya orang islam yaitu kisah para
Anbiya AS dan kisah Sahabat RA. Karena yahudi ini tidak punya kisah-kisah seperti itu sehingga
mereka merekayasa cerita-cerita untuk mengelabui kita. Didalam suatu bayan diceritakan ada
seseorang membuat dongeng yang membuat orang takjub, ketika ceritanya menjadi seru di stop
sama si pendongeng untuk dilanjutkan besok. Sehingga orang penasaran ingin datang lagi besoknya
untuk mendengarkan dongeng. Besoknya begitu lagi, dia lanjutkan dongengnya sampai pada moment
paling seru di stop lagi, terus dilanjutkan besok hingga hari ke enam. Lalu singkat cerita ada yang
nanya kepada si pendongeng ini siapa dia kok bisa begitu ahli dalam berdongeng. Si pendongeng
katakan bahwa dia itu adalah Iblis Laknatullah Alaih. Iblis bikin cerita, jangan-jangan mahabrata dan
lain-lain ituadalah cerita iblis, tidak ada yang sungguhan semuanya fiktif. Kini kisah-kisah yang
beredar kebanyakan adalah cerita fiktif, rekayasa semuanya, karena yang asli dan nyata hanya kisah
dalam islam yaitu kisah sahabat RA. Maka kita kembali saja ikut Rasullullah Saw, tidak usah ikut
yahudi.
Bagaimana belajar ikut Rasullullah Saw ? Kalau belajar TK berapa tahun ? 2 tahun. Setelah 2 tahun
bawa ijazah TK ke jakarta melamar pekerjaan. Bilang ke pewawancara, ini ijazah TK lho 2 tahun
lamanya, orang jemaah tabligh aja cuman 4 bulan, lho bawa-bawa jemaah tabligh segala. Ini hanya 4
bulan saja sangat sebentar. Dunia sementara, akherat selama-lamanya. Untuk dunia yang sementara
ini pantesnya 3 hari untuk dunia, 27 hari untuk akherat. Dalam 1 tahun, untuk dunia 40 hari saja,
untuk akherat 320 hari. Bagaimana kalau seperti itu ? jawaban orang-orang pasti, “Bagaimana bisa
kayak gitu pak kyai, 320 hari untuk dunia saja masih kayak gini apalagi cuman dikasih 40 hari untuk
dunia ?” padahal kita tahu dunia ini sementara dan akherat selama-lamanya, maka secara porsi waktu
seharusnya lebih diutamakan akherat. Maulana Ilyas ini bijaksananya luar biasa, untuk dakwah itu
sebenarnya bukan 3 hari atau 40 hari atau 4 bulan, tapi seumur hidup. Kalau ditaskil keluar seumur
hidup, bingung, kurang lagi ditaskil 1 tahun, masih bingung juga. Maka yang di tawarkan oleh
Maulana Ilyas Rah.A ini 10% saja dari waktu kita. Nabi SAW bersabda :
“Kalian (sahabat) dalam suatu zaman jika meninggalkan seper sepuluh saja maka kalian akan hancur,
tapi akan datang kalau mereka berpegang teguh pada seper sepuluhnya mereka akan selamat”
Sepersepuluh dari 24 jam itu 2.5 jam, sepersepuluh dari 30 hari ini 3 hari, sepersepuluh dari 360 hari
itu 36 hari. Kenapa 40 hari kalau gitu ? ini ada rahasianya. “Apa itu rahasianya pak kyai ?” wah kalau
dikasih tau ini bukan rahasia lagi. Mau tahu, ya ikut saja. Dalam kisah para Aniya AS :
1. Nabi Ibrahim AS dibakar dalam api ini 40 hari
2. Nabi Yunus didalam perut ikat selama 40 hari
3. Nabi Nuh dalam perahu selama 40 hari.
Fadhilah rahasia itu banyak :
1. Barang siapa tahu fadhilah shaf awal, maka dia akan berebut di shaf awal
2. Barang siapa tahu fadhilah adzan, maka dia akan berebut untuk adzan
Ini adalah fadhilah rahasia. Jadi 4 bulan ini adala 3 x 40 hari. Kalau 40 hari pertama masih banyak
kurangnya, kita perbaiki di 40 hari kedua, kalo masih belum sempurna maka kita sempurnakan di 40
hari yang ketiga. Insya Allah kita niat berangkat, jangan sampai niat saja tidak. “Pokoknya saya mau
datang tok aja.” Lho jangan, kok dibuat “pokoknya” ? kok dibuat “Tok…” ? harusnya kita bilang “Kalau
baik, saya mau ikut.” Atau “Kalau baik, saya mau berangkat.” Gitu lho. Kalau tidak baik ? apanya
yang tidak baik ? Fadhilah dakwah ini apakah tidak baik ? ribuan berkah dalam dakwah ini tidak baik ?
Banyak orang nyari berkah sampai sowan kepada ulama dan wali-wali. Padahal yang diminta
keduniaan juga. Silahkan saja, padahal keluar Fissabillillah ini berkahnya lebih banyak. Sunnah
rasullullah saw ini berkahnya luar biasa. Sahabat RA mempunyai sehelai rambut Nabi SAW, dia
katakan, “Sehelai rambut ini lebih aku sukai daripada dunia beserta isinya.” Ini karena cintanya
sahabat RA kepada Nabi Saw, ini baru yang benar. Namun kini sehelai rambut rasullullah Saw ini
sudah tidak ada, sunnah Nabi Saw ini lebih tinggi daripada sehelai rambut Nabi Saw saat ini. Satu
Sunnah Nabi Saw ini lebih tinggi daripada langit beserta isinya. Sunnah Nabi Saw ini berapa nilainya ?
kata Maulana Ilyas Rah.A seorang Ulama besar katakan bahwa yang dia ketahui dari sunnah nabi Saw
ini baru satu persent ( 1 % ). Ini kata siapa ? maulana Ilyas Rah.A ulama besar. Kalau ada yang
mengatakan maulana ilyas ini orang bodoh ini adalah orang bodoh. Kalau sekelas ulama besar seperti
maulana ilyas saja bilang baru tahu cuman satu persen gimana kita ? Lalu ditambah lagi oleh Maulana
ilyas dari yang dia tahu dan yang dia amalkan baru satu persen juga.
Dalam suatu kitab dikatakan Sifat-sifat Rasullullah Saw kalau lautan dijadikan tinta, dan pohon-pohon
jadi pena, seluruh manusia dan jin menulis sifat-sifat dalam Rasullullah, maka seluruh manusia akan
mati, lautan akan kering, pohon-pohon akan habis, dan sifat Rasulullah Saw masih banyak lagi. Jadi
Rasullullah Saw ini bukan laki-laki biasa. Kamu laki-laki, saya laki-laki, bukan seperti itu, tidak
sebanding Nabi Saw itu mulia, kalau dibandingkan kita ini rendahan. Karena kita belajar dari orang
yahudi dan nasrani, ikut-ikuti gaya mereka, maka kita rendahkan sunnah rasullullah Saw. Maka kita
agungkan daripada sunnah rasullullah Saw.
“Qul innama ana basaro mislukum yuha innaya”
semua yang dilakukan Rasullullah Saw ini adalah wahyu. Jadi rasullullah Saw ini tidak mungkin salah.
Setiap apa yang dilakukan Nabi Saw ini adalah paling baik. Apa yang dilakukan Nabi Saw cocok untuk
kesehatan, untuk keselamatan, untuk apa saja. Yang menkritik Nabi Saw ini adalah orang murtad,
mengkritik Nabi Saw ini sama dengan mengkritik Allah Swt. Bahkan dikatakan, Rasullullah Saw
beristri sembilan ini dibilang sebagai dari bagian Mukjizat. Saya ini lebih muda dari Nabi Saw, tapi
kalau punya istri empat ini kerepotannya sudah luar biasa untuk menunaikan hak mereka. Sedangkan
Rasullullah Saw satu hari ini 9 kali, padahal umur sudah tua, sering lapar lagi. Ini mukjizat namanya,
saya berbicara dalam rangka mengagungkan Rasullullah Saw. Beda dengan Yahudi dan Nasrani yang
menghina-hina rasullah saw seakan nabi ini bejat dan lain-lain. Lisan dan Logika kita tidak boleh
seperti mereka, yahudi dan nasrani. Ini karena kehidupan Nabi Saw ini berdasarkan wahyu termasuk
pernikahan Nabi Saw, ada maksudnya dari Allah Swt. Makanya kalau mau belajar, belajarlah dengan
ulama yang Amilin dan Sholihin. Mau belajar sama muridnya orang-orang yahudi dan nasrani. Kita
ikut saja Rasullullah Saw, jangan ikut yahudi dan nasrani. Maka untuk belajar mengikuti Rasullullah
Saw ini adalah berangkat khuruj fissabillillah selama 4 bulan, seharusnya seumur hidup, tapi untuk
tahap awal dipermudah. Susahnya itu meluangkan waktu ini, maka harus kita paksakan.
Maksud Hidup itu untuk Dakwah. Maksud hidup itu apa ? dalam hidup ini ada 2 hal :
1. Ada Maksud Hidup
2. Ada Keperluan Hidup
Kita punya rumah ada Maksud Rumah dan Ada keperluan rumah. Maksud Rumah itu adalah untuk
ditinggali oleh istri dan anak. Keperluan rumah itu seperti WC. Kalau tidak ada WC mau buang air
dimana ? buang air di tempat tidur ? atau di ruang tamu ? ini lucu-lucuan namanya. Harus ada WC,
tapi WC nya ini sederhana saja. Ada rumah yang sederhana tapi WC nya mewah : ada TV nya, ada
Radionya, ada tempat kopinya, surat kabar di wc, telepon di wc, apakah mau hidup di WC ? Ingin ke
jakarta keperluannya mobil . Boleh sebelum ke jakarta di cat mobilnya dulu biar apik, tapi jangan
gonta ganti cat akhirnya gak berangkat-berangkat. Ngecat atau mendandani mobil ini hanya
keperluan bukan maksud. Kita punya keperluan hidup dan maksud hidup. Makan dan Minum ini hanya
keperluan, tapi maksud hidup itu untuk dakwah. Boleh kita nyari makan dan minum sebagai
keperluan, untuk menguatkan kita, untuk apa ? untuk dakwah, karena maksud hidup itu untuk
dakwah. Bukannya hari-hari nyari makan dan minum, maksud hidup malah dilupakan. Bani Israil itu
bingung 40 tahun dalam satu mil, kalo kini sejengkal kali sejengkal binging selama 60 tahun, sampe
ke amerika untuk isi perut. Ada seorang Da’i Buzruk, orang tua, ditanyai, “Mbah kenapa manusia ini
senang pada dunia ?” kebetulan disitu ada lemper, katakan kalo sekarang harganya 500 rupiah, kalo
udah dibuka jadi tinggal 300 rupiah. Kalo sudah digigit lempernya, ya sudah tidak ada harganya lagi.
Masih nanya lepehannya yang udah keluar jadi kotoran berapa ? ini lebih gawat lagi, menghinakan
namanya. Kalau sudah dimakan, lalu masuk WC itu harganya berapa ? penghinaan namanya, begitu
kok disenangi, senang kok sama yang di WC ? kalau ada orang yang nawarin Madu palsu kira-kira ada
yang mau beli tidak ? ini dunia ini sudah kasih tahu palsu kok orang pada rebutan.
“wama hayatuddunya illa mata’ul ghurur” à Dunia itu tipuan
Dunia itu hanya tipuan seperti permainan saja. Jadi kita tinggalkan dunia yang sementara ini, sebelum
kita meninggalkan dunia. Enak mana meninggalkan dunia atau ditinggalkan dunia ? gak enak semua,
disuruh milih kok gak enak semua. Padahal ini pasti, ditinggal dunia jadi orang fakir, meninggal dunia
ya mati namanya. Besok mati, sekarang mau apa ? ada polisi bilang besok kamu mau saya tembak.
Trus kta bilang besok saya mau panen, ini dagangan belum laku. Kata polisi silahkan dipanenkan,
silahkan dilakukan dagangannya, pokoknya besok saya tembak. Jadi kalau waktu tinggal satu hari apa
yang kita lakukan ? ya untuk amal. Amal yang seperti apa ? yang pahalanya kecil atau yang
pahalanya besar ? besar tentunya, kalau diberitahu ingin diamalkan atau didengarkan saja. Yang
paling besarnya pahalanya itu ya Dakwah Fissabillillah di jalan Allah.
“Waman ahsanu qoulan mimman da’a illallah” à Mengajak orang ke Allah ini amalan paling baik
Memberitahu ini mudah mengamalkan yang sulit. Menumbuhkan kemauan, sekarang ini mau atau
tidak itu saja. Bayan panjang-panjang ini sebenarnya untuk merayu saja atau nanti ada yang datang
kerumah merayu-rayu lagi. Ada kisah di Bangladesh :
“Seorang petani dirayu sama jemaah taskil untuk keluar fissabillillah, dia menolak karena mndekati
masa panen. Masih tidak mau datang rombongan yang keluar untuk mentaskil lagi petani ini. Masih
tidak mau tidak selang beberapa lama datang lagi rombongan keluar mentaskil petani ini. Akhirnya
petani mau juga dan berangkat menjelang Panen. Ketika berangkat, ada kejadian pencuri ini
mengambil hasil panennya dari sawah. Setelah dikumpulkan di markaz pencuri, si ketuanya nanya ini
curian dari mana ? si pencuri bilang dari si fulan petani. Lalu si ketua bilang, “Gawat ini punya jemaah
tabligh, bahaya kalau kita curi ini, bisa celaka kita, kualat nantinya.” Akhirnya singkat cerita
dikembalikanlah di antar kerumah si petani tadi. Pagi-pagi bangun istri terkejut ada hasil panen di
rumahnya, si istri menyangka suaminya sudah memesan orang untuk memanen hasilnya untuk
diantar kerumah. “Baik sekali suami saya ini, sungguh perhatian sama istrinya, gak mau ngerepotin
istri, ngirim orang untuk memanen hasil.” Setelah pulang 40 hari si suami menanyakan kepada istri
apakah ketika dia berangkat 40 hari, hasil panen sudah diambil dari sawah. Si istri terkejut karena dia
pikir suaminya sudah mengirim orang untuk melakukannya, sehingga dilaporkanlah kejadian tersebut
kepada suaminya.”
Hikmah dari kisah ini adalah Allah mampu menggunakan tangan pencuri atau orang jahat untuk
menyelesaikan masalah kita asbab keluar di jalan Allah. Allah Maha Kuasa bisa menggunakan pencuri
yang mau berniat jahat sama kita, menolong kita panenan. Kita yakin saja terhadap Allah dan janji-
janji Allah.Andaikata kita yakin pada janji Allah sama seperti kita yakin sama janji gubernur atau
atasan kita.
“Sepagi sepetang dijalan Allah lebih baik daripada dunia beserta isinya.” (hadits)
Harga dunia seisinya ini kira-kira berapa ? Gak bisa di nilai. Kita kerja 100 tahun membeli kecamatan
glodok saja tidak akan bisa. Ini sepagi sepetang dijalan Allah bisa membeli dunia beserta isinya ini
gimana ? ada contoh kisah :
“Seorang anak kecil dibawa ayahnya ke PLTA ada turbin berputar-putar. Turbin ini berputar sehari
hasilnya miliaran. Anak kecil ini tidak ngerti kenapa turbin yang kerjanya cuman mutar-mutar kok bisa
menghasilkan miliaran, padahal ayahnya banting tulang disawah sepagi sepetang cuman dapat rp.
50.000 saja. Maka si anak di bawa ke madiun, ke magetan, ke Bojonegoro, ke lamongan, ke pacitan,
ke semarang, kata bapaknya bahwa semua tempat itu bayar ke PLTA karena turbin tadi. Si anak mikir
kalau begitu bisa lebih dari miliaran bayarnya.”
Ini adalah hasil pemikiran dari otaknya seorang insinyur. Bagaimana bekerja dengan Dzat yang
menciptakan otaknya insiyur. Turbin tadi hanya muter-muter saja bisa miliaran hasilnya, bagaimana
dengan pagi sepetang dijalan Allah ? jawabnya lebih baik dari dunia beserta isinya. Tapi kenapa kita
tida mau dengan tawaran dari Allah ? seharusnya mau. Nabi Saw bersabda :
“i’mali duniaka ka’anaka ta’ishu abada. Wa a’mali akherohtaka ka’anaka tamu tughoda”
Artinya : “Bekerjalah kalian seakan-akan kalian hidup selamanya, beramalah kalian seakan-akan mati
esok”
Beramal itu tidak ada hari esok, yang ada hari ini besok sudah mati, tetapi kalo kerja dunia ini santai
saja. Gagal kerja hari ini lusa bisa dikerjain lagi, gagal besok usahakan minggu depan atau bulan
depan atau tahun depan, santai saja karena hidup selama-lamanya, tidak usah khawati, masih banyak
waktu untuk dunia. Tapi untuk akherat, segerakan, karena hari esok sudah tidak ada lagi untuk
beramal, hari esok itu sudah harus mati, jadi sekarang ini beramal. Masalahnya tidak nampak dimata,
kalau nampak dimata jangankan manusia ayam saja juga percaya. “Ayam sini saya beri gabah,
jangan lari goblok..!” wong ayam di goblok-goblokin, tebarin aja gabahnya, ayamnya datang semua
bahkan ayam tetangga ikut juga. Ini karena nampak dimata, walaupun digebuk atau diusir, datang
lagi ayamnya karena nampak dimata fadhilahnya. TKI kita di Malaysia di usir, eh datang lagi, diusir,
datang lagi, ini karena fadhilahnya nampak dimata. Makanya Allah Swt bilang dalam Al Qur’an :
“Alladzi na yu’minuna bil ghoibi wamimma rozaqnahum yun fikun” à Mereka yang iman dengan yang
tidak nampak dimata
Janji Allah Swt pasti lebih pasti dari terbitnya Matahari dari ufuk timur !! Mari kitaq siapkan diri kita
untuk berangkat.
Kisah Taskil Maulana Umar Phalampuri :
Ketika Maulana Umar baru pulang taskyl 1 tahun di jazirah arab baru sampe di markaz , pulang bawa
jemaah taskilan. Maulana Yusuf, amir dakwah waktu itu, minta agar Maulana umar mau pergi
menemani jemaah sebagai takaza, padahal tiket pulang sudah di beli. Baru pulang sudah tiskyl lagi,
karena waktu itu belum ada banyak orang yang mengurusi jemaah di Nizamuddin, akhirnya maulana
umar pergi sama jemaah tersebut untuk takaza selama 10 hari. Setelah 10 hari pulang ke
Nizammuddin baru nyampe ada takaza lagi jemaah dalam negeri, lalu diminta sama maulana yusuf
untuk menambah masa. Maulana Umar ini sudah berat sekali mengambil takaza tersebut, tapi tetep
taat pada Amir, berangkat juga menemani jemaah takaza 10 hari lagi. Setelah 10 hari pulang,
nyampe markaz diminta lagi oleh Maulana Yusuf untuk menemani jemaah tersebut. Maulana Umar
karena letihnya keluar 1 tahun dan sudah 2 x 10 hari ambil takaza, minta izin kepada maulana yusuf
untuk pulang dulu. Maulana Yusuf marah besar ke maulana umar lebih mementingkan dunia, pulang
ke rumah, dibanding takaza dakwah. “Jadi Maulana tidak mau mendahulukan dakwah dari diri
maulana kalau gitu pulang saja.” Kata maulana yusuf. Mendengar ini maulana yusuf marah, akhirnya
maulana umar pergi lagi tidak jadi pulang bawa jemaah takaza 10 hari yang ketiga. Kata Maulana
Umar, 1 bulan yang tidak niat ini lebih berat dari yang 1 tahun keluar dengan niat. Waktu satu tahun
keluar itu sudah dihitung, sedangkan yang satu bulan ini diluar perhitungan. Berat sekali bagi seorang
maulana umar. Ini karena tarbiyah dalam 1 bulan ini lebih tinggi dari pada tarbiyah untuk 1 tahun.
Inilah Mujahaddah mereka, makanya hidayah turun diseluruh alam asbab pengorbanan mereka.
Oleh karena itu yang sudah mau pulang, jangan pulang dulu, kita catat nama saja, lalu minta
dimusyawarahkan dibelakang. Kalaupun pulang, balik bawa pahala hasil musyawarah.
sumber : http://buyaathaillah.wordpress.com
Pandangan Bashor vs Bashiroh
KH. Abdul Halim (Almarhum)
Syuro Indonesia, Sragen.
Bayan Musyawarah Indonesia 2006
Assalamualaikum, wr. Wb.

Allah Swt menciptakan kehidupan bagi manusia, secara urut Allah Swt menghadirkan manusia ke
alam dunia ini sesuai dengan kehendak dan kebijaksanaan dari Allah Swt. Lalu Allah Swt ciptakan
sekian banyak kehidupan. Dan kehidupan yang Allah paling sukai dari sekian banyak kehidupan
manusia adalah kehidupan Rasullullah Saw. Maka barangsiapa, siapapun itu dari dari orang kaya atau
orang miskin, orang pintar atau orang bodoh, pejabat atau rakyat jelata, orang sehat atau orang
sakit, orang kaya atau orang miskin, orang desa atau orang kota, jika dia mengamalkan daripada
kehidupan rasullullah saw, maka dia akan berubah menjadi kekasih-kekasih Allah. Seorang kekasih
Allah, seseorang yang dicintai Allah, maka doa-doanya akan ijabah disisi Allah. Seorang kekasih Allah
ini, dia tidak akan terkesan kepada keadaan, tidak pernah merasa takut, dan tidak akan pernah
merasa sedih. Jadi kalau ada berita-berita yang dahsyat datang kepada dirinya, maka ini tidak akan
membesarkan daripada hatinya. Jika dia kehilangan sesuatu yang dicintainya, yang sudah melekat
lama dengan dirinya, maka dia pun tidak akan merasa sedih. Inilah ciri-ciri daripada kekasih Allah.
“Ala in aulia Allah la khofun alaihim walayam lahtahnun”
Ketahuilah bahwa kekasih-kekasih Allah swt hanya punya 2 ciri saja :
1. Tidak pernah Takut
2. Tidak pernah Susah Hatinya
Maka apabila kehidupan kita pada saat ini diliputi oleh ketakutan dan kesedihan. Ada berita bencana
kita takut, penyakit menyebar kita takut, berita begini dan begitu kita takut, ada kehilangan kita
sedih, ada kejadian begini dan begitu kita sedih. Maka ketakutan dan kesedihan ini obatnya hanya
satu yaitu ikuti kehidupan Rasullullah Saw. Hari ini orang-orang diliputi ketakutan, salah satunya
ketakutan akan penyakit. Berita tentang penyakit yang macam-macam. Mari kita lihat rumah sakit
dan klinik-klinik penuh dengan pasien-pasien. Mereka dihantar kesana, dengan rasa ketakutan
ataupun rasa kesedihan. Akan tetapi yang namanya penyakit kalau di alam dunia, bukanlah suatu
penyakit yang hakiki.
Maka pernah seorang Nabiullah, Ayub AS, pernah di uji oleh Allah Swt dengan penyakit selama 70
tahun sakit di alam dunia. Allah Swt uji Nabi Ayub AS dengan sejenis penyakit kulit yang menjijikkan,
sehingga menyebabkan dia di usir dari kampung halamannya. Asbab kesabaran Ayub AS, Allah puji
beliau di dalam Al Quran :
“ Inna wajabnahu shodiron nikmal adqinnahu awwab”
Artinya :
“Saya telah menemukan Ayub ini dalam keadaan sabar dengan penyakitnya, terusir dari kampungnya,
maka senikmat-nikmatnya (sebaik-baiknya) hambaku adalah Ayub AS”
Allah Swt menyatakan demikian “Innahu Awwab”, senikmat-nikmatnya hamba. Ini asbab beliau ingin
kembali kepada Allah Swt, rindu kepada Allah Swt. Selama 70 tahun sakit, bukan sekedar harian,
mingguan, atau bulanan, tapi bertahun-tahun. Maka gelar yang dicapai oleh seorang hamba yang
sabar yang diuji dengan penyakit ini adalah “Nikmal Adn” yaitu senikmat-nikmatnya hamba.
Sedangkan kita hari ini masih sehat, maka gelar apakah yang Allah berikan untuk kita ini masih tanda
tanya. Apa sebabnya ? karena hari ini kita masih takut dengan keadaan dan sedih dengan keadaan.
Padahal yang namanya penyakit ini bukanlah yang katanya penyakit lever, ginjal, jantung, atau
diabetes, tetapi yang namanya penyakit adalah dosa yang melekat pada diri kita. Ini karena orang
yang berpenyakitan di dunia jika dia mati maka selesai sudah penyakitnya. Coba kita lihat kuburan
yang berserakan sekarang adakah mereka yang sudah mati membawa penyakitnya ke alam kubur,
penyakit levernya, cancernya, ginjalnya, tidak ada, semuanya sudah ditinggalkan dan dipisahkan oleh
kematian. Penyakit tersebut hilang bersama maut yang menjemput dia, selesai sudah penyakitnya.
Akan tetapi kalau dosa, suatu penyakit, yang apabila kita tidak obati ketika kita masih hidup, maka
penyakit ini akan kita bawa terus ke alam kubur, ke alam mahsyar, dan ke hari-hari di akherat lainnya
yang tidak ada putus-putusnya.
Namun orang yang mengobati dosa ketika dia masih hidup, maka dia akan kembali ketempat yang
baik, karena balik ke akhirat tanpa membawa penyakit. Majelis kita dimalam hari ini bukanlah hanya
sekedar majelis pengajian, namun termasuk majelis pengampunan. Dimana orang yang hadir
dimalam hari ini akan mendapatkan pengampunan dari Allah Swt, bahkan ketika dia berdiri semua
keburukan-keburukan yang lalu akan Allah gantikan dengan kebaikan-kebaikan dari sisi Allah Swt.
Maka majelis seperti ini harus dihidupkan dimana-mana, di semua tempat, agar kita tidak di ombang-
ambingkan oleh keadaaan.
Jadi kehidupan yang paling dicintai Allah Swt ini adalah kehidupan daripada Rasullullah Saw. Atas
perkara ini, Allah Swt perintahkan Nabi Saw untuk mengumumkan, meng i’lankan, kepada umat :
“Qul inkuntum tuhibunnallah “ : “Apakah kalian benar-benar mencintai Allah ?”
Ini karena cinta ada 2 :
1. Cinta yang shodiq : Cinta yang benar
2. Cinta yang Kazzib : Cinta yang palsu
“Ana yuhibbullah” artinya saya cinta kepada Allah
Kata-kata yuhibbu, mencintai, kalau hanya sekedar perkataan, maka ini hanya getaran di bibir saja.
Jika hanya perkataan ini saja, maka dari anak kecil, orang gila, bahkan burung beo pun bisa
mengatakan ini. Benarkah kita mencintai Allah Swt ? maka ini ada persyaratan dan ada masyruk.
Persyaratannya adalah :
“Fattabi’uni” artinya : “Ikutilah Aku, Rasullullah SAW”
Jadi orang yang tidak mengikuti rasullullah SAW, walaupun dia mengucapkan berjuta-juta kali, “ana
yuhibbullah”, aku mencintai Allah, maka dia akan termasuk golongan para pencinta palsu. Maka hari
ini kita harus jujur kepada Allah Swt bahwa mulai hari ini kita akan tarik kehidupan Rasullullah Saw ini
dan akan kita letakkan kedalam kehidupan kita. Kalau sudah demikian, maka Allah Swt berjanji :
“Yuhbibkumullah” artinya : “Allah akan Mencintai kamu”
Kalau kita sudah ikut jalannya Rasullullah Saw dan kehidupannya Rasullullah Saw, baru Allah akan
jatuh cinta kepada kita. Lalu apa keuntungannya dicintai Allah :
“Fayaghfirlakum Dzunubakum” artinya : “Allah akan ampuni dosa-dosa kita”
Allah akan mengampuni kita, membersihkan kita dari dosa-dosa, digugurkan, walaupun sebanyak
buih dilautan. Maka kita akan seperti bayi yang terlahir kembali dari perut ibunya, bersih dari dosa-
dosa. Kehidupan sunnah di malam hari ini, dan tekad kita kedepan, akan menyebabkan kita seperti
seorang pengantin baru yang duduk di pelaminan. Dimana orang-orang akan mengucapkan selamat
kepada kita, “Selamat menempuh hidup baru.” Begitu pula para malaikat akan berduyun-duyun
mengucapkan selamat kepada kita, “Selamat menempuh kehidupan baru”, yaitu kehidupan dengan
Sunnah Rasullullah Saw.
Jika kehidupan Rasullullah Saw ini ditinggalkan, maka akan timbul masalah-masalah yang besar
dalam kehidupan kita. Kita akan menjadi mudah terkesan dengan keadaan. Kita akan jauh dari
kebahagiaan karena sudah melenceng dari sunnah. Kehidupan Nabi Saw ini adalah azas daripada
kehidupan di dunia ini. Maka kehidupan Rasullullah Saw harus dikaji, bagaimana kehidupan
Rasullullah Saw ? kenapa kehidupan Rasullullah Saw ini adalah kehidupan yang paling dicintai Allah
Swt ?
Tertib kehidupan Rasullullah Saw ini adalah tertib daripada turunnya Kitab Suci Al Quran. Ketika
Rasullullah Saw sebelum diangkat menjadi rasul, semua orang senang dan suka kenapa Nabi Saw,
bahkan sampai dibilang “Al Amin”, “Orang yang Terpercaya”, “Yang Jujur”. Sehingga semua orang
percaya kepada Nabi SAW. Sifat Nabi Saw ini, jika dititipkan atau diamanahkan sesuatu, maka
rasulullah saw akan mengembalikan barang yang dititipkan ini persis, tidak mengurangi apapun,
pengembalian yang utuh kepada si pemilik. Berita tentang kejujuran Nabi Saw menyebar kesemua
orang, sehingga dari setiap mulut mengatakan, “Al Amin….Al Amin”.
Kisah Nabi SAW :
Suatu ketika ada pertengkaran hebat antar suku selama 3 hari 3 malam di mekkah, yang
dipertengkarkan adalah suku mana yang paling berhak mengangkat batu Hajar Aswad ini ke atas
ka’bah ketika selesai renovasi. Setiap suku merasa merekalah yang paling berhak untuk meletakkan
batu hajar aswad di ka’bah. Akhirnya mereka bermusyawarah untuk mencari mufakat, karena mereka
merasa sudah menghabiskan banyak waktu untuk bertengkar. Hasil keputusan musyawarah adalah
menunjuk satu orang yang pertama kali masuk mesjid sebagai hakim mereka. Atas kehendak Allah
Swt, ternyata secara tiba-tiba yang masuk ke mesjid pertama kali ini adalah Rasullullah Saw. Begitu
Rasullullah Saw masuk semuanya bersepakat, “ini adalah al amin….ini adalah al amin.” Mereka
berkata, “dialah yang paling berhak menghakimi kita dalam menyelesaikan sengketa ini dan
menentukan siapa yang pantas meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya di Ka’bah.” Setelah Nabi Saw
masuk, mereka lalu meminta Nabi Saw untuk ikut bermusyawarah dengan mereka. Mereka curhat
kepada Nabi SAW tentang masalah yang mereka hadapi dan meminta Nabi SAW menjadi hakim atas
masalah tersebut. Asbab daripada sifat Nabi SAW yang cerdas, bijak, dan amanah, maka Nabi Saw
meminta selendang kepada mereka peserta musyawarah. Lalu dari selendang tersebut diletakkanlah
batu Hajar Aswad ini ditengah. Ke empat suku yang bersengketa diminta oleh Rasullullah Saw untuk
memegang setiap sudut dari selendang tersebut dan mengangkatnya untuk diletakkan di Ka’bah.
Maka asbab ini selesailah seluruh masalah sengketa dan pertengkaran oleh para suku tersebut. Maka
gegap gempita semua orang berteriak, ”Inilah Al Amin…. Inilah Al amin.” Siapa orang yang tidak
senang dipuji ? siapa yang tidak senang dirinya mendapatkan gelar yang baik ? Akan tetapi pujian dan
celaan semua ini datangnya dari Allah, sebagai ujian kepada Nabi Saw.
Maka ketika Nabi Saw berkhalwat ke gua Hira, Nabi Saw diperintahkan membaca surat pertama yaitu
Al Alaq ayat 1 :
“Iqro” artinya : bacalah.
Umat islam diperintahkan untuk membaca. Apa yang diminta untuk dibaca ? sedangkan Al Quran
belum sempurna diturunkan. Ini karena ayat-ayat Allah ada ayat yang ditulis sebagaimana Al Quran
sezara dzohiriah, namun juga ada ayat-ayat yang bisa dilihat dari peristiwa-peristiwa dan kejadian-
kejadian di alam. Bahkan semua orang boleh membaca ayat al Quran tersebut yang diperlihatkan
dalam peristiwa dan kejadian. Setelah Rasullullah Saw membaca dan membaca keadaan ketika itu,
maka suatu goncangan yang dahsyat dengan turunnya ayat al alaq tersebut di bacakan oleh Malaikat
Jibril AS. Asbab kejadian ini Rasullullah Saw dihibur oleh istrinya yang tercinta Sayyidina Khadijah
R.ha. Kedatangan Jibril ini mendatangkan goncangan yang luar biasa terhadap diri Nabi Saw karena
merupakan suatu keanehan yang luar biasa bagi Nabi Saw ketika itu. Namun sang istri, Khadijah
R.ha, penyejuk hati dan pendingin mata, mampu menenangkan keadaan Nabi Saw ketika itu, yang
sedang kebingungan dan penuh tanda tanya. Ketika itu solusi dari istri adalah membawa sang suami
kepada seorang alim besar zaman itu yaitu Waraqah bin Naufal. Waraqah bin Naufal membuka kitab
didepan Rasullullah Saw dan Khadijah R.ha. Apa yang disampaikan oleh Waraqoh bin Naufal ?
“Laqad ja akal nausul akbar kama ata musa Alaihis salam wa anta nabiyyin ummah”
Waraqah katakan bahwa telah datang kepada engkau wahai Muhammad seorang malaikat yang besar,
yang mulia, yaitu Jibril AS, sebagaimana Jibril AS datang kepada Musa AS, dan engkau adalah Nabi
bagi ummat ini. Pemberitahuan daripada seorang alim ini, membuat Rasullullah merasa risau akan
tanggung jawab yang besar. Lalu apa yang harus dilakukan setelah itu ? apa yang harus dibuat ?
Sehingga Hidayah yang kedua setalah gua Hiro datang kembali melalui perintah kepada Rasullullah
Saw :
“Ya Ayyuhal Mudatsir Kum Fa’andzir” artinya : “Wahai orang yang berselimut (Rasullullah Saw)
bangkitlah (buanglah selimutmu), bergeraklah, beri peringatan..”
Semenjak saat itu keadaan berubah dalam diri Nabi Saw, beliau bergerak tidak henti dan tidak letih
mendatangi setiap manusia, mengetuk setiap pintu, menelusuri lorong-lorong, menyampaikan Agama
Allah. Sehingga gelar yang Nabi Saw terima sebagai pujian kini sudah tidak ada lagi. Ini karena
mereka saat itu punya adat, yang ingin dirubah Nabi Saw menjadi ibadat. Adat orang-orang pada saat
itu suka menyembah dari pada 360 patung-patung yang berserakan disekeliling Ka’bah. Akan tetapi
Rasullullah Saw menginginkan agar mereka menyembah hanya kepada Allah Swt. Pada waktu itu
tidak ada wirid, yang ada hanya lafadz :
“Ya Ayyuhannas Qullu La illaha Illallah Tuflihu” artinya : “Wahai manusia ucapkanlah La ilaha illallah
maka kamu akan berjaya (bahagia atau selamat)”
Lafadz inilah yang dijadikan wirid diucapkan berulang-ulang, dijejalkan ke telinga orang-orang saat
itu. Namun bagi orang keyakinannya ada kepada patung dan berhala, mereka tidak bisa menerima
daripada ajakan Rasullullah Saw. Karena antara ajakan dengan keinginan orang-orang pada saat itu
berbeda, menyebabkan hati mereka berontak. Dari pemberontakan hati ini, dari hati yang sama dulu
memuji “Al Amin”, kini keluar lah cacian, “Ya Sahir” engkau adalah seorang penyihir, “Ya Syair”
engkau adalah seorang penyair, “Ya Majnun” engkau adalah seorang gila. Padahal baru kemarin
rasanya mereka memanggil “Al Amin” kini berubah memanggil “Al Majnun”. Namun Nabi Saw tidak
patah dan berhenti hanya karena celaan ini. Ini karena Nabi Saw tidak terkesan akan pujian dan
celaan. Inilah kehidupan yang betul-betul dicintai oleh Allah Swt, yaitu tidak terkesan dengan
keadaan, tidak terkesan dengan pujian atau celaan. Demikan pula ini ummat, dulu di kurun waktu
awal. Maka kalau ada ummat yang berjalan seperti ini, pindah dari mesjid ke mesjid, mengetuk dari
pintu ke pintu, bagi mereka yang simpati akan memberi gelar kepada mereka sebagai aulia-aulia
Allah, ahlullah, para wali Allah. Namun sekarang Allah menguji apakah kita setia setia pada Allah dan
pada kerja dakwah ini, atau terkesan kepada keadaan. Maka kini ada yang memberi gelar kepada kita
sebagai teroris-teroris. Mau pujian sebagai aulia Allah ataupun sebagai teroris, jangan kita lari, tetapi
tetaplah berada dalam usaha Rasullullah Saw ini. Dengan cara seperti ini maka amal kita ini akan
melekat pada diri kita, sebagaimana kehidupan daripada Rasullullah Saw. Rasullullah Saw tidak
pernah terkesan dengan keadaan, tetapi terkesannya dengan perintah Allah Swt, begitupula dengan
kita. Orang yang mudah terkesan dengan keadaan, maka hidupnya akan terombang-ambing oleh
berbagai peristiwa. Apabila kita tekuni daripada kerja Nabi Saw, dimana kerja Nabi Saw ini adalah
jalan untuk mencintai Allah Swt. Sehingga orang-orang yang mengikutinya akan menjadi orang-orang
yang dicintai oleh Allah Swt.
Sehingga Murid daripada Rasullullah Saw, yaitu Abdullah bin Mas’ud RA, mengatakan :
“Layasta’minul imanul abdi hatta yakuna qodihuhu awama dihuhu alaihi sawa”
Artinya : “Maka tidak akan sempurna iman seseorang sehingga orang yang mencela kepadanya atau
memuji kepadanya, baginya sama saja”
Maksudnya apa :
1. Orang datang mencela atau menghina dia tidak terkesan
2. Orang memujipun dia juga tidak terkesan
Baginya orang yang mencela atau memuji sama saja, tidak merubah daripada hatinya atau
keimanannya. Terkesannya nanti pada kerja dakwah ini saja. Ini karena kerja yang mulia ini dilirik
oleh orang yang setia kepada Rasullullah Saw dan orang yang dicintai oleh Allah Swt. Bukan dilirik
oleh mata dzohirnya tetapi di lirik oleh mata bathinnya. Ketika dilirik oleh mata Bathinnya, maka yang
dinyatakan sendiri oleh Allah Swt :
“Qul Hadzihi Sabili” : Katakanlah wahai Muhammad Ini adalah Jalanku (jalan hidup Rasullullah Saw).
Apa jalan hidup Rasullullah Saw ? Apakah jalan perdagangan ? jalan pertanian ? jalan industri ? tidak
melainkan :
“Ad’u illallah” : Yaitu mengajak manusia taat kepada Allah. (Ad’unnaas : mengajak manusia)
Umat ini menjadi hebat karena dikeluarkan untuk manusia, tugas dakwah ini untuk mengajak
manusia. Ini mengajak manusia saja belum selesai kita dakwahi, kita sudah tergesa-gesamau dakwah
mengajak Jin. Jangan tergesa-gesa, sempurnakan dakwah kita kepada manusia, nanti ada masanya
jin akan ikut sendiri.
Bagaimana cara dakwah kita :
“Ala Bashirotin” : yaitu dengan mata hati.
Ada dua jenis penglihatan :
1. Mata yang ada di luar ini adalah Bashor
2. Mata yang ada di dalam Qalbu atau hati kita ini adalah Bashiroh
Jika orang sudah memandang dengan pandangan Hati ini maka ia akan mendapatkan fadhilah “Ilmun
Sam” atau Ilmu yang sempurna. Maka untuk memahami perintah-perintah Allah ini tidak bisa dengan
menggunakan kecerdasan yang ada dalam otak, melainkan dengan mata hati kita. Jika mata hati ini
sudah bertaqwa maka yang akan keluar adalah sinar ketaqwaan. Attaqwa Hahuna 3 kali kata
Rasullulah Saw. Jika kita sudah bertaqwa kepada Allah maka kita harus ikut tertib yang diperintah
oleh Allah Swt dan ikut caranya Rasullullah Saw.
Allah Swt berfirman :
“Wattaqullah wayuallimukumullah” : Jika kita bertaqwa kepada Allah, maka Allah sendirilah yang akan
mengajarkan ilmu kepada kita.
Maka jika Allah ingin mengajarkan maka tidak akan ada sesuatu yang sulit ataupun rumit. Sehingga
kita bisa paham saat itu juga sebagaimana kepahaman orang-orang yang sudah mendapatkan Ridho
Allah Swt, yaitu para sahabat RA. Fikir para sahabat ini adalah bagaimana mereka bisa mentransfer
kehidupan Nabi Saw kedalam dirinya dan kehidupannya secara Kaffah, 100%.
Kecintaan Salman RA terhadap Sunnah Nabi SAW
Suatu ketika Nabi Saw mengajak Salman RA berjalan-jalan ke atas bukit. Salman RA melihat Nabi
Saw mematahkan sebuah ranting lalu menguncang-guncangkannya, sehingga daun-daunnya
berguguran. Nabi Saw berkata kepada Salman RA, “Wahai Salaman mengapa engkau hanya melihat
saja dan tidak menanyakan mengapa aku melakukan ini.” Maka Salman langsung mengikuti daripada
perinah Rasullullah Saw, “Ya Rasullullah mengapa engkau melakukan itu ?” Nabi Saw
menjawab,“Wahai Salman ketahuilah sesungguhnya orang yang melakukan sholat 5 waktu, dosa-
dosanya bergugurang sebagaimana daun-daun yang gugur dari ranting ini.” Maka setelah wafatnya
Rasullullah Saw, Salman RA merindukan sesuatu yang dilakukan Rasullullah Saw, namun belum
dikerjakannya. Maka Salman RA mengajak kawannya untuk pergi ke bukit, ketempat dimana
Rasullullah Saw pernah mengajaknya. Ketika itu Salman RA melakukan dengan sempurna 100 persen
dari gaya, cara, posisi, yang dilakukan Rasullullah Saw ketika itu yaitu mematahkan Ranting lalu
menguncang-guncangkannya, sehingga daun-daunnya berguguran. Sama seperti bersama Nabi Saw,
Salman bertanya kepada kawannya abu sulaiman, “Wahai Abu Sulaiman mengapa engkau hanya
melihat saja dan tidak menanyakan kenapa aku melakukan ini ?” Maka abu sulaimanpun bertanya
sebagaimana salman bertanya ketika bersama Rasullullah Saw, “Wahai salman mengapa engkau
melakukan itu ?” Salman menjawab,“Wahai Abu Sulaiman ketahuilah sesungguhnya orang yang
melakukan sholat 5 waktu, dosa-dosanya bergugurang sebagaimana daun-daun yang gugur dari
ranting ini.”
Waktu atau Kurun boleh berlalu, tahun boleh berganti, tetapi sunnah Rasullullah Saw harus hidup
sampai kehidupan ini berhenti. Hari ini kehidupan dan jalan Rasullullah Saw ada di depan mana kita,
namun bagaimana kita bisa melihatnya dengan mata hati kita. Kalau kita hanya melihat dengan mata
dzohir kita maka ini tidak akan mampu menangkap kemuliaannya. Mata dzohir kita ini rentan sama
tipuan dzohiriah yang bisa berubah-rubah kenyataannya. Sehingga sunnah daripada Rasullullah Saw
menjadi tidak nampak karena melihat ada yang lain yang lebih baik secara dzohiriah. Padahal yang
baik menurut pandangan mata belum tentu baik untuk kita. Inilah ujian bagi kita. Semua yang kita
lihat ini adalah intihan, ujian bagi ini ummat. Maka setan ini sangat pandai mengalihkan pandangan
kita, yaitu :
1. Dimunculkankan keindahan terhadap sesuatu yang terlihat oleh mata dzohir.
2. Dimunculkan kebosanan kita terhadap kerja yang mulia ini.
Maka sebentar saja kita sudah mengucapkan selamat tinggal terhadap kerja yang mulia ini asbab
tertipu oleh pandangan dzohir yang seakan-akan indah yang dibuat oleh setan Laknatullah Alaih. Kita
tinggalkan jalan daripada Rasullullah Saw menuju ke jalan yang kita lihat menarik secara pandangan
mata dzohiriah ini. Maka jika dengan demikian yang terjadi, kelak kita baru tahu bahwa kita sudah
terjerumus menjadi pecinta-pecinta yang palsu tadi.
Analogi Kerja Guru dan keadaan Ummat
Seorang guru ini digaji oleh Kepala Sekolah atau Kepala Madrasah. Maka dia diberikan fasilitas-
fasilitas oleh sekolah atau madrasah. Tugasnya guru ini untuk apa ? mengajar titik. Akan tetapi guru
ini melihat tembok sekolah kok kelihatannya sudah usang. Maka si guru ini inisiatif untuk mengecat
sendiri tembok tersebut dan mengganti warna tembok sekolah yang sudah kumuh dan usang tadi.
Maka apa yang terjadi ? ketika bel sekolah berbunyi, waktu dia harus mengajar, si guru tersebut
masih sibuk memperbaiki dan mengecat tembok yang sudah usang tersebut. Sehingga dia dipanggil
oleh kepala sekolah, “Wahai pak guru itu bel sudah berbunyi dan anak-anak sudah menunggu untuk
di ajar, bapak kenapa tidak mengajar ?” Maka si guru tersebut mengatakan, “Eh bapak kepala
sekolah, mengapa anda tidak paham ? bukankan mengecat tembok sekolah ini merupakan suatu
kebaikan ? memperbaiki tembok sekolah ini merupakan suatu kebaikan ? mempercantik sekolah suatu
kebaikan ? ini adalah suatu kebaikan.” Kepala sekolah menjawab, “Betul itu suatu kebaikan, namun
kamu digaji bukan untuk mengecat atau memperbaiki tembok, kamu digaji untuk mengajar.”
Keadaan umat hari inipun demikian. Ummat yang berontak hatinya tadi juga demikian pemikirannya.
Apakah bekerja untuk keluarga, mencari nafkah, memberi orang lain pekerjaan, juga bukan
merupakan suatu kebaikan ? itu suatu kebaikan menurut mereka. Ummat Nabi Saw saat ini tidak
pernah merasa dosa apabila meninggalkan daripada dakwah ini. Padahal ketika dia mengucapkan
selamat tinggal kepada dakwah ini, dia sudah menjadi pengkhianat, menjadi pecinta-pecinta palsu
bagi Allah dan Rasulnya. Ini karena ummat ini memandang kerja ini dengan mata bashor, mata dzohir
mereka, bukan dengan mata bashir mereka atau mata hati mereka. Sehingga ummat ini seperti orang
yang tidak bisa membedakan perintah-perintah yang diutamakan. Ada perintah dari RT, ada perintah
dari kelurahan, ada perintah dari kecamatan, ada perinta dari walikota, ada perintah dari bupati, ada
perintah dari gubernur, ada perintah dari menteri, ada perintah dari presiden. Perintah-perintah ini
mempunyai keutamaan-keutamaan. Ummat hari ini tidak paham kedudukan-kedudukan dari perintah-
perintah yang ada. Sehingga ummat hari ini tidak bisa membedakan antara perintah RT dengan
perintah Presiden. Demikian juga kita tidak bisa membedakan antara Amal dakwah ini dengan Amal
yang lain. Padahal Dakwah ini tidak sama dengan amal pada umumnya. Allah Swt sudah
membedakan dengan jelas antara Amal Dakwah dengan Amal yang lainnya pada umumnya. Allah
pisahkan kekhususan amalan dakwah ini dengan amalan yang lainnya :
“Waman Ahsanu Qoulan Mimman da’a illallah wa amilan sholihah wa qolla innani minal muslimin”
Artinya : “Mana perkataan yang lebih baik daripada perkataan orang yang mengajak taat (dakwah)
kepada Allah……..”
Disini seakan-akan Allah menantang amal mana lagi yang lebih baik daripada dakwah, inilah
keutamaan amal dakwah tersebut. Kemuliaannya dan ketinggiannya sudah allah bedakan dengan
amal-amal lain pada umumnya.
“Wa amilan sholihah” : dan beramal sholih.
apakah dakwah ini tidak termasuk daripada amal sholih ? orang tua kita mengatakan dalam bayannya
tentang tafsir wal asri oleh Ulama KH. Ali Maksum dari pondok pesantren Krapyak, Jogyakarta, yang
dikenal dengan Kyai kuno atau traditional. Kyai Maksum yang kyai kuno ini bisa menjelaskan tentang
kekhususan dakwah. Anehnya Kyai Modern tidak bisa menjelaskan kekhususan dakwah ini. Jadi
menurut kyai ini semua orang dalam kerugian, orang kaya rugi, yang miskin rugi, yang berpangkat
rugi, orang awam rugi, orang desa rugi, orang kota rugi, orang pintar rugi, orang bodoh rugi, kecuali
orang-orang yang mempunyai 4 sifat. Siapakah mereka yang memiliki 4 sifat sehingga tidak terkena
dampak kerugian tersebut :
1. Illalladzina amanu : kecuali orang yang beriman
1. Wa amilan sholihah : kecuali orang-orang yang beramal sholih
1. Wattawa shoubil Haq : kecuali orang yang berdakwah, orang yang menasehati yang Haq
è Inilah yang kosong atau tidak dilakukan selama ini, saling berwasiat, saling mengulang-ulang,
mentakror, tentang yang Haq.
1. Wattawa Shoubil Sobr : kecuali orang yang saling berwasiat untuk kesabaran
è Ini karena dalam kerja dakwah ini kesabaran merupakan suatu keharusan. Sangat riskan jika kita
berdakwah ini tanpa kesabaran. Kerja dakwah ini satu pelaminan dengan Sabar yang tidak bisa
dipisahkan. Jika kita mau terjun dalam dakwah, syarat yang pertama adalah kita harus sabar. Jadi
dakwah ini tidak bisa berdiri sendiri tanpa kesabaran. Tanpa Sabar kita tidak akan bisa dakwah.
Jadi kalau kita mempunyai kriteria ini :
1. Keimanan yang betul dan kuat
2. Amal-amal Sholih yang lurus
3. Dakwah atas yang Haq
4. Kesabaran
Maka kita akan terselamatkan daripada kerugian di akherat nanti. Inilah kekhususan dakwah yang
dijelaskan oleh Kyai Ali Maksum tersebut. Dakwah ini adalah induk dari segala hasanat, ummul
hasanat. Induk dari segala kebaikan ini adalah dakwah. Ini jika dakwah ini benar-benar dihidupkan.
Kisah Rabi’ah Al Adawiyah
Seorang wanita tetapi dia membawa fikir dakwah, maka dia tidak akan terkesan dengan pandangan-
pandangan dzohir, walaupun dia miskin tidak memiliki apa-apa di rumahnya. Wanita ini selain menjadi
da’iyah, dia tidak akan terkesan kepada pesona-pesona keduniaan yang menyebabkan dia keluar
rumah. Dia tidak akan terkesan dengan kebendaaan yang indah-indah, bahkan dia tidak akan
memasukkan kebendaan yang indah-indah dipandang mata tersebut kedalam rumahnya. Melainkan
dia akan hiasi rumahnya dengan amalan-amalan seperti tasbihat, dzikir, tilawat, tahajjud. Bagi orang
yang biasa menghidupkan amalan ini, ketika dia melihat benda maka dia akan melihat itu sebagai
suatu amalan. Jika ada takaza mengorbankan benda tersebut di jalan Allah, tidak sulit baginya
mengorbankannya. Sehingga benda-benda tersebut berubah dari maal menjadi suatu amalan. Inilah
perbedaan antara ahlul maal dan ahlul amal.
Maka suatu saat rumah yang dihuni oleh wanita dai’yah ini dilirik oleh kalangan pencuri sebagai
rumah yang mudah untuk dijadikan target pencuriannya. Maka masuklah pencuri tersebut kerumah
wanita tadi. Namun asbab sifat wanita tersebut yang betul-betul dermawan, apabila ada orang lain
masuk ke rumahnya maka akan dia jamu. Namun kali ini yang masuk adalah seorang laki-laki yang
maling. Sehingga dari balik tirai hijab, yang memisahkan pandangan atau tempat laki-laki dan
perempuan, si wanita ini memandang dengan mata hatinya. Sehingga wanita ini tau apa yang di
inginkan daripada si pencuri tadi. Maka si wanita ini katakan dari balik hijab, “Wahai pemuda
sesungguhnya kamu tidak akan mendapatkan apa yang engkau cari di dalam rumah ini, namun di
sebelah kananmu itu ada kendi yang berisi air, berwudhulah lalu sholatlah dua rekaat, mintalah
kepada Allah, maka Allah akan memberikan apa yang kamu cari disini.” Mendengar suara dari wanita
sholihah ini mampu membuat seorang laki-laki ini ketakutan. Inilah bahwa suara dari seorang
perempuan yang mampu menundukkan seorang laki-laki. Sehingga si maling ini mengambir air dari
kendi tersebut dengan penuh ketakutan untuk berwudhu dan sholat 2 rekaat. Ketika si maling ini
sholat, si wanita inipun berdoa :
“Ya Allah telah masuk kerumah ku seorang pemuda, untuk mencari sesuatu yang dia tidak dapatkan
disini. Ya Allah kini pemuda tersebut, sedang mengetuk pintu rahmatmu, maka berikanlah apa yang
dia cari dan bukakanlah pintu rahmatMu.”
Sebelum pemuda maling tadi, mengucapkan salam, serta merta terdengar ketukan pintu dari luar
rumah wanita tadi. Maka si wanita tersebut bertanya : “Siapa gerangan diluar ?” si pengetuk pintu
tadi menjawab, “Saya adalah utusan Raja, saya diperintahkan Raja untuk membawa hadiah yang
banyak untukmu. Harap diterima pemberian ini.” Maka wanita tersebut menjawab, “Jika hadiah itu
berupa kebendaan-kebendaan maka jangan masukkan ke rumahku, karena aku sudah terbiasa tidak
membawa kebendaan-kebendaan masuk kedalam rumahku. Letakkan saja di depan halaman
rumahku”. Maka si wanita tadi berkata kepada pemuda maling tersebut, “Wahai pemuda yang masuk
ke rumah ku sesungguhnya engkau sudah mengetuk pintu Allah Swt, sekarang lihatlah apa yang Allah
telah kirimkan kepadamu. Di depan pintu halamanku engkau bisa mencari apa yang engkau
inginkan.” Maka ketika si pemuda pencuri ini keluar dari rumah, dia dapatkan didepan rumah harta
yang sangat banyak diberikan dari kerajaan di depan matanya. Melihat ini si pemuda langsung
menangis, “Kenapa selama ini saya saya selalu mengambil hak orang lain dengan cara menyusahkan
mereka, padahal dengan sholat dua rekaat saya bisa mendapatkan apa yang saya inginkan.” Sesal
pemuda pencuri tersebut. Inilah kisah daiyah seorang wanita waliullah, yang bernama Rabi’ah Al
Adawiyah.
Inilah suara dakwah dari seorang wanita ini mampu menyebabkan seorang pencuri berubah menjadi
seorang wali. Inilah kehebatan daripada dakwah. Namun kita tidak pernah menyadari ataupun
memahami peristiwa ini. Kita tidak pernah bermudzakaroh mengenai hal seperti ini. Jadi kekuatan
daripada dakwah ini luar biasa. Hebatnya ini ummat, cantiknya ini ummat, bukanlah karena
ibadahnya, melainkan Allah nyatakan dalam Al Quran :
“Kuntum Choiru Ummah” : “ Sesungguhnya Kalian adalah ummat yang terbaik”
Allah nyatakan disini kita ini adalah “The Best Ummah”, ummat yang terbaik, tidak ada ummat yang
lebih baik dari ummat ini. Ummat yang paling baik melebihi ummat-ummat terdahulu. Jadi kalau ada
orang yang menanyakan : “Kenapa kamu mau ikut khuruj-khuruj seperti itu ?” maka kita harus berani
dan tegas mengatakan, “Kenapa saya tidak mau mengambil yang terbaik ? Ini adalah yang terbaik.”
Dengan ketegaran yang seperti ini, maka kerja ini akan menampakkan manfaat bagi kita. Dakwah ini
adalah induk dari semua hasanat, dan kerja-kerja agama yang lain itu adalah buah dari kerja dakwah
ini.
Allah Swt lanjutkan dalam firmannya :
“Ukhrijat Linnas” : “Yang dikeluarkan untuk semua manusia”
Disini Allah mengatakan Ukhrijat bukan khorajat, dalam ilmu nahwu maksudnya adalah kalau khorajat
berarti kita sendiri yang mengeluarkan, tetapi ini ukhrijat berarti siapa yang mengeluarkan ? Allah
Swt. Hadirnya kita malam ini disini adalah Allah yang mengeluarkan kita untuk datang kesini.
Berbahagialah kita yang dikeluarkan Allah untuk semua manusia. Ini adalah bagian dari kehendak
Allah Swt mengeluarkan kita untuk manusia. Ini agar semua manusia ini mau melihat kita, bercermin
kepada kita, karena kita sebagai “Choiru Ummah”. Agar kita bisa menjadi cermin ummat, maka
janganlah kita sekali-kali ada keinginan untuk memecahkan cermin tersebut. Jika ummat harus
melihat cermin yang sudah pecah-pecah, maka mereka hanya akan menemukan wajah yang telah
terpecah-pecah, tidak utuh, dan bengkok-bengkok. Wajah ummat yang bengkok-bengkok ini adalah
asbab kita, Choiru Ummah yang telah pecah seperti cermin yang pecah. Ummat ini adalah penentu
arah manusia mau dibawa kemana.
“Al Mukmin mid’atul Mukmin” : “Orang beriman menjadi cermin bagi orang beriman”
Namun kalau cerminnya pecah bagaimana jadinya ? Lalu Allah Swt melanjutkan dalam Firmannya :
“Takmuruna bil ma’ruf watan hauna anil mungkar.”
Artinya : Mengajak kepada amalan yang Ma’ruf dan mencegah daripada amalan Yang Mungkar.
Disini ada 2 amalan yang Allah perintahkan :
1. Ada perintah mengerjakan amalan Makrufat
2. Ada perintah menghindari amalan Mungkarot
Dalam ushul-ushul dakwah yang sering kita mudzakarohkan berulang-ulang lagi dan lagi, disitu
terdapat ushul-ushul amalan makrufat (Amr Makruf) dan amalan mungkarot (Nahi Mungkar) yaitu :
4 hal yang diperbanyak inilah amalan Makrufat :
1. Dakwah illallah
2. Taklim wa Taklum
3. Dzikir Ibadah
4. Khidmat
Jika ini kita lakukan maka ini akan menyebar kemana-mana dan mereka akan melakukan amalan-
amalan ini. Hari ini kita terkantuk-kantuk mendengarkan hal ini, padahal pembicaraan seperti ini
adalah puncaknya makrufat. Bayangkan jika setiap orang mau berdakwah, mau taklim belajar agama
ataupun mengajarkannya, setiap orang mau membuat amalan dzikir, baca qur’an dan sholat-sholat
wajib maupun sunnah, lalu mereka mau berkhidmat. Maka jika ini tersebar, suasana makrufatpun
akan terbentuk dan tersebar.
4 hal yang ditinggalkan ini adalah amalan Nahi Mungkar (Munkarot) :
1. Berharap kepada Mahluk
2. Meminta kepada Mahluk
3. Memakai Barang tanpa izin
4. Boros dan Mubazir
Berharap kepada selain Allah dan meminta kepada selain Allah adalah bentuk kemungkaran yang
terbesar kepada Allah. Begitu juga memakai barang tanpa izin ini adalah pembangkangan terhadap
nilai-nilai yang Allah cintai yaitu sifat amanah. Sedangkan Boros dan Mubazir ini adalah sifatnya setan.
Jadi Ushul-ushul dakwah ini seharusnya kita renungkan dan kita hayati.
Maka sudah seharusnya kita berdoa kepada Allah dimalam hari mohon kekuatan untuk dapat
mengamalkan amalan makrufat dan melindungi kita dari amalan mungkarot. Mohonkan agar
keyakinan kita senantiasa terjaga dari sifat berharap dan meminta kepada selain Allah :
“Iyyakana’budu wa iyyakanashta’in” : “Hanya kepada engkau kami menyembah dan meminta
pertolongan”.
Kalau kita ibadah dan sujud kepada Allah, namun tangan kita masih mengadah kepada Mahluk, ini
keyakinan yang macam apa. Jadi jangan kita mengharap kepada mahluk apalagi meminta,
berharaplah dan memintalah hanya kepada Allah. Kita harus tau bagaimana bermuamalah yang baik.
Jika itu milik dan hak orang lain jangan kita ambil. Jika kita mengambil daripada hak orang lain yang
bukan hak kita, maka ini akan menyebabkan rizki yang kita dapat ini bisa menjadi tidak halal. Jika
rizki yang kita dapat tidak halal, maka ibadah-ibadah kita tidak akan diterima oleh Allah Swt. Semua
yang namanya urusan Rizki ini nanti akan Allah tanyakan datangnya darimana dan kemana
dihabiskannya, ini semua akan dihisab oleh Allah Swt. Oleh karena itu jangan Boros dan Mubazir.
Boros dan Mubazir ini adalah sifat-sifat setan. Bagaimana jadinya dalam kehidupan kita ini jika kita
mengadopsi daripada sifat-sifat setan kedalam kehidupan kita. Na’udzubillah mindzalik.
Untuk bisa mendapatkan 4 amalan Makruf ini dan menghindari 4 amalan mungkarot maka hanya bisa
dengan pertolongan Allah Swt saja yaitu dengan do’a.
“La haula wala Quwwata illa Billah” : “Tidak ada kekuatan selain pertolongan daripada Allah Swt.”
Hari ini kita yang kita dengar hanya kata-kata akibatnya kita tidak bisa membedakan mana yang
mungkar dan mana yang makruf. Maka dari itu jika kita sudah betul-betul melakukan perkara dakwah
ini, maka kita ambil dakwah ini secara keseluruhan dari tertib-tertibnya dan sifat-sifatnya, baru kita
akan bisa sampai ke tujuan. Ulama katakan :
“Man arodhal ushul fa alaihi bil ushul” : “Siapa yang ingin sampai maka dia harus menyempurnakan
ushul dan tertib-tertibnya”
Kita ingin sampai tapi tidak mau tertib maka yang akan terjadi kita akan jalan di tempat dan tidak
akan sampai-sampai. Maka bukan 4 bulan, 40 hari, 3, hari, ini hanya kejar tanggal untuk menaikkan
nilai kita saja. Namun jika kita ingin sampai ketujuan maka seluruh kehidupan kita harus kita
curahkan pada kerja ini, dan tidak terkesan dengan keadaan.
Kegigihan Nabi Saw mempertahankan Kerja Dakwah dari godaan dunia
Bagaimana gigihnya Rasullullah Saw mempertahankan kerja ini dari berbagai macam ujian dan
keadaan. Orang-orang Quraish ketika itu ingin menghentikan Nabi Saw dari melakukan kerja ini,
maka mereka selidiki kehidupan Rasullullah Saw. Sebagaimana ummat ini mengkaji kehidupan
Rasullullah Saw dalam sirah Nabawiyah. Maka apa yang orang-orang Quraish temukan pada waktu itu
:
1. Nabi Saw masih muda dan istrinya sudah tua ketika itu
2. Kehidupan Nabi Saw miskin
3. Hidup tanpa jabatan
Maka datanglah para pemimpin quraish menghadap Nabi Saw dengan tawaran-tawaran :
1. Apabila engkau menginginkan wanita-wanita yang cantik, muda, dan belia, maka kami akan
bariskan dihadapanmu.
2. Harta akan diberikan yang banyak agar menjadi orang terkaya di Quraish
3. Jabatan akan diberikan agar menjadi orang terpandang di Quraish
Namun Nabi Saw karena sudah punya sifat istikhlas walaupun istrinya sudah jauh lebih tua melebihi
dirinya, harta tidak punya, dan jabatan tidak ada, Beliau tetap tegar menghadapi tawaran-tawaran
yang indah tersebut. Apa kata Nabi Saw :
“Walaupun kalian mampu memberikan bulan ditangan kananku dan matahari ditangan kiriku, supaya
saya tinggalkan kerja dakwah, Maka saya tidak akan tinggalkan selama-lamanya walaupun hanya
sekejap mata.”
Nabi Saw jika hanya ingin hidup untuk dirinya sendiri maka dia bisa hidup dengan nyenyak. Kalau
yang dipikirkan hanya untuk keluarganya saja, maka dia bisa hidup enak dan nyaman dengan
tawaran-tawaran tersebut. Namun yang selalu ada dipikiran Nabi Saw adalah bagaimana ini ummat.
Bukan hanya sekedar ummat yang masuk dalam fikir Nabi Saw namun ummat yang belum jadipun
sudah masuk dalam fikir Nabi Saw.
Kisah Nabi Saw mendapat siksaan di Thaif
Ketika anak-anak Thaif melemparkan Nabi Saw dengan batu yang menyebabkan Nabi Saw
bermandikan darah. Malaikat katakan, “Ya Rasullullah andaikan engkau berkenan maka aku akan
angkat kedua gunung yang menghimpit Thaif, Lalu akan aku hancurkan Thaif dengan membalikkan
gunung tersebut menghantam Thaif. Sehingga semua orang akan mati tergencet oleh kedua gunung
tadi.” Apa yang Nabi Saw lakukan :
“Tidak jangan lakukan itu. Saya hingga saat ini masih memikirkan dan mengharapkan air yang masih
tersimpan didalam tulang sulbi (belum menjadi sperma) kelak akan di dzohirkan (dinampakkan) oleh
Allah Swt sebagai penyembah Allah Swt dan tidak akan musyrik selama-selamanya.”
Jadi fikir Nabi Saw yang sedemikian rupa yang menyebabkan agama tersebar di seluruh alam. Maka
untuk inilah dakwahnya rasul saw tidak bisa dihentikan dengan apa saja :
1. Nabi Saw diuji dengan kesenangan yaitu tawaran-tawaran pemimpin Quraish
2. Nabi Saw diuji dengan kesusahan dari penyiksaan sampai percobaan pembunuhan
Semuanya Nabi Saw lewati dengan tegar dan sabar, tidak berhenti sedikitpun dari dakwah walaupun
hanya sekejap mata. Sebagaimana seseorang belajar tahfidz (menjadi seorang hafidz), dia akan
pelajari daripada tajwidnya, makhrojnya, al quran. Namun kalau ditanyakan kepada orang yang
tahfidz ini, “Apakah bumi itu datar atu bundar ?” maka si murid ini akan menjawab, “Saya tidak
mempunyai pengetahuan tentang itu.” Ini karena tarbiyah dan intihan yang dihadapi santri ini adalah
pelajaran-pelajaran tentang tahfidz Qur’an. Jadi tidak perlu membaca daripada buku-buku yang
menjelaskan bahwa bumi ini datar atau bundar. Demikian istikhlasnya si santri ini dalam pelajarannya
adalah menjadi ahli dalam ilmu tahfidz tadi. Kitapun demikian juga cukup dengan menjadi ahli 6 sifat
saja, jangan kita terjebak ilmu ini dan itu. Pegangan kita harus seperti ini, “Saya memang tidak tahu
ini dan itu, namun yang saya ketahui cukup dengan enam sifat saja.”
Seorang calon dokter ketika dia masuk ke universitas kedokteran, namun yang dia baca malah buku-
buku tentang elektronik, maka tidak mungkin dia akan lulus menjadi dokter yang baik. Dalam praktek
beda antara praktek seorang dokter dengan seorang yang ahli tehnik bangunan. Kalau seorang ahli
bangunan maka yang akan dia bawa adalah kertas gambar, penggaris, polpen, untuk bisa membuat
konstruksi bangunan. Beda dengan dokter yang harus membawa pisau bedah, thermometer, suntik,
dan obat-obatan dalam melaksanakan tugas kedokterannya. Inilah praktek memang seperti itu.
Dokter yang baik adalah dokter yang mampu mengobati daripada pasien. Jika kita memandang kerja
ini hanya dengan pandangan bashor, bukan dengan bashiroh, maka sulit kita bisa mencapai derajat
Istikhlas sebagaimana Rasullullah Saw. Jika ini terjadi maka kita akan mudah terombang-ambing,
sehingga tertaskyl dengan dakwah-dakwah keduniaan. Ini menyebabkan kita akan meninggalkan
kerja yang mulia ini. Inilah maksud dari pertemuan kita malam ini yaitu bagaimana bisa wujud dalam
diri kita ini sifat istikhlas dalam dakwah.
Dalam kerja ini bahwasanya seseorang itu dapat hidayah atau tidak dapat hidayah ini adalah
urusannya Allah Swt. Namun yang penting bagi kita adalah kecintaan kita terhadap kerja ini saja. Ada
saja orang yang tidak paham mengkritik, “Oh kerja model seperti itu datang dari rumah ke rumah
dengan mengetuk pintu itu terlalu lambat, kuno. Sekarang kita sudah ada televisi, sekali siaran
ratusan ribu rumah bisa dicapai.” Namun cara seperti itu bukanlah cara seperti yang dilakukan
Rasullullah Sw. Lalu mereka akan berkata lagi, “Tuh liat tidak ada yang mau ikut kan.” Maka
bergembiralah orang yang bisa mendapatkan dirinya istiqomah yaitu ketika orang ikut, dia bersyukur,
dan ketika orang tidak ada yang ikut, dia tetap istiqomah. Apabila kita mengambil jalan dakwah ini
namun tidak mengadopsi cara dan kehidupan Rasullullah saw, maka yang akan terjadi adalah
rekayasa-rekayasa pemikiran saja.
Inlah kerja dakwah Rasullullah Saw yaitu dengan membentuk rombongan-rombongan dakwah. Hingga
menjelang wafatnya sekalipun Rasullullah Saw masih membentuk rombongan Usamah bin Zaid untuk
diberangkatkan di jalan Allah. Bahkan rombongan belum sampai ke tujuannya, Rasullullah Saw sudah
meninggal dunia. Rombongan yang sudah berjalan ini terkesan dengan keadaan sehingga mereka
bermusyawarah ingin kembali ke madinah. Ini karena mereka mendengar wafatnya Rasullullah Saw
dan Madinah akan serang oleh yahudi dan romawi. Sedemikian mencekamnya suasana ketika itu.
Selepas musyawarah maka diutuslah Umar RA untuk menemui Khalifah Abu Bakar Ash Shidiq. Umar
RA meminta agar rombongan tersebut bisa ditarik pulang untuk membantu pengamanan di madinah
dari serangan musuh. Namun apa kata Abu Bakar RA :
“Wahai umar katakan kepada mereka, apakah mereka ingin menjaga islam atau menjaga Madinah ?
Kalau ingin menjaga islam teruskan daripada perjuangan. Saya tidak bisa menarik rombongan yang
telah dibentuk oleh Rasullullah Saw di masa hidupnya. Bagaimana saya bisa menarik rombongan yang
telah dibentuk Rasullullah Saw tersebut setelah wafatnya.”
Umar RA lalu berkata, “Kalau begitu nanti bagaimana dengan nasib istri-istri Rasullullah Saw jika
diserang oleh Romawi.” Secara serta merta Sayyidina Abu Bakar RA memegang daripada leher baju
umar RA :
“Ajjabbaru Fi Jahiliah wa Khawarun fi Islam” : “Wahai Umar apakah kamu seorang pemberani ketika
Jahiliyah namun menjadi seorang cengeng ketika dalam islam.”
seorang yang lembut namun demi agama bisa menjadi keras, dan seorang yang keras demi agama
bisa menjadi lembut, inilah kehidupan. Abu Bakar RA paham walaupun rombongan tersebut kembali
tidak akan mampu melindungi daripada istri-istri Rasullullah Saw. Ini karena penjaga yang
sebenarnya ini adalah Allah Swt. Perintah dari rombongan usamah ini sudah dikeluarkan langsung
oleh Rasullullah untuk berangkat di jalan Allah bukan untuk melindungi daripada istri-istri Rasullullah
Saw. Jadi siapa yang akan menjaga istri-istri Rasullullah Saw ini ? Allah Swt. Jika seseorang itu
membantu agama Allah maka Allah pasti akan bantu dia keluar dari masalah-masalahnya. Jika
rombongan usamah berangkat maka dia akan membantu islam, dan orang-orang islam akan dijaga
oleh Allah. Namun jika rombongan usamah ini pulang maka dia hanya membantu orang-orang islam,
namun rombongan usamah tidak akan mempu melindungi daripada kota madinah dari serangan
musuh. Mana yang didahulukan membantu islam atau membantu orang islam. Abu Bakar RA yakin
jika kita membantu agama Allah yaitu dengan tetap mengirimkan rombongan usamah sesuai perintah
Nabi Saw maka Allah akan menjaga dari pada orang-orang islam di madinah. Maka apa yang
dikatakan Abu Bakar RA :
“Seandainya ada serigala-serigala buas menyeret-nyeret daripada tubuh istri-istri Rasullullah Saw dan
mencabik-cabiknya, saya lebih rela melihat keadaan seperti itu daripada harus melihat islam itu
tercabik-cabik.”
Padahal diantara istri Rasullullah Saw ini adalah termasuk anaknya Abu Bakar RA sendiri, yaitu Aisyah
R.ha. Sayyidina Abu Bakar RA tidak memikirkan daripada nasib anaknya ini melainkan yang dipikirkan
adalah nasib daripada agama Islam. Sedangkan hari ini kita tidak lagi mewarisi daripada sikap Abu
Bakar RA. Hari ini kita gara-gara anak dan istri, kita rela meninggalkan perjuangan agama. Ini karena
umat hari ini melihat perjuangan agama dari mata Bashornya bukan mata Bashirohnya.
Ujian datang kepada ummat ketika itu dibawah kepemimpinan Khalifah Abu Bakar As Shidiqqe RA.
Selain ancaman dari orang yahudi dan romawi yang akan menyerang madinah. Timbul juga
kekacauan dengan banyaknya orang murtad dan Nabi palsu. Namun dalam sejarah tidak ada tercatat
diantara para sahabat RA yang mendampingi Nabi Saw dalam perjuangan agama, ada yang murtad,
satupun tidak ada yang murtad. Ini karena yang murtad ini adalah daripada orang-orang yang baru
masuk islam dan pemahamannya masih membawa pemikiran-pemikiran lama. Apa itu pemahaman
pemikiran lama ? yaitu bahwa pertolongan Allah ini hanya ada bersama Nabinya bukan bersama
umatnya. Jadi ketika nabinya wafat maka pertolongan Allah berhenti bersama Nabinya, tidak bersama
umatnya.
Dasar Pemahaman Pemikiran Lama :
Ketika Bani Israil bersama-sama Nabi Musa AS terpojok ketika menghadapi kejaran Firaun dan bala
tentaranya. Didepan mereka ada lautan jalan buntu, sedangkan dibelakang mereka ada tentara firaun
yang siap menghabisi mereka. Kaum Bani Israil berkata : “Kita akan tertangkap… kita akan
tertangkap.” Nabi Musa malah mengatakan, “Tidak, sekali-kali tidak…. Kita tidak akan tertangkap.” Ini
karena Nabi Musa AS melihat situasi dengan pandangan Bashirohnya bukan dengan pandangan
Bashornya seperti yang dilakukan Bani Israil. Nabi Musa AS mampu dengan bashirohnya melihat yang
tidak terlihat oleh Bashor, pandangan mata. Apa kata Nabi Musa AS :
“Innama iyya Robbi sayahdeen” : “Sesungguhnya Allah Swt, Tuhanku bersama aku”
Namun Tuhan tidak bersama mereka, Bani Israil, tafsirnya begitu. Ini karena pada waktu itu yang
dakwah hanya Nabinya saja yaitu Musa AS, sedangkan umatnya tidak ikut berdakwah. Maka da’i itu
selamanya bersama Allah Swt.
Note Penulis :
Dasar Pemahaman Pemikiran baru
Inilah bedanya ummat terdahulu dengan umatnya Rasullullah Saw. Umat terdahulu adalah umat yang
Abid karena tidak mendapatkan perintah dakwah. Sedangkan umat Rasullullah Saw ini adalah umat
yang Da’i karena mendapatkan perintah melanjutkan dakwah Nabi Saw hingga akhir kiamat.
Sedangkan untuk umat ini ketika Rasullullah Saw dalam pengejaran kafir Quraish bersama Abu Bakar
RA, terjebak di gue Thur, dalam keadaan mencekam Nabi Saw katakan :
“La Tahzan Innaloha Ma’ana” : “Jangan Khawatir Allah Swt bersama Kita”
Ini karena Allah Swt bersama Rasulullullah Saw dan Abu Bakar RA yang seorang Da’i. Berbeda
perkataan Musa AS kepada Umatnya yang abid. Secara tata bahasa kita bisa melihat perbedaan
pemikiran lama dan pemikiran baru yaitu letaknya adalah dalam pertolongan Allah Swt :
1. “Innama iyya Robbi sayahdeen” : “Sesungguhnya Allah Swt, Tuhanku bersama aku”
(Pemahaman pemikiran lama) à Allah bersama Nabinya bukan Umatnya.
1. “La Tahzan Innaloha Ma’ana” : “Jangan Khawatir Allah bersama Kita”
(Pemahaman pemikiran baru) à Allah bersama Nabi dan Ummatnya asbab Dakwah.
Pemikiran dan pemahaman yang lama ini masih terbawa oleh mereka yang baru masuk islam,
menjadi suatu prinsip bagi mereka dalam memutuskan keadaan. Sehingga ketika Rasullullah Saw
wafat mereka mengira bahwa pertolongan Allah tidak lagi bersama umatnya, maka dengan mudah
merekapun meninggalkan islam, menjadi murtad. Mereka yang murtad ketika itu wajib pilihannya
bagi Abu Bakar RA sebagai Khalifah untuk memerangi mereka, karena nantinya bisa menjadi ancaman
dalam situasi yang genting pada waktu itu. Pilihannya hanya dua bersama Allah dan RasulNya atau
bersama Musuh Allah yang akan menyerang pada waktu itu. Inilah musibah yang pertama setalah
wafatnya Rasullullah Saw yaitu munculnya pemurtadan sejumlah orang-orang ketika itu.
Musibah yang kedua setelah wafatnya Rasullullah Saw, orang tidak mau lagi membayar zakat. Maka
Abu Bakar RA sebagai khalifahnya Rasul ingin agar suasana agama yang ada di jaman Rasullullah Saw
ini sama dengan masa di kekhalifahannya. Kecintaan Abu Bakar RA ini kepada islam telah membuat
Abu Bakar RA ketika itu mengambil sikap dalam menghadapi pengemplang Zakat :
“Lauman auni inqolan kamilu addunahu fi addin Nabi La qod khalbu”
Artinya : “ Kalau ada orang yang berzakat pada jaman Nabi Unta bersama Talinya, sekarang kurang
tali saja tetap akan saya perangi dan saya bunuh”
Ini karena apa ? ini karena didalam seutas tali ini yang mengikat leher unta sekalipun, juga ada hak
daripada fakir miskin. Orang miskin pada saat itu tidak ada yang demonstrasi walaupun mereka tidak
membayar zakat. Baru-baru ini ada program pemerintah yaitu “Bantuan Langsung Tunai” untuk fakir
miskin. Namun yang mengantri meminta bantuan ini bukan saja dari kalangan fakir miskin saja, dari
kalangan yang mampupun ikut mengantri, inilah kondisi kita hari ini. Sedangkan di jaman Sahabat RA
pada waktu itu jangankan orang yang mampu, orang yang miskin sekalipun tidak ada yang
mengemis-ngemis meminta bantuan. Pada waktu itu seolah-olah tidak ditemukan keluarga yang
miskin, padahal ada. Ini karena apa ? Orang yang tidak tau betul-betul keluarga si fakir miskin akan
mengira si fakir ini orang yang mampu, karena mereka tidak pernah menampakkan wajah susahnya,
ataupun pernah mengadu kesusahan. Orang-orang seperti ini tidak pernah menampakkan wajah
susahnya, tidak pernah berharap, walaupun tidak punya apa-apa. Inilah kehidupan orang-orang yang
telah di Ridhoi Allah Swt. Maka Khalifah ketika itu Abu Bakar RA lebih tau akan hak daripada orang-
orang miskin, walaupun mereka tidak meminta. Abu Bakar RA tampil kedepan menyuarakan suara
orang miskin ini, dikarenakan beliau pernah kaya dan Jatuh miskin untuk memperjuangkan agama.
Jadi orang yang jatuh miskin karena memperjuangkan agama inilah yang berhak menyuarakan suara
dari orang-orang miskin. Namun jika orang miskin jadi kaya, ini kebanyakan jadi lupa kepada Allah
Swt.
Maka datangnya harta dalam kehidupan kita bisa menjadi suatu musibah. Dulu kalau di Sragen ini
orang-orang berbondong-bondong ke malam ijtima ini pakai sepeda, kalau sekarang sudah pakai
motor. Namun seringkali mereka suka mengatakan perkataan yang keliru : “Alhamdullillah sekarang
kita sudah mendapat nusroh dari Allah.” Inilah keadaan kita hari ini. Jadi sorang khalifah harus tahu
betul daripada hak-hak daripada orang miskin.
Lalu musibah yang ketiga ini setelah wafatnya Rasullullah Saw ini adalah munculnya nabi-nabi yang
palsu membawa pemikiran-pemikiran yang palsu. Sehingga ketika itu Abu Bakar RA mengeluarkan
rombongan untuk mengahadapi pemikir-pemikir palsu tadi.
Musibah yang ke empat adalah ancaman serang dari luar Madinah yaitu bala tentara Romawi yang
siap menyerbu. Bagaimana Abu Bakar RA menyelesaikannya ? dengan mengeluarkan rombongan-
rombongan sebanyak-banyaknya hingga hampir-hampir tidak ada sahabat yang tersisa di kota
madinah. Kejadian ini membuat pasukan romawi bergetar karena mereka menyangka jika laki-laki
yang dikeluarkan dari madinah sebanyak itu bagaimana yang tinggal di dalamnya. Mereka berpikir
kalau kita menyerang kedalam pasti kita akan terjebak dengan rencana mereka terkepung dari luar
dan dalam. Pasukan Romawi tidak tahu asbab kebijakan Abu Bakar mengeluarkan rombongan
sebanyak-banyaknya, kota madinah kosong dari laki-laki. Mereka menyangka secara logika tidak
mungkin Abu Bakar RA mengirim semua laki-lakinya keluar Madinah dan membiarkan kota madinah
kosong. Jadi menurut mereka tentara romawi, bahwa ini taktik jebakan umat islam. Namun asbab dari
perintah Allah dan sunnah Rasul, Abu Bakar RA bukannya menarik rombongan bahkan mengirimkan
rombongan sebanyak-banyaknya di jalan Allah memperjuangkan agama.
Jadi apa aja yang masalah yang dihadapi Khalifah Abu Bakar RA setelah wafatnya Nabi Saw :
1. Orang Murtad
2. Orang Tidak Mau Bayar Zakat
3. Nabi Palsu
4. Tentara Romawi
Bagaimana cara Abu Bakar RA menyelesaikan masalah ketika itu :
1. Berangkatkan segera rombongan Usmah bin Zaid RA yang telah dibentuk Nabi Saw.
1. Berangkatkan rombongan sebanyak-benyaknya untuk menhadapi Murtadin, Pengemplang zakat,
dan Nabi Palsu, hingga tidak tertinggal satu laki-lakipun di Madinah
Hasilnya :
1. Orang-orang kembali masuk islam
2. Orang-orang kembali membayar Zakat
3. Nabi Palsu ditumpas
4. Pasukan Romawi batal menyerang karena ketakutan
Inilah cara Abu Bakar RA menyelesaikan masalah yang banyak dan bertubi-tubi ketika itu yaitu
dengan mengeluarkan rombongan-rombongan di jalan Allah. 4 masalah diselesaikan dengan 1 cara
yaitu keluarkan rombongan pergi di jalan Allah. Hari ini kalau orang tidak bayar zakat bagaimana
solusinya simposium dulu, diskusi dulu, rapat dulu, namun rombongan tidak ada yang dikeluarkan.
Maka akhirnya kita hari ini ditipu dengan utang-utang yang besar. Dengan cara Rasullullah saw, satu
saja caranya yaitu dengan mengirimkan rombongan sebanyak-banyaknya, maka Allah akan selesaikan
masalah. Ini adalah shiroh Nabawiyah, dan inilah kehidupan daripada Rasullullah Saw dan Sahabat
RA. Padahal hari ini banyak kita dengar bahwa banyak dikepulauan-kepulaun kita orang menjadi
murtad, masih banyak orang tidak mau membayar zakat, namun semua ini hanya kita denger sebagai
berita-berita saja. Namun hari ini karkun tertibnya sudah dirubah-rubah menjadi tertib selebriti, hanya
ada berita-berita saja seperti di koran-koran. Da’i ini bukanlah pembuat berita melainkan pembuat
sejarah. Kalo celebrity ini kerjanya meramaikan koran-koran, tetapi kalo da’i ini meramaikan halaqoh-
halaqoh dan mahalah-mahalah di tempatnya masing-masing. Walaupun sudah demikian gawatnya
pemurtadan terjadi, agama ditinggalkan, namun tetap saja rombongan yang dikeluarkan masih
dibawah target. Kita ingin keadaan kembali seperti di jaman Rasullullah, kita ingin yang murtad
kembali ke islam, namun kita tidak ingin usaha, bagaimana bisa ? Kita tidak mau berusaha namun
pingin mendapatkan hasil, bagaimana bisa ? Dizaman Abu Bakar RA mungkin hanya zakat yang
ditinggalkan, namun hari ini kita hampir semua perintah Allah ditinggalkan oleh ummat. Bahkan
sholatpun ditinggalkan oleh ini ummat. Padahal di dalam sholat itu ada dialok mesra antara hamda
dan khaliknya. Dalam setiap bacaan ini ada jawaban Allah yang halus yang tidak terdengar oleh kita.
Ketika kita membaca Al Fathihah :
1. Alhamdullillahi Rabbil Alamin
Maka Allah akan membalas : “Hammi dari Abdi” artinya : “Hambaku telah memujiku”
1. Arrahmanni Rahiim
Maka Allah akan membalas : “Wattana ‘ilayya Abdi” artinya :“HambaKu terus-terusan Memujaku”
1. Malikiyawmid Deen
Maka Allah akan membalas : “Maddajjani Abdi” artinya : “Hambaku Mengagungkan Aku”
1. Iyyakana’budu wa Iyyakanash Ta’in
Maka Allah akan membalas : “Hadzana Baini wa Baina Abdi” artinya ini hanya diantara Aku dan
HambaKu saja” yang lain tidak boleh ikut campur, maka apapun yang dia minta akan Aku
perkenankan pada saat ini. Apa itu yang diminta :
1. Ihdinash hirotol Mustaqiem Shirtolladzi na an’amta alaihim ghoiri Maghdu bi alaihim waladh dhollin
Rupanya mereka meminta Hidayah, petunjuk ke jalan-jalan orang yang aku Ridhoi.
Inilah sebaik-baiknya doa yaitu memohon hidayah, bukan meminta harta atau jabatan. Inilah bahasa-
bahasa di dalam sholat, namun sudah ditinggalkan ummat. Orang-orang yang membawa pemikiran-
pemikiran palsu, seperti pemikiran nabi-nabi palsu, mulai bermunculan. Pemikiran-pemikiran yang
bertentangan dengan perintah Allah dan kehidupan Nabi Saw di agung-agungkan seperti emansipasi
wanita ala barat, Jaringan Islam Liberal, dan lain-lain. Bahkan orang yang mengklaim sebagai nabipun
juga bermunculan pada hari ini. Namun apa yang kita perbuat hari ini. Jika hal ini dibiarkan
berkembang maka akan berkembang kemana-mana. Supaya fikir kita tidak kemana-mana maka haru
kita ikat dengan perintah-perintah Allah, walaupun itu tidak masuk akal. Jika tidak maka pemikiran
kita akan melantur kemana-mana dan lupa perintah Allah Swt. Akibatnya lahirlah pemikiran-pemikiran
bebas seperti Nabi-nabi palsu, dan menganggap orang-orang yang keluar di jalan Allah ini adalah
orang-orang yang kolot. Padahal orang-orang yang kolot-kolot seperti inilah yang di cintai Allah Swt
dan RasulNya. Bahkan Nabi Saw katakan :
“Khoirul quruni Khorni” : “sebaik-baiknya zaman adalah zamanku”
Rasullullah Saw mengatakan di zamannya lah sebaik-baiknya zaman atau “Khoirul Qurun”. Dimana
onta masih dipakai sebagai kendaraan utama, belum ada mobil dan pesawat, tetapi itulah sebaik-
baiknya zaman, Ini karena apa ? agama sempurna diamalkan dan bersih dari pemikiran-pemikiran
palsu. Pada hari ini Romawi dan Yahudi bukan saja merencanakan menyerang, namun sudah masuk
dalam kehidupan umat islam. Berapa banyak orang yang mengatakan benci sama yahudi dan romawi
atau nasrani namun kehidupan mereka yang membenci sama dengan yahudi dan nasrani. Bahkan
kehidupannya menolak daripada kehidupan Rasullullah Saw dan sahabat karena pengaruh kehidupan
yahudi dan nasrani ini. Maka bagaimana jalan keluarnya yaitu sebagaimana pemikiran Abu Bakar RA
yaitu dengan mengeluarkan rombongan sebanyak-banyaknya. Kita kirim rombongan-rombongan ke
negeri jauh dan ke pelosok-pelosok negara kita, untuk mengobati daripada penyakit-penyakit
keimanan akibat virus-virus kehidupan yahudi dan nasrani.
Insya Allah semua bersedia !!
Maksud Hidup Manusia
Bayan H. Cecep Firdaus
Syuro Indonesia
Mesjid Jami Kebon Jeruk

Asskm Wr Wb.
Di dunia ini ada berbagai macam usaha, ada yang namanya usaha perdagangan, pertanian,
pertokoan, perindustrian, perbaikan kesehatan, dan lain-lain. Namun dari sekian banyak usaha yang
ada, usaha yang paling tinggi, yang paling mulia, dan paling bernilai disisi Allah adalah usaha para
Nabi. Usaha Nabi ini adalah usaha pilihan. Sehingga begitu tingginya, begitu mahalnya, begitu
mulianya usaha para Nabi ini maka hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menjalankan usaha ini
dan jumlahnya tidak banyak. Jadi orang yang bisa menjalankan tugas ini hanyalah orang-orang
pilihan Allah saja. Sedangkan usaha selain usaha Nabi ini jumlah orang yang terlibat di dalamnya
sangat banyak bahkan tidak terhitung jumlahnya. Dari jaman Nabi Adam AS sampai sekarang berapa
banyak yang menjadi petani, pedagang, pengusaha, pejabat, dokter, bahkan raja sekalipun ?
jawabnya jumlahnya banyak, tidak terhitung. Tapi usaha Nabi ini jumlah orang yang mengambilnya
terbatas hanya ada 124.000 Nabi.
Kalau usaha-usaha yang lain objek dari usahanya adalah kebendaan. Seperti :
1. Pertanian : Object usahanya adalah tanaman
2. Perdagangan : Object usahanya adalah barang
3. Industri : Object usahanya adalah bahan olahan
4. Teknologi : Object usahanya adalah mesin / alat
5. Dan lain-lain
Tetapi usaha nabi ini berbeda dengan usaha-usaha yang lain, objek usahanya bukan kebendaan,
objek usahanya adalah manusia. Medan kerja daripada para Nabi itu adalah manusia. Bekerja atas
manusia, inilah pekerjaan yang paling tinggi. Karena kedudukan manusia dalam kehidupan ini seperti
jantung pada badan manusia atau seperti kedudukan hati dalam badan kita. Sebagaimana Nabi
sabdakan kepentingan daripada hati ini, dalam hadits mahfum :
“ Dalam setiap tubuh manusia ini ada segumpal daging. Kalau daging ini baik maka akan baik seluruh
tubuhnya. Kalau daging ini buruk maka akan buruk seluruh tubuhnya. “ (Al Hadits )
Apakah yang dimaksud dengan segumpal daging itu ? itulah Hati. Kalau hati manusia itu baik, maka
akan baik seluruh amal perbuatannya. Kalau hati manusia itu buruk, maka akan buruk seluruh amal
perbuatannya. Begitulah kehidupan yang baik dan tidak baik dalam dunia ini bukan disebabkan
karena kemajuan dari pada kebendaan-kebendaan tetapi bergantung pada manusianya. Kalau
manusia ini baik maka dunia ini akan menjadi baik keadaannya. Kalau manusia ini buruk maka dunia
ini akan menjadi buruk keadaannya. Untuk memperbaiki keadaan di dunia, para Nabi membuat usaha
perbaikan atas manusia. Sebab keburukan-keburukan yang ada atau yang terjadi di dunia ini akibat
daripada amal-amal buruk manusia. Firman Allah Mahfum :
“Telah terjadi kerusakan-kerusakan di daratan dan di lautan di sebabkan oleh perbuatan (amal buruk)
manusia.” (Al Qur’an )
Orang menyebutkan sekarang ini jaman kemajuan. Padahal kalau diperhatikan kemajuan yang ada
pada jaman ini adalah kemajuan daripada kebendaan. Kalau kita perhatikan manusianya sendiri telah
merosot kepada derajat yang sangat rendah dan hina. Kebendaan diperjuangkan oleh manusia pada
hari ini, dari tidak berharga menjadi berharga, dari tidak bermanfaat dari bermanfaat, dari tidak indah
menjadi indah. Inilah kerja manusia di jaman ini, yaitu merobah memajukan daripada kebendaan.
Tapi manusia tidak sadar, dirinya sendiri telah merosot menjadi rendah dan hina. Ini terjadi karena
kita sudah meninggalkan daripada usaha kenabian yaitu usaha perbaikan atas pada manusia. Yang
mana usaha kenabian ini telah diamanahkan, dan diwariskan kepada ummat Nabi Muhammad SAW.
Setelah Nabi SAW wafat sampai hari kiamat tidak akan ada lagi Nabi, tetapi usaha kenabian ini harus
tetap ada. Dan usaha ini karena Nabi SAW sudah tidak, maka telah dilimpahkan kepada kita semua
yang mengaku sebagai ummat Nabi SAW. Tetapi masalahnya kita sudah meninggalkan daripada
usaha ini, sibuk atas kebendaan-kebendaan. Sehingga kebendaan pada jaman ini mengalami
kemajuan daripada jaman-jaman sebelumnya. Namun manusianya telah merosot hingga kederajat
yang rendah dan hina. Hanya tampang dan jasadnya saja manusia, tetapi akhlaqnya dan amal
perbuatannya merosot hingga menjadi seperti hewan, bahkan lebih rendah dan lebih hina daripada
hewan.
Maulana Said Ahmad Khan, seorang ulama, yang tinggal di Madinah menceritakan dulu di Madinah
ada seorang ulama dia bermimpi berada di pasar. Dan di pasar itu banyak barang-barang diperjual
belikan dan banyak juga manusia hilir mudik sebagai penjual dan pembeli. Namun di dalam mimpinya
itu, ketika ulama ini menghadapkan wajahnya, melihat ke langit, dilihatnya langit itu seperti cermin
memantulkan bayangan yang ada dibawah. Semua barang-barang yang diperjual belikan dibawah ini
yaitu dipasarnya, semuanya ada terlihat di cermin tersebut. Tetapi yang heran, manusia-manusia
yang sebagai penjual dan pembeli yang ada disitu, tidak ada atau tidak nampak pada cermin itu, yang
ada hanya hewan-hewan. Yang ada pada cermin dilangit itu adalah monyek, ular, babi, dan lain
sebagainya. Maka keesokan harinya si ulama ini pergi bertanya pada ulama yang lain mengenai apa
arti atau makna mimpi tersebut. Ulama yang ditanya menjawab bahwa itulah manusia di jaman
sekarang, jasadnya manusia tetapi hati dan akhlaqnya sudah berubah menjadi seperti binatang.
Manusia kalau tidak diperjuangkan maka dia akan merosot menjadi rendah dan hina. Kata Ulama
karena manusia ini diciptakan daripada unsur tanah, maka manusia ini mempunyai kesamaan sifat
dengan tanah. Apa sifat tanah ?
Tanah kalau tidak digarap mempunyai 4 fase :
1. Fase ditumbuhi rumput-rumputan –> Binatang ternak : sapi, kambing
2. Fase ditumbuhi ilalang / semak belukar –> Binatang buas : singa, macan, srigala
3. Fase ditumbuhi pepohonan –> Binatang perusak : monyet, babi
4. Fase Hutan Belantara –> Binatang berbisa : ular, kalajengking
Kalau tanah ini tidak digarap atau diusahakan maka diatasnya akan tumbuh rumput-rumputan. Kalau
diatas tanah itu tedapat rumput-rumputan maka yang datang kepada tanah itu adalah binatang
ternak, seperti : kambing, sapi, kerbau, yaitu pemakan rumput. Begitulah keadaan manusia ini kalau
tidak diperjuangkan, dia sifatnya akan seperti binatang ternak. Apa sifat binatang ternak ? sifat
binatang ternak itu “Egois” dan dzikirnya “Makan”. Hanya memikirkan makan saja, sehari-hari hanya
memikirkan makan saja. Dan ketika makan itu dia tidak akan memikirkan nasib teman-temannya.,
tetangganya, kerabatnya, yang penting dia kenyang sendiri. Ketika makan dia tidak punya ethic atau
adab, ini rumput dia atau rumput temannya sama saja. Apa yang dia suka itu yang di makan,
walaupun rumput itu ada didepan temannya. Kalau temannya kelaparan dia tidak ada niat untuk
memberi atau mengasih kepada yang kelaparan itu. Dia tetap saja akan makan sendiri. Kalau ada
temennya sakit tidak ada usaha untuk menengok atau mengusakan kesembuhan untuk temannya.
Kalau sama-sama diperjalanan, kawannya membawa beban yang berat, sehingga kawannya terjatuh
tidak kuat berjalan, dia tidak akan berhenti dan menolong temannya yang terjatuh atau memindahkan
beban barang untuk ditanggung sebagian. Dia akan tinggalkan kawannya dan terus berjalan tidak
peduli dan tidak acuh pada penderitaan temannya. Walaupun kawannya jatuh dan mati dia tidak akan
ambil peduli. Itulah sifat daripada binatang ternak. Begitulah kata ulama jika manusia ini tidak
diperjuangkan, maka akhlaq atau sifatnya akan menurun menjadi seperti binatang ternak. Dia hanya
akan mementingkan diri sendirinya saja, tidak peduli kepada yang lain, yang penting dia kenyang
sendiri dan senang sendiri, yang lain susah tidak perlu dipikirkan. Tidak ada program untuk menolong
atau membantu teman atau tetangga yang kesusahan, hanya mementingkan diri sendiri saja. Orang
lain mederita atau sakit tidak ada usaha untuk menengok, menghibur, atau menyembuhkannya.
Orang lain bebannya berat tidak peduli atau tidak mau menolong membantu meringankan daripada
kesusahannya. Kalau kita lihat manusia-manusia yang seperti ini sudah wujud atau sudah ada di
dunia ini. Dan sudah banyak yang akhlaqnya seperti ini.
Kalau tidak diperjuangkan lagi, tidak digarap, maka padang rumput itu akan berubah menjadi semak
belukar, menjadi padang alang-alang. Dan ketika sudah berubah menjadi padang ilalang maka yang
akan datang adalah bukan lagi binatang ternak, tetapi binatang buas seperti singa, harimau, srigala.
Binatang buas seperti itu suka pada padang ilalang. Dan sifat-sifat binatang buas ini lebih buruk
daripada sifat binatang ternak. Kalau binatang ternak tadi sifatnya egois, mementingkan diri sendiri,
tetapi dia tidak merusak kepada yang lain. Kalau binatang buas ini untuk kepentingan dirinya, untuk
mengenyangkan dirinya, dia binasakan hewan yang lain. Singa ini menerkam kuda, kambing, kerbau,
rusa, menerkam binatang-binatang yang lain, untuk memenuhi daripada kebutuhannya. Maka begitu
juga jika diri manusia ini jika tidak diperjuangkan maka dia akan merosot akhlaqnya seperti akhlaq
binatang buas. Untuk kepentingan dirinya dia hancurkan yang lain, dan dia binasakan yang lain. Yang
semacam ini sudah kita lihat banyak pada diri manusia saat ini. Bentuknya manusia tetapi sifatnya
seperti binatang buas. Pekerjaannya membinasakan, menghancurkan, menyusahkan kehidupan
daripada yang lainnya, untuk kepentingan dari pada dirinya.
Jika tanah itu tidak digarap lagi maka yang tumbuh berikutnya setelah padang ilalang akan tumbuh
pohon-pohon yang tinggi-tinggi. Kalau pohon yang tinggi-tinggi sudah tumbuh, maka akan masuk ke
hutan yang semacam itu binatang-binatang jenis perusak. Seperti monyet, babi, yang sukanya
ditempat yang semacam itu. Binatang ini adalah sifatnnya lebih buruk daripada binatang buas. Kalau
binatang buas itu seperti singa kalau udah kenyang makannya, maka dia tidak akan mengganggu
yang lain. Walaupun kerbau lewat di hadapannya, ada disampingnya, dia tidak akan terkam, kalau
sudah kenyang dia cukup. Begitu juga jenis buaya, kalau lapar datang ke kubangan tempat kerbau
minum air, maka dia akan terkam kerbau yang ada disitu, lalu dimakan ramai-ramai. Kalau buaya ini
sudah kenyang maka walaupun kerbau itu mandi sama-sama dengan buaya tidak akan di terkam, dan
tidak diganggu. Tetapi kalau binatang perusak semacam monyet dan semacam babi tidak seperti itu.
Kalau monyet atau babi ini datang ke kebon orang, mungkin yang dimakan tidak banyak, tetapi satu
kebun diacak-acak oleh dia walaupun tidak dimakan. Itulah sifat binatang perusak. Maka para petani
banyak dijengkelkannya dan dirugikannya. Kalau hanya sekedar untuk makan si monyet dan si babi,
bagi petani tidak jadi masalah, tetapi masalahnya walaupun sudah cukup makan tetapi yang lain
dirusaknya semua. Hari ini manusiapun sudah banyak yang bersifat seperti itu. Tidak cukup dengan
mengenyangkan isi perutnya saja, tetapi baru puas ketika melihat orang lain susah, melihat orang lain
sengsara. Jika kita tidak berjuang atas manusia maka akan timbul manusia yang seperti ini.
Kalau tanah dibiarkan lagi tidak digarap, maka hutan ini akan menjadi hutan belantara, tumbuh
pohon-pohon besar yang rindang-rindang sehingga menyebabkan hutan menjadi lembab dan sinar
matahari tidak dapat masuk. Maka di tempat-tempat seperti ini akan hidup binatang-binatang berbisa
seperti ular, kalajengking, dan sebagainya. Sifat binatang ini lebih buruk daripada sifat binatang
lainnya tadi. Seperti ular jika dia mematuk binatang yang lain bukan untuk dimakan tetapi hanya
untuk kebanggaan saja. Jika ular itu mematuk kerbau, maka tidak untuk dimakan kerbau itu, tetapi si
ular bangga bisa membunuh kerbau yang besar dengan bisanya itu. Kerbau tersebut ditinggalkan
begitu saja dan tidak dimakan oleh si ular. Hanya untuk kebanggaan, hanya untuk kesenangan, hanya
untuk kepuasan hati, dibinasakannya binatang-binatang yang lain oleh ular. Begitu juga jika manusia
tidak diperjuangkan akan sampai ke tahap itu. Manusia macam ini hanya untuk iseng saja demi
kesenangan dia semata, mampu membinasakan, merugikan, dan menghancurkan daripada yang lain.
Dan orang-orang yang semacam inipun sudah banyak di dunia ini. Inilah yang terjadi jika kita
meninggalkan usaha atas diri manusia ini.
Salah seorang professor di bandung mengkritik tentang pola kehidupan orang-orang di jakarta. Dia
katakan bahwa di jakarta ini masyarakatnya berlapis-lapis, bertingkat-tingkat. Tetapi pada umumnya
kata dia semuanya hanya fikir makan saja di semua lapisan. Lapisan lapisan itu adalah :
1. Lapisan Bawah ( Penghasilan kurang : kuli, tukang becak, pegemis ) : “Besok saya bisa makan atau
tidak ? saat itu dapat makan, saat itu dihabisin makanannya, tergantung penghasilannya hari itu.
2. Lapisan Menengah ( Penghasilan cukup ) : “Besok makan apa kita ?”mungkin karena sudah bosan
tidak mau memakan makanan yang sama, harus beda tiap harinya. Hari ini makan sayur asam, besok
dia fikir bagaimana mendapatkan sop. Jadi ada makanannya hanya jenisnya yang lain.
3. Lapisan Atas ( Penghasilan orang yang Kaya ) :”Besok akan makan dimana kita ?” sudah bosan di
restoran ini dia akan cari restoran yang lain, tidak bisa makan di restoran yang sama tiap harinya.
4. Lapisan Akhir ( Penghasilan dari Kedzoliman ) : “Besok siapa lagi yang bisa gua makan ?” Dia fikir
makan tetapi dari mendzolimi orang lain. Tiap hari yang dipikirin bagaimana makan orang ? artinya
bagaimana dia dapat memeras orang atau dapat menggencet orang ? otaknya otak kriminal, maunya
menyusahkan orang lain, bahkan orang macam ini jangankan teman, keluarganyapun dia makan.
Ali Karamallah Wajhahu berkata kalau manusia itu fikirnya hanya memikirkan apa yang akan masuk
kedalam perutnya maka derajatnya disisi Allah sama dengan apa yang telah dikeluarkan dari
perutnya. Beginilah hasilnya jika manusia tidak diperjuangkan yaitu mereka akan menjadi rendah dan
hina. Derajatnya di sisi Allah seperti apa yang dikeluarkan perutnya yaitu kotoran, tidak ada nilai,
rendah, bahkan tidak pantas untuk dilihat atau dipandangi. Hari ini banyak orang-orang yang
menganggap bahwa kehidupan orang-orang kafir itu tinggi, padahal kalau diperhatikan kehidupan
mereka tidaklah tinggi seperti yang mereka perkirakan. Sifat daripada orang kafir yang tidak beriman
ini, kehidupan daripada keduniaannya itu tinggi-tinggi, tetapi fikirnya daripada orang kafir itu rendah.
Jadi orang kafir ini keduniaannya tinggi, namun fikirnya rendah. Orang kafir ini pola kehidupan yang
ideal bagi mereka adalah rumah yang bagus, pakaian yang indah, mobil yang mewah, makanan yang
enak, tetapi fikirnya rendah yaitu fikir kebendaan saja. Namun orang beriman ini kehidupan daripada
keduniaannya rendah-rendah, tetapi fikirnya tinggi. Orang beriman ini pola kehidupannya sangat
sederhana dari makanan, pakaian, transportasi, rumahnya, tetapi fikirnya tinggi. Bagaimana fikirnya
orang beriman ? yaitu bagaimana dirinya dan seluruh manusia dapat selamat dari adzab Allah di dunia
dan di akherat. Itulah fikir dan sifat atau pola hidup daripada orang beriman.
Kejadian-kejadian yang ada di dunia ini yang disebabkan oleh manusia yang telah menjadi rendah
akhlaq dan prilakunya adalah tanggung jawab kita semua, selaku umat Rasullullah SAW. Karena kita
telah tinggalkan daripada usaha atas manusia maka hal-hal yang semacam : saling bunuh
membunuh, saling memerangi, saling merampok, telah terjadi pada manusia saat ini. Sehingga susah
mendatangkan kedamaian dan keamanan yang hakiki. Ini karena kita telah tinggalkan usaha kenabian
ini. Kalau usaha kenabian ini dihidupkan lagi maka manusia akan naik derajatnya disisi Allah. Seperti
ketika sebelum diutusnya Rasullullah SAW, kehidupan di Hijaj sangat rendah sekali, sudah seperti
kehidupan hewan saja. Bunuh membunuh, terkam menerkam, satu sama lain sudah menjadi biasa.
Bahkan sifat dan kelakuan mereka sudah lebih rendah daripada binatang ternak, lebih rendah
daripada binatang buas, lebih rendah daripada binatang perusak, bahkan lebih rendah daripada
binatang berbisa. Itulah kehidupan jahilliayah di mekah sebelum kedatangan Nabi SAW. Kata Ulama
untuk berjudi saja, dipertaruhkan nyawa manusia., mereka bertaruh main tebak-tebakan mengenai isi
kandungan dari wanita hamil yang baru saja lewat didepan mereka, “Apakah janin yang ada dalam
perut wanita hamil itu adalah laki-laki atau perempuan ?” Untuk membuktikan ini, si perempuan itu
dibelah perutnya, dibunuh hanya untuk iseng saja, dijadikan medan perjudian. Kehidupan manusia
hanya dijadikan sebagai bahan permainan. Biasa saja bagi mereka membinasakan, dan
mensengsarakan daripada kehidupan orang lain. Begitu buruknya kehidupan manusia saat itu.
Sehingga Allah utus Rasullullah SAW untuk membuat usaha atas mereka yang kehidupannya sudah
begitu rendah. Diusahakan secara terus menerus oleh Nabi SAW, maka kehidupan mereka meningkat,
yang jasadnya manusia tetapi sifatnya adalah sifat malaikat. Apa itu sifat malaikat ? yaitu taat pada
Allah SWT, hanya menjalankan perintah Allah saja, kerjanya ibadah saja kepada Allah. Ini karena
malaikat itu tidak punya nafsu, mereka tidak makan, tidak minum, tidak tidur, tidak punya istri,
kerjanya hanya ibadah saja kepada Allah. Manusia ini kalau diperjuangkan bukan dia berarti dia
berubah menjadi malaikat tetapi maksudnya dia akan memiliki sifat malaikat, yaitu sifat taat kepada
Allah SWT. Jadi Malaikat ini diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala saja, taat saja tidak
bisa yang lainnya. Dan untuk ini pula manusia diciptakan oleh Allah Ta’ala, dalam Mahfum Firman
Allah :
“Tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia melainkan untuk beribadah (menngabdi) kepadaKu.”
Ini akan terjadi jika manusia ini diusahakan dengan usaha atau kerja kenabian. Rasullullah SAW telah
berhasil merubah mereka dari mempunyai sifat kehewanan yang wujud dalam diri mereka meningkat
menjadi memiliki sifat malaikat. Sehingga sahabat-sahabat RA menjadi terasa nikmat dalam
beribadah kepada Allah Ta’ala. Walaupun jasadnya jasad manusia tetapi sifatnya seperti malaikat.
Banyak diantara sahabat RA yang mengorbankan sifat hewannya. Mereka banyak mengurangi
makannya dan mengurangi tidurnya demi memperbanyak beribadah kepada Allah Ta’ala. Banyak
diantara mereka sedikit saja tidurnya diwaktu malam karena mereka menggunakan waktu malamnya
hanya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Bahkan ada diantara mereka yang semalam suntuk tidak
tidur hanya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Itu dapat terjadi setelah diusahakan oleh Nabi SAW
dengan usaha kenabian maka telah terjadi perubahan dalam diri mereka. Walaupun jasadnya jasad
manusia tetapi sifatnya seperti sifat malaikat.
Nabi SAW terus lagi dan lagi mengusahakan manusia ini agar meningkat derjatnya. Sehingga naik lagi
derajatnya yang tadinya hanya memiliki daripada sifat malaikat yaitu hanya sifat taat saja, menjadi
memiliki sifat khilafah, kekhalifahan. Untuk ini pula Allah ciptakan manusia dimuka bumi yaitu sebagai
Khalifah Allah di muka bumi ini. Sebagaimana Allah ceritakan dalam Al Qur’an, Allah berfirman
mahfum :
“Waktu Allah berkata kepada para malaikat-malaikatnya : Aku akan ciptakan dimuka bumi khalifah
yaitu manusia “
Maksud diciptakan manusia ini yaitu sebagai Khalifatullah, Khalifah atau Wakil Allah, di muka bumi.
Dan maksud dijadikan sebagai Khalifatullah ini bukan ditafsirkan sebagaimana kebanyakan orang
yang menyangka menjadi penguasa. Tetapi maksud dari menjadi khalifatullah ini adalah mewakili
sifat-sifat Allah dimuka bumi. Kalau dengan ibadah ini mewakili sifat malaikat tetapi dengan menjadi
khalifah ini mewakili sifat Khaliq atau sifat Allah SWT, daripada sifat JamalNya. Allah SWT mempunyai
99 sifat atau nama. Dari sifat-sifat atau nama-nama ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu ada Sifat
JamalNya Allah dan ada Sifat JalalNya Allah. Yand dikehendaki oleh Allah dari diri manusia ini adalah
mewakili daripada sifat JamalNya Allah Ta’ala, bukan Sifat JalalNYa Allah Ta’ala. Ini karena sifat
JalalNya Allah Ta’ala adalah sifat kebesaranNNya Allah Ta’ala yaitu sifat sombong dan takabur, ini
hanya boleh dimiliki oleh Allah Ta’ala saja, tidak boleh ditiru oleh manusia atau mahluk lainnya.
Seperti sifat memaksa, Al Kohar, sifat tinggi / mulia, Al Muttakabbir, ini sifat JalalNya Allah Ta’ala.
Tetapi yang Allah perintahkan kepada kita adalah meniru, mewakili, daripada sifat-sifat JamalNya
Allah Ta’ala, yaitu sifat Rahman dan RahimNya Allah Ta’ala. Seperti sifat pengasih dan penyayangNya
Allah Ta’ala, lemah lembut, pemaaf, penolong, penjaga, pemberi, sifat ini yang harus kita tiru. Maksud
dijadikannya kita sebagai khalifah adalah agar kita bisa mewakili sifat-sifat Allah ini dimuka bumi.
Allah itu pemberi, maka sebagai wakil Allah kitapun harus mempunyai sifat pemberi juga. Allah itu
penyayang, maka kita juga harus mempunyai sifat penyayang. Allah itu penjaga maka kitapun juga
harus mempunyai sifat menjaga bukannya merusak. Allah itu mempunyai sifat penolong maka kitapun
juga harus suka menolong yang lainnya. Allah itu pemaaf, maka kitapun juga harus bisa menjadi
pemaaf. Allah itu mempunyai sifat menutupi kesalahan orang, maka kitapun juga harus bisa menutupi
kesalahan orang. Sifat-sifat inilah yang dikehendaki oleh Allah, yang harus dimiliki oleh manusia.
Namun ini akan terjadi kalau ada yang melanjutkan usaha kenabian atas manusia.
Setelah Nabi SAW buat kerja secara terus menerus, menjalankan usaha kenabian ini, maka
nampaklah perubahan dalam diri manusia. Sehingga manusia-manusia yang jahil tadi berubah, dari
yang tadinya mempunyai sifat membinasakan orang lain menjadi mempunyai sifat suka
menyelamatkan orang lain. Sahabat-sahabat Itu, mereka mempunyai sifat yang tinggi, mereka rela
menyusahkan dirinya untuk kepentingan daripada menyelamatkan dan menyenangkan orang lain.
Banyak diceritakan dan ditulis dalam kitab-kitab Agama kisah-kisah tentang perbuatan dan akhlaq
sahabat yang mulia. Bahkan Allah telah memuji sifat-sifat mereka di dalam Al Qur’an. Keadaan ini
dapat terjadi setelah Nabi SAW berjuang atas perbaikan dalam diri mereka. Menurut ulama, dengan
sifat ibadah ini adalah menarik apa yang kita inginkan daripada Khazanah Allah. Menarik apa yang
ingini daripada Khazanah Allah itu adalah yang namanya ibadah. Melalui sholat, puasa, doa, mohon
kepada Allah apa yang kita inginkan daripada khazanah Allah itulah yang dinamakan ibadah. Adapun
dengan akhlaq, yaitu dengan sifat kekhalifahan, kita memberi kepada yang lain. Jadi menurut ulama :
1. Meminta kepada Allah itu :
Namanya Ibadah ( Mewakili Sifat Malaikat ) : Sholat, Puasa, Do’a
2. Memberi kepada mahluk :
Namanya Akhlaq ( Mewakili Sifat Kekhalifahan ) : Sedekah, Khidmat, Maaf
Jadi diciptakannya manusia ini untuk Ibadah yaitu mengabdi dan taat hanya kepada Allah. Dan
diciptakan manusia juga untuk Kekhalifahan yaitu untuk akhlaq atau mewakili sifat-sifat JamalNya
Allah. Allah itu senang kalau kita minta dan terus kita memohon kepadaNya. Sedangkan mahluk itu
akan senang kalau kita beri, kalau kita bantu, kalau kita tolong, kalau kita maafkan, kalau kita
sayangi. Kalau kita sudah memiliki sifat itu maka kita akan disenangi oleh Allah dan disenangi oleh
mahluk lain.
Note Penulis :
1. Asbab Kemuliaan adalah Meminta pada Allah dan Memberi pada Manusia
2. Asbab Kehinaan adalah Lari dari Allah dan Meminta pada Manusia
Asbab kemuliaan itu adalah jika Allah memberi kita kekuatan untuk berdo’a dan selalu dalam keadaan
bergantung dan meminta kepada Allah. Sedangkan asbab kehancuran adalah jika Allah telah cabut
dari kita keinginan dan kekuatan untuk berdo’a kepada Allah. Ini karena do’a adalah senjatanya orang
beriman, jika senjata kita telah Allah ambil bagaimana kita bisa selamat dari dunia ini. Jika kita suka
memberi kepada manusia maka manusia akan cinta kepada kita. Jika kita suka meminta kepada
manusia maka mereka akan membeci kita. Meminta kepada manusia atau kepada mahluk adalah
asbab kehinaan. Meminta kepada manusia akan mendatangkan kekecewaan, sedangkan meminta
kepada Allah akan mendatangkan harapan dan dijamin tidak akan mengecewakan. Allah tidak pernah
mengecewakan mahluknya, tetapi kitalah yang selalu mengecewakan Allah.
Tetapi kata ulama bahwa tidak mungkin manusia ini mempunyai sifat akhlaq yang sebetulnya,
sebelum dia bisa menarik apa yang ada dari khazanah Allah Ta’ala. Jadi kalau ibadahanya belum betul
dengan kata lain tidak bisa menarik daripada apa yang ada dalam khazanah Allah Ta’ala, maka tidak
mungkin dia bisa memiliki daripada akhlaq yang hakiki. Kalau kita lihat sekarang, ada juga akhlaq,
tetapi bukan seperti akhlaq para nabi dan sahabat. Dalam usaha bisnis ada juga akhlaq, seperti ketika
kita naik kapal terbang, pramugari melayani kita, memberi makan, memberi minum, nanya kepada
kita,” Mau perlu apa lagi ?” inilah kebailkan dan akhlaq yang ditunjukkan pramugari. Tetapi kata
Maulana Umar Rah.A, begitu penumpang turun dari pesawat, kita yang tadi dilayani, begitu melihat
kita tidak akan dipedulikan oleh si prmugari. Hanya ketika bertugas saja, walaupun tidak diminta dia
akan melayani kita. Begitu juga perusahaan jasa atau perdagangan, ketika sedang kedatangan
tamunya untuk membeli barang perusahaan tersebut. Maka semua pegawainya akan melayani dan
berusaha menyenangkan tamu tersebut. Di Iqrom oleh perusahaan tersebut, diberi hadiah, diundang
makan, disediakan kendaraan, tetapi ini hanya karena ada maksud yaitu ingin mengambil keuntungan
daripada tamu perusahaan tersebut. Ini bukanlah akhlaq, tetapi yang namanya akhlaq itu adalah
berusaha berbuat kebaikan kepada orang lain hanya demi mendapatkan RidhoNya Allah Ta’ala. Kata
para ulama Iqrom yang sebenarnya adalah kita berbuat baik kepada orang lain bukan untuk dengan
tujuan untuk menyenangkan orang itu, tetapi tujuannya tetap untuk menyenangkan Allah Ta’ala. Niat
hanya untuk mencari Ridho Allah, mencari daripada kesenangan Allah Ta’ala, inilah orang yang
mempunyai sifat Khilafah, sifat Akhlaq.
Namun untuk bisa meningkatkan derajat disisi Allah menjadi lebih tinggi lagi diperlukan ketahanan
dan kesabaran, karena akan datang banyak cobaan-cobaan daripada Allah Ta’ala. Maksud daripada
ujian ini adalah bukannya untuk menyusahkan kita tetapi untuk menaikkan derajat kita. Sebagaimana
dikantor kalau ingin menaikkan jabatan seseorang diberikan ujian tujuannya bukan untuk
menyusahkan tetapi untuk menaikkan derajat atau pangkat dia. Diberikan ujian kepadanya, kalau dia
lulus baru dinaikkan derajatnya atau statusnya. Jadi tujuan daripada ujian tersebut bukan maksudnya
untuk menyusahkan. Begitu juga jika datang kepada kita kesusahan-kesusahan dan kesulitan-
kesulitan, maksud Allah bukan untuk menyusahkan kita tetapi Allah ingin mengangkat atau
menaikkan derajat atau maqom kita. Kepada orang-orang yang menjalankan usaha agama ini akan
datang berbagai macam ujian dan berbagai macam kesusahan kepada kita. Tetapi maksud utamanya
adalah bukan untuk menyusahkan kita, melainkan untuk menaikkan derajat kita. Dengan kesusahan
dan kesulitan, Allah inginkan kita menjadi orang yang sabar dan tahammul, bukan orang yang mudah
putus asa.
Note dari penulis :
Dengan kesulitan dan kesusahan, seseorang dapat menjadi manusia yang lebih baik asal dia punya
kesabaran. Namun jika dia menyerah, berputus asa dari rahmat Allah, ketika diberi ujian atau cobaan
maka dia akan kehilangan segalanya. Ini disebabkan ketika dia menyerah maka berhentilah apa yang
diusahakannya, tidak ada usaha, yang ada hanya kemunduran atau kehancuran. Seperti seorang
ilmuwan yang sedang berusaha menemukan alat atau mesin. Ketika dia gagal dan putus asa, maka
seluruh usaha yang dia curahkan selama ini akan sia-sia saja dan mesin itu akan hancur jika tidak
diusahakan. Namun jika dia sabar dan tahan uji, maka dia akan berfikir terus untuk memperbaiki
keadaan, memperbaiki kesalahannya, dan terus berusaha atas penemuan mesinnya itu, hingga
sukses. Inilah yang namanya peningkatan kualitas, yaitu ketika seseorang belajar dari pengalaman
untuk menjadi yang lebih baik. Dengan kesusahan dan kesulitan, manusia ini akan berfikir dan akan
meningkatkan kemampuannya menjadi manusia yang lebih baik agar dia tidak melakukan kesalahan
yang sama. Tetapi jika manusia ini senang melulu dia akan lalai, lengah, tidak waspada, dan tidak
akan mampu untuk berpikir karena tidak pernah susah. Jadi kesulitan dan kesusahan ini dengan
kesabaran dapat meningkatkan qualitas dan mutu daripada manusia itu sendiri. Kesabaran
menghadapi kesulitan dan kesusahan karena agama Allah inilah yang dinamakan Pengalaman Iman.
Inilah maksudnya yang dikatakan dalam suatu riwayat bahwa Allah menyukai orang beriman yang
kuat bukan yang lemah. Dia kuat dalam arti sabar dan tahan uji, bukan orang beriman yang lemah
dan mudah putus asa dari rahmat Allah.
Sabar ini adalah salah satu daripada sifat Allah, As Shabur. Jadi Allahpun menghendaki kita agar
mempunyai sifat sabar, sehingga datanglah kepada kita bermacam-macam ujian. Allah ingin melihat
kalau kita tetap istiqomah dalam taat kepada Allah. Jika orang itu mampu istiqomah taat kepada Allah
dalam keadaan apapun baru orang itu dapat dikatakan sabar. Yang dikatakan sabar itu bukanlah
orang yang tenang tidak dalam keadaan tidak ada apa-apa, maksudnya tidak ada kesulitan dan ujian
atas nafsu. Seorang suami berkelakar, “Istri saya ini sabar sekali, kalau bulan muda, tetapi kalau
sudah bulan tua sudah tidak sabar lagi. “ Istri ini kalau bulan muda masih ada gaji atau uang yang
cukup untuk keperluan dan kebutuhan, dia bisa tenang saja menunggu, tetapi ini bukanlah yang
namanya sabar. Sabar itu bila ada kesusahan tidak berubah taatnya kepada Allah, tidak berubah
daripada sifatnya, tetap mampu menjaga daripada sifat-sifat yang baik.
Note dari penulis :
Ulama dari generasi Tabi’in, Hasan Basri Rah.A, berkata bahwa tidak ada kemuliaan yang lebih besar
yang Allah berikan kepada seseorang, melebihi sifat sabar. Namun pertanyaannya bagaimana
mendapatkan sifat sabar ini ? Sifat-sifat tinggi atau yang mulia ini akan datang melalui keadaan yang
bertentangan dengan nafsu atau dalam keadaan yang mujahaddah. Bagaimana kita mengetahui diri
kita Sabar sebelum kita bertemu dengan orang pemarah ? Bagaimana kita bisa dapat sifat Tawakkal
kepada Allah sebelum kita mendapatkan keadaan dimana kita tidak bisa lari kepada siapapun selain
kepada Allah ? Begitu juga sifat-sifat mulia yang lain ini akan datang atau wujud dalam diri kita
melalui cobaan-cobaan dalam keadaan-keadaan yang bertentangan dengan nafsu kita atau
mujahaddah atas nafsu.
Jadi datangnya kesusahan-kesusahan kepada kita bukanlah maksudnya untuk menyusahkan kita,
tetapi untuk menaikkan derajat kita supaya sifat kita menjadi sifat khalifah dan tetap menjaga
ketaatan kepada Allah Ta’ala. Kadang-kadang Allah datangkan keadaan kepada kita dimana ada orang
datang menyalahkan, menuduh, dan memarahi kita, padahal kita tidak berbuat salah, bahkan telah
berbuat kebaikan kepada orang yang marah tersebut. Inipun jangan lantas kita salahkan orang itu,
tetapi yang harus kita ingat adalah apa maksud Allah dibalik keadaan yang telah Allah berikan ini
kepada saya. Apa maksud Allah merubah sikap orang itu berbuat buruk kepada kita ? inilah yang
justru harus kita fikirkan, karena kita harus cari tahu apa kehendak-kehendak Allah atas diri kita saat
itu. Kata ulama kalau ada orang berbuat salah kepada kita, maksud Allah bukan untuk menyusahkan
kita tetapi ingin datangkan kepada kita sifat Pemaaf. Ini karena sifat pemaaf ini adalah datang
daripada sifatNya Allah. Ini sifat tidak akan datang kepada kita jika tidak ada orang berbuat salah
kepada kita. Kalau orang selalu berbuat baik kepada kita, tidak pernah berbuat salah kepada kita,
maka tidak akan datang atau tidak akan ada sifat pemaaf pada kita. Sifat Pemaaf ini adalah salah satu
sifat yang disukai Allah Ta’ala. Demikianlah juga para Nabi, walaupun mereka-mereka ini adalah
orang-orang yang tidak berbuat salah, tetapi kaumnya berbuat berbagai macam keburukan dan
kedzoliman kepada para Nabi mereka. Namun para Nabi ini memiliki sifat pemaaf, memaafkan
daripada kesalahan kaumnya, bukan meminta dihancurkan. Bahkan para Nabi ini memohon kepada
Allah agar sikap-sikap mereka itu dimaafkan, walaupun mereka telah dizolimi oleh kaumnya. Begitu
juga kalau kita jalankan usaha dakwah ini, usaha kenabian ini, orang-orang akan salah sangka.
Disangkanya oleh mereka bahwa usaha kenabian ini atau usaha dakwah ini, dan orang-orang yang
terlibat dalam kerja nabi ini akan membawa mereka kepada kehinaan dan kehancuran. Macam-
macam sangkaan yang akan kita hadapi, tetapi kita harus sabar, bahkan kita harus maafkan
kesalahan-kesalahan mereka terhadap kita. Sebetulnya kata para ulama kita harus berterima kasih
kepada orang yang menyusahkan kita, kepada orang yang berbuat salah kepada kita, kepada orang
yang bermasalah dengan kita, sebab mereka itu akan menaikkan derajat kita.
Seorang Arab bertanya kepada Ulama yang memberikan ceramah di mekkah, buat apa mereka itu
dijadikan orang-orang yang menentang kepada agama seperti Firaun, Qorun, Hamman, Namrud, dan
lain-lain. Kata dia lebih baik orang yang macam itu tidak usah diciptakan oleh Allah, suapaya para
Nabi ini lancar, dan usaha agama ini lancar. Buat apa diciptakan orang macam mereka itu. Lalu ulama
ini menjawab dengan bijak, “Wahai saudara, adakah saudara mengetahui telur ayam ?” lalu jawab si
arab tersebut, “Ya, saya mengetahui telur ayam.” Lalu si ulama ini bertanya lagi, “Kalau telur ayam
itu dipecah terdiri daripada apa ?” si Ulama melanjutkan bahwa telur ayam itu terdiri daripada kulit
telur, putih telur, dan kuning telur. Kalau telur ayam itu menetas yang menjadi anak ayam itu adalah
dari kuning telur dan putih telur. Kulit telor tidak akan menjadi anak ayam. Kalau telor tadi dimakan,
digoreng maksudnya, itupun yang dimakan oleh manusia itu hanya kuning telur dan putih telur, tetapi
kulit telor ini tidak dimakan. Jadi Kulit telor ini tidak bisa jadi anak ayam dan tidak bisa pula untuk
dimakan. Kalau kita bertanya kepada Allah buat apa kulit telur itu diciptakan, tidak bisa dimakan dan
tidak pula bisa jadi anak ayam. Tentu jawabannya telor tidak akan jadi anak ayam kalau tidak ada
kulitnya. Dan telor tidak akan bisa dimakan kalau keluar daripada pantat ayam tanpa kulitnya, tidak
ada yang mau memakannya. Ini karena isi telor tadi keluar tanpa kulit telur, sehingga menjadi najis.
Jadi putih telur dan kuning telur ini akan bermanfaat jika ada kulit telur. Begitu pula orang-orang yang
berbuat salah kepada kita, yang menguji, atau para penentang agama, ini seperti kulit telur atas
telor. Untuk menetaskan orang menjadi penyabar, menjadi pemaaf, menjadi beriman, adalah karena
adanya orang-orang yang menentang kepada usaha agama ini. Jadi sebetulnya yang menaikkan
derajat Nabi Musa AS, sampai kepada derajat Nabi yang Ulul Azmi ( 5 Nabi yang paling Mulia ), ini
dikarenakan adanya tantangan daripada Firaun. Naiknya derajat Rasullullah SAW sampai kepada
derajat Ulul Azmi dan derajat Sayyidul Anbiya karena penentangan daripada Abu Jahal, Abu Lahab,
dan lain-lain.
Orang yang tahu akan hakekat Sabar dalam Mujahaddah ini, diceritakan dalam sebuah kitab, seorang
syekh dipukuli sampai babak belur oleh seorang muridnya, padahal dia tidak bersalah. Tetapi Si syekh
itu malah berdo’a, “Ya Allah ampuni muridku itu dan masukkan dia kedalam surgaMu.” Orangpun
heran mengapa si syekh ini masih mau mendo’akan kebaikan untuk orang macam itu. Lalu si Syekh
ini berkata bahwa dialah yang telah menaikkan derajatku menjadi sabar, supaya menjadi pemaaf,
makanya aku berterima kasih kepada dia dengan mendo’akannya. Orang-orang yang faham akan hal
ini, ketika mendapatkan kesulitan dalam menjalankan usaha agama ini, merupakan suatu anugrah,
karunia, suatu nikmat yang besar dari Allah Ta’ala. Namun kita tidak boleh meminta didatangkan
kesusahan karena setiap orang pasti diuji oleh Allah dengan kesusahan dan kesulitan. Nanti Allahlah
yang menentukan waktu dan kadar daripada cobaan tersebut.
Setelah sekian lama Nabi SAW membuat usaha yang terus menerus atas diri sahabat agar mereka
dapat meningkat lagi derajat disisi Allah. Nabi SAW membuat kerja atas sahabat-sahabat, sehingga
sahabat ini derajatnya naik dari memiliki sifat khilafah menjadi memiliki sifat seperti para Nabi dan
Rasul AS . Para Sahabat ini bukan Nabi dan Rasul, tetapi hanya manusia biasa seperti kita, namun
sifat-sifat yang mereka miliki menyerupai sifat-sifat para Nabi dan Rasul. Para Sahabat mampu
mewarisi sifat-sifat para Nabi dan Rasul karena mereka diperjuangkan oleh Nabi SAW agar bisa
sampai kepada sifat-sifat kenabian. Apa itu sifat para Nabi ? sifat para Nabi itu adalah Rasa Tanggung
Jawab terhadap Agama Allah dan Manusia seluruh alam. Sifat inilah yang dinamakan Usaha Agama,
yaitu bagaimana agama dapat tersebar keseluruh alam, dan bagaimana manusia supaya bisa
mengamalkan agama. Sahabat mempunyai keyakinan para Nabi yaitu meyakini bahwa manusia ini
akan bahagia dunia dan akherat hanya dengan jalan taat kepada Allah Ta’ala. Maka untuk dapat
mengajak manusia kepada keselamatan, kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat, diajaklah
mereka oleh sahabat untuk taat kepada Allah Ta’ala.
Allah berfirman di dalam Al Qur’an Mahfum :
“Wahai manusia ucapkanlah La Illaha Illallah agar kamu mendapatkan kejayaan (kebahagiaan dan
kesuksesan).”
Ayat ini meminta manusia untuk taat kepada Allah agar hidupnya bisa sukses, bisa jaya, dan bisa
bahagia dunia dan akherat. Sahabat-sahabat RA mempunyai keyakinan seperti yakinnya Nabi SAW,
bahwa manusia ini akan bahagia apabila mereka mau taat kepada Allah Ta’ala. Sehingga para sahabat
ini siang dan malam membuat usaha agama atas manusia, mengajak mereka, agar mereka mau taat
kepada Allah Ta’ala. Para sahabat ini mewarisi sifat kasihannya Nabi SAW, sehingga mereka sedih
kalau melihat orang-orang yang tidak mau taat kepada Allah Ta’ala. Maka mereka bekerja atas
manusia disiang hari, menyeru mereka untuk taat kepada Allah, dan dimalam hari mereka berdo’a
kepada Allah untuk memberikan hidayah kepada setiap manusia. Begitulah sifat-sifat sahabat
walaupun dia manusia biasa tetapi karena diperjuangkan oleh Nabi SAW, sahabat mampu memiliki
sifat-sifat mulia para Nabi. Begitu juga kita juga mampu mendapatkan apa yang didapatkan oleh para
sahabat jika kita mau buat usaha. Supaya kita ini memiliki sifat nubuwah, sifat kenabian, kita harus
ikuti jejak pengorbanan sahabat dan cara yang diajarkan oleh Nabi SAW. Dengan mengikuti jejak
sahabat dan ikuti cara Nabi SAW, kitapun mampu :
1. Memiliki Sifat Malaikat : Taat kepada Allah Ta’ala
2. Memiliki Sifat Khilafah : Mewakili Sifat Kholiq yaitu dengan Akhlaq
3. Memiliki Sifat Kenabian : Tanggung Jawab atas Ummat dan Agama
Kita bukan Malaikat, tetapi kita mampu mewarisi daripada sifat Malaikat. Kitapun bukan Rabb, bukan
Kholiq, tetapi mampu mewarisi daripada sifat-sifat Kholiq yaitu dengan Akhlaq. Dan kitapun bukan
dari kalangan Anbiya AS, tetapi kitapun mampu mewarisi sifat-sifat kenabian. Kita dituntut untuk
memiliki sifat-sifat ini dalam kehidupan kita. Atas inilah Allah juluki ummat ini sebagai Ummat terbaik
( Choiru Ummat ).
Allah berfirman mahfum :
“Kamu adalah ummat terbaik yang dikeluarkan di tengah-tengah manusia untuk mengajak manusia
berbuat baik dan mencegah mereka dari berbuat Mungkar”
Allah ciptakan kita, hidupkan kita, kirimkan kita ditengah-tengah manusia dengan 3 maksud yaitu
agar kita memiliki daripada sifat-sifat : Malaikat, Khalifah, dan Nubuwah. Ketiga maksud ini didukung
oleh hadits-hadits Rasullullah SAW. Suatu ketika Rasullullah SAW ditanya oleh seorang sahabat, “Ya
Rasullullah, amal apa yang paling afdhal (paling baik) ?” Jawab Nabi SAW, “Amal yang paling baik
adalah sholat tepat pada waktunya.” Ini adalah ibadah. Lalu sahabat bertanya lagi, “Lalu amal apa lagi
?” Nabi SAW menjawab, “Berbuat baik pada orang tua.” Ini adalah Akhlaq. Sahabat menjawab lagi,
“Lalu amal apalagi ?” Nabi SAW menjawab, “Jihad Fissabillillah,” yaitu berjuang untuk agama Allah, ini
adalah Dakwah Khuruj Fissabillillah. Jadi diciptakan kita ini untuk 3 maksud yaitu :
1. Ibadah : Sholat tepat pada waktunya
2. Akhlaq : Berbakti kepada kedua orang tua
3. Jihad Fisabillillah : Dakhwah Khuruj Fissabillillah
Demikian juga ketika Rasullullah SAW menjelang akhir wafatnya, Nabi SAW berucap yang hampir
tidak terdengar karena kecilnya suara beliau SAW. Apa wasiat terakhir Nabi SAW ini yang hampir
tidak terdengar :
1. Asholah (3x) artinya Jaga sholat 3x diulangi : Ibadah
2. Berbuat baiklah kepada Hamba Sahaya : Akhlaq
3. Segera berangkatkan rombongan Usamah RA : Jihad Fissabillillah
Jadi karena 3 maksud inilah kita dihantarkan yaitu : Ibadah, Akhlaq, dan untuk memperjuangkan
agama Allah Ta’ala. Jadi kita musti memahami sebagai umat yang terbaik, kita harus mempunyai bisa
menjalani 3 wasiat Nabi SAW ini. Kalau ketiga hal ini ada dalam diri kita, maka segala urusan,
kepentingan, keperluan, kesulitan, dan kebutuhan kita ini akan Allah mudahkan bagi kita
mendapatkannya. Segala keperluan, kebutuhan, hajat, dan lain-lain akan Allah penuhi dengan mudah.
Do’a kita akan Allah kabulkan. Dan kalau ada musuh yang akan mencelakakan kita, maka Allah akan
lindungi kita, Allah akan bantu, dan Allah akan tolong kita. Ini semua akan datang kepada kita,
bahkan kita akan dimuliakan oleh Allah, dan dinaikkan derajatnya. Ini semua sudah terbukti dan
terjadi kepada sahabat-sahabat RA.. Para sahabat RA telah mencapai kemuliaan dan ketinggian
derajat dalam kehidupan manusia. Apabila para sahabat RA ini berhadapan dengan musuh-musuh
Islam, selalu mendapatkan kemenangan karena telah ditolong oleh Allah SWT.
Di dalam sebuah bayan di Markas Dakwah Malaysia, si Mubayin ini bilang :
“Kalau umat islam ini berhadapan dengan syetan atau dengan kekufuran daripada orang-orang kafir,
hanya dengan kekuatan seperti mereka ( tawajjuh pada teknologi atau asbab-asbab seperti yang
dimiliki orang kafir ), umat islam tidak akan pernah menang dan selalu kalah. Contoh : Nabi Adam itu
Islam dan Siti Hawa juga Islam, tetapi ketika berhadapan dengan iblis atau syetan, mereka kalah,
sehingga di keluarkan dari syurga dikirim ke dunia ini. Nabi Ibrahim AS, berlawanan dengan Namrud,
dia dilemparkan kedalam api, juga tidak mampu berbuat apa-apa. Selalu hanya mengandalkan
dengan kekuatan-kekuatan seperti mereka akan datang kekalahan. Menangnya umat islam, orang-
orang beriman ini, hanya dengan pertolongan daripada Allah Ta’ala.”
Usaha yang benar atas kita untuk dapat mencapai kemuliaan dan kemenangan adalah usaha
bagaimana supaya datangnya pertolongan Allah kepada kita. Jangan sampai kita mempunyai fikir
seperti orang kafir kalau mereka punya ini dan kita juga memiliki, maka kita akan jaya. Ini pemikiran
dan keyakinan yang keliru. Kalau caranya seperti itu, tidak pernah ada sejarahnya umat islam
mencapai kemenangan dengan cara dan asbab-asbab yang dimiliki orang kafir, tetapi umat islam ini
menang hanya dengan pertolongan Allah. Jadi usaha kita ini adalah usaha bagaiama pertolongan Allah
datang kepada kita. Kalau kita sudah memiliki ke 3 sifat tadi barulah pertolongan Allah akan datang
kepada kita. Bahkan kalau kita memiliki kesempurnaan ketiga sifat tadi maka Allah akan memberikan
kekuatan kepada kita yang tidak Allah berikan kepada mahluk lainnya yaitu kekuatan “Kun Faya Kun”.
Allah akan datangkan kekuatan seperti ini kepada kita.
Hinanya umat islam di hari ini karena mereka telah tinggalkan ke 3 maksud hidup tadi yaitu untuk :
Ibadah, Akhlaq, Jihad Fissabillillah. Mereka tidak mempedulikan masalah Ibadah, masalah akhlaq, dan
masalah memperjuangkan agama. Mereka ikut berjuang seperti orang kafir. Dan kesibukan mereka
terlihat jelas sama dengan seperti kesibukan orang kafir. Orang kafir sibuk mengurusi teknologi,
orang islampun sibuk mengurusi teknologi. Orang kafir sibuk dengan perdagangan, kitapun sibuk
dengan perdagangan. Orang kafir sibuk dengan pembangunan, kitapun sibuk dengan pembangunan.
Kesibukan umat islam hari ini sama dengan kesibukan orang kafir. Sementara Ibadah tidak diurus
oleh umat islam, akhlaq juga tidak diurus, agama Allah juga tidak ada yang mempedulikan. Inilah
yang menyebabkan umat islam menjadi hina dimana-mana. Selama umat islam tidak mengambil
kerja atas 3 perkara ini, maka tidak akan ada kemuliaan bagi umat islam. Hanya dengan jalan
kembali pada kerja ini maka kejayaan dan kemuliaan umat islam akan wujud seperti di jaman Nabi
SAW dan para Sahabat. Inilah seharusnya yang menjadi fikir kita :
1. Bagaimana Manusia mau memperbaiki ibadah kepada Allah ?
2. Bagaimana Manusia mau memperbaiki akhlaq ?
3. Bagaimana Manusia mau memperjuangkan agama Allah ?
Kalau ini bisa kita kembalikan kepada ummat, baru kehidupan kita akan dibetulkan oleh Allah SWT.
Tetapi orang-orang yang tidak mendapat hidayah, tidak melihat kepentingan daripada amal ini,
seperti seolah-olah tidak ada manfaatnya. Ini karena mereka itu hatinya gelap, jauh daripada Nur
Hidayah Allah SWT. Seolah-olah dengan meninggalkan ibadah ini tidak akan mendatangkan musibah.
Padahal musibah-musibah yang terjadi dan yang berkepanjangan ini disebabkan karena manusia telah
meninggalkan ibadah kepada Allah SWT. Bagaimana umat islam akan dimuliakan, sementara sebagian
besar dari umat islam ini telah meninggalkan sholat, tidak taat kepada Allah Ta’ala. Tidak bisa kita
menyelesaikan masalah hanya dengan bantuan daripada materi saja. Seperti negara yang dilanda
masalah dan berbagai macam krisis, coba-coba menyelesaikan masalah yang ada dengan mengutang
kesana kemari. Problem yang diselesaikan dengan cara ini tidak akan habis. Mungkin bukan saja
masalah tidak akan selesai, tetapi akan menambah masalah. Walaupun di nagara tersebut di hujani
dengan emas, umat islam ini tidak akan selesai masalah yang mereka hadapi. Ini selama umat islam
ini tidak memperbaiki daripada amalnya. Hanya dengan usaha kenabian umat islam akan terangkat
derajatnya, akan ditolong dan diselamatkan oleh Allah Ta’ala. Jadi usaha nubuwah ini bukanlah usaha
yang kecil. Inilah kita sebabnya diminta supaya mau berkorban untuk usaha nubuwah ini. Kalau kita
mau korban terjun dan terlibat dalam usaha ini, maka yang pertama-tama Allah akan perbaiki adalah
diri kita sendiri. Sedangkan janji Allah ini adalah pasti.
Kata ulama dalam Al Qur’an Allah berfirman mahfum :
“Barangsiapa yang berjuang di jalan kami pasti kami tunjukkan jalan kami…”
Kata ulama “Pasti” disini dalam sastra arab, maknanya yang terkandung dalam ayat tersebut
mempunyai kekuatan janji Allah sebanyak 12 kali yaitu pasti ( 12 kali ) akan diberikan Allah hidayah.
Tetapi kalau hanya dengan ibadah saja ini tidak pasti. Dengan sholat, dengan puasa, dan amal yang
lain, ada janji Allah tetapi tidak pasti.
Misalnya ayat puasa :
“Wahai orang-orang beriman telah difardhukan kepada kamu berpuasa sebagaimana diturunkan
kepada umat-umat terdahulu, agar kamu mudah-mudahan menjadi orang yang bertakwa.”
Disini diakhiri dengan kata mudah-mudahan : “La allakum”. Semua ayat tentang sholat, puasa,
melayani orang haji, atau yang naik haji, ini semua kepastiannya adalah mudah-mudahan
tingkatannya atau “La allakum”. Tetapi kalau kita terjun dalam usaha kenabian ini maka janji Allah
kepada kita dalam usaha ini tingkat kepastiannya adalah pasti. Oleh karena itu perlu kita terjun dalam
usaha ini, nanti Allah Ta’ala akan perbaiki segala keadaan. Nasib orang islam hanya akan berubah
melalui asbab usaha kenabian ini. Maka kita harus kerjakan usaha ini dengan keyakinan, sebagaimana
Maulana Saad, syuro dunia, berkata bahwa kerjakan usaha ini dengan bashiroh. Maksud dari kata
Bashiroh ini adalah yaitu dengan penuh keyakinan. Keyakinan bahwa segala masalah dapat
diselesaikan melalui usaha ini. Kita dalam hidup ini akan selalu menghadapi dan mempunyai masalah,
bukan hanya yang gaji kecil itu bermasalah, tetapi yang gaji besarpun bermasalah. Kargozari di
malaysia bahwa gaji orang Indonesia ini kecil-kecil menyebabkan masalah, ternyata di Malaysiapun
yang gajinya besar-besar juga tidak luput dari masalah. Untuk bisa menyelesaikan masalah ini hanya
dengan kerja dakwah, bukan dengan cara naik gaji atau kebendaan lainnya. Bahkan kadang-kadang
gaji naik tetapi ternyata lebih tinggi lagi masalahnya. Jadi peningkatan kebendaan atau materi
bukanlah jalan keluar, tetapi melalui usaha nubuwah ini, Allah janjikan pertolongan untuk kita
menghadapi segala masalah. Para Masyaikh berkata bahwa melalui kerja ini Allah akan selesaikan
daripada masalah-masalah yang ada. Lalu ada yang berkata, “ Itukan kata masyeikh, tetapi dalil
qur’annya dari mana ?”
Dalilnya adalah dalam Al Qur’an Allah berfirman mahfum :
“Barangsiapa menolong agama Allah, maka Allah akan tolong dia….”
Kalau kita tidak ditolong oleh Allah, maka kita ini tidak akan bisa menyelesaikan masalah-masalah
yang ada walaupun itu hanya masalah kecil tanpa bantuan dari Allah Ta’ala. Hanya dengan
pertolongan Allah saja kita dapat menyelesaikan masalah-masalah yang ada, mendapatkan
kemenangan, kejayaaan, dan kesuksesan dunia dan akherat. Jadi usaha kita ini yang harus kita
fikirkan adalah bagaimana pertolongan Allah dapat datang kepada kita. Caranya adalah dengan
menolong agama Allah. Maksudnya menolong disini bukannya Allah butuh pertolongan, tetapi kita
yang menolong agama Allah.
Note dari penulis :
Maksud dari ayat tersebut menurut ulama bukannya Allah mencari atau membutuhkan pertolongan
kita. Ini namanya kesalah fahaman. Allah ini Maha Kuasa dan kekuasaannya tanpa batas. Jika Allah
sudah menjaga atau melindungi seseorang, siapa yang mampu mencelakakannya ? begitu pula jika
Allah sudah berkehendak mencelakakan seseorang, siapa yang mampu untuk melindungi ? Apa yang
Allah mau tinggal berkehendak saja maka terjadilah apa yang Allah kehendaki. Seluruh mahluk tidak
akan dapat menolak atau menghalangi daripada apa yang Allah kehendaki walaupun mereka semua
bersatu untuk melawan Allah. Seluruh mahluk ini bergantung pada Allah karena segala sesuatu ini
bergerak karena ada iradah, keinginan, daripada Allah Ta’ala. Bagaimana kita mampu menolong Allah
sedangkan kita tidak mampu menolong diri sendiri walaupun itu hanya untuk mengedipkan mata saja,
inipun harus dengan pertolonngan dan izin dari Allah Ta’ala. Manusia tidak akan bisa mengangkat atau
mengedipkan matanya tanpa pertolongan dari Allah. Jadi maksud ayat ini adalah Allah menawarkan
kita untuk menolong agamanya, ini untuk memuliakan kita.
Hari ini kita tidak sadar, bahwa umat islam dari segi qualitas dan quantitas kebendaan jauh lebih baik
daripada yang ada di kehidupan para sahabat. Dari segi makanan, pakaian, rumah, transportasi,
semuanya umat islam kini jauh lebih baik dibandingkan dengan apa yang dimiliki oleh sahabat RA.
Tetapi kenapa sahabat dimuliakan dan sementara kita dihinakan ? Pertolongan Allah turun bercurah-
curah dijaman sahabat, sementara kita jauh dari pertolongan Allah. Ini karena yang rusak dari
kehidupan kita adalah kondisi agama kita saat ini. Padahal agamanya sama, tetapi pengamalannya
yang berbeda antara kita dan sahabat. Para sahabat dari kebendaaan : pakaian, makanan, rumah,
dan transportasi tidak begitu bagus, bahkan terbelakang, tetapi agama sempurna dijalankan dalam
kehidupan mereka. Inilah yang menyebabkan mereka mulia.
Note dari penulis :
Agama wujud 100% di rumah-rumah sahabat dan dalam kehidupan mereka sehari-hari sehingga Allah
ridho pada mereka. Para sahabat diberi gelar Radhiollahu Anhum, yaitu orang-orang yang Allah ridhoi.
Jalan inilah yang seharusnya menjadi panduan kita untuk hidup sukses di dunia dan akherat. Ini harus
jadi target bagi kita sebelum kita mati bagaimana agama sempurna kita amalkan. Umar RA berkata
kepada sahabat menjelang beliau wafat : “Aku, Abu Bakar, dan Rasullullah SAW ini ibarat seorang
musafir. Musafir pertama dan yang kedua telah sampai pada tujuannya. Aku khawatir jika aku tidak
mengikuti jalan mereka, maka aku tidak akan sampai di tempat yang sama dengan mereka.” Jadi jika
kita ingin sampai di tempat dan tujuan yang sama dengan para sahabat maka tidak ada jalan lain
selain mengikuti jalan yang mereka telah tempuh. Apa itu jalan Nabi SAW dan Sahabat RA yaitu jalan
pengorbanan untuk agama mengajak manusia untuk taat kepada Allah SWT. Allah Ta’ala perintahkan
mahfum di dalam Al Qur’an kepada Nabi SAW untuk menjelaskan jalan hidupnya yaitu dalam ayat
12 : 108 yang artinya : Katakanlah (Muhammad) : “Ini adalah jalanku yaitu mengajak manusia
(untuk taat) kepada Allah dengan bashiroh, aku dan orang-orang yang mengikutiku…”
Hari ini umat sibuknya memperbaiki yang lain tetapi agama rusak dibiarkan. Parahnya kita tidak sadar
bahwa agama sudah rusak ditinggalkan. Hari ini kalau rumah kita rusak, kita langsung sadar, buat
inisiatif memperbaikinya. Begitu juga kalau mobil kita rusak, pakaian kita rusak, status kita rusak, dan
kebendaan lainnya yang rusak kita sadar, tetapi agama rusak kita tidak sadar-sadar. Perasaan sudah
cukup baik agama ini bagi kita. Inilah yang diperjuangkan umat saat ini yaitu bagaimana kebendaan,
perdagangan, pertanian, teknologi, kesehatan, dan semua unsur keduniaan ini meningkat. Agama
bagi mereka dianggap tidak apa-apa, baik-baik saja, cukup-cukup saja, tidak ada masalah. Padahal
sudah jelas nampak kerusakannya, umat islam sebagian besar tidak sholat. Para sahabat RA, mereka
memperjuangkan agama, sehingga agama secara sempurna wujud dalam diri mereka dan kehidupan
mereka. Agama yang sempurna ini yang wujud dalam kehidupan sahabat terdiri dari 5 cabang yaitu
Imaniat, Ibadat, Muamalat, Muasyarot, Akhlaq.
Note dari penulis :
1. Imaniat : Keyakinan yang sempurna dan Tauhid yang bersih
2. Ibadat : Sholat, Puasa, Zakat, Haji sempurna dijalankan
3. Muamalat : Adab atau Fiqih dagang, politik, dan pemerintahan
4. Muasyarot : Adab hubungan antar manusia co : guru-murid, keluarga, tetangga, atasan-karyawan
5. Akhlaq : Perwakilan sifat Jamil Allah yang mulia co : Penyayang, Pengasih, Pemaaf, Penyabar
Namun hari ini umat islam kebanyakan, hanya memahami agama dari ibadat saja. Begitu orang mau
sadar dan mau tobat, belajar dulu, diajarin sholat. Disangkanya agama itu perkara sholat dan ibadat
saja. Padahal kesempurnaan agama itu bukan hanya ibadat saja, ini hanya salah satu dari cabang
agama atau hanya 1/5 (seperlima) daripada kesempurnaan agama. Agama itu menyangkut dengan
Iman, Ibadat, Muamalat, Muasyarot, dan Akhlaq, baru agama itu sempurna. Tetapi hari ini seolah-
olah agama itu hanya ibadat atau pengetahuan tentang ibadah saja, kecuali ulama. Dari sekian
cabang agama yang paling penting adalah sholat. Kedudukan sholat dalam islam seperti kedudukan
kepala pada badan. Ini karena sangking pentingnya dan tingginya kedudukan sholat dalam agama.
Note dari penulis :
Manusia tanpa tangan masih bisa dibilang manusia hanya saja ada cacatnya. Manusia tanpa mata,
tanpa telinga, tanpa kaki, inipun begitu pula, masih bisa dibilang manusia tapi ada cacatnya. Namun
kalau manusia tanpa kepala mau dibilang apa ? orang mati namanya. Manusia mati ini tidak ada
gunanya dan tidak ada nilainya, begitulah orang yang meninggalkan sholat.
Dalam hadits dikatakan mahfum :
“Sholat itu adalah tiang agama. Barangsiapa yang menegakkan sholat berarti dia sudah menegakkan
agamanya. Barangsiapa yang meninggalkan sholatnya berarti dia sudah merubuhkan agamanya.”
Walaupun sebagian besar umat islam tahu tentang kepentingan sholat sebagai ibadat yang paling
penting, tetapi sebagian besar dari umat islam juga tidak sholat. Sudah tidak memahami agama
walaupun hanya 1/5nya, tapi yang 1/5 nya juga acak-acakan pengamalannya, apalagi dengan yang
lain dari Muamalatnya, Muasyarotnya, Akhlaqnya. Dulu dijaman para sahabat, orang islam dimata
orang kafir itu adalah mulia dan tinggi. Ini karena kelima cabang agama ini ada dalam kehidupan
sahabat. Hari ini umat islam dimata orang kafir menjadi hina, mengapa ? padahal :
1. Imaniat : Tidak dilihat orang kafir karena ini didalam hati manusia, tidak nampak.
2. Ibadat :
a. Sholat tidak dilihat karena merekapun sembahyang
b. Puasa juga tidak nampak karena bisa menahan lapar dan haus
c. Zakat juga tidak dilihat karena hanya dibagikan kepada orang-orang islam
d. Haji hanya ditanah haram khusus orang islam dan orang kafir tidak lihat.
Ini karena yang nampak mereka lihat adalah cabang Muamalatnya, Muasyarotnya, dan Akhlaqnya.
Sedangkan hari ini ketiga cabang ini sudah hancur-hancuran dalam kehidupan umat islam, jauh dari
yang telah dicontohkan olah Nabi SAW dan yang diamalkan oleh para sahabat RA. Muamalat,
Muasyarot, dan Akhlaq umat islam sudah rusak, bahkan mereka bisa lebih jahat dari pada orang kafir.
Ini karena tidak ada yang mengusahakan atas diri mereka, tidak ada dakwah. Ada kargozari, laporan
kerja, rombongan jemaah ke belanda. Ketika itu dalam setiap program selalu ada kunjungan ke setiap
penjara disana. Walaupun umat islam di penjara ini minoritas, tetapi di setiap penjara di belanda ini
isinya 75% adalah orang islam. Ini karena telah buruknya muamalat, muasyarot, akhlaq dari pada
orang islam. Di Bali yang mayoritas hindu dan minoritasnya umat islam, tetapi kalau kita datang ke
penjara di bali sebagian besar penghuninya adalah orang islam. Itulah fakta keadaan umat islam hari
ini asbab tidak ada yang mengusahakan atas diri mereka. Kita hari sibuk saja memikirkan keduniaan
kita dan kebendaan kita daripada memikirkan keadaan umat islam. Sehingga umat islam saat ini telah
mengalami degradasi kehidupan dibanding jaman sahabat RA menjadi hina dan rendah seperti hewan,
bahkan ada yang lebih jahat daripada hewan. Atas perkara ini Allah himbau kita supaya mau korban
ambil bagian dalam usaha kenabian ini.
Kalau kita mau mengambil usaha ini, maka pertama-tama yang Allah akan perbaiki adalah diri kita.
Untuk kepentingan-kepentingan yang lain janganlah kita khawatir, nanti Allah akan berikan
kemudahan-kemudahan kepada kita jika kita mau terjun dalam udaha nubuwah ini. Semua kebutuhan
yang kita khawatiri dari makan-minum, pakaian, transportas, rumah, tidak akan menjadi persoalan
bagi kita, karena ini adalah masalah kecil disisi Allah. Masalah pemberian rizki dari makan, minum,
udara, sinar matahari, dan yang lain ini adalah hak Allah kepada kita. Justru yang harus kita tunaikan
adalah hak kita kepada Allah : Ibadat, Akhlaq, dan memperjuangkan agama. Namun keadaannya hari
ini sudah terbalik, hak Allah tidak kita tunaikan, tetapi berharap Hak kita ditunaikan Allah. Bukannya
kita memikirkan atau mengurusi hak kita kepada Allah, tetapi sibuk mengurusi dan memikirkan yang
sudah menjadi haknya dan kerjanya Allah Ta’ala. Yang dipikirkan hanya bagaimana rizki datang
kepada saya ? inilah yang namanya terbalik. Seharusnya kita tunaikan hak kita kepada Allah, yaitu
untuk 3 maksud penciptaan manusia : Ibadah, Akhlaq, Jihad. Jika ada ketiga ini dalam diri kita maka
semua urusan kita akan Allah mudahkan. Sebagaimana telah banyak dikisahkan Allah dalam Al Qur’an
untuk sebagai contoh kepada kita kisah-kisah tentang ummat terdahulu. Supaya kita belajar daripada
kisah-kisah tersebut, bahwa masalah-masalah yang dihadapi manusia ini kecil bagi Allah.
Seperti kisah Nabi Musa AS dengan Bani Israil sewaktu mereka tersesat di lembah yang kering
kerontang, tidak ada tempat atau bangunan untuk bernaung, tidak ada makanan untuk dimakan,
tidak ada air untuk diminum. Mereka 40 tahun tersesat di lembah itu, tidak ada jalan keluar. Allah beri
pertolongan kepada Nabi Musa dan Bani Isaril karena perjalanan mereka dalam rangka menolong
agama Allah. Bagaimana Allah menolong mereka ? yaitu Allah perintahkan awan untuk menaungi
mereka dari sengatan sinar matahari. Selama 40 tahun awan Allah kirim untuk menaungi Bani Israil,
sehingga mereka terselamat dari sengatan Matahari. Walaupun mereka tidak punya rumah, tidak
punya tempat bernaung, tetapi karena mereka sibuk memperjuangkan agama Allah, maka Allah
selesaikan masalah mereka. Lalu bagaimana dengan makanan, di Al Qur’an diceritakan bagaimana
Allah menyelesaikan masalah ini, yaitu Allah turunkan daripada langit makanan dari surga, Manna dan
Salwa. Bani Israil di supply Allah selama 40 tahun makanan turun dari langit, tanpa kerja, tidak ada
pabrik, tidak ada pertanian, tidak ada apa-apa. Makanan di supply oleh Allah dari langit selama 40
tahun, bukan 1 atau 2 hari tetapi 40 tahun, untuk bani israil tanpa mereka harus mengerjakan apa-
apa, karena mereka sibuk memperjuangkan agama Allah Ta’ala. Lalu bagaimana Allah menyelesaikan
masalah krisis air, kekurangan air minum, yaitu dengan memerintahkan Musa AS untuk memukulkan
tongkatnya kepada batu yang kering. Sehingga dari batu yang kering ini terpancarlah 12 mata air
keluar dari batu tersebut selama 40 tahun tidak berhenti mengeluarkan air. Selama 40 tahun Bani
Israil tidak pernah kekurangan air. Lalu datanglah krisis pakaian, kekurangan pakaian dan tidak
adanya bahan untuk membuat kain. Ini karena pakaian hanya layak pakai untuk beberapa tahun saja
setelah itu rusak. Bagaimana Allah selesaikan masalah ini yaitu Allah buat baju yang mereka kenakan
awet, tidak rusak-rusak selama 40 tahun. Lalu bagaimana dengan bayi-bayi yang baru lahir, disini
Allah buat semua bayi yang lahir dari perut seorang ibu Bani Israil sudah terlahir dengan mengenakan
pakaian ketika keluar dari perut ibunya. Lalu bagaimana ketika bayi itu beranjak besar, maka dengan
kuasa Allah seiring dengan pertumbuhan badan bayi maka bajupun membesar mengikuti
pertumbuhan bayi tadi. Semua kebutuhan pokok mereka selama 40 tahun terpenuhi sehingga mereka
hidup dalam keteduhan, makanan yang cukup, air yang tidak pernah kering, dan baju yang awet.
Kata ulama ini semua sengaja Allah ceritakan kepada kita untuk diambil sebagai pelajaran, agar kita
jangan takut dengan masalah-masalah kecil seperti ini. Allah akan selesaikan masalahnya, tidak ada
asbabpun Allah mampu selesaikan masalah manusia. Allah mampu menyelesaikan masalah manusia
tanpa asbab sebagaimana masalah Bani Israil dapat Allah selesaikan tanpa asbab. Di lembah kering
tidak ada apa-apapun Allah mampu selesaikan masalah Bani Israil, tanpa asbab lagi, apalagi hanya
masalah-masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini.
Note Penulis :
Tidak ada masalah yang besar disisi Allah, semua masalah kecil bagi Allah, tidak ada yang tidak
mungkin bagi Allah. Semua masalah yang tidak mungkin bagi manusia, semuanya mungkin-mungkin
aja bagi Allah. Semua masalah besar bagi manusia jika tidak ada pertolongan Allah. Namun jika ada
pertolongan Allah maka semua masalah menjadi kecil jadinya. Semua masalah kecil tanpa bantuan
dan pertolongan Allah bisa menjadi masalah besar bagi manusia.
Dari sebuah lembah yang kering kerontang Allah sanggup penuhi kebutuhan hamba-hambanya dari
sandang (pakaian), pangan (makan-minum), dan papan (tempat bernaung) untuk mereka. Apalagi di
negeri indonesia ini yang kononnya kaya raya akan sumber daya alamnya. Namun karena kita
tinggalkan daripada usaha agama ini, maka di negeri yang subur makmurpun dan kaya akan sumber
daya alamnya ini, kita justru susah di negeri ini. Inilah yang kita lihat daripada kenyataan. Ini karena
keberkahan ditarik oleh Allah SWT, daripada negeri yang nampak makmur dan kaya ini, asbab kita
tinggalkan daripada usaha agama ini. Jika kita mau kembali menghidupkan usaha agama ini, maka
perkara-perkara lain akan diperbaiki oleh Allah Ta’ala. Semua urusan dari ekonomi, pertanian, cuaca,
musibah-musibah, akan diperbaiki oleh Allah Ta’ala. Cukup dengan kerja ini maka Allah mampu
selesaikan segala masalah kita. Namun bukan maksud masyeikh kita ini kita tidak usah kerja, tidak
usah tani, bukan ini maksudnya. Tetapi maksudnya agar kita mau menyisihkan waktu untuk kerja
agama ini. Masyeikh hanya menganjurkan sekurang-kurangnya seumur hidup 4 bulan saja, setiap
tahun 40 hari, setiap bulan 3 hari, ini minimal atau minimum requirement. Namun untuk orang-orang
lama dalam kerja ini diminta untuk meluangkan waktunya minimal 4 bulan setiap tahunnya. Bukan
maksudnya untuk merusak daripada tatanan hidup kita, tetapi ini untuk mendatangkan keberkahan.
Tertib untuk kerja dunia bahwa kita harus kerja minimal 8 jam tiap hari ini adalah sistem dan tertib
yahudi dan nasrani. Orang beriman tidak bisa ikut dalam sistem tersebut. Allah berkuasa cukup
dengan kerja 3 hari saja namun mencukupi untuk 1 bulan, bisa saja bagi Allah. Kita bekerja 1 bulan
dalam satu tahun, berpuasa, lalu Allah penuhi sisanya, diberikan keberkahan, ini bisa saja dan mudah
saja bagi Allah.
Jika kita mempunyai 3 unsur tadi dalam diri kita yaitu : Ibadah, Akhlaq, dan Berjuang untuk agama
Allah, maka akan dimudahkan semuanya oleh Allah. Misalnya hanya dengan kerja 3 hari tetapi
mencukupi untuk 1 tahun. Tetapi kalau kita ikuti daripada sistem atau tertib orang-orang yahudi dan
nasrani ini, kalau tidak kerja tidak mapan, maka keadaan seperti itulah yang akan Allah berikan.
Sehingga seseorang tanpa kerja dia akan kebingungan, hilang arah, rasa-rasa dunia mau kiamat. Ini
karena pola pikir kita sudah mentok atau terblokir oleh pola pikir orang yahudi dan nasrani. Tidak
kerja jadinya susah makan, maka keadaannya jika tidak kerja akan Allah buat seperti itu pula. Ini
karena keyakinannya seperti itu yaitu tidak kerja sama dengan tidak makan. Tetapi kalau yakin kita
betul kepada Allah dalam setiap ibadah dan dengan taat kepada Allah maka akan Allah mudahkan
semuanya untuk kita.
Note penulis :
Dalam sebuah mahfum hadits dikatakan bahwa Allah ini tergantung pada prasangkaan hambanya
kepadaNya. Jadi apa yang kita sangka terhadap Allah, itu yang akan terjadi. Jika kita sangkaannya
kepada Allah seperti bila tidak ada kerja maka tidak ada makan, maka keadaan seperti itulah yang
akan terjadi. Jika kita yakin tanpa kerja Allah mampu memberi kita makan, maka walaupun kita tidak
ada kerja, kita bisa tenang-tenang saja. Ini karena kita yakin bahwa Allah telah jamin rezki kita.
Namun walaupun begitu kerja ini adalah perintah Allah. Dan Allah jadikan dunia ini sebagai darul
asbab, tempat adanya sebab dan akibat. Tetapi kalau kita yakinnya hanya kepada asbab saja, maka
keyakinan yang seperti ini tidak ada bedanya dengan keyakinan orang kafir yang yakinnya sempurna
hanya kepada asbab saja.
Bukan dengan tidak kerja tidak apa-apa, bukan begitu caranya, tetapi kita belajar sisihkan waktu kita
untuk kerja agama ini pertama-tama dengan keluar 4 bulan, lalu istiqomah 40 hari setiap tahunnya.
Baru seiring waktu diusahakan untuk meningkatkan pengorbanan menjadi 4 bulan setiap tahun, 10
hari setiap bulan, dan 8 jam setiap hari. Jika kita mau ubah cara kita dengan cara atau tertib ini,
maka akan datang suatu masa Allah gunakan kita untuk agama Allah. Sedangkan untuk kepentingan
dunia kita tinggal angkat tangan (berdo’a) kepada Allah, langsung Allah datangkan. Allah Maha Kuasa,
semua pertolongan Allah di dalam Al Qur’an diceritakan terjadi tidak hanya kepada para Nabi saja,
tetapi juga kepada selain para Nabi dan para sahabat. Semua kehebatan Allah yang Allah nampakkan
kepada Nabi dan para sahabat tidak hanya terjadi pada mereka, tetapi juga terjadi pada orang-orang
sholeh saat ini. Bagaimana para Masyeikh di India, Pakistan, Banglades, mereka tidak ada pekerjaan,
tidak punya pabrik, tetapi mereka mampu untuk keluar 4 bulan setiap tahun dan mampu menjamu
ribuan tamu yang datang menemui mereka. Saudara-saudara kita yang keduniaannya jauh lebih
kurang dari kita tapi bisa terbang kemana-mana, dan keluar 4 bulan setiap tahunnya. Kini banyak
orang yang keduniaannya jauh lebih baik, kerjanya 12 bulan full setiap tahun, jangankan pergi
kemana-mana, untuk makan saja kadang-kadang masih susah. Inilah kenyataan yang ada saat ini.
Usaha ini betul-betul akan mendatangkan keberkahan jika kita sungguh-sungguh dalam kerja ini,
sedikit demi sedikit. Jangan kita dengarkan alasan-alasan orang yang suka bilang bahwa kerja kantor
atau nyari uang ini juga ibadah, ini betul, tidak salah. Memang ada hadits mahfum, “mencari rizki
yang halal itu wajib hukumnya.” Bahkan dalam riwayat lain dikatakan bahwa mencari rizki itu adalah
ibadah juga. Tetapi adalah menurut daripada keutamaannya (derajat amal / kepentingannya ).
Misalnya : kita mencari rizki itu karena perintah Allah, ibadah. Tetapi kalau ketika datang waktu
sholat, maka yang lebih utama itu adalah Sholatnya. Jika ketika waktu sholat tiba kita masih mencari
rizki terus ini akan menjadi dosa, bukan lagi menjadi ibadah. Jadi kita harus tahu mendahulukan
daripada keutamaan. Sahabat juga dagang, kerja, tetapi ketika datang waktu untuk memperjuangkan
agama Allah, maka mereka akan korbankan itu semua. Ada yang bilang bahwa cari rizki itu bagus,
tetapi ketika dia tidak mau tinggalkan urusannya untuk keluar di jalan Allah, maka ini seperti orang
yang berwudhu tetapi meninggalkan sholat. Wudhu itu ibadah, perintah Allah, dan juga syarat
diterimanya daripada sembahyang kita. Kita kalau sholat tanpa wudhu maka sholat kita tidak akan
diterima oleh Allah Ta’ala. Tetapi kalau ada orang habis wudhu, lalu wudhu lagi, terus menerus wudhu
berulang kali, waktu sholat datang dia tidak sholat-sholat sibuk wudhu aja, maka walaupun wudhu ini
ibadah akan menjadi dosa juga. Begitu juga Nabi SAW dan para sahabat RA ada kerja juga, ada
dagang, dan ada tani pula, tetapi ketika waktu memperjuangkan agama tiba diia tinggalkan
semuanya. Hari ini kita dagang dan kerja terus-terusan, tidak keluar-keluar di jalan Allah, maka ini
seperti orang yang wudhu terus-terusan tetapi tidak sembahyang-sembahyang. Maka penting kita
bagi waktu untuk memperjuangkan agama Allah, sisihkan waktu kita untuk agama Allah.
Insya Allah kita semua bersedia !!
: Mujahaddah atas Agama
Syuro Indonesia
Bayan Musyawarah Indonesia
Assalamualaikum Wr. Wb.
Para Hadirin yang mulia, untuk dapat melihat sesuatu yang ada disekitar kita ini diperlukan dua
sinar :
1. Sinar Luar Matahari, Bulan, Lampu.
2. Sinar dari Diri kita sendiri Mata yang terbuka dan sehat

Diperlukan 2 sinar ini untuk dapat melihat, jika salah satu rusak maka tidak bisa kita melihat. Contoh
disiang hari ada matahari bersinar tapi jika mata kita buta atau ditutup, maka kita tidak akan bisa
melihat. Walaupun sinar luar ada tapi mata kita buta atau mata kita ditutup, maka kita tidak akan
bisa melihat. Begitu juga sebaliknya jika mata kita sehat tapi lampu di kamar tidak ada, matahari
tidak ada, bulan tidak kelihatan, maka kita juga tidak akan mampu melihat. Jadi untuk dapat melihat
diperlukan dua sinar ini.
Demikian pula untuk dapat memahami agama diperlukan 2 sinar :
1. Sinar luar Al Quran dan Hadits
2. Sinar dalam Mata Hati kita terbuka
Baru bisa paham agama jika ada 2 sinar ini. Kalau hanya diajarkan saja Quran dan Hadits tapi mata
hati kita tertutup, tidak terbuka, maka kita tidak akan bisa paham agama. Saat ini banyak di dunia
barat, di Eropa ataupun Amerika, di universitas2 mereka ada pelajaran Islamology diajarkan Al Quran
dan Hadits. Namun yang belajar Quran dan Hadits ini tidak ada Iman dan tidak Islam sebab mata
hatinya tertutup. Rasullullah SAW, untuk memberikan kepahaman agama pada waktu itu kepada
sahabat, menempuh jalan kedua-duanya yaitu mengusahakan sinar luar dan sinar dalam. Sahabat RA
diajarkan Quran dan Hadits oleh Nabi SAW, tapi juga diusahakan agar mata hati mereka terbuka
sehingga nur daripada Quran dan Hadits ini dapat masuk ke hati mereka. Baru Sahabat RA bisa
memahami agama.
Cara membuka mata hati ini adalah dengan bermujahaddah. Namun kalau Al Quran dan Hadits tidak
diajarkan maka tetap dia akan tersesat. Di kalangan orang2 hindu dan budha banyak Mujahaddah
dilakukan, ada yang bertapa di goa2, duduk diatas batu, ada yang berpuasa berbulan2, dan lain-lain,
tapi tidak diajarkan Al Quran dan Hadits, maka dia akan tetap tersesat. Didalam islam yang diajarkan
oleh Nabi SAW selain diajarkan Al Quran dan Hadits tapi diajarkan pula bagaimana mata hati dapat
terbuka. Bukan dengan bertapa di dalam gua ataupun duduk diatas batu tapi dengan bersusah payah
dalam mendakwahkan agama Allah Swt. Hati para sahabat terbuka ketika terjun dalam dakwah
dengan bermujahaddah dalam memperjuangkan agama Allah. Usaha ini di dalam Al Quran disebut
sebagai Tazkiyah, Pembersihan Jiwa. Kalau kita ingin memahamkan agama kepada umat hanya
dengan mengajarkan Quran dan Hadits tanpa membuka mata hatinya tetap umat tidak akan paham
agama.
Sekarang banyak umat islam tamatan perguruan tinggi, tamatan pesantren, tamatan madrasah, tapi
masih berani meninggalkan sholat. Dia paham Quran dan hadits dan hafal, tapi matanya masih
melihat yang diharamkan. Kalau diangkat sebagai pejabat masih berani Korupsi. Kenapa ? karena
mata hati mereka tidak terbuka. Orang-orang terdahulu disamping mengajarkan Al Quran dan hadits,
tetapi juga di ajak bermujahaddah dalam memahami agama. Orang-orang terdahulu bemujahaddah
dalam agama, dari para sahabat ra, tabiin-tabiin, para wali-wali Allah, mereka semua bermujahaddah
dalam agama, baru mereka bisa menangkap Nur daripada Al Quran dan hadits, baru mereka paham.
Sehingga bisa membawa mereka kepada pengamalan.
Kelemahan kita di hari ini, kepada umat ini kita hanya penekanan pada Al Quran dan Hadits, sinar luar
saja, tetapi tidak ada penekanan pada pembukaan mata hati. Sehingga orang ada belajar jadi alim,
pandai ceramah, dan sebagainya, tetapi islam tidak ada pada dirinya, tidak bisa mengamalkan. Ini
kelemahannya karena tidak ada Tazkiyah, tidak ada usaha pembersihan jiwa, tidak ada mujahaddah
di jalan Allah Swt. Mari kita lihat faktor sejarah : Bagaimana Rasullullah Saw memahamkan agama
kepada para sahabat RA, bagaimana sahabat RA memahamkan kepada para Tabi’in, bagaimana para
Tabi’in memahamkan kepada tabi’in tabi’in, dan seterusnya. Ini asbab faktor mujahaddah di jalan
Allah ini tidak ditinggalkan oleh mereka. Semenjak bermujahaddah ditinggalkan, akibatnya umat tidak
faham agama. Akibatnya pemahaman umat berbeda-beda menurut pemikirannya masing-masing.
Sekarang dimana-mana ada keinginan umat islam untuk memiliki pemerintahan yang adil, yang
menjalankan syariat islam, inilah cita-cita dari umat. Tapi masalahnya perjuangan kearah itu mereka
tidak pahami, mereka menggunakan cara sendiri. Mereka memilih orang-orang dengan mendirikan
partai, memilih di Pemilu, dsb. Mereka memilih orang2 yang menurut pendapat mereka dan menurut
pemikiran mereka bisa adil dan bisa amanah. Ternyata dari pengalaman setelah terpilih orang yang
mereka anggap baik, taunya sama saja. Ini karena adanya pemerintah yang adil bukan dengan cara
seperti itu.
Menurut Al Quran dan Hadits, apabila umat ini taat kepada Allah Swt, menjalankan agama secara
sempurna, maka Allah akan turunkan rahmat diantaranya Allah akan angkat pemerintahan yang adil.
Jadi pemerintahan yang adil ini adalah karunia dari Allah Swt kepada masyarakat yang taat kepada
Allah. Namun jika masyarakat ini mungkar, tidak taat kepada Allah Swt, maka Allah akan turunkan
adzab, berdasarkan Al Quran dan Hadits, salah satu adzab itu adalah Allah akan angkat pemerintahan
yang tidak adil, yang dzalim dan yang khianat. Kita ini mau berusaha mendirikan pemerintah yang
adil ditengah-tengah masyarakat yang tidak taat pada Allah, yang mungkar, ini sama dengan
melawan sunnatullah. Tidak mungkin terjadi dan tidak pernah terjadi. Ini sudah menjadi ketetapan
Allah Swt kalau manusia tidak taat maka Allah akan hukum kita diantaranya dengan mengangkat
pemerintahan yang dzolim. Namun jika masyarakatnya taat kepada Allah sebagai rahmat daripada
Allah, maka Allah akan angkat pemerintahan yang adil. Jadi karena kita tidak paham kepada agama,
perjuangan-perjuangan menuju arah situ, bukan pada arah yang benar, tetapi berada pada arah yang
salah.
Hari ini ada juga yang ingin menegakkan yang Haq, dengan cara menghapuskan kebathilan yaitu
dengan cara diperangi, dibunuhin, tempat-tempat mereka dihancurkan. Ini bukanlah yang
dicontohkan oleh Nabi Saw dan para sahabat RA. Nabi SAW diutus bukan untuk membunuh orang2
penyembah berhala atau peminum arak. Pada waktu itu oang-orang arab adalah para penyembah
berhala dan peminum arak, berbagai macam pelanggaran dan kemakiatan dilakukan mereka, tapi
Nabi SAW tidak diperintahkan untuk membunuh mereka. Namun yang dilakukan Nabi SAW adalah
bermujahaddah berdakwah mengajak mereka kepada Iman dan taat kepada Allah. Baru Allah berikan
mereka Hidayah dan kepahaman agama. Sehingga yang tadinya penyembah berhala dan peminum
arak menjadi orang-orang yang taat kepada Allah Swt. Demikianlah apabila mata hati kita tidak
terbuka untuk memahami agama sering terjadi kesalah pahaman. Memang diantara perintah Allah
dalam Al Quran salah satunya adalah berperang dengan orang kafir. Namun Timingnya harus
diperhatikan, karena kata ulama :
“Al Qital qobla Dakwah as sholah Qobla Wudhu”
Artinya :
“Berperang membunuh orang kafir tanpa dakwah seperti sholat tanpa wudhu”
Kalau kita sholat tanpa wudhu tidak akan diterima. Walaupun tingginya nilai sholat tapi kalu tanpa
wudhu maka tidak akan diterima. Katakanlah Jihad berperang itu tinggi nilainya disisi Allah tetapi
kalau tidak ditegakkan dakwahnya, makanya tidak akan diterima oleh Allah Swt. Tidak ada Nabi yang
diutus oleh Allah Swt untuk langsung membunuh orang kafir, membunuh para ahli maksiat, tetapi di
dakwah dulu.
Sekarang ini ada keinginan mempelajari agama dengan tenang-tenang saja, dengan asyik- asyik,
tidak mau bermujahaddah, sehingga timbullah ketidak pahaman atas agama. Apa yang terjadi di kita
hari ini sebagai hukuman dari Allah kepada kita, untuk menghilangkannya, kita hari ini tidaklah
menggunakan jalan yang benar. Kita gunakan jalan kejahilan dengan ketidak pahaman sehingga
sering tidak berhasil. Sering kita dengar harga barang naik dimana-mana, apa yang dilakukan umat
islam ? mereka berdemo tiap hari, supaya harga turun, sehingga timbulah keributan dan kekacauan-
kekacauan. Namun harga tetap tidak turun-turun. Jika kita pandang semua ini dengan kacamata
Iman, naiknya semua harga di dunia ini atau di suatu negeri bukan kerja pemerintah tapi kerja Allah
Swt. Semuanya diatur oleh Allah Swt, dari harga yang penting-penting sampai yang kecil-kecil di
pasar dari cabe, gula, garam, semuanya atas izin dan ketentuan Allah Swt. Tidak ada harga yang naik
bukan dari ketentuan Allah Swt, hakekatnya semuanya atas ketentuan dari Allah Swt. Namun Allah
Swt memberikan pelajaran melalui Al Quran dan Hadits asbab-asbabnya.
Dalam Suatu Hadist Mahfum :
Apabila ummat ini melakukan 3 dosa maka Allah akan datangkan 4 Adzab :
3 Dosa apa saja :
1. Membangun gedung tinggi-tinggi
2. Melaksanakan pesta pernikahan mewah-mewah
3. Membenci dan memusuhi ulama-ulama tidak mau mendengarkan fatwa dan nasehat mereka
Maka akan datang 4 Adzab :
1. Diangkatnya pemerintah yang dzalim
2. Diangkat pejabat-pejabat yang khianat
3. Dinaikkannya harga-harga barang
4. Dicabut keberkahan daripada ummat.
Jadi kita tidak sadar bahwa kondisi yang ada sekarang akibat dari dosa-dosa kita sendiri. Andaikata
kita tobat dari dosa tersebut maka dengan sendirinya segala keburukan ini akan Allah perbaiki.
Banyak contoh-contoh bahwa kita ini dalam kekeliruan, tidak memahami. Ada orang berpikir, bahwa
untuk menghidupkan islam maka kita harus paksakan syariat islam, dibentuk syariat islam. Supaya
islam bisa berjalan harus dengan kekuasaan, dengan pemerintahan, buat undang-undang, jalankan
syariat islam, seperti kalo berzina dirajam, yang mencuri dipotong tangan. Ini bukanlah cara yang
dicontohkan Nabi SAW, karena harus ada kronologinya.
Ada suatu cerita seorang presiden di pakistan memanggil ulama-ulama. Presiden berkata kepada para
ulama, ini kekuasaan ada ditangan saya, silahkan ulama-ulama jalankan syariat islam di pakistan.
Kebanyakan Ulama di pakistan menyetujuinya dan segera akan menjalankannya. Namunada ulama
dari ahlul dakwah ini berkata kita memperjuangkan agama ini harus ikut cara atau tertib Rasullullah
Saw. Nabi Saw diutus bukan untuk menghukum orang bersalah, bukan untuk merajam orang berzina
atau memotong tangan orang mencuri, tetapi membuat preventif agar mereka tidak mau berzina
ataupun mencuri yaitu dengan ditanamkan Iman. Kalau kita meloncat tanpa membuat usaha preventif
bagaimana umat ini jangan sampai berbuat salah, langsung menghukum orang bersalah, maka akan
terjadi fitnah. Sebagian besar rakyat pakistan tangannya akan buntung semua, karena pencuri
semua. Sebagian besar pejabat-pejabat pakistan ini adalah pejabat-pejabat yang korup. Apa kata
dunia nanti sebagian besar rakyat pakistan setelah melaksanakan syariat islam, tangannya buntung
semua.
Demikian bahwa usaha pertama dari para Nabi menuju kepada kesempurnaan islam ini adalah dengan
dakwah. Mereka bermujahaddah dalam usaha dakwah. Nanti akan Allah berikan hidayah dan Allah
akan bukakan mata hati kita, Allah pahamkan agama kepada kita, sehingga kita ada kekuatan untuk
melaksanakan agama. Demikian juga para sahabat RA, diajak Nabi SAW untuk bermujahaddah dalam
dakwah. Asbab dakwah ini, Allah Swt menurunkan syariat menurut kronologi tergantung kekuatan
iman atau setelah terbukanya mata hati para Sahabat RA. Mereka diajak oleh Nabi SAW
bermujahaddah secara terus menerus sampai keimanan terbentuk dalam diri sahabat RA, sehingga
ada sahabat yang sudah sholat padahal perintah sholat belum turun. Ini karena hatinya sudah
terbuka, menginginkan adanya perintah sholat. Sehingga waktu perintah sholat turun, 100% para
sahabat melaksanakan perintah sholat. Ini karena hatinya sudah terbuka. Ada sahabat sebelum turun
perintah meninggalkan minuman keras, mereka sudah meninggalkan minuman keras. Sehingga waktu
turun ayat meninggalkan minuman keras, 100% sahabat segera tidak minum lagi, tanpa menghitung
untung-ruginya. Ada yang sedang minum tiba-tiba mendengar pengumuman, saat itu langsung
dibuang. Ada yang sudah masuk kemulutnya tapi mendengarkan pengumuman tentang haramnya
khamar langsung dimuntahkan lagi. Ada yang sahabat RA bisnis minuman keras, baru belanja besar-
besaran, tapi ketika mendengar pengumuman tentang haramnya minuman keras, langsung
dihancurkan, tanpa berpikir kerugian yang dia tanggung. Ini karena sudah ada Nur Iman di hati
mereka, sudah terbuka mata hati, sudah melihat yang Haq, bahwa perintah Allah ini nilainya lebih dari
segala-galanya.
Sekarang dengan ketidak pahaman kita ini, bukannya kita menyelamatkan umat dengan agama,
tetapi malah membawa kecelakaan pada umat. Seorang ulama berkata, kalau ada seorang
perempuan membuka aurat padahal syariat islam hukumnya harus menutup aurat, maka si
perempuan itu hukumnya si perempuan tadi fasik. Namun jika dipaksakan hukum islam dengan
perundang-undangan, padahal mata hatinya belum terbuka, saat mereka berdemo menentang
daripada perundang-undangan yang isinya adalah perintah Allah, maka dari fasik hukumnya
meningkat menjadi Kafir. Ini karena menentang hukum Allah ini adalah membawa seseorang
derajatnya menjadi kafir. Selama mereka tidak menjalankan hukum Allah karena lemah iman, tetapi
tidak menentang, maka hukumnya hanya fasik. Kita ingin membawa umat kepada keselamatan,
tetapi karena tertib yang tidak benar, karena kita tidak paham, kita telah membawa umat kepada
kecelakaan.Jadi masalah Takziyah ini, bersusah payah dijalan Allah, adalah masalah penting bukan
masalah kecil. Kita tidak akan paham agama tanpa bersusah payah dijalan Allah Swt.
Saya dengar dulu para ulama di pesantren, di pakistan, Bagaimana dulu mereka mengutamakan mata
pelajaran tazkiyah bagi para santrinya. Ada seorang ulama mempunyai anak laki-laki, dia
berkeinginan anaknya bisa lebih sholeh dan lebih alim dari dia. Walaupun ulama ini mempunyai
pesantren, tetapi dia lebih memilih anaknya ini dikirim ke pesantren lain, karena dia berpikir kalau
anaknya belajar di pesantrennya sendiri maka akan menjadi manja, tidak mau susah payah.Si ulama
khawatir jika dikirim ke pesantrennya sendiri maka tidak akan ada mujahaddah. Maka si anak ini
dikirim oleh ulama ini ke pesantren kawannya sesama ulama supaya ada pendidikan khusus agar bisa
lebih alim dari beliau dan supaya lebih paham agama dari beliau. Ketika dia masuk ke pesantren,
ayahnya si ulama, memberi nasehat bahwa apapun yang diperintahkan oleh gurunya nanti ikuti saja,
jangan banyak bertanya dan jangan dibantah, walaupun kamu belum bisa mencernanya dengan
pemikiran, jalankan saja.
Setelah masuk ke pesantren, si anak ini tidak langsung diajarkan ilmu agama, tetapi diperintahkan
untuk berkhidmat di dapur pesantren. Di dapur si anak ini mencuci piring, memasak, memotong
sayur, menyediakan masakan, tidak diajarkan kepada anak ini walaupun satu alif pun. Anak ini
dengan tekun dengan ikhlas dia jalankan perintah gurunya berbulan-bulan, tidak ada mengeluh, di
dapur untuk khidmat, tidak mempelajari Quran dan Hadits. Si anak ini taat dan selalu inget pesan
ayahnya bahwa apapun yang diperintahkan laksanakan saja. Setelah melihat kepatuhan anak ini
menjalankan perintahnya, tidak mengeluh dan ikhlas menerimanya, maka si ulama pemimpin
pesantren memanggilnya. Si ulama pimpinan pesantren berkata, “Wahai anakku, Kamu sudah
khidmat di dapur, bekerja dengan baik, sekarang kamu pindah dari dapur untuk berkhidmat pada WC
umum.” Namun WC jaman dulu beda dengan WC jaman sekarang. Dulu WC pakai periuk untuk buang
air kecil dan air besar. Jadi untuk membersihkannya dia bawa periuk kotoran itu di kepalanya ke suatu
tempat untuk dibuang lalu dibersihkan. Setiap pagi inilah rutinitas yang dilakukan si anak ini dalam
waktu yang sangat lama tanpa diajarkan satu alifpun.
Setelah sekian lama si anak berkhidmat seperti itu, akhirnya gurunya memanggil. Si guru berkata,
“Anakku kamu sudah berkhidmat di dapur, lalu berkhidmat di wc, sekarang kamu akan ditugaskan
sebagai istiqbal, menjaga didepan pintu pesantren, menerima tamu2 pesantren. Sekarang kamu harus
berpakian yang bersih dan rapih tidak seperti pakian yang kamu pakai waktu di dapur ataupun ketika
khidmat wc.” Maka mendengarkan perintah ini, sama si anak langsung dijalankan, berpakian rapi,
menunggu di depan gerbang sebagai istiqbal. Ketika si anak ini sedang bertugas, si guru ini
memanggil salah satu santri yang bekerja di khidmat WC. Si guru berkata kepada si santri yang
berkhidmat di WC tersebut, “kamu tau anak itu.” Si santri bilang, “Tau stadz.” Si guru berkata, “Nanti
ketika kamu bawa periuk kotoran untuk dibersihkan dari wc, kamu bawa periuk itu kedepan dia
sehingga periuk itu melewati hidungnya dengan jarak yang dekat sekali. Nanti kamu laporkan kepada
saya apa reaksinya.” Mendengar perintah ini si santri besoknya lansung dilaksanakan perintah
Ustadznya. Dia bawa periuk wc itu tadi dan dilewatkan kedepan hidung si anak tersebut. Namun si
anak tersebut tidak ada reaksi marah atau gaduh ketika periuk itu dilewatkan secara sengaja ke
hidungnya. Si santri lapor ke stadnya bahwa tugas sudah dilaksanakan, tetapi si anak tidak
memberikan reaksi apa-apa, biasa saja. Si Ustadz berkata, “Bagus, besok kamu lakukan lagi, tapi kali
ini kamu pura-pura tersandung lalu percikkan sedikit saja kotoran itu tadi kebajunya. Nanti apa sikap
dia kamu laporkan kepada saya.”
Besoknya si santri jalankan perintah si ustadz tadi. Si Santri jalan di depan si anak tadi lalu dia pura-
pura tersandung lalu terperciklah sedikit kotoran ke baju anak itu. Namun si anak bukannya marah
malah minta maaf, bahwa ini salah dia, tidak seharusnya dia menghalangi jalannya si santri yang
bawa periuk kotoran tersebut. Maka dilaporkanlah kejadian tersebut kepada si ulama pimpinan
pondok pesantren. Si Ulama bilang, “Bagus, besok kamu lewat lagi kedepan dia kali ini, pura-pura
kesandung, lalu tumpahkan seluruh isi periuk kotoran wc tadi ke badan dia.” Besoknya dia jalankan
perintah si pimpinan pondok pesantren tadi, dia jalan pura-pura kesandung lalu ditumpahkan periuk
kotoran tadi seluruhnya kebadan si anak yang sedang istiqbal tersebut. Namun apa reaksi anak
tersebut ? itu anak bukannya marah malah menangis, dia berkata, “Apa saya ini terus-terusan
berbuat salah ? kemarin saya mengganggu jalan saudara, hari ini juga begitu, kenapa saya gak
belajar-belajar.”
Maka dilaporkanlah kejadian ini pada si ulama tersebut. Kali ini si ulama memanggil si anak tersebut,
“Wahai anakku, kamu sudah khidmat di dapur, sudah khidmat di wc, dan sudah khidmat di istiqbal,
sekarang ada tugas masih khidmat juga, yaitu mencari daging.” Kalau dulu yang namanya mencari
daging yaitu dengan berburu ke hutan. Jadi si anak ini berburu ke hutan dengan membawa anjing
pemburu. Caranya dia disuruh memakai ikat pinggang yang kuat yang di ikatkan kepada 6 ekor
anjing. Waktu pergi kehutan si anjing mencium bau daging binatang buruan maka si anjing berlari
sehingga si anak yang kecil ini badannya terbanting-banting badannya. Si anak tersebut terseret
kesana kemari karena kuatnya tarikan anjing-anjing pemburu, sehingga dia pulang ke pesanten
dalam keadaan babak belur. Si Ulama pimpinan pondok pesantren bertanya, “Gimana berburunya di
hutan ?” si anak menjawab, “Alhamdullilah baik, semuanya lancar tidak ada masalah.” Si anak tidak
mengeluh apapun kepada gurunya, bahkan mengatakn semuanya baik-baik saja, padahal dia babak
belur. Setelah kejadian ini si ulama pimpinan pondok memeluk anak itu, dan berkata, “Wahai anakku
kamu sekarang sudah punya modal untuk belajar agama, kamu boleh pulang, mau belajar disini, atau
ditempat lain, ataupun di pesantren ayahmu, silahkan saja, karena kamu sudah ada modal untuk
belajar agama.” Maksudnya apa ? si anak ini sudah punya modal belajar agama yaitu kesabaran dan
ketabahan.
Kalau kita mempunyai sifat seperti itu maka Nur Quran dan Hadits akan mudah masuk ke hati kita.
Tapi kalau kita ingin asik-asik dan senang-senang inilah yang menyebabkan susahnya kita memahami
daripada Al Quran dan Hadits, sehingga susah membawa kita kepada pengamalan, apalagi kepada
penghayatan.Balik mengomentari cerita tadi kenapa terakhir ini anak disuruh berburu dengan
membawa 6 ekor anjing yang banyak hingga dia babak belur terbawa kesana kemari. Ini karena si
anak ini adalah calon ulama. Ulama itu akan mengayomi masyarakat, sedangkan keinginan
masyarakat itu berbeda-beda, yang satu mau begini, yang satu mau begitu. Jadi ulama-ulama itu
harus siap babak belur, supaya masyarakat bisa menerima mereka, tidak memihak kepada siapapun,
karena ulama ini calon pimpinan. Demikian orang-orang terdahulu belajar agama tidak dengan
senang-senang, tetapi dengan mujahaddah. Ketika kita membuka riwayat hidup imam-imam besar
seperti Imam Bukhari, Imam Muslims, Imam Syafei, Imam Hanafi, Imam Hambali, dalam hidup
mereka mempelajari agama penuh dengan mujahaddah, baru Allah Swt berikan kemuliaan pada
mereka menjadi Imam, dan pemahaman atas agama.
Inilah kekurangan dan kelemahan kita di hari ini, masalah mujahaddah telah ditinggalkan. Arahan dari
Nizammuddin, para masyeikh katakan, untuk agama ini bisa tumbuh di diri kita diperlukan 2 syarat :
1. Hidup Sederhana Zuhud terhadap dunia
2. Siap bermujahaddah Rabbah terhadap Akherat
Kalau ada di diri kita ini hidup sederhana dan siap bermujahaddah maka agama akan tumbuh subur di
kehidupan kita. Mengapa agama diturunkan di jazirah Arab pada waktu itu ? ini karena sifat ini ada
pada orang-orang Arab dibandingkan dengan kehidupan orang-orang persia dan romawi pada waktu
itu. Orang-orang arab ketika itu hidupnya sangat sederhana dan mujahaddah, mereka hidup di
padang pasir, berpanas-panasan, kurang air, sering lapar dan haus. Sehinggga Allah turunkan agama,
karena mereka mempunyai sifat ini, sehingga agama tersebar kemana-mana asbab mereka.
Demikian juga Maulana Ilyas Rah.A, memulai usaha dakwah di mewat, India. Orang Mewat ketika itu
mempunyai sifat yang sama, mereka hidup sederhana dan bermujahaddah. Dari korban orang-orang
mewat usaha dakwah tersebar keseluruh dunia. Inilah yang menyuburkan agama pada umat ini jika
ada hidup sederhana dan mujahaddah. Sedangkan yang meracuni agama dan menyebabkan agama
jadi gersang ini juga ada 2 sebab :
1. Hidup Mewah dan Boros
2. Kenyamanan hidup & keinginan senang-senang
Inilah yang menyebabkan agama gersang. Kita harus memiliki Zuhud terhadap dunia dan Rabbah
terhadap akherat, baru agama akan mudah diamalkan. Kalau kita Rabbahnya, semangatnya, hanya
kepada dunian saja, dan semangat terhadap akherat kita lebih kecil dibanding keduniaan kita, maka
Hidyah akan susah masuk. Jadi kita harus ada sifat zuhud pada dunia dan rabbah terhadap akherat,
susah payah demi akherat. Diantara sifat-sifat para sahabat RA diceritakan bahwa sahabat ini kalau
sholat ada dua tempat, satu tempat yang teduh dan satu lagi tempat yang panas. Para sahabat RA
sengaja lebih memilih tempat yang panas agar bisa bermujahaddah. Ini yang dilupakan oleh kita hari
ini, sehingga hari ini ada kita temukan pesantren-pesantren dan sekolah-sekolah ingin pelajarnya ini
senang-senang. Sementara kalau kita lihat ulama-ulama yang besar itu dulu lahir dari pesantren-
pesantren yang mujahaddah. Mereka memasak sendiri, mencuci sendiri, tempat juga sederhana,
bersusah payah mempelajari agama. Sekarang hari ini ada keinginan dari orang-orang ingin
memahamkan agama tapi dengan menghilangkan mujahaddah. Pelajarnya diberi kemewahan dan
kenyamanan, maka tidak paham-paham agama.
Maksud daripada Usaha Dakwah ini adalah sedikit banyak kita belajar bermujahaddah di jalan Allah
Swt, sehingga mata hati kita terbuka. Kalau mata hati kita terbuka, kita berjuang dan berkorban di
jalan Allah Swt, ikhlas karena Allah Swt, maka Allah ajarkan agama pada diri kita diberi kepahaman
tanpa guru di ajarkan oleh Allah Swt. Sering kita lihat orang yang bermujahaddah di jalan dakwah ini,
banyak orang yang Allah bukakan hatinya, bisa paham agama walaupun dia jarang duduk di taklim.
Inilah yang namanya ilmu laduni, ilmu tanpa guru.
Hadits Mahfum :
“Barangsiapa yang mengamalkan ilmu yang diketahuinya maka Allah akan ajarkan ilmu yang belum
diketahuinya”
Walaupun tanpa guru. Andaikata kita mau berkorban di jalan Allah dengan harta dan diri,
bermujaddah berjuang dijalan Allah, maka nanti Allah akan masukkan Nur kedalam hati kita untuk
memahami Al Quran dan Hadits.
Ada seorang ahli dakwah datang ke Maulana Yusuf Rah.A. Dia mengatakan, “Wahai Maulana, saya
sudah keluar 4 bulan, amal maqomi juga sudah saya jalankan, alhamdullillah tiap tahun saya keluar,
tetapi kenapa perasaan saya ini keikhlasan belum masuk ke hati saya.” Ini kerisauan orang tersebut.
Apa nasehat Maulana Yusuf Rah.A, “Engkau teruskan dakwah, terus dan terus, sampai kamu bertemu
dengan si abdurrahman.” Si orang ini bingung siapa ini si abdurrahman. Akhirnya Maulana Yusuf
ceritakan siapa si abdurrahman. Jadi si Abdurrahman ini adalah seorang pemuda kampung yang
miskin, hidupnya sebagai kuli tani, bekerja di ladang orang untuk mendapatkan upah. Si
Abdurrahman ini mempunyai cita-cita belajar agama di pesantren untuk paham agama. Suatu ketika
dia mendengar ada pesantren yang terkenal di suatu kampung. Maka dia niat untuk masuk ke
pesantren tersebut belajar dari ulama yang kononnya terkenal dengan kealimannya.
Mulailah si Abdurrahman menabung dari hasil upahnya untuk dapat masuk ke pesantren. Singkat
cerita akhirnya uangnya terkumpul dari hasil jerih payahnya. Berangkatlah si abdurrahman ke
pesantren tersebut untuk mencari ulama yang dia sering dengar untuk dapat belajar dari dia. Setelah
sampai di kampung tempat pesantren tersebut, akhirnya dia baru tahu ternyata ulama yang dia cari
ternyata udah meninggal. Mendengar hal tersebut sedihlah si abdurrahman, karena sudah sekian
lama dia menabung untuk belajar dengan ulama tersebut ternyata setelah datang si kyai sudah
meninggal. Si Abdurrahman akhirnya terpikir, biasanya satu pesantren ini kalau kyainya meninggal
pasti ada anaknya atau anggota keluarga lainnya yang sama alimnya yang menggantikan posisi kyai
tersebut dalam mengajar. Si Abdurrahman mulai bertanya ke penduduk apakah ada pengganti ulama
tersebut. Penduduk kampung bilang yang melanjutkan memimpin pondok pesantren itu adalah
anaknya si kyai tersebut. Singkat cerita pergila si abdurrahman ini kerumah anak si ulama tersebut.
Sampai di tempat anak si ulama tersebut, memang dasar si abdurrahman ini mempunya hati yang
bersih maka dia selalu menjaga prasangka baik kepada si anak ulama tersebut karena
kesungguhannya ingin belajar. Abdurrahman ini mempunyai keyakinan kalau bapaknya ini ulama
sholeh pasti anaknya juga seorang alim yang sholeh juga. Padahal si anak ulama ini ternyata tidak
seperti bapaknya yang alim dan sholeh. Si anak ulama ini ternyata seorang bergajulan, tidak sholat,
pemabok, penjudi, dan kerjakan banyak maksiat. Namun si abdurrahman tidak tahu, dia hanya tau
kalau si anak kyai ini pasti orang yang sholeh dan alim juga seperti bapaknya, dan dia datang ingin
belajar kepada si anak kyai tersebut. Pada waktu datang ke rumah si anak kyai itu kebetulan si anak
kyai ini mempunyai pembantu namanya juga si abdurrahman, yang saat itu sedang pergi beli sesuatu
di luar.
Jadi waktu si abdurahman ini mengetuk pintu dan mengucapkan salam, si anak kyai ini rupanya
sedang kesal rupanya. Baru masuk rumah si anak kyai ini langsung memarahi si abdurahman,
disangkanya yang datang ini adalah pembantunya. Si anak kyai ini marah dan berkata, “Kemana saja
kamu Abdurrahman, saya sudah menunggu dari tadi ?” mendengar hal ini si abdurahman terkejut,
wah dia terpikir anak kyai ini sungguh kasyaf, saya belum datang dan belum mengutarakan maksud
saja dia sudah menunggu saya. Makin yakin saja si abdurrahman untuk belajar kepada anak kyai ini.
Waktu dia buka pintu dan menongolkan muka, baru nampaklah muka si abdurahman, maka
terkejutlah anak si kyai ini ternyata bukan pembantunya. Maka ditanyalah nama, darimana, dan
maksud kedatangan si abdurrahman ini oleh si anak kyai ini. Si Abdurrahman mengutarakan bahwa
dia ingin belajar kepada si anak kyai tersebut. Mendengar hal ini si anak kyai bingung, dia bilang ke
abdurrahman bahwa dirinya ini bukan kyai. Mendengar hal ini si abdurrahman merasa bahwa anak
kyai ini Masya Allah sungguh tawadhu. Bagi si Abdurrahman anak kyai ini seorang kyai yang yang
tawadhu tidak mau menunjukkan keulamaannya, maka semakin yakin dia mau belajar kepada si anak
kyai ini. Si abdurrahman berkata, “Bagaimanapun juga saya mau nyantri di pesantren, belajar kepada
kyai.” Si anak Kyai mengatakan bahwa dirinya tidak bisa ngajar. Masya Allah di hati si abdurrahman
bahwa tawadhu sekali ini seorang ulama mengaku tidak mampu ngajar. Di satu sisi si abdurrahman
memaksa untuk belajar, disatu sisi si anak kyai menolak karena dia tidak bisa ngajar.
Melihat keadaan ini si anak kyai ini yakin bahwa si abdurrahman ini seorang pemuda kampung yang
bodoh, sehingga timbullah pikiran jahat untuk menjahili si abdurrahman. Si anak kyai ini bertanya
kepada Abdurrahman, “Apa kerja kamu ?” abdurrahman menjelaskan bahwa dia bekerja sebagai kuli
ladang di kampungnya. Si anak kyai itu berkata, “Bagus, saya punya ladang disana, kamu balik ke
kampung kamu lalu kamu tanami ladang saya, kalau kamu mau belajar sama saya, kamu kerja disana
nanti 10 tahun lagi kamu balik kemari untuk belajar agama.” Si Abdurrahman ini hatinya bersih dan
karena dia sungguh-sungguh ingin belajar agama, dia setujui persyaratan anak kyai tadi. Pergilah si
Abdurrahman ini balik ke kampungnya di gunung untuk menjadi kuli ladang kembali menggarap
ladang si anak kyai tadi juga. Dia kembali bekerja dengan niat untuk belajar agama disanalah dia
bermujahaddah. Dia terus bekerja disana tanpa mempelajari satu alifpun.
Allah Swt Maha Adil dan Maha mengetahui kesucian dan kebersihan niat si Abdurrahman ini. Persis 10
tahun dia bekerja ada seorang ulama besar meninggal dunia di masa itu. Allah Swt dengan QudratNya
memindahkan ilmu agama dan pemahaman agama si Ulama tersebut kepada si Abdurrahman tanpa
perantara guru. Asbab ini dengan serta merta jadi alim, si abdurrahman pikirannya terbuka dan
pemahamannya bertambah. Bagaimana prasangka Abdurrahman saat ini mengalami kejadian yang
demikian ? si Abdurrahman berpikir, “Masya Allah guru saya ini luar biasa, dia mengajarkan agama
kepada saya dari jarak jauh.” Begitulah sikap abdurrahman memuji kepada gurunya karena sudah
mengajarinya agama dari jarak jauh. Akhirnya si Abdurrahman turun dari gunung pergi mengunjungi
si anak kyai untuk berterima kasih. Si anak kyai bertanya, “Bagaimana kabar kamu ?” si Abdurrahman
menjawab, “Alhamdullillah berkat ajaran pak kyai dari jarak jauh, kini saya sudah jadi alim, paham
mengenai banyak hal tentang agama.” Si anak kyai ini tidak percaya, masa hanya dengan bertani
sesorang bisa berubah jadi alim. Melihat hal ini karena penasaran si abdurrahman diajak keliling oleh
anak kyai ini untuk bertemu ulama-ulama agar bisa membuktikan perkataan abdurrahman ini.
Terkejut si anak kyai ini ternyata setelah di test memang betul bahwa si abdurrahman ini alim.
Asbab si Abdurrahman, Allah berikan si anak kyai ini hidayah, bertaubat, lalu menyantri dengan si
abdurrahman ini. Ini adalah kisah nyata yang diceritakan oleh masyeikh kita. Disini ada pelajaran
yang bisa kita ambil :
1. Niat ikhlas
2. Mujahaddah
3. Sangka Baik
4. Asbab Hidayah
Begitu kita di dalam kerja dakwah ini, kita terus dakwah walaupun dengan segala kelemahan kita,
sampai kita ketemu orang seperti si Abdurrahman ini. Berkah dari orang seperti ini akan kita dapatkan
asbab kerja dakwah ini. Ini adalah contoh bagaimana Allah akan berikan kepahaman kepada kita
kalau kita mau bersusah payah dalam memperjuangkan agama ini. Tidak ada sejarahnya orang dapat
pemahaman agama hanya dengan santai-santai dan senang-senang. Kepahaman agama hanya Allah
berikan kepada orang yang mau mujahaddah memperjuangkan agama. Sehingga tidak salah langkah
dalam agama. Hari ini agama hanya ditafsirkan menurut akal pikiran dan nafsu kita masing-masing
karena telah ditinggalkannya mujahaddah. Sehingga mengamalkan agama menurut hawa nafsu,
menurut pikiran kita saja, bukannya mengikuti daripada yang di contohkan oleh Rasullullah SAW dan
para sahabat RA.
Kita keluar di jalan Allah ini bukan hal yang baru, ini merupakan syarat untuk memahami agama,
dengan cara bersusah payah dijalan Allah. Asbab kita tinggalkan mujahadah sehingga hari ini ummat
mudah terbawa daripada keinginan-keinginan dari orang kafir agar hidup ini senang-senang dan
mewah-mewah. Sementara untuk agama tumbuh subur kita harus bisa zuhud terhada dunia
bukannya mewah-mewah. Oleh karena itu kita semua harus siap untuk bermujahaddah di jalan Allah
agar Allah beri kepahaman agama kepada kita. Kita keluar dijalan Allah kita belajar zuhud terhadap
dunia, bawa pakaian seadanya, masak sendiri nyuci sendiri, kadang-kadang kepanasan, kadang-
kadang kedinginan, tidur dilantai, banyak nyamuk dan lain-lain. Ini adalah faktor-faktor yang
membuat datangnya hidayah yaitu dengan mujahaddah. Sementara kalau kita dirumah kita dapat
kenyamanan makanan disediakan, baju ada yang nyuci, tidur dikasur, sehingga agama susah masuk
kalau kita dirumah saja. Asbab kenyamanan di rumah ini membuat kita tidak paham agama, karena
mata hati kita tidak terbuka.
Untuk kepahaman atas Al Quran dan Hadits itu membutuhkan sifat Mujahaddah. Jangan pernah
merasa cukup mempelajari Al Quran dan Hadits karena kedalamannya sangat luas,agama itu luas,
dibutuhkan mujahaddah yang terus menerus untuk memahaminya. Walaupun kita sudah
mengamalkan agama tetap akan masih kurang. Maka acuan kita bukanlah pada orang jaman
sekarang dalam pengamalan dan pemahaman tetapi Rasullullah SAW dan para Sahabat RA. Dibanding
rasullullah SAW dan para sahabat pengamalan kita dan pemahaman agama kita sangat jauh sekali
dibanding mereka.
Inilah mengapa kita harus merintis pengorbanan kita agar seperti mereka. Bagaimana ketaatan kita
seperti mereka. Untuk itulah kita lagi dan lagi bermujahaddah. Inilah yang perlu kita pahamkan
kepada ummat bahwa didalam untuk memahami agama ini penting untuk bersusah payah dijalan
Allah Swt. Hari ini ada pemikiran di masyarakat bahwa untuk apa susah-susah dakwah ke kampung-
kampung, padahal hari ini ada TV, ada Internet, ada Handphone, ada Radio, lebih luas cakupannya
dan lebih banyak penggunanya sehingga point-point dakwah bisa disebar melalui media itu. Padahal
kalau kita perhatikan para sahabat dulu mujahaddah berdakwah ke yaman, lalu orang-orang
berbondong-bondong masuk islam. Lalu para sahabat mujahaddah berdakwah ke maghribi, lalu
ramai-ramai orang-orang berbondong bondong masuk islam. Masuk ke mesir, ramai-ramai orang-
orang masuk islam. Masuk ke Aljazair, ramai-ramai orang masuk islam. Padahal dulu belum ada
handphone, televisi, radio, ataupun internet, namun asbab ada mujahaddah para sahabat RA dalam
berdakwah orang-orang berbondong-bondong masuk islam. Sekarang dengan alat-alat modern ini
adakah kita dengar orang-orang suatu negeri berbondong-bondong masuk islam ? jawabnya tidak.
Jadi terbukanya mata hati bukan lah karena hal-hal seperti itu. Kalaulah memang tv, radio,
Handphone, dan radio memang bisa memajukan agama pastilah sudah diberikan kepada Rasullullah
SAW oleh Allah Swt. Ini karena Allah Swt berfirman :
“Al yauma akmaltu lakum dinnakum…” Artinya : Hari ini telah sempurna Agama
Tidak memerlukan lagi cara yang seperti itu, cara yang dibawa oleh Nabi SAW adalah cara yang sudah
sempurna, tinggal mengikuti saja, jangan pakai akal-akalan kita. Kita tidak menafikan kalau orang
mau memakai itu silahkan saja tetapi cara Mujahaddah ini jangan ditinggalkan. Kita akan tambah jauh
dari agama jika kita tinggalkan cara Nabi SAW. Sehingga sesam islam sekarang mudah di adu domba,
dibenturkan, satu sama lain, sampai terjadi perang sesama islam. Ini karena mereka tidak paham
sama agama. Andaikata kita paham dengan agama akan timbul kasih sayang, cintai mencintai, rukun,
dan satu hati itu akan terjadi.
Kita belum paham agama karena kita kurang bermujahaddah. Dalam beramal ini, Allah akan bukakan
mata hati sejauh mana kita bermujahaddah. Kata para ulama kalau kita beramal akan mendapatkan
pahala, tetapi kalau dengan bermujahaddah maka akan mendapatkan hidayah. Contoh kalau kita
berwudhu ini akan mendapatkan pahala, tetapi kalau kita berwudhu ditempat yang dingin, dalam
keadaan ngantuk, dan lain-lain, selain dapat pahala kita akan dapat hidayah. Kita di Indonesia ini
puasa tidak terlalu berat, apalagi di Eropa dimusim dingin, siangnya lebih pendek, lebih enak lagi
puasanya. Berbeda kalau kita puasa di negeri arab panasnya luar biasa, siangnya lebih panjang,
sedikit-sedikit haus. Kita ini kalau hanya di indonesia saja tidak akan mengalami mujahadahnya
beramal di negeri orang. Jika kita mengalamin bermujahaddah di negeri mereka ketika musim panas
dan musim dingin, maka hidayah akan datang kepada kita. Kita lihat saudara-saudara kita yang
bermujahaddah, iman mereka kuat. Sehingga walaupun ditengah-tengah kemaksiatan, Allah berikan
kekuatan untuk mengamalkan agama.
Saya lihat waktu kami ke spanyol, saya lihat orang-orang islam dari marokko, maghribi. Di Marokko
Quran ini sudah membudaya. Ketika kami ke morokko kami lihat setiap bada maghrib dan bada subuh
seluruh mesjid membaca al quran bersama secara berurutan. Setiap hari membaca 1 juz bersama-
sama sehingga dalam 1 bulan mereka sudah biasa mengkhatamkan Al Quran. Ketika kami berjaulah
baru kami baca ayat pendek mereka yang meneruskan bacaannya anak-anak muda sudah hafal
Quran, banyak sekali kami temui di spanyol. Di bulan puasa biasa bagi mereka terawih baca 1 juz.
Semangat Ibadah mereka sangat tinggi, ini di negeri kafir, bagaimana dengan kita disini yang
kononnya muslim terbesar. Di negeri kafir penuh dengan kemaksiatan, mereka bisa sholat terawih
bacaan Qurannya 1 juz. Ketika kami di Barcelona di markaz tabligh yang konon baru dibangun tahun
1987 agama berkembang pesat. Padahal dulunya kalau orang muslim mengucapkan salam saja bisa
marah orang karena merasa panggilan kampungan begitu. Namun asbab ada kerja dakwah kini di
Barcelona sholat dzuhur saja ramainya sama seperti sholat jumat. Sebelum tabligh datang, dulu
orang-orang Maroko di Barcelona tidak sholat, namun asbab tabligh alhamdullillah, dikota maksiat
orang-orang tetap menjaga sholat berjamaahnya. Walaupun kita sedang jaulah orang-orang di bar di
tempat-tempat ngopi tapi ketika kita datangin waktu jaulah mereka mendengarkan dengan baik.
Kalau di Spanyol ini banyaknya orang Marokko, lain lagi di Portugal orang islam banyaknya orang
Afrika dari Mozzambiek. Mereka membangun mesjid besar dan megah, setiap malam mereka
menjamu orang buka dan makan malam sekitar 400 orang setiap harinya. Luar biasa semangat
mereka dalam beribadah dan bersedekah. Bahkan kita kira pemerintah mereka yang kononnya tidak
menyukai islam, pemerintahan kafir, ternyata mereka justru senang dengan orang islam, bahkan ikut
nyumbang dalam membangun mesjid. Hubungan mereka orang islam dengan pemerintah ternyata
baik ini karena akhlaqnya bagus, tidak membuat kekacauan sehingga pemerintah sana senang.
Disana, Portugal, pemerintahnya memberikan banyak kemudahan-kemudahan dalam menjalankan
usaha dakwah. Ini karena mereka melihat orang-orang yang ada salam usaha dakwah ini orangnya
baik-baik tidak menganggu politik ataupun yang lainnya, umum jalankan usaha agama saja. Demikian
asbab bermujahaddah dijalan Allah sehingga Allah bukakan kemudahan-kemudahan dalam usaha
dakwah ini.
Lain lagi di perancis, Jaulah kedua lebih banyak dibanding dari jaulah pertama, beda dengan di
Indonesia yang jaulah pertamanya lebih banyak dibanding jaulah keduanya. Ini karena banyak mesjid
di Indonesia menjalankan mesjid di jaulah pertama tapi jaulah keduanya tidak. Kalau di perancis
mereka menggunakan cara misalnya ada 8 orang di mesjid jaulah pertama, maka semuanya akan
bergerak bersama-sama. Tetapi kalau jaulah kedua di perancis ini, yang 8 orang dibagi 4 rombongan
dibagi per 2 orang untuk jaulah kedua. Di perancis karena jarang mesjid maka caranya mereka gelar
tikar dibawah pohon, lalu waktu adzan mereka jaulah ke flat-flat. Alhamdullillah mereka yang ditaman
dan dijalan-jalan, mereka berdatangan, mendengar bayan. Para taskilan, mereka dibawa kebawah
pohon seperti piknik untuk di iqrom. Waktu sholat berjamaah mereka berbondong-bondong ikut sholat
dibawah pohon. Mereka terus menerus sholat dibawah pohon akhirnya Allah ubah keadaan sehingga
kini mesjid bertambah menjadi ribuan mesjid. Sekarang total kurang lebih mesjid di perancis ada
3500 mesjid.
Pernah dulu raja Arab Saudi, raja Faisal ketika itu mengajukan proposal kepada pemerintahan
perancis untuk mendirikan mesjid karena susahnya dia nyari mesjid untuk sholat. Mendapat tawaran
itu presiden perancis konsulasi dengan para pendeta gereja saat itu untuk menyikapi proposal raja
Arab. Mereka membalas surat ke Raja Arab ketika itu yang isinya kalau mereka diperbolehkan
mendirikan gereja di mekah, maka raja Faisal diperbolehkan membangun mesjid di Perancis.
Mendapat jawaban seperti itu Raja Faisal membatalkan niatnya untuk membangun mesjid. Setelah
dengan jalan kekuasaan pemerintah untuk menegakkan agama dengan membangun mesjid tidak
mampu dilaksanakan. Namun, alhamdullillas asbab kerja dakwah yang dilakukan dengan cara diam-
diam, kini mesjid ada dimana-mana di perancis. Di tahun 1960 an di perancis hanya ada 1 mesjid, kini
tahun 2009 jumlah mesjid ada ± 3500 mesjid. Ini kelebihan pemerintahan perancis, hak azasi sangat
dihargai bagi warga negara sana.
Suatu ketika di salah satu kota perancis ini ketika adzan dikumandangkan, warga non muslim protest,
sehingga diangkatlah kasus ini ke pengadilan. Pengacara orang islam ini pintar, mereka berargument
kalau memang mereka terganggu karena suara adzan seharusnya mereka lebih terganggu lagi sama
suara bising pesawat di airport, karena lokasinya sangat dengat dengan airport. Jadi kalau memang
mau ditetapkan seperti itu maka seharusnya airportpun juga di tiadakan. Akhirnya umat islam
menang di pengadilan bisa diterima secara akal. Kalau misalnya mereka tidak suka bising bukannya
airport yang digusur tapi merekalah yang harus pindah jauh dari Airport. Begitu juga dengan suara
adzan kalau memang tidak suka dengan suara adzan yang tidak seberapa jangan di larang adzannya
tapi merekalah yang harus pindah. Alhamdullilah akhirnya yang non muslim pada pindah, dan yang
islam pindah kedaerah itu. Demikanlah dengan mujahaddah ini Allah berikan kemudahan-kemudahan.
Juga sudah banyak bukti banyak orang-orang masuk islam asbab Akhlaq. Banyak laki-laki di perancis
ingin mencari wanita-wanita islam, karena wanita islam ini taat dan tidak khianat kepada suami. Jadi
kalau kita terus bermujahaddah di jalan dakwah ini maka nanti akan datang orang-orang berbondong-
bondong masuk islam. Seperti dijaman Sahabat RA, bahwa orang-orang akan berbondong-bondong
masuk islam ketika umat islam sudah sempurna agamanya : Iman nya betul, Ibadahnya Betul,
Muamalahnya Betul, Muasyarohnya betul, dan Akhlaqnya betul. Orang yang hidup di luar agama ini
hidupnya tidak ada kebahagiaan hanya sangkaannya, kelihatannya bahagia, padahal rohaninya
kosong. Memang betul secara dzohiriyah mereka maju dari makanannya, pakaiannya,
transportasinya, rumahnya, namun secara rohaniat mereka kosong dan gersang hatinya. Padahal
mereka cukup makan uang ada, dan pakaian banyak, tapi tiap hari mereka bengong saja, sehingga
untuk menghilangkan kekosongan dan kesusahan dalam hatinya ini akhirnya mereka buat kebiasaan
fly atau mabuk-mabukan agar bisa senang. Seharusnya keadaan mereka ini jangan kita benci tapi
harus dikasihani, karena sesungguhnya dengan kehidupan seperti itu kehidupan mereka seperti
tinggal menunggu adzab saja. Walaupun hidup mewah dan nyaman tapi jika mati tidak membawa
iman maka mereka akan di azab selama-lamanya. Kita yang bertanggung jawab atas mereka ini.
Dakwahkan agama, Kita bersusah payah datang kepada mereka. Asbab kerisauan kita ini kepada
mereka maka Allah akan bukakan mata hati kita, nanti Allah beri kepahaman. Jika mata hati kita
menyanyangi umat, maka Allah akan sayang kepada kita.
Mahfum Hadits :
“Irhamu ma fil ardhi yarhamu suma fissama” Artinya : “Kamu kasihani apa yang ada di muka bumi
maka ahli langit akan kasih kepada kamu”
Bukannya kita gunjingi atau diperangi mereka, tetapi justru harusnya kita kasihani mereka, kita
dakwahkan mereka menyampaikan Kalimat Tauhid. Mereka ini adalah tanggung jawab kita. Agama
Islam ini bukan untuk orang islam saja tapi untuk semua manusia.
Allah berfirman :
Innadeena Indallahiil islam : Agama yang diterima oleh Allah hanya Islam
Selain islam tidak akan diterima, dan Allah ini bukannya tuhan untuk umat islam saja tapi Allah ini
Rabbunnaas, Tuhan seluruh manusia, bahkan Rabbul Alamin, Tuhan seluruh alam. Dan Nabi
Muhammad SAW bukan hanya nabi untuk umat islam saja tetapi untuk seluruh umat manusia.
Allah berfirman :
Wama arsalnaka illa kaffatan linnas : Kami tidak utus engkau Muhammad melainkan untuk seluruh
manusia
Begitu juga Al Quran bukan kitab suci bagi umat islam saja, tapi Hudallinnaas, petunjuk bagi seluruh
manusia, bukan huda lilmuslimin, petunjuk bagi muslim saja. Sekarang siapa yang mau bertanggung
jawab atas umat pada hari ini, yang sebagian besar tidak kenal pada Allah, tidak kenal pada Nabi
Saw, tidak kenal pad Al Quran, sedangkan Nabi sudah tidak akan datang lagi. Ini semua adalah
tanggung jawab kita untuk menyampaikan ini kepada mereka. Manusia dalam kecelakaan besar,
Kalau kita mati tidak ada harta, tidak ada pakaian, tidak ada rumah, ini tidak bahaya selama ada
iman, namun jika mati dalam keadaan tidak beriman maka mereka akan disiksa selama-lamanya. Kita
harus melanjutkan fikir Nabi Saw dan usaha Nabi Saw. Kita memang bukan Nabi atau Rasul namun
Allah muliakan kita dengan mewariskan usaha kenabian kepada ummat ini untuk dilanjutkan.
Jangan kita kecil hati bahwa kita ini lemah banyak kekurangan sementara penduduk manusia miliaran
bagaimana mungkin ? Kita harus ambil pelajaran dari kisah Nabi Ibrahim AS. Ketika Nabi Ibrahim AS
dibakar oleh Namrud Laknatullah Alaih, ada seekor burung kecil bawa air di paruhnya terbang tinggi
diatas apinya membawa air bolak balik agar api padam. Malaikat bertanya, “Apa yang kamu kerjakan
wahai burung ?” burung menjawab, “sedang berusaha memadamkan api yang membakar kekasih
Allah, ibrahim AS.” Malaikat bilang apa manfaatnya membawa air sedikit itu untuk mematikan api
yang demikian hebat, belum sampai ke api sudah menguap. Kata burung biar saja tidak apa-apa,
yang penting kata burung nanti di akherat ketika Allah bertanya kepadanya, “Wahai Burung adakah
kamu menyaksikan kekasihku dibakar, lalu apa yang kamu lakukan ?” Maka aku akan menjawab, “Ya
Allah aku hanya bisa membawa sedikit air saja di paruh aku menurut kemampuanku saja, mudah-
mudahan dengan amalku yang sedikit ini bisa diterima.” Jadi jangan lihat besar kecilnya dunia kita
tapi lihatlah seberapa kemampuan kita. Allah tidak melihat hasil dalam usaha agama ini tapi yang
dilihat oleh Allah Swt adalah usaha kita. Nabi Nuh AS 950 tahun dakwah siang malam tapi yang dapat
hidayah cuman 80 orang saja, tapi Nabi Nuh AS tidak dianggap gagal oleh Allah SWT. Walaupun
dilempari batu tapi usahanya tidak berhenti. Maka Insya Allah kita niatkan ambil bagian dalam Takaza
Agama ini.
sumber : http://buyaathaillah.wordpress.com
 (Bandung)
23 September 2001
Lembang, Bandung
Rudi Farid
Bayan Maghrib

Perkara yang patut disyukuri sebenarnya adalah perkara Iman dan Amal. Untung dan ruginya
seseorang bukanlah disebabkan karena bertambahnya atau berkurangnya kebendaan yang dimiliki
tetapi dilihat dari bertambah atau berkurangnya Iman dan Amalnya. Inilah tolok ukur yang ditetapkan
Allah SWT. Jika kita bersyukur maka Allah akan tambah keimanan dan amal sholeh kita. Harta dan
kebendaan yang kita miliki hanya berlaku selama disini saja, tetapi Iman dan Amal walaupun hanya
sebesar biji Dzaroh adalah untuk selama lamanya. Kita perlu bersyukur setinggi-tingginya melebihi
syukur kita terhadap benda yang kita dapati. Orang yang beruntung adalah orang yang amal-amal
sholehnya bisa melebihi daripada amal buruknya. Apa itu amal sholeh yaitu amalan yang bisa
membawa orang tersebut ke surganya Allah Ta’ala. Jadi Amal sholeh yang bisa kita lakukan itu
sebenarnya karena rahmat dan kasih sayang Allah. Tanda kasih sayang Allah itu adalah jika Allah
menyibukan diri kita dalam amal-amal agama. Ketika amal ini naik kepada Allah dengan ikhlas nanti
Allah akan buat keputusan yang baik.
Manusia tidak tahu persis bahagia itu seperti apa, karena sesungguhnya kebahagiaan manusia itu
hanya Allah yang tahu. Manusia semuanya ingin bahagia tapi mereka punya kesimpulan masing-
masing tentang arti kebahagiaan itu. Seperti Qorun merasa letak kebahagiaannya pada harta, Fir’aun
pada kekuasaan, Hamman dalam karir politiknya, kaum Ad dalam kesehatan, kaum saba dalam
pertanian, dan lain-lain. Qorun ketika diminta oleh Musa AS untuk membayar Zakat, dia merasa
kebahagiaannya terusik. Musa AS berkata bahwa yang kamu dapat ini, semuanya datang dari Allah.
Tetapi apa jawab Qorun, “Ini semua adalah hasil jerih payahku, dan karena kepintaranku.” Begitu
juga dengan Firaun yang Allah beri mimpi bayi yang akan menggantikan posisinya sebagai Raja,
sehingga dia membunuh 70.000 bayi tiap tahunnya. Hamman yang merasa terganggu oleh kehadiran
Musa dalam kekuasaan, dan kaum-kaum yang lainnya. Ketika Kebahagiaaan mereka merasa
terganggu maka mereka akan melakukan tindakan yang Bathil.
Mereka telah Allah peringati tetapi mereka tidak mau dengar, akhirnya ujung-ujungnya adalah
kebinasaan. Semua manusia punya cara masing-masing dalam mencapai kebahagiaan namun ujung-
ujungnya hanya orang beriman yang mau ikuti kehendak Allah saja yang bahagia. Kebahagiaan
manusia seluruhnya ada di tangan Allah SWT, dan hanya mereka yang mau ikut kehendak Allah yang
akan sukses dan bahagia. Semua cara-cara selain cara yang telah di contohkan oleh Rasulullah SAW
dalam mencapai kebahagiaan akan berujung pada kegagalan dan kebinasaan.
Karena sayangnya Allah pada kita maka Allah beri kita agama. Sesungguhnya hanya Allah yang paling
mengerti apa yang kita butuhkan. Untuk ini kita perlu sepaham dan sepakat dengan Allah, karena jika
sudah di akherat kesaksian kita sudah tidak laku lagi. Nanti di akherat ketika semua manusia
dikumpulkan baru mereka semua sepakat: “Kami menyadari dan kami menyesal, kembalikan kami ke
dunia niscaya kami akan beramal.” Tetapi ketika ini penyesalan sudah tidak ada gunanya lagi.
Jadi kita perlu punya kesepakatan bahwa kita butuh Allah dan Allah tidak butuh kita. Allah yang punya
segala sesuatu dan semuanya bergantung pada Allah SWT semata. Selain dari Allah tidak buat bisa
apa-apa. Semuanya terjadi atas kehendak Allah. Ia berkuasa atas segala sesuatu. Allah adalah
pemilik segala suasana. Suasana panas, dingin, gembira, sedih, diam, goncang, susah, mudah,
berubah-ubah atas kehendak Allah SWT semata. Api panas atas izin Allah, begitu juga air yang dapat
menghilangkan haus. Senang atas izin Allah, susahpun atas izin Allah. Sehat atas izin Allah, sakit atas
izin Allah. Tidak ada hubungannya dengan kemampuan kita, semuanya datang dari Allah.
Airpun bertanya kepada Allah Ta’ala mau digunakan untuk apa. Kemana larinya air dan digunakan
untuk apa semua ini terjadi atas pengaturan Allah SWT. Allah gunakan air ini dapat sebagai
penghilang dahaga, dinding jalan bagi Nabi Musa AS, jembatan buat Sahabat Sa’ad RA, dan
menghancurkan seperti banjirnya Nabi Nuh AS. Namun Allah tidak bergantung pada air dalam
melakukan kerjanya seperti Ashabul Kahfi yang hidup tanpa air selama 309 tahun.
Jika kita ingin punya keadaan baik maka kita harus punya hubungan baik dengan pemilik segala
keadaan. Keadaan baik dan keadan buruk semuanya dari Allah SWT. Yang memiliki Allah, dia memiliki
segalanya. Yang kehilangan Allah, dia kehilangan segala-galanya. Segala sesuatu terjadi atas izin
Allah dan tidak ada sesuatu yang terjadi di luar programnya. Segala kejadian masa lalu dan yang
akan datang ini sutradaranya adalah Allah Ta’ala. Allah yang menyutradarai, semuanya sudah ada
dalam skenario Allah. Walaupun itu kejadian di padang Mahsyar, tidak ada yang baru bagi Allah.
Semua kejadian ini sudah di atur oleh Allah.
Kunci kejayaan dan kebahagiaan itu jika kita punya hubungan baik dengan Allah SWT. Jangan sampai
salah bergantung, hanya Allah yang bisa melakukan segala sesuatu, selain Allah tidak bisa berbuat
apa-apa. Allah mampu berikan kebahagiaan dalam keadaan apapun jika kita punya hubungan baik
dengan Allah SWT. Mau keadaannya didalam api seperti Ibrahim AS, di dalam laut seperti Nabi Yunus
AS, dalam keadaan sakit seperti Ayyub AS, dalam keadaan kaya seperti Sulaiman AS atau miskin
seperti Isa AS. Allahlah yang mendatangkan keadaan-keadaan, semua keadaan berubah-ubah
menurut kehendak Allah.
Waktu dalam ruh kita semua sepakat dan mengakui Allah SWT sebagai Rabb kita, satu-satunya
tempat bergantung dan pemelihara tunggal. Tetapi setelah lahir ke dunia maka Allah hilang dari kita
karena kita sudah mulai salah bergantung. Kita mulai bergantung pada harta dan benda : “Kalau saya
pergi siapa yang memberi makan isteri dan anak saya. Kalau mau pergi yang diingat pertama kantong
kita yang tipis bukan Allah”. Inilah kelemahan Iman kita.
Kini yang punya makhluk merasa berkuasa dan yang tidak punya sangat tunduk, ini yang terjadi jika
kita salah tawajjuhnya. Inilah penyakit iman. Contoh negara yang punya Nuklir merasa paling
berkuasa dan yang tidak punya Nuklir akan tunduk kepada yang punya. Padahal Nuklir hanya mampu
menghancurkan satu negara sedangkan tiupan Isrofil dapat menghancurkan langit dan bumi.
Bagaimana kekuatan yang menciptakan Isrofil. Syekh Abdul Wahab, syuro dunia, Amir Pakistan,
berkata Nuklir yang ditakuti tidak akan mampu menghancurkan sebuah kaki semut tanpa izin Allah,
ini harus kita yakini. Kalau mau kuat harus bergantung pada yang kuat. Kalau mau berkuasa
bergantung sama yang paling berkuasa. Menang kalah dalam peperangan ini hanya keadaannya saja.
Dibalik kemenangan ada Tarbiyat Allah SWT, ada rencana Allah ta’ala, dibalik kekalahan juga ada
Tarbiyat dari Allah SWT. Yang paling penting adalah bagaimana perintah Allah ketika kita menang dan
ketika kalah. Orang yang sukses adalah ketika dia “Menang atau Kalah“ dia tetap taat pada perintah
Allah.
Allah menciptakan alam untuk manusia, jika amal manusia baik maka Allah akan tundukkan alam
untuk manusia. Inilah adalah aturan Allah. Allah tidak perlu makhluk dalam menciptakan alam dan
memeliharanya, Allah melakukannya sendirian tanpa bantuan makhluk. Siapa yang mampu
memelihara bumi yang beratnya miliaran ton berputar berkeliling matahari dengan kecepatan tinggi
bergelantungan di alam tanpa tali. Siapa yang dapat menghentikan detak jantung, kita tidak bisa
memerintah jantung. Jantung ini berdetak atas perintah Allah, kita gak perlu repot-repot lagi ngurusin
jantung. Berapa Milyar jantung Allah kendalikan dari jaman nabi Adam AS sampai sekarang. Semua
ini Allah yang mengerjakan dan yang memelihara, tidak ada yang lain dan tanpa bantuan yang lain.
Jika rusak hati maka keyakinan akan rusak. Bila keyakinan terhadap agama ini sudah rusak, maka
manusia akan menjadi rusak dan merusaki. Kini manusia sibuknya memperindah kebendaan seperti
membeli mobil untuk ke pesta, membeli mobil untuk ke kantor, membeli mobil untuk mengantar ke
sekolah, membeli baju untuk ke pesta, membeli baju untuk ke kantor, dan lain-lain. Ini disebabkan
karena menurut mereka inilah yang namanya kebahagiaan. Jadi kebahagiaannya tergantung pada
kebendaan yang dimiliki. Jika kebendaan meningkat dia akan bahagia, dan jika kebendaan berkurang
dia akan menderita. Ini yang namanya tertipu, menurut Allah yang namanya kebahagiaan tidak
bergantung pada bertambah atau berkurangnya kebendaan, tetapi sejauh mana manusia mau taat
pada perintah Allah. Taat pada Allah ini tidak memerlukan kebendaan dapat dilakukan dimana saja
dan kapan saja, Mudah, tidak sulit, dan gratis.
Anak muda melihat artis terkenal ingin ikut jadi seperti artis tersebut karena mereka melihat artis ini
kelihatan bahagia. Namun dalam suatu berita ada seorang artis terkenal yang justru malah menderita
dengan pamornya, tidak dapat kebebasan dan selalu diawasi. Padahal dia menceritakan sejak kecilnya
dia sudah bercita-cita ingin menjadi selebriti. Keduniaan yang dia miliki bukannya menjadi asbab
kebahagiaan tetapi malah menjadi asbab penderitaan buat si artis. Status yang dia miliki, harta yang
melimpah ruah malah membuat dia tidak bisa menikmati kebahagiaan. Hidupnya penuh ketakutan,
stress, tidak bisa bebas, selalu dikejar-kejar waktu. Asbab penderitaan ini sang artis telah mencoba
bunuh diri. Dan banyak kasus lain yang serupa dengan kejadiaan ini. Inilah kebodohan manusia,
ketika tidak punya ia selalu meminta dan mencari mati-matian tetapi ketika sudah dapat, malah ingin
biasa-biasa saja.
Kita beruntung Allah beri kita jalan untuk mencapai kebahagiaan, hanya saja kita belum yakin
terhadap jalan ini. Ada tiga tipe manusia yang merugi dunia dan akherat :
1. Yang tidak tahu asbab dan tidak mencari asbab kebahagiaan
→ Dia tidak tau asbab kebahagiaan dan tidak mencarinya.
2. Yang yakinnya sempurna pada asbab
→ Toko mendatangkan rezeki tanpa toko rezeki tidak datang.
3. Yang beramal tetapi tidak yakin pada amal
→ Sholat jalan tetapi maksiat jalan juga.
Nabi Sulaiman AS dan Nabi Ayub AS sama-sama Allah bilang hamba-hamba yang terbaik. Padahal
dari segi kehidupan yang mereka jalani sangat jauh berbeda. Nabi Ayub AS Allah berikan keadaan
berupa sakit kulit selama bertahun-tahun asbab itu ia ditinggalkan istri-istrinya dan Allah telah
mengambil anak-anaknya dan hartanya. Sedangkan Sulaiman AS adalah Nabi yang telah Allah berikan
harta berlimpah, kekuasaan yang tinggi atas seluruh makhluk Allah, dan kemuliaan berupa kerajaan
yang meliputi jin, manusia, dan binatang. Tetapi kedua-duanya Allah katakan sebagai hamba-hamba
terbaik. Ini karena Allah hanya melihat dari amal-amal mereka. Nabi Ayub AS menjalani hidupnya
dengan taqwa dan sabar tidak pernah mengeluh atas keadaan yang Allah kasih padanya. Sementara
Sulaiman AS bertemu dengan petani yang terpukau melihat Kerajaan Nabi Sulaiman AS. Lalu
Sulaiman AS berkata “wahai bapak, jika subhanallah yang engkau ucapkan tadi itu, dibandingkan
dengan seluruh kerajaan yang aku punya maka sesungguhnya satu subhanallahmu itu lebih baik dari
seluruh kerajaanku. Karena kerajaanku ini tidak kekal hanya sementara saja. Tetapi satu
subhanallahmu nanti Allah buatkan kerajaan yang lebih baik dari seluruh kerajaanku dan lebih kekal
di akherat nanti .” Inilah keyakinan mereka pada amal yang mereka kerjakan.
Kini kita beranggapan bahwa agama ini adalah penghalang daripada keduniaan kita dan kesuksessan
kita. Padahal agama ini dapat menyelesaikan segala masalah dari dunia, alam kubur, masyhar,
shiroth dan mizan. Contoh, dengan sholat berjama’ah Allah akan lapangkan rejekinya selama di dunia
dan akan di berkahi. Umar bin Khatab pernah mengirim ulama untuk mengetahui amal-amal tentara
yang dikirim perang melawan Persia karena tentara Islam tidak dapat menang mutlak atas musuhnya,
ini karena Umar bin Khatab RA yakin pada janji-janji Allah dalam amal-amal agama, maka ketika ada
masalah yang pertama ia lihat adalah amal-amal prajurit yang kurang.
Kini kita yakinnya pada makhluk sehingga Allah tidak berikan pertolongan. Kita harus yakin dalam
perintah-perintah Allah, karena hanya dengan amal-amal yang berkeyakinanlah, Allah akan berikan
pertolongan-pertolongan sebagaimana pertolongan yang Allah berikan pada Nabi-nabi dan sahabat
RA. Kita harus punya keyakinan seperti Nabi Nuh AS, ketika Allah katakan padanya bahwa Allah akan
mendatangkan banjir dari pembakaran rotinya Nabi Nuh tidak banyak tanya dan langsung percaya.
Kalau kita berpikir mana mungkin air dapat keluar dari pembakaran roti sehingga dapat
mengakibatkan banjir, pasti orang gila yang bakal percaya ini. Jangan sampai kita mempunyai
keyakinan seperti anaknya Nuh AS, anaknya Nuh AS berkata ia bisa lari ke gunung agar dapat
selamat dari banjir jika memang banjir itu ada. Anak Nabi Nuh AS yakinnya pada makhluk yaitu
gunung, sehingga gunung yang ia yakini pun Allah tenggelamkan.
Ini hanya mudah di mulut saja, tetapi pengamalannya balik kepada perjuangan masing-masing. Mulut
kita masih sering bertentangan dengan hati. Contoh : Seseorang memanggil temannya untuk minum
kopi buat basa basi ternyata temennya mau ikut, ternyata hati orang tersebut malah berkata, “yah
pake ikut dia, berarti saya harus bayarin kopinya kalo begitu”. Inilah antara mulut dengan hati masih
banyak bertentangan. Kita kini banyak bicara kebesaran Allah, bahwa Allah yang memberi rejeki,
Allah yang melakukan segalanya, tetapi jika masalah datang apa yang kita ingat pertama kali ,
makhluk! Dompet tipis siapa yg pertama kali yg kita ingat, anak sakit siapa yang pertama kita ingat
pertama kali, selalu ingatnya makhluk, peran Allah hilang. Kalau orang beriman jika ada masalah,
pertama yang diingat adalah Allah, amal apa yang kurang dari saya, sehingga saya banyak masalah.
Ketika Umar RA sebagai Amirul Mukminin mendapat masalah kemarau yang panjang, pertama yang
diingatnya adalah amalan apa yang salah dari dia, lalu ia ingat kalau dia belum sholat Istishqo. Ketika
Umar RA sholat Istisqo, barulah mendung berduyun-duyun datang menghampiri Umar RA dan berkata
“Labbaik Wahai Umar” ketika itu juga masalah kemarau selesai.
Kini ketika adzan memanggil, orang kafir sibuk di pasar dan orang yang tahu Allah juga sibuk di
pasar, tidak ada bedanya. Orang kafir takut rugi jika tokonya di tinggal pergi, orang yang tahu Allah
juga begitu. Ini terjadi karena orang yang tahu Allah belum yakin, yakinnya masih sama seperti orang
kafir. Apa yang mereka takuti menjadi takutnya kita juga, kesenangan mereka menjadi kesenangan
kita juga. Ini karena kita belum yakin pada amal. Kita masih di mulut saja, mengaku cinta pada Allah
tetapi di hati ini masih berbeda. Suatu ketika seseorang menghampiri Ali RA dan berkata “ aku cinta
engkau wahai Ali .” tetapi ketika ada wanita cantik lewat ia langsung menoleh ke wanita itu. Lalu
ketika Ali RA menampar orang tersebut dan berkata “ kamu mengaku cinta kepada aku namun kamu
masih bisa berpaling dariku kepada yang lain ”. Inilah kita, saat ini kita mengaku cinta Allah tetapi
hati kita masih mampu berpaling kepada Allah.
Kini kita bisanya kembali kepada Allah ketika kepepet atau kalau ada masalah tetapi ketika kita
senang nafsi-nafsi. Maulana Ibrahim pernah bercerita ketika beliau masih kecil ayahnya suka
mengajaknya pergi ke pasar. Sebelum sampai di pasar, ayahnya selalu bilang kepadanya agar jangan
melepaskan pegangannya dengan tangan ayahnya. “ Namun dasar anak kecil “ ketika M.Ibrahim
melihat teman-temannya bermain di tengah pasar maka ia lepaskan pegangan tangan ayahnya dan
pergi menghampiri teman-temannya. Setelah selesai bermain Ibrahim sadar ia telah berpisah dengan
ayahnya, sehingga ia menangis “ Abi..Abi..” ketika itu juga ayahnya menjemput dan menjewernya lalu
berkata “Saya sudah bilang jangan lepas dari tangan saya.” Hari ini kita seperti itu juga, Allah telah
berkali-kali memperingatkan agar kita jangan sampai berbuat apa-apa baru kita lari kepada Allah.
Ketika itu Allah akan menjewer kita tetapi tetap akan menolong kita. Inilah kehidupan kita saat ini.
Penting bagi kita mempunyai hubungan dengan Allah dalam segala keadaan. Jika ini dilakukan nanti
Allah akan paksakan keadaan untuk kita, sebagaimana lautnya Nabi Musa AS dan apinya Ibrahim AS.
Untuk itu perlu kita ketahui apa kehendak Allah atas diri kita, agar kita dapat punya hubungan baik
dengan Allah. Seorang sahabat ketika dalam peperangan hendak ditebas kepalanya oleh musuh lalu
terselamatkan oleh sabahat lainnya, ketika itu sahabat yang memanah menanyai sahabat yg
kepalanya hendak ditebas apa yang ada dalam benaknya, lalu sahabat itu menjawab: ” aku sedang
memikirkan apa yang Allah kehendaki atas diriku.” Inilah sahabat, ketika ada masalah tawajjuhnya
pertama adalah kepada Allah dan apa yang Allah kehendaki atas dirinya. Jika tawajjuh kita benar
maka segala masalah tidak akan menjadi masalah. Seperti Bilal RA ketika disiksa oleh Abu Jahal yang
di ingat olehnya adalah “ Ahad.. Ahad..” bukan Abu Jahal yang menyiksanya tetapi Allah , makanya
nikmat. Ketika ditanya kapan masa yang paling bahagia dalam hidupnya adalah ketika di siksa oleh
Abu Jahal. Segala masalah jika yang kita ingat pertama kali adalah Allah maka akan terasa nikmat
jadinya.
Ulama berkata kalau kita mengharap benda atau makhluk untuk bahagia di jamin gagal. Dunia ini
bagusnya cuman diangan-angan. Setiap dapat keduniaan selalu tidak pernah merasa cukup, ada saja
kekurangannya. Itulah yang namanya dunia, jika Allah masukkan seluruh isi langit dan bumi ini ke
dalam hati manusia tetap saja manusia ini tidak akan pernah puas. Kalau mau kaya jangan kejar
kebutuhan tetapi kejar Allah nanti Allah yang datangkan segala kebutuhannya. Tetapi kini kita jika
mau beramal suka menunda-nunda dan ketika meminta rejeki minta disegerakan.
Hari ini hati kita suka tidak tenang karena keinginan kita tidak terpenuhi. Jika hati ini kelebihan beban
maka akan lari ke kepala. Jika kepala sudah sakit maka seluruh badan akan terkena imbasnya, badan
jadi konslet, judulnya keren-keren dari sakit stress, sakit jantung, sakit kolesterol, sakit hipertenia,
insomnia, dll. Padahal hanya gara-gara hati yang sakit yang kelebihan beban. Hati kelebihan beban
karena berusaha mengambil urusan Allah seperti memberi makan keluarga, mendapatkan uang, dapat
sembuh, dll. Contoh, orang sakit gara-gara dipecat. Karena hati ini terbebani sehingga menjadi
pikiran. Asbab ini orang tersebut menjadi stress, lalu mengalami stroke. Inilah yang terjadi kalau hati
kelebihan beban. Orang berpikir kalau dia dipecat bagaimana kelurga saya bisa makan, bagaimana
anak saya bisa sekolah, bagaimana saya bisa menghidupi keluarga saya. Mereka berpikir bahwa
merekalah yang menghidupkan dan memelihara keluarga mereka. Akhirnya yang timbul adalah
penderitan demi penderitaan, karena hati yang terbebani. Inilah yang terjadi jika hati ini mengambil
alih kerjaan Allah.
Kini orang kaya dan orang miskin gampang kena penyakit, ini karena hati yang menahan beban
berlebihan. Sudah miskin menderita sakit gara-gara hati yang kelebihan beban. Orang kaya beli
daging buat di rumah tetapi ia tidak bisa memakan daging tersebut karena kolesterol. Pergi ke dokter
ahli jantung berharap sembuh. Padahal tetap saja kalau Allah tetapkan jantung itu berhenti mau di
pompa pakai gas tetap saja tidak akan bergerak lagi. Kita lupa jantung dokter itu juga, Allah yang
memegang. Hati ini sakit karena mau mengambil urusan Allah, sehingga kelebihan beban. Urusan
Allah ini tidak akan ada yang mampu menampungnya. Jika hati ini mau coba-coba ambil urusan Allah
selamat berjuang.
Yang paling baik adalah bagaimana kita ini jadi hamba saja yang baik dijamin tenang dan senang,
Hayatun Thoyibah. Contohnya, seorang anak kecil nggak pernah pusing memikirkan listrik, air,
makan, baju baru, karena ia yakin orang tuanya akan menyelesaikan segala urusannya. Nah kalau
kita punya keyakinan seperti ini maka Insya Allah kita bisa mendapatkan Hayatun Thoyibah, bahagia
sampai akhir hayat. Nabi SAW pernah berkata :
“Allah lebih mencintai hambaNya melebihi seseorang Ibu kepada anaknya 70 kali lipat”
Seharusnya dengan hadist ini kita bisa lebih santai menghadapi hidup ini melebihi santainya seorang
anak kecil. Karena kita yakin Allah akan menyelesaikan masalah-masalah kita sebagaimana seorang
ibu menyelesaikan masalah anaknya.
Seorang anjing menyenangkan majikannya maka majikannya akan menyediakan segala kebutuhan
anjing tersebut. Anjing itu akan dipelihara dengan baik. Karena patuhnya anjing ini maka majikannya
akan memberikan makanan yang baik, dimandikan dengan baik, dibawa jalan-jalan, diberikan
mainan, bahkan ada salon dan restoran yang dibuatkan untuk si anjing. Begitu juga kita kalau kita
taat pada Allah, dan beramal untuk menyenangkan Allah, maka jika Allah senang terhadap amal-amal
kita, Allah akan berikan segala sesuatu yang kita butuhkan.
Hidup ini adalah kesempatan dan bukan tempat untuk bermain-main karena nanti diakherat kita akan
membuat laporan kerja selama kita hidup di dunia. Amal yang kita lakukan di dunia akan terlihat
hasilnya kelak di akherat. Nanti ada masanya dimana semua batasan akan di cabut. Kini didunia
segala sesuatu ada batasannya, badan ini ada batasannya, seperti penglihatan ada batasannya,
pendengaran ada batasannya dan senangpun ada batasannya. Hari ini kalau kita sakit gigi maka yang
sakit hanya sel gigi saja, ada batasannya. Tetapi ketika sakratul maut, maka seluruh sel tubuh ini
akan sakit, bagaikan terkena 3000 tusukan pedang. Separah-parahnya sakit di dunia ketika mati
maka sakit yang diderita akan hilang. Ketika masuk kubur segala batasan akan Allah angkat, baru kita
lihat yang sebenarnya. Penglihatan sudah tanpa batas didalam kubur tidak ada lagi perkara yang
ghaib, semuanya dapat terlihat. Namun penyesalan sudah tidak ada artinya, hanya ada dua pilihan
saja, yaitu bahagia selama-lamanya tanpa batas atau menderita selama-lamanya tanpa batas.
Manusia yang wujud amal-amal agama dalam dirinya, maka Allah akan hadirkan rasa penghuni surga
dalam kehidupannya. Sebagimana Nabi SAW setiap pulang kerumahnya selalu berkata “ Bayyiti
Jannati, rumahku surgaku”. Ini karena Nabi SAW dalam kehidupannya hidup amal-amal agama,
walaupun dari segi kebendaan kehidupan Nabi SAW terlihat miskin. Sehingga setiap pulang kerumah
yang dirasakan oleh Nabi SAW adalah hawa penghuni surga. Ciri-ciri ahli surga ini jika ditanya mau
apa, ia akan bingung menjawabnya karena ia sudah merasa cukup dan merasa sudah memiliki
segalanya. Sebagimana penghuni surga ditanya Allah mau apalagi maka mereka kebingungan mau
apalagi karena segalanya yang diminta ada.
Di Surga nanti yang namanya Kenikmatan tidak ada batasannya. Begitu pula sebaliknya di Neraka
dimana batas sakit telah Allah cabut, sakit yang tiada-tara, dan penderitaan yang tanpa batas. Kini
sakit-sakit yang ada di dunia hanya merupakan bagian-bagian saja. Menjelang ajal maka seluruh sel
tubuh kita akan, merasa sakit. Namun orang beriman ketika menjelang ajal, Allah akan perlihatkan
kepadanya surga tempat dia kembali. Sehingga kesusahan dalam menghadapi sakratul maut akan
hilang, asbab melihat kenikmatan di surga. Sebagaimana Siti Asiah ketika disiksa Fir’aun hingga mati
malah tersenyum. Ini karena ketika di siksa Firaun, Allah perlihatkan kenikmatan surga kepada Siti
Asiah sehingga siksaan Firaun tidak terasa olehnya. Seluruh penderitaan yang di alami ketika sakratul
maut akan hilang dengan kenikmatan Surga yang Allah perlihatkan menjelang orang beriman ini
menghadapi ajalnya.
Ketika Rasulullah SAW ditawarkan gunung emas oleh Allah SWT, Rasulullah SAW menolaknya.
Rasulullah SAW lebih menyukai keadanya saat itu, ia lebih memilih sehari lapar, sehari kenyang,
karena ketika lapar ia bisa ingat pada Allah dan ketika kenyang ia bisa memuji Allah SWT. Nabi
walaupun dari segi lahiriah terlihat hidup penuh kekurangan, namun setiap dia pulang dia selalu
berkata, “Bayyiti Jannati”. Kini Kita hidup tidak sejalan dengan Rasulullah SAW, karena yang dilihat
Rasullullah SAW adalah amal-amal agamanya dan sedangkan kita adalah dunianya. Sehingga kita
tidak merasakan hawa surga seperti yang dirasakan Rasullullah SAW. Kini apa yang ditolak Rasullullah
SAW, malah kita kejar-kejar.
Nabi Daud AS ketika Allah berikan kerajaan untuknya, ia pun menambah amalnya dengan sehari
puasa, sehari tidak. Ketika nikmat bertambah, amalpun meningkat, inilah amalan para anbiya AS.
Yang dilihat adalah amal-amal agama oleh mereka bukan kebendaan yang mereka miliki. Dibalik
amal-amal agama ini ada kejayaan, inilah kefahaman mereka.
Hati ini harus disibukan dalam amal-amal agama jika tidak hati ini akan keracunan dunia. Sibuk di
toko, maka hati ini akan keracunan toko. Seseorang yang di toko jika diam saja dan tidak berdakwah
dan buat amalan maka suatu saat ia akan berbohong atau berbuat dosa. Penting kita tinggalkan toko
hanya untuk sementara waktu di jalan Allah agar hati ini tidak keracunan toko.
Zuhud itu artinya tidak ada selera terhadap dunia ini, karena seleranya sudah sampai pada surganya
Allah SWT. Seleranya meningkat dari dunia kepada kenikmatan-kenikmatan di surganya Allah SWT.
Manusia suka merendahkan seleranya dengan yang lebih rendah dan kampungan yaitu dengan
memilih kenikmatan dunia. Gara-gara kita tidak kenal Allah akhirnya yang jelek kita tampung juga.
Bahkan dunia kita jadikan tujuan. Penting kita kembalikan selera kita kepada selera awal yaitu
surganya Allah SWT. Sahabat tidak pernah hafal jalan-jalan di Mekkah tetapi para sahabat hafal jalan-
jalan di surga. Ketika sahabat dijamu raja Persia, mereka mengira roti Persia yang dijamu itu serbet,
karena terlalu halus dan lembut. Sahabat tidak tahu makanan-makanan dunia tetapi sahabat sudah
tahu hidangan-hidangan di surga. Inilah sahabat.
Kini kita menilai seorang yang telah berhasil dari gelar sarjananya atau keahliannya seperti ahli
komputer, ahli hukum, ahli pertanian, dll. Padahal itu semua tidak ada jaminan mendatangkan
kebahagiaan ataupun kesusksesan seseorang. Sesuatu yang dimuliakan di dunia bisa Allah
nampakkan sebagai suatu yang hina di akherat. Nanti di akherat akan Allah nampakkan manusia yang
telah Allah rubah wujudnya menjadi babi, keledai, dan berbagai macam kehinaan lainnya, yang
dulunya ketika di dunia orang tersebut adalah ahli politik seperti Hamman, ahli bisnis seperti Qorun,
dan ahli kekuasaan seperti Fir’aun. Namun jika kita jadi hamba yang baik di dunia walaupun dia bukan
seorang ahli komputer atau ahli hukum nanti di akherat ia akan di bangkitkan dengan berbagai
macam kemuliaan seperti raja dan bangsawan. Kini Kemuliaan seorang Hafidz tidak terlihat oleh
manusia namun nanti di akherat orang tuanya saja akan Allah bangkitkan dengan memakai Mahkota
seperti Raja yang terbuat dari Nur melebihi terangnya Nur matahari. Ini baru orang tuanya bagaimana
dengan anaknya yang hafidz, kemuliaan seperti apa yang akan Allah berikan.
Hidup ini hanya sandiwara dan sutradaranya adalah Allah. Tapi ketika sandiwaranya selesai baru kita
tahu keadaan sebenarnya. Nanti ada raja yang dalam sandiwara dunia ternyata di akherat seorang
yang hina, seorang yang hina didunia ternyata di akherat adalah seorang raja. Jangan sampai tertipu
dan jangan sampai salah bergantung, semuanya adalah Allah yang buat.
Seperti wayang ada gatot kaca, bima, arjuna, siapa yang membuat mereka jadi kelihatan hebat dan
sakti. Namun setelah selesai adegannya tidak mungkin kita bilang wayangnya yang hebat, tetapi yang
hebat adalah dalangnya. Kalau wayangnya yang kita bilang hebat kita bodoh, karena wayang tidak
bisa berbuat apa-apa tanpa dalang, dan dalangnya akan marah. Gatot kaca bisa kelihatan hebat ini
karena dalangnya, cepot bisa kelihatan lucu inipun karena dalangnya. Hidup ini begitu juga, terlihat
matahari, bulan, bintang, langit yang luas, gempa, banjir, listrik, api, mobil, roket, para ilmuwan,
dokter, presiden, ini hanya wayangnya, tetapi dalangnya adalah Allah. Seperti orang yang
menciptakan mobil Mercedes Benz buatan jerman, bukan orang Jermannya yang hebat, tetapi allah
yang hebat. Siapa yang beri otak pada orang jerman itu. Begitu juga yang menemukan gravitasi,
listrik, dan lain-lain. Semuanya kelihatan mereka yang hebat, padahal yang hebat itu sebenarnya
Allah. Jadi hanya Allah yang hebat, selain Allah tidak ada yang hebat, hanya wayang saja.
Kini siapa yang bisa ngira nyamuk bisa menang lawan Raja atau burung bisa menang lawan gajah. Itu
bisa aja terjadi kalau semua itu dalangnya Allah. Segala sesuatu yang di dalangi oleh Allah SWT
walaupun itu kecil akan menjadi besar, seperti nyamuknya Namrud. Nyamuk sekali tepuk hancur,
tetapi jika nyamuk ini dalangnya Allah, maka Namrud yang besar bisa hancur oleh seekor nyamuk.
Seperti Ibrahim AS hendak dilempar ke api , ini masalah besar buat Ibrahim AS, tetapi karena
dibelakang Ibrahim AS ini dalangnya adalah Allah, maka masalah besar jadi kecil, api yang panas
menjadi sejuk buat Ibrahim AS. Begitu juga otak yang di dalam kepala ini kecil, tetapi dibelakang otak
ini dalangnya adalah Allah, maka otak yang kecil ini bisa menghasilkan sesuatu yang besar. Seperti
membuat mobil, pesawat, kapal, dan lain-lain.
Karena hidup ini sandiwara, maka nanti akan datang masa dimana semuanya Allah periksa
peranannya, benar atau tidak mereka memainkan peranannya. Sebagaimana seorang Ahli Jihad
datang menghadap Allah dan berkata kalau ia perang karena Allah. Lalu Allah jawab bohong kamu
perang agar dipanggil pahlawan. Lalu dipanggil seorang ulama, ia berkata kalo ia mengajar karena
Allah, tetapi Allah bilang bohong kamu mengajar agar dipanggil ulama. Begitu juga dengan orang ahli
derma yang Allah panggil, dia ditanya oleh Allah tentang peranannya sebagai dermawan. Dia
menjawab saya berderma karena Engkau, ya Allah. Lalu Allah bilang bohong, kamu berderma karena
ingin dipanggil sebagai dermawan. Semua pemeran yang tidak memainkan peranannya sesuai dengan
kehendak Allah maka akan Allah lemparkan ke Neraka.
Kita menang atau kalah baru ketahuan nanti dalam kubur. Dunia ini bukan tempat untuk melihat hasil
karena dunia ini tidak bernilai disisi Allah walaupun hanya dengan sebelah sayap nyamuk. Dunia ini
tidak akan sanggup menampung apa yang telah Allah janjikan. Sedebu iman saja Allah berikan
ganjaran 10 kali lipat lebih luas dari langit dan bumi. Dunia ini tidak akan sanggup menampung amal-
amal agama jika dibalas di dunia. Debu yang tidak berharga di mata mausia bisa menjadi bernilai di
sisi Allah hanya dengan keluar di jalan Allah. Hari ini kalo kita jual debu di toko mana laku tetapi debu
yang menempel di badan orang yang keluar dari jalan Allah bagi Allah lebih baik dari dunia dan
seluruh isinya.
Kini kita hanya bisa beramal saja nanti Allah akan buat keputusan yang baik untuk kita. Sebagimana
iklan pepsodent walaupun iklannya canggih-canggih tetapi kita tidak mau mencobanya maka sia-sia
saja, kita tidak akan tahu kegunaannya. Ini perlu keputusan, walaupun iklan tentang Iman dan Amal
ini bagus-bagus tetapi kita tidak mau terjun dan keluar di jalan Allah, maka percuma saja. Umar
menangis karena sahabatnya Abu Bakar RA dan Rasulullah SAW telah sampai pada tujuan yang sama,
jika ia tidak mengikuti jejak mereka , maka Umar takut ia tidak akan sampai pada tujuan yang sama.
Kita Tawajjuhkan diri kita kepada Allah jangan terkesan pada keadaan yang ada. Yang penting dalam
masalah ini adalah kepada siapa kita Tawajjuhnya pertama kali, jika benar tawajjuh kita maka tidak
ada masalah yang tidak dapat diselesaikan. Sebagaimana Yusuf AS ketika di buang oleh saudara-
saudaranya ke sumur yang menyelamatkannya dari sumur. Tetapi ketika Yusuf AS berada di penjara
tawajjuhnya salah, dia bergantung kepada teman sepenjara Yusuf AS berkata “Tolong sampaikan
kepada raja aku tidak bersalah.” Karena ini Allah tidak selesaikan masalah Yusuf AS bahkan diperlama
dengan 8 tahun penjara. Ini disebabkan karena Yusuf AS salah bergantung ia mencari pertolongan
kepada selain Allah. Jadi jangan sampai kita salah bergantung kalau mau masalah kita selesai. Untuk
itu kita perlu berkorban keluar di jalan Allah, kita tinggalkan anak, istri, toko, untuk memperbaiki
hubungan kita dengan Allah.
sumber : http://buyaathaillah.wordpress.com
Beri peringkat:
Bandung)
20 Januari 2002
Masjid Al Amanah
Desa Ranca ekek, Bandung
Bayan Magrib

Jika Allah SWT sudah mencintai hambanya maka Allah akan memberikan kepada hambanya itu
perkara yang paling penting yaitu Agama. Allah akan mudahkan orang itu untuk amalkan agama.
Sebaliknya jika Allah sudah tidak suka atau murka dengan hambanya maka Allah akan jauhkan dia
dari amal-amal Agama dan Allah akan matikan dia dalam keadaan bermaksiat kepada Allah Ta’ala.
Nikmat tertinggi dari Allah adalah pertolongan dari Allah dalam melakukan ketaaatan terhadap
perintah-perintahNya. Dari 6 Milyar manusia semuanya Allah kasih nafas, penglihatan, pendengaran,
detak jantung, sinar matahari, tetapi hanya orang tertentu yang Allah kasih nikmat ketaatan. Hari ini
kita suka iri sama yang namanya status dan kebendaan yang dimiliki orang. Jangan sampai salah
faham itu semua hanya titipan dari Allah, sebagai amanah, apakah kita bisa dapat dipercaya. Apakah
kita bisa menggunakannya sesuai dengan yang Allah mau. Semua yang namanya status dan
kebendaan ini, Allah berikan untuk dimiliki oleh semuanya bahkan kepada musuh-musuh Allah
sekalipun. Ini yang namnya sifat Rahman, Maha Pemberi, Allah.
Didunia ini siapa yang sanggup mengampunkan dosa, menaikkan derajat, memberikan banyak
kebaikan, ini hanya Allah yang bisa lakukan. Ini bisa dilakukan hanya dengan melangkahkan kaki kita
ke mesjid lima kali sehari tiap hari. Hanya dengan menjaga sholat berjamaah di mesjid di awal waktu
Allah mampu menyelesaikan seluruh masalah kita sebelum dan sesudah mati. Di dunia ini hanya
dengan menjaga sholat saja, Allah berikan kita keberkahan Rizki. Sesudah mati Allah akan angkat
siksa kubur kita, di Mahsyar diberi buku amal ditangan kanan, melewati shirath secepat kilat, dan
masuk surga tanpa hisab. Ini semua masalah yang akan dihadapi semua orang dan yang semua orang
cemaskan. Semua dapat Allah selesaikan hanya dengan menjaga sholat.
Namun orang yang dapat melangkahkan kakinya ke mesjid hanya orang-orang yang yang dipilih Allah
saja walaupun orang itu berilmu, kuat tenaganya, banyak hartanya, dekat rumahnya dengan mesjid,
semua ini tidak ada jaminannya. Walaupun ini kelihatannya mudah tapi tidak semua orang dapat
melakukannya, hanya orang-orang pilihan saja. Allah mengundang kita lima kali sehari untuk datang
kerumahnya karena ada acara, bagaimana kalau presiden mengundang kita ke Istana untuk
menghadiri acara kepresidenan. Hari ini orang mau ketemu presiden aja harus mengeluarkan uang
banyak dan usaha yang keras, jadi pejabat dulu, buat yayasan yang besar dulu, buat partai dulu dan
lain-lain. Kalau kita cukup dengan sujud saja, itu sudah saat yang paling deket dengan Allah, yaitu
rajanya para raja dan presiden. Dan ini Allah undang 5 kali sehari. Dan yang dipanggil Allah ini hanya
orang beriman saja, yaitu yang ketika dipanggil ia datang. Seperti kita manggil tukang baso, kalau
memang yang dipanggil itu tukang baso, maka dia akan datang memenuhi panggilan kita, kalau tidak
datang cuek aja berarti dia bukan tukang baso mungkin tukang asongan, bubur ayam, atau yang lain.
Begitu juga orang beriman yang dipanggil Allah untuk datang kerumahnya, yang datang dan yang
nyaut itulah orang beriman.
Dalam Mahfum Hadits Nabi SAW :
“Jika kamu melihat ada orang yang kerjanya mondar mandir ke mesjid saksikanlah bahwa orang
itulah orang yang beriman.”
“Nanti Allah akan bertanya kepada para Malaikat dimana tetangga-tetangganya, lalu para malaikat
akan bertanya, “Siapakah tetangga-tetanggamu ya Allah ?” Lalu Allah berfirman, “Tetangga-
tetanggaku adalah orang-orang yang memakmurkan mesjidku.”
Hari ini di acara-acara kalau ada artis yang dateng buat pertunjukan maka orang-orang akan ramai-
ramai datang. Namun jika dalam acara itu tidak ada amal maka tidak akan ada nilainya disisi Allah.
Beda dengan acara mudzakaroh di mesjid, walaupun tidak ada artis yang datang hanya beberapa
orang saja tetapi ini punya nilai disisi Allah. Majelis seperti ini akan dihadiri oleh malaikat sebagai
tamu yang lebih mulia dari pada artis. Malaikat ini datang beramai-ramai bersusun-susun sampai ke
arasy Allah. Tetapi ke acara yang tidak ada amal walaupun banyak artisnya malaikat tidak akan
datang. Segala sesuatu mendatangkan nilai disisi Allah jika ada Iman dan Amal. Dunia ini disisi Allah
tidak ada nilainya walaupun itu hanya sebelah sayap nyamuk. Kenapa hari ini Allah tidak lepaskan
angin sekuat-kuatnya seperti topan, kenapa tanah tidak Allah getarkan seperti gempa yang dahsyat,
kenapa gelombang air masih Allah berikan ukuran batasan ketinggian, bumi masih bisa
bergelantungan berputar mengelilingi matahari tanpa ada tali atau tiang tetapi tidak bertabrakan, ini
semua karena masih adanya orang beriman. Jika tidak ada Iman dan Amal maka Allah tidak akan
ragu-ragu menghancurkan semuanya.
Hari ini orang demi yang namanya kesehatan mereka rela pergi keluar negeri habiskan biaya yang
banyak korbankan harta benda. Ini dikarenakan kesehatan dimata mereka lebih mahal dan lebih
bernilai dari harta benda yang mereka miliki. Berapa banyak orang yang korbankan seluruh hartanya
demi kesembuhan dan kesehatan. Berapa banyak orang yang korbankan hartanya agar kencingnya
tidak macet lagi, nafasnya bisa normal lagi, penglihatannya bisa pulih lagi, dan lain-lain. Orang
dipaksakan berolah raga demi mendapatkan yang namanya kesehatan. Tapi rencana Allah lain,
ditengah jalan ketika berolah raga atau dalam pengobatan tau-taunya mati. Maka semua rencana-
rencana yang mereka usahakan menjadi sia-sia. Dikubur gak ada iman dan amal maka masalah
jadinya. Tidak ada kata sakit lagi atau perlu olah raga lagi, yang ada hanya ada pertanyaan mengenai
Iman dan Amal, bukannya ada atau tidaknya berolah raga waktu hidup.
Kini manusia sibuknya hanya memperbaiki keadaan, karena mereka merasa dibalik keadaan ada
kebahagiaan. Seperti kalau ada uang pasti bahagia dan kalau tidak ada uang pasti menderita, kalau
ada mobil pasti bahagia dan kalau tidak ada mobil pasti menderita. Kalau ada ini dan itu pasti
bahagia, kalau tidak ada ini dan itu pasti menderita. Ini sangat tidak benar dan keliru, dan ini yang
namanya salah faham. Kebahagiaan manusia itu sebetulnya tidak ada hubungannya dengan keadaan-
keadaan. Yang namanya kebahagiaan itu sebenarnya apabila manusia dapat menjalankan perintah-
perintah Allah dalam berbagai keadaan. Kalau menurut kita, kini yang namanya kebahagiaan itu
masih tergantung pada keadaan-keadaan. Kalau banyak duit kita bahagia, kalau tidak ada duit kita
akan susah. Ini yang namanya keadaaan, padahal menurut Allah tidak begitu. Allah dapat
membahagiakan siapa saja dalam keadaan apa saja. Dan yang Allah mau adalah agar kita taat dalam
segala keadaan, nanti Allah buat keadaan-keadaan untuk bahagiakan kita. Mau ada uang atau tidak
ada uang tidak ada masalah. Allah mampu membuat kita senang dalam keadaan susah dan Allah
mampu buat kita susah dalam keadaan senang. Seperti nabi SAW dapurnya tidak mengepul selama 3
bulan tetapi setiap pulang beliau berkata Bayyiti Jannati, rumahku surgaku. Dalam keadaan susah
Allah mampu memberi kesenangan penghuni surga kepada Nabi SAW. Beda dengan Firaun yang Allah
telah buat dia susah dikerajaannya sendiri. Firaun dibalik kesenangan yang nampak Allah telah buat
dia menderita dan merasa susah. Jadi Allah mampu melakukan segalanya. Allah Maha Kuasa, Dia
yang menciptakan segala sesuatu, selain Allah tidak bisa apa-apa. Allah tidak bergantung pada
keadaan-keadaan untuk dapat membahagiakan kita. Allah tidak perlu mahluk, tetapi mahluk perlu
Allah. Ini perlu kita yakini.
Kini kalau kita suruh manusia untuk membuat daun siapa yang bisa, sementara ada berapa milyar
daun yang Allah telah buat dari jaman Nabi Adam AS sampai sekarang. Bagaimana Bayi yang lahir
dari jaman Nabi Adam AS, sampai sekarang, dari matanya, mulutnya, rambutnya, badannya,
tingginya, semuanya Allah ciptakan dengan perbedaan-perbedaan, Allah tidak pernah kekurangan
stock mata, rambut, mulut, dan lain-lain. Allah Maha Kaya dan kekayaan Allah ini tanpa batas. Allah
Maha Kuasa, dan kekuasaannya tanpa batas.
Allah menciptakan segala sesuatu dengan sifat-sifat, dan sifat-sifat ini adalah milik Allah. Air
mempunyai sifat menenggelamkan, sifat menenggelamkan ini adalah Allah yang kasih. Sifat panas
pada Api, inipun panasnya api atas izin dari Allah Ta’ala. Seluruh sifat-sifat yang ada pada mahluk
Allah ini dapat berubah ubah tergantung pada keinginan Allah Ta’ala. Contoh, Api yang panas dapat
menjadi menyejukkan dan menyelamatkan bagi Ibrahim AS. Atas perintah Allah api yang mempunyai
sifat membakar menjadi menyejukkan dan menyelamatkan bagi Ibrahim AS. Air yang mempunyai
sifat menenggelamkan dapat menjadi keras seperti dinding yang dilewati oleh Bani Israil dan Nabi
Musa AS. Jadi semuanya ini dapat berubah-ubah tergantung keinginan dari Allah Ta’ala.
Begitu juga Matahari terbit dan terbenam atas aturan Allah Ta’ala. Semua planet yang ada berputar
tidak saling berbenturan ini karena yang mimpin adalah Allah Ta’ala, semuanya bergerak atas
komando Allah Ta’ala sendiri. Planet-planet dan bintang-bintang yang jumlahnya milyaran bergerak
tidak berbenturan padahal tidak ada rel yang mengatur peredaran. Kalau kereta bergerak tidak diatas
rel pasti akan terjadi tabrakan. Tapi lihat bintang-bintang, planet-planet, matahari semuanya bergerak
tanpa ada relnya. Ini karena semuanya Allah yang pimpin, dan semuanya dibawah komandonya Allah
Ta’ala. Coba kalau matahari telat datangnya, atau kalau planet-planet bergerak asal-asalan sesukanya
pasti akan berantakan saling tabrakan. Tapi ini semua tidak terjadi karena yang mengaturnya adalah
Allah Ta’ala. Tidak ada yang bergerak sendiri-sendiri, semuanya bergerak menurut tertib yang Allah
kasih. Allah tidak pernah tidur atau mengantuk dalam pemeliharaannya, dan Allah tidak pernah letih
dalam menjaganya. Semuanya dalam 24 jam dibawah pengawasan Allah Ta’ala. Jadi semua yang kita
lihat ini dibaliknya ada kekuasaan Allah Ta’ala dan ada aturan Allah Ta’ala. La Illaha Illallah.
Bagaimana Jantung berdetak dalam diri kita, tanpa perlu kita repot-repot ngatur detaknya. Kita tidak
perlu pusing mikirin darah yang harus keluar masuk dari jantung sebanyak 12 liter darah per menit,
2200 galon per hari. Ini semua siapa yang ngatur darah keluar masuk, kita tidak bisa merintah
jantung tetapi jantung tetap aja bergerak sendiri, dan jumlah darah yang keluar masukpun tidak
pernah meleset. Kalau Allah kasih kita urus detak jantung dan ngurusin darah yang keluar masuk
mungkin waktu kita habis ngurusin jantung. Jadi Jantung ini berdetak dibawah komando Allah, Allah
yang ngatur, dan Allah yang pimpin jantung tersebut. Sekarang berapa milyar Jantung yang Allah atur
saat ini. Kalau jantung Allah putuskan untuk berhenti maka tidak ada yang bisa mencegahnya.
Semuanya Allah yang pimpin dan semuanya berjalan atas aturan dari Allah Ta’ala. La Illaha Illallah.
Bagaimana dengan Nafas yang keluar masuk ke dalam paru-paru kita, tanpa perlu kita atur-atur.
Coba kalau Allah serahkan urusan nafas pada kita, mungkin pas tidur bisa bisa kita kelupaan
mengurus nafas kita. Kalau Allah sudah perintahkan paru-paru ini untuk berhenti maka mau kita
pompa pake tabung gas pun paru-paru tetap aja tidak akan bergerak lagi.
Bagaimana air masuk ke badan atas aturan dari Allah Ta’ala, kita tidak perlu repot-repot mikirin air
harus pergi kesini atau kesana didalam badan. Coba kalau air masuk ke lobang paru-paru, apa
jadinya. Jadi mengalirnya air dibadan kita ini atas aturan Allah Ta’ala. Allah yang mimpin dan Allah
pulalah yang mengatur. Jadi kita semua ini sangat bergantung kepada Allah Ta’ala. La Illaha Illallah.
Hanya ada satu yang mampu memberikan segala sesuatu yang kita perlukan, yaitu hanya Allah Ta’ala
yang mampu lakukan. Allah Ta’ala kasih air, makanan, pakaian, kendaraan, semuanya dari mana
asalnya. Manusia hanya bisa merubah-rubah atau mengolah saja tetapi tidak ada yang bisa
menciptakan sebagaimana Allah Ta’ala telah ciptakan daun dan tidak ada satu manusiapun yang
mampu.
Allah telah ciptakan tanah dan dari tanah yang sama keluar berbagai macam tumbuhan, buah-
buahan, makanan dan lain lain, tidak ada habis-habisnya. Semuanya Allah yang mengeluarkan dari
tanah dan Allah tidak pernah kekurangan dan tidak pernah kehabisan. Tidak ada dalam kamus Allah
yang namanya kekurangan stock. Dari tanah yang sama bisa mengeluarkan padi, jagung, buah, dan
lain-lain. Kita tinggal menanam selebihnya Allah yang melakukan, yang mendatangkan panas yang
cukup, hujan yang cukup, kesuburan tanah. Ini semuanya hanya Allah yang mengerjakan dan hanya
Allah yang mampu. Kita tinggal nunggu dan memodifikasi sedikit, seperti dari serat bambu menjadi
kertas, dari karet menjadi ban, dan lain-lain. Tetapi pada dasarnya semuanya dari Allah. Coba kalau
manusia disuruh buat karet, kapas, gandum, mana bisa. La Illaha Illallah.
Sekarang yang kita perlu belajar adalah yakin yang betul tidak cukup dengan hanya tau saja. Apa
yang perlu kita yakini ? yang perlu kita yakini adalah Hanya Allah yang bisa selain Allah tidak bisa
apa-apa. Semua orang pingin bahagia, pingin merasa cukup, tidak ada yang mau susah. Ini semua
hanya Allah yang tau persis caranya, selain Allah tidak ada yang tau bagaimana caranya.
Dalam Hadits Qudsi Allah berfirman Mahfum :
“Wahai hamba-hambaku Aku punya Kehendak kalian punya keinginan. Jika kalian penuhi KehendakKu
maka Aku akan penuhi Keinginanmu. Jika kalian tidak penuhi KehendakKu maka aku akan persulit
dirimu mencapai keinginanmu. Tetapi percayalah hanya KehendakKu yang akan terjadi.”
Kalau kita mau ikuti kehendak Allah nanti Allah akan bantu kita dan penuhi keinginan kita. Semua
keadaan nanti akan Allah buat untuk memenuhi keinginan kita. Kita harus percaya dan yakin kalau
Allah bisa buat apa saja. Jangan terlalu percaya pada akal, apa yang diakal belum tentu bener. Kini
karena akal, kehebatan Allah jadi hilang. Kini mana ada orang yang percaya ada orang lahir tanpa ibu
dan bapak, tapi Allah telah ciptakan Adam AS tanpa ibu dan bapak. Kini tak ada yang akan percaya
kalau laki-laki bisa melahirkan perempuan, padahal Allah telah lahirkan Hawa AS dari Adam AS.
Begitu juga tentang anak lahir tanpa bapak, seperti Isa AS. Jadi pertama kita perlu yakini dulu kalau
Allah kuasa dan hanya Allah yang bisa selain Allah tidak bisa apa-apa. Jangan sampai salah
bergantung dan jangan sampai tertipu. Semuanya tidak ada yang memberikan apa yang kita
perlukan, yang bisa hanya Allah.
Kunci kesuksesan itu hanya ada pada Allah Ta’ala, jadi kini yang perlu kita lakukan adalah buat
sambungan yang benar dengan Allah Ta’ala. Kalau kita ada hubungan baik dan sambungan yang
benar dengan Allah Ta’ala maka semuanya akan beres, tidak ada masalah. Hanya dengan cara
mempunyai sambungan yang benar dengan Allah baru Allah berikan kesuksesan. Kesuksesan itu tidak
Allah letakkan pada keadaan-keadaan seperti miskin atau kaya, sakit atau sehat. Kesuksesan itu
adalah ketika Sehat kita taat dan ketika sakit tetap taat, ini baru sukses. Ketika kaya taat dan ketika
miskinpun tetap taat, ini baru sukses. Punya sambungan yang baik dengan Allah maka hidupnya akan
baik. Tetapi jika tidak ada sambungan dengan Allah walaupun punya banyak harta dan kekuasaan
yang luas maka hidupnya akan penuh masalah seperti Firaun dan Qorun.
Agar kita bisa nyambung dengan Allah Ta’ala makanya kita perlu Agama. Hanya dengan Agama kita
bisa nyambung dengan Allah Ta’ala, karena Agama ini isinya adalah keinginan dan kehendak Allah.
Nanti hanya Orang yang nyambung dan punya hubungan baik dengan Allah Ta’ala yang akan
dimenangkan oleh Allah Ta’ala. Bagaimana Ibrahim AS punya sambungan yang benar dan hubungan
baik dengan Allah Ta’ala sehingga api yang panas dibuat sejuk oleh Allah Ta’ala. Ini secara logika
tidak kena dan tidak mungkin, tetapi bagi Allah tidak ada yang tidak mungkin, semuanya mungkin2x
aja, dan Allah masih banyak cara lagi yang kesannya tidak mungkin oleh akal. Bagaimana Yunus AS
Allah Ta’ala pelihara dalam perut Ikan di kedalaman laut. Ini semua dapat terjadi karena mereka
punya hubungan baik dan sambungan yang benar dengan Allah Ta’ala. Yang paling penting Iman dan
Amal jika ini ada maka semuanya akan beres.
Allah dapat melakukan sesuatu yang bertentangan dengan akal sesuka Allah. Walaupun secara logika
tidak masuk diakal tetapi apa yang Allah telah buat ada kenyataan dan faktanya. Seperti kisah
pemuda yang hidup tanpa minum dan makan 309 tahun tertidur di goa. Ini siapa yang bisa percaya
kalau ada manusia dapat hidup tanpa minum dan makan. Jadi siapa yang menghidupkan ? Allah. Atau
seperti Bayi Musa AS yang dicari-cari Firaun musuh Allah, yang sampai-sampai membuat Firaun
membunuh 70.000 bayi tiap tahunnya agar Bayi Musa AS dapat dimusnahkan. Tetapi apa yang Allah
buat, Allah mampu buat bayi Musa AS selamat dari pembunuhan massal bahkan dibawa langsung oleh
Allah ke istana Firaun dan dirawat dibawah naungan Firaun laknatullah Alaih. Ini siapa yang bisa buat
seorang Raja merawat musuhnya sendiri. Ini semua adalah kerjaan Allah, tidak ada yang tidak
mungkin bagi Allah. Bagaimana Nabi SAW dapat selamat dari kejaran 100 pedangnya pendekar-
pendekar terbaik orang Quraish hanya dengan sarang laba-laba. Padahal sarang laba-laba ini rumah
yang paling rapuh kena tiup angin saja bakal rusak dan pendekar-pendekar Quraish itu kalau melihat
kebawah kakinya maka Nabi SAW dapat terlihat tetapi tidak ada yang mampu menundukkan
kepalanya untuk melihat ke bawah. Ini menunjukkan betapa lemah logika dan kekuatan manusia
disisi Allah. La Illaha Illallah.
Saat ini, yang paling penting adalah bagaimana kita fikirkan diri kita agar bisa menjadi hamba yang
baik. Jika kita bisa menjadi hamba yang baik maka nanti Allah akan berikan kita kebaikan-kebaikan
yang banyak sekali, di dunia dan di akherat. Kini kita lihat anjing aja yang baik dengan tuannya, maka
tuannya akan menyediakan segala kebutuhannya dan akan merawatnya. Dia akan dimandikan, di
sediakan makanannya, sakit dibawa kedokter hewan, bahkan kini ada salon dan restoran untuk anjing
agar anjing ini bisa senang. Beda dengan anjing liar, tidak patuh pada majikannya, maka dia akan
dibiarkan, makan nyari sendiri susah-susah, dikejar-kejar orang mau dipukulin, tidak ada yang
ngerawat, tidurnya tidak enak. Bagaimana dengan manusia jika dia mau jadi hamba yang baik, maka
semuanya akan Allah bereskan kebutuhan dan masalahnya.
Yang paling baik adalah bagaimana kita ini jadi hamba saja yang baik dijamin tenang dan senang,
Hayatun Thoyibah. Contohnya, seorang anak kecil ngtidak pernah pusing mikirin listrik, air, makan,
baju baru, karena ia yakin orang tuanya akan menyelesaikan segala urusannya. Nah kalau kita punya
keyakinan seperti ini maka Insya Allah kita bisa mendapatkan Hayatun Thoyibah. Nabi SAW pernah
berkata :
“Allah lebih mencintai hambaNya melebihi seseorang Ibu kepada anaknya 70 kali lipat”
Seharusnya dengan hadist ini kita bisa lebih santai menghadapi hidup ini melebihi santainya seorang
anak kecil. Karena kita yakin Allah akan menyelesaikan masalah-masalah kita sebagaimana seorang
ibu menyelesaikan masalah anaknya.
Inilah yang diajak Nabi-nabi dari dulu dan ini yang Allah mau kita jaga. Sampai-sampai Allah kirim
124.000 nabi-nabi agar kita semua dapat selamat dan punya yakin yang benar. Selamat dari adzab
Allah di dunia dan di akherat. Jangan sampai tertipu dan jangan sampai salah bergantung, inilah yang
diajak nabi-nabi. Gantungkan diri kita hanya pada Allah karena dari dulu orang-orang yang menang,
sukses, dan bahagia dunia dan akherat hanya orang-orang yang punya hubungan baik dengan Allah
dan gantungan yang benar. Kalau ada perlu minta aja langsung pada Allah, Allah seneng diminta.
Tidak usah takut, kita ada Allah yang semakin diminta semakin seneng. Allah hanya perlu kita yakin
seperti yakinnya anak kecil, yaitu yakinnya anak pada orang tuanya. Uang tidak bisa buat apa-apa,
kalau kita dikejar anjing apakah anjing dapat disogok ? La Illaha Illallah.
Di alam arwah Allah telah bertanya pada semuanya, “Apakah Aku Rabbmu ?” semua mengakui dan
sepakat bahwa Allah adalah Rabb kita. Jadi dunia ini adalah tempat untuk menguji apa yang telah kita
sepakati dan kita akui di alam arwah. Masalahnya kebanyakan dari kita setelah sampai di alam dunia,
Allahnya tidak keliatan. Allah tidak pernah berubah, tetapi kitanya yang berubah. Dari jaman Adam AS
sampai sekarang Allahnya tetap sama dan tidak berubah, tetapi kitanya yang selalu berubah-ubah
kepada Allah. Keyakinan kita berubah-ubah ketika di dunia. Nanti di kubur akan ditanya lagi, kalau
jawabannya benar maka akan dikatakan benar. Kalau jawabannya bohongpun nanti Allah akan kasih
tau.
Orang yang beragama, baik ibadahnya, ini tidak otomatis dia jadi kaya, atau pangkat naik. Tetapi
agama ini adalah memberikan keberkahan yaitu menghilangkan ketakutan dan kesusahan walapun
miskin. Dengan agama ini Allah akan masukkan rasa kaya walaupun dia hidup miskin. Sekarang
masalahnya adalah hati yang miskin, hati yang selalu merasa kurang, tidak pernah cukup, selalu was-
was. Inilah masalah semua orang hari ini. Tapi karena Allah ini Maha Baik maka Allah berikan kita
agama. Jadi agama itu adalah keberkahan dan ketenangan bukan untuk mendatangkan kekayaan
atau kenaikan pangkat. Modal hidup yang terbaik adalah bagaimana kita dapat hadirkan Allah dalam
hati ini dengan Agama. Agama adalah tertib hidup yang Allah kasih untuk manusia. Kalau matahari
tidak mau ikut tertib yang Allah kasih, bintang tidak mau ikut tertib yang Allah kasih, maka yang ada
kerusakan. Begitu juga kita jika kita tidak mau ikut tertib yang Allah kasih maka kita akan rusak dan
merusaki. Karena tanpa agama hati orang ini akan rusak walaupun hatinya dipenuhi seluruh isi langit
dan bumi, tetap aja tidak akan pernah merasa tercukupi atau terpuasi, selalu merasa kurang. Kalau
hati udah rusak maka rusaklah seluruhnya. Hidupnya akan rusak dan merusaki. Banyak orang yang
kelihatan sukses dari kebendaan dan pangkat tetapi susah hatinya. Ini karena tidak nyambung
dengan Agama. Tetapi kalau ada Agama hati orang ini akan baik. Jika baik hatinya maka akan baik
badannya, dan kehidupannya. Hati ini akan tenang, tidak stress, tidak merasa susah dan sedih.
Tenang aja, kan ada Allah. La Illaha Illallah.
Dunia ini hanya tempat untuk persiapan untuk kehidupan yang abadi, tempat untuk usaha.
Sedangkan akherat adalah tempat untuk menerima hasil atau gaji. Sukses dan gagalnya seseorang
nanti di akherat bukan di dunia. Banyak orang kelihatan dari segi kebendaan sukses ternyata susah.
Firaun dan Qorun dari segi kebendaan dan kekuasaan kelihatannya sukses tetapi ternyata didunianya
saja sudah menderita, apalagi setiap ketemu Musa AS, selalu keluh kesah. Kehidupan yang sukses
sebenarnya adalah kehidupan yang dapat mengantarkan kita ke surganya Allah. Daripada hidup
terkenal, kaya raya, dan berkuasa tetapi ujungnya masuk neraka, ini namanya kegagalan.
Dunia ini bukannya tempat untuk memenuhi kemauan kita, tapi tempat untuk bersabar atas
keinginan-keingan kita. Sekarang ini adalah tempat untuk ikuti maunya Allah, nanti Allah baru penuhi
maunya kita di surga. Nanti akan ada satu kesempatan Allah akan sempurnakan seluruh kemauan
kita, sesuka kita. Tapi sekarang kita sempurnakan dulu maunya Allah. Dunia ini hanya tempat ujian
dan penjara bagi orang beriman. Tidak ada kebebasan bagi orang beriman selama di dunia.
Semuanya harus ikut aturan seperti dalam penjara. Bebas nanti kalau masuk surganya Allah. Didunia
ini kita di uji untuk ikuti perintah Allah yang kelihatan hasilnya. Kalau dilihatin hasil dari 27 derajat
sholat maka kontan mesjid akan ramai jadi tempat antrian. Bahkan kini yang taat terlihat susah dan
yang tidak taat telihat senang. Ini karena dunia ini adalah tempat untuk bersabar bagi orang beriman,
senangnya nanti di akherat.
Seperti dalam suatu kisah ada 2 orang pemancing yang satu kafir yang satu beriman. Ketika mereka
pergi mancing ketempat yang sama, pada waktu yang sama, dengan perlengkapan yang sama. Orang
beriman mengucapkan bismillah ketika memancing dan yang kafir mengucap nama tuhannya. Namun
ketika selesai memancing yang kafir mendapatkan hasil yang banyak sedangkan orang beriman tidak
mendapatkan satu ekor ikanpun. Malaikat bertanya kepada Allah mengapa demikian. Ini karena hasil
jerih payah orang kafir ini di balas di dunia sedangkan orang beriman di akherat. Lalu Allah
perlihatkan Neraka sebagai tempat kembalinya orang kafir dan Allah perlihatkan surgabuat orang
beriman yang sabar. Maka para malaikatpun sepakat bahwa tidak ada artinya susah di dunia bagi
orang beriman dibanding kesenangan yang Allah berikan di akherat. Dunia tempat sandiwara saja.
Kini dipanggil adzan tidak ada untungnya mendingan dagang di pasar banyak untungnya. Nanti dulu
lihat akhirnya, hanya orang-orang yang mau meyakini bahwa keuntungan hanya ada di balik amal
yang akan bahagia pada akhirnya. Hasil dari pasar hanya bisa dinikmati ketika hidup, tetapi amal
yang sedikit dapat dinikmati sampai mati.
Alam dunia ini seperti mimpi kata ulama. Di dalam mimpi seakan-akan kita memeluk harta kita
seperti kenyataan, setelah bangun ternyata hanya mimpi yang dipeluk bantal. Begitu juga di kubur
seperti terjaga dari mimpi, baru nangis-nangis menyesal, tidak ada gunanya lagi. Nanya mana
hartanya, mana rumahnya, mana mobilnya, kata malaikat, “mimpi kamu.” Ada yang mimpi senang
tau-tau setelah bangun dalam keadaan susah. Ada yang mimpi susah setelah bangun dalam keadaan
senang. Ada di akherat orang yang taat tetapi hidupnya susa, tetapi setelah diperlihatkan Kenikmatan
Surga oleh Allah malah merasa dirinya tidak pernah susah hidupnya. Begitu juga kesenangan
kehidupan orang kafir di dunia setelah di perlihatkan Neraka merasa tidak pernah hidup senang ketika
di dunia.
Sebenarnya yang kita perlukan adalah bukannya harta, pangkat, ekonomi yang maju, tetapi Ridho
Allah, hanya ini tidak ada yang lain. Kalau Allah Ridho pada kita maka semuanya akan beres. Untuk
mendapatkan Ridho ini perlu usaha, sebagaimana para sahabat berusaha mendapatkan Ridho Allah.
Akan datang masa dimana seluruh yang kita usahakan akan hilang dan yang dulu seperti cerita akan
nampak nyata menjadi kenyataan. Kalau mau lihat balasan terhadap amal nanti di akherat kalau
diminta sekarang rugi karena apa yang Allah berikan di akherat tidak ada bandingannya. Kita ini
punya kebiasaan mintanya buru-buru, ini kerugian. Padahal yang Allah mau kita ini bersabar dulu.
Orang-orang yang masuk surga ini nanti adalah orang-orang yang mau bersabar ketika di dunia.
Sedangkan Surga ini adalah tempat untuk memuaskan hawa nafsu bahkan dilipat gandakan oleh Allah
nafsu kita menjadi 100x. Jangan sampai tertipu dengan yang ada di dunia.
Apa yang ada di Surganya Allah tidak ada bandingannya dan tidak sebanding dengan yang ada di
dunia. Rugi, bangkrut, kalau mau ditukar dengan dunia, inilah orang-orang yang tertipu dan mau
dibodohi.
1. Di dunia perempuan yang cantik kalau berumur tua sudah tidak dapat mendatangkan selera lagi.
Kalau tidak mandi bisa bau apek, kalau tidak dandan tidak keliatan cantiknya. Kalau kentut baunya
bukan main. Andaikata kita bisa melihat isi perutnya, pasti jadi jijik kita jadinya. Kadang-kadang suka
ngelawan pada kita. Tapi kalau di Surganya Allah, dimana wanita langsung dibuat oleh Tangan Allah
sendiri yang bersih dan suci. Dikatakan kalau Bidadari ini diturunkan kedunia maka semua laki2x akan
berkelahi memperebutkannya. Bapak rela bunuh anak dan anak rela bunuh bapaknya demi bidadari
tersebut. Yang mati akan hidup jika diperlihatkan bidadari tersebut. Pertama kali ngeliat bidadari kita
akan terpana, bengong selama 40 tahun sangking cantiknya, mengagumi kecantikan bidadari
tersebut, itupun baru pembantunya. Orang tersebut harus melewati beberapa pintu untuk bertemu
dengan bidadari yang sebenarnya itupun setiap melewati pintu maka setiap bidadari yang ditemui
jauh lebih cantik dari yang sebelumnya. Yang dikatakan kulitnya ini seperti telur yang baru dikupas
kulitnya. Tidak pernah disentuh dan dijamah oleh siapapun. Matanya bagaikan mutiara menyejukkan
dan menyenangkan jika dipandang. Tidak pernah mengeluarkan bau-bau yang tidak menyedapkan.
Suaranya indah, parasnya menawan. Semakin dipandang semakin bertambah kecantikannya. Bajunya
saja ada 70 lapis dan bila setiap lapisan dibuka akan bertambah kenikmatannya. Tidak akan pernah
melawan kepada suaminya, selalu taat dan selalu dalam kondisi menghibur suaminya. Hebatnya saat
ini mereka merindukan kita. Dan disana kita akan mempunyai Nafsu yang dilipat gandakan oleh Allah,
syahwat yang tidak pernah melemah.
2. Di dunia untuk pembantu saja, kita harus cari dulu yang benar setia dan jujur. Belum lagi malasnya
kalau kerja, mukanya masem melulu kalau disuruh kerja. Tapi nanti di Surganya Allah, Allah akan
berikan pelayan-pelayan yang menyenangkan dipandang mata, rajin-rajin. Pakaiannya bagus-bagus
dari jenis laki-laki dan perempuan. Mereka akan senantiasa melayani kita. Tidak ada lagi tuh pelayan
yang tidak jujur, yang tidak setia, yang mukanya tidak enak dilihat. Semuanya ada disana untuk
menyenangkan kita. Semuanya pelayanan kelas 1, makanan apapun, kendaraan apapun, baju macam
apapun yang akan kita minta akan diberikan, semuanya kelas satu.
3. Di Surga, rumah yang Allah Ta’ala berikan jauh lebih baik dari pada yang ada di dunia bahan
materialnya, designnya, luasnya, keindahannya, tidak sebanding dengan yang ada di dunia. Cukup
dengan usaha yang sedikit, satu Subhanallah saja, Allah mampu berikan rumah yang jauh lebih baik
di Surga, seperti kerajaan dan kita adalah rajanya. Disini kalau mau buat rumah usahanya musti
keras, dan dengan kredit lagi. Bahannya hanya terbuat dari koral bata, dan kayu. Tapi disurga, Allah
akan bangunkan Istana yang bahannya terbuat dari mutiara, emas dan permata. Didalam Istana itu
kita bisa memasukkan aliran sungai atau mengeluarkannya sesuka hati kita. Lantainya ada yang
terbuat dari kaca sehingga kita bisa melihat air mengalir dibawahnya. Tangganya terbuat dari emas
permata, dan didalam Istana itu terdapat tujuh puluh kamar, yang didalamnya telah siap bidadari-
bidadari melayani kita disetiap kamar. Belum lagi makanannya bermacam-macam yang setiap
makanannya dapat mempunyai tujuh puluh rasa. Setiap dicoba semakin bertambah kenikmatannya.
4. Belum lagi kemampuan kita yang Allah kasih di Surga seperti Tingginya nabi Adam AS, Parasnya
Yusuf AS, Suaranya Daud AS, Kekuatannya Musa AS, Umurnya Isa AS, Akhlaqnya Rasullullah SAW
dan ditambah satu kelebihan lagi yang kelebihan ini tidak pernah Allah kasih kepada mahluk lain
selain manusia. Yaitu kekuatan “Kun Fa Ya Kun” nya Allah, apapun yang kita minta disurga akan
terjadi.
5. Luasnya Surga, bagi yang terakhir masuk Surga saja ini Allah berikan 10x lipat lebih luas daripada
langit dan bumi. Ada yang masuk seperti bangsawan, ada yang masuk seperti raja-raja tergantung
pada amalnya masing-masing. Semuanya disambut disurganya masing-masing.
Jadi jangan sampai tertipu dengan dunia yang ada sekarang dan jangan mau dibodohi. Allah pingin
kita masuk Surga makanya Allah kirim sampai dengan 124.000 Nabi. Kita harus pikirkan ini dari
sekarang. Prinsip hidup itu bukannya bagaimana nanti ? tapi nanti bagaimana ? kecuali yang tidak
mau masuk surga yaitu orang tertipu dan dibodohi oleh dunia. Inilah mengapa Ali RA pernah berkata
dia pernah mendengar Nabi SAW bersabda Mahfum :
“Tidak sempurna Iman kamu sebelum kamu mempercayai Apa yang ada ditangan Allah lebih baik
daripada yang ada ditanganmu.”
Iman ini walaupun sebesar biji debu, Allah akan gantikan kerajaan 10 kali lipat lebih besar dari dunia
dan seisinya. Padahal untuk orang yang keluar dijalan Allah ini setiap pahala dikali 700.000 kali itu
buat yang belum nikah, kalau sudah dikali 70 kali lagi, jadi 49.000.000 pahala. Sedangkan satu
pahala saja Allah kasih 10x lebih besar dari langit dan bumi. Jawabannya Tidak pernah terdengar oleh
telinga, tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terbesit dalam hati. Inilah Kehebatan,
Kekuasaan, dan Kekayaan Allah.
Iman ini lakunya selama masih belum kelihatan, masih ghaib, lalu kita percaya dan kita takut ini Iman
namanya. Seperti percakapan antara Allah dan malaikatnya yang baru datang mengunjungi manusia
yang baru selesai buat amalan. Allah bertanya kepada malaikat walaupun Allah Ta’ala telah
mengetahuinya, firmannya, “Dari mana kalian ?” Malaikat menjawab, “Kami dari mengunjungi
hambamu, yang mengingatmu.” Lalu Allah bertanya, firmannya, “Apakah mereka pernah melihatku ?”
jawab malaikat, “Tidak pernah ya Allah.” Allah berfirman kembali, “Bagaimana jika mereka
melihatku ?” malaikat menjawab, “Mereka akan tambah rajin beribadah kepadamu.” Allah berfirman
kepada para malaikat, “Apa yang mereka Minta ?” Malaikat menjawab, “Surgamu ya Allah”, Allah
berfirman, “Apakah mereka pernah melihat Surga ?” jawab Malaikat, “Belum pernah ya Allah”, Allah
berfirman, “Apa yang mereka takuti ?” jawab malaikat, “Nerakamu Ya Allah”, Allah berfirman,
“Apakah mereka pernah melihat Neraka tersebut?”, Malaikat menjawab, “Belum pernah ya Allah.” Lalu
Allah berfirman, “Maka saksikanlah oleh kalian aku akan memberikan apa yang mereka minta dan
menjauhkan mereka dari apa yang mereka takuti.” Ini baru namanya Iman yaitu ketika belum melihat
tapi meyakininya.
Tapi nanti di akherat ketika semua yang ghaib dan yang terdengar seperti cerita ketika di dunia telah
menjadi kenyataan, baru orang-orang semuanya sepakat, “Ya Allah kami melihat dan kini kami
bersaksi, kirimlah kami balik ke dunia, kami akan beriman dan beramal kepadamu.” Tetapi ketika itu
yang namanya Iman dan Tobat sudah tidak laku lagi. Penyesalan tidak akan diterima dan kita tidak
akan dibalikkan ke dunia lagi. Setetes air mata yang keluar karena Allah ketika di dunia, ini dapat
memadamkan api neraka. Tetapi di akherat nanti nangis tidak ada gunanya, walaupun air mata itu
keluar banyak sampai menjadi air mata darah lalu menjadi nanah, tetap aja tidak dipe duliin oleh
Allah. Semua pintu tobat sudah di tutup oleh Allah. Bahkan Allah tidak suka dipanggil-panggil
namanya oleh mereka, ahli neraka, sehingga suara mereka Allah ubah menjadi suara keledai.
Sedangkan kini kita dalam program transmigrasi di akherat. Orang-orang sibuk mudik pulang
kampung. Padahal kamupung kita yang sebenarnya adalah akherat. Dunia ini adalah tempat kerja
untuk Allah, apa yang Allah mau harus kita ikuti. Nanti di akherat tinggal kasih laporan kerjanya.
Sahabat nanya kepada Rasullullah siapakah orang yang palin pinter itu. Rasullullah SAW tidak
menjawab orang yang punya titel, harta yang banyak, perusahaan yang besar, rumah yang mewah,
pangkat yang tinggi bukan itu. Tetapi Rasullullah SAW menjawab orang yang pintar itu adalah orang
yang senantiasa mengingat mati. Dengan begitu dia akan mempersiapkan amalnya untuk hari nanti.
Tapi masalahnya kini banyak dari kita yang over confidence, terlalu yakin, terhadap Iman kita
menjelang sakratul maut, merasa aman saja. Padahal menjelang sakratul maut ini tidak ada jaminan
orang mampu meninggal dengan membawa Iman. Jadi kita kini jangan merasa aman dulu dengan
keadaan Iman kita. Umar RA saja yang sudah dijamin Surganya oleh Allah Ta’ala masih merasa takut
akan kondisi Iman dan Amalnya menjelang mati. Dia bilang, “Andaikata dosa Umar seimbang dengan
kebaikan yang Umar dibuat maka itu telah cukup bagiku.” Apalagi kita kini yang belum ada
jaminannya.
Mati dan Akherat merupakan urusan yang paling penting saat ini. Ketika kita sedang makan untuk
hidup tiba-tiba kantor manggil, lalu makan kita tinggalkan karena panggilan kantor lebih penting.
Begitu juga ketika di kantor, istri sakit manggil kita, lalu kita pulang karena panggilan istri lebih
penting. Dan mati ini perkara yang pasti dan perkara yang lebih penting dari semuanya. Tidak bisa
ditunda-tunda, dan tidak bisa kompromi dengan malaikat maut. Orang yang pinter ini adalah orang
suka inget mati dan mempersiapkan diri untuk mati. Bukannya mempersiapkan harta untuk mati,
rumah besar, pakaian-pakaian yang indah, ini semua tidak akan laku di kubur.
Di dunia ini tidak ada yang pasti, yang pasti hanya mati. Orang kini bisa kaya, besok tidak ada
jaminan dia masih bisa dalam keadaan kayak bisa aja jatuh miskin karena utanglah, bangkrutlah.
Saat ini kita bisa dalam keadaan sehat, tetapi semenit dari sakarang, sejam dari sekarang, kita bisa
jatuh sakit. Hari ini kita berpangkat, tau-taunya besok kita dipecat, dan lain-lain. Yang pasti hanya
Mati. Sahabat melangkah dengan kaki kiri tetapi tidak yakin masih bisa melangkah dengan kaki
kanan. Tetapi kini kita sukanya merancang jauh-jauh kedepan, 5 tahun lagi, 10 tahun lagi. Padahal
semua ini tidak ada jaminan. Ini namanya panjang angan-angan. Kita akan dibangkitkan sebagaimana
kita dimatikan. Hidup penuh amal dan ketika mati dalam keadaan beriman dan membawa amal maka
bangkit akan dalam keadaan beriman dan membawa amalan. Tetapi jika hidup penuh maksiat dan
mati dalam keadaan membawa murka Allah maka ketika dibangkitkan dia akan bangkit dengan
membawa murka Allah dan membawa dosa-dosa maksiatnya.
Hazrat Ibnu Umar RA, memberi nasehat :
“Ketika kamu dipagi hari janganlah menunggu waktu malam, ketika kamu dimalam hari janganlah
kamu menunggu waktu pagi. Persiapkan dirimu untuk masa sakitmu ketika masih sehat dan
persiapkan bekalmu untuk mati ketika kamu masih hidup.”
Jadi jangan nunggu-nunggu lagi dalam beramal kapan ada waktunya kerjakan, karena waktu ke
depan tidak ada jaminannya. Sahabat Saad bin Abi Waqqash RA ditanya Nabi bagaimana dia sholat ?
Saad RA menjawab saya sholat Ashar seakan-akan saya tidak akan dapat hidup sampai Maghrib. Saya
sholat maghrib seakan-akan saya tidak akan hidup sampai waktu Isya, dst. Bahkan ada Sahabat yang
berkata saya salam kekanan seakan-akan saya tidak bisa salam ke kiri. Itupun masih dibilang panjang
angan-angan oleh Rasullullah SAW.
Hari ini dibagi 3 :
1. Kemarin Tidak akan kembali lagi sampai kapanpun
2. Hari Esok Tidak ada jaminan masih hidup, panjang angan-angan
3. Saat ini Waktu terbaik untuk beramal
Ali RA berkata :
1. Jika hari ini sama dengan hari yang kemarin, rugi namanya.
2. Jika hari ini lebih buruk daripada hari kemarin bangkrut namanya
3. Jika hari ini lebih baik dari hari kemarin, ini baru beruntung
“Demi Masa, Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian kecuali orang yang beriman, beramal sholeh,
dan yang saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.” ( Al Ashr : 1-3 )
Menurut Allah semua manusia dalam keadaan merugi karena mereka tidak bisa memanfaatkan waktu
dalam beramal. Amal yang tidak dilakukan dalam waktu yang telah lewat tidak akan bisa dapat
ditebus, kita hanya dapat beramal untuk waktu yang sekarang. Waktu yang akan datang tidak ada
jaminan. Jadi kita perlu memikirkan Iman kita dan amal kita saat ini. Iman dan Amal penting tetapi
usaha atas Iman dan Amal lebih penting lagi. Iman dan Amal tidak bisa datang dengan membaca
buku tetapi harus lewat pengorbanan. Ini resep dari Allah. Jika pengorbanan kita diterima maka Allah
akan memberikan kita kefahaman-kefahaman dan kekuatan untuk mengamalkan agama secara
sempurna. Kini mau makan harus usaha cari makan, mau uang harus usaha cari uang. Tidak bisa
uang dan makanan datang sendiri, ini sunatullah. Caranya dengan meninggalkan rumah. Begitu juga
dengan Iman dan Agama. Tidak bisa datang sendiri, harus diusahakan. Sebagaimana para Nabi dan
sahabat usaha atas Iman dan Amal, yaitu dengan pengorbanan, tinggalkan rumah, anak, dan isteri.
Iman dan Amal ini seperti Iklan, tidak bisa dengan mendengarkan saja atau melihat saja, tetapi harus
dipraktekkan. Seperti Ikaln pepsodent, kalau mau tau kegunaannya maka harus dibeli dan dipake,
tidak bisa dengan hanya melihat iklannya saja. Kalau kita mau Iman dan Amal maka harus segera
praktek, nanti Allah kasih tau kegunaannya.
sumber : http://buyaathaillah.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai