Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS MUTU PRODUK

KECANTIKAN

Disusun Oleh :
KANZAMITA CAHYA THURSRAYA
NIM :5402418059

Dosen Pembimbing :
Wulansari Prasetyaningtyas, S. Pd., M. Pd.
Taofan Ali Achmadi, S.Pd., M.Pd.

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


FAKULTAS TEKNIK PRODI PENDIDIKAN TATA KECANTIKAN
TUGAS ANALISIS MUTU PRODUK
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT saya panjatkan, karena atas rahmat, rizki
serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan makalah ini yang berjudul “ANALISIS
MUTU PRODUK KECANTIKAN” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu,
sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas Manajemen Acara.
Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari
bimbingan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Kedua Orang Tua, karena sudah mampu memenuhi kebutuhan saya dalam
mengerjakan tugas Analisi Mutu Produk
2. Wulansari Prasetyaningtyas, S. Pd., M. Pd. yang telah memberikan materi
mengenai Manajemen Acara
3. Taofan Ali Achmadi, S.Pd., M.Pd. yang telah memberikan materi mengenai
Manajemen Acara

Semarang, 24 September 2020


Penulis: Kanzamita Cahya Thursraya
NIM: 5402418059
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian

BAB II ISI
1.1
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengendalian kualitas merupakan suatu hal yang perlu dilakukan oleh


perusahaan untuk mengontrol segala sesuatu yang dapat merugikan perusahaan,
saat ini pengendalian kualitas tidak hanya dilakukan oleh perusahaan besar saja
tetapi mulai diterapkan juga pada perusahaan kecil untuk mencapai produk yang
standar dengan kualitas yang maksimal dan waktu yang minimal. Setiap perusahaan
perlu untuk melakukan evaluasi dan perbaikan terus menerus terhadap proses
produksinya sehingga dapat menghasilkan produk dengan kualitas yang maksimal
dan mempunyai daya tarik terhadap konsumen sehingga dapat bertahan di dunia
perindustrian. Kualitas suatu produk merupakan salah satu faktor yang utama bagi
para konsumen dalam memilih serta menentukan produk yang akan dibeli.
Mutu atau kualitas dalam suatu industri merupakan hal yang sangat penting
untuk diperhatikan oleh suatu perusahaan, dimana produk berkualitas dan diolah
secara efisien oleh perusahaan merupakan salah satu cara untuk memenangkan
persaingan. Selain kualitas yang diberikan kepada konsumen, hal yang perlu
diperhatikan lainnya adalah keefisienan suatu proses dalam pengolahan produk
sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian dalam proses tersebut. Faktor-
faktor yang tidak efisien dan efektif dalam suatu proses produksi merupakan suatu
hal yang perlu diantisipasi sehingga 2 perusahaan tidak memerlukan biaya yang
banyak dalam proses pembuatan suatu produk, misalnya saja kesalahan dalam
pembuatan produk.
Perusahaan jamu sudah tersebar luas diberbagai daerah di Indonesia salah
satunya ada di Kabupaten Sukoharjo tepatnya di kecamatan Nguter yang
merupakan wilayah yang dikenal sebagai sentra industri jamu. Di Sukoharjo terdapat
±112 pengusaha dan pedagang baik yang berskala kecil, menengah hingga
nasional, akan tetapi yang menjadi anggota Koperasi Jamu Indonesia (KOJAI)
hanya 72 pengusaha dan yang telah terdaftar di Departemen Kesehatan dan ada 25
perusahaan jamu di Sukoharjo (Nguter.sukoharjokab.go.id, 2013). Jamu yang
diproduksi di kecamatan Nguter Sukoharjo merupakan jamu tradisional yang terbuat
dari bahan alami. Jamu tradisional juga dipasarkan di berbagai daerah di Jawa
Tengah dan provinsi lain (Jatengprov.go.id). Salah satu pabrik jamu tradisional yang
besar adalah PT. Gujati 59 yang tempat produksinya berada di kecamatan Nguter,
Sukoharjo. Jenis jamu yang diproduksi di Nguter Sukoharjo terdiri dari 2 macam
jamu yaitu berbentuk simplisia/serbuk dan instan. Jamu instan merupakan jamu
yang langsung bisa diseduh dengan air karena sudah terdapat campuran gula di
dalamnya dan jamu serbuk merupakan jamu yang benarbenar murni dari bahan
baku yang dihaluskan sehingga untuk menyeduhnya membutuhkan campuran gula
dan segala macam bahan tambahan yang biasanya disediakan di depot jamu.
Produk yang dihasilkan di PT Gujati 59 ±100 macam jamu. Jamu yang
diproduksi akan melewati beberapa tahapan proses inti pada bagian produksi 3 yaitu
proses pencampuran bahan baku, penggilingan dan proses pengayakan. Setiap
proses memiliki peran masing-masing agar menghasilkan produk dengan kualitas
yang baik yang akan dipasarkan kepada konsumen. Semua proses yang dilakukan
pada proses produksi merupakan proses yang telah mengalami pengecekan pada
setiap tahapannya. Proses penggilingan merupakan salah satu proses inti dalam
pembuatan jamu yang bertujuan agar semua bahan baku yang sudah melewati
proses mixing dapat tergiling semua dengan halus sehingga mempermudah proses
produksi selanjutnya. Jamu merek pegal linu di PT. Gujati 59 merupakan jamu yang
paling diminati konsumen di pasaran, sehingga perusahaan selalu membuat jamu
tersebut agar selalu tersedia (ready stock), produksinya pun relatif yang paling
sering diantara berbagai macam jamu lainnya yang dibuat hanya saat ada pesanan
saja (make by order).
Ada beberapa karakteristik dari jamu yaitu rasa, tingkat kehalusan serta kadar
air yang dapat menentukan kualitas dari jamu yang diproduksi. Kadar air merupakan
faktor kritis/CTQ (Critical to Quality) karena menurut standar mutu jamu tradisional
dari Departemen Kesehatan RI, kadar air maksimal pada jamu serbuk/simplisa tidak
lebih dari 10% agar jamu simplisia terhindar dari tumbuhnya jamur (Depkes
RI,1994). Kadar air yang berlebihan pada simplisia akan merugikan perusahaan
karena perusahaan akan menghasilkan limbah dengan adanya banyak jamur pada
simplisia yang sudah dibuat dan disimpan untuk dilanjutkan pada proses berikutnya,
permasalahan ini merupakan hal yang dihindari pada perusahaan yang
memproduksi jamu. 4 Banyak faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan dalam
produksi jamu namun ada faktor yang dapat dikendalikan dan tidak dapat
dikendalikan, salah satu faktor yang tidak dapat dikendalikan misalnya saja pada
produksi jamu pegal linu di PT. Gujati 59 adalah suhu dan pengaturan mesin karena
sudah ada pengaturan yang pasti dan tidak dapat dirubah.
Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasikan dan
mengendalikan faktor-faktor yang berpengaruh agar menghasilkan jamu dengan
kadar air yang seminimal mungkin dan dapat meningkatkan kualitas dari jamu pegal
linu di PT. Gujati 59. Perlunya perbaikan dapat dilakukan dengan melakukan
eksperimen dengan menggunakan metode Taguchi. Metode Taguchi merupakan
metodologi yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas produk dan proses sehingga
dalam waktu bersamaan dapat menekan biaya dan sumber daya seminimal
mungkin. Metode Taguchi menggunakan seperangkat matriks khusus yang disebut
matriks ortogonal, dimana matriks ini merupakan langkah untuk menentukan jumlah
eksperimen minimal yang dapat memberikan informasi sebanyak mungkin untuk
semua faktor yang mempengaruhi parameter. Bagian terpenting dari metode
Taguchi dengan matriks ortogonal terletak pada pemilihan kombinasi level variabel-
variabel input pada masing-masing eksperimen (Soejanto, 2010). 5
Dari latar belakang yang telah disampaikan maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah mencari faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kadar air
jamu yang merupakan salah satu CTQ (Critical to Quality) jamu dan kombinasi level
dari masing-masing faktor yang berpengaruh sehingga dapat menghasilkan kadar
air seminimal mungkin agar sesuai dengan standar jamu dan dapat menghasilkan
produk dengan kualitas yang maksimal.

B. Rumusan Masalah
● Apa yang dimaksud dengan kosmetik?
● Bagaimana penggolongan kosmetik?
● Apa masalah yang sering terjadi pada kosmetik?
● Bagaimana pengendalian mutu terhadap kosmetik?

C. Tujuan
● Mengetahui definisi kosmetik
● Mengetahui penggolongan kosmetik
● Mengetahui masalah yang sering terjadi pada kosmetik
● Mengetahui cara pengendalia mutu kosmetik

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kosmetik


Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan POM RI Nomor:
HK.00.05.4.1745 tentang Kosmetik, yang dimaksud kosmetik adalah bahan atau
sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia
(epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi atau mukosa
mulut terutama membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau
memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 220/Men.Kes/Per/IX/76 tentang
Produksi dan Peredaran Kosmetik dan Alat Kesehatan, menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan kosmetik adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan,
dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan dalam,
dipergunakan pada badan atau bagian badan dengan maksud untuk membersihkan,
memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa dan tidak termasuk
golongan obat.
2.2 Penggolongan Kosmetik
Penggolongan kosmetik berdasarkan Keputusan Deputi Bidang Pengawasan
Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen Nomor: PO.01.04.42.4082
tentang Pedoman Tata Cara Pendaftaran dan Penilaian Kosmetik, berdasarkan
bahan dan penggunaannya serta untuk penilaian, kosmetik dibagi menjadi 2 (dua)
golongan, yaitu:

a. Kosmetik golongan I, adalah:


● Kosmetik yang digunakan untuk bayi;
● Kosmetik yang digunakan disekitar mata, rongga mulut dan mukosa
lainnya;
● Kosmetika yang mengandung bahan dengan persyaratan kadar dan
penandaan;
● Kosmetik yang mengandung bahan dan fungsinya belum lazim serta
belum diketahui keamanan dan kemanfaatannya.
b. Kosmetik golongan II adalah kosmetik yang tidak termasuk golongan I
Berdasarkan fungsinya, kosmetik terdiri dari 13 (tiga belas) kategori, yaitu:
● Sediaan bayi;
● Sediaan mandi;
● Sediaan kebersihan badan;
● Sediaan cukur;
● Sediaan wangi-wangian;
● Sediaan rambut;
● Sediaan pewarna rambut;
● Sediaan rias mata;
● Sediaan rias wajah;
● Sedian perawatan kulit;
● Sediaan mandi surya dan tabir surya;
● Seiaan kuku;
● Sediaan hygiene mulut.

Sedangkan berdasarkan sumbernya, kosmetika dibagi ke dalam dua golongan yaitu:


● Kosmetika Tradisional
Kosmetika Tradisional adalah kosmetika alamiah atau kosmetikaasli yang
dapat dibuat sendiri langsung dari bahan-bahan segar atau yangtelah dikeringkan,
buah-buahan dan tanam-tanaman disekitar kita.
● Kosmetika Modern
Kosmetika Modern adalah kosmetika yang diproduksi secarapabrik
(laboratorium), dimana telah dicampur dengan zat-zat kimia untuk mengawetkan
kosmetika tersebut agar tahan lama, sehingga tidak cepat rusak.

2.3 Permasalahan yang Sering Terjadi Pada Kosmetik


2.3.1 Kosmetik Ilegal
Kosmetik telah menjadi komoditas utama khususnya bagi remaja sehingga
permintaan akan peralatan kosmetik meningkat. Sebagian oknum produsen
memanfaatkan permintaan tersebut dengan mengeluarkan produk kosmetik tanpa
perizinan yang dengan mudah ditemui di toko-toko kosmetik dengan harga yang
relatif murah. Ketidaktahuan akan bahaya dari kosmetik tanpa izin ini juga bisa
menjadikan produk ini tetap laku terjual di pasaran, walapun efek samping dari
kosmetik tanpa izin ini jika digunakan dalam jangka waktu lama dapat
mengakibatkan berbagai macam penyakit. Zat kimia yang terdapat pada kosmetik
ilegal dapat melebihi standar penggunaan zat kimia pada kosmetik, seperti
penggunaan mercury (Hg) Hidrokinon, zat pewarna rhodaminB, Vernis, terpentin,
dan cat. Zat-zat tersebut biasa digunakan bukan untuk kosmetik tetapi untuk industri,
sehingga jika digunakan pada tubuh manusia dalam jangka waktu lama dapat
mengakibatkan efek samping yang sangat membahayakan.

a. Faktor-faktor Penyebab Peredaran Kosmetik Ilegal


● Penawaraan harga yang ditawarkan Produsen dengan izin resmi lebih mahal
dibandingkan tanpa izin.
● Semakin tingginya permintaan pasar akan barang tersebut.
● Tidak adanya pemberitahuan resmi dari pemerintah kepada, penjual dan
kurang seriusnya pemerintah dalam memberantas peredaran kosmetik palsu /
tanpa izin di pasaran,
● Tingkat kehidupan perekonomian yang rendah dan rendahnya sumber daya
konsumen
b. Bahaya Penggunaan Kosmetik Ilegal
Efek samping dari penggunaan Kosmetik ilegal ini bisa sangat membahayakan
tubuh manusia. Efek samping yang diakibatkan dari kosmetik ini secara terus
menerus bisa berakibat terjangkitnya Kanker, Kegagalan jantung. Zat kimia yang
terdapat pada kosmetik tersebut yang melebihi standar yang digunakan untuk
kosmetik bisa memunculkan resiko kesehatan. Secara tidak sadar kondisi
disebabkan karena kecerobohan konsumen, pada saat melakukan kegiatan sehari-
hari tanpa disadari tercampur dengan zat kimia yang terdapat pada pewarna kuku,
sehingga zat kimia tersebut masuk kedalam tubuh. Yang terkandung dalam pewarna
kuku tersebut menyerap melalui pori-pori kuku sehingga masuk kedalam tubuh.
Kerusakan pada saluran pencernaan, ini dari hasil penelitain BPOM akan bahaya
dari kandungan kosmetik Ilegal. Apalagi pada kosmetik kosmetik yang mengandung
merkuri.

2.3.2 Kandungan Zat-Zat Berbahaya Pada Kosmetik


Banyak zat-zat berbahaya yang terdapat didalam kosmetik yang sering
dierjual belikan dipasaran. Berikut ini zat-zat berbahaya yang terdapat pada
kosmetik secara umum:
● Methyl/Propyl/Butyl/EthylParaben
Kandungan ini berguna untuk mencegah perkembangan bakteri sehingga
produk kosmetik dapat awet dan tahan lama. Walau telah banyak diketahui
mengandung toxic berbahaya, kandungan ini tetap digunakan secara di luas
di berbagai merk kosmetik.
● Imidazolidinyl Urea dan Diazolidinyl Urea
Kedua zat kimia ini merupakan pengawet yang paling banyak digunakan
selain Paraben. Kandungan utamanya ialah formaldehyde yang seringkali
dipakai untuk mengawetkan jenazah. Bahan ini memang mampu
mengawetkan komposisi dalam kosmetik, namun terbukti berbahaya bagi
kesehatan tubuh manusia.
● PVP/VACopolymer
Bahan ini berasal dari petroleum (minyak tanah) dan banyak digunakan di
produk hairspray. Selain tergolong dalam kategori toxic, zat kimia ini juga
mengandung partikel yang dapat merusak paru-paru.
● Sodium Lauryl Sulfate
Lazim digunakan dalam produk shampoo dan detergen, fungsinya untuk
menghasilkan busa yang melimpah. Bahayanya, kandungan dapat
menyebabkan iritasi mata dan kulit, kerontokan rambut, ketombe, serta reaksi
alergi
● Stearalkonium Chloride
Bahan kimia ini banyak dipakai dalam conditioner dan krim rambut, namun
dapat menyebabkan reaksi alergi. Stearalkonium chloride juga terbuat dari
bahan yang sama dengan yang digunakan di produk pelembut kain.
● Triethanolamine (TEA)
TEA digunakan dalam kosmetik yang memiliki fungsi untuk menyeimbangkan
kadar asam pH dan sebagai bahan pembersih wajah. TEA dapat
menyebabkan reaksi alergi, iritasi mata, serta kekeringan pada kulit dan
rambut. Jika dibiarkan menyerap ke dalam tubuh dalam jangka waktu lama,
TEA dapat menjadi racun bagi tubuh.

2.3.3 Kehalalan Suatu Kosmetik


Ada juga kosmetik yang tidak halal berarti menggunakan bahan-bahan yang
tidak dihalalkan oleh syariat Islam. Bahan-bahan tersebut menggunakan unsur
hewani. Zat-zat tersebut antara lain:
● Lemak dan turunannya (gliserin, GMS, Cetyl Alc, Stearic Acid, Stearyl Acid,
Palmitate Acid, dll)
● Kolagen dan elastin kolagen yang berasal dari babi. Dua zat ini digunakan
dalam pelembab karena berguna untuk menjaga kelenturan kulit.
● Ekstrak placenta dan amnion (cairan ketuban) yang bermanfaat untuk
meremajakan kulit.
● Asam Alfa Hidroksi (AHA) , salah satu senyawa asam laktat, yang dalam
pembuatannya menggunakan media hewan.
● Hormon estrogen, ekstrak timus, dan melantonin adalah contoh hormon yang
berasal dari hewan
● Sodium Herparin.

2.4 Pengedalian Mutu terhadap Kosmetik


2.4.1 Penentuan Standar maksimum pembuatan kosmetik
Sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan
MakananRepublik Indonesia nomor : hk.00.05.4.3870 tentang pedoman cara
pembuatan kosmetik yang baik.
● bahwa kosmetik merupakan suatu produk yang pada saat ini sudah sangat
dibutuhkan oleh masyarakat
● bahwa untuk melindungi masyarakat terhadap hal-hal yang dapat merugikan
kesehatan, maka perlu dicegah beredarnya kosmetik yang tidak memenuhi
persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan
● bahwa agar produksi kosmetika dalam negeri dapat tetap memiliki daya saing
di tingkat internasional khususnya AFTA, maka perlu adanya peningkatan
mutu, keamanan dan kemanfaatan kosmetik produksi dalam negeri
● bahwa langkah utama untuk menjamin mutu, keamanan dan kemanfaatan
kosmetik bagi pemakainya adalah penerapan Cara Pembuatan Kosmetik
yang Baik pada seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi
● bahwa sehubungan dengan hal tersebut dipandang perlu menetapkan
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Pedoman
Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik.
2.4.2 Penandaan Kosmetik
Penandaan kosmetik harus memenuhi persyaratan umum, yaitu etiket wadah
atau pembungkus harus mencantumkan penandaan berisi informasi yang lengkap,
objektif dan tidak menyesatkan, sesuai dengan data pendaftaran yang telah
disetujui, jelas dan mudah terbaca, menggunakan huruf latin dan angka arab; dan
tidak boleh mencantumkan penandaan seolah-olah sebagai obat, rekomendasi dari
dokter, apoteker, pakar di bidang kosmetik atau organisasi profesi. Keterangan-
keterangan yang harus dicantumkan pada etiket wadah dan atau pembungkus
meliputi:
● Nama produk;
● Nama dan alamat produsen atau importer/penyalur;
● Ukuran, isi atau berat bersih;
● Komposisi harus memuat semua bahan;
● Nomor izin edar;
● Nomor bets/kode produksi;
● Kegunaan dan cara penggunaan kecuali untuk produk yang sudah jelas
penggunaannya;
● Bulan dan tahun kadaluwarsa bagi produk yang stabilitasnya kurang dari 30
bulan;
● Penandaan yang berkaitan dengan keamanan atau mutu
2.4.3 Nomor izin edar
Kosmetik yang telah mendapatkan izin edar memiliki nomor registrasi izin
edar, dengan kode sebagai berikut:
● Yang mendapatkan izin edar sebelum notifikasi, izin edar diterbitkan oleh
Departemen kesehatan dengan kode CD/CL diikuti 10 digit angka, masa
berlaku sampai dengan Januari 2014 setelah itu izin edar melalui notifikasi:

CD/CL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Keterangan:
CD/CL : Kosmetik produksi dalam negeri/Kosmetik produksi luar
negeri atau lisensi
1, 2 : Jenis kategori kosmetik
3, 4 : Jenis sub kategori
5,6 : Tahun berakhir ijin (dibalik)
7,8,9,10 : Tahun pendaftaran

● Izin melalui notifikasi, izin edar diterbitkan oleh Badan POM RI dengan kode
C diikuti 12 digit angka

C 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
12
Keterangan:
C : Huruf C singkatan dari cosmetic
1 : Kode benua, disusun secara alphabetis
2,3 : Kode Negara yang disusun secara alphabetis
4,5 : Tahun notifikasi
6,7 : Kategori kosmetik ASEAN
8-12 : Nomor urut notifikasi pada tahun yang bersangkutan
2.4.4 Pengawasan Peredaran Kosmetik
Adanya pengawasan langsung yang dilakukan oleh pemerintah
melaluipengawasan Badan POM dilakukan dengan menggunakan 2 metode, yaitu
1. Pre Market Control dan Post Market Control
2. Pre Market Control

Pre Market Control adalah pengawasan yang dilakukan sebelum produk


kosmetik diedarkan, antara lain standardisasi, pembinaan dan audit cara produksi
kosmetik yang baik serta penilaian dan pengujian atas mutu keamanan sebelum
kosmetik diedarkan. Post Market Control adalah pengawasan yang dilakukan
setelah produk kosmetik diedarkan di masyarakat, antara lain inspeksi sarana
produksi dan distribusi, sampling dan uji laboratorium untuk kosmetik di peredaran,
penilaian dan pengawasan iklan kosmetik atau promosi, monitoring efek samping
kosmetik serta penyebaran informasi melalui edukasi mayarakat dan public warning.
2.4.5 Penetapan Standardisasi Nasional / Penerapan Jaminan Mutu
Pemberlakuan SNI wajib dilakukan melalui penerbitan regulasi teknis oleh
instansi pemerintah yang memiliki kewenangan untuk meregulasi kegiatan dan
peredaran produk (regulator). Dalam hal ini, kegiatan dan produk yang tidak
memenuhi ketentuan SNI menjadi terlarang.
Dengan demikian pemberlakuan SNI wajib perlu dilakukan secara berhati-hati
untuk menghindarkan sejumlah dampak sebagai berikut:
● menghambat persaingan yang sehat;
● menghambat inovasi; dan
● menghambat perkembangan UKM. Cara yang paling baik adalah membatasi
penerapan SNI

Oleh sebab itu perlulah dilakukan pengendalian mutu terhadap berbagai


produk obat-obatan dan kosmetik diingat bahwa keduanya memiliki peran penting
dalam berbagai aspek kehidupan. Tetapi jika dilihat lagi secara detail Pengendalian
Mutu ini belum diterapkan secara langsung di Indonesia karena sekarang ini masih
banyak beredar obat-obatan terlarang yang tidak lagi memenuhi standar mutu dan
sudah tidak lagi diterapkan penggunaannya dikalangan masyarakat. Serta kosmetik
mengandung bahan-bahan berbahaya yang di perjual belikan secara bebas tanpa
memperdulikan bagaimana efek dari penjualan dan pengedaran bahan tersebut.
Yang memiliki peran besar dalam pengendalian mutu adalah pemerintah oleh
karennya pengawasan dan kebijakan mutu sangat penting diterapkan, Tetapi
kenyataannya sangat banyak yang berbanding terbalik dengan penerapan yang
sudah dianjurkan pemerintah. Masih banyak kalangan-kalangan tertentu ang tidak
peduli dengan peraturan pemerintah, tidak peduli dengan kesehatan consumen dan
lingkungannya sehingga saat ini masih ada orang-orang yang hanya mementingkan
kepentingan dan kepuasannya sendiri

Dengan danya kebijakan mutu dan pengendalian mutu ada beberapa aspek
yang diharapkan yaitu
● Laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi
● Pertumbuhan lapangan kerja besar
● Struktur industry yang kuat
● Kemampuan nasional yang terus berkembang
Oleh karena itu bukan hanya peran pemerintah yang diharapkan tetapi kita
sebagai masyarat juga ikut serta dalam melaksanakan pengawasan mutu dan
pengendalian mutu, diingat bahwa masyarakat juga sebagai konsumen.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
● Pengendalian dan pengawasan mutu memerlukan pengembangan aspek
teknis pengujian dengan cara pengelolaan, aturan-aturan jelas, tegas dan
disiplin, tindakan korektif dan refresentatif yang tepat dan propesioalisme
sesuai aturan-aturan yang telah berlaku.
● Pengawasan mutu harus diaplikasikan dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan dilakukan secara terus menerus dan berelanjutan, krena dapat
dilihat pengawsan mutu banyak yang tidak diawasi secara berkelanjutan
sehingga masih ada permasalahan-permasalahan yang masih saja terjadi
akibat pengendalin mutu yang tidak diawasi.
● Pengendalian mutu terhadap kosmetik mutlak dibutuhkan agar terjamin
keamanannya, dan member manfaat yang besar, dan memberi resiko efek
samping yang kecil yang masih dapat ditolerir dan tidak fatal.
● Peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam pengendalian mutu kosmetik
serta memberikan perlindungan atas keselamatan dan keamanan hidup
rakyat.

3.2 Saran
● Diharapkan kepada konsumen kosmetik agar memperhatikan kandungan
yang terdapat dalamnya apakah berbahaya atau tidak, karena lebih baik kita
mengeluarkan biaya yang sedikit lebih mahal namun terjamin keamanannya.
● Diharapkan kepada pemerintah untuk menindak lanjuti dan mengawasi
pembuatan serta penjualan kosmetik, karena saat sekarang ini masih banyak
konsumen yang kurang pengetahuannya yang mengakibatkan kerusakan
dan gangguan-gangguan tertentu terhadap pemakaiannya. Serta
diberlakukannya sanksi yang tegas terhadap pelanggarannya. Karena
pengawasan obat dan makan tercantum didalam Undang-Undang Negara
Republik Indonesia.
● Untuk para pemakai kosmetik, gunakanlah kosmetik yang halal dan sudah
pasti baik, namun yang baik belum tentu berarti halal.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2009. Peraturan Kosmetika di Indonesia.


http://www.litbanf.depkes.go.id/cosmetics/media/FactSheet/
FactInd/7_konsumsi_prevalensi.pdf
http://blog.stie-mce.ac.id/tita/2011/12/16/standar-nasional-indonesia/
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/11/28/pengawasan-bbpom-ri-
semrawut-obatan-obatan-berbahaya-masih-beredar/
http://tsffaunsoed2010.wordpress.com/2012/06/14/cpob-pengawasan-mutu/
http://www.scribd.com/doc/56981839/Peraturan-Kosmetik-Di-Indonesia

Anda mungkin juga menyukai