Anda di halaman 1dari 36

KUINON &

KURKUMINOID

TIM DOSEN FITOKIMIA UHAMKA - 2020


KUINON
DEFINISI
■ Kuinon adalah metabolit
sekunder yg memiliki cincin
aromatis dengan sistem satu
atau dua gugus keton
■ Pigmen kuning, jingga atau
merah
Benzokuinon Naftokuinon

PENGELOMPOKAN

Kuinon
Antrakuinon
isoprenoid
1. Benzokuinon
■ terdiri dari 2 gugus kabonil pada sistem
cincin aromatis heksasiklik (monocyclic),
biasanya pada posisi orto atau para
■ merupakan pigmen fungi dan jarang
dijumpai pada tumbuhan tinggi.
■ Contoh: iriskuinon, sanorelin
2. Naftokuinon
■ mengandung dua gugus karobonil pada salah satu sistem
cincin aromatis (bicyclic), biasanya pada posisi orto atau para
■ pigmen merah-kuning.
■ Mudah larut dalam pelarut organik seperti benzena.
■ Beberapa senyawa bersifat racun dan antimikroba.
■ Contoh : Lawson (kandungan utama henna), lapakol (untuk
mewarnai kapas), alkanin, filokuinon (vitamin K1)., Plumbagin
3. Antrakuinon
■ Antrakuinon →inti anthracene yg punya gugus fenolik pada
C-1 dan C-8 serta gugus keto pada C-9 dan C-10,
membentuk trisiklik (cth emodin).
■ Antron dan antranol → hanya C-9 yang mengandung O
■ Gugus metil, oksimetil atau karbonil mungkin terdapat
pada C-3.
■ Gugus hidroksi atau metoksi pada C-6.
■ Ditemukan pada tanaman dalam bentuk O-glikosida
(dengan ikatan pada C-1, C-8 atau C-6-OH).
■ Bentuk C-glikosida hanya pada antron (ikatan C-C pada C-
10).
■ Gula yang sering ditemui baik pada C-gliksoida maupun O-
glikosida umumnya glukosa, ramnosa dan apiosa.
■ Padatan berwarna merah, jingga atau kuning.
■ Bersifat laksatif (antrakuinon, oksantron, antranol, antron).
4. Kuinon isoprenoid
■ terdapat sedikit dalam jaringan tumbuhan
■ contoh: ubikuinon (terlibat dalam respirasi sel) dan plastoquinon
(terlibat dalam fotosintesis).
■ umumnya, kuinon lebih mudah larut dalam
pelarut nonpolar dan akan terekstraksi TEKNIK
bersama-sama dengan senyawa pigmen EKSTRAKSI
lain (seperti: karetenoid dan klorofil).
■ Turunan kuinon dapat diekstraksi dengan:
methanol, DCM, etil asetat yang
mengandung 2% HCl, benzene:methanol,
dietil eter, air:methanol, heksana
■ Bentuk glikosida → air, etanol, metanol
■ Bentuk bebasnya (aglikon) → nonpolar:
eter atau benzena
ISOLASI ANTRAKUINON

Kristal
simplisia Fraksi
antrakuinon
Sari dgn air, panaskan 90 menit di Ekstrak air difraksinasi dgn metil- Larutan alkali dinginkan di kulkas
tangas air isobutyl keton s/d tdk berwarna → asamkan s/d pH 2 dgn HCl
Uapkan ekstrak air Fraksi organic dikocok dgn sodium encer
hydrogen karbonat 5% s/d merah Kristal dipisahkan, cuci dgn air →
keringkan
Warna agelap dihilangkan dgn
aseton
Rekristalisasi dgn asam asetat

Hanani, 2015. Analisis Fitokimia


1. Reaksi warna
■ Untuk memastikan apakah senyawa pigmen
merupakan kuinon atau bukan, digunakan IDENTIFIKASI
reaksi reduksi bolak balik → kuinon menjadi
senyawa tidak berwarna menggunakan natrium KUINON
borohidrida, kemudian kembali berwarna
dengan mengocok larutan tersebut di udara.
■ Reaksi Borntrager (terbentuk warna kuning
berubah menjadi merah jika ditambah basa,
NaOH 2N) → positif antrakuinon bebas
■ Reaksi Schonteten (larutan boraks 5%) →
terbentuk fluoresensi yg diamati pada UV 366
■ Larutan amonia, NaOH atau KOH → timbulnya
warna merah muda (Identifikasi antrakuinon
bebas)
■ penyinaran dengan UV → hidroksikuinon
menunjukkan warna memudar
2. Metode KLT
IDENTIFIKASI
■ Benzokuinon sederhana dan naftokuinon →
fase gerak: nonpolar seperti benzena murni,
KUINON
kloroform murni, eter minyak bumi, atau
campuran sederhana pelarut tsb.
■ Penyemprotan dengan biru leukometilena
pada KLT→ bercak biru pada latar belakang
putih (positif kuinon)
■ Uap amonia → tidak bereaksi (yang
membedakan dgn flavonoid)
Sistem KLT yang mungkin digunakan
pada identifikasi antrakuinon
Fase diam Fase gerak Sistem deteksi
Silika gel 60F254 1. Etil asetat-methanol-air 1. UV254 → semua turunan
(100;13,5:10) → untuk antrakena terjadi
semua turunan antraken peredaman
2. n-propanol-etil asetat-air- 2. UV365 → semua turunan
asam asetat glasial antrakena berfluoresensi
(40:40:29:1) → ekstrak kuning atau merah-coklat
Senna 3. Pereaksi semprot:
3. PE-etil asetat-asam format KOH 5% atau 10% dalam
(75:25:1) → aglikon etanol (reaksi Borntrager) →
antrakuinon merah pada sinar tampak,
fluoresensi merah pada
UV365 nm

Wagner & Bladt, 1995, Plant Drugs Analysis: A Thin Layer Chromatography Atlas
UV 365 nm UV 254nm

Fase gerak → etil asetat:metanol:air


(100:13,5:10)
Senyawa pembanding →
T1 = aloin,
T2 = 7-hidroksialoin
Sampel (5µl dalam metanol)→
1 = Aloe capensis (type I),
2 = Aloe capensis (type II)
Plat tanpa disemprot pereaksi kimia

Wagner & Bladt, 1995, Plant Drugs Analysis: A Thin Layer Chromatography Atlas
UV 365 nm Visible

Fase gerak → etil


asetat:metanol:air (100:13,5:10)
Senyawa pembanding →T3 =
aloe-emodin
Sampel (5µl dalam metanol)→
1 = Aloe capensis (type I),
2 = Aloe capensis (type II),
3 = Aloe barbadensis,
4 = Aloe perryi,
5 = Aloe dari Kennian,
6 = Aloe dari Uganda
Plat disemprot KOH 10% dalam
metanol

Wagner & Bladt, 1995, Plant Drugs Analysis: A Thin Layer Chromatography Atlas
3. Metode KCKT/HPLC

■ Benzokuinon dan Naftokuinon dapat dipisahkan


dengan micropak Si-10 dengan fase gerak
IDENTIFIKASI
isopropanol 1% dalam eter minyak bumi, sementara KUINON
Antrakuinon dapat dipisahkan dengan kolom
micropak CH-5 dengan fase gerak metanol-air (1:1)
yang diasamkan sampai pH 3.

4. Identifikasi dengan spektrum (UV-Vis, IR, MS).

❑ Pada spektrum IR, kuinon menunjukkan pita karbonil


khas yang kuat.
❑ Pada spektrum massanya (MS), kuinon dapat dikenali
karena sifatnya yang mudah melepaskan satu atau
dua molekul karbon monoksida (CO) dari puncak ion
induk.
Contoh identifikasi aloin dan aloe-
emodin pada Aloe vera (sebelum
dan setelah hidrolisis)
■ Persiapan sampel: Aloe didekoktasi dengan air (vakum
kering 45 °C sampai diperoleh kons 0,4 g /mL)
■ Cara hidrolisis: Dekokta aloe + HCl (1,2 N) dipanaskan dgn
waterbath suhu 80 °C selama 1 jam. → ekstraksi dgn etil
asetat → sentrifugasi 4000 rpm, 10 menit → supernatant
keringkan dgn gas N2.
■ Sistem HPLC
- Fase diam: Apollo C18 reversed-phase column (5 μm, 4.6
× 250 mm
- Fase gerak: of acetonitrile (A) and 0.1% aqueous
phosphoric acid (B) with a gradient elution of 24% A at 0-
12 min, 24-50% A at 12-22 min, 50-24% A at 22-40 min
and 24% A at 40-50 min.
- Laju alir: 1,0 mL/menit
- Volume injeksi: 20 µL
- Detektor: UV-Vis (pada 254 nm)
Chiang, et al., 2012. Determination of Marked Components –
Aloin and Aloe-emodin – in Aloe vera before and after hydrolysis
■ Antrakuinon (aglikon) dapat ditetapkan kadarnya
dari ekstrak non polar. Cara: simplisia diekstraksi
dgn benzena, uapkan → residu dilarutkan dgn
KOH → warna yg terbentuk diukur serapannya
PENETAPAN
pada pjg gelombang 515 nm KADAR
■ Antrakuinon glikosida. Cara: ekstrak dikocok dgn
air panas 5 menit → saring dalam keadaan
panas, dinginkan → filtrat ekstraksi dgn
benzene, pisahkan → lapisan air ditambah FeCl3
5% dan HCl → panaskan pada tangas air 10
menit (dlm tabung refluks) → dinginkan,
ekstraksi dengan benzene → uapkan lapisan air
→tambahkan KOH 5% dalam methanol → ukur
serapan pada 515 nm dgn spektrofotometer.
Kadar total antrakuinon glikosida dihitung
berdasarkan pembanding antrakuinon yang
digunakan.
Hanani, 2015. Analisis Fitokimia
Depkes RI. 2000. Parameter Standar Mutu Ekstrak
Quantitative analysis of total
anthraquinone glycosides

Sistem Analisis Kuantitatif

Standar: rhein (glikosida antrakuinon)


Reaksi: sampel+0,5% magnesium asetat,
cukupkan dgn methanol
Pengukuran: spektrofotometer UV-Vis 515 nm
KURKUMINOID
DEFINISI
■ Kurkumin adalah senyawa aktif berupa polifenol yang
ditemukan pada kunir (Curcuma longa/Tumeric,
Zingiberaceae) dan Curcuma sp yang lain
(Temulawak)
■ Berwarna kuning kecoklatan hingga kuning cerah

Sirait, 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi


■ Kurkuminoid tidak larut dalam air, larut dalam etanol
dan aseton
SIFAT FISIKA

KIMIA
beraroma khas
■ tidak toksik
■ Perubahan pH lingkungan menyebabkan berubah
warna. Suasana asam → berwarna kuning atau kuning
jingga (struktur tidak terdisosiasi). Suasana basa →
berwarna merah (struktur mengalami disosiasi dan
degradasi).
■ Sensitif terhadap cahaya. Bila terkena cahaya, terjadi
dekomposisi dan degradasi struktur. Kadar kurkuminoid
rimpang temulawak yang dikeringkan dengan sinar
matahari langsung lebih kecil dibanding yang dikeringkan
tanpa sinar matahari.
■ Suhu → Kurkumin akan terdegradasi pada suhu ≥70oC

Sirait, 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi


Pengujian
degradasi
kurkumoniod
dengan
metode HPLC

Fase diam: kolom Nukleosil-NH2


Fase gerak: etanol 96% pada pH
alkalis.
Variasi: masa inkubasi 5 menit dan
28 jam.

Sirait, 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi


C21H20O6 (BM =368)
STRUKTUR polar
KURKUMINOID
C20H18O5 (BM =338)

semi polar

Parthasarathy et al., 2008.


Chemistry of Spices
Parthasarathy et al., 2008. Chemistry of Spices
1. Isolasi cara kering (Sidik 1985)
Pelarut: eter, n-heksana, benzene, alkohol, aseton ISOLASI
Metode: Maserasi, Soxhlet, refluks KURKUMINOID
Sistem terbaik (rendemen kurkuminoid >>>):
- teknik soxhlet dengan pelarut aseton
- teknik refluks dengan pelarut etanol
ekstrak yang diperoleh diuapkan → dicuci
dengan eter minyak tanah/benzena →
diuapkan
bahan dasar yang terbaik: rimpang temulawak
yang dikeringkan tanpa diambil minyak
atsirinya terlebih dahulu dibanding rimpang
yang minyak atsirinya telah diisolasi.

Sirait, 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi


2. Isolasi cara basah (Sidik 1985)
■ Serbuk rimpang direfluks dengan menggunakan zat aktif permukaan
(dibuat dengan cara penyabunan oleum ricini dengan NaOH) →
saring → filtrat ditambahkan asam sitrat (hingga pH=6) → dinginkan
→ terjadi pengendapan sekitar 24 jam → endapan disaring →
dikeringkan
■ Rendemen yang dihasilkan berkisar 18-19,9%

Sirait, 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi


3. Rimpang diekstraksi dgn heksan (menghilangkan
komponen lemak) → ekstraksi dgn benzene → kristalisasi
dgn etanol → kristal jingga-kuning (1,1%) (Janaki and
Bose, 1967).
4. Cara lain: ekstraksi dgn perkolasi dingin menggunakan
pelarut organiK; MAE, Superkritikal-CO2; soxhletasi dgn
etanol (rendemen ckp tinggi), hidrodestilasi (rendemen
rendah)

Parthasarathy et al., 2008. Chemistry of Spices


1. Reaksi warna
■ asam borat → komplek warna merah
■ NaOH → warna merah
ANALISIS
KURKUMINOID
2. Spektrofotometri Vis
❑ Dalam buffer aseton-bikarbonat (pH 11) : 520 nm
❑ Dalam metanol : 420 nm-426 nm
❑ Dalam CCl4 : 408 nm
❑ Dalam DMSO : 430 nm
❑ Dalam etanol : 425 nm

❑ Serapan max pada 429 nm → kurkumin;


424 nm → demethoxycurcumin;
419 nm → bisdemethoxycurcumin.

Sirait, 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi


3. Spektroskopi inframerah/IR spectroscopy

■ perbedaan kurkumin dengan desmetoksikurkumin terletak pada daerah 1400-1600


cm-1

Sirait, 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi


4. Spektroskopi massa

(Kotra et al. 2019, A critical review of analytical methods for determination of curcuminoids in turmeric, J Food Sci Technol)c
5. TLC DAN HPTLC

(Kotra et al. 2019, A critical review of analytical methods for determination of curcuminoids in turmeric, J Food Sci Technol)
Ansari et al., 2005
■ Preparasi sampel: methanol
■ Fase ferak:
methanol:kloroform
(0.75:9.25)

(Kotra et al. 2019, A critical review of analytical methods for determination of curcuminoids in turmeric, J Food Sci Technol)
5. HPLC
Sistem HPLC yang sering digunakan untuk pemisahan kurkuminoid

Waktu
Kolom Fase gerak Detektor
Pemisahan
- C-18 - UV-VIS (200-500
nm)
- RP-5-NH2 2-20 menit
- Photodiode Array
- RP-phenyl column - Campuran air, Detector (PAD)
asetonitril, etanol,
metanol
- Penambahan
Asam format
(0,1%) dpt
memberikan peak
yg baik

(Kotra et al. 2019, A critical review of analytical methods for determination of curcuminoids in turmeric, J Food Sci Technol)
Sampel: Ekstrak kunyit (dalam asetonitril)
Standar: Curcumin, desmethoxycurcumin, and
bisdesmethoxycurcumin (dalam asetonitril)

Sistem HPLC
Fase diam: Alltect Alltima C18 column (150 × 4.6 mm
i.d.; 5 μm
Fase gerak: isocratic system with a flow rate of 2.0
mL/min, a column temperature of 33°C, a mobile phase
of acetonitrile and 2% acetic acid (40:60, v/v)
Volume injeksi: 20 µL
Detektor: UV-VIS (425 nm)
Waktu pemisahan: 16 menit

Wichitnithad et al., 2009. A Simple Isocratic HPLC Method for the Simultaneous
Determination of Curcuminoids in Commercial Turmeric Extracts, Phytochemical analysis.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai