REVIEW JURNAL
Dosen Pengampu Mata Kuliah : Rahmi Purnomowati, S.P., M.Si.
Disusun oleh :
Kanjeng Bhaihaqi Aruma 11210920000034
Rizkya Mayla 11210920000062
Silfi Raja Anjani 11210920000065
Viola Khairunnisa 11210920000066
Farhah Sakinah 11210920000091
Muhammad Raihan 11210920000093
Nadiatul Annisa 11210920000094
Dimas Hadi Prasetyo 11210920000097
1.1 Jurnal 1: Pengendalian Kualitas Tempe Dengan Metode Seven Tools .... 1
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian dan kualitas layanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian (Amrullah et al., 2016). Kualitas produk dan kualitas
layanan mempengaruhi kepuasan pelanggan dan niat pembelian kembali,
kepuasan pelanggan, kualitas produk dan kualitas layanan, pengaruh kepuasan
pelanggan sehingga niat pembelian kembali (Saidani & Arifin, 2012).
2
Ayu Tangkas. KWT Ayu Tangkas adalah mitra Unmas Denpasar yang terdiri
dari 30 orang anggota wanita tani yang memproduksi jajanan khas Bali di
Tabanan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap
elemen atau pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini baik secara langsung
maupun tidak langsung.
3
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
4
Penelitian dilakukan di Industri Rumah Tangga KWT Ayu Tangkas yang
berada di Jalan Yudistira Megati Kelod, Selemadeg Tabanan, Bali. Penentuan
lokasi penelitian didasarkan atas beberapa pertimbangan antara lain KWT Ayu
Tangkas merupakan salah satu mitra PPDM Unmas Denpasar, sehingga perlu
dilakukan analisis pengendalian mutu.
1. Analisis Data
Pengendalian kualitas statistik merupakan teknik penyelesaian masalah
yang digunakan untuk memonitor, mengendalikan, menganalisis, mengelola, dan
memperbaiki produk dan proses, menggunakan metode-metode statistik. Analisis
data dalam penelitian ini menggunakan metode Pengendalian kualitas statistik
(statistical quality control) sering disebut sebagai pengendalian proses statistik
(statistical process control).
5
Diagram tulang bermanfaat dalam mencari tahu sebab dan akibat dari
masalah yang dianalisis. Selain itu dapat melihat faktor-faktor secara lebih rinci
yang memiliki efek dan konsekuensi pada faktor-faktor utama. Ini dapat dilihat
pada garis yang membentuk tulang ikan dalam diagram tulang ikan. Masalah
dominan utama setelah diketahui, kemudian dianalisis penyebab cacat
menggunakan diagram tulang ikan. Perusahaan dapat mengambil tindakan untuk
melakukan peningkatan kualitas produk.
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
cacat kemasan rusak (62 produk), bentuk tidak rata (61 produk) dan berwarna
kehitaman (53 produk). Hasil ini berbeda dengan Annisa et. al (2015) yang
menyebabkan kecacatan pada produk keripik tempe adalah ketebalan yang tidak
rata dan warna kehitaman akibat kegosongan. Kecacatan tersebut merupakan
kecacatan yang disebabkan oleh operator atau faktor manusia. Menurut Forum
Tempe Indonesia (2015) fasilitas dan kebersihan lingkungan serta keamanan
pangan merupakan faktor yang penting dalam pengembangan produksi tempe.
2. Flow Chart
Flow charts (bagan arus) adalah alat bantu untuk memvisualisasikan
proses suatu penyelesaian tugas secara tahap-demi-tahap untuk tujuan analisis,
diskusi, komunikasi, serta dapat membantu kita untuk menemukan wilayah-
wilayah perbaikan dalam proses, lihat pada gambar 1.
3. Histogram
Histogram merupakan alat seperti diagram batang (bars graph) yang
bertujuan untuk menunjukkan distribusi frekuensi. Sebuah distribusi frekuensi
menunjukkan seberapa sering setiap nilai yang berbeda dalam satu set data
terjadi. Berikut data yang diperoleh dari jenis dan persentase cacat pada tempe
lihat pada table 2.
8
Gambar 2. Histogram Kecacatan Produk Tempe
4. Pareto Diagram
Diagram pareto bertujuan untuk mengetahui cacat yang paling dominan
pada produk tempe. Adapun data yang diperoleh dari jenis dan persentase cacat
dilihat pada tabel 2. Dari hasil perhitungan setiap jenis cacat, didapat jumlah cacat
sebanyak 242. Setelah mengetahui jumlah persentase pada setiap cacat maka
dapat diklasifikasikan lagi menurut cacat yang paling dominan. Prioritas
pengendalian kualitas menurut cacat yang paling dominan dapat dilihat pada tabel
3.
9
Dari hasil data diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Jenis cacat dimakan hewan dengan persentase 27.27% menduduki peringkat
pertama dalam prioritas pengendalian kualitas.
2. Jenis cacat kemasan rusak dengan persentase 25.62% menduduki peringkat
kedua dalam prioritas pengendalian kualitas.
3. Jenis cacat Bentuk Tidak Rata dengan persentase 25.21% menduduki
peringkat ketiga dalam prioritas pengendalian kualitas.
4. Jenis cacat berwarna kehitaman dengan persentase 21.90% menduduki
peringkat keempat dalam pengendalian kualitas.
Setelah mengetahui cacat yang paling dominan maka dapat dibuat diagram
pareto berdasarkan jenis cacat dapat dilihat pada gambar 3.
10
5. Fishbone Diagram
Dari pengamatan yang dilakukan dapat diketahui bahwa jenis cacat yang
paling dominan pada tempe disebabkan karena dimakan hewan. Penyebab
terjadinya cacat karena dimakan hewan disebabkan adanya faktor manusia,
material, alat produksi, dan metode kerja. Cacat dimakan hewan terjadi karena
tidak adanya fasilitas alat untuk proses fermentasi tempe.
Dari gambar diagram diatas dapat kita lihat bahwa cacat pada produk
tempe disebabkan oleh faktor manusia, lingkungan, dan mesin. Jenis kerusakan
yang terjadi dan cara penanggulangan yang dilakukan adalah:
a. Mesin dan peralatan Mesin dan peralatan yang digunakan pada industri
tempe menggunakan peralatan yang manual dan pada mesin penggilingan
tidak ada perawatan yang baik, sehingga jika mesin penggilingan rusak,
para karyawan tersebut terlebih dahulu berhenti beroperasi.
Cara penanggulangan:
1. Mengadakan alat khusus untuk proses fermentasi
2. Melakukan perawatan rutin pada mesin penggilingan
11
b. Metode Pada produksi tempe tidak memperhatikan setiap metode proses
pembuatan tempe, aktivitas yang kurang baik akan berakibat pada produk
akhir.
Cara penanggulangan :
1. Mencari pengembangan metode
2. Memperbarui metode yang digunakan secara berkala
c. Bahan atau Material Kualitas bahan yang dipakai pada pembuatan tempe
serta proses pencampuran bahan utama dengan bahan penolong tidak
melalui proses pemeriksaan bahan sehingga akan berpengaruh terhadap
kualitas produk.
Cara penanggulangan :
1. Bahan baku maupun bahan penolong harus diperiksa terlebih dahulu
sebelum masuk ke proses produksi
2. Pemeriksaan pada bahan baku maupun bahan penolong harus lebih teliti
lagi.
12
Tabel 4. Jumlah kerusakan produk pada KWT Ayu Tangkas Selama Desember
2019.
13
Gambar 5. Diagram Pareto kegagalan produksi pada KWT Ayu Tangkas
Kerusakan produk yang dialami oleh KWT Ayu Tangkas sebesar 5.77%
yaitu sebanyak 247 buah pada produksi periode Desember 2019. Tabel 5
menunjukkan nilai ratarata batas kendali atas (UCL) mencapai 0,0684 dan batas
kendali bawah (LCL) mencapai 0,0470. Tingkat proporsi kerusakan rata-rata
produk yang diproduksi oleh KWT Ayu Tangkas mencapai 0,0577 (CL). Nilai
rata-rata tingkat proporsi kerusakan masih berada diantara batas kendali bawah
dan atas, sehingga produk masih berada pada batas kendali.
14
Tabel 6. Jumlah Produksi, kerusakan per unit, CL, UCL, LCL pada Produksi
KWT Tangkas Ayu
Terdapat dua titik yang berada diatas batas kendali UCL. Hal tersebut
disebabkan karena tingkat kerusakan yang tinggi dibandingkan dengan
produksinya. Artinya, hal tersebut menandakan bahwa pengendalian mutu untuk
15
produksi jajan tradisional pada KWT Ayu Tangkas masih mengalami
penyimpangan.
16
Gambar 7. Fishbone diagram kegagalan produksi pada KWT Ayu Tangkas
17
kendali UCL. Faktor yang menyebabkan kerusakan kualitas jajan KWT Ayu
Tangkas yaitu takaran bahan tidak diukur dengan pasti, tidak menggunakan mesin
dalam pembuatan, tidak ada SOP yang pasti untuk proses pembuatan, tidak
dilakukan promosi, dan penggunaan kayu bakar dengan api yang tidak stabil
dalam pembuatan produk. Diperlukan penelitian lebih lanjut demi menghasilkan
kualitas jajanan, khususnya bagi UMKM yang telah menerapkan SOP dan
manajemen yang telah berjalan agar dapat diketahui dampak dari proses
manajemen produksi agribisnis (Saputra, 2018).
18
3.3 Perbedaan Jurnal
19
BAB IV
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
Idris Iswandi. dkk. (2016). Pengendalian Kualitas Tempe Dengan Metode Seven
Tools. Jurnal Teknovasi, Volume 03, Nomor 1, 66-80.
Sukanteri Ni Outu. dkk. (2020). Manajemen Pengendalian Mutu Dalam Produksi
Agribisnis Pada Kelompok Wanita Tani Ayu Tangkas. Jurnal Galung
Tropika, 9 (3) , 209-222.
21