Anda di halaman 1dari 23

Makalah Manajemen Kendali Mutu

REVIEW JURNAL
Dosen Pengampu Mata Kuliah : Rahmi Purnomowati, S.P., M.Si.

Disusun oleh :
Kanjeng Bhaihaqi Aruma 11210920000034
Rizkya Mayla 11210920000062
Silfi Raja Anjani 11210920000065
Viola Khairunnisa 11210920000066
Farhah Sakinah 11210920000091
Muhammad Raihan 11210920000093
Nadiatul Annisa 11210920000094
Dimas Hadi Prasetyo 11210920000097

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Jurnal 1: Pengendalian Kualitas Tempe Dengan Metode Seven Tools .... 1

1.2 Jurnal 2: Manajemen Pengendalian Mutu dalam Produksi Agribisnis pada


Kelompok Wanita Tani Ayu Tangkas................................................................. 1

BAB II METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 4

2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................... 4

2.1.1 Jurnal 1: Pengendalian Kualitas Tempe Dengan Metode Seven Tools . 4

2.1.2 Jurnal 2: Manajemen Pengendalian Mutu dalam Produksi Agribisnis


pada Kelompok Wanita Tani Ayu Tangkas .................................................... 4

2.2 Metode Penelitian.......................................................................................... 4

2.2.1 Jurnal 1: Pengendalian Kualitas Tempe Dengan Metode Seven Tools . 4

2.2.2 Jurnal 2: Manajemen Pengendalian Mutu dalam Produksi Agribisnis


pada Kelompok Wanita Tani Ayu Tangkas .................................................... 4

BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 7

3.1 Perbandingan Isi Kedua Jurnal...................................................................... 7

3.1.1 Hasil Pembahasan .................................................................................. 7

3.1.2 Kesimpulan Jurnal................................................................................ 17

3.2 Persamaan Jurnal......................................................................................... 18

3.3 Perbedaan Jurnal ......................................................................................... 19

BAB IV KESIMPULAN ..................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Jurnal 1: Pengendalian Kualitas Tempe Dengan Metode Seven Tools


Tempe merupakan makanan tradisional Indonesia yang berbahan dasar
kacang kedelai, dimana dalam proses industri pembuatan tempe tersebut masih
terdapat kurangnya pengendalian kualitas yang disebabkan oleh sebagian besar
proses pembuatan tempe masih dilakukan secara manual. Pengendalian kualitas
merupakan aktivitas manajemen dan teknik yang dapat mengukur ciri-ciri
kualitas produk serta dapat membandingkannya untuk mengambil keputusan
tindakan dalam menjaga kualitas produk.

Persaingan usaha disebabkan oleh beberapa hal seperti tingkat


produktivitas usaha, rendahnya tingkat harga produk dan juga kualitas produk.
Oleh karena itu, untuk dapat menjaga konsistensi mutu produk yang dihasilkan
sesuai dengan kebutuhan pasar maka diperlukan pengendalian kualitas.
Berbagai industri telah mengimplementasikan sistem pengendalian kualitas
untuk dapat mengantisipasi tuntutan persaingan yang semakin kompetitif dan
juga untuk dapat mengurangi kerugian dari biaya kualitas yang disebabkan oleh
ketidaksesuaian produk. Oleh karena itu, industri pembuatan tempe perlu
melakukan pengendalian kualitas guna menghasilkan produk yang seragam dan
berkualitas serta agar dapat mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kecacatan
produk tempe.

1.2 Jurnal 2: Manajemen Pengendalian Mutu dalam Produksi Agribisnis


pada Kelompok Wanita Tani Ayu Tangkas
Kualitas menjadi faktor penting dalam penentuan kepuasan yang
diperoleh konsumen setelah membeli dan memakai produk. Kualitas produk
yang baik akan dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga
sangat penting bagi perusahaan untuk tetap menjaga kualitas produk agar dapat
bersaing dengan produk dari perusahaan lain dalam mempertahankan kepuasan
konsumen.

1
Kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian dan kualitas layanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian (Amrullah et al., 2016). Kualitas produk dan kualitas
layanan mempengaruhi kepuasan pelanggan dan niat pembelian kembali,
kepuasan pelanggan, kualitas produk dan kualitas layanan, pengaruh kepuasan
pelanggan sehingga niat pembelian kembali (Saidani & Arifin, 2012).

Pengendalian kualitas adalah kegiatan-kegiatan untuk memastikan


apakah kebijaksanaan dalam hal mutu atau standar dapat tercermin dalam hasil
akhir. Pengendalian mutu adalah usaha mempertahankan mutu/kualitas dan
barang yang dihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah
ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan perusahaan. Pengendalian
kualitas menentukan ukuran, cara, dan persyaratan fungsional lain suatu
produk. Ini merupakan manajemen untuk memperbaiki kualitas produk,
mempertahankan kualitas yang sudah baik, dan mengurangi jumlah bahan yang
rusak. Adanya pengawasan kualitas menyebabkan perusahaan atau produsen
berusaha untuk selalu memperbaiki kualitas dengan biaya rendah yang
sama/tetap, bahkan untuk mencapai kualitas yang tetap dengan biaya rendah.
Untuk mengurangi kerugian karena kerusakan-kerusakan pemeriksaan atau
inspeksi tidak terbatas pada pemeriksaan akhir saja, tetapi perlu juga diadakan
pemeriksaan pada barang yang sedang diproses (Wicaksono et al., 2017).

Setiap perusahaan dalam menjalankan proses produksinya selalu


dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik itu yang berpengaruh secara langsung
maupun tidak langsung dalam pembentukan kualitas produksi. Kegiatan
pengawasan kualitas secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu
pengawasan selama proses produksi dan pengawasan produk akhir.

Permasalahan yang terjadi apakah sistem pengendalian kualitas yang


dilakukan oleh KWT Ayu Tangkas sudah optimal, sehingga perlu dilakukan
analisis lebih lanjut, untuk tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
tingkat pengendalian kualitas produk yang dihasilkan dan identifikasi faktor -
faktor yang menyebabkan kerusakan pada produk yang diproduksi oleh KWT

2
Ayu Tangkas. KWT Ayu Tangkas adalah mitra Unmas Denpasar yang terdiri
dari 30 orang anggota wanita tani yang memproduksi jajanan khas Bali di
Tabanan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap
elemen atau pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini baik secara langsung
maupun tidak langsung.

3
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat Penelitian


2.1.1 Jurnal 1: Pengendalian Kualitas Tempe Dengan Metode Seven Tools
Lokasi penelitian dilakukan di Pabrik Tempe Industri Mengengah (IKM)
Ramli dijalan Jermal 14 Kecamatan Medan Kelurahan Denai

2.1.2 Jurnal 2: Manajemen Pengendalian Mutu dalam Produksi


Agribisnis pada Kelompok Wanita Tani Ayu Tangkas
Lokasi penelitian ini dilakukan di industry rumah tangga KWT Ayu
Tangkas yang brada di jalan Yudistira Megati Kelod, Selemadeg Tabanan,

2.2 Metode Penelitian


2.2.1 Jurnal 1: Pengendalian Kualitas Tempe Dengan Metode Seven Tools
Teknik analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
metode seven tools. Adapun alat-alat statistik yang digunakan dalam metode
seven tools untuk pengendalian kualitas, adalah: Check Sheet, Scatter Diagram,
Fishbone Diagram, Pareto Chart, Flow Chart, Histogram, Control Chart,
Penelitian ini dilakukan untuk meninjau faktor yang mempengaruhi kualitas pada
produk tempe yang akan di pasarkan, selain itu melalui penelitian ini juga dapat
dijadikan sebagai peninjauan proses pengolahan tempe.

2.2.2 Jurnal 2: Manajemen Pengendalian Mutu dalam Produksi


Agribisnis pada Kelompok Wanita Tani Ayu Tangkas
Penelitian dilakukan dengan cara pendekatan kuantitatif dalam bentuk
deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara menjelaskan dan
menguraikan pelaksanaan pengendalian kualitas produk jajan khas Bali.
Dilakukan dengan menganalisa tingkat pengendalian kualitas produk yang
dihasilkan dan identifikasi faktor -faktor yang menyebabkan kerusakan pada
produk yang diproduksi oleh KWT Ayu Tangkas.

4
Penelitian dilakukan di Industri Rumah Tangga KWT Ayu Tangkas yang
berada di Jalan Yudistira Megati Kelod, Selemadeg Tabanan, Bali. Penentuan
lokasi penelitian didasarkan atas beberapa pertimbangan antara lain KWT Ayu
Tangkas merupakan salah satu mitra PPDM Unmas Denpasar, sehingga perlu
dilakukan analisis pengendalian mutu.

Objek penelitian adalah pengendalian kualitas produksi Jajan Tradisional


Bali di KWT Ayu Tangkas. Populasi dalam penelitian adalah seluruh produk yang
diproduksi oleh KWT Ayu Tangkas pada bulan Desember 2019. Teknik
pengumpulan data dilakukan secara langsung dengan melakukan interview
kepada Ketua dan Anggota di KWT Ayu Tangkas. Observasi langung ke lokasi
untuk melihat proses produksi secara langsung dan memperoleh data produksi dan
data cacat produksi.

1. Analisis Data
Pengendalian kualitas statistik merupakan teknik penyelesaian masalah
yang digunakan untuk memonitor, mengendalikan, menganalisis, mengelola, dan
memperbaiki produk dan proses, menggunakan metode-metode statistik. Analisis
data dalam penelitian ini menggunakan metode Pengendalian kualitas statistik
(statistical quality control) sering disebut sebagai pengendalian proses statistik
(statistical process control).

Metode Statistical Process Control (SPC) dalam menganalisis tingkat


pengendalian kualitas produk yang dihasilkan dan identifikasi faktor -faktor yang
menyebabkan kerusakan pada produk yang diproduksi oleh KWT Ayu Tangkas
menggunakan Peta Kendali p (p-control chart) dan Fishbone Diagram.

1) Peta Kendali p (p-control chart)


Peta kendali p (proporsi) terdiri dari proporsi jumlah kejadian terhadap
total jumlah kejadian dan digunakan dalam pengendalian kualitas untuk
melaporkan unit-unit yang tidak sesuai dalam produk, karakteristik kualitas dengan
jumlah yang tidak harus konstan

2) Fishbone Diagram/Cause and Effect Diagram (Diagram Ishikawa)

5
Diagram tulang bermanfaat dalam mencari tahu sebab dan akibat dari
masalah yang dianalisis. Selain itu dapat melihat faktor-faktor secara lebih rinci
yang memiliki efek dan konsekuensi pada faktor-faktor utama. Ini dapat dilihat
pada garis yang membentuk tulang ikan dalam diagram tulang ikan. Masalah
dominan utama setelah diketahui, kemudian dianalisis penyebab cacat
menggunakan diagram tulang ikan. Perusahaan dapat mengambil tindakan untuk
melakukan peningkatan kualitas produk.

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Perbandingan Isi Kedua Jurnal


3.1.1 Hasil Pembahasan
3.1.1.1 Jurnal 1: Pengendalian Kualitas Tempe Dengan Metode Seven
Tools
1. Check Sheet
Adapun data sampel dan cacat produk ditampilkan dalam tabel 1. Dari data
jenis ketidaksesuaian produk cacat diambil sampel sebanyak 120 dengan 20 kali
pengambilan, sehingga dapat dihitung jumlah produk cacat sebanyak 242.

Selama 20 kali produksi, diperoleh kecacatan pada produk tempe seperti


cacat produk berwarna kehitaman, cacat dimakan hewan, kemasan rusak dan
bentuk tempe yang tidak merata (Tabel 1). Jumlah produk cacat yang paling
banyak adalah jenis cacat dimakan hewan (sebanyak 66 produk) yang diikuti oleh

7
cacat kemasan rusak (62 produk), bentuk tidak rata (61 produk) dan berwarna
kehitaman (53 produk). Hasil ini berbeda dengan Annisa et. al (2015) yang
menyebabkan kecacatan pada produk keripik tempe adalah ketebalan yang tidak
rata dan warna kehitaman akibat kegosongan. Kecacatan tersebut merupakan
kecacatan yang disebabkan oleh operator atau faktor manusia. Menurut Forum
Tempe Indonesia (2015) fasilitas dan kebersihan lingkungan serta keamanan
pangan merupakan faktor yang penting dalam pengembangan produksi tempe.

2. Flow Chart
Flow charts (bagan arus) adalah alat bantu untuk memvisualisasikan
proses suatu penyelesaian tugas secara tahap-demi-tahap untuk tujuan analisis,
diskusi, komunikasi, serta dapat membantu kita untuk menemukan wilayah-
wilayah perbaikan dalam proses, lihat pada gambar 1.

Gambar 1 . Proses dan Flow Chart Pembuatan Tempe

3. Histogram
Histogram merupakan alat seperti diagram batang (bars graph) yang
bertujuan untuk menunjukkan distribusi frekuensi. Sebuah distribusi frekuensi
menunjukkan seberapa sering setiap nilai yang berbeda dalam satu set data
terjadi. Berikut data yang diperoleh dari jenis dan persentase cacat pada tempe
lihat pada table 2.

8
Gambar 2. Histogram Kecacatan Produk Tempe

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa kecacatan yang


disebabkan oleh dimakan hewan sebesar 27.27 %, sedangkan kecacatan karena
kemasan dan bentuk yang tidak rata sebesar 25.62 % dan 25.21 % masing-
masingnya.

4. Pareto Diagram
Diagram pareto bertujuan untuk mengetahui cacat yang paling dominan
pada produk tempe. Adapun data yang diperoleh dari jenis dan persentase cacat
dilihat pada tabel 2. Dari hasil perhitungan setiap jenis cacat, didapat jumlah cacat
sebanyak 242. Setelah mengetahui jumlah persentase pada setiap cacat maka
dapat diklasifikasikan lagi menurut cacat yang paling dominan. Prioritas
pengendalian kualitas menurut cacat yang paling dominan dapat dilihat pada tabel
3.

9
Dari hasil data diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Jenis cacat dimakan hewan dengan persentase 27.27% menduduki peringkat
pertama dalam prioritas pengendalian kualitas.
2. Jenis cacat kemasan rusak dengan persentase 25.62% menduduki peringkat
kedua dalam prioritas pengendalian kualitas.
3. Jenis cacat Bentuk Tidak Rata dengan persentase 25.21% menduduki
peringkat ketiga dalam prioritas pengendalian kualitas.
4. Jenis cacat berwarna kehitaman dengan persentase 21.90% menduduki
peringkat keempat dalam pengendalian kualitas.

Setelah mengetahui cacat yang paling dominan maka dapat dibuat diagram
pareto berdasarkan jenis cacat dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3 . Diagram Pareto Produk Cacat berdasarkan Jenis Cacat

10
5. Fishbone Diagram
Dari pengamatan yang dilakukan dapat diketahui bahwa jenis cacat yang
paling dominan pada tempe disebabkan karena dimakan hewan. Penyebab
terjadinya cacat karena dimakan hewan disebabkan adanya faktor manusia,
material, alat produksi, dan metode kerja. Cacat dimakan hewan terjadi karena
tidak adanya fasilitas alat untuk proses fermentasi tempe.

Gambar 4. Fishbone Diagram pada Cacat Produk Tempe

Dari gambar diagram diatas dapat kita lihat bahwa cacat pada produk
tempe disebabkan oleh faktor manusia, lingkungan, dan mesin. Jenis kerusakan
yang terjadi dan cara penanggulangan yang dilakukan adalah:

a. Mesin dan peralatan Mesin dan peralatan yang digunakan pada industri
tempe menggunakan peralatan yang manual dan pada mesin penggilingan
tidak ada perawatan yang baik, sehingga jika mesin penggilingan rusak,
para karyawan tersebut terlebih dahulu berhenti beroperasi.

Cara penanggulangan:
1. Mengadakan alat khusus untuk proses fermentasi
2. Melakukan perawatan rutin pada mesin penggilingan

11
b. Metode Pada produksi tempe tidak memperhatikan setiap metode proses
pembuatan tempe, aktivitas yang kurang baik akan berakibat pada produk
akhir.

Cara penanggulangan :
1. Mencari pengembangan metode
2. Memperbarui metode yang digunakan secara berkala

c. Bahan atau Material Kualitas bahan yang dipakai pada pembuatan tempe
serta proses pencampuran bahan utama dengan bahan penolong tidak
melalui proses pemeriksaan bahan sehingga akan berpengaruh terhadap
kualitas produk.

Cara penanggulangan :
1. Bahan baku maupun bahan penolong harus diperiksa terlebih dahulu
sebelum masuk ke proses produksi
2. Pemeriksaan pada bahan baku maupun bahan penolong harus lebih teliti
lagi.

3.1.1.2 Jurnal 2: Manajemen Pengendalian Mutu dalam Produksi


Agribisnis pada Kelompok Wanita Tani Ayu Tangkas
1. Produksi dan Prosentase Kerusakan Produk KWT Ayu Tangkas
Produksi yang dilakukan KWT Ayu Tangkas merupakan jajan tradisional
Bali yang diproduksi setiap hari. Namun dari volume produksi tersebut, terdapat
beberapa produk yang tidak layak di jual karena tampilan yang kurang baik dan
dapat menimbulkan kekecewaan pada pelanggan. Sehingga produk sebelum
dipasarkan harus di sortasi terlebih dahulu.

12
Tabel 4. Jumlah kerusakan produk pada KWT Ayu Tangkas Selama Desember
2019.

Kerusakan yang sering dialami berdasarkan identifikasi yang dilakukan


oleh KWT pada proses produksi yang dilakukan pada bulan desember secara
berurutan dari yang terbanyak meliputi kerusakan jajan pecah, ukuran mengecil,
gosong, retak dan perubahan warna.

2. Frekuensi Kegagalan Produksi


Berdasarkan Tabel 2, dapat disusun diagram pareto pada Gambar 1.
Diagram pareto menunjukkan jenis kerusakan produk cenderung karena hasil
pecah sebesar 1,68% yaitu sebanyak 72 buah jajan dari 4.280 buah produksi
periode Desember 2019. Hasil analisis peta kendali yang diperoleh kegagalan
produksi total sebesar 5,77% yaitu sebanyak 247 buah jajan dari 4.280 buah
produksi periode Desember 2019. Besaran ini menunjukkan pengendalian mutu
di industri rumah tangga pada KWT Ayu Tangkas masih dalam batas kendali.

3. Analisis Peta Kendali (p-control chart) Menghitung Prosentase


Kerusakan

Tabel 5. Frekuensi kerusakan dan presentase kegagalan produksi di KWT


Tangkas Ayu

13
Gambar 5. Diagram Pareto kegagalan produksi pada KWT Ayu Tangkas

Kerusakan produk yang dialami oleh KWT Ayu Tangkas sebesar 5.77%
yaitu sebanyak 247 buah pada produksi periode Desember 2019. Tabel 5
menunjukkan nilai ratarata batas kendali atas (UCL) mencapai 0,0684 dan batas
kendali bawah (LCL) mencapai 0,0470. Tingkat proporsi kerusakan rata-rata
produk yang diproduksi oleh KWT Ayu Tangkas mencapai 0,0577 (CL). Nilai
rata-rata tingkat proporsi kerusakan masih berada diantara batas kendali bawah
dan atas, sehingga produk masih berada pada batas kendali.

14
Tabel 6. Jumlah Produksi, kerusakan per unit, CL, UCL, LCL pada Produksi
KWT Tangkas Ayu

Gambar 5, sebanyak 28 titik berada dalam batas kendali. Kondisi ini


menunjukkan bahwa pengendalian mutu pada produksi jajan di KWT Ayu
Tangkas masih dalam kendali. Walaupun kondisi kualitas produk KWT Ayu
TAngkas berada dalam batas kendali, namun proses produksi belum tergolong
sempurna karena titik-titik yang berada diantara UCL dan LCL tidak sejajar
dengan garis pusat atau tengah.

Terdapat dua titik yang berada diatas batas kendali UCL. Hal tersebut
disebabkan karena tingkat kerusakan yang tinggi dibandingkan dengan
produksinya. Artinya, hal tersebut menandakan bahwa pengendalian mutu untuk

15
produksi jajan tradisional pada KWT Ayu Tangkas masih mengalami
penyimpangan.

Gambar 6. p-control chart kerusakan produk pada KWT Ayu Tangkas

4. Faktor-Faktor Penyebab Paling Dominan Menggunakan Diagram


Sebab Akibat

16
Gambar 7. Fishbone diagram kegagalan produksi pada KWT Ayu Tangkas

Hasil analisis menunjukkan bahwa pengendalian mutu indutri rumah


tangga pada KWT Ayu Tangkas masih di batas kendali penyebab kerusakan sudah
diketahui. Penyebab tersebut yaitu takaran bahan tidak diukur dengan pasti hanya
menggunakan pertimbangan pembuat jajan, tidak menggunakan mesin dalam
pembuatan sehingga ukuran sering tidak sama, tidak ada SOP yang pasti untuk
proses pembuatan, tidak dilakukan promosi sehingga jajan yang dibuat masih
pada volume konstan, penggunaan kayu bakar dalam pembuatan sehingga panas
yang dihasilkan tidak stabil memyebabkan jajan sering gosong dan pecah.

3.1.2 Kesimpulan Jurnal


3.1.2.1 Jurnal 1: Pengendalian Kualitas Tempe Dengan Metode Seven
Tools
Diperoleh data jenis ketidaksesuaian produk cacat diambil sampel
sebanyak 120 dengan 20 kali pengambilan sehingga dapat dihitung jumlah produk
cacat yaitu sebanyak 242 dan setiap proses pembuatan tempe menggunakan flow
chart. Selama 20 kali produksi diperoleh kecacatan produk tempe yang paling
banyak adalah jenis cacat dimakan hewan yaitu 66 produk dengan persentase
27,27%, oleh karena itu jenis cacat dimakan hewan ini menjadi peringkat pertama
dalam prioritas pengendalian kualitas. Penyebab cacat dimakan hewan ini karena
beberapa hal seperti faktor manusia, material, alat dan juga metode kerja. Dilihat
dari peta kendali, tidak ditemukan variasi proses yang berada diluar pengendalian
secara statistik, maka setiap proses yang terdapat dalam pengendalian kualitas
pembuatan tempe tersebut berada dalam pengendalian dan cacat produk yang
dihasilkan masih dalam batas yang disyaratkan.

3.1.2.2 Jurnal 2: Manajemen Pengendalian Mutu dalam Produksi


Agribisnis pada Kelompok Wanita Tani Ayu Tangkas
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
kualitas jajan yang diproduksi oleh KWT Ayu Tangkas pada Bulan Desember
2019 sebanyak 4280 buah berada dalam kendali, dilihat dari ke 28 titik yang
terdapat diantara LCL dan UCL. Hanya terdapat dua titik yang berada diatas batas

17
kendali UCL. Faktor yang menyebabkan kerusakan kualitas jajan KWT Ayu
Tangkas yaitu takaran bahan tidak diukur dengan pasti, tidak menggunakan mesin
dalam pembuatan, tidak ada SOP yang pasti untuk proses pembuatan, tidak
dilakukan promosi, dan penggunaan kayu bakar dengan api yang tidak stabil
dalam pembuatan produk. Diperlukan penelitian lebih lanjut demi menghasilkan
kualitas jajanan, khususnya bagi UMKM yang telah menerapkan SOP dan
manajemen yang telah berjalan agar dapat diketahui dampak dari proses
manajemen produksi agribisnis (Saputra, 2018).

3.2 Persamaan Jurnal


Persamaan
Jurnal
1. Tujuan penelitian sama-sama
Judul: Manajemen Pengendalian untuk mengetahui dan
Mutu dalam Produksi Agribisnis pada menganalisis tingkat pengendalian
Kelompok Wanita Tani Ayu Tangkas mutu produk tiap-tiap
Nama Peneliti: perusahaan/rumah tangga.
1. Ni Putu Sukanteri 2. Kedua jurnal sama-sama
2. Pande Komang Suparyana menggunakan diagram fishbone
3. I Made Suryana untuk mengidentifikasi berbagai
4. Diah Yuniti sebab dari suatu masalah yang
5. Yenny Verawati mana hal ini dapat membantu
Nama Jurnal: Jurnal Galung Tropika perusahaan/rumah tangga untuk
Tahun: 2020 dapat mengambil tindakan yang
Halaman: 209-222 tepat dalam upaya peningkatan
kualitas produk.
3. Baik produk jajan maupun tempe
Judul: Pengendalian Kualitas Tempe pada proses pembuatan keduanya
dengan Metode Seven Tools masih manual sehingga kualitas
Nama Peneliti: produk rawan untuk rusak.
1. Iswandi Idris 4. Berdasarkan penelitian,
2. Ruri Aditya Sari pengendalian mutu kedua
3. Wulandari perusahaan masih di batas kendali
4. Uthumporn dan tidak adanya variasi proses
Nama Jurnal: Jurnal Teknovasi yang berada diluar batas
Tanggal: 3 Desember 2020 pengendalian (Out of Control)
Halaman: 66-88 atau proses masih berada dalam
batas pengendalian (In Control).

18
3.3 Perbedaan Jurnal

Jurnal “Pengendalian Kualitas Jurnal “Manajemen Pengendalian


Tempe dengan Metode Seven Tools” Mutu dalam Produksi Agribisnis
pada Kelompok Wanita Tani Ayu
Tangkas”
Kualitas produk bertujuan untuk Pengendalian kualitas diperlukan
menghasilkan produk yang seragam perusahaan untuk memperbaiki
dengan melakukan identifikasi kualitas produk yang dihasilkan agar
terhadap faktor penyebab kecacatan sesuai dengan standar yang ditetapkan
produk, meningkatkan hubungan oleh perusahaan dan sesuai dengan
dengan pelanggan, kenaikan profit keinginan konsumen.
serta mengurangi biaya pengendalian
kualitas.
Dari segi metode dalam pelaksaan Sedangkan jurnal “Manajemen
pengendalian kualitas, kedua jurnal Pengendalian Mutu Dalam Produksi
menggunakan metode yang berbeda, Agribisnis Pada Kelompok Wanita
pada jurnal “Pengendalian Kualitas Tani Ayu Tangkas” menggunakan
Tempe dengan Metode Seven Tools” metode Statistical Process Control
menggunakan metode Seven Tools. (SPC).

Dari segi analisis data, kedua jurnal Sedangkan jurnal “Manajemen


menampilkan data yang berbeda hal itu Pengendalian Mutu Dalam Produksi
dapat terlihat dari gambar data yang Agribisnis Pada Kelompok Wanita
dihasilkan, pada jurnal “Pengendalian Tani Ayu Tangkas” hanya
Kualitas Tempe dengan Metode Seven menampilkan Peta Kendali p (p-
Tools” menampilkan berbagai data control chart) dan Fishbone Diagram.
seperti check sheet, flow chart,
Histogram, pareto diagram, control
chart, peta kendali P, peta kendali C,
Scatter diagram, dan fishbone diagram.
Dari pembahasan kedua jurnal juga Sedangkan jurnal “Manajemen
dapat terlihat bahwa jurnal Pengendalian Mutu Dalam Produksi
“Pengendalian Kualitas Tempe dengan Agribisnis Pada Kelompok Wanita
Metode Seven Tools” ditampilkan Tani Ayu Tangkas” menampilkan
faktor-faktor dari penyebab kecacatan beberapa faktor penyebab kecacatan
produk dan menampilkan cara produk dan memberi solusi untuk
menanggulangi dari masing-masing semua faktor dengan melakukan
faktor penyebab. perbaikan serta mengatur strategi
ulang. Pada ini juga berfokus
menggunakan strategi Standar
oprasional Prosedur (SOP).

19
BAB IV
KESIMPULAN

Pengendalian kualitas pada tempe digunakan untuk menghasilkan produk


yang seragam dengan melakukan identifikasi terhadap faktor penyebab kecacatan
produk, meningkatkan hubungan dengan pelanggan, kenaikan profit, sedangkan
pengendalian kualitas pada wanita tani ayu tangkas digunakan untuk diperlukan
perusahaan untuk memperbaiki kualitas produk yang dihasilkan agar sesuai dengan
standar yang ditetapkan oleh perusahaan.

Menggunakan metode berbeda yang diterapkan masing-masing jurnal


sesuai dengan penyesuaian pengendalian kualitas produk penelitian tersebut.
Terlihat dari gambaran data pada pengendalian tempe banyak menggunakan
tampilan data sedangkan pada pengendalian wanita tani ayu tangkas hanya
menggunakan beberapa saja.

Pada kedua jurnal tersebut memiliki penjelasan mengenai faktor-faktor


penyebab kecacatan produk masing-masing serta solusi untuk menanggulanginya.
Sedangkan untuk mutu pada produk masih dibatasi kendali dan tidak adanya proses
yang berada pada batas pengendalian.

20
DAFTAR PUSTAKA

Idris Iswandi. dkk. (2016). Pengendalian Kualitas Tempe Dengan Metode Seven
Tools. Jurnal Teknovasi, Volume 03, Nomor 1, 66-80.
Sukanteri Ni Outu. dkk. (2020). Manajemen Pengendalian Mutu Dalam Produksi
Agribisnis Pada Kelompok Wanita Tani Ayu Tangkas. Jurnal Galung
Tropika, 9 (3) , 209-222.

21

Anda mungkin juga menyukai